Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP)


Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Dosen Pengampu :
Etin Rohmatin, SST, M.Kes.

Disusun Oleh :

Anisa Aulia P20624520004


Dede Siti P20624520010
Eka Hastuti P20624520016
Izma Siti Rahmawati P20624520025
Jein Rahmawati P20624520026

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat,
berkah, hidayah, dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Penyelenggaraan Imunisasi Sesuai Standar” dengan sebaikbaiknya.

Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan yang tak ternilai harganya. Untuk
itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Etin Rohmatin, SST, M.Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah Ginekologi
dan Onkologi yang telah memberikan bimbingan, motivasi, petunjuk, dan
arahan kepada kami;
2. Teman-teman seperjuangan di prodi Sarjana Terapan Kebidanan yang
senantiasa memberikan motivasi dan semangat.

Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik
dan saran yang mebangun dari pembaca.

Akhirnya, kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya, dan umumnya bagi semua pembaca, serta dapat berguna bagi
kemajuan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

Tasikmalaya, 02 September 2022

Penulis

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
A. Pengertian MKJP ................................................................................................. 3
B. Kelebihan MKJP .................................................................................................. 3
C. Kekurangan MKJP .............................................................................................. 3
D. Klasifikasi MKJP ................................................................................................. 4
1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/ IUD) .............................................. 4
2. Alat Kontrsepsi Bawah Kulit (AKBK/susuk/implan) Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit (AKBK) ............................................................................................... 7
3. Metode Operasi Atau Kontrasepsi Mantap.................................................. 11
BAB III ........................................................................................................................... 15
PENUTUP ...................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................... 15
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masalah yang timbul dari kependudukan antara lain penduduk besar dengan
kualitas relatif rendah, laju pertumbuhan penduduk tinggi, fertilitas relatif tinggi
dengan penyebaran tidak merata, mortalitas dan mobiditas. Pemerintah
membuat Kebijakan dan Srategi Program Kependudukan, Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) dengan paradigma baru pada UU No.41
tahun 2009 mengenai Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga. Diharapkan dengan adanya program pemerintah dapat menurunkan
persentase laju pertumbuhan penduduk, angka kelahiran total per Wanita Usia
Subur (WUS), menurunkan tingkat putus pakai kontrasepsi dan meningkatan
penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), menurunkan angka
unmetneed KB, menurunkan angka kelahiran remaja dan menurunkan
persentase kehamilan yang tidak diinginkan.

Salah satu program yang dicanangkan adalah keluarga berencana yang


meliputi penyedia informasi, pendidikan, dan cara- cara bagi keluarga untuk
dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa
tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.

Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa teori yang memengaruhi


seseorang untuk menggunakan alat kontrasepsi adalah teori perilaku. Seseorang
tergerak hatinya untuk untuk menggunakan MKJP karena MKJP dinggap 20
kali efektif daripada suntik dan pil, tergolong aman,mudah didapatkan, tahan
lama dan sedikit kontraindikasi. Salah satu teori perilaku yang digunakan oleh
peneliti terdahulu adalah teori perilaku PRECEDE PROCEDE.

Perilaku seseorang ditentukan oleh faktor- faktor baik dalam maupun luar
subjek. Lawrence, Green dan Marshall (1991) mengemukakan bahwa Teori
PRECEDE untuk mendiagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan
tujuan program dalam menentukan kebutuhan promosi kesehatan. Menurut
mereka determinan perilaku yang memengaruhi status kesehatan seseorang atau

1
masyarakat terdiri dari tiga faktor yaitu predisposing factors (faktor yang
mempermudah), enabling factors (faktor pemungkin) dan reinforcing factors
(faktor penguat).

Adapun faktor- faktor yang memengaruhi pemilihan MKJP adalah umur,


pendidikan, status pekerjaan, jumlah anak hidup, jumlah penghasilan, jarak ke
tempat pelayanan, biaya pemasangan, dukungan suami, dukungan keluarga,
budaya dan pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari MKJP?
2. Apa saja kelebihan dari MKJP?
3. Bagaimana kekurangan dari MKJP?
4. Apa saja klasifikadi MKJP?
5. Apa yang dimaksud dengan AKDR?
6. Apa yang dimaksud dengan AKBK?
7. Apa yang dimaksud dengan MOW?
8. Apa yang dimaksud dengan MOP?
C. Tujuan
1. Unttuk mengetahui pengertian dari MKJP.
2. Untuk mengetahui kelebihan dari MKJP.
3. Untuk mengetahui kekurangan dari MKJP.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari MKJP.
5. Untuk mengetahui apa aitu AKDR.
6. Untuk mengetahui maksud dari AKBK.
7. Untuk mengetahui maksud dari MOW.
8. Untuk mengetahui apa itu MOP.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian MKJP

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) menurut Badan


Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah alat
kontrsepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan bahkan
mengontrol kesuburan dengan menurunkan kesuburan yang di gunakan dalam
jangka panjang. Kontrasepsi Jangka panjang merupakan metode kontrasepsi
yang digunakan dalam jangka panjang dengan efektivitas dan tingkat
kelangsngan pemakaian tinggi dengan angka kegagalan yang rendah. Alat
kontrasepsi jangka panjang berdasarkan waktu penggunaan adalah alat
kontrasepsi yang digunakan secara terus menerus selama minimal 3 tahun seperti
penggunaan Implant/ susuk/Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) kurang dari
waktu penggunaan tersebut dapat dikatakan alat kontrasepsi jangka pendek
(Maziyyah, 2015).

B. Kelebihan MKJP

Alat Kontrasepsi Jangka Panjang memiliki beberapa keunggulan yaitu:


memiliki efektifitas yang tinggi tanpa perlu kedisiplinan tinggi dalam
penggunaan, efek mencegah kehamilan dapat cepat dirasakan, memiliki
pemakaian yang lebih lama dibandingkan jangka pendek dari 3 tahun pemakaian
hingga seumur hidup, pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang juga tidak
mengganggu hubungan suami istri, tidak mempengaruhi Air Susu Ibu (ASI)
sehingga aman digunakan untuk ibu yang sedang menyusui, tidak memiliki efek
samping pada fungsi fertilitas sehingga ketika dicabut selain alat kontrasepsi
jangka panjang Metode Operasi Wanita (MOW) atau Metode Operasi Pria
(MOP) maka pengguna alat kontrasepsi Jangka Panjang akan kembali subur dan
dapat memiliki keturunan (Affandi, 2011).

C. Kekurangan MKJP

Kekurangan pada penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang yaitu nyeri


pada saat pemasangan karena sebagian alat kontrasepsi Jangka Panjang

3
menggunakan suatu alat yang di tanam di alat reproduksi, dapat memungkinkan
untuk ekspulsi atau alat tersebut terlepas jika tidak dipasang maupun digunakan
kurang sesuai dengan prosedur, pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang tidak
dapat dihentikan sendiri oleh pemakai sehingga harus datang ke dokter jika ingin
melepas alat kontrasepsi Jangka Panjang, pada sebagian pemasangan alat
kontrasepsi jangka panjang diperlukan pembedahan minor misalkan seperti
Insersi AKBK (Affandi, 2011).

D. Klasifikasi MKJP
1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/ IUD)
Merupakan alat kontrasepsi yang berukuran kecil , terbuat dari plastik yang
lentur dengan lengan dari tembaga dan benang membentuk seperti huruf T. Alat
kontrasepsi ini efektif, aman, fleksibel dan dapat dicabut ketika di inginkan.
AKDR dapat mencegah kehamilan dalam jangka waktu hingga 10 tahun, dapat
digunakan untuk wanita yang belum pernah hamil sebelumnya. AKDR
memiliki efek samping memperbanyak darah saat menstruasi dan dapat
menimbulkan kram ketika awal pemakaian (Kemenkes RI, 2014)
AKDR/IUD
1. Pengertian
Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit
kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi
pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh
tembaga dan ada yang tidak (Kementerian Kesehatan RI, 2020)
➢ Jenis AKDR
Menurut bentuknya dibagi menjadi
• Bentuk terbuka (open device) misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7,
Margulies, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
• Bentuk tertutup (closed device) misalnya Ota ring, Antigon, Grafen
Berg Ring.

Menurut tambahan obat atau metal dibagi menjadi

4
• Medicated intrauterine device (IUD), misalnya Cu-T-200, 220, 300,
380A; Cu-7, Nova-T, ML-Cu 250, 375, selain itu ada Copper-T,
Copper-7, Multi Load, dan Lippes Load.

AKDR hormonal ada dua jenis yaitu


• Progestasert-T dan
• LNG-20 (Setyaningrum, 2016).

Jenis AKDR Cu T-380A adalah jenis AKDR yang beredar di


Indonesia. AKDR jenis ini memiliki bentuk yang kecil, kerangka dari
plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus
yang terbuat dari tembaga (Cu) (Setyaningrum, 2016).
Mekanisme Kerja
Cara kerja AKDR yaitu mencegah sperma dan ovum bertemu
dengan mempengaruhi kemampuan sperma agar tidak mampu fertilisasi,
mempengaruhi implantasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, dan
menghalangi implantasi embrio pada endometrium (Rusmini dkk, 2017).
AKDR mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR
menyebabkan reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga tidak
mampu untuk fertilisasi (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Menurut Setyaningrum (2016) cara kerja dari AKDR yaitu
menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi karena
adanya ion tembaga yang dikeluarkan AKDR dengan cupper
menyebabkan gangguan gerak spermatozoa. AKDR memungkinkan
untuk mencegah implantasi telur dalam uterus karena terjadinya
pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit
menyebabkan blastoksis mungkin dirusak oleh makrofag dan blastoksis.
2. Manfaat AKDR
Manfaat dari pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim menurut
Kemenkes RI (2014) yaitu:
a. Dapat efektif segera setelah pemasangan.
b. Metode jangka panjang.
c. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ngingat.

5
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
e. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
f. Tidak ada efek samping hormonal.
g. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
h. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi).
i. Dapat digunakan sampai menopause (satu tahun atau lebih setelah
haid terakhir).
j. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
k. Mencegah kehamilan ektopik
3. Efek samping
Efek samping yang mungkin di alami oleh pengguna alat kontrasepsi
bawah rahim yaitu
a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan). Perubahan siklus haid merupakan suatu
keadaan siklus haid yang berbeda dengan yang sebelumnya, yang
diukur mulai dari siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai
titik awal, yang dapat berkisar kurang dari batas normal sekitar 22–
35 hari (Handayani, 2010).
b. Haid lebih lama dan banyak Perdarahan menstruasi yang lebih
banyak atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Pada keadaan
ini AKDR tidak perlu dilepaskan kecuali bila pendarahan terus
berlangsung sampai lebih dari 8 –10 minggu (Handayani, 2010).
c. Perdarahan spotting atau perdarahan bercak antara menstruasi
(Handayani, 2010).
d. Keputihan Pada pemakaian AKDR sering dijumpai adanya keputihan
yang mungkin merupakan akibat dari terjadinya reaksi awal terhadap
adanya benda asing (Handayani, 2010).
e. Saat haid lebih sakit (disminorea) Nyeri haid (disminorea) merupakan
suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi
dan sering kali disertai rasa mual (Prawirohardjo, 2011)

6
f. Perdarahan Umumnya setelah pemasangan IUD, terjadi perdarahan
sedikit – sedikit yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan
sewaktu haid, perdarahan yang sedikit – sedikit ini tidak akan
diketahui oleh akseptor, keluhan yang sering terdapat pada
pemakaian IUD ialah perdarahan banyak dapat disertai bekuan darah
dalam siklus normal (menorrhagia), spotting metroraghia
(perdarahan diluar siklus haid) (Prawirohardjo, 2011).
g. Rasa nyeri dan kejang di perut Rasa nyeri atau kejang di perut dapat
terjadi segera setelah pemasangan IUD, biasanya rasa nyeri ini
berangsur – angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat
dikurangi atau dihilangkan dengan jalan memberi analgetik, jika
keluhan berlangsung terus, sebaiknya IUD diganti dengan ukuran
yang lebih kecil (Prawirohardjo, 2011).
h. Gangguan pada suami Kadang – kadang suami dapat merasakan
adanya benang IUD sewaktu bersenggama, ini disebabkan oleh
benang IUD yang keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu
panjang. Untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan ini, benang
IUD yang terlalu panjang dipotong sampai kira-kira 3 cm dari porsio,
sedang jika benang IUD terlalu pendek, sebaiknya IUD akan diganti,
biasanya dengan cara ini keluhan suami akan hilang (Prawirohardjo,
2011).
i. Ekspulsi (pengeluaran sendiri). Ekspulsi IUD dapat terjadi untuk
sebagian atau seluruh. Ekspulsi biasanya terjadi pada waktu haid,
yang dipengaruhi oleh umur, paritas dan lama pemakaian
(Prawirohardjo, 2011).
2. Alat Kontrsepsi Bawah Kulit (AKBK/susuk/implan) Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit (AKBK)
Adalah alat kontrasepsi yang lunak yang dimasukkan dibawah kulit
dengan kapsul yang tidak dapat hancur didalam tubuh. AKBK dapat terlihat
dibawah kulit namun tidak meninggalkan bekas ketika dicabut jika dilakukan
dengan prosedur yang benar, terdapat tindakan operatif sederhana, dalam
AKBK mengandung hormon Progestin tanpa hormon Estrogen. AKBK

7
memiliki efektifitas mencegah kehamilan hingga 5 tahun, dapat dihentikan
penggunaannya setiap saat, dengan efek samping timbul flek dan siklus
menstruasi yang menjadi tidak teratur. AKBK tidak dapat digunakan untuk
ibu menyusui kurang dari 6 bulan, ibu yang sedang gangguan kesehatan
serius, dapat mengganggu kehamilan sehingga dibutuhkan kepastian tidak
sedang hamil (Kemenkes RI, 2014).

AKBK/Implant

1. Pengertian
Adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen
dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga sampai lima tahun,
metode ini dikembangkan oleh the Population Council, yaitu suatu
organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk
mengembangkan metode kontrasepsi. Implant merupakan alat
kontrasepsi yang dipasangkan di bawah kulit lengan atas yang berbentuk
kapsul silastik yang lentur dimana di dalam setiap kapsul berisi hormon
levernorgestril yang dapat mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi
implant ini memiliki cara kerja menghambat terjadinya ovulasi,
menyebabkan selaput lendir endometrium tidak siap dalam menerima
pembuahan (nidasi), mengentalkan lendir dan menipiskan lapisan
endometrium dengan efektivitas keberhasilan kontrasepsi implant
sebesar 97-99% (BKKBN, 2014).
Menurut Saifuddin (2010) kontrasepsi implant ini dapat bekerja
efektif selama 5 tahun untuk jenis norplan dan 3 tahun untuk jenis jadena,
indoplant, dan implanton. Kontrasepsi implant ini dapat digunakan oleh
semua ibu dalam usia reproduksi serta tidak mempengaruhi masa laktasi,
pencabutan serta pemasangan implant perlu pelatihan, kemudian setelah
dilakukan pencabutan implant maka kesuburan dapat segera kembali,
kontrasepsi implant memiliki efek samping utama terjadinya perdarahan
bercak dan amenorhea.
2. Mekanisme kerja
Adalah mengentalkan lendir serviks yang dapat mengganggu proses
pembentukan endometrium sehingga terjadi implantasi, mengurangi

8
transportasi sperma, menekan ovulasi, serta efektif dalam mencegah
kehamilan yaitu dengan kegagalan 0,3 per 100 tahun (Marliza, 2013).
Mekanisme kerja implant untuk mencegah terjadinya kehamilan melalui
beberapa cara yaitu :
a. Mencegah ovulasi Dimana pada kedua jenis implant norplan, hormon
lenovogestrel berdistribusi melalui membran silastik dengan
kecepatan yang lambat dan konstan. Dalam 24 jam setelah insersi,
kadar hormon dalam plasma darah sudah cukup tinggi untuk
mencegah ovulasi, kadar levonorgestrel yang dipertahankan dalam
tubuh klien dengan sistem norplant secara parsial menekan lonjakan
LH dan menghambat ovulasi. Sekresi FSH dan LH tetap berada pada
kadar normal (BKKBN, 2014).
b. Perubahan lender serviks Disini lender serviks menjadi kental dan
sedikit sehingga menghambat pergerakan spermatozoa, implant
kemungkinan besar juga menekan poliferasi siklik endometrium yang
dipicu oleh esterogen sehingga endometrium tetap dalam keadaan
atrofi (BKKBN, 2014).
c. Menghambat perkembangan sikli dari endometrium. Efektifitas
implant ini pada jenis norplant akan berkurang sedikit setelah 5 tahun
dan pada tahun ke enam kira-kira 2,5 – 3 % akseptor menjadi hamil.
Kemudian untuk jenis jadena sama efektifnya dengan norplant pada
3 tahun pertama pemakaiannya, selanjutnya efektifitasnya berkurang
namun belum diketahui penyebabnya, kemungkinan karena
kurangnya pelepasan hormon (BKKBN, 2014).
3. Manfaat
Memiki daya guna yang tinggi, perlindungan dalam jangka waktu
yang panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah dilakukan
pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh
esterogen, tidak mengganggu dalam kegiatan senggama, tidak
mengganggu produksi ASI, klien hanya perlu kembali untuk kontrol bila
terdapat keluhan selama pemakaian kontrasepsi, dapat dicabut setiap saat
sesuai dengan kebutuhan.

9
Pemakaian kontrasepsi implant ini juga memiliki keuntungan non
kontrasepsi diantaranya (Saifuddin, 2010) adalah mengurangi rasa nyeri,
mengurangi jumlah darah haid, mengurangi atau memperbaiki anemia,
melindungi dari terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka
kejadian kanker jinak payudara, melindungi diri dari beberapa penyebab
radang panggul, menurunkan angka kejadian endometritis.
4. Efek samping
a. Amenorhea, penanganannya pastikan hamil atau tidak, bila tidak
memerlukan penanganan khusus maka cukup dengan konseling saja.
Kemudian bila klien tetap tidak menerima maka angkat implant dan
anjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi lain. Bila terjadi
kehamilan dan klien ingin mempertahankan kehamilannya lakukan
pencabutan implant dan jelaskan bahwa progestin tidak berbahaya
bagi janin namun bila diduga terjadinya kehamilan ektopik maka
lakukan rujukan karena tidak akan ada pengaruh diberikan obat
hormon untuk memancing pendarahan. Penelitian yang dilakukan
oleh Rahayu tahun 2015 menunjukkan bahwa ketidakteraturan siklus
menstruasi merupakan salah satu efek samping dari pengguaan
kontrasepsi implant.
b. Perdarahan bercak (spotting) ringan, berikan penanganan dengan
memberikan penjelasan bahwa spotting ini sering terjadi terutama
pada tahun pertama kemudian bila tidak terdapat masalah dan tidak
hamil maka diperlukan penanganan. Bila klien tetap mengeluh
dengan perdarahan bercak dan ingin melanjutkan pemakaian implant
maka berikan klien pil kombinasi selama satu siklus atau berikan ibu
profen 3 x 800 mg selama 5 hari, beri penjelasan bahwa setelah pil
kombinasi habis akan terjadi perdarahan kemudian bila terjadi
perdarahan yang lebih banyak dari biasanya berikan klien 2 pil
kombinassi untuk 3-7 hari kemudian dilanjutkan dengan 1 siklus pil
kombinasi atau dapat juga diberikan 50 µg etinilestradiol atau 1,25
mg esterogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.

10
c. Ekspulsi, maka lakukan penanganan dengan cabut kapsul ekspulsi
kemudian periksa apakah kapsul yang lain masih di tempat lalu
pastikan ada atau tidaknya infeksi pada daerah insersi kemudian bila
tidak ada infeksi dan kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang
berbeda, namun bila ada infeksi pada daerah insersi maka lakukan
pencabutan pada seluruh kapsul dan pasang kapsul yang baru pada
lengan lain atau manganjurkan klien untuk menggunakan kontrasepsi
lain.
d. Infeksi pada daerah insersi, bila terjadi infeksi tanpa nanah maka
bersihkan dengan sabun, air atau antiseptik lalu berikan antibiotik
yang sesuai untuk 7 hari lalu implant jangan dilepas serta anjurkan
klien untuk datang 1 minggu kemudian. Bila keadaan tidak membaik
maka cabut implant dan pasang di lengan yang lainnya atau mencari
metode kontrasepsi lainnya.
e. Berat badan naik atau turun, maka berikan informasi pada klien
bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang jika
terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih namun apabila
perubahan tidak dapat diterima maka bantu klien untuk mencari
kontrasepsi lain (BKKBN, 2014)
3. Metode Operasi Atau Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap merupakan metode kontrasepsi dengan melakukan
pembedahan,pengguna akan diberikan bius lokal atau obat anti nyeri ketika
dilakukan tindakan. Tindakan Kontrasepsi Mantap memiliki efektfitas yang
tinggi sehingga tidak mudah dikembalikan ke kondisi semula ketika
menginginkan memiliki keturunan. Kontrasepsi Mantap pada wanita akan
dipotong lalu disumbat pada saluran tuba falopi yang menghubungkan
indung telur setelah dilakukan tindakan dan wanita yang melakukan Metode
Kontrasepsi Mantap masih tetap dapat menstruasi normal karena tidak
terdapat tindakan pada rahim, sedangkan pada pria akan dilakukan sayatan
kecil dan penyumbatan saluran benih sperma (Vasektomi) namun tidak
mengganggu ereksi, setelah tindakan vasektomi pada pria tidak segera efektif
sehingga harus menggunakan kondom terlebih dahulu minimal lebih dari 20

11
kali enjakulasi jika akan melakukan hubungan seks . Segala tindakan
Konstrasepsi mantap harus dilakukan oleh ahli di rumah sakit (Kemenkes RI,
2014).
a. MOP(metode operasi pria )/vasektomi
1. Pengertian
Menurut Hanafi Hartanto (2002) merupakan suatu metode
kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana
dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak
memerlukan anatesi umum. Vasektomi adalah cara KB permanen
bagi pria yang sudah memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi
(Niken Meilani dkk, 2010:161).
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan
kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa
deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses
fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Saifuddin,
2006:85).
Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang
merupakan saluran yang mengangkut sperma dari epididimis di
dalam testis vesikula seminalis (Everett, 2008:70).
2. Mekanisme kerja
Menghalangi transport spermatozoa/ jalannya sel mani pria
sehingga tidak dapat membuahi sel telur (Hanafi Hartanto,2002).
3. Manfaat
a. Efektif
b. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
c. Sederhana.
d. Cepat, hanya memerlukan waktu 5 – 10 menit.
e. Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal
saja.
f. Biaya rendah.
g. Secara cultural, sangat dianjurkan di negara- negara dimana
wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang

12
tersedia dokter wanita dan paramedis wanita (Hanafi
Hartanto,2002).
4. Efek samping
a. Timbul rasa nyeri.
b. Abses pada bekas luka.
c. Infeksi traktus genetilia (penyakint kulit pada kelamin).
d. Hematoma/membengkaknya kantung biji zakar karena
pendarahan.
e. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil
(Hanafi Hartanto,2002)
b. Meode operasi wanita (MOW)/Tubektomi
1. Pengertian
Kontrasepsi metode operasi wanita (MOW) atau tubektomi atau
juga dapat disebut sterilisasi adalah tindakan penutupan terhadap kedua
saluran telur sehingga sel telur tidak dapat melewati saluran telur
sehingga sel telur tidak bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak
terjadi kehamilan. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 prempuan
selama tahun pertama penggunaan) dan efektif 6-10 minggu setelah
operasi (Triyanto dan Indriani, 2019).
2. Mekanisme kerja
Cara kerja tubektomi adalah dengan mengikat tuba falopi sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (Mega dan Wijayanegara,
2017).
3. Manfaat
1. Umur lebih dari 26 tahun
2. Anak lebih dari 2 orang
3. Yakin telah mempunyai keluarga dengan jumlah yang diinginkan
4. Ibu pasca persalinan
5. Pasien paham dan setuju dengan prosedur tubektomi terutama
pengetahuan pasangan tentang cara-cara kontrasepsi ini dengan risiko
dan sifat permanennya kontrasepsi ini (Mulyani dan Rinawati, 2013).
4. Efek samping

13
1. Hamil atau diduga hamil
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3. Belum memberikan persetujuan tertulis
4. Tidak boleh menjalani prosespembedahan
5. Usia di bawah 30 tahun yang belum dan masih ingin memiliki anak
(Mega dan Wijayanegara, 2017).

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah alat
kontrsepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan
bahkan mengontrol kesuburan dengan menurunkan kesuburan yang di
gunakan dalam jangka panjang.
Alat Kontrasepsi Jangka Panjang memiliki beberapa keunggulan yaitu:
memiliki efektifitas yang tinggi tanpa perlu kedisiplinan tinggi dalam
penggunaan, efek mencegah kehamilan dapat cepat dirasakan, memiliki
pemakaian yang lebih lama dibandingkan jangka pendek dari 3 tahun
pemakaian hingga seumur hidup. Tetapi ada juga kekurangan pada
penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang yaitu nyeri pada saat
pemasangan karena sebagian alat kontrasepsi Jangka Panjang menggunakan
suatu alat yang di tanam di alat reproduksi, dapat memungkinkan untuk
ekspulsi atau alat tersebut terlepas jika tidak dipasang maupun digunakan
kurang sesuai dengan prosedur.
Terdapat beberapa jenis alat kontrasepsi jangka panjang diantaranya
yaitu AKDR/IUD, AKBK/Implant, MOW/Tubektomi, dan
MOP/Vasektomi.

B. Saran
1. Diharapkan suami dapat meningkatkan pengetahuan mengenai alat
kontrasepsi jangka panjang sehingga dapat membantu ibu pasca bersalin
untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang yang salah satunya
yaitu alat kontrasepsi dalam rahim.
2. Diharapkan suami dapat memberika perhatian yang lebih kepada
pasangan saat pasangan merasa takut dengan alat kontrasepsi yang akan
digunakan karena efek samping

15
Daftar Pustaka

Affandi. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Pt. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Bkkbn. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Pt. Bina
Pustaka

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana


Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2020.Pedoman bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas dan BBL di Era
Pandemi COVID 19. Jakarta: Kemenkes RI.

Handayani. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan

Hartanto, Hanafi. 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, PUSTAKA


SINAR HARAPAN, Jakarta

Maziyyah, NA 2015, ‘Evaluasi Input Program KB MKJP (Metode Kontrasepsi


Jangka Panjang) Di Kabupaten Magelang’, Skripsi Program Studi Sarjana
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Semarang,diakses 19 September 2002

Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Saifuddin, A. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saiffudin, dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Ed. 2. Cet.
3. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Setyaningrum, E. 2016. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Trans Info


Media.

Triyanto, L., & Indriani, D. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan


Jenis Metode Kontrasepsi

16
Mega, Wijayanegara H. 2017.Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana. Jakarta:
CV. Trans Info Media;

17

Anda mungkin juga menyukai