Anda di halaman 1dari 21

MATERI

A. Sejarah Keluarga Berencana (KB) Di Indonesia


Program keluarga berencana sudah dimulai cukup lama di Indonesia,
yakni sejak masa orde baru yaitu tahun 1967. Berikut ini adalah beberapa
peristiwa sejarah yang menggambarkan perjalanan program KB di Indonesia:
1. Di bulan Januari tahun 1967 pemerintah mengadakan simposium kontrasepsi
di kota Bandung yang diikuti oleh banyak masyarakat melalui media massa.
2. Di bulan Februari 1967, kongres PKBI diadakan untuk pertama kali dan hasil
dari kongres ini adalah harapan agar program keluarga berencana segera
digalakkan.
3. Di bulan April 1967, Gubernur DKI Jakarta yang berkuasa saat itu, Ali
Sadikin, menyelenggarakan program KB untuk pertama kali di Jakarta.
4. Di tanggal 16 Agustus 1967 untuk pertama kalinya pidato mengenai program
keluarga berencana dilakukan di depan umum. Selama masa orde lama
program keluarga berencana dilarang pemerintah dan dilakukan secara diam-
diam. Saat orde baru, KB baru bisa mendapatkan tempat sebagai program
resmi yang didukung pemerintah.
5. Bulan Oktober 1968 Lembaga Keluarga Berencana Nasional didirikan
sebagai realisasi dari kesungguhan pemerintah untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk yang mulai tidak terkontrol.

B. Pengertian Kontrasepsi
Pengertian Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan
(Wiknjosastro, 2009). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan, alat yang digunakan untuk menunda kehamilan dan menjarangkan
jarak kelahiran (Hanifa. 2007 dan Manuaba. 2008). kontrasepsi adalah
menghindari dan mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma (BKKBN, 2013).
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1)
mengindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, (3) mengatur interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, (5) menetukan jumlah
anak dalam keluarga (Hartanto, 2004). Keluarga berencana adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil
bahagian dan sejahtera (Juliantoro, 2000). Sasaran utama dari pelayanan KB
adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit
pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga
tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB
antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan
praktek swasta dan bidan desa. Jenis alat/obat kontrasepsi antara lain kondom,
pil KB, suntik KB, AKDR, implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis
pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko
obat, pos layanan KB dan kader desa. Pelayanan kontrasepsi suntik KB sering
dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan pelayanan AKDR, implant dan
vasektomi/tubektomi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan
berkompeten.

C. Tujuan Keluarga Berencana (KB)


Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat
kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha-usaha
pembangunan yang lain selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan
keluarga. Upaya menurunkan tingkat kelahiran dilakukan dengan mengajak
pasangan usia subur (PUS) untuk berkeluarga berencana. Sementara itu
penduduk yang belum memasuki usia subur (Pra-PUS) diberikan
pemahaman dan pengertian mengenai keluarga berencana.
Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan
pembangunan dalam bidang KB telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu
perluasan jangkauan, pembinaan terhadap peserta KB agar secara terus
menerus memakai alat kontrasepsi, pelembagaan dan pembudayaan
NKKBS serta peningkatan keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana.
Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut terus
dimantapkan usaha-usaha operasional dalam bentuk upaya pemerataan
pelayanan KB, peningkatan kualitas baik tenaga, maupun sarana pelayanan
KB, penggalangan kemandirian, peningkatan peran serta generasi muda,
dan pemantapan pelaksanaan program di lapangan.
a. Tujuanumum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi
dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk.
b. Tujuan khusus
 Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
 Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
 Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara
penjarangan kelahiran
D. Visi dan Misi KB
Visi KB berdasarkan paradigma baru program Keluarga Berencana
Nasional adalah untuk mewujudkan ”Keluarga berkualitas tahun 2015”.
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sehat, maju, mandiri, memiliki
jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggungjawab, harmonis
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Visi “Keluarga berkualitas 2015″
dijabarkan dalam salah satu misinya kedalam peningkatan kualitas pelayanan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (BKKBN, 2011).

E. Jenis-jenis KB
Kontrasepsi dapat dibagi berdasarkan jangka waktu pemakaian yaitu Metode
Kontasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan non MKJP. MKJP yang terdiri dari
Intra Uterine Device (IUD), Metode Operasi Pria (MOP), Metode Operasi
Wanita (MOW), dan implant, sedangkan non MKJP terdiri dari kondom, pil,
dan injeksi, Coitus interuptus (senggama terputus), kalender, MAL (Metode
Amonerra laktasi) (DKK Padang, 2014)
1. Kontrasepsi PIL
Kontrasepsi Pil adalah metode kontrasepsi hormonal yang digunakan
wanita,berbentuk tablet. Pada dasarnya kontrasepsi pil terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu pilkombinasi, pil yang mengandung progesteron dan pil yang
mengandung estrogen. Kontrasepsi Pil adalah salah satu kontrasepsi yang
paling banyak digunakan kontrasepsi pil mengandung hormon ekstrogen
dan progesterone serta dapat menghambat ovulasi. Kontrasepsi pil ini harus
diminum setiap hari secara teratur. Uji klinis terhadap pil memperlihatkan
angka kegagalan pada tahun pertama 2,7 5di Indonesia. (Pendit, 2006)
a. Jenis–jenis pil kombinasi ada 3 macam yaitu :
1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon estrogen/progesterone dalam dosis yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormon.
2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon Estrogen/progesterone dengan dua dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon.
3) Trifasi : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormone estrogen/progesterone dengan tiga dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon (Saifuddin. 2003).
b. Efektivitas
Pada pemakaian yang seksama, pil kombinasi 99 % efektif mencegah
kehamilan. Namun, pada pemakaian yang kurang seksama, efektivitasnya
masih mencapai 93 %.(Everett. 2007).
c. Indikasi
Indikasi penggunaan kontrasepsi pil adalah usia reproduksi, telah memiliki
anak, Ibu yang menyusui tapi tidak memberikan asi esklusif, ibu yang siklus
haid tidak teratur, riwayat kehamilan ektopik (Sifuddin, 2003).
d. Kontra indikasi
Kontra indikasi pengguna kontrasepsi pil adalah ibu yang sedang hamil,
perdarahan yang tidak terdeteksi, diabetes berat dengan komplikasi,
depresiberat dan obesitas (Everett, 2007).
e. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja pil adalah dengan cara menekan gonadotropin releasing
hormon. Pengaruhnya pada hifofisis terutama adalah penurunan sekresi
luitenezing hormon (LH), dan sedikit folikel stimulating hormon. Dengan
tidak adanya puncak LH, maka ovulasi tidak terjadi. Selain itu, ovarium
menjadi tidak aktif, dan pemasakan folikel terhenti beserta lendir sevik
mengalami perubahan, menjadi lebih kental, gambaran daun pakis
menghilang sehingga penetrasi sperma menurun.
f. Cara pemakaian
Pil pertama dari bungkus pertama diminum pada hari kelima siklus haid,
dapat juga dimulai pada suatu hari yang diinginkan, misalnya hari minggu,
agar mudah diingat lalu diminum terus–menerus pada pil yang berjumlah
28 tablet (Hanifa, 2007).
2. Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi Suntik adalah alat kontrasepsi yang mengandung hormon
progesterone dan ekstrogen, kontrasepsi ada ada 2 macam yaitu suntil yang
sebulan sekali (syclopen) dan suntik 3 bulan sekali (depo propera), akan
tetapi ibu lebih suka menggunakan suntik yang sebulan karena suntik
sebulan dapat menyebabkan perdarahan bulanan teratur dan jarang
menyebabkan spoting (Pendit, 2006).
a. Efektifitas
Efektivitas kontrasepsi suntik adalah antara 99 % dan 100 % dalam
mencegah kehamilan. Tinggkat kegagalannya sangat kecil.
Keefektifannya 0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama pemakaian (Everett, 2007).
b. Indikasi
Indikasi kontrasepsi suntik adalah usia reproduksi, telah mempunyai
anak, ibu yang menyusui, ibu post partum, perokok, nyeri haid yang
hebat dan ibu yang sering lupa menggunakan kontrasepsi pil (Saifuddi,
2003).
c. Kontra indikasi
Kontraindikasi kontrasepsi adalah ibu yang dicuriagai hamil,
perdarahan yang belum jelas penyebabnya, menderita kanker payudara
dan ibu yang menderita diabetes militus disertai komplikasi.
d. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja kontrasepsi suntik adalah menghalangi pengeluaran
FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum, mengentalkan
lendir serviks sehingga sulit ditembus spermatozoa, perubahan
peristaltik tuba fallopi sehingga konsepsi dihambat mengubah suasana
endometrium sehingga tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi
e. Jenis – jenis suntik
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi melaui suntikan, dapat dilakukan
segera setelah post partum atau setelah post abortus. Jenis kontrasepsi
suntik ada 3 macam yaitu depopropera yang berisi progesterone asetat
harus diberikan dalam 5 hari pertama haid, tidak dibutuhkan kontrasepsi
tambahan dan selajutnya diberikan dalam suntikan 150 mg setiap 12
minggu. Noristerat berisi noresteron harus diberikan pada masa
mestruasi, tidak dibutuhkan kontrasepsi tambahan setelah itu diberikan
dalam suntikan 200 mg setiap 8 minggu. Syclopem diberikan melaui
suntikan setiap 4 minggu (Everett, 2007).

3. Kontrasepsi Susuk
Implant adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam bawah kulit,
yang memiliki keefektivitas yang cukup tinggi, dan merupakan kontrasepsi
jangka panjang 5 tahun serta efek perdarahan lebih ringan tidak menaikan
tekanan darah. Sangat efektif bagi ibu yang tidak boleh menggunakan obat
yang mengandung estrogen (Hanifa, 2007).
a. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja implant adalah dapat menekan ovulasi, membuat getah
serviks menjadi kental, membuat endometrium tidak siap menerima
kehamilan. Dengan konsep kerjanya adalah progesteron dapat
mengahalangi pengeluaranLH sehingga tidak terjadi ovulasi dan
menyebabkan situasi endometrium tidaksiap menjadi tempat nidasi.
b. Jenis–jenis
Jenis–jenis kontrasepsi susuk adalah: Norplan dari 6 batang silastik
lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang
di isi dengan 36 mg levonol gestrel dengan lama kerjanya 5 tahun.
Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira–kira
40 mm, dan diameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3-keto desogestrel
dan lama kerjanya 3 tahun. Jedenadan indoplan Terdiri dari 2 batang
yang di isi dengan 75 mg levonol gester dengan lama kerjanya 3 tahun
(Saifuddin, 2003).
c. Indikasi
Indikasi kontrasepsi implant adalah wanita usia subur, wanita yang ingin
kontrasepsi jangka panjang, ibu yang menyusui, pasca keguguran
d. Kontra indikasi
Kontra indikasi kontrasepsi implant adalah ibu yang hamil, perdarahan
yang tidak diketahui penyebabnya, adanya penyakit hati yang berat,
obesitas dan depresi (Everett, 2007).
e. Waktu pemasangan
Waktu pemasangan yang baik dalam pemasangan implan adalah: Setiap
saat selama siklus haid hari ke–2 sampai hari ke-7 tidak diperlukan
metode kontrasepsi tambahan. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal
saja diyakini tidak terjadi kehamilan, bila insersi setelah hari ke–7 siklus
haid, klien jangan melakukan hubungan seksual atau menggunakan
kontrasepsi lainnya untuk 7 hari saja. Bila menyusui antara 6 minggu
sampai 6 bulan pasca persalinan insersi dapat dilakukan setiap saat, bila
menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.
Waktu yang paling untuk pemasangan implant adalah sewaktu haid
berlangsung atau masa pra ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya
kehamilan dapat disingkirkan (Hanifa, 2007).
f. Cara pemasangan
Cara pemasangan implant adalah:
1) Mempersiapkan pasien yaitu dengan menganjurkan pasien
membersihkan lengan yang akan dipasang, yaitu lengan yang
jarang digunakan.
2) Gunakan cara pencegahan infeksi.
3) Pastikan kapsul–kapsul tersebut berad sedikit 8 cm diatas lipatan
siku didaerah media lengan.
4) Suntikan lidokain sebanyak 0,5 ml lalu lakukan insisi yang kecil,
hanya sekedar menembus kulit.
5) Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil.
6) Kemudian masukkan implant secara perlahan–lahan sampai semu
implant masuk kedalam bawah kulit.
7) Kapsul pertama dan keenam harus membentuk sudut 750
8) Kemudian cabut trokar perlahan, kemudian bersihkan luka insisi
dengan bethadine setelah itu tutup dengan kain kasa (Sifuddin,
2003).
g. Cara pencabutan
1) Desinfeksi daerah yang akan di insisi.
2) Suntikkan lidocain 5 cc.
3) Insisi diperdalam dan jaringan ikat lemak melekat pada kapsul
implant.
4) Tangan kanan mendorong implant kearah insisi
5) Tangan kiri memegang arteri klem untuk menjepit kapsul implant
6) Keluarkan kapsul implant satu – persatu.
7) Setelah selesai bersihkan luka insisi, jahit jika luka terlalu dalan
ataulebar agar tidak terjadi perdarahan (Manuaba, 2008).
4. Kontrasepsi IUD
IUD (Intra uterine device) adalah suatu benda kecil dari plastik lentur,
kebanyakan mempunyai lilitan tembaga yang dimasukkan kedalam rahim.
IUD adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang
megandung tembaga. Kontrasepsi ini sangat efektif digunakan bagi ibu
yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi yang mengandung hormonal
dan merupakan kontrasepsi jangka panjang 8-10 tahun. Tetapi efek dari IUD
dapat menyebabkan perdarahan yang lama dan kehamilan ektopik. Angka
kegagalan pada tahun petama 2,2% (Pendit, 2006).
a. Jenis–jenis IUD
Menurut Speroff (2003), jenis IUD ada beberapa macam yaitu: Lippe
lopp yang terbuat dari plastic, berbentuk huruf S. TCU – 380A adalah
alat yang berbentuk T, yang dililit tembaga pada lengan horizontal dan
lilitan tembaga memiliki inti perak pada batang. Sof – T adalah IUD
tembaga yang berbentuk mirip rongga uterus. Multiload 375, kawat
tembaga yang dililit pada batangnya dan berbentuk 2/3 lingkaran elips.
Nova T mempunyai inti perak pada kawat tembaganya pada batang dan
sebuah lengkung besar pada ujung bawah. Levonogestrel adalah alat
yang berbentuk T mempunyai arah merekat padalengan vertical.

b. Indikasi
Menurut Glasier (2005) yang merupakan indikasi pemakaian
kontrasepsi IUD adalah: Wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka
panjang, Multigravida. Wanita yang mengalami kesulitan menggunakan
kontrasepsi lain.
c. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja IUD adalah menghambat bersatunya sperma dan
ovum, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi,
menonaktifkan sperma, menebalkan lendir serviks sehingga
menghalangi pergerakan sperma (Mansjoer 2007). Mekanisme kerja
IUD adalah dapat menimbulkan reaksi radang pada endometrium dengan
mengeluarkan leokosit yang dapat menghancurkan blastokista atau
sperma. IUD yang mengandung tembaga juga dapat menghambat khasiat
anhidrase karbon dan fosfase alkali, memblok bersatunya sperma dan
ovum, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi dan
menonaktifkan sperma. IUD dapat menimbulkan infeksi benda asing
sehingga akan terjadi migrasi leokosit, makrofag dan menimbulkan
perubahan susunan cairan endometrium yang akan menimbulkan
gangguan terhadap spermatozoa sehingga gerakannya menjadi lambat
dan akan mati dengan sendirinya (Manuaba, 2008). IUD bentuk insert,
contohnya lippes loop, menimbulkan reaksi benda asing dengan
terjadinya migrasi leokosit, limfosit dan makrofag. Pemadatan lapisan
endometrium menyebabkan gangguan nidasi hasil konsepsi sehingga
kehamilan tidak terjadi (Manuaba, 2008).
d. Kontra Indikasi
Menurut Saifuddin (2003) dan Burns (2000) yang merupakankontra
indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah: Wanita yang sedang hamil.
Wanita yang sedang menderita infeksi alat genitalia. Perdarahan vagina
yang tidak diketahui. Wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi
IUD. Wanita yang menderita PMS. Wanita yang pernah menderita
infeksi rahim. Wanita yangpernah mengalami pedarahan yang hebat.
e. Waktu Pemasangan
Waktu pemasangan IUD yang baik menurut Manuaba (2008) antara lain:
bersamaan dengan menstruasi, segera setelah menstruasi, pada masa
akhir masa nifas, bersamaan dengan seksio caesar, hari kedua dan ketiga
pasca persalinan, segera setelah post abortus.
f. Waktu Pencabutan
Waktu pencabutan IUD yang baik menurut (Manuaba 2008) antara lain:
ingin hamil lagi, terjadi infeksi, terjadi perdarahan, terjadi kehamilan
insitu.
g. Jadwal Pemeriksaan Ulang
Setelah dilakukan pemasangan IUD maka ibu harus melakukan jadwal
pemeriksaan ulang menurut Manuaba (2008) antara lain :
1) Dua minggu setelah pemasangan
2) Satu bulan setelah pemeriksaan pertama
3) Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua
4) Setiap enam bulan sekali sampai satu tahun
5) Jika ada keluhan
h. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan karena pemasangan kontrasepsi IUD
menurut Manuaba (2008) yaitu :
1) Perforasi, sering terjadi saat pemasangan dengan disertai ras sakit
sehingga perlu dibuka segera dan dilakukan observasi terhadap
infeksi atau perdarahan infeksi dapat menimbulkan kehamilan
ektopik karena pernah memakai IUD
2) Abortus infeksi. Pemasangan IUD tanpa diketahui telah terjadi
kehamilan dapat menimbulkan perdarahn yang banyak karena
terjadi peningkatan aliran darah menuju uterus dan mudah terjadi
infeksi sampai abortus serta sepsis.
5. Kontrasepsi Mantap
Menurut Arum dan Sujiyatini (2009) Kontap adalah kontrasepsi permanen
yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Kontap ada 2 macam yaitu
tubektomi yang digunakan pada wanita dan vasektomi yang digunakan pada
pria. Keunggulan kontrasepsi mantap adalah merupakan kontrasepsi yang
hanya dilakukan atau dipasang sekali, relatif aman. Angka kegagalan kontap
pada pria 0,1%-0,5 5 dalam tahun pertama sedangkan kegagalan pada
kontap wanita kurang dari 1% perseratus setelah satu tahun pemasangan.
Kontap adalah alat kontrasepsi mantap yang paling efektif digunakan, aman
dan mempunyai nilai demografi yang tinggi. Kontap ada 2 macam yaitu
tobektomi yang dilakukan pada wanita dan vasektomi yang dilakukan pada
pria.
a. Tubektomi (MOW)
Tubektomi adalah satu–satunya kontrasepsi yang permanent. metode ini
melibatkan pembedahan abdominal dan perawatan di rumah sakit yang
melibatkan waktu yang cukup lama.
1) Efektivitas
Tubektomi ini mempunyai efektivitasnya 99,4 % - 99,8 % per 100
wanitapertahun. Dengan angka kegagalan 1 – 5 per 100 kasus
2) Indikasi
Indikasi tubektomi adalah wanita usia subur, sudah mempunyai
anak, wanita yang tidak menginginkan anak lagi.
3) Kontra indikasi
Kontra indikasi adalah ketidak setujuan terhadap operasi dari salah
satu pasangan, penyakit psikiatik, keadaan sakit yang dapat
meningkatkan resiko saat operasi.
b. Vasektomi (MOP)
Menurut Hidayanti (2009) Vasektomi adalah pilihan kontrasepsi
permanent yang popular untuk banyakpasangan.Vasektomi adalah
pemotongan vas deferen, yang merupakan saluranyang mengangkut
sperma dari epididimis di dalam testis ke vesikula seminalis.
1) Efektivitas
Vasektomi adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif.Angka
kegagalanlangsungnya adalah 1 dalam 1000, angka kegagalan
lanjutnya adalah antara 1dalam 3000.
2) Kontra indikasi
Kontra indikasi adalah ketidak mampuan fisik yang serius, masalah
urologi,tidak didukung oleh pasangan.

6. Kontrasepsi kondom
Kondom adalah suatu selubung atau sarung karet yang dipasang pada penis
(kondom pria) atau vagina ( kondom Wanita) pada saat senggama. Kondom
pertama kali dipakai untuk menghindari terjadinya penularan penyakit
kelamin terbuat dari karet tipis ( Lateks).
a. Efektifitas
1) Gagal karena kondom yang bocor atau kurangnya kedisiplinan
pemakai.
2) Kondom hanya digunakan untuk sekali pakai
3) Pakailah kondom manakala penis sudah ereksi penuh
4) Sarungkan dan tinggalkan sebagain kecil dari ujung kondom untuk
menampung sperma
5) Kondom yang mempunyai kantong kecil diujungnya, jepit ujung
kondom sehingga yakin tidak ada udara
6) Gunakan lubrikan ketika vagina kering untuk mencegah pergesekan
atau sobeknya kondom
7) Keluarkan penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi
dan tahan sisi kondom untuk mencegah tertumpahnya sperma ke
dalam atau dekat vagina
8) Simpan kondom ditempat yang kering dan sejuk
9) Jangan memakai Vaselin sebagai pelumas karena dapat merusak
karet
10) Periksa kondom setelah senggama untuk melihat adanya kerusakan
ataukah masih utuh atau tidak
b. Indikasi
1) Seseorang yang memerlukan kontrasepsi sementara
2) Pasangan yang ingin menjarangkan anak
3) Pasangan yang mengkhawatirkan efek samping metode lain
4) Klien yang pernah atau sedang menderita PMS termasuk AIDS
5) Wanita hamil dengan atau punya resiko menderita PMS selama hamil

7. KB yang tanpa memakai alat apapun (alamiah) menurut Pinem (2009)


a. Coitus interuptus (senggama terputus)
Adalah suatu metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum
terjadi ejakulasi intravaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia
eksterna wanita. Cara kerja: alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina. Dengan
demikian tidak ada pertemuan antara spermatozoa dengan ovum
sehingga kehamilan dapat dicegah.
b. Kalender
Metode Kalender dengan tidak melakukan sanggama pada masa subur,
effektivitasnya 75%-80%, pengertian antar pasangan harus ditekankan,
c. MAL (metode amenorrea laktasi)
Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara
eksklusif. MaL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila: menyusui secara
penuh, lebih efektif jika pemberian belum haid, usia bayi kurang dari 6
bulan. Efektifitasnya sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan
pemakaian metode kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya yaitu menunda
atau menekan ovulasi.

F. Keuntungan dan Kerugian kontrasepsi


1. Kontrasepsi Pil
a. Keuntungan
Keuntungan menggunakan kontrasepsi pil adalah dapat diandalkan jika
pemakaiannya teratur, meredakan dismenorea, mengurangi resiko
anemia mengurangi resiko penyakit payudara, dan melindungi terhadap
kanker endometrium dan ovarium.
b. Kerugian
Kerugian menggunakan kontrasepsi pil adalah harus diminum secara
teratur, cermat, dan konsisten, tidak ada perlindungan terhadap
penyakit menular, peningkatan resiko hipertensi dan tidak cocok
digunakan ibu yang merokokpada usia 35 atahun. (Everett, 2007).
2. Kontrasepsi suntik
a. Kerugian
Kerugian kontrasepsi suntik adalah perdarahan tidak teratur, perdarahan
bercak, mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, efektivitasnya
berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat epilepsi dan
kemungkinan terjadi tumor hati (Saifuddin, 2003).
b. Keuntungan
Keuntungan kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sederhana setiap 8
sampai 12 mingggu, tingkat keefektivitasannya tinggi, tidak menggagu
pengeluaran pengeluaran asi (Manuaba, 2008).
3. Kontrasepsi implan
a. Keuntungan
Keuntungan kontrasepsi implant adalah dipasang selama 5 tahun,
control medis ringan, dapat dilayani di daerah pedesaan, penyulit tidak
terlalu tingggi, biaya ringan (Manuaba, 2008).
b. Kerugian
Kerugian kontrasepsi implant adalah terjadi perdarahan bercak,
meningkatnya jumlah darah haid, berat badan bertambah,
menimbulkan acne, dan membutuhkan tenaga yang ahli untuk
memasang dan membukanya (Manuaba, 2008).
4. Kontrasepsi IUD
a. Keuntungan
Menurut V Taree. (2007) dan PMKI (2007) keuntungan pemakaian
kontrasepsi IUD adalah: Dapat segera aktif setelah pemasangan,
Metode jangka panjang, Tidak mempengaruhi produksi asi, Kesuburan
cepat kembali setelah IUD dilepas, Dapat di pasang segera setelah
melahirkan, Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena
rasa aman terhadap resiko kehamilan.
b. Kerugian
Menstruasi yang lebih banyak dan lebih lama. Infeksi dapat terjadi saat
pemasangan yang tidak steril. Ekspulsi (IUD yang keluar atau terlepas
dari rongga rahim), Haid menjadi lebih lama dan banyak, Perdarahan
spoting (bercak–bercak). Kadang–kadang nyeri haid yang hebat, perlu
tenaga terlatih untuk memasangkan dan membuka IUD.
5. Kontrasepsi mantap
a. Tubektomi (MOW)
1) Keuntungan
Keuntungan tubektomi adalah efektivitas tinggi, permanen, dapat
segera efektif setelah pemasangan.
2) Kerugian
Kerugian tubektomi adalah melibatkan prosedur pembedahan dan
anastesi, tidak mudah kembali kesuburan, dan jika terjadi kesalahan
metode akan menyebabkan kehamilan ektopik (Everett. 2007).
b. Vasektomi (MOP)
1) Keuntungan
Keuntungan adalah metode permanent, efektivitas permanen,
menghilangkan kecemasan akan terjadinya kehamilan yang tidak
direncanakan, prosedur aman dan sederhana
2) Kerugian
Dapat menimbulkan efek samping adalah infeksi, hematoma,
granulose sperma.
6. Kontrasepsi Kondom
a. Keuntungan
Memberi perlindungan terhadap PMS, Tidak menggangu kesehatan
klien, Murah dan dibeli secara umum, Tidak perlu pemeriksaan medis,
Tidak mengganggu produksi ASI, Metode kontrasepsi sementara.
b. Kerugian
Angka kegagalan cukup tinggi ( 3-15 kehamilan per 100 wanita
pertahun), Perlu dipakai pada setiap saat hubungan seksual, Mungkin
mengurangi kenikmatan hubungan seksual, Memerlukan penyediaan
setiap kali hubungan seksual.
7. Kontrasepsi tanpa alat
a. Coitus interuptus (senggama terputus)
1) Keuntungan
Efektif bila dilaksanakan dengan benar, Tidakk mengganggu produsi
ASI, Dapat digunakan sebagai pendukung metoda KB lainnya, Tidak
ada efek samping, Tidak memerlukan alat
2) Kerugian
Angka kegagalan cukup tinggi dan Dapat menganggu kenikmatan
saat berhubungan
b. Kalender
a. Keuntungan:
Efektif bila dilaksanakan dengan benar, Tidak mengganggu produsi
ASI, Dapat digunakan sebagai pendukung metoda KB lainnya,
Tidak ada efek samping, Tidak memerlukan alat
b. Kerugian
Angka kegagalan tinggi karena salah menghitung masa subur dan
siklus haid yg tidak teratur, menghitung masa subur siklus
terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18.
c. MAL (Metode Amenorrea Laktasi)
1) Keuntungannnya:
Efektifitas tinggi (98%) pada 6 bulan pertama setelah melahirkan,
segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping
secara sistemik, tidak perlu perawatan medis, tidak perlu obat atau
alat dan tanpa biaya.
2) Kerugian
Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit pasca persalinan, Mungkin sulit
dilakukan karena kondisi sosial, Efektifitas tinggi hanya sampai
kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan, Tidak melindungi
terhadap infeksi menular seksual, termasuk hepatitis B (HBV) dan
HIV/AIDS, MAL hanya digunakan pada ibu yang menyusui secara
eksklusif, bayinya berusia kurang dari 6 bulan dan belum mendapat
haid setelah melahirkan.
G. Efek samping dari kontrasepsi
1. Kontrasepsi pil
Efek samping kontrasepi pil Kombinasi adalah pertambahan berat badan,
perdarahan diluar siklus haid, mual, pusing dan amenorea (Hanifa, 2007).
2. Kontrasepsi Suntik
Efek samping kontrasepsi suntik adalah sakit kepala, kembung, depresi, berat
badan meningkat, perubahan mood, perdarahan tidak teratur dan amenore
(Everett, 2007).
3. Kontrasepsi susuk
Efek samping kontrasepsi implant adalah nyeri, gatal atau infeksi pada tempat
pemasangan, sakit kepala, mual, perubahan mood, perubahan berat badan,
jerawat, nyeri tekan pada pay udara, rambut rontok (Everett, 2007).
4. Kontrasepsi IUD
Efek samping IUD menurut Saifuddin (2003) antara lain: Haid lebih banyak
dan lama. Saat haid terasa sakit, Perdarahan spoting, Terjadinya pedarahan
yang banyak. Efek samping terjadi disebabkan oleh benda asing yang masuk
kedalam tubuh.
5. Kontrasepsi kondom
Pernah dilaporkan kondom yang tertinggal di vagina, Infeksi ringan, Reaksi
alergi terhadap kondom karet (latex).
Daftar Pustaka
Saifuddin, A. Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepasi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Arum, DNS dan sujiyatini. 2009. Panduan Lengakap Pelayanan KB Terkini.


Cendikia Press: Yogyakarta.

Arif, Mansjoer, dkk., 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medica
Aesculpalus FKUI.

BKKBN. 2013. Buku Panduan Teknis Keluarga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi. Jakarta: BKKN.

Everett, S., 2007. Buku saku kontrasepsi & kesehatan seksual reproduktif. Jakarta:
EGC.

Glasier Anna dkk, 2005. Keluarga Berencana &Kesehatan Reproduksi.Jakarta:


EGC.

Hanifa W. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo.

Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta:
Salemba Medika.

Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &


Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Pendit. B. 2006. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: EGC.


Speroff Leon. 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi. Jakarta: EGC.
Winkjosastro, H. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pusaka Sarwono
Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai