DOSEN PENGAMPU:
Nunung Mulyani, APP, M.Kes
Disusun oleh,
Kelompok : 6
Anggota : 1. Ainun Ajeng Asri S (P20624118002)
2. Nuramalina Fitriani H (P20624118018)
3. Ranti Rosmayanti (P20624118024)
4. Widiani Narulita (P20624118039)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Metode Coitus Interuptus”.
Shalawat beserta salam juga tidak lupa pula penulis sampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang
terang benderang dan penuh ilmu pengetahuan seperti saat ini. Makalah ini dibuat
untuk lebih memahami dan menambah pengetahuan metode coitus interuptus.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak luput dari kesalahan. Maka
dari itu, penulis mohon untuk kritik dan saran yang membangun kepada pembaca
jika ter dapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................8
B. Saran.................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 1971,
jumlah penduduk Indonesia saat itu 120 juta jiwa.Dalam
kurang lebih 30 tahun, penduduk Indonesia bertambah 70%
(sensus 2000, jumlah penduduk Indonesia 206 juta
jiwa).Sedangkan program KB sudah dikenal sejak tahun
1970.Dari mulai tahun 2000 sampai sekarang angka
penduduk Indonesia bertambah hampir 40 juta jiwa.Hal ini
dapat dikatakan hampir 30% dari angka di tahun 1971.Dari
hal ini dapat dilihat bahwa trend KB merosot dalam dekade
ini (Xixi, 2009).
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu
diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana
merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya
karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-
metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan
nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk
memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).
Salah satu contoh dari KB adalah dengan metode sanggama terputus.
Coitus Interuptus (senggama terputus) merupakan salah satu usaha
kontrasepsi yang paling tua. Cara ini banyak digunakan di benua Eropa dalam
abad ke-18 da 19 dan memegang peranan penting dalam pembatasan
penduduk. Kira-kira 50% dari suami istri mempergunakannya pada waktu itu.
Pada pertengahan abad ini masih juga dipergunakan di Jamaika 60%, Puerto
Rico 54%, Ungaria 67%.
1
Walaupun cara ini tentu ada kegagalannya tapi tidak kalah dengan hasil
pasangan yang mempergunakan kondom dan diafragma. Dulu dikatakan
bahwa koitus interuptus dapat menyebabkan hipertropi prostat, impotensi,
dan endungan panggul namun buti ilmiah tidak ada. Tapi kalau salah satu
anggota dari pasangan tidak menyetujuinya, dapat menimbulkan ketegangan
dan dengan demikian mungkin merusak hubungan seks.
1.2Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Coitus Interuptus?
2. Apa saja indikasi dari kontrasepsi Coitus Interuptus?
3. Apa saja kontra indikasi dari kontrasepsi Coitus Interuptus?
4. Apa saja manfaat dari kontrasepsi Coitus Interuptus?
5. Apa saja keterbatasan dari kontrasepsi Coitus Interuptus?
6. Bagaimana efektivitas dari kontrasepsi Cotus Interuptus?
7. Bagaimana cara kerja dari kontrasepsi Coitus Interuptus?
1.3Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi nilai salah satu tugas Kesehatan Reproduksi dan
Perencanaan Keluarga.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Coitus Interuptus.
3. Untuk mengetahui indikasi dari Coitus Interuptus.
4. Untuk mengetahui kontra indikasi dari Coitus Interuptus.
5. Untuk mengetahui manfaat dari Coitus Interuptus.
6. Untuk mengetahui keterbatasan dari Coitus Interuptus.
7. Untuk mengetahui efektivitas dari Coitus Interuptus.
8. Untuk mengetahui cara kerja dari Coitus Interuptus.
1.4Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pemaparan
pemikiran tentang Metode Coitus Interuptus.
2. Pembaca, sebagai media informasi perkembangan pengetahuan tentang
Metode Coitus Interuptus.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
1. Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga
berencana.
Kegiatan KB tidak hanya dapat dilakukan oleh perempuan
saja. Laki-laki juga dapat berperan dengan menggunakan
metode senggama terputus, apabila suami
tidakmengizinkan istrinya untuk ber-KB maka suami
dapat melakukan KB dengan cara senggama terputus.
2. Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan
filosofi untuk tidak memakai metode-metode lain.
Masih banyak masyarakat Indonesia yang berpendapat
dan berpikiran bahwa banyak anak banyak rezeki atau
karena alasan agama maka banyak pasangan yang tidak
menginginkan menggunakan KB dalam bentuk alat. Untuk
itu, metode senggama terputus menjadi salah satu solusi
agar pasangan tersebut tidak memiliki banyak anak
dalam waktu yang berdekatan dan dalam jumlah yang
banyak.
3. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera.
4. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil
menunggu metode yang lain.
Banyak pasangan suami istri yang ragu untuk melakukan
KB karena berbagai alasan , salah satunya belum
menemukan KB yang cocok karena setiap KB memiliki
efek samping masing-masing. Sehingga untuk mencegah
terjadinya kehamilan, metode ini dapat dilakukan asal
tidak ada kontraindikasi yang menyertai.
5. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak
teratur.
Tidak semua pasangan dapat selalu tinggal bersama
dalam satu atap. Ada kalanya mereka harus berpisah
5
karena alasan pekerjaan, sehingga intensitas untuk
bertemu menjadi jarang dan tidak menentu. Maka metode
ini dapa digunakan apabila tidak mau menggunakanalat
kontrasepsi karena alasan jarang tinggal satu atap
dengan suaminya sehingga tidak teratur dalam
melakukan hubungan seksual.
6. Suami yang tidak mempunyai masalah dengan interupsi
pra orgasmik.
Interupsi pra orgasmic merupakan penghentian
berhubungan seksual sebelum orgasme.
7. Pasangan yang tidak mau metode kontrasepsi lain.
8. Menyukai senggama yang dapat dilakukan kapan
saja/tanpa rencana.
6
Dalam metode senggama terputus dibutuhkan komunikasi
yang baik dengan pasangan sehingga akan mudah
bekerja sama untuk saling mengingatkan selama
melakukan hubungan seksual agar segera melepas penis
sebelum terjadi ejakulasi sehingga tidak terjadi
kehamilan.
5. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama
terputus.
6. Suami yang tidak dapat mengontrol interupsi pra
orgasmik.
(Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Bagian Kedua MK 15- MK 16).
7
1. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana
dan kesehatan reproduksi.
2. Menanamkan sifat saling pengertian.
3. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.
(Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Bagian Kedua MK 15- MK 16).
8
mencapai efektifitas sampai 96% untuk mencegah
kehamilan. Namun, angka tersebut dapat menurun sampai
81% pada pencegahan yang kurang cermat dan kurang
komitmen(Clubb&Knight,1996). Alasan lain kegagalan
metode ini adalah adanya sperma sebelum ejakulasi.
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan
dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27
kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang
mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan
kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih
efektif. (Saifuddin, Buku Panduana Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16).
9
3. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera
mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan
mengeluarkan sperma di luar vagina.
4. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
5. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
6. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.
10
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Coitus Interuptus (metode withdrawal/senggama terputus)
adalah suatu metode kontrasepsi di mana senggama di
akhiri sebelum terjadi ejakulasi intra vaginal. Ejakulasi terjadi
jauh dari genetalia eksterna wanita. Sebelum memutuskan
untuk melakukan metode kontrasepsi coitus interuptus,
hendaknya pasangan memperhatikan indikasi dan kontra
indikasi dari metode ini. Klien atau akseptor yang
menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus tidak
memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi
diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis.
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara
kontrasepsi maupun non kontrasepsi. Metode coitus
interuptus ini mempunyai keterbatasan namun akan efektif
apabila dilakukan dengan benar dan konsisten. Angka
kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
3.2Saran
1. Petugas Kesehatan
Sebaiknya petugas kesehatan tetap memberikan saran
untuk menggunakan kontrasepsi alat disamping
menjelaskan metode ini, karena angka kegagalan dari
banyak faktor dapat terjadi.
2. Pasangan Suami Istri
Sebaiknya sebelum melakukan metode kontrasepsi
senggama terputus diharapkan suami maupun istri tidak
memiliki kontra indikasi yang dapat mempengaruhi
keberhasilan metode ini, sehingga metode yang dilakukan
dapat bekerja optimal dan segera memutuskan untuk
11
menggunakan kontrasepsi berupa alat agar lebih
meningkatkan efektifitas KB.
12
DAFTAR PUSTAKA
13