Nama Kelompok :
Kereta api merupakan salah satu alat transportasi darat antar kota yang
diminati oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan banyaknya masyarakat yang
menggunakan jasa kereta api pentingnya diimbangi dengan fasilitas – fasilitas
yang memadai, meningkatkan kualitas pelayanan yang baik agar masyarakat
lebih percaya dan memilih menggunakan jasa transportasi kereta api. Merawat
sarana merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menciptakan moda
perkeretaapian yang aman, nyaman, cepat, dan tepat waktu.
Untuk mendukung keselamatan dalam melakukan perawatan tersebut maka
dalam sebuah Balai Perawatan Perkeretaapian harus terdapat sistem keselamatan
untuk para pegawai. Adapun fasilitas keselamatan tersebut berupa Prosedur
Operasional Baku aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), penanganan
jika terjadi kecelakaan kerja, dan panduan jika sewaktu - waktu terjadi bencana
alam di wilayah balai perawatan perkeretaapian.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Oleh sebab
itu, K3 merupakan kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pegawai, dan
kewajiban yang harus dipenuhi oleh sebuah Balai Perawatan Perkeretaapian
menjamin hak dari setiap pegawai. Kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan
sangatlah besar sehingga semua pihak yang terlibat baik pekerja, pimpinan
perusahan dan penentu kebijakan harus memahami dan menerapkan program-
program tentang K3 sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman, nyaman dan
sehat. Maka dengan demikian jumlah kecelakaan kerja dapat ditekan dan
perusahan tidak akan mengalami suatu kerugian.
2
Permasalahan yang ada di Balai Perawatan Perkeretaapian yaitu tidak adanya
Prosedur Operasional Baku K3. Hal ini menyebabkan kesadaran para pegawai akan
keselamatan dalam melakukan perawatan sarana masih sangat kurang.
Penerapan kesehatan keselamatan dan keamanan kerja (K3) di perusahaan
perkeretaapian tidak dapat terselenggara dengan baik apabila pegawai tidak dibekali
dengan pengetahuan tentang K3 secara maksimal. Ketentuan Undang-undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang tenaga kerja yakni:
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
UU Nomor 1 Tahun 1970 pasal 2 tentang keselamatan kerja yakni sebagai
berikut:Yang di atur dalam Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di
udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perlindungan tenaga kerja. Dengan
penerapan SMK3 perusahaan menghindarkan diri dari risiko kerugian moral,
material, kehilangan jam kerja, maupun keselamatan manusia dan lingkungan, yang
diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Risiko dalam lingkungan kerja dapat dikurangi
dengan bekerja sesuai prosedur kerja yang telah diterapkan. Contohnya dengan
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Tetapi keterbatasan pengetahuan, sikap, dan
perilaku pegawai menyebabkan pegawai tidak menyadari risiko dan tidak menggunakan
APD. Begitu pula dengan Stasiun Kereta Api Tegineneng (TGI) yang menangani
perawatan dan perbaikan lokomotif yang membutuhkan perilaku pemakaian APD yang
baik dalam pelaksanaan pekerjaannya. Namun, pemakaian APD banyak menemui
kendala yang salah satunya berasal perilaku pemakaian APD oleh pegawai.
Tujuan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehtan dalam kerja adalah
untuk menjamin dan melindungi kesehatan dan keselamatan tenaga kerja dari
kcelekaan maupun penyakit akibat kerja.
3
I.2 TUJUAN
4
BAB II
KAJIAN PENERAPAN SISTEM K3 DI STASIUN KAI TEGINENENG (TGI)
5
(occupational health) atau sering disebut dengan istilah “kesehatan
industri” (industrial hygiene), yaitu berkaitan dengan usaha pencegahan
penyakit dalam pekerjaan (accupational diseases), suatu upaya untuk
menjaga kesehatan pekerja dan mencegah pencemaran di sekitar
tempat kerjanya.
Menurut Wirawan (2015: 543) mengemukakan bahwa kesehatan
kerja adalah penerapan ilmu kesehatan/ kedokteran di bidang
ketenagakerjaan yang bertujuan untuk mencegah penyakit yang timbul
akibat kerja dan mempertahankan dan meningkatkan kesehatan para
pekerja/ buruh untuk meningkatkan kinerja mereka.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pengertian kesehatan kerja adalah keadaan sejahtera pekerja baik fisik
maupun mental dan tetap bisa bekerja dengan baik tanpa merasa
terganggu oleh lingkungan kerja.
6
pelaksanaan pekerjaannya. Namun, pemakaian APD banyak menemui
kendala yang salah satunya berasal perilaku pemakaian APD oleh
pegawai. Tujuan penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehtan dalam kerja adalah untuk menjamin dan melindungi kesehatan
dan keselamatan tenaga kerja dari kcelekaan maupun penyakit akibat
kerja.
kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah
dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya, dan juga
masyarakat pada umumnya. Selanjutnya Sutrisno (2007: 7)
mengemukaakan bahwa “Keselamatan kerja adalah sebagian ilmu
pengetahuan yang penerapannya sebagai unsur-unsur penunjang
seorang kayawan agar selamat saat sedang bekerja dan setelah
mengerjakan pekerjaannya”.
Menurut Wirawan (2015: 543) mengemukakan bahwa
“Keselamatan kerja adalah kondisi dimana para pekerja selamat, tidak
mengalami kecelakaan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Vida Hasna Farida (2010: 3)
mengemukakan bahwa “Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
Keselamatan kerja adalah perihal (keadaan) selamat, kesejahteraan,
kebahagiaan, dan sebagainya”. Sedangkan menurut Anwar Prabu
Mangkunegara (2009: 161), mengemukakan bahwa: “Keselamatan kerja
menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,
kerusakan atau kerugian di tempat kerja”.
Dari beberapa definisi tentang keselamatan kerja dapat diambil
kesimpulan bahwa pengertian keselamatan kerja adalah suatu keadaan
aman baik para pegawai, alat kerja, benda kerja maupun
lingkungannya dari kerusakan maupun kerugian yang menimbulkan
penderitaan.
7
2. Maksud dan Tujuan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Maksud dan tujuan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja
yakni untuk semua orang yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut. Menurut
Tasliman (1993: 2) merumuskan tujuan kesehatan dan keselamatan kerja,
antara lain:
1) Melindungi tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaan untuk
memperoleh keselamatan dan kesehatan serta kesejahteraan
hidup.
2) Menjamin tenaga kerja dalam meningkatkan produktivitas
nasional dengan hak memperoleh keselamatan kesehatan dan
kesejahteraan yang sesuai.
3) Menjamin keselamatan dan kesehatan bagi setiap orang yang
berada ditempat kerja dan dilingkungan tempat kerja tersebut.
4) Menjamin sumber-sumber produksi dan peralatan-peralatan kerja
digunakan, dipelihara, dirawat secara aman dan efisien.
5) Mencegah dan mengurangi/ memperkecil terjadinya kecelakaan
yang terjadi ditempat kerja dan lingkunganbnya.
6) Mencegah dan mengurangi/ memperkecil kemungkinan terjadinya
kebakaran,sebagai salah satu bentuk kecelakaan di industri dan
tempat-tempat kerja yang berhubungan dengan api, zat-zat
kimia, listrik dan material yang potensial mudah terbakar.
7) Mencegah dan mengurangi kerugian yang diderita oleh semua
pihak karena terjadinya kecelakaan dan kebakaran.
8) Memberi perlindungan hukum dan moral bagi tenaga kerja dan
manajemen perusahaan/ industri.
9) Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) sebagai
langkah pertolongan awal dalam penanggulangan kecelakaan
yang terjadi.
8
3. Syarat-syarat Keselamatan Kerja
10
perusahaan. Semua pihak yang terkait harus melaksanakan program K3
secara optimal agar kecelakaan kerja di perusahaan dapat dihindari.
Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, “Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah
menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja”.
