Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI

PADA Tn “M” DENGAN TINDAKAN HERNIOTOMY HERNIORAPHY


ATAS INDIKASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA
DI KAMAR OPERASI 13 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH :
DIANA ZAHROTUN NISA’
1501410025

PELATIHAN PERAWAT INSTRUMENT KAMAR OPERASI


RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
JL.J.A SUPRAPTO NO.2
MALANG
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Hernia adalah merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo apeneurotik dinding perut ( R. Sjamsuhidayat, 2004).
Hernia adalah proporsi abdnormal organ jaringan atau bagian organ melalui stuktur yang secara
normal berisi bagian ini. Hernia paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari
kelemahan muskular abdomen konginental atau didapat (Monika Ester, 2004).
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui
sebuah defek kongenital atau yang didapat ( Barbara C Long, Hal 246).
Hernia Inguinalis adalah visera menonjol ke dalam kanal inguinal pada titik di mana tali
spermatik muncul pada pria,dan di sekitar ligamen wanita (Monika Ester, 2004).Hernia inguinalis
adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah inguinalis,di daerah lipatan paha.
Hernia ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,lalu hernia masuk ke
kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol dan keluar dari anulus inguinalis
eksternum. Lebih banyak terjadi pada laki-laki usia muda. Hernia Inguinalis Indirek
disebut hernia Inguinalis Lateralis yaitu hernia yang keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrik inferior, kemudian
masuk ke dalam kanalis inguinalis ( Jong 2004:527).
2. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia yang melalui dinding inguinalis posteromedial dari vasa epigastrika inferior
didaerah yang dibatasi segitiga Hasseibach.lebih banyak terjadi pada orang tua.
Hernia Skrotalis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk dari anulus ke
dalam kanalis dan jika panjang menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternum dan sampai ke
skrotum ( R. Sjamsuhidayat, 2004).
Hernia Umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusat (Monika Ester, 2000).
Jadi dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut dalam rongga abnormal
melalui lubang yang kongenital ataupun didapat.

B. Anatomi
C. Etiologi/ Predisposisi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly konginental atau karena sebab yang di dapat.
Hernia dapat di jumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan. Berbagai
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia. Pada hernia anulus internus yang
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu juga diperlukan faktor yang
dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernis inguinalis,
yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.Obilikus internus abdominalis yang
menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat yang
menutupi trigonum hasseibach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan mekanisme ini dapat
menyebabkan terjadilah hernia.
Faktor secara konginental adalah adanya proseus vaginalis yang terbuka, dan secara yang di
dapat adalah peningkatan tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena
usia.
Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, seperti batuk kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi dan ansietas disertai hernia inguinalis. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian
yang membatasi annulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi
dan kanalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi
akibat kerusakan n. Ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah apendiktomi ( Sjamsuhidayat, 2004).

D. Patofisiologi
Secara patofisiologi peningkatan tekanan intra abdomen akan mendorong anulus inguinalis
internus terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena yang didapat
faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan
otot dinding perut karena usia. Lebih banyak pada laki- laki dari pada perempuan.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada Anulus Internus
yang cukup besar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Bila otot
dinding perut berkontraksi, kanalis dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis,
kelemahan dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan inguinalis.
Tanda dan gejala klinis dapat ditentukan oleh keadaan isi hernia, pada hernia reponibel keluhan
satu-satunya adalah benjolan dilipat paha yang muncul pada saat bediri, batuk, bersin atau mengejan
dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri biasanya dirasakan di epigastium atau para umbilical
berupa nyeri visceral karena regangan pada mesrentium sewaktu, satu segmen usus halus masuk
kedalam kantung hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarsesari
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis ( R.Sjamsuhidayat,2004).
Bila isi kantong hernia dapat di pindahkan ke rongga abdomen dengan manipulasi hernia
disebut redusibel. Hernia irredusibel dan hernia inkarserta adalah hernia yang tidak dapat dipindahkan
atau dikurangi dengan manipulasi. Nyeri akan terasa jika cincin hernia terjepit, jepitan cincin hernia
akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi
transudat berupa cairan serosangoinus, ini adalah kedaruratan bedah karena usus terlepas, usus ini
cepat menjadi gangrene.
Pada hernia redusibel dilakukan tindakan bedah elektif karena ditakutkan terjadi komplikasi
( Sjamsuhidayat, 2004).

