Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ISTIRAHAT DAN TIDUR

SRI ASPARNITA ELISA

I4051231013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2023
A. Definisi Istirahat dan Tidur
Tidur merupakan hal fisologis dalam diri manusia untuk
mempertahankan kesehatannya. Tidur dapat berhubungan pada kesehatan
dan juga pada kualitas hidup seseorang (Haryati et al., 2020). Setiap
indvidu harus memenuhi kebutuhan dasar untuk tetap mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Tidur merupakan kebutuhan dasar sama halnya
dengan kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan. Tidur yang baik dan
teratur memberikan efek yang baik untuk kesehatan (Sugianto, 2012).
Setiap individu memerlukan kebutuhan tidur yang cukup supaya tubuh
dapat berfungsi dengan normal. Saat tidur tubuh dengan sendirinya
melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan daya tahan sampai
berada pada kondisi yang optimal (Sarfiyanda et al., 2015). Tidur ditandai
dengan kesadaran menurun, namun hati tetap beraktivitas mengatur
berbagai fungsi fisiologis, psikologis, maupun spiritual manusia (Nashori
& Wulandari, 2017). Sedangkan istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh
atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu
(Halimul, 2021).
B. Fisiologi Tidur
Tidur adalah keadaan tidak sadar di mana otak relatif lebih
responsif terhadap rangsangan internal daripada rangsangan eksternal.
Otak secara bertahap menjadi kurang responsif terhadap visual,
pendengaran, sensori, dan rangsangan lingkungan lainnya selama transisi
dari bangun ke tidur, yang dianggap oleh beberapa orang sebagai tahap I
tidur. Secara historis, tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang dimulai
melalui penarikan input sensorik (Carley & Farabi, 2016).
Rata-rata orang membutuhkan tidur 8 jam sehari, tapi pada orang-
orang tertentu misalnya Margareth Thatcher hanya membutuhkan 4 jam
dalam semalam untuk tidur. Ada 5 tingkatan pola tidur, 4 tingkatan tidur
dalam yang disebut non REM (non rapid eye movement) juga dikenal
sebagai slow wave sleep (SWS) dan tingkat ke 5 yang disebut REM
(rapid eye movement) disebut juga paradoxical sleep (PS). Pada waktu
non REM sleep gelombang otak makin lambat dan teratur. Tidur makin
dalam serta pernafasan menjadi lambat dan teratur. Mendengkur terjadi
pada waktu tidur NREM. 4 tingkatan NREM dikenal dengan tingkt 1 ,2,
3 dan 4. Tidur yang paling dalam adalah pada tingkat 4, dan aktivitas
1istrik paling dalam.
Tidur REM lebih dangkal, ditandai dengan gerakan bola mata cepat di
bawah kelopak mata yang tertutup. Pada waktu REM, orang tidak lagi
mendengkur, nafas menjadi tak teratur, aliran darah ke otak bertambah dan
temperatur tubuh naik, disertai banyak gerakan tubuh. Gelombang 1istrik
tampak seperti tingkat 1 dari tidur. Tiap proses tidur melewati 5 tahap ini
dalam 1 siklus, dan tiap siklus berlangsung kira-kira 90 menit. Orang
dewasa yang sehat bila sudah tertidur akan masuk ke dalam tingkat 1,
diikuti tingkat 2,3 dan 4, kemudian kembali lagi ke tingkat 1 dan setelah 2
periode, siklus itu akan lengkap setelah diikuti oleh periode REM antara 5
sampai 15 menit. Putaran akan berlangsung 4-5 kali dengan penambahan
periode REM pada tahap berikutnya, disertai pengurangan periode NREM
(terutama pada tingkat 3 dan 4). Pada orang yang tidur selama 8 jam, akan
menjalani 2 jam tidur REM dan 6 jam tidur NREM (Sari et al., 2022).
a. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi
empat tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi
lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan
gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik
yang disebut gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung
15-30 menit. Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap
ini ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam
bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan
frekwensi 1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25
% dari tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-
tahap sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah
yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata
20 menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

C. Masalah Kebutuhan Tidur


Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga
masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau
ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari
(Halimul, 2021).
a. Insomnia
Insomnia adalah suatu ketidakmampuan untuk mendapatkan
tidur yang adekuat baik secara kualitas maupun kuantitas
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas
maupun kuantitas dengan keadaan tidur yang sebentar atau susah tidur.
Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena
gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan
gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan
untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap
tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun
terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang
dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk,
nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi
bergemeretak).
c. Hipersomnia
Gangguan tidur dengan kriteria tidur yang berlebihan pada umumnya
lebih dari sembilan jam dalam tidur malam hari, disebabkan oleh
kemungkinan adanya msalah psikologis, depresi, kecemasan,
gangguan saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolism.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering
mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur.
Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur,
perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun
atau tidur adalah gejala lainnya.
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan
tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat
menjadi masalah. Mendengkur sendiri disebabkan adanya rintangan
dalam pengaliran udara di hidung dan mulut pada waktu tidur,
biasanya disebabkan oleh adanya adenoid, amandel, atau
mengendurnya otot di belakang mulut. Terjadinya apnea dapat
mengancam jalannya napas sehingga dapat mengakibatkan henti
napas.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum
tidur REM.

D. Tanda Dan Gejala


1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan,
enuresis, atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap
permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti
permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang
tua.
c. Sering terbangun saat malam hari
E. Patofisiologi dan Pahway Istirahat Tidur
Menurut Halimul 2021 faktor-faktor yang mempenagruhi tidur adalah
sebagai berikut:
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien
kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan
gangguan pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan
nyaman, kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka
akan menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf
simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan
minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
g. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara
lain Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM),
Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan
insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM).
Latihan
Obat & Lingkungan
Stress / kelelahan
Substansi Gaya hidup tidak nyaman
emosional

Mengubah Mengurangi
Rutinitas & Kecemasan
pola tidur kenyamanan Sulit tidur
bekerja
tidur
Nutrisi & kalori rotasi Tegang /
frustasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaikan Motivasi tidur
perubahan Sering

Gangguan tidur jadwal tidur terbangun


Keinginan
menanti tidur
Penyakit
infeksi
Gangguan
Gangguan Tidur
Lemah & letih proses tidur

Tidak dapat tidur


Butuh lebih Tidak dapat tidur Perbaikan pola
dalam periode
banyak tidur dengan kualitas baik tidur
panjang

Kesiapan
Akibat factor Akibat factor Deprivasi
meningkatkan
eksternal internal tidur
tidur

Gangguan pola
Insomnia
tidur

F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Remelda, 2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami
gangguan atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat
ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan
tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di
malam hari. The Multiple Sleep Latency Test (MSLT) memberikan informasi
yang objektif tentang kantuk dan aspek-aspek tertentu dari struktur tidur dan
mengukur gerakan mata menggunakan EOG, perubahan tonus otot
menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan EEG. Klien dapat
memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur selama
jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu tidur,
efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat
(Buysse, 2005).

G. Penatalaksanaan Medis
1. Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan
karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek
ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan
tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita
mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita
harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress
berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan
oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita
dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan
untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita
merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi
tidur si penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu
bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan
waktu tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada
siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang
menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup Bisa dilakukan dengan berolah raga secara
teratur, menghindari rokok dan alkohol, mengontrol berat badan
dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka
seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Menurut (Remelda, 2008) mengingat banyaknya efek
samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti ketergantungan,
maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten
di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur
antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
d. Golongan obat antihistamin
Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan
cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya:
Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam,
Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut
mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan
psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb
(Remelda, 2008).
REFERENSI

Carley, D. W., & Farabi, S. S. (2016). Physiology of sleep. Diabetes Spectrum,


29(1), 5–9. https://doi.org/10.2337/diaspect.29.1.5

Halimul, H. A. (2021). Keperawatan Dasar 1; Untuk Pendidikan Ners. Health


Book Publishing.

Haryati, Yunaningsi, S. P., & RAF3, J. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi


Kualitas Tidur Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
35(5), 1068–1089.

Nashori, F., & Wulandari, E. D. (2017). Psikologi tidur: dsri kualitas tidur hingga
insomnia (1st ed.). Universitas Islam Indonesia.

Remelda. (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Elex Media Computindo.

Sarfiyanda, J., Karim, D., & Dewi, A. P. (2015). Hubungan Antara Kualitas Tidur
Dan Kuantitas Tidur Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. JOM, 2(2), 11178.

Sari, H. R. A., Fitriani, R. K., Arini, S. Y., & Sulistyowati, M. (2022). Hubungan
Kualitas Tidur Dengan Psychological Distress Pada Mahasiswa Universitas
X. Kesehatan Masyarakat, 13(2), 291–301.

Sugianto. (2012). Angket Insomnia Dan Penjelasan. 0274, 1–14.

Anda mungkin juga menyukai