11
7. Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
Dalam suatu proses produksi disebuah perusahaan yang menggunakan
suatu alat maupun teknologi memiliki kecenderungan menimbulkan kecelakaan
kerja bagi penggunanya. Maka penerapan program kesehatan dan keselamatan
kerja perlu di perhatikan sebagai upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Penerapan program K3 bukan sepenuhnya menjadi tugas perusahaan, namun
program ini merupakan tugas semua pihak yang berhubungan dengan
perusahaan.
Semua pihak yang terkait harus melaksanakan program K3 secara
optimal agar kecelakaan kerja di perusahaan dapat dihindari. Menurut Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
“Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat
kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja”.
kecelakaan kerja jelas menelan biaya yang luar biasa tinggi. Dari
segi biaya saja dapat dipahami, bahwa kecelakaan kerja harus di cegah.
Dalam upaya ini Vida Hasna Farida (2010: 19) mengemukakan langkah-langkah
pencegahan kecelakaan kerja, antara lain:
1) Gunakan pelindung, misalnya kacamata pengaman, sarung
tangan, sepatu, helm, pakaian, dan peralatan yang sesuai.
2) Gunakan teknik penyimpanan peralatan atau mesin yang benar.
3) Jangan gunakan peralatan yang salah.
4) Pastikan tersedianya penerangan.
5) Melaporkan kerusakan peralatan atau mesin.
6) Memahami cara mengoperasikan atau menggunakan peralatan
atau mesin-mesin.
7) Memahami tanda-tanda peringatan bahaya ditempat kerja dan di
tempat umum.
8) Segera bersihkan lantai apabila terkena percikan minyak atau apa
saja yang tertumpah atau bocor untuk mencegah jangan sampai
ada yang tergelincir.
kecelakaan kerja jelas menelan biaya yang luar biasa tinggi. Dari
segi biaya saja dapat dipahami, bahwa kecelakaan kerja harus di cegah.
13
Dalam upaya ini Vida Hasna Farida (2010: 19) mengemukakan langkah-
langkah pencegahan kecelakaan kerja, antara lain:
1) Gunakan pelindung, misalnya kacamata pengaman, sarung
tangan, sepatu, helm, pakaian, dan peralatan yang sesuai.
2) Gunakan teknik penyimpanan peralatan atau mesin yang benar.
3) Jangan gunakan peralatan yang salah.
4) Pastikan tersedianya penerangan.
5) Melaporkan kerusakan peralatan atau mesin.
6) Memahami cara mengoperasikan atau menggunakan peralatan
atau mesin-mesin.
7) Memahami tanda-tanda peringatan bahaya ditempat kerja dan di
tempat umum.
8) Segera bersihkan lantai apabila terkena percikan minyak atau apa
saja yang tertumpah atau bocor untuk mencegah jangan sampai
ada yang tergelincir.
kecelakaan kerja jelas menelan biaya yang luar biasa tinggi. Dari
segi biaya saja dapat dipahami, bahwa kecelakaan kerja harus di cegah.
Dalam upaya ini Vida Hasna Farida (2010: 19) mengemukakan langkah-langkah
pencegahan kecelakaan kerja, antara lain:
1) Gunakan pelindung, misalnya kacamata pengaman, sarung
tangan, sepatu, helm, pakaian, dan peralatan yang sesuai.
2) Gunakan teknik penyimpanan peralatan atau mesin yang benar.
3) Jangan gunakan peralatan yang salah.
4) Pastikan tersedianya penerangan.
5) Melaporkan kerusakan peralatan atau mesin.
6) Memahami cara mengoperasikan atau menggunakan peralatan
atau mesin-mesin.
14
7) Memahami tanda-tanda peringatan bahaya ditempat kerja dan di
tempat umum.
8) Segera bersihkan lantai apabila terkena percikan minyak atau apa
saja yang tertumpah atau bocor untuk mencegah jangan sampai
ada yang tergelincir.
kecelakaan kerja jelas menelan biaya yang luar biasa tinggi. Dari
segi biaya saja dapat dipahami, bahwa kecelakaan kerja harus di cegah.
Dalam upaya ini Vida Hasna Farida (2010: 19) mengemukakan langkah-langkah
pencegahan kecelakaan kerja, antara lain:
1) Gunakan pelindung, misalnya kacamata pengaman, sarung
tangan, sepatu, helm, pakaian, dan peralatan yang sesuai.
2) Gunakan teknik penyimpanan peralatan atau mesin yang benar.
3) Jangan gunakan peralatan yang salah.
4) Pastikan tersedianya penerangan.
5) Melaporkan kerusakan peralatan atau mesin.
6) Memahami cara mengoperasikan atau menggunakan peralatan
atau mesin-mesin.
7) Memahami tanda-tanda peringatan bahaya ditempat kerja dan di
tempat umum.
8) Segera bersihkan lantai apabila terkena percikan minyak atau apa
saja yang tertumpah atau bocor untuk mencegah jangan sampai
ada yang tergelincir.
15
13. Kerangka pemikiran
16
BAB III
PEMBAHASAN
(sumber.pribadi)
17
2) APAR dan Nomor Darurat
Apar diletakan di beberapa sudut stasiun yang terlihat guna untuk
Mencegah kebakaran kecil serta di letakan nomor darurat di atas apar
apabila penumpang membutuhkan layanan yang bisa di hubungi untuk
menanggulangi keadaan darurat.
(sumber.pribadi)
3) RTH ( ruang terbuka hijau )
Ruang terbuka hijau atau ada taman taman kecil di pinggiran stasiun KAI
yang membuat suasana pada saat penumpang menunggu jadi sejuk dan
lebih adem, dan untuk keestetikan pada tata ruangan.
(sumber.pribadi)
18
4) Pencahayaan Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni
melihat secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara
mudah dan tepat. Bayangkan jika tidak ada pencahayaan ?baik pegawai
maupun pengunjung pastinya tidak dapat melihat dengan jelas dan tidak
nyaman.
(sumber.pribadi)
6) CCTV
Jika terjadi pelanggaran maupun kejahatan maka cctv dapat menjelaskan
dan melacak kronologis kejadian tersebut dan bisa menjadi alat bukti.
19
(sumber.pribadi)
7) Tempat parkir
Digunakan pegawai dan pengunjung untuk menempatkan kendaraan
dengan nyaman dan aman.
(sumber.pribadi)
8) Toilet
Demi kenyaman bagi pegawai maupun pengunjung jika ingin membuang
air besar dan air kecil.
20
(sumber.pribadi)
9) Wastafel
Memudahkan penumpang dan pegawai untuk mencuci tangan juga agar
tangan bersih.
(sumber.pribadi)
10) P3K
Untuk penyelamatan pertama pada penumpang dan pegawai yang terluka.
21
(sumber.pribadi)
11) Musolah dan tempat wudhu
Agar memudahkan penumpang dan pegawai dalam beribadah bagi umat
muslim.
(sumber.pribadi)
22
13) Assembly Point (Tempat Berkumpul)
Tempat titik kumpul dalam proses evakuasi atau keadaan darurat di
Stasiun Labuhan Ratu saat terjadi masalah atau bencana.
(sumber.pribadi)
23
3.2 HAK DAN KEWAJIBAN PEGAWAI STASIUN KAI TEGINENENG (TGI)
a. Hak
1) Memperoleh upah
Gaji Pegawai Stasiun KAI Tegineneng (TGI) kisaran 3.100.000-
10.000.000 perbulannya.
2) Tunjangan hari raya
Pegawai Stasiun KAI Tegineneng (TGI) masing masing mendapat
tunjangan hari raya.
3) Cuti
Dalam sebulan boleh mengambil cuti sebanyak 2 kali.
4) Jaminan Kesehatan (BPJS)
Untuk BPJS dipotong dari gaji pegawai kurang lebih sebanyak 5%.
5) Cuti melahirkan
Sejauh ini pegawai di Stasiun KAI Tegineneng (TGI) berjenis kelamin
pria semua.
6) Pensiun
7) Mengembangkan karir
Semua pegawai dapat mengembangkan karirnya masing-masing.
8) Berserikat
Bebas berserikat bagi pegawai Stasiun KAI Tegineneng (TGI)
9) Mutasi kerja
Pegawai bisa pindah ke toko retail Stasiun KAI Tegineneng (TGI)
lainnya jika memenuhi syarat tertentu.