E. Manifestasi Klinik
1. Benjolan pada regio iunginale, di atas ligamentum inguinal, yang mengecil bila pasien
berbaring.
2. Bila pasien mengejan atau batuk, mengangkat berat, maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
3. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual.
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta sakit
diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Pada laki-laki isi henia dapat mengisi skrotum ( Sjamsuhidayat, 2004; ArifMansjoer, 2000).

F. Terapi
Pada hernia inguinalis reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah efektif karena
ditakutkan terjadi komplikasi. Sebaliknya bila telah terjadi proses stranglasi tindakan bedah harus
dilakukan tindakan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus.
Prinsip terapi operasi pada inguinalis: Untuk memperoleh keberhasilan maka faktor yang
menimbulkan terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki( batuk kronis, prostat, tumor, asites, dan
lain lain) dan defek yang ada direkonstruksi dan diaproksinasi tanpa tegangan.
1. Kasus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi. Pada bayi dan
anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair hanya terbatas pada ligasi tinggi,
memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin keukuran yang semestinya. Pada kebanyakan
pada orang dewasa, dasar inguinal juga harus direkontruksi cincin inguinal juga dikecilkan.
Pada wanita cincin inguinal dapat ditutup total untuk mencegah rekurenasi dari tempat yang
sama.
2. Hernia rekuren yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukkan adanya
repair yang tidk adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi setelah dua atau lebih cenderung
disebabkan oleh timbulnya kelemahan yang progresif pada fasia rekurensi terulang setelah
repair berhati-hati yang dilakukan oleh seorang ahli menunjukkan adanya defek dalam sintesis
kolagen.
Tindakan pada hernia adalah herniorafi. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia
dimasukkan kantong diikat, dan dilakukan Basini plasty. Atau teknik yang lain untuk memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, prinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia langsung
dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital dikembalikan kerongga perut, bila
tidak vital dilakukan reseksi dan anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah
cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung di tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit
( Sjamsulhidayat,2004).

G. Terapi
Herniotomy adalah pemotongan untuk memperbaiki hernia (Dorland, 1998).
Hernioraphy adalah membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastic untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis.
Indikasi :
 Indikasi
Herniotomi dilakukan pada pasien yang mengalami hernia dimana tidak dapat kembali dengan
terapi konservatif.

 Kontraindikasi
Adanya peninggian tekanan intra abdomen: hipertrofi prostat, kelainan paru-paru.
LAPORAN KASUS
TEKNIK INSTRUMENTASI PADA Tn “M” DENGAN TINDAKAN HERNIOTOMY
HERNIORAPHY ATAS INDIKASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA
DI KAMAR OPERASI 13 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

TUJUAN
a. Mengatur alat secara sistematis di meja instrumen.
b. Memperlancar handling instrumen.
c. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen selama operasi.

PETUGAS
a. Operator.
b. Asisten operator.
c. Dokter anastesi.
d. Perawat instrumen.
e. Peserta pelatihan instrumen.
f. Perawat sirkuler.

PENGKAJIAN
a. Identitas pasien.
b. Kondisi luka operasi.
c. Kondisi fisik dan psikis.
d. Kelengkapan dari instrumen.

A. PERSIAPAN LINGKUNGAN
1) Mengatur dan mengecek fungsi mesin couter, lampu operasi, meja mayo dan meja
instrument.
2) Memasang U- Pad on steril dan doek pada meja operasi.
3) Mempersiapkan linen dan instrument steril yang akan dipergunakan.
4) Mempersiapkan dan menempatkan tempat sampah medis agar mudah dijangkau.
5) Mengatur suhu ruangan.

B. PERSIAPAN PASIEN
1) Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan mengenakan pakaian khusus masuk kamar
operasi.
2) Pasien harus puasa.
3) Pasien / Keluarga telah menandatangani persetujuan tindakan kedokteran yaitu operasi.
4) Lepas gigi palsu dan semua perhiasan bila ada.
5) Vital sign dalam batas normal.
6) Pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi supine di meja operasi.
7) Pasien dilakukan tindakan pembiusan dengan anastesi Spinal.

C. PERSIAPAN ALAT
a) Instrument Meja Mayo
 Desinfeksi klem : 1
 Towel klems (duk klem) : 5
 Surgical scissor curve (gunting kasar bengkok) : 1
 Metzenbaum scissor (gunting mebzemboum) : 1
 Tissue forceps (pinset cirurgis) : 2
 Dissecting forceps (pinset anatomis) : 2
 Handle (handvat mess) no. 3 : 1
 Delicate hemostatic forcep (musquito klem) : 1
 Hemostatic forceps pean : 4
 Delicate hemostatic forcep Kocher (klem kokher) : 5
 Needle holder : 2
 Langen beck (retractor US army) : 2
 Kokher sonde : 1
b) Instrument penunjang
Instrumen penunjang steril di meja instrumen
 Bengkok : 2
 Cucing : 2
 Mangkok / kom : 1
 Handpiece couter : 1
Instrumen penunjang on steril
 Mesin couter : 1
 Lampu operasi : 1
 Meja operasi : 1
 Meja instrumen : 1
 Meja mayo : 1
 Troli waskom : 1
 Viewer rontgen : 1
 Tempat sampah : 1
Persiapan linen
 Duk besar : 6
 Duk kecil : 4
 Gaun operasi : 5
 Sarung meja mayo : 1
 Handuk : 6
Persiapan bahan habis pakai
 Handscoon 6/7/7,5/8 : Secukupnya
 Mess no. 10 : 1
 NS 1000cc : 1
 Povidon iodine : 100 cc
 Spuit 10 cc : 1
 Hypavix : secukupnya
 Kassa steril : 20 lembar
 Kassa roll : 1
 Deppers : 3 buah
 Still deppers : 1 buah
 Sufratul : 1
 DC no. 16 : 1
 Urobag : 1
 Jelly : secukupnya
 Vicryl 2-0 : 1
 Premiline 2-0 : 1
 Under pad on & steril : 1/1
 Hibiscrub : 60 cc
 Poly proprolene Mesh 6 x 12 cm : 1
 Towel : 1
INSTRUMENTASI TEKNIK

Sign In (konfirmasi identitas, informed consent pasien, sign mark area operasi, kesiapan mesin
anastesi dan pulse oksimetri).c
1) Pasien datang, cek kelengkapan data pasien.
2) Membantu memindahkan pasien ke meja operasi.
3) Setelah tim anasthesi melakukan induksi (SAB), pasien diposisikan terlentang kemudian
pasang screen anastesi dan ground couter di kaki kanan pasien.
4) Kemudian perawat sirkuler memasang folley chateter no. 16 + urobag, lalu mencuci
daerah operasi dengan cairan antiseptic (hibiscrub).
5) Perawat instrumen melakukan surgical scrub, gowning dan gloving selanjutnya
membantu operator dan asisten untuk gowning, dan gloving.
6) Perawat instrument membantu gowning dan gloving pada operator dan asisten.
7) Berikan desinfeksi klem dan 3 deppers dengan iodine povidone dalam cucing ke operator
untuk melakukan desinfeksi lapangan operasi.
8) Melakukan drapping :
a. Duk kecil (1) atau underpad steril untuk bagian bawah skrotum.
b. Duk besar (1) untuk bagian bawah area operasi
c. Duk besar (1) untuk bagian atas area operasi.
d. Duk sedang (2) untuk kanan dan kiri, fiksasi dengan 4 duk klem.
e. Duk besar tipis (1) untuk melapisi bagian bawah.
9) Pasang kabel couter dan fiksasi dengan towel klem, lalu dekatkan meja mayo dan meja
instrumen.
10) Berikan kasa kering pada operator untuk membersihkan lapangan operasi dari larutan
desinfektan.

Time out (konfirmasi nama tim operasi, pemberian antibiotik profilaksis, tindakan darurat di luar
standart operasi, estimasi lama operasi, antisipasi kehilangan darah, perhatian khusus selama
pembiusan, sterilitas alat instrumen bedah).
11) Berikan pincet cirurgis dan betadine ke operator untuk marking area insisi.
12) Berikan handvat mess no 3 dengan mess no. 10 melalui bengkok ke operator untuk
melakukan insisi kulit, dan berikan mosquito, kasa dan pincet cirurgis ke asisten untuk
membantu operator.
13) Berikan couter & pincet cirurgis ke operator untuk memperdalam insisi pada fat sampai
tampak fasia.
14) Berikan langen beck (2) untuk memperlebar area operasi, lalu berikan mess no. 10 untuk
membebaskan fasia, dan kokher (2) untuk menjepit fasia yang terbuka, kemudian berikan
gunting jaringan kasar/mayo untuk melebarkan insisi fasia.
15) Setelah ditemukan muskulus, berikan still deppers basah + kokher untuk split mencari
funikulus spermatikus. Kemudian berikan kassa rol yang telah dibasahi dengan NS
sebagai tegel funikulus (ujung kassa rol dijepit dengan kokher).
16) Berikan pinset anatomis (2) untuk mencari kantong, setelah ditemukan kantong dibuka
dengan gunting metzembaum.
17) Berikan kokher (4) untuk menjepit kantong di 4 tempat. Setelah itu operator mengecek
apakah isi hernia sudah keluar dari kantong hernia atau belum dengan cara memasukkan
jari kedalam kantong atau dengan cara kantong dipluntir.
18) Lalu berikan kassa basah untuk membebaskan sampai tampak preperitonial fat, lalu
berikan needle holder + vicryl 2-0 untuk jahit bagian pangkal kantong hernia dengan
tehnik tabagzaknat, lalu dipotong dengan couter.
19) Berikan kassa dan pean untuk mengecek / merawat perdarahan. Setelah dipastikan tidak
ada perdarahan, tutup luka operasi lapis demi lapis.
20) Berikan poly proprolene mesh untuk hernioraphy pada dinding abdomen yang difiksasi
ke tuberculum pubicum, ligamentum inguinalis & con joint tendon dengan jahitan
prolene 2-0.
Sign Out (hitung jumlah kasa, dan jumlah alat, kesesuaian jenis tindakan).
21) Pasang kokher di kedua sisi untuk mempermudah menjahit.
22) Berikan needle holder + vicryl 2-0 + pincet cirurghis untuk jahit fasia sampai fat, klem +
gunting mayo ke asisten.
23) Berikan needle holder + premiline 2-0 untuk jahit kulit.
24) Setelah area operasi selesai dijahit, berikan kasa basah dan kering untuk membersihkan
area operasi.
25) Tutup luka dengan sufratul, lalu kasa dan hypavix sesuai ukuran.
26) Operasi selesai, bereskan semua instrument, dan kabel couter dilepas.
27) Rapikan pasien, bersihkan bagian tubuh pasien dari bekas betadin yang masih menempel
dengan menggunakan towel.
28) Pindahkan pasien ke brankart, dorong ke ruang recovery.

Dekontaminasi dan pengelolaan


29) Semua instrument didekontaminasi menggunakan larutan enzymatic detergent. Rendam
selama 10 - 15 menit lalu cuci, bersihkan dan keringkan, kemudian alat diinventaris dan
diset kembali bungkus dengan kain siap untuk disterilkan.
30) Bersihkan ruangan dan lingkungan kamar operasi, rapikan dan kembalikan alat- alat
yang dipakai pada tempatnya.
31) Inventaris bahan habis pakai pada depo farmasi.

Malang, 10 Maret 2016


Pembimbing
Kamar operasi 13

Roddy Widya Kusuma, A.Md.Kep


DAFTAR PUSTAKA

Cameron, J.L. 1997. Terapi Bedah Mutakhir. Edisi 4. Jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara.

Doenges, M.E. Moorhouse, M.F.Geissles A.C. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Alih
Bahasa : I Made Karrasa N, Made Sunarwati. Jakarta : EGC.

Engram, B. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Alih Bahasa : Sumaryati
Sembu. Jakarta : EGC.

Johnson, Marion, 1997, IOWA INTERVENTION PROJECT, Nursing Outcome Classification ( NOC ),
St. Louis: Mosby.

Mc. Closkey, Joanne C., 1996, IOWA INTERVENTION PROJECT, Nursing Intervention
Classification ( NIC ). St. Louis: Mosby.

Nanda, A. 2000. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta :P Prima Medika.

Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.

Sjamsuhidayat, R. Jong, W.D. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai