DOSEN PENGAMPU
DRS. INDRA FAUZI, M.T
PROGRAM STUDI
D3 Teknik Sipil
1
GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
1. Pendahuluan :
Tujuan K3
Hakikat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Peran keselamatan kerja dan Kesehatan dalam ilmu K3
Pengertian – Pengertian
Keselamatan Kerja
Kesehatan Kerja
BAB. 1 PENDAHULUAN
2
TUJUAN K3
Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja
mendapat perlindungan atas keselamatannya.
Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien.
Proses produksi berjalan lancar.
Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan, termasuk
kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah atau ditanggulangi.
Dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terdapat tiga pokok masalah
terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:
peristiwa yang terjadi secara kebetulan,
kondisi dan
tindakan atau perbuatan yang membahayakan yang mengakibatkan
terjadinya kecelakaan kerja. (Moekijat 2010).
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih
sering terabaikan. Hal ini ditunjukan dengan masih tingginya angka kecelakaan
kerja.
Ada beberapa manfaat yang akan diperoleh dari mempelajari materi ini,
diantaranya adalah:
3
Hakikat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri.
4
faktor yang dapat mengganggu kesehatan, menempatkan dan memelihara
pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi psikologis pekerja dan
untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap
orang dengan tugasnya.
Kesehatan keselamatan kerja merupakan mulitidispilin ilmu yang terdiri atas fisika,
kimia, biologi dan ilmu perilaku dengan aplikasi pada manufaktur, transportasi,
penanganan material bahaya.
Undang- undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja mengatur secara
jelas tentang kewajiban perusahaan untuk menyediakan tempat kerja dan pekerja
dalam melaksanakan pekerjaan terlindungi dalam keselamatan kerjanya. Tetapi,
seringkali kita jumpai di lapangan ada beberapa tenaga kerja tidak menggunakan alat
pelindung diri baik itu helm pengaman, sepatu safety, rompi dan reflector diluar
sepengetahuan atasannya.
5
Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PENGERTIAN – PENGERTIAN
1. Pengertian K 3 secara praktis adalah merupakan suatu usaha perlindungan agar
tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan
di tempat kerja serta bagi orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber
proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.
2. Potensia Bahaya (Hazard) ialah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat
menimbulkan kecelakaan/kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau
kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan.
6. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga dan tidak dikehendaki dan
dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda
7. Aman / selamat adalah kondisi tiada ada kemungkinan malapetaka ( bebas dari
bahaya).
9. Keadaan tidak aman adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang
mungkin dapat langsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
Keselamatan Kerja itu adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, alat kerja,
bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja yaitu proses merencanakan
dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui
persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja.
7
dan masyarakat pada umumnya. Tanpa ada kerjasama yang baik dari semua unsur
tersebut, tujuan keselamatan kerja tidak mungkian dapat dicapai secara maksimal.
8
terjadinya kecelakaan kerja (preventif) maupun tindakan-tindakan yang harus
dilakukan bila terjadi kecelakaan kerja (kuratif0.
2. Pengawasan, yaitu usaha-usaha yang bertujuan untuk dapat dipatuhinya
peraturan-peraturan yang telah diberlakukan itu. Dengan adanya pengawasan
maka para pekerja maupun perusahaan yang ada dapat dibina dan diarahkan
untuk dapat menyelenggarakan usaha-usaha keselamatan kerja.
1. Faktor Manusiawi
Beberapa kecelakaan yang terjadi karena faktor manusiawi misalnya
Seorang pekerja yang jatuh dari pekerjaan di lantai 6 suatu bangunan karena
ia tidak memakai sabuk pengaman atau perancah yang dibuat kurang kuat.
Pekerja yang tertimbun tanah longsor karena penggalian tanah tersebut karena
lerengnya terlalu curam tanpa adanya konstruksi pendukung..
Kecelakaan yang menimpa sejumlah pekerja karena operator mesin pengeruk
tanah tidak menempatkan posisi pengeruk tanah dengan semestinya.
9
Jam kerja rata-rata perhari adalah 8 jam. Setelah sekitar 4 jam kerja kecendrungan
untuk celaka semakin besar. Oleh karena itulah beberapa peraturan kerja
mengharuskan setelah 4 jam kerja perlu diadakan istirahat.
10
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja fisik
maupun psikologis, peracunan, infeksi dan penularan.
9. Mendapatkan penerangan yang sesuai dengan standart untuk mengurangi
dampak penyakit akibat kerja.
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya, dan
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Gambar 1.
Bentuk lambang K3 yaitu palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau di
atas warna dasar putih. Arti dan makna lambang K3 yaitu:
1. Palang bermakna bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).
2. Roda gigi bermakna bekerja dengan kesegaran jasmani maupun rohani.
3. Warna putih bermakna bersih dan suci.
4. Warna hijau bermakna selamat, sehat, dan sejahtera.
5. 11 gerigi roda bermakna sebelas bab dalam undang-undang No. 1 1970 tentang
keselamatan kerja
11
BAB. 2 K3 DALAM PROSES KONSTRUKSI
12
Pengertian K3 Konstruksi
K3 konstruksi adalah serangkaian aturan/himbauan yang digunakan sebagai
pemberitahuan kepada pekerja bahwa terdapat pelaksanaan terhadap kesehatan,
keselamatan, dan keamanan selama bekerja. Secara keilmuan, makna dari K3
konstruksi adalah usaha atau upaya yang dilakukan dalam rangka mencegah adanya
penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan, peledakan, dan lain-lain.
Pekerja perlu mendapatkan lingkungan yang aman dan nyaman demi maksimalnya
pekerjaan di dalam suatu proyek. Di samping itu, keberhasilan sebuah proyek
konstruksi sangat ditentukan melalui performan kerja dari masing-masing orang yang
mendukung pembangunannya.
Jadi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3 Konstruksi) adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada
pekerjaan konstruksi
Begitu juga dengan tujuannya yang terangkum dalam beberapa hal berikut ini:
1. Mencegah, mengurangi, hingga memadamkan bermacam-macam risiko
kecelakaan, kebakaran, maupun peledakan.
2. Memberikan petunjuk, arahan, atau kesempatan jalan sebagai sarana
penyelamatan diri pada suatu keadaan darurat yang sedang terjadi.
3. Mampu menyalurkan pertolongan serta sebagai alat perlindungan ketika terjadi
suatu kecelakaan maupun keadaan darurat tertentu.
4. Melakukan pengendalian terhadap penyebarluasan kotoran, suhu, suara, angin,
getaran, maupun faktor-faktor yang mempengaruhi lainnya.
5. Melaksanakan pengendalian terhadap timbulnya suatu penyakit karena kerja,
entah itu psikis maupun fisik.
13
6. Penyelenggara dari aktivitas penyegaran suhu, udara, dan kelembaban.
7. Memberikan penerangan yang sangat mencukupi pada kondisi darurat.
8. Mengatur langkah-langkah pengamanan sekaligus kelancaran pada proses
evakuasi keadaan darurat sekaligus menjadi sarana pemeliharaan bangunan.
9. Menghasilkan adanya keserasian antara tenaga kerja dengan lingkungannya
melalui aktivitas pemeliharaan kebersihan lingkungan.
10. Penyesuaian dan penyempurnaan bermacam-macam pengaman selama bekerja.
- Identifikasi
Misalnya dengan melakukan identifikasi adanya polusi bahaya atau kegiatan
konstruksi yang akan dilaksanakan. Yaitu dengan membuat mapping apa saja
yang menjadi potensi bahaya menurut area atau bidang kegiatan masing-masing
- Evaluasi
Melakukan evaluasi mengenai potensi bahaya untuk menentukan skala prioritas
menurut hazard rating
- Pengembangan rencana
Penyusunan rencana pengendalian dan pencegahan kecelakaan berdasarkan hasil
identifikasi dan evaluasi yaitu dengan menerapkan konsep manajemen
keselamatan kerja yang baru
- Implementasi
Selanjutnya membuat rencana kerja yang telah disusun untuk implementasi
konsep pengendalian dengan baik
- Monitoring
Setelah tahap implementasi di terlaksana, maka tetap diperlukan monitoring yang
diperlukan untuk memonitor pelaksanaan K3. Salah satu kegiatannya yaitu audit
internal beserta inspeksi yang berjalan dengan baik sesuai dengan kondisi
setempat
Adanya penerapan K3 di lingkungan kerja proyek bangunan ini dapat diharapkan optimal
untuk bisa mengurangi jumlah kecelakaan kerja di lokasi lapangan proyek.
Dalam pelaksanaan setiap kegiatan dalam proyek konstruksi, perlu adanya prinsip
kerja K3 dalam mencapai tujuan seluruh pihak.
14
Atasan mampu memperoleh hasil proyek yang sesuai dengan perencanaan,
sedangkan pekerja mampu memaksimalkan performan lewat lingkungan dan aturan
yang menjamin kinerjanya masing-masing.
Berikut ini beberapa prinsip kerja yang perlu diterapkan oleh seluruh K3
konstruksi:
15
Aktivitas tersebut biasanya terlihat dari pengawasan tahapan konstruksi,
pengendalian jalannya pelaksanaan K3 dengan tepat, pemantauan K3 sesuai
aturan yang berlaku.
Selain itu juga membahas sekaligus mengevaluasi berbagai laporan yang
dihasilkan saat proses patroli dan supervise.
Pekerjaan jasa konstruksi bangunan dilaksanakan dengan bertahap yaitu mulai dari
tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan dan tahapan pemeliharaan – pembongkaran.
Pekerjaan konstruksi bangunan merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan
bahan bangunan, pesawat/instalasi/peralatan, tenaga kerja dan penerapan teknologi
yang dapat merupakan sumber terjadinya kecelakaan kerja bahkan mengakibatkan
kematian dan kerugian material.
Dalam hal pemakaian alat-alat kerja, keselamatan kerja sangat penting artinya. Pada
penggunaan alat sederhana, dapat dikatakan resiko untuk celaka (kecelakaan) relatif
kecil. Tetapi bila dalam bekerja sudah mempergunakan peralatan yang bermesin,
kecelakaan yang mungkin terjadi tentu akan lebih besar akibatnya dan kerugian
yang timbul tentu akan lebih besar pula.
Kerugian yang ditimbulkan oleh kecelakaan kerja banyak macamnya
1. Kerugian produksi bagi perusahaan yang bersangkutan karena waktu produksi
menjadi tertunda atau terhenti dan tidak dapat dipakai untuk memproduksi.
2. Kerugian pada alat-alat karena rusak
3. Kerugian atas tenaga kerja akibat sakit, cacad dan bahkan sampai kepada
kematian. Kerugian atas tenaga kerja ini tidak saja pada pekerja yang
bersangkutan yang menderita, tetapi juga keluarganya dan orang-orang yang
tergantung penghidupannya kepada tenaga kerja itu.
Pada umumnya, proyek konstruksi bangunan ini mempunyai intensitas kerja yang
tinggi, karena adanya keterbatasan waktu dalam penyelesaian proyek konstruksi
bangunan. Hal ini, Keselamatan dan Keamanan para pekerja mempunyai peranan
yang sangat penting sesuai tujuan diatas. Beberapa peranan K3 konstruksi bangunan
secara umum dapat di sebutkan seperti berikut :
- Panduan untuk melakukan penelitian akan terjadinya resiko dan bahaya bagi
kesehatan dan keselamatan di lingkungan kerja
16
- Berperan dalam pemberian edukasi, informasi, dan pelatihan mengenai
keselamatan kerja dan kesehatan.
Pengertian Kerja
Kerja (bekerja) mempunyai arti yang luas sekali, yaitu meliputi usaha, tugas ataupun
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sesuatu.
Ditinjau dari segi perseorangan, kerja berarti gerak dari badan dan fikiran guna
memelihara kebutuhan hidup badaniah maupun rohaniah.
Ditinjau dari segi kemasyarakatan adalah melakukan pekerjaan untuk mengahasilkan
barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kecelakaan Kerja
Pekerjaan konstruksi bangunan banyak berhubungan dengan alat, baik yang
sederhana sampai yang rumit, dari yang ringan sampai alat-alat berat, pemakaian
alat- alat bermesin sangat banyak digunakan.
Pada setiap kegiatan kerja, selalu saja ada kemungkinan kecelakaan. Kecelakaan
selalu dapat terjadi karena berbagai sebab. Yang dimaksudkan dengan kecelakaan
adalah kejadian yang merugikan yang tidak terduga dan tidak diharapkan dan tidak
17
ada unsur kesengajaan. Kecelakaan kerja dimaksudkan sebagai kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja, yang diderita oleh pekerja dan atau alat-alat kerja dalam suatu
hubungan kerja.
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh dua golongan penyebab (suma’mur Dr.
M.Sc 1981: 9)
1. Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan.
2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman,
Kecelakaan merupakan sebuah kejadian tak terduga yang dapat menyebabkan cedera
atau kerusakan. Kecelakaan dapat terjadi akibat kelalaian dari perusahaan, pekerja,
maupun keduanya, dan akibat yang ditimbulkan dapat memunculkan trauma bagi
kedua pihak. Bagi pekerja, cedera akibat kecelakaan dapat berpengaruh terhadap
kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, dan kualitas hidup pekerja tersebut. Bagi
perusahaan, terjadi kerugian produksi akibat waktu yang terbuang pada saat
melakukan penyelidikan atas kecelakaan tersebut serta biaya untuk melakukan proses
hukum atas kecelakaan kerja.
(Ridley, 2008) Sumamur berpendapat bahwa kecelakaan tidak mungkin terjadi
secara kebetulan sehingga pasti ada sebab dibalik setiap kecelakaan. Penting sekali
agar suatu kecelakaan diteliti dan ditemukan penyebabnya sehingga dapat dilakukan
usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan tersebut terulang kembali.
Pencegahan kecelakaan bertujuan untuk mengurangi peluang terjadinya kecelakaan
hingga mutlak minimum, mengurangi bahaya, serta risiko yang dihasilkan dalam
suatu kegiatan pekerjaan.
Kecelakaan dapat dibagi menjadi 2 jenis, kecelakaan langsung dan kecelakaan tidak
langsung. Kecelakaan langsung dapat dibedakan menjadi kejadian kecelakaan
sesungguhnya dan juga kejadian nyaris celaka/hampir celaka. Nyaris celaka adalah
sebuah kejadian yang hampir menyebabkan terjadinya cedera atau kerusakan dan
hanya memiliki selang perbedaan waktu yang sangat singkat. Nyaris celaka tidak
mengakibatkan kerusakan, sedangkan kecelakaan pasti mengakibatkan kerusakan
(Ridley, 2008). Setiap kecelakaan bukan peristiwa tunggal, namun terjadi karena
penyebab yang saling berkaitan yaitu kesalahan dari sisi perusahaan, sisi pekerja,
atau keduanya. Akibat yang ditimbulkan yakni trauma bagi keduanya, bagi pekerja
yaitu cedera yang dapat memengaruhi terhadap pribadi, keluarga, dan kualitas hidup,
sedangkan bagi perusahaan berupa kerugian produksi, waktu yang terbuang untuk
penyelidikan dan biaya untuk proses hukum. Tindakan pencegahan kecelakaan
bertujuan untuk mengurangi peluang terjadinya kecelakaan hingga mutlak minimum.
Pemberi kerja wajib menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang sesuai standar,
memotivasi pekerja bekerja sesuai standar operating prosedur, menjamin kesehatan,
keselamatan dan kesejahteraan pekerja. Para pekerja yang diharapkan mengalami
kepuasan kerja dan hidup berkualitas dapat bekerja secara produktif dan
menghasilkan produk/jasa yang berkualitas, bernilai dan menguntungkan. Dengan
demikian, perusahaan mampu berkompetisi dan dapat berperan dalam pembangunan
nasional secara langgeng dan berkelanjutan. Sebagian pemberi kerja mulai
menyadari bahwa masalah K3 secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
18
terhadap biaya operasional perusahaan dan kelangsunan produktivitas sumber daya
manusia. Mereka menganggap pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan kebutuhan. Para pekerja membutuhkan pekerja yang sehat dan produktif,
sehingga mereka menentukan ‘kesehatan dan keselamatan’ sebagai pilihan.
Perusahaan seperti ini dinyatakan telah memiliki budaya K3.
Definisi:
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda.
Menurut Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan kerja
adalah suatu kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-sangka dan tidak
terjadi dengan sendirinya akan tetapi ada penyebabnya.
Heinrich et al., 1980: Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
atau yang berpontensi menyebabkan merusak lingkungan. Selain itu, kecelakaan
kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana
dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan,
orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya
Ada banyak standar yang menjelaskan referensi tentang kode-kode kecelakaan kerja,
salah satunya adalah standar Australia AS 1885- 1 tahun 1990, sebagai berikut:
Jatuh dari atas ketinggian
Menabrak objek dengan bagian tubuh
Terpajan oleh getaran mekanik
Tertabrak oleh objek yang bergerak
Terpajan oleh suara keras tiba-tiba
Terpajan suara yang lama
Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)
Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah
Otot tegang lainnya
Kontak dengan listrik
Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas
Terpajan radiasi
Kontak tunggal dengan bahan kimia
Kontak lainnya dengan bahan kimia
Kontak dengan, atau terpajan faktor biologi
Terpajan faktor stress mental
Longsor atau runtuh
19
Kecelakaan kendaraan/Mobil
Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak
Mekanisme cidera yang tidak spesifik
Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah, retak, cabikan, dan
sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor Statistics, U.S.
Department of Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh yang terkena cidera
dan sakit terbagi menjadi:
Kepala; mata Leher.
Batang tubuh; bahu, punggung.
Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari, jari
tangan. Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki
Sistem tubuh.
Banyak bagian
Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut Bennet dan
Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai “kejadian yang tidak
dapat diduga“. Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau diduga
dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu
kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan serta perlengkapan
produksi sesuai dengan standar yang diwajibkan. Kecelakaan kerja yang disebabkan
oleh perbuatan yang tidak selamat memiliki porsi 80 % dan kondisi yang tidak
selamat sebayak 20%. Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh:
a. Sikap dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap
b. Keletihan
c. Gangguan psikologis
20
KATEGORI KECELAKAAN KERJA
Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja
Kecelakaan dalam perjalanan (commuty accident) yaitu kecelakaan yang terjadi
di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan kerja
Ada 2 macam tindakan yang diperlukan untuk pekerjaan yang rawan kecelakaan:
Tindakan pencegahan
Tindakan penyelamatan
21
• Pembuatan construction method yang aman
• Melakukan pengawasan pelaksanaan safety plan
Dari kasus-kasus diatas ada beberapa faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja
konstruksi adalah akibat dari beberapa hal berikut:
Kondisi tersebut di atas mengakibatkan sering terjadi kecelakaan kerja yang pada
umumnya disebabkan oleh kesalahan manusia atau human error baik aspek
kompetensi para pelaksana maupun pemahaman arti penting penyelenggaraan K3.
Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko
kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada
22
proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek
konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan
dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut
ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak
terlatih.Ditambah dengan manajemen keselamatan kerja yang sangat
lemah,akibatnya para pekerja bekerja dengan metoda pelaksanaan konstruksi yang
berisiko tinggi.
Menurut Arianto (2010 ) penyebab kecelakaan kerja pada proyek konstruksi dapat
ditinjau dari 3 aspek:
1. Manusia
Lingkungan dan alat kerja. Kondisi lingkungan juga perlu diperhatikan dalam
mencegah kecelakaan kerja, terutama yangdisebabkan oleh:
1. Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya: suara bising yang berlebihan
yang dapat mengakibatkan terganggunya konsentrasi pekerja
2. Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja,sehingga menurunkan
efektivitas kerja
3. Cuaca (panas, hujan)
Peralatan keselamatan kerja berfungsi untuk mencegah dan melindungi pekerja dari
kemungkinan mendapatkan kecelakaan kerja yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri (APD)
Pelaksana proyek harus memperhatikan ketiga faktor tersebut, dimana ketiga faktor
tersebut di atas (manusia , lingkungan dan alat kerja serta peralatan keselamatan
kerja karena ketiganya saling berhubungan satu sama lain.
23
Menurut Marihot Tua Efendi (2005) ada beberapa penyebab kecelakaan kerja yaitu:
Faktor manusia
Peralatan kerja bisa rusak atau tidak memadai, untuk itu perusahaan senantiasa harus
memperhatikan kelayakan setiap peralatan yang dipakai dan melatih pegawai untuk
memahami peralatan kerja tersebut.
Faktor lingkungan
Lingkungan kerja bisa menjadi tempat kerja yang tidak aman, sumpek dan terlalu
penuh, penerangan dan ventilasinya yang tidak memadai.
Selain hal diatas menurut Abdurrahmat Fathoni ( 2006) penyebab terjadi kecelakaan
yaitu:
1. Berkaitan dengan system kerja yang merupakan penyebab utama dan kebanyakan
kecelakaan yang terjadi pada suatu organisasi. Diantaranya tempat kerja yang
tidak baik, alat atau mesin-mesin yang tidak mempunyai system pengamanan
yang tidak sempurna, kondisi penerangan yang kurang mendukung, saluran udara
yang tidak baik dan lain-lain.
2. Berkaitan dengan pekerjaannya selaku manusia bisa yang dalam hal akibat dan
sistem kerja, tetapi biasa juga bukan dari kelalaian manusianya selaku pekerja.
Seperti malas, ceroboh, menggunakan peralatan yang tidak aman dan lain-lain.
24
Menurut Ridley (2008), contoh penyebab kecelakaan untuk masing-masing faktor
adalah:
1. Situasi kerja
a. Pengendalian manajemen yang kurang.
b. Standar kerja yang minim.
c. Tidak memenuhi standar.
d. Perlengkapan yang tidak aman.
e. Tempat kerja yang tidak mendukung keamanan seperti getaran, tekanan udara,
ventilasi, penerangan dan kebisingan yang tidak aman.
f. Peralatan/bahan baku yang tidak aman.
2. Kesalahan orang
a. Keterampilan dan pengetahuan minim.
b. Masalah fisik atau mental. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 10
c. Motivasi yang minim atau salah penempatan.
d. Perhatian yang kurang.
4. Kecelakaan
a. Kejadian yang tidak terduga.
b. Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya.
c. Terjatuh.
d. Terhantam mesin atau material yang jatuh dan sebagainya.
25
Teknik-teknik praktis pencegahan kecelakaan
a. Nyaris
Membudayakan pelaporan kecelakaan yang nyaris terjadi.
Menyelidikinya untuk mencegah kecelakaan serius.
Menumbuhkan budaya ‘tidak saling menyalahkan.
b. Identifikasi Bahaya
Melakukan inspeksi keselamatan kerja dan patroli.
laporan dari operator.
laporan dari jurnal-jurnal teknis.
c. Pengeliminasian bahaya
Adanya sarana-sarana teknis.
Mengubah material.
Mengubah proses.
Mengubah pabrik baik dari segi tata letak mesin maupun kondisi kerja di
pabrik
d. Pengurangan bahaya
Memodifikasi perlengkapan sarana teknis.
Alat Pelindung Diri (PPE).
26
Peralatan keselamatan kerja Atau Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau
buruh bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung,
diwajibkan menggunakannya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah
melalui Departemen tenaga Kerja Republik Indonesia
Macam-macam dan jenis peralatan keselamatam kerja atau alat pelindung diri dapat
berupa:
Inilah tiga tujuan dari keperluan alat pelindung K3, terutama untuk pekerja di K3
Konstruksi:
Sebagai perlindungan bagi tenaga kerja dari potensi risiko bahaya yang termasuk
dalam sistem manajemen K3
Agar dapat meningkatkan efektifitas dan produktifitas mereka dalam bekerja
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman
27
ALAT PELINDUNG DIRI
28
2. Alat Pelindung Telinga
Alat ini dapat melindungi pendengaran pekerja dari kebisingan maupun tekanan.
Contoh: sumbat telinga (ear plugs) dan pelindung telinga (ear muffs).
Gambar Alat Pelindung Telinga
29
3. Alat Pelindung Mata dan Wajah
Dengan alat ini, pekerja dapat melindungi mata dan wajah mereka dari paparan
langsung zat kimia berbahaya, partikel air dan udara, percikan benda atau uap panas,
pancaran cahaya, gelombang radiasi elektromagnetik, hingga benturan benda keras
atau tajam.
Contoh alat pelindung mata dan wajah: tameng wajah (face shield), kacamata
pengaman (spectacles), goggles, masker selam, masker seluruh muka, dan masih
banyak lagi.
30
4. Alat Pelindung Pernapasan dan Kelengkapannya
Alat ini berfungsi sebagai penyalur udara bersih atau penyaring polusi agar tidak
masuk ke sistem pernapasan hingga paru-paru pekerja. Alat ini juga melindungi
pekerja dari bahan kimia, debu, kabut (termasuk semprotan aerosol), asap, gas, uap,
mikroorganisme, dan lain-lain.
Contoh alat pelindung pernapasan: respirator, masker, kanister, tangki selam (bila
pekerja diharuskan menyelam), dan masih banyak lagi.
31
5. Alat Pelindung Tangan
Alat ini melindungi tangan dan jari-jari supaya terhindar dari paparan atau kontak
langsung dengan api, suhu ekstrem (panas maupun dingin), dan radiasi
(elektromagnetik maupun mengion).
Alat ini juga dapat menjadi pelindung dari paparan zat kimia, tergores, tersetrum
aliran listrik, terpukul, terbentur, hingga terkena infeksi zat patogen (bakteri atau
virus) hingga jasad renik.
Contoh alat pelindung tangan: sarung tangan berbahan kulit, karet, logam, kanvas,
kain berlapis, hingga yang tahan paparan langsung bahan kimia.
32
6. Alat Pelindung Kaki
Alat ini berfungsi sebagai pelindung kaki dari terkena cairan panas atau dingin, uap
panas, suhu ekstrem, zat kimia berbahaya, hingga paparan atau kontak langsung
dengan jasad renik. Alat ini juga melindungi pekerja dari potensi bahaya dan
peledakan, tempat basah dan licin, dan kontak langsung dengan binatang.
Alat ini berupa sepatu keselamatan yang biasanya bot karet atau bot khusus untuk
pengecoran logam atau pekerjaan industri dan bangunan
33
7. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung berfungsi melindungi seluruh tubuh dari kontak luar apa pun yang
berbahaya. Contoh: jaket, celemek, hazmat suit, dan lain-lain.
Safety vest atau rompi keselamatan kerja merupakan salah satu Alat Pelindung Diri
(APD) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kontak / kecelakaan, sedikit
berbeda dengan APD lain yang bermanfaat untuk mengurangi dampak bila terjadi
kecelakaan akibat kontak dengan benda yang berbahaya.
Safety vest di rancang secara khusus dan dilengkapi dengan reflector atau pemantul
cahaya untuk memberikan perlindungan optimal bagi para penggunanya. Adanya
reflektor pada rompi mempermudah orang lain untuk mengenali posisi pekerja
sehingga memperkecil risiko kecelakaan. Safety vest diperuntukkan bagi pekerja
yang lokasi kerjanya di jalan atau berdekatan dengan jalan, di area dengan aktivitas
lalu lalang kendaraan atau alat berat, di area yang memiliki mesin, roda gigi atau
motor yang bergerak, dan pekerja yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi, yang
sangat perlu untuk dideteksi oleh pihak lain yang menggunakan mesin pemindah
(crane) yang berpotensi berbahaya. Selain itu safety vest digunakan juga oleh
pekerja pelayanan darurat seperti kebakaran, pencarian dan penyelamatan.
Rompi safety proyek digunakan siang dan malam hari agar para pekerja tetap dapat
menjalankan pekerjaan tanpa mengabaikan keselamatan. Misalnya, mereka yang
bekerja di jalan raya memakai rompi safety agar mudah terlihat, sehingga mudah
dikenali dan tidak tertabrak oleh pengendara jalan raya. Hal yang sama juga berlaku
untuk pekerja proyek yang beraktivitas di malam hari. Minimnya penerangan
semakin memperbesar risiko kecelakaan kerja, misalnya tertabrak alat berat yang
dioperasikan oleh rekan. Namun, dengan memakai rompi safety, risiko tersebut
dapat diatasi.
Berikut beberapa fungsi rompi yang sangat berguna untuk keselamatan para pekerja
Saat di dalam area proyek.
1. Dapat terlihat dalam kondisi gelap. Pita reflector pada safety vest memantulkan
cahaya sehingga dapat terlihat dengan mudah saat bekerja di malam hari atau
dalam kondisi gelap.
.
2. Membuat orang lain menjadi waspada Pemilihan warna safety vest seperti kuning
dan oranye serta adanya pita reflector tersebut memudahkan orang lain untuk
mendeteksi pemakai rompi dari kejauhan, sehingga orang lain menjadi lebih
waspada dan dapat memperlambat kecepatan kendaraan.
34
.
3. Alat pelindung yang nyaman Walaupun tidak semua safety vest dibuat tahan air,
tetapi beberapa jenis safety vest dirancang untuk melindungi pemakainya dari air
hujan dan juga saat tubuh berkeringat safety vest dapat mengurangi efek terpapar
angin. Ada beberapa alat APD lain juga yang perlu dikenakan saat berada di
dalam area proyek, seperti helm pelindung, kacamata pelindung, sepatu safety,
sarung tangan, hingga alat pelindung telinga.
4. Harga yang terjangkau . Dari segi harga, pada umumnya safety vest cukup
terjangkau, sehingga bukan suatu alasan bagi perusahaan untuk tidak
menyediakan safety vest bagi para pekerjanya yang bekerja di area yang
berbahaya untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja.
5. Identifikasi arti warna rompi proyek. Safety vest dibuat dengan beberapa warna,
sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu identifikasi kelompok pekerja.
Mudah Terlihat dan Membuat Orang Lain Lebih Berhati-hati
Misalkan arti warna rompi safety merah untuk petugas koordinasi safety, rompi
kuning untuk pekerja yang bertanggung jawab dan menangani masalah
kelistrikan, dan sebagainya. Dapat juga digunakan untuk identifikasi perusahaan
dengan memberikan tulisan atau logo pada rompi.
35
Contoh Pakaian Pelindung.
1. (Rompi)
36
2. Sabuk Pengaman
37
38
Rambu-Rambu K3
Makna Bentuk Rambu K3
39
40
Contoh ranbu larangan Contoh Bahaya Peringatan
Slogan Slogan K3
• Keselamatan adalah tanpa kecelakaaan
• Keselamatan tergantung pada anda
• Ingat keluarga di rumah
• Jangan setengah selamat
• Waspadalah tetap hidup
• Keselamatan bermanfaat
• Utamakan selamat
• Hati- hati bahaya kebakaran
• Hati-hati dalam bekerja jangan semprono
• Selalu mengecek peralatan sebelum digunakan
Organisasi dan manajeman K-3 harus menutupi semua aspek tenaga kerja dan
pelaksanaan pekerjaan kontraktor. Tidak ada perencanaan dan kebijakan K-3 dapat
berfungsi tanpa penugasan khusus:
- Untuk orang tertentu
- Untuk dilengkapi pada titik dan waktu khusus,
Perencanaan dan kebijakan K-3 harus terkait ke bawah sampai pada pekerja karena
pedoman K-3 selalu digunakan secara terus menerus.
Pelaksanaan K3
• Menyiapkan safety manual
• Menyiapkan alat-alat pelindung diri untuk dipakai setiap pekerja
• Membuat bangunan-bangunan pengaman termasuk rambu-rambu, alat pemadam
kebakaran dll.
• Membuat bangunan toilet untuk pekerja
• Membuat tempat pembuangan sampah yang disesuaikan dengan perkembangan
pekerjaan.
• Melakukan koordinasi dengan kegiatan pelaksanaan terutama yang erat kaitannya
dengan keamanan,
• Melakukan evakuasi dan pengamanan jika terjadi accident
42
• Pelaksanaan rapat-rapat K-3 pada proyek
• Memperagakan dan mendemontrasikan cara-cara pencegahan kecelakaan.
• Menanamkan kesadaran akan program K-3
• Penggunaan poster-poster tentang K-3
• Penampilan model-model visual lainnya
• Panduan, peraturan-peraturan
Kampanye K-3
• Pemakaian poster-poster K-3 bersifat umum maupun khusus
• Penempelan slogan-slogan K3
• Poster dan slogan secara visual mengajak perhatian mengenai K-3
• Penggunaan media lain dalam upaya pemahaman dan membudayakan K-3
• Mendemonstrasikan pencegahan kecelakaan setiap ada kesempatan.
• Menanamkan kesadaran dan motivasi ber- K3
• Melakukan evaluasi dan monitorian pelaksanaan K3
• Pemberian Safety Award
Pengawasan K3
• Tanggung jawab semua Tenaga kerja
• Perlu pemeriksaan K3 di lokasi kerja
• Mengamankan lokasi kerja yang hazard
• Analisis prosedur kerja di tempat kerja
• Metode kerja yang tidak betul dan tidak effisiean diperbaiki
• Pemeriksaan peralatan sesara berkala
• Kelengkapan alat keselamatan ( savety equipment) dan jumlah tenaga kerja
• Sanitasi dan MCK
• Lingkuangan kerja yang bersih
• Petunjuk penggunaan savety equipment
• Pembuatan laporan berkala tentang kejadian
• Penelitan terhadap kecelakaan
43
KONSTRUKSI
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c,
pemerintah pusat memiliki kewenangan: a. mengembangkan standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa
Konstruksi; b. menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan keberranjutan dalam penyelenggaraan dan
pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi
02. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
KEP.174_MEN_1986 No.104_KPTS_1986 Tentang K3 di Tempat Kegiatan
Konstruksi
44
07. Permen PUPR02-2018.
Latar Belakang
Dasar Hukum K3
• UU keselamatan kerja nomor 1 tahun 1970, yang memuat ketentuan umum
tentang keselamatan kerja dalam usaha mencegah dan mengurangi kecelakaan
maupun bahaya-bahaya yang lain
• UU nomor 14 tahun 1969, yang memuat ketentuan pokok mengenai tenaga kerja
dalam mencegah, mengenai pengobatan, perawatan, mempertinggi derajat
kesehatan, mengatur hygiene dan kesehatan kerja
• UU nomor 21 tahun 1954, tentang perjanjian perburuhan yang juga memuat
aspek-aspek pelayanan kesehatan
• UU nomor 3 tahun 1969, tentang persetujuan konvensi ILO nomor 120
mengenai hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor
• Undang-undang kecelakaan tahun 1947-1957, yang memuat ketentuan mengenai
ganti rugi kepada buruh yang mendapatkan kecelakaan atau penyakit akibat
kerja
• UU kerja tahun 1948-1951, yang antara lain mengatur mengenai ketentuan jam
kerja, cuti tahunan, peraturan tentang kerja bagi anak-anak pekerja, persyaratan
45
tempat kerja dan lain-lain
• Undang-undang gangguan tahun 1927, mengenai hubungan akibat sampingan
terhadap lingkungan dan sebagai usaha pencegahan terhadap gangguan-
gangguan hygiene dan kesehatan masyarakat
• Peraturan menteri perburuhan tahun 1964, tentang syarat-syarat kebersihan dan
kesehatan tempat kerja
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor 2 tahun 1970, tentang panitia pembina
K-3
• Peraturan Menteri Tenaga kerja nomor 01/Men/1980, tentang Keselamatan
dankesehatan kerja pada pekerjaan bangunan konstruksi
• Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 98/KPTS/1979 tentang
penggunaan surat ijin mengemudi peralatan , poster dan buku keselamatan dan
kesehatan kerja di lingkungan departemen Pekerjaan Umum
• Keputusan menteri Tenaga Kerja nomor 155/Men/1987
• Keputuan Bersama menteri Tenaga Kerja dan Menteri PU nomor
Kep.174/MEN/86 dan nomor 104/KPTS/1986, tentang pedoman keselamatan
dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi
• UU RI nomor 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
• Keputusan Presiden nomor 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat
kerja
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja Kep.196/men/1999 tentang pelanggaran
jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja harian lepas, borongan, dan
perjanjian kerja waktu tertentu pada sektor jasa konstruksi
• UU RI nomor 19 tahun 1999, tentang pengesahan ILO convention no. 105
concerning abolition of forced labour (konvensi ILO mengenai penghapusan
kerja paksa)
• UU RI nomor 20 tahun 1999, tentang pengesahan ILO convention no. 138
concerning minimum age for admission to employment (konvensi ILO mengenai
usia minimum untuk diperbolehkan bekerja)
• UU RI nomor 21 tahun 1999, tentang pengesahan ILO convention no. 111
concerning discrimination in respect of employment and occupation (konvensi
ILO mengenai diskriminasi dalam pekerjaan dan jabata)
• UU RI nomor 13 tahun 2003, tentang ketenagakerjaan, terutama pada paragraf 5
pasal 86 dan 87
46
nilai agama
• Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja
• Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan 2 dilaksanakan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Landasan Hukum K3
• Konvensi internasional tentang perlindungan terhadap tenaga kerja
• Peraturan perundang-undangan K-3
• Pedoman pelaksanaan K-3
47
Konvensi Inernasional
• Sebagai negara yang berlandaskan Pancasila, yang sangat menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, maka pemerintah Indonesia atas nama bangsa
Indonesia telah turut meratifikasi konvensi internasional tentang perlindungan
tenaga kerja
• Kewajiban moral bagi bangsa Indonesia untuk secara aktif melaksanakan
perlindungan terhadap tenaga kerja, salah satu wujud dari perlindungan tenaga
kerja adalah melaksanakan program K-3
48
BAB. 4 KESEHATAN KERJA
Jadi Kesehatan Kerja itu bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit dan
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja
49
Kesehatan Kerja, bukan saja sehat secara fisik, mental dan sosial sesuai yang
didefinisikan WHO pada tahun 1948, tetapi juga sehat secara spiritual
Kesehatan merupakan upaya kita untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat
dan aman, sehingga dapat mengurangi probabilitas kecelakaan kerja /penyakit akibat
kelalaian yang mengakibatkan demotivasi dan dan defisiensi produktivitas kerja.
Situasi dan kondisi suatu pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau material-
material yang digunakan, memiliki resiko masing-masing terhadap kesehatan
pekerja. Ridley (2008) menyatakan bahwa kita harus memahami karakteristik
material yang digunakan dan kemungkinan reaksi tubuh terhadap material tersebut
untuk meminimal resiko material terhadap kesehatan.
50
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pekerja.
3. Melindungi pekerja dari potensi bahaya kesehatan yang ditimbulkan akibat
suatu pekerjaan.
1. Lingkungan kerja secara medis Dalam hal ini lingkungan kerja secara medis dapat
dilihat dari sikap perusahaan dalam menangani hal-hal sebagai berikut:
a) Kebersihan lingkungan kerja
b) Suhu udara ventilasi di tempat kerja
c) Sistem pembuangan sampah dan limbah industri
2. Sarana kesehatan tenaga kerja upaya-upaya dari perusahaan untuk meningkatkan
kesehatan dari tenaga kerjanya. Dapat dilihat dari:
a) Penyediaan air bersih
b) Sarana olahraga dan kesempatan rekreasi
c) Sarana kamar mandi dan wc
3. Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja Upaya-upaya perusahaan untuk memelihara
kesehatan tenaga kerjanya supaya bekerja dengan lebih baik yaitu:
a) Pemberian makanan yang bergizi
b) Pelayanan kesehatan tenaga kerja
c) Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
4. Menempatkan pekerja pada lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisik dan
mental pekerja yang bersangkutan bertujuan untuk produktivitas pekerja.
51
Dengan mengenal /rekognisi hazard yang bersumber dari:
(1) perilaku hidup, perilaku bekerja, kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja,
(2) lingkungan kerja,
(3) pekerjaan, serta
(4) pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja.
Perilaku kesehatan adalah faktor risiko perilaku hidup dan perilaku bekerja yang
berpotensi menimbulkan risiko penyakit degeneratif dan atau Penyakit Akibat Kerja
(PAK) atau Penyakit Terkait Kerja (PTK) pada populasi pekerja. Sedangkan risiko
kesehatan di tempat kerja dapat bersumber dari lingkungan, pekerjaan,
pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja
Dasar hukum dari kesehatan kerja ada pada pondasi konstitusi negara yaitu Undang-
undangDasar 1945 Pasal 28,yang menyatakan
“ setiap warga negara berhak atas pelayanan kesehatan”
Ini berarti setiap warga negara berhak mendapat pelayanan kesehatan yang layak dan
mudahdijangkau sehingga kesehatan setiap warga negara terjamin.
52
Pekerja diwajibkan oleh UU Kesehatan untuk menciptakan dan menjaga kesehatan
tempat kerja yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku di tempat kerja.
UU Kesehatan juga menentukan bahwa hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik
dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan/instansi yang
bersangkutan
Ketentuan ini dimaksudkan sebagai langkah preventif dalam pemilihan calon
pegawai untukmemperoleh pegawai/pekerja yang memenuhi standar kesehatan yang
ditentukan, sehingga produktifitas pekerja optimal.
53
BAB. 4 KONSEP BAHAYA DAN RISIKO
Setiap aktivitas mengandung risiko untuk berhasil atau gagal. Risiko adalah
kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian. Semakin besar
potensi terjadinya suatu kejadian dan semakin besar dampak yang ditimbulkannya,
maka kejadian tersebut dinilai mengandung risiko tinggi.
Dalam aspek K3, risiko biasanya bersifat negative seperti cedera, kerusakan atau
gangguan operasi. Risiko yang bersifat negative harus dihindarkan atau ditekan
seminimal mungkin
Risiko telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sejak hidup di muka bumi,
manusia dihadapkan pada berbagai resiko. Manusia purba misalnya, menghadapi
resiko yang berasal dari alam, seperti ancaman binatang buas, kondisi lingkungan
alam yang ganas dan bencana yang mengancam. Banyak orang yang tidak menyadari
dalam kehidupan sehari-hari mereka telah menjalankan konsep manajemen risiko
54
3 Jenis Kecelakaan Fatal Yang Utama Pada Industri Kondtruksi
Jatuh dari ketinggian
Terbentur oleh benda jatuh
Tertimpa, menabrak, terbentur benda
1. Kumpulkan semua informasi mengenai bahaya yang ada di tempat kerja. ...
2. Lakukan inspeksi secara langsung untuk menemukan potensi bahaya yang ada di
tempat kerja. ...
3. Lakukan identifikasi bahaya terhadap kesehatan kerja
Pengendalian Risiko
Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai dengan
tingkat resiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman).
Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi, substitusi, perancangan,
administrasi dan alat pelindung diri (APD) yang terdapat pada tabel berikut ini.
Dalam bidang K3, identifikasi risiko disebut juga identifikasi bahaya, sedangkan di
dalam bidang lingkungan disebut identifikasi dampak atau identifikasi aspek
lingkungan. Pada tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi semua kemungkinan
bahaya atau adanya risiko yang mungkin terjadi dilingkungan kegiatan dan
bagaimana dampak atau keparahannya jika terjadi. Manajemen risiko dapat
diterapkan di setiap level organisasi. Manajemen risiko juga dapat diterapkan di level
strategis dan level operasional. Manajemen risiko juga dapat diterapkan pada proyek
yang spesifik, untuk membantu proses pengambilan keputusan ataupun untuk
pengelolaan daerah dengan risiko yang spesifik.
56
Faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian risiko di
tempat kerja, Informasi dapat dicari di sumber berikut:
Data teknis peralatan, bahan, atau zat yang digunakan di tempat kerja;
Prosedur teknologi dan manual kerja;
Hasil pengukuran faktor berbahaya, atau berbahaya dan berat di tempat kerja;
Catatan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja;
Spesifikasi sifat bahan kimia;
Yang bekerja di sana: berikan perhatian khusus kepada mereka yang bahaya
pekerjaannya mungkin lebih parah dari biasanya, seperti wanita hamil , pekerja
muda atau pekerja penyandang disabilitas. Ingat juga tentang pekerja paruh
waktu, subkontraktor dan pengunjung, dan karyawan yang bekerja di luar
lokasi (termasuk pengemudi, mereka yang mengunjungi rumah klien atau
pelanggan, dll.);
57
Peralatan kerja, bahan, dan proses apa yang digunakan;
Tugas apa yang dilaksanakan (misalnya, dengan cara apa dan untuk berapa
lama dilakukan);
Bahaya apa yang telah diidentifikasi, dan apa sumbernya;
Apa konsekuensi potensial dari bahaya yang ada;
Tindakan perlindungan apa yang digunakan;
Kecelakaan, penyakit akibat kerja dan kejadian buruk lainnya yang telah
dilaporkan;
Persyaratan hukum dan lainnya yang terkait dengan tempat kerja.
Data teknis peralatan, bahan, atau zat yang digunakan di tempat kerja;
Prosedur teknologi dan manual kerja;
Hasil pengukuran faktor berbahaya, atau berbahaya dan berat di tempat kerja;
Catatan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja;
Spesifikasi sifat bahan kimia;
Peraturan hukum dan standar teknis;
Literatur ilmiah dan teknis.
Gunakan DAFTAR PERIKSA KHUSUS BAHAYA, jika tidak ada daftar periksa
khusus bahaya yang ditunjukkan dari DAFTAR PERIKSA UMUM, informasi lebih
lanjut dapat dicari di situs web atau otoritas nasional, atau meminta bantuan
penasehat keselamatan dan kesehatan kerja setempat.
58
Langkah 3. Lakukan penilaian risiko yang timbul dari bahaya
Sangat tidak mungkin: tidak boleh terjadi selama karir pekerjaan seorang
karyawan.
Kemungkinan: mungkin terwujud hanya beberapa kali selama karir pekerjaan
seorang karyawan.
Sangat mungkin: dapat terjadi berulang kali selama karir pekerjaan seorang
karyawan.
Cukup berbahaya: kecelakaan dan penyakit yang tidak menyebabkan tekanan
yang berkepanjangan (seperti luka kecil, iritasi mata, sakit kepala, dll.).
Berbahaya sedang: kecelakaan dan penyakit yang menyebabkan tekanan
sedang, tetapi berkepanjangan atau berulang secara berkala (seperti luka, patah
tulang sederhana, luka bakar derajat dua pada permukaan tubuh yang terbatas,
alergi kulit, dll.).
Sangat berbahaya: kecelakaan dan penyakit yang menyebabkan penderitaan
berat dan permanen dan / atau kematian (misalnya, amputasi, patah tulang
kompleks yang menyebabkan kecacatan, kanker, luka bakar derajat dua atau
tiga pada permukaan tubuh yang besar, dll.).
Memutuskan apakah risiko yang timbul dari bahaya dapat diterima atau tidak dapat
diterima. Secara umum:
INGAT: Penilaian risiko harus selalu dilakukan dengan keterlibatan aktif karyawan.
Saat memutuskan tentang akseptabilitas risiko, perhatikan masukan mereka, dan
perhatikan jenis kelamin, usia, serta kesehatan karyawan untuk siapa penilaian
dilakukan.
Jika risiko tinggi dan dinilai sebagai tidak dapat diterima, tindakan untuk
menguranginya perlu segera diambil.
59
Jika risiko sedang dan dinilai dapat diterima, direkomendasikan untuk
merencanakan tindakan untuk mengurangi tingkatnya.
Jika risiko kecil dan dinilai dapat diterima, perlu dipastikan bahwa risiko akan
tetap pada tingkat yang sama. Tindakan pencegahan dan perlindungan harus
diterapkan dengan urutan prioritas berikut: 1.
1. Menghilangkan bahaya / risiko,
2. Meminimalkan bahaya / risiko, melalui tindakan organisasi,
3. Meminimalkan bahaya / risiko, melalui tindakan perlindungan kolektif
4. Mengurangi risiko, melalui alat pelindung diri yang sesuai
Jika risiko tinggi dan ancaman sebagai tidak dapat diterima, tindakan untuk
menguranginya perlu segera diambil.
Jika risiko sedang dan dapat diterima, mempertimbangkan untuk
merencanakan tindakan untuk mengurangi tingkatnya.
Jika risiko kecil dan dapat diterima, perlu dipastikan bahwa risiko akan tetap
pada tingkat yang sama. Tindakan pencegahan dan perlindungan harus
diterapkan dengan urutan prioritas berikut:
1. Menghilangkan bahaya / risiko,
2. Tindakan bahaya / risiko, organisasi organisasi,
3. Tindakan berbahaya / risiko, tindakan perlindungan kolektif
4. Mengurangi risiko, melalui alat pelindung diri yang sesuai
60
BAB. 5 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (SMK3)
Pada konsep ini, bahaya sebagai sumber accident harus teridentifikasi, kemudian
diadakan perhitungan dan prioritas terhadap risiko dari bahaya tersebut dan terakhir
adalah pengontrolan risiko. Di tahap Pengontrolan risiko inilah, peran manajemen
seangat penting karena pengontrolan risiko membutuhkan ketersediaan semua
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dan hanya manajemen yang sanggup
memenuhi ketersediaan ini.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
61
Tujuan dan Sasaran SMK3 sesuai Penmenaker adalah menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja. kondisi kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah
dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya kerja yang
aman
Prinsip Dasar Sistem Manajemen ini (SMK3) ada lima tahapan yang harus
dilaksanakan , meliputi:
Komitmen dari Pimpinan tentang SMK3.
Perencanaan K3.
Implementasi /Pelaksanaan Rencana K3.
Pengukuran/Pemantauan & Evaluasi Kinerja K3.
Peninjauan ulang dan perbaikan atau Peningkatan kinerja SMK3.
