PENCEGAHAN INFEKSI
“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Kesehatan
Perempuan dan Perencanaan Keluarga di Program Studi DIII Kebidanan
Tasikmalaya”
Dosen Pengampu:
Nunung Mulyani,APP, M.Kes
Disusun oleh:
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak luput dari kesalahan. Maka
dari itu, penulis mohon untuk kritik dan saran yang membangun kepada pembaca
jika ter dapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pencegahan Infeksi......................................................................................3
2.1.1 Pengertian Pencegahan Infeksi .................................................3
2.1.2 Tujuan Pencegahan Infeksi.......................................................3
2.2 Prasyarat Pelayanan Kb Bermutu ..............................................................3
2.3 Pencegahan Resiko Penularan Hepatitis B dan HIV/AIDS .........................
2.3.1 Pengertian Hepatitis B ..............................................................4
2.3.2 Cara Penularan Hepatitis B.......................................................5
2.3.3 Cara pencegahan Hepatitis B....................................................5
2.3.4 Pengertian HIV/AIDS...............................................................7
2.3.5 Cara Penularan HIV/AIDS........................................................8
2.3.6 Cara Pencegahan HIV/AIDS ....................................................9
2.4 Pencegahan Infeksi Silang ...........................................................................
2.4.1 Pengertian Infeksi Silang........................................................10
2.4.2 Penularan Infeksi Silang..........................................................10
2.4.3 Proses Infeksi Silang...............................................................14
2.4.4 Tindakan Pencegahan..............................................................15
2.4.5 Pencegahan dari Klien,Tenaga Kesehatan,Masyarakat...........15
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................17
3.2 Saran .......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Bagaimana pencegahan infeksi silang dari klien, petugas kesehatan dan
masyarakat?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
5. Petugas memberikan informasi tentang berbagai metode kontrasepsi yang
tersedia.
6. Petugas menjelaskan kemampuan fasilitas kesehatan kepada klien dalam
melayani berbagai pilihan kontrasepsi.
7. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.
8. Pelayanan tersedia pada waktu yang telah ditentukan dan nyaman bagi
klien.
9. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup.
10. Memiliki sistem supervise yang dinamis dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah yang mungkin timbul dalam pelayanan.
11. Ada mekanisme umpan balik yang efektif dari klien.
4
2.3.2 Cara Penularan Hepatitis B
Penularan virus Hepatitis B bisa melalui berbagai cara, sebagai berikut :
1. Melalui darah : Virus hepatitis B ditemukan terutama dalam darah, dan
ditularkan melalui darah yang tercemar. Tidak seperti hepatitis A, virus
hepatitis B tidak ditemukan dalam air seni, keringat atau kotoran,
meskipun virus hepatitis B terdapat dalam cairan tubuh lainnya seperti air
mani dan air liur. Pada umumnya hepatitis B menular melalui transfusi
darah yang terkontaminasi. Kini semua darah yang akan dipakai untuk
transfusi diteliti untuk menyaring virus hepatitis B.
2. Melalui jarum suntik : Virus tersebut juga disebarkan melalui jarum suntik
yang terkontaminasi dengan darah. Para pekerja kesehatan yang memakai
jarum suntik dalam tugas mereka dan secara tidak sengaja tertusuk jarum
adalah mereka yang beresiko, sebagaimana juga pemakaian obat bius yang
memakai jarum suntik secara bersama-sama.
3. Jarum tato atau akupuntur yang terkontaminasi juga merupakan sumber
penularan.
4. Melalaui hubungan seksual : Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui
hubungan seks. Orang heteroseksual yang memiliki banyak pasangan dan
lelaki homoseksual memiliki risiko terbesar.
5. Melalui kelahiran : Virus dapat ditularkan dari ibu ke bayi pada saat atau
sekitar waktu kelahiran (yang disebut penularan vertikal). Ini merupakan
hal umum di negara-negara seperti Cina atau banyak negara di Asia
Tenggara dimana penularan hepatitis B amatlah lazim.
Mereka yang hidup atau bekerja dengan pembawa virus hepatitis B menahun
memiliki risiko penularan yang kecil, kecuali melalui hubungan seksual.
1. Vaksin
Cara paling efektif untuk mencegah infeksi hepatitis B adalah dengan
menerima vaksin. Namun sebelum divaksin, kamu perlu tahu terlebih dahulu
5
apakah virus telah masuk dan menginfeksi tubuh atau belum. Untuk mendapatkan
pemeriksaan, kamu bisa pesan layanan Hepatitis B Jika ditemukan terdapat
infeksi, dokter biasanya akan merekomendasikan obat hepatitis B khusus bernama
immunoglobulin, untuk dikonsumsi secara rutin selama 2 minggu. Namun, jika
infeksi tidak ditemukan, vaksin hepatitis B bisa dilakukan.
Vaksin hepatitis B ini dapat berupa Recombivax HB, Comvax, dan Engerix-B,
yang dibuat dari virus yang tidak aktif dan dapat diberikan sebanyak 3 atau 4 kali
dalam waktu 6 bulan. Vaksin ini bekerja dalam tubuh dengan cara merangsang
produksi antibodi yang akan melawan virus hepatitis B jika sewaktu-waktu masuk
ke dalam tubuh.
Vaksin hepatitis B sangat dianjurkan bagi:
1) Bayi baru lahir.
2) Anak-anak dan remaja yang belum divaksinasi saat lahir.
3) Orang yang mengidap penyakit menular seksual, termasuk HIV.
4) Petugas layanan kesehatan, petugas gawat darurat, dan orang-orang
yang sering mengalami kontak dengan darah.
5) Pria yang melakukan hubungan intim dengan pria lainnya.
6) Seseorang yang bergonta-ganti pasangan seksual.
7) Pengidap penyakit hati kronis.
8) Orang yang menggunakan narkoba suntik.
9) Pengidap penyakit ginjal stadium akhir.
10) Merupakan pasangan seksual dari pengidap hepatitis B.
11) Orang yang berencana bepergian ke wilayah di dunia dengan tingkat
infeksi hepatitis B tinggi.
6
3. Jaga Kebersihan Tubuh
Meski terdengar sepele, nyatanya rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, setelah dari kamar mandi, serta sebelum dan setelah mengolah makanan,
efektif untuk mencegah penyebaran hepatitis B. Tidak hanya itu, menjaga
kebersihan tubuh secara keseluruhan juga penting untuk dilakukan, untuk
memperkecil risiko hepatitis B.
7
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah
putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit
walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh.
Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak
memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena
pilek biasa.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau
efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan
sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya
sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih
yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk
menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat
menjadi AIDS yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin
yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.
8
a) Transfusi darah yang tercemar HIV
b) Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan
sempritnya pada para pencandu narkotik suntik.
c) Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas
kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam
hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
4. Secara Horizontal
dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga,
tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara
bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan,
gusi berdarah,dll), lendir (berciuman) atau luka yang mengeluarkan darah
serta hubungan seksual dengan penderita.
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI).
Saat ini belum diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa
hanya terjadi pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI
terdapat lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan
ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare
dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan
memberikan makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat
ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV.
9
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus
dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk
mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan
atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan
dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur
atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan
diberbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan
atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan,
kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui
bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang
bisa menimbulkan virus AIDS.
10
transien. Organisme residen berkembang biak pada lapisan kulit superfisial,
namun 10 – 20% mendiami lapisan epidermal. Organisme transien melekat pada
kulit saat seseorang kontak dengan orang atau objek lain dalam aktifitas atau
kehidupan normal.
11
3. Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat dengan mudah menular ke
orang dewasa maupun anak-anak.Banyak jamur dan parasit dapat timbul
selama pemberian obat antibiotika bakteri dan immunosupresan,
contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergiilus spp, Cryptococcus
neformans, Cryptosporidium.
2. Reservoar
Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau
tidak berkembang biak. Reservoir yang paling umum adalah tubuh
manusia.Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh,
cairan dan keluaran. Untuk berkembang biak dengan cepat mkroorganismer
memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang
tepat, pH dan cahaya.
1. Makanan. Mikroorganisme memerlukan untuk hidup, seperti Clostridium
perfringens, mikroba yang menyebabkan gangren gas, berkembang pada
materi organik lain, seperti E.coli mengkonsumsi makanan yang tidak
dicerna di usus. Organisme lain mendapat makanan dari karbondioksida
dan materi organik seperti tanah.
2. Oksigen. Bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan
multiplikasi secukupnya untuk menyebabkan sakit.Contohnya adalah
Staphylococcus aureus dan turunan organisme Streptococccus sedangkan
bakteri anaerob berkembang biak ketika terdapat atau tidak ada tersedia
oksigen bebas. Bakteri ini yang mampu menyebabkan tetanus,gas
gangrene dan botulisme.
3. Air. Kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air atau kelembaban
untuk bertahan hidup. Dan ada juga beberapa bakteri yang berubah bentuk,
disebut dengan spora, yang resisten terhadap kekeringan.
4. Suhu. Mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu terentu.
Namun beberapa dapat hidup dalam temperatur yan g ekstrem yang
12
mungkin fatal bagi manusia. Misalnya virus AIDS, resisten terhadap air
mendidih.
5. pH. Keasaman suatu lingkungan menentukan kemampuan hidup suatu
mikroorganisme. Kebanyakan organisme lebih menyukai lingkungan
dalam batasan pH 5-8.
6. Cahaya. Mikroorganisme berkembang pesat dalam lingkungan yang gelap
seperti di bawah balutan dan dalam rongga tubuh. Sinar ultra violet dapat
efektif untuh membunuh beberapa bentuk bakteri.
3. Portal Keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang
biak, mereka harus menemukan jalan keluar jika mereka masuk ke pejamu lain
dan menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai
tempat, seperti kulit dan membran mukosa, traktus respiratoris, traktus urinarius,
traktus gastrointestinal, traktus reproduktif dan darah.
4. Cara Penularan
Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke pejamu.
Penyakit infeksius tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum melalui cara
yang spesifik. Namun, mikroorganisme yang sama dapat ditularkan melalui satu
rute. Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan dari pemberi
layanan kesehatan, hampir semua objek dalam lingkungan dapat menjadi alat
penularan patogen. Semua personel rumah sakit yang memberi asuhan langsung
dan memberi pelayanan diagnostik dan pendukung harus mengikuti praktik untuk
meminimalkan penyebaran infeksi.
5. Portal Masuk
Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan yang
digunakan untuk keluar. Misalnya,pada saat jarum yang terkontaminasi mengenai
kulit klien, organisme masuk ke dalam tubuh. Setiap obstruksi aliran urine
memungkinkan organisme untuk berpindah ke uretra. Kesalahan pemakaian
balutan steril pada luka yang terbuka memungkinkan patogen memasuki jaringan
yang tidak terlindungi. Faktor- faktor yang menurunkan daya tahan tubuh
memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
13
6. Hospes Rentan
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan dan bergantung pada
derajat ketahanan individu terhadap patogen, meskipun seseorang secara konstan
kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan
terjadi sampai individu rentan terhadapjumlah mikroorganisme tersebut. Makin
banyak virulen suatu mikroorganisme makin besar didapati muncul di lingkungan
perawatan akut.
14
2.4.4 Tindakan Pencegahan Infeksi
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat di lakukan adalah
1. Aseptik yaitu tindakan yang di lakukan dalam pelayanan kesehatan.
2. Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh
lainnya.
3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani
oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis
sebelum pencucian dilakukan.
4. Pencucian yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau
setiap benda asing seperti debu dan kotoran .
5. Desinfeksi yaitu tindakan pada benda mati dengan menghilangkan
tindakan pada benda mati dengan menghilangkan sebagian besar (tidak
semua) mikroorganisme penyabab penyakit.
6. Sterilisasi yaitu tindakan untuk menghilangngkan semua mikroorganisme
(bakteri,jamur,parasit,dan virus) termasuk bakteri endospora.
15
sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan
lain-lain.
3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan
penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah
pasien.
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan
prinsip yang benar.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal menyebabkan cidera yang
serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan
menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Penyakit infeksi dapat ditularkan
baik langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit
menular atau contagius.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan
kode etik profesi yang telah ditetapkan.
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus
Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Virus ini tidak menyebar melalui
makanan atau kontak biasa, tetapi dapat menyebar melalui darah atau cairan tubuh
dari penderita yang terinfeksi.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan
kemudian melakukan replikasi.
17
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat pada para pembaca
dalam menambah pengetahuan tentang pencegahan infeksi. Makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritk dan saran diharapkan untuk dapat
menyempurnakannya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Linda Tietjen, dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Abdul Bari Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Dewi Rokhmah. 2014. Implikasi Mobilitas Penduduk Dan Gaya Hidup Seksual
Terhadap Penularan Hiv/Aids. 190jurnal Kesehatan Masyarakat. Issn
1858-1196
19
20