Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN INSTRUMENTASI

ISTHMULOBECTOMY
DI KAMAR OPERASI RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

Oleh :

RIZKY NUR EVINDA


NIM 1401460032

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN PERIOPERATIF MALANG
2018
I. PENGERTIAN

Struma adalah pembesaran pada kenlenjar tiroid yang biasanya terjadi karena folikel
folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahun tahun folikel tumbuh semakin membesar
dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler.
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba
nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.
Struma nodusa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal yaitu:
 Berdasarkan jumlah nodul
Bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodusa soliter (uninodusa)
Bila nodul lebih dari satu disebut struma multinodusa
 Berdasarkan kemampuan menangkap yodium aktiv dikenal 3 bentuk nodul tiroid
yaitu :nodul dingin, nodul hangat dan nodul panas
 Berdasarkan konsistensi
Nodul lunak, kistik, keras dan sangat keras

Isthmolobectomy adalah pengangkatan satu lobus tiroid yang mengandung jaringan


patologis (total lobektomi), atau sebagian besar lobus tiroid yang mengandung jaringan patologis
( subtotal lobektomi) (nswahyunc.blogspot.com)
Tiroid berarti organ berbentuk perisai segiempat. Kelenjar tiroid merupakan organ yang
bentuknya seperti kupu- kupu dan terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakhea.
Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh
kapsula yang berasal dari lamina pethracheal fascia profunda.
Kelenjar tyroid terdiri dari dua lobus yang berkapsul, yang terletak di sebelah kanan dan
kiri trakea. Kedua lobus dihubungkan oleh isthmus yang menyilang trakea sedikit di bawah
kartilago krikoid. Berat kelenjar tyroid normal pada orang dewasa adalah sekitar 15 – 20 gram.
Setiap lobus mempunyai diameter vertikal 2 – 3 cm dan tebal 1 cm. Volume kelenjar tyroid dapat
diperkirakan antara 10 – 30 cm pada orang normal.
Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama yaitu tiroksin (T4). Bentuk aktifnya
adalah hormon T4. Bentuk aktif ini adalah trydotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari
konversi hormon T4, di perifer dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tyroid.
Kelenjar tyroid terdiri dari folikel- fiolikel yang berisi larutan koloid. Hormon ini merangsang
penggunaan O2 pada kebanyakan sel tubuh, mengatur metabolisme lemak, hidrat arang dan
sangat diperlukan untuk pertumbuhan.
Fungsi kelenjar tyroid dipengaruhi oleh TSH (Tyroid Stimulating Hormon) dari hipofisis
anterior. Apabila TSH menurun dapat terjadi atropi tyroid dan apabila TSH meningkat, hormon
tyroid juga meningkat yang kemudian melalui mekanisme feed back akan menekan fungsi
hypofisis. Sebaliknya apabila hormon tyroid berkurang akan merangsang hypofisis untuk
mengeluarkan TSH lebih banyak. Oleh karena itu apabila hormon tyroid berkurang akan
mengakibatkan hyperplasia dan pembesaran kelenjar tyroid. Proses hyperplasia cenderung lokal
dan tersebar, sehingga menimbulkan benjolan- benjolan (noduli). (Moelianto Djoko R., Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi Ketiga, FKUI, 1996).

II. ETIOLOGI
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab
pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
 Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air
minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
 Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
 Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak,
kacang kedelai).
 Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
 Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.
Pada umumnya ditemui pada masa pertumbuan, puberitas, menstruasi, kehamilan, laktasi,
menopause, infeksi dan stress lainnya. Dimana menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid
serta kelainan arseitektur yang dapat bekelanjutan dengan berkurangnya aliran darah
didaerah tersebut.

III. PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon
tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan
ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid..
Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid
Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel
koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan
molekul yoditironin (T3).
Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating
Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan
hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid
sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif
meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran
kelenjar tyroid

IV. TUJUAN
1) Untuk mengatur alat secara sistematis di meja instrument / mayo
2) Memperlancar handling instrument
3) Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument selama operasi berlangsung

V. PENGKAJIAN
Identitas pasien
Kondisi lokasi / area operasi
Kondisi fisik dan psikis
Kelengkapan alat instrument

VI. PERSIAPAN LINGKUNGAN


1) Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, mesin couter, lampu operasi, meja
mayo dan meja instrument.
2) Memasang U- Pad on steril dan doek pada meja operasi.
3) Mempersiapkan linen dan instrument steril yang akan dipergunakan.
4) Mempersiapkan dan menempatkan tempat sampah medis agar mudah dijangkau.
5) Mengatur suhu ruangan.

VII. PERSIAPAN PASIEN


1) Persetujuan tindakan operasi
2) Pasien puasa 6-8 jam
3) Pasien menanggalkan perhiasan dan gigi palsu
4) Pasien diposisikan pada posisi supine di meja operasi dengan bahu diberikan alas bantal
dan kepala diberi alas donat (hiperextension)
5) Pasien dilakukan general anasthesi
6) Memasang catether urine
7) Memasang plat diatermi pada tungkai kanan
8) Desinfeksi area operasi
9) Marking area operasi

VIII. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN


Alat steril
 Di Meja Mayo
1. Handvast no. 3 :1
2. Gunting kasar / metzembaum :1/1
3. Pinset cirurgis :2
4. Pinset anatomis :2
5. Pinset cirurgis mini :2
6. Disinfeksi klem :1
7. Doek klem :5
8. Baby mosquito :3
9. Arteri klem / pean bengkok :4
10. Pean manis :1
11. Kocker bengkok :4
12. Nald foeder besar / kecil :1/1
13. Gunting benang :1
14. Langenback :2
15. Elis klem :1

 Di Meja Instrument
1. Kassa kecil : 40
2. Depper : 10
3. Cucing disinfektan :1
4. Bengkok besar / kecil :1/1
5. Doek tulang :3
6. Doek kecil :6
7. Doek besar lubang :1
8. Sarung meja mayo :1
9. Under pad steril :2
10. Setelan :4
11. handuk steril :5
12. Handscoen steril : sesuai ukuran
13. Kotak benang :1

 Di Washkom
1. Coutter :1
2. Selang suction :1
3. Redon drain no. 12 :1

Alat non steril


1. Meja operasi :1
2. Lampu operasi :1
3. Mesin suction :1
4. Monitor :1
5. Tempat sampah medis / non medis :1/1
6. Viewer (lampu baca rontgen) :1
7. Mesin Diatermi ( ESU ) :1

Bahan Habis Pakai


1. Handscoen steril no. 6,5/ 7/7,5 : 2/2/1
2. Disinfektan hibitane : 100 cc
3. Cairan NS : 1 lt
4. Underpad steril :2
5. Mess no. 15 :1
6. Spuit 10 cc :1
7. Redon drain no. 12 :1
8. Suffratulle :1
9. Mersilk 3-0 / Vickyl 3-0 / Prolene 4-0 :2/1/1
10. Silk 3-0 :2
11. Urobag / kateter :1/1
12. Jelly : secukupnya
13. Skin marker : Secukupnya
14. Spongostan :1
IX. TEKNIK INSTRUMENTASI
1. Sign in.
2. Setelah pasien diberikan anasthesi GA, pasien diposisikan pada posisi supine dan
diberikan bantalan sehingga hiperextensi.
3. Pasang kateter urine dan lakukan pencucian pada area operasi dengan handscrub dan
keringkan dengan kassa steril.
4. Perawat instrument melakukan surgical scrub, gowning dan gloving kemudian
membantu operator memakaikan skort steril dan handscoen steril.
5. Berikan disinfeksi klem pada asisten dengan deppers dan cairan hibitane untuk
melakukan desinfeksi.
6. Lakukan drapping: 1 doek tulang pada kepala, sisi kanan dan kiri dengan doek kecil, 1
doek tulang pada badan, fiksasi dengan doek klem, kemudian tutup dengan duk lunamg
sampai kaki.
7. Dekatkan meja mayo dan meja instrument ke dekat area operasi, pasang kabel couter,
slang suction, ikat dengan kasa lalu fiksasi dengan towel klem. Pasang canule suction,
cek fungsi kelayakan couter dan suction.
8. Berikan Skin marker pada operator untuk menandai daerah insisi.
9. Berikan handle mess no. 15 untuk mulai melakukan insisi, baby mosquito dan kassa
kering pada asisten. Rawat perdarahan dengan cotter dan suction.
10. Berikan pinset chirurgis 2 untuk membuka area insisi agar lebih lebar.
11. Operator membuka lap operasi dari fat hingga fasia dengan coutter, beri mosquito dan
rawat perdarahan.
12. Kemudian dilakukan flaping dengan memberikan 2 kocker untuk memegang kulit
sampai otot.
13. Berikan kassa kecil basah lalu gulung letakkan pada lapisan kulit yang terbuka dan
fiksasi dengan mersilk 2-0 (C) pada bagian distal dan proximal kulit dengan doek.
14. Berikan pinset cirurgis mini 2 pada asisten dan operator untuk membuka fasia
muskulus, perlebar dengan gunting metzembaum, rawat perdarahan
15. Berikan langenback dan pean manis panjang untuk membuka lebar muskulus.
16. Bebaskan lobus dextra dari jaringan sekitar dengan menyisir menggunakan pean manis
panjang, potong menggunakan coutter kalau perlu gunting metzmboum.
17. Berikan pean bengkok sedang untuk memfiksasi jaringan yang akan ditinggal.
18. Lakukan ligasi dengan memberikan naldfoeder dan mersilk 3-0 (R) untuk mengikat
jaringan yang ditinggal serta pembuluh darahnya, rawat perdarahan.
19. Cuci area operasi dengan aqua steril, suction dan keringkan dengan kassa
20. Lakukan pemeriksaan mikroskopik dengan Vries Coupe lobus dextra untuk mengetahui
ganas atau tidaknya massa.
21. Setelah diketahui hasilnya Jinak, sesuai rencana operasi, dilakukan ishmolobektomi
sinistra
22. Cuci kembali area operasi dengan aqua steril secukupnya, suction dan keringkan
dengan kassa.
23. Siapkan drain no. 12, vaccum botolnya dengan suction pasang drain oleh asisten.
24. Fiksasi ujung luar drain dengan kulit menggunakan mersilk 2-0 (C) lalu sambungkan
dengan botol, klem selang jangan dibuka terlebih dahulu sebelum hecting selesai.
25. Berikan naldfoeder pasa asisten dengan vickyl 3-0 untuk menjahit muskulus sampai fat
dan premilene 4-0 pada kulit luar.
26. Bersihkan luka dengan kassa basah dan keringkan, buka klem selang drain untuk cek
apakah jahitan tidak bocor.
27. Berikan suffratule pada luka, tutup dengan kassa kering dan hepavik secukupnya.
28. Operasi selesai, pasien dibersihkan dan dirapikan.
29. Inventarisasi alat-alat yang telah dipakai dan hitung bahan habis pakai.
30. Catat pemakaian alat dan bahan habis pakai pada lembar depo.
31. Rapikan dan cuci alat instrument yang telah dipakai, set alat dan bersihkan ruangan.
DAFTAR PUSTAKA
.
Junadi Burnawan, (1982), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Kedua, Media Aeusculapius,
FKUI, Jakarta.

Moelianto Djoko R, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Balai
Penerbit FKUI Jakarta.

RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, IBS. 2015.Kumpulan Materi Pelatihan Perawat
Instrumen Kamar Operasi.Malang

http://oknurse.wordpress.com/2011/03/03/snnt-struma-nodusa-non-toksik

Anda mungkin juga menyukai