Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah orang yang belum dewasa dan di bawah umur dalam
pengawasan orang tua sesuai Undang-Undang No.23 tahun 2002. Anak
adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan menentukan
masa depan bangsa dan negara1. Anak usia sekolah merupakan transisi dari
kehidupan yang secara relatif bebas bermain, menuntut kebutuhan dan
kehidupan yang menantang dalam kegiatan sekolah2.
Ketika anak-anak usia sekolah mengalami sakit dan harus dirawat
biasanya mengalami hospitalisasi3. Hospitalisasi merupakan cara yang efektif
untuk penyembuhan anak yang sakit, namun dapat menjadi pengalaman yang
mengancam, menakutkan, kesepian dan membingungkan bagi anak yang
menjalani hospitalisasi sehingga anak bisa mengalami stres. Hospitalisasi
merupakan stresor yang besar karena lingkungan yang asing, kebiasaan yang
berbeda atau perpisahan dengan keluarga yang harus dihadapi oleh setiap
orang, khususnya pada anak4.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2018
bahwa 3%-10% pasien anak yang di rawat di Amerika Serikat mengalami
stress selama hospitalisasi. Sekitar 3%-7% dari anak usia sekolah yang di
rawat di Jerman juga mengalami hal yang serupa, 5%-10% anak yang di
hospitalisasi di Kanada dan Selandia Baru juga mengalami tanda stress
selama di hospitalisasi5.
Angka kesakitan anak di Indonesia mencapai lebih dari 45% dari
jumlah keseluruhan populasi anak di Indonesia (Kemenkes RI, 2018).
Sehingga didapat hospitalisasi pada anak menurut Profil Anak Indonesia
(PAI) pada tahun 2018 angka rawat inap atau hospitalisasi anak di Indonesia
sebesar 3,21%, anak mengalami keluhan kesehatan rawat inap atau
hospitalisasi6.
Hospitalisasi yang terjadi pada anak ini dapat memunculkan kecemasan
dan stres pada anak di semua tingkatan7. Stress adalah respon negative yang

1
2

dapat membahayakan kesehatan secara fisiologis dan psikologis, sehingga


anak-anak menjadi tidak kooperatif dalam proses perawatan 8. Stres yang
di alami anak adalah terjadi suatu perpisahan antara orang tua dan teman
sebaya, kehilangan control, cedera dan nyeri tubuh, dan rasa takut terhadap
sakit itu sendiri9.
Hospitalisasi dapat menjadi suatu gangguan psikologis terhadap anak
dan anak menunjukan reaksi adaptasi yang disebabkan oleh stress, biasanya
lama perawatan untuk penyembuhan penyakit, maka perlu di lakuakn terapy
bermain pada anak agar dapat menghilangkan stress pada anak tersebut.
Terapi bermain merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan anak
dan salah satu alat paling efektif untuk mengatasi stres anak ketika
dirawat di Rumah Sakit. Hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan
anak dan sering disertai stres berlebihan, maka anak-anak perlu
bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang dialami
sebagai alat koping dalam menghadapi stress10.
Berdasrkan penelitian yang dilakukan oleh Nova Gerungan (2020),
menunjukkan anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi menunjukan
terjadi penurunan tingkat kecemasan sesudah diberikan terapi bermain
mewarnai gambar di mana anak tidak lagi tampak gelisah, tidak menangis
lagi karena takut dan anak lebih kooperatif dengan dokter dan perawat saat
dilakukan tindkan11.
Adapun penelitian dari Maryati Sitorus (2020), menunjukan
Hospitalisasi yang harus dirasakan oleh anak usia sekolah dapat
menyebabkan mereka stress tingkat sedang, terutama pada anak laki-laki dan
yang lama hari rawat lebih dari 3 hari. Sehingga peneliti merasakan perlu
adanya kerjasama antara keluarga dengan perawat dalam memberikan
dampingan dan suport pada anaknya, menjelaskan kepada anak tentang
pentingnya dirawat inap, tenaga kesehatan dapat meningkatkan kemampuan
dalam melakukan prosedur invasif, menyediakan fasilitas sarana dan
prasarana yang disediakan seperti tempat bermain dan mainan, kamar dengan
internet sehingga mereka dapat mengakses televisi dan games, perawat
menyediakan waktu untuk melakukan kedekatan dan bermain dengan anak-
3

anak yang dirawat inap di Rumah Sakit untuk mengurangi tingkat stress
selama dirawat12.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di rumah sakit
Mokopido Toli-Toli didapatkan data jumlah anak dirawat pada tahun 2018
sebanyak 694 anak, pada tahun 2019 sebanyak 700 anak, tahun 2020
sebanyak 400 anak, dan tahun 2021 untuk bulan Januari samapai bulan Mei
sebanyak 183 anak. Maka berdasarkan data yang ada terjadi peningkatan dari
2018 sampai 2019 sedangkan pada tahun 2020 sampai 2021 terjadi penurunan
hal ini disebabkan oleh adanya covid-19. Hasil wawancara dengan kepala
ruangan anggrek (ruang keperawatan anak) bahwa sebelumnya sudah perna
dilakukan terapy bermain pada anak di tahun 2019, kemudian setelah itu
sudah tidak dilakukan di sebabkan oleh adanya pandemic covid-19.
Kemudian peneliti juga mewancarai dua orang tua anak, orang tua pertama
mengatakan bahwa anaknya merasa tidak tenang, selalu menangis, dan orang
tua kedua mengatakan anaknya selalu ingin meminta pulang ke rumah dan
rewel selama dirawat di rumah sakit.
Berdasarkan uraian diatas, didapatkan bahwa di ruang anggrek rumah
sakit Mokopido Toli-Toli perlu dilakukan terapy bermain agar anak tersebut
tidak merasakan adanya tingkat stress ketika di rawat di ruang anggrek, maka
dari itu peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh terapi bermain terhadap tingkat stress pada anak usia prasekolah
yang menjalani hospitalisasi di Ruang Anggrek RSUD Mokopido Toli-Toli.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latarbelakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian bagaimana Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat
Stress Pada Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang
Anggrek RSUD Mokopido Toli-Toli?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat
Stress Pada Anak Usia Prasekolah Yang Menjalanin Hospitalisasi di
Ruang Anggrek RSUD Mokopido Toli-Toli.
4

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi Pengaruh Terapi Bermain terhadap tingkat stres
Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi di Ruang Anggrek
RSUD Mokopido Toli-Toli.
b. Untuk mengidentifikasi tingkat stres Pada Anak Usia Prasekolah Yang
Menjalani Hospitalisasi Di Ruang Anggrek RSUD Mokopido Toli-Toli.
c. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress Pada Anak Usia
Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang Anggrek RSUD
Mokopido Toli-Toli.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah serta memberikan edukasi
terkait Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress Pada Anak Usia
Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang Anggerek RSUD
Mokopido Toli-Toli, sehingga dapat dijadikan sebagai penambah bahan
kajian untuk peneliti selanjutnya.
2. Bagi Masyarkat
Hasil penelitan ini dapat menambah wawasaan bagi masyarakat
tentang Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress Pada Anak
Usia Prasekolah dan bisa diterapkan di lingkungan sekitar.
3. Bagi RSUD Mokopido Toli-Toli
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi tentang Pengaruh
Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress Pada Anak Usia Prasekolah Yang
Menjalani Hospitalisasi Di Ruang Anggrek RSUD Mokopido Toli-Toli,
khususnya tentang pentingnya penerapan terapi bermain terhadap
penurunan stress pada anak.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Anak Prasekolah
a. Definisi Anak Prasekolah
Anak prasekolah merupakan anak yang berusia 3-6 tahun yang
memiliki kemampuan berinteraksi dengan sosial dan lingkungannya
sebagai tahap menuju perkembangan selanjutnya. Anak prasekolah
adalah anak yang berusia 3-6 tahun yang pada masa ini anak memiliki
kemapuan mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain dan sebagai
dasar menuju tahap perkembangan selanjutnya yaitu tahap sekolah13.

b. Ciri-ciri Anak Prasekolah


Ciri-ciri anak prasekolah 3 sampai 6 tahun meliputi aspek fisik, emosi,
social dan kognitif anak:
1) Ciri fisik anak prasekolah dalam penampilan maupun gerak gerik
prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam
tahapan sebelumnya anak sangat aktif, mereka telah memiliki
penguasaan terhadap tumbuhnya dan sangat menyukai kegiatan
yang dilakukan sendiri, seperti memberikan kesempatan kepada
anak untuk lari memanjat dan melompat.
2) Ciri sosial anak prasekolah biasanya bersosialisasi dengan orang di
sekitarnya. Biasanya mereka mampunyai sahabat yang berjenis
kelamin sama. Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terlalu
terorganisasi secara baik, oleh kare itu kelompok tersebut cepat
berganti-ganti. Anak menjadi sangat mandiri, agresif secara fisik
dan verbal.
3) Ciri emosional anak prasekolah yaitu cenderung mengekspresikan
emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering
diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut, dan iri hati sering
terjadi. Mereka sering kali mempeributkan perhatian guru.
6

4) Ciri kognitif anak prasekolah umumnya telah terampil dalam


bahasa. Sebagai besar dari mereka senang bicara,kususnya dalam
kelompoknya. Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk bicara.
Sebagian mereka perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang
baik14.
c. Perkembangan anak usia prasekolah
Perkembangan anak prasekolah dibagi menjad lima yaitu :
1) Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik pada anak prasekolah meliputi berat
badan mengalami kenaikan pertahunnya rata-rata 2 kg, kelihatan
kurus akan tetapi aktivitas motorik yang tinggi, dimana sistem
tubuh sudah mencapai kematangan seperti bejalan, melompat, dan
lain-lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak
akn bertambah rata- rata 6,75-7,5 meter setiap tahunnya.
2) Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik
kasar dan halus.Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang
membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh,
dengan menggunakan oot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota
tubuh.Motorik halus merupakan pengorganisasian pengunaan otot-
otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering menumbuhkan
kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang
mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk
menggunakan suatu objek.
3) Perkembangan Psikososial
Pada usia 3 sampai 6 tahun anak secara normal telah
menguasai rasa otonomi dan memindahkan untuk menguasai rasa
inisiatif. Perkembangan rasa bersalah terjadi pada waktu anak
dibuat merasa bahwa imajinasi dan aktifitasnya tidak dapat
diterima.Anak prasekolah mulai menggunakan bahasa sederhana
dan dapat bertoleransi terhadap keterlambatan pemusatan dalam
periode yang lama.
7

4) Perkembangan Moral
Anak prasekolah berada pada tahap pre konvensional pada
tahap perkembangan moral yang berlangsung sampai usia 10 tahun.
Pada fase ini, kesadaran timbul dan penekanannya pada control
eksternal. Standar moral anak berada pada orang lain dan ia
mengobservasi untuk menghindari hukuman dan mendapatkan
ganjaran.
5) Tugas Perkembangan Usia Prasekolah
Periode ini berasal sejak anak dapat bergerah sambil berdiri
sampai mereka masuk sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang
tinggi dan penemuan-penemuan.Periode ini merupakan saat
perkembangan fisik dan kepribadian yang besar.Perkembangan
motorik berlangsung terus menerus. Pada usia ini, anak
membutuhkan bahasa dan hubungan social yang lebih luas,
mempelajari standart peran, memperoleh control dan penguasaan
diri, semakin menyadari sifat ketergantungan dan kemandirian, dan
mulai membentuk konsep diri15.
2. Hospitalisasi
a. Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun
darurat yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal dirumah sakit
untuk mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa
perubahan psikis pada anak. Hospitlisasi dan penyakit sering kali
menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak sangat rentang
terhadap krisis hospitalisasi dan penyakit karena stress akibat
perubahan dari keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan dan anak
memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk
menyelesaikan stressor. Stress utama dari hospitalisasi adalah
perpisahan, kehilangan kendali. Reaksi anak tersebut dipengaruhi oleh
usia perkembangan mereka, pengalaman mereka sebelumnya dengan
penyakit, perpisahan atau hospitalisasi14.
8

b. Faktor yang mempengaruhi reaksi anak prasekolah terhadap


sakit dan hospitalisasi
Factor yang mempengaruhi reaksi anak prasekolah terhadap dakit
dan hospitalisasi sebagai berikut :
1) Perkembangan Usia
Reaksi anak terhadap sakit berbeda-beda sesuai tingkat
perkembangan anak. Pada anak usia prasekolah reaksi perpisahan
adalah kecemasan karena berpisah dengan orang tua dan
kelompok socialnya. Pasien anak usia prasekolah umumnya takut
pada dokter dan perawat.
2) Pengalaman dirawat di Rumah Sakit sebelumnya
Apabila anak pernah mengalami pengalaman tidak
menyenangkan dirawat dirumah sakit sebelumnya akan
menyebabkan anak takut dan trauma. Sebaliknya apabila anak
dirawat dirumah sakit mendapatkan perawatan yang baik dn
menyenangkan anak akan lebih kooperatif pada perawat dan
dokter.
3) Support Sistem yang Tersedia
Anak mencari dukungan dari orang lain untuk mlepaskan
tekanan akibat penyakit yang dideritanya. Anak biasanya akan
meminta dukungan kepada orang tua atau saudaranya.perilaku ini
biasanya ditandai dengan permintaan anak untuk ditunggui
selama dirawat dirumah sakit, didampingi saat dilakukan tindakan
keperawatan, minta dipeluk saat merasa takut dan cemas bahkan
saat merasa kesakitan14.
c. Reaksi Anak Prasekolah Terhadp Hospitalisasi
Perawatan anak dirumah sakit memaksakan untuk berpisah dari
lingkungan yang dirasakan aman.Penuh kasih sayang dan
menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan dan teman
sebayanya.Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukan anak ialah
dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun
perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, perawatan
9

dirumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol dirinya.


Biasanya perawatan yang dilakukan dirumah sakit mengharuskan
anak membatasi aktivitas sehingga anak kehilangan kekuatan diri dan
menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi
verbal dengan mengucapkan kata- kata marah, tidak mau bekerja sama
terhadap perawat dan ketergantungan terhadap orang tua14.
d. Dampak Hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat dirumah sakit bagi anak dan
keluarga akan menimbulkan stress dan tidak aman. Jumlah dan efek
stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan
penyakit dan pengobatan. Penyebab stress pada anak meliputi
psikososial (berpisahd dengan orang tua, keluarga lain, teman dan
perubahan peran), fisiologis (kurang tidur, peraaan nyeri, tidak
mengontrol diri), serta lingkungan asing (kebiasaan sehari-hari
berubah)14.
3. Stress
a. Definisi Stress
Istilah stres berasal dari istilah latin stingere yang mempunyai
arti ketegangan dan tekanan. Stres merupakan stimulus atau situasi
yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis
pada seseorang16. Stres adalah suatu kondisi pada individu yang tidak
menyenangkan dimana dari hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya tekanan fisik maupun psikologis pada individu17.
b. Sumber Stres
Sumber stres dapat berubah seiring dengan berkembangnya
individu, tetapi kondisi stres dapat terjadi setiap saat selama hidup
berlangsung. Berikut ini sumber - sumber stress antara lain :
1) Diri individu
Sumber stres diri individu ini hal yang berkaitan dengan adanya
konflik dikarenakan dapat menghasilkan dua kecenderungan
yaitu approach conflict (muncul ketika kita tertarik terhadap dua
tujuan yang sama – sama baik) dan avoidance conflict (muncul
10

ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara dua situasi yang
tidak menyenangkan).
2) Keluarga
Sumber stres keluarga menjelaskan bahwa perilaku, kebutuhan
dan kepribadian dari setiap anggota keluarga berdampak pada
interaksi dengan orang – orang dari anggota lain dalam keluarga
yang dapat menyebabkan stres. Faktor keluarga yang cenderung
dapat memungkinkan menyebabkan stres adalah hadirnya
anggota baru, perceraian dan adanya keluarga yang sakit.
3) Komunitas dan masyarakat
Kontak dengan orang di luar keluarga menyediakan banyak
sumber stres. Misalnya, pengalaman anak di sekolah dan
persaingan. Adanya pengalaman - pengalaman seputar dengan
pekerjaan dan juga dengan lingkungan yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi stres17.
e. Macam-Macam Stres
Para peneliti membedakan antara stres yang merugikan merusak
yang disebut sebagai distres dan stres yang menguntungkan atau
membangun yang disebut sebagai eustres. Adapun macam-macam
stress sebagai berikut:
1) Eustres (tidak stres) adalah seseorang yang dapat mengatasi
stres dan tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh.
2) Distres (stres) adalah pada saat seseorang menghadapi stres
terjadi gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga pada
organ tubuh tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan
baik16.
f. Penyebab Stres
Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang
mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari
berbagai sumber baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial
dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan
sosial, dan lingkungan luar lainnya. Stressor dapat berwujud atau
11

berbentuk fisik seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan
lingkungan sosial seperti interaksi sosial. Pikiran dan perasaan
individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang
nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor. Adapun tipe
kejadian yang dapat menyebabkan stres antara lain :
1) Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang
setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan
sebagainya.
2) Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat
atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level
individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan
pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.
Umur adalah salah satu faktor penting yang menjadi penyebab
stres, semakin bertambah umur sesorang, semakin mudah
mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor
fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam berbagai
kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat dan
mendengar. Pengalaman kerja juga mempengaruhi munculnya
stres kerja.
3) Appraisal yaitu penilaian terhadap suatu keadaan yang dapat
menyebabkan stres disebut stres appraisal. Menilai suatu
keadaan yang dapat mengakibatkan stres tergantung dari dua
faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan orangnya
(personal factors) dan faktor yang berhubungan dengan
situasinya. Personal factors didalamnya termasuk intelektual,
motivasi, dan personality characteritics. Selanjutnya masih ada
beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres
yaitu kondisi fisik, ada tidaknya dukungan sosial, harga diri,
gaya hidup dan juga tipe kepribadian tertentu16.
12

g. Tingkatan Stres
Klasifikasi stres menjadi tiga tingkatan yaitu:
1) Stres Ringan
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-
hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada
dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan
terjadi. Stres ini tidak merusak aspek fisiologik seseorang. Pada
respon psikologi didapatkan merasa mampu menyelesaikan
pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan
energi semakin menipis, pada repons perilaku didapatkan
semangat kerja yang terlalu berlebihan, merasa mudah lelah dan
tidak bisa santai. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit
kecuali jika dihadapi terus menerus.
2) Stres Sedang
Pada tingkat stres ini individu lebih memfokuskan hal
penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga
mempersempit lahan persepsinya. Respons fisiologis dari
tingkat stres ini didapatkan gangguan pada lambung dan usus
misalnya maag, buang air besar tidak teratur, ketegangan pada
otot, berdebar- debar, gangguan pola tidur dan mulai terjadi
gangguan siklus dan pola menstruasi. Respon psikologis dapat
berupa perasaan ketidaktenangan dan ketenangan emosional
semakin meningkat, merasa aktivitas menjadi membosankan
dan terasa lebih sulit, serta timbul perasaan ketakutan dan
kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya. Pada
respon perilaku sering merasa badan terasa akan jatuh dan
serasa mau pingsan, kehilangan respon tanggap terhadap situasi,
ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-
hari, daya konsentrasidan daya ingat menurun. Keadaan ini bisa
terjadi beberapa jam hingga beberapa hari.
13

3) Stres Berat
Pada tingkat stres ini, persepsi individu sangat menurun
dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut
mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan
memerlukan banyak pengarahan. Pada tingkat stres ini juga
mempegaruhi aspek fisiologik yang didapatkan seperti,
gangguan sistem pencernaan semakin berat, ketidakteraturan
pada siklus menstruasi, debaran jantung semakin keras, sesak
napas dan sekujur tubuh terasa gemetar. Pada respon psikologis
didapatkan, merasa kelelahan fisik semakin mendalam, timbul
perasaan takut, cemas yang semakin meningkat, mudah
bingung dan panik. Respon perilaku dapat terjadi tidak dapat
menyelesaikan tugas sehari-hari18.
h. Dampak stress
Stres dapat berpengaruh pada kesehatan dengan dua cara,
pertama perubahan yang diakibatkan oleh stres secara langsung
mempengaruhi fisik sistem tubuh yang dapat mempengaruhi
kesehatan. Kedua secara tidak langsung stres mempengaruhi
perilaku individu sehingga menyebabkan timbulnya penyakit atau
memperburuk kondisi yang sudah ada. Kondisi dari stres ini terdiri
dari beberapa gejala antara lain :
1) Gejala biologis
Ada beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang
sedang mengalami stres diantaranya sakit kepala yang
berlebihan, tidur menjadi tidak nyenyak, gangguan pencernaan,
hilangnya nafsu makan, gangguan kulit, dan produksi keringat
yang berlebihan di seluruh tubuh.
2) Gejala kognisi
Gangguan daya ingat (menurunya daya ingat dan mudah
lupa suatu hal), perhatian dan konsentrasi yang berkurang
sehingga seseorang tidak fokus dalam melakukan suatu hal.
14

3) Gejala emosi
Seperti mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap
segala sesuatu, merasa sedih dan depresi17.
i. Hasil Ukur Tingkat Stres
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat stres yaitu
dengan menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety Stres
Scale). Unsur yang dinilai antara lain skala stres. Pada kuesioner ini
terdiri dari 14 pertanyaan. Penilaian dapat diberikan dengan
menggunakan 0: Tidak pernah, 1: Kadang-kadang, 2: Sering, 3:
Hampir setiap saat. Untuk penilaian tingkat stres dengan ketentuan
sebagai berikut16:
Normal : 0-14
Ringan : 15-18
Sedang : 19-25
Berat : 26-33
Sangat Berat : >34

4. Terapi Bermain pada Hospitalisasi Anak Prasekolah


a. Definisi terapi bermain
Bermain merupakan stimulasi yang tepat bagi anak bermain
dapat meningkatkan daya pikir anak sehingga anak mendayagunakan
aspek emosional, social, serta fisiknya. Bermain juga dapat
meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman dan pengetahuannya,
serta berkembangnya keseimbangan menta anak13.
Jadi, terapi bermain merupakan salah satu intervensi yang dapat
diberikan kepada anak ketika dirawat dirumah sakit. Saat
hospitalisasi, anak cenderung mengalami stress yang berlebihan.
Melalui terapi bermain anak dapat mengeluarkan rasa takut, cemas
yang mereka alami dan terapi bermain juga sesuai dengan kebutuhan
tumbuh kembang anak13.
b. Tujuan terapi bermain
Terapi bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan social anak.terapi bermain juga dapat menciptakan
15

suasana aman bagi anak untuk mengekspresikan diri mereka,


memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan
social dan mengatasi masalah mereka serta memberikan kesempatan
bagi anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru. Tujuan
terapi bermain dirumah sakit adalah agar anak melanjutkan fase
tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan kreativitas anak
sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress19.
c. Jenis-jenis terapi bermain pada anak di rumah sakit
Adapun jenis-jenis terapi bermain pada anak usia prasekolah
berdsarkan usia:
1) Usia infant (1-2 tahun)
a) Mainan bergerak dan berbunyi
b) Ayunan atau dipangku oleh ibu atau perawat
c) Jika mampu, beri kesempatan anak untuk merangak atau
stimulasi untuk berjalan.
2) Usia toddler
a) Bermain balok susun di atas tempat tidur
b) Mendengarkan musik dari tape atau radio
c) Creative material
3) Usia prasekolah (3-6 tahun)
a) Cerita buku bergambar atau mewarnai gambar
b) Melompat, berbicara dan mengingat, bermain bola dan
bermain dalam kelompok
c) Bermain puzzle sederhana20
d. Prinsip bermaian di rumah sakit
Prinsip terapi bermain yang diperhatikan dirumah sakit adalah19 :
1) Waktu Bermain
Waktu yang diperlukan untuk terapi bermain pada anak
yang dirumah sakit adalah 15-30 menit.Waktu tersebut dapat
membuat kedekatan antara orang tua dan anak serta tidak
mengakibatkan anak kelelahan akibat bermain.
2) Mainan Harus Aman
16

Permainan harus memperhatikan keamanan dan


kenyamanan.Anak kecil perlu rasa nyaman dan yakin terhadap
benda yang dikenalinya dan tidak berbahaya bagi anak.
3) Sesuai Kelompok Usia
Perlu dijadwalkan dan dikelompokkan sesuai dengan
kebutuhan bermain anak dan usianya.Pada rumah sakit yang ada
tempat bermainnya perlu diperhatikan dan dimanfaatkan secara
baik.
4) Tidak Bertentangan dengan Terapi
Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak.Bila
program terapi mengharuskan anak harus istirahat, maka
aktivitas bermain hendaknya dilakukan ditempat tidur.Apabila
anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dilakukan
ditempat tidur.
5) Perlu Keterlibatan Orangtua
Keterlibatan orangtua dalam terapi adalah sangat penting,
hal ini disebabkan karena orangtua mempunyai kewajiban untuk
tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada
anak walaupun sedang dirawat dirumah sakit.
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan suatu bentuk teori yang dapat menjelaskan
keterkaitan antara variabel-variabel, baik variabel yang akan diteliti maupun
variabel yang tidak diteliti20. Sehingga, kerangka konsep dapat membantu
peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori. Untuk
mempermudah, kerangka konsep tentang Pengaruh Terapi Bermain Terhadap
Tingkat Stress Pada Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di
Ruang Anggrek RSUD Mokopido Toli-Toli, dikemas dalam bentuk gambar
di bawah ini :
17

Variabel independen Variabel dependen

Tingkat Stress Pada Anak Usia


Terapi Bermain Prasekolah

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

C. Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari penelitian yang dilakukan
adalah hipotesis21. Hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan rumusan
masalah yaitu sebagai berikut:
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada pengaruh antara Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress
Pada Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang
Anggrak RS Mokopido Toli-Toli.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan cara-cara mengikuti
kaidah keilmuan, dengan data hasil penelitian yang diperoleh berupa angka-
angka serta analisis menggunakan metode statistika22.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre-Eksperimen, dengan
pendekatan one grup pre test dan post test design, yaitu rancangan penelitian
yang menggunakan satu kelompok subjek dengan cara melakukan pengukuran
sebelum dan setelah perlakuan. Efektifitas perlakuan ini dinilai dengan cara
membandingkan nilai post test dengan pre test.21

Pre tes X Post test

A B

Gambar 3.1 Desain Penelitian


Keterangan :
A : Pengukuran menggunakan lembar obsevasi sebelum diberikan terapi
terapi bermain
X :
Pemberian terapi terapi bermain

B :
Pengukuran menggunakan lembar obsevasi sebelum diberikan terapi
bermain

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Anggrek RSUD
Mokopido Toli-Toli
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksankan pada bulan Juni-Juli 2021.

18
19

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. 22. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh anak yang ada di Ruang
Anggrek RS Mokopido Toil-Toli, berjumlah 400 anak
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang benar-benar mewakili
dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya 22. Tekhnik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kelompok atau
area tertentu, tujuan metode ini antara lain untuk meneliti tentang suatu hal
pada bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi24. Pada penelitian
ini peneliti menggunakan rumus sampel menurut Hidayat. Berikut
perhitungan sampel penelitian:

2 . σ 2 ( Z 1−a+ Z 1−β )2
n=
( µ 1−µ 2)2

2 .1,464 2(1,65+1,65)2
n=
2,3852

n=9,45

9,45 Di bulatkan menjadi 10.

Sampel yang didapatkan adalah 10 responden.

Keterangan :
n = Jumlah sampel
Z1-α = Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan α (untuk α = 0,05 adalah 1,65)
Z1-β = Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa
(power) sebesar diinginkan (untuk β=0,05 adalah 1,65)
σ = Standar deviasi kesudahan (outcome)
μ1 = Mean outcome kelompok tidak terpapar
μ2 = Mean outcome kelompok terpapar
20

Jadi, besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 responden.


Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi dengan teknik purposive
sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi dan ekslusif yang
ditentukan peneliti22. Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi yang sesuai dengan
yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang sudah dikenal sebelumnya24.
a. Kriteria Inklusif dan Eksklusif
1) Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a) Anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi di ruang
anggrek RSUD Mokopido Toli-Toli
b) Mendapat persetjuan orang tua anak usia prasekolah untuk
menjadi responden
2) Kriteria Ekslusif dalam penelitian ini adalah :
a) Anak usia prasekolah (3-5 tahun) dalam keadaan tidak sadar.
b) Kondisi sangat lemah
c) Anak yang sangat rewel
D. Variabel penelitian
Sugiyono mengungkapkan bahwa, variabel ialah apapun yang bentuknya
bebas yang ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari sehingga didapatkan
informasi akan hal itu22.
1. Variabel Independen
Variabel independen ialah variabel yang memberikan pengaruh atau yang
menjadikan penyebab berubahnya atau munculnya variabel dependen.
Dalam penelitian ini variabel independen adalah Terapi bermain mewarnai
gambar.
2. Variable Dependen
Variabel dependen yaitu variabel karena ada pengaruh atau yang
diakibatkan karena terdapatnya variabel independen. Dalam penelitian ini
variabel dependen adalah tingkat stress pada anak.
21

E. Defenisi Oprasional
1. Terapi bermain
Definisi : Terapi bermain adalah cara untuk bermain pada anak
usia prasekolah 3-5 untuk mengurangi tingkat stress pada
anak yang menjalani hospitalisasi, adapun permainan yang
diberikan yaitu terapi bermain mewarnai gambar. Terapi
bermain mewarnai gambar itu sangat mudah untuk
diberikan dan juga mudah di dijangkau alat dan bahannya
untuk terapai mewarnai gambar.
Alat ukur : SOP
2. Tingkat stress pada anak usia prasekolah
Definisi : Tingkat stres merupakan perasaan takut yang di alami
oleh anak usia prasekolah selama dia di rawat di rumah sakit.
Cara ukur :Mengisi lembar observasi
Alat ukur : Lembar observasi
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Stres Ringan : 1-14
Stres Sedang : 15-25
Stres Berat : 26-30
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ialah peralatan yang dapat membantu atau
memfasilitasi peneliti untuk pengumpulan data guna memudahkan
urusannya serta menjadikan hasil yang baik (cermat, lengkap, sistematis)
sehingga memudahkan pengolahan25. Dalam penelitian ini menggunakan
lembar obsevasi dan SOP. Lembar observasi yang dipakai oleh peneliti
dalam penelitian ini mengenai tingkat stress pada anak usia pra sekolah di
Ruang Anggrek RSUD Mokopido Toil-Toli, yang berjumlah 14 observasi
yang diambil dari Arista (2017) dengan nilai jawaban Ya= 1 dan Tidak= 0.
Untuk SOP dalam penelitian ini yaitu mengenai terapi bermain mewarnai
gambar pada anak usia pra sekolah.
22

F. Teknik Pengambilan Data


1. Jalannya Penelitian
Sebelum dilakukann terapi bermain, terlebih dahulu dilakukan
pengukuran tingkat stress menggunakan lembar observasi, 30 menit
sebelum dilakukan terapi bermain dilakukan pengukuran, kemudian
setelah 30 menit dilakukan terapi bermain maka dilakukan pengukuran.
Terapi bermain mewarnai gambar dilakukan pengukuran 1 kali selama
satu seminggu.
2. Jenis Data
Data yang diambil dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data primer
Data primer pada penelitian ini diambil dari mengumpulkan data
dengan menggunakan lembar obsevasi yang berisi pernyatan tertulis
guna mengetahui terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat
stress anak usia pra sekolah.
b. Data sekunder
Data yang di ambil dari RSUD Mokopido Toli-Toli untuk
melengkapi data primer.
3. Pengelolahan Data
G. Analisa Data
1. Pengelolahan data
Pengelolahan data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Editing dilakukan untuk memeriksa adanya kesalahan atau kurangnya
data yang diisi oleh responden.
b. Coding adalah kegiatan mengklasifikasi data dengan cara memberi
kode untuk memudahkan peneliti pada saat melakukan entri data.
c. Tabulating adalah penyusunan data yang berdasarkan variabel yang
diteliti.
d. Entri adalah proses pemasukan data kedalam program computer untuk
selanjutnya di analisa.
23

e. Cleaning yaitu membersihkan data dengan melihat variabel yang telah


digunakan apakah data-datanya sudah benar atau belum.
f. Describing yaitu menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah
dikumpulkan22.
Data yang telah diolah kemudian dianalisa sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan kesimpulan dan keputusan dari
hasil penelitian22. Analisa data digunakan dalam penelitian tersebut
meliputi:
2. Analisis Univariat
Analisis Univariat ini adalah analisis yang digunakan untuk
menganalisis tiap variable dari hasil penelitian. Analisis Univariat
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan katakteristik setiap
variable penelitian22. Dengan rumus:
f
P= x 100%
n
Keterangan: P = Presentase
f = Jumlah jawaban benar
n = Jumlah populasi

3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis secara simultan dari dua variable.
Hal ini biasanya dilakukan untuk melihat apakah satu variable terkait
dengan variable lain22. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan tabel silang untuk melihat dan menganalisis
pengaruh antara dua variable. Menguji ada tidaknya pengaruh terapi
bermain terhadap tingkat stress anak. Uji hipotesis yang digunakan jika
data berdistribusi normal maka di gunakan uji “T-Test”, ada beberapa
syarat uji “T-Test” yaitu data untuk tiap pasang yang diuji dalam skala
interval atau rasio, jika data tidak berdistribusi normal maka dapat
digunakan uji Wilcoxon test dengan tingkat kemaknaan P= 0,05. Hasil dari
analisis yang diperoleh daripada analisis dengan menggunakan nilai p,
24

kemudian dibandingkan dengan P= 0,05 maka ada pengaruh antar variabel


independen dan dependen, tapi jika nilai p lebih besar dari P= 0,05 maka
tidak ada pengaruh variable independen dan dependen26.

Rumus uji T-Test:

x 1−x 2

s 1 ( 2) s 2( 2) 2 r ( s 1) ( s 2)
t=
√ nl
+
n2

√ n 1√ n 1

Keterangan:
x1 = Rata-rata sampel 1
x2 = Rata-rata sampel 2
s1 = Simpangan baku sampel 1
s2 = Simpangan baku sampel 2
s1 (2) = Variasi sampel 1
s2 (2) = Variasi sampel 2
2 = Korelasi antar dua sampel
25

H. Bagan Alur Penelitia


Proposal penelitian

Mengurus surat izin penelitian

Studi Ners

Tata usaha STIKes WN Palu

RSUD Mokopido Toli-Toli

Populasi
Seluruh anak usia pra sekola di ruang anggrek RSUD Mokopido
Toli-Toli sebanyak 400 orang anak.

Sampel
Sampel penelitian ini berjumlah 10 responden anak usia praseskolah.

Tehnik Sampling
Purposive Sampling

Pengumpulan Data
Mengisi lembar observasi

Variabel Independen Variabel Dependen


Terapi bermain Tingkat Stres

Analisa Data
Uji T-tes - Wilcoxon test

Hasil Dan Pembahasan

Kesimpulan Dan Saran

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian


26

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Kurikulum dan Modul Pendukung : Pedoman


Penanganan Kasus Rujukan Kelainan Tumbuh Kembang Balita. Kemenkes
RI. 2014.
2. Hockenberry, M., & Wilson, D. Essentials of pediatric nursing. ninth
edition. USA:Elsevier. 2013.
3. Indrayani, A., & Santoso, A. Hubungan pendidikan kes ehatan dengan
kecemasan orang tua pada anak hospitalisasi. Jurnal Keperawatan
Diponegoro. J. Keperawatan Diponegoro 163– 168. 2012.
4. Hockenberry, M. J., & Wilson, D. Wong’s nursing care of infants and
children. ten edition. USA:Elsevier . 2015.

5. World Health Organization (WHO). childrens growth charts.


USA:Elsevier. 2018.
https://www.who.int/tools/child-growth-standards/standards
6. PAI. PROFIL ANAK INONESIA. (2018).
7. Pamungkas, W. T., Hartini, S., & Astuti, R. Pengaruh Terapi Bermain
Origami Dan Bercerita Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia
Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Di RSUD Ambarawa. J.
Kesehat. Poltekkes Palembang Vol. 15, (2016).
8. Li, W. H. C., Chung, J. O. K., Ho, K. Y. & & Kwok, B. M. C. Play
interventions to reduce anxiety and negative emotions in hospitalized
children. BMC Pediatr. 2016.
9. Marilyn J. Hockenberry, D. W. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing.
2013.
10. Saputro, H., & Fazrin, I. Anak sakit wajib bermain di rumah sakit:
penerapan terapi bermain anak sakit, proses, manfaat dan pelaksanaannya.
Forum Ilm. Kesehat. 2017.
11. Nova Gerungan Eirene Walelang. MEWARNAI GAMBAR TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG
DIRAWAT DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO. 6, 105–
113. 2020.
12. Sitorus, M., Utami, T. A. & Prabawati, F. D. Hubungan Hospitalisasi
dengan Tingkat Stres pada Anak Usia Sekolah di Unit Rawat Inap RSUD
Koja Jakarta Utara. Heal. Inf. J. Penelit. 12, 153. 2020.
13. Astrani, K. Hospitalisasi & Terapi Bermain Pada Anak. Adjie Media
Nusantara. 2017.
27

14. Oktiawati, dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. .CV Trans Info
Medika. Jakarta Timur. 2017.
15. Dony, S. Keperawatan Anak dan Tumbuh Kembang (pengkajian dan
pengukuran). Yogyakarta. PT Kanisius. 2014.

16. Lestari. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.


Yogyakarta : Nuha medika. 2015.
17. Manurung. Terapi Reminiscence. Jakarta: CV Trans Info Media. 2016.
18. Sunaryo. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Gava Media. 2013.
19. Saputro. Buku Ajar Anak Sakit Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit
Proses, Manfaat dan Pelaksanaanya. Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan
(FORIKES) 2017.
20 Nikmatur R. Buku Ajar Terapi Bermain. Universitas Muhammadiyah
Jember. Perpustakaan Nasional. 2018
21. Nursalam, 2014. Konsep-Dan-Penerapan-Metodologi-Penelitian-Ilmu-
Keperawatan-Ed-2_Library-Stikes-Pekajangan-2014.Pdf. (2014).
22. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.2013
23. Sugiyono. . Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV. 2017
24. Susilana, R. Modul Populasi dan Sampel. Bandung :Cv. Wacana Prima
Modul Prakt. 3–4 . 2015.
25. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi.4. Jakarta : Salemba Medika. 2016.
26. Notoadmojo Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. 2012.
27. Dahlan M. Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia 2017.
28

Anda mungkin juga menyukai