Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

(KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)


(NORMA K3 TERHADAP LIFT)

Disusun oleh:

Kelompok VI

Brian Fadilah Susanto (191321008)

M. Rizki Alamsyah (191321020)

Riska Lestari (191321025)

PROGRAM STUDI D3-TEKNIK LISTRIK


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah K3
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Kesehatan dan Keselamatan Kerja”. Pada kesempatan ini pula penyusun menyampaikan
terimakasih pada Dosen mata kuliah K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

Dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dan saran yang bersifat
membangun sehingga tercapainya kesempurnaan isi maupun penulisan makalah ini.

Bandung, 26 Maret 2020

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.

Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor


kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang
negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang
diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap
kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan
pekerja saat akan memulai pekerjaanya. Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan
dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang
baik jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja
terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat
kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para
pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana
yang terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah
kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-
masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik
kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan,
perilaku, dan pelayanan kesehatan..

Norma adalah ketentuan yang mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan


masyarakat. Pengertian norma sendiri adalah tatanan atau pedoman yang diciptakan manusia
sebagai makhluk sosial yang sifatnya memaksa atau manusia wajib tunduk pada peraturan
tersebut.

B. Rumusan Masalah

Penulisan makalah mengenai norma keselamatan dan kesehatan kerja, dimaksudkan


untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang norma keselamatan dan kesehatan kerja
(K3). Berdasarkan hal tersebut, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) itu?

2. Apa yang menjadi dasar pemberlakuan kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) di
Indonesia?
3. Apa fokus dan tujuan dari program kesehatan dan keselamatan kerja?

4. Apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan?

5. Apa saja Norma-norma pada K3?

6. Apa yang mendasari Norma K3 pada Lift?

7. Apa Potensi Bahaya Lift?

8. Apa yang dilakukan agar dapat Mencapai Keselamatan Kerja dan dapat
mengendalikan K3 pada Lift?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-
luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan
merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan
aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan
dan pendengaran.

Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari kekerasan
fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja
melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau
gangguan fisik.

Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:

a) Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu


pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

b) Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk


menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja
di perusahaan yang bersangkutan.

c) Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan


yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan
kondisi pekerja .
d) Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan
stabilitas emosi secara umum.

e) Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

f) Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja


menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja
yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

B. Dasar Pemberlakuan

Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun Undang-


undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan berlaku pada tanggal
6 januari 1951, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan
berlakunya peraturan kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti
tentang disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam perusahaan. Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila
tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program
pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja
dan keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab
dalam masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar
dapat tercapai kesejahteraan bersama.

Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan hukum
penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan pijakan yang jelas
mengenai aturan yang menentukan bagaimana K3 harus diterapkan.

Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan


kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.


f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,


debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan
getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik


maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau


barang.

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan


penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang


bahayakecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang-


Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak untuk
memperoleh perlindungan atas:

a) Keselamatan dan kesehatan kerja

b) Moral dan kesusilaan

c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.

Sedangkan ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa “untuk melindungi keselamatan


pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja.” (ayat 2), “Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.”
(ayat 3). Dalam Pasal 87 juga dijelaskan bahwa Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen.
C. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim yang
kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan penyakit
kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang
bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama (2006),
tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi
biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
Beberapa tujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:

1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan perusahaan

2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan

3. Menghemat biaya premi asuransi

4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan


kepada karyawannya

D. Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja,


yaitu:

1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerj

2. Pengaturan Udara

3. Pengaturan Penerangan

4. Pemakaian Peralatan Kerja

5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

E. Norma pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu :


1. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehetan kerja
2. Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja
3. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
3 hal tersebut mutlak di terapkan dalam berbagai aktivitas produksi dan tentunya pada
tempat yang memiliki indikator kecelakaan-kecelakaan lainnya.

K3 ditentukan berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja:


 UU No.1 tahun 1970
 UU No.21 tahun 2003
 UU No.13 tahun 2003
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.PER-5/MEN/1996

F. Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift

Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang Teknisi dan Penyelia Lift yang
diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi provinsi DKI Jakarta.

Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah hak setiap tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaan serta setiap orang lainnya yang berada dalam lingkungan kerja seperti tertuang
sepenuhnya dalam Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Khusus untuk lingkungan kerja yang berhubungan dengan lift, UU No.1 tahun 1970
dalam hal ini menyebutkan pada Bab II pasal 2 ayat (2) huruf f “dilakukan pengangkutan
barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam
air, maupun di udara;”. Kemudian syarat-syarat keselamatan lift pengangkut orang dan
barang diatur dalam Permen no.03/Men/1999.

Berikut ini Undang-Undang dan peraturan yang mengatur penyelenggaraan lift:

• UU No.1 tahun 1970, tentang persyaratan keselamatan kerja

• PP No.23 tahun 2004, tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi

• Permen No.03/MEN/1978, tentang penunjukan dan kewenangan Ahli K3

• SNI-1718-1989, tentang pemeriksaan dan pengujian lift

• Permen No.03/MEN/1995, tentang syarat-syarat penunjukan Perusahaan jasa K3


(PJK3)

• Permen No.03/MEN/1998, tentang tata cara pelaporan kecelakaan kerja

• Permen No.03/MEN/1999, tentang syarat-syarat keselamatan lift pengangkut orang


dan barang

• Permen No.407/BW/1999, tentang persyaratan teknisi lift

• Permen No.07/MEN/2006, tentang ijin mempekerjakan tenaga kerja Asing (IMTA)


Hal-hal yang perlu diperhatikan keselamatan dan kesehatan dalam lingkungan kerja lift
adalah:

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan, pengawasan dilakukan pada saat penyerahan gambar


rencana. lebih ditekankan pada fungsi dan kegunaan lift tersebut sesuai dengan perhitungan
traffic analysis yaitu perhitungan jumlah, kapasitas dan kecepatan lift dalam suatu gedung
yang disesuaikan dengan jumlah dan populasi pengguna. sedangkan gambar rencana meliputi
gambar konstruksi lengkap dengan detailnya, perhitungan konstruksi, spesifikasi dan
sertifikasi material

b. Pemasangan

Tahap pemasangan, tahap assembling dari semua peralatan yang telah direncanakan
dan diproduksi sesuai gambar rencana. Yang perlu diperhatikan dalam tahapan ini adalah:

• Dipasang oleh perusahaan yang memiliki surat ijin instalatur

• Memiliki surat ijin pemasangan

• Pemasangan diawasi oleh supervisor yang kompeten dan memiliki SIO (Surat Ijin
Operasi) penyelia pengawas pemasangan lift

• Pemasangan dilaksanakan oleh teknisi yang memiliki SIO adjuster.

• Dilaksanakan pemeriksaan dan pengujian oleh perusahaan riksa uji (PJK3 Riksa Uji)
dan disahkan oleh pengawas yang ditunjuk sebelum pesawat tersebut dipakai.

c. Pengoperasian

Setelah pesawat lift selesai dipasang dan telah memiliki surat ijin pemakaian lewat
serangkaian riksa uji, maka pesawat lift tersebut layak untuk digunakan. berikut ini hal-
hal yang perlu dilaksanakan agar pengoperasian pesawat lift dapat berjalan dengan baik
dan aman (setiap saat).

• Pengoperasian dikelola dan diawasi oleh teknisi yang kompeten dan memiliki SIO
sebagai penyelia pengawas operasi lift.

• Dipergunakan dan dioperasikan dengan benar

• Dirawat dan diperbaiki secara benar oleh teknisi yang kompeten dan memiliki SIO
perawatan dan perbaikan

• Memiliki manajemen kondisi darurat.

G. Potensi Bahaya Lift


Sistem pengawasan lift diatur dalam Permen 03/99 karena lift digunakan untuk
mengangkut orang dan barang. Lift adalah sarana transfortasi vertical, dengan tenaga
penggerak motor listrik dan dikendalikan secara otomatik melalui system control elektrik.
Sangkar lift menggantung pada tali baja, disisi sebelahnya menggantung bobot imbang
(counter wight) agar motor (M) bekerja ringan. Sangkar dan bobot imbang bergerak naik-
turun mengikuti rel Lift dilengkapi beberapa alat pengaman (safety device) yang bekerja
otomatik.

Pengaturan system kerja lift antara lain: Pintu sangkar lift akan membuka atau
menutup otomatik bersama pintu pada lantai pemberhentian. Pintu hanya akan membuka
setelah sangkar berhenti sempurna, dan sangkar akan mulai bergerak naik/turun setelah pintu
menutup sempurna. Apabila sangkar berjalan melampaui kecepatan tertentu, rem pengaman
akan bekerja otomatik.

Jenis-jenis bahaya yang mungkin dapat terjadi antara lain:

a. Apabila ada gangguan suplai daya listrik, lift akan berhenti dan penumpang lift tidak
dapat keluar tanpa dibantu dari luar ;

b. Apabila terjadi kegagalan pada system kontrolnya;

c. Apabila tali baja putus dan rem tidak berfungsi; dll

H. Usaha Mencapai Keselamatan Kerja dan Pengendalian K3 Lift

1. Usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai keselamatan kerja dan
menghindari kecelakaan kerja antara lain:

a. Analisis Bahaya Pekerjaan (Job Hazard Analysis)

Job Hazard Analysis adalah suatu proses untuk mempelajari dan menganalisa suatu
jenis pekerjaan kemudian membagi pekerjaan tersebut ke dalam langkah langkah
menghilangkan bahaya yang mungkin terjadi.

Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa lagkah yang perlu dilakukan:

1) Melibatkan Karyawan.

2) Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.

3) Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.

4) Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas untuk Pekerjaan Berbahaya.

5) Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.

b. Risk Management
Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan
kerugian/kehilangan (waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan dengan program
keselamatan dan penanganan hukum

c. Safety Engineer

Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager agar mampu


mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang ‘aman’ dan menghilangkannya.

d. Ergonomika

Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara manusia dengan


pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan, alat-alat dan perkakas yang
digunakan, serta lingkungan kerjanya.

2. Pengendalian K3 Lift

Dasar Pertimbangan teknis penetapan Peraturan K3 Lift (Menteri Tenaga Kerja No


Per 03/Men/1999) adalah bahwa Pesawat Lift dinilai mempunyai potensi bahaya tinggi. Pasal
25. Pengurus yang membuat, memasang, memakai pesawat lift dan perubahan teknis maupun
administrasi harus mendapat ijin dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya.

Pasal 24 Ayat (1). Pembuatan dan atau pemasangan lift harus sesuai dengan gambar
rencana yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 24 Ayat (2). Dokumen
perencanaan:

a. Gambar konstruksi lengkap

b. Perhitungan kontruksi

c. Spesifikasi dan sertifikasi material

Pasal 24 Ayat (3). Proses pembuatannya harus memenuhi SNI atau Standar
internasional yang diakui. Sedangkan pasal 24 Ayat (4). Ijin pemasangan lift:

a. Gambar rencana pemasangan lift terdiri :

b. Denah ruang mesin dan peralatannya

c. Konstruksi mesin dan penguatannya

d. Diagram instalasi listrik

e. Diagram pengendali

f. Rem pengaman

g. Bangunan ruang luncur dan pintu-pintunya


h. Rel pemandu dan penguatannya

i. Konstruksi kereta

j. Governor dan peralatannya

k. Kapasitas angkut, kecepatan, tinggi vertical

l. Perhitungan tali baja

Pasal 30 Ayat (1). Pemeriksaan dan Pengujian Lift, setiap lift sebelum dipakai harus
diperiksa dan diuji sesuai standar uji yang ditentukan.
BAB III

PENUTUP

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan
yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak
faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.

K3 dibidang listrik, meliputi pengawasan terhadap tiga aspek yaitu sumber listrik
sampai kepemakaian termasuk kontrol lift, dan instalasi penyalur petir, mulai dari
tahapperancangan, pemasangan dan pemanfaatannya.

Obyek pengawasan instalasi listrik adalah mencakup semua jenis pusat pembangkit
listrik. Semua gardu listrik dan setiap tempat kerja yang menggunakan listrik.

Pengawasan K3 listrik, lift dan system proteksi petir, pada dasarnya mengawasi
pelaksanaan syarat-syarat K3, baik secara administratif ketentuan teknik dan disesuaikan
dengan standar yang berlaku,bertujuan untuk menjamin kehandalan dan keamanan operasi.
DAFTAR PUSTAKA

Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan),
Jakarta: Penerbit Erlangga

Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan Penerapan
Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-
keselamatan-kerja-k3.html)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (http://anandasekarbumi.files.wordpress.com/2010/11/sap-


9-msdm-10-11.ppt)

Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasui RI, Himpunan Peraturan Perundang Undangan
Keselelamatan Dan Kesehatan Kerja, Jakarta 2008.

Yayasan PUIL, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Jakarta, 2000.

Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasui RI, Pengawasan K3 Listrik.


http://blogtukanglistrik.blogspot.com/2009/08/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-lift.html

Anda mungkin juga menyukai