kerja di puskesmas
Selasa, 03 Maret 2015
k3 di puskesmas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati
posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand.
Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di
dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar
global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat
ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian
perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis
sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait
dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade
Organization) dan GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) yang akan
berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah
satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan
jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk
bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan
perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat
2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah
salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. (International Labour Office,
Geneva, pencegahan kecelakaan , Buku pedoman, PT. Pustaka Binaan Presindo.
Jakarta, 1989.)
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi
bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di
kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum
terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat
kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang
kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan
undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan
antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar
tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya. (Prof. Dr. Soekidjo notoamodjo, prinsip-prinsip dasar
ilmu kesehatan masyarakat, jakarta, rineka cipta, 2003)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan kerja ?
2. Pengertian serta sistem kerja puskesmas ?
3. Undang undang kesehatan kerja ?
4. Kesehatan kerja yang ada di puskesmas ?
5. Apa yang dimaksud dengan Standard operasional prosedure ?
6. Alat alat pelindung diri dalam kesehatan kerja ?
C. Tujuan
1. Tujuan umun
Untuk mengetahui kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja serta
stardard oprasional yang ada di puskesmas.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui defenisi kesehatan kerja dan undang undang dalam kesehatan
kerja
b. Untuk mengetahui allat alat pelindung diri pada kesehatan kerja
c. Untuk mengetahui kesehatan kerja yang ada di dalam puskesmas
d. Untuk mengetahui standar operasional prosedur yang ada di puskesmas
puskesmas.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja maupun penyakit umum. Kesehatan dalam ruang lingkup
kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu
keadaan bebas dari penyakit.Menurut Undang Undang Pokok Kesehatan RI
No.9 Tahun 1960, BAB I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan
keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.
(http//wikipedia.indonesia_kesehatan_keselamatan_kerja)
2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang harus dilakukan selama
bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang menginginkan terjadinya
kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung. pada jenis, bentuk, dan
lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
( http//wikipedia.indonesia_kesehatan_keselamatan)
a) Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan diatas.
2) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
3) Teliti dalam bekerja
4) Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan
kerja.
Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan (Sumamur). Sasaran Segala tempat kerja (darat, di dalam
tanah, permukaan dan dalam air,
udara) seperti Industri, Pertanian,Purtambangan, Perhubungan dan Pekerjaan
umum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan, keselamatan, dan
keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam
keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja.Tempat kerja adalah
ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya.
b) Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi kecelakaan yang disebabkan oleh :
1) Mesin
Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau
mengubahenergi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia.
Biasanya membutuhkan sebuah masukan sebagai pelatuk, mengirim energi yang
telah diubah menjadi sebuah keluaran, yang melakukan tugas yang telah disetel.
Mesin dalam bahasa Indonesia sering pula disebut dengan sebutanpesawat, contoh
pesawat telepon untuk tejemahan bahasa Inggris telephone machine. Namun
belakangan kata pesawat cenderung mengarah ke kapal terbang.
2) Alat angkutan
Alat angkutan adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke
tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan
olehmanusia atau mesin. Alat angkutan digunakan untuk memudahkan manusia
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3) Bahan kimia
Bahan kimia merupakan bahan berbahaya yang terdiri dari semua materidengan
komposisi kimia tertentu. Sebagai contoh, suatu cuplikan air memiliki sifat yang
sama dan rasio hidrogen terhadap oksigen yang sama baik jika cuplikan tersebut
diambil dari sungai maupun dibuat di laboratorium. Suatu zat murni tidak dapat
dipisahkan menjadi zat lain dengan proses mekanis apapun.
4) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam
perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya.
5) Penyebab yang lain
Merupakan penyebab kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh hal hal lain yang
tidak di inginkan.
3. Keamanan Kerja
Pengertian keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja
bersasaran segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air,
didalam air, maupun diudara. Tempat-tempat demikian tersebar pada segenap
kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan,
pekerjaan umum, jasa dan lain-lain. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan
kerja mengingat resiko bahanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi
yang lebih maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang
bekerja.Keselamatan kerja adalah dari, oleh, untuk setiap tenaga kerja serta orang
lainnya dan juga masyarakat pada umumnya. Keamanan kerja adalah unsur-unsur
penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa
materil maupun
nonmateril. (http//wikipedia.indonesia_kesehatan_keselamatan_kerja)
Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya sebagai
berikut.
a) Baju kerja
Merupakan jenis alat pelindung diri yang berfungsi melindungi tubuh dari
kontaminasi langsung terhadap bahaya luar.
b) Helm
Adalah bentuk perlindungan tubuh yang dikenakan di kepala dan biasanya
dibuat dari metal atau bahan keras lainnya seperti kevlar, serat resin,
atauplastik. Helm biasanya digunakan sebagai perlindungan kepala untuk
berbagai aktivitas pertempuran (militer), atau aktivitas sipil
seperti olahraga,pertambangan, atau berkendara. Helm dapat memberi
perlindungan tambahan pada sebagian dari kepala (bergantung pada strukturnya)
dari benda jatuh atau berkecepatan tinggi.
c) Kaca mata
Adalah bentuk perlindungan diri yang biasanya digunakan sebagai
perlindungan mata untuk berbagai aktivitas yang dapat membahayakan mata.
d) Sarung tangan
Sarung tangan merupakan solusi untuk melindungi tangan. Tidak hanya
melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya bahan kimia tersebut, sarung
tangan juga dapat memberi perlindungan dari peralatan gelas yang pecan atau
rusak, permukaan benda yang kasar atau tajam, dan material yang panas atau
dingin.
e) Sepatu
Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah sebagai
berikut.
a) Buku petunjuk penggunaan alat
b) Rambu-rambu dan isyarat bahaya.
c) Himbauan-himbauan
d) Petugas keamanan
4. Perlindungan Pernafasan
5. Pelindung kaki
Sepatu yang dipakai selama bekerja merupakan suatu perlengkapan yang
wajib dikenakan untuk melindungi kaki dari bahaya bahaya yang dapat
membahayakan kaki.
3) Akuntabilitas (accountability)
Menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan
organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.
Data akuntabilitas dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti penilaian dar
i wakil rakyat, para pejabat politis, dan oleh masyarakat.
Weisbord (1993) mengemukakan 6 indikator pengukuran kinerja organis
asi publik, yang meliputi tujuan, struktur, reward, mekanisme tata kerja, tata
hubungan dan kepemimpinan. Tujuan berkaitan dengan arah yang hendak
ditempuh organisasi, karena itu tujuan
organisasi harus direncanakan sebaik mungkin dengan melibatkan anggota or
ganisasi,
mulai dari perumusan sampai pada pelaksanaan atau upaya pencapaiannya. S
truktur berkaitan dengan hubungan-
hubungan logis antara berbagai fungsi dalam organisasi
termasuk juga semua kegiatan pembagian kerja ke dalam satuan-satuannya d
an koordinasi satuan-
satuan tersebut. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang
mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan di antara bidang-bidang kerja
maupun orang-
orang yang menunjukkan kedudukan, wewenang, dan tanggung jawab masing
- masing dalam suatu sistem kerjasama. Mekanisme tata kerja adalah sesuatu yang
terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan dan membentuk satuan
tersebut. Mekanisme dapat mengacu pada barang,
aturan, organisasi, perilaku dan sebagainya. Mekanisme tata kerja akan sanga
t
bermanfaat bagi organisasi dalam hal membantu dalam koordinasi dan integr
asi kerja,
dan membantu memonitor kerja organisasi, sehingga dapat diketahui apakah
suatu kegiatan dapat berjalan baik atau buruk. Unsur-unsur penting dalam
mekanisme tata kerja meliputi; prosedur kebijakan, agenda, pertemuan formal,
aktivitas dan tersedianya sarana atau alat yang mungkin ditemukan untuk
membantu orang-orang untuk bekerja sama; dan
penemuan, kreativitas pegawai secara spontan untuk memecahkan permasalah
an dalam bekerja. Penilaian kinerja aparatur pemerintah dapat dilakukan secara
eksternal yaitu melalui
respon kepuasan masyarakat. Pemerintah menyusun alat ukur untuk menguku
r kinerja pelayanan publik secara eksternal melalui Keputusan Menpan No.
25/KEP/M.PAN/2/2004.
Berdasarkan Keputusan Menpan No. 25/KEP/M.PAN/2/2004
tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pela
yanan Instansi Pemerintah, terdapat 14 indikator kriteria pengukuran kinerja
organisasi sebagai berikut:
1) Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
2) Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan
untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
3) Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung
jawabnya).
4) Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberik
an
pelayanan, terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang
berlaku.
5) Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung
jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
6) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang
dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada
masyarakat.
7) Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.
8) Sopanan dan keramahan petugas, sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta sali
ng menghargai dan menghormati
9) Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
10) Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya
biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
11) Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan
biaya yang telah ditetapkan.
12) Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai deng
an ketentuan yang telah ditetapkan.
13) Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang
bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada
penerima pelayanan.
14) Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan sehingga masyaraka
t merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang
diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
Berdasarkan pada uraian di atas, pengukuran kinerja organisasi publik da
pat dilakukan secara internal maupun eksternal. Penilaian secara internal adalah
mengetahui apakah proses pencapaian tujuan sudah sesuai dengan rencana bila
dilihat dari proses dan
waktu, sedangkan penilaian ke luar (eksternal) dilakukan dengan mengukur k
epuasan masyarakat terhadap pelayanan
organisasi. Paradigma governance membawa pergeseran dalam pola hubungan
antara
pemerintah dengan masyarakat sebagai konsekuensi dari penerapan prinsip-
prinsip corporate governance. Standar kinerja ini sekaligus dapat untuk menilai
kinerja instansi
pemerintah secara internal mupun eksternal. Standar internal yang bersifat pr
osedural inilah yang disebut dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Analisis sistem dan prosedur kerja.(Prof. Dr. Soekidjo notoamodjo, prinsip-
prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat, jakarta, rineka cipta, 2003.)
Analisis sistem dan prosedur kerja adalah kegiatan mengidentifikasikan
fungsi- fungsi utama dalam suatu pekerjaan, dan langkah-
langkah yang diperlukan dalam melaksanakan fungsi sistem dan prosedur
kerja. Sistem adalah kesatuan unsur atau unit
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi sedemikian rupa, sehingg
a muncul
dalam bentuk keseluruhan, bekerja, berfungsi atau bergerak secara harmonis
yang
ditopang oleh sejumlah prosedur yang diperlukan, sedang prosedur merupaka
n urutan
kerja atau kegiatan yang terencana untuk menangani pekerjaan yang berulan
g dengan cara seragam dan terpadu.
b) Analisis Tugas
Analisis tugas merupakan proses manajemen yang merupakan penelaahan
yang mendalam dan teratur terhadap suatu pekerjaan, karena itu analisa tugas
diperlukan dalam
setiap perencanaan dan perbaikan organisasi. Analisa tugas diharapkan dapat
memberikan keterangan mengenai pekerjaan, sifat pekerjaan, syarat pejabat, d
an tanggung jawab pejabat. Di bidang manajemen dikenal sedikitnya 5 aspek yang
berkaitan langsung dengan analisis tugas yaitu :
1) Analisa tugas
Merupakan penghimpunan informasi dengan sistematis dan penetapan
seluruh unsur yang tercakup dalam pelaksanaan tugas khusus.
2) Deskripsi tugas
Merupakan garis besar data informasi yang dihimpun dari analisa
tugas, disajikan dalam bentuk terorganisasi yang mengidentifikasikan dan
menjelaskan isi tugas atau jabatan tertentu. Deskripsi tugas harus disusun
berdasarkan fungsi atau posisi, bukan individual; merupakan dokumen umu
m apabila terdapat sejumlah personel memiliki fungsi yang sama; dan
mengidentifikasikan individual dan persyaratan kualifikasi untuk mereka serta
harus dipastikan bahwa mereka memahami dan
menyetujui terhadap wewenang dan tanggung jawab yang didefinisikan itu.
3) Spesifikasi tugas
Berisi catatan-catatan terperinci mengenai kemampuan pekerja untuk tugas
spesifik
4) Penilaian tugas
Berupa prosedur penggolongan dan penentuan kualitas tugas
untuk menetapkan serangkaian nilai moneter untuk setiap tugas spesifik dala
m hubungannya dengan tugas lain
5) Pengukuran kerja dan penentuan standar tugas
Merupakan prosedur penetapan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
setiap tugas dan menetapkan ukuran yang dipergunakan untuk menghitung tingkat
pelaksanaan pekerjaan. Melalui analisa tugas ini tugas-
tugas dapat dibakukan, sehingga dapat dibuat
pelaksanaan tugas yang baku. Setidaknya ada dua manfaat analisis tugas dal
am penyusunan standar operasional prosedur yaitu
membuat penggolongan pekerjaan yang direncanakan dan dilaksanakan serta
menetapkan hubungan kerja dengan sistematis.
c) Analisis prosedur kerja
Analisis prosedur kerja adalah kegiatan untuk mengidentifikasi urutan la
ngkah-langkah pekerjaan yang berhubungan apa yang dilakukan, bagaimana
hal tersebut
dilakukan, bilamana hal tersebut dilakukan, dimana hal tersebut dilakukan, d
an siapa
yang melakukannya. Prosedur diperoleh dengan merencanakan terlebih dahulu
bermacam-macam langkah yang dianggap perlu untuk melaksanakan
pekerjaan. Analisis terhadap prosedur kerja akan menghasilkan suatu diagram alur
(flow chart) dari aktivitas organisasi dan menentukan hal-hal kritis yang akan
mempengaruhi keberhasilan organisasi.Prosedur kerja merupakan salah satu
komponen penting dalam pelaksanaan tujuan
organisasi sebab prosedur memberikan beberapa keuntungan antara lain mem
berikan pengawasan yang lebih baik mengenai apa yang dilakukan dan
bagaimana hal tersebut
dilakukan; mengakibatkan penghematan dalam biaya tetap dan biaya tambaha
n; dan membuat koordinasi yang lebih baik di antara bagian-
bagian yang berlainan. Dalam menyusun suatu prosedur kerja, terdapat beberapa
prinsip yang harus diperhatikan yaitu :
1) Prosedur kerja harus sederhana sehingga mengurangi beban pengawasan;
2) Spesialisasi harus dipergunakan sebaik-baiknya;
3) Pencegahan penulisan, gerakan dan usaha yang tidak perlu;
4) Berusaha mendapatkan arus pekerjaan yang sebaik-baiknya;
5) Mencegah kekembaran (duplikasi) pekerjaan;
6) Harus ada pengecualian yang seminimun-minimunya terhadap peraturan;
7) Mencegah adanya pemeriksaan yang tidak perlu;
8) Prosedur harus fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kondisi yang berubah;
9) Pembagian tugas tepat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani , Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja
Upaya Kesehatan Kerja Di Puskesmas Ditujukan untuk melindungi pekerja
agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerja.
Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (SOP, Standards Operation
Procedure) di Puskesmas wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah
penggunaan peralatan kesalamatan Petugas.
B. Saran
Dalam makalah ini menjelaskan secara rinci tentang k3 di Puskesmas, k3
sangat penting dalam setiap Instansi ataupun perusahaan khususnya di
puskesmas karena menyangkut kesehatan dan kelancaran puskesmas ataupun
petugas kesehatan itu sendiri.
Demikianlah Makalah ini saya buat untuk digunakan sebaik-baiknya, Semoga
menambah pengetahuan yang membacanya. Mohon maaf bila ada kesalahan kata-
kata dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http//wikipedia.indonesia_kesehatan_keselamatan.
Prof. Dr. Soekidjo notoamodjo, prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat,
jakarta, rineka cipta, 2003.
Silalahi bennet dkk, manajemen keselamatan dan keselamatan kerja, jakarta,
sbdodadi, 1995
Sumamur, keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan, jakarta, gunung agung,
1986
Sulakmono, handout, manajemen keselamatan kerja, surabaya, mahasiswa
unair,1997.
International Labour Office, Geneva, pencegahan kecelakaan , Buku pedoman,
PT. Pustaka Binaan Presindo. Jakarta, 1989.
Sumakmur, hygine perusahaan dan kesehatan kerja, CV, Masagung, jakarta 1989
Sumakmur, keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan,CV. Masagung, Jakarta
1989
iftah Thoha. 2001. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakar
ta : RajaGrafindo Persada.
Diposkan oleh Inno Zp di 01.47
1. 1. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJADILABORATORIUM
KESEHATAN.KELOMPOK I.
2. 2. BAGIAMANA CARA MENJAGA K3 DILABORATORIUMKESEHATAN ?
PENDAHULUANFASILITASLABORATURIUMYANG
MENUNJANGK3.MENGENALMASALAH
K3DILABKES.IDENTIFIKASIMASALAH K3DILABKES
DANPENCENGANNYAPENGENDALIANPAKK MELALUIPENERAPAN K3
3. 3. I. PENDAHULUAN Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja(K3)
adalah salah satu bentuk upaya untukmenciptakan tempat kerja yang aman,
sehat,bebas dari pencemaran lingkungan, sehinggadapat mengurangi dan
atau bebas darikecelakaan kerja dan penyakit akibat kerjayang pada akhirnya
dapat meningkatkanefisiensi dan produktivitas kerja.
4. 4. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23tahun 1992 tentang
Kesehatan telahmengamanatkan antara lain, setiap tempatkerja harus
Pengembangan Kesehatan danKeselamatan Kerja. DiLaboratorium
AnalisKesehatan melaksanakan upaya kesehatankerja, agar tidak terjadi
gangguan kesehatanpada pekerja, keluarga, masyarakat danlingkungan
disekitarnya.
5. 5. Petugas laboratorium merupakan orangpertama yang terpajan terhadap
bahan kimiayang merupakan bahan toksisk korosif, mudahmeledak dan
terbakar serta bahan biologi.Selain itu dalam pekerjaannya
menggunakanalat-alat yang mudah pecah, berionisasi danradiasi serta alat-
alat elektronik denganvoltase yang mematikan, dan melakukanpercobaan
dengan penyakit yang dimasukanke jaringan hewan percobaan.
6. 6. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23tahun 1992 tentang
Kesehatan telahmengamanatkan antara lain, setiap tempatkerja harus
melaksanakan upaya kesehatankerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatanpada pekerja, keluarga, masyarakat danlingkungan disekitarnya.
7. 7. Diantara sarana kesehatan, LaboratoriumKesehatan merupakan suatu
institusi denganjumlah petugas kesehatan dan non kesehatanyang cukup
besar. Kegiatan laboratoriumkesehatan mempunyai risiko berasal dari
faktorfisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi,ukuran, tipe dan
kelengkapan laboratoriummenentukan kesehatan dan keselamatan
kerja.Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnyakemajuan teknologi
laboratorium, maka risikoyang dihadapi petugas laboratorium
semakinmeningkat.
8. 8. II. FASILITAS LABORATORIUM Laboratorium Kesehatan adalah
saranakesehatan yang melaksanakan pengukuran,penetapan dan pengujian
terhadap bahanyang berasal dari manusia atau bahan yangbukan berasal
dari manusia untuk penentuanjenis penyakit, penyebab penyakit,
kondisikesehatan dan faktor yang dapat berpengaruhterhadap kesehatan
perorangan danmasyarakat.
9. 9. Disain laboratorium harus mempunyai sistemventilasi yang memadai
dengan sirkulasiudara. Disain laboratorium harus mempunyaipemadam api
yang tepat terhadap bahankimia yang berbahaya yang dipakai. Kesiapan
menghindari panas sejauh mungkindengan memakai alat pembakar gas
yangterbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
10. 10. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudahterbakar dan melindungi
tempat yang aman daribahaya kebakaran dapat disediakan bendung-
bendung talam. Dua buah jalan keluar harus disediakan untukkeluar dari
kebakaran dan terpisah sejauhmungkin. Tempat penyimpanan di disain untu
mengurangisekecil mungkin risiko oleh bahan-bahanberbahaya dalam jumlah
besar. Harus tersedia alat Pertolongan Pertama PadaKecelakaam (P3K)
11. 11. III. MASALAH KESEHATAN DANKESELAMATAN KERJA Kinerja
(performen) setiap petugas kesehatan dan nonkesehatan merupakan
gabungan dari tiga komponenkesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban
kerja danlingkungan kerja yang dapat merupakan bebantambahan pada
pekerja. Bila ketiga komponen tersebutserasi maka bisa dicapai suatu derajat
kesehatan kerjayang optimal dan peningkatan produktivitas Sebaliknyabila
terdapat ketidak serasian dapat menimbulkanmasalah kesehatan kerja
berupa penyakit ataupunkecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya
akanmenurunkan produktivitas kerja.
12. 12. III. MASALAH KESEHATAN DANKESELAMATAN KERJA 1. Kapasitas
Kerja Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia padaumumnya
belum memuaskan. Dari beberapa hasilpenelitian didapat gambaran bahwa
30 40% masyarakatpekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia
gizidan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisikesehatan seperti ini
tidak memungkinkan bagi parapekerja untuk bekerja dengan produktivitas
yang optimal.Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatankerja
yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugaskesehatan dan non
kesehatan yang mempunyai banyakketerbatasan, sehingga untuk dalam
melakukan tugasnyamungkin sering mendapat kendala terutama
menyangkutmasalah PAHK (Penyakit Akibat Hubungan Kerja) dankecelakaan
kerja.
13. 13. 2. Beban Kerja Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan
maupunyang bersifat teknis beroperasi 8 - 24 jam sehari,dengan demikian
kegiatan pelayanan kesehatan padalaboratorium menuntut adanya pola kerja
bergilir dantugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah
dapatmenyebabkan kelelahan yang meningkat, akibatterjadinya perubahan
pada bioritmik (irama tubuh).Faktor lain yang turut memperberat beban kerja
antaralain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yangmasih relatif
rendah, yang berdampak pekerja terpaksamelakukan kerja tambahan secara
berlebihan. Bebanpsikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkanstres.
14. 14. 3. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja bila tidak memenuhipersyaratan
dapat mempengaruhi kesehatankerja dapat menimbulkan Kecelakaan
Kerja(Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerjadan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja(Occupational Disease & Work RelatedDiseases).
15. 15. IV. IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATANKERJA
LABORATORIUM KESEHATAN DAN PENCEGAHANNYA A. Kecelakaan
Kerja Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidakterduga dan tidak
diharapkan. Biasanyakecelakaan menyebabkan, kerugian materialdan
penderitaan dari yang paling ringansampai kepada yang paling berat.
16. 16. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenisyaitu :1. Kecelakaan
medis, jika yangmenjadi korban pasien.2. Kecelakaan kerja, jika yangmenjadi
korban petugaslaboratorium itu sendiri.
17. 17. Penyebab kecelakaan kerja dapatdibagi dalam kelompok : 1. Kondisi
berbahaya (unsafe condition), yaituyang tidak aman dari: a. Mesin,
peralatan, bahan dan lain-lain b. Lingkungan kerja c. Proses kerja d. Sifat
pekerjaan e. Cara kerja
18. 18. 2. Perbuatan berbahaya (unsafe action), yaituperbuatan berbahaya dari
manusia, yangdapat terjadi antara lain karena: a. Kurangnya pengetahuan
dan keterampilanpelaksana b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodilydefect)
c. Keletihanan dan kelemahan daya tahantubuh. d. Sikap dan perilaku kerja
yang tidak baik
19. 19. Beberapa contoh kecelakaan yangbanyak terjadi di laboratorium :
Mengambil sampledarah/cairan tubuhlainnya Hal inimerupakan
pekerjaansehari-hari dilaboratorium Akibat :- Tertusuk jarum suntik- Tertular
virus AIDS,Hepatitis B
20. 20. Pencegahan :- Gunakan alat suntiksekali pakai- Jangan tutup
kembaliatau menyentuh jarumsuntik yang telahdipakai tapi langsungdibuang
ke tempat yangtelah disediakan(sebaiknya gunakandestruction clip).- Bekerja
di bawahpencahayaan yangcukup
21. 21. Risiko terjadi kebakaran(sumber : bahan kimia,kompor)
bahandesinfektan yangmungkin mudahmenyala (flammable)dan
beracun.Kebakaranterjadi bila terdapat 3unsur bersama-samayaitu: oksigen,
bahanyang mudah terbakardan panas.
22. 22. Pencegahan :- Konstruksi bangunan yang tahan api- Sistem
penyimpanan yang baik terhadapbahan-bahan yang mudah terbakar-
Pengawasan terhadap kemungkinantimbulnya kebakaran - Sistem tanda
kebakaran >. Manual yang memungkinkan seseorangmenyatakan tanda
bahaya dengan segera >. Otomatis yang menemukan kebakarandan
memberikan tanda secaraotomatis- Jalan untuk menyelamatkan diri-
Perlengkapan dan penanggulangankebakaran.- Penyimpanan dan
penanganan zat kimiayang benar dan aman.
23. 23. B. Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja
dilaboratorium kesehatan Penyakit akibat kerja di laboratorium
kesehatanumumnya berkaitan dengan : faktor biologis (kuman patogen
yang berasal umumnyadari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis
kecil namun terusmenerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solventyang
menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara
mengangkatpasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus
(panaspada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan
di kamar penerimaanpasien, gawat darurat, karantina dll.)
24. 24. 1) Faktor Biologis
25. 25. Pencegahan :1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang
kebersihan,epidemilogi dan desinfeksi.2. Sebelum bekerja dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk memastikandalam keadaan sehat badani,
punya cukup kekebalan alami untuk bekrjadengan bahan infeksius, dan
dilakukan imunisasi.3. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek
yang benar (GoodLaboratory Practice)4. Menggunakan desinfektan yang
sesuai dan cara penggunaan yangbenar.5. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap
tempat, peralatan, sisa bahan infeksiusdan spesimen secara benar6.
Pengelolaan limbah infeksius dengan benar7. Menggunakan kabinet
keamanan biologis yang sesuai.8. Kebersihan diri dari petugas.
26. 26. 2) Faktor Kimia Petugas di laboratorium kesehatan yang seringkali
kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian
puladengan solvent yang banyak digunakan dalamkomponen antiseptik,
desinfektan dikenalsebagai zat yang paling karsinogen. Semuabahan cepat
atau lambat ini dapat memberidampak negatif terhadap kesehatan mereka.
27. 27. Gangguan kesehatan yang paling sering adalahdermatosis kontak
akibat kerja yang padaumumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan)
dan hanya sedikit saja olehkarena alergi (keton). Bahan toksik
( trichloroethane,tetrachloromethane)jika tertelan, terhirup atau terserap
melalui kulit dapatmenyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkankematian.
Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkankerusakan jaringan yang
irreversible (permanen) padadaerah yang terpapar.
28. 28. Pencegahan :1. Material safety data sheet (MSDS) dariseluruh bahan
kimia yang ada untuk diketahuioleh seluruh petugas laboratorium.2.
Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alatvakum untuk mencegah
tertelannya bahankimia dan terhirupnya aerosol.3. Menggunakan alat
pelindung diri (pelindungmata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium)dengan benar.4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena
dapatmelekat antara mata dan lensa.5. Menggunakan alat pelindung
pernafasandengan benar.
29. 29. 3) Faktor Ergonomi Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seniberupaya
menyerasikan alat, cara, proses danlingkungan kerja terhadap
kemampuan,kebolehan dan batasan manusia untukterwujudnya kondisi dan
lingkungan kerjayang sehat, aman, nyaman dan tercapaiefisiensi yang
setinggi-tingginya. Pendekatanergonomi bersifat konseptual dan
kuratif,secara populer kedua pendekatan tersebutdikenal sebagai To fit the
Job to the Man andto fit the Man to the Job
30. 30. Sebagian besar pekerja di perkantoran atauPelayanan Kesehatan
pemerintah, bekerja dalamposisi yang kurang ergonomis, misalnya
tenagaoperator peralatan, hal ini disebabkan peralatanyang digunakan pada
umumnya barang imporyang disainnya tidak sesuai dengan ukuranpekerja
Indonesia. Posisi kerja yang salah dandipaksakan dapat menyebabkan
mudah lelahsehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalamjangka panjang
dapat menyebakan gangguan fisikdan psikologis (stress) dengan keluhan
yangpaling sering adalah nyeri pinggang kerja (lowback pain)
31. 31. 4) Faktor Fisik Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang
dapatmenimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi:1. Kebisingan, getaran
akibat mesin dapat menyebabkanstress dan ketulian2. Pencahayaan yang
kurang di ruang kamarpemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan
dankantor administrasi dapat menyebabkan gangguanpenglihatan dan
kecelakaan kerja.3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja4.
Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungansekitar.5. Terkena radiasi
32. 32. Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnyateknologi pemeriksaan,
penggunaannyameningkat sangat tajam dan jika tidakdikontrol dapat
membahayakan petugas yangmenangani.
33. 33. Pencegahan :1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.2.
Pengaturan ventilasi dan penyediaan airminum yang cukup memadai.3.
Menurunkan getaran dengan bantalan antivibrasi4. Pengaturan jadwal kerja
yang sesuai.5. Pelindung mata untuk sinar laser6. Filter untuk mikroskop
34. 34. e. Faktor Psikososial Beberapa contoh faktor psikososial di
laboratoriumkesehatan yang dapat menyebabkan stress :1. Pelayanan
kesehatan sering kali bersifat emergencydan menyangkut hidup mati
seseorang. Untuk itupekerja di laboratorium kesehatan di tuntut
untukmemberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertaidengan
kewibawaan dan keramahan-tamahan2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu
yang sangatmonoton.3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara
pimpinandan bawahan atau sesama teman kerja.4. Beban mental karena
menjadi panutan bagi mitra kerjadi sektor formal ataupun informal.
35. 35. V. PENGENDALIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN
KECELAKAANMELALUI PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA A. Pengendalian Melalui Perundang-undangan(Legislative Control)
antara lain :1. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok2.
Petugas kesehatan dan non kesehatan3. UU No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.4. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan5. Peraturan
Menteri Kesehatan tentang higene dansanitasi lingkungan.6. Peraturan
penggunaan bahan-bahan berbahaya7. Peraturan/persyaratan pembuangan
limbah dll.
36. 36. B. Pengendalian melalui Administrasi /Organisasi (Administrativecontrol)
antara lain: 1. Persyaratan penerimaan tenaga medis, paramedis, dan
tenaga non medis yang meliputibatas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan
2. Pengaturan jam kerja, lembur dan shift 3. Menyusun Prosedur Kerja Tetap
(StandardOperating Procedure) untuk masing-masinginstalasi dan
melakukan pengawasan terhadappelaksanaannya
37. 37. 4. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja(safety procedures)
terutama untukpengoperasian alat-alat yang dapatmenimbulkan kecelakaan
(boiler, alat-alatradiology, dll) dan melakukan pengawasanagar prosedur
tersebut dilaksanakan 5. Melaksanakan pemeriksaan secaraseksama
penyebab kecelakaan kerja danmengupayakan pencegahannya.
38. 38. C. Pengendalian Secara Teknis (EngineeringControl) al.: 1. Substitusi
dari bahan kimia, alat kerja atauproses kerja 2. Isolasi dari bahan-bahan
kimia, alat kerja,proses kerja dan petugas kesehatan dan nonkesehatan
(penggunaan alat pelindung) 3. Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain
39. 39. D. Pengendalian Melalui Jalurkesehatan (Medical Control) Yaitu upaya
untuk menemukan gangguansedini mungkin dengan cara
mengenal(Recognition) kecelakaan dan penyakit akibatkerja yang dapat
tumbuh pada setiap jenispekerjaan di unit pelayanan kesehatan
danpencegahan meluasnya gangguan yang sudahada baik terhadap pekerja
itu sendiri maupunterhadap orang disekitarnya.
40. 40. Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melaluipemeriksaan kesehatan
pekerja yang meliputi: 1. Pemeriksaan Awal Adalah pemeriksaan kesehatan
yang dilakukansebelum seseorang calon / pekerja (petugaskesehatan dan
non kesehatan) mulaimelaksanakan pekerjaannya.
41. 41. 2. Pemeriksaan Berkala Adalah pemeriksaan kesehatan
yangdilaksanakan secara berkala dengan jarakwaktu berkala yang
disesuaikan denganbesarnya resiko kesehatan yang dihadapi.
42. 42. 3. Pemeriksaan Khusus Yaitu pemeriksaan kesehatan yang
dilakukanpada khusus diluar waktu pemeriksaanberkala, yaitu pada keadaan
dimana ada ataudiduga ada keadaan yang dapat mengganggukesehatan
pekerja
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh
terhadap faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar
tidak menjadikan hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya
kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang diderita karyawan
tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap
kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi
sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan
kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat
seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja
suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan pada saat
bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses
pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila
para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung
oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka
produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah
suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-
masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja,
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
C. Tujuan
Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah akan membahas masalah
tentang kesehatan dan keselamatan kerja
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan makalah ini adalah akan membahas
masalah-masalah:
a. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja
b. Tujuan program kesehatan dan keselamatan kerja
c. Penyebab kecelakan kerja
d. Strategi untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja
e. Masalah kesehatan karyawan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya
untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan
dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan
keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja,
tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang
penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak
berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur
masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan
yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih
banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata.
Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan
kerja.
2. Saran
Perusahaan dalam hal ini manajer SDM harus merencanakan atau
membuat program yang berkesinambungan mengenai keselamatan kerja
karyawan. Perusahaan hendaknya tidak tinggal diam apabila ditemukan
terjadi kecelakaan pada saat karyawan bekerja
Kecelakaan pada saat bekerja merupakan resiko yang merupakan
bagian dari pekerjaan, untuk utu perusahaan hendaknya mencegah dalam
hal ini melakukan proteksi atau perlindungan berupa kompensasi yang
tidak dalam bentuk imbalan, baik langsung maupun tidak langsung, yang
diterapkan oleh perusahaan kepada pekrja. Proteksi atau perlindungan
pekerja merupakan keharusan bagi sebuah perushaan
DAFTAR PUSTAKA
Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Kesepuluh (terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga
Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab
dan Tujuan Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html)
Latiffianti Effi. 2012. Analisa Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)
dalam Meningkatkan Produktivtas Kerja (Studi Kasus: Pabrik The
Wonosari PTPN XII). Jurnal Teknik Pomits. Vol 1:1-6
http://pmdlk.blogspot.com/2013/03/kerugian-akibat-kecelakaan-kerja.html
Jakarta: Penerbit Erlangga
http://ardisukma.blogspot.com/2013/07/makalah-kesehatan-dan-
keselamatan-kerja.html