PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) memberi manfaat
baik kepada organisasi tempat kerja dan pemerintah. Penerapan manajemen ini
bermanfaat bagi perusahaan dan pemerintah (Sujoso, 2016):
1. Bagi perusahaan
a. Mengetahui pemenuhan perusahaan terhadap peraturan perundangan dibidang
K3,
b. Mendapatkan bahan umpan balik bagi tinjauan manajemen dalam rangka
meningkatkan kinerja SMK3,
c. Mengetahui efektifitas, efisiensi dan kesesuaian serta kekurangan dari
penerapan SMK3,
d. Mengetahui kinerja keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan,
e. Meningkatkan image perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan daya
saing perusahaan,
f. Meningkatkan kepedulian dan pengetahuan tenaga kerja mengenai K3 yang
juga akan meningkatkan produktivitas perusahaan,
g. Terpantaunya bahaya dan risiko di perusahaan,
h. Penanganan berkesinambungan terhadap risiko yang ada diperusahaan,
i. Mencegah kerugian yang lebih besar kepada perusahaan dan
j. Pengakuan terhadap kinerja keselamatan dan kesehatan kerja diperusahaan atas
pelaksanaan SMK3.
2. Bagi pemerintah
a. Sebagai salah satu alat untuk melindungi hak tenaga kerja di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja,
b. Meningkatkan mutu kehidupan bangsa dan image bangsa di forum
internasional,
c. Mengurangi angka kecelakaan kerja yang sekaligus akan meningkatkan
produktifitas kerja/nasional,
d. Mengetahui tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan.
BAB II
KAJIAN LITERATUR
e) Ahli/petugas K3
4. Kebijakan OHSAS
Untuk memenuhi persyaratan standar OHSAS 18001:2007, kebijakan K3 yang
dibuat harus dikaji secara periodik untuk memastikan kebijakan tetap relevan sesuai
untuk organisasi, dapat disesuaikan terkhusus untuk sektor jasa konstruksi, dan harus
memiliki beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Sesuai dengan sifat dan skala risiko-risiko K3 Organisasi
b. Mencakup suatu komitmen untuk pencegahan cedera dan sakit penyakit dan
peningkatan berkelanjutan manajemen dan kinerja K3
c. Mencakup suatu komitmen untuk paling tidak mematuhi peraturan K3 dan
persyaratan lain yang relevan yang biasa dilakukan oleh organiasi yang terkait
dengan risiko-risiko K3
d. Memberikan kerangkan kerja untuk menetapkan dan meninjau tujuan- tujuan
K3
e. Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara
f. Didokumentasikan ke seluruh personel dalam kendali organisasi dengan tujuan
bahwa personel menyadari kewajiban K3 masing-masing
g. Tersedia untuk pihak-pihak terkait.
2. RK3K Pelaksanaan
RK3K Pelaksanaan adalah dokumen rencana penyelenggaraan K3 Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna
Jasa. RK3K yang sudah disetujui selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi
antara penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam penyelenggaraan K3 Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum.
Secara khusus RK3K Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dibuat oleh Penyedia
Jasa untuk pelaksanaan kontrak, dibahas dan ditetapkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) pada saat rapat persiapan pelaksanaan (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 05, 2017).
RENCANA KESELAMATAN DAN
……… KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K)
b) Kolom (2): Diisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko K3 yang
tertuang di dalam dokumen pelelangan.
c) Kolom (3):Diisi dengan identifikasi bahaya yang akan timbul dari seluruh item
pekerjaan yang mempunyai risiko K3.
d) Kolom (4): Diisi dengan nilai (angka) kekerapan terjadinya kecelakaan.
C. Relokasi Utilitas
Pekerjaan Relokasi Utilitas mempunyai potensi bahaya terhadap tenaga kerja
yaitu kecelakaan akibat pekerja terkena sengatan aliran listrik atau terkena gas
berbahaya.
Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan
Relokasi Utilitas yaitu :
Data dan informasi lokasi utilitas yang ada yang akan direlokasi harus tepat
Pekerjaan harus dilakukan dengan prosedur dan metode yang benar
D. Pembersihan
Pekerjaan Pembersihan mempunyai potensi bahaya terhadap tenaga kerja yaitu
bahaya akibat pembersihan atas akumulasi sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah
akibat operasi pelaksanaan pekerjaan.
Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan
Pembersihan yaitu pembersihan seluruh permukaan terekspos harus dilakukan dengan
baik dan benar sehingga proyek yang ditinggalkan siap pakai (Departemen Pekerjaan
Umum dan Direktorat Jendral Bina Marga, 2006).
1. Kebijakan K3
Kebijakan yang ditetapkan harus mememenuhi ketentuan:
a. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3;
b. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lain yang terkait dengan K3; dan
c. Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3.
2. Perencanaan K3
Dalam perencanaan K3 harus mencakup bagian-bagian berikut:
a. Penyusunan identifikasi bahaya, penilaian risiko, skala prioritas, pengendalian
risiko K3 dan penanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan konstruksi yang
dilakukan.
b. Pemenuhan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang dipergunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan SMK3.
c. Sasaran umum adalah pencapaian nihil kecelakaan kerja yang fatal (Zero Fatal
Accidents) pada pekerjaan konstruksi.
d. Sasaran khusus yang disusun secara rinci guna terciptanya sasaran umum
dengan pelaksanaan program-program.
e. Program K3 yang disusun harus mencantumkan sumber daya yang
dipergunakan, jangka waktu, indikator pencapaian, monitoring dan
penanggungjawab serta biaya yang dianggarkan.
3. Pengendalian Operasional
Pengendalian operasional berupa prosedur kerja/petunjuk kerja, yang harus
mencakup seluruh upaya pengendalian, antara lain:
a. Menunjuk penanggung jawab kegiatan SMK3 yang dituangkan dalam struktur
organisasi K3 beserta uraian tugas;
b. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan;
c. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja;
d. Program-program detail pelatihan sesuai pengendalian risiko;
e. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan; dan
f. Penyesuaian kebutuhan tingkat pengendalian risiko K3.
D. Pekerjaan Pengecoran
Berikut terdapat ringkasan dari beberapa hal yang penting untuk diingat pada
waktu pelaksanaan pengecoran :
1) Beton harus dicor secara vertikal dan sedekat mungkin pada posisi akhirnya.
Jika perlu penghampar beton, hal ini harus dilakukan dengan sekop dan bukan
dengan membuaf beton mengalir.
2) Beton tidak diperbolehkan dituang ke dalam acuan dari ketinggian berlebih
karena dapat menimbulkan kerusakan dan pemisahan. Ketinggian jatuh harus
sekecil mungkin dan bila melebihi 2 meter, mungkin perlu suatu talang/saluran
jatuh. Pengecoran beton harus dimulai dari sudut acuan dan dari titik terendah
bila permukaannya miring. Setiap tuangan beton harus dicor mengarah ke
deposit sebelumnya, bukan menjauhinya.
3) Beton harus dituang menurut lapisan horizontal dan tiap lapisan dipadatkan
sebelum penuangan lapisan berikutnya. Setiap lapis harus dicor dalam suatu
pekerjaan yang menerus dan sebelum pengerasan lapisan terdahulu. Ketebalan
tiap lapisan tergantung pada ukuran dan bentuk dari bagian beton itu, jarak
antara penulangan, kekentalan (konsistensi) beton dan cara pemadatan.
4) Pada pekerjaan beton bertulang, lapisan-lapisan pada umumnya mempunyai
ketebalan 300 mm, dan untuk beton masif tebal 500 mm. Jika lapisan beton
tidak dapat dicor sebelum pengerasan lapisan sebelumnya, seperti pada pagi
hari setelah semalam beristirahat, harus dibuat suatu konstruksi sambungan.
5) Beton tidak boleh dicor pada saat hujan lebat tanpa pelindung di atasnya, jika
tidak, permukaan semen akan tercuci oleh hujan.
E. Fabrikasi
Fabrikasi ini meliputi proses-proses pemotongan, pembentukan, pengeboran,
pelubangan, penyambungan dan operasi-operasi lainnya guna pembentukan pelat-
pelat baja yang sederhana dan profil-profil menjadi komponen-komponen jadi.
Metoda pemasangan dari tiap-tiap tipe jembatan dijelaskan dan masing-masing
diterangkan keuntungan dan kerugiannya.
F. Kontrak Konstruksi Pekerjaan Jembatan
Umumnya kontrak pembangunan jembatan termasuk pembangunan konstruksi
jalan pendekat. Ini umumnya dikerjakankan di bagian akhir pelaksanaan pekerjaan
kontrak dan biasanya dilupakan dalam seluruh proses pengendalian mutu.
a) Pelaksanaan galian.
b) Pile Head Treatment
c) Lean Concrete
d) Pembesian dan pengecoran
3) Pekerjaan Pier P
Pekerjaan kolom pier dimulai setelah pekerjaan pile cap telah selesai. Kolom
pier termasuk struktur utama jembatan yang berfungsi untuk meneruskan beban-
beban yang berada diatasnya, seperti beban hidup dan beban mati menuju pile cap
jembatan.
6) Pekerjaan Diafragma
Diafragma adalah elemen struktur yang berfungsi untuk memberikan ikatan
antara PC-U Girder sehingga akan memberikan kestabilan pada masing-masing
PC-U Girder dalam arah horizontal. Pengikatan tersebut dilakukan dalam bentuk
pemberian stressing pada diafragma dan PC-U Girder dapat berkerja sebagai satu
kesatuan.
1. Pekerjaan persiapan
a) Survei & stocking out
b) Mobilisasi
c) Direksi keet / Gudang / papan proyek / pagar kerja
a) Galian
c) Lean concrete
d) Pembesian
e) Bekisting
f) Pengecoran
g) Curing
4. Pekerjaan Pier
a) Pembesian Kolom
c) Pengecoran beton
d) Curing beton
a) Perancah Scaffolding
b) Pembesian tahap 1
d) Pengecoran tahap 1
f) Pembesian tahap 2
h) Pengecoran tahap 2
b) Pembesian
c) Pemasangan bekisting
e) Curing
f) Pembongkaran bekisting
b) Distribusi ke site
b) Bekisting cantilever
c) Pembesian
d) Pengecoran
e) Curing beton
11. Finishing
a) Pembersihan
3.2 Struktur Organisasi
Presiden Direktur
Perusahaan
Tanggap Darurat
Perusahaan.
3) Tingkat Risiko