Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH FARMAKOTERAPI KARDIOVASKULAR DAN ENDOKRIN

KONTRASEPSI DAN HORMON PENGGANTI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5
FLARA FEBBYOLA 2001055
NILAM SARI 2001067
RAMADINI FITRI 2001071
THOHIRA ILYAH 2001085
WAHYU AZIZAH 2001086
WHULAN MUDIA 2001087

KELAS S1-5B

DOSEN PENGAMPU:

Dr.apt.Meiriza Djohari,M.Kes.

PROGRAG STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan dan
kesehatan serta rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah “Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Endokrin” tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ibu Dr.apt.Meiriza Djohari,M.Kes selaku dosen
pembimbing mata kuliah Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Endokrin di Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Riau. Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada ibu
Dr.apt.Meiriza Djohari,M.Kes. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang tentunya kami tekuni saat ini.

Kami kelompok lima sebagai penulis menyadari makalah ini belum sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 6 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................2

1.3 TUJUAN.....................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
A. KONTRASEPSI...................................................................................................................4

1. Definisi kontrasepsi.............................................................................................................4
2. Tujuan kontrasepsi..............................................................................................................4
3. Pemilihan kontrasepsi.........................................................................................................5
4. Efektivitas kontrasepsi........................................................................................................5
5. Metode kontrasepsi..............................................................................................................6
B. HORMON PENGGANTI...................................................................................................12

1. DEFINISI Hormon pengganti...............................................................................................12


2.

C. MENOPOUSE
1. Defenisi menopouse............................................................................................................13
2. Epidemiologi menopause...................................................................................................13
3. Patofisiologi Monopouse....................................................................................................14
4. Penanganan menopause....................................................................................................15
5. Jenis dan efek jangka pendek dan jangka panjang monopouse.....................................17
6. Efek samping hormon pengganti......................................................................................18
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................20
KESIMPULAN & SARAN.............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................21

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Keluarga Berencana (KB) merupakan satu program pemerintah yang dirancang untuk
menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana oleh
pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit kecil kehidupan bangsa diharapakan menerima
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada
pertumbahan yang seimbang. Dalam pengertian keluarga berencana secara umum ialah,
dapat diuraikan bahwa keluarga berencana suatu usaha yang mengatur banyak jumlah
kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta
keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagaia
akibat langgsung dari kelahiran tersebut. Atau meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam
rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus
menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Dalam pengertian sempitnya keluarga
berencana dalam kehidupan sehari hari berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan
terjadinya pembuahan mencegah pertemuan antara sel mani (spermatozoa) dari pria dan sel
telur (ovum) dari wanita sekitar persetubuhan (Irianto, 2014)
Perkembangan keluarga berencana di Indonesia di pengaruhi oleh berbagai faktor
yang dibagi manjadi dua, yaitu faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor yang
menghambat penyebarluaskan program keluarga berencana di Indonesia antara lain budaya,
agama, tingkat pengetahuan masyarakat dan wawasan kebangsaan. Faktor pendukung
penyebarluaskan program keluarga berencana, antara lain adanya komitmen politis,
dukungan pemerintah, dukungan tokoh agama atau tokoh masyarakat dan dukungan
masyarakat terkait masalah kependudukan (Lucky, 2014).
Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang secara
langsung berpengaruh terhadap angka kelahiran. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan
menunjukkan bahwa pemakaian alat kontrasepsi terbukti mampu menurunkan angka
kelahiran (Wijayanegara, 2017).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah

1
satu variabel yang mempengaruhi fertilitas . Metode kontrasepsi suntik merupakan salah satu
metode kontrasepsi hormonal yang sangat popular di Indonesia. Kontrasepsi suntik memiliki
efektifitas yang tinggi dalam mencegah terjadinya kehamilan .Kontrasepsi suntik Depo
Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) merupakan suntikan kontrasepsi yang sampai sekarang
dianggap paling efektif yang banyak menjadi pilihan kaum ibu disebabkan karena aman,
sederhana dan murah. Kontrasepsi suntik DMPA digunakan karena sangat efektif, aman,
dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi dan cocok untuk masa laktasi
karena tidak menekan produksi Air Susu Ibu (ASI) (Saifuddin, 2006).
Adapun pada masa menopause yang mana merupakan proses fisiologis yang akan
dialami oleh semua makhluk hidup termasuk manusia dan khususnya seorang wanita. Akhir
proses biologis dari siklus menstruasi, yang dikarenakan terjadinya perubahan hormon yaitu
penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Adanya penurunan
hormon estrogen menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur, hal ini juga dapat
dijadikan sebagai petunjuk terjadinya menopause. Wanita menopause akan kekurangan
hormon utamanya hormon estrogen sehingga timbul beberapa gejala panas seperti rasa panas
di beberapa bagian tubuh, perasaan sakit ketika melakukan hubungan seks dan berkurangnya
kepadatan tulang, kelainan tersebut dapat dibantu dengan pemberian estrogen. Pemberian
hormon estrogen dapat berbentuk tablet, obat hisap atau suntikan (Kasdu, 2004).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan


antara lain seperti bagaimanakah ke efektivitasan kontrasepsi pada wanita dan bagaimana
metode pemilihannya serta tujuannya. Kemudian bagiamana cara kerja,manfaat serta efek
samping dari hormone pengganti pada saat wanita mengalami menopause.

2
1.3 TUJUAN
1. Untuk dapat mengetahui dan memahami maksud dari kontrasepsi serta tujuannya.

2. Untuk dapat mengetahui dan memahami bagaimana proses metode dan keefektivitasan
dari kontrasepsi.

3. Untuk dapat mengetahui dan memahami bagaimana pengaruh atau efek dari adanya
hormone pengganti.

4. Untuk dapat mengetahui bagaimana proses tata cara serta indikasi hormone pengganti.
5. Untuk dapat mengetahui bagaimana peranan dari adanya terapi hormone pengganti.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONTRASEPSI

1. Definisi kontrasepsi
Kontrasepsi adalah adalah pencegahan kehamilan dengan cara menghambat
sperma mencapai ovum yang matang atau dengan mencegah ovum yang telah dibuahi
berimplantasi di endometrium. (dipiro, 2015)
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
menyebabkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah untuk menghindari atau untuk
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma. Sejak pada jaman dahulu, di Indonesia pasangan usia subur
sudah menggunakan obat dan jamu yang maksudnya adalah untuk mencegah kehamilan.
Keluarga berencana modern ini di Indoesia sudah dikenal sejak pada tahun 1953. Pada
waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan para tokoh masyarakat yang telah
mulai membantu masyarakat memecahkan masalah-masalah dalam pertumbuhan
penduduk (Sarsanto, 2007).

2. Tujuan kontrasepsi
Secara umum tujuan pemakaian alat kontrasepsi ini adalah diupayakan untuk
menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda dan dalam rangka
merencanakan pembentukan keluarga kecil, bahagia sejahtera, hal ini terbagi atas tiga
masa usia produksi: pertama untuk masa menunda kehamilan bagi pasangan usia subur
(PUS) dengan istri usia dibawah 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilan. Kedua,
masa menjarangkan kehamilan periode istri usia 20 minggu sampai 35 tahun merupakan
usia paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dengan jarak kelahiran 3
sampai 4 tahun. Ketiga, masa untuk mengakhiri setelah memiliki2 orang anak atau lebih
(Sarsanto,2007).

4
3. Pemilihan kontrasepsi
Pemilihan kontrasepsi menentukan alat atau obat yang digunakan untuk mencegah
atau menghindari terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma yang baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanent.
persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut (Prawirohardjo, 2011):

a). Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi bert jika digunakan.

b). Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah
kehamilan. Kontrasepsi diantaranya adalah keefektifan teoritis, keefektifan praktis, dan
keefektifan biaya. Keefektifan teoritis (theoritical effectieness) yaitu kemampuan dari
suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,
apabila cara tersebut digunakan teus menerus sesuai dengan petunjuk yang diberikan
tanpa kelalaian, sedangkan keefektifan praktis (use effectiveness) adalah keefektifan yang
terlihat dalam kenyataan di lapangan setelah pemakaian jumlah besar, meliputi segala
sesuatu yang mempengaruhi pemakaian seperti kesalahan, penghentian, kelalaian dan
lain-lain.
c). Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di
masyarakat. Ada dua macam penerimaan tehadap kontrasepsi yakni penerimaan awal
(initial acceptability) dan peneriman lanjut (continued acceptability). Penerimaan awal
tergantung pada bagaimana motivasi dan persuasi yang diberikan oleh petugas KB.
Penerimaan lanjut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur, motivasi, budaya, sosial
ekonomi, agama, sifat yang ada pada KB dan faktor daerah (desa/kota).
d). Terjangkau harganya oleh masyarakat.
e).Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali
kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap (Prawirohardjo, 2011).

4. Efektivitas kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi
dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:
a). Daya guna teoritis (theoretical effectiveness) yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi
untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila kontrasepsi
tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.

5
b). Daya guna pemakaian (use effectiveness) yaitu kemampuan kontrasepsi dalam
keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya.

5. Metode kontrasepsi

A. Metode Kontrasepsi Sederhana


1. Metode Kontrasepsi sederhana tanpa alat
a). Metode Amenorhoe Laktasi (MAL)
Adalah kontrasepsi sementara untuk ibu yang belum mendapatkan siklus
menstruasi usai masa nifas setelah melahirkan. Syaratnya ibu harus memberikan ASI
eksklusif saat siang dan malam hari selama bayi berusia kurang dari 6 bulan. Cara kerja
yaitu Menyusui akan merangsang peningkatan hormon prolaktin. Peningkatan hormon
prolaktin (hormon menyusui) akan menekan hormon estrogen (hormon kesuburan).

b). Couitus Interuptus (senggama terputus),


Adalah salah satu cara alami yang bisa dilakukan. Caranya dengan menarik penis
keluar dari vagina pasangannya lalu berejakulasi diluar vagina dan menjauhkan cairan
semen yang keluar dari vagina.

6
c). Metode Kalender (metode ritme)
Adalah jenis kontrasepsi dengan memantau pola siklus menstruasi perempuan
selama 6 bulan terakhir. Cara menghitung masa subur perempuan adalah memantau pola
siklus menstruasi selama 6 bulan, mengurangi 18 dari panjang siklus terpendek (perkiraan
hari subur pertama) dan mengurangi 11 dari panjang siklus terpanjang (diperkirakan hari
subur terakhir).

d). Metode Suhu Basal Badan


Dapat dilakukan dengan mengukur suhu tubuh perempuan setiap pagi sebelum
turun dari tempat tidur untuk mengamati kenaikan suhu tubuh untuk mengamati kenaikan
0.2-0.5 oC suhu tubuhnya

e). Metode Lendir Serviks (Metode Ovulasi Billings)


Dasar metode billing adalah pengenalan ovulasi dengan memperhatikan
perubahan pada jumlah dan konsistensi mukus serviks sebagai reaksi terhadap perubahan
kadar hormon-hormon ovarium yang ada di dalam darah. Wanita yang ingin menghindari
kehamilan harus menghindari hubungan seksual sejak saat dia menyadari akan terjadinya
ovulasi sampai tiga hari setelah ovulasi.

f). Simptotermal
Perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Metode ini dilakukan dengan
mengamati perubahan lender serviks, suhu tubuh, dan konsistensi serviks pada
perempuan.

2. Metode Kontrasepsi sederhana dengan alat

a). Kontrasepsi kondom

Adalah selubung/sarung karet yang bisa terbuat dari berbagai bahan seperti
lateks/karet, plastik/vinil atau bahan alami/produksi hewani yang dipasang pada penis
saat melakukan hubungan seksual.

7
b). Diafragma

Kontrasepsi diafragma adalah kontrasepsi yang berbentuk kubah serta terbuat dari
silikon. Setengah dari bagian kubah tersebut diisi dengan spermisida atau krim yang
berfungsi untuk membunuh sperma agar tidak masuk ke vagina. Cara menggunakan alat
ini adalah dengan memasukkan diafragma ke dalam vagina serta diletakkan di atas
serviks sebelum berhubungan intim.

c). Cup serviks

Merupakan salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet berbentuk bulat dan
cembung, biasanya dari lateks. Dan cara penggunaannya adalah dengan memasukannya
kedalam vagina sekitar 6 jam sebelum melakukan hubungan seksual. Kap serviks bekerja
dengan cara menutupi seluruh bagian serviks sehingga dapat menahan sperma yang akan
masuk ke bagian serviks untuk melakukan pembuahan dan juga bisa digunakan untuk
menampung spermisida (pembunuh sperma) sehingga akan tertahan di tepi bagian kap
serviks.

d). Spermisida

Adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai mematikan spermatozoa yang
digunakan menjelang hubungan seks. Setelah pemasangan sekitar 5 sampai 10 menit,
hubungan seks dapat dilaksanakan agar spermisida dapat berfugsi.

8
B. Metode Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron
memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi
hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi.

1. Jenis-Jenis Metode KB Hormonal:

a). Pil Kb Kombinasi

Pil Kombinasi adalah metode kontrasepsi hormon estrogen (etinil estradiol) dan
progesterone (levonorgestrel) yang harus diminum satu pil setiap hari di jam yang sama.
 Mekanisme
Pil kombinasi menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir
serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma, dan mengganggu pergerakan tuba sehingga
transportasi telur terganggu. Pil ini diminum setiap hari
 Efektivitas
Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1 diantara 100 ibu
dalam 1 tahun
 Efek samping
Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin pendek, haid tidak teratur,
haid jarang, atau tidak pernah haid), sakit kepala, pusing, mual, nyeri payudara,
perubahan berat badan, perubahan suasana perasaan, dan peningkatan tekanan darah.

b). Pil Hormon Progestin

Pil Progestin adalah metode kontrasepsi hormon progestin yang harus diminum
satu pil setiap hari di tiap jam yang sama.
 Mekanisme
Minipil menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium,
endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit,
mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, mengubah
motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu. Pil diminum setiap hari.
 Efektivitas
Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1 diantara 100 ibu
dalam 1 tahun

9
 Efek samping
Perubahan pola haid (menunda haid lebih lama pada ibu menyusui, haid tidak
teratur, haid memanjang atau sering, haid jarang, atau tidak haid), sakit kepala, pusing,
mual, nyeri payudara, nyeri perut, perubahan berat badan, perubahan suasana perasaan,
dan peningkatan tekanan darah.

c). Pil Kb Darurat (Emergency Contraceptive Pills)


Kontrasepsi darurat digunakan dalam 5 hari pasca senggama yang tidak terlindung
dengan kontrasepsi yang tepat dan konsisten. Semakin cepat minum pil kontrasepsi
darurat, semakin efektif kontrasepsi darurat banyak digunakan pada korban pemerkosaan
dan hubungan seksual tidak terproteksi.

d). KB Suntik Kombinasi


 Mekanisme
Suntikan kombinais menekan ovulasi, mengentalkan lender serviks sehingga
penetrasi sperma terganggu, atrofi pada endometrium sehingga implantasi terganggu
dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. Suntikan ini diberikan sekali tiap bulan
 Efektivitas
Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1 diantara 100 ibu
dalam 1 tahun
 Efek samping
Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin pendek, haid tidak teratur,
haid memanjang, haid jarang, atau tidak haid), sakit kepala, pusing, nyeri payudara,
kenaikan berat badan

e). Implan
 Mekanisme
Kontrasepsi implant menekan ovulasi, mengentalkan lender serviks,
menjadikan selaput Rahim tipis dan atrofi, dan mengurangi transportasi sperma.
Implant dimasukkan di bawah kulit dna dapat bertahan hingga 3-7 tahun tergantung
jenisnya.
 Efektivitas
Pada umumnya risiko kehamilan kurang dari 1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun
 Efek samping

10
Perubahan pola haid (pada beberapa bulan pertama haid sedikit dan singkat,
haid tidak teratur lebih dari 8 hari, haid jarang atau tidak haid setelah setahun), nyeri
payudara, nyeri perut, mual (Ratu Matahari, dkk.2018)

2. Jenis-Jenis KB Non Hormonal


Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan
umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
terhadap folikel dan proses ovulasi
a). Tubektomi
 Mekanisme
Menutup tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
 Efektivitas
Pada umumnya risiko kehamilan kurang dari 1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun
 Keuntungan khusus bagi Kesehatan
Mengurangi risiko penyakit radang panggung. Dapat mengurangi risiko kanker
endometrium
b). Vasektomi
 Mekanisme
Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa
deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilasi tidak
terjadi
 Efektivitas
Bila pria dapat memeriksa semennya segera setelah vasektomi, risiko kehamilan
kurang dari 1 diantara 100 dalam 1 tahun
 Risiko bagi Kesehatan
Nyeri testis, infeksi dilokasi operasi dan hematoma

c). Kondom

 Mekanisme
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidka tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.

11
 Efektivitas
Bila digunakan umumnya risiko kehamilan kurang dari 1 diantara 100 ibu dalam 1
tahun
 Keuntungan bagi Kesehatan
Mencegah penularan penyakit menular seksual dan kosekuensinya misalnya
kanker serviks

d). Lactional Amenorrhea Method


 Mekanisme
Kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian air susu ibu, eksklusif untuk
menekan ovulasi. Metode ini memiliki tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu: ibu
belum mengalami haid, bayi disusui secara eksklusif dan sering, bayi berusia
kurang dari 6 bulan

 Efektivitas
Risiko kehamilan tinggi bila ibu tidak menyusui bayinya secara benar. risiko
kehamilan kurang dari 1 diantara 100 ibu dalam 6 bulan setelah persalinan
 Keuntungan bagi Kesehatan
Mendorong pola menyusui yang benar, sehingga membawa manfaat bagi ibu dan
bayi (Ratu Matahari, dkk.2018)

B. HORMON PENGGANTI
1. Defenisi hormon pengganti
Hormon Pengganti adalah perawatan medis yang menghilangkan gejala gejala pada
wanita selama dan setelah menopause.Hal ini ditandai dengan perubahan hormonal yang
nyata pada tubuhnya.Hal ini juga menyebabkan menurunnya jumlah hormone estrogen,
dimana hormone ini merupakan hormone yang berhubungan dengan system reproduksi, yang
menyebabkan wanita merasakan gejala tak enak, termasuk panas pada wajah, vagina kering,
sifat cepat marah dan depresi.TSH secara parsial mengembalikan keseimbangan estrogen di
tubuh wanita untuk mengurangi atau mengeliminasi gejala ini. TSH dapat meringankan
penderitaan tidak hanya pada wanita dewasa yang mengalami menopause alami, tetapi juga

12
di wanita muda yang mungkin mengalami menopause premature untuk alas an medis, seperti
kanker atau sebab kelainan ovarium yang berhenti menghasilkan estrogen. TSH bisa dengan
pemberian estrogen saja, atau kombinasi estrogen dengan progestin.Pemberian terapi sulih
hormon tidak ditujukan untuk mencegah terjadinya menopause, melainkan hanya ditujukan
untuk mencegah dampak kesehatan akibat menopause tersebut, baik keluhan jangka pendek
maupun jangka panjang. (Maryanti, 2009)

2. Manfaat Hormon Pengganti


a. Memperbaiki kualitas hidup wanita yang mengalami menopause karena dapat
mengurangi timbulnya gejala gejala yang mengganggu.
b. Tsh dapat mengurangi durasi kelainan vasomotor sehingga menjadi lebih
singkat, yaitu kurang dari 5 tahun. Studi meta- analisis dari penelitian double-
blibd, randomized, menggunakan TSH dan plasebo yang meneliti mengenai
frekuensi serangan dan beratnya gejala, menunjukkan bahwa pada wanita yang
diterapi dengan TSH mengalami serangan hot flashes dengan frekuensi yang
lebih jarang.
c. Penggunaan TSH untuk pencegahan dan penatalaksanaan osteoporosis. Tsh
akan menurunkan risiko fraktur 30-50%. Suatu penelitian berskala besar oleh
the writing group of the PEPI trial menunjukkan bahwa dengan TSH densitas
tulang meningkat rata rata 5% pada tulang belakang, hingga 1,7% pada
pinggul wanita yang diberi TSH selama 36 bulan.
d. Tsh mengurangi insidensi penyakit jantung korener. Ada lebih dari 30
penelitian epidemiologis yang menunjukkan bahwa dengan TSH akan
mengurangi serangan jantung coroner sampai 35-50%. Penelitian
menunjukkan bahwa pemakaian TSH jangka panjang (lebih dari 7 tahun) tidak
lagi mempunyai sifat proteksi terhadap jantung, justru akan meningkatkan
risiko efek samping. Pemakaian TSH lebih dari 7 tahun tidak lagi menurunkan
risiko serangan jantung maupun kematian akibat penyakit jantung, tetapi
meningkatkan risiko penjendelan darah berlebihan dan penyakit kandung
empedu. (Romauli, 2009)

3. Prinsip Terapi Hormon Pengganti

13
Hormon yang diberikan adalah hormone estrogen, akan tetapi pemberiannya
selalu harus dikombinasikan dengan progesterone. Pemberian progesterone antara lain
bertujuan untuk mencegah kanker endometrium, sedangkan pemberian progesterone
untuk pencegahan kanker payudara masih diperdebatkan, sehingga beberapa ahli
menyarankan pemberian progesterone tetap dilakukan meskipun uterusnya telah
diangkat. Beberapa penelitian pada hewan percobaan dan manusia telah membuktikan
bahwa progesterone memiliki khasiat antimiotik.Yang paling banyak dianjurkan
adalah penggunaan estrogen dan progesterone alamiah, dan selalu dimulai dengan
dosis yang rendah serta lebih dianjurkan pemberian secara per oral. (wratsangka,
1999)
Keunggulan dari estrogen alamiah adalah jarang menimbulkan mual dan
muntah, tidak mengganggu factor pembekuan darah, tidak mempengaruhi enzim di
hati dan efeknya terhadap tekanan darah sangat minimal karena tidak meningkatkan
renin dan aldosteron. Beberapa contoh estrogen alamiah yang digunakan serta dosis
yang dianjurkan adalah :
a) Estrogen konjugasi dengan dosis 0,625 - 1,25 mg/hari
b) Estropipate, piperazin estron sulfat dengan dosis 0,75 mg - 1,5 mg/hari
c) Estradiol valerat dengan dosis 1 – 2 mg/hari
d) Estriol suksinat dengan dosis 4 – 8 mg/hari. (wratsangka, 1999)
Progesteron alamiah mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan
progesteron sintetik, yaitu: sifat antiandrogenik (jarang menimbulkan sifat- sifat
virilisasi), tidak perlu diaktifkan terlebih dahulu di hati, dan tidak menurunkan kadar
HDL. Beberapa progesteron alamiah yang digunakan dan dosis yang dianjurkan
adalah :
a) Medroksi progesteron asetat (MPA) dengan dosis 2 - 2,5 mg/hari
b) Didrogesteron dengan dosis 5 mg/hari. (wratsangka, 1999)
Estrogen sintetik dapat meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan
sistem renin-aldosteron-angiotensinogen, sedangkan progesteron sintetik (turunan
noretisteron) dapat mempengaruhi High Density Lipoprotein (HDL) dan Low Density
Lipoprotein (LDL) serum serta menghambat khasiat positif dari estrogen terhadap
pembentukan HDL. Seperti telah diketahui, bahwa penurunan kadar HDL serum akan
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner (PJK). (wratsangka, 1999)

14
Wanita yang memiliki uterus lengkap secara normal membutuhkan estrogen
secara berkala dengan penambahan progesteron sedikitnya 12-14 hari terakhir dalam
siklusnya, atau suatu sediaan kombinasi esrogen dan progesteron yag diberikan secara
kontinu. Pemberian estrogen tunggal secara kontinu lebih sesuai pada wanita yang
tidak memiliki uterus, tetapi pada keadaan endometriosis kemungkinan masih terdapat
endometrial foci walaupun telah dilakukan hysterectomy dan pada keadaan ini
sebaiknya dipertimbangkan penambahan progesteron. (wratsangka, 1999)
Cara pemberian yang sangat efektif adalah secara oral. Keuntungan
pemberian cara oral adalah dapat menstimulasi metabolisme kolesterol HDL di hati
dan faktor-faktor tertentu di hati yang dapat membentuk metabolisme kalsium,
sehingga sangat baik digunakan untuk mencegah kekeroposan tulang dan perkapuran
dinding pembuluh darah (aterosklerosis). Bila tidak dapat diberikan terapi sulih
hormon (TSH) secara oral, misalnya timbul mual, muntah atau lainnya, maka dapat
dipikirkan pemberian cara lain, yaitu estrogen transdermal berupa plester dengan
dosis 25 - 50 ug/hari. Selain itu dapat juga diberikan estrogen dalam bentuk krem,
yang sangat baik untuk mengatasi keluhan berupa atrofi epitel vagina (dispareunia).
Kedua cara pemberian tersebut (transdermal dan krem) perlu juga disertai dengan
pemberian progesteron. (wratsangka, 1999)

4. Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Hormon Pengganti


Gejala vasomotor (hot flashes) merupakan indikasi paling sering pemberian
terapi sulih hormone dan telah disetujui FDA. HRT (Hormon Replacement Therapy)
yang menggunakan estrogen dosis kecil (diberikan bersama progesterone) dapat
mengurangi gejala-gejala menopause atrofi vagina atau ketidakstabilan
vasomotor.Terapi sulih hormone dapat menurunkan gejalagejala pada wanita-wanita
post menopause sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Beberapa rekomendasi
berkaitan dengan pemberian HRT kombinasi adalah sebagai berikut:
a) Indikasi primer pemberian HRT adalah untuk terapi gejala-gejala
vasomotor pada menopause. Tidak terapi yang lebih tepat untuk
keluhan vasomotor selain HRT, meskipun dikatakan bahwa
penggunaan antidepresan tertentu juga dapat meredakan gejala, namun
hasilnya tidak selalu konsisten.

15
b) Pemberian estrogen tanpa progesterone hanya direkomendasikan untuk
wanita yang sudah mengalami histerektomi. Sedangkan untuk wanita
dengan uterus intak (utuh) harus diberikan HRT kombinasi estrogen
dan progestin.
c) Terapi estrogen/progestin sebaiknya tidak digunakan sebagai
pencegahan penyakit jantung coroner, baik pencegahan primer maupun
sekunder. Jadi pencegahan penyakit kardiovaskular bukanlah indikasi
HRT.
d) Kombinasi estrogen/progestin hanya disetujui penggunaannya oleh
FDA untuk pencegahan osteoporosis, tetapi karena risiko HRT telah
teridentifikasi, maka perlu dipertimbangkan alternative lainnya, dan
pemberian HRT harus didasarkan pada pertimbangan risiko dan
manfaatnya. ( isnatin, 2003)
Beberapa kontraindikasi yang harus diketahui sebelum pemberian TSH
dimulai antara lain adalah hipertensi kronik (telah dimulai sebelum menopause),
obesitas, varises yang berat, menderita penyakit kelenjar tiroid atau sedang dalam
perawatan, menderita atau dengan riwayat penyakit hati yang berat, hasil papsmear
abnormal, kanker payudara dan gangguan fungsi ginjal. Kontraindikasi yang begitu
banyak sebenarnya berlaku untuk pemberian pil kontrasepsi, karena pil kontrasepsi
mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik, sedangkan terapi sulih
hormon menggunakan hormone alamiah.Beberapa kontraindikasi seperti diabetes
mellitus, hipertensi, penyakit jantung koronoer, stroke merupakan kontraindikasi
untuk pil kontrasepsi, namun bukan merupakan kontraindikasi untuk pemberian terapi
sulih hormon. ( isnatin, 2003)

5. Efek Samping dan Resiko Terapi Hormon Pengganti


Efek samping yang muncul pada pemberian terapi sulih hormone umumnya
disebabkan oleh dosis estrogen atau progesterone yang tidak tepat, beberapa efek
samping yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :
a) Nyeri payudara. Hal ini disebabkan estrogen yang tinggi, sehingga
dosis estrogen yang diberikan perlu diturunkan meskipun dapat juga
disebabkan oleh dosis progesterone yang tinggi (jarang).

16
b) Peningkatan berat badan. Hal ini dapat disebabkan oleh retensi cairan.
Oleh karena estrogen dapat menyebabkan retensi cairan, maka dosis
pemberiannya perlu diturunkan.
c) Perdarahan bercak (spotting). Hal ini disebabkan oleh dosis estrogen
yang rendah, sehingga dosis pemberian estrogen perlu dinaikkan; atau
dapat juga disebabkan oleh dosis progesterone yang tinggi, maka dosis
pemberian progesterone perlu diturunkan.
d) Perdarahan banyak (atipik). Hal ini disebabkan oleh dosis estrogen
yang tinggi, sehingga dosis estrogen perlu diturunkan sedangkan dosis
progesterone dinaikkan.
e) Sakit kepala (migraine) dan leukorea (keputihan). Hal ini disebabkan
oleh estrogen yang terlalu tinggi, sehingga dosis pemberiannya perlu
dikurangi.
f) Pruritus berat. Hal ini disebabkan karena efek estrogen, sehingga
pemberian estrogen sebaiknya dihentikan dan hanya diberikan
progesterone saja. (BPOM RI, 2015)

1) Risiko Kanker Endometrium


Diperkirakan bahwa 3 dari 1000 wanita berumur 50-59 tahun
yang tidak menggunakan HRT terdiagnosa kanker endometrium setelah 5
tahun. Jumlah ini meningkat 5 kasus tambahan pada 1000 wanita yang
menggunakan HRT estrogen saja selama 5 tahun. Bukti terbaru
menyatakan bahwa risiko kanker endometrium karena tibolon sama
dengan HRT estrogen saja. Timbulnya risiko kanker endometrium pada
penggunaan HRT kombinasi tidak dapat diperkirakan dengan tepat karena
penambahan progestogen selama 12 hari dalam setiap bulan dapat
mengurangi risiko tersebut.Risiko kanker endometrium pada wanita yang
belum menggunakan HRT meningkat sesuai indeks berat badan;
peningkatan risiko kanker endometrium pada pengguna HRT estrogen
saja atau tibolon lebih nyata pada wanita yang berat badannya tidak
berlebihan.
2) Risiko Kanker Payudara

17
Diperkirakan bahwa penggunaan semua jenis HRT dapat
meningkatkan risiko kanker payudara dalam waktu 1-2 tahun setelah
mulai pengobatan. Peningkatan risiko terkait dengan lamanya penggunaan
HRT (tetapi tidak terkait dengan umur saat HRT mulai digunakan) dan
risiko tersebut akan hilang dalam waktu kira-kira 5 tahun setelah
pengobatan dihentikan.
Kira-kira 14 dari 1000 wanita yang berumur 50-64 tahun dan tidak
menggunakan HRT terdiagnosa memiliki kanker payudara setelah 5
tahun. Pada penggunaan HRT estrogen saja selama 5 tahun, terdapat 1,5
kasus tambahan kanker payudara pada 1000 subyek. Pada penggunaan
HRT kombinasi selama 5 tahun, terjadi 6 kasus tambahan kanker
payudara pada 1000 subyek. 31 dari 1000 wanita berumur 50 sampai 79
tahun yang tidak menggunakan HRT terdiagnosa mengalami kanker
payudara setelah 5 tahun. Pada penggunaan HRT yang hanya
mengandung estrogen tidak ada peningkatan kasus, tetapi pada
penggunaan HRT kombinasi terdapat peningkatan kasus kanker payudara
sebanyak 4 kasus tambahan dari 1000 subyek. Analisis yang dilakukan
Universitas Oxford menemukan kasus kanker tambahan terjadi pada
setiap 1.000 perempuan yang menggunakan terapi HRT ini selama lima
tahun mulai dari usia 50. Sebuah badan amal kanker terkemuka
mengatakan terapi ini merupakan peningkatan yang lumayan besar pada
kanker yang secara relative tidak umum.
3) Risiko Tromboemboli Vena
Terdapat peningkatan risiko trombosis vena dalam dan emboli
paru pada wanita yang menggunakan HRT kombinasi atau HRT estrogen
saja, terutama pada tahun pertama penggunaan. Diperkirakan terjadi
tromboembolisme vena setelah 5 tahun pada 10 dari 1000 wanita berumur
50-59 tahun yang tidak menggunakan HRT. Jumlah ini meningkat 1 kasus
tambahan pada 1000 wanita yang menggunakan HRT estrogen saja dan 4
kasus tambahan pada 1000 wanita yang menggunaan HRT kombinasi
selama 5 tahun.Tromboembolisme vena terjadi setelah 5 tahun pada 20
dari 1000 wanita berumur 60-69 tahun yang tidak menggunakan HRT.
JumLah kasus ini meningkat 4 kasus tambahan pada 1000 wanita yang

18
menggunakan HRT estrogen saja dan 9 kasus tambahan pada 1000 wanita
yang menggunaan HRT kombinasi selama 5 tahun. Tidak diketahui jika
tibolon dapat meningkatkan risiko terjadinya tromboembolisme
vena.Pemberian HRT pada wanita yang mempunyai faktor predisposisi
(seperti riwayat keluarga yang mempunyai trombosis vena dalam atau
embol paru, pembesaran pembuluh darah vena yang parah, obesitas,
trauma, atau bed rest yang lama) sebaiknya dipertimbangkan secara
cermat, karena pada beberapa kasus risiko pemberian obat mungkin lebih
besar daripada manfaatnya.
4) Risiko Lain
HRT kombinasi atau HRT estrogen saja dapat sedikit
meningkatkan resiko terjadinya stroke. Diperkirakan bahwa 3 dari 1000
wanita berumur 50-59 tahun yang tidak menggunakan HRT akan
menderita stroke setelah 5 tahun. Jumlah ini meningkat 2 kasus tambahan
pada 1000 wanita yang menggunakan HRT estrogen saja dan 1 kasus
lebih besar pada 1000 wanita yang menggunaan HRT kombinasi selama 5
tahun. Stroke akan terjadi pada 26 dari 1000 wanita berumur 60-69 tahun
yang tidak menggunakan HRT setelah 5 tahun. Jumlah ini meningkat 4
kasus tambahan pada 1000 wanita yang menggunakan HRT estrogen saja
dan 1 kasus tambahan pada 1000 wanita yang menggunaan HRT
kombinasi selama 5 tahun. HRT tidak dapat mencegah penyakit jantung
koroner, dan tidak boleh diresepkan untuk keadaan tersebut.HRT dapat
meningkatkan resiko penyakit jantung koroner pada tahun pertama.
(Maryanti, 2009)

C. MENOPOUSE

1. Defenisi menopouse
Istilah menopause berasal dari kata Yunani untuk bulan dan akhir, dan mengacu pada
penghentian periode menstruasi. Peningkatan laju folikel atretik, secara signifikan
mengurangi jumlah oosit atau folikel di ovarium, ovarium tidak dapat lagi menghasilkan
folikel matang dan hormon seks. Kemampuan reproduksi berakhir dengan menopause
(Baziad,20014).

19
Menopause adalah penghentian menstruasi secara permanen yang disebabkan oleh
perkembangan folikel ovarium dengan kadar gonadotropin (FSH,LH) yang meningkat
(Norwitz,Schorge, 2006).

1. Epidemiologi menopause
Cara paling umum wanita memasuki pascamenopause adalah dengan penghentian
spontan fungsi ovarium. Usia rata-rata di mana wanita mengalami periode menstruasi terakhir
mereka adalah antara 50 dan 52 bertahun-tahun. Kisaran normal cukup lebar, dan menopause
dianggap normal setiap saat antara usia 40 dan 60 tahun. Beberapa faktor telah diidentifikasi
yang dapat mempengaruhi menopause waktu. Pengaruh genetik disarankan oleh kesamaan
dalam menopause usia antara ibu dan anak perempuan. Menarche dini, secara paradoks,
adalah berhubungan dengan menopause selanjutnya. Histerektomi (pengangkatan rahim)
tetapi bukan ovarium) tampaknya mempercepat penghentian fungsi ovarium selama 1 atau
tahun. Akhirnya, wanita yang merokok tembakau memiliki dari rata-rata menopause,
mungkin sebagai akibat dari efek toksik dari nikotin pada folikel ovarium.46 Menopause juga
dapat diinduksi oleh mengangkat kedua indung telur atau dengan beberapa jenis kemoterapi
dan terapi radiasi. (Jhonson, 2013).

Kegagalan ovarium prematur didefinisikan sebagai penghentian spontan fungsi


ovarium sebelum usia 40 tahun. Kegagalan ovarium bukanlah yang paling umum penyebab
amenore pada kelompok usia ini, dan evaluasi yang tepat untuk amenore sekunder harus
dilakukan. Sekali kegagalan ovarium didokumentasikan, biasanya oleh dua peningkatan
hormon perangsang folikel (FSH), dua penyebab patologis perlu dipertimbangkan: autoimun
kelainan dan kelainan kariotipik. Sindrom autoimun dapat menyebabkan tidak hanya
kegagalan ovarium, tetapi juga untuk hipotiroidisme, hipoparatiroidisme, insufisiensi adrenal,
diabetes, dan anemia pernisiosa. Pendekatan hemat biaya untuk pasien tanpa gejala termasuk
skrining dengan hormon perangsang tiroid dan glukosa serum puasa, memesan hormon
adrenokortikotropik (ACTH) stimulasi, elektrolit serum, dan vitamin B,, tingkat untuk pasien
dengan gejala yang sesuai. (Jhonson, 2013).

Wanita dengan kariotipe abnormal cenderung relatif muda pada saat menstruasi
berhenti, biasanya di bawah 30, dan memiliki biasanya belum hamil. Meskipun evaluasi
laboratorium kegagalan ovarium prematur sangat mudah, kondisi ini biasanya masalah

20
psikososial yang kompleks, termasuk kehilangan kesuburan yang tidak terduga, dan wanita-
wanita ini umumnya harus dirujuk ke ahli endokrinologi reproduksi untuk evaluasi dan
konseling. Semua wanita yang mengalami menopause dini, di bawah 40 tahun, apa pun
penyebabnya, memiliki risiko lebih tinggi dari rata-rata untuk osteoporosis dan patah tulang
terkait osteoporosis dan mungkin berisiko lebih tinggi untuk penyakit kardiovaskular. Oleh
karena itu HRT sangat penting dalam kelompok ini (Jhonson, 2013).

2. Patofisiologi Monopouse
Pada wanita menopause, hilangnya fungsi ovarium secara bertahap akan menurunkan
kemampuannya dalam menjawab rangsangan hormonhormon hipofisis untuk menghasilkan
hormon steroid. Saat dilahirkan wanita mempunyai kurang lebih 750.000 folikel primordial.
56 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 10, Juni 2015 Dengan meningkatnya usia jumlah
folikel tersebut akan semakin berkurang. Pada usia 40-44 tahun rata-rata jumlah folikel
primordial menurun sampai 8300 buah, yang disebabkan oleh adanya proses ovulasi pada
setiap siklus juga karena adanya apoptosis yaitu proses folikel primordial yang mati dan
terhenti pertumbuhannya. Proses tersebut terjadi terus-menerus selama kehidupan seorang
wanita, hingga pada usia sekitar 50 tahun fungsi ovarium menjadi sangat menurun. Apabila
jumlah folikel mencapai jumlah yang kritis, maka akan terjadi gangguan sistem pengaturan
hormon yang berakibat terjadinya insufisiensi korpus luteum, siklus haid anovulatorik dan
pada akhirnya terjadi oligomenore (Speroff et al., 2011).
Perubahan-perubahan dalam sistem vaskularisasi ovarium sebagai akibat proses
penuaan dan terjadinya sklerosis pada sistem pembuluh darah ovarium diperkirakan sebagai
penyebab gangguan vaskularisasi ovarium. Apabila folikel sudah tidak tersedia berarti wanita
tersebut telah memasuki masa menopause. Pada usia menopause berat ovarium tinggal
setengah sampai sepertiga dari berat sebelumnya. Terjadinya proses penuaan dan penurunan
fungsi ovarium menyebabkan ovarium tidak mampu menjawab rangsangan hipofisis untuk
menghasilkan hormon steroid (Speroff et al, 2011).

3. Penanganan menopause
Departemen Kesehatan (Depkes RI, 2001) menganjurkanagar wanita menopause
mengkonsumsi isoflavon 80 mg per hari, kadar tersebut dapat diperoleh dengan asupan 112
gram tahu (satu setengah potong sedang) atau 56 gram tempe (dua potong sedang).
Berdasarkan temuan di atas ternyata konsumsi isoflavon di dua daerah penelitian masih

21
rendah yaitu 17,07 mg per hari atau 21,33 persen dari anjuran Departemen Kesehatan.
Perempuan Jepang usia 42-52 tahun. Mengonsumsi isoflavon (dalam genestein dandaidzein)
sebanyak 18,4 mg per hari yang berasal terutama dari tahu, kedele yang difermentasi, kedele
segar, sup miso. Perempuan Cina pada usia dan jenis sumber makanan yang sama dengan
perempuan Jepang, mengonsumsi isoflavon sebanyak 8,8 mg per hari. Konsumsi isoflavon
(yang diukur dari genestein) perempuan pra menopause (42-52 tahun) berhubungan dengan
kepadatan mineral tulang (bone mineral density/BMD) atau dengan kata lain semakin banyak
mengonsumsi isoflavon (genestein) semakin tinggi tingkat kepadatantulangnya. Namun
hubungan ini didapatkan pada orang Jepang tetapi tidak pada Cina.(Greendale GAet al,
2002).

Contoh makanan mengandung fitoestrogen tertinggi adalah biji minyak dan kacang-
kacangan. Contohnya:
a) Kedelai, kedelai dikategorikan sebagai penghasil isoflavon yang menyebabkan efek
yang fisiologis secara alami pada tubuh. Fakta ini terbukti bahwa hanya efektif untuk
mensuplai isoflavon. Jumlah untuk senyawa yang berguna dari kedelai tergantung pada jenis
tanaman dan pengolahan dalam kedelai.
b) Benih lenan, flaxseed sebagai sumber fitoestrogen yang di dalamnya mengandung
senyawa, seperti lignan. Relatif sangat banyak jumlah yang diperlukan; dibanding sumber-
sumber lain yang lebih rendah kadungan lignannya seperti sayuran, buah-buahan dan biji-
bijian. Biji rami mengandung asam alfa-linoleat dan serat larut yang berguna sebagai
senyawa yang bertindak sebagai sumber fitoestrogen.
c) Benih dan Kacang, makanan yang juga sebagai sumber fitoestrogen yang baik di sini
adalah biji wijen, biji bunga matahari, chestnut, walnut, kacang pistachio. kacang tanah,
almond, pistachio, hazelnut kacang Brasil dan kacang mede. 62 Jurnal Involusi Kebidanan,
Vol. 5, No. 10, Juni 2015
d) Makanan lainnya, minyak zaitun, bawang putih, kacang merah, buncis, kacang,
bawang, musim dingin labu, collard hijau, brokoli, kubis, kering plum, squash musim dingin,
collard hijau, tauge kacang hijau, alfalfa aprikot, peach, stroberi, raspberry, kacang hijau dan
mete juga merupakan sumber makanan yang sesuai fitoestrogen.
e) Suplemen, suplemen fitoestrogen juga tersedia di pasar yang bervariasi dalam
kekuatan dan keefektifannya. Ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk menggantikan
terapi hormon, karena ini samasama efektif. Suplemen membantu jika Anda tidak
mengkonsumsi makanan yang kaya fitoestrogen.

22
f) Red Clover, Ekstrak Red Clover merupakan sumber fitoestrogen dari tumbuhan
Trifolium pratense yang berfungsi untuk mengurangi keluhan yang timbul seperti hot flushes,
menghambat aktifitas sel-sel perusak tulang, menstabilkan kadar kholesterol darah, mencegah
pengerasan pembuluh darah, dan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Selain itu ekstrak
Red Clover juga kaya akan berbagai macam vitamin dan mineral sehingga dapat
meningkatkan stamina tubuh. Tumbuhan Red Clover memiliki 4 macam senyawa Isoflavon
(genistein, daidzein, formononetin, dan biochanin A) yang diperlukan untuk mengatasi
keluhan menopause, dengan kadar isoflavon 10-20 kali lipat dibandingkan sumber Isoflavon
lainnya sehingga mempunyai daya kerja yang lebih optimal.
g) Black Cohosh, Ekstrak Black Cohosh, merupakan sumber fitoestrogen dari tanaman
Cimicifuga racemosa, bermanfaat mengatasi gejalagejala menopause seperti hot flushes,
depresi, perubahan emosi, dan vagina yang kering. (nature) Triterpen glikosida banyak
terkandung pada tanaman Cimifuga racemosa (sering disebut sebagai tanaman black cohosh).
Tanaman ini tumbuh di hutan-hutan Amerika Selatan dan sekarang telah diekstraksi serta
dikemas menjadi produk obat untuk menopause. (Farmacia).
h) Sereal, sereal berasal dari kata “ceres”. Istilah tersebut umumnya digunakan untuk
menunjukkan berbagai jenis tanaman famili rumputrumputan atau padi-padian yang
menghasilkan biji-bijian dan bisa dimakan. Istilah sereal juga populer sebagai bahan
hidangan sarapan di beberapa negara maju, khususnya dengan berkembangnya sereal sarapan
(breakfast cereals). Sebenarnya ada berbagai jenis sereal. Di Indonesia, yang umum dijumpai
adalah beras merah, beras putih, jagung, gandum, dan sorgum .Sedangkan di negara lainnya
yaitu oats, barley, rye, dan millet.

4. Jenis dan efek jangka pendek dan jangka panjang monopouse


a. Jenis Monopouse
1). Menopause dini
Menurut Sastrawinata (2008) dalam Lubis (2016), menopause dini merupakan
menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun. Diagnosis ini dibuat apabila haid berhenti
sebelum waktunya disertai dengan hot flashes serta meningkatknya kadar hormon
gonadotropin. Apabila kedua gejala ini tidak ada, maka perlu dilakukan penyelidikan
terhadap sebab lain dari terganggunya fungsi ovarium. Faktor yang menyebabkan
menopause dini adalah keturunan, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit menahun,
dan penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium. Menopause dini tidak membutuhkan

23
terapi, namun diperlukan pemberian penerangan kepada wanita yang bersangkutan.
Faktor lain yang bisa menyebabkan seorang wanita mengalami menopause dini adalah
merokok.
2). Menopause normal
Suparni & Astutik (2016), mengatakan menopause biasanya dialami oleh wanita
pada rentang usia 45 – 55 tahun. Perubahan hormonal selama masa menopause
menimbulkan munculnya perubahan fisik dan psikologis yang berakibat pada sensitivitas
sehingga wanita menopause menjadi lebih mudah tersinggung, mudah marah, kurang
percaya diri, dan mengalami keluhan lainnya.
3). Menopause terlambat
Sastrawinata (2008) dalam Lubis (2016), menjelaskan batas terjadinya menopause
adalah umur 55 tahun. Apabila wanita masih mengalami menstruasi di atas umur tersebut,
maka diperlukan penyelidikan lebih lanjut. Adapun sebab – sebab yang dapat
dihubungkan dengan menopause terlambat adalah konstitusional, fibromioma uteri, dan
tumor ovarium yang menghasilkan estrogen (Lubis, 2016).

BAB III

PENUTUP

24
KESIMPULAN & SARAN
Dengan berbagai penjelasan sebelumnya maka diharapkan khususnya bagi para
wanita dapat menambah wawasan mengenai berbagai kondisi yang nantinya dapat terjadi
seperti masalah terkait dalam makalah ini misalnya saat mengalami menopause dan saat
dimana mengharuskan untuk melakukan kontrasepsi dalam kehamilan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Baziad, A. (2001). Menopause and hormone replacement therapy. Medical Journal of


Indonesia, 10(4), 242-51.
Baziad A (1), 2003. Menopause dan Andropause. 1st ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
BPOM RI, 2014, informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), Jakarta : Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
DiPiro C.V., 2015, Oncologic Disorders : Breast Cancer dalam Wells B.G., DiPiro J.T.,
Schwinghammer T.L., Pharmacotherapy Handbook 9th edition, McGraw-Hill
Companies, USA.
Irianto, Koes,. 2014.Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balanced Nutrition in
Reproductive Health).Bandung:ALFABETA
Isnati, miladiyah. 2003. Tinjauan Risiko dan Manfaat Hormone Replacement Therapy Pada
Wanita Menopouse. Departemenet farmakologi eka, UII : yogyakarta
Johnson, S. R. (1998). Menopause and hormone replacement therapy. Medical Clinics of
North America, 82(2), 297-320.
Kasdu. 2004. Kiat sehat & bahagia di usia menopause. Puspaswara. Jakarta: Gramedia
Lucky Taufika Y., 2014. Buku ajar kependudukan dan pelayanan KB. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC,
Maryanti, Dwi, Majestika Septikasari. 2009. Buku Ajar Kesehatan ReproduksiTeori dan
Praktikum. Yogyakarta: Muha Medika
Mega, & Wijayanegara, P. H. (2017). Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana.
National Health and Medical Research Council (NHMRC). 2009. Guideline for the Non-
Surgical Management of Hip and Knee Osteoarthritis. Asutralia : The Royal
Australian College of General Practitioners. Australia : Royal Australian College of
General Practitioners
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Ratu Matahari, S,KM, Fitriana Putri Utami,S.KM. Ir Sri Sugiharti,M.Kes.2018. Buku Ajar
Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Yogyakarta
Romauli, Suryati dan Vindari AV. 2009.Kesehatan Reproduksi Buat Mahasiswi Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika

26
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sarsanto. 2007. Pelayanan Keluarga Berencana (KB). Jakarta: EGC.
Speroff & fritz. 2011. Clinical Gynecologic Endrocrinology and Infertility. 8th ed.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Suparni, Ita Eko, dan Reni Yudi Astutik. 2016. Menopause Masalah Dan Penanganannya.
CV Budi Utama.
Wratsangka, Raditya. 1999. Pemberian Terapi Sulih Hormon Sebagai Upaya Meningkatkan
Kesehatan Wanita Menopause. Jurnal Kedokteran Trisakti, Vol. 18 No. 3 (155-162

Wulandari, R. C. L. (2016). Terapi sulih hormon alami untuk menopause. INVOLUSI Jurnal


Ilmu Kebidanan, 5(10).

LAMPIRAN

27
28
29
30
31
32
33
34

Anda mungkin juga menyukai