PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah orang yang belum dewasa dan di bawah umur dalam
pengawasan orang tua sesuai Undang-Undang No.23 tahun 2002. Anak
adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan menentukan
masa depan bangsa dan negara1. Anak usia sekolah merupakan transisi dari
kehidupan yang secara relatif bebas bermain, menuntut kebutuhan dan
kehidupan yang menantang dalam kegiatan sekolah2.
Ketika anak-anak usia sekolah mengalami sakit dan harus dirawat
biasanya mengalami hospitalisasi3. Hospitalisasi merupakan cara yang efektif
untuk penyembuhan anak yang sakit, namun dapat menjadi pengalaman yang
mengancam, menakutkan, kesepian dan membingungkan bagi anak yang
menjalani hospitalisasi sehingga anak bisa mengalami stres. Hospitalisasi
merupakan stresor yang besar karena lingkungan yang asing, kebiasaan yang
berbeda atau perpisahan dengan keluarga yang harus dihadapi oleh setiap
orang, khususnya pada anak4.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2018
bahwa 3%-10% pasien anak yang di rawat di Amerika Serikat mengalami
stress selama hospitalisasi. Sekitar 3%-7% dari anak usia sekolah yang di
rawat di Jerman juga mengalami hal yang serupa, 5%-10% anak yang di
hospitalisasi di Kanada dan Selandia Baru juga mengalami tanda stress
selama di hospitalisasi5.
Angka kesakitan anak di Indonesia mencapai lebih dari 45% dari
jumlah keseluruhan populasi anak di Indonesia (Kemenkes RI, 2018).
Sehingga didapat hospitalisasi pada anak menurut Profil Anak Indonesia
(PAI) pada tahun 2018 angka rawat inap atau hospitalisasi anak di Indonesia
sebesar 3,21%, anak mengalami keluhan kesehatan rawat inap atau
hospitalisasi6.
Hospitalisasi yang terjadi pada anak ini dapat memunculkan kecemasan
dan stres pada anak di semua tingkatan7. Stress adalah respon negative yang
1
2
anak yang dirawat inap di Rumah Sakit untuk mengurangi tingkat stress
selama dirawat12.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di rumah sakit
Mokopido Toli-Toli didapatkan data jumlah anak dirawat pada tahun 2018
sebanyak 694 anak, pada tahun 2019 sebanyak 700 anak, tahun 2020
sebanyak 400 anak, dan tahun 2021 untuk bulan Januari samapai bulan Mei
sebanyak 183 anak. Maka berdasarkan data yang ada terjadi peningkatan dari
2018 sampai 2019 sedangkan pada tahun 2020 sampai 2021 terjadi penurunan
hal ini disebabkan oleh adanya covid-19. Hasil wawancara dengan kepala
ruangan anggrek (ruang keperawatan anak) bahwa sebelumnya sudah perna
dilakukan terapy bermain pada anak di tahun 2019, kemudian setelah itu
sudah tidak dilakukan di sebabkan oleh adanya pandemic covid-19.
Kemudian peneliti juga mewancarai dua orang tua anak, orang tua pertama
mengatakan bahwa anaknya merasa tidak tenang, selalu menangis, dan orang
tua kedua mengatakan anaknya selalu ingin meminta pulang ke rumah dan
rewel selama dirawat di rumah sakit.
Berdasarkan uraian diatas, didapatkan bahwa di ruang anggrek rumah
sakit Mokopido Toli-Toli perlu dilakukan terapy bermain agar anak tersebut
tidak merasakan adanya tingkat stress ketika di rawat di ruang anggrek, maka
dari itu peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh terapi bermain terhadap tingkat stress pada anak usia prasekolah
yang menjalani hospitalisasi di Ruang Anggrek RSUD Mokopido Toli-Toli.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latarbelakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian bagaimana Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat
Stress Pada Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang
Anggrek RSUD Mokopido Toli-Toli?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat
Stress Pada Anak Usia Prasekolah Yang Menjalanin Hospitalisasi di
Ruang Anggrek RSUD Mokopido Toli-Toli.
4
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi Pengaruh Terapi Bermain terhadap tingkat stres
Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi di Ruang Anggrek
RSUD Mokopido Toli-Toli.
b. Untuk mengidentifikasi tingkat stres Pada Anak Usia Prasekolah Yang
Menjalani Hospitalisasi Di Ruang Anggrek RSUD Mokopido Toli-Toli.
c. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress Pada Anak Usia
Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang Anggrek RSUD
Mokopido Toli-Toli.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah serta memberikan edukasi
terkait Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress Pada Anak Usia
Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang Anggerek RSUD
Mokopido Toli-Toli, sehingga dapat dijadikan sebagai penambah bahan
kajian untuk peneliti selanjutnya.
2. Bagi Masyarkat
Hasil penelitan ini dapat menambah wawasaan bagi masyarakat
tentang Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress Pada Anak
Usia Prasekolah dan bisa diterapkan di lingkungan sekitar.
3. Bagi RSUD Mokopido Toli-Toli
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi tentang Pengaruh
Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress Pada Anak Usia Prasekolah Yang
Menjalani Hospitalisasi Di Ruang Anggrek RSUD Mokopido Toli-Toli,
khususnya tentang pentingnya penerapan terapi bermain terhadap
penurunan stress pada anak.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Anak Prasekolah
a. Definisi Anak Prasekolah
Anak prasekolah merupakan anak yang berusia 3-6 tahun yang
memiliki kemampuan berinteraksi dengan sosial dan lingkungannya
sebagai tahap menuju perkembangan selanjutnya. Anak prasekolah
adalah anak yang berusia 3-6 tahun yang pada masa ini anak memiliki
kemapuan mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain dan sebagai
dasar menuju tahap perkembangan selanjutnya yaitu tahap sekolah13.
4) Perkembangan Moral
Anak prasekolah berada pada tahap pre konvensional pada
tahap perkembangan moral yang berlangsung sampai usia 10 tahun.
Pada fase ini, kesadaran timbul dan penekanannya pada control
eksternal. Standar moral anak berada pada orang lain dan ia
mengobservasi untuk menghindari hukuman dan mendapatkan
ganjaran.
5) Tugas Perkembangan Usia Prasekolah
Periode ini berasal sejak anak dapat bergerah sambil berdiri
sampai mereka masuk sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang
tinggi dan penemuan-penemuan.Periode ini merupakan saat
perkembangan fisik dan kepribadian yang besar.Perkembangan
motorik berlangsung terus menerus. Pada usia ini, anak
membutuhkan bahasa dan hubungan social yang lebih luas,
mempelajari standart peran, memperoleh control dan penguasaan
diri, semakin menyadari sifat ketergantungan dan kemandirian, dan
mulai membentuk konsep diri15.
2. Hospitalisasi
a. Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun
darurat yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal dirumah sakit
untuk mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa
perubahan psikis pada anak. Hospitlisasi dan penyakit sering kali
menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak sangat rentang
terhadap krisis hospitalisasi dan penyakit karena stress akibat
perubahan dari keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan dan anak
memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk
menyelesaikan stressor. Stress utama dari hospitalisasi adalah
perpisahan, kehilangan kendali. Reaksi anak tersebut dipengaruhi oleh
usia perkembangan mereka, pengalaman mereka sebelumnya dengan
penyakit, perpisahan atau hospitalisasi14.
8
ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara dua situasi yang
tidak menyenangkan).
2) Keluarga
Sumber stres keluarga menjelaskan bahwa perilaku, kebutuhan
dan kepribadian dari setiap anggota keluarga berdampak pada
interaksi dengan orang – orang dari anggota lain dalam keluarga
yang dapat menyebabkan stres. Faktor keluarga yang cenderung
dapat memungkinkan menyebabkan stres adalah hadirnya
anggota baru, perceraian dan adanya keluarga yang sakit.
3) Komunitas dan masyarakat
Kontak dengan orang di luar keluarga menyediakan banyak
sumber stres. Misalnya, pengalaman anak di sekolah dan
persaingan. Adanya pengalaman - pengalaman seputar dengan
pekerjaan dan juga dengan lingkungan yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi stres17.
e. Macam-Macam Stres
Para peneliti membedakan antara stres yang merugikan merusak
yang disebut sebagai distres dan stres yang menguntungkan atau
membangun yang disebut sebagai eustres. Adapun macam-macam
stress sebagai berikut:
1) Eustres (tidak stres) adalah seseorang yang dapat mengatasi
stres dan tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh.
2) Distres (stres) adalah pada saat seseorang menghadapi stres
terjadi gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga pada
organ tubuh tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan
baik16.
f. Penyebab Stres
Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang
mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari
berbagai sumber baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial
dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan
sosial, dan lingkungan luar lainnya. Stressor dapat berwujud atau
11
berbentuk fisik seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan
lingkungan sosial seperti interaksi sosial. Pikiran dan perasaan
individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang
nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor. Adapun tipe
kejadian yang dapat menyebabkan stres antara lain :
1) Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang
setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan
sebagainya.
2) Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat
atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level
individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan
pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.
Umur adalah salah satu faktor penting yang menjadi penyebab
stres, semakin bertambah umur sesorang, semakin mudah
mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor
fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam berbagai
kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat dan
mendengar. Pengalaman kerja juga mempengaruhi munculnya
stres kerja.
3) Appraisal yaitu penilaian terhadap suatu keadaan yang dapat
menyebabkan stres disebut stres appraisal. Menilai suatu
keadaan yang dapat mengakibatkan stres tergantung dari dua
faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan orangnya
(personal factors) dan faktor yang berhubungan dengan
situasinya. Personal factors didalamnya termasuk intelektual,
motivasi, dan personality characteritics. Selanjutnya masih ada
beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres
yaitu kondisi fisik, ada tidaknya dukungan sosial, harga diri,
gaya hidup dan juga tipe kepribadian tertentu16.
12
g. Tingkatan Stres
Klasifikasi stres menjadi tiga tingkatan yaitu:
1) Stres Ringan
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-
hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada
dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan
terjadi. Stres ini tidak merusak aspek fisiologik seseorang. Pada
respon psikologi didapatkan merasa mampu menyelesaikan
pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan
energi semakin menipis, pada repons perilaku didapatkan
semangat kerja yang terlalu berlebihan, merasa mudah lelah dan
tidak bisa santai. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit
kecuali jika dihadapi terus menerus.
2) Stres Sedang
Pada tingkat stres ini individu lebih memfokuskan hal
penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga
mempersempit lahan persepsinya. Respons fisiologis dari
tingkat stres ini didapatkan gangguan pada lambung dan usus
misalnya maag, buang air besar tidak teratur, ketegangan pada
otot, berdebar- debar, gangguan pola tidur dan mulai terjadi
gangguan siklus dan pola menstruasi. Respon psikologis dapat
berupa perasaan ketidaktenangan dan ketenangan emosional
semakin meningkat, merasa aktivitas menjadi membosankan
dan terasa lebih sulit, serta timbul perasaan ketakutan dan
kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya. Pada
respon perilaku sering merasa badan terasa akan jatuh dan
serasa mau pingsan, kehilangan respon tanggap terhadap situasi,
ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-
hari, daya konsentrasidan daya ingat menurun. Keadaan ini bisa
terjadi beberapa jam hingga beberapa hari.
13
3) Stres Berat
Pada tingkat stres ini, persepsi individu sangat menurun
dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut
mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan
memerlukan banyak pengarahan. Pada tingkat stres ini juga
mempegaruhi aspek fisiologik yang didapatkan seperti,
gangguan sistem pencernaan semakin berat, ketidakteraturan
pada siklus menstruasi, debaran jantung semakin keras, sesak
napas dan sekujur tubuh terasa gemetar. Pada respon psikologis
didapatkan, merasa kelelahan fisik semakin mendalam, timbul
perasaan takut, cemas yang semakin meningkat, mudah
bingung dan panik. Respon perilaku dapat terjadi tidak dapat
menyelesaikan tugas sehari-hari18.
h. Dampak stress
Stres dapat berpengaruh pada kesehatan dengan dua cara,
pertama perubahan yang diakibatkan oleh stres secara langsung
mempengaruhi fisik sistem tubuh yang dapat mempengaruhi
kesehatan. Kedua secara tidak langsung stres mempengaruhi
perilaku individu sehingga menyebabkan timbulnya penyakit atau
memperburuk kondisi yang sudah ada. Kondisi dari stres ini terdiri
dari beberapa gejala antara lain :
1) Gejala biologis
Ada beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang
sedang mengalami stres diantaranya sakit kepala yang
berlebihan, tidur menjadi tidak nyenyak, gangguan pencernaan,
hilangnya nafsu makan, gangguan kulit, dan produksi keringat
yang berlebihan di seluruh tubuh.
2) Gejala kognisi
Gangguan daya ingat (menurunya daya ingat dan mudah
lupa suatu hal), perhatian dan konsentrasi yang berkurang
sehingga seseorang tidak fokus dalam melakukan suatu hal.
14
3) Gejala emosi
Seperti mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap
segala sesuatu, merasa sedih dan depresi17.
i. Hasil Ukur Tingkat Stres
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat stres yaitu
dengan menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety Stres
Scale). Unsur yang dinilai antara lain skala stres. Pada kuesioner ini
terdiri dari 14 pertanyaan. Penilaian dapat diberikan dengan
menggunakan 0: Tidak pernah, 1: Kadang-kadang, 2: Sering, 3:
Hampir setiap saat. Untuk penilaian tingkat stres dengan ketentuan
sebagai berikut16:
Normal : 0-14
Ringan : 15-18
Sedang : 19-25
Berat : 26-33
Sangat Berat : >34
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari penelitian yang dilakukan
adalah hipotesis21. Hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan rumusan
masalah yaitu sebagai berikut:
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada pengaruh antara Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress
Pada Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang
Anggrak RS Mokopido Toli-Toli.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan cara-cara mengikuti
kaidah keilmuan, dengan data hasil penelitian yang diperoleh berupa angka-
angka serta analisis menggunakan metode statistika22.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre-Eksperimen, dengan
pendekatan one grup pre test dan post test design, yaitu rancangan penelitian
yang menggunakan satu kelompok subjek dengan cara melakukan pengukuran
sebelum dan setelah perlakuan. Efektifitas perlakuan ini dinilai dengan cara
membandingkan nilai post test dengan pre test.21
A B
B :
Pengukuran menggunakan lembar obsevasi sebelum diberikan terapi
bermain
18
19
2 . σ 2 ( Z 1−a+ Z 1−β )2
n=
( µ 1−µ 2)2
2 .1,464 2(1,65+1,65)2
n=
2,3852
n=9,45
Keterangan :
n = Jumlah sampel
Z1-α = Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan α (untuk α = 0,05 adalah 1,65)
Z1-β = Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa
(power) sebesar diinginkan (untuk β=0,05 adalah 1,65)
σ = Standar deviasi kesudahan (outcome)
μ1 = Mean outcome kelompok tidak terpapar
μ2 = Mean outcome kelompok terpapar
20
E. Defenisi Oprasional
1. Terapi bermain
Definisi : Terapi bermain adalah cara untuk bermain pada anak
usia prasekolah 3-5 untuk mengurangi tingkat stress pada
anak yang menjalani hospitalisasi, adapun permainan yang
diberikan yaitu terapi bermain mewarnai gambar. Terapi
bermain mewarnai gambar itu sangat mudah untuk
diberikan dan juga mudah di dijangkau alat dan bahannya
untuk terapai mewarnai gambar.
Alat ukur : SOP
2. Tingkat stress pada anak usia prasekolah
Definisi : Tingkat stres merupakan perasaan takut yang di alami
oleh anak usia prasekolah selama dia di rawat di rumah sakit.
Cara ukur :Mengisi lembar observasi
Alat ukur : Lembar observasi
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Stres Ringan : 1-14
Stres Sedang : 15-25
Stres Berat : 26-30
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ialah peralatan yang dapat membantu atau
memfasilitasi peneliti untuk pengumpulan data guna memudahkan
urusannya serta menjadikan hasil yang baik (cermat, lengkap, sistematis)
sehingga memudahkan pengolahan25. Dalam penelitian ini menggunakan
lembar obsevasi dan SOP. Lembar observasi yang dipakai oleh peneliti
dalam penelitian ini mengenai tingkat stress pada anak usia pra sekolah di
Ruang Anggrek RSUD Mokopido Toil-Toli, yang berjumlah 14 observasi
yang diambil dari Arista (2017) dengan nilai jawaban Ya= 1 dan Tidak= 0.
Untuk SOP dalam penelitian ini yaitu mengenai terapi bermain mewarnai
gambar pada anak usia pra sekolah.
22
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis secara simultan dari dua variable.
Hal ini biasanya dilakukan untuk melihat apakah satu variable terkait
dengan variable lain22. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan tabel silang untuk melihat dan menganalisis
pengaruh antara dua variable. Menguji ada tidaknya pengaruh terapi
bermain terhadap tingkat stress anak. Uji hipotesis yang digunakan jika
data berdistribusi normal maka di gunakan uji “T-Test”, ada beberapa
syarat uji “T-Test” yaitu data untuk tiap pasang yang diuji dalam skala
interval atau rasio, jika data tidak berdistribusi normal maka dapat
digunakan uji Wilcoxon test dengan tingkat kemaknaan P= 0,05. Hasil dari
analisis yang diperoleh daripada analisis dengan menggunakan nilai p,
24
x 1−x 2
s 1 ( 2) s 2( 2) 2 r ( s 1) ( s 2)
t=
√ nl
+
n2
−
√ n 1√ n 1
Keterangan:
x1 = Rata-rata sampel 1
x2 = Rata-rata sampel 2
s1 = Simpangan baku sampel 1
s2 = Simpangan baku sampel 2
s1 (2) = Variasi sampel 1
s2 (2) = Variasi sampel 2
2 = Korelasi antar dua sampel
25
Studi Ners
Populasi
Seluruh anak usia pra sekola di ruang anggrek RSUD Mokopido
Toli-Toli sebanyak 400 orang anak.
Sampel
Sampel penelitian ini berjumlah 10 responden anak usia praseskolah.
Tehnik Sampling
Purposive Sampling
Pengumpulan Data
Mengisi lembar observasi
Analisa Data
Uji T-tes - Wilcoxon test
DAFTAR PUSTAKA
14. Oktiawati, dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. .CV Trans Info
Medika. Jakarta Timur. 2017.
15. Dony, S. Keperawatan Anak dan Tumbuh Kembang (pengkajian dan
pengukuran). Yogyakarta. PT Kanisius. 2014.