Disusun Oleh :
MA’RIFATUL LATIFAH
2126050020
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali
dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tidur adalah keadaan gangguan
kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas
(Keperawatan Dasar, 2011:203). Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui,
namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional,
fisiologis, dan kesehatan.
B. Etiologi
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga.
Siklus tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam
dalam siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi
dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada
lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur
dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement)
dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan
tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang
biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah,
pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh
dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun
psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM-
Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan
meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM.
Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental
dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan Wartonah, 2010)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat
tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung
beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini
ditandai dengan :
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit. Tahap
III ini ditandai dengan:
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai
dengan :
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari
tidurnya.
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan
tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non
retoratif. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa
karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan
gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk
memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk
tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang
tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur
berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol),
badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada
siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba
pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti
nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari
kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara
sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminault dan Bassiri,
2005).
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
c) Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan
menghambat tidurnya.
d) Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
e) Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
f) Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
g) Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
h) Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik
(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein
(Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan
Narkotika (Mensupresi REM).
E. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-
obatan karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan.
Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
a) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor
ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual
dan pengendalian emosi.
d) Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri.
h) Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si
penderita yang salah mengenai tidur.
i) Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang
tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
2. Terapi Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan
dari obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan
gangguan tidur antara lain:
Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian
obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam,
Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut
mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor,
gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb ( Remelda, 2008).
B. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan ditemukan gangguan
tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
a) Alergi
b) Imunisasi
c) Kebiasaan/Pola hidup
d) Obat yang pernah digunakan
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau sedang
dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan klien atau pun
penyakit lain. Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
c) Genogram
d) Pengkajian Keperawatan
1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun keluarga mengenai
apakah kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga mempertahankan
kesehatannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Remelda, (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta : Elex media
komputindo
18
DIAGNOSIS KEPERAWATAN OUTCOMES INTERVENSI
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
0058 Kesiapan peningkatan L.0504 TUJUAN KHUSUS I.0517 Dukungan tidur
tidur 5 Setelah dilakukan 4 Observasi :
1. Identifikasi pola
intervensi keperawatan
aktivitas dan tidur
selama 1 pertemuan, 2. Idenntifikasi faktor
pengganggu tidur
diharapkan terjadi
(fisik atau
peningkatan kualitas tidur psikologis)
Kriteria hasil : Terapeutik
1. Keluhan sulit tidur 1. Modifikasi
lingkungan (mis.
menurun (1) Pencahayaan,
2. Keluhan pola tidur kebisingan, suhu
dan tempat tidur)
berubah menurun 2. Tetapkan jadwal
(1) tidur rutin
3. Lakukan prosedur
3. Keluhan istirahat untuk
tidak cukup meningkatkan
kenyamanan (mis.
menurun (1) Pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
Edukasi
1. Anjurkan
kebiasaan
menepati waktu
tidur
2. Anjurkan
menghindari
makanan atau
minuman yang
mengganggu tidur
3. Ajarkan relaksasi
otot autegenik atau
cara
nonfarmakologi
laimmya
0055 Gangguan pola tidur L.0504 TUJUAN KHUSUS I.0517 Dukungan tidur
5 Setelah dilakukan 4 Observasi :
1. Identifikasi pola
intervensi keperawatan
aktivitas dan tidur
selama 1 pertemuan, 2. Idenntifikasi faktor
pengganggu tidur
diharapkan terjadi
(fisik atau
peningkatan kualitas tidur psikologis)
Kriteria hasil : Terapeutik
1. Keluhan sulit tidur 1. Modifikasi
lingkungan (mis.
menurun (1) Pencahayaan,
2. Keluhan pola tidur kebisingan, suhu
dan tempat tidur)
berubah menurun 2. Tetapkan jadwal
(1) tidur rutin
3. Lakukan prosedur
3. Keluhan istirahat untuk
tidak cukup meningkatkan
kenyamanan (mis.
menurun (1) Pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
Edukasi
4. Anjurkan
kebiasaan
menepati waktu
tidur
5. Anjurkan
menghindari
makanan atau
minuman yang
mengganggu tidur
6. Ajarkan relaksasi
otot autegenik atau
cara
nonfarmakologi
laimmya
D
21
22