PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat. Anak-anak sangat memiliki
ketergantungan yang besar terhadap orang dewasa dan lingkungan sekitarnya. Anak
memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam pemenuhan kebutuhan dasar serta
belajar mandiri.
Anak akan mulai belajar mandiri semenjak usia prasekolah. Usia anak pra sekolah
adalah anak dengan usia 3-6 tahun. Pada usia pra sekolah, anak akan belajar mengembangkan
kemampuan dalam menyusun bahasa, berinteraksi dengan orang lain sebagai kehidupan
sosial anak.
Di Amerika serikat, diperkirakan lebih dari 5 juta anak menjalani hospitalisasi karena
prosedur pembedahan dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, anak mengalami kecemasan
dan stress. Menurut Disease Control, National Hospital Discharge Survey (NHDS), sebanyak
1,6 juta anak berumur 2-6 tahhun mengalami hospitalisasai karena injury dan berbagai
tahun 2010 yang dikutip oleh Apriany (2013), di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-
4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia
16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari
keseluruhan jumlah penduduk adalah 14,44%. Anak yang dirawat di rumah sakit akan
berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologinya, hal ini disebut dengan hospitalisasi.
pemberian obat dan menstabilkan atau pemantauan kondisi tubuh. Keadaaan ini merupakan
anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Hal ini terjadi kareana anak berusaha
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut
menjadi stressorbaik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga, perubahan kondisi ini
merupakan masalah besar yang menimbulkan ketakutan, kecemasan bagi anak yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis pada anak tidak mampu beradaptasi
terhadap tersebut.
muncul antara lain adalah kecemasan dan ketakutan yang tidak segera ditangani akan
membuat anak melakukan penolakan terhadap tindakan perawatan dan pengobatan yang
diberikan sehingga berpengaruh terhadap lamanya hari rawat, memperberat kondisi anak dan
Salah satu upaya untuk mengurangi kecemasan pada anak dengan hospitalisasi adalah
dengan terapi bermain. Bermain adalah suatu kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk
anak. Bermain dapat meningkatkan daya piker anak untuk mendayagunakan aspek
emosional, social serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dan
pengetahuan serta keseimngan mendal anak. Terapi bermain dapat mengatasi masalah emosi
dan perilaku anak-anak karena responsive terhadap kebutuhan unik dan beragam dalam
penelitian mengenai pengaruh terapi bermain pada anak usia pre school dengan hospitalisasi.
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana pengaruh terapi bermain pada tingkat kecemasan pada pasien anak
dengan hospitalisasi?
C. Tujuan Penelitian
3
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi bermain
2. Tujuan Khusus
dengan hospitalisasi
D. Manfaat Penelitian
Sebagai bahan masukan untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan asuhan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan sumber referensi
pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep anak-anak
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain /
toodler (1-2,5 tahun), prasekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga
remaja (11-18 tahun). Namun, topik yang ingin kita bahas tentang anak usia
idenpenden. Anak dari usia 1 sampai 5 atau 6 tahun menguatkan rasa identitas
jender dan mulai membedakan perilaku sesuai jenis kelamin yang didefenisikan
secara sosial serta mengamati perilaku orang dewasa, mulai untuk menirukan
memodifikasi perilaku yang didasarkan pada umpan balik orangtua. (Potter, Perry,
2005)
akan tetapi aktivitas motorik tinggi, di mana sistem tubuh sudah mencapai
dan harapan orang dewasa yang serupa, biasanya di antara semua anak dalam
sampai 4 tahun menggunakan 15.000 kata setiap hari atau dalam setahunnya
kata-kata yang lebih berbeda. Jauh sebelum anak mampu membaca dan sebelum
mereka mampu mengerti arti setiap kata kecuali yang sederhana, mereka ingin
dibacakan.
2. Hospitalisasi
Hospitalisasi ini merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaan ini (hospitalisasi) terjadi karena anak berusaha
untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga
kondisi tersebut menjadi stressor baik terhadap anak maupun orang tua dan
dan psikologis pada anak jika anak tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan
tersebut. Respon fisiologis yang dapat muncul meliputi seperti perubahan pada
napas yang semakin cepat, selain itu, kondisi hospitalisasi dapat juga
keluar keringat dingin dan wajah menjadi kemerahan. Perubahan perilaku juga
dapat terjadi, seperti gelisah, anak rewel mudah terkejut, menangis, berontak,
pada faktor- faktor yang saling berhubungan seperti sifat anak, keadaan perawatan
dan keluarga. Perawatan anak yang berkualitas tinggi dapat mempengaruhi
kurang beruntung yang mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit. Anak yang
sakit dan dirawat akan mengalami kecemasan dan ketakutan. Dampak jangka
pendek dari kecemasan dan ketakutan yang tidak segera ditangani akan membuat
kondisi anak dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada anak. Dampak
jangka panjang dari anak sakit dan dirawat yang tidak segera ditangani akan
a. Pengertian
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kondisi dialami secara subjektif dan
yang akan datang, kekhawatiran atau ketakutan terhadap ancaman nyata atau
yang dirasakan.
yang menyatakan bahwa takut tidak dapat dibedakan dengan cemas, karena
individu yang merasa takut dan cemas mengalami pola respon perilaku,
dapat disimpulkan bahwa cemas merupakan reaksi atas situasi baru dan
berbeda
terhadap suatu ketidakpastian dan ketidakberdayaan. Perasaan cemas dan takut
merupakan suatu yang normal, namun perlu menjadi perhatian bila rasa cemas
semakin kuat dan terjadi lebih sering dengan konteks yang berbeda.
1) Kecemasan ringan
perhatian.
2) Kecemasan sedang
3) Kecemasan berat
memusatkan pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir
1) Usia
Anak usia infant, toddler dan prasekolah lebih mungkin mengalami stress
al, 2001, yang mengatakan bahwa kecemasan banyak dialami oleh anak
dirawat di rumah sakit. Anak yang dilahirkan sebagai anak pertama dapat
3) Jenis kelamin
yang lebih tinggi dibanding anak laki-laki, walaupun ada beberapa yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
dengan anak yang belum memiliki pengalaman sama sekali. Respon anak
perawatan yang baik dan menyenangkan maka akan akan lebih kooperatif.
cenderung cemas, merasa sendiri serta kesepian saat anak harus dirawat di
emosi yang baik dari anak akan memunculkan rasa percaya diri pada anak
antara lain:
3) Respon Kognitif
pada gambaran visual, takut pada cedera atau kematian dan mimpi buruk.
4) Respon Afektif
kecemasan.
Zung Self Rating Anxiety Scale dikembangkan oleh W.K Zung tahun 1971
kecemasan secara umum dan koping dalam menagatasi stress. Skala ini
pada tahun 1956, untuk mengukur semua tanda kecemasan baik kecemasan
mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan orang dewasa. HARS
tahun 1994 dan laporan orang tua (Spence Children’s Anxiety Scale Parent
selalu.
4) Children Manifest Anxiety Scale (CMAS)
dengan memberi tanda (O) pada kolom jawaban ”ya” atau tanda (X) pada
instrumen untuk mengukur kecemasan pada anak yang terdiri dari 41 item,
sampai 17 tahun. PARS memiliki dua bagian: daftar periksa gejala dan
spesifik.
kepuasan
dalam berhubungan dengan orang lain.Bermain merupakan kegiatan atau simulasi
Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku
mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling mengenal, sehingga dapat
Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan anak untuk
perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang ada. Hal ini
sejalan dengan Asosiasi Terapi Bermain, 2008, dalam Homeyer, 2008, terapi
yang optimal.
salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif
untuk
mengatasi stress anak ketika dirawat di rumah sakit. Karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering disertai stress berlebihan,
maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang
mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-anak sakit atau di
terapi bermain adalah untuk menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk
kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru.
Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar dapat melanjutkan fase
energi fisik dan melepaskan emosi yang tertahan. Permainan juga sangat
meneruskan permainan
sekolahan
buku.
b. FUNGSI BERMAIN
Dunia anak tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bermain. Diharapkan dengan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
intelektualnya.
belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Dalam hal
ini, peran orang tua sangat penting untuk menanamkan nilai moral dan
dampak positif dan negatif mdari perilakunya terhadap orang lain. Nilai-
nilai moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain,
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
permainannya (distraksi).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif pre eksperimen dengan design one group pre-post
test. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengukuran atau
pengamatan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Rancangan penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi bermain dalam mengurangi tingkat kecemasan anak dengan hospitalisasi
di Rumah Sakit Triharsi Surakarta
01 X 02
Keterangan :
bermain
3.2.1 Populasi
Populasi adalah seluruh objek yang akan diteliti yang memiliki karakteristik
tertentu. Populasi dari penelitian ini adalah pasien anak-anak di Rumah Sakit
Triharsi Surakarta
3.2.2 Sampel
Sampel adalah wakil atau sebagian yang digunakan sebagai subyek penelitian
melalui sampling. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh suatu populasi. Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi.
a. Kriteria inklusi
populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi dalam
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah subyek yang tidak diikutsertakan dalam
Tempat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Ruang rawat inap rumah
sakit Triharsi. Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Februari hingga Maret
2020.
Rating
usia prasekolah
Scale of
Anxiety)
16 items dengan skala penilaian selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.
3.5.2 Cara pengumpulan data
b. Peneliti mencari responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
responden.
e. Setalah responden menyetujui, peneliti memberikan kuisioner sebelum dilakukan
memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya apabila ada hal yang
kurang dimengerti.
g. Peneliti melakukan terapi bermain dengan mewarnai dengan cara peer group.
Koisioner ini diadopsi dari Putri (2012). Koisioner ini dilakukan uji validitas
koisioner menggunakan rumus korelasi product moment yang diolah dengan program
computer. Dilakukan uji validitas sebanyak 2 kali. Pada uji validitas yang pertama
yang berisi 16 item pernyataan, dan uji validitas yang kedua dengan penambahan 10
hasilnya terdapat 25 item yang valid. Hasil uji coba pada koisioner respon
yang valid . Item-item yang valid dalam koisioner respon hospitalisasi adalah item-
item yang memiliki r hitung lebih besar dari r tabel 0,312 (n=40).
3.7 Cara Pengumpulan dan Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data untuk variabel tingkat kecemasan menggunakan data primer berupa
kuesioner yang diberikan kepada orang tua anak, serta menggunakan data sekunder untuk
melengkapi data primer yang diperoleh dari rekam medis dan dari tenaga paramedis sebagai
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan yang peneliti lakukan meliputi perumusan masalah penelitian berdasarakan fenomena
yang terjadi, studi literatur atau kepustakaan untuk mendapatkan gambaran tentang variabel yaitu
penggunaan pediatric vest (rompi bergambar) di ruang anak ,perijinan dan studi pendahuluan pada karu
ruangan untuk memperoleh data populasi dan sampel,pembuatan proposal, selanjutnya penyusunan
instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan ini peneliti memulai pada bulan juni di ruangan anak, yaitu menentukan sampel berdasarkan
kriteria inklusi dan ekslusi, dan menilai kecemasan anak saat dilakukan tindakan pemasangan infus tanpa
menggunakan pediatric vest (rompi bergambar) , lalu melanjutkan proses perlakuan atau intervensi dengan
memulai menyiapkan instrumen penelitian dengan menggunakan pediatric vest (rompi bergambar). Setelah
itu untuk selanjutnya memasuki post-test yaitu menilai kembali dengan memberikan kuesioner kepada
Peneliti melakukan pemeriksaan kembali pada data yang diisi responden apabila
Peneliti mengorganisasikan data sedemikian rupa agar dapat dijumlahkan, disusun, dan
ditata untuk disajikan dan dianalisis.
d. Entry (memasukan data)
karakteristik dari masing-masing variabel kedalam distribusi frekuensi dan persentasi masing-
masing variabel dari semua jawaban responden (Machfoedz, 2010:157), dengan rumus sebagai
berikut :
P= F X 100%
N
Keterangan :
P = Persentase yang dicari
F = Jumlah frekuensi setiap kategori
N = Jumlah Sampel
2. Analisis Bivariat
posttest tingkat kecemasan anak usia prasekolah, sebelum dan sesudah diberikan
terapi bermain apakah ada pengaruh yang signifikan atau tidak. Teknik analisis
yang digunakan adalah t-test. Adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai
berikut:
t =Md
Keterangan :
Hipotesis kalimat :
H0: tidak ada pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak usia
H1: ada pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah
Parameter uji :
Iterpretasi Hasil :
Jika nilai p lebih kecil dari taraf signifikansi test (p<α), maka H 0 ditolak dan H1
diterima
3.9 Etika penelitian
3.9.1 Otonomi
atau tidak dalam informed consent. Informed consent adalah suatu bentuk
mendapatkan keterangan yang jelas mengenai perlakuan dan dampak yang timbul
yang diajukan.
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur penelitian
3.9.3 Beneficence
Penelitian yang dilakukan dengan melibatkan pasien sebagai responden
pasien.
3.9.4 Nonmaleficence
Nonmaleficence adalah tidak merugikan orang lain dengan kata lain peneliti harus
memperhatikan unsur bahaya atau kerugian bagi pasien yang dapat mengancam
jiwa pasien atau responden dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Peneliti
3.9.5 Confidentiality
dikumpulkannya.
3.9.6 Justice
responden adalah sama, tidak membeda-bedakan antara responden yang satu dan
yang lain. Selama penelitian, peneliti memberikan perlakuan yang sama ke setiap
A. Tujuan
Untuk mengetahui tingkat kecemasan anak pre school dengan
hospitalisasi di Rumah Sakit Triharsi
Identitas responden
Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Alamat :
B. Petunjuk pengisian kuesioner
Berilah tanda ( ) pada kolom jawaban yang sesuai dengan kondisi anda
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah terapi bermain yang
sudah diberikan memberikan
dampak positif pada anak Anda ?
2 Apakah anak Anda senang
dengan terapi bermain yang telah
diberikan ?
K