24
b. Kewajiban
1) Waktu kerja (jam kerja)
Buka jam 10.00-20.00, melebihi waktu kerja yang seharusnya hanya 8
jam dan harusnya mendapat bonus karena terhitung lembur.
2) Mematuhi peraturan perusahaan
Setiap perusahaan pastinya memiliki peraturan untuk karyawaannya
termasuk Stasiun Tegineneng (TGI) harus di patuhi oleh pegawainya.
3) Memiliki loyalitas tinggi terhadap perusahaan
Setia terhadap perusahaan dan mencintai pekerjaan.
4) Menjaga rahasia perusahaan
Rahasia perusahaan cukup pegawai dan owner yang tau dan pegawai
tidak boleh membeberkan rahasia sembarangan.
5) Mengisi absensi
Pegawai Stasiun KAI Tegineneng (TGI) absen Ketika masuk yaitu jam
10.00 dan juga saat pulang yaitu jam 20.00
6) Jujur
25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai penerapan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja di Stasiun KAI Tegineneng (TGI) dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Stasiun KAI Tegineneng (TGI)
sudah cukup baik bila dilihat dari kelengkapan APD saat bekerja oleh pegawai
seperti menggunakan Seragam Kerja, Nametag, Sepatu Pantofel, dll.
2. Penyediaan fasilitas dan sarana K3 antara lain penyediaan APD, kotak P3K,
mushola, ruang tunggu, tempat berkumpul, wastafel, APAR, cctv sudah tersedia,
namun kurangnya penyediaan ruang menyusui, dan sarana MCK untuk
penyandang disabilitas.
3. Dalam penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja mengalami beberapa
kendala, antara lain perilaku pegawai yang kurang peduli dengan K3 dan
kurangnya pemahaman pegawai mengenai K3, selain itu ada pegawai yang tidak
memakai APD atau seragam kerja yang sudah ditentukan karena dianggap
menghambat mereka dalam bekerja.
4 Pemenuhan hak pegawai di Stasiun KAI Tegineneng (TGI) antara lain
memperoleh upah, THR, cuti, BPJS, cuti melahirkan, pensiun dll serta
pemenuhan kewajiban pegawai seperti masuk kerja tepat waktu,mematuhi SOP
perusahaan,loyalitas tinggi terhadap perusahaan, menjaga rahasia perusahaan,
mengisi absensi dan jujur.
4.2 SARAN
Mengenai penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Stasiun KAI
Tegineneng (TGI), saran untuk pimpinan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) adalah
sebagai berikut:
1. Perlu adanya perencanaan K3 yang lebih baik seperti diadakannya pertimbangan
untuk penyediaan ruang menyusui dan MCK penyandang disabilitas di stasiun
agar memastikan seluruh penumpang yang berada di stasiun tersebut
mendapatkan fasilitas dengan maksimal.
2. Perlu adanya pengawasan secara intensif terhadap K3 guna mengatasi
permasalahan pegawai yang sering melanggar peraturan agar lebih disiplin.
3. Perlu diadakannya evaluasi penerapan K3 guna mengetahui sejauh mana program
ini berjalan. Selain itu juga untuk mengetahui kendala dan merencanakan
program kedepan agar lebih optimal.
4. Untuk pegawai, gunakan APD dan patuhilah peraturan karena aturan dibuat untuk
melindungi pegawai dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Daftar Pustaka
1. https://heritage.kai.id/page/Stasiun%20Tegineneng di unduh pada tanggal 03
Oktober 2023 pukul 22.45 WIB
2. https://synergysolusi.com/indonesia/berita-k3/pt-kereta-api-indonesia-siap-
tingkatkan-kinerja-k3 di unduh pada tanggal 03 Oktober 2023 pukul 23.57 WIB
3. https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/26174 di unduh pada tanggal 20
Oktober 2022 pukul 13.00 WIB
4. https://www.coursehero.com/file/84785573/k3-kelompok-4-PT-KAIdocx/ di unduh
pada tanggal 30 Oktober pukul 17.43 WIB
5. Sutrisno, dkk. (2007). Prosedur Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.