Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK KELUARGA

BERENCANA PADA NY ’’N’’ DI PUSKESMAS PEMBANTU

GUNUNG JATI KOTA KENDARI

OLEH :

HANISA

PFB22009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU

2023
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : HANISA

NIM : PFB22009

JUDUL : LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK

KELUARGA BERENCANA PADA NY”N” DI PUSKESMAS

PEMBANTU GUNUNG JATI KOTA KENDARI.

MENGETAHUI,

PEMBIMBING INSTITUSI

Dra. Hj.Rosmawati Ibrahim, SST.,MS.,M.Kes


NIDK. 0940011879

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat

hidayah dan izinNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik

Kebidanan Holistik tentang Keluarga Berencana dengan tema

“Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny ’’N’’

Di Puskesmas Pembantu Gunung Jati Kota Kendari” tepat pada waktunya.

Laporan praktik Kebidanan ini merupakan salah satu rangkaian praktik

kebidanan holistic dalam rangka memenuhi Persyaratan pendidikan profesi bidan.

Penulis menyadari bahwa dalam praktik, pengkajian, konseling hingga

penyusunan laporan praktik ini Penulis mengalami beberapa kendala atau

hambatan namun berkat bantuan berbagi pihak maka penyusunan laporan praktik

kebidanan Holistik ini dapat terselesaikan.Pada kesempatan ini penulis dengan

tulus mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Hj.Rosmawati Ibrahim,SST.,MS.,M.Kes selaku Ketua STIKes Pelita

Ibu dan Pembimbing praktik Kebidanan Fisiologis Holistik Remaja dan

Pranikah, Prakonsepsi dan perencanaan kehamilan sehat, Keluarga berencana

dan ibu hamil fisiologis atas arahan, bimbingan dan dukungan yang telah

diberikan selama proses penyusunan laporan praktik kebidanan holistic ini

2. Wa Ode Sri Kamba Wuna, SST.,M.Keb sebagai Penguji I yang telah

membantu memberi saran dan masukan untuk penyempurnaan penyususnan

laporan praktik kebidanan holistic ini

iii
3. Julian Jingsung, SST.,M.Kes selaku Penguji II yang telah membantu

memberi saran dan masukan untuk penyempurnaan penyususnan laporan

praktik kebidanan holistik ini

4. Kepala Puskesmas Kandai Kota Kendari yang telah bersedia memberikan

izin melakukan praktik kebidanan holistic di lingkup wilayah kerja hingga

selesai

5. Kepala ruangan KIA/KB dan seluruh staf dan bidan yang telah ikut

membantu dan mengarahkan dalam proses praktik kebidanan holistik ini

6. Kedua Orang tua atas curahan kasih sayang, kesabaran mendidik,dukungan

dan doanya kepada penulis

7. Responden yang telah bersedia meluangkan waktunya dan membantu dalam

proses praktik kebidanan holistik

8. Teman seperjuangan mahasiswi Pendidikan profesi bidan angkatan IV

yang telah membantu dan memberikan support dalam proses praktik dan

penyusunan laporan kebidanan holistik ini

Laporan Praktik Kebidanan Keluarga berencana yang disusun ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar laporan praktik kebidanan holistik ini dapat bermanfaat.

Kendari, Mei 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i
HALAMAN PENGESAHAN ……...................................................................ii
KATA PENGANTAR ……………..…………...……………............………..iii
DAFTAR ISI ……………………………………...…….………….…………..v
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................………………………………………………………

B. Rumusan masalah................................…………………………………………………….

C. Tujuan……………………….…………………………………………

D. Manfaat ……………………………………………….……………...4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................

A. Tinjauan Umum Tentang Alat Kontrasepsi ..........................................

B. Tinjauan Khusus Tentang Kontrasepsi Implant.......................................

BAB III. ASUHAN KEBIDANAN..........................................................................

A. Pengkajian................................................................................................

B. Pendokumentasian (SOAP)…..................................................................

BAB VII PENUTUP...............................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................

B. Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk ke-

empat terbesar didunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Pengunaan

kontrasepsi salah satu upaya dalam keluarga berencana untuk pengedalian

fertilitas dan menekan pertumbuhan penduduk yang paling efektif. Dalam

pelaksanaannya, metode kontrasepsi yang ditawarkan kepada masyarakat

diharapkan mempunyai manfaat yang optimal dan memiliki efek samping

yang minimal (BKKBN,2018)

Penggunaan kontrasepsi bertujuan untuk memenuhi hak reproduksi setiap

orang, membantu merencanakan kapan dan berapa jumlah anak yang

diinginkan, dan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Penggunaan alat

kontrasepsi secara tepat juga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi,

oleh karena itu pemenuhan akan akses dan kualitas program Keluarga

Berencana (KB) sudah seharusnya menjadi prioritas dalam pelayanan

Kesehatan. Dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB

sesuai rekomendasi International Conference on Population and Development

(ICPD) tahun 1994, upaya penguatan manajemen pelayanan KB menjadi

salah satu upaya yang sangat penting. Hal ini juga selaras dengan amanat

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu pemerintah

bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan,

alat dan obat dalam memberikan pelayanan KB yang aman, bermutu, dan

1
terjangkau oleh masyarakat Saat ini pencapaian indikator KB belum

sepenuhnya menunjukkan keberhasilan, berdasarkan SDKI 2017 capaian

kesertaan ber KB untuk seluruh metode KB yaitu sebesar 63,6% dengan

peserta KB cara modern sebesar 57,2% menurun dari hasil SDKI 2012 yaitu

sebesar 57,9%, meskipun capaian metode KB Jangka Panjang (MKJP)

mengalami peningkatan dari 18,2% (SDKI 2012) menjadi 23,3% (SDKI

2017) (Kemenkes, 2021).

Penggunaan kontrasepsi di Indonesia dengan cakupan KB aktif tahun

2017 suntik KB 29% dan pil 12,1% merupakan alat/cara KB yang paling

banyak digunakan Wanita Usia Subur (WUS) dibandingkan IUD dan implant

(masing-masing 4,7%), MOW 3,8%, serta MOP 0,2%. Hal ini

mengindikasikan bahwa minat WUS terhadap MOW,MOP, IUD, dan Susuk

KB yang merupakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) masih

sangat rendah dibandingkan non MKJP (suntik KB, Pil, dan Kondom).

Namun demikian, Penggunaan MKJP lebih dianjurkan oleh pemerintah

dikarenakan MKJP paling efektif untuk menurunkan angka kelahiran dan

menurunkan unmet need. Oleh karena itu, pemerintah menekankan

penggunaan MKJP bagi WUS untuk mengatur kelahiran maupun

menghentikan kehamilan (BKKBN, 2018)

Alat kontrasepsi secara garis besar dibagi menjadi alat kontrasepsi jangka

pendek (kondom, pil, suntik), jangka menengah (pil dan suntik), jangka

panjang (implant, IUD), dan alat kontrasepsi menetap (MOW, MOP). Secara

keuntungan dan manfaat penggunaan jangka panjang lebih menguntungkan

2
karena pengguna alat kontrasepsi tidak terus menerus memeriksakan ke

petugas kesehatan. Implant merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang

disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul silastik

(lentur) (Rhomadona, 2014).

Salah satu metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah impalan.

Implant merupakan alat kontrasepsi yang disisipkan dibawah kulit lengan

atas sebelah dalam, berbentuk kapsul silastik (lentur) dimana didalam setiap

kapsul berisi hormone lenovogestril yang dapat mencegah kehamilan.

Implant mempunyai cara kerja menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan

selaput lendir endometrium tidak siap nidasi atau menerima pembuahan,

mengentalkan lendir dan menipiskan endometrium dengan tingkat

keberhasilan 97-99%. Akan tetapi penggunaan alat kontrasepsi implan oleh

wanita usia subur masih kurang maksimal, banyaknya factor yang

memepengaruhi salah satunya adalah masih rendahnya pengetahuan akseptor

KB tentang alat kontrasepsi terutama implan (Rahayu,2016).

Faktor yang memepengaruhi rendahnya penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang seperti implant yaitu dari pengetahuan dan sikap ibu yang

tidak sesuai dengan ketersediaan layanan, lingkungan, peran keluarga, peran

teman, dan peran media dalam memberikan informasi, serta setiap individu

sebagai pengguna layanan. Pengetahuan dan sikap individu memiliki

pengaruh yang cukup besar terhadap penggunaan kontrasepsi jangka panjang

kerena keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan metode

kontrasepsi ini dibuat ditingkat individu (BKKBN, 2019)

3
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

pengkajian kasus dengan judul “Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Keluarga Berencana Di Pustu Gunung Jati Kota Kendari”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana mahasiswi mampu melakukan Pendokumentasian Asuhan

Kebidanan Keluarga Berencana di Pustu Gunung Jati Kota Kendari?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswi mampu melakukan Pendokumentasian Asuhan kebidanan

Holistik Keluarga Berencana

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu:

1. Melakukan pengumpulan data dasar melalui anamnesa, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan penunjang

2. Melakukan interpretasi data dasar untuk menentukan diagnosa,

masalah aktual dan merencanakan pemenuhan kebutuhan klien

melalui pendidikan kesehatan dan konseling

3. Melakukan identifikasi diagnosa atau masalah potensial untuk

mengembangkan rencana asuhan komprehensif

4. Melakukan evaluasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dengan

tindakan dokter atau konsultasi/kolaborasi dengan tim kesehatan

lainnya jika terdapat penyimpangan dari keadaan normal

4
5. Membuat Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

dalam bentuk SOAP

D. Manfaaat

1. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan program profesi

bidan disekolah tinggi ilmu kesehatan pelita ibu.

2. Sebagai implementasi dari proses perkuliahan yang telah dilaksanakan.

3. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi civitas akademika dan referensi

mahasiswa profesi bidan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Alat Kontrasepsi

1. Pengertian Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi, kontra

berarti“melawan” atau “mencegah sehingga arti dari konsepsi ialah

pertemuan antara sel telur yang sudah matang dengan sperma sehingga

terjadinya kehamilan. Maksud dari kontrasepsi yaitu menghindari atau

mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel

telur dan sel sperma. Oleh sebab itu, berlandaskan maksud dan tujuan

kontrasepsi tersebut, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan

usia subur yang aktif melakukan hubungan seks dan keduanya memiliki

kesuburan normal akan tetapi tidak menghendaki kehamilan (Fatma. N, dan

Ary Oktora, 2021).

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

sedangkan konsepsi adalah; pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang

matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi

adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma (Fauziah, 2020).

2. Syarat-Syarat Kontrasepsi

a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.

b. Efek samping yang merugikan tidak ada.

c. Kerjanya dapat diatur menurut keinginan.

6
d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.

e. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama pemakaian.

f. Cara penggunaannya sederhana

g. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.

h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri (Matahari, dkk., 2018).

3. Cara Kerja Kontrasepsi

a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi

b. Melumpuhkan sel sperma

c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma (Fauziah, 2020).

4. Jenis-Jenis Kontrasepsi

a. Metode Sederhana Tanpa Alat

1) Jenis Metode (Kalender)

Jenis metode kalender ini menggunakan cara atau metode kontrasepsi

sederhana yang dilakukan pada pasangan suami istri dengan tidak

melakukan hubungan suami istri (seksual) pada masa subur atau ovulasi.

Untuk menentukan masa subur istri digunakan 3 metode, diantaranya : (1)

ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang akan datang, (2) sperma dapat

hidup dan mampu membuahi selama 48 jam setelah ejakulasi, dan (3) ovum

dapat hidup 24 jam setelah ovulasi. Olehnya itu, apabila konsepsi ingin

dicegah, koitus harus dihindari sekurang-kurangnya dalam waktu 3 hari,

yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam setelah ovulasi (Ningsih, 2021).

7
2) Jenis Metode Amenorea Laktasi (MAL)

MAL merupakan metode kontrasepsi yang mengandalkan pemberian

ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa ada pemberian

makanan tambahan ataupun minuman tambahan lainnya. MAL juga dapat

digunakan sebagai kontrasepsi apabila:

(1) Umur bayi kurang dari 6 bulan

(2) Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian > 8 kali sehari

(3) Belum haid (Ningsih, 2021).

3) Jenis Metode Suhu Basal

Pada metode ini ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang lebih

24 jam setelah ovulasi sehingga suhu basal akan naik lagi sampai lebih

tinggi dari pada suhu sebelum ovulasi. Olehnya itu suhu basal dicatat

dengan teliti setiap harinya. Suhu basal dapat diukur pada waktu pagi hari

segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas berikutnya

adapun contoh pencatatan suhu basal tubuh seorang wanita (Ningsih, 2021).

4) Jenis Metode Lendir Servik

Metode lendir serviks merupakan dasar pengenalan pada perubahan

lendir serviks yang dilakukan selama siklus menstruasinya menggambarkan

masa subur dalam siklus dengan waktu fertilitas maksimal dalam masa

subur. Perubahan lendir serviks selama siklus haid berasal dari pengaruh

hormone estrogen. Pola yang tidak subur mampu dideteksi baik pada fase

sebelum ovulasi maupun sebelum ovulasi siklus menstruasi. Saat kedua

ovarium berada dalam keadaan diam akan terlihat jumlah hormone estrogen

8
dan progesteron menurun, yang hasilnya ketiadaan sensasi atau lendir pada

vulva. Pada saat wanita biasanya merasakan sensasi pada vulva dan banyak

lendir sepanjang hari ketika ia melakukan aktivitas setiap hari, kemudian

catat hasil pengamatannya dan dapat dilakukan sebelum hari berakhir atau

selama pencatatan siklus yang pertama tidak boleh melakukan hubungan

seksual agar familiar terhadap sensasi dan adanya lendir serviks. Kemudian

seorang wanita juga harus belajar membedakan lendir serviks dengan

pelumas seksual yang normal,cairan semen, dan rabas vagina. Wanita

dilarang melakukan penyemprotan guna untuk membersihkan vagina karena

tindakan tersebut menghilangkan cairan pada vagina (Ningsih, 2021).

5) Coitus Interuptus / Senggama Terputus

Senggama terputus merupakan metode tradisional, dimana seorang pria

mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai

ejakulasi. Kemudian alat kelamin tersebut (penis) dikeluarkan selama

ejakulasi maka sperma tersebut tidak dapat masuk ke dalam vagina,

sehingga tidak terjadi kehamilan karena pertemuan antara sperma dan ovum

dapat dihindari (Ningsih, 2021: 180).

b. Metode Sederhana Dengan Alat

1) Metode Kondom

Kondom adalah metode kontrasepsi penahan yang merupakan

perlindungan ganda apabila akseptor ingin menggunakan kontrasepsi

modern dalam menghindari penularan Penyakit Menular Seksual dan juga

sebagai alat kontrasepsi (Fatma Nadia and Ary Oktora, 2021).

9
2) Metode Kontrasepsi Hormonal

KB hormonal yaitu metode alat kontrasepsi yang mengandung hormone

estrogen dan progesterone saja maupun kombinasi keduanya dan

diantaranya :

a) Pil kombinasi

Pil kombinasi ini yang termaksud efisien serta harus diminum setiap

hari, di tiap bulan pertama dan mampu memberikan dampak yang dirasakan

seperti mual dan terdapat darah bercak sedikit, namun tidak berbahaya

kemudian akan menghilang. Dampak yang serius pada pengguna pil

kombinasi ini sangat minim terjadi, dan dapat juga digunakan oleh semua

ibu usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak maupun yang belum

mempunyai anak, kemudian diminum setiap saat bila yakin tidak hamil,

akan tetapi tidak disarankan untuk ibu yang sedang menyusui sebab akan

mempengaruhi atau mengurangi produksi ASI (Fatma Nadia dan Ary

Oktora, 2021).

b) Suntik Kombinasi

Sangat efektif dan juga aman, kemudian dapat digunakan oleh semua

perempuan dalam usai reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat,

sehingga cocok untuk masa laktasi karena hal ini tidak mengganggu

produksi ASI.

Tiga Kriteria Suntikan KB :

(1) Depoprovera, mengandung progesterone sebanyak 150 mg dalam

bentuk partikel kecil. Suntikan ditiap 12 minggu. Keuntungannya yaitu

10
datang setiap 3 bulan. Kerugiannya berupa keterlambatan datang bulan

sekalipun telah menghentikan suntikan, sehingga membuat perdarahan

yang berkepanjangan diluar menstruasi, kemudian perdarahan yang tidak

beraturan, badan terasa panas dan liang senggama menjadi kering.

(2) Cyclofem,mengandung progesterone sebanyak 50 mg dan estrogen.

Disuntikan di tiap bulan. Kemudian diharapkan dapat menstruasi setiap

bulan karena komponen estrogennya. Kerugiannya, sering berakibat

suatu kegagalan menstruasi yang diharapkan. Setelah pemakaian

beberapa bulan efeknya serupa dengan depoprovera.

(3) Norigest, turunan dari testoteron. Disuntikan disetiap 8 minggu. Kerugian

yang sering terjadi hampir sama dengan depoprovera (Fatma Nadia dan

Ary Oktora, 2021).

c) Implant Atau Susuk

Implant adalah alat kontrasepsi yang efektif dan dapat memberi

perlindungan selama lima tahun untuk Nor plant, 3 tahun untuk Jadena,

Indo plant, atau Implanont, bahan tersebut terbuat dari semacam karet

lunak berisi hormone levonorgestrel, berjumlah 6 kapsul, panjangnya 3,4

cm diameter 2,4 cm, dan setiap kapsul berisi 36 mg hormone

Levonorgestrel, cara penyebaran zat kontrasepsi dalam tubuh, yaitu

progestin meresap melalui dinding kapsul secara berkesinambungan dalam

dosis rendah. Kandungan Levonorgestrel dalam darah yang cukup untuk

menghambat konsepsi dalam 24 jam setelah pemasangan. (Fatma Nadia dan

Ary Oktora, 2021: 252).

11
3) Metode Kontrasepsi Non Hormonal

Jenis kontrasepsi non hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang tidak

berhubungan dengan hormonal sehingga tidak memberikan efek hormonal

pada penggunanya. KB non hormonal terdiri atas alat kontrasepsi dalam

rahim dan Kontrasepsi Mantap yaitu Tubektomi dan Vasektomi.

a) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Sangat efektif dan berjangka panjang (Cu T380A sampai 10 tahun),

kemudian membuat haid sering lama dan banyak, pemasangan dan

pencabutan memerlukan pelatihan, dapat dipakai oleh semua perempuan usia

reproduksi, tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar IMS. Jenis

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim yang Sering Digunakan Adalah Cu T 380 A,

yang menghambat kemampuan sperma untuk dapat masuk ke tuba fallopi,

mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai cavum uteri, Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim bekerja terutama mencegah sperma dan ovum

bertemu, sehinggamempengaruhi kesuburan sebelum sel telur mencapai

rongga rahim.(Fatma Nadia and Ary Oktora, 2021: 248).

b) Metode Operasi Wanita (MOW)

Metode operasi wanita yaitu metode keluarga berencana dengan

menghentikan kehamilan dengan cara dilakukan metode operasi wanita atau

kontrasepsi mantap, sterilisasi ini makin diterima oleh masyarakat dengan

perkembangannya waktu dan makin tingginya pula pemahaman masyarakat

tentang metode (MOW dan MOP) olehnya itu masyarakat sebagian memilih

metode KB yang bersifat menetap. Bahkan makin lama umur dan jumlah

12
anak yang dimilikinya makin kecil dan pelayanan pun disadarkan antar

perminatan setelah menerima konseling tentang kontrasepsi mantap.

c) Metode Operasi Pria (MOP)

Metode operasi pria atau sering disebut Vasektomi merupakan kontrasepsi

yang dilakukan dengan cara memotong vas deferens sehingga saat ejakulasi

tidak terdapat spermatozoa dalam cairan sperma. Setelah menjalani vasektomi

tidak segera akan steril tetapi memerlukan waktu sekitar 12 kali ejakulasi,

baru sama sekali bebas dari spermatozoa oleh karena itu diperlukan

penggunaan kondom selama 12 kali sehingga bebas untuk melakukan

hubungan seks (Fatma Nadia and Ary Oktora, 2021: 248)

B. Tinjauan Khusus Tentang Konterasepsi Implan

1. Pengertian Implan

Implan merupakan batang plastik berukuran kecil yang lentur, seukuran

batang korek api, yang melepaskan progestin yang menyerupai hormon

progesteron alami di tubuh perempuan (Kemenkes, 2021).

Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel

yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri silikon dan

disusukkan dibawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit

sebanyak 2 kapsul masing-masing kapsul panjangnya 44 mm masing-masing

batangdiisi dengan70 mg levonorgetrel, dilepaskan kedalam darah secara

difusi melalui dinding kapsul levonorgetrel adalah suatu progestin yang

dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi (Priyanti,

2017).

13
2. Jenis Implant

a) Implan Dua Batang: terdiri dari 2 batang implan mengandung hormon

Levonorgestrel 75 mg/batang. Efektif hingga 4 tahun penggunaan (studi

terkini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki efektivitas tinggi hingga 5

tahun).

b) Implan Satu Batang (Implanon) : terdiri dari 1 batang implan mengandung

hormon Etonogestrel 68 mg, efektif hingga 3 tahun penggunaan (studi

terkini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki efektivitas tinggi hingga 5

tahun) (Kemenkes, 2021).

3. Mekanisme Kerja Implan

a. Mengentalkan lendir serviks.

b. Menghambat proses pembentukan endometrium.

c. Melemahkan transportasi sperma.

d. Menekan Ovulasi (Manuaba, 2016)

4. Efektivitas

Kurang dari 1 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama

penggunaan Implan. Risiko kecil kehamilan masih berlanjut setelah tahun

pertama pemakaian (Kemenkes, 2021).

5. Keuntungan

a. Klien tidak perlu melakukan apapun setelah implan terpasang

b. Mencegah kehamilan dengan sangat efektif Kurang dari 1 kehamilan per

100 perempuan yang menggunakan implan pada tahun pertama (1 per

1.000 perempuan).

14
c. Merupakan metode kontrasepsi jangka panjang untuk 3 hingga 5 tahun,

tergantung jenis implan.

d. Tidak mengganggu hubungan seksual

e. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

f. Kesuburan dapat kembali dengan segera setelah implan dilepas.

g. Mengurangi nyeri haid

h. Mengurangi jumlah darah haid sehingga dapat mencegah anemia

defisiensi besi (Kemenkes, 2021).

6. Efek Samping

Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa

pendarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah

darah haid, serta amenorea, timbulnya keluhan-keluhan seperti:

a. Nyeri kepala;

b. Peningkatann atau penurunan berat badan;

c. Nyeri payudara;

d. Perasaan mual;

e. Pening atau pusing kepala;

f. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervouness);

g. Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan;

h. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual

termasuk AIDS;

15
i. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai

dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan;

j. Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obatan tuberkolosis

(Rifampisin) atau obat epilepsi (Fenitoin dan Barbiturat);

k. Terjadi kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000

perempuan per tahun) (Priyanti, 2017).

7. Kriteria Kelayakan Medis

a. Yang Boleh Menggunakan Implan

1) Telah atau belum memiliki anak

2) Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia lebih

dari 40 tahun

3) Baru saja mengalami keguguran

4) Merokok, tanpa bergantung pada usia perempuan maupun jumlah rokok

yang dihisap

5) Sedang menyusui

6) Menderita anemia atau riwayat anemia

7) Menderita varises vena

8) Terkena HIV, sedang atau tidak dalam terapi antiretroviral

b. Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan

1) Penggumpalan darah akut pada vena dalam di kaki atau paru

2) Perdarahan vaginal yang tidak dapat dijelaskan sebelum evaluasi

terhadap kemungkinan kondisi serius yang mendasari

3) Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu, dan tidak

16
kambuh

4) Sirosis hati atau tumor hati berat

5) Systemic lupus erythematosus dengan antibodi antifosfolipid positif (atau

tidak diketahui), dan tidak dalam terapi imunosupresif.

Namun, pada kondisi khusus, saat metode yang lebih sesuai tidak

tersedia atau tidak dapat diterima oleh klien, penyedia layanan berkualifikasi

akan memutuskan bila klien dapat menggunakan implan pada kondisi

tersebut diatas. Penyedia layanan perlu mempertimbangkan seberapa berat

kondisi klien, dan pada kebanyakan kondisi apakah klien mempunyai akses

untuk tindak lanjut (Kemenkes, 2021).

8. Waktu Mulai Penggunaan Implan

a. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan

metode kontraseptif tambahan.

b. Insertif dapat dilakukan setiap saat, asal saja tidak diyakini tidak menjadi

kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan

melakukan hubungan seksual atau menggunakan hubungan kontrasepsi

lain untuk 7 hari saja.

c. Bila klien tidak haid, insersi bisa dilakukan setiap saat, asal saja tidak

diyakini kehamilan. Jangan melakukan hubungan seksual atau

menggunakan lain untuk 7 hari saja.

d. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi

dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu

memakai metode kontrasepsi lain.

17
e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah menjadi haid kembali, insersi

dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual

selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

f. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya

dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja klien tersebut

menyakini tidak hamil, untuk klien tersebut menyakini tidak hamil, untuk

klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.

g. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implant dapat

diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan

metode kontrasepsi lain.

h. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non-hormonal (kecuali

AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan implant, insersi implant dapat

dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu

menunggu sampai datang hamil berikutnya. Bila kontrasepsi sebelumnya

adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implant. Implant dapat

diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan

seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lainuntuk 7

hari saja. AKDR segera dicabut.

i. Pasca keguguran, implant dapat segera diinsersikan (Priyanti, 2017).

9. Prosedur Pemasangan

a) Pelaksanaan pelayanan untuk pemasangan maupun pencabutan implant,

ruangan sebaiknya jauh dari area yang sering digunakan atau ramai

dirumah sakit serta harus memilih pencahayaan yang cukup, terbebas dari

18
debu dan serangga, memiliki ventilasi yang baik selain itu juga perlu ada

fasilitas untuk mencuci tangan termasuk air bersih dan mengalir.

b) Peralatan untuk pemasangan harus tersedia lengkap disetiap klinik atau

fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah ataupun swasta. Yang

penting, semua peralatan dan bahan harus dalam kondisi baik (misalnya :

trokart dan skapel harus tajam). Pastikan semua alat dan bahan keadaan

steril atau DTT.

c) Kapsul implant-2 dikemas dalam wadah steril, tertutup baik dan tetap steril

selama tiga tahun sesuai dengan jaminan sterilitas dan masa aktif dari

prosedurnya, kemasannya tidak rusak dan disimpan ditempat yang sejuk dan

kering.

d) Peralatan yang diperlukan untuk setiap pemasangan adalah sebagai berikut :

1) Tempat tidur

2) sabun untuk mencuci tangan

3) 2 kapsul implant dalam satu kemasan steril

(sudah terdapat skapel dan trokart 1 set dengan pendorongnya)

4) kain penutup steril (bersih) yang kering.

5) 3 mangkok steril atau DTT untuk betadine, 1 tempat air dtt dan kasa

6) Sepasang sarung tangan steril/ DTT

8) Larutan antiseptic

9) Anestesi local (lidokain 5cc)

10) Tabung suntik dan jarum suntik (5ml)

11) Band aid ( Plester untuk luka ringan) atau kasa steril dengan plaster

19
(a) Persiapan Pemasangan

(1) Langkah 1

Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga bersih.

Periksa kembali tidak ada sisa sabun karna dapat menurunkan efektivitas

antiseptic tertentu.

(2) Langkah 2

Lapisi tempat penyangga llengan dengan kain bersih

(3) Langkah 3

Persilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah disiapkan,

ditempatkan diatas kain yang telah disiapkan, lengan atas membentuk

sudut 30˚ terhadp bahu dan sendi siku 90˚ untuk memudahkan petugas

melakukan pemasangan

(4) Langkah 4

Tentukan tempat pemasngan yang optimal 8cm diatas lipat siku . tandai

posisi lengan yang dengan berbentuk V

(5) Langkah 5

Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril tanpa

menyentuh peralatan yang ada didalamnya.

(b) Tindakan sebelum Pemasangan

(1) langkah 1

Cuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air mngalir, keringkan dengan air

bersih

20
(2) Langkah 2

pakai sarung tangan steril atau DTT

(3) langkah 3

Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptic (betadine) menggunakan

kasa. Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi kearah luar

dengan gerakan melingkar sekitar 8-13cm dan (biarkan kering sekitar 2

menit) sebelum memulai tindakan

(4) Langkah 4

Bila ada, gunakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk

menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memeparkan

tempat yang akan dipasang kapsul. Dapat juga untuk menutupi lengan

dibawah tempat pemasangan dengan kain steril

(5) langkah 5

Setelah memastikan (dari anamnesa ) tidak ada riwayat alergi terhadap obat

anastesi (lidocaine 1% tanpa epinefrine). Dosis ini sudah cukup untuk

menghilangkan rasa sakit selama memasang dua kapsul implant -2

(6) langkah 6

memasukkan jarum tepat dibawah kulit pada tempat insisi, kemudian

lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak tidak masuk kedalam

pembuluh darah. Suntikan sedikit (0,3cc) obat intrakutan, kemudian tanpa

memindahkan jarum, masukan kesubdermal. Hal ini akan membuat kulit

terangkat dari jaringan lunak dibawahnya dan dorong jarum menelusuri

bawah kulit hingga 4 cm kemudian tarik jarum sambil menyuntikkan

21
anastesi pada kedua jalur kapsul (masing-masing 1 ml) membentuk huruf

V.

c) Pemasangan Kapsul

Sebelum membuat insisi , pastikan efek anastesi telah berlangsung dan

sensasi nyeri hilang.

(1) Langkah 1

Ingat kedua tanda pada trokar. Trokar harus dipegang dengan ujung yang

tajam menghadap keatas. Ada 2 tanda pada trokar, tanda 1 dekt pangkal

menunjukkan batas trokar dimasukkan ke bawah kulit sebelum

memasukkan setiap kapsul. Tanda 2 dekat ujung menunjukan batas trokar

yang harus tetap dibawah kulit setelah memasang setiap kapsul.

(2) Langkah 2

Dengan trokar dimana posisi angka dan panah menghadap keatas

masukkan ujung trokar pada luka insisi pada posisi 45˚ (saat memasukkan

ujung trokar ) kemudian turunkan menjadi 30˚ saat memasuki lapisan

supdermal dan sejajar permukaan kulit saat mendorong hingga tanda (3-5

mm dari pangkal trokar);

(3) Langkah 3

Untuk meletakkan kapsul tepat dibawa kulit, angkat trokar keatas,

sehingga kulit terangkat. Maukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati

kerah tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat

diraba dari luar dengan jari. Trokar harus selalu terlihat mengakat kulit

selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila berada tepat dibawa

22
kulit. Jangan menyentuh trokar terutama bagian tabung yang masuk

kebawa kulit untuk mencegah terokar terkontaminasi pada waktu

memasukkan dan menarik keluar.

(4) Langkah 4

Saat trokar masuk sampai tanda (1), dorong trokar (posisi panah disebelah

atas ) setelah tanda (1) tercapai sambil meraba dan menahan bagian kapsul

untuk memastikan bahwa kapsul sudah keluar dari trokar dan sudah berada

dalam kulit.

(5) Langkah 5

Tarik trokar dengan mnggunakan ibu jari dan telunjuk kearah luka insisi

atau mendekati pangkal pendorong sampai tanda 2 muncul di luka insisi dan

pangkalnya menyentuh pendorong. Pangkal trokar tidak akan mencapai

pangkal pendorong karena akan tertahan di tengah karena terhalang oleh

ujung pendorong yang belum memperoleh akses kapsul kedua.

(6) Langkah 6

Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar kearah lateral

kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula. Untuk memastikan kapsul

pertama bebas, kapsul kedua ditempatkan setelah trokar dodorong kembali

mengikuti kaki V sebelahnya hingga tanda 1, kemudian dorong pendorong

sampai kapsul keluar dari trokar.

(7) Langkah 7

Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul telah

terpasang. Pastikan ujung dari kedua kapsul harus cukup jauh dari luka

23
insisi.

(8) Langkah 8

Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul sudah di pastikan

tepat keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari

menggunakan kasa selama 1 menit untuk menghentikan perdarahan.

Bersihkan tempat pemasangan dengan kasa steril.

10. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih Kontrasepsi

Implan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sinta Wurdiana (2014) menunjukkan bahwa

faktor pengetahuan, pendidikan, ekonomi, sarana dan prasarana memberikan

pengaruh seseorang dalam pemilihan alat kontrasepsi implant.

a. Faktor Pengetahuan

Dalam memutuskan perilaku kesehatan tentang pemilihan alat

kontrasepsi implant dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan. Berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan pengetahuan mempunyai pengaruh yang besar

terhadap seseorang untuk memilih kontrasepsi implant yaitu sebanyak 17

orang (85%). Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

merupakan dominan yang sangat tinggi untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Hal ini dapat menunjukan bahwa dengan pengetahuan yang baik,

cukup, kurang, diharapkan sudah mampu mencari, menerima dan menyerap

informasi yang di dapatkan. Pengetahuan yang dimiliki akseptor akan

mendasari dalam pengambilan keputusan untuk memilih alat kontrasepsi.

24
Semakin baik tingkat pengetahuan seseorang tentang implant maka

keinginan untuk menjadi akseptor juga semakin besar. Akan tetapi jika

pengetahuan seseorang itu kurang tentang implant maka keinginan untuk

menjadi akseptor juga semakin berkurang. Dengan demikian faktor

pengetahuan memberi pengaruh yang kuat terhadap responden untuk

memilih alat kontrasepsi implant.

b. Faktor Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan pendidikan berpengaruh dalam pemlihan

alat kontrasepsi implant yaitu sebanyak 13 orang (65%). Dalam

memutuskan perilaku kesehatan tentang pemilihan alat kontrasepsi implant

dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pengetahuan salah satunya

dipengaruhi pendidikan dimana semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang semakin mudah menerima informasi, pada akhirnya makin

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Seseorang yang menempuh

pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi, mereka lebih banyak

memperoleh ilmu dan wawasan mereka lebih luas, sehingga informasi yang

mereka dapatkan lebih banyak dibandingkan dengan seseorang yang

pendidikan lebih rendah.

c. Faktor Ekonomi

Menurut data Badan Pusat Statistik, pendapatan domestik bruto per kapita

Indonesia seajk tahun 2000-2013 mengalami peningkatan pesat pada setiap

tahunnya. Dengan meningkatnya pendapatan domestik bruto per kapita

berarti tingkat kesejahteraan masyarakat indonesia turut meningkat. Pada

25
zaman sekarang banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghasilkan uang

dengan mudah, dan juga semakin murahnya biaya untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Menurut pendapat peneliti, dengan penghasilan ibu

yang cukup tinggi sehingga memungkinkan akseptor memilih implant

karena cukup ekonminya. Sebaliknya ibu yang dengan pendapatannya

kurang akan memilih alat kontrasepsi lain sesuai dengan ekonomi ibu

tersebut. Dengan demikian faktor ekonomi memberi pengaruh yang kuat

terhadap responden untuk memilih alat kontrasepsi implant.

d. Faktor Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa faktor sarana dan prasarana

juga memberikan pengaruh kepada akseptor untuk memilih alat kontrasepsi

implant sebanyak 20 orang (100%). Sumber daya yang meliputi fasilitas,

sarana prasarana, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. Semua itu

berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat.

Penelitian yang dilakukan Yulia Pramita Rusady, Berdasarkan uji

statistik Chi-Square didapatkan nilai 𝛼 = 0,05, dk = 1, X2 hitung = 4,84 >

X2 tabel = 3,841, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima, yang berarti terdapat pengaruh konseling terhadap persepsi tentang

kontrasepsi implant di Puskesmas Pembantu Kelurahan Lawangan Daya

Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. Maka di perlukan upaya dari

petugas kesehatan untuk meningkatkan intensitas konseling/temu wicara.

1. Konseling

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan

26
Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan

melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan

memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan

pilihannya. Disamping itu dapat membuat klien merasa lebih puas.

Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan

kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Dengan

adanya konseling mengenai keluarga berencana, diharapkan mampu

memberikan pengetahuan tentang kelebihan dan kekurangan alat

kontrasepsi implant sehingga Wanita Usia Subur (WUS) dapat mengetahui

secara jelas tentang alat kontrasepsi implant. Seperti diketahui bahwa

terdapat beberapa dampak tidak diberikannya pelayanan KIE pada akseptor

KB, dimana salah satunya adalah klien kesulitan memperoleh informasi

yang benar dari konselor, sehingga memungkinkan untuk terjadinya salah

penilaian (persepsi) terhadap pesan yang disampaikan dengan yang

diterima. Oleh karena itu, dibutuhkan konseling yang lebih efektif dengan

menjelaskan tentang kontrasepsi implant mengenai efektifitas, keuntungan,

kerugian, cara penggunaan serta cara pemasangan agar WUS tidak

memiliki persepsi yang salah lagi tentang kontrasepsi implant sehingga

mereka mau menggunakan kontrasepsi implant.

2. Presepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan makna kepada stimulus.

27
Persepsi adalah tanggapan seseorang tentang suatu objek yang sangat

menentukan perilakunya terhadap objek yang dilihatnya. Persepsi

seseorang terhadap rangsangan atau stimulus yang diterimanya akan

berbeda satu sama lain.

28
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN

PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

PADA NY’’N’’ DI PUSKESMAS PEMBANTU GUNUNG JATI

KOTA KENDARI

No. Register : 00 06 90

Tgl & jam masuk :01-04-2023 Jam 16.00 Wita

Tgl & jam pengkajian : 01-04-2023 Jam 16.15 Wita

Nama pengkaji : Hanisa

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. IDENTITAS ISTRI /SUAMI

Nama : Ny. ’’N ’’ / Tn ’’D’’

Umur : 23 Tahun / 25 Tahun

Suku : Muna / Muna

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : kel. Gunung Jati

Lama Menikah : ± 1 Tahun

No. Tlp : 0822 4742 56 96

29
B. DATA SUBJEKTIF

1. Alasan datang

Seorang perempuan berusia 23 tahun datang ke Puskesmas Pembantu

Gunung jati, ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi jangka

panjang (implant), dan ibu mengatakan pengetahuan mengenai kelebihan

dan kekurangan alat kontrasepsi implant masih kurang.

2. Riwayat Obstetri

Riwayat Haid

a) Menarche :14 tahun

b) Siklus : 28-30 hari

c) Lamanya : 6-7 Hari

d) Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut

e) Dismenorhoe : Tidak ada

3. Riwayat Ginekologi

Ibu mengatakan tidak ada riwayat infertilitas, tidak ada massa benjolan,tidak

ada tumor, dan tidak ada riwayat operasi.

4. Riwayat KB

Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB

5. Riwayat Penyakit lainnya

Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menular seperti TBC dan

penyakit kulit lainnya. Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit

keturunan seperti hipertensi, jantung dan diabetes mellitus.

30
6. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar

a. Pola Nutrisi

Kebiasaan

1) Makan : 3x/hari

2) Pantang makan : Tidak ada

3) Minum : 5-6 gelas/hari

b. Pola Eliminasi

1) BAK

Kebiasaan

a) Frekuensi : 4-5x/ hari

b) Warna : Kekuningan

c) Bau : Khas Amoniak

d) Masalah : Tidak ada

2) BAB

Kebiasaan

a) Frekuensi : 1-2x/hari

b) Konsistensi : Lunak

c) Masalah : Tidak ada

c. Pola Tidur/Istirahat

Kebiasaan

1) Malam : ± 8 jam (21.00-05.00 Wita)

2) Siang : ± 2 jam (14.00-16.00 Wita)

31
d. Personal Hygiene

1) Mandi 2x sehari menggunakan sabun mandi

2) Menggosok gigi 2x sehari menggunakan pasta gigi

3) Keramas 3x seminggu menggunakan shampoo

4) Genitalia dibersihkan setiap BAK/BAB dan setelah mandi

5) Baju dan pakaian dalam diganti 2x sehari tiap kali kotir atau lembab

6) Kuku kaki dan kuku tangan panjang hanya di potong ketika ingat

C. Data social

Suami dan keluarga mendukung ibu untuk menjadi akseptor KB implan

D. DATA OBJEKTIF

a) Pemeriksaan Umum

1. Keadaan umum ibu baik

2. Berat badan : 58 kg

3. Tinggi Badan : 160 cm

4. Tanda-tanda Vital

TD : 110/80 mmHg

N : 82x/menit

S : 36,70C

P : 20x/menit

b) Pemeriksaan Head To Toe

a. Kepala

Rambut panjang, lurus berwarna hitam, tidak rontok, dan tidak ada

benjolan

32
b. Wajah

Ekspresi wajah tampak tenang

c. Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, skelera tidak ikterus,

penglihatan normal

d. Hidung

Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret dan polip

e. Mulut

Bibir tampak lembab, tidak ada sariawan, caries dan gigi tanggal

f. Telinga

Simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret dan pendengaran baik

g. Leher

Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada pelebaran vena jugularis,

dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe

h. Payudara

Tidak dilakukan pemeriksaan karna ibu tidak bersedia

i. Abdomen

Tidak ada bekas operasi dan tidak ada pembesaran abdomen yang abnormal

j. Genetalia Luar

Tidak dilakukan pemeriksaan dengan alasan pasien tidak bersedia

k. Ekstremitas

Ekstremitas atas : Tangan simetris kiri dan kanan, kuku bersih dan

tidak pucat

33
Ekstremitas bawah : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises,refleks

patella (+)/(+)

l. Kulit

Warna kulit sawo matang dan turgor kulit baik

34
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA

BERENCANA PADA NY’’N’’ DI PUSKESMAS

PEMBANTU GUNUNG JATI

KOTA KENDARI

No. Register : 00 06 90

Tgl & jam masuk : 01-04-2023 Jam 16.00 Wita

Tgl & jam pengkajian : 01-04-2023 Jam 16.15 Wita

Nama pengkaji : HANISA

IDENTITAS ISTRI / SUAMI

Nama : Ny. ’’N’’ / Tn ’’D’’

Umur : 23 Tahun / 25 Tahun

Suku : Muna / Muna

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : Kel. Gunung Jati

Lama Menikah : ± 1 Tahun

No. Hp : 0822 4742 56 96

SUBJEKTIF (S)

Seorang perempuan berusia 23 tahun datang ke Puskesmas Pembantu

Gunung jati, ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi jangka

35
panjang (implant), dan ibu mengatakan pengetahuan mengenai kelebihan

dan kekurangan alat kontrasepsi implant masih kurang.

OBJEKTIF (O)

Keadan umum baik, tanda tanda vital dalam batas normal (TD:110/80

mmHg, N:82x/menit, S:36,70C, P:20 x/menit), BB: 58 kg, TB: 160 cm. Pada

pemeriksaan fisik tidak terdapat kelainan.

ASSESMENT (A)

Akseptor Baru KB Implan

PLANNING (P)

Tanggal : 01-04-2023 Jam : 16.25 Wita

1. Memberikan penjelasan pada ibu tentang KB implan serta keuntungan dan

efek sampingnya

2. Mengobservasi tanda-tanda vital

3. Menjelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan

4. Mempersiapkan alat dan mencuci tangan

5. Melakukan pemasangan KB implan dilengan kiri ibu bagian dalam

6. Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat yang berat atau kerja berat

7. Memberikan obat antibiotik dan anti nyeri (Asam Mefenamat dan

Amoxicilin)

8. Menganjurkan pada ibu datang kembali sesuai tanggal yang telah ditentukan

yaitu tanggal 1-04-2026 dan jika ada keluhan

9. Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bida

36
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengkajian Asuhan Kebidanan pada akseptor kontrasepsi implan yang

telah dilakukan pada tanggal 01 April 2023 dengan terlebih dahulu

dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua

sumber yang berkaitan langkah pertama dikumpulkan semua informasi

(data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien kemudian melakukan pemeriksaan yang digunakan sebagai

data objektif, melakukan interpretasi data untuk mengetahui kebutuhan yang

perlu dipersiapkan berupa konseling lalu membuat diagnosa dan asuhan

penatalaksanaan berdasarkan kasus yang didapat yang keseluruhannya di

buatkan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana dalam

bentuk SOAP

B. Saran

1. Pasien

Diharapkan tidak mengangkat yang berat atau mengurang beban kerja

yang terlalu berat

2. Bagi Petugas Kesehatan (Khususnya Bidan)

Diharapkan petugas kesehatan dapat menerapkan asuhan kebidanan pada

akseptor KB dengan meningkatkan pengetahuan dan informasi mengenai

masalah keluarga berencana (KB)

37
3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah referensi bagi institusi pendidikan

khususnya metode kotrasepsi implan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N., Andriani, D. and Hotna, S. (2020) ‘Hubungan Penggunaan

Kontrasepsi Kb Suntik Dengan Perubahan Siklus Menstruasi Di Desa

Berandang Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara’, Jurnal

Ners Nurul Hasanah, 8(2), pp. 26–33.

BKKBN. (2021). Laporan Akseptor Keluarga Berencana Nasional Tahun.


2019. BKKBN.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2018. Profil
Keluarga Indonesia Tahun 2017. Jakarta: BKKBN.
Fauziah. 2020. Buku Ajar Praktik Asuhan Pelayanan Keluarga Berencana
(KB). Puwokerto : CV Pena Persada

Fatma Nadia and Ary Oktora (2021) Kesehatan Reproduksi & Keluarga
Berencana (KB). ke 1. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Kementerian Kesehatan RI. 2021. Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan

Keluarga Berencana. Jakarta : Kemenkes RI

Matahari Ratu, dkk. 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.
Yogyakarta : Pustaka Ilmu

Manuaba. (2016). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk


Pendidikan Bidan. EGC.
Ningsih, S.W. (2021) ‘Asuhan Kebidanan Pada Ny. “E” Masa Kehamilan

Trimester III, Persalinan, Nifas, Neonatus dan KB Pasca Salin Di PMB

Endah Wyndiarti, S.ST Kabupaten Madiun’, 174–175.

Priyanti Sari dan Syalfina Agustin Dwi. 2017. Buku Ajar Kesehatan

Reproduksi dan Keluarga Berencana. Surakarta : CV. Kekata Group

Rahayu. (2016). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta:

PUSDIK SDM Kesehatan Kemenkes.

Rusady, 2021” Pengaruh Konseling Terhadap Persepsi Tentang Kontrasepsi

Implan Di Pustu Lawangan Daya Pademawu Pamekasan’’ Jurnal Ilmu

39
Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.2 (2021) 432-440.

Rhomadona Shinta Wurdiana. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wus

Dalam Memilih Kontrasepsi Akdk Di Bps Mien Hendro, Sidoarjo.

STIKES William Booth Surabaya.

40

Anda mungkin juga menyukai