Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN KEHILANGAN

Disusun Oleh :

1. Delviera Rani I (202102010010)


2. Kharisma (202102010012)
3. Adelita Aprianina (202102010024)
4. Dita Distiningtyas (202102010070)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2023/2024
1. Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan (SP 1)

Pertemuan : 1 (Fase menyangkal)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ds :
- Klien menyangkal kematian suaminya
- Klien mengatakan tidak percaya suaminya sudah meinggal
- Klien merasa sedih
- Kesulitan mengekspresikan kehilangan

Do:

- Klien sering melamun


- Klien sering menangis
- Klien tidak mau berinstraksi dengan orang lain
- Klien tampak putus asa

2. Diagnosa keperawatan
Berduka
3. Tujuan
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
Klien dapat merasa aman dan nyaman saat berintraksi dengan perawat
Klien mampu mengungkapkan perasaan berduka
4. Rencana Tindakan
1) Bina hubungna saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam
terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien
2) Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
3) Dengarkan ungkapan klien dengan empati
4) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaanya
5. Strategi pelaksanaan
a. Orientasi
1) Salam terapiutik
"Selamat pagi Ibu."
"Perkenalkan saya perawat yang bertugas hari ini, nama saya perawat A, nama ibu
siapa?"
"Ibu senang di panggil siapa?
“tujuan saya kesini saya ingin membantu ibu untuk menyelesaikan masalah yang
sedang dialami ibu”
2) Evaluasi
a) "Bagaimana perasaan Ibu hari ini, apa yang Ibu rasakan saat ini?
3) Kontrak
 “Ibu, saya bertugas di sini untuk merawat ibu, saya harap selama saya
merawat ibu saya dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi ibu. Ibu
sekarang saya ingin berbincang-bincang dengan Ibu untuk mengetahui
keadaan Ibu saat ini. apakah ibu bersedia?
 Ibu ingin kita bicara di mana?
 Hmm.,, bagaimana kalau di taman? baiklah Buk.
 Berapa lama ingin bincang-bincangnya Buk?
 Bagaimana kalau kita berbincang selama 15 menit?

b. Kerja
 Baik ibu, bagaimana perasan ibu pagi ini? Apakah ada yang mengganggu
pikiran ibu?
 Apa yang menyebabkan ibu merasa sedih?
 Oh jadi ibu merasa sedih karena suami ibu telah meninggal dunia
 Sudah berapa lama ibu seperti ini?
 Baik ibu, ibu sabar dulu ya. Pelan-pelan tenangkan diri ibu
 Apa yang biasa ibu lakukan untuk mengurangi rasa sedih ibu ?
 Baik ibu yang tabah ya, bagaimana hasilnya apakah rasa sedih ibu berkurang ?
 Bagaimana jika saat ini membicarakan perasaan sedih yang ibu alami tersebut
 Tujuannya agar ibu merasa lebih tenang dan mengurangi rasa sedih yang ibu
rasakan dengan berbagi sedikit cerita ibu kepada saya
 Boleh sekali ibu, silahkan ibu ungkapkan dan ceritakan semua perasaan ibu
 Oh jadi ibu merasa sedih menangis, bersalah, dan merasa tidak ada harapan
karena suami ibu meninggal dunia 3 hari yang lalu saat akan jemput ibu
pulang belanja di pasar
 Ibu juga masih belum menerima meninggalnya suami ibu ya
 Saat ibu sedang bersedih, apa yang ibu pikirkan ?
 Lalu apa yang ibu lakukan saat ibu bersedih ?
 Apa cara ibu yamg lakukan untuk mengurangi rasa sedih ibu ?
 Nah ibu dari yang bisa saya simpulkan bahwa ibu merasa sedih, bersalah,
terlihat terus menangis, merasa tidak ada harapan, menolak kehilangan suami
ibu, tampak tidak mampu berkonsentrasi pada apapun hingga sulit tidur.
 Tanda dan gejala ini menandakan bahwa ibu sedang mengalami berduka
 Baik ibu, apakah saya boleh duduk dekat disamping ibu
 Sebelumnya apakah ibu tahu 5 fase yang akan ibu lalui saatb ibu berduka ?
 Baik, karena ibu belum mengtahuinya bagaimana jika sama-sama kita belajar
tentang 5 fase tersebut
 Baik ibu, 5 fase tersebut diantaranya fase denial ( penyangkalan), fase anger
(marah), fase penawaran, fase depresi, fase penerimaan
 Nah ibu, apa yang ibu alami saat ini merupakan bagian dari fase pertama
berduka yaitu fase penyangkalan
 Saat ibu menolak dan tidak percaya dengan meninggalnya suami ibu itu
merupakan hal yang wajar dialami seseorang yang baru saja kehilangan sosok
yang paling dicintainya
 Agar dapat memahami dan perlahan menerima kenyataan ini, ibu akan merasa
seperti ini tidak apa-apa ibu, semoga lebih kuat ya
 “Nah bu masih ada 4 fase dari berduka yang belum saya jelaskan kepada
ibu,apakah ibu ingin mengetahuinya”
 “baik fase kedua dalam tahap berduka yaitu fase anger (marah)”
 “pada fase ini ibu akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan
marah, misalnya dengan meninggikan nada suara ibu, dan menyalahkan orang
lain atas kehilangan yang ibu alami”
 “baik, pada fase ketiga dalam tahap berduka yaitu fase penawaran”
 “ pada fase ini ibu akan mulai bingung dan bertanya-tanya kenapa hal ini
harus terjadi pada ibu dan mulai berandai bila ibu tidak meminta suami ibu
menjemput ibu di pasar mungkin suami ibu masih ada di sisi ibu saat ini”
 “Baik,fase keempat dalam tahap berdukayaitu fase depresi
 “pada fase ini ibu akan mulai menarik diri ,bicara sesuka hati,tidak dapat
melakukan apapun,termenung,sedih dan berkabung yang berlebihan.”
 “baik,fase kelima atau yang terakhir yaitu fase penerimaan “
 “pada fase ini ibu akan mulai menerima arti kehilangan suami ibu, tidak lagi
bergantung pada orang lain dan mulai membuat perencanaan aktivitas ibu
kedepan”
 Nah, bagaimana ibu apakah ibu sudah memahami dari fase berduka ?
 Baik ibu, bagus sekali ibu sudah bisa memahaminya ya bu
 Setelah berbincang-bincang tadi bagaimana perasaan ibu sekarang ?
 Baik bu tidak apa-apa jika ibu masih sulit menerima kematian suami ibu
c. Terminasi
1) Evaluasi
 (Subyektif): Setelah berbincang-bincang tadi bagaimana perasaan ibu
sekarang ?
 (obyektif) : klien masih sulit menerima kematian suaminya
2) Rencana Tindak lanjut
 Nah bu. Ini sudah 15 menit. Jadi kita cukupkan saja dulu perbincangan kita.
Sekarang ibu istirahat dulu. Kalau nanti ada yang ingin ibu ceritakan atau
tanyakan kepada saya, ibu bisa sampaikan saat pertemuan kita berikutnya.
3) Kontrak yang akan datang
 Bagaimana kalau besok pagi kita ngobrol- ngobrol lagi sekitar pukul 8? Dan
bagaimana kalau besok saya ajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk
meredakan emosi ibu ketika ibu merasa sedih? Apakah Ibu bersedia? Ibu nanti
ingin mengobrol dimana? Apakah di tempat ini lagi? Baik bu nanti kita
berbincang-bincang lagi, kalau begitu saya permisi dulu Bu, terima kasih
karena Ibu sudah mau berbincang-bincang dengan saya,
2. Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan (SP2)
Fase marah
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Ds:
- klien belum menunjukkan rasa penerimaan terhadap kehilangan
- Klien menyalahkan takdir yang menimpanya
Do :
- Klien tampak melamun
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak meninggikan nada suaranya
2. Diagnosa keperawatan
Berduka
3. Tujuan khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat.
 Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
 Klien merasa lebih tenang
 Klien mampu menerima takdir yang menimpanya
4. Rencana tindakan
 Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan
salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat.
 Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Dengarkan setiap perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat
menghakimi.
 Ajarkan klien teknik relaksasi napas dalam
5. Strategi pelaksanaan
a. Tahap orientasi
1) Salam terapeutik: "Selamat pagi Ibu… Masih ingat dengan saya Bu?
Ya, betul sekali. Saya perawat…, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari
pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu."
2) Evaluasi validasi: "Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih
baik dari kemarin?”
3) Kontrak: "Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang
sebentar? Seperti yang sudah kita sepakati kemarin kalau hari ini saya
akan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam. Saya rasa 15 menit
cukup Bu. Ibu bersedia?" ”Ibu mau kita berbincang-bincang dimana?
Di sini saja? Baiklah."
b. kerja
 "Baiklah Ibu bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu
saat ini?"
 Apa yang membuat ibu kesal ?
 Oh, ibu merasa kesal karena suami ibu gak datang-datang menjemput
ibu kesini ?
 ( sambil menggenggam tangan ibu )
 Ibu… Ibu harus sadar dengan apa yang terjadi kalau suami ibu sudah
meninggal
 Ibu saya tahu ibu marah dengan takdir yang sudah menimpa ibu. Ibu
harus bisa ikhlas. Saya mengerti apa yang ibu rasakan ibu saat ini.
Memang sangat berat buat ibu, tapi ibu harus bisa terima. Masa depan
ibu masih panjang
 "Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu
pikir, jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan
suami Ibu karena beliau memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi
kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima kenyataan ini."
 Saya punya cara untuk meredakan kekesalan ibu. Ibu bisa tarik napas
sedalam-dalamnya melalui hidung, lalu keluarkan melalui mulut. Ayo
kita coba buk
 Ya bagus sekali seperti ibu
 Ibu bisa melakukan cara ini ketika ibu tidak bisa mengontrol perasaan
ibu.
c. Tahap terminasi
1) Evaluasi:
 (subjektif): "Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah
mengerti cara melakukan teknik relaksasi napas dalam?"
 (objektif): "Kalau begitu, coba Ibu praktekan ulang cara teknik
relaksasi napas dalam yang sudah saya ajarkan tadi”
2) Rencana tindak lanjut :
 "Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa emosi dengan
keadaan, Ibu dapat melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu
merasa Ibu tidak terima dengan kenyataan ini. Ibu dapat mengingat
kembali perbincangan kita hari ini.
 Kontrak yang akan datang: "Sudah 15 menit ya, Bu. Saya rasa
perbincangan kita kali ini sudah cukup. Besok sekitar jam 09.00
saya akan datang kembali untuk berbincang-bincang. di taman
depan ya Bu."
 "Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya
permisi dulu ya Bu”

3. Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan (SP 3)


Fase penawaran
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Ds :
- Klien mulai berandai jika saja dia tidak meminta suaminya
menjemputnya di pasar pasti kecelakaan itu tidak terjadi
- Klien mulai bertanya-tanya kenapa hal ini harus terjadi kepadanya
Do :
- Klien tampak merasa bersalah atas kematian suaminya
- Klien juga masih tampak melamun
2. Diagnosa keperawatan
Berduka
3. Tujuan khusus
Klien tidak menyalahkan diri sendiri atas kematian suaminya dan dapat
menerima kenyataan
4. Rencana tindakan
Menyarankan klien agar lebih dekat dengan Allah dengan cara berdzikir
5. Strategi pelaksanaan
a. Tahap orientasi
1) Salam terapeutik: "Selamat pagi Ibu. Masih ingat dengan saya Bu?
Ya, betul sekali. Saya perawat…., Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari
pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu."
2) Evaluasi validasi: "Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih
baik dari kemarin? “
3) Kontrak: "Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita
bertemu untuk membicarakan kondisi ibu. Saya rasa 15 menit cukup
ya, Bu."
b. Tahap kerja
 "Nah, Bu, silahkan katakan saja yang mau ibu ceritakan"
 “ibu merasa bersalah kenapa bu?”
 “ Ya bu saya sangat mengerti. Itu bukan salah ibu, itu sudah menjadi
takdir bagi suami ibu.”
 "Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan.
Meninggalnya suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai
Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat
mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri."
 “Meskipun ibu tidak meminta suami ibu untuk menjemput ibu di
pasar, kecelakaan itu mungkin akan tetap terjadi karena itu sudah
takdir bagi suami ibu”
 “bagaimana kalau ibu bisa mencoba mendekatkan diri kepada Allah
supaya ibu bisa lebih tenang dan supaya ibu tidak menyalahkan diri
sendiri terus menerus. Ibu bisa melakukan dengan cara berdzikir”
 Apakah ibu tahu apa saja kalimat yang diucapkan saat berdzikir ?”
 Benar sekali bu, astagfirullahadzim, subhanallah. Kalimat dzikir ini
bisa ibu ulangi masing-masing 33x ya bu, Seperti yang saya praktikan
seperti ini ya bu.
 Jadi 1 jari ibu dapat digunakan untuk 3x pengucapan kalimat dzikir,
agar totalnya 33x, berarti kita memerlukan 11 jari ya bu.”
 Bagaimana apakah ibu paham ?

c. Tahap terminasi

1) Evaluasi:
(subjektif): "Nah baiklah apakah ibu sudah paham cara dzikir yang saya ajarkan
tadi?.”
(objektif): "Sekarang coba Ibu ulangi lagi cara dzikir yang saya ajarkan tadi ?”
2) Rencana tindak lanjut :
 "Bagus sekali Bu, kalau begitu Ibu setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima
dengan kenyataan ini. Ibu dapat melakukan dzikir seperti yang sudah saya
ajarkan tadi. Dan ibu bisa mengingat kembali perbincangan kita hari ini."
 Kontrak yang akan datang: "Nah, waktu kita sudah hampir habis ya Bu.
Besok jam 08.00 setelah makan pagi, saya akan kembali lagi untuk
mengajarkan Ibu cara meminum obat dengan benar. Kita ketemu di
ruangan Ibu saja, ya? Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau
tidak, saya permisi dulu ya, Bu."

4. Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan (SP 4)


Fase Depresi
A. Proses keperawatan
1. kondisi klien

Ds :

- klien merasa sangat sedih


- klien merasa gelisah, tidur tidak nyenyak, bahkan sulit tidur.
- Klien mengatakan putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya

Do :
- klien tampak lebih banyak melamun
- klien tampak putus asa
- klien tampak tidak mau berintraksi dengan yang lain
- klien tampak menarik diri
- klien tampak gelisah
-
2. Diagnosa keperawatan

Berduka

3. Tujuan khusus
 Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam meminum obat
 Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak
4. Rencana tindakan
 Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar
 Awasi klien saat minum obat
5. Strategi pelaksanaan
a. Tahap orientasi
1) Salam terapeutik: "Selamat pagi Ibu ."
2) Evaluasi validasi: "Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa semalam Ibu
bisa tidur dengan nyenyak?"
3) Kontrak: "Ibu tidak bisa tidur dengan nyenyak ya karena masih sering
teringat suami ibu ? Baiklah, sesuai dengan janji kita yang kemarin,
saya akan memberitahu Ibu obat yang harus Ibu minum untuk
mengurangi kegelisahan Ibu dan agar Ibu dapat tidur dengan nyenyak.
Saya rasa 15 menit saja cukup ya Bu, di kamar ini saja."
b. Tahap kerja
 “Bagaimana perasaan ibu hari ini? Saya lihat dari kemarin
sepertinya ibu lebih banyak melamun dan tidak mau berinteraksi
dengan yang lain?”
 “ ibu.. ibu jangan bicara seperti itu. Saya tahu ibu sangat terpuruk
atas meninggalnya suami ibu”
 “tapi coba ibu pikirkan, kalau misalkan ibu tidak ada siapa nanti
yang akan merawat anak ibu yang masih kecil?”
 "Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba
mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya
percaya Ibu mempunyai keahlian yang bisa digunakan. Ibu juga
tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-saudara, anak-
anak dan orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu."
 "Ini ada beberapa macam obat-obatan yang harus Ibu minum."
 "Ini obatnya ada dua macam ya Bu. Yang warna putih ini namanya
BDZ. Fungsi dari obat ini agar pikiran Ibu bisa lebih menjadi
tenang. Kalau pikiran Ibu tenang. Ibu bias tidur dengan nyenyak.
 "Kemudian, yang warna kuning ini adalah HLP. Ini juga harus Ibu
minum agar perasaan Ibu bisa rileks dan Ibu tidak lagi merasakan
gelisah yang berlebihan.”
 "Nah Bu, semua obat ini diminum tiga kali sehari ya Bu, jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Masing-masing obat satu butir
saja. Obat-obatan ini juga harus diminum setelah Ibu makan."
 "Apa Ibu mempunyai keluhan dalam meminum obat?"
 "Ooh, jadi Ibu tidak tahan dengan rasa pahitnya ya? Kalau begitu,
setelah Ibu minum obat Ibu bisa memakan permen agar rasa
pahitnya dapat berkurang."
 "Jika setelah minum obat ini mulut Ibu menjadi terasa kering
sekali, Ibu bisa minum banyak air untuk mengatasinya agar mulut
Ibu tidak kering."
 "Tapi jika ada efek samping yang berlebihan seperti gatal-gatal,
pusing, atau mual. Ibu bisa panggil saya atau perawat lain yang
sedang bertugas."
 "Nah, sebelum ibu meminum obatnya, pastikan dulu ya Bu,
obatnya sesuai atau tidak. Ibu juga jangan lupa perhatikan
waktunya agar obat tersebut dapat diminum tepat waktu.
c. Tahap terminasi
1) Evaluasi:
 (subjektif): "Apa Ibu sudah mengerti apa saja obat yang harus
Ibu minum dan bagaimana prosedur sebelum meminumnya?
 (objektif): "Bagus. Kalau Ibu sudah mengerti, coba ulangi lagi
apa saja obat yang harus Ibu minum dan apa saja prosedur
meminum obatnya."
2) Rencana tindak lanjut :
 "Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika setelah minum obat
mulut Ibu terasa kering, Ibu dapat meminum air yang banyak. Dan
kalau Ibu merasa gatal-gatal, pusing, atau bahkan muntah. Ibu dapat
menghubungi saya atau perawat lain yang sedang bertugas."
 Kontrak yang akan datang: "Baiklah Bu. Bagaimana kalau besok kita
melakukan kegiatan dari hobi yang ibu sukai. Nanti tempatnya di
taman depan ya bu. Waktunya sekitar 15 menit. Apa ibu bersedia?
Baiklah kalau ibu bersedia. Apa ada yang mau ibu tanyakan ? baiklah
kalau tidak ada saya permisi ya bu. Assalamualaikum”

5. Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan (SP 5)

Fase penerimaan
A. Proses keperawatan
1. kondisi klien

Ds :

- klien mengatakan sudah mulai menerima kepergian suaminya


- klien mengatakan masih tidak ingin berkumpul dengan orang lain
Do :
- Klien tampak sudah mulai menunjukkan rasa penerimaan terhadap
kehilangan
- Klien tampak masih menarik diri dari lingkungan dan orang-orang
disekitarnya

2. Diagnosa keperawatan
Berduka
3. Tujuan khusus
 Klien tidak menarik diri lagi dan dapat membina hubungan baik
kembali dengan lingkungannya maupun dengan orang-orang
disekitarnya
4. Rencana tindakan
 Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok, terutama aktivitas
yang dia sukai
 Berikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar
5. Strategi pelaksanaan
a. Tahap orientasi
4) Salam terapeutik: "Selamat pagi Ibu ."
5) Evaluasi validasi: "Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih
baik dari kemarin? Bagus kalau begitu”
6) Kontrak: " Baiklah, sesuai dengan janji kita yang kemarin, kita akan
membicarakan tentang hobi ibu. Tempatnya nanti di taman depan ya
bu. Saya rasa 20 menit saja cukup ya Bu"
b. Tahap kerja
 “Nah bagaimana bu apakah ibu sudah memikirkan hobi apa yang ibu
sukai?”
 "Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa bermain
voli lho, Bu."
 "Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?"
 Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus. Bisa Ibu
menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?”
 "Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga cukup
bagus."
 "Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering Ibu
biasanya bermain voli dalam seminggu?"
 "Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain voli
sudah terlatih."
 "Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat juga
ya dalam bermain voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli
antarwarga di daerah rumah Ibu."
 "Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan
yang lain untuk bermain voli? Tampaknya di sana banyak orang yang
juga ingin bermain voli. Ibu bias melakukan hobi Ibu ini bersama-
sama dengan yang lain."
 "Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu. Ibu juga akan bermain voli bersama-sama.
Ibu ini jago bermain voli, lho."
 "Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik dalam
bermain bola voli?"
 "Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat."
 "Ibu…. saat Ibu sedang merasa kesepian ibu bisa bermain voli
bersama dengan yang lainnya. Selain itu, kegiatan ini juga dapat
membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan yang lainnya supaya ibu
tidak berdiam diri terus di kamar."
c. Tahap terminasi
1) Evaluasi:
 (subjektif): " Bagaimana perasaan ibu sekrang? Apa sudah
lebih baik dibandingkan kemarin?”
 (objektif): "sekarang coba ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang
dapat ibu dapatkan dengan melakukan kegiatan yang ibu
senangi”
2) Rencana tindak lanjut :
 "baiklah bu,kalau begitu ibu dapat bermain voli saat ibu sedang
merasa kesepian atau ibu dapat melakukan kegiatan ini paling tidak
2x dalam seminggu”
 Kontrak yang akan datang: " nah waktu kita sudah hampir habis ya
bu. Saya rasa cukup sekian pertemuan kita hari ini. Mulai sekarang
ibu bisa menerapkan saran yang sudah saya berikan dari kemarin
supaya kondisi ibu cepat pulih dan bisa pulang kerumah bertemu anak
dan keluarga ibu. Apa ada yang mau ibu tanyakan ? baiklah kalau
tidak ada saya permisi ya bu. Assalamualaikum.”

Anda mungkin juga menyukai