Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENCEGAHAN INFEKSI
“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Kesehatan
Perempuan dan Perencanaan Keluarga di Program Studi DIII Kebidanan
Tasikmalaya”

Dosen Pengampu:
Nunung Mulyani,APP, M.Kes

Disusun oleh:

Risa Ambarsari Hudaeli ( P20624118027)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pencegahan Infeksi”.
Shalawat beserta salam juga tidak lupa pula penulis sampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang
terang benderang dan penuh ilmu pengetahuan seperti saat ini. Makalah ini dibuat
untuk lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang Pencehagan Infeksi.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak luput dari kesalahan. Maka
dari itu, penulis mohon untuk kritik dan saran yang membangun kepada pembaca
jika ter dapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis berharap agar makalah yang berjudul “ Pencegahan Infeksi” ini


dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca.

Tasikmalaya, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pencegahan Infeksi......................................................................................3
2.1.1 Pengertian Pencegahan Infeksi .................................................3
2.1.2 Tujuan Pencegahan Infeksi.......................................................3
2.2 Prasyarat Pelayanan Kb Bermutu ..............................................................3
2.3 Pencegahan Resiko Penularan Hepatitis B dan HIV/AIDS .........................
2.3.1 Pengertian Hepatitis B ..............................................................4
2.3.2 Cara Penularan Hepatitis B.......................................................5
2.3.3 Cara pencegahan Hepatitis B....................................................5
2.3.4 Pengertian HIV/AIDS...............................................................7
2.3.5 Cara Penularan HIV/AIDS........................................................8
2.3.6 Cara Pencegahan HIV/AIDS ....................................................9
2.4 Pencegahan Infeksi Silang ...........................................................................
2.4.1 Pengertian Infeksi Silang........................................................10
2.4.2 Penularan Infeksi Silang..........................................................10
2.4.3 Proses Infeksi Silang...............................................................14
2.4.4 Tindakan Pencegahan..............................................................15
2.4.5 Pencegahan dari Klien,Tenaga Kesehatan,Masyarakat...........15
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................17
3.2 Saran .......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

ii
i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal menyebabkan cidera
yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit timbul jika patogen berbiak
dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Penyakit infeksi dapat
ditularkan baik langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan
penyakit menular atau contagius.
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen
lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus
diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir,
keluarga, penolong persalinan, dan tenaga kesehatan lainnya dengan
mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula untuk
mengurangi risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini
belum ditemukan dengan cara pengobatannya, seperti misalnya HIV/AIDS.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang
muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah
sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan
bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah
sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada
dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pencegahan infeksi?
2. Apa prasyarat pelayanan Kb bermutu ?
3. Bagaimana pencegahan resiko penularan Hepatitis B dan HIV/AIDS?

1
4. Bagaimana pencegahan infeksi silang dari klien, petugas kesehatan dan
masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi salah satu nilai tugas kesehatan perempuan dan
kesehatan keluarga.
2. Untuk mengetahui apa itu pencegahan infesi.
3. Untuk mengetahui apa saja prasyarat pelayanan Kb bermutu.
4. Untuk mengetahui cara pencegahan resiko penularan Hepatitis B dan
HIV/AIDS.
5. Untuk mengetahui cara pencegahan infeksi silang dari klien, petugas
kesehatan dan masyarakat.

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pemaparan
pemikiran tentang Pencegahan Infeksi.
2. Pembaca, sebagai media informasi perkembangan pengetahuan tentang
Pencegahan Infeksi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pencegahan Infeksi


2.1.1 Pengertian Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi sering diartikan dalam pengertian sempit sebagai:
tindakan suci hama/pemutusan rantai transmisi penyakit. Infeksi merupakan
bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir.komponen
perawatan bayi baru lahir. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.  Sebab
sistem imunitasnya masih kurang sempurna. Konsekuensi akibat tidak mengikuti
prinsip pencegahan infeksi biasanya sangat merugikan.

2.1.2 Tujuan Pencegahan Infeksi


1. Melindungi klien dan petugas pelayanan KB dari akibat tertularnya
penyakit infeksi
2. Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan
krontrasepsi metode AKDR, suntik,  susuk, dan krontrasepsi mantap.
3. Menurunkan resiko tranmisi penyakit menular, seperti Hepatitis B dan
HIV AIDS, baik bagi klien maupun bagi petugas fasilitas kesehatan.

2.2 Prasyarat Pelayanan Kb Bermutu


Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan
kode etik profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu meliputi hal-hal antara lain :
1. Pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan klien.
2. Klien dilayani secara professional dan memenuhi standar pelayanan.
3. Menjaga kerahasiaan dan privasi.
4. Waktu tunggu yang singkat.

3
5. Petugas memberikan informasi tentang berbagai metode kontrasepsi yang
tersedia.
6. Petugas menjelaskan kemampuan fasilitas kesehatan kepada klien dalam
melayani berbagai pilihan kontrasepsi.
7. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.
8. Pelayanan tersedia pada waktu yang telah ditentukan dan nyaman bagi
klien.
9. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup.
10. Memiliki sistem supervise yang dinamis dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah yang mungkin timbul dalam pelayanan.
11. Ada mekanisme umpan balik yang efektif dari klien.

2.3 Pencegahan Resiko Penularan Hepatitis B Dan HIV/AIDS


2.3.1 Pengertian Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus
Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Virus ini tidak menyebar melalui
makanan atau kontak biasa, tetapi dapat menyebar melalui darah atau cairan tubuh
dari penderita yang terinfeksi.
Hepatitis B merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus
hepatitis B (HBV). Keadaan ini mengakibatkan perdangan dan pembengkakan
hati, dan kadang-kadang kerusakan hati yang nyata. Sering terjadi bahwa
penderita sama sekali tidak merasakan dan menyadari bahwa dirinya sedang
terinfeksin oleh virus, karena keluhan yang khas yaitu keluhan seperti flu tidak
berkembang segera, bahkan yidak muncul sama sekali. Seseorang bisa terkena
infeksi jika ia tidak imun terhadap virusb dan terpapar dengan darah atau cairan
tubuh dari penderita atau pengidap HBV.

4
2.3.2 Cara Penularan Hepatitis B
Penularan virus Hepatitis B bisa melalui berbagai cara, sebagai berikut :
1. Melalui darah : Virus hepatitis B ditemukan terutama dalam darah, dan
ditularkan melalui darah yang tercemar. Tidak seperti hepatitis A, virus
hepatitis B tidak ditemukan dalam air seni, keringat atau kotoran,
meskipun virus hepatitis B terdapat dalam cairan tubuh lainnya seperti air
mani dan air liur. Pada umumnya hepatitis B menular melalui transfusi
darah yang terkontaminasi. Kini semua darah yang akan dipakai untuk
transfusi diteliti untuk menyaring virus hepatitis B.
2. Melalui jarum suntik : Virus tersebut juga disebarkan melalui jarum suntik
yang terkontaminasi dengan darah. Para pekerja kesehatan yang memakai
jarum suntik dalam tugas mereka dan secara tidak sengaja tertusuk jarum
adalah mereka yang beresiko, sebagaimana juga pemakaian obat bius yang
memakai jarum suntik secara bersama-sama.
3. Jarum tato atau akupuntur yang terkontaminasi juga merupakan sumber
penularan.
4. Melalaui hubungan seksual : Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui
hubungan seks. Orang heteroseksual yang memiliki banyak pasangan dan
lelaki homoseksual memiliki risiko terbesar.
5. Melalui kelahiran : Virus dapat ditularkan dari ibu ke bayi pada saat atau
sekitar waktu kelahiran (yang disebut penularan vertikal). Ini merupakan
hal umum di negara-negara seperti Cina atau banyak negara di Asia
Tenggara dimana penularan hepatitis B amatlah lazim.
Mereka yang hidup atau bekerja dengan pembawa virus hepatitis B menahun
memiliki risiko penularan yang kecil, kecuali melalui hubungan seksual.

2.3.3 Cara Pencegahan Hepatitis B

1. Vaksin
Cara paling efektif untuk mencegah infeksi hepatitis B adalah dengan
menerima vaksin. Namun sebelum divaksin, kamu perlu tahu terlebih dahulu

5
apakah virus telah masuk dan menginfeksi tubuh atau belum. Untuk mendapatkan
pemeriksaan, kamu bisa pesan layanan Hepatitis B Jika ditemukan terdapat
infeksi, dokter biasanya akan merekomendasikan obat hepatitis B khusus bernama
immunoglobulin, untuk dikonsumsi secara rutin selama 2 minggu. Namun, jika
infeksi tidak ditemukan, vaksin hepatitis B bisa dilakukan.
Vaksin hepatitis B ini dapat berupa Recombivax HB, Comvax, dan Engerix-B,
yang dibuat dari virus yang tidak aktif dan dapat diberikan sebanyak 3 atau 4 kali
dalam waktu 6 bulan. Vaksin ini bekerja dalam tubuh dengan cara merangsang
produksi antibodi yang akan melawan virus hepatitis B jika sewaktu-waktu masuk
ke dalam tubuh. 
Vaksin hepatitis B sangat dianjurkan bagi:
1) Bayi baru lahir.
2) Anak-anak dan remaja yang belum divaksinasi saat lahir.
3) Orang yang mengidap penyakit menular seksual, termasuk HIV.
4) Petugas layanan kesehatan, petugas gawat darurat, dan orang-orang
yang sering mengalami kontak dengan darah.
5) Pria yang melakukan hubungan intim dengan pria lainnya.
6) Seseorang yang bergonta-ganti pasangan seksual.
7) Pengidap penyakit hati kronis.
8) Orang yang menggunakan narkoba suntik.
9) Pengidap penyakit ginjal stadium akhir.
10) Merupakan pasangan seksual dari pengidap hepatitis B.
11) Orang yang berencana bepergian ke wilayah di dunia dengan tingkat
infeksi hepatitis B tinggi.

2. Berhati-Hati dengan Penggunaan Jarum


Penggunaan jarum atau peralatan medis yang kurang steril dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi hepatitis B. Karena itu, kamu perlu
berhati-hati dengan penggunaan jarum, baik pada aktivitas medis maupun non-
medis, seperti pembuatan tato atau narkoba suntik. 

6
3. Jaga Kebersihan Tubuh
Meski terdengar sepele, nyatanya rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, setelah dari kamar mandi, serta sebelum dan setelah mengolah makanan,
efektif untuk mencegah penyebaran hepatitis B. Tidak hanya itu, menjaga
kebersihan tubuh secara keseluruhan juga penting untuk dilakukan, untuk
memperkecil risiko hepatitis B. 

4. Hindari Berbagi Peralatan Pribadi


Kamu terbiasa berbagi barang-barang pribadi seperti sikat gigi atau pisau
cukur dengan orang lain? Sebaiknya mulai hentikan kebiasaan ini, deh. Sebab,
berbagi barang-barang pribadi seperti itu dapat meningkatkan risiko kamu untuk
terinfeksi hepatitis B. Sebab, bisa saja darah orang yang terinfeksi hepatitis B
menempel secara tidak sadar pada sikat gigi, pisau cukur, atau gunting. Jika
benda-benda tersebut kamu pakai, kamu bisa tertular. 

5. Melakukan Hubungan Seksual yang Aman


Hepatitis B dapat menular melalui darah, atau cairan tubuh lainnya seperti air
mani. Karena itu, kamu perlu melakukan hubungan seksual yang aman, jika tidak
ingin tertular hepatitis B. Hubungan seksual aman yang dimaksud adalah dengan
tidak bergonta-ganti pasangan, memeriksa riwayat kesehatan pasangan, dan
gunakan kondom, termasuk saat melakukan seks oral dan anal.
6. Jangan menjadi donor darah bila terinfeksi hepatitis B
7. Bersihkan ceceran darah

2.3.4 Pengertian HIV/AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan
kemudian melakukan replikasi.

7
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah
putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit
walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh.
Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak
memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena
pilek biasa.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau
efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan
sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya
sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih
yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk
menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat
menjadi AIDS yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin
yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

2.3.5 Cara Penularan HIV/AIDS


Cara penularan HIV/AIDS ada tiga :
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi
penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau
peradangan jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia,
kankroid, dan trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar disbanding
seks vaginal dan resiko juga lebih besar pada yang reseptive dari pada
yang insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.

8
a) Transfusi darah yang tercemar HIV
b) Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan
sempritnya pada para pencandu narkotik suntik.
c) Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas
kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam
hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
4. Secara Horizontal
dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga,
tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara
bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan,
gusi berdarah,dll), lendir (berciuman) atau luka yang mengeluarkan darah
serta hubungan seksual dengan penderita.
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI).
Saat ini belum diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa
hanya terjadi pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI
terdapat lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan
ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare
dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan
memberikan makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat
ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV.

2.3.6 Cara Pencegahan HIV/AIDS


Cara pencegahan:
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan
dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang
lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan
seksual.

9
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus
dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk
mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan
atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan
dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur
atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan
diberbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan
atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan,
kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui
bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang
bisa menimbulkan virus AIDS.

2.4 Pencegahan Infeksi Silang Dari Klien, Petugas Kesehatan Dan


Masyarakat.
2.4.1 Pengertian Infeksi Silang
Infeksi Silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain,
yang umumnya melalui suatu perantara. Media perantara penularan
mikroorganisme  penyebab infeksi dapat terjadi melalui cara kontak langsung
dengan contohnya melalui cairan mulut dan darah. Kontak tidak langsung, dapat
melalui suatu objek yang tercemar mikroorganisme pathogen, yang umumnya
terjadi karena instrumen yang digunakan tidak steril.

2.4.2 Cara Penularan


1. Agen Infeksius
Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme, termasuk bakteri,virus,jamur
dan protozoa. Mikroorganisme di kulit dapat merupakan flora residen atau

10
transien. Organisme residen berkembang biak pada lapisan kulit superfisial,
namun 10 – 20% mendiami lapisan epidermal. Organisme transien melekat pada
kulit saat seseorang kontak dengan orang atau objek lain dalam aktifitas atau
kehidupan normal.

Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit


bergantung pada faktor – faktor berikut :
a) Organisme dalam jumlah yang cukup
b) Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
c) Kemampuan untuk masuk dan hidup dalam pejammu
d) Pejamu yang rentan
Beberapa agen yang dapat menyebabkan infeksi,yaitu :
1. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang
sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh
dari datangnya bakteri patogen.Tetapi pada beberapa kasus dapat
menyebabkan infeksi jika manusia tersebut meniliki toleransi yang rendah
terhadap miikrooorganisme. Contohnya Escherechia coli paling banyak
dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih.
2. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai
macam virus, termasuk virus hepatitis  B dan C dengan media penularan
dari tranfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus
(RSV), rotavirus dan enterovirus yang ditularkan dari kontak tangan ke
mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui
pemakaian jarum suntik, dan trasfusi darah. Rute penularan untuk virus
sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi
traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola,
influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat
ditularkan.

11
3. Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat dengan mudah menular ke
orang dewasa maupun anak-anak.Banyak jamur dan parasit dapat timbul
selama pemberian obat antibiotika bakteri dan immunosupresan,
contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergiilus spp, Cryptococcus
neformans, Cryptosporidium.
2. Reservoar
Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau
tidak berkembang biak. Reservoir yang paling umum adalah tubuh
manusia.Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh,
cairan dan keluaran. Untuk berkembang biak dengan cepat mkroorganismer
memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang
tepat, pH dan cahaya.
1. Makanan. Mikroorganisme memerlukan untuk hidup, seperti Clostridium
perfringens, mikroba yang menyebabkan gangren gas, berkembang pada
materi organik lain, seperti E.coli mengkonsumsi makanan yang tidak
dicerna di usus. Organisme lain mendapat makanan dari karbondioksida
dan materi organik seperti tanah.
2. Oksigen. Bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan
multiplikasi secukupnya untuk menyebabkan sakit.Contohnya adalah
Staphylococcus aureus dan turunan organisme Streptococccus sedangkan
bakteri anaerob berkembang biak ketika terdapat atau tidak ada tersedia
oksigen bebas. Bakteri ini yang mampu menyebabkan tetanus,gas
gangrene dan botulisme.
3. Air. Kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air atau kelembaban
untuk bertahan hidup. Dan ada juga beberapa bakteri yang berubah bentuk,
disebut dengan spora, yang resisten terhadap kekeringan.
4. Suhu. Mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu terentu.
Namun beberapa dapat hidup dalam temperatur yan g ekstrem yang

12
mungkin fatal bagi manusia. Misalnya virus AIDS, resisten terhadap air
mendidih.
5. pH. Keasaman suatu lingkungan menentukan kemampuan hidup suatu
mikroorganisme. Kebanyakan organisme lebih menyukai lingkungan
dalam batasan pH 5-8.
6. Cahaya. Mikroorganisme berkembang pesat dalam lingkungan yang gelap
seperti di bawah balutan dan dalam rongga tubuh. Sinar ultra violet dapat
efektif untuh membunuh beberapa bentuk bakteri.
3. Portal Keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang
biak, mereka harus menemukan  jalan keluar jika mereka masuk ke pejamu lain
dan menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai
tempat, seperti kulit dan membran mukosa, traktus respiratoris, traktus urinarius,
traktus gastrointestinal, traktus reproduktif dan darah.
4. Cara Penularan
Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke pejamu.
Penyakit infeksius tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum melalui cara
yang spesifik. Namun, mikroorganisme yang sama dapat ditularkan melalui satu
rute. Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan dari pemberi
layanan kesehatan, hampir semua objek dalam lingkungan dapat menjadi alat
penularan patogen. Semua personel rumah sakit yang memberi asuhan langsung
dan memberi pelayanan diagnostik dan pendukung harus mengikuti praktik untuk
meminimalkan penyebaran infeksi.
5. Portal Masuk
Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan yang
digunakan untuk keluar. Misalnya,pada saat jarum yang terkontaminasi mengenai
kulit klien, organisme masuk ke dalam tubuh. Setiap obstruksi aliran urine
memungkinkan organisme untuk berpindah ke uretra. Kesalahan pemakaian
balutan steril pada luka yang terbuka memungkinkan patogen memasuki jaringan
yang tidak terlindungi. Faktor- faktor yang menurunkan daya tahan tubuh
memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.

13
6. Hospes Rentan
Seseorang terkena  infeksi bergantung pada kerentanan dan bergantung pada
derajat ketahanan individu terhadap patogen, meskipun seseorang secara konstan
kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan
terjadi sampai individu rentan terhadapjumlah mikroorganisme tersebut. Makin
banyak virulen suatu mikroorganisme makin besar didapati muncul di lingkungan
perawatan akut.

2.4.3 Proses Infeksi Silang


Infeksi terjadi secara progresif, berat ringannya penyakit klien tergantung pada
tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan pejamu. Didalam
proses infeksi memiliki tahapan tertentu yaitu :
1. Periode Inkubasi
Interfal antara masuknya patogen dalam tubuh dan munculnya gejala
utama.
2. Tahap Prodomal
Interpal dari awitan tanda gejala non spesifik (malaise, demam ringan,
keletihan) sampai gejala yang spesifik selama masa ini, mikroorganisme
tumbuh dan berkembang biak dan klien mampu menularkan ke orang lain.
3. Tahap Sakit
Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang lebih spesifik
terhadap jenis infeksi.
4. Tahap Pemulihan
Interpal saat munculnya gejala akut infeksi, lama penyembuhannya
tergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien.

14
2.4.4 Tindakan Pencegahan Infeksi
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat di lakukan adalah
1. Aseptik yaitu tindakan yang di lakukan dalam pelayanan kesehatan.
2. Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh
lainnya.
3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani
oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis
sebelum pencucian dilakukan.
4. Pencucian yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau
setiap benda asing seperti debu dan kotoran .
5. Desinfeksi yaitu tindakan pada benda mati dengan menghilangkan
tindakan pada benda mati dengan menghilangkan sebagian besar (tidak
semua) mikroorganisme penyabab penyakit.
6. Sterilisasi yaitu tindakan untuk menghilangngkan semua mikroorganisme
(bakteri,jamur,parasit,dan virus) termasuk bakteri endospora.

2.4.5 Pencegahan Infeksi Silang dari Klien, Petugas Kesehatan dan


Masyarakat
Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti
prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima
standar penerapan yaitu :
1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang.
2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah
atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus
(apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang
digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan
berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau

15
sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan
lain-lain.
3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan
penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah
pasien.
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan
prinsip yang benar.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal menyebabkan cidera yang
serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan
menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Penyakit infeksi dapat ditularkan
baik langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit
menular atau contagius.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan
kode etik profesi yang telah ditetapkan.
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus
Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Virus ini tidak menyebar melalui
makanan atau kontak biasa, tetapi dapat menyebar melalui darah atau cairan tubuh
dari penderita yang terinfeksi.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan
kemudian melakukan replikasi.

17
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat pada para pembaca
dalam menambah pengetahuan tentang pencegahan infeksi. Makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritk dan saran diharapkan untuk dapat
menyempurnakannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses,


Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk.Jakarta :
EGC.2005

Linda Tietjen, dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Abdul Bari Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sarwono Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Hidayat, A. A dan Hidayat, M. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

JNPKK-KR. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta: YBP-SP

Tukiran. 2010. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:


Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada

Sievert, William, Melvyn G. Korman, Terry Bolin. (2010). Segala


Sesuatu  tentang Hepatitis. Jakarta: Arcar.

Dewi Rokhmah. 2014. Implikasi Mobilitas Penduduk Dan Gaya Hidup Seksual
Terhadap Penularan Hiv/Aids. 190jurnal Kesehatan Masyarakat. Issn
1858-1196

19
20

Anda mungkin juga menyukai