KEBIDANAN
Prinsip Pencegahan Infeksi
Dosen Pengampu : Suryani, SST,M.Keb
Disusun Oleh :
Kelas : DIV / 2C
JURUSAN KEBIDANAN
TA : 2020/2021
KATA PENGANTAR
Tim penyusun tahu bahwa makalah ini belum sempurna, masih banyak
kesalahan dan kekurangan disana sini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar makalah ini dapat lebih sempurna
dan lebih baik lagi. Semoga makalah ini, dapat bermanfaat bagi pembaca.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
ii
2.4.5 isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling
Umum dalam Patient safety..........................................................24
2.4.6 standar keselamatan pasien..................................................25
2.5 Prinsip dalam pencegahan infeksi.......................................................29
2.5.1 Pencegahan infeksi...............................................................29
2.5.2 Pentingnya prinsip pencegahan infeksi................................30
2.5.3 Pedoman pencegahan infeksi...............................................32
BAB III Penutup
Daftar Pustaka.....................................................................................................35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
infeksi, sehingga memungkinkan terjadi penyebaran infeksi sebelum diagnosis
ditegakan.
4
berpenyakit menular. Dikenal dengan tiga jenis kewaspadaan khusus
tersebut, yaitu.
Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara (airbone
precaution)
Kewaspadaan terhadap penularan melalui percikan (droplet
precaution)
Kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak (contact
precaution)
5
Universal precautions merupakan upaya pengendalian infeksi yang harus
diterapkan dalam pelayanan kesehatan kepada semua pasien, setiap waktu untuk
mengurangi resiko infeksi yang ditularkan melalui darah.
Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak
terlihat seperti beresiko.
6
2.2.4 Macam Universal Precautions
a. Cuci Tangan
Larson dan Lusk dalam Potter & Perry (2005), frekuensi mencuci tangan
mempengaruhi jumlah dan jenis bakteri yang ada di tangan. Garner dan Favaro
dalam Potter & Perry (2005) berpendapat bahwa mencuci tangan akan efektif
7
memusnahkan mikroorganisme transien jika dilakukan minimal selama 10-15
detik.
8
Cuci tangan aseptik adalah cuci tangan yang wajib dilakukan pada
5 keadaan (5 moment). Ada 2 jenis cuci tangan aseptik, yaitu handrub dan
handwash.
- Cuci tangan bedah (surgical handscrub)
Cuci tangan bedah merupakan cuci tangan yang dilakukan
secaraaseptik sebelum melakukan tindakan pembedahan dengan
menggunakan cairan antiseptik dan menggunakan sikat dan busa
steril (Depkes. RI, 2007).
9
Mengurangi kemungkinan pekerja menjadi tempat kolonisasi sementara
mikroorganisme.
10
3) Gaun Perlindung (baju kerja dan apron / celemek)
Gaun pelindung digunakan untuk mencegah kontak mikroorganisme,
percikan darah, dan cairan tubuh, dari pasien ke perawat.
a. Baju Kerja / Gaun Pelindung
Baju kerja/gaun pelindung merupakan salah satu jenis pakaian yang
digunakan untuk bekerja. Baju kerja sebaiknya terbuat dari bahan yang sedapat
mungkin tidak tembus cairan.
Baju kerja / gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian
pada saat merawat pasien. Perawat kamar bedah yang mengikuti tindakan operasi
harus mengenakan baju atau gaun steril (Potter & Perry, 2005).
b. Apron / Celemek
Apron atau celemek yang terbuat dari plastik merupakan penghalang tahan
air untuk sepanjang bagian depan tubuh perawat/bidan.
4) Sepatu Pelindung
Sepatu / pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki daricedera
akibat benda tajam atau benda berat yang jatuh secara tidak sengaja. Sandal jepit
atau sandal yang tidak menutupi kaki dan sepatu yang terbuat dari bahan yang
lunak atau kain tidak boleh
digunakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberi perlindungan
yang lebih baik, tetapi harus dijaga supaya tetap bersih dan bebas dari
kontaminasi darah atau cairan tubuh pasien. Sepatu atau pelindung kaki yang
tahan terhadap benda tajam dan kedap air harus tersedia di kamar bedah (Potter &
Perry, 2005).
11
sekitarnya jika benda ini dibuang di pembuangan limbah umum (Depkes. RI,
2007).
