Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KESELAMATAN KERJA(SAFETY HAZARD)

diajukan untuk memenuhi mata kuliah kesehatan dan keselamatan kerja


(k3)

Dosen pengampu :Kuzzairi S.kep.,Ns.M.H.,M.Kes

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

KELAS 1A KEPERAWATAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RISET DAN


TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK NEGERI MADURA


TAHUN AKADEMIK 2021

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja program studi DIII Keperawatan di POLTERA. Saya selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mengarahkan
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada semua
pihak yang membantu terselesainya makalah ini.

Saya sangat menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini. Oleh karena itu,penulis berharap mendapatkan , kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Sampang 28 , Desember 2021


Penulis,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan

dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

yang baik pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya dengan aman, nyaman

dan selamat. Pekerja yang merasa aman, nyaman dan selamat saat bekerja di

tempat kerja akan mendorong tercapainya hasil kerja yang lebih baik

dibandingkan dengan pekerja yang merasa tidak aman, nyaman dan selamat

saat bekerja di tempat kerja. (Jurnal Sipil Statik 1 (4), 2013)

banyak faktor yang berpengaruh dalam setiap kejadian kecelakaan

kerja. Beberapa diantaranya yaitu faktor manusia, peralatan pendukung

keselamatan dan juga Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) yang ada di dalam organisasi. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 3

Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, telah diatur

di dalamnya mengenai kewajiban bagi setiap tempat kerja untuk menerapkan

K3, termasuk peraturan mengenai implementasi Alat Pelindung Diri (APD).

Terkait implementasi APD banyak aspek yang berpengaruh diantaranya faktor

manusia, kondisi atau spesifikasi APD dan kenyamanan penggunaan APD.

Penggunaan APD yang tepat dapat mengurangi tingkat terjadinya kecelakaan

secara signifikan. Hal tersebut dapat
dicapai jika APD yang dipergunakan didesain berdasarkan studi tentang

ergonomi dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). (Menurut

Suma’mur (1996),

Kemajuan pengetahuan dan teknologi yang terjadi di era

globalisasi saat ini tidak saja dialami oleh negara industri tetapi juga

oleh negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan

data dari International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1

pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan

160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya 2012,

ILO mencatatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan Penyakit

Akibat Kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun (Depkes, 2014).

Keberhasilan dalam penerapan K3 di suatu perusahaan dapat

dilihat dari kasus - kasus kecelakaan kerja yang terjadi. Kecelakaan

kerja yang terjadi di Indonesia menunjukkan angka - angka yang harus

diberikan perhatian serius untuk pekerja Indonesia. Data kecelakaan

kerja di Indonesia atas populasi tenaga kerja 7 - 8 juta menujukan

100.000 peristiwa kecelakaan kerja dengan hilang hari kerja setiap

tahunya. Kerugian rata - rata Rp. 100 - 200 milyar per tahunnya dan

korban meninggal per tahunnya rata - rata antara 1500 - 2000 orang,

penelitian kasus untuk tahun 2000 akibat kecelakaan kerja 70 juta hari

kerja atau 500 juta jam kerja hilang. Peristiwa kecelakaan kerja yang

terjadi selain kecelakaan kerja berat terdapat juga kecelakaan kerja

ringan atau hampir kecelakaan (Suma’mur, 2009).


1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang akan penulis angkat dalam makalah ini
sesuai dengan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya, yaitu

1. Apa pengertian dari keselamatan kerja


2. Apa fungsi dari keselamatan kerja
3. Bagaimana perkembangan sejarah keselamatan kerja
4. Macam macam bahaya keselamatan kerja
5. Prinsip prinsip dasar yang diterapkan oleh keselamatan kerja
6. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi pada keselamatan kerja

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari keselamatan kerja


2. Mengetahui istilah istilah dari keselamatan kerja
3. Mengetahui bagaimana perkembanga sejarah keselamatan kerja
4. Mengetahui macam macam bahaya keselamatan kerja
5. mengetahui prinsip dasar yang diterapkan oleh keselamatan kerja
6. untuk mengetahui terjadinya bahaya mekanik pada keselamatan kerja

1.4 manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini penulis berharap pembaca dapat mengetahui dan
mempelajari tentang keselamatan kerja serta penanggulangannya
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 pengertian Keselamatan Kerja

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan


upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja khusunya, dan manusia pada umumnya, hasil karya, dan
budaya untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Menurut OHSAS 18001:2007, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
adalah semua kondisi dan faktor yang bisa berpengaruh pada kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja maupun orang lain (pemasok, kontraktor, tamu,
dan pengunjung) di tempat kerja.
Oleh sebab itu, implementasi K3 termasuk adanya ahli K3 di tempat kerja
merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya bahaya K3 sehingga
tetap menjamin hak pekerja untuk mendapat perlindungan bagi kesehatan
dan keselamatan kerja sesuai yang termaktub dalam UU Ketenagakerjaan.
Keselamatan Kerja adalah sebuah kondisi dimana para karyawan
terlindungi dari cidera yang disebabkan oleh berbagai kecelakaan yang
berhubungan dengan pekerjaan
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita
bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan
keselamatan, dan kondisi pekerja.
Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa
Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik
seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah
merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

2.2 . Fungsi dari keselamatan kerja yaitu :

a. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya


kesehatan di tempat kerja
b. Memberikan saran terhadap perencanaan, pengorganisasian dan
praktek kerja termasuk desain tempat kerja
c. Memberi saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan
kerja dan APD
d. Melaksanakan surveilans terhadap kesehatan kerja
e. Terlibat dalam proses rehabilitasi
f. Mengelola tindakan P3K dan tindakan darurat
g. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi praktek yang
berbahaya
h. Membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan
program
i. Menerapkan pengendalian bahaya dan program pengendalian
bahaya
j. Mengukur dan memeriksa kembali keefektifan pengendalian
bahaya dan program pengendalian bahaya.

2.3 Sejarah keselamatan kerja

Keselamatan kerja di Negara Indonesia (k3) di mulai setelah Belanda


hadir ke Indonesia pada era ke-17. Saat itu, permasalahan keselamatan kerja di
lokasi Indonesia mulai terasa untuk melindungi modal yang ditanam untuk
industri. Saat jumlah ketel uap yang dipakai industri Indonesia sekitar 120 ketel
uap, hingga munculah undang-undang tentang kerja ketel uap di tahun 1853.

Pada tahun 1898, jumlah ketel uap yang dipakai industri kerja makin bertambah
jadi 2.277 ketel uap. Tahun 1890 lalu dikeluarkan ketentuan mengenai
pemasangan serta penggunaan jaringan listrik di lokasi Indonesia. Menyusul pada
tahun 1907, dikeluarkan ketentuan mengenai pengangkutan obat, senjata, petasan,
peluru serta beberapa bahan yang bisa meledak serta berdampak pada keselamatan
kerja.

Veiligheids Reglement serta pengaturan khusus menjadi pelengkap ketentuan


pengerjaannya dikeluarkan pada tahun 1905. Lalu direvisi pada tahun 1910 di
mana pengawasan undang-undang kerja dikerjakan oleh Veiligheids Toezich. pada
tahun 1912 muncul pelarang pada pemakaian fosfor putih.

Undang-undang pengawasan kerja yang berisi kesehatan serta keselamatan


kerja atau K3 dikeluarkan tahun 1916. Pada tahun 1927 lahir undang-undang
masalah serta di tahun 1930 pemerintah Hindia Belanda membuat revisi undang-
undang ketel uap.Riwayat keselamatan kerja di Negara Indonesia (k3) di mulai
setelah Belanda hadir ke Indonesia pada era ke-17.

Saat terjadi perang dunia ke II, sedikit catatan riwayat tentang keselamatan dan
kesehatan industri kerja, karena waktu itu masih dalam situasi perang hingga
banyak industri yang berhenti beroprasi. Semenjak zaman kemerdekaan, riwayat
keselamatan kerja berkembang sama dengan dinamika bangsa Indonesia.
Beberapa waktu setelah Proklamasi, undang-undang kerja serta undang-undang
kecelakaan (khususnya tersangkut permasalahan kompensasi) mulai dibuat. Di
tahun 1957 didirikanlah Instansi Kesehatan serta Keselamatan Kerja.

Sedang di tahun 1970, undang-undang no I mengenai keselamatan kerja dibuat.


Undang-undang ini sendiri dibuat jadi alternatif Veiligheids Reglement tahun
1920. Sejarah selanjutnya pada tahun 1969, berdirilah ikatan Higiene Perusahaan,
Kesehatan serta keselamatan kerja, serta di tahun 1969 dibuat laboratorium
keselamatan kerja.
Di tahun 1957, diselenggarakan seminar nasional Higiene Perusahaan serta
Keselamatan Kerja K3 dengan topik penerapan Keselamatan Kerja Untuk
Pembangunan. Persisnya di bulan Februari 1990, Fakultas Kedokteran Unissula
yang bekerja bersama dengan Rumah Sakit Sultan Agung Semarang mengadakan
symposium gangguan pendengaran karena kerja yang di buka oleh Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia yang saat itu dijabat oleh Cosmas Batubara.

2.4 Macam macam bahaya keselamatan kerja

4.1 Bahaya Mekanik


Bahaya Mekanik merupakan bahaya yang bersumber dari peralatan mekanik
atau benda yang bergerak dengan gaya mekanik yang digerakkan secara manual
atau dengan penggerak. Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya,
seperti: gerakan memotong, menempa, menjepit, menekan, mengebor dan bentuk
gerakan lainnya.

Bahaya mekanik di tempat kerja terdapat di mana - mana. Bahaya mekanik


dapat menimbulkan risiko trauma atau terluka akibat kecelakaan. Faktor - faktor
yang termasuk dalam faktor mekanik di tempat kerja antara lain adalah terbentur,
tertusuk, tersayat, terjepit, tertekan, terjatuh, terpeleset, terkilir, tertabrak, terbakar,
terkena serpihan ledakan, tersiram, dan tertelan. Sementara itu, risiko kecelakaan
yang dapat timbul dari faktor mekanik tersebut adalah cedera, seperti luka, luka
bakar, perdarahan, tulang patah, jaringan robek, sesak napas, jantung berhenti
berdetak, serta masuknya benda asing ke dalam tubuh ( khususnya mata ), bila
cedera yang ditimbulkan berat dapat menimbulkan kematian.

Bahaya mekanik bersumber dari peralatan mekanik atau benda


bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun
dengan penggerak misalnya mesin grindra, bubut, potong, dan alat press.
Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti mengebor,
memotong, menjepit dan yang lainnya. Gerakan mekanis ini dapat
menimbulkan cidera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong atau
terkelupas.

Bahaya keselamatan (safety hazard) merupakan jenis bahaya yang


berdanpakn pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka (injury)
sampai kematian serta kerusakan property perusahaan. Dampaknya bersifat
akut atau langsung terjadi. Jenis bahaya keselamatan kerja antara lain, Bahaya
Mekanik disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti tersayat
terjatuh, tertindih dan terpelese.

Menurut Goetsch (2002) bahaya mekanik dikelompokan menjadi


beberapa bagian, yaitu Cutting and Tearing, Shearing, Crushing, Breaking,
Straining and Spinning, dan Puncturing. Potensi-potensi bahaya mekanik
yang dijelaskan oleh Goetsch (2002) adalah mesin yang komponennya
berputar dengan kencang, bergerigi, dan belum di lengkapi penutup
sehingga mesin tersebut dapat menghancurkan sesuatu. Potensi bahaya lain
juga ada pada mesin yang memiliki mata pisau yang tajam dan tidak
berpenutup yang pernah mengakibatkan jari operator terpotong. Mesin yang
berukuran besar dan berat juga menjadi potensi bahaya yang ada di
perusahaan ini, karena mesin ini dapat menjepit dan menghantam operator
yang mengoperasikan mesin tersebut. Mesin yang memiliki komponen yang
tajam juga berpotensi menimbulkan bahaya permesinan karena dapat
menusuk tangan atau bagian tubuh dari operator.

Cara menanggulangi bahaya mekanik, yaitu :

1. Gunakan alat kerja yang tepat, sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan, serta periksa kondisi alat kerja untuk memastikan kelayakan
sebelum digunakan.
2. Identifikasi kemungkinan adanya potensi bahaya mekanik pada mesin
atau peralatan di area kerja Anda.
3. Identifikasi setiap titik mekanik yang ada pada mesin atau peralatan.
4. Jaga konsentrasi Anda saat bekerja atau berada dekat dengan mesin yang
bergerak atau berputar.
5. Jangan mengoperasikan mesin atau peralatan yang tidak terpasang
pelindung mesin dan jangan melepas atau melepas pelindung mesin jika
tidak ada petunjuk untuk melakukannya.
6. Pasang pelindung mesin untuk bahaya terjepit.
7. Pelindung mesin dirancang untuk mencegah kontak langsung dengan
titik jepit atau titik operasi.

4.2 Bahaya Elektrik


Bahaya Elektrik merupakan bahaya yang berasal dari energi listrik.
Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya, seperti sengatan listrik,
hubungan singkat dan kebakaran. Di tempat kerja banyak ditemukan bahaya
listrik, baik dari jaringan listrik, peralatan kerja maupun mesin-mesin yang
menggunakan energi listrik (Soehatman Ramli, 2010: 66). Kondisi potensi
bahaya, seperti kontak dengan listrik akibat kurang kehati-hatian dapat
terjadi selama analisis rekayasa, instalasi, pelayanan, tes serta pemeliharaan
listrik dan peralatan listrik

Listrik merupakan energi dibangkitkan oleh sumber energi biasanya


generator dan dapat yang mengalir dari satu titik ke titik lain melalui konduktor
dalam rangkaian tertutup. Potensi bahaya listrik adalah:
Bahaya kejut listrik
Panas yang ditimbulkan oleh energi listrik
Medan listrik

Pekerja dapat mengalami bahaya listrik pada kondisi-kondisi sebagai berikut:


1. Pekerja berhubungan/menyentuh kedua konduktor pada rangkaian listrik yang
bertegangan.
2. pekerja berada pada bagian antara konduktor yang ditanahkan (grounding) dan
konduktor yang tidak ditanahkan (grounding)
3. Pekerja berada pada bagian konduktor yang ditanahkan dengan material yang
tidak ditanahkan.

Bahaya-bahaya dari listrik

Energi listrik jelas dibutuhkan pada saat ini, tetapi selain memberikan
manfaat juga mempunyai potensi yang dapat membahayakan peralatan dan
kita sendiri seperti :

1. Kebakaran

Energi listrik menimbulkan panas, dan apabila panas ini berlebihan


mengakibatkan isolasi dari kabel listrik menjadi rusak yang bahkan
akan timbul api yang dapat menjadi kebakaran. Kita tahu bahwa kilang
PT Badak adalah kilang pencairan gas alam yang punya resiko
terjadinya kebocoran gas yang mengarah kepusat-pusat distribusi listrik
(MCC) atau terminal-terminal listrik yang bisa berakibat kebakaran /
peledakan yang diakibatkan adanya potensi terjadinya percikan api .

2. Peledakan

Pusat-pusat distribusi listrik seperti di SWGR & MCC semua


breaker / kontaktor sudah dirancang untuk dapat mengatasi jika
terjadinya kelebihan beban ataupun short circuit. Tetapi oleh sesuatu hal
dapat terjadi ledakan pada breaker kontaktor ini yang disebabkan oleh
cara pengoperasian yang salah , misalnya : Breaker/kontaktor motor di
MCC 4160 Volt ini jenisnya tidak boleh di Switch Off pada keadaan
masih ada beban ( Do not open under load).

3. Radiasi

Unit-unit pembangkit listrik (generator) atau distribusi listrik


tegangan tinggi sudah pasti ada radiasi yang diakibatkan oleh arus
induksi dari kawat penghantarnya.

Sampai saat ini efek radiasi listrik terhadap sel-sel penting dalam
tubuh manusia masih diperdebatkan oleh para pakar kelistrikan apakah
berbahaya atau tidak.

4. Kematian
Jika seseorang terkena sengatan arus listrik, maka orang itu hanya
mampu bertahan sekitar + 3 menit dengan besarnya arus listrik yang
mengalir ditubuhnya sebesar 0.40 Ampere, kemudian tidak dapat
ditolong lagi / meninggal.

Pencegahan dan penanggulangannya :

1. Kebakaran
 Yakinkan isolasi kabel tidak terkelupas / pecah atau sambungan
terminal tidak kendor yang bisa berakibat terjadinya percikan bunga
api. Jika mendapati hal-hal yang demikian segera laporkan dan
dibuatkan MWO untuk perbaikan.
 Apabila menjalankan salah satu motor , kemudian motor tersebut trip
kembali sebaiknya hanya kita lakukan maximum 2 kali untuk
meresetnya dan segera kita informasikan E/S Crew untuk mengecek /
memperbaikinya.
 Apabila terjadi kebakaran segera isolasi daerah yang terkena dan
gunakan alat pemadam kebakaran yang sesuai untuk
memadamkannya.

2. Peledakan
Yakinkan dulu jenis breaker / kontaktor yang akan kita switch off
dan apabila dikehendaki harus menyetop dulu motor nya dari breaker /
kontaktornya.
3. Radiasi
Menurut pakar kelistrikan yang setuju bahaya radiasi listrik , batas
aman bagi kita pada jarak + 3 meter dan berada selama 4 jam terus
menerus pada lingkungan yang terjangkau radiasi.
4. Kematian

 Jangan mencoba memegang kabel listrik terbuka, jika kabel itu


masih dialiri listrik.
 Harus mematikan sumber arus listriknya apabila ada Maintenance
Crew akan bekerja pada peralatan listrik. (Lo-To)

Tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi kecelakaan terkena


sengatan listrik :

 Jika mungkin putuskan aliran listrik.


 Apabila aliran listrik tidak dapat diputuskan, gunakan potongan kayu atau
tali untuk memindahkan sikorban kecelakaan.
 Bila pernapasan korban terhenti berikanlah penapasan buatan dan bila
jantungnya berhenti lakukan pijatan kearah jantung dan lanjutkan
tindakan ini sampai bantuan kesehatan datang.
 Minta bantuan seseorang untuk mendapatkan bantuan pertolongan pertama
dokter / ambulance.

Telah kita sadari bersama bahwa semua jenis pekerjaan mempunyai


resiko terjadinya kecelakaan yang dapat merusakkan peralatan dan
bahkan melayangnya jiwa seseorang, oleh sebab itu mengetahui sebab
dan akibat serta bahaya yang ditimbulkan dari suatu system atau
peralatan sangatlah diperlukan.

4.3 Bahaya Kebakaran


Pengertian Kebakaran dan api secara umum adalah dua hal yang
saling berkaitan. Kebakaran adalah nyala api baik besar atau kecil yang
bersifat merugikan dan secara umum sulit untuk dikendalikan.

Kebakaran juga menjadi sebuah peristiwa yang terjadi karena kondisi


darurat baik di lingkungan perusahaan, di lingkungan tempat tinggal atau di
tempat kerja. Seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya bahwa jika
membahas perihal kebakaran, arti kebakaran sendiri terdiri atas kondisi
merugikan karena api.

Kebakaran merupakan kejadian yang biasanya muncul akibat dari


adanya api yang tidak terkontrol yang disebabkan oleh konsleting listrik,
rokok, dan bahan kimia, dll.

Pengertian Kebakaran Menurut Para Ahli :

 Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerja

Definisi kebakaran menurut para ahli yaitu menurut Direktorat


Pengawasan Keselamatan Kerja, kebakaran adalah sebuah fenomena
yang gejalanya dapat diamati. Gejala kebakaran adalah terdapatnya panas
dan unsur cahaya dalam jumlah besar yang berpotensi berpindah pada
suatu bahan yang mudah terbakar.

 NFPA (National Fire Protection Association)

Menurut NFPA, secara umum kebakaran adalah suatu peristiwa


oksidasi yang melibatkan tiga unsur yaitu bahan bakar yang mudah
terbakar, oksigen yang terdapat di udara dan sumber energi atau panas
yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cedera atau bahkan
berpotensi merenggut nyawa seseorang (menimbulkan kematian).

 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N)


Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
(DK3N) kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal dari api
yang tidak dapat dikehendaki dan menimbulkan kerugian baik kerugian
materi atau non materi, serta menghilangkan nyawa.

Kerugian materi seperti hilangnya atau hangusnya harta benda,


bangunan fisik serta sarana dan prasarana. Sementara kerugian non
materi seperti trauma dan rasa takut.

Pengertian Api

Api adalah suatu reaksi kimia atau oksidasi secara cepat yang
terbentuk dari segitiga api.
Segitiga api merupakan tiga unsur pembentuk api yang terdiri atas
panas, oksigen dan bahan atau benda mudah terbakar yang outputnya
adalah panas dan cahaya.

Ketika api muncul, kebakaran belum tentu terjadi. Kebakaran


hanya akan terjadi jika segitiga api bereaksi dalam jumlah yang besar dan
tidak terkendalikan. Agar kebakaran tidak berpotensi terjadi, maka tentu
saja segitiga api harus dikendalikan sejak kemunculan api.

Pedoman Segitiga Api dibawah ini menjelaskan tentang munculnya


api memerlukan 3 komponen yakni bahan yang mudah terbakar, oksigen
dan panas.

Pedoman Segitiga Api

Cara pengendalian segitiga api yang dapat dilakukan adalah


memperkecil kemungkinan unsur – unsur pembentuk segitiga api
berkumpul dalam satu ruang. Pastikan Anda memisahkan panas atau
penghasil panas dari bahan – bahan yang sifatnya cenderung mudah
terbakar.

Kebakaran juga termasuk dalam salah satu kategori kondisi/situasi


darurat di lingkungan Perusahaan baik dari luar maupun dalam lokasi
tempat kerja.
Kebakaran bisa terjadi dimana dan kapan saja ketika ada bahan
yang mudah terbakar dan sumber kebakaran. Terdapat dua macam sistem
perlindungan bangunan terhadap bencana kebakaran yakni sistem
proteksi aktif dan pasif.

Konsep Kebakaran

Kebakaran terjadi karena api kecil yang tidak segera dipadamkan.


Untuk menimbulkan api harus ada 3 unsur yang saling berhubungan,
yaitu oksigen, bahan yang dapat terbakar (bahan bakar), dan peningkatan
suhu adalah teori api. Ketiga unsur tersebut disebut dengan istilah
‘Segitiga Api’. Jika ketiga unsur tersebut masih ada maka kebakaran
tidak akan padam.

Ilustrasi Konsep Segitiga Api

 Bahan Bakar (yang harus menjadi / berbentuk uap)

Bahan bakar dapat berupa padat, cair dan gas. Bahan bakar yang
dapat terbakar yang bercampur dengan oksigen dari udara.

 Oksigen (yang cukup untuk menentukan titik penyalaan)

Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang mutlak diperlukan oleh


makhluk hidup, kendaraan bermotor, maupun industri. Sumber
oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar
15% volume oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran. Tanpa
adanya oksigen maka proses kebakaran pun tidak dapat terjadi.

 Panas

Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga


dapat mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas antara lain:
panas matahari, permukaan yang panas, nyala terbuka, gesekan, reaksi
kimia eksotermis, energi listrik, dan percikan api listrik, api las /
potong.
Faktor Terjadinya Kebakaran

Adapun Beberapa faktor penyebab terjadinya kebakaran adalah


antara lain sebagai berikut :

 Faktor Manusia

Kelalaian, kecerobohan, kurang hati-hati dan kurang waspada


terhadap aturan pemakai / konsumen energi listrik merupakan faktor
utama yang menyebabkan terjadinya kebakaran listrik.

 Faktor Teknis

Kebakaran dapat terjadi karena faktor teknis. Faktor teknis meliputi


proses kimia, tenaga listrik, dan fisik/ mekanis.

 Faktor Alam

Kebakaran dapat terjadi secara alami antara lain disebabkan oleh


petir, letusan gunung berapi, batu bara yang terbakar. Curah hujan
juga merupakan faktor alam yang dapat mempengaruhi peristiwa
kebakaran.

Kebakaran ialah nyala api baik kecil maupun besar pada tempat,
situasi dan waktu yang tidak diinginkan dan umumnya bersifat
merugikan dan sulit dikendalikan. Kejadian kebakaran baik itu
kebakran kecil ataupun kebakaran besar terdapat beberapa bahaya di
dalamnya yang patut kita ketahui untuk keselamatan dan kesehatan
kerja.
Beberapa contoh jenis bahan yang mudah terbakar dan harus
dijauhkan dari api atau sumber api agar kebakaran tidak terjadi,
diantaranya :

 Hand sanitizer

Bahan yang satu ini merupakan cairan pembersih tangan yang


digunakan sehari – hari untuk membunuh kuman. Hand sanitizer
merupakan cairan pensteril dari kuman dan bakteri yang mengandung
alcohol dan mudah terbakar pada suhu rendah. Bahkan pada beberapa
kasus, hand sanitizer dapat bereaksi dengan percikan api dalam tempo
yang sangat cepat.

 Minyak goreng

Terlebih minyak goreng dalam kondisi panas sangat mudah


terbakar. Pastikan Anda tidak meninggalkan minyak goreng pada
penggorengan di atas kompor menyala tanpa Anda jaga. Nyala
kompor dan minyak goreng dalam jumlah besar berpotensi
menyebabkan kebakaran. Jika sudah terbakar, letusan dan percikan
minyak yang meluber kemana – mana akan terjadi.

 Aseton

Aseton merupakan cairan penghapus cat kuku yang didalamnya


terdapat kandungan larutan. Uap dari aseton ini sangat mudah
terbakar, jadi cairan asetonnya sendiri bisa Anda bayangkan
bagaimana potensinya menyebabkan kebakaran.

 Produk pencuci pakaian

Berbagai macam produk pencuci pakaian seperti cairan pewangi,


bubuk deterjen kering, cairan pelembut pakaian, penghapus noda pada
kain dan yang lainnya sangat mudah terbakar. Pastikan agar Anda
menggunakannya tanpa ada sumber nyala api terbuka.
 Produk otomotif

Produk – produk otomotif seperti halnya minyak rem, minyak


pelumas, semir body kendaraan didalamnya merupakan bahan yang
banyak mengandung bahan mudah terbakar.

Pastikan jika dirumah Anda menyimpan produk otomotif, produk


tersebut Anda simpan di tempat yang sejuk dan tidak terkena sinar
matahari. Jangan Anda gunakan bersamaan dengan nyala api terbuka
dan jangan didekatkan dengan sumber api atau bahan yang memicu
atau memantik api.

Cara Penyebaran Api

Anda juga perlu tahu bahwa api dapat menyebar melalui berbagai
macam cara. Setidaknya terdapat empat cara penyebaran api yang
berpotensi terjadi, diantaranya :

a. Penyebaran api melalui konveksi : peristiwa perpindahan panas dari


zat perantara yang disertai dengan perpindahan partikel zat.
Penyebaran api melalui konveksi dapat terjadi pada zat cair atau pun
gas dan biasanya terjadi karena perbedaan massa jenis karena
pemanasan.
b. Penyebaran api melalui radiasi : peristiwa perpindahan panas secara
langsung tanpa perantara
c. Penyebaran api melalui konduksi : peristiwa perpindahan panas dari
benda padat dari satu benda yang tersulut api ke benda padat lainnya
yang memicu kebakaran.
d. Penyebaran api melalui proses penyalaan api langsung pada tempat
disulutnya api
Bahaya dan Dampak Kebakaran

Adapun beberpa bahaya serta dampak api dan Kebakaran di antara


lain ialah sebagai berikut :

a. Api (jilatan api yang dapat membakar kulit/tubuh).


b. Suhu panas (dapat menyebabkan hipertermia).
c. Asap (dapat menyebabkan sesak nafas dan mengganggu
pengelihatan).
d. Gas-gas beracun (dapat menimbulkan penyakit (Penyakit Akibat
Kerja) dan gangguan kesehatan lainnya).
e. Runtuhan bangunan (dapat menimpa korban yang terjebak di
dalamnya sewaktu-waktu).
f. Ledakan (bahan mudah meledak di sekitar area kebakaran dapat
melukai apa saja di dekatnya),dll.

Kerugian yang ditumbulkan oleh kebakaran

Di samping bahaya kebakaran di atas, kebakaran juga dapat


menimbulkan kerugian yang diantaranya ialah sebagai berikut :

a. Manusia (korban jiwa pada kejadian kebakaran).


b. Material (nilai bangunan dan aset yang rusak disebabkan kejadian
kebakaran).
c. Lingkungan (flora dan fauna yang musnah karena kejadian kebakaran,
efek termal kebakaran serta peningkatan gas CO2 dan polusi).
d. Ekonomi (kerugian finansial akibat tidak mampu berjalannya bisnis
dampak dari kejadian kebakaran).
e. Sosial (PHK massal dikarenakan kebangkrutan bisnis dampak dari
kejadian kebakaran).dll
K3 Kebakaran

Pada pembahasan tentang materi kebakaran kali ini, kita juga akan
membahas tentang K3 kebakaran. Pengertian definisi umum K3
kebakaran merupakan suatu aturan yang membahas keselamatan dan
kesehatan kerja yang berkaitan dengan api, pencegahan terhadap api, dan
cara penanggulangan api ketika kebakaran terjadi di lingkungan
perusahaan atau tempat kerja.

K3 kebakaran diperlukan untuk meminimalisir dampak dari


kebakaran dan mencegah terjadinya kebakaran yang sangat merugikan
banyak pihak. Pada prinsipnya, metode pemadaman api ketika kebakaran
terjadi sebagai berikut :

 Pendinginan

Peristiwa ini merupakan metode pemadaman api yang dilakukan


untuk menghilangkan unsur panas. Pendinginan biasanya dilakukan
dengan menggunakan media berbahan dasar air.

 Isolasi

Permukaan benda yang terbakar perlu ditutup setelah proses


pendinginan berlangsung. Metode isolasi diperlukan guna
menghalangi unsur O2 menyalakan api. Isolasi dapat dilakukan
dengan media busa atau serbuk.

 Dilusi

Meniupkan gas inert untuk menghalangi unsur O2 menyalakan api


sangat penting setelah proses memadamkan api dilakukan. Dilusi
dilakukan menggunakan media gas CO2

 Pemisahan bakan mudah terbakar merupakan metode lanjutan yang


dilakukan dengan cara memisahkan bahan mudah terbakar dari unsur
api. Metode ini dilakukan dengan memindahkan bahan mudah
terbakar dari jangkauan api atau sumber api.
 Terakhir pemutusan rantai reaksi yang perlu dilakukan menggunakan
bahan tertentu untuk mengikat radikal bebas yang dapat memicu
rantai reaksi api. Proses terakhir ini dilakukan menggunakan bahan
dasar halon.

Usaha yang dilakukan untuk mengantisipasi bahaya kebakaran dan


upaya pengendalian terhadap bahaya kebakaran telah sesuai dengan
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor:
555.K/26/M.PE/1995 Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pertambangan Umum Bab IV Tentang Sarana Tambang di Permukaan
Bagian Ketiga Mengenai Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran

4.4 Bahaya Peledakan


Peledakan biasanya sering terjadi pada perusahaan-peru sahaan yang
mengerjakan bahan-bahan yang mudah meledak. Perusahaan-perusahaan
yang demikian pada setiap ruangan kerja haruslah disediakan sekurang-
kurangnya satu pintu yang cepat terbuka untuk keluar. Bahan-bahan yang
akan dikerjakan di ruang kerja tidak boleh melebihi jumlah yang seharusnya
di kerjakan. Harus pula dipasang alat-alat kerja yang menjamin
pemakaiannya akan aman dari bahaya peledakan.

Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai, menyelenggarakan


suhu udara yang baik, memelihara ketertiban dan kebersihan, mengamankan
dan memelihara bangunan.

Penerangan yang baik adalah apabila :

 tidak menyilaukan
 tidak menimbulkan panas berlebih
 tidak menghasilkan gas
 tidak menimbulkan bayangan kontras
 tidak berkedip
 pencahayaannya rata

Sumber penerangan :

 cahaya alam: matahari


 luas jendela: 1/6-1/10 luas lantai
 cahaya buatan: lampu filamen (pijar), fluoresen
 lampu TL, merkuri
Upaya untuk mengantisipasi bahaya peledakan yang telah dilakukan
oleh pihak manajemen sudah sesuai dengan Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi nomor: 555.K/26/M.PE/1995 Tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pertambangan Umum Bab II
Mengenai Bahan Peledak dan Peledakan.

Kegiatan peledakan yang bertujuan untuk memisahkan batuan dari


induknya dalam industri pertambangan sangat rentan dengan bahaya. Hal
itu bisa terjadi pada high explosive maupun low explosive. Bahaya itu
bisa terjadi dari sifat bahan peledaknya sendiri, cara membawanya, cara
penyimpanan di dalam gudang (baik gudang bahan peledak di permukaan
maupun gudang bahan peledak pada tambang bawah tanah), serta
penggunaannya maupun pengawasannya pada pasca peledakan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang bertujuan untuk
memberikan perlindungan terhadap kecelakaan tambang maupun
penyakit akibat kerja dengan sasaran untuk menekan seminimal mungkin
bahkan sampai zero accident sangat diperlukan. Menerut penelitian
Heinrich maupun Lunch menyebutkan bahwa kecelakaan tambang pada
dasarnya disebabkan oleh unsafe act dan unsafe condition. Untuk itu
peranan K3 pada kegiatan peledakan di dalam industri pertambangan
adalah sangat penting.

Kegiatan peledakan mineral dan batubara (minerba) merupakan kegiatan yang


harus dilakukan dengan penuh kehati – hatian, karena bila tidak hati – hati
akan berdampak terhadap pekerja maupun lingkungan di sekitarnya.
Peledakan ini merupakan salah satu proses awal dari suatu kegiatan industry
pertambangan yang cukup berbahaya sehingga dibutuhkan tenaga yang cukup
terampil (telah mempunyai sertifikat juru ledak) serta mempunyai kartu ijin
meledakkan (KIM), dengan demikian dalam pelaksanaan ada pekerja dan
pengawas.
Dari pengertian bahan peledak adalah suatu campuran bahan – bahan
yang sengaja dibuat agar dapat meledak untuk tujuan tertentu. Termasuk
kegiatan peledakan minerba pada industry pertambangan. Untuk itu pada
setiap kegiatan pengangkutan, penyimpanan, merangkai, persiapan peledakan
sampai setelah peledakan dibutuhkan kecermatan dan kehati – hatian. Peranan
K3 sangat diperlukan dalam kegiatan ini. Salah satu kegiatan pada industry
pertambangan adalah pembongkaran. Kegiatan pembongkaran batuan yang
bertujuan untuk melepaskan atau membongkar batuan dari batuan induknya
(asalnya), dilakukan dalam dua tahap yaitu 1). Pemboran dimaksudkan untuk
menyediakan lubang tembak guna keperluan peledakan, 2) peledakan dengan
peralatan blasting machine, blasting ohm meter, ANFO mixer, serta peralatan
pendukung seperti tamper, pisau (cutter). Sedangkan perlengkapan peledakan
meliputi bahan peledak, powergell, detonator.
Dalam kegiatan pembongkaran dan peledakan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi hasil peledakan, yang bisa dibedakan :
1). Faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia
•       Karakteristik masa batuan
•       Struktur geologi
•       Pengaruh air tanah
•       Kondisi cuaca
2). Faktor yang dapat dikendalikan oleh manusia
•       Arah dan kemiringan lubang tembak
•       Pola pemboran
•       Diameter lubang tembak
•       Geometri peledakan (burden, spasing, steaming,
subdrilling, powder coloums)
•       Pola peledakan
•       Arah peledakan
•       Sifat bahan peledak
•       Pengisian bahan peledak
•       Waktu tunda
•       Ketelitian pemboran
Berikut langkah-langkah yang disarankan untuk menghindari kecelakaan
kerja akibat peledakan area tambang :

 Semua tahap kegiatan peledakan harus diawasi oleh pekerja khusus / ahli
yang kompeten dalam bidang peledakan area tambang.
 Pembatasan daerah zona bahaya dalam radius 500m dari lokasi ledakan.
 Penjaga harus dipasang di semua titik akses yang mengarah ke area ledakan
untuk mencegah dan mengendalikan mobilitas pekerja maupun hewan liar.
 Semua pekerja, peralatan kerja, serta mesin lainnya harus dikeluarkan dari
area ledakan ke lokasi aman yang telah ditentukan sebelumnya.
 Manfaatkan penggunaan sinyal yang dapat didengar seperti mikrofon, sirene,
serta walkie talkie untuk memudahkan koordinasi dan peringatan terhadap
kegiatan peledakan yang telah dijadwalkan.

2.5 Prinsip Prinsip Dasar Yang Dasar Yang Diterapkan Oleh Keselamatan
Kerja

Prinsip-prinsip yang harus dijalankan perusahaan dalam menerapkan keselamatan


kerja (K3) adalah sebagai berikut (Sutrisno dan Ruswandi, 2007):

 Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja.


 Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya.
 Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
 Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat
lingkungan kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu,kotoran, asap
rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat
kerja aman dari arus listrik, lampu penerangan cukup memadai, ventilasi
dan sirkulasi udara seimbang, adanya aturan kerja atau aturan keprilakuan.
 Adanya penunjang keselamatan jasmani dan rohani ditempat kerja.
 Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.
 Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kerja.

2.6 Faktor faktor yang mempengaruhi pada keselamatan kerja

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ke selamatan kerja menurut


Sedarmayanti (1996) adalah sebagai berikut:

1. Urusan Rumah Tangga


Kerapian dalam ruang kerja membantu
pencapaian produktivitas dan mengurangi kemungkinan
kecelakaan.

2. Ventilasi, Pemanas, dan Pendingin


Ventilasi yang menyeluruh perlu untuk ke sehatan
dan rasa keserasian para pegawai, karena mempengaruhi
efisiensi kerja. Udara panas dapat menyebabkan pegawai
sering keluar ruangan, karena keadaan kerja yang tidak
nyaman.

3. Tempat Kerja, Ruang Kerja, dan Tempat Duduk


Tempat kerja, ruang kerja, dan tempat duduk
dapat mempengaruhi pegawai dalam bekerja. Untuk itu,
sediakan tempat kerja dan ruang kerja nyaman dan aman,
dengan menghilangkan kepadatan di sekitarnya. Selain itu,
sediakan tempat duduk yang sesuai, sehingga pegawai tidak
salah mengambil posisi duduk.

4. Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan harus diusahakan dengan
meniadakan penyebabnya apakah di sebabkan hal teknis
atau datang dari manusia.

5. Pencegahan Kebakaran
Pencegahan kebakaran merupakan salah satu
masalah yang perlu diantisipasi dengan cepat sesuai
peraturan pencegahan kebakaran, misal nya larangan
merokok di tempat yang mudah timbul kebakaran.

6. Gizi
Gizi makanan para pegawai harus diperhatikan.
Sebab, hanya dengan makanan yang baik, pegawai akan
mampu menghasilkan output yang memerlukan energi berat,
yang biasanya dapat dihasilkan oleh pegawai yang sehat,
cukup makan, dan lepas dari kesulitan akibat yang harus
dihadapi.

7. Penerangan/Cahaya, Warna, dan Suara Bising di Tempat Kerja


Pemanfaatan penerangan dan warna tempat kerja yang tepat
mempunyai arti penting dalam menunjang keselamatan dan kesehatan
kerja. Kebisingan di tempat kerja merupakan faktor yang perlu dicegah,
karena dapat meng akibatkan kerusakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut OHSAS 18001:2007, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) adalah semua kondisi dan faktor yang bisa berpengaruh pada
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja maupun orang lain (pemasok,
kontraktor, tamu, dan pengunjung) di tempat kerja.
Oleh sebab itu, implementasi K3 termasuk adanya ahli K3 di tempat kerja
merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya bahaya K3 sehingga
tetap menjamin hak pekerja untuk mendapat perlindungan bagi kesehatan
dan keselamatan kerja sesuai yang termaktub dalam UU Ketenagakerjaan.
Keselamatan Kerja adalah sebuah kondisi dimana para karyawan
terlindungi dari cidera yang disebabkan oleh berbagai kecelakaan yang
berhubungan dengan pekerjaan

B. Saran

penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih


banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah ini dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Sucipto,cecep dani,2014,keselamatan dan kesehatan kerja, Tangerang : gosyen publishing

Hartatik,indah puji,2019, Buku Praktis Mengembangkan SDM,Yogyakarta : kaktus

Raturandang,nugra,2020,potensi bahaya listrik dalam keselamatan kerja,


Anonim,2016,keselamatan kerja mekanik dan listrik,

Dharmawirawan,dimas ari. Robiana modjo. Identifikasi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan


Kerja pada Penangkapan ikan Nelayan Muroami. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional (National Public Health Journal) 6 (4), 185-192,2012

M. kes, Drs. Irzal. 2016. Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan. Jakarta.

Heinrich W.W “industrial accident prevention a safety management approach” fifth


edition, New york 1960

Kurniawidjaja, Meily, 2010. Teori dan Aplikasi Kerja. Jakarta: Perpustakaan Nasiaonal: KDT

Anda mungkin juga menyukai