Anda di halaman 1dari 10

Pertemuan ke-1

Hari/ Tanggal :

A. Proses Keperawatan

Kondisi: klien tampak menangis terus dan tidak percaya bahwa anaknya meninggal dunia
karena setiap malam selalu datang dalam mimpi.

Diagnosa: Berduka disfungsional


TUK:
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Klien mampu mengungkapkan perasaan berduka.
Tindakan keperawatan:
Bina hubungan saling percaya.
Jelaskan proses berduka.
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Mendengarkan dengan penuh perhatian.
Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan.
Teknik komunikasi diam dan sentuhan.
Perhatikan kebutuhan dasar pasien

Strategi pelaksanaan
Fase orientasi
“selamat pagi, Tn. M bagaimana perasaan bapak sekarang? Perkenalkan pak
Saya perawat Ratna jadi pak hari ini saya akan membantu bapak untuk melewati
masalah bapak.Bagaimana bapak apa bapak punya waktu sekitar 10-15 menit. Saya
akan menemani bapak.
Fase kerja
“apakah bapak mau menyampaikan sesuatu? Baiklah bapak saya paham
dengan perasaan bapak saat ini,bapak sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi
semua itu sudah kehendak dari yang kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa berserah
diri dan menerima semua ini, bapak mau minum? Saya ambilkan... ya. Bagaimana
dengan makan?coba sedikit ya bu,agar bapak tidak lemas,”apakah bapak mau
kemakam?
Fase terminasi
“setelah kembali dari makam ,bagaimana perasaan bapak? Bapak masih
tampak tampak sedih. Saya akan pulang dulu ya bu. Usahakan bapak
makan,minum,dan istirahatya.nanti,dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya
pak,di jam yang sama.kita.baiklah pak,sampai jumpa.”
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) pada klien dengan Berduka
disfungsional.

Masalah utama : Berduka Disfungsional


Pertemuan ke : 2

A. Proses keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan kesal dengan orang-orang yang tidak memahami
dirinya. Suara ketus dan menangis.
Diagnosa : Berduka Disfungsional
TUK :
Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal,
Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif
Tindakan keperawatan:
1. Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal
tanpa melawan dengan kemarahan,
2. Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal
karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan,
3. Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga,
4. Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat,
5. Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.

B. Strategi pelaksanaan
Fase orientasi
“selamat pagi pak,masih ingat dengan saya? Saya perawat yang kemarin kesini pak,tampak
nya bapak sedang kesal ? Bapak bisa ceritakan kenapa bapak tampak kesal, saya akan
menemani bapak selama 20 menit ya. Kita ngobrol-ngobrol disini aja pak? Diruang tamu
depan ? Oww..baiklah kalau begitu.”
Fase kerja
“Apa yang membuat bapak kesal? Apa yang bapak rasakan saat kesal dan apa yang telah
bapak lakukan untuk mengatasi kekesalan bapak? Baiklah pak, saya mengerti, ada beberapa
cara untuk meredakan kekesalan bapak, yaitu tarik nafas dalam, istigfar, berwudhu, shalat,
dan bercakap- cakap dengan anggota keluarga bapak yang lain. Bapak punya hobi olah raga
atau hobi yang lain nya? Oya...kalau begitu bapak bisa melakukan hobi bapak untuk dapat
mengatasi kekesalan bapak.”

Fase terminasi
“nah,kalau masih muncul rasa kesal ,coba lakukan cara yang kita bahas tadi ya pak? mau
coba cara yang mana ? mau dijadwalkan? baiklah,dua hari lagi kita bertemu lagi ya bu disini?
membahas tentang perasaan bapak lebih lanjut,bagaimana bapak? baiklah kalau begitu saya
mohon pamit dulu ya bu,sampai jumpa.”
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) pada klien dengan Berduka
disfungsional.

Pertemuan ke : 3

A. Proses keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan merasa bersalah kepada almarhum suaminya
karena kurang bisa berbakti.
2. Diagnosa : Berduka Disfungsional
3. TUK : Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya

1. Tindakan keperawatan:
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya,
3. Dengarkan dengan penuh perhatian,
4. Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional,
5. Berikan dukungan spiritual

B. Strategi pelaksanaan
Fase orientasi
”selamat siang bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak sudah melakukan cara
yang saya ajarkan untuk mengurangi perasaan kesal bapak? Dapatkah kita berbicara tentang
perasaan bapak sekarang ? kita bicara 20 menit saja.dimana kita bicara pak?
Diruang ini saja? Heem..baiklah pak.”

Fase kerja
“saya dapat memahami perasaan bapak,silahkan bercerita tentang perasaan bapak.tidak ada
yang dapat kita salahkan, pak. saya mengerti,sulit bagi bapak untuk menerima kehilangan
ini.bagus, bapak mulai menyadari perasaan yang sudah diungkapkan karena semua ini adalah
kehendak Allah. Apabila perasaan bersalah dan takut itu muncul kembali bapak berzikir
,shalat,atau melakukan kegiatan ibadah yang lain.bagaimana,bu? Apakah bapak akan coba
lakukan?”

Fase terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang ? iya,bu.bapak terus berdoa
ya.bapak dapat bercerita dengan anggota keluarga bapak. bagus, bapak sudah dapat
mengungkapkannya. nanti bapak dapat berzikir dan istigfar setiap saat dan saat rasa bersalah
itu munculkembali.bapak, dua hari lagi saya akan.kita akan bicara tentang perasaan
bapak.saya pamit dulu ya, bu.sampai jumpa.”
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) pada klien dengan Berduka
disfungsional.

Pertemuan ke :4

Proses keperawatan
Kondisi : klie mengurung dirinya di dalam kamar tidak mau keluar
Diagnosa : Berduka Disfungsional
TUK :
 Klien dapat kembali berinteraksi dan berkumpul dengan orang lain terutama
dengan keluarganya
 Klien mampu mengatasi kesedihan dengan mendapatkan dukungan dari
kelurga dan orang terdekat lainnya
Tindakan keperawatan
1.Dorong klien untuk mau berinteraksi dengan baik dengan keluarga
2.Dorong klien untuk tidak mengunci dirinya di dalam kamarnya
3.Bantu klien dan keluarga agar semakin dekat agar keluarga dapat memberikan
dukungan yang optimal kepada klien dan klien dapat menerima dukungan dari
keluarga dengan baik.

Strategi pelaksanaan
Fase orientasi
“ Selamat pagi pak , masih ingat dengan saya pak? Saya perawat Ratna pak yang kemarin
kesini, saya dengar bapak tidak mau keluar kamar ya pak?Bagaimana kalau bapak ceritakan
sedikit kepada saya kenapa? Saya akan menemani bapak selama 20 menit ya . Atau kita
mencoba mengobrol di depan pak? Oh di sini saja pak? Baiklah.....”
Fase kerja
“ Bagaimana pak apa yang membuuat bapak tidak mau keluar dari kamar? Apa yang bapak
rasakan saat bertemu dengan orang lain? Oh baik pak saya mengerti jadi begini ya bapak
sebaiknya bapak tidak mmengunci diri dikamar karena keluarga akan merasa khawair kepada
bapak, bagaimana jika lebih baik mengobrol dengan keluarga dan tidak sendirian di dalam
kamar, nanti bapak pasti akan diberkan dukungan oleh keluarga bu, dan bapak dapat berbagi
tentang perasaan bapak, keluarga juga bisa ikut membantu menenangkan hatinya bapak.”
Fase terminasi
Nah kalau perasaan bapak yang ingin sendirian dan menyendiri dikamar bapak bisa lakukan
yang saya sarankan tadi ya pak, yang sudah kita diskusikan tadi. Mau untuk mencobanya
pak? Baiklah pak kita 2 hari lagi kita bertemu lagiya bu disini? Membahhas perasan bapak
yang lebiih lanjut.Saya mohon pamit dulu ya bu, sampai jumpa “.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) pada klien dengan Berduka
disfungsional.
Pertemuan ke : 5

a. Proses keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan bersedih dan bersalah terhadap almarhum anaknya.
Wajah sedih dan menangis.
Diagnosa : Berduka Disfungsional
TUK :
 Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
 Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya
 Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri
Tindakan keperawatan
1. Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
2. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
3. Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan
pasien
4. Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul Latih pasien dalam
mengidentifikasi halpositif yang masih dimiliki

b. Strategi pelaksanaan
Fase orientasi
Selamat siang pak .bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah ada yang ingin bapak
ceritakan pada saya? Hari ini kita berbicara tentang kegiatan positif yang dapat bapak lakukan.
Berapa lama kita bicara,pak? Baiklah,20 menit ya bu.dimana kita bicara ?disini ? baiklah bu.”
Fase kerja
“baiklah pak,saya akan duduk disebelah bapak dan menemani bapak.saya siap
mendengarkan apabila apabila ada yang ingin disampaikan.bapak boleh menangis,akan ada
perasaan lega.bapak,saya akan merasakan apa yang sedang bapak rasakan.bapak dapat
menggunakan kesempatan yang ada dengan bercakap-cakap dengan anggota keluarga bapak
seperti anak bapak yang dua lagi, atau suami bapak.”(mulai membawa kerealitas aspek
positif.) ”bapak dapat berbicara dengan tetangga yang punya pengalaman yang sama seperti
bapak.sekarang,bagaimana kalau kita berdiskusi tentang kegiatan positif yang bapak
lakukan? Mulai dari yang biasa bapak lakukan dirumah maupun kegiatan lain diluar
rumah.bagaimana kalau kita buat daftar kegiatan yang dapat bapak lakukan? Wow..bayak
sekali kegiatan yang dapat bapak lakukan .”
Fase terminasi
“bapak,bagaimana perasaan bapak setelah kita bicara? Iya,benar,masih banyak yang
dapat bapak lakukan.bapak dapat melakukan kegiatan yang tadi sudah kita bahas. Saya
percaya bapak bisa.saya pamit ya dan untuk selanjutnya bapak dapat mengulang-ulang
kegiatan yang telah kita lakukan. Semoga bapak sehat selalu. Saya pamit undurdiri bapak.

Anda mungkin juga menyukai