Anda di halaman 1dari 41

KB TANPA ALAT

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan KB

Dosen Pembimbing : Nur Solichah, S.Si.T.,M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. Intan Permatasari ( 112018009 )


2. Latifah Wahyu L ( 112018012 )
3. Riska Astuti (112018018 )

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI PUTRA BANGSA PURWOREJO

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Kesehatan Reproduksi dan KB”.
Dalam menyusun makalah ini kami tidak dapat lepas dari kesalahan namun
berkat dorongan, didikan, dan bimbingan dari semua pihak, maka kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami sebagai penyusun mengucapkan
terima kasih kepada :
Ibu Nur Solichah, S.Si.T, M.Kes selaku dosen Kesehatan Reproduksi dan KB di
AKBID PURWOREJO
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk
penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk pembuatan makalah yang akan datang.

Purworejo, 13 Mei 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ............................................................................................

Rumusan Masalah ......................................................................................

Tujuan ...........................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

Pengertian

a. Coitus interuptus................................................................................
b. Metode Amenore Laktasi...................................................................
c. Metode Kalender................................................................................
d. Suhu Basal..........................................................................................
e. Metode Lendir Servix.........................................................................
f. Metode Sim to Termal........................................................................
Manfaat dan Kekurangan.......................................................................

Indikasi dan Kontra Indikasi.................................................................

Efektifitas

a. Coitus interuptus............................................................................
b. Metode Amenore Laktasi...............................................................
c. Metode Kalender...........................................................................
d. Suhu Basal.....................................................................................
e. Metode Lendir Servix....................................................................
f. Metode Sim to Termal...................................................................

Faktor penyebab ketidak efektifitasan Metode Kalender..................


Penerapan...............................................................................................
BAB III PENUTUP

Simpulan........................................................................................................

Saran...............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan


preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO
(World Health Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan
suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur
jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan
program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi (Rismawati, 2012).

Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk


mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan
menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini
dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis
kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama
(Gustikawati, 2014).

Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara


pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan
dipilih sesuai dengan kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa
saja pria yang memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus
(senggama terputus) dan Metode Amenorea Laktasi ( MAL ). Sementara itu
apabila istri yang menggunakan kontrasepsi suami mempunyai peranan
penting dalam mendukung istri dan menjamin efektivitas pemakaian
kontrasepsi (Saifuddin, 2010).

Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah


pengetahuan, dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik
pengetahuan seseorang tentang kontrasepsi semakin rasional dalam
menggunakan kontrasepsi (Gustikawati, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Coitus Interuptus ?
2. Apa saja manfaat di Coitus Interuptus ?
3. Apa saja kekurangan dari Coitus Interuptus ?
4. Apa saja indikasi dan kontra indikasi dari Coitus Interuptus ?
5. Bagaimana efektifitas dari Coitus Interuptus ?
6. Apa pengertian dari Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) ?
7. Bagaimana cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) ?
8. Bagaimana efektifitas KB Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) ?
9. Apa saja keuntungan dan kekurangan KB Metode Amenorea Laktasi
( MAL ) ?
10. Siapa saja pengguna KB Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) ?
11. Bagaimana langkah – langkah penentuan Metode Amenorea Laktasi
( MAL ) ?
C. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui metode KB dengan Coitus Interuptus Metode
Amenorea Laktasi ( MAL ) dan Metode Kalender
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari Coitus Interuptus,MAL,Metode
Kalender,Suhu Basal,Metode Lendir servix dan Metode Sim to
Termal
2. Untuk mengetahui manfaat dari Coitus Interuptus,MAL,Metode
Kalender,Suhu Basal,Metode Lendir servix dan Metode Sim to
Termal
3. Untuk mengetahui kekurangan dari Coitus Interuptus,MAL,Metode
Kalender,Suhu Basal,Metode Lendir servix dan Metode Sim to
Termal
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi dari Coitus
Interuptus,MAL,Metode Kalender,Suhu Basal,Metode Lendir servix
dan Metode Sim to Termal
5. Untuk mengetahui efektifitas dari Coitus Interuptus,MAL,Metode
Kalender,Suhu Basal,Metode Lendir servix dan Metode Sim to
Termal
6. Bagaimana penerapan Kb Coitus Interuptus,MAL,Metode
Kalender,Suhu Basal,Metode Lendir servix dan Metode Sim to
Termal

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Manfaat bagi mahasiswa


Makalah ini diharapkan dapat mengacu rasa ingin tahu dari mahasiswa
tentang Metode KB Coitus Interuptus dan Metode Amenorea Laktasi
( MAL ) dan dapat menambah wawasannya tentang Metode KB Coitus
Interuptus dan Metode Amenorea Laktasi ( MAL ),Suhu Basal,Metode
Lendir Servix dan Metode Sim to Termal
2. Manfaat bagi perguruan tinggi
Makalah ini diharapkan dapat membantu rekan mahasiswa lainnya dalam
penyusunanan makalah lain tentang kesehatan. Dan dapat dijadikan
referensi. Selain itu diharapkan juga sebagai pengetahuan baru yang dapat
digunakan sebagai awal sebuah penelitian umum bagi institusi tertentu.
3. Manfaat bagi masyarakat
Makalah inni diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa atau
perguruan tinggi saja. Makalah ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan
masyarakat dalam memberi sosialisasi dan penyuluhan. Semua yang
terdaoat dimakalah ini diharapkan dapat bermanfaat juga bagi masyarakat
umum.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. COITUS INTERUPTUS

1. Pengertian

Nama lain dari coitusinteruptus adalah senggama terputus


atauekspulsi pra ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal
methods atau pull-out method. Dalam bahasa latin dsebut juga dengan
interrupted intercourse.Coitus Interuptus (metode withdrawal/senggama
terputus) adalah suatu  metode kontrasepsi di mana senggama di akhiri
sebelum terjadi ejakulasi intra vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia
eksterna wanita, (Keluarga Berencana dan Kontrasepsi:58;2004).

Coitus Interuptus merupakan metode di mana pria menarik


penisnya sebelum ejakulasi diluar vagina wanita. (Buku Saku Kontrasepsi
dan Kesehatan Seksual Reproduktif:57;2008)

Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga


berencana tradisional/alamiah,dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya
dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.

2. Manfaat

Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun


nonkontrasepsi.

a) Manfaat kontrasepsi

1) Alamiah

Metode ini merupakan metode alami tanpa alat sehingga tidak


akan terjadi efek samping seperti iritasi ataupun infeksi, namun
bila terjadi kegagalan dapat terjadi kehamilan.
2) Efektif bila dilakukan dengan benar.

3) Tidak mengganggu produksi ASI.

4) Tidak ada efek samping.

5) Tidak membutuhkan biaya dan alat.

6) Tidak memerlukan persiapan khusus

7) Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain

8) Dapat digunakan setiap waktu.

b) Manfaat Non Kontrasepsi

1) Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan


kesehatan reproduksi.

2) Menanamkan sikap saling pengertian.

3) Tanggungjawab bersama dalam KB.

3. Kekurangan

Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan antara lain :

a) Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan


tumpahan sperma selama senggama.

b) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).

c) Tidak melindungi terhadap penyakit HIV/AIDS maupun penyakit


menular seksual.

d) Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan


setelah coitus interuptus.

e) Kurang efektif untuk mencegah kehamilan, angka kegagalan cukup


tinggi dengan 16-23 kehamilan per 100 wanita pertahun.
Faktor – faktor yang menyebabkan angka kegagalan adalah adanya
cairan praejakulasi yang dapat keluar setiap saat dan setiap tetes sudah
mengandung berjuta juta spermatozoa,kurangnya kontrol dari pria
yang pada metode ini justru penting, kenikmatan seksual berkurang
bagi istri,sehingga dapat mempengaruhi kehidupan perkawinan.

4. Indikasi dan Kontra Indikasi

a) Indikasi

Sebelum memutuskan untuk melakukan metode kontrasepsi coitus


interuptus, sebaiknya pasangan memperhatikan hal- hal berikut :

1) Suami yang ingin berpartisipasi dalam Keluarga Berencana

Kegiatan KB tidak hanya dapat dilakukan oleh perempuan saja.


Laki – laki juga dapat berperan dengan menggunakan metode
senggama terputus, apabila suami tidak mengizinkan istrinya
untuk ber KB maka suami dapat melakukan KB dengan cara
coitus interuptus.

2) Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi


untuk tidak memakai metode – metode lain.

Masih banyak masyarakat Indonesia yang berpendapat dan


berpikiran bahwa banyak anak banyak rezeki atau karena alasan
agama maka banyak pasangan yang tidak menginginkan KB
dengan alat.

3) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera.

4) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu


metode yang lain.
5. Efektifitas Coitus Interuptus

(Marmi,2016 )

a) Efektifitas coitus interuptus sangat bergantung pada kesediaan


pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap
melaksanakannya (angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100
perempuan pertahun).

Sebab – sebab kegagalan tersebut diantaranya :

1) Cairan pre ejakulasi sudah mengandung spermatozoa

2) Kesalahan “timing”(penis terlambat dicabut)

3) Ejakulasi terlaludekat dengan vulva

4) Coitus ulangan yang terlalu dekat, sehingga mengandung sperma


pada ejakulasi kedua

b) Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak


ejakulasi masih melekat pada penis.

c) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual

Banyak pasangan suami istri yang ragu untuk melakukan KB


karena berbagai alasan, salah satunya belum menemukan KB yang
cocok karena setiap KB memiliki efek samping masing – masing.

5) Pasangan yang tidak melakukan hubungan seksual secara teratur

Tidak semua pasangan dapat hidup bersama dalam satu atap. Ada
kalanya mereka berpisah karena alasan pekerjaan, sehingga
intensitas untuk bertemu jarang.

6) Suami yang tidak mempunyai masalah dengan interupsi pra


orgasmik
Interupsi pra orgasmik adalah penghentian berhubungan seksual
sebelum orgasme.

7) Pasangan yang tidak mau menggunakan metode kontrasepsi lain.

8) Menyukai senggama yang dapat dilakukan kapan saja tanpa


direncanakan.

b) Kontra Indikasi

Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus


interuptus tidak memerlukan anamnesis ataupun pemeriksaan
khusus.,tetapi cukup diberikan penjelasan baik secara lisan maupun
tulisan. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna
konrasepsi ini adalah :

1) Suami dengan pengalaman ejakulasi dini

2) Suami yang sulit melakukan senggama terputus

3) Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologi

4) Pasangan yang kurang dapat berkomunikasi sehingga sulit bekerja


sama

5) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus

6) Suami yang tidak dapat mengontrol interupsi pra orgasmik

B. METODE AMENOREA LAKTASI

1. Pengertian

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang


mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu hanya diberikan ASI
saja tanpa tambahan makanan ataupun yang lainnya. (Saifuddin, dkk,
2012, hal.MK-1)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi
sementara yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya
hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.
MAL dapat dikatakan sebagai metode Keluarga Berencana Alamiah
(KBA) atau natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan
metodekontrasepsi lain. (Marmi, 2016.)

Peningkatan hormon polaktin (hormon pembetuk ASI) usai


persalinan menyebabkan penurunan hormon lain seperti LH dan estrogen
yang diperlukan untuk pemeliharaan siklus menstruasi sehingga ovulasi
tidak terjadi.

2. Cara Kerja Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi adalah menunda atau


menekan ovulasi. Saat menyusui, hormonyang berperan adalah prolaktin
dan oksitosin. Semakin sering menyusui maka kadar prolaktin danhormon
gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon
penghambat akan mengurangi kadar estrogen sehingga tidak terjadi
ovulasi. (Marmi, 2016)

Proses menyusui dapat menjadi metode kontrasepsi alami karena


hisapanbayi pada puting susu dan aerola akan merangsang ujung – ujung
saraf sensorik, rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus, lalu
hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor yang menghambat sekresi
prolaktin namun sebaliknya akan merangsang faktor – faktor tersebut
meangsang hipofise anterior untuk mengeluaran hormon prolaktin.hormon
prolaktin akan merangsang sel – sel alveoli yang berfungsi untuk
memproduksi susu. (Anggraini, 2010)

3. Efektifitas Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Efektifita MAL sangat tinggi yaitu sekitar 98% apabila digunakan


dengan benar dan memenuhi persyaratan yaitu digunakan selama 6 bulan
pertama setelah melahirkan, belum mendapatkan haid pasca melahirkan
dan menyusui bayinya secara eksklusif (tanpa memberikan makanan atau
minuman tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung
pada frekuensi dan intensitas menyusui. (Marmi,2016)

Beberapa catatan dari Konsesus Bellagio (1998), untuk mencapai


kefektifan 98% (Sarifuddin, dkk, 2012) adalah :

a) Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali
diberi 1-2 teguk air/minuman pada upacara adat atau agama).

b) Perdarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan (belum


dianggap haid).

c) Bayi menghisap secara langsung.

d) Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.

e) Kolostrum diberikan kepada bayi.

f) Pola menyusui on demand dan dari kedua payudara.

g) Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari.

h) Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.

Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin


didahului dengan haid, tetapi dapat juga tanpa didahului haid. Efek
ketidaksuburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh cara menyusui,
seringnya menyusui, lamanya setiap kali menyusui, jarak antara menyusui,
dan kesungguhan dalam menyusui. (Saifuddin, dkk, 2012)

4. Keuntungan dan Kekurangan MAL

Keuntungan :

a) Keuntungan Kontrasepsi ( Saifuddin, dkk, 2012 )


1) Efektifitas tinggi ( keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca
persalinan ).

2) Segera efektif

3) Tidak mengganggu senggama

4) Tidak ada efek samping secara sistemik

5) Tidak perlu pengawasan medis

6) Tidak perlu obat atau alat

7) Tanpa biaya

8) Menstruasi sudah mulai kembali

9) Bayi sudah tidak terlalu sering menyusu ( on demand )

10) Bayi sudah berusia 6 bulan atau lebih

b) Keuntungan Non Kontrasepsi ( Saifuddin, dkk, 2012 )

Untuk Bayi:

1) Mendapatkan kekebalan pasif

2) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh


kembang bayi yang optimal.

3) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu


lain atau formula, atau alat minum yang dipakai.

Untuk Ibu :

1) Mengurangi perdarahan pasca persalinan.

2) Mengurangi resiko anemia.

3) Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi.


4) Membantu proses involusi uteri.

Kekurangan MAL:

Keterbatasan atau kekurangan dari kontrasepsi MAL ( Marmi, 2016 ) :

a) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6


bulan setelah melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui secara
eksklusif.

b) Tidak lagi efektif bila bayi mulai mendapat susu formula.

c) Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak mau menyusui.

d) Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.

5. Pengguna Metode Amenorea Laktasi ( MAL )

a) Yang dapat menggunakan MAL ( Marmi, 2016 )

1) Ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif.

2) Bayinya berumur kurang dari 6 bulan.

3) Belum mendapatkan haid pasca persalinan.

Wanita yang menggunakan kontrasepsi MAL harus memperhatikan


hal – hal berikut :

1) Dilakukan segera setelah melahirkan

2) Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal

3) Pemberian ASI tanpa botol atau dot

4) Tidak mengkonsumsi suplemen

5) Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu maupun bayi


sedang sakit
( Marmi, 2016 )

b) Yang tidak dapat menggunakan MAL ( Marmi, 2016 )

1) Sudah mendapat haid setelah bersalin

2) Tidak menyusui secara eksklusif

3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan

4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam

5) Harus menggunakan metode kotrasepsi tambahan

6) Menggunakan obat yang mengubah suasana hati

7) Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme

Metode Amenorea laktasi ( MAL ) tidak direkomendasikan pada


ibu yang memiliki HIV/AIDS positif dan TBC aktif. Namun demikian,
MAL boleh digunakan dengan pertimbangan penilaian klinis medis,
tingkat keparahan kondi ibu, ketersediaan dan penerimaan metode
kontrasepsi lain.( Marmi, 2016 )

Yang Harus Disampaikan Pada Klien Sebelum Mengunakan MAL

Sebelum menggunakan Metode Amenore Laktasi ( MAL ), ada beberapa


hal yang harus disampaikan kepada klien. ( Saifuddin, dkk, 2012 )

a) Seberapa sering harus menyusui

Bayi disusui sesuai kebutuhan bayi ( On demand ). Biarkan bayi


menyelesaikan hisapan dari satu payudara sebelum memberikan
payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir. Bayi
hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau
memberikan payudara lain pada waktu menyusui berikutnya sehingga
kedua payudara memproduksi banyak susu. Waktu antara
pengosongan 2 payudara tidak lebih dari 4 jam.
b) Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan
hisapannya.

c) Susui bayi pada malam hari karena menyusui waktu malam membantu
mempertahankan kecukupan persediaan ASI.

d) Bayi terus disusukan walau ibu atau bayi sedang sakit.

e) Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain,


bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak
efektif lagi sebagai metode kontrasepsi.

f) Ketika ibu sudah haid lagi, maka pertanda ibu sudah subur kembali
dan harus segera mulai menggunakan metode KB lainnya.
6. Langkah – Langkah Penentuan Metode Amenorea Laktasi ( MAL )

Di bawah ini merupakan langkah – langkah dalam menentukan dalam


menggunakan kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ). (Marmi,
2016 )

Apakah Ibu sudah haid ?

Belum Ya

Kenalkan metode
Apakah bayi sudah kontrasepsi lain dan
diberikan Ya lanjutkan pemberian
makanan/minuman ASI
tambahan ?

Belum

Ya
Apakah umur bayi
sudah lebih dari 6
bulan ?

Belum Apabila semua jawaban Ya


Kemungkinan hamil 1-
2%
C. Metode Kalender

1. Pengertian

Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi


sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.

2. Manfaat

Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai


kontrasepsi maupun konsepsi.

3. Manfaat kontrasepsi

Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.

4. Manfaat konsepsi

Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi


dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk
meningkatkan kesempatan bisa hamil.

5. Keuntungan

Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai


berikut:

1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.

2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.

3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam


penerapannya.

4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.


5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari
resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.

6. Tidak memerlukan biaya.

7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

6. Keterbatasan

Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang


berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:

1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.

2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.

3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap


saat.

4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.

5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.

6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).

7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

7. Efektifitas

Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan
benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri
harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah
sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus
menstruasi.

Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan
bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr.
Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga
kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka
kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per
tahun.

8. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif

Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif


adalah:

1. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel


sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama
3 hari).

2. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan


ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan
perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi
tidak tepat.

3. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus


menstruasi sendiri.

4. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi


dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.

5. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari


berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan
penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.

9. Penerapan

Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat


ada tiga tahapan:

1. Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).

2. Fertility phase (masa subur).


3. Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).

Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus


menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada
setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-
turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang
telah dicatat.

a. Bila haid teratur (28 hari)

Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan
masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.

Contoh:

Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal


9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1 Maka hari ke-12 jatuh pada
tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi
masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret.
Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan
senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus
menggunakan kontrasepsi.

b. Bila haid tidak teratur

Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18.


Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari
terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini
menentukan hari terakhir masa subur.

Rumus :

Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18

Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11

Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek
25 hari dan siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai
haid berikutnya).

Langkah 1 : 25 – 18 = 7

Langkah 2 : 30 – 11 = 19

Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19.
Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan senggama.
Apabila ingin melakukan senggama harus menggunakan kontrasepsi.

D. Suhu Basal

Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh
selama istirahat atau dalam keadaan tidur

Pengukuran sihu tubuh basal dilakukan apda pagi hari segera setelah bangun
tidur dan sebelum eelakukan aktifitas lainya..

tujuan pencatatan suhu tubuh basal untuk mengetahui kapan terjadi amsa
subur /ovulasi .

Suhu tubuh di ukur dengan alat yang gernama termometer basal


termometer basal ini dapat di gunakan secara oral, pervagina atau melalui
dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5menit.

Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat celsius .

Pada waktu ovulasi suhu akan turunterlebih dahulu dan naik menjadi
37-38derajat celsius. Kemudian tidak akan kembali oada susu 35derajat
celsius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi. Kondisi kenaikan suhu
tubuh akan terjadi sekitar 3-4 hari kemudian akan turun kembali sekitar
2 derajat celsius dan akan kembali pada suhu tubuh normal sebelum
mensturasi .hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila gravik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan
suhu tubuh , kmeungkinan tidak terjadi masa subur )ovulasi sehinga tidak
terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak ada korpus
luteum yang memproduksi progesteron .begitu sebaliknya

Jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung ketika masa
subur/ ovulasi kemungkinan terjadi kehamialn karena bila sel telur/ ovum
berhasil membuahi maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon
progesteron . akibatnya suhu tubuh tetap tinggi

A. Manfaat metode manfaat metode suhu berasal dapat bermanfaat sebagai


konsepsi maupun kontrasepsi

Manfaat kontrasepsi metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan


yang menginginkan kehamilan

Efektivitas metode suhu basal tubuh akan efisien bila dilakukan


dengan benar dan konsisten suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama
beberapa bulan berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat
ovulasi.

Tingkat keefektifan metode suhu tubuh basal sekitar 80% atau 20


sampai 30 kehamilan per 100 wanita per tahun.metode suhu basal tubuh
akan jatuh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lainnya seperti kondom spermisida ataupun metode kalender
atau pantang berkala.

B. Faktor yang mempengaruhi keadaan metode suhu basal tubuh

adapun faktor mempengaruhi keadaan suhu basal tubuh antara lain


penyakit ,yaitu :

1. gangguan tidur

2. merokok atau minum alkohol


3. penggunaan obat-obatan atau narkoba

4. stress

5. Penggunaan selimut elektrik

C. Keuntungan

Keuntungan dari penggunaan suhu basal tubuh antara lain

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri


tentang masa subur atau ovulasi membantu wanita yang mengalami siklus
haid tidak teratur mendeteksi masa subur atau ovulasi dapat digunakan sebagai
kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil membantu
menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur atau
ovulasi seperti perubahan lendir serviks.

Metode suhu basal tubuh mengendalikan adalah wanita itu sendiri

D. Keterbatasan

Sebagai metode KBA suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai


berikut:

1. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri

2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga kesehatan

3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit gangguan tidur


merokok alkohol

4. Stress penggunaan narkoba maupun selimut electric

5. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada ada waktu yang sama

6. Tidak mendeteksi awal masa subur

7. Membutuhkan masa pantangan yang lama


E. Petunjuk bagi penggunaan metode suhu basal tubuh

Aturan perubahan suhu atau temperatur adalah sebagai berikut:

a. suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi


sebelum bangun dari tempat tidur catatan suhu ibu pada
kartu yang telah tersedia gunakan catatan suhu pada kartu
tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk
menentukan Suhu tertinggi dari suhu yang normal dan
rendah dalam pola teratur tanpa kondisi-kondisi diluar
normal atau atau biasanya.

b. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam


atau gangguan lainnya tarik garis pada0,05 derajat Celcius
sampai 0,1 derajat Celcius di atas Suhu tertinggi dari suhu
10 hari tersebut.

Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut
suhu tubuh berada di atas garis pelindung atau suhu basal.

Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore
ketika kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh setelah masuk periode
masa tak subur.

Masa pantang untuk senang pada metode suhu basal tubuh lebih panjang
dari metode ovulasi billings.

Perhatikan kondisi lendir subur atau tidak subur yang dapat diamati

Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis selindung cover
lain selama perhitungan 3 hari kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi
untuk menghindari kehamilan tunggu sampai tiga hari berturut-turut suhu
tercatat di atas garis pelindung sebelum memulai sanggama.

Berapa periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak


memerlukan pengukuran suhu tubuh dan melakukan senggama hingga
akhir siklus haid dan kemudian kembali mencatat grafik suhu pasal siklus
berikutnya.

F. Metode Lendir Servix

Metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini dikembangkan oleh


Drs. John, Evelyn Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia
dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan
obat atau alat, sehingga dapat diterima oleh pasangan taat agama dan budaya
yang berpantang dengan kontrasepsi modern.

Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode


keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari
siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada
vulva menjelang hari-hari ovulasi.

Esensi Metode Mukosa Serviks

Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas


biosintesis sel sekretori serviks dan mengandung tiga komponen penting yaitu:

1. Molekul lendir.

2. Air

3. Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).

Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi
juga oleh sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu
berperan terhadap adanya lendir pada masa subur/ovulasi.

Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari


ovarium/indung telur. Pada saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan
mengalir dari vagina bila wanita sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya
terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam,
kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan
menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.

Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:

a) Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.

b) Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.

c) Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini
akan menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.

Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar
Tidak Subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini
mengikuti hormon yang mengontrol kelangsungan hidup sperma dan
konsepsi/pembuahan. Dengan demikian akan memberikan informasi yang
bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan.

A. Manfaat

Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan


yaitu dengan berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini
juga bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan.

B. Efektifitas

Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi


yang tepat, pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan
pencatatan lendir serviks, serta motivasi dan kerjasama dari pasangan
dalam mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari metode mukosa serviks
sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per tahun. Teori lain juga
mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa serviks atau ovulasi billings
ini digunakan dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah
kehamilan 99 persen.
C. Kelebihan

Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:

1. Mudah digunakan.

2. Tidak memerlukan biaya.

3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain


yang mengamati tanda-tanda kesuburan.

D. Keterbatasan

Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks


ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain:

1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan


dengan metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).

2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat


kelaminnya.

3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan


tanda-tanda kesuburan.

4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.

E. Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks

Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh:

1. Menyusui.

2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.

3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat


reproduksi.

4. Perimenopause.
5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.

6. Spermisida.

7. Infeksi penyakit menular seksual.

8. Terkena vaginitis.

F. Instruksi Kepada Pengguna/Klien

Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut:

Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang


keluar dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada
malam harinya.

1. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan
perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke
dalam vagina.

2. Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar
ketidaksuburan.

3. Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak


selama satu siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal
atau pola kesuburan maupun pola dasar tidak subur.

4. Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama


tergolong aman pada dua hari setelah menstruasi.

5. Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang
bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan
masa tidak subur.

6. Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis.
Ini merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling subur).
7. Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal
ini untuk menghindari terjadinya pembuahan.

8. Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah
puncak hari subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid
berikutnya.

Contoh Kode yang Dipakai untuk Mencatat Kesuburan

Pakai tanda- tanda atau merah untuk menandakan perdarahan (haid).

Pakai huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering.

Gambar suatu tanda L dalam lingkaran atau biarkan kosong untuk


memperlihatkan lendir subur yang basah, jernih, licin dan mulur.

Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak subur
yang kental, putih, keruh dan lengket

G. Metode Sim to Termal

Metode simtothermal merupakan metode keluarga berencana


alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi
wanita. Metode simtothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh
dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode
ini mengamati 3 indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal
tubuh,perubahan mukosa atau lendir serviks dan penghitungan masa subur
melalui metode kalender.

Metode simtothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman


pada wanita dari pada menggunakan salah satu metode saja. Ketika
menggunakan metode ini bersama sama,maka tanda tanda dari satu dengan
yang lainnya akan saling melengkapi.

Manfaat metode simtothermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi


maupun konsepsi
A. Manfaat kontrasepsi

Metode simtothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau


menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual ketika
berpotensi subur atau Patang saat masa subur.

Manfaat konsepsi metode simtothermal digunakan sebagai konsepsi atau


menginginkan kehamilan dengan melakukan hubungan seksual ketika
berpotensi subur.

B. Efektifitas
Efektifitas angka kegagalan dari penggunaan metode simtothermal
adalah 10-20 wanita akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan kesalahan dalam belajar, saran atau tidak ada kerjasama
pasangan.

Namun studi lain juga menyatakan angka kegagalan dari metode


simtothermal mempunyai angka kegagalan hanya 3% apabila dibawah
kawasan yang ketat.

C. Hal yang mempengaruhi metode simtothermal menjadi efektif metode


simtothermal akan menjadi efektif apabila :

Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat. Tidak menggunakan


kontrasepsi hormonal,karena dapat mengubah siklus menstruasi dan pola
kesuburan. Penggunaan metode barier dianjurkan untuk mencegah
kehamilan. Kerja sama dengan pasangan adalah perlu,karena ia harus
bersedia untuk membantu untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak
melakukan hubungan seksual atau menggunakan beberapa metode
penghalang selama hari hari paling subur.

D. Hal yang mempengaruhi metode simtothermal tidak efektif metode


simtothermal dipengaruhi oleh beberapa hal, Antara lain:
1. wanita yang mempunyai bayi sehingga harus bangun pada malam
hari.

2. Wanita yang mempunyai penyakit,pasca perjalanan.konsumsi


alkohol, Hal hal tersebut diatas dapat mempengaruhi pembacaan
suhu basal tubuh menjadi kurang akurat.

Pola grafik kesuburan pada metode simtothermal,pola grafik kesuburan tidak


sesuai digunakan wanita pada kasus sebagai berikut:

1. Wanita yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu.

2. Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk menggunakan


metode simtothermal.

3. Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat wanita
itu sendiri atau alasan lain.

4. Wanita yang ragu apakah dia mampu tidak melakukan hubungan


seksual tanpa alat kontrasepsi barier minimal 10 hari setiap bulan atau
menerapkan metode kontrasepsi lain dihari tidak amannya.

5. Wanita yang mempunyai resiko kesehatan/medis tertentu yang


membahayakan jika dia hamil wanita yang mengkonsumsi obat-obatan
tertentu yang dapat mempengaruhi suhu basal tubuh,keteraturan
menstruasi maupun produksi lendir serviks.

E. Keuntungan:

Metode simtothermal mempunyai keuntungan oranglain :

Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan,alat,bahan kimia atau operasi yang
dibutuhkan aman.

F. Keuntungan atau Ekonomis

1. Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan.


2. Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan kehamilan.

3. Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah


belajar metode simtothermal dengan benar.

G. Keterbatasan:

Metode simtothermal mempunyai keterbatasan antara lain:

1. Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi,


berpenyakit,pasca perjalanan maupun konsumsi alcohol.

Metode simtothermal kurang efektif karena pengguna harus


mengamati dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir
serviks.

Metode simtothermal memerlukan kerjasama antara pasangan suami istri.

Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar.


Petunjuk bagi pengguna metode simtothermal pengguna atau klien metode
simtothermal harus mendapat instruksi atau petunjuk tentang metode
lendir serviks,metode suhu basal tubuh maupun metode kalender. Hal ini
bertujuan agar pengguna dapat menentukan masa subur dengan mengamati
perubahan suhu basal tubuh maupun lendir serviks.

Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari


berikutnya setelah haid berhenti(periode tidak subur sebelum ovulasi).

Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai


dengan mulai keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina sama dengan
metode lendir serviks. Lakukan pantang senggama karena ini menandakan
periode subur sedang berlangsung pantang senggama dilakukan mulai ada
kenaikan suhu basal 3 hari berurutan dan hari puncak lendir subur.
Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode subur
awal,periode subur,periode tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode
subur yang terpanjang dimana masa pantang senggama harus dilakukan.

Contoh pengamatan dan pencatatan grafik Simptothermal

Dibawah ini merupakan contoh pengamatan dan pencatatan pada grafik


simptothermal

Grafik metode simptothermal

A. Interpretasi grafik

Buat pengamatan anda dalam urutan yang sama:

1. Tanyakan(nama,umur,grafik kejumlah hari siklus terpanjang dan


terpendek).

2. Apakah grafik suhu bifase terakhir?


3. Apakah grafik ini dari seorang wanita dalam keadaan khusus?

4. Menafsirkan grafik suhu(panjang siklus,pergantian hari,penerapan aturan


“Three over Six”,mengenali hari pertama masa tidak subur setelah ovulasi)

5. Menafsirkan pola lendir servik(mengenali perubahan lendir serviks


pertama kali,menafsirkan pola lendir serviks berdasarkan
petunjuk,mengenali lendir pada hari puncak masa subur,mengenali masa
tidak subur,mengenali masa tidak subur sebelum dan setelah
ovulasi,periksa lendir dengan suhu).

6. Menafsirkan perubahan pada serviks (pilihan),antara lain perubahan


serviks rendah,kaku,tertutup,serviks saat tidak subur dan perubahan
serviks tinggi,lunak,terbuka,serviks saat subur.

7. Menerapkan perhitungan siklus sedikitnya 6 kali siklus(siklus terpendek


dikurangi 20 untuk mengenali hari subur terakhir)Amati perubahan yang
terjadi.

8. Periksa bila terjadi hal yang mempengaruhi grafik seperti:gangguan ,faktor


stres ,penyakit ataupun obat.Terapkan petunjuk metode simptothermal ini
dengan tepat(untuk merencanakan kehamilan atau mencegah kehamilan).

B. Kode warna Grafik

Pewarna pada grafik metode simtothermal dapat membantu menafsirkan arti


grafik contoh untuk menekankan fase siklus antara lain:

a) Merah untuk periode menstruasi


b) Kuning untuk periode subur
c) Hijau untuk periode tidak subur
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Coitus Interuptus merupakan metode di mana pria menarik penisnya


sebelum ejakulasi diluar vagina wanita. (Buku Saku Kontrasepsi dan
Kesehatan Seksual Reproduktif:57;2008). Coitus interuptus atau senggama
terputus adalah metode keluarga berencana tradisional/alamiah,dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.

Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi


maupun nonkontrasepsi. Efektifitas coitus interuptus sangat bergantung pada
kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap
melaksanakannya (angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan
pertahun).

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang


mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu hanya diberikan ASI
saja tanpa tambahan makanan ataupun yang lainnya. (Saifuddin, dkk, 2012,
hal.MK-1)

Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi adalah menunda atau


menekan ovulasi. Saat menyusui, hormonyang berperan adalah prolaktin dan
oksitosin. Semakin sering menyusui maka kadar prolaktin danhormon
gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon
penghambat akan mengurangi kadar estrogen sehingga tidak terjadi ovulasi.
(Marmi, 2016)

Efektifitas MAL sangat tinggi yaitu sekitar 98% apabila digunakan


dengan benar dan memenuhi persyaratan yaitu digunakan selama 6 bulan
pertama setelah melahirkan, belum mendapatkan haid pasca melahirkan dan
menyusui bayinya secara eksklusif (tanpa memberikan makanan atau
minuman tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada
frekuensi dan intensitas menyusui. (Marmi,2016)

Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi


sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.

Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan
benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama.
Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi.

Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama
dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan
kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila
dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan
metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun. (Lusa,2010)

Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh
selama istirahat atau dalam keadaan tidur

Pengukuran sihu tubuh basal dilakukan apda pagi hari segera setelah bangun
tidur dan sebelum eelakukan aktifitas lainya..

tujuan pencatatan suhu tubuh basal untuk mengetahui kapan terjadi amsa
subur /ovulasi .

Suhu tubuh di ukur dengan alat yang gernama termometer basal


termometer basal ini dapat di gunakan secara oral, pervagina atau melalui
dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5menit.

Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celsius.

Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode


keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari
siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada
vulva menjelang hari-hari ovulasi.

Esensi Metode Mukosa Serviks.

Metode simtothermal merupakan metode keluarga berencana


alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi
wanita. Metode simtothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh
dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode
ini mengamati 3 indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal
tubuh,perubahan mukosa atau lendir serviks dan penghitungan masa subur
melalui metode kalender.

Metode simtothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman


pada wanita dari pada menggunakan salah satu metode saja. Ketika
menggunakan metode ini bersama sama,maka tanda tanda dari satu dengan
yang lainnya akan saling melengkapi.
B. Saran

1. Bagi Penulis
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap dapat memperbaiki
kekurangan dalam penyusunan makalah yang akan datang.
2. Bagi Institusi
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat meningkatkan
keefektivan dalam belajar, pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan
mahasiswa dalam menerapkan atau mengaplikasi materi yang sudah
didapatkan, serta untuk melengkapi sumber – sumber buku perpustakaan
sebagai bahan informasi dan referensi yang penting dalam mendukung
pembuatan makalah selanjutnya.
3. Bagi Pembaca
Penulis berharap pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini yang
penulis buat, dan dapat menerapkannya dalam kehidupan bermsayarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun.2009.Asuhan kebidanan Nifas Normal.Jakarta:EGC

Marmi. 2016. Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Monica Eva.2015.Panduan Pintar Menghitung Masa Subur.Jakarta:Kunci Aksara


Mulya Wulan.2017.Menikmati 9 bulan yang menyenangkan.Jakarta:Buana Ilmu
Populer
Nurdiansyah Nia.2011.Buku Pintar Ibu dan Bayi.Jakarta:Bukune
Saifuddin,dkk. 2012.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sulistyawati Ari.2013.Pelayanan Keluarga Berencana.Jakarta:Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai