Oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
A. Pasangan Usia Subur
1. Pengertian PUS ( Pasangan Usia Subur)
Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahunn dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala
hal terlebih organ reproduksinya udah berfungsi dengan baik. Ini
dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau
cerai. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan
memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan
metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval kehamilan
dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan
kualitas generasi yang akan datang (Kurniawati, 2014)
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan
usia istri berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri
berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau usia istri berumur
lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (BKKBN, 2013). Pada pasangan
suami istri usia subur yang baru menikah atau ingin mendapatkan anak
lagi, kehamilan merupakan saat-saat yang paling ditunggu. Hal itu juga
merupakan saat yang menegangkan ketika sebuah kehidupan baru
bertumbuh dan berkembang di dalam rahim (Dewi, 2011).
2. Masalah dan Kebutuhan yang Dialami Pasangan Usia Subur (PUS)
Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam
memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan tersebut
normal. Hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu perlunya
pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan
aman. Dalam penyelesaian masalah tersebut dilakukan tindakan dari
tenaga kesehatan dalam penyampaian penggunaan alat kontrasepsi
rasional untuk menekan angka kelahiran dan mengatur kesuburan dari
pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan harus memberikan
penyuluhan yang benar dan dimengerti oleh masyarakat luas (Suryani,
2016).
B. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) menurut WHO (Expert Commite, 1970)
adalah tindakan yang membantu individu/pasutri untuk mendapatkan
objektif- objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Sulistyawati, 2011).
Program KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk
membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan
reproduksi, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan
mengurangi insiden kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan
kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan
mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan
mutu nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan,
meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB,
dan meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk penunjangan
kehamilan (Rachmayani, 2015).
Penyelenggaraan program KB yaitu untuk mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas. Program ini dilaksanakan
untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil
keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab
tentang usia ideal perkawinan, usia ideal untuk melahirkan, jumlah
anak ideal, jarak ideal kelahiran anak dan penyuluhan kesehatan
reproduksi (Alfiah, 2015). Secara umum (KB) dapat diartikan sebagai
suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa
sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya
yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat
langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya
perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal
yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari
perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun, 2008).
2. Tujuan Kb
a. Tujuan utama dari program KB Nasional adalah untuk memberikan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas kepada
masyarakat, menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi serta
penanggulangan masalahkesehatan reproduksi dalam rangka
membangun keluarga kecil berkualitas (Asisah 2016).
b. Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi
pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga (Sulistyawati, 2011). Untuk
menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan KB
telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan jangkauan,
pembinaan terhadap peserta KB agar secara terus menerus
memakai alat kontrasepsi, pelembagaan dan pembudayaan Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta peningkatan
keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana. Selanjutnya untuk
mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut terus dimantapkan
usaha-usaha operasional dalam bentuk upaya pemerataan
pelayanan KB, peningkatan kualitas baik tenaga, maupun sarana
pelayanan KB, penggalangan kemandirian, peningkatan peran serta
generasi muda, dan pemantapan pelaksanaan program di lapangan
(Rachmayani 2015).
3. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut:
a. Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun
manfaat yang diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut:
1) Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka
waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat
terpelihara terutama kesehatan organ reproduksinya.
2) Meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan
oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan
beristirahat yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut
memang diinginkan.
b. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal
berikut:
1) Memperbaiki kesehatan fisik
2) Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya
c. Seluruh keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental, dan sosial setiap anggota keluarga; dan bagi anak dapat
memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan
serta kasih sayang orang tuanya. Ruang lingkup KB secara umum
adalah sebagai berikut :
1) Keluarga berencana
2) Kesehatan reproduksi remaja
3) Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5) Keserasian kebijakan penduduk
6) Pengelolaan SDM aparatur
7) Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
8) Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara
(Sulistyawati, 2011).
C. Alat Kontrasepsi KB Suntik
1. Definisi
Kontrasepsi suntik adalah alat kontraspesi yang disuntikan kedalam
tubuh dalam jangka waktu tertentu, kemudian masuk kedalam
pembuluh darah diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh yang
bergunaa untuk mencegah timbulnya kehamilan (Hanafi, 2012). Ada
dua jenis kontrasepsi suntik, yaitu KB suntik kombinasi dan KB
suntik berisi hormon progrestin.
2. Klasifikasi
a. KB suntik kombinasi (1 bulan)
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang
emberiannya tiap bulan sebagai usaha pencegahan kehamilan
berupa hormon progresteron dan esterogen pada wania usia subur.
Pengguna kontrasepsi suntik memengaruhi hipotalamus dan
hopofifis untuk menurunkan kadar FSH dan LH sehingga tidak
terjadi perkembangan dan pematangan folikel dab Graaf atau
dngan kata lain menekan ovulasi. Jenis suntikan kombinasi ini
berupa 25 mg Depo Medroksi Pogesteron Asetat, 5 mg Esterogen
Sipionat (Cilofem) serta 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg
Esrodiol valerat yang diberikan setiap sebulan sekali dengan
penyuntikan secara intramuscular.
1) Cara Kerja KB Suntik 1 Bulan
Menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental
sehingga penetrasi sperma terganggu, perubahan pada
endometrium (adtrofi) sehingga implantasi terganggu dan
menghambat transportasi.
2) Efektivitas KB Suntik 1 Bulan
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan)
sebelum tahun pertama penggunaan.
3) Keuntungan Kontrasepsi KB suntik 1 Bulan
Risiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri, tidak diperlukan pemeriksaan dalam,
jangaka panjang, efeksamping sangan kecil, mengurangu
jumblah perdarahan, mengurangu nyeri saat haid, mencegah
anemia, khasiat pencegah terhadap kanker ovarium dan
kanker endometrium, mengurangi penyakit payudara jinak
dan kista ovarium, mencegah kehamilan ektopik, melinungi
klien dari jenis-jenis penyakit radang panggul dan pada
keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause.
4) Kerugian Kontrasepsi 1 Bulan
Terjadi perubahan pada piola haid, seperti tidak teratur
perdarahan bercak/spoting atau perdarahan selama sampai 10
hari, mual sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan
seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga,
ketergantungan klien terhadap pelayanankesehatan, klien
harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan
efektifitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan
obat-obat epilepsy (fenitoin dan berbiturat) atau obat
tubercolosis (Rifampisin), dapat terjadi efeksamping yang
serius seperti: serangan jantung, stroke, bekuan darah pada
paru atau otak dan kemungkinan dan imbulnya tumor hati,
penambahan berat badan, tidak menjamin perlindungan
terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus,
atau infeksi HIV dan kemungkinan terlambatnya kesuuran
setelah penghantian pemakainyan
5) Ibu Yang Boleh Menggunakan KB Suntik 1 Bulan
Usia reproduksi, telah memiliki anak, ataupun yang belum
memiliki anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan
efektifitas yang tinggi, menyusui ASI pasca persalinan> 6
bulan, Pasca persalinan dsan tidak menyusui, anemia, nyeri
haid hebat, haid teratur, riwayat kehamilan ektopik dan sering
lupa menggunakan pil kontrasepsi.
6) Ibu Yang Tidak Boleh Menggunakan KB Suntik 1 Bulan
Hamil atau diduga hamil, menyusui debawah umur 6 mgg
pasca ersalinan, perdarahan pervagina yang belum jelas
penyebabnya, penyakit hati akut (virus hepatitis), usia 35
tahun yang merokok, riwayat penyakit jantung, stroke taua
dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg), riwayat
kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20
tahun, kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit
kepala atau migrain dan keganasan pada payudara.
7) Waktu Mulai menggunkan KB Suntik 1 Bulan
Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari silus
haid, klien tidak boleh melukaukan hubungan seklual dalam 7
hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari, bila
klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat,
asalsaja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil, klien tidak
boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama waktu 7
hari, bila klien pasca persalinan 6 bulan, menyusui serta
belum haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat
dipastikan tidak hamil, bi;a pasca persalinan > 6 bulan
menyusui serta telah mendapat haid, maka suntikan pertama
diberikan pada sikluas haid 1-7 hari, bila pasca persalinan < 6
bulan dan menyusui,jangan diberikan su tikan kombinasi, bila
pasca persalinan 3 minggu, tidak menyusui, suntikan
kombinasi dapat diberi, pasca keguguran, suntiikan kombinasi
dapat diberikan atau dalam waktu 7 hari. Ibu yang sedang, ibu
yang sedang ,enggunakan metode kontrasepsi hormonan,
selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya
secara benar, suntik kombinasi dapat segera diberikan tanpa
perlu menunggu haid, bila ragu-ragu perlu dilakukan uji
kehamlan terlebih dahulu, bila kontrasepsi sebelumnya juga
kontasepsi hormonal dan ibu tersebut ungin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, ,aka suntikan kombinasi tersebut
dapat diberikan sesuai jatwal kontrasepsi sebelumnya tidak
diperlukan metode kontrasepsi lain, ibu yang menngunakan
metode kontasepsi non hormonan dan igin menggantinya
dengan suntikan kombinasi maka suntikan pertama dapat
segera diberikan asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil
dan pemberinnya tanpa perlu menunggu datangnya haid bila
diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain
tidak diperlukan, bila sebelumnya menggunakan AKDR dan
ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka
suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus haid cabut segera
AKDR.
8) Cara Penggunaan KB Suntik 1 Bulan
Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan
intarmuscular dalam klien diminta datang setiap 4 minggu.
Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal dengan
kemingkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga
diberikan setelah7 hari dari jatwal yang telah ditentukan.
Asalsaja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontassepsi yang lain untuk 7 hari saja.
3. KB suntik Progestin (3 Bulan)
Suntik progestin merupakan metode kontrasepsi yang diberikan
setiap 3 bulan. jenis kontrasepsi ini sangat efektif, aman dan daat
dipakai semua wanita usia reproduksi.KB suntik 3 bulan atau DMPA
(Depot Medroxy Progesterone Acetate) atau Depo Provera yang
diberikan setiap tiga bulan sekali dengan dosis 150 miligram yang
disuntik secara IM (Intra Muscular)pada otot bokong atau pada otot
deltoid (Mulyani & Ronawati, 2013). Injeksii pertama harus
diberikan hanya pada saat hari ke-5, hal ini untuk memastikan
akseptor tidak dalam keadaan hamil, pada saat injeksi pertama
kalisetalah suntikan pertama, kadar DMPA dalam darah mencapai
puncak setelah 10 hari. DMPA dapat memberikan perlindungan
dengan aman selama tiga bulan. mrtode ini 99% efektif jika dipakai
dengan benar (Yuhedi & Kurniawati, 2018).Kontrasepsi ini
mengandung kadar progrestin yang tinggi sehingga menghambat
lonjakan LH secara efetif sehingga tidak terjadi ovulas. Kadar FSH
dan LH menurun serta tidak terjadi lonjakan LH, hal ini menghambat
perkembangan folikel dan mencegah ovulasi. (Yuhendi &
Kurniawati, 2018).
1) Cara Kerja KB Suntik 3 Bulan.
Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga
menurunkan kemampuan penetrasi seperma, menjadikan selaput
lendir rahim tipis dan strofi dan menghambat trasportasi gamet
oleh tuba.
2) Efektivitas KB Suntik 3 Bulan
Efektifitas keluarga berencana suntuk triwulan sangat tinggi,
angka kegagalan kurang dari 1% Worid Health Organization
(WHO) telah melakukan penelitian pada DMPA (Depot Medroxy
Progesteron Acetate) dengan dosis standart dengan angka
kegagalan 0,7%, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang ditentukan menurut Hartanto,2003(dalam
Mulyani dan Rinawarni, 2013).
3) KeuntunganMetodeSuntik3 Bulan
Efektifitastinggi,sederhanapemakainnya, cukupmenyenangkan
akseptor (injeksi hanya 4 kali dalam setahun), cocok untuk ibu-ibu
yang menyusui anak, tidak berdampak serius terhadap penyakit
gangguan pembekuan darah dan jantung karena tidak mengandung
hormon esteroge, dapat mencegah kanker endometrium,
kehamilan ektopik, serta beberapapenyabab akibat radang
panggul, menurunkan krisis anemia bulan sabit sickle ceel.
(Mulyani & Rinawari, 2013).
4) Ibu Yang Dapat Menggunakan KB Suntik 3 Bulan
Ibu yang dapat menggunakan KB suntik triwulan adalah ibu usia
(20-35 tahun), ibu pascapersalinan, ibu pasca keguguran, ibu yang
tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung
esterogen, nuli para dan telah mempunyai anak abanyak serta
belum bersedia untuk kb tubektomi, ibu yang sering lupa
menggunakan kb pil. Anemia defisiensi besi, ibu yang tidak
memiliki riwayat darah tinggi dan ibu yang sedang
menyusui(Mulyani & Rinawari, 2013).
5) Ibu Yang Tidak Dapat Menggunakan Suntik 3 Bulan
Ibu yangtidak dapat menggunakan KB suntik triwulan yaitu ibu
hamil atau dicurigai hamil, ibu yang mendedrita kaker payudara
atau riwayat kanker payudara,diabetes militus yang disertai
komplikasi dan perdarahan pervagina yang belum jelas
penyebabnya. (Mulyani & Rinawari, 2013).
6) Waktu Yang Dibolehkan Untuk Menggunakan Kb Suntik 3 Bulan.
Waktu yang diperolehkan yaitu mulai hari pertama sampai hari ke-
7 siklus haid, bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7
siklus haid dan pasien tidak hamil. Pasien tidak boleh melakukan
hubungan seksual untuk 7 hari atau lamanya penggunaan metode
kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari.Jika pasien pasca
persalinan > 6 bulan, menyusui, serta bulan haid, suntikan pertam
dapat diberikan asal saja dapat dipastikan ibu tidak hamil, bila
pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui sutikan kombinasi
dapat diberikan. Ibu pascakeguguran, suntikan progestin dapat
diberikan. Ibu dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal
yang lain dan ingin menggantikan dengn kontrasepsi hormonal
progestin, selain ibu tersebut menggunakan kontasepsi
sebelumnya secara bena, suntikan progestin dapat diberikan tanpa
menunggu haid. Bila ragu-ragu perlu dilakukan unji kehamilan
terlebih dahulu, bila kontrasesi sebelumnya juga kontrasepsi
hormonal, dan ibu tersebut ingin menganti dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan
sesuia jatwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode
kontrasepsi lain.Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non
hormonal dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi,
maka suntikan pertama dapat diberikan asal saja diyakini ibu
tersebut tidak hamil dan pemberiannya menunggu datangnya haid.
Bila diberikan pada hari 1-7 siklis haid metode kontrasepsi lain
tidak diperlukan. (Mulyani & Rinawari, 2013).
7) Kerugian Metode kb Suntik 3 Bulan.
Sering ditemukan gangguan haid seperi siklus haid yang
memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,
perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), klien
sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali unutk suntikan), tidak dapat dihemtikan sewaktu-waktu
sebelum suntikan berikut, permasalahan berat badan merupakan
efek samping tersering, tidak menjamin perlindungan terhadap
penularan infeksi menular seksual,hepatitis B virus atau infeksi
virus HIV, terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian, terlambatnya kembali kesuburan bukan karena
erjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan
karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya
(tempat suntikan), pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit
menurunkan kepadatan tulang (densitas), pada penggunaan jangka
panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan
libido, gangguan emosi(jarang), sakit kepala, nerfositas, jerawat.
8) Cara Penggunaan KB Suntik 3 Bulan.
Cara pemberian kontrasepsi suntikan dapat dilihat,
kontasepsisuntikan DMPA diberikan setiap 3bulan dengan cara
disuntik intramuscular yang dalam didaerah bokong. Apabila
suntikan diberikan terlalu dangkal, penterapan kontrasepsi
suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan
Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu.
Mulai injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu. Bersihkan kulit
yang akan disuntikkan dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh
etil/isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit sebelum di suntik
Setelah kulit kering baru disuntik. Kocok dengan baik dan
hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi
suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada
dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan
menghangatkan.
D. Amnorhea
1. Defenisi
Amenore adalah keadaan tidak datangnya haid selama 3 bulan
berturut-turut. Terdapat 2 bentuk amenore yaitu amenore primer bila
tidak dating bulan sejak bayi sampai mencapai usia 18 tahun atau
lebih dan amenore sekunder bila penderita pernah mendapatkan haid
tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan (Manuaba, 2014).
2. Penyebab Amenore
Penyebab amenore cukup banyak yang berkaitan dengan:
a. Keadaan fisiologis (sebelum menarce, hamil dan laktasi amenore,
menopause)
b. Gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisi-ovarium
c. Kelainan congenital
d. Gangguan sistem hormonal
e. Gangguan gizi
f. Gangguan metabolism
g. Tumor alat kelamin
h. Penyakit menahun
i. Perubahan hormonal karena pemakaian KB suntik 3 bulan Depo
Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) (Manuaba, 2014)
3. Patofisiologi
Terjadinya gangguan haid pada pemakaian kontrasepsi suntik belum
jelas namun berbagai penelitian tentang gangguan haid pada
pemakaian progesterone saja dapat disebabkan karena terjadinya
lonjakan-lonjakan estrogen secara sporadik dan turunnya atau
rendahnya kadar estrogen secara persisten. Secara farmakologi
medroxyprogesteron acetat (MPA) akan langsung diikat oleh reseptor
progesterone di endometrium dan akan menghalangi pengaruh
estrogen pada endometrium sehingga di tingkat perifer, keseimbangan
pengaruh estrogen dan progesterone akan terganggu. Mekanisme yang
pasti tentang terjadinya gangguan pola menstruasi pada pemakaian
kontrasepsi hormonal.
5. Penatalaksanaan
a. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
1) Jelaskan sebab terjadinya amenore
2) Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut dalam rangka
penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu
3) Motivasikan agar tetap memakai suntikan (Irianto, 2015)
b. Tindakan medis
Menurut Sulistyawati (2015), yaitu:
1) Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan
bahwa darah tidak terkumpul dalam rahim
2) Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyuntikan.
Jelaskan bahwa hormon progestin tidak menyebabkan kelainan
pada janin
3) Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera
4) Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan, karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan
kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik
5) Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut,
suntikan hangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis
kontrasepsi yang lain.
Menurut Irianto (2015), yaitu: jika klien memaksa ingin
haid (biasanya dengan alasan psikis), tablet diberikan I-II, 1x1
tablet mulai hari IV selama 4-5 hari.
Menurut Handayani (2015), setelah kemungkinan
kehamilan disingkirkan pada amenore, maka dapat dlakukan
pemeriksaan Tgyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar
hormone tiroid dapat mempengaruhi kadar hormone prolaktin
dalam tubuh. Selain itu kadar hormone prolaktin dalam tubuh juga
perlu diperiksa. Apabila kadar hormone TSH dan prolaktin normal,
maka esterogen/progestogen challenge test adalah pilihan untuk
melihat kerja hormone esterogen terhadap lapisan endometrium
dalam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.
Menurut Affandi (2014), pengobatan yang dilakukan sesuai
dengan penyebab amenore yang dialami. Apabila penyebabnya
adalah obesitas, maka diet dan olah raga adalah terapinya. Belajar
untuk mengatasi stress dan menurunkan aktivitas fisik yang
berlebih juga dapat membantu. Terapi amenore diklasifikasikan
berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah,
penyebab indung telur dan penyebab susunan saraf pusat
Menurut Irianto (2015), terapi yang diberikan antara lain 1
siklus pil kombinasi selama 3 hari dan kemudian dilanjutkan
dengan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari atau dapat juga
diberikan 50 mg etinilestradinol atau 1,25 mg esterogen equin
konjugasi untuk 14-21 hari.
E. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Pengkajian adalah sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. (Varney dkk, 2007). Pengkajian adalah sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. (Varney dkk, 2007).
a. identitas pasien
Nama : Selain sebagai identitas, upayakan agar nama sesuai dengan
nama panggilan sehingga hubungan komunikasi lebih akrab
Umur : Untuk mengetahui umur pasien.
Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut pasien. Juga
membantu kita dalam memberikan asuhan.
Suku bangsa : Untuk mengetahui suku bangsa yang dianut oleh
pasien
Pendidikan terakhir : Untuk mengetahui tingkat intelektual yang
mempengaruhi perilaku seseorang, dan mempermudah kita dalam
memberikan informasi.
Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat ekonomi keluarga dan
penghasilan.
Alamat : Untuk menghindari kekeliruan bila ada dua pasien dengan
nama yang sama untuk keperluan kunjungan rumah.
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan utama yang dirasakan saat pemeriksaan.
(Varney dkk, 2007)
c. Riwayat perkawinan
ni penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan mendapatkan
gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan.
Beberapa pertanyaan yang dapat ajukan antara lain :
1) Berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali?
2) Status pernikahan (sah/tidak)?
3) Lama pernikahan?
4) Ini adalah suami yang ke? (Sulistyawati, 2009)
d. Riwayat mentruasi
5) Menarche
Menarche terjadi pada usia rata-rata 12 tahun (kisaran normal 8-
16 tahun).
6) Siklus
Siklus menstruasi yang normal biasanya berlangsung antara 21
sampai 35 hari (rata-rata 28 hari). Pada kasus ini ibu mengalami
siklus menstruasi kurang dari 21 hari.
7) Lamanya
Rata-rata lamanya menstruasi adalah 3-7 hari.Riwayat kehamilan
dan nifas yang lalu
8) Banyaknya
Rata-rata darah yang keluar selama menstruasi adalah 80 ml
(Norwitz dan Schorge, 2008). Pada kasus ini ibu mengganti
pembalut 3-4 kali sehari.
9) Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri sewaktu haid (Marmi, 2015).
e. Riwayat kehamilan
Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil konsepsi
terakhir (abortus, lahir hidup, penolong persalinan, apakah anaknya
masih hidup, dan apakah dalam kesehatan yang baik), apakah ada
komplikasi intervensi pada kehamilan, persalinan, ataupun nifas
sebelumnya. (Hidayat, 2013).
f. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit apa yang sedang pasien derita
sekarang. (Astuti, 2012), menanyakan pada ibu apa saja keluhan
utama yang dirasakan ibu saat ini dan kapan keluhan itu berawal.
(Varney dkk, 2007)
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu ditanyakan untuk mengidentifikasi
kondisi kesehatan dan untuk mengetahui penyakit yang diderita
dahulu seperti jantung, asma, TBC, hipertensi, diabetes, PMS,
HIV/AIDS. (Sulistyawati, 2014).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji dengan penyakit yang menurun atau menular yang dapat
mempengaruhi kesehatan akseptor KB. Sehingga dapat diketahui
penyakit keturunan misalnya hipertensi, jantung, asma, DM, dan
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, ,malaria, dan HIV/AIDS.
(Sulistyawati, 2012).
g. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Mengetahui seberapa banyak pola nutrisi pada pasien dengan
mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak ada pada
pasien. (Sulistyawati, 2014).
2) Pola eliminasi
Untuk mengetahui BAB dan BAK berapa kali sehari warna dan
konsistensi. (Saifuddin, 2010).
3) Pola istirahat
Untuk mengetahui berapa lama pasien tidur siang dan berapa
lama pasien tidur malam, dan apakah ada gangguan. (Astuti,
2012).
4) Pola seksual
Untuk mengkaji berapa frekuensi yang dilakukan pasien dalam
hubungan seksual dan adakah keluhan selama hubungan seksual.
(Irianto, 2014).
5) Personal hygiene
Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, kramas, serta ganti baju,
setidaknya 2 kali sehari. (Sulistyawati, 2014).
6) Aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan pasien sehari-hari.
Hal ini dikaji untuk mengetahui aktivitas sehari-hari bagaimana
dan ada gangguan atau tidak.
h. Data psikologis
Data psikologis ini untuk mengetahui keadaan psikologis pasien.
(Sulistyawati, 2014)
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : mengetahui keadaan pasien baik atau tidak.
2) Kesadaran : menilai status kesadaran pasien.
3) Pemeriksaan tanda vital
a) Tekanan darah Mengetahui faktor resiko hipertensi atau
hipotensi dengan nilai satuanya mmhg.
b) Pengukuran suhu Mengetahui suhu badan pasien suhu badan
normal 36°C-37,5°C.
c) Nadi Memberi gambaran kardiovaskuler, denyut nadi normal
70x/ menit sampai 80x/ menit.
d) Pernafasan Mengetahui sifat pernafasan dan bunyi pernafasan
dalam satu menit. Pernafasan normal 16-24 x/ menit.
(Saifuddin, 2010).
4) Head to toe
a) Kepala
- Rambut :untuk menilai warna, kelebatan, dan karakteristik
seperti ikal, lurus, keriting.
- Muka :keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan,
oedema.
- Mata :konjungtiva merah muda atau pucat putih, sklera
putih, ada atau tidak ada gangguan penglihatan,
secret/kotoran.
- Hidung :bersih, adakah pernafasan cuping hidung, dan
polip.
- Telinga :adakah kotoran, ada atau tidak ada gangguan
pendengaran, penumpukan serumen
- Mulut :untuk mengetahui mulut bersih atau tidak ada caries
atau tidak dan ada karang gigi atau tidak. (Sulistyawati,
2014).
b) Leher
apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau tyroid, tumor
dan pembesaran getah bening.
c) Dada dan Axila: apakah ada benjolan pada payudara atau
tidak dan apakah simetris kanan dan kiri dan pada axila
adakah pembesaran getah bening.
d) Abdomen :apakah ada jaringan perut atau bekas operasi
adakah nyeri tekan serta adanya massa dengan palpasi.
e) Ganetalia : untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-
tanda infeksi, varices, pembesaran, kelenjar bartholini, dan
perdarahan.
f) Ekstermitas :apakah terdapat varises, odema atau tidak, betis
merah atau lembek atau keras. (Sulistyawati, 2014)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan
masalah yang dihadapi
2. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa kwatir dengan
akibat dari kondisi yang di alami
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh. d.d
mengungkapkan perasaan negatuf tentang tubuh
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini dilakukan pelaksaanan dari perencanan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini
diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi
evaluasi. Tujuan evaluasi, adalah untuk meniai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi Biran. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo.
BKKBN. 2012. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.
Dewi MUK. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
untuk Mahasiswa Bidan. Jakarta: TIM.
Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihana
Hartanto Hanafi. 2012. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Manuaba. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2016), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2016), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
1. PENGKAJIAN
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan
masalah yang dihadapi
2. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa kwatir dengan
akibat dari kondisi yang di alami
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan wanita usia subur dapat
mengerti dan mengetahui tentang KB suntik KB 3 bulan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pasien mampu :
D. PELAKSANAAN KEGIATAN
Penanggung jawab : Yolanda Tri Kurnia
1. KEGIATAN PENYULUHAN
No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audien media Metode
1 Pendahulu 1. Mengucapkan 1. Menjawab salam Leaflet Ceramah
an salam
(5menit) 2. Memperkenalkan 2. Memperhatikan Ceramah
diri
3. Menjelaskan 3. Mendengarkan Ceramah
cakupan materi
4. Menanyakan 4. Mendengarkan/ Tanya
pengetahuan menjawab jawab
tentang KB suntik
3 bulan
2. Penyajian 1. Menjelaskan 1. Memperhatikan Leaflet Ceramah
(5 menit) Pengertian KB dan
suntik 3 bulan Tanya
2. Menjelaskan Cara 2. Mendengarkan jawab
Kerja KB suntik 3
bulan
3. Menjelaskan 3. Mendengarkan
Indikasi dan
Kontraindikasi KB
suntik 3 bulan
4. Menjelaskan 4. Mendengarkan
Kekurangan dan
kelebihan KB
suntik 3 bulan
5. Menjelaskan Efek 5. Memperhatikan
samping KB
suntik 3 bulan
6. Memberikan 6.tanya jawab
kesempatan
kepada pasien
untuk bertanya
Penutup (5 1. Evaluasi
menit) a. Menanyakan a. Menjawab Ceramah
kepada pasien , Tanya
tentang jawab
pengertian Kb
suntik 3 bulan
b. Menanyakan b. Menjawab
kepada pasien
tentang
indikasi dan
kontra indikasi
kb suntik 3 bln c. Menjawab
c. Menanyakan
kepada pasien
efek samping
kb suntik 3
bulan
2. Menyimpulkan 2. Memperhatikan Ceramah
seluruh materi
yang telah
disampaikan
3. Menyampaikan 3. Menjawab Ceramah
ucapan
terimakasih
kepada pasien
4. Menutup 4. Menjawab salam
pertemuan dengan
mengucapkan
salam
E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. MEDIA / ALAT BANTU
1. Leafle
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Keegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
b. Tempat, media, alat penyuluhan sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Penyuluhan dapat berjalan dengan lancar
b. Peran dan tugas sesuai dengan rencana
c. Pasien penyuluhan dapat mengikuti penyuluhan dengan baik
d. Tidak adanya hambatan saat melakukan penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan 75% pasiem dapat :
a. Mengetahui Pengertian KB suntik 3 bulan
b. Mengetahui Cara Kerja KB suntik 3 bulan
c. Mengetahui Indikasi dan Kontraindikasi KB suntik 3 bulan
d. Mengetahui Kekurangan dan kelebihan KB suntik 3 bulan
e. Mengetahui Efek samping KB suntik 3 bulan
MATERI PENYULUHAN
KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN
A. Pengertian
Suntik 3 bulan merupakan metode kontrasepsi yang diberikan secara
intramuscular setiap tiga bulan. Keluarga berencana suntik merupakan metode
kontrasepsi efektif yaitu metode yang dalampenggunaannya mempunyai
efektifitasatau tingkat kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi serta angka
kegagalan relatiflebih rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi
sederhana.
B. Jenis
1. DMPA (Depo medroxy progesterone acetate) atauDepo Proverayang
diberikantiap tiga bulan dengan dosis 150 mg yang disuntik secara IM.
2. Depo Noristeratdiberikan setiap 2 bulan dengan dosis 200 mgNore-
tindronEnantat.
C. Cara Kerja
1. Menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukanreleasingfactordan hipotalamus.
2. Leher serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma
melaluiserviks uteri.
3. Menghambat implantasi ovum dalam endometrium.
D. Efektivitass
Efektifitas keluarga berencana suntuk3 bulan sangat tinggi, angka
kegagalankurang dari 1%.World Health Organization(WHO) telah melakukan
penelitian padaDMPA (Depo medroxy progesterone acetate) dengan dosis
standart dengan angkakegagalan 0,7%, asal penyuntikannya dilakukan secara
teratursesuai jadwal yangditentukan.
E. Keuntungan
1. Efiktifitas tinggi.
2. Sederhana pemakaiannya
3. Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4 kali dalam setahun).
4. Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak.
5. Tidak berdampak serius terhadappenyakit gangguan pembekuan darah
danjantung karena tidak mengandung hormon estrogen.
6. Dapat mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik, serta beberapa
penyebab penyakit akibat radang panggul
F. Kekurangan
1. Terdapat gangguan haid seperti amenore yaitu tidak datang haid pada
setiapbulan selama menjadi akseptor keluarga berencana suntik 3 bulan
berturut-turut. Spotting yaitu bercak-bercak perdarahan di luar haid yang
terjadi selama akseptormengikuti keluarga berencana suntik. Metroragia
yaitu perdarahan yangberlebihan di luar masa haid. Menoragia yaitu
datangnya darah haid yangberlebihan jumlahnya.
2. Timbulnya jerawat di badan atau wajah dapat disertai infeksi atau tidak
biladigunakan dalam jangka panjang.
3. Berat badan yang bertambah 2,3kg pada tahun pertama dan meningkat 7,5
kgselama enam tahun.
4. Pusing dan sakit kepala.
5. Bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan
akibatperdarahan bawah kulit.
6. Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang senggama dan
terasamengganggu (keputihan).
G. Indikasi
1. Ibu usia reproduksi ( 20-35 tahun ).
2. Ibu pasca persalinan.
3. Ibu pasca keguguran.d.Ibu yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi
yang mengandung estrogen.
4. Nulipara dan yang telah mempunyai anak banyakserta belum bersedia
untuk KB tubektomi.
5. Ibu yang sering lupa menggunakan KB pil.
6. Anemia defisiensi besi.
7. Ibu yang tidak memiliki riwayat darah tinggi.
8. Ibu yang sedang menyusui
H. Kontraindikasi
1. Ibu hamil atau dicurigai hamil.
2. Ibu yangmenderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
3. Diabetes mellitus yang disertai konplikasi.
4. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
I. Waktu mulai menggunakan KB suntik 3 bulan
1. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
2. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid dan pasien
tidakhamil. Pasien tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari
lamanya ataupenggunaan metode kontrasepsi yang lain selama masa waktu
7 hari.
3. Jika pasien pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta belum haid,
suntikanpertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan ibu tidak hamil.
4. Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan kombinasi
dapatdiberikan.
5. Ibu pasca keguguran, suntikan progestin dapat diberikan.
6. Ibu dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain dan
inginmengganti dengan kontrasepsi hormonal progestin, selama ibu
tersebutmenggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan
progestin dapatsegera diberikan tanpa menunggu haid. Bilaragu-ragu perlu
dilakukan ujikehamilan terlebih dahulu.
7. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebt
inginmengganti dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi
tersebut dapatdiberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak
diperlukan metodekontrasepsi lain.
8. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan
inginmenggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama
dapatdiberikan asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil dan
pemberiannya tanpamenunggu datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7
siklus haid metodekontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya IUD
dan ingin menggantinyadengan suntikan kombinasi, maka suntikan
pertama diberikan hari 1-7 siklus haid.Cabut segera IUD. (Siti Mulyani,
2013).
DAFTAR PUSTAKA
Affandi Biran. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo.
1. Menghalangi ovulasi
(masa subur)
2. Lender serviks
menjadi kental
3. Menghambat sperma
bertemu sel telur
Indikasi