Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IMPLAN


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU KAJANG

Disusun Oleh:
Ema Suliyusti Pratiwi
NIM. P07224422210

Dosen Pengampu :
Faridah Hariyani, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IMPLANT


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU KAJANG

Disetujui di Paser, Juli 2023

Mahasiswa

Ema Suliyusti Pratiwi


NIM. P07224422210

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Institusi Preceptor lahan

Faridah Hariyani, M.Keb Salasiah, A.Md.keb


NIP. 19800324 200312 2 012 NIP. 19720824 199102 2 001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan

rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Implant. Asuhan Kebidanan

ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang

telah membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Laporan

Asuhan Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan

kritik dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.

Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Paser, Juli 2023

Ema Suliyusti Pratiwi

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Konsep Teori Keluarga Berencana..........................................................4
B. Konsep Teori KB Implant.......................................................................10
C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan....................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode kontrasepsi dapat meningkatkan kualitas program

Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga

Kencana), yang bertujuan untuk mengarahkan agar keluarga mempunyai

rencana berkeluarga, punya anak, pendidikan dan sebagainya sehingga

akan terbentuk keluarga-keluarga berkualitas (National Population and

Family Planning Board (BKKBN), Statistics (BPS) & (Kemenkes), 2018).

Keluarga Berencana (KB) memungkinkan pasangan usia subur

untuk mengantisipasi kelahiran, mencapai jumlah anak yang mereka

inginkan, dan mengatur jarak dan waktu kelahiran mereka. Hal ini dapat

dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi dan tindakan infertilitas.

Indonesia merupakan sebuah Negara berkembang dengan jumlah

penduduk sebanyak 262.000.000 jiwa. Masalah yang terdapat di Indonesia

adalah laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi yaitu 1,48%.

Menekan jumlah penduduk dengan meggalakkan program Keluarga

Berencana. Penurunan pemakaian alat kontrasepsi di Indonesia di

sebabkan oleh meningkatnya unmet need KB. Unmet need KB adalah

wanita yang membutuhkan KB tetapi tidak terpenuhi. Pasangan Usia

Subur (PUS) bukan peserta KB yang ingin menunda memiliki anak selama

2 tahun atau lebih dan tidak ingin memiliki anak lagi merupakan sasaran

pelayanan KB yang belum terlayani, atau disebut unmet need KB. World

1
Health Organization (WHO) mendefinisikan Unmet need adalah wanita

yang memiliki usia produktif dan aktif secara seksual dan tidak ingin

memiliki anak lagi ataupun ingin menunda anak yang berikutnya tetapi

tidak menggunakan metode kontrasepsi.

Data profil kesehatan Indonesia tahun 2016, cakupan KB aktif

secara nasional sebesar 74,87%. Cakupan peserta KB baru dan KB aktif di

Indonesia pada tahun 2016 dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)

sebanyak 48.536.690. Peserta KB baru sebesar 6.663.156 (13,73%)

meliputi suntik sebanyak 3.433.666 (51,53%) pil KB sebanyak 1.544.079

(23,17 %) kondom sebanyak 318.625 (4,78%) implant sebanyak 757.928

(11,37%), IUD (Intra Uterine Device) 481.564 (7,23%) Metode Operasi

Wanita (MOW) sebanyak 115.531 (1,73%) Metode Oprasi Pria (MOP)

sebanyak 11.765 (0,18%). Data ini menunjukkan rendahnya akseptor KB

metode jangka panjang yaitu IUD dan implant (Laurensia, L., &

Mustikawati, I. S. 2020).

Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) merupakan jenis

kontrasepsi modern yang paling efektif dari segi biaya dan untuk

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan selama 3-10 tahun, salah satu

metode MKJP adalah KB implant. Pada tahun 2019 cakupan akseptor

MKJP sebanyak 23,1%, dan jumlah pengguna implant sebanyak 4,7%.

Banyak akseptor yang kurang meminati implant karena takut dengan cara

pemasangannya. Oleh karen aitu bidan sebagai pemberi pelayanan

dituntut untuk dapat memberikan pelayanan asuhan Kebidanan yang

2
maksimal dan terbarukan agar dapat menurunkan tingkat kecemasan dan

nyeri pada akseptor KB implant.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktek klinik, diharapkan mahasiswa dapat

melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Implant.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan konsep dasar teori metode KB implant.

b. Mendeskripsikan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada

akseptor KB implant.

c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB implant dengan

pendekatan Varney, yang terdiri dari :

1) Melakukan pengkajian

2) Menginterpretasikan data dasar

3) Mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial

4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera

5) Mengembangkan rencana intervensi

6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi

7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan

8) Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan akseptor

KB implant dalam bentuk catatan SOAP

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Keluarga Berencana

1. Pengertian

KB adalah suatu upaya untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran

dalam mewujudkan kesehatan ibu dan anak serat kesejahteraan keluarga.

KB merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat

melalui pendewasaan, usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk

mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera (Mumthi’ah Al

Kautzar.2021)

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) dalam Zahro, D. A.

(2023), KB adalah suatu usaha pasangan suami-istri untuk mengatur

jumlah dan jarak anak yangdiinginkan. Usaha yang dimaksud adalah

kontrasepsi atau pencegahankehamilan dan perencanaan keluarga, prinsip

dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai

dan membuahi sel telur wanita. Selain itu, KB juga merupakan salah satu

pelayanan kesehatan preventif yangpaling dasar dan utama bagi wanita.

KB merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat

kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Keluarga kecil, bahagia dan sejahtera adalah yang dibentuk berdasarkan

atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual,

4
material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki

hubungan serasi, selaras,seimbang antar anggota dan antar keluarga

dengan masyarakat serta lingkungan.

2. Tujuan

Tujuan umum program KB nasional adalah memenuhi permintaan

masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Keduanya

menyatakan bahwa pelayanan keluaraga berencana yang berkualitas,

berguna dalam menurunkan (AKI) dan (AKB) serta penanggulangan

masalah kesehatan reproduksi untuk membentukkeluarga kecil

berkualitas. Tujuan khusus KB adalah meningkatkan penggunaan alat

kontrasepsi dan kesehatan KB dengan cara pengaturan jarak kelahiran

(Rokayah, Y., Inayanti, E., & Rusyanti, S. 2021).

3. Jenis-Jenis KB

Jenis KB yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi

(Rokayah, Y., Inayanti, E., & Rusyanti, S. 2021).:

a. Metode sangat sederhanan seperti Kondom, Spermisida (aerosol,

tabletvagina /dissolvable) , krim), pil dan MAL

b. Metode sederhana seprti cervical cap, suntik,

c. Metode Efektif terpilih seperti implant, intra uterine device (IUD)

d. Metode sangat efeksif permanen/ sterilisasi/ kontasepsi mantap

seperti

e. metode operasi pria (MOP) dan metode operasi wanita (MOW)

4. Langkah-Langkah Dalam Konseling

Memberikan konseling, khususnya bagi calon peserta KB yang baru

5
hendaknya menerapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata

kunci “SATU TUJU” (Salam, Tanyakan, Uraikan, Bantu, Jelaskan,

Ulangan). Menurut Sulistyawati (2011) dalam Betan, M. O., & Kapitan,

M. (2022)., uraian mengenai “SATU TUJU” dapat dilihat pada

penjelasan berikut:

a. SA yaitu salam. Sambut kedatangan dan berikan perhatian

Sambutlah kedatangan klien tunjukan bahwa anda memperhatikan

dan mau menyediakan waktu, bersikap ramah dan sopan,

perkenalkan diri anda, berikan jaminan bahwa anda akan menjaga

kerahasian percakapandengan klien sehingga klien bebas bertanya

dan mengemukakan pendapat, cari tempat sedapat mungkin agar

tidak ada orang lain yang bisa ikut mendengarkan percakapan anda

dengan klien, tawarkan pada klien apa yang bisa anda bantu

untuknya.

b. T yaitu tanyakan apa masalah dan apa yang diinginkan

Jika klien merupakan calon peserta yang baru anda kenal, tanyakan

keterangan dirinya seperti identitas, berapa kali mengalami

kehamilan, berapa kali melahirkan, jumlah anak yang hidup, cara

atau alat KB yang dipakai sekarang atau pernah dipakai, riwayat

kesehatan (pernah sakit apa dan penyakit yang pernah diderita).

Informasikan bahwa semua keterangan ini diperlukan untuk dapat

menolongnya memilih cara atau alat KB yang cocok dengan

keadaan dan kebutuhannya.

6
c. U yaitu uraikan mengenai alat-alat KB yang ingin diketahui

Tanyakan kepada klien apa yang sudah diketahuinya tentang alat-

alat atau cara KB, jelaskan cara atau alat KB mana yang tersedia

dan dimana klien bisa mendapatkanya, secara singkat uraikan

tentang KB sebagai berikut cara kerja, keuntungan dan kelebihan,

kemungkinan efek samping, tingkat keberhasilan, indikasi dan

kontra indikasi.

d. TU yaitu bantu mencocokkan alat KB dengan keadaan dan

kebutuhan

 Tanyakan, apakah klien sudah punya pilihan cara KB yang akan

dipakainya. Dari jawabannya, perhatikan seberapa yakin klien

dengan pilihannya. Klien sudah punya pilihan tetapi tidak tahu

alasannya memilih cara itu atau mungkin juga dia sudah tahu

alasannya memilih cara itu. Namun mungkin klien belum tahu,

belum bisa memilih dan justru ingin ditolong supaya bisa

memilih dengan baik.

 Untuk dapat menolong memilih cara KB yang tepat, tanyakan

tentang rencana (berapa jumlah anak yang diinginkannya,

berapa lama jarak antara kelahiran anak-anaknya) dan keadaan

keluarganya (penghasilan, kegiatan atau kesibukan mereka

suami istri).

 Jika belum punya rencana untuk masa depan, mulailah

7
pembicaraan dengan keadaannya sekarang. Tanyakan,

bagaimana keadaan keluarganya saat ini.

 Usahakan agar klien mau mengatakan terus terang mengenai

kecemasan dan keraguan atau ketakutan yang mungkin ada, baik

mengenai KB secara umum maupun tentang pemakaian alat KB.

Bicarakan juga sumber-sumber informasi yang didengarnya

mengenai hal itu dan bagaimana pengaruh terhadap dirinya.

 Beri kesempatan klien untuk bertanya dan tanyakan jika ada

sesuatu yang masih kurang jelas atau ingin diketahui lebih

lanjut. Ulangi penjelasan-penjelsan yang penting jika

diperlukan.

 Beberapa cara KB mungkin tidak cukup aman dan nyaman

untuk beberapa orang. Apabila anda merasa bahwa klien

mungkin tidak cocok memakai implan karena menderita tekanan

darah tinggi, berikan penjelasan, lalu tolonglah dengan

membicarakan bersama agar dapat dipilih cara KB lain yang

lebih aman dan cocok.

e. J yaitu jelaskan alat KB apa yang akan digunakan

Setelah memiliki pilihan cara KB tertentu, jelaskan hal sebagai

berikut:

 Contoh dari cara KB yang diinginkan, gunakan alat peraga.

 Tempat pelayanan dan biayanya (puskesmas, bidan dan dokter

praktik swasta, apotek rujukan, dan lain-lain).

8
 Beberapa cara KB tertentu, seperti kontrasepsi mantap (kontap),

implan, IUD diperlukan tanda tangan suami istri pada lembar

informed consent. Jelaskan tentang isi lembar yang harus

ditanda tangani itu dan alasan-alasannya baik dari segi

kepentingan dirinya maupun untuk petugas yang melayani

 Jelaskan cara-cara pemakaian alat/ obat KB yang dipilih.

 Minta klien mengulangi petunjuk yang harus diingatnya.

Dengarkanbaik-baik untuk memastikan apakah dia sudah

memahaminya denganbenar.

 Jelaskan mengenai kemungkinan efek samping dari kontrasepsi

yang digunakan dan tanda atau gejala yang perlu diperhatikan,

serta apa yang harus dilakukan jika gejala-gejala itu muncul.

 Minta klien mengulanginyaberikan bahan-bahan KIE cetak

seperti leaflet,booklet,atau selebaran yang berisi informasi

mengenai alat kontrasepsi yang diinginkannya untuk dibawa

pulang.

 Beritahukan kapan klien harus kembali untuk kunjungan ulang,

beritahukanuntuk segerakembali menemui anda jika

menginginkannya atau jika mengalami gangguan efek samping.

f. U yaitu ulangan, sambutlah dengan baik apabila klien perlu

konseling ulang.

 Pada kunjungan ulang, lakukan hal-hal berikut tanyakan apakah

klien masih menggunakan cara KB ketika bertemu anda yang

9
terakhir kali, kalau “ya” tanyakan apakah klien menyukainya,

tanyakan apakah klien mengalami efek samping, jika klien

memang mengalami keluhan efek samping, jelaskan

kemungkinan penyebabnya dan sarankan hal yang dapat

dilakukan untuk mengatasi masalahnya. Tanyakan, apakah klien

masih ingin bertanya dan menjelaskan keluhannya atau

keinginannya.

B. Konsep Teori KB Implant

1. Definisi

Implan adalah alat kontrasepsi yang dipasang dibawah lapisan

kulit (subkutin) pada lengan atas bagian samping dalam. Kontrasepsi

yang populer dengan nama susuk KB ini berisi progestin yang memiliki

efektivitas yang cukup tinggi 99% - 99,8% dengan angka kegagalan

kurang dari 1% kegagalan dalam setiap 100 wanita/ tahun untuk 5 tahun

pertama. Implan adalah alat kontrasepsi yang berbentuk batang dengan

panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat hormon progesteron,

implan ini kemudian dimasukkan di dalam kulit bagian lengan atas

(Purwoastuti dan Mulyani, 2015:203) dalam (Nurullah, F. A. 2021).

Metode ini dikembangkan oleh The Population Council yaitu

suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk

mengembangkan teknologi kontrasepsi, implan merupakan metode

kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dapat mencegah

10
terjadinya kehamilan antara tiga tahun hingga lima tahun (Affandi,

2012: MK-55). Kontrasepsi implan sangat efektif, bekerja lama dan

cocok untuk hampir semua wanita untuk menunda atau membatasi

kehamilan (Jacobstein dan Stanley, 2013) dan implan memberikan

perlindungan yang sangat efektif 3-5 tahun (Nurullah, F. A. 2021).

2. Jenis Implant

Menurut Affandi dkk (2012) dalam Nurullah, F. A. (2021)., jenis-

jenis alat kontrasepsi hormonal implan dibagi atas tiga antara lain:

a. Norplan

Norplan terdiri dari 6 kapsul yang secara total mengandung 216 mg

levonorgestrel, panjang kapsul adalah 34 mm dengan diameter 2,4

mm. Kapsul terbuat dari bahan silastik medik yang fleksibel

dimana kedua ujungnya terdapat penyumbat sintetik yang tidak

menganggu kesehatan klien, enam kapsul yang dipasang menurut

konfigurasi kipas di lapisan subdermal lengan atas.

b. Implanom

Terdiri dari satu batang putih yang lentur memiliki panjang kira-

kira 40 mm dan diameter 20 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-

ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

c. Jadena / Norplan II

Jadena terdiri dari 2 batang yang berisi levonorgestrel dan memilki

daya kerja 3 tahun (Yuhedi dan Kurniawati, 2015). Alat tersebut

telah dikembangkan sejak 20 tahun yang lalu dan setelah

11
diproduksi dan penggunaannya disetujui oleh badan pengawasan

obat internasional, implan ini banyak digunakan dibanyak negara,

cara kerja jadena ini adalah sama dengan norplan yaitu dengan

melepaskan secara perlahan kandungan hormon levonorgestrel.

3. Cara Kerja

Rokayah, Y., Inayanti, E., & Rusyanti, S. (2021) menerangkan

tentang cara kerja implan menurut Saifuddin (2010), adalah menekan

ovulasi, menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui

sperma, mengurangi transportasi sprema. Menurut Affandi (2012),

mekanisme kerja implan yaitu implan mencegah terjadinya kehamilan

melalui berbagai cara sama halnya dengan mekanisme kerja kontrasepsi

yang mengandung progestin pada umumnya, mekanisme utamanya

adalah menebalkan lendir serviks sehingga tidak bisa dilewati oleh

sperma, perubahan terjadi setelah pemasangan implan progestin

menekan pengeluaran FSH dan LH dari hipotalamus dan hipofisis,

levonogestrel yang terkandung pada kapsul implan menekan lonjakan

LH agar tidak terjadi ovulasi, penggunaan progestin dalam jangka

panjang dapat menyebabkan hipotropisme pada endometrium sehingga

dapat menganggu proses implantasi.

4. Efektivitas

Menurut The NSW Ministry of Health (2013), implan adalah

metode yang sangat efektif untuk mencegah kehamilan lebih dari 99,9%

12
efektif. Menekan ovulasi, menganggu proses pembentukan

endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi

sperma, lendir serviks menjadi kental (Rokayah, Y., Inayanti, E., &

Rusyanti, S. 2021).

5. Keuntungan

Saifuddin (2010) dalam Rokayah, Y., Inayanti, E., & Rusyanti, S.

(2021), menyatakan bahwa keuntungan implan dibagi atas dua yaitu

keuntungan sebagai kontrasepsi dan nonkontrasepsi. Adapun

keuntungan implan sebagai kontrasepsi menurut Yuhedi dan

Kurniawati (2013: 105), yaitu daya guna tinggi, perlindungan jangka

panjang (sampai 5 tahun), pengembalian tingkat kesuburan yang cepat

setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari

pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan senggama, tidak

mengganggu ASI, klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan,

dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Keuntungan

nonkontrasepsi yaitu mengurangi rasa nyeri dan jumlah darah haid serta

menurunkan angka kejadian endometriosis (Rokayah, Y., Inayanti, E.,

& Rusyanti, S. 2021)

6. Kerugian

Kerugian implan yaitu tidak memberikan efek protektif terhadap

penyakit menular seksual, termasuk AIDS, membutuhkan tindak

pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, akseptor tidak dapat

menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai keinginan akan

13
tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan, memiliki semua resiko

sebagai layaknya setiap tindak bedah minor (infeksi, hematoma dan

perdarahan), pada kebanyakan klien dapat menyebabkan terjadinya

perubahan pola haid. Keluhan-keluhan yang mungkin berhubungan

dengan pemakaian susuk norplan seperti peningkatan/penurunan berat

badan, dermatitis atau jerawat (Saifuddin, 2010) dalam (Rokayah, Y.,

Inayanti, E., & Rusyanti, S. 2021).

7. Indikasi

Indikasi implan menurut Yuhedi dan Kurniawati (2013), adalah

wanita usia reproduksi, wanita nulipara atau yang sudah mempunyai

anak atau yang belum mempunyai anak, wanita yang menghendaki

kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas yang tinggi,

wanita yang setelah keguguran dan setelah melahirkan, yang menyusui

atau tidak menyusui, wanita yang tidak menginginkan anak lagi tapi

menolak untuk sterilisasi, wanita yang tekanan darahnya kurang dari

180/110 mmHg, wanita yang sering lupa meminum pil kontrasepsi

(Rokayah, Y., Inayanti, E., & Rusyanti, S. 2021).

8. Kontra indikasi

Kontra indikasi, yaitu hamil atau diduga hamil, perdarahan

pervaginam yang belum jelas penyebabnya, kanker payudara atau

riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima perubahan pola haid

yang terjadi, menderita mioma uterus, penyakit jantung, hipertensi,

diabetes militus, penyakit tromboemboli, gangguan toleransi glukosa

14
(Rokayah, Y., Inayanti, E., & Rusyanti, S. 2021).

9. Waktu Memulai Menggunakan Implant

a. Setiap saat selama siklus haid hari ke- 2 sampai hari ke- 7 tidak

diperlukan metode kontrasepsi tambahan.

b. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi

kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke- 7 siklus haid, klien

jangan melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode

kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

c. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja

diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan

seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

d. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan.

Insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien

tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.

e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,

insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan

hubungan seksul selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi

lain untuk 7 hari.

f. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin

g. menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat,

asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien

menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar

h. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal

15
(kecuali IUD) dan klien ingin menggantinya dengan implan,

insersi implan dapat dilakukan setiap saat, asal saja yakini klien

tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid

berikutnya.

i. h) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah IUD dan klien ingin

menggantinya dengan implan, implan dapat diinsersikan pada saat

haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual

selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari

saja. IUD segera dicabut.

j. Pasca keguguran implan dapat diinsersikan

10. Instruksi Untuk Klien

Menurut Saifuddin (2010), instruksi untuk klien atau akseptor implan

yaitu daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48

jam pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi,

perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih,

pembengkakan atau lebam pada daerah insisi. Hal ini tidak perlu

dikhawatirkan, pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun, hindari

benturan, gesekan atau penekanan pada daerah insersi. Balutan penekan

jangan dibuka selama 48 jam, sedangkan plester dipertahankan hingga

luka sembuh (biasanya 5 hari). Setelah luka sembuh, daerah tersebut

dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar, bila ditemukan

adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, peradangan atau bila rasa

sakit menetap selama beberapa hari segera kembali ke klinik (Rokayah,

16
Y., Inayanti, E., & Rusyanti, S. 2021).

11. Efek Samping dan Penanganannya

Menurut Moray, K. V., Chaurasia, H., Sachin, O., & Joshi, B. (2021).

Beberapa efek samping dari KB implant adalah:

a. Amenorea

Lakukan pemeriksaan kehamilan untuk memastikan apakah klien

hamil atau tidak. Apabila klien tidak hamil, tidak perlu

penanganan khusus. Apabila terjadi kehamilan dan ingin

melanjutkan kehamilan cabut implan. Rujuk klien jika diduga

terjadi kehamilan

b. Spooting Ringan

Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama

pada tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil,

tidak diperlukan tindakan apapun. Bila klien tetap saja mengeluh

masalah perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian implan

dapat diberikan pil kombinasi satu siklus atau ibu profen 3x800

mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi

perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan

lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7

hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi.

c. Ekspulsi

Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain

masih ditempat dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah

17
insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada

tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang

berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan

pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau anjurkan klien

menggunakan metode kontrasepsi lain.

d. Infeksi Pada Daerah Insersi

Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air

atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari.

Implan jangan dilepas dan klien diminta kembali satu minggu

e. BB naik/turun

Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg

adalah normal, kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan

berat badan.

C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmuah, temuan, keterampilan

dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu

keputusan yang terfokus pada klien.

Varney (1997), mengatakan bahwa proses penyelesaian

masalah adalah salah satu upaya yang dapat digunakan dalam

18
manajemen kebidanan bidan harus kemampuan berfikir secara

kritis untuk menegakkan diagnosa atau masalah potensial

kebidanan, selain itu diperlukan kemampuan untuk kolaborasi atau

kerja sama.

2. Langkah-langkah Asuhan Kebidanan Menurut Varney

a. Pengkajian

Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan secara

lengkap dan akurat dari berbagai sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien secara keseluruhan.

Tanggal Pengkajian :

Waktu Pengkajian :

Nama Pengkaji :

Tempat : Puskesmas Batu Kajang

1) Data Subjektif

Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan

anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka

mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, baik secara langsung maupun

kepada keluarga pasien (Dewi, M., & Ulfah, M. 2021).

 Biodata yang mencakup identitas pasien

Nama : untuk membedakan pasien satu dengan

yang lain

19
Umur : untuk memastikan usia dan sebagai

identitas

Suku : untuk mengetahui adat istiadat sehingga

mempermudah dalam melaksanakan

tindakan kebidanan

Agama : untuk memperoleh informasi tentang agama

yang dianut

Pendidikan : untuk memudahkan bidan memperoleh

keterangan atau dalam memberikan

informasi mengenai suatu hal dengan

menggunakan cara yang sesuai dengan

pendidikan

Pekerjaan : untuk mengetahui apakah klien terlalu lelah

dalam pekerjaannya

 Alasan Datang / Keluhan Utama

Klien harus didorong untuk mengekspresikan tujuan dari

kunjungannya dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang terkait dengan

keluhan tersebut dapat membantu mengklarifikasi rincian

keluhan tersebut. Pasangan usia subur (PUS) atau wanita

usia subur (WUS) yang ingin ber-KB biasanya datang dan

bertanya tentang jenis-jenis KB yang cocok sesuai dengan

keadaan mereka.

20
 Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir, uraian haid

terakhir dan pengalaman haid sebelumnya (Sulistyawati,

2009). Kalender menstruasi akan bermanfaat dalam

menentukan jumlah, frekuensi, dan durasi perdarahan

secara akurat.

 Riwayat Pekawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status

menikah sah atau tidak (Dewi, M., & Ulfah, M. 2021).

 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah

anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan,

keadaan nifas yang lalu (Dewi, M., & Ulfah, M. 2021).

 Riwayat Keluarga Berencana

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan

kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi (Dewi, M., & Ulfah, M. 2021).

 Riwayat Penyakit

(1) Riwayat Penyakit Sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada

saat ini yang ada hubungannya dengan keadaannya.

21
(2) Riwayat Penyakit Sistemik

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti:

jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat

mempengaruhi keadannya (Dewi, M., & Ulfah, M.

2021).

(3) Riwayat Penyakit Keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap

gangguan kesehatan reproduksinya, yaitu apabila

ada penyakit keluarga yang menyertainya (Dewi,

M., & Ulfah, M. 2021).

(4) Riwayat Operasi

Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah

dijalani pasien (Dewi, M., & Ulfah, M. 2021).

(5) Data Psikologis

Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan klien

menghadapi keadaannya saat ini. Merasa tidak

nyaman akibat kelelahan dan merasa dalam derajat

kesehatan yang tidak baik.

(6) Pola Fungsional Kesehatan

Nutrisi Pengkajian pola nutrisi berkaitan dengan proses


metabolism tubuh dan keseimbangan hormone.

22
Pemakaian KB implant dalam waktu lama (> 12 bulan)
menyebabkan tubuh masih beradaptasi dengan KB
implant dimana awalnya selama pemakaian KB implant
berat badan meningkat namun dapat diatasi mengatur
pola diet serta porsi makan sehari-hari untuk mencegah
peningkatan berat badan yang dapat membuat tidak
nyaman.
Kenaikan berat badan disebabkan karena hormon
progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan
gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit
bertambah, selain itu hormon progesteron juga
menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan
aktivitas fisik. Berat badan yang berlebih atau obesitas
meningkatkan risiko relatif seorang wanita untuk
menderita diabetes mellitus, risiko relatif untuk terkena
penyakit kardiovaskuler (Suraiya, A., Windayanti, H.,
Rimbawati, A. M. P., Fitri, A. L., & Agutine, U. C. 2022)
Aktivitas Olahraga sangat bermanfaat bagi wanita usia subur antara
dan istirahat lain meningkatkan kerja otot jantung, meningkatkan
kekuatan otot, membakar lemak, serta meningkatkan
hormone endorphin sehingga ibu merasa lebih rileks dan
bahagia (Qibtiah, M., & Lisca, S. M. 2022).
Personal Menjaga personal hygiene yang tepat sangat dianjurkan
Hygiene karena WUS rentan terhadap penyakit IMS (Sulistyawati,
A., & Do'a, N. 2019)
Kebiasaan Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alcohol sangat
berpengaruh terhadap proses metabolisme tubuh wanita
usia subur (WUS) (Boeri, L.,et.al 2019)
Seksualitas Teknik berhubungan seksual yang baik diperlukan oleh
akseptor KB karena KB Implan dapat menyebabkan
gangguan fungsi seksual yang meliputi gangguan

23
dorongan seksual, gangguan bangkitan/ hasrat seksual,
gangguan lubrikasi, gangguan orgasme, gangguan
kepuasan seksual dan nyeri seksual (Trinova, R., &
Isfaizah, I. 2022).

2) Data Objektif

Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur. Yang

termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data objektif ini

adalah:

a) Keadaan Umum: bagaimana keadaan pasien dengan anemia

b) Tanda-Tanda Vital

 Tekanan darah

Tekanan darah normal, sistolik antara 110 – 140 mmHg dan

diatolik antara 70 – 90 mmHg (Dewi, M., & Ulfah, M. 2021).

 Nadi

Nadi berkisar antara 60 – 80 x/menit. Denyut nadi diatas 100

x/menit mengindikasikan adanya suatu infeksi (Dewi, M., &

Ulfah, M. 2021).

 Pernafasan

Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu

sekitar 20 – 30 x/menit (Dewi, M., & Ulfah, M. 2021).

 Suhu

Batas normal keadaan suhu badan berkisar antara 36,5 –

37,2oC (Dewi, M., & Ulfah, M. 2021).

24
c) Antropometri

TB : Lebih dari 150 Cm (Karena tinggi <150 Cm

kemungkinan panggul sempit)

BB saat ini: Status gizi mempengaruhi proses metabolisme tubuh

dan keseimbangan hormone WUS

IMT: berat badan (kg) : (tinggi badan (m) x tinggi badan (m))

Status gizi seorang wanita akan berpengaruh pada kesehatannya

terutama pada proses metabolism dan keseimbangan hormon.

1. Pemeriksaan Fisik

Menurut Sulistyawati (2009), pemeriksaan fisik meliputi:

 Rambut

Untuk mengetahui kebersihan rambut, keadaan kulit kepala,

kelebatan, distribusi dan karakteristik lainnya.

 Muka

Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada

oedema/tidak.

 Mata

Konjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak, mata

cekung atau tidak.

 Hidung

Kebersihan hidung, ada benjolan atau tidak.

 Telinga

25
Kebersihan telinga, ada serumen atau tidak.

 Mulut, gigi, gusi

Bersih/kotor, ada stomatitis/tidak, ada caries gigi atau tidak,

ada karang gigi atau tidak, gusi berdarah atau tidak.

 Leher

Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, ada

benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe atau

tidak.

 Dada dan Axilla

Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada

benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak.

 Abdomen

(a) Inspeksi

Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada luka bekas

operasi atau tidak, ada pembesaran hepar atau tidak (Dewi,

M., & Ulfah, M. 2021).

(b) Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera

peraba tangan dan jari (Rukiyah, 2010). Palpasi uterus

untuk menentukan ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas,

nyeri, adanya massa (Muslihatun, 2009).

 Anogenital

Menurut Sulistyawati (2009) pemeriksaan anogenital meluputi:

26
(a) Vulva dan vagina

Ada varises atau tidak, oedema atau tidak, ada kemerahan

atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, ada pengeluaran

darah atau tidak, ada lesi atau tidak.

(b) Perineum

Ada bekas luka di perineum atau tidak, ada bengkak dan

kemerahan atau tidak.

(c) Anus

Terjadi hemoroid atau tidak, terdapat kelainan pada anus

atau tidak.

 Ekstremitas

Ada cacat atau tidak, oedema atau tidak, terdapat varises atau

tidak.

2. Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus akseptor KB implant dengan komplikasi, pengkajian

mendalam perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan

rujukan pada Sp.OG untuk pemeriksaan lanjut.

b. Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi

yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar

27
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan

masalah atau diagnosa yang spesifik (Muslihatun, 2009)

1) Diagnosa Kebidanan

Merupakan diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup

praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose

kebidanan (Muslihatun, 2009). Dasar diagnose tersebut adalah

data subjektif berupa pernyataan pasien tentang. Diagnose

kebidanan ditulis dengan lengkap berdasarkan anamnesa,

pemeriksaan fisik, dan data penunjang.

2) Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien

yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang ditemukan dari

hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. Masalah dapat

muncul tapi dapat pula tidak. Hal ini muncul berdasarkan sudut

pandang klien atau tidak.

3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan

dengan melakukan analisis data. Kebutuhan yang muncul

setelah dilakukan pengkajian. Ditemukan hal-hal yang

membutuhkan asuhan, dalam hal ini klien tidak menyadari.

Kebutuhan klien pada akseptor KB implant yaitu informe

28
consent, support mental, informasi tentang efek samping KB

implant dan cara penangannya.

c. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Diagnosa potensial ditegakkan berdasarkan diagnosa atau masalah

yang telah diidentifikasi. Bidan dituntut untuk tidak hanya

merumuskan masalah tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi

agar masalah atau diagnose potensial tidak terjadi. Sehingga langkah

ini merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau

logis. Masalah potensial pada akseptor KB implant adalah

kecemasan sehingga dapat diantisipasi dengan konseling dan support

mental oleh bidan.

d. Identifikasi Tindakan Segera dan atau Kolaborasi

Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera

dilakukan oleh bidan atau untuk konsultasi, kolaborasi serta

melakukan rujukan terhadap penyimpangan abnormal.

e. Mengembangkan rencana intervensi

Merupakan pengembangan rencana asuhan yang menyeluruh dan

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana harus mencakup

setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek kesehatan dan

disetujui oleh kedua belah pihak (bidan dan klien).

Rencana yang diberikan pada klien akseptor KB implan adalah:

29
1) Konseling KB “SATUTUJU”

2) KIE tentang metode KB

3) Membantu klien dalam pengambilan keputusan

4) Memberikan informed consent

5) Melakukan pemasangan KB implant

f. Implementasi

Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan secara

efisien dan aman. Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau anggota tim kesehatan lainnya. Selama melakukan tindakan

intervensi, bidan menganalisa dan memonitor keadaan kesehatan

pasiennya.

Pelaksanaan pada akseptor KB implant adalah:

1) Melakukan konseling KB “SATUTUJU”

2) Memberikan KIE tentang metode KB pilihannya

3) Membantu klien dalam pengambilan keputusan

4) Memberikan informed consent

5) Melakukan pemasangan KB implant.

g. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengkaji keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut

efektif sedangkan sebagian belum efektif. Proses evaluasi ini

dilaksanakan untuk menilai mengapa proses penatalaksanaan

30
efektif / tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana

asuhan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Betan, M. O., & Kapitan, M. (2022). Konseling Keluarga Berencana Pada


Penderita Preeklamsia di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Flobamora
Nursing Journal, 1(2), 1-8.
Laurensia, L., & Mustikawati, I. S. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Heal
Publica J Kesehat Masy, 1(1).
Moray, K. V., Chaurasia, H., Sachin, O., & Joshi, B. (2021). A systematic review
on clinical effectiveness, side-effect profile and meta-analysis on
continuation rate of etonogestrel contraceptive implant. Reproductive
Health, 18(1), 1-24.
Mumthi’ah Al Kautzar, A., Fahriani, M., Hamzah, B., Ahmad, M., Marlina, H., &
Paulus, A. Y. (2021). Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana.
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Nurullah, F. A. (2021). Perkembangan Metode Kontrasepsi di Indonesia. Cermin
Dunia Kedokteran, 48(3), 166-172.
Qibtiah, M., & Lisca, S. M. (2022). Hubungan Aktivitas Fisik, Lama Penggunaan
KB dan Jenis KB Terhadap Kenaikan Berat Badan Pada Akseptor KB
Hormonal. Indonesia Journal of Midwifery Sciences, 1(3), 119-124.

31
Rokayah, Y., Inayanti, E., & Rusyanti, S. (2021). Buku Ajar Kesehatan
Reproduksi & Keluarga Berencana (KB). Penerbit NEM.
Sulistyawati, A., & Do'a, N. (2019). PEMBERDAYAAN WANITA USIA
SUBUR DALAM DETEKSI EFEK SAMPING ALAT KONTRASEPSI DI
KELOMPOK UMMAHAT BINBAZ ISLAMIC CENTRE
YOGYAKARTA. ABDIMAS Madani, 1(2).
Suraiya, A., Windayanti, H., Rimbawati, A. M. P., Fitri, A. L., & Agutine, U. C.
(2022, December). Penggunaan KB Implant Progestin terhadap Kenaikan
Berat Badan pada Akseptor KB. In Prosiding Seminar Nasional dan CFP
Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo (Vol. 1, No. 2, pp. 723-729).
Trinova, R., & Isfaizah, I. (2022). Gambaran Gangguan Fungsi Seksual Pada
Akseptor KB Implant. Jurnal Sains Kebidanan, 4(2), 59-66.
Zahro, D. A. (2023). Layanan Konseling Keluarga Berencana Dalam Pengaturan
Kehamilan Terhadap Pasangan Calon Pengantin di Balai Penyuluhan KB
Kecamatan Siliragung Kabupaten Banyuwangi (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember).
LAMPIRAN
No Nama Journal Autor Tahun Kutipan
1. A systematic review Kusum.V. 2021 Tinjauan Pustaka :
on clinical Moray, Implant adalah metode kontrasepsi
effectiveness, et.al reversibel jangka panjang yang
side-effect profile and mengandung 68 mg Etonogestrel,
meta-analysis fleksibel dan berukuran Panjang empat
on continuation rate of sentimeter dan lebarnya dua milimeter.
etonogestrel Dimasukkan di bawah kulit lengan atas
contraceptive implant wanita oleh penyedia layanan
kesehatan terlatih. Setelah dimasukkan
secara sub dermal di lengan, dapat
dibiarkan selama tiga tahun.
Pengangkatanmembutuhkan sayatan
bedah kecil.

Efek kontrasepsinya terutama karena


mencegah pelepasan hormon
luteinizing (LH) dan karenanya
mencegah ovulasi. Ini mengentalkan
lendir serviks dan ini mengurangi
masuknya spermatozoa. Ini juga
mengubah endometrium dan
menghambat implantasi ovum yang
telah dibuahi.

32
2 Contraceptive method Ivana 2022 Prevalensi :
preference and Beesham, Menurut Survei Demografi dan
reasons for et.al Kesehatan di Afrika Selatan (SADHS)
contraceptive tahun 2016, tingkat prevalensi
discontinuation among kontrasepsi di antara wanita yang aktif
women randomized to secara seksual adalah 60%, dengan
intramuscular depot hampir semua wanita ini menggunakan
medroxyprogesterone kontrasepsi modern yang diperoleh
acetate, a copper terutama dari sektor publik. Metode
intrauterine device or yang paling umum digunakan adalah
a levonorgestrel injeksi (intramuscular depot
implant: Findings medroxyprogesterone acetate (DMPA-
from Durban, South IM) dan Nur-Isterate (Net-En)) (25%)
Africa dan kondom pria (16%), dengan lebih
sedikit wanita yang menggunakan
implan ENG (4%) dan AKDR (1%).
Tinjauan Pustaka :
Data dari survei DHS menunjukkan
bahwa 38% Wanita menghentikan
metode reversibel dalam 1 tahun,
dengan penghentian terendah di antara
pengguna IUD (13%). Dalam survei
SADHS 2016, tingkat penghentian 1
tahun berkisar antara 31% untuk
DMPA-IM hingga 13% untuk implan
ENG dan 29% untuk semua metode.
Alasan terkait metode menyebabkan
sebagian besar penghentian, termasuk
efek samping, masalah kesehatan,
nasihat medis, masalah akses dan
ketersediaan, keinginan untuk beralih
ke metode permanen, dan
ketidaknyamanan penggunaan dan
biaya. Ini diikuti oleh keinginan untuk
hamil. Studi di Afrika Selatan telah
menemukan alasan untuk
pengangkatan awal implan ENG
terutama karena efek samping,
terutama pendarahan dan sakit kepala.
Sementara implant levonorgestrel
(LNG) (Jadelle) terdaftar untuk
digunakan di Afrika Selatan, ini tidak
tersedia di sektor publik. Sebuah
penelitian di Afrika Selatan di mana
wanita didominasi oleh kontrasepsi
suntik (DMPA atau Net-En) atau

33
AKDR-Cu menemukan tingkat
penghentian pada median tindak lanjut
20 bulan adalah 16,5% untuk AKDR-
Cu dan 14,7% untuk AKDR-Cu. yang
dapat disuntikkan. Alasan umum untuk
Penghentian AKDR-Cu adalah
pengeluaran dan sakit perut/sakit
punggung. Pada kedua kelompok,
beberapa wanita berhenti karena ingin
hamil atau menikah.
3 Expanding long-acting Aurelie 2021 Tinjauan Pustaka :
contraceptive options: Brunie, et Dengan dua kehamilan per 1000 wanita
a prospective cohort al dalam 1 tahun penggunaan tipikal,
study of the hormonal tingkat efektivitas alat kontrasepsi
intrauterine device, hormonal adalah empat kali lipat dari
copper intrauterine alat kontrasepsi tembaga, 35 kali lipat
device, and implants dari suntikan, dan 70 kali lipat dari pil.
in Nigeria and Zambia Pelepasan hormon lokal yang lambat
dan stabil ke dalam rahim
menghasilkan hasil yang minimal.
Lebih banyak wanita melaporkan
mengalami perubahan pada menstruasi
mereka daripada efek samping lainnya.
Pola perubahan perdarahan yang
dilaporkan sendiri bervariasi; namun,
hasil pada pola perdarahan yang paling
umum.
4 Safety and Benefits of Morena 2021 Implan kontrasepsi subdermal adalah
Contraceptives Luigia kontrasepsi jangka panjang yang aman
Implants: Rocca, dan efektif sistem disetujui oleh FDA
A Systematic Review et.al selama 3 tahun.
Pemasangan implant pascapersalinan
biasanya dijadwalkan pada enam
minggu kunjungan pascapersalinan
namun, sebagian besar wanita aktif
secara seksual saat ini dengan risiko
sekunder yang tidak diinginkan
kehamilan, Kontrasepsi post partum
segera dalam waktu 96 jam setelah
melahirkan dansebelum keluar dari
rumah sakit dapat meningkatkan
prevalensi kontrasepsi dan mencegah
kehamilan.
5 Gambaran gangguan Rana 2022 Penggunaan kontrasepsi dengan
fungsi seksual pada Trinova kandungan hormone progesterone
akseptor KB Implant dalam jangka Panjang menimbulkan

34
beberapa polemik dalam kualitas dan
kehidupan seksual pada wanita.
Kandungan Implant jenis indoplant
mengandung 75 mg levonorgestrel
yang
dibungkus dalam kapsul silastic silicon
(polydimethylsiloxane) dan dipasang di
bawah kulit dengan efektifitas 3 tahun
menyebabkan penebalan lendir serviks
dan perubahan pada lapisan
endometrium (Montejo, A.L.; Montejo,
L.; Navarro-Cremades, 2015).
Penggunaan kontrasepsi hormonal
berhubungan erat dengan penurunan
kadar androgen, estradiol dam
progesterone dalam sirkulasi darah
serta penghambatan fungsi oksitosin.
Sehingga penggunaan kontrasepsi
hormonal dapat mengubah perilaku
ikatan pasangan, mengurangi respon
syaraf terhadap rangsangan erotis serta
meningkatkan kecemburuan seksual.
kandungan etonogestrel dalam implant
yang lepaskan secara subdermal
dilaporkan memiliki efek negative.
(Casey P M et al., 2017).
Abdo et al (menunjukkan bahwa 49%
wanita Brasil memiliki beberapa
tingkat
disfungsi seksual, termasuk penurunan
libido, dispareunia, atau orgasme
disfungsional.
Disfungsi seksual pada Wanita
merupakan masalah kesehatan
reproduksi yang penting karena
berhubungan dengan kelangsungan
fungsi reproduksi seorang wanita dan
berperngaruh besar terhadap
keharmonisan hubungan suami istri.
Disfungsi seksual merupakan
kegagalan yang menetap atau berulang,
baik sebagian atau secara keseluruhan,
untuk memperoleh dan atau
mempertahankan respon lubrikasi
vasokongesti sampai berakhirnya
aktifitas seksual (Arisanti Viola, 2021).

35
6 Literatur Review : Akhid 2022 Efek samping :
Penggunaan KB Suraiya, Kelebihan implant KB sangat efektif
Implant Progestin et.al mencegah kehamilan. Kekurangan
terhadap Kenaikan metode KB implant adalah memicu
Berat Badan pada terjadinya peningkatan atau penurunan
Akseptor KB berat badan. Efek samping dari
kontrasepsi implant diantaranya
gangguan siklus menstruasi (8,5%) dan
peningkatan berat badan (3,3%),
peningkatan tekanan darah (2,2%),
sakit kepala (5,5%), dan perdarahan/
gangguan siklus haid.
Berdasarkan hasil lireatur review Jurnal
Ilmiah Kebidanan, Jurnal Ilmiah
Kesehatan, Jurnal Keperawatan, Google
Scholar, Garuda dan Pubmed yang
dipublishkan dalam kurun waktu tahun
2016-2022) terhadap beberapa
penelitian, disimpulkan bahwa
pemakaian KB implant meningkatkan
berat badan yang disebabkan karena
hormon progesteron yang mengubah
karbohidrat dan gula menjadi lemak
dan menyebabkan nafsu makan
bertambah serta menurunkan aktivitas
fisik. Namun bisa diatur dengan cara
pola diet serta porsi makan sehari-hari
untuk mencegah peningkatan berat
badan yang bisa meningkatkan risiko
relatif seorang wanita untuk menderita
diabetes mellitus dan penyakit
kardiovaskuler.

36

Anda mungkin juga menyukai