i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Kebidanan Holistik pada Keluarga Berencana (KB) ini dilaksanakan
sebagaidokumen/laporan praktik Blok 7 yang telah dilaksanakan di Puskesmas Tambak Wedi pada
periode praktik
tanggal 26 Oktober s/d07November2020
Istiqomah, SST. Dwi Purwanti, S.Kp., SST, M.Kes. Novita Eka K. W., SST., M.Keb.
NIP. 196410281988022002 NIP. 196702061990032003 NIP. 198411302009122001
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahnya kepada penulis sehingga Laporan Praktik Asuhan Kebidanan
Holistik pada Keluarga Berencana (KB) di Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Wedi
Surabaya ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis sampaikan terima kasih
yang sangat dalam kepada :
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu diharapkan segala saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini dikemudian hari.
Penulis
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia masih menduduki urutan keempat dengan penduduk terbanyak di
dunia dengan jumlah penduduk 255.461.686 jiwa (Kemenkes RI,2016). Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) memprediksi jumlah penduduk
Indonesia berpotensi menjadi terbesar sedunia setelah China dan India jika laju
pertumbuhannya tidak bisa ditekan secara sigifikan. Program yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk dapat dilakukan dengan
gerakan keluarga berencana dan pemakaian alat kontrasepsi secara sukarela kepada
pasangan usia subur (PUS) (Rismawati, dkk 2015). KB dilaksanakan dengan berbagai
macam metode kontrasepsi sederhana seperti kondom, pantang berkala dan koitus
interuptus. Metode kontrasepsi efektif efektif hormonal seperti pil, susuk, dan
suntikan. Metode kontrasepsi efektif mekanis seperti IUD dan Implant. Dan metode
kontrasepsi mantap seperti metode operasi wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria
(MOP). Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan indikasi pasien yang ingin
memilihnya. (Manuaba, 2012).Berdasarkan data BKKBN, pada tahun 2016
penggunaan KB suntikan di Indonesia sebesar (48,85%), pil sebesar (24,589%),
kondom sebesar (4,31%), MOP sebesar (0,40%), MOW sebesar (2,56%).
Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan kaum ibu adalah KB
suntik, ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah. Namun demikian
KB suntik juga mempunyai banyak banyak efek samping seperti Amenorhea (30%),
spotting (bercak darah), dan menoragia, serta perubahan berat badan (Uliyah, 2010).
Salah satu peranan penting bidan adalah meningkatkan jumlah penerimaan dan
kualitas metode KB kepada masyarakat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan
bidan. Dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu diperhatikan ketetapan
bahwa makin rendah pendidikan masyarakat, semakin efektif metode KB yang
dianjurkan yaitu susuk atau AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit) (Manuaba, 2016)
sudah menjadi tugas dan tanggung jawab bidan mengarahkan pemilihan alat
kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan klien.
4
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Dapat memahami dan mempraktikkan asuhan kebidanan KB suntik 3 bulan
1.2.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan ini di tujukan setelah melakukan asuhan kebidanan ,
sehingga dapat :
1. Mengidentifikasi akseptor KB yang sesuai
2. Mengidentifikasi keuntungan dan efek samping dari KB suntik 3 bulan
3. Memberikan asuhan kebidanan KB suntik 3 bulan.
1.3 Lama Praktik
Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada KB dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Pakis, Surabaya. Pada tanggal 28 September 2020 s/d 20 November 2020.
5
BAB 2
TINJAUAN TEORI
6
(Taufan Nugroho dkk, 2014) keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015).
2.1.3 Tujuan Kontrasepsi
a. Tujuan umum
Memberikan dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKBS) (Firdayanti, 2012:41).
b. Tujuan khusus Penurunan angka kelahiran guna mencapai tujuan. Dikategorikan
dalam 3 fase untuk mencapai pelayanan tersebut yaitu:
Fase menunda/mencegah kehamilan, dimana pada fase menunda ini ditujukan
pada pasangan usia subur dengan istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk
menunda kehamilannya
Fase menjarangkan kehamilan, dimana pada periode usia istri antara 20-35 tahun
merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2
orang dan jarak antara kehamilan 2-4 tahun, ini dikenal dengan catur warga. 3)
Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan, dimana periode ini umur
istri diatas 30 tahun terutama 35 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah
mempunyai 2 orang anak (Firdayanti, 2012:41-42).
2.1.4 Jenis-Jenis Kontrasepsi
a. Metode Sederhana
1) Metode pantang berkala Prinsip pantang berkala ialah tidak melakukan persetubuhan
pada masa subur istri, untuk menentukan masa subur istri dipakai 3 patokan yaitu:
Ovulasi terjadi 14 kurang 2 hari sebelum haid yang akan datang.
Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi.
Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi. Jadi jika kontrasepsi ingin dicegah,
koitus harus dihindari sekurangkurangnya selama 3 hari (72 jam) yaitu 48 jam
sebelum ovulasi dan 24 jam sesudah ovulasi terjadi (Sulistyawati, 2012: 50).
2) Metode suhu basal Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang
lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih tinggi dari pada
suhu sebelum ovulasi. Suhu basal dapat meningkat sebesar 0,2-0,5˚C ketika ovulasi
(Taufika, 2014: 51).
7
3) Metode lendir serviks Metode lendir serviks dilakukan dengan wanita mengamati
lendir serviksnya setiap hari. Lendir serviks terlihat lengket dan jika direntangkan
di antara kedua jari akan putus menandakan lendir tidak subur, saat lendir serviks
meningkat menjadi jernih dan melar, apabila dipegang di antara dua jari, lendir
dapat diregangkan dengan mudah tanpa terputus, lendir ini digambarkan terlihat
seperti putih telur mentah disebut lendir subur (Everett, 2012: 43).
4) Metode coitus interuptus Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah
(Sulistiawati, 2012:56)
5) Metode Amenorhea laktasi (MAL) Metode kontrasepsi sementara yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya
diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya (Endang, 2015:
203).
6) Kondom Jenis kontrasepsi menggunakan alat untuk mencegah kehamilan dan
infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan sperma untuk masuk kedalam
vagina (Purwoastuti, 2015: 205).
b. Metode modern
1) Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya ovulasi dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen
dan progesteron. Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal 3 macam
kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi Oral (Pil), suntikan, dan kontrasepsi
implant (Affandi, 2013:MK-28).
a) Pil KB
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen dan
progesteron) ataupu juga hanya berisi progesteron saja. Pil kontrasepsi bekerja
dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan
dinding rahim.
Pil kombinasi Menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks
mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma, pergerakan tuba terganggu
sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula. Jenis-jenis
pil kombinasi antara lain; monofasik, bifasik, trifasik (Affandi, 2013: MK-
31). 18
8
Pil progestin Adalah pil yang mengandung progesteron dan disiapkan untuk
ibu yang menyusui (Affandi, 2013: MK-50).
b) Suntik
Suntik kombinasi Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksi
progesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M
(intramuskular). sebulan sekali, dan 50 mg noretindron Enantat dan 5 mg
Estradiol valerat yang diberikan injeksi I.M.(intramuskular) sebulan sekali
Suntik progestin Tersedia 2 jenis kontrasepsi yang mengandung progestin
yaitu Depo Medroksi progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150 mg
DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik I.M dan Depo
noretisteron Enanta (/Depo noristeran), yang mengandung 200 mg
noretindron Enantan, diberikan setiap 2 bulan dengan cara suntik I.M
(Affandi, 2013: MK-43).
c) Implant/susuk
Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berrongga dengan panjang 3,4
cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonogo dengan lama kerja tig tahun.
Jadena dan indoplant, terdiri dari dua batang silastik lembut berongga dengan
panjang 4,3 cm ber diameter 2,5 mm, berisi 75 mg levonogestrel dengan lama
kerja 3 tahun. 19
Implano, terdiri dari satu batang silastik lembut dengan berongga dengan
panjang kira-kira 4,0 cm diameter 2 mm, berisi 68 mg ketodesogestrel
dengan lama kerja 3 tahun (Sulistyawati, 2012: 81).
2) Mekanis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan didalam rahim untuk menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi (Affandi, 2013: MK-80).
c. Metode mantap
1) Tubektomi
Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang
perempuan secara permanen dengan mengoklusi tuba fallopi mengikat dan
memotong atau memasang cincin sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum.
2) Vasektomi
9
Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan okulasi vans deference sehingga alat transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Firdayanti, 2012: 100).
2.1.5 Manfaat KB Untuk Kesehatan
a) Untuk Ibu
1. Mencegah kehamilan yang berulang kali dalam waktu pendek
2. Mencegah keguguran yang menyebabkan kurang darah
3. Mencegah terserangnya penyakit infeksi dan kelelahan
b) Untuk Anak – anak yang dilahirkan
Anak yang dilahirkan akan mendapatkan sambutan dari ibu dalam keadaan sehat
sehingga :
1. Tumbuh secara wajar sebelum lahir
2. Sesudah lahir, mendapat pemeliharaan dan makanan yang sesuai dari ibunya.
c) Untuk Ayah
Memberi kesempatan kepadanya agar dapat :
1. Memperbaiki keadaan fisiknya
2. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta
lebih banyak waktu luang untuk keluarga.
d) Untuk anak-anak lainnya
Memberi kesempatan untuk :
1. Perkembangan fisik, karena setiap anak memperoleh jarak dan jatah makanan
yang cukup.
2. Perkembangan mental dan emosi yang cukup banyak
3. Memberi kesempatan pendidikan yang lebih baik karena pendapatan tidak
habis buat hidup saja
e) Untuk Seluruh Keluarga
1. Meningkatkan kesehatan fisik, mental dan emosi dari setiap anggota keluarga
2. Suatu keluarga yang direncanakan dengan baik memberi yang nyata bagi
generasi yang akan datang
3. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk
mendapatkan pendidikan
4. Suatu keluarga yang direncanakan dengan baik dapat memberi sumbangan yang
lebih banyak untuk kesejahteraan lingkungan.
10
2.2 Pengertian kontrasepsi suntikan Depo Progestin
KB suntik 3 bulan yaitu salah satu jenis kontrasepsi suntik yang hanya mengandung
hormon progesterone / progestin yang di suntkkan setiap 3 bulan sekali. Mengandung 150
mg Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) yang 20 diberikan dengan cara disuntik
intramuskular (di daerah bokong) (Sulistyawati, 2012: 75), sedangkan Menurut BKKBN,
2002 kontrasepsi suntik adalah metode kontrasepsi yang diberikan secara intramuscular
setiap tiga bulan yaitu metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau
tingkat kelangsungan pemakai relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih
rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana (Siti dan Mega, 2013: 93)
2.2.1 Macam-macam kontrasepsi suntikan
KB suntik depo progestin terdiri atas dua jenis yaitu Depo Medroksi Progesteron
Asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik Intra Muskuler (di daerah bokong), dan Depo Noretisteron Enontat (Depo
Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron Erontat, diberi setiap 2 bulan dengan
cara disuntik Intra muskuler (Affandi, 2013: MK-43).
2.2.2 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan Depo Progestin
Menekan ovulasi, kadar progestin di dalam sirkulasi cukup tinggi sehingga kadar
FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) menurun dan tidak
terjadi lonjakan LH. Pada keadaan normal terjadi puncak sekresi LH pada pertengahan
siklus sehingga menyebabkan pelepasan ovum dari folikel. Sedangkan dengan kadar LH
yang menurun maka tidak akan terjadi lonjakan folikel dan produksi sel telur akan
berkurang sehingga menyebabkan tidak terjadinya pelepasan ovum dari folikel dan
menyebabkan tidak terjadi ovulasi. Perubahan pada endometrium (atrofi) dan selaput
rahim tipis, hormon progesteron mengganggu perubahan fisiologis endometrium yaitu
mengganggu kadar puncak FSH dan LH sehingga meskipun terjadi produksi progesteron
yang berasal dari korpus luteum menyebabkan endometrium mengalami keadaan istirahat
dan atrofi sehingga menyebabkan penghambatan dari implantasi.
Lendir serviks yang kental, Kontrasepsi suntik depo progestin bekerja menghambat
terjadinya pembuahan dengan cara menghalangi naiknya sperma ke dalam kavum uteri
dengan membuat lender serviks menjadi kental sehingga sperma tidak mampu untuk
menembus serviks dan pembuahan tidak akan terjadi. Menghambat transportasi
gamet/ovum oleh tuba, kontrasepsi kontrasepsi suntik progestin menyebabkan perubahan
peristaltic tuba fallopi sehingga pergerakan gamet dihambat dan konsepsi (pertemuan
antara sel telur dan sperma) akan dihambat maka kemungkinan terjadinya perubahan kecil.
11
Luteulisis Pemberian jangka panjang progesterone dapat menyebabkan fungsi luteum yang
tidak adekuat pada siklus haid yang mempunyai ovulasi (Firdayanti, 2012: 102-103).
12
Yaitu kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuscular di daerah bokong. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal,
penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
Suntikan diberikan setiap 90 hari atau injeksi diberikan setiap 12 minggu.
selanjutnya bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi
oleh etil/isopropyl alkohol 60-90%, biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah
kulit kering baru disuntik, kocok dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung-
gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan
putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkanya
(Affandi, 2013: MK-47).
2.2.6 Waktu Pemberian Suntikan DMPA
a. Setiap saat selama siklus haid, asal tidak hamil.
b. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
c. Pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan tidak teratur, injeksi dapat
diberikan setiap saat, asal tidak hamil. Selama 7 hari setelah penyuntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
d. Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal lain secara benar dan tidak
hamil kemudian ingin mengganti dengan kontrasepsi DMPA, suntikan pertama
dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya.
e. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan, asal ibu tidak
hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya. Bila ibu disuntik
setelah hari ke-7 haid, selama 7 hari penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
2.2.7 Efek Samping
Efek samping dari suntikan depo progestin yaitu gangguan haid seperti amenorhea
yaitu tidak datang minimal 3 bulan berturut-turut yang dipengaruhi kandungan hormon
progesteron dalam suntikan, yang menghambat terjadinya ovulasi, selanjutnya spotting
yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama menggunakan kontrasepsi
suntikan kemudian metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya (Affandi,
2013: MK-48), perubahan berat badan, biasanya berat badan bertambah atau turun
beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah pemakaian suntik KB, sakit kepala rasa
berputar atau sakit kepala yang terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau keseluruhan dari
bagian kepala.
13
Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET-EN dan terjadi pada
kurang dari 1-17% akseptor disebabkan peningkatan hormon progesteron yang
mempengaruhi peredaran darah (plasma) termasuk pembuluh darah yang menuju ke
kepala (saraf) sehingga menyebabkan gangguan sakit kepala (Ayu, dkk, 2012: 171).
Hematoma bengkak pada daerah suntikan dan berwarna kebiruan disertai rasa nyeri pada
daerah suntikan akibat perdarahan dibawah kulit dan bisa juga akibat pemakaian spoit
yang berulang atau kesalahan tehnik penyuntikan (Marfuah, 2012).
2.2.8 Penanganan Komplikasi
a. Gangguan haid
1. Amenorhea
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
1) Jelaskan sebab terjadinya
2) Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut dalam rangka penyesuaian diri,
bersifat sementara dan individu
3) Menganjurkan ibu agar tetap memakai suntikan (Firdayanti, 2012:107).
Tindakan medis
1) Tindakan dilakukan yaitu dengan memberikan konseling pada akseptor depo
provera/depo progestin.
2) Bila klien tidak dapat menerima kelainan tersebut, suntikan jangan dilanjutkan.
anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi lain. Diberikan pil KB 3x1 tablet dari hari
III, 1x1 tablet mulai dari hari IV selama 4-5 hari (Firdayanti, 2012:107).
2. Spotting
a) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah
masalah serius, dan biaanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat
menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat
disarankan 2 pilihan pengobatan.
b) 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800
mg, 3x/hari untuk 5 hari), atau obat jenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil
kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak
selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi
kombinasi/hari 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal atau
diberi 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari
(Affandi, 2013: MK-48).
14
b. Meningkatnya/menurunnya Berat Badan
Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja
terjadi.Perhatiakn diet klien bila perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila berat
badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain (Affandi,
2013: MK-48).
c. Sakit kepala
1) Konseling Menjelaskan pada akseptor bahwa efek samping tersebut mungkin ada
tetapi jarang terjadi dan biasanya bersifat sementara. Rasa berputar atau sakit
kepala yang terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau 4 keseluruhan dari bagian kepala
disebabkan peningkatan hormon progesteron yang mempengaruhi peredaran darah
(plasma) termasuk pembuluh darah yang menuju ke kepala (saraf) sehingga
menyebabkan gangguan sakit kepala.
2) Pengobatan Pemberian asam mefenamat 500 mg 3x1 untuk mengurangi keluhan
(Qadariyah 2012: 23).
d. Hematoma
1) Konseling Menjelaskan kepada calon akseptor bahwa pada daerah suntikan dapat
terjadi bengkak dan berwarna kebiruan disertai rasa nyeri pada daerah suntikan
akibat perdarahan dibawah kulit dan bisa juga akibat pemakaian spoit yang
berulang atau kesalahan tehnik penyuntikan (Marfuah, 2012).
2) Pengobatan Kompres dingin di daerah yang membiru selama 2 hari setelah itu
diubah menjadi kompres hangat hingga warna biru/kuning menjadi hilang
(Marfuah, 2012).
2.3 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada KB Suntik 3 Bulan
2.3.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Identitas Pasien
Nama : Selain sebagai identitas, upayakan agar nama sesuai dengan nama
panggilan sehingga hubungan komunikasi lebih akrab antara bidan
dan klien.
Umur : Untuk mengetahui umur pasien.
Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut pasien. Juga
membantu kita dalam memberikan asuhan.
Suku bangsa : Untuk mengetahui suku bangsa yang dianut oleh pasien
15
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual yang mempengaruhi perilaku
seseorang, dan mempermudah kita dalam memberikan informasi.
Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat ekonomi keluarga dan penghasilan.
Alamat : Untuk menghindari kekeliruan bila ada dua pasien dengan nama
yang sama untuk keperluan kunjungan rumah.
b. Keluhan utama
Keluhan yang muncul pada akseptor KB suntik 3 bulan yaitu tidak teraturnya
siklus menstruasi bahkan sampai tidak terjadi menstruasi, berat badan
bertambah, pada penggunaan jangka panjang akseptor KB 3 bulan akan
mengeluhkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi,
sakit kepala, nervositas, dan timbulnya jerawat di wajah.Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan klien, usia nikah pertama kali, dan
lamanya perkawinan.
c. Riwayat mentruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus, lama mentruasi, banyaknya ganti
pembalut dalam sehari, teratur atau tidak sifat darah dan keluhan-keluhan
yang dirasakan pada waktu mentruasi. (Sulistyawati, 2014). Menstruasi
terakhir yang dapat digunakan sebagai dasar untuk perhitungan sejak kapan
ibu mengalami amenorea.
d. Riwayat kehamilan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil konsepsi terakhir
(abortus, lahir hidup, penolong persalinan, apakah anaknya masih hidup, dan
apakah dalam kesehatan yang baik), apakah ada komplikasi intervensi pada
kehamilan, persalinan, ataupun nifas sebelumnya. (Hidayat, 2013).
e. Riwayat keluarga berencana
Yang perlu dikaji adalah apakah ibu pernah menjadi akseptor KB. Jika pernah
kontrasepsi apakah yang pernah digunakan, berapa lama, mulai menggunakan,
kapan berhenti, keluhan pada saat ikut KB, alasan berhenti KB. (Hidayat,
2013).
f. Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui penyakit apa yang sedang pasien derita sekarang. (Astuti,
2012), menanyakan pada ibu apa saja keluhan utama yang dirasakan ibu saat ini
dan kapan keluhan itu berawal. (Varney dkk, 2007)
16
g. Riwayat penyakit lalu
Riwayat kesehatan yang lalu ditanyakan untuk mengidentifikasi kondisi
kesehatan dan untuk mengetahui penyakit yang diderita dahulu seperti jantung,
asma, TBC, hipertensi, diabetes, PMS, HIV/AIDS. (Sulistyawati, 2014).
h. Riwayat penyakit keluarga
Dikaji dengan penyakit yang menurun atau menular yang dapat mempengaruhi
kesehatan akseptor KB. Sehingga dapat diketahui penyakit keturunan misalnya
hipertensi, jantung, asma, DM, dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis,
malaria, dan HIV/AIDS. (Sulistyawati, 2012).
i. Pola kebiasaan sehari-hari
Pola Nutrisi : Mengetahui seberapa banyak pola nutrisi pada pasien dengan
mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak ada pada pasien.
(Sulistyawati, 2014).
Pola eliminasi : Untuk mengetahui BAB dan BAK berapa kali sehari warna
dan konsistensi. (Saifuddin, 2010).
Pola istirahat : Untuk mengetahui berapa lama pasien tidur siang dan berapa
lama pasien tidur malam, dan apakah ada gangguan. (Astuti, 2012).
Pola seksual : Untuk mengkaji berapa frekuensi yang dilakukan pasien
dalam hubungan seksual dan adakah keluhan selama hubungan seksual.
(Irianto, 2014).
Personal hygiene : Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, kramas, serta
ganti baju, setidaknya 2 kali sehari. (Sulistyawati, 2014).
Aktivitas : Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan pasien sehari-hari.
Hal ini dikaji untuk mengetahui aktivitas sehari-hari bagaimana dan ada
gangguan atau tidak.
2. Data Objekif
a. Keadaan umum : mengetahui keadaan pasien baik atau tidak.
b. Kesadaran : menilai status kesadaran pasien.
c. Pemeriksaan tanda vital
Tekanan darah : Mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan
nilai satuanya mmhg. (Sulistyawati, 2014).
Pengukuran suhu : Mengetahui suhu badan pasien suhu badan normal 36°C-
37,5°C. (Sulistyawati, 2014).
17
Nadi : Memberi gambaran kardiovaskuler, denyut nadi normal 70x/ menit
sampai 80x/ menit. (Saifuddin, 2010)
Pernafasan : Mengetahui sifat pernafasan dan bunyi pernafasan dalam satu
menit. Pernafasan normal 16-24 x/ menit. (Saifuddin, 2010).
Berat badan : Mengetahui berat badan pasien. (Saifuddin, 2010)
Tinggi badan : Mengetahui tinggi badan pasien.
d. Pemeriksaan Fisik
Muka : keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, oedema.
Mata : konjungtiva merah muda atau pucat putih, sklera putih, ada atau tidak
ada gangguan penglihatan, secret/kotoran.
Hidung : bersih, adakah pernafasan cuping hidung, dan polip.
Telinga : adakah kotoran, ada atau tidak ada gangguan pendengaran,
penumpukan serumen
Mulut : untuk mengetahui mulut bersih atau tidak ada caries atau tidak dan ada
karang gigi atau tidak. (Sulistyawati, 2014).
Leher : apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau tyroid, tumor dan
pembesaran getah bening.
Dada dan Axila: apakah ada benjolan pada payudara atau tidak dan apakah
simetris kanan dan kiri dan pada axila adakah pembesaran getah bening.
(Sulistyawati, 2014)
Abdomen : apakah ada jaringan perut atau bekas operasi adakah nyeri tekan
serta adanya massa dengan palpasi. (Sulistyawati, 2014)
Ganetalia : untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi,
varices, pembesaran, kelenjar bartholini, dan perdarahan.
Ekstermitas : apakah terdapat varises, odema atau tidak, betis merah atau
lembek atau keras. (Sulistyawati, 2014).
2.3.2 Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah
dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah
dikumpulkan, di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
18
Pada kasus akseptor suntik depo progestin dengan amenorhea dapat diteggakkan
diagnosa dengan adanya hasil anamnesa dari klien yaitu berhenti menstruasi selama 3
bulan berturut-turut.
2.3.3 Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain, yang
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasikan. Langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati
klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar
terjadi dilakukan asuhan yang aman. Masalah yang bisa timbul dari pemakaian kontrasepsi
suntikan depo progestin dengan amenorhea yaitu drop out.
2.3.4 Penetapan Tindakan Segera atau Kolaborasi
Proses terus menerus ini menghasilkan data baru segera dinilai. Data yang muncul
dapat menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera bertindak atau
menyelamatkan klien. Terjadinya amenorhea yang merupakan efek samping dari
penggunaan kontrasepsi suntikan jenis depo progestin tidak memerlukan tindakan apapun.
2.3.5 Rencana Asuhan (Intervensi)
Dikembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan antisipasi diagnosa dan
problem serta data-data tambahan setelah data dasar. Rencana tindakan komprehensif
bukan hanya meliputi kondisi klien serta konseling yang mantap.
Adapun tujuan keberhasilaan dalam asuhan yang diberikan kepada klien adalah klien
tetap menjadi akseptor KB dan ibu mengerti tentang amenorhea yang terjadi. Adapun
kriteria keberhasilan yang diberikan pada klien adalah klien mengerti tentang efek samping
dari suntikan depo progestin yaitu amenorhea. Rencana asuhan yang diberikan yaitu
jelaskan tentang keuntungan dan keterbatasan suntik depo progestin, efek samping depo
progestin.
2.3.6 Implementasi
Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman klien.
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan tim
kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dengan melaksanakan
yang telah direncanakan, yaitu menjelaskan tentang keuntungan,keterbatasan, dan efek
samping dari suntik depo progestin.
2.3.7 Evaluasi
19
Pada langkah ini dievaluasi kefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah telah
memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah.
Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Nama : Ny “S”
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Tambak Wedi Langgar
2. Alasan Datang
Ingin suntik KB 3 bulan setelah masa nifas 42 hari.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 25 hari
Flour albus :tidak ada
Disminorhoe :tidak ada
Lamanya : 5-7 hari
20
4. Riwayat KB
Cara KB terakhir : tidak pernah
Tujuan ber KB : untuk menunda kehamilan dan menjaga jarak kehamilan berikutnya
dengan tetap memberi ASI pada bayinya.
5. Riwayat Obstetri yang lalu
21
TB : 148
IMT : 22,76
Lingkar Pinggang : 78 cm
2. Pemeriksaan fisik
22
Keuntungan:
a. Mengurangi nyeri haid
b. Mengurangi perdarahan
c. Mencegah anemia
d. Tidak mempengaruhi produksi ASI,
Kerugian :
a. Terjadinya perubahan pola haid
b. Penambahan berat badan
c. Tidak melindungi dari PMS
ibu mengerti kelebihan dan kekurangan KB suntik 3 bulan
4. Memberikan penjelasan pada ibu bahwa seteleh disuntikkan KB suntik 3 bulan, ibu
perlu menunggu 1 minggu supaya KB dapat bekerja maksimal, jika ibu ingin
berhubungan seks sebelum waktu 1 minggu tersebut maka bisa menggunakan kondom
sebagai pelindung sementara. Ibu mengerti penjelasan petugas.
5. Melakukan inform consent dilakukannya kb suntik 3 bulan. Ibu setuju dan
menandatangani lembar inform consent.
6. Memberikaan obat suntikan 3 bulan (Medroxiprogesterone Acetate 150 mg/3ml) pada
1/3 SIAS dengan intramuscular dengan sudut 90 derajat. obat sudah masuk
7. Memberikan KIE ulang tentang efek samping KB suntik 3 bulan yaitu pusing, amenore,
spooting/perdarahan dan penambahan BB. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
8. Mengisi tanggal kembali, hasil dari berat badan dan tekanan darah pada kartu akseptor
ibu. tanggal kembali sudah dicatat
9. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang untuk mendapatkan suntikan KB
suntik 3 bulan berikutnya yaitu 13 Januari 2021. ibu bersedia kembali
10. Mendokumentasikan tindakan suntik KB 3 bulan pada buku register. Tindakan suntik
KB sudah terdokumentasi
23
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada tanggal 21 Oktober 2020 Nn S datang ke Poli KIA Puskesmas Tambak Wedi
Ny “S” ingin suntik KB 3 bulan setelah 42 hari masa nifas. Ny”S” usia 26 tahun ingin
suntik KB untuk menunda kehamilan dan mejaga jarak kehamilan berikutnya, pada
riwayat kesehatan Ny. S tidak menderita penyakit menular (HIV, Hepatitis B, TBC)
Menurun (Hipertenis, Diabetes Millitus, Jantung), dan Ny baru memiliki satu anak dan
sedang menyusui anaknya, saat dilakukan pemeriksaan objektif didapat tanda-tanda vital
Ny. S dalam batas normal yaitu Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Suhu : 36.5, Nadi : 80
x/mnt, RR : 20x/mnt. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dihasilkan tidak teraba
benjolan abnormal pada payudara dan keluar ASI berwarna putih ke kuningan. Didapatkan
diagnose kebidanan yiatu Ny “S’ Usia 26 tahun P10001 Dengan Calon peserta KB Suntik
3 Bulan. Sehingga dilakukan penatalaksanaan pada Ny. S yaitu pemberian KIE tentang
efek samping KB 3 bulan, kelebihan dan kekurangan KB suntik 3 bulan, serta pemberian
penjelasan bahwa KB aktif 1 minggu setelah penyuntikkan, Kemudian diberikan injeksi
Depo Medroxi Progesteron Asetat 150mg sebanyak 3 ml secara intramuscular pada 1/3
SIAS.
Satu manfaat KB adalah untuk mencegah kehamilan berikutnya dengan jarak yang
terlalu pendek (Affandi 2013). Sesuai dengan Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan bahwa KB suntik sesuai dengan wanita yang
memiliki anak <2 (WHO, 2013). Keuntungan suntikan Depo Progestin yaitu tidak
terpengaruh pada hubungan suami istri dan tidakmemiliki pengaruh terhadap ASI
24
sehinggga cocok untuk ibu menyusui (Rahma, 2012). Menurut BKKBN (2017), kontra
indikasi pada pengguna suntik DMPA yaitu : a. Hamil atau dicurigai hamil. b. Perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya. c. Wanita yang tidak dapat menerima
terjadinya gangguan haid. d. Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.
e. Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi. Kontrasepsi suntik progestin DMPA
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik di intramuskular dalam di daerah
pantat(Marmi, 2018)
Dari hasil teori dan kenyataan di lahan praktek, asuhan pelayanan kebidanan yang
diberikan kepada Ibu dengan pelayanan kontrasepsi tidak adanya kesenjangan antara
teori dan praktik.Penapisan metode kontrasepsi sangat penting dilakukan pada ibu yang
baru akan diberikan kontrasepsi hormonal.
25
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan dapat disimpulkan :
1. Ny “S” calon akseptor KB 3 bulan
2. KB suntik 3 bulan tidak berpengaruh pada pemberian ASI
3. Penatalaksanaan efek samping KB suntik 3 bulan yang dialami oleh Ny “S” adalah
konseling tentang efek samping KB suntik 3 bulan
5.2 Saran
1. Bagi Klien
Diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahunya tentang alat kontrasepsi yang
sebaiknya di pakainya, karena setiap wanita usia subur (WUS) atau pasangan usia
subur (PUS) memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
2. Bagi Puskesmas
Asuhan yang diberikan pada klien sudah cukup baik dan hendaknya dapat memberikan
atau menggalakkan alat kontrasepsi yang dapat digunakan jangka panjang, hal ini
dikarenakan alat kontrasepsi jangka panjang dinilai lebih efektif dan efisien.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan lebih banyak belajar tentang persiapan prakonsepsi agar dapat pelayanan
pada klien secara komprehensif dan sesuai kebutuhan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, B. 2013. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Handayani, Sri. 2014. Buku Ajara Pelayanan Berencana.
Yogyakarta : Pustaka Rihama
Astuti. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta: Rahima Press.
Kemenkes . 2016. Info DATIN Pusat Data dan Informasi.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodat in-ibu.pdf
(diakses 06 Juni 2018 ).
Manuaba. 2016. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC Maryunani,
Anik. 2016. Management Kebidanan Terlengkap. Jakarta : Buku Kesehatan
Mulyani, S.ST, 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.Yogyakarta: Nuha Medika
_____________. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Pinem, S. 2014. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakrta: TIM Rismawati, S. 201.
Unmet Need : Tantangan Program Keluarga Berencana Dalam Menghadapi Ledakan
Penduduk Tahun 2030.http://pustaka.unpad.ac/wp-
content/uploads/2014/10/ARTIKELUNMET-NEED.pdf. (diakses tanggal 03 Juni
2018) Setyaningrum,
Erna. 2015. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : CV
Infomedia Suratun, dkk. 2014 Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info
27
LAPORAN SOAP
ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIKKELUARGA BERENCANA DAN PELAYANAN
KONTRASEPSI PADA NY “S” usia 28 th P20002 AKSEPTOR KB IUD DENGAN
SPOTTING
DI WILAYAH PUSKESMAS TAMBAK WEDI SURABAYA
28
TINJAUAN KASUS
1.5. Riwayat KB
a) Jenis peserta KB : Lama, 1 bulan
b) Metode yang pernah dipakai : Setalah kelahiran anak pertama ibu menggunakan KB
suntik 3 bulan. Setelah kelahiran anak kedua ibu menggunakan kontrasepsi sutik 3
bulan selama 6 bulan. Dan sekarang memakai kontrasepsi IUD karena ingin
kontrasepsi jangka Panjang.
c) Keluhan selama pemakaian kontrasepsi
Ibu mengatakan keluar bercak darah.
1.6. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien tidak pernah menderita penyakit menular (HIV, Hepatitis B, TBC) Menurun
(Hipertenis, Diabetes Millitus, Jantung)
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa dari pihak suami dan keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menurun (penyakit jantung, asma, kencing manis, epilepsi dan hipertensi),
maupun penyakit menular (TBC, AIDS)
1.7. Riwayat Kebiasaab Sehari-hari
a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang terdiri dari nasi, ayam, telur,
daging, tahu, tempe, buah dan sayur. Minum air putih 7-8 gelas sehari,suka
mengkosumsi minuman berwama seperti es teh dan kopi. Tidak ada
pantangan/alergi makanan
b. Eliminasi :BAB 1-2 hari sekali, kadang-kadang keras, warna kuning khas, tidak
ada keluhan sakit saat BAB. BAK 6-7 kali sehari, tidak nyeri saat berkemih.
c. Istirahat : Ibu tidur siang ± 1 jam dan tidur malam 7-8 jam sehari.
d. Aktivitas : Pola aktifitas ibu sebagai ibu rumah tangga seperti menyapu, mencuci,
dan memasak.
e. Hygiene : Sebelum mengalami bercak mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali
sehari, ganti celana dalam 2 kali/hari atau setiap kali basah. Setelah adanya bercak
mandi 3 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana dalam 3 kali/hari, ganti
pembalut 2 kali per gari.
f. Seksual: sebelum bercak ibu melakukan hubungan sekdual satu kali seminggu
namun setelah adanya bercak ibu tidak pernak melakukan hubungan seksual
karena gairah seksual menurun.
1.8. Riwayat Perkawinan
Kawin sah 1 kali pada umur 22 tahun, lama perkawinan 6 tahun
1.9. Data Psikososial
Dalam mengikuti KB IUD tidak ada paksaan dari siapapun, baik suami ataupun
keluarga sangat mendukung keputusan ibu. Tetapi, ibu merasa tidak nyaman dan cemas
akan bercak perdarahan yang dialaminya saat ini.
30
2. Data Obyektif
32
LAPORAN SOAP
ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIKKELUARGA BERENCANA DAN PELAYANAN
KONTRASEPSI PADA NY “Y” usia 26 th P20002 AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN
DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN
DI WILAYAH PUSKESMAS TAMBAK WEDI SURABAYA
33
TINJAUAN KASUS
34
Anak UK Penolong Jenis Penyulit Penyu- Jenis BB/PB Keadaan ASI
ke- persa- Persa- bersalin lit nifas kelamin anak anak
linan linan anak sekarang
1 38 Bd Spt-B - - L 3100/ Hidup Ya
Usia 5 thn
49
2 40 Bd Spt-B - - P 3300/ Hidup ya
Usia 1 thn
50
1.6. Riwayat KB
a) Jenis peserta KB : Lama, 1 tahun
b) Metode yang pernah dipakai : Setelah anak kedua umur 6 bulan,Ibu menggunakan KB
suntik 3 bulan.
c) Keluhan selama pemakaian kontrasepsi
Ibu mengatakan mengalami kenaikan berat badan
1.7. Riwayat penyakit
a) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien tidak pernah menderita penyakit menular (HIV, Hepatitis B, TBC) Menurun
(Hipertenis, Diabetes Millitus, Jantung)
b) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa dari pihak suami dan keluarga tidak ada yang
menderita penyakit menurun (penyakit jantung, asma, kencing manis, epilepsi dan
hipertensi), maupun penyakit menular (TBC, AIDS)
1.8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
(1) Nutrisi
(a) Makan : 3-4 kali sehari, porsi 1 piring penuh, pagi : jenisnasi, sayur, tempe, tahu,
daging dan buah. Siang : nasi,sayur, daging, ngemil snack. Malam : nasi, sayur,
telurdan ngemil
(b) Minum : 8- 9 gelas sehari, jenis air putih dan teh
(2) Eliminasi
(a) BAB : 1 kali sehari, konstipasi lunak, warna kuning
(b) BAK : 5-7 kali warna kuning jernih
(3) Istirahat
(a) Siang : 2-3 jam
(b) Malam : 7-9 jam
(4) Aktivitas
35
Ibu mengatakan pekerjaan rumah dibantu suami, bekerja danibu mengatakan tidak
berolahraga.
(5) Personal Hygiene
(a) Gosok gigi : 3 kali sehari
(b) Mandi : 2 kali sehari
(c) Ganti baju : 2 kali sehari
(6) Seksualitas
Ibu mengatakan dalam satu minggu melakukan hubungan seksual 2 kali.
e) Riwayat Psikologi
Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan atas kehendaksendiri dan suami
mengijinkan, ibu mengatakan merasa cemasdengan kenaikan berat badan nya dan ibu
merasa tidak nyamandengan kondisinya sekarang.
2. Data Obyektif
2.1. Status generalis
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : TD :110/80 mmhg R:23/menit
Nadi :80/menit S :36,5oC
d) TB : 151 cm
e) BB : 45 kg
(1) BB pada awal pemakaian : 45 kg
(2) BB saat ini : 52 kg
(3) Peningkatan Berat Badan : 7 kg selama 1 tahun
Tanggal 6 Desember 2019 berat badan 47 kg
Tanggal 28 Februari 2020 naik 2 kg dari 47 kg menjadi 50 kg
Tanggal 23 Mei 2020 naik dari 50 kg menjadi 52 kg
Tanggal 15 Agustus 2020 naik dari 452 menjadi 54 kg
Tanggal 7 November 2020 naik dari 54 kg menjadi 56 kg
Berat Badan ibu normalnya :
TB : TB – (100-TB -150) /4
:151-(100- (151-150) /4
:151-(100- 1) /4
:151- (99,75)
:51.25 kg
f) IMT: 24,6 kg/m
36
2.2. Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak Pucat
Mata : Konjungtiva merah dan sclera putih
Mulut : Bibir tidak, pucat, tidak terdapat stomatitis
Payudara : Simetris, putting susu menonjol tidak tampak benjolan
abnormal
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada benjolan abrnormal dan
tidak ada nyeri tekan
Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Atas : Tidak Oedema, tidak cacat
Bawah : Tidak Oedema, tidak cacat
Integumen : Turgor kulit baik
3. Analisa Data
Ny. Y P20002 umur 26 tahun akseptor KB suntik 3 bulan dengan kenaikan berat badan
4. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu dalam keadaan normal
namun IMT ibu 24,6 dalam kategori beresiko obesitas. Ibu mengerti keadaannya.
2. Memberi tahu informasi tentang efek samping KB suntik Depo Progestin antara lain:
1) Gangguan siklus haid
2) Keputihan
3) Jerawat
4) Rambut rontok
5) Perubahan berat badan karena hormon progesteron mempermudah perubahan
karbohidrat dan gula menjadi lemak sehingga lemak di bawah kulit bertambah dan
juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik.
Ibu mengerti penjelasan petugas
3. Menganjurkan ibu untuk olahraga secara teratur Jenis olahraga yang bisa dilakukan
adalah olahraga aerobik dan anaerobik misalnya : berjalan, jogging, renang, bersepeda.
Ibu bersedia untuik olahraga secara teratur.
5. Melakukan inform consent dilakukannya kb suntik 3 bulan. Ibu setuju dan
menandatangani lembar inform consent.
6. Memberikaan obat suntikan 3 bulan (Medroxiprogesterone Acetate 150 mg/3ml) pada
1/3 SIAS dengan intramuscular dengan sudut 90 derajat. obat sudah masuk.
37
7. Kolaborasi dengan ahli gizi berhubungan dengan Diet yang akan diterapkan ibu. Diet
tinggi gula dan tinggi lemak
8. Menganjurkan ibu untuk mengganti kontrasepsi KB suntik 3 bulan dengan
menggunakan kontrasepsi yang non hormonal (misalnya IUD). Bila cara diatas tidak
berhasil dan berat badanya bertambah terus. Ibu ingin berkomusikasi dengan suami
dulu, sebelum mengganti cara kontrasepsi apabila berat badannya terus bertambah.
9. Mengisi tanggal kembali, hasil dari berat badan dan tekanan darah pada kartu akseptor
ibu. tanggal kembali sudah dicatat
10. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang untuk mendapatkan suntikan KB
suntik 3 bulan berikutnya yaitu 30 Januari 2021. ibu bersedia kembali
11. Mendokumentasikan tindakan suntik KB 3 bulan pada buku register. Tindakan suntik
KB sudah terdokumentasi
38
LAPORAN SOAP
ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIKKELUARGA BERENCANA DAN PELAYANAN
KONTRASEPSI PADA NY “S” usia 39 th P20002 AKSEPTOR KB IMPLANT
DENGAN SPOTTING
DI WILAYAH PUSKESMAS TAMBAK WEDI SURABAYA
39
TINJAUAN KASUS
40
linan linan anak sekarang
1 39 Bd Spt-B - - L 3900/ Hidup Ya
18 thn
50
2 39 Bd Spt-B - - L 3300/ Hidup ya
12 thn
49
1.6. Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 1 bulan selama 3 tahun berhenti
karena ibu mengalami perdarahan banyak, KB pil selama 2 tahun berhenti karena ingin
hamil lagi, kemudian menggunakan IUD selama 10 tahun berhenti karena terjadi
perubahan siklus haid, kemudian menggunakan KB suntik 3 bulan selama 2 tahun ganti
karena ibu mengalami peningkatan berat badan, kemudian ibu menggunakan KB
Implant sejak 1 tahun yang lalu dan selama 1 bulan terakir ibu menggunakan KB
Implant ibu mengalami spotting.
1.7. Riwayat penyakit
c) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien tidak pernah menderita penyakit menular (HIV, Hepatitis B, TBC) Menurun
(Hipertenis, Diabetes Millitus, Jantung)
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa dari pihak suami dan keluarga tidak ada yang
menderita penyakit menurun (penyakit jantung, asma, kencing manis, epilepsi dan
hipertensi), maupun penyakit menular (TBC, AIDS)
1.8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
(1) Nutrisi
(a) Makan : 3-4 kali sehari, porsi 1 piring penuh, pagi : jenisnasi, sayur, tempe, tahu,
daging dan buah. Siang : nasi,sayur, daging, ngemil snack. Malam : nasi, sayur,
telurdan ngemil
(b) Minum : 8- 9 gelas sehari, jenis air putih dan teh
(2) Eliminasi
(a) BAB : 1 kali sehari, konstipasi lunak, warna kuning
(b) BAK : 5-7 kali warna kuning jernih
(3) Istirahat
(a) Siang : 2-3 jam
(b) Malam : 7-9 jam
(4) Aktivitas
Ibu mengatakan pekerjaan rumah dibantu suami, bekerja danibu mengatakan tidak
berolahraga.
41
(5) Personal Hygiene
(a) Gosok gigi : 3 kali sehari
(b) Mandi : 2 kali sehari
(c) Ganti baju : 2 kali sehari
(6) Seksualitas
ibu mengatakan selama spotting tidak melakukan hubungan seksual.
e) Riwayat Psikologi
Ibu mengatakan cemas terhadap keadaanya sekarang ini
2. Data Obyektif
2.1. Status generalis
a) Keadaan umum : Baik.
b) Kesadaran : Composmetis.
c) Tekanan Darah : 120/80 mmHg.
d) Nadi : 80 x / menit.
e) Respirasi : 22 x / menit.
f) Suhu : 36,5 º C.
g) Berat badan : 58 kg.
h) Tinggi badan : 155 cm.
2.2. Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak Pucat
Mata : Konjungtiva merah dan sclera putih
Mulut : Bibir tidak, pucat, tidak terdapat stomatitis
Payudara : Simetris, putting susu menonjol tidak tampak benjolan
abnormal
Abdomen : tidak Ada luka bekas operasi, tidak ada benjolan abrnormal dan
tidak ada nyeri tekan
Genetalia : tidak ada varises, tidak ada bekas luka, tidak ada nyeri tekan, keluar
bercak darah atau flek dalam jumlah sedikit.
Ekstremitas
Atas : Tidak Oedema, tidak cacat
Bawah : Tidak Oedema, tidak cacat
Integumen : Turgor kulit baik
2.3. Data Penunjang
Hb : 11,8 g/dL
3. Analisa Data
42
Ny. Y P20002 umur 39 tahun akseptor KB Implant dengan Spotting.
4. Penatalaksanaan
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dalam keadaan normal yaitu
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36.5oC
Nadi : 80 x/mnt
RR : 22 x/mnt
Ibu mengetahui keadannya
b. Memberikan KIE tentang efek samping KB implant yaitu ekspulsi implant, penambahan
berat badan, infeksi pada luka insisi atau insersi, dan gangguan siklus menstruasi atau haid
dan memberikan penjelasan tentang spotting yaitu keluarnya darah dari vagina diluar sikus
haid yang sedikit berupa bercak, penyebabnya adalah ketidak seimbangan hormon dan
diperkirakan kerja enzim plasmin yang terkonsentrasi dijaringan selaput lendir rahim. Ibu
mengerti penjelasan petugas.
c. Memberikan KIE personal hygiene terutama mengganti celana dalam minimal 2 kali
perhari dan pembalut 2 kali per hari. Ibu bersedia menjaga personal hygiene seperti yang
disarankan.
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapu.
Pil kontrasepsi kombinasi (0,2 mg etinilesstradiol 1x1 per hari). Ibu bersedia meninum
obat sesuai anjuran petugas
e. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang bila ada keluhan. Ibu bersedia
melakukan kunjungan ulang
43