Tujuan dari SMK3
1. Untuk meningkatkan efektif dari perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang terencana, terstruktur serta terintegritasi.
2. Untuk mencegah dan mengurangi terjadinya sebuah kecelakaan kerja atau
penyakit yang juga bisa terjadi akibat pekerjaan
62
a) UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
b) PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, sebagaimana
terakhir diubah dengan PP No. 54 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas PP
No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
c) Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
sebagaimana terakhir diubah dengan Perpres No. 4 Tahun 2015 tentang
Perubahan Keempat atas Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
d) PERMEN PUPR No. 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
kementrian PUPR
e) PERMEN PU Nomor 06/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pengawasan
Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
f) PERMEN PU Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja PUPR
g) PERMEN PU Nomor 24/PRT/M/2014 tentang Pedoman Pelatihan Berbasis
Kompetensi Bidang Jasa Konstruksi
h) PERMENPAN Nomor PER/03.1/M.PAN/3/2007 tentang Kebijakan
Pengawasan Nasional Aparat Pengawasan Nasional Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah Tahun 2007-2009
i) PERMENAKER No. Per 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pada Konstruksi Bangunan
j) PERMENAKER No. PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Indikator Hasil Belajar:
Dasar Hukum :
65
1. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan K3 dengan cara : terencana,
terukur, terstruktur, terintegrasi
2. Untuk mencegah kecelakaan kerja dan mengurangi penyakit akibat kerja,
dengan melibatkan : manajemen, tenaga kerja/pekerja dan serikat pekerja
Perusahaan yang menerapkan SMK3 ini akan memiliki 5 (lima) Prinsip Dasar
SMK3, yaitu :
1. Dasar Penetapan Kebijakan, yang meliputi pembangunan & pemeliharaan
dokumen
66
melibatkan Ahli K3, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja(P2K3),
Wakil Pekerja dan Pihak Lain yang terkait.
Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang dimulai dari
kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan mengendalikan risiko.
Risiko telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sejak hidup di muka bumi,
manusia dihadapkan pada berbagau resiko. Manusia purba misalnya, menghadapi
resiko yang berasal dari alam, seperti ancaman binatang buas, kondisi lingkungan
alam yang ganas dan bencana yang mengancam. Banyak orang yang tidak menyadari
dalam kehidupan sehari-hari mereka telah menjalankan konsep manajemen risiko
67
1. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan yang
mengandung bahaya.
2. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan.
3. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai kelangsungan dan
keamanan investasinya.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan.
Penerapan Sistem Manajemen ini (SMK3) ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan, meliputi:
Penetapan Kebijakan SMK3.
Perencanaan K3.
Pelaksanaan Rencana K3.
Pemantauan & Evaluasi Kinerja K3.
Peninjauan & Peningkatan kinerja SMK3.
Tujuan dari SMK3
1. Untuk meningkatkan efektif dari perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang terencana, terstruktur serta terintegritasi.
2. Untuk mencegah dan mengurangi terjadinya sebuah kecelakaan kerja atau
penyakit yang juga bisa terjadi akibat pekerjaan
68
Untuk mendapatkan SMK3, perusahaan diwajibkan menyusun Rencana
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3), dalam menyusun rencana K3 tersebut,
pengusaha melibatkan Ahli K3, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja(P2K3), Wakil Pekerja dan Pihak Lain yang terkait.
69
Kerja Pada Konstruksi Bangunan
j) PERMENAKER No. PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Indikator Hasil Belajar:
70
menggunakan 10 standar K3 di beberapa negara. Sistem ini terdiri dari 4 klausul
besar yang terurai kedalam 9 sub klausul standar ini dikembangkan sebagai reaksi
atas kebutuhan masyarakat/ institusi yang sangat mendesak, sehingga institusi
tersebut bisa melaksanakan manajemen K3 dengan standar tertentu, terhadap
institusi tersebut bisa dilakukan audit serta mendapatkan sertifikatnya. Demikian
juga terhadap auditornya juga akan mempunyai standar panduan dalam
melaksanakan kegiatan auditnya. Sistem OHSAS 18001:1999 dikembangkan
kompatibel dengan standar sistem ISO 9001:1994 (Quality) dan standar sistem
ISO 14001:1996 (Environmental), dengan tujuan sebagai fasilitas integrasi antara
quality, environmental dan occupational health and safety management system.
71
tujuan:
1) Membangun sistem K3 dalam rangka meminimalisir secara maksimal, bila
memungkinkan menghilangkan suatu resiko terhadap karyawan harta benda
maupun pihak lain terkait dalam rangka pengembangan K3
72
Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3)
73
4. Pemantauan & Evaluasi Kinerja K3, meliputi standar
pemantauan pengumpulan & penggunaan data, serta
pemeriksaan SMK3
5. Peninjauan & Peningkatan Kinerja SMK3, meliputi pelaporan
& perbaikan kekurangan
74
75
76
77
78
Rambu K3 larangan merupakan rambu yang digunakan untuk
memberikan informasi mengenai suatu hal, tindakan atau tempat yang
dilarang karena alasan keselamatan dan kesehatan kerja atau alasan
keamanan
Rambu-rambu K3 proyek konstruksi adalah rambu yang berguna untuk
memberi peringatan bahaya, hati-hati, dan keselamatan pada para
pekerja proyek pembangunan. Rambu-rambu ini sangat penting dalam
proyek pembangunan supaya para pekerja bisa memperhatikan keselamatan
mereka selama bekerja.
79
80
Pekerjaan penggalian meliputi pemindahan tanah galian yang sering kali
merupakan campuran antara tanah dan bebatuan/ kerikil- kerikil besar.
Seringkali pula air tanah muncul di dalam pekerjaan galian, bahkan pada
tanah dengan kondisi lembab, hujan deras yang terjadi scara terus
menerus akan menyebabkan tanah tersebut menjadi galian yang tidak
stabil dan licin. Penyebab kecelakaan pada pekerjaan galian yaitu
pekerja terperangkap dan terkubur di dalam tanah galian akibat
runtuhnya dinding galian, pekerja tertimpa dan luka akibat dari
terjatuhnya material ke dalam galian, kondisi tidak aman dan tidak ada
akses keluar dari dalam galian apabila terjadi banjir secara mendadak.
Instalasi/peralatan yang digunakan pada pekerjaan penggalian:
1. Perancah
2. Tangga kerja
3. Excavator dan power shovels
4. Backhoe
5. Truck
81
PEKERJAAN YANG RAWAN KECELAKAAN
Pekerjaan penggalian
1. Ketentuan Umum
Sebelum penggalian pada setiap tempat dimulai, stabilitas tanah harus
diuji terlebih dahulu oleh orang yang ahli.
2. Sebelum pekerjaan dimulai pada setiap tempat galian, pemberi kerja
harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu atas segala instalasi di
bawah tanah seperti saluran pembuangan, pipa gas, pipa air, dan
konduktor listrik yang dapat menimbulkan bahaya selama waktu
pengerjaan.
3. Apabila perlu untuk mencegah terjadinya kecelakaan sebelum
penggalian dimulai, gas, air, listrik dan prasarana umum lainnya harus
dimatikan atau diputuskan alirannya terlebih dahulu.
4. Apabila pipa bawah tanah, konduktor dan sebagainya tidak dapat
dipindahkan atau diputuskan alirannya, benda tadi harus dipagari,
ditarik ke atas atau dilindungi.
5. Apabila diperlukan untuk mencegah bahaya, tanah harus dibersihkan
dari pohon-pohon, batu-batu besar dan rintangan-rintangan lainnya
sebelum penggalian dimulai.
6. Lokasi penggalian harus diperiksa secara teliti:
82
a. Setelah pekerjaan terputus yang melebihi satu hari lamanya
b. Setelah setiap peledakan
c. Setelah reruntuhan/longsoran tanah yang tidak terduga
d. Setelah ada kerusakan yang berarti pada konstruksi penyangga dan
e. Setelah hujan lebat
7. Jalan keluar masuk yang aman harus disediakan di setiap tempat
dimana orang bekerja di tempat galian.
8. Dilarang bekerja di atas tanah yang lepas apabila kemiringannya
terlalu terjal untuk mendapatkan tempat berpijak yang aman.
83
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3 Konstruksi) adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.
84
4. Mengukur, mematau, mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen
keselamatan kerja secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan
kinerja keselamatandan kesehatan kerja.
85
1.3.1 Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Menurut Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapt
melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka
perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
87
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja adalah keadaan
dimana tenaga kerja merasa aman dan nyaman, dengan perlakuan yang didapat dari
lingkungan, apakah dia nyaman dengan peralatan keselamatan kerja, peralatan yang
dipergunakan, tata letak ruang kerja dan beban kerja yang didapat bekerja.
88
Penyebab kecelakaan kerja dapat digolongkan menjadi 2 yakni (Hutagaol, 2012):
1. Penyebab Langsung (Immediate Causes) Penyebab langsung kecelakaan adalah
suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan di rasakan langsung, yang dibagi
dalam 2 kelompok, yaitu:
a. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts), yaitu perbuatan berbahaya
dari manusia yang dalam beberapa hal dapat disebabkan oleh:
1) Cacat tubuh yang tidak terlihat (bodily defect).
2) Keletihan dan kelesuan (fatigue and boredom).
3) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman.
4) Terbatasnya pengetahuan.
b. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), yaitu keadaan yang akan
menyebababkan kecelakaan, terdiri dari:
1) Mesin, peralatan, dan bahan.
2) Lingkungan dan proses pekerjaan.
3) Sifat dan cara bekerja.
2. Penyebab Dasar (Basic causes)
a. Penyebab dasar (basic causes), terdiri dari 4 faktor yaitu:
1) Faktor manusia/personal (personal factor).
89
2. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi
misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralawan pelindung diri
(APD).
3. Pengawasan, agar ketentuan undang-undang wajib dipenuhi.
4. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar
pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.
5. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.
6. Pendidikan.
7. Pelatihan.
8. Asuransi, yaitu insentif untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.
9. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.
Kerugian akibat kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja dikategorikan atas
dua kerugian yaitu (Hermiyanti 2010):
1. Kerugian Langsung
Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung
dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi atau perusahaan.
Kerugian langsung dapat berupa:
a. Biaya Pengobatan dan Kompensasi
b. Kecelakaan mengakibatkan cedera, baik cedera ringan, berat, cacat
atau menimbulkan kematian. Cedera ini akan mengakibatkan seorang
pekerja tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik sehingga
mempengaruhi produktivitas.
c. Kerusakan Sarana Produksi akibat kecelakaan seperti kebakaran,
peledakan, dan kerusakan.
2. Kerugian Tidak Langsung
Di samping kerugian langsung, kecelakaan juga menimbulkan kerugian tak
langsung antara lain :
a. Kerugian jam kerja, kegiatan pasti akan terhenti sementara untuk
membantu korban yang cedera, penanggulangan kejadian, perbaikan
kerusakan atau penyelidikan kejadian.
b. Kerugian produksi Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap
proses produksi akibat kerusakan atau cedera pada pekerja.
90
c. Kerugian Sosial Kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial bagi
keluarga korban yang terkait langsung maupun lingkungan sosial
sekitarnya.
91
Penerapan k3 pada proyek konstruksi – Konstruksi merupakan pekerjaan berat yang di
dalamnya melibatkan banyak unsur. Bukan hanya manusia sebagai pekerja, melainkan juga
unsur-unsur lain yang mendukung. Dari mulai penggunaan alat-alat berat hingga terlibatnya
bahan material dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan dunia konstruksi memiliki risiko
kecelakaan kerja lebih tinggi dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Untuk itulah kenapa
semua pihak harus memahami pentingnya penerapan K3 pada proyek konstruksi. Apa itu
K3? Pada dasarnya penerapan K3 tidak hanya ada pada lokasi proyek pembangunan atau
konstruksi. Melainkan juga diterapkan pada bidang pekerjaan lain seperti pabrik hingga
institusi pemerintahan. Hanya saja, mengingat risiko pekerjaan konstruksi yang lebih berat,
penerapan K3 seolah-olah hanya menjadi kewajiban pemilik perusahaan konstruksi. Untuk
itulah, istilah K3 ini seharusnya tidak asing bagi Anda yang bekerja atau justru terlibat dalam
dunia konstruksi. Tidak asing juga bagi Anda yang bekerja di pabrik hingga institusi
pemerintahan tentunya. K3 merupakan kepanjangan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Seperti yang telah diulas secara singkat sebelumnya, K3 ini sendiri adalah bidang yang
berkaitan erat dengan keselamatan kerja dan juga kesehatan kerja yang penerapannya ada
pada proyek hingga perusahaan konstruksi itu sendiri. Sesuai namanya, tujuan penerapan K3
adalah mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja, terutama manusia atau tenaga kerja
yang terlibat. Pada praktiknya, penerapan K3 tidak hanya dilakukan oleh pekerjaan
konstruksi saja. Melainkan juga banyak institusi dan perusahaan lainnya. Semisal pabrik,
rumah sakit, laboratorium dan banyak lagi. Pada pekerjaan konstruksi, penerapan K3 ini
sendiri meliputi banyak aspek. Dari aspek pencegahan, adanya pemberian sanksi, juga
kompensasi, penyembuhan dan perawatan luka untuk para pekerja hingga tersedianya
perawatan kesehatan untuk yang terluka dan sedang cuti sakit. Bahaya fisik dan mekanik
di dunia konstruksi Penerapan K3 dalam dunia profesionalisme kerja, pada dasarnya
mengacu pada risiko bahaya yang terjadi selama pekerjaan dilakukan. Terdapat beberapa
jenis bahaya yang berbeda, sehingga penerapan K3 sendiri juga berbeda. Untuk pekerjaan
konstruksi, penerapan K3 konstruksi perlu diterapkan karena beberapa risiko bahaya fisik
dan mekanik yang berpeluang besar terjadi selama pekerjaan dilakukan. Mengingat adanya
penggunaan alat-alat berat, jumlah material bahan yang sangat besar hingga sulitnya
pekerjaan yang dilakukan. Terkait dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, beberapa
konstruksi mengharuskan pekerja untuk bekerja pada ketinggian tertentu. Sehingga risiko
jatuh dari ketinggian hingga meninggal saat bekerja, berpeluang besar terjadi. Sementara
pekerjaan yang melibatkan alat-alat berat, dari mulai memindahkan komponen besar,
melakukan pemotongan hingga penyatuan komponen tertentu, juga berisiko membuat
pekerja mengalami luka bakar, tertusuk, tertimpa dan banyak lagi. Bahkan seorang pekerja
konstruksi juga tidak memiliki lingkungan kerja yang nyaman selama proyek berlangsung.
92
Tempat konstruksi yang sempit, lingkungan yang rawan bencana hingga kebisingan dari
penggunaan alat-alat berat, memiliki risiko bahaya yang tidak dapat diremehkan. Risiko
pekerja mengalami sesak napas, pusing, kelelahan, kram hingga stres karena suhu udara
yang sangat panas dapat terjadi. Pentingnya penerapan K3 pada proyek konstruksi, salah
satunya adalah untuk meminimalkan risiko-risiko bahaya tersebut. Sistem manajemen K3
yang professional Mengenai penerapan K3 dalam konstruksi dan pekerjaan lainnya, setiap
negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Hanya saja, telah dibuat standar baku K3
internasional yang mengharuskan setiap negara melaksanakan penerapan K3 minimal. Untuk
mewujudkan penerapakan K3 yang lebih optimal dalam dunia konstruksi, setiap perusahaan
wajib memiliki Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang akan mengatur penerapan K3 dengan
baik. Sekilas, penerapan K3 dalam dunia konstruksi ini hanya menguntungkan para pekerja.
Namun pada dasarnya penerapan K3 ini untuk melindungi pekerja sekaligus perusahaan.
Saat pekerja terluka selama proyek konstruksi, maka perusahaan juga akan mengalami
kerugian. Dengan sistem menajemen K3 yang optimal, kerugian yang terjadi pada kedua
belah pihak baik pekerja dan juga perusahaan dapat diminimalkan. Siapa saja yang terlibat
dalam suksesnya penerapan K3 dalam perusahaan atau proyek konstruksi? Seperti yang telah
diuraikan di atas, konstruksi melibatkan banyak pihak dari pekerja, perusahaan dan masih
banyak lagi. Kesuksesan penerapan K3 dalam proyek konstruksi tidak lepas dari kerjasama
pihak-pihak yang terlibat dalam proyek hingga manajemen. Di Indonesia sendiri, meski
payung hukum sudah tersedia, pentingnya penerapan K3 pada proyek konstruksi masih
sering diabaikan. Hal inilah yang justru memberi banyak kerugian pada pekerja hingga
perusahaan dan manajemen. reff : MediaK3.com
93