12
dijangkau oleh perawat, pasien dan pengunjung. Tempat sampah harus tertutup
dan kedap air, tidak mudah bocor agar terhindar dari tikus dan serangga, serta
hanya bersifat sementara dan tidak boleh lebih dari satu hari (Depkes. RI, 2007).
4. Pembuangan / Pemusnahan
Sampah yang dihasilkan pada akhirnya harus dilakukan pemusnahan.
Sistem pemusnahan yang dianjurkan adalah dengan pembakaran dengan suhu
tinggi agar dapat mengurangi volume sampah dan membunuh mikroorganisme.
Pembuangan limbah cair di tempatkan pada bangunan penampungan yang kedap
air (septic tank), kuat, dan dilengkapi dengan lubang ventilasi.
1. Dekontaminasi
Depkes. RI (2007), menyebutkan bahwa instrumen setelah dipakai untuk
pembedahan sebaiknya dilakukan prabilas / dekontaminasi terlebih dahulu
terutama jika alat - alat tersebut akan dibersihkan dengan tangan. Dekontaminasi
adalah prosesmenghilangkan mikroorganisme pathogen dan kotoran pada benda
atau alat bedah sehingga aman untuk dilakukan pengelolaan lebih lanjut.
Dekontaminasi alat bedah dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan
kimia seperti klorin 0,5 % atau dengan alkacide, tetapi klorin lebih bersifat korosif
terhadap alat-alat bedah sehingga alkacide lebih banyak digunakan. Khusus untuk
alat bedah yang digunakan untuk operasi pasien dengan virus hepatitis B dan
pasien HIV/AIDS dilakukan dekontaminasi dengan klorin 0,5 % selama
13
15-30 menit.
2. Pencucian Alat
Pencucian merupakan tahap yang harus dilakukan setelah proses
dekontaminasi. Instrumen / alat bedah di rumah sakit besar biasanya dicuci oleh
instalasi tersendiri yang khusus mengelola instrumen pembedahan dan perawatan
luka dengan peralatan yang canggih (Depkes. RI, 2007).
3. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan proses menghilangkan seluruh mikroorganisme dan
endospora dari alat keseharan atau instrument bedah. Sterilisasi dapat dilakukan
secara fisik maupun kimiawi. Zat dan cara yang sering digunakan untuk sterilisasi
di rumah sakit adalah dengan uap panas bertekanan tinggi, pemanasan kering, gas
ethilen okside, dan dengan zat kimia. Sterilisasi alat kesehatan dan instrument
bedah di RSUP Dr. Kariadi Semarang dilakukan oleh Central Sterile Supply
Department (CSSD) (Depkes. RI, 2007).
4. Penyimpanan Instrumen Bedah
Penyimpanan alat bedah yang baik sama pentingnya proses sterilisasi.
Instrumen / alat bedah dapat disimpan dengan cara dibungkus dan dimasukkan
dalam tromol instrumen. Alat bedah dinyatakan tetap steril selama alat tersebut
masih terbungkus 28 dengan baik selama 3 bulan dalam tromol instrumen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi umur sterilisasi alat yaitu tehnik sterilisasi
jenis material yang digunakan untuk membungkus, beberapa lapis kain
pembungkus yang digunakan, kebersihan, dan kelembaban tempat penyimpanan
alat (Depkes. RI, 2007).
14
2.2. 4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Universal Precautions
Notoatmodjo (2003) dan Gibson (1987) menganalisis perilaku universal
precautions dipengaruhi oleh :
a. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh :
a) Faktor internal yakni jasmani dan rohani.
b) Faktor eksternal yakni pendidikan,paparan media massa, ekonomi
c) dan pengalaman.
b. Sikap
1. Pengertian Sikap
Azwar (2009), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak
maupun perasaan tidak mendukung pada objek tersebut.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
Azwar (2009), faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah :
a) Pengalaman pribadi
b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
c) Pengaruh kebudayaan
d) Media massa
e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
f) Pengaruh faktor emosional
15
Hasbullah (2006) kepercayaan adalah suatu bentuk keinginan untuk
mengambil resiko dalam hubungan sosial yang didasari oleh keyakinan bahwa
orang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa
bertindak dalam suatu tindakan yang saling mendukung.
d. Nilai
Hasbullah (2006) Nilai adalah sesuatu ide yang telah turun temurun
dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat. Nilai merupakan
hal yang penting dalam kebudayaan, biasanya ia tumbuh dan berkembang dalam
mendominasi kehidupan kelompok masyarakat tertentu serta mempengaruhi
aturan-aturan bertindak dan berperilaku masyarakat
yang pada akhirnya membentuk pola kultural.
e. Tingkat Pendidikan
Soeitoe (1982) dalam Putri (2012) Pendidikan adalah segala usaha yang
dilakukan dengan sadar dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku manusia ke
arah yang baik. Perubahan–perubahan yang ingin dicapai melalui proses
pendidikan pada dasarnya adalah perubahan pola tingkah laku. Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta
dalam pembangunan pada umumnya, makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi.
g. Sumber Daya / Dana
Sumber daya merupakan elemen penting dalam suatu organisasi,dimana
sumber daya merupakan sesuatu yang membantu dan mempermudah jalannnya
suatu kegiatan (Gibson, 1987). Sumber daya yang dimaksud disini adalah fasilitas
dan sarana yang mendukung pelaksanaan kewaspadaan universal berupa sarana
cuci tangan berupa air yang mengalir, sabun dan detergen, larutan antiseptik, alat-
alat pelindung berupa sarung tangan, masker, kacamata pelindung, gaun
pelindung atau celemek dan sepatu pelindung, cairan untuk melakukan
16
dekontaminasi, pencucian alat, disentifeksi, sterilisasi dan tempat pembuangan
sampah (Depkes RI, 2010).
Peralatan dan sumber daya lainnya sangat erat hubungannya dengan
kinerja sehingga sumber daya dalam hal ini fasilitas dan sarana kerja ,selain data
yang cukup pencapaian kinerja optimal harus didukung oleh sarana yang memadai
sehingga segala proses pelayanan kesehatan dapat terlaksana dengan baik dan
menghasilkan pelayanan yang optimal dan terjamin (Yahya,1997).
h. Keterampilan
keterampilan didefinisikan sebagai tindakan untuk mengenali dan
merespon secara layak perasaan, sikap, dan perilaku, motivasi serta keinginan
orang lain. Bagaimana kita membangun hubungan yang harmonis dengan
memahami dan merespon manusia atau orang lain merupakan bagian dari
keterampilan.
i. Keterjangkauan
Keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh akses
pelayanan yang tidak hanya disebabkan masalah jarak tetapi terdapat dua faktor
penentu (determinan) yaitu determinan penyediaan yang merupakan faktor-faktor
pelayanan dan determinan permintaan yang merupakan faktor-faktor pengguna.
Determinan penyediaan terdiri atas organisasi pelayanan dan infrastruktur fisik,
tempat pelayanan, pemanfaatan dan distribusi petugas, biaya pelayanan serta mutu
pelayanan. Sedangkan determinan permintaan yang merupakan faktor pengguna
meliputi rendahnya pendidikan dan kondisi sosial budaya masyarakat serta tingkat
pendapatan yang rendah.
j. Motivasi
motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang
mendorong perilaku ke arah tujuan.
17
k. Supervisi
Supervisi adalah usaha untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang
sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas, dimana dalam pelaksanaannya ada
beberapa hal yang diperhatikan yaitu menghargai dan mengembangkan potensi
setiap individu serta menerima setiap perbedaan.
l. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan elemen yang penting dalam suatuorganisasi
baik formal maupun informal. Gibson (1987) mengemukakan bahwa
kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses membujuk (inducing) orang-
orang lain untuk mangambil langkah menuju sasaran bersama, peran
kepemimpinan sangat besar untuk memotivasi anggota organisasi dalam
memperbesar energi untuk berperilaku dalam upaya mencapai tujuan kelompok.
18
Lingkungan itu perlu diperhatikan, mulai dari setiap individu punya
kewajiban yang sama dalam menjaga kesehatan lingkungan. Seandainya semua
menyadari pentingnya kesehatan lingkungan pastinya kita semua terhindar dari
penyakit. Jika semua sakit barulah kita menyadari bahwa betapa mahalnya
kesehatan. Saat ini masalah kesehatan lingkungan sudah semakin berkembang
sementara masalah semakin sulit untuk teratasi. Untuk itulah, masalah kesehatan
lingkungan bukan hanya merupakan tanggungjawab perorangan melainkan
tanggungjawab semua orang. Jadi, sebagai manusia yang merupakan bagian dari
lingkungan sudah sepatutnya menjaga lingkungan.
Ruang lingkup praktik kebidanan menurut ICM dan IBI:
1) asuhan mandiri (otonomi)
2) bidan menolong persalinan atas tanggung jawab sendiri dan merawat bayi
3) pengawasan pada kesmas di posyandu
4) konsultasi dan rujukan
5) pelaksanaan pertolongan gawat darurat primer dan sekunder pada saat
tidak ada pertolongan medis.
19
1. Lingkungan biotik dan abiotik
20
c. Pendidikan informal; berlangsung di rumah yang dilakukan oleh
orang tua atau oleh anggota keluarga. Pada pendidikan nini terjadi
proses pengajaran, pemberitahuan, nasehat disiplin. Yang paling
penting adalah terjadinya trasfer nilai-nilai kehidupan, nilai relasi
dan kebaikan.
2. Pekerjaan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan pekerjaan
adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah. Wanita di
perkotaan dan di pedesaan, selain bekerja untuk keluarga mereka juga berperan
mencari nafkah misalnya sebagai buruh untuk mempertahankan kelangsungan
hidup, yang kadang kepentingan atau masalah lain yang dianggap tidak mendesak
menjadi terabaikan karena keterbatasan waktu. Hal ini berkaitan dengan ibu yang
menghabiskan sebagian waktunya untuk membantu perekonomian keluarga
sehingga hampir tidak ada waktu untuk memperhatikan kesehatan diri dan
kehamilannya. Status pekerjaan mempunyai peranan dalam melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilan. Bila seorang ibu mempunyai pekerjaan di luar statusnya
sebagai ibu rurnah tangga, cenderung lebih sedikit waktunya untuk
memperhatikan kesehatannya termasuk untuk memeriksakan kehamilannya.
Pekerjaan yang dilakukan ibu hamil haruslah bersifat ringan, tidak melelahkan ibu
dan tidak mengganggu kehamilan (Sukriani, 2001).
Sosial ekonomi
Kerentangan penduduk di dalam masyarakat kita yang kondisi ekonomi
lemah terhadap masalah kesehatan dari pencegahan sampai rehabilitasi. Pelayanan
kesehatan preventif lebih daripada sekedar pencegahan terhadap penyakit. Upaya
ini melibatkan faktor-faktor dalam kehidupan seseorang yang melindungi individu
dan memungkinkan potensi pertumbuhan dan perkembangan (Bobak, 2004).
Bagi wanita dengan sosial ekonomi yang rendah, pilihan antara mencari
perawatan antenatal dan menyebabkan kebutuhan keluarga membuat mereka tidak
mencari perawatan antenatal. Sulit dan mahalnya transportasi juga merupakan
hambatan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
21
2.4 Patient Safety
2.4.1 Pengertian Patient Safety
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera
aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan
kesalahan pengobatan.
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk :
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan (DepKes RI, 2006).
Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah
tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan
pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi
untuk meminimalkan resiko. Meliputi: assessment risiko,identifikasi dan
pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
22
2.4.2 Tujuan Pasien Safety
23
program keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada terjadinya
tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan efisisiensi, dll.
2.4.5 Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum
dalam Patient safety
1. Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:
a. Keselamatan pasien
d. Keselamatan lingkungan
e. Keselamatan bisnis.
24
k. Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident
reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan pelaporan
pasien/pengunjung laporan kejadian)
1. Hak pasien
25
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang
jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya KTD
26
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber
daya
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis
27
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
28
b. RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien,
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan criteria
sebagai berikut:
29
menghilangkan sejumlah mikroorganisme baik yang terdapat pada permukaan
benda hidup (kulit, jaringan) maupun benda-benda mati (alat kesehatan) hingga
mencapai taraf yang aman.
Antisepsis adalah pencegahan infeksi dengan membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
Dekontaminasi adalah proses yang dilakukan agar benda mati dapat disentuh oleh
petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersih alat kesehatan
sebelum proses pencucian dilakukan.
Pencucian adalah proses secara fisik yang meghilangkan darah, cairan
tubuh atau benda asing lainnya seperti debu atau kotoran yang terlihat di kulit atau
alat kesehatan.
Disinfeksi adalah suatu proses yang menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme dari alat kesehatan. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) dapat
dilakukan melalui pemanasan atau penggunaan bahan-bahan kimia,
menghilangkan seluruh mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakteri.
Sterilisasi adalah suatu proses yang dapat membunuh seluruh
mikroorganisme termasuk endospora bakteri pada alat kesehatan.
30
terjadinya suatu infeksi pada luka memerlukan tindakan
berupa asepsis dan antisepsis, terutama dalam persiapan
operasi. Asepsis adalah suatu keadaan bebas kuman atau mikroorganisme
penyebab penyakit
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan menghilangkan pencemaran
(kontaminasi) pada alat, ruangan laboratorium, atau sterilan. Pada proses
sterilisasi, cara kerja yang dekontaminasi harus dilakukan dengan tujuan
untuk mempertahankan kondisi steril pada sterilan. Tindakan
dekontaminasi dilakukan seperti :
- Membuang semua material yang tampak (debu, kotoran) pada benda,
lingkungan, permukaan kulit dengan sabun, air atau gesekan. Tujuan
prosedur dekontaminasi :
1. Mencegah penyebaran infeksi melalui peralatan pasien atau permukaan
lingkungan.
2. Untuk membuang kotoran yg tampa
3. Untuk membuang kotoran yang tidak tampak (mikro organisme)
4. Untuk melindungi personal dan pasien.
3. Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses mengurangi jumlah kuman (mikro
organisme). Desinfeksi banyak digunakan pada bidang kesehatan,
mikrobiologi, pengolahan makanan dll. Prinsip desinfeksi hampir sama
dengan sterilisasi hanya saja tidak bebas hama. Bahan yang digunakan
untuk proses desinfeksi disebut Desinfektan. Contoh : Alkohol 70 %,
Resiguard 5%, Larutan savlon 1 ; 30 dalam alkohol 70% Clorhexidine
4%, larutan tinctur 2 % dan larutan KI.
1. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses kegiatan menghancurkan atau
memusnahkan semua mikro organisme termasuk spora dari sebuah benda
atau lingkungan. Proses sterilisasi diperlukan dalam berbagai kehidupan
31
seperti bidang medik, industri obat steril, bidang bakteriologi dan lainnya.
Tujuannya adalah meniadakan atau membunuh semua bentuk kehidupan
jasad renik.
32
untuk mencegah infesi dengan cara membunuh atau mengurangi
mikroorganisme pada jaringan tubuh dan kulit.
4. Memproses alat bekas pakai
Alat bekas pakai setelah digunakan oleh petugas harus di sterilisasi.
Seperti alat tab dan pembersihan luka, namun jika sarung tangan lebih
baik digunakan dengan sekali pakai, boleh juga digunakan secara
berulang maksimal 3 x
5. Menangani peralatan tajam dengan aman
- letakkan benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat
tinggu atau menggunakan “daerah aman” yang sudah ditentukan (daerah
khusus untuk meletakkan dan mengambil peralatan”
- hati-hati saat melakukan penjahitan agar tidak tertusuk jarun secara tidak
sengaja
- gunakan pemegang jarum dan pinset saat menjahit, jangan pernah
merabah jarum atau memegang jarum jahit dengan tangan.
- jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau melepaskan
jarum yang akan di buang
- buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan
perekat jika sudah 2/3 penuh. Jangan memindahkan benda-benda tajam
tersebut kewadah yang lain. Wadah benda tajam yang sudah disegel tadi
harus dibakar di dalam insinerator
- jika benda-benda tajam tidak bisa dibuang dengan cara insinerasi. Bilas 3
kali dengan larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Tutup kembali
ujung bagian tajam dengan penutupnya menggunakan teknik 1 tangan lalu
di tanam di dalam tanah
6. Menjaga kesehatan sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan berkaitan erat pada perilaku menjaga
kebersihan dan kesehatan pada lingkungan tempat kita berada. Sanitasi
lingkungan bertujuan untuk mencegah diri sendiri maupun lingkungan
untuk bersentuhan langsung dengan kotoran atau bahan buangan/limbah
lainnya.
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
35