Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN HERNIA


INKASERATA DEXTRA (HID) DI RUANG ANGGREK
RSUD REJANG LEBONG
Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
Tanggal 15-21 Mei 2023

OLEH :

TENTI YOSEVA
NPM : 2226050007

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(Ns. , S.Kep, M.Kep) (Fitriani Yuliana Widiawati S.Kep, Ners)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023
A. Definisi

Hernia merupakan produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui


defek ataubagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen isi perutmenonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah
dari lapisan muscularaponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin,
kantong dan isi hernia (WimDejong, 2008). Hernia merupakan penonjolan isi
suatu rongga melalui defek ataubagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perutmenonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan dinding perut (Nurarif,2013).

B. Anatomi Fisiologi

Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari
peritonium, isi hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi
organ ekstraperitoneal seperti ovarium, appendiks divertikel dan buli. Unsur
terakhir adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit
(skrotum) umbilikus atau organ-organ lain misalnya paru dan sebagainya
(Martini, H, 2011).
Secara anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot-otot multilaminar,
yang berhubungan dengan aponeurosis, fasia, lemak, dan kulit. Pada bagian
lateral, terdapat tiga lapisan otot dengan fasia oblik yang berhubungan satu sama
lain. Pada setiap otot terdapat tendon yang disebut dengan aponeurosis.
Otot tranversus abdominis adalah otot internal lateral dari otot-otot
dinding perutdan merupakan lapisan dinding perut yang mencegah hernia
inguinalis.Bagian kauda otot membentuk lengkungan aponeurotik tranvesus
abdominis sebagai tepi atas cincin inguinal internal dan di atas dasar medial
kanalis inguinalis.Ligamentum inguinal menghubungkan antara tuberkulum dan
SIAS (spina iliaka anterior superior).Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral
oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia
tranversalis dan aponeurosis muskulus tranversus abdominis.Pada bagian medial
bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis muskulus oblikus eksternus.Bagian
atas terdapat aponeurosis muskulus oblikus ekternus, dan pada bagian bawah
terdapat ligamen inguinalis. Secara fisiologis, terdapat beberapamekanisme yang
dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang
berjalan miring, adanya struktur dari muskulus oblikus internus abdominis yang
menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia
tranversa yang kuat menutupi trigonum Hasselbabach yang umumnya hampir
tidak berotot. Pada kondisi patologis, gangguan pada mekanisme ini dapat
menyebabkan terjadinya hernia inguinalis (Muttaqin, 2011: 586)
C. Etiologi

Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah:

1. Kelainan kongenital atau kelainan bawaan.

Kelainan didapat, meliputi:

1) Jaringan kelemahan.

2) Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal.

3) Trauma.

4) Kegemukan.

5) Melakukan pekerjaan berat.

6) Terlalu mengejan saat buang air kecil atau besar

C. Patofisiologi

Tonjolan yang semakin besar, lama kelamaan tidak bisa masuk


kembalisecara spontan maupun dengan berbaring tetapi membutuhkan
dorongan dengan jariyang disebut hernia reponable. Jika kondisi seperti
ini dibiarkan saja makadapat terjadi perlengketan dan lama kelamaan
perlengketan tersebut menyebabkantonjolan yang tidak dapat dimasukkan
kembali dan disebut hernia irreponable.Untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada hernia maka dilakukan pembedahan daripembedahan
tersebut terdapat luka insisi yang biasanya dapat menimbulkan nyeriyang
dapat membuat tidak nyaman sehingga mengurangi pergerakan dan
resikoinfeksi (Liu & Campbell, 2011)
D. Manifestasi Klinis

Menurut Jong (2008),tanda dan gejala dari hernia, antara lain:

1) Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak
benjolan di lipat paha.

2) Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.

3) Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.

4) Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah


hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.

5) Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing


sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria
(kencing darah) disamping benjolan dibawah sela paha.

6) Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai


sesak nafas.

7) Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar
E. WOC

Gambar 1: pathway terjadinya hernia inguinalis, (sumber:sabiston 1994:229)


F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan (tindakan) keperawa-tan gangguan nyaman nyeri
diantaranya ada yang bersifat farmakologi dan ada juga yang bersifat non
farmakologi.
1. Farmakologi yaitu pemberian obat analgesik, dilakukan guna
mengganggu atau memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan
persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri.
2. Non farmakologi yaitu dengan mengurangi faktor yang dapat
menambah nyeri, misal ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan,
kelelahan, dan kebosanan. Memodifikasi stimulus nyeri menggunakan
teknik seperti: teknik pengalihan, memodifikasi telivisi, berbincang-
bincang dengan orang lain, mendengarkan musik dan teknik relaksasi
(Alimul, 2008).

G. .Klasifikasi
1. Hernia dapat diklasifikasikan berdasarkan letaknya, terjadinya, dan
sifatnya. Berikut klasifikasi yang dimaksudkan:
a) Grijinfelt/lesshaft) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum
kostolumbalisinferior atau trigonum iliolumbalis berbentuk
segitiga.
b) Hernia Littre yang sangat jarang dijumpai ini merupakan
hernia berisi divertikulum Meckle. Sampai dikenalnya
divertikulum Meckle, hernia littre dianggap sebagai hernia
sebagian dinding usus.
c) Hernia Spiegheli adalah hernia vebtralis dapatan yang
menonjol di linea semilunaris dengan atau tanpa isinya melalui
fasia spieghel.
d) Hernia Obturatoria adalah hernia melalui foramen obturatorium.
e) Hernia Perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum
melalui otot dan fasia, lewat defek dasar panggul yang
dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara
atau sekunder pascaoperasi pada perineum, seperti
prostatektomi, reseksi rektum secara abdominoperineal, dan
eksenterasi pelvis.
f) Hernia keluar melalui dasar panggul yang terdiri atas otot levator
anus dan otot sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat
terjadi pada semua daerah dasar panggul. Hernia Pantalon
merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada
satu sisi.
g) Hernia Inguinalis sebagian usus keluar dari rongga perut melalui
dinding bawah perut ke arah sekitar kelamin. Hal ini
membuat munculnya benjolan pada kantung buah zakar
(skrotum) yang dapat terasa sakit atau panas.
2. Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya
a) Hernia bawaan atau kongenital.
b) Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat) adalah hernia
yang timbul karena berbagai faktor pemicu
3. Klafikasi hernia berdasarkan sifatnya
a) Hernia Richter apabila strangulasi hanya menjepit sebagian
dinding usus. Komplikasi dari hernia richter adalah strangulasi
sampai terjadi perforasi usus.
b) Hernia Interparietalis yang kantongnya menjorok ke dalam
celah antara lapisan dinding perut.
c) Hernia Eksterna apabila hernia menonjol keluar melalui
dinding perut,pinggang atau perineum.
d) Hernia Interna apabila tonjolan usus tanpa kantong hernia
melalui suatu lubang dalam rongga perut, seperti foramen
winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada
mesenterium setelah operasi anastomosis usus.
e) Hernia Insipiens yang membalut merupakan hernia indirect
pada kanalis inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari anulus
eksternus.
Asuhan Keperawatan Teoritis

A. Pengkajian
Asuhan keperawatan pasien gangguan rasa nyaman di lakukan melalui
pengkajian keperawatan yaitu meliputi anamnesa, riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian bio-psiko-sosisal.
1. Anamnesis
Identitas Diri Pasien Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin,
agama, status perkawinan, pendidikan terakhir, alamat, No.RM dan lain-
lain .
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada gangguan rasa nyaman adalah
merasa gelisah, dan mengeluh tidak nyaman.
3. Riwayat kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang : Pengumpulan data dilakukan sejak
munculnya keluhan dan secara umum mencakup awitan gejala dan
bagaimana gejala tersebut berkembang.
 Kesehatan Dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan
penyebab yang mendukung terjadinya gangguan rasa nyaman seperti
infeksi bakteri, infeksi dari bagian tubuh lain yang terbawa oleh aliran
darah.

 Kesehatan Keluarga: Dilakukan pengkajian pada anggota keluarga


apakah pernah menderita penyakit yang sama atau tidak.
4. Pengkajian Biologis
a. Rasa Aman dan Nyaman
1) Apakah ada rasa nyeri? : Ya/tidak
Bila jawaban Ya, di bagian mana? Jelaskan secara rinci:
P: penyebab nyeri
Q: kualitas nyeri
R: lokasi nyeri
S: skala nyeri
T: waktu nyeri muncul
2) Apakah menganggu aktivitas: Ya/tidak
3) Apakah ada riwayat pembedahan: Ya/tidak
5. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Status emosi pasie: biasanya pasien menyampaikan apa yang dirasakan
pada saat sakit.
b. Apakah pasien dapat mengekspresikan perasaannya: Ya/Tidak
c. Bagaimana perasaan pasien saat ini : biasanya pasien merasa sedih dan
cemas.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : composmentis GCS:.............
2) Kondisi pasien secara umum: biasanya pasien gelisah, merasa tidak
nyaman.
3) Tanda-tanda vital : TD :.........mmHg, N:........x/m, RR:..............x/m,
S:.......
4) Pertumbuhan fisik : TB:.............cm, BB:............kg, postur tubuh:
5) Keadaan kulit : warna:.................., tekstur:................
b. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Kepala
Rambut bersih atau kotor, warna rambut, ada lesi atau tidak
2) Mata dan telinga
Konjungtiva anemis atau tidak, pupil isokor anisokor, lubang telinga
kotor atau tidak.
3) Hidung
Lubang hidung sama besar atau tidak, sekitar hidung kotor atau
bersih, ada polip atau tidak
4) Mulut
Sianosis atau tidak, sekitar mulut kotor atau bersih.
5) Kulit
Inspeksi : ada perubahan warna atau tidak, ada lesi, warna lesi, luas
lesi, banyak area yang terkena.
Palpasi : kering atau lembab, halus atau kasar, nyeri atau tidak saat
ditekan, teraba hangat atau dingin, akral dingin atau panas.
6) Dada
 Paru
Inspeksi : Bagaimana kembang kempis dada, simetris atau tidak
Palpasi : Bagaimana sterfimitus kanan kiri sama atau tidak
Perkusi : Pekak seluruh lapang paru atau tidak
Auskultasi : Suara cordius tampak atau tidak
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak atau tidak
Palpasi : Ictus cordis teraba atau tidak
Perkusi : Konfigurasi normal atau tidak
Auskultasi : Terdapat suara abnormal atau tidak
1) Abdomen
Inspeksi : Tidak asites
Palpasi : Ada nyeri atau tidak
Perkusi : kembung atau tidak
Auskultasi : Terdengar bising usus
2) Genetalia
Apakah terpasang kateter atau tidak , bersih atau tidak.
3) Ektremitas
Atas : oedem atau tidak , terpasang infus atau tidak
Bawah : oedem atau tidak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis
2. Nausea b.d distensi lambung d.d mengeluh mual, merasa ingin
muntah
3. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur d.d mengeluh sulit
tidur, mengeluh sering terjaga
4. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
5. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor fsikologis di buktikan
dengan berat badan menurun 10% di bawah rentan ideal
C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

1 Nyeri akut b.d agen Kontrol nyeri. L.0806 Manjemen nyeri. I.08238
pencedera fisiologis d.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
mengeluh nyeri, tampak keperawatan diharapkan 1. Lakukan identifikasi nyeri secara
meringis .D.0077 nyeri berkurang komprehensif yang meliputi
kriteria hasil: lokasi,frekuensi,kualitas,durasi,iten
DS : 1. Mengenali kapan sitas nyeri,
nyeri terjadi 2. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
DO: 2. Kemampuan nyeri
mengenali 3. Anjurkan untuk memonitor nyeri
penyebab nyeri dan menangani nyeri dengan tepat.
3. Menggunakan Terapeutik
tindakan 1. Ciptakan lingkumgan yang
pencegahan (nyeri) tenang tanpa gangguan dengan
4. Non farmakologi pencahayaan dan suhu ruangan
5. Melaporkan nyeri nyaman
yang terkontrol 2. Ajarkan penggunaan teknik non
Tingkat nyeri farmakologi untuk mengurangi
1. Nyeri yang nyeri(kompres hangat /dingin,
dilaporkan terapi piat,aroma terapi)
2. Mengerang dan 3. Fasilitasi istrahat/tidur untuk
menangis mengurangi nyeri.
3. Ekpresi nyeri wajah Edukasi
4. frekuensi nafas 1. Kolaborasi Pemberian
5. denyut nadi Analgesik
6. tekanan darah 2. Cek perintah pengobatan.
3. Monitor tanda vital sebelum
dan sesudah memberikan
analgesic.
Berikan analgesik sesuai tambahan

2 Nausea b.d distensi Nafsu Makan L.03024 Manajemen Cairan I.03098


lambung d.d mengeluh Setelah diberikan asuhan Monitor status hidrasi (Frekuensi
mual, merasa ingin muntah. keperawatan selama 1x24 nadi,akral,turgor kulit
D.0076 jam Nafsu makan 1. Tentukan faktor-faktor resiko
Kriteria Hasil: yang mungkin menyebabkan
DS : 1. Keinginan makan ketidakseimbangan cairan
membaik 2. Tentukan apakah pasien
DO : 2. Asupan makanan mengalami kehausan gejala
membaik perubahan cairan.
3. Asupan nutrisi 3. Monitor Asupan dan
terpenuhi Pengeluaran
4. Monitot berat badan harian
Manajemen Mual (I. 03117)
Observasi
1. identifikasi faktor penyebab
mual
2. Monitor asupan nutrisi dan
kalori
Terapeutik
1. Berikan makanan dalam jumlah
kecil
2. Berikan makanan dingin, cairan
bening, tidak berbau dan tidak
bewarna
3. Berikan obat oral sebelum
makan atau setelah makan
Edukasi
1. Anjurkan istirahat yang cukup
2. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
3. Kolaborasi Pemberian
antiemetic jika perlu
3 Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan Dukungan tidur. I.05174
intervensi selama 1 Observasi
kurang kontrol tidur d.d
pertemuan diharapkan 1.Identifikasi pola aktivitas dan tidur
mengeluh sulit tidur, masalah gangguan pola tidur 2.Identifikasi factor penganggu tidur
teratasi . L.05045 3.Identifikasi makanan dan minuman
mengeluh sering terjaga.
Kriteria hasil : yang mengganggu tidur
D.0055 1. Keluhan sulit tidur
meningkat (5) Terapeutik
2. Keluhan sering 1.Modifikasi lingkungan
terjaga meningkat 2.Batasi waktu tidur siang
(5) 3.Fasilitasi menghilangkan stress
3. Keluhan tidak puas sebelum tidur
tidur meningkat (5) 4.Tetapkan jadwal tidur rutin
4. Keluhan pola tidur 5.Lakukan prosedur untuk
berubah meningkat meningkatkan kenyamanan
(5)
Edukasi
5. Keluhan istirahat
1.Jelaskan pentingnya tidur cukup
tidak cukup
selama sakit
meningkat (5)
2.Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
3.Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur

4 Risiko infeksi berhubungan Kontrol risiko (L. Pencegahan infeksi (I.


14128) dengan 14539)
dengan prosedur invasive
kriteria hasil : Observasi
1. Kemampuan mencari 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
informasi tentang lokal dan sistemik
faktor risiko Teraupetik
2. Kemampuan 1. Batasi jumlah pengunjung
mengidentifikasi 2. Berikan perawatan kulit pada
faktor risiko area edema
3. Kemampuan 3. Cuci tangan sebelum dan
melakukan strategi sesudah kontak dengan pasien
kontrol risiko dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptik
pada pasien berisiko infeksi

Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Mengajarkan mencuci tanagn
dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka bekas
operasi
5. Anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
5 Defisit Nutrisi berhubungan Manajemen nutrisi (l.03119)
dengan faktor fsikologis di Setelah di lakukan Observasi :
buktikan dengan berat badan intervensi keperawatan di 1. Identifikasi status nutrisi
menurun 10% di bawah harapkan status nutris 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
rentan ideal (D.OO19) (L.03030) membaik dengan makanan
kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang di sukai
1. Porsi makan yang di 4. Monitor asupan makanan
habiskan membaik 5. Monitor berat badan
2. Kekuatan otot Terapeutik
pengunyah membaik 6. Lakukan oral hygine sebelum
3. Verbalisasi untuk makan
meningkatkan nutrisi 7. Sajikan makanan secara menarik
membaik dan suhu yang sesuai
4. Pengrtahuan tentang 8. Berikan suplemen makanan
pemilihan makanan Edukasi
membaik 9. Ajarkan posisi dusuk,jika mampu
10. Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang di butuhkan
DAFTAR PUSTAKA

Remelda, (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta : Elex


media komputindo

Sumirta, I Nengah. 2014. Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Tidur (


Insomnia) Pada Lansia. Jurnal keperawatan Politeknik Kesehatan
Denpasar. http://www.poltekkesdenpasar.ac.id/files/JURNAL
%20GEMA%20KEPERA WATAN/JUNI%202015/I%20Nengah
%20Sumirta.pdf. [diakses pada tanggal 3 Sepertember 2018 ].

Tim pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta selatan: PPNI.

Tim pokja SIKI DPP PPNI (2018) ‘Standart Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta selatan: PPNI’.

Tim pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta selatan: PPNI.

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika


Salemba.

Vaughans, Bennita W. 2011.Keperawatan Dasar.Yogyakarta :Rapha


Publishi
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN HERNIA
INKASERATA DEXTRA (HID) DI RUANG ANGGREK
RSUD REJANG LEBONG
Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
Tanggal 15-21 Mei 2023

OLEH :

INDRA ARIES SUGITO


NPM : 2226050062

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(Ns. , S.Kep, M.Kep) (Fitriani Yuliana Widiawati S.Kep, Ners)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023

Anda mungkin juga menyukai