Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

Dosen Penguji:
Binarti Dwi, S.Kep. Ns., M.Kes

Disusun oleh :
Ratna Dewi Cahyani (202003098)

STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN PELAJARAN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN (KDM)
GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

A. DEFINISI ISTIRAHAT TIDUR


Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur
adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan
minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu keadaan
relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan
urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan
otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah
relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian
tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di
mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar
(Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup
yang diinginkannya. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas
waktu tidur akibat faktor eksternal (Herdman, 2013:603).
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang
menghambat fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur
ayam” yang periodic dan alami secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan
tidur adalah pola “tidur ayam” yang periodic dan alami, yang memberi istirahat
adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan
(Herdman, 2012).

B. ETIOLOGI
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus
tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus
siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang
berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga
tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid
Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga
keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya
mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan
otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif,
baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata
cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan
meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur
REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi.
(Tarwoto dan Wartonah, 2010).

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)

Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat
tahapan yaitu:

1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa
menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 10-
20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih
lambat. Tahap II ini ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.

3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit. Tahap
III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai
dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun
pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).

b. Rapid Eye Movement (REM)

Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari
tidurnya.

1) Tahap REM ditandai dengan:


a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap
sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.

2) Karakteristik tidur REM


a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. 
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. 
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

C. GANGGUAN TIDUR
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah
insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di
malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari (Tarwoto dan Wartonah,
2010)
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur
non retoratif. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa
karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan
gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk
memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk
tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang
tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur
berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol),
badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada
siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba
pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti
nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari
kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara
sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminault dan Bassiri,
2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui
hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis
tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling
umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA
mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah. OSA terjadi ketika otot atau
struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur.
Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara
hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault
dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan
perut terus bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan suara
mendengus atau mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau
seluruhnya berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat
sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan
tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

D. KEBUTUHAN TIDUR
Usia merupakan faktor penentu kebutuhan tidur seseorang, semakin tua
seseorang maka semakin sedikit kebutuhan tidurnya.

I.1 Tabel pola tidur normal berdasarkan tingkat usia

Tingkat
USIA Kebutuhan Tidur Pola Tidur Normal
Perkembangan
50% REM dan 1 siklus
0 – 1 bulan Masa Neonatus 14-18 jam/hari tidur rata-rata 45-60
menit
11 – 18 20-30% REM dan tidur
Masa Bayi 12-14 jam/hari
bulan sepanjang malam
25% REM dan tidur
18 bulan – 3
Masa Anak 11-12 jam/hari sepanjang malam +
tahun
tidur siang

3-6 tahun Masa Prasekolah 11 jam/hari 20% REM

6-12 tahun Masa Sekolah 10 jam/hari 18,5% REM

12-18 tahun Masa Remaja 8,5 jam/hari 20% REM

Masa Dewasa
18-40 tahun 7-8 jam/hari 20-25% REM
Muda
20% REM dan sering
40-60 tahun Masa Paruh Baya 7 jam/hari
sulit tidur
60 tahun Masa Dewasa 20-25% REM dan
6 jam/hari
keatas Tua sering sulit tidur

E. FISIOLOGI TIDUR
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme screablea yang secara bergantian mengaktifkan dan
menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Tidur merupakan aktifitas yang
melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer endokrin kardio vaskular, respirasi
muskuloskeletal (Robinson, 1993, dalam Poner). Tiap kejadian tersebut dapat
diidentifikasi atau direkam dengan Electroencephalogram (EEG), untuk aktifitas
listrik otak electromiogram (EMG), untuk pengukuran tonus otot dan
electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua
mekanisme cerebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk tidur dan bangun. Recticular activating system (RAS) dibagian batang otak
atas mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kesadaran RAS
memberikan stimulus visual, auditori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima
stimulus dari korteks serebri yaitu emosi, proses, pikir.

F. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS


faktor-faktor yang mempengaruhi tidur:

1. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur yang lebih


banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan
seseorang kurang tidur bahkan tidak dapat tidur.

2. Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Seseorang dengan
kelelahan tingkat menengah dapat tidur nyeyak, sedangkan pada
kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih
pendek.

3. Sres Psikologi

Depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini


disebabkan oleh kondisi cemas yang meningkatkan norepirefin darah
melalui sistem saraf simpatis dan akan mengurangi tahap REM dan
NREM.

4. Obat-Obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur yaitu,

 Diuretik

 Antidepresan

 Kafein

 Betabloker

 Narkotika

 Amfetamin

5. Nutrisi

Makanan seperti keju, susu, daging dan ikan tuna dapat mempercepat
tidur.

6. Lingkungan

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk


tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur
nyenyak dan sebaliknya

7. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan menahan tidak tidur sehingga dapat menimbulkan
gangguan proses tidur.

G. PATHWAYS

Latihan
Obat & Stress / Lingkungan
kelelahan
Substansi emosional tidak nyaman
Gaya
hidu

Mengubah Mengurangi
pola tidur Rutinitas & Kecemasan kenyamanan
bekerja Sulit tidur
tidur
rotasi
Nutrisi & kalori
Tegang /
frustasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaikan Motivasi tidur
perubahan
jadwal tidur Sering
terbangun
Gangguan tidur
Keinginan
menanti tidur
Penyakit infeksi

Gangguan
Gangguan Tidur proses tidur
Lemah & letih

Tidak dapat tidur


Butuh lebih Tidak dapat tidur Perbaikan pola dalam periode
banyak tidur dengan kualitas baik tidur panjang

Kesiapan
Akibat factor Akibat factor Deprivasi
meningkatkan
eksternal internal tidur
tidur

Gangguan pola
Insomnia
tidur
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi Non Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-
obatan karena  penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan.
Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan
kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan
suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal  penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga
ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya
atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si
penderita gangguan tidur.

g. Stimulus Control Therapy


Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun
pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur
malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya
sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita
yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.

2. Terapi Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan
dari obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan
gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.

Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian
obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam,
Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut
mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor,
gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb ( Remelda, 2008).
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

a. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan ditemukan
gangguan tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat ini
yang membentuk suatu kronologi dari terjadinya etiologi hingga
klien mengalami keluhan yang dirasakan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit –
penyakit lain. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
a) Alergi
b) Imunisasi
c) Kebiasaan/Pola hidup
d) Obat yang pernah digunakan
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau
sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan
klien atau pun penyakit lain. Dari genogram keluarga biasanya
terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama.
c) Genogram
d) Pengkajian Keperawatan
1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun keluarga
mengenai apakah kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga
mempertahankan kesehatannya.
2) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat
melalui lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan
data yang diperoleh dari hasil laboratorium yang menunjang, clinical
sign merupakan tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan fisik klien
yang menunjang, diet pattern merupakan pola diet atau intake
makanan dan minuman yang dikonsumsi.
3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna,
konsistensi, bau, karakter)
4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi,
fungsi kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit
bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Tanda : penurunan
kekuatan otot, serta mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya
olahraga pada klien.
5) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan
keadaan indera
6) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri,
dan peran diri
7) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
8) Pola peran & hubungan
9) Pola manajemen & koping stres
10) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
e) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif),
tanda-tanda vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
(a) Kepala
1) Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan
kasar, penampilan, depigmentasi.
2) Muka/ Wajah  Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri
tekan? penampilan berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak;
Kulit gelap di pipi Dan di bawah mata; Tidak halus atau
Kasar pada kulit Sekitar hidung dan mulut
3) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
4) Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta
tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri
di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, melihat
serumen telinga berkurangnya pendengaran, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran
5) Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah
nyeri tekan? Apakah keluar sekret, bagaimana
konsistensinya, jumlahnya?
6) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
7) Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil?
Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat?
(b) Leher  Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid?
Adakah pembesaran vena jugularis?
(c) Thorax  Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana
gerak pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah
retraksi Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas
tambahan? Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
(d) Jantung  Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta
iramanya? Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau
tachycardia?
(e) Abdomen  Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot
pada abdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus?
Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan
hepar?
(f) Kulit  Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun
warnanya? Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah
sekitar stoma, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut
dan kuku.
(g) Ekstremitas  Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak,
penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas?
(h) Genetalia  Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda
infeksi? Apakah ada kesulitan untuk berkemih?
f) Terapi, pemeriksaan penunjang & laboratorium
Untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat
dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.
2. Data fokus yang perlu dikaji
a. Pola tidur & istirahat : pada pasien degan gangguan kebutuhan istirahat
tidur pengkajian ditekankan pada kualitas dan kuantitas tidur meliputi
durasi, gangguan tidur, keadaan bangun tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku


3.Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan


Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan:


definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Remelda, (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta : Elex media
komputindo

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika


Salemba.

Anda mungkin juga menyukai