Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH K3LH

STANDAR K3 DI INDONESIA

GURU MAPEL : ROSYANAH, S. Pd.

Diajarkan Untuk Mata Pelajaran K3LH

DISUSUN OLEH :

 RIJALLUDIN
 ARISANDI
 PERY GUNAWAN
 PUPUD HOERUDIN
 BAYU HERDIANSYAH
 IKBAL B J
 PARHAN WARDANI

SMK PESONA DYWANTARA


2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah K3LH tentang “Standar K3 di Indonesia” ini. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikannya makalah
ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Bogor, November 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II KAJIAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

B. Dasar Pemberlakuan

C. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

D. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang
negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit
yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan
terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini
kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya. Keselamatan dan kesehatan kerja
perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau
situasi sehat seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu
keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam
menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan
lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun
rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka
produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah suatu masalah
yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu
sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) itu?
2. Apa tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja?
3. Apa manfaat K3
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
2. Untuk mengetahui Tujuan K3
3. Untuk mengetahui Manfaat K3
BAB II
KAJIAN TEORI

Pada awal perkembangannya, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengalami


beberapa perubahan konsep. Konsep K3 pertama kali dimulai di Amerika Tahun 1911
dimana K3 sama sekali tidak memperhatikan keselamatan dan kesehatan para pekerjanya.
Kegagalan terjadi pada saat terdapat pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan bagi pekerja
dan perusahaan. Kecelakaan tersebut dianggap sebagi nasib yang harus diterima oleh
perusahaan dan tenaga kerja. Bahkan, tidak jarang, tenaga kerja yang menjadi korban tidak
mendapat perhatian baik moril maupun materiil dari perusahaan. Perusahaan berargumen
bahwa kecelakaan yang terjadi karena kesalahan tenaga kerja sendiri untuk menghindari
kewajiban membayar kompensasi kepada tenaga kerja.
Pada Tahun 1931, H.W. Heinrich mengeluarkan suatu konsep yang dikenal dengan Teori
Domino. Konsep Domino memberikan perhatian terhadap kecelakaan yang terjadi. Berdasar
Teori Domino, kecelakaan dapat terjadi karena adanya kekurangan dalam lingkungan kerja
dan atau kesalahan tenaga kerja. Dalam perkembangannya, konsep ini mengenal kondisi
tidak aman (unsafe condition) dan tindakan tidak aman (unsafe act). Pada awal pengelolaan
K3, konsep yang dikembangkan masih bersifat kuratif terhadap kecelakaan kerja yang terjadi.
Bersifat kuratif berarti K3 dilaksanakan setelah terjadi kecelakaan kerja. Pengelolaan K3
yang seharusnya adalah bersifat pencegahan (preventif) terhadap adanya kecelakaan.
Pengelolaan K3 secara preventif bermakna bahwa kecelakaan yang terjadi merupakan
kegagalan dalam pengelolaan K3 yang berakibat pada kerugian yang tidak sedikit bagi
perusahaan dan tenaga kerja. Pengelolaan K3 dalam pendekatan modern mulai lebih maju
dengan diperhatikannya dan diikutkannya K3 sebagai bagian dari manajemen perusahaan.
Hal ini mulai disadari dari data bahwa kecelakaan yang terjadi juga mengakibatkan kerugian
yang cukup besar. Dengan memperhatikan banyaknya resiko yang diperoleh perusahaan,
maka mulailah diterapkan Manajemen Resiko, sebagai inti dan cikal bakal Sistem
Manajemen K3. Melalui konsep ini sudah mulai menerapkan pola preventif terhadap
kecelakaan yang akan terjadi. Manajemen Resiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak
manajemen tetapi juga komitmen manajemen dan seluruh pihak terkait termasuk pekerja.
Dalam penerapan K3 di sekolah, maka diperlukan keterlibatan manajemen sekolah, guru,
teknisi, dan siswa. Pada konsep ini, bahaya sebagai sumber kecelakaan harus teridentifikasi,
kemudian perhitungan dan prioritas terhadap resiko dari potensi bahaya, dan terakhir
pengendalian resiko.
Peran manajemen sangat diperlukan terutama pada tahap pengendalian resiko, karena
pengendalian resiko membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan/sekolah dan hanya pihak manajemen yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Dari perjalanan pengelolaan K3 diatas semakin menyadarkan akan pentingnya K3 dalam
bentuk manajemen yang sistematis dan mendasarkan agar dapat terintegrasi dengan
manajemen perusahaan yang lain. Integrasi ini diawali dengan kebijakan dari perusahaan
untuk menerapkan suatu Sistem Manajemen K3 untuk mengelola K3. Sistem Manajemen K3
mempunyai pola Pengendalian Kerugian secara Terintegrasi (Total Loss Control) yaitu
sebuah kebijakan untuk mengindarkan kerugian bagi perusahaan, property, personel di
perusahaan dan lingkungan melalui penerapan Sistem Manajemen K3 yang mengintegrasikan
sumber daya manusia, material, peralatan, proses, bahan, fasilitas dan lingkungan dengan
pola penerapan prinsip manajemen yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pemeriksaan
(check), peningkatan (action). Dalam sejarah perjalanan Sistem Manajemen K3, tercipta
beberapa standar yang dapat dipakai perusahaan. Standar-standar tersebut antara lain:
a. HASAS 18000/18001 Occupational Health and Safety Management
b. Systems,
c. Voluntary Protective Program OSHA,
d. BS 8800,
e. Five Star System,
f. International Safety Rating System (ISRS),
g. Safety Map,
h. DR 96311
i. Aposho Standar 1000
j. AS/ANZ 4801/4804, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996
(SMK3 yang berbentuk Peraturan Perundang-Undangan) Kini pengelolaan K3
dengan penerapan Sistem Manajemen K3 sudah menjadi bagian yang dipersyaratkan
dalam ISO 9000:2000 dan CEPAA Social Accountability 8000:1997. Akan tetapi
sampai saat ini belum terdapat satu standar internasional tentang Sistem Manajemen
K3 yang disepakati dan dapat diterima banyak negara, sebagaimana halnya Sistem
Manajemen Mutu ISO 9000 dan Sistem Manajemen Mutu Lingkungan ISO 14000.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-
luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko
keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,
kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari kekerasan
fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja
melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi
atau gangguan fisik.
Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:
1. Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja
di perusahaan yang bersangkutan.
3. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang
bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
4. Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan
stabilitas emosi secara umum.
5. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000), mengartikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat
dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
6. Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan
oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres, maupun karena kecelakaan.
Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja secara material, selain itu
mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman, sehingga secara keseluruhan
para pekerja akan dapat bekerja secara lebih produktif
B. Dasar Pemberlakuan
Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun Undang-undang
Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari
1951, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya
peraturan kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang
disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam perusahaan. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja
juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan
peningkatan kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya
dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini,
tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai
kesejahteraan bersama.
Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan hukum
penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan pijakan yang jelas
mengenai aturan yang menentukan bagaimana K3 harus diterapkan.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang
juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahayakecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang-
Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak untuk
memperoleh perlindungan atas:
a) Keselamatan dan kesehatan kerja
b) Moral dan kesusilaan
c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Sedangkan ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa “untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh
guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.” (ayat 2), “Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.” (ayat 3). Dalam
Pasal 87 juga dijelaskan bahwa Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen.
C. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.
3. Mencegah/ mengurangi kematian.
4. Mencegah/mengurangi cacat tetap.
5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-alat
kerja, mesin-mesin, instalasi dan lain sebagainya.
6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin
kehidupan produktifnya.
7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumbersumber produksi
lainnya.
8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta
pembangunan
Dari tujuan tersebut maka keselamatan kerja ditujukan bagi:
1. Manusia (pekerja dan masyarakat)
2. Benda (alat, mesin, bangunan dll)
3. Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuhtumbuhan)
D. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2002:165) bahwa tujuan dan manfaat dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
 Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
 Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
seselektif mungkin.
 Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
 Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
 Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
 Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
 Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Melihat beberapa uraian diatas mengenai pengertian keselamatan dan pengertian
kesehatan kerja diatas, maka dapat disimpulkan mengenai pengertian keselamatan dan
kesehatan kerja (k3) adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk
memperoleh jamianan atas keselamatan dan kesehatan kerja (k3) dalam melakukan
pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya yang berasal dari
individu sendiri dan lingkungan kerjanya.
Pada hakekatnya keselamatan dan kesehatan (k3) merupakan suatu keilmuan
multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan
kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta melindungi tenaga
kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya
kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau
pencemaran lingkungan kerja dll.

B. Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan diatas maka kami ajukan saran-saran sebagai
berikut :
1. Bagi perusahaan
Bagi pihak perusahaan untuk disarankan untuk menekankan seminimal mungkin
terjadinya kecelakaan kerja, dengan jalan antara lain meningkatkan dan menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja (k3) dengan baik dan tepat. Hal ini dapat dilakukan
dengan sering diadakan sosialisasi tentang manfaat dan arti pentingnya program
keselamatan dan kesehatan kerja (k3) bagikaryawan, seperti misalnya dengan
pemberitahuan bagaimana cara penggunaan peralatan, pemakaian alat pelindung diri,
cara mengoprasikan mesin secara baik dan benar. Selain itu perusahaan harus
meningkatkan program keselamatan dan kesehatan kerja (k3) serta menerangkan
prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (k3) dalam kegiatan operasional.
2. Bagi karyawan
Bagi karyawan lebih memperhatikan program keselamatan dan kesehatan kerja
(k3) dengan bekerja secara disiplin dan berhati-hati serta mengikuti prosed.
3. Bagi pemerintah
Menegakan UU tentang K3 yang dibuat supaya prosedur K3 dijalankan
berdasarkan perundang- undangan yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA

Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan),
Jakarta: Penerbit Erlangga
Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan Penerapan
Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-
keselamatan-kerja-k3.html)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (http://anandasekarbumi.files.wordpress.com/2010/11/sap-
9-msdm-10-11.ppt)

Anda mungkin juga menyukai