Anda di halaman 1dari 20

Bab 1

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Kompetensi Dasar
3.1 Menerapkan prinsip keselamatan, Kesehatan kerja dan lingkungan hidup pada tanaman perkebunan
tahunan
4.1 Mengoptimalkan keselamatan, Kesehatan kerja dan lingkungan hidup pada tanaman perkebunan tahunan

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, siswa diharapkan mampu
1. Siswa mampu memahami pentingnya penerapan K3 di tempat kerja
2. Siswa dapat menerapkan prinsip-prinsip K3
3. Siswa dapat mengidentifikasi dan mencegah resiko kerja
4. Siswa dapat melakukan penanganan darurat pada kecelakaan kerja

A. Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk mencapai
produktivitas kerja.
1. Latar Belakang K3
Keselamatan kerja memiliki fungsi mencegah kecelakaan di tempat tenaga kerja melakukan pekerjaan.
Tidak seorangpum di dunia ini yang ingin mengalami kecelakaan. Maka keselamatan kerja bersifat
umum dan ditujukan untuk keselamatan seluruh umat manusia. Hal ini terbukti dengan diandakannya
International Safety Conference di Roma (1955) yang diikuti oleh 27 negara. Sedang pada tahun 1958 di
Brussels, Belgia yang diikuti oleh 51 negara.
Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak dapat kita duga, direncanakan dan diinginkan
sebelumnya atau bisa dikatakan juga tidak ada unsur kesengajaan terlebih dalam bentuk rencana.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan pada suatu tempat kerja dan
ini berarti disebabkan oleh pekerjaannya atau pada saat korban melakukan pekerjaan tersebut. kecelakaan
ini biasanya dating ketika kita tidak sedang siap menghadapinya. Kekagetan yang timbul akibat peristiwa
mendadak tersebut serta rasa takut melihat akibat, dapat membuat orang mudah menjadi panik.
Sebagai contoh yaitu kasus kejadian pada pekerja proyek, bahwa ancaman bahaya fisik maupun psikis
terhadap pekerjaa tergolong besar dalam setiap proyek konstuksi. Jenis-jenis bahaya yang dapat terjadi
sangat bervariasi mulai dari kebisingan, radiasi, perubahan teperatur secara ektrim, getaran dan tekanan
udara luar (barometric pressure). Pekerja konsruksi seringkali harus berlangsung di udara terbuka dengan
angin kencang, hujan disertai petir atau berkabut di malam hari. Kemajuan mekanisasi bermacam-macam
peralatan kerja proyek ternyata juga diiringi dengan peningkatan intensitas dan frekuensi kebisingan serta
bahaya yang lebih fatal. Semua adalah situasi yang mengancam keamanan dan kenyamanan dalam
bekerja bagi pekerja konstruksi. Selain itu terdapat peralatan kerja, baik alat tangan (hand tool) atau alat-
alat berat disertai bermacam-macam bahan bangunan yang juga menjadi sumber bagi ancaman
keselamatan dan Kesehatan kerja. Maka pekerjaan konstruksi termasuk berbahaya, suilt dan kotor
sehingga ada yang menganggap sebagai pekerjaan yang rendah, atau pekerjaan bangunan disebut orang
pekerjaan tipe 4D (dangerous, difficult, dirty, degrade).
Dengan terjadinya kecelakaan yang menyebabkan pekerja yang juga pencari nafkah bagi keluarganya
menderita cacat sementara atau cacat permanen sehingga tidak mampu bekerja lagi, mengidap penyakit
yang sulit disembuhkan atau bahkan meninggal dunia, yang pada akhirnya juga mengakibatkan kerugian
finansial yang tidak sedikit. Belum terhitung bila terjadi kerusakan pada pekerjaan yang sudah ditangani,
kerusakan peralatan dan bahan, keharusan mencari tenaga pengganti yang setaraf, serta jam-jam kerja
yang hilang sementara biaya operasi bagi kontraktor berjalan terus, ini semua harus dapat ditanggulangi
dengan baik.
Arti dan tujuan keselamatan kerja dapat diternagkan dalam perumusan sebagai berikut:
a. Menjamin keadaan, ketuhan dan kesempuranaan baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil
karya dan budaya nya, tertuju kepada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada
khususnya.
b. Tujuan dan sasaran dari upaya keselamatan kerja adalah:
c. Mencega terjadinya kecelakaan
d. Mencegah timbulnya penyakit akibat pekerjaan
e. Mencegah dan mengurangi kematian
f. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan-bangunan, alat-alat kerja,
mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi dan sebagainya
g. Meningkatkan produktifitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjaimn kehidupan
roduktifitasnya
h. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber produktif lainnya sewaktu kerja
i. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat menimbulkan
kegembiraan semangat kerja
j. Memperlancar, meingkatkan dan mengamankan produksi, industry serta pembangunan

2. Definisi K3
Keselamatan kerja diartikan sebagai suatu upaya agar pekerja selamat di tempat kerjanya sehingga
terhindar dari kecelakaan termasuk juga untuk menyelamatkan peralatan serta produksinya.
Syarat keselamatan kerja:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurnagi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Membeli alat-alat pelindung diri pada para pekerja
Kesehatan kerja diartikan sebagai upaya untuk menjaga Kesehatan pekerja dan mencegah pencemaran di
sekitar tempat kerjanya (masyarakat dan lingkungan). Kesehatan kerja dapat diartikan sebagai bagian
sosialisasi dalam ilmu Kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat Kesehatan
yang tinggi baik fisik, mental maupun sosial melalui usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit gangguan Kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan.
Fungsi Kesehatan kerja menurut ILO (International Labor Organization) yaitu:
a. Melindungi pekerja terhadap Kesehatan yang meungkin timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja
b. Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaan baik fisik maupun mental serta menyadari
kewajiban terhadap pekerjaannya
c. Memperbaiki, memelihara keadaan fisik, mental maupun sosial pekerja sebaik mungkin
Tujuan utama Kesehatan kerja yaitu:
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja
b. Pemeliharaan dan peningkatan Kesehatan dan gisi tenaga kerja
c. Perawatan dan efisisiensi produktifitas tenaga kerja
d. Pemberantasan kelalahan tenaga kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja
e. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk
kesehatan
Menurut Depnaker RI (1993) didalam arif (2016) secara filosofi, keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)
merupakan suatu pemikian dan upaya untuk menjamin keutuhuan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani tenaga kerja pada khususnya sebagai manusia pada umumnya, hasil karya budaya menuju
masyarakat adil dan Makmur. Hartatik (2014) menyatakan bahwa kesehaan kerja merupakan suatu
kondisi kesehatan yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat Kesehatan setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.
Sedangkan keselamatan dan Kesehatan kerja dikemukakan Mangkunegara dalam Hartatik (2014) sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan Makmur. Menurut Suma’mur (1987) didalam arif (2016) Keselamatan kerja
adalah keselamatan yang berhubunan dengan mesin, pesawat, alat kerja bahan dan proses
pengolahannya, tempat bekerja dan lingkungannya. Triyusliyanti (2007:245) didalam arif (2016)
berpendapat bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap fisik seseorang terhadap
cedera yang terkait dengan pekerjaan. Keselamatan dan Kesehatan kerja sangat penting pada kegiatan
usaha utamanya yang dijalankan dengan berinteraksi langsung dengan pekerjaan yang dapat memiliki
resiko tinggi.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan Kesehatan kerja
adalah sebuah upaya untuk melindungi para perkerja agar selalu dalam keadaan yang sehat dan selamat
selama berada di tempat kera serta meningkatkan sumberdaya manusia dengan melakukan pencegahan
dan pengobatan teradap kecelakaan atau penyakit yang disebabkan pada saat bekerja.
Secara umum, tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan ekerjaan untuk kesejahteraan hidup
dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional
b. Menjamin keselamatan dan Kesehatan orang lain yang berada ditempat dan sekitar pekerjaan itu
c. Menjamin terpeliharanya sumber produksi dan pendayagunaannya secara aman, efisien dan efektif
d. Khusus dai segi Kesehatan, mencegah dan membasmi penyakit akibat kerja
Tujuan K3 menurut Mangkunegara dalam Hartatik (2014) diantaranya sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapatkan jaminan keselamatan dan Kesehatan kerja, baik secara fisik, sosial,
maupun psikologis
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebak-baiknya
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya
d. Agar ada jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan Kesehatan gizi pegawai
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja
f. Agar terhindar dari gangguankesehatan ayng disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

3. Landasan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tata laksana baku (SOP) penerapan K3 konstruksi diatur dalam Pedoman Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pada Tempat Kegiatan Kerja yang dikeluarkan dalam bentuk Surat Keputusan Bersama Menteri
Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum no Kep.174/MEN/1986 tanggal 4 Maret 1986, yang
sekaligus berfungsi sebagai petunjuk umum berlakunya Pedoman Pelaksanaan, terutama khusus tenang
Keselamatan Kerja dan yang bersifat lebih menekankan kepada pencegahan. Adapun tentang Kesehatan
Kerja leih khusus diatur dalam Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul
karena hubungan kerja, yang kemudian dilengkapi dengan petunjuk melalui Surat Keputusan Menteri
Tenaga Kerja tentang pedoman diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, yang terakhir ini lebih menekankan pada penanganan akibat.
Dalam pedoman yang tertuang dalam Surat Keputusan Bersama tersebut persyaratan yang harus dipenuhi
dirinci sebagai berikut:
a. Persyaratan Administratif
b. Persyaratan teknis
c. Perancahan
d. Tangga kerja lepas dan tangga kerja sementara
e. Peralatan untuk mengangkat
f. Tali, rantai dan perlengkapan lainnya
g. Permesinan
h. Peralatan
i. Pekerjaan bawah tanah
j. Penggalian
k. Pemancangan tiang pancang
l. Pengerjaan beton
m. Operasi lainnya dalam pembangunan Gedung
n. Pembongkaran
Pedoman ini mengatur sebagian besar bidang dan jenis pekerjaan konstruksi, membahas dengan sangat
rinci mengenai lingkup berlakunya peraturan, kewajiban umum, keharusan dibentuknya organisasi K3,
laporan kecelakaan dan pertolongan pertama ada kecelakaan serta persyaratan-persyaratan lainnya.
Dalam persyaratan administratif dinyatakan terhadap semua tempat dimana dilakukan kegiatan
konstruksi berlaku semua ketentuan hukum mengnai Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang aberlaku di
Indonesia. Disini jelas bahwa tidak hanya berlaku untuk proyek milik Pemerintah atau Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) akan tetapi juga proyek milik swasta ataupun anggota masyarakat lainnya.
Selanjutnya sebagai kewajiban umum bagi kontraktor atau pengguna tenaga kerja dinyatakan bahwa:
a. Tempat kerja, peralatan, lingkungan kerja dan tatacara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga
kerja terlindungi dari resiko kecelakaan
b. Harus menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain harus aman digunakan
dan sesuai Keselamatan Kerja
c. Kontraktor harus turut mengawasi agar tenaga kerja bisa selamat dan aman dalam bekerja
d. Kontraktor harus menunjuk petugas Keselamatan Kerja yang karena jabatannya di dalam organisasi
kontraktor bertanggungajwab mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan, untuk enghindari
resiko bahaya kecelakaan
e. Pekerjaan yang diberikan harus cocok dengan keahlian, usia dan jenis kelamin serta kondisi fisik dan
Kesehatan tenaga kerja
f. Kontraktor harus menjamin bahwa semua tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya demi
pekerjaan masing-masing dan usaha pencegahannya
g. Petugas Keselamatan Kerja tersebut diatas bertanggungjawab pula terhadap semua tempat kerja,
peralatan, sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang
aman
h. Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja ini menjadi tanggungjawab Kontraktor

Mengenai organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja digariskan sebagai berikut:


a. Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus bekerja seara penuh (full time), berarti tidak bisa
sambilan atau separuh waktu
b. Bila mempekerjakan sejumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang
memerlukan, diwajibkan untuk membentuk unit Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Unit ini
merupakan unit struktural yang dikelola organisasi kontraktor
c. Dalam hubungan ini kkontraktor memiliki kewajiban yaitu:
d. Jika terdapat dua atau lebih kontraktor bergabung dalam suatu proyek mereka harus bekerja
membentuk kegiatan-kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan Kerja yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:


a. Diwajibkan memeriksa Kesehatan individu perkerja
b. Pekerjaan berumur dibawah 18 tahun harus dapat pengawasan Kesehatan khusus, meliputi
pemeriksaan Kembali atas kesehatanya secara teratur
c. Data pemeriksaan Kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk referensi
d. Kereta pengangkut orang sakit harus selalu tersedia
e. Jika tenaga kerja dipekerjakan dibawah tanah atau pada keadaan lain, alat penyelamat harus selalu
tersedia di dekat tempat mereka bekerja
f. Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang ada kemungkinan resiko tenggelam atau
keracunan gas alat-alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja
g. Persiapan-persisapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan cepat, jika
diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat
semasa itu
h. Petunjuk atau informasi harus diumumkan atau ditenpatkan ditempat yang strategis dengan
pemberitahuan
i. Ruang lingkup berlaikunya keselamatan kerja adalah di segala tempat kerja baik di darat, di alam
tanah, permukaan air, di dalam air maupun di udara dimana Pasal UU 1/1970 mengatur tentang
Keselamatan Kerja:
j. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan, atau instalasi
yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran, atau peledakan
k. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang
yang dapat meledak, mudah terbakar, mengigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi
l. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, perbersihan atau pembongkaran rumah, Gedung
atau bangunan lainnya termasuk bagunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan
m. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu ata
hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatna
n. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau biji logam lainnya, batu-
batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, naik dipermukaan atau didalam bumi maupun didasar
perairan
o. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik didaratan, melalui terowongan,
dipermukaan air, didalam air, maupun di udara
p. Dikerjakan bongkar muatan barang di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau Gudang
q. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam airdan dilakukan pekerjaan
dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan
r. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah
s. Dilakukan pekerjaan yang menganudng bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelanting bedna,
terjauth atau terperosok, hanyut atau terpelanting
t. Dilakukan pekerjaan dalam tangka, sumur atau lubang
u. Terdapat atau menyebar suhu, kelembapan, debu, kotoran, api, asap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara atau getaran
v. Dilakukan pembuangan atau pemusnahab sampah atau timah
w. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau telepon
x. Dilakukan Pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset penelitian yang menggunakan
alat teknis
y. Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak
atau air
z. Diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai peralatan,
instalasi listrik atau mekanik

Syarat-syarat Keselamatan Kerja menurut UU 1/1970 Pasal 3 ayat 1 yaitu:


a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamakan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian
lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memeri alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembapan, debu, kotoran, asap,
uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, keracunan,
infeksi dan penularan
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l. Memeliharan kebersihan, Kesehatan dan ketertiban
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya
n. Mengamankan dan memperlancar pengangukat orang, binatang, tanaman atau barang
o. Mengamankan dan memeliihara segala jenis bangunan
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
r. Menyesuaikan dan menyemprnakan pengamanan pada kecelakaan yang bahaya kecelakaannya
menjadi bertambah tinggi.

4. Ruang Lingkup K3
Secara singkat, ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut:
a. Memelihara lingkungan kerja yang sehat
b. Mencegah dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja
c. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari pekerjaan
d. Memelihara moral, mencegah dan mengonbati keracunan yang timbul dari kerja
e. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan
f. Merehabilitasi pekerjaan yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.

5. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja


Berdasarkan pasal 86 ayat 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upaya
keselamatan dan Kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat Kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi, Kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 dijelaskan bahwa kewajiban dan atau
hak tenaga kerja adalah untuk:
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau keselamatan kerja
b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan
c. Memenuhi alat perlindungan diri yang diwajibkan
d. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan Kesehatan kerja yang diwajibkan
e. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan Kesehatan kerja yang
diwajibkan; menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat Kesehatan dan keselamatan
kerja serta aat-alat pelindung diri yang diwajikan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

B. Keselamatan Kerja di Tempat Kerja


Penerapan K3 semakin meningkat utamanya pada organisasi perusahaan yang bergerak dibidang pertanian
atau perkebunan. Hal ini dikarenakan kegiatan pertanian dan perkebunan berlangsung di lapangan dan
mengandung resiko yang tinggi. Tentunya perusahaan menginginkan kegiatan usaha dapat berjalan dengan
lancar, para pekerja dalam kondisi yang selamat dan sehat sehingga dapat tercapai produktivitas yang tinggi.
Berikut penjelasan mengenai resiko kerja, pengendalian resiko kerja dan cara penanganan kecelakaan kerja.
Kondisi tempat kerja dijelaskan sebagai berikut:
a. Tiap ruangan atau lapangan, terttup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana pekerja atau yang sering
dimasuki untuk keperluan pekerjaan setiap buruh mempunyai hak untuk memperolah perlindungan
atas Kesehatan dan kesematan kerja, moral dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat manusisa serta nilai-nilai agama steiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan Kesehatan kerja yang menyatu dengan sistem manajemen perusahaan
(Pasal 87 ayat 1 UU no 13/2003)
b. Pelanggaran terhadap Pasal 87 UU 13/203 adalah sanksi administrative berupa teguran, peringatan
tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pembatalan persetujuan, pembatalan
pendaftaran, penghentian sementara, sebagian taua seluruh alat produksi dan pencabutan ijin oleh
Menteri atau Pejabat yang ditunjuk (Pasal 190 UU no 13/2003)

Persyaratan teknis tempat kerja dan peralatan:


a. Pintu masuk dan keluar harus dibuat dan dipelihara dengan baik
b. Lampu dan penerangan bila tidak memadai harus diadakan diseluruh tempat kerja, harus aman dan
cukup terang. Harus dijaga oleh petugas bila perlu bila ada gaungguan
c. Ventilasi harus ada di tempat tertutup termasuk pembuangan udara kotor
d. Jika tidak bisa menghilangkan debu dan udara kotor, harus disediakan alat pelindung diri
e. Kebersihan, bahan yang tidak terpakai harus dibuang, paku yang tidak terpakai harus dibuang atau
dibengkokkan, benda-benda yang bisa menyebabkan orang tergelincir serta sisa barang dan alat harus
dibuang, tempat kerja yang licin karena oli harus dibersihkan atau disiram pasir. Alat-alat yang
mudah dipindahkan harus dikembalikan ke tempat penyimpanan
f. Pencegahan bahaya kebakaran dan alat pemadam kebakaran. Persyaratan ini sangat rinci antara lain
mengatur bahwa harus tersedia alat pemadam kebakaran dan saluran air dnegan tekanan yang cukup.
Semua pengawak dan sejumlah tenaga terlatih harus disediakan dan selalu siap selama jam kerja.
Alat-alat tersebut harus diperiksa secara periodic oleh yang berwenang dan ditempatkan di tempat
yang mudah dicapai. Alat pemadam dan jalan menuju ke tempat pemadam harus terpelihara.
Demikian juga tentang syarat jumlah bahan kimia peralatan tersebut dan syarat pemasangan pipa
tempat penyimpanan air
g. Syarat-syarat mengenai alat pemanas
h. Syarat-syarat mengenai bahan yang mudah terbakar
i. Syarat-syarat mengenai cairan yang mudah terbakar
j. Syarat-syarat tentang inpeksi dan pengawasan
k. Syarat-syarattentang perlengkapan dan alat peringatan
l. Syarat-syarat tentang perlindungan terhadap benda-benda jatuh dan bagian bangunan yang rubuh
m. Persyaratan perlindungan agar orang tidak jatuh, tali pengaman dan pinggir pengaman
n. Persyaratan lantai terbuka dan lubang pada lantai
o. Persyaratan tentang lubang pada dinding
p. Persyaratan tentang tempat kerja yang tinggi
q. Pendegahan terhadap bahaya jatuh kedalam air
r. Persyaratanmengenai kebisingan dan getaran
1. Pengaruh K3 Terhadap Pribadi atau Lingkungan Pekerjaan
Adanya factor keselamatan dan Kesehatan kerja, khususnya pada dunia kerja dan dunia usaha dunia
industry, pengaruhnya sangat besar, dan dapat merubah pola hidup, dan budaya kerja yang sangat
signifikan, tetapi kadarnya akan tergantung juga pada moral komitmen dan tanggungjawab setiap
personal yang ada pada komunitas tersebut. pengaruh K3 diantaranya yaitu terhadap:
a. Motivasi
b. Produktivitas
c. Kenyamanan
d. Gairah
e. Menekan terjadinya kecelakaan
f. Ergonomi fisik
g. Kesehatan dan mental
h. Memelihara sarana atau fasilitas peralatan kerja
i. Mencegah kebakaran
j. Mempertahankan kelestaian ekosistem
k. Lingkungan yang sehat dan lain-lain

Syarat-syarat Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah:


a. Mencegah dan mengrangi kecelakaan
b. Membuat jalan penyelamaan
c. Memberi pertolongan pertama
d. Memberi peralatan pelindung pada pekerja dan alat kerja
e. Mempertimbangkan faktor-faktor kenyamanan kerja
f. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit fisik dan psikis karena pekerjaan
g. Memelihara ketertiban dan kebersihan kerja
h. Mengusahakan keserasian antar pekerja, perkakas, lingkungan serta cara dan proses kerja
i. Mengamankan daerah-daerah, bahan dan sumber-sumber yang berbahaya dengan pengamanan yang
sesuai dengan sempurna

2. Resiko Kerja
Resiko keselamatan kerja merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
kerusakan fisik tempat kerja, alat dan manusia yang datap dirasakan dala jangka pendek. Resiko
Kesehatan kerja merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kondisi tidak
sehat pada pekerja yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian baik fisik maupun psikis dalam
jangka pendek dan waktu panjang. Banyak resiko kerja yang harus dihadapi oleh tenaga kerja khususnya
di bidang pertanian dan perkebunan mulai dari keamanan, kesehatan, maupun lingkungan. Resiko
kecelakaan kerja juga bisa disebabkan karena alat yang digunaan oleh pekerja itu sendiri. Berikut
beberapa resiko kerja yang harus dihadapi oleh pekerja di bidang pertanian:
a. Terkena benda tajam
Kegiatan yang dilakukan di lahan seringkali menggunakan benda tajam seperti sabit, cangkul, parang
dan sejenisnya. Apabila pekerja tidak hati-hati dalam menggunakan alat maka kemungkinan terburuk
adalah dapat melukai dirinya sendiri maupun orang lain.
b. Dehidrasi
Pekerjaan dibidang pertanian sebagian besar dilakukan diareal lahan terbuka dengan sinar matahari
penuh selama bekerja. Hal ini menyebabkan sistem metabolism tubuh akan bekerja sedemikian rupa
untuk menghasilkan tenaga, akibatnya tubuh akan terus mengeluarkan keringat. Apabila kondisi
tubuh kurang sehat dapat menyebabkan seseorang tersebut kekurangan cairan atau dehidrasi. Dampak
akan menyebabkan kehilangan tenaga, lemas, bahkan kehilangan kesadaran.
c. Terbakar panas sinar matahari
Kegiatan yang dilakukan para pekerja dibidang pertanian perkebunan tentunya mengakibatkan tubuh
terkena sinar matahari langsung mulai dari kegiatan dimulai dsampai selesai. Pada sinar matahari
terdapat sunar ultraviolet yang membahayakan bagi kulit. Apabila semakin lama kulit tubuh dibiarkan
terpapar sinar matahari akan mengakibatkan dampak buruk pada kulit dalam jangka waktu yang lama
seperti kulit menjadi sensitive, mengelupas akibat sel kulit terbakar, dan kanker kulit.
d. Jatuh
Lahan pertanian dan perkebunan memiliki berbagai macam kontur dengan ketinggian dan kondisi
tempat yang berbeda-beda. Tidak sedikit pekerja dibidang pertanian dan perkebunan jatuh akibat
kurangnya hati-hati pada saat bekerja. Karena kurang memperhatikan kondisi disekitar akibat terlalu
focus bekerja atau hal lainnya. Akibat yang ditimbulkan yaitu luka-luka atau bahkan meninggal.
e. Terkena alat mesin yang digunakan
Pekerjaan dibidang pertanian dan perkebunan saat ini sudah mengikuti perkembangan zaman, dan
demi tercapainya target produksi mereka mengguanak alat mesin pertanian sekala besar untuk
membantu proses produksi. Tentunya alat mesin tersebut tidak dapat berjalan sendiri dtanpa
dioperasikan oleh karena belum sepenuhnyasemua pekerjaan dapat dikerjakan oleh mesin. Menjadi
operator maupun tenaga kerja yang bekerja dengan alat mesin yang besar tentunya harus menghadapi
resiko yang sangat besar, seperti terhantam alat, tertabrak, selip, atau yang lainnya disebabkan oleh
alat mesin itu sendiri
f. Keracunan zat kimia
Dalam proses kegiatan usaha dibidang pertanian dan perkebunan tidak asing lagi dengan penggunaan
pestisida dan pupuk kimia. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh hasil panen yang
maksimal. Apabila pekera tidak menggunakan alat pelindung diri yang benar maka dapat
terkontaminasi oleh cairan kimia dari pestisida dan pupuk kima, secara langsung maupun tidak
langsung akan berakibat buruk pada Kesehatan. Secara langsung pekerja yang terpapar bahan kimia
akan mengalami sakit pada pernapasan atau pencernaa bila bahan kimia tertelan, akibatnya bahkan
bisa sampai meninggal. Secara tidak langsung apabila terpapar bahan kimia terlalu sering tapi tidak
menimbulkan gejala yang langsung, akan mengakibatkan dampak buruk pada jangka Panjang.
Kontaminasi bahan kimia seperti pestisida dan pupuk bisa dari berbagai media, udara, air, maupun
benda khususnya bagi pekerja yang kontak langsung dengan bahan kimia tersebut.
g. Lingkungan kerja yang kurang sehat
Lingkungan kerja juga dapat menimbulkan resiko kerja yang tinggi, seperti kondisi lahan dengan
kontur yang ekstrim, kurangnya fasilitas sanitasi yang memadai, kualitas air minum kurang baik. Hal
tersebut tidak hanya membahayakan keselamatan, tapi juga Kesehatan para pekerja.

3. Pengendalian Resiko Kerja


Kecelakaan kerja terjadi bukan secara kebetulan, namun karena adanya sebab. Maka dari itu kecelakaan
dapat dicegah asal kita memiliki kemauan yang cukup untuk mencegahnya. Suma’mur dalam Arif (2016)
menyatakan bahwa sebab-sebab kecelakaan kerja harus diteliti dan ditemukan agar kedepannya dengan
uasha koreksi yang ditunjukkan kepada penyebab kecelakaan, maka kecelakaan kerja dapat dicegah dan
tidak terulang Kembali.
Berikut upaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja:
a. Pemasangan porster atau himbauan tentang K3
b. Penggunaan alat keselamatan kerja yang memadai (helm, sarung tangan, sepatu dll)
c. Pemberian rambu-rambu petunjuk dan larangan
d. Pemasangan pagar pengaman di antara lantai dan tangga
e. Briefing setiap pagi kepada mandor dan sub yang terlibat
f. Menjaga kondisi jalan kerja agar tetap layak pakai
g. Penempatan material atau bahan yang sensitive atau berbahaya dengan benar
h. Perlu mendapat perhatian terhadap alat yang menimbulkan suara bising, asap dan residu lainnya
i. Penyediaan alat pemadam kebakaran
j. Penempatan satpam
k. Kerjasama ddengan klinik atau rumah sakit terdekat
Selain itu, untuk mengurangi resiko kerja dapat dilakukan upaya pencegahan untuk menghindari
terjadinya kecelakaan kerja yaitu dengan menerapkan prosedur K3 sebagai berikut:
a. Menerapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan sistem manajemen K3.
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3.
c. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme
pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan dan dsasaran K3.
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan Tindakan perbaikan dan
pencegahan.
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem K3 secara berkesinambungan dengan
tujuan meningkatkan kinerja K3.
Dalam pelaksanaan pelayanan Kesehatan harus sesuai dengan kondisi perusahaan dan kebijakan pihak
manajemen. Terdapat berbagai jenis sistem pelayanan Kesehatan. Untuk perusahaan besar dan mampu,
penyelenggaraannya dapat dilakukan sendiri. Sedangkan untuk perusahaan menengah dan kecil, masih
banyak dijumpai berbagai masalah. Di perusahaan besar, pelayanan Kesehatan dilaksanakan secara
komprehensif untuk seluruh karyawan, keluarga bahkan pada pensiunan dan janda karyawan.
Pengembangan program Kesehatan juga selalu disesuaikan dengan kebutuhan yang terjadi. Keadaan
demikian ditunjang pula oleh kedudukan bagian Kesehatan dalam keseluruhan organisasi perusahaan,
yang berada dalam posisi sejajar dengan unsur penunjang lainnya seperti bagian personalia, logistic atau
produksi.
Berdasarkan UU nomor 2 tahun 1970 lingkungan kerja yang diharapkan yaitu:
a. Teratur
b. Bersih dan tidak licin
c. Suhunya nyaman
d. Ada keseimbangan antara waktu kerja dan waktu istirahat
e. Harmonis tata warna dan letaknya
f. Kondisi mesin dan alat-alat produksi lainnya disesuaikan dengan manusianya
g. Ada pengaturan intensitas dan penyebaran cahaya
h. Bahan-bahan beracun terkendali
i. Limbahnya dinetralisir
j. Ada suasana kekeluargaan
k. Sedangkan di perusahaan kecil, penyelenggraan pelayanan Kesehatan kerja secara komprehensif
umumnya sangat sulit terlaksana, oleh karena itu dapat dipilih alternatif sebagai berikut:
l. Penyediaan satu dokter untuk sepuluh perusahaan kecil yang berkelompok
m. Menentukan dokter langganan
n. Menggunakan fasilitas pelayanan Kesehatan terdekat
o. Ikut serta dalam program asuransi Kesehatan
Perlu diketahui bahwa penyelenggaraan pelayanan Kesehatan kerja dapat dilakukan sendiri oleh
pengurus, diselenggarakan oleh pengurus bekerjasama dengan dokter atau pelayanan Kesehatan lain dan
oleh pengurua beberapa perusahaan secara bersama.
Penglompokan perusahaan sebagai dasar kebutuhan tenaga dokter disarankan:
a. Menyelenggarakan pelayanan Kesehatan kerja berbentuk klinik dan mempekerjakan seorang dokter
yang praktek setiap hari
b. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 00-500 orang dengan tingkat bahaya rendah harus
melakukan pelayanan Kesehatan kerja yang berbentuk klinik, dilayani oleh para medis setiap hari dan
dokter praktek tiap dua hari
c. Sedang perusahaan dengan julah tenaga kerja 200-500 orang, dengan tingkat bahaya tinggi,
menyelenggarakan pelayanan Kesehatan sesuai point 1
d. Erusahaan dengan jumah tenaga kerja 100-200 orang, dengan tingkat bahaya, menyediakan klinik
yang dibuka setiap hari, dilayani oleh para media, dolkter praktek tiap tiga hari
e. Apabila perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 100-200 orang tersebut mempunyai tingkat bahaya
tinggi, maka penyelenggaraan pelayanan Kesehatan kerja dilaksanakan seperti pada point 2
f. Perusahaan yang jumlah tenaga kerjanya kurang daru serratus orang, maka pelayanan Kesehatan
kerja diselenggarakan bersama-sama dengan pengurus perusahaan lain
Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan kerja dan dokter yang memimpin dan melaksanakan pelayanan
Kesehatan kerja harus disahkan dan disetujui oleh Direktur (pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja) dan telah memperoleh pelatihan dibidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
Untuk melindungi tubuh para pekerja agar terjada dari resiko kecelakaan kerja diperlukan pakaian kerja
yang berfungsi sekaligus sebagai alat pelindung diri. Berikut pakaian dan peralatan pelindung diri yang
dibutuhkan untuk bekerja
a. Pakaian kerja
Untuk pekerja dibidang pertanian di lapangan pekaian kerja yang dibutuhkan pada umumnya sebagai
berikut:
1) Pakaian terbuat dari bahan yang dapat menjaga badan pekerja tetap kering dan berada pada
temperature yang nyaman. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi iklim yang ada di daerah
tersebut. Pakaian dapat melindungi tubuh dari paparan sinar UV.
2) Pakaian harus memiliki warna yang kontras dengan lingkungan pertanian untuk mempermudah
pemantauan bahwa pekerja terlihat jelas di lahan meskipun dari jarak yang lumayan jauh.
3) Menganggap penggunaan alat pelindung diri adalah sebagai upaya terakhir bila pengurangan
resiko dengan cara teknis atau organisator tidak mungkin dilakukan.
4) Alat pelindung diri harus memiliki fungsi yang spesifik.
5) Alat pelindung diri disesuaikan dengan keselamatan yang diitmbulkan olek resiko kerja
6) Alat pelindung diri harus memenuhi standar internasional atau nasional
Gambar 1.1 Pakaian Pelindung Diri
Sumber: Kementerian Pertanian, 2018

b. Alat pelindung diri


Peralatan pelindung diri untuk pekerja pada dasarnya mempunyai masalah tersendiri. Rendahnya
motivasi dari pihak pekerja untuk menggunakan peralatan tersebut hendaknya diimbangi dengan
kesungguhan pengelola menerapkan aturan penggunaan peralatan itu. Terdapat beberapa segi yang
perlu diperhatikan dan sekaligus pemecahannya sebagai berikut:
1) Untuk pertama kali menggunakan alat pelindung diri seperti helm, sepatu kejra dan ikat piiggang
pengaman memang kurang menyenangkan pekerja. Memanjat dengan memakai sepatu bahkan
akan terasa kurang aman bagi yang tidak terbiasa, mula-mula terasa memperlambat pekerjaan.
Memakai sarung tangan juga mula-mula akan terasa risih
2) Diperlukan tenaga pengawas K3 konstruksi untuk mengingatkan dan mengenakan sanksi bagi
pelanggar yang tidak menggunakan alat pelindung tersebut
3) Untuk pembiayaan peralatan memang diperlukan dana, dan hal ini tentunya sudah dianggarkan
oleh pengembang/kontraktor. Karena itu hendaknya diadakan inventarisasi dan prosedur
penyimpanan, perbaikan, perawatan, membersihkan dan menggantikan alat pelindung diri oleh
pengembang/kontraktor
Terdapat beberapa jenis alat pelindung diri pada bidang pertanian dengan pekerjaan yang dilakukan
di lapangan sesuai dengan jenis pekerjaannya antara lain sebagai berikut:
1) Sarung tangan dipakai pada saat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bahan kimia
beracun seperti pestisida dan pupuk kimia maupun pekerjaan di laboratorium. Untuk kegiatan di
lapangan sarung tangan yang digunakan terbuat dari karet dan tidak tembus oleh cairan.
Sedangkan utuk pekerjaan di laboratorium menggunakan sarung tangan yang terbuat dari serat
asbes yang tahan panas. Banyak luka kecelakaan terjadi di tangan dan pergelangan dibandingkan
bagian tubuh lainnya. Kecelakaan ditangan seperti bengkak, terkelupas, terpotong, memar, atau
terbakar bisa berakibat fatal dan tidak dapat lagi bekerja. Diperlukan pedoman penguasaan
peralatan teknis dan pelindung tangan yang cocok seperti sarung tangan.
Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan pelindung tangan misalnya adalah:
a) Pekerjaan yang berhubungan dengan permukaan yang kasar, tajam atau permukaan menonjol
b) Pekerjaan yang berhubungan dengan benda panas, karatan, atau zat-zat seperti aspal dan resin
beracun
c) Pekerjaan yang berhubungan dengan listrik dan cuaca

Gambar 1.2 Sarung Tangan


Sumber Nancy Chen, 2018

2) Sepatu lapangan digunakan jika pekerjaan dilakukan di lapangan dengan tujuan untuk melindungi
kaki dari gigitan serangga, serpihan kayu maupun benda tajam lainnya. Jenis sepatu yang
digunakan yaitu sepatu boot yang terbuat dari plastic maupun karet. Banyak kecelakaan kerja
terjadi karena tertusuk paku yang tidak dibengkokkan, terpasang vertical di papan sebagaimana
bahan bangunan yang berserakan di tempat kerja.

Gambar 1.3 Sepatu Pengaman


Sumber: Anonim, 2017

Ada beberapa jenis sepatu kerja untuk dipakai pelindung kaki agar aman dari kejatuhan benda:
a) Sepatu bot yang dipakai di tanah basah atau memasuki air
b) Sepatu untuk memanjat
c) Sepatu untuk pekerjaan berat
d) Sepatu korosi, untuk bekerja menggunakan bahan kimia dan bahan sejenis
Gambar 1.4 Sepatu Karet
Sumber: Anonim, 2017

3) Topi lapangan sebagai pelindung kepala, digunakan untuk melindungi kepala dari kemungkinan
benda yang jatuh selama bekerja di lapangan contohnya ketika memanen buah atau menebang
kayu. Kecelakaan yan menimpa kepala sering terjadi sewaktu bergerak dan berdiir dalam posisi
berdiri atauketika naik ke tempat yang lebih tinggi. Terutama bila ditempat yang lebih tinggi
pekerjaan sedang berlangsung. Aturan yang lebih keras pada daerah seperti ini diberlakukan tanpa
kecuali kepada siapapun yang memasuki area tersebut. jenis helm yang digunakan juga harus
standar. Ada standar nasional dan ada juga standar internasional. Juga cara pemakaiannya harus
benar, tali pengikat ke dagu harus terpasang sebagaimaa mestinya sehingga tidak mudah lepas.

Gambar 1.5 Topi Pengaman


Sumber: Anonim, 2017

4) Penutup muka biasanya digunakan apabila kondisi dilapangan sangat berdebu yang bertujuan
untuk melindungi muka dari debu yang beterbangan pada saat bekerja
Gambar 1.6 Penutup Muka
Sumber: Anonim, 2017

5) Pelindung mata berupa benda seperti kacamata digunakan untuk meindungi mata dari terik sinar
matahari maupun dari benda-benda yang berbahaya di lapangan seperti debu maupun pada saat
bekerja di laboratorium. Mata dapat luka karena radiasi atau debu yang beterbangan. Kecelakaan
yang engenai mata seringkali terjadi dalam:
a) Memecah batu, memotong, pelapisan atau pemasangan batu, pembetonan dan memasang bata
dengan tangan alat alat kerja tangan atau alat kerja tangan menggunakan listrik
b) Pengupasan dan pelapisan cat atau permukaan berkarat
c) Penutupan atau penyumbatan baut
d) Menggerinda dengan tenaga listrik
e) Pengelasan dan pemotongan logam
Dalam pekerjaan konstruksi terdapat juga resiko karena tumpahan, kebocoran atau percikan bahan
cair panas atau lumpur cair. Persoalan yang banyak terjadi adalah kemalasan tukang untuk
memakai pelindung, aat tidak cocok, atau memang alatnya tidak tersedia sama sekali di proyek

Gambar 1.6 Pelindung Mata


Sumber: Anonim, 2017

6) Tali pengaman, banyak sekali terjadi kecelakaan kerja karena jatuh dari ketinggian. Pencegahan
utama ialah tersedianya jairng pengaman. Tetapi unuk keamanan individu perlu ikat pinggang
pengaman. Conoh jenis pekerjaan yang memerlukan tali pengaman yaitu pekerjaan perawatan
pada bangunan struktur seperti jembatan]bekerja di ruang tertutup seperti Gudang atau ruangan
bawah tanah yang ada kemungkinan bahaya asap, gas berbahaya atau bahan-bahan yang rapuh.
Terdpat banyak jenis ikat pinggang pengaman dan tali pengaman, diperlukan petunjuk pihak yang
kompeten tentang tali pengaman yang paling cocok untuk suatu jenis pekerjaan. Termasuk cara
penggunaan dan perawatannya. Tapi pengaman yang lengkap harus selalu dipakai bersama ikat
pinggang pengaman.

Gambar 1.7 Tali Pengaman


Sumber: Anonim, 2017

Syarat-syarat untuk tali pengaman adalah:


a) Batas jatuh pemakai tidak boleh lebih dari dua meter dengan cara meloncat
b) Harus cukup kuat menahan berat badan
c) Harus melekat di bangunan yang kuat melalui titik kait diatas tempat kerja
Sesungguhya bila pekerjaan tersebut dipersiapkan melalui sistim pelatihan, kecelakaan yang
berakibat alpa menggunakan alat pelindung diri seperti ini akan jauh berkurang. Sebab dalam
sistem pelatihan diajarkan cara menggunakan peralatan yang betul, efektif dan tanpa
membahayakan. Hamper semua pekerja tukang tidak pernah dibekali pengetahuan melalui sistem
pelatihan, hanya memupuk pengalaman sambal langsung bekerja.
Dengan cara penjelasan ringkas kepada mereka sambal bekerja tentang pencegahan kecelakaan
hasilnya akan terbatas. Akan jauh lebih berhasil bila merupakan program dalam paket pelatihan
sejak berstatus caln pencari kerja atau pemula. Hal ini merupakan penyebab angka kecelakaan
kerja bidang konstruksi di Indonesia termasuk tinggi.

Gambar 1.8 Sabuk Pengaman


Sumber: Anonim, 2017
7) Masker digunakan untuk melindungi mulut dan hidung dari bahan-bahan berbahaya agar tidak
masuk kedalam tubuh melalui udara maupun cairan seperti pestisida, gas beracun, atau debu.
Dalam pekerjaan proyek terdapat pekerjaan yang berhubungan dengan bahaya debu, minyak atau
gas yang berasal dari:
a) Peralatan atau pemecah batu
b) Kecipratan pasir
c) Bangunan etrbuka yang mengandung debu esbes
d) Pekerjaan las, memotong bahan yang dibungkus atau dilapisi zinkum, nikel atau cadmium
e) Cat semprot
f) Semburan mendadak
Bila terdapat kecurigaan bahwa di udara terdapat gas beracun, pelindung pernapasan harus segera
dipakai. Jenis pelindung pernapasan yang harus dipakai tergangung kepada bahaya dan kondisi
kerja masing-masing. Juga diperlukan Latihan cara menggunakan dan merawatnya. Perlu minta
petunjuk pihak berwenang untuk peralatan pelindung pernapasan ini. Juga terdapat alat pelindung
pernapasan jenis setengah muka yang terdiri dari:
a) Yang memakai alat filter atau penyaring katrid. Filter ini perlu diganti secara berkala
b) Pelindung pernapasan dari gas dan asap
c) Filter kombinasi penahan gas dan asap
Disamping itu terdapat juga alat pelindung pernapasan penuh muka memakai filter yang bisa
melindungi mata maupun muka. Pelindung pernapasan yanh lain ialah yang melindungi seluruh
muka yang dilengkapi udara dalam tekanan tertentu dan merupakan jenis yang terbaik, terutama
bila di tempat kerja kurang oksigen. Udara dialirkan dari kompresor yang dilengkapi penyaring.
Pada iklim panas alat ini terasa sejuk dan menyenangkan. Alat ini lebih mandiri tapi memerlukan
pelatihan cara memakainya sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.

Gambar 1.9 Masker


Sumber: Anonim, 2017

4. Penanganan Kecelakaan Kerja


Banyak resiko yang ditimbulkan akibat pekerjaan yang dilakukan di lapangan, khususnya dibidang
pertanian dan perkebunan mulai dari resiko kecil sampai besar. Karena lokasi pekerjaan berada di
lapangan biasanya jauh dari pemukiman. Jika terjadi kecelakaan kerja setiap pekreja harus memiliki
kemampuan memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. Perlakuan pertama adalah perawatan
pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang
sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. Maka yang harus dilakukan yaitu:
1) Pertolongan pertama harus diberikan secara cepat walaupun perawatan selanjutnya tertunda
2) Pertolongan pertama harus cepat sehingga akan meringankan sakit pada korban
Tahapan umum pertolongan pertama pada umumnya yaitu:
1) Jangan panik
2) Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya
3) Perhatikan pernapasan dan denyut jantung korban
4) Perhatikan tanda-tanda syok
5) Jangan memindahkan korban secara terburu-buru
6) Segera antar korban ke klinik terdekat
Prinsip pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K):
1) Bersikap tenag, jangan pernah panik. Anda diharapkan menjadi penolong bukan pembunuh atau
menjadi korban selanjutnya
2) Gunakan mata dengan jeli, kuatkan hati karena hars tega melakukan tindakan yang membuat korban
menjerit kesakitan untuk keselamatannya, lakukan Gerakan dengan tangkas dan tepat tanpa
menambah kerusakan
3) Perhatikan keadaan sekitar kecelakaan, cara terjadinya keclakaan, cuaca dan lain-lain
4) Perhatikan keadaan sekitar kecelakaan, cara terjadinya kecelakaan, cuaca dan lain-lain
5) Perhatikan keadaan penderita apakah pingsan, ada pendarahan dan luka, patah tulang, merasa sangat
kesakitan dan lain-lain
6) Periksa pernapasan korbanm kalua tidak bernafas, periksa dan bersihkan jalan nafas lalu berikan
pernapasan bantuan (A, B= Airway, Breathing management)
7) Periksa nadi atau denyut jantung korban, kalua jantung berhenti, lakukan pijat jantung luar. Kalua ada
pendarahan berat segera hentikan (circulatory management)
8) Periksa apakah korban shock dan atasi penyebabnya
9) Setelah A, B dna C stabil, periksa ulang cedera penyebab atau penyerta. Kalua ada patah tulang
lakukan pembidaian pada tulang yang patah. Jangan buru0buru memindahkan atau membawa ke
klinik atau rumahsakit sebelum tulang yang patah dibidai.
Prioritas pertolongan utama yang harus dilakukan oleh penolong dalam menolong korban yaitu:
1) Henti napas
2) Henti jantung
3) Pendarahan berat
4) Shock
5) Ketidaksadaran
6) Pendarahan ringan
7) Patah tulang atau cedera lain
Tindakan pertama saat menemukan korban, pastikan ABC korban telah stabil, kalua perlu lakukan RJP
mengadakan dagnosa (mendapat informasi tentang keadaan korban)
1) Riwayat, yaitu cerita tentang bagaimana insiden tersebut terjadi, bagaimana cedera atau penyakit
yang dera. Tanyakan kepada korban bila sadar atau saksi mata
2) Petunjuk luar, semua petunjuk luar yang mungkin ada pada korban seperti catatan medis korban,
obat-obatan yang dibawa korban
3) Keluhan, adalah sesuatu yang dirasakan atau dialami atau dijelaskan oleh korban seperti mual, nyeri
panas, dingin, atau lemah. Hal itu harus ditanyakan dan dicocokkan dengan diagnose lainnya
4) Gejala, adalah rincian dari pengamatan yang dilihat, cium dan raba dalam suatu pemeriksaan korban
(pemeriksan dari ujung rambut sampai ujung kaki)
5) Melakukan eprtolongan dan perawatan terhadap hasil diagnose diatas sesuai dengan prioritas
pertolongan
Alat-alat P3K dan kotak obat yang memadai harus tersedia di tempat kerja dan dijaga agar tidak kotor,
kena udara lembab dan sebagainya. Isi alat P3K atau kotak obat tidak boleh ditempati benda-benda lain,
dan paling sedikit harus berisi obat kompres, perban, gauze yang steril, antiseptik, plester, forniquet,
gunting, splint danperlengkapan bila ada yang digigit ular. Juga harus dilengkapi instruksi yang jelas dan
mudah dimegerti, dan harus dijaga supaya tetap berisi.

Anda mungkin juga menyukai