OLEH :
TENTI YOSEVA
NPM : 2226050007
B. Anatomi Fisiologi
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari
peritonium, isi hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi
organ ekstraperitoneal seperti ovarium, appendiks divertikel dan buli. Unsur
terakhir adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit
(skrotum) umbilikus atau organ-organ lain misalnya paru dan sebagainya
(Martini, H, 2011).
Secara anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot-otot multilaminar,
yang berhubungan dengan aponeurosis, fasia, lemak, dan kulit. Pada bagian
lateral, terdapat tiga lapisan otot dengan fasia oblik yang berhubungan satu sama
lain. Pada setiap otot terdapat tendon yang disebut dengan aponeurosis.
Otot tranversus abdominis adalah otot internal lateral dari otot-otot
dinding perutdan merupakan lapisan dinding perut yang mencegah hernia
inguinalis.Bagian kauda otot membentuk lengkungan aponeurotik tranvesus
abdominis sebagai tepi atas cincin inguinal internal dan di atas dasar medial
kanalis inguinalis.Ligamentum inguinal menghubungkan antara tuberkulum dan
SIAS (spina iliaka anterior superior).Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral
oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia
tranversalis dan aponeurosis muskulus tranversus abdominis.Pada bagian medial
bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis muskulus oblikus eksternus.Bagian
atas terdapat aponeurosis muskulus oblikus ekternus, dan pada bagian bawah
terdapat ligamen inguinalis. Secara fisiologis, terdapat beberapamekanisme yang
dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang
berjalan miring, adanya struktur dari muskulus oblikus internus abdominis yang
menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia
tranversa yang kuat menutupi trigonum Hasselbabach yang umumnya hampir
tidak berotot. Pada kondisi patologis, gangguan pada mekanisme ini dapat
menyebabkan terjadinya hernia inguinalis (Muttaqin, 2011: 586)
C. Etiologi
1) Jaringan kelemahan.
3) Trauma.
4) Kegemukan.
C. Patofisiologi
1) Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak
benjolan di lipat paha.
2) Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
3) Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
7) Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar
E. WOC
G. .Klasifikasi
1. Hernia dapat diklasifikasikan berdasarkan letaknya, terjadinya, dan
sifatnya. Berikut klasifikasi yang dimaksudkan:
a) Grijinfelt/lesshaft) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum
kostolumbalisinferior atau trigonum iliolumbalis berbentuk
segitiga.
b) Hernia Littre yang sangat jarang dijumpai ini merupakan
hernia berisi divertikulum Meckle. Sampai dikenalnya
divertikulum Meckle, hernia littre dianggap sebagai hernia
sebagian dinding usus.
c) Hernia Spiegheli adalah hernia vebtralis dapatan yang
menonjol di linea semilunaris dengan atau tanpa isinya melalui
fasia spieghel.
d) Hernia Obturatoria adalah hernia melalui foramen obturatorium.
e) Hernia Perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum
melalui otot dan fasia, lewat defek dasar panggul yang
dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara
atau sekunder pascaoperasi pada perineum, seperti
prostatektomi, reseksi rektum secara abdominoperineal, dan
eksenterasi pelvis.
f) Hernia keluar melalui dasar panggul yang terdiri atas otot levator
anus dan otot sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat
terjadi pada semua daerah dasar panggul. Hernia Pantalon
merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada
satu sisi.
g) Hernia Inguinalis sebagian usus keluar dari rongga perut melalui
dinding bawah perut ke arah sekitar kelamin. Hal ini
membuat munculnya benjolan pada kantung buah zakar
(skrotum) yang dapat terasa sakit atau panas.
2. Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya
a) Hernia bawaan atau kongenital.
b) Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat) adalah hernia
yang timbul karena berbagai faktor pemicu
3. Klafikasi hernia berdasarkan sifatnya
a) Hernia Richter apabila strangulasi hanya menjepit sebagian
dinding usus. Komplikasi dari hernia richter adalah strangulasi
sampai terjadi perforasi usus.
b) Hernia Interparietalis yang kantongnya menjorok ke dalam
celah antara lapisan dinding perut.
c) Hernia Eksterna apabila hernia menonjol keluar melalui
dinding perut,pinggang atau perineum.
d) Hernia Interna apabila tonjolan usus tanpa kantong hernia
melalui suatu lubang dalam rongga perut, seperti foramen
winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada
mesenterium setelah operasi anastomosis usus.
e) Hernia Insipiens yang membalut merupakan hernia indirect
pada kanalis inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari anulus
eksternus.
Asuhan Keperawatan Teoritis
A. Pengkajian
Asuhan keperawatan pasien gangguan rasa nyaman di lakukan melalui
pengkajian keperawatan yaitu meliputi anamnesa, riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian bio-psiko-sosisal.
1. Anamnesis
Identitas Diri Pasien Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin,
agama, status perkawinan, pendidikan terakhir, alamat, No.RM dan lain-
lain .
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada gangguan rasa nyaman adalah
merasa gelisah, dan mengeluh tidak nyaman.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang : Pengumpulan data dilakukan sejak
munculnya keluhan dan secara umum mencakup awitan gejala dan
bagaimana gejala tersebut berkembang.
Kesehatan Dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan
penyebab yang mendukung terjadinya gangguan rasa nyaman seperti
infeksi bakteri, infeksi dari bagian tubuh lain yang terbawa oleh aliran
darah.
1 Nyeri akut b.d agen Kontrol nyeri. L.0806 Manjemen nyeri. I.08238
pencedera fisiologis d.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
mengeluh nyeri, tampak keperawatan diharapkan 1. Lakukan identifikasi nyeri secara
meringis .D.0077 nyeri berkurang komprehensif yang meliputi
kriteria hasil: lokasi,frekuensi,kualitas,durasi,iten
DS : 1. Mengenali kapan sitas nyeri,
nyeri terjadi 2. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
DO: 2. Kemampuan nyeri
mengenali 3. Anjurkan untuk memonitor nyeri
penyebab nyeri dan menangani nyeri dengan tepat.
3. Menggunakan Terapeutik
tindakan 1. Ciptakan lingkumgan yang
pencegahan (nyeri) tenang tanpa gangguan dengan
4. Non farmakologi pencahayaan dan suhu ruangan
5. Melaporkan nyeri nyaman
yang terkontrol 2. Ajarkan penggunaan teknik non
Tingkat nyeri farmakologi untuk mengurangi
1. Nyeri yang nyeri(kompres hangat /dingin,
dilaporkan terapi piat,aroma terapi)
2. Mengerang dan 3. Fasilitasi istrahat/tidur untuk
menangis mengurangi nyeri.
3. Ekpresi nyeri wajah Edukasi
4. frekuensi nafas 1. Kolaborasi Pemberian
5. denyut nadi Analgesik
6. tekanan darah 2. Cek perintah pengobatan.
3. Monitor tanda vital sebelum
dan sesudah memberikan
analgesic.
Berikan analgesik sesuai tambahan
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Mengajarkan mencuci tanagn
dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka bekas
operasi
5. Anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
5 Defisit Nutrisi berhubungan Manajemen nutrisi (l.03119)
dengan faktor fsikologis di Setelah di lakukan Observasi :
buktikan dengan berat badan intervensi keperawatan di 1. Identifikasi status nutrisi
menurun 10% di bawah harapkan status nutris 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
rentan ideal (D.OO19) (L.03030) membaik dengan makanan
kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang di sukai
1. Porsi makan yang di 4. Monitor asupan makanan
habiskan membaik 5. Monitor berat badan
2. Kekuatan otot Terapeutik
pengunyah membaik 6. Lakukan oral hygine sebelum
3. Verbalisasi untuk makan
meningkatkan nutrisi 7. Sajikan makanan secara menarik
membaik dan suhu yang sesuai
4. Pengrtahuan tentang 8. Berikan suplemen makanan
pemilihan makanan Edukasi
membaik 9. Ajarkan posisi dusuk,jika mampu
10. Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang di butuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Tim pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta selatan: PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI (2018) ‘Standart Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta selatan: PPNI’.
Tim pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta selatan: PPNI.
OLEH :