Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS KELOLA

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA


AKSEPTOR BARU KONTRASEPSI PIL KOMBINASI
DI PUSTU MUARA MANGGUNG
KABUPATEN PASAMAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : WESTI KEMALA SARI

NIM : 2115901192

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA


AKSEPTOR BARU KONTRASEPSI PIL KOMBINASI
DI PUSTU MUARA MANGGUNG
KABUPATEN PASAMAN

Disusun Oleh :
Westi Kemala Sari (2115901192)

Telah diseminarkan di depan penguji


Pada tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(Rita Rozana, Amd.Keb) (Vedjia Medhyna, S.ST, M.Keb)


Ketua Prodi Kebidanan

Universitas Fort De Kock

(Febriniwati Rifdi, S.ST, M.Biomed)

2
Kata Pengantar
Segala puji hanyalah milik Allah SWT semesta alam yang menguasai
seluruh isi langit dan bumi, yang senantiasa mengenggam hati-hati manusia.
Dengan limpahan rahmat, karunia dan petunjuknya, akhirnya penulis berhasil
menyelesaikan laporan asuhan kebidanan pada akseptor baru kontrasepsi pil
kombinasi di Puskesmas Pegang Baru Kabupaten Pasaman. Salawat dan salam
untuk Rasul mulia Muhammad SAW, semoga kita semua selalu meneladani
segala sisi kehidupan beliau. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas pada
Program Profesi Pendidikan Bidan Fakultas Kesehatan Universitas Fort De Kock.
Laporan ini dibuat tidak lepas dari bantuan, bimbingan, saran serta
dorongan maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Clinical Intruktur.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan


karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu
dengan hati terbuka penulis menerima saran atau kritikan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap laporan
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis sendiri,
Amin.

Pasaman, April 2022

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas (Riskesdas, 2017).
Salah satu cara untuk menunjang program pemerintah yaitu dengan cara
penggunaan alat kontrasepsi. Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel
telur oleh sel sperma (konsepsi), atau pencegahan menempelnya sel telur
yang telah dibuahi pada dinding Rahim. Dalam pelaksanaannya, sasaran
pelaksanaan program KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS). Pasangan Usia
Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri yang terikat dalam perkawinan yang
sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun (PP RI No.78
2014).
Pada saat sekarang ini telah banyak beredar berbagai macam alat
kontrasepsi, kelompok KB hormonal terdiri dari KB modern jenis susuk,
suntikan dan pil sedangkan kelompok non hormonal adalah sterilisasi pria,
sterilisasi wanita, spiral/IUD, diafragma dan kondom. Kelompok alat/cara KB
modern menurut jangka waktu efektivitas untuk MKJP (Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang) terdiri dari susuk, sterilisasi pria, sterilisasi wanita serta,
spiral/IUD, sedangkan kelompok non MKJP adalah jenis suntikan, pil,
diafragma dan kondom.
Data yang didapatkan dari Riskesdas tahun 2017, peserta aktif di
Indonesia 63,22 %, angka penggunaan kontrasepsi tertinggi adalah suntik

4
62,77%, pil 17,24%, IUD 7,15%, kondom 1,22 %, implan 6,99%, MOW
2,73%, MOP 0,53%.
Kontrasepsi pil kombinasi yaitu mengandung progestin yang diberikan
setiap 21 hari dengan diminum setiap hari pada waktu yang sama. Efek
samping yang sering di temukan adalah penambahan berat badan, sakit kepala,
gangguan haid yang berupa amenorhoe, perdarahan ireguler, dan spotting.
Selain itu terdapat juga efek samping pada kardiovaskuler, efek metabolik dan
efek pada system reproduksi. Karena itu petugas kesehatan harus berperan
aktif dalam memberikan konseling kepada akseptor kontrasepsi pil oral
kombinasi (Sulistyawati, 2015).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti akan melaksanaan asuhan
kebidanan pada akseptor baru kontrasepsi pil kombinasi di Puskesmas Pegang
Baru Kabupaten Pasaman.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada akseptor baru kontrasepsi
pil kombinasi di Puskesmas Pegang Baru Kabupaten Pasaman?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar dapat memberikan asuhan kebidanan pada akseptor baru kontrasepsi
pil kombinasi di Puskesmas Pegang Baru Kabupaten Pasaman.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk dapat melakukan pengumpulan data subjektif
b. Unutk dapat melakukan pengumpulan data objektif
c. Untuk dapat melakukan Analisa kasus
d. Untuk dapat melakukan Penatalaksanaan Kasus
D. Manfaat
1. Bagi Institusi pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada akseptor baru kontrasepsi pil
kombinasi .
2. Bagi Profesi

5
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai penyempurnaan
pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor baru kontrasepsi pil
kombinasi.
3. Bagi Klien
Agar klien dan masyarakat mendapatkan pelayanan secara optimal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana (KB)
1. Pengertian
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. KB merupakan
salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu
dengan kondisi 4T yaitu Terlalu muda melahirkan (di bawah usia
20 tahun), Terlalu sering melahirkan, Terlalu dekat jarak
melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun).
Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan
kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan
harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan
kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin (Kemenkes RI, 2018).
KB telah didefinisikan baik dalam perundang-undangan
oleh para ahli. Undang-undang nomor 10 tahun 1992 menyatakan
bahwa KB merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan, usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga yang bahagia
dan sejahtera (Yuhedi dan Kurniawati, 2015).
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), KB adalah suatu
usaha pasangan suami-istri untuk mengatur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Usaha yang dimaksud adalah kontrasepsi atau

6
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga, prinsip dasar
metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai
dan membuahi sel telur wanita. Selain itu, KB juga merupakan
salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan
utama bagi wanita.
KB merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat
kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera (Irianto, 2014).
2. Tujuan KB
a. Tujuan umum
Tujuan umum program KB nasional adalah
memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi. Pelayanan keluaraga berencana yang
berkualitas, berguna dalam menurunkan (AKI) dan (AKB)
serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk
membentuk keluarga kecil berkualitas (Yuhedi dan
Kurniawati, 2015) .
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus KB adalah meningkatkan
penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan KB dengan cara
pengaturan jarak kelahiran (Purwoastuti dan Walyani, 2015
3. Tugas bidan dalam memberikan pelayanan KB
Tugas bidan dalam memberikan pelayanan KB adalah:
a. Mengkaji kebutuhan pelayanan KB pada pasangan/wanita
usia subur
b. Menentukan diagnosa dan kebutuhan pelayanan
c. Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah
bersama klien
d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan asuhan rencana yang
dibuat
e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan

7
f. Membuat asuhan tindak lanjut pelayanan bersama klien
Membuat catatan dan laporan asuhan (Manuaba, 2016).

4. Standar dalam memberikan pelayanan KB

Menurut Prijatni Ida et al (2016) dalam memberikan


asuhan kebidanan tentang pelayanan keluarga berencana, maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan :

a. Melakukan Pemilihan dan Persetujuan Tindakan Medis


Informed choice merupakan hak pilih klien terhadap
kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya. Informed
Choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan
penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya,
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih
asuhannya. Peran bidan tidak hanya membuat asuhan dalam
manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa
hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya
terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik internasional
bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus
menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan
dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab
untuk hasil dari pilihannya.
b. Informed consent (hak persetujuan klien terhadap tindakan
medik yang akan diterima)
Informed consent adalah bukti tertulis tentang persetujuan
terhadap prosedur klinik suatu metode kontrasepsi yang
akan dilakukan pada klien, harus ditandatangani oleh klien
sendiri atau walinya apabila akibat kondisi tertentu klien
tidak dapat melakukan hal tersebut, persetujuan diminta
apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap

8
keselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga
sebelumnya). Informasi yang diberikan kepada calon /klien
KB harus disampaikan selengkap-lengkapnya, jujur dan
benar tentang metode kontrasepsi yang akan diadakan oleh
calon/ klien KB tersebut.
c. Penapisan Klien
Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu
metode kontrasepsi (misalnya pil, suntikan atau AKDR)
adalah untuk menentukan apakah ada : Kehamilan, keadaan
yang membutuhkan perhatian khusus atau masalah
(misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang
membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.
d. Klasifikasi Persyaratan
Bagaimana meyakini bahwa klien tidak hamil. Klien tidak
hamil apabila tidak bersenggama sejak haid terakhir, bila
sedang memakai metode efektif secara baik dan benar,
didalam 7 hari pertama haid terakhir. Di dalam 4 minggu
pasca persalinan menyusui dan tidak haid. Pemeriksaan
fisik jarang dibutuhkan, kecuali untuk menyingkirkan
kehamilan yang lebih dari 6-8 minggu.
e. Catatan Tindakan dan Pernyataan
Setelah calon peserta dan pasangannya menandatangani
inform consent, pelayanan kontrasepsi dilakukan. Pada
halaman belakang lembar persetujuan tindakan medis
terdapat catatan tindakan dan pernyataan oleh
dokter/bidan/perawat yang melakukan tindakan. Catatan
tindakan dan pernyataan tersebut memuat catatan tindakan
yang dilakukan yaitu metode keberhasilan tindakan, waktu,
serta pernyataan dari petugas bahwa pelayanan yang
diberikan sudah sesuai dengan standar. Informed consent
juga dilakukan pada pasangannya dengan alasan sebagai
berikut Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui bahwa

9
pasangannya secara sadar telah memberikan persetujuan
terhadap tindakan medic dan Suami tidak dapat
menggantikan posisi istrinya untuk memberikan persetujuan
(atau sebaliknya) kecuali pada kondisi khusus / tertentu.

B. Kontrasepsi Pil Kombinasi


1. Pengertian
Pil Kombinasi merupakan zat-zat kimia yang kerjanya
melumpuhkan spermatozoa yang bergerak kedalam traktus
genitalia interna dan berisi estrogen maupun progesteron
(progestagen, gestagen). Dosis estrogen ada yang 0,05; 0,08 dan
0,1 mg pertablet (Saifuddin, 2014).
Pil kombinasi merupakan Pil KB yang mengandung
esterogen dan progesteron. Cara kerjanya sama dengan pil KB
progestin. Perbedaannya adalah pil kombinasi mempengaruhi
produksi ASI sehingga tidak disarankan untuk ibu menyusui.
Pil KB kombinasi adalah salah satu jenis alat kontrasepsi
yang berupa pil, yang berisi estrogen dan progesteron. Pil KB
kombinasi berisi 21 tabelt hormon aktif estrogen dan atau
progesteron dalam dosis yang bervariasi dengan atau tanpa 7 tabelt
tanpa hormon (BKKBN, 2015).
2. Jenis Pil KB Kombinasi
a. Monofasik
Pil yang teredia dalam 21 tabelt mengandung hormon aktif
estrogen/progesteron dalam dosis yang sama dengan 7
tabelt tanpa hormon.
b. Bifasik
Pil yang tersedia dalam 21 tabelt mengandung hormon aktif
estrogen/progesteron dengan dua dosis yang berbeda
dengan 7 tabelt tanpa hormon.
c. Trifasik

10
Pil yang tersedia dalam 21 tabelt mengadung hormon aktif
estrgen/progesteron dengan tiga dosis yang berbeda dengan
7 tabet tanpa hormon (Saifuddin, 2014).
3. Cara kerja pil kombinasi
a. Menekan ovulasi
b. Mencegah implantasi degan mengubah endometrium
menjadi atrofik.
c. Mengubah lendir servik menjadi kental sehingga sulit
dilalui sperma.
d. Mengganggu pergerakan tuba fallopi sehingga transportasi
telur dengan sendirinya akan terganggu pula (Affandi,
2014).
4. Efektifitas Pil KB Kombinasi
Kontrasepsi Pil KB Kombinasi memiliki efektifitas yang
tinggi(hampir menyerupai evektivitas tubekomi ) apabila
digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam
tahun pertama penggunaan (Saifuddin, 2014).
5. Kelebihan Pil KB Kombinasi
Adapun kelebihan dalam menggunakan Pil Kombinasi
sebagai berikut :
a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir
menyerupai efektifitas tubektomi), bila digunakan
setiap hari.
b) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual.
d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri
haid.
e) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan
masih ingin menggunakannya untuk mencegah
kehamilan.

11
f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga
monopause.
g) Mudah dihentikan setiap saat.
h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil
dihentikan.
i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
j) Membantu mencegah : kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang
panggul, kelainan jinak pada payudara, kelainan
jinak pada payudara, dimenore (Saifuddin, 2014).
6. Kekurangan Pil KB Kombinasi
Adapun kekurangan dalam menggunakan Pil Kombinasi
sebagai berikut :
a) Mahal dan membosankan karena harus
menggunakannyasetiap hari.
b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
c) Perdarahan bercak atau perdarahan terutama 3 bulan
pertama.
d) Pusing
e) Nyeri Payudara
f) Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan
tertentu kenaikan berat badan justru memiliki
dampak positif.
g) Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil
kombinasi
h) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui
(mengurangi ASI)
i) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan
depresi dan perubahan suasana hati, sehingga
keinginan untuk melakukan hubungan seks
berkurang.

12
j) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi
cairan, sehingga resiko struk, dan gangguan
pembekuan darah pada vena dalam sedikit
meningkat. Pada perempuan usia > 35 tahun dan
merokok perlu hati-hati.
k) Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual),
HBV, HIV/AIDS.
7. Indikasi penggunaan Pil KB Kombinasi
Wanita yang dapat menggunakan pil KB kombinasi antara lain :
a) Usia reproduksi
b) elah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak
c) Gemuk atau kurus
d) Menginginkan metodo kontrasepsi efektivitas tinggi
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui atau setelah
melahirkan anak 6 bulan yang tidak diberikan asi ekslusif
sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak
cocok bagi ibu tersebut
f) Pasca keguguran
g) Anemia karena haid berlebihan dan nyeri haid yang hebat
h) Siklus haid tidak teratur
i) Riwayat kehamilan ektopik
j) Kelainan payudara jinak
k) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh
darah, mata dan syaraf
l) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometritis atau
tumor ovarium jinak
m) Menderita tuberkulosis dan varises vena (Saifuddin, 2014).
8. Kotraindikasi penggunaan Pil KB Kombinasi
Yang tidak boleh menggunakan pil KB kombiasi antara lain :
a) Hamil latau dicurigai hamil
b) Menyusui eksklusif
c) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya

13
d) Penyakit hati akut (Hepatitis)
e) Perokok dengan usia >35 tahun
f) Riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah
>180/110 mmHg dan riwayat gangguan faktor pembekuan
darah atau kencing manis >20 tahun
g) Kanker payudara atau dicurgai kanker payudara
h) Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat
epilepsi)
i) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari

9. Waktu pemakaian pil KB kombinasi


Waktu untuk mulai penggunaan pil KB kombinasi yaitu :
a) Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan
itu tidak hamil
b) Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
c) Boleh menggunakan pada hari ke-8 sampai hari ke 14 atau
tidak melakukan hubungan seksual sampai perempuan telah
menghabiskan paket pil tersebut
d) Setelah melahirkan yaitu setelah 6 bulan pemberian asi
ekslusif, setelah 3 bulan dan tidak menyusui serta pasca
keguguran ( segera atau dalam waktu 7 hari)
e) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi dan ingin
menggantinya dengan pil KB kombinasi, pil dapat segera
diberikan tanpa menunggu haid.
10. Cara pemakaian pil KB kombinasi
Cara pemakaian pil KB kombinasi adalah sebagai berikut :
a) Sebaiknya pil diminum setiap hari dan pada saat yang sama
setiap hari (tidak lebih dari 3 jam), lebih baik ada malam
hari.
b) Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke-
7 siklus haid
c) Sangat dianjurkan penggunannya pada hari pertama haid

14
d) Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila
paket 28 pil habis, sebaiknya anda mulai minum pil dari
paket yang baru.
e) Bia paket 21 habis, sebaiknya tunggu 1 minggu baru
kemudian mulai minum pil dari paket yang baru.
f) Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunkan pil,
ambillah pil yang lain atau menggunakan metode
kontrasepsi yang lain.
g) Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam ,
maka bila kedaan memungkinkan dan tidak memperburuk
keadaan, pil dapat diteruskan.
h) Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih,
cara penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa
i) Bila lupa minum 1 pil (hari1-21), sebaiknya minum pil
tersebut segera setelah ingat walaupun harus minum 2 pil
pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan metode
kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (hari 1-21),
sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai sesuai jadwal
yang ditetapkan. Juga sebaliknya menggunakan metode
kontrasepsi yang lain atau tidak melakukan hubungan
seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut.
j) Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan
(Saifuddin, 2014).
11. Efek samping pil kombinasi
Penjelasan tentang efek samping pil kombinasi kepada
klien seperti halnya apa yang harus dilakukan jika terjadi masalah,
akan meningkatkan pemakaian yang aman dan efektif. Khususnya
klien harus mengetahui bahwa dalam 3 siklus pertama ada
kemungkinan tejadi efek samping seperti di bawah ini: Mual; rasa
tidak enak di payudara; pendarahan antara dua haid atau
breakthrough bleeding; pusing; sakit kepala; penambahan berat
badan; jerawat.

15
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR BARU KONTRASEPSI PIL
KOMBINASI DI PUSTU MUARA MANGGUNG

Tanggal : 09-04-2022
Pukul : 10.00 wib

A. SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. K Nama Suami : Tn. J
Umur : 24 Tahun Umur : 28 Tahun
Suku/Bangsa : Minang/ Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kumpulan
2. Alasan kunjungan/keluhan : ibu mengatakan ingin menggunakan
pil KB kombinasi.
3. Riwayat menstruasi

16
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 4-5x ganti pembalut
Lamanya : 6-7 hari
Teratur : tidak teratur
Dismenorrhea : ya
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

No Kehamil UK Persalina Penyulit JK BB/PB Uisa Nifas


an ke- n anak
1 39 Spontan Tidak ada L 3000 12 Tidak ada
mgg gr/48 bulan penyulit
cm

5. Riwayat kesehatan
 Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita : ibu
mengatakan tidak sedang atau tidak pernah menderita
penyakit sistemik seperti jantung, DM, asma, TBC, hepatitis
dan hipertensi.
 Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga : ibu mengatakan
keluarga tidak sedang atau tidak pernah menderita penyakit
sistemik seperti jantung, DM, asma, TBC, hepatitis dan
hipertensi.
6. Riwayat Ginekologi
 Tumor : Tidak ada
 Operasi ginekologi : Tidak ada
 Penyakit kelamin : Tidak ada
 GO : Tidak ada
 Sifilis : Tidak ada
 Herpes : Tidak ada
17
 Keputihan : Tidak ada
 Perdarahan tanpa sebab : Tidak ada
7. Pola aktivitas

Pola Nutrisi :
Makan : 3-4x/ hari, jenis : nasi, lauk, sayur
Minum: 7-8 gelas/hari, jenis : air putih, teh, susu
Pola Istirahat :
Siang : 30 menit
Malam : 7 jam
Aktivitas : Ibu fokus mengurus anaknya dan pekerjaan rumah
Hubungan seksual : Melakukan hubungan seksual 2-3x
seminggu
8. Data psikososial : Ibu tampak siap mengikuti kontrasepsi ini
karena semua direspon dengan baik oleh suami dan keluarga.
B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 110/80 mmHg Suhu : 36,5°C
Nadi : 86x/i pernafasan : 20x/i
BB : 59 kg
TB : 160 cm
2. Pemeriksaan fisik
 Kepala : Bersih, warna hitam, tidak berketombe, tidak rontok,
tidak kusam.
 Muka : tidak ada oedema, tidak pucat
 Mata : Sklera putih, konjungtiva merah.
 Hidung : Bersih, simetris, tidak ada secret, tidak ada benjolan
 Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada karies, tidak ada
perdarahan pada gusi.

18
 Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen
 Leher : tidak ada benjolan pada kelenjar tiroid dan limfe
 Payudara : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
 Abdomen : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan tidak ada
pembesaran uterus.
 Genitalia : tidak ada varises, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pengeluaran.
 Anus : tidak ada hemoroid
 Ekstremitas : tidak ada varises, tidak ada oedema
3. Pemeriksaan penunjang
HB : 11 gr/dL
C. ASSESSMENT
Diagnosa : Ny. K P1A0H1 usia 24 tahun akseptor KB pil kombinasi
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : KIE
D. PLANNING
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dalam
batas normal yaitu : TD : 110/80 mmHg N :86x/i S :36,5°C R :
20x/i.
2. Memberikan ibu KIE tentang indikasi penggunaan pil kombinasi
yaitu Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun yang belum
memiliki anak, Gemuk atau kurus, Menginginkan metodo
kontrasepsi efektivitas tinggi, Setelah melahirkan dan tidak
menyusui atau setelah melahirkan anak 6 bulan yang tidak
diberikan asi ekslusif sedangkan semua cara kontrasepsi yang
dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut, Pasca keguguran, Anemia
karena haid berlebihan dan nyeri haid yang hebat, Siklus haid tidak
teratur, Riwayat kehamilan ektopik, Kelainan payudara jinak.
3. Memberikan KIE tentang kontraindikasi penggunaan pil kombinasi
yaitu : Hamil latau dicurigai hamil, Menyusui eksklusif,
Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya,
Penyakit hati akut (Hepatitis), Perokok dengan usia >35 tahun,
19
Riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah >180/110
mmHg dan riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau
kencing manis >20 tahun, Kanker payudara atau dicurgai kanker
payudara, Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat
epilepsi), Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari
4. Memberikan KIE tentang cara pemakaian pil kombinasi yaitu :
a. Sebaiknya pil diminum setiap hari dan pada saat yang sama
setiap hari (tidak lebih dari 3 jam), lebih baik ada malam
hari.
b. Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke-
7 siklus haid
c. Sangat dianjurkan penggunannya pada hari pertama haid
d. Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila
paket 28 pil habis, sebaiknya anda mulai minum pil dari
paket yang baru.
e. Bia paket 21 habis, sebaiknya tunggu 1 minggu baru
kemudian mulai minum pil dari paket yang baru.
f. Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunkan pil,
ambillah pil yang lain atau menggunakan metode
kontrasepsi yang lain.
g. Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam ,
maka bila kedaan memungkinkan dan tidak memperburuk
keadaan, pil dapat diteruskan.
h. Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih,
cara penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa
i. Bila lupa minum 1 pil (hari1-21), sebaiknya minum pil
tersebut segera setelah ingat walaupun harus minum 2 pil
pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan metode
kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (hari 1-21),
sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai sesuai jadwal
yang ditetapkan. Juga sebaliknya menggunakan metode

20
kontrasepsi yang lain atau tidak melakukan hubungan
seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut.
j. Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan
5. Memberikan KIE tentang efek samping KB Pil Kombinas antara
lain mual; rasa tidak enak di payudara; pendarahan antara dua haid
atau breakthrough bleeding; pusing; sakit kepala; penambahan
berat badan; jerawat.
6. Menganjurkan pada ibu datang kembali/follow up 1 minggu
kemudian datang kapan saja jika ada masalah atau gangguan
kesehatan sehubungan dengan alat kontrasepsinya.

DATA PERKEMBANGAN KUNJUNGAN 2


Tanggal : 10-04-2022
Pukul : 09.00 WIB

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan setelah minum pil merasa mual
OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV :
Nadi : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/i
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 20 x/ menit
Muka : tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
ASSESSMENT
Ny. K P1A0H1 usia 24 tahun akseptor KB pil kombimasi
PLANNING

21
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dalam batas
normal yaitu : TD : 110/80 mmHg N :80x/i S :36,5°C R : 20x/i.
2. Memberikan ibu KIE tentang efek sampin pil kombinasi yaitu mual; rasa
tidak enak di payudara; pendarahan antara dua haid atau breakthrough
bleeding; pusing; sakit kepala; penambahan berat badan; jerawat.
3. Menjelaskan bahwa keluhan mual yang dialami ibu merupakan efek dari
pil kombinasi, jika mual atau muntah setelah minum pil maka ibu minum
pil lagi atau gunakan kontrasepsi tambahan lain.
4. Menganjurkan pada ibu datang kembali/follow up 1 minggu kemudian
datang kapan saja jika ada masalah atau gangguan kesehatan sehubungan
dengan alat kontrasepsinya.

DATA PERKEMBANGAN KUNJUNGAN 3


Tanggal : 16-04-2022
Pukul : 09.00 WIB

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasa mual
OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV :
Nadi :110/80 mmHg
Nadi : 80x/i
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 20 x/ menit
Muka : tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
ASSESSMENT
Ny. K P1A0H1 usia 24 tahun akseptor KB pil kombimasi
PLANNING

22
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dalam batas
normal yaitu : TD : 110/80 mmHg N :80x/i S :36,5°C R : 20x/i.
2. Menjelaskan bahwa keluhan mual yang dialami ibu merupakan efek dari
pil kombinasi, jika mual atau muntah setelah minum pil maka ibu minum
pil lagi atau gunakan kontrasepsi tambahan lain.
3. Memberitahu ibu bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunkan pil,
ambillah pil yang lain atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain.
Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam , maka bila kedaan
memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan, pil dapat diteruskan.
4. Menganjurkan pada ibu datang kapan saja jika ada masalah atau gangguan
kesehatan sehubungan dengan alat kontrasepsinya.

BAB IV
PEMBAHASAN
Pelayanan KB dilaksanakan pada usia reproduksi sehat yang
kesehatan reproduksi memenuhi syarat. Teknik konseling yang baik dan
informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara
interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan
budaya yang ada. Selanjutnya dengan informasi yang lengkap dan cukup
akan memberikan keleluasaan pada klien dalam memutuskan dan memilih
kontrasepsi yang akan digunakannya. Sesuai dengan teori ini, pelaksana
asuhan memberikan keleluasaan kepada Ny. K untuk memilih ingin
menggunakan kontrasepsi pil kombinasi.
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormone
sintesis estrogen dan progesterone. Pil kombinasi adalah kontrasepsi yang
pada dasarnya meniru proses-proses alamiah yakni akan menggantikan
produksi normal estrogen dan progesterone oleh ovarium. Kontrasepsi pil
bekerja dengan cara mencegah implantasi hasil pembuahan pada uteus,
menekan terjadinya ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sperma
tidak mudah masuk, mengganggu pergerakan tuba fallopii sehingga
transportasi sel telur di saluran tuba menjadi terhambat (Saifuddin, 2014).

23
Pada data kunjungan ke-2 ibu mengeluh mual setelah
mengkonsumsi pil KB. Efek samping yang sering ditemukan adalah
penambahan berat badan, sakit kepala, gangguan haid yang berupa
amenorhoe, perdarahan ireguler, dan spotting. Selain itu terdapat juga efek
samping pada kardiovaskuler, efek metabolik dan efek pada system
reproduksi. Karena itu petugas kesehatan harus berperan aktif dalam
memberikan konseling kepada akseptor kontrasepsi pil oral kombinasi
(Sulistyawati, 2015).
Efek samping yang sering terjadi pada pengguna pil KB adalah
mual pada saat awal pemakaian, kemudian efek samping lainnya yaitu
timbulnya jerawat, migraine, sakit kepala ringan, perubahan suasana hati,
dan penambahan berat badan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Caecilia et al. (2020).
Efek samping lain yang mungkin terjadi adalah gangguan
gastrointestinal berupa mual (10%), hal ini biasanya terjadi pada saat awal
penggunaan kontrasepsi hormonal dan kemudian akan menghilang setelah
tubuh mulai bisa beradaptasi dengan hormon yang masukkan ke dalam
tubuh. Selain itu, efek samping lain dapat berupa timbulnya fek hitam dan
jerawat (3,8%) serta terjadinya penurunan gairah seks (2,5%) (Matahari et
al., 2018).
Kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi kedua yang banyak
digunakan oleh responden dalam penelitian ini, begitu pula oleh
masyarakat Indonesia pada umumnya. Kontrasepsi pil banyak menjadi
pilihan wanita usia subur dengan alasan utama yaitu murah dan mudah
didapat serta tidak perlu pergi ke tenaga kesehatan untuk
menggunakannya. Selain itu, alasan lainnya adalah penggunaan pil KB
tidak menimbulkan efek samping berupa lambatnya kembali kesuburan
sehingga wanita dapat segera hamil kembali saat berhenti meminum pil.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Baharu,
Harismayanti, & Naue (2019) yang menyimpulkan bahwa kontrasepsi pil
banyak menjadi pilihan wanita usia produktif (20-30 tahun) sebab mereka

24
dapat dengan mudah kembali subur apabila berhenti menggunakan pil KB
untuk mengatur jarak kehamilan.
Berdasarkan data subjektif, ibu usia 24 tahun yaitu dalam usia
reproduktif, telah memiliki anak yang berusia 12 bulan, riwayat
menstruasi yaitu 4-5x ganti pembalut sehari, ada nyeri haid, siklus haid
tidak teratur, ibu mengatakan tidak sedang atau tidak pernah menderita
penyakit sistemik seperti jantung, DM, asma, TBC, hepatitis dan
hipertensi. Tidak mengalami perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya, tidak kanker payudara atau dicurgai kanker payudara.
Sedangkan pada data objektif pada pemeriksaan fisik leher tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, pada payudara tidak ada benjolan
dan nyeri tekan, pada pemeriksaan penunjang HB 11 gr/dL.
Pil kombinasi adalah jenis kontrasepsi yang paling umum
digunakan, kontraindikasinya seperti riwayat tromboflebitis, kelainan
serebrovaskular, gangguan fungsi hati, dan keganasan payudara.
Kontraindikasi relatif mencakup hipertensi, diabetes, perdarahan vagina
yang tidak jelas sumbernya, laktasi, fibromioma uterus, dan lainnya
(Wiknjosastro, 2014).
Berdasarkan kasus Ny. K, penggunaan kontrasepsi pil kombinasi
merupakan kontrasepsi yang efektif pada Ny. K yang dalam usia
reproduktif. Sedangkan Ny. K bukan termasuk kontraindikasi dalam
penggunaan KB pil kombinasi. Pada kasus Ny. K tidak ditemukan
kesenjangan antara praktek dan teori.

25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan keluarga berencana pil
kombinasi pada Ny. K didapatkan asuhan keluarga berencana dilakukan
dengan memberikan konseling kepada ibu tentang alat kontrasepsi yang
akan digunakan. Ny. K memutuskan akan menjadi akseptor baru
kontrasepsi pil kombinasi.
B. Saran
1) Mahasiswa
Mahasiswa harus meningkatkan pengetahuannya dan
keterampilannya agar dapat melakukan atau memberikan konseling
kepada klien dan mampu memberikan pelayanan asuhan kebidanan
pada akseptor baru kontrasepsi pil kombinasi.
2) Klien
Diharapkan pada ibu agar lebih mengetahui informasi tentang
kontrasepsi pil kombinasi.
3) Tenaga kesehatan

26
Sebagai tenaga kesehatan agar senantiasa mengembagkan mutu
pelayaanan terutama asuhan kebidanan pada akseptor baru
kontrasepsi pil kombinasi.

Daftar Pustaka

Affandi. 2014. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Baharu, M. R., Harismayanti, H., & Naue, A. K. (2019). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Peminatan Kontrasepsi Pil Dan Suntik Di Wilayah
Kerja Puskesmas Global Tibawa. Akademika : Jurnal Ilmiah Media
Publikasi Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, 8(1), 54.

BKKBN. 2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan ke-5. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan
Caecilia, M., Setiawati, N., Prasetyaningrum, E.,Alit, D., Tinggi, S., Farmasi, I.,
& Pharmasi, Y. 2020. Efek Samping Pil KB Akseptor diLingkungan
Manyaran Kota Semarang. Cendekia Journal Of Pharmacy, 4(2), 175–
184.
Irianto Koes. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Bandung : Alfabeta
Kemenkes R.I. 2018. Data Dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2018.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Manuaba. 2016. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC
27
Matahari, R., Utami, F. P., & Sugiharti, S. 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana
Dan Kontrasepsi. Pustaka Ilmu.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 78 2014 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga Berencana.
Prijatni Ida., Sri Rahayu. 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Jakarta: PUSDIK SDM kesehatan Kemenkes
Purwoastuti, Endang dan Elisabeth Siwi Walyani. 2015. Panduan Materi
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2017. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan kementrian RI.

Saroha Pinem. 2014. Kesehatan Reproduksi Dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info
Media.

Sulistyawati. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
ANDI

Wiknjosastro H. 2014. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Yuhedi, Taufika Lucky dan Titik Kurniawati. 2015. Buku Ajar Kependudukan
dan Pelayanan Kb. Jakarta : EGC.

28
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Kontrasepsi


Sasaran : PUS
Hari/tanggal : Menyesuaikan
Pukul : Menyesuaikan
Konselor : Bidan
A. TUJUAN
Setelah dilakukan konseling diharapkan ibu mampu mengetahui tentang
kontrasepsi.
B. MATERI
kontrasepsi
C. MEDIA
1) Leaflet
D. METODE PENYULUHAN
1) Ceramah
2) Demonstrasi

29
3) Tanya jawab
E. PELAKSANAAN

No Kegiatan Respon masyarakat Waktu


1. Pendahuluan 5 menit
a. Penyampaian salam a. Membalasa salam
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Menjelaskan topik c. Memperhatikan
penyuluhan d. Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan e. Memperhatikan
e. Menjelaskan waktu
pelaksanaan
2 Penyampaian materi 20 menit
a. Materi : kontrasepsi a. Memperhatikan penjelasan
b. Memberikan dan mencermati materi
kesempatan untuk
bertanya
c. Menjawab pertanyaan
peserta

b. Bertanya

c. Memperhatikan
3 Penutup 5
a. Menyimpulkan hasil a. Memperhatikan me
penyuluhan
b. Mengakhiri dengan b. Menjawab salam
salam

30
F. EVALUASI

G. REFERENSI
Kemenkes RI. 2019. Panduan pelayanan pasca persalinan bagi ibu dan bayi
baru lahir. Jakarta : Kemenkes.

KONTRASEPSI

a. Metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Adalah salah satu metode kontrasepsi yang diletakkan didalam Rahim ibu
yang bosa berisikan hormone atau tidak (Kemenkes RI, 2019).
b. Metode Implan
Adalah metode kontrasepsi bawah kulit berupa kapsul yang berisikan
hormone yang akan diletakkan dibawah kulit ibu melalui tindakan
pembedahan sederhana (Kemenkes RI, 2019).
c. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Adalah kontrasepsi yang mengandalkan menyusui secara eksklusif, artinya
ibu secara langsung menyusui bayi tanpa memberikan tambahan makanan
ataupun minuman apa pun lainnya hingga bayi berusia 6 bulan. MAL
dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila memenuhi seluruh persyaratan
berikut: Ibu menyusui secara penuh (full breast feeding), pemberiannya
lebih dari 8 kali sehari atau total waktu menyusui lebih dari 4 jam, Umur
bayi kurang dari 6 bulan, dan Ibu belum haid kembali (Kemenkes RI,
2019).
d. Metode Kondom

31
Adalah penggunaan metode berier berupa selubung/sarung karet untuk
menghalangi sperma masuk ke uterus. Kondom dapat digunakan
kapanpun, atau sementara bila kontrasepsi lainnya harus ditunda
(Kemenkes RI, 2019).
e. Metode kontrasepsi pil
Merupakan metode kontrasepsi hormonal yang terdiri dari pil progestin
(mini pil) Mini pil dapat diberikan dalam 6 minggu pertama pasca
persalinan (Kemenkes RI, 2019).
f. Metode kontrasepsi suntik
Merupakan metode kontrasepsi hormonal yang akan diinjeksikan secara
intramuscular (Kemenkes RI, 2019).
g. Metode Tubektomi
Merupakan metode kontrasepsi operatif wanita yang bersifat permanen
yang melibatkan prosedur pembedahan. Pada persalinan pervaginam dapat
dilakukan hingga 48 jam pascapersalinan dengan minilaparotomi (jika
tidak bisa dalam waktu 2 hari pascapersalinan, ditunda sampai 4-6
minggu), sedangkan persalinan dengan seksio sesaria Metode ini
dilaksanakan di fasilitas kesehatan lanjutan (Kemenkes RI, 2019).
h. Metode Vasektomi, merupakan metode operatif pria yang bersifat
permanen dan aman untuk pasangan suami istri yang tidak ingin
mempunyai anak lagi, dapat dilakukan setiap saat Bahkan, vasektomi
merupakan metode pascapersalinan yang sesuai dan aman karena periode
3 bulan yang diperlukan agar vasektomi menjadi efektif masih dalam
periode ASI eksklusif, sehingga masih dapat mengandalkan MAL. Bila
pasangan sudah tidak ingin anak lagi, disarankan untuk menggunakan
metode kontrasepsi MOW atau MOP (Kemenkes RI, 2019).

32

Anda mungkin juga menyukai