Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

REKONSTRUKSI
A. Definisi
Bedah rekonstruktif adalah berbagai tindakan bedah yang
dilakukan untuk mengembalikan penampilan atau fungsi semula dari
bagian tubuh tertentu. Bedah rekonstruktif umumnya dilakukan untuk
memperbaiki cacat pada tubuh yang disebabkan oleh penyakit atau trauma.
Bedah rekonstruktif dibedakan berdasarkan organ tubuh yang
membutuhkan pembedahan.
Bedah rekonstruksi merupakan tindakan bedah yang
mengkhususkan diri pada penanganan deformitas/kecacatan serta
defek/kelainan pada kulit, jaringan lunak, dan rangka tulang dan otot di
bawahnya. Cacat tersebut dapat disebabkan oleh kelainan bawaan, trauma,
penyakit infeksi dan keganasan. Salah satu contoh dari tindakan bedah ini
adalah bedah tandur alih kulit/cangkok kulit (transplantasi kulit) pada
pasien yang mengalami kerusakan kulit akibat luka bakar atau kecelakaan.

B. Tujuan Bedah Rekonstruksi


1. Memperbaiki cacat/ kelainan
a. Bawaan: kelainan wajah
b. Kelainan telinga
c. Kelainan alat kelamin luar
d. Kelainan tangan dan lain- lain

C. Indikasi Bedah Rekonstruksi


Pada operasi rekonstruksi diusahakan mengembalikan bentuk
/penampilan serta fungsi menjadi lebih baik atau lebih manusiawi
setidaknya mendekati kondisi normal.
1. Rekonstruksi kelainan bawaan seperti sumbing bibir dan langitan,
hipospadi (alat kelamin pria melengkung), hemangioma (kelainan
pembuluh darah pada kulit).
2. Cacat akibat trauma/kecelakaan seperti luka bakar, kontraktur akibat
luka bakar, pengangkatan tumor, ablati payudara.
3. Cacat karena Infeksi seperti noma, dimana penderita mengalami
disfigurasi yang memprihatinkan.
4. Bedah Kraniofasial dan bedah maksilofasial, khusus menangani
kelainan bawaan bentuk kepala dan muka (patah tulang muka akibat
kecelakaan).
5. Bedah mikro (seperti traumatik amputasi jari yang memerlukan
penyambungan pembuluh darah).
6. Transexual

Istilah bedah rekonstruksi untuk pada masyarakat umum sering salah


diartikan atau salah ditafsirkan dengan bedah estetik atau bedah kosmetik,
yang sebenarnya merupakan tindakan bedah yang bertujuan merubah sesuatu
yang pada hakekatnya normal namun ingin merubahnya menjadi sesuatu yang
diinginkan. Contoh bedah estetik antara lain yaitu isap-lemak (liposuction)
dan pembedahan mengencangkan kulit.

D. Jenis-Jenis Bedah Rekonstruksi


Bedah rekonstruktif sering dilakukan dengan mengikuti konsep
tangga rekonstruktif, yang mengolongkan setiap kasus berdasarkan tingkat
kerumitannya. Pembedahan yang paling sederhana hanya membutuhkan
penjahitan luka sederhana, sedangkan pembedahan yang lebih rumit
kemungkinan akan membutuhkan pencangkokan kulit dan teknik
pelebaran jaringan.
Rincian cara pelaksanaan suatu tindakan bergantung pada jenis
bedah rekonstruktif yang akan dilakukan. Beberapa jenis bedah
rekonstruktif yang paling umum adalah:
1. Pengangkatan kanker kulit
Tindakan bedah yang dilakukan untuk mengobati kanker kulit meliputi
pengangkatan pertumbuhan kulit yang abnormal agar kulit kembali
terlihat normal.
2. Bedah perbaikan bibir sumbing dan celah pada langit-langit mulut
Tindakan bedah ini dilakukan pada pasien anak yang sejak lahir sudah
memiliki bibir sumbing dan kelainan pada langit-langit mulut.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit anak yang dapat ditangani
melalui pembedahan tidak lama setelah anak dilahirkan.
3. Perbaikan bekas luka
Bedah perbaikan bekas luka dilakukan untuk meningkatkan
penampilan dari bekas luka akibat bedah atau trauma, sehingga bagian
tubuh yang memiliki bekas luka dapat kembali ke penampilan semula.
Pasien sebaiknya tidak memiliki harapan yang terlalu berlebihan ketika
menjalani bedah perbaikan bekas luka; karena hasil dari pembedahan
ini bergantung pada ukuran, letak, dan kedalaman bekas luka. Ada
beberapa bekas luka yang sulit dihilangkan sepenuhnya dan bedah
rekonstruktif hanya bisa menyamarkan bekas luka tersebut, sehingga
bekas luka ini tidak terlalu memengaruhi tubuh. Namun, bekas luka
yang lebih kecil dan lunak dapat lebih mudah ditangani.
4. Penanganan bekas luka bakar
Bedah rekonstruktif ini digunakan untuk memperbaiki penampilan
kulit setelah terkena luka bakar.
5. Pemindahan jaringan
Pemindahan jaringan atau transplantasi jaringan flap adalah bedah
rekonstruktif yang dapat mengembalikan penampilan dan sensasi dari
bagian tubuh kembali seperti semula dengan mencangkok jaringan dari
tubuh pasien atau tubuh donor yang telah meninggal. Pemindahan
jaringan dilakukan dengan mengambil jaringan tubuh, seperti kulit,
lemak, otot, saraf, dan tulang dari satu bagian tubuh dan
memindahkannya ke bagian tubuh yang diinginkan. Salah satu proses
dari tindakan ini adalah pelekatan saraf, arteri, dan pembuluh darah.
Bedah rekonstruktif juga dapat dilakukan apabila pasien
mengalami cedera pada wajah dan tangan serta ketika pasien menderita
suatu penyakit pada rahang, kepala, dan leher. Tindakan bedah ini
dilakukan oleh dokter bedah maksilofasial dan dokter ahli THT
(Telinga, Hidung, dan Tenggorokan). Penyebab paling umum dari
cacat pada tubuh adalah kanker atau pertumbuhan tumor yang
abnormal.

E. Metode Bedah Rekonstruksi


1. pencangkokan kulit
Tandur alih/cangkok kulit umumnya merupakan auto-transplantasi
dimana kulit yang digunakan berasal dari individu yang sama. Hal ini
dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan tindakan
bedah yang dilakukan untuk mengurangi seminimal mengkin reaksi
penolakan yang dapat timbul. Metode baku yang digunakan dalam
cangkok kulit, yaitu split cangkok kulit, transposisi, flap bertangkai,
dan cangkok jaringan bebas.
Walaupun dalam bedah rekonstruksi dan bedah estetik diupayakan
dengan semaksimal mungkin menggunakan bahan-bahan yang berasal
dari tubuh penderita sendiri, namun adakalanya pada keadaan tertentu
hal tersebut tidak memungkinkan sehingga untuk menunjang upaya
bedah rekonstruksi dan bedah estetik tersebut masih diperlukan bahan-
bahan sintetis. Bahan-bahan tersebut sebelum digunakan dan ditanam
dalam tubuh harus memiliki beberapa syarat antara lain tidak atau
sedikit menimbulkan reaksi tubuh, tidak magnetis, dan tidak
mengantar listrik. Bahan sintetik yang lazim dipakai adalah silicon,
akrilik dan logam campuran seperti titanium. Prosedur ini antara lain
digunakan pada implantasi prostesis payudara (payudara tiruan)
setelah operasi pengangkatan payudara akibat kanker payudara.
2. Bedah free flaps
Flap adalah cangkok jaringan kulit beserta jaringan lunak dibawahnya
yang diangkat dari tempat asalnya tetapi tetap mempunyai hubungan
pendarahan dengan tempat asal. Flap yang dipindahkan akan
membentuk pendarahan baru di tempat resipien.
3. Implan
4. Penggunaan implan biomaterial
Berbagai jenis biomaterial yang digunakan untuk bedah plastik
meliputi kolagen, silikon (polidimetilsilikosan), polietilen, Dacron dan
asam poliglokolik. Polisiloksan digunakan secara luas untuk beddah
plastik rekonstruktif kerana tidak menimbulkan reaktivitas jaringan,
juga karena sifat mekanin dan strukturnya. Selain untuk implan,
material ini juga digunakan untuk eksplan dan dicetak sesuai bentuk
yang diingikan, diberi warna sesuai kulit dan dipasang perekat
jaringan. Contoh yang lazim dijumpai adalah protesis telinga atau
rekonstruksi wajah akibat kecelakaan atau bedah kanker.

D. Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Bedah Rekonstruktif


Komplikasi dan risiko yang dapat dialami pasien akan
bergantung pada jenis bedah rekonstruktif yang dilakukan. Sebagai
contoh, komplikasi yang terjadi setelah bedah rekonstruksi payudara
biasanya berkaitan dengan implan yang digunakan untuk memperbaiki
penampilan payudara setelah mastektomi (bedah pengangkatan
payudara). Secara keseluruhan, bedah implan payudara saline memiliki
tingkat risiko 27,6% dan 25,8% pasien harus melakukan bedah kedua
karena implan payudara mengempis. Risiko lain yang mungkin terjadi
adalah payudara yang asli dan payudara yang diperbaiki menjadi tidak
simetris serta bentuk payudara yang bermasalah. Banyak pasien yan g
juga mengeluhkan sensasi yang berbeda dari payudara mereka. Pasien
yang memiliki implan payudara juga berisiko terkena seroma, atau
penimbunan cairan di sekitar implan, yang dapat menyebabkan
peradangan dan pembengkakan.
Komplikasi lainnya yang dapat terjadi akibat bedah
rekonstruktif antara lain adalah bekas luka yang menonjol (hipertrofi),
hematoma, bekas luka yang terbuka, dan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Smallman, R, E., Bishop, R, J., