Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sridian Fitria

NIM : 1422021039

Prodi :S1.Keperawatan

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian

Dosen : Ns,Rachmawati R, S.Kep, M.kep

1. Minat : Keperawatan Anak


2. Tentang : Dampak kondisi emosional anak terhadap
proses perawatan di Rumah Sakit
3, Jurnal
4. Masalah yang ingin diteliti : Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
emosional anak selama masa perawatan

A. PENDAHULUAN
Anak-anak yang menjalani perawatan di rumah sakit seringkali mengalami
beragam kondisi emosional, termasuk kecemasan, ketakutan, dan stress akibat
lingkungan yang tidak nyaman, pemisahan dari orangtua, serta prosedur medis yang
tidak menyenangkan. Kondisi emosional ini dapat memengaruhi pengalaman
perawatan mereka serta berpotensi mempengaruhi hasil kesembuhan dan kualitas
hidup mereka setalah pulang dari rumah sakit. Dalam konteks inilah pentingnya
memahami bagaimana kondisi emosional anak dapat memengaruhi proses
perawatan mereka di rumah sakit. Dalam tulisan ini, saya akan menginvestigasi
secara lebih mendalam tentang dampak kondisi emosional anak terhadap proses
perawatan di rumah sakit. Saya akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kondisi emosional anak selama masa perawatan.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Anak usia sekolah didefinisikan sebagai anak yang berada dalam rentang usia 7-12
tahun yang meuoakan usia masa perkembangan. Anak-anak yang menjalani rawat
inap akan mengalami kecemasan karena respon emosi terhadap penyakitnya.
Respon emosional tersebut sangat bervariasi tergantung pada usia anak dan
perkembangan anak. Penyebab kecemasan pada anak usia sekolah dipengaruhi
oleh banyak faktor, seperti perilaku petugas kesehatan, pengalaman rawat inap
anak, dukungan keluarga yang mendampingi selama perawatan. Berikut adalah
beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi emosional anak selama masa
perawatan.
1. Kecemasan
Kecemasan merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang
tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan khawatir, tidak nyaman dan
merasa terancam. Timbulnya kecemasan biasanya didahului oteh faktor-
faktor tertentu. Demikian pula kecemasan yang dialami oleh orang tua terkait
hospitalisasi anak usia toddler, dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, status ekonomi, tingkat pengetahuan, lama rawat inap,
dan juga oleh perilaku caring perawat.
Hospitalisasi diartikan sebagai akibat adanya beberapa perubahan
psikis yang dapat menjadi sebab yang bersangkutan dirawat disebuah
institusi seperti rumah sakit (Stevens, 1999). Hospitalisasi anak merupakan
suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat yang
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit dan menjalani terapi atau
perawatan (Supartini, 2004).
Keadaan sakit dan hospitalisasi, merupakan krisis utama bagi anak
usia toddler dan keluarga (Nursalam dkk, 2005). Dampak sakit dapat terladi
pada individu yang mengalami sakit baik yang dirawat di rumah maupun yang
dirawat di rumah sakit. Dampak tersebut dapat terjadi pada individu,
keluarga, atau masyarakat (Hidayat, 2004). Respon kecemasan merupakan
perasaan yang paling umum yang dialami oleh orang tua ketika ada masalah
kesehatan pada anaknya (Sukoco, 2002). Hal itu dapat disebabkan oleh
beberapa sebab seperti penyakit kronis, perawatan (caring) yang kurang
menyenangkan, tingkat ekonomi keluarga, yang semua itu dapat berdampak
pada proses penyembuhan (Sukoco, 2002).
Kecemasan pada anak seharusnya sebagai suatu respon yang wajar
terhadap tekanan atau peristiwa yang mengancam kehidupan anaknya
karena dianggap sebagai pengalaman emosional yang berlangsung sangat
singkat (lbrahim dkk, 2002). Namun demikian pada beberapa orang tua
kecemasan terhadap hospitalisasi ini dapat berkembang menjadi perasaan
yang tidak nyaman dan cenderung menakutkan (Kim, McFarlan, & Mclane,
1994).
2. Stress
Usia anak 2-6 tahun merupakan usia yang penting dalam masa
perkembangan, dan dalam masa-masa perkembangannya harus sangat
diperhatikan. Saat usia prasekolah kreatifitas dan daya imajinasi seorang
anak mulai berkembang. Akan tetapi, anak juga bisa diserang penyakit
seperti halnya orang dewasa (Wahyuni, 2016). Bagi anak usia prasekolah,
tinggal di rumah sakit dapat menimbulkan kondisi stress bagi anak dan
keluarga mereka. Kondisi ini disebut hospitalisasi, anak akan mengalami
stres karena lingkungan yang asing bagi anak. Stress yang di alami anak
akan menimbulkan hilangnya kontrol, displacement, agresi, menarik diri,
tingkah laku protes, dan ketakutan selama mendapatkan perawatan dirumah
sakit (Mendri, 2012).
Hospitalisasi didefenisikan sebagai sebuah proses yang terjadi
disebabkan sebuah alasan yang telah terencana dan membuat anak harus
tinggal di rumah sakit untuk melakukan perawatan dan terapi hingga
pemulihan dan bisa kembali ke rumah. Anak diharuskan agar mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang belum pernah ditemuinya, aktivitas
anak haruslah dilakukan di rumah sakit dan dijaga bersama dengan perawat
(Kyle, 2012). Akibat hal tersebut anak haruslah berpisah dengan keluarga
dan memperoleh lingkungan yang baru serta asing untuknya dan ini menjadi
tekanan utama yang dirasakan oleh anak (Perry & Potter, 2015).
Stress hospitalisasi bisa dimaknai sebagai suatu respon atau kondisi
tubuh yang terjadi saat seorang anak menjalani tindakan perawatan di rumah
sakit. Dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang terlihat pada
seorang anak sebab anak tersebut mengalami stress dari petugas kesehatan
(Yosep, 2014). Stress merupakan keadaan atau kondisi dari tubuh terhadap
situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan,
dan merisaukan seseorang.
3. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga menurut Gatira (2011) adalah sebuah bentuk dari
interaksi sosial yang di dalamnya terdapat hubungan saling memberi dan
menerima bantuan yang sifatnya nyata, bantuan itu akan membuat individu-
individu yang terlibat di dalam sistem sosial pada akhirnya akan dapat
memberikan perhatian, cinta, maupun pendekatan yang baik pada keluarga
sosial maupun pasangan. Sebagai bagian dari sebuah keluarga, individu
akan berinteraksi satu sama lain dalam memenuhi kebutuhannya. Suami,
istri, dan anak merupakan sumber dukungan dalam keluarga. Dukungan dari
keluarga seperti 4 orang tua (ayah dan ibu) merupakan salah satu bentuk
dukungan yang berkaitan dengan ikatan atau hubungan darah (Riyanti dalam
Ningsih, 2011).
Dukungan keluarga merupakan unsur penting dalam hospitalisasi
apalagi yang dirawat adalah anak usia pra sekolah, hal ini seperti yang
dijelaskan Potts dkk, (2012) keluarga merupakan pendukung dalam
perawatan anak serta mendengarkan pendapat anak sebagai komponen
yang penting dari proses pengambilan keputusan.
Dukungan keluarga memberikan efek psikologis yang luar biasa
terhadap perkembangan pasien, hal ini seperti yang dijelaskan oleh Setiadi
(2008) menyatakan efek dari dukungan keluarga yang adekuat terbukti
berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit,
fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Di samping itu, pengaruh positif
dari dukungan keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam
kehidupan yang penuh dengan stress.
Dampak dukungan keluarga mempengaruhi kesembuhan anak di
rumah sakit hal ini sesuai dengan Wong, et al (2008) yang menjelaskan
kehidupan anak sangat ditentukan oleh bentuk dukungan dari keluarga, hal
ini dapat terlihat ketika dukungan keluarga yang sangat baik maka
pertumbuhan dan perkembangan relatif stabil, tetapi apabila dukungan
keluarga pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan
pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak. Anak selalu
membutuhkan orangtua selama di rumah sakit seperti dalam aktivitas
bermain atau program perawatan lainnya seperti pengobatan. Pentingnya
keterlibatan keluarga ini dapat mempengaruhi proses kesembuhan anak.
Sering kali ditemukan dampak yang cukup berarti pada anak apabila anak
ditinggal sendiri tanpa ada yang menemani seperti kecemasan yang bisa
menjadi stress.

Anda mungkin juga menyukai