Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini isu global yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan
adalah keselamatan pasien (patient safety), termasuk juga dalam pelayanan di
Puskesmas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi risiko.
Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien
yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan
medis (medical errors).
Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai:
The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of
execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of
planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu kegagalan
tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang
diharapkan (yaitu kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk
mencapai suatu tujuan (yaitu kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event
(Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
makalah ini adalah:
1. Apa patient safety ?
2. Bagaimana standar keselamatan pasien di Puskesmas ?
3. Apa sasaran keselamatan pasien Puskesmas ?
4. Bagaimana tatalaksana keselamatan pasien di puskesmas ?

1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana manajemen keselamatan pasien di
puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian keselamatan pasien.
b. Untuk mengetahui standar keselamatan pasien di puskesmas.
c. Untuk sasaran dan tatalaksana keselamatan pasien di puskesmas.
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian keselamatan pasien.
2. Dapat mengetahui standar keselamatan pasien di Puskesmas.
3. Dapat mengetahui sasaran dan tatalaksana keselamatan pasien di
puskesmas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Patient Safety
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi
pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden,
tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko, meliputi:
1. Assessment risiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Menurut IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan
sebagai freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan karena
error yang meliputikegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang
salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga akibat dari melaksanakan
suatu tindakan (commission) atau tidakmengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission).
Accidental injury dalam prakteknya akan berupa kejadian tidak
diinginkan (KTD = missed = adverse event) atau hampir terjadi kejadian tidak
diinginkan (near miss). Near miss ini dapat disebabkan karena: keberuntungan
(misal: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi
staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), atau
peringanan (suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara
dini lalu diberikan antidotenya).
3
Sejak awal tahun 2006 Puskesmas selalu meningkatkan mutu
pelayanandenganmenerapkanSistemManajemenMutu ISO 9001-2008, harus
diakui bahwa programmutu tersebut telah meningkatkan mutu pelayanan
Puskesmas. Meskipundemikian pelayanan yang dianggap telah berkualitas
tersebut, masih terjadi insiden keselamatan pasien yang tidak jarang berakhir
dengan tuntutan hukum, namun hal ini terjadi sebelum menerapkan Sistem
manajemen Mutu.
Oleh karena itu perlu dibuat rencana program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien (Patient Safety) 3untuk lebih memperbaiki proses
pelayanan, karena insiden keselamatan pasien (selanjutnya disebut insiden),
sebagian dapat merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya
dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif, dengan
melibatkan pasien.
Dengan meningkatnya keselamatan pasien diharapkan kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas dapat meningkat. Terjadinya
insiden bisa berdampak terhadap peningkatan biaya pelayanan,menimbulkan
konflik antara dokter/ petugas kesehatan dan pasien, sengketa medis, tuntutan
dan proses hukum, tuduhan malpraktek, blow-up ke media massa yang
akhirnya menimbulkan opini negative terhadap pelayanan Puskesmas.
B. Standar Keselamatan Pasien Puskesmas
Standar Keselamatan Pasien yang disusun mengacu pada panduan
keselamatan Pasien Puskesmas yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI
bersama Komite Keselamatan Pasien Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia
(KKPRS-PERSI) Edisi ke dua tahun 2008 yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi perumahsakitan di Indonesia khususnya dan dilaksanakan di
Puskesmas. Standar keselamatan pasien puskesmas terdiri dari 7 standar yaitu:
1. Hak Pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya kejadian Tidak Diharapkan (KTD).

4
5
Kriteria:
a. Harus ada Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
b. DPJP wajib membuat rencana pelayanan
c. DPJP wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada
pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
2. Mendidik pasien dan keluarga
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan
dengan keterlibatan pasien yang merupakan patner dalam proses
pelayanan. Karena itu, di Puskesmas harus ada sistem dan mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:
a. Memberikan informasi yang benar, jelas lengkap dan jujur
b. Mengetahui kewajibannya dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan Puskesmas
Kecamatan Kebayoran Baru
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial sesuai aturan yang berlaku
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan. Melalui Sistem
Manajemen Mutu diharapkan kesinambungan pelayanan dapat terlaksana

6
dengan baik dan lancar khususnya pencapaian 6 goals keselamatan pasien
sesuai kesepakatan.
Kriteria:
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan,
rujukan dan saat pasien keluar dari puskesmas.
b. Koordinasipelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada
seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan
baik dan lancar.
c. Koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, konsultasi
dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjutnya.
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan , aman dan
efektif.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi program peningkatan keselamatan pasien
Puskesmas memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalis secara intensif KTD, melakukan perubahan
untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien
Kriteria:
a. Puskesmas melakukan proses design yang mengacu pada Visi, Misi
dan Tujuan Puskesmas, kebutuhandanharapan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat
dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan
tujuh langkah menuju keselamatan pasien.
b. Puskesmas melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko,mutu
pelayanan , keuangan.

7
c. Puskesmas melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua KTD
dan secara proaktif melalukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
d. Puskesmas menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.
5. Peran Kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
a. Pimpinan Puskesmas telah mendorong dan menjamin implementasi
program keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi
melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien”.
1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien,
“ciptakan kepemimpinan & budaya yang terbuka
dan adil”
2) Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah
komitmen & focus yang kuat & jelas tentang KP di
RS anda”
3) Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko,
“kembangkan sistem & proses pengelolaan risiko,
serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang
potensial bermasalah”
4) Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda
agar dengan mudah dapat melaporkan
kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan
kepada KKP-RS”
5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien,
“kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka
dengan pasien”
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang
Keselamatan pasien, “dorong staf anda untuk
melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana & mengapa kejadian itu timbul”

8
7) Cegah cedera melalui implementasi sistem
Keselamatan pasien, “Gunakan informasi yang ada
tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan”

b. Pimpinan Puskesmas menjamin berlangsungnya program proaktif


untuk identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan
atau mengurangi KTD
c. Pimpinanmelakukan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
d. Pimpinan Puskesmas mengalokasikan sumber daya yang adekuat
untuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta
meningkatkan keselamatan pasien.
e. Pimpinan Puskesmas mengukur dan mengkaji efektifitas
kontribusinya dalam meningkatkan kinerja dan keselamatan pasien.
Kriteria:
a. Terdapat Tim antar disiplin untuk mengelola Program Keselamatan
Pasien
b. Tersedia Program Proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
pasien dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-
jenis kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian
Nyaris Cedera” (KNC/ near miss) sampai dengan kejadian Tidak
Diharapkan (KTD/ Adverse event)
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari Puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam Program
Keselamatan Pasien.

9
d. Tersedia prosedur cepat tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang
lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisa.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas
tentang analisa akar masalah (RCA) KNC dan KTD pada saat
Program Keselamatan Pasien mulai dilaksanakan.
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden misalnya
Kejadian Sentinel atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko,
termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan
Kejadian Sentinel.
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di dalam Puskesmas dengan
pendekatan antar disiplin.
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut.
i. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria obyektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja
rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut
dan implementasinya.
6. Melatih staf tentang keselamatan pasien

a. Tim mutudanmanajemen risiko melatih karyawan tentang


keselamatan pasien, terutama penanggung jawab terkait dengan
keselamatan pasien
b. Akan mengikut sertakan staf dalam pelatihan manajemen resiko sesuai
kebutuhan

10
c. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

11
Kriteria:
a. Timmutudanmanajemenrisiko mensosialisasikan kepada staf baru
yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
b. Timmutudanmanajemenrisiko mengintegrasikan topik keselamatan
pasien dalam setiap kegiatan rapat rapat,dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
c. Tim mutu dan manajemen risiko melatih team work dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien.
6. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
a. Puskesmas merencanakan dan design proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesign proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan keselamatan pasien
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada.
C. Sasaran Keselamatan Pasien Puskesmas
Puskesmas Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/
MENKES/ PER/ VIII/ 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi Puskesmas, maka Puskesmas
menerapkan 6 goals/ sasaran keselamatan pasien, yang dilaksanakan oleh
seluruh satuan kerja secara terpadu dan terkoordinasi yaitu :
1. Ketepatan Identifikasi Pasien :
a. Penandaan padaRekam Medis

12
Pada Rekam Medis ditulis nama lengkap pasien dan tanggal
lahir pasien( Buku Status masih lama ), ditulis pada halaman depan
buku status, direncanakan merevisi buku status agar ada tempat buat
tanggal lahir pasien
b. Identifikasi nama pasien dan tanggal lahir wajib dilakukan pada saat:
1) Sebelum memberikan infuse

2) Sebelum melakukan tindakan/prosedur lainnya

3) Sebelum melakukan konseling

4) Sebelum memberikan obat

5) Sebelum mengambil specimen darah

6) Sebelum memasang gelang pada ibu hamil yang akan bersalin di


rumah bersalin

c. Dengan Pemasangan Tanda Gelang


1) Identifikasi pasien pada gelang menggunakan: nama lengkap,
tanggal lahir
2) Pasien yang diberi tanda pada gelang yaitu di Rumah Bersalin,
dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Ibu dari bayi laki – laki diberi gelang warna biru dengan
tulisan yaitu : Nama lengkap ibu dan tanggal lahir,
sedangkan pada bayi dituliskan nama ibu dari bayi...........dan
tanggal lahir bayi
b) Ibu dari bayi perempuan diberi tanda gelang warna merah
dengan tulisan yaitu : Nama lengkap ibu dan tanggal lahir,
sedangkan pada bayi dituliskan nama ibu dari bayi dan
tanggal lahir bayi
d. Semua pasien yang mempunyai risiko atas dasar pengkajian awal,
akan diberikan tanda risiko, yang terdiri atas :

13
1) Tanda risiko riwayat alergi : warna merah, Rawat Jalan
sedangkan di buku status diberi cap merah pada setiap lembar
ruku status ( Rencana )
2) Tanda risiko jatuh : warna kuning, Pasien yang diberi tanda
gelang kuning dilakukan pada pasien dengan observasi di poli 24
jam, dimana pasien dalam penanganan dokter seperti pasien asma,
pasien kecelakaan, pasien anak anak Untuk mengatasi pasien
jatuh ,diperlukan tempat tidur yang dapat dikunci agar pasien
tidak jatuh dalam amsa obseravasi
3) Gelang identitas dipasang oleh perawat/bidan sejak pasien masuk
rumahbersalin/polipelayanan 24 jam, dan tidak boleh dilepas
sampai dengan pasien keluar puskesmas (selesai dirawat) yang
telah diinformasikan kepada pasien atau keluarganya.
Setiap petugas kesehatan di Puskesmas yang berkewajiban
melakukan identifikasi sebelum pemberian obat, infus, sebelum
pengambilan sampel darah atau spesimen lain untuk pemeriksaan
laboratorium, sebelum pemberian pelayanan atau prosedur tindakan
yang telah diinformasikan kepada pasien atau keluarganya.
2. Koordinasi Penerapan komunikasi efektif
Komunikasi yang efektif diantara petugas kesehatan (dokter,
perawat, petugas kesehatan lain) dan petugas kesehatan dengan pelanggan
harus diciptakan dengan tujuan agar pemberian pelayanan dan perawatan
semakin efektif. Komunikasi yang efektif, yang terstruktur, akurat, lengkap,
jelas, tepat waktu dan dapat dipahami penerima, akan mengurangi kesalahan
dan menghasilkan perbaikan keselamatan pasien.Komunikasi dapat secara
lisan, tertulis dan elektronik.
a. Untuk komunikasi lisan :
1) Pada saat dokter, perawat, danpetugas kesehatan lainnya yang
melakukan konsultasi ke dokter konsultan, maka penerima
instruksi lisan / verbal/ pesan lisan berkewajiban menerapkan

14
Teknik TBAKyang artinya Tulis-Baca-Konfirmasi, yang artinya
perintah lengkap, lisan dan via telepon, atau hasil tes dicatat dan
dibaca ulang oleh penerima pesan, sedangkan perintah dan hasil tes
dikonfirmasikan oelh individu pemberi perintah atau hasil tes.
2) Pada saat melaporkan keadaan pasien atau hasil kritis , serah terima
pasien (antar shift dokter/bidan), transfer pasien antar ruangan
menggunakan Teknik SBAR(Situation – Background – Assessment
– Recommendation).
b. Untuk komunikasi tertulis :
1) Menuliskan secara jelas dan lengkap dalam rekam medis
terintegrasi termasuk formulir, resume medis, discharge planning,
discharge summary dan lain-lain sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Menggunakan Singkatan Terstandar di Puskesmas Kecamatan
Kebayoran Baru dan menuliskan kata dengan lengkap bila tidak
ada dalam daftar singkatan.
3) Menuliskan secara jelas pemberian obat dengan menggunakan
metoda 7 benar (benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute,
benar pasien, benar informasi, benar dokumentasi).
4) Komunikasi tertulis wajib menggunakan tulisan yang mudah
dibaca minimal oleh 3 orang
c. Untuk komunikasi elektronik
1) Memungkinkan untuk dilakukan konsul lewat sms, email dan
faxsimile.
2) Konsul menggunakan komunikasi elektronik ditindak lanjuti
dengan komunikasi tertulis, Setelah menerima instruksi
petugas/bidan mencatat dalam buku status semua instruksi dokter
konsulen dan menanda tangani, Pada saat bertemu dengan
dokter/konsulen segera minta di tanda tangani oleh dokter
konsulen sebagai bukti komunikasi via elektronik, untuk

15
permintaan obat narkotikadanpsikotropika tidak dapat dilakukan
dengan perintah lisan.

16
3. Koordinasi Identifikasi Obat
Peningkatan keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai, obat
High Alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi.
Bertujuan untuk meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai guna memastikan keselamatan pasien dan menghindari
kesalahan pemberian obat, sehingga pengelolaan obat yang tepat menjadi
sangat penting.
1. Obat high alert di Puskesmas terbagi menjadi 2 yaitu obat elektrolit
dengan konsentrat tinggi dan obat kategori LASA/NORUM, yang
penyimpanan dilakukan berdasarkan standar prosedur penyimpanan
yang berlaku.
2. Obat high alert di Puskesmas ,terdiridari :, injeksi MgSO4 40,
injeksiNa Cl 3 %, LASA (58 jenis obat).
3. Semua obat High Alert tidakbolehdisimpandiruangperawatankecuali di
RTD, VK, Pelayanan 24 Jam , dengan ditempatkan pada wadah
berstiker high alert dan berbingkai merah, disimpan di tempat dengan
akses terbatas.
4. Koordinasi Pemasangan Marker pada sisi yang akan dilakukan
tindakan
Kepastian tepat lokasi,tepat prosedur, tepat pasien operasi. Untuk
tepat pasien operasi di Puskesmas yaitu diartikan tepat pasien dalam
melakukan tindakan: tidak salah prosedur dan tidak salah tindakan
Bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan operasi ( kalau di
Puskesmas tindakan ) dengan melakukan komunikasi yang efektif antara
anggota tim bedah minor di ruang tindakan dan pelayanan 24 jam, dengan
melibatkan pasien pada pemberian tanda pada lokasi tindakan, dan
melaksanakan prosedur verifikasi lokasi tindakan terdiri dari: dalam hal ini
meminta persetujuan tindakan medik pada pasien dengan memberi tahu
pasien lokasi /atau area yang akan dilakukan tindakan minor (bedah gigi
minor, sunat, rawat luka, sirkum sisi, incisi cros, incisi )

17
18
5. Pengurangan Resiko Infeksi melalui hand hygiene
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar
dalam tatanan pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun
puskesmas. Kebersihan tangan yang memadai merupakan faktor yang
sangat penting dalam usaha mengurangi terjadinya insiden keselamatan
pasien di puskesmas. Dalam rangka pengurangan risiko infeksi di
Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru menyediakan Hand Hygiene
dengan :
Budayakan cuci tangan pada saat :

1. Sebelum dan sesudah menyentuh pasien


2. Sebelum dan sesudah tindakan / aseptik
3. Setelah terpapar cairan tubuh pasien
4. Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasive
5. Setelah menyentuh area sekitar pasien / lingkungan
Adapun 7 langkahcucitangan di Puskesmassebagaiberikut :
a. Buka kran dan basahi kedua telapak tangan
b. Tuangkan 5 ml hands crub/sabun cair dan gosokkan pada tangan
dengan urutan TEPUNG SELACI PUPUT sbb :

1) Telapak tangan; gosok kedua telapak tangan


2) Punggung tangan; gosok punggung dan sela-sela jari sisi luar
tangan kiri dan sebaliknya.
3) Sela-sela jari, gosok telapak tangan dan sela-sela jari sisi dalam
4) KunCi; jari jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
5) Putar; gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam genggaman
tangan kanan dan lakukan sebaliknya
6) Putar; rapatkan ujungjari tangan kanan dan gosokkan pada
telapak tangan kiri dengan cara memutar mutar terbalik arah
jarum jam, lakukan pada ujung jari tangan sebaliknya.
7) Gosok gosok ibu jari ( cek )
a) Ambil kertas tissue atau kain lap disposable, keringkan kedua
tangan
b) Tutup kran dengan sikut atau bekas kertas tissue yang masih di
tangan
19
6. Koordinasi Upaya Pencegahan pasien jatuh
Pengurangan risiko pasien jatuh Bertujuan untuk mengurangi risiko
pasien jatuh, berdasarkan prosedur yang tepat dengan memantau dampak
yang tidak diinginkan dari tindakan yang dilakukan, terdiri dari:
a. Pengkajian pasien risiko jatuh
1) Semua pasien barudinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan terjadi perubahan kondisi pasien atau pengobatan,
dan lainnya.
2) Pasien yang dikaji adanya potensi risiko jatuh, maka akan diberi
gelangtanda kuning , agar petugaswaspadaterhadappasien yang
bersikojatuh
3) Hali iniberlaku di rumahbersalindanpoli 24 jam ( Pasienobservasi,
13
Kecelakaan )
0
b. Penilaian pasien risiko jatuh
1) Penilaian pasien risiko jatuh formulir Morse Fall Scale (MFS) pada
pasien dewasa
2) Dalam masa perawatan yang lama, penilaianrisikojatuhdiulang 1
kali dalamseminggu.
3) Penilaianrisikojatuhdiimplementasikanuntukmenurunkanrisikojatu
hdandampakcederaakibatjatuhmaupunakibattakterdugalainnya.
4) Hasil pengukuran dimonitor dan ditindaklanjuti sesuai derajat
risiko jatuh guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga
lainnya.
5) Amati dengan teliti di lingkungan kerja anda terhadap fasilitas, alat,
sarana dan prasarana yang berpotensi menyebabkan pasien cidera
karena jatuh
6) Laporkan pada atasan atas temuan risiko fasilitas yang dapat
menyebabkan pasien cidera
7) Lakukan asesmen risiko jatuh pada setiap pasien dg menggunakan
skala (Skala Humpty Dumpty untuk pasien anak, Skala Risiko
Jatuh Morse (MSF) untuk pasien dewasa, dan skala geriatric
pada pasien geriatric.

20
c. Pencegahan resiko pasien jatuh
1) Pastikan semua tempat tidur pasien terkunci, tidak ada
pengecualian
2) Harus dilakuakn pengkajian resiko jatuh : 100 %
3) Harus dipasang pengamanan tempat tidur
4) Harus dipastikan tempat tidur terkunci
5) Harus dilakukan eukasi tentang resiko jatuh
6) Terpasang gelang kuning
7) Harus dilakukan reasesment resiko jatuh setiap shit bidan
8) Keluarga paham tentang resiko jatuh pada pasien
9) Tidak ada kejadian pasien jatuh
10) Pelaksanaan sistem pelaporan insiden pasien jatuh dan intervensi
serta pencegahannya.
D. Penatalaksanaan, Pencatatan dan pelaporan
Penatalaksanaan keselamatan pasien di puskesmas dapat berjalan
dengan baik sesuai SOP yang ada, sedangkan pencatatan sebagai berikut:
1. Menyiapkan format format
untuk pencatatan dan pelaporan insiden Keselamatan Pasien Puskesmas:
a. Format LaporanInsiden KNC,KTC, KTD danKejadian Sentinel
b. LaporanKondisiPotensia; Cedera ( KPC )
c. RekapanKejadianInsidendiPuskesmas
d. Melakukan Pencatatan dan Pelaporan Insiden yang meliputi :
 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
 Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
 Kondisi Potensial Cedera ( KPC ).
 Kejadian Tidak Cedera (KTC),
 Kejaidian sentinel

21
2. Pelaporan Insiden terdiri dari:
a. Pelaporan Internal yaitu mekanisme/ alur pelaporan KPPuskesmas di
Internal puskesmas
b. Pelaporan Eksternal yaitu pelaporan dari puskesmas ke Suku Dinas
Kesehatan Pelaporan eksternal wajib dilakukan oleh Puskesmas.
3. Tim Mutu dan Keselamatan pasien (TMKP )
Puskesmas melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan
membuat laporan kegiatan kepada Pimpinan Merekapitulasi laporan
insiden di Puskesmas.
a. Tim melakukan kajian dan analisis dari laporan Insiden Puskesmas
serta melakukan sosialisasi hasil analisis dan solusi masalah ke Suku
Dinas Kesehatan dan seterusnya.
b. Tim membuat laporan tahunan kegiatan yang telah dilaksanakan
keSuku Dinas Kesehatan dan diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Puskesmas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan Program
Keselamatan Pasien Puskesmas, dapat menekan terjadinya insiden
keselamatan pasien, sehingga dapat meningkatnya kepercayaan dari pengguna
layanan Puskesmas. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan di puskesmas, maka pelaksanaan kegiatan Keselamatan
Pasien Puskesmas sangatlah penting dalam pengelolaan layanan di
Puskesmas.
Program Keselamatan Pasien Puskesmas merupakan tidak ada
akhirnya, karena itu diperlukan budaya termasuk motivasi tinggi untuk
bersedia melaksanakan Program Keselamatan Pasien secara konsisten,
berkesinambungan dan berkelanjutan.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembacakhususnya dapat
memahami tentang keselamatan pasien yang khusus nya berada di lingkungan
Puskesmas.Diharapkan dalam proses asuhan medis ini tidak ada yang
mengakibatkan cedera pada pasien, berupa Near Miss atau Adverse Event
(Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).

23
DAFTAR PUSTAKA

Kirana Ranin Gerardin,Nurmalasari Iin. 2016. Pentingnya Standarisasi Prosedur


Keselamatan Pasien di Puskesmas X Kabupaten Kediri. Diakses tanggal
15 September pada C:/Users/user%20x/Downloads/10176-14514-1-
SM%20(1).pdf
Komalawati, Veronica. 2010. Community&Patient Safety Dalam Perspektif
Hukum Kesehatan.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Penerapan dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan. Edisi 2. Penerapan dalam
Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

24
25

Anda mungkin juga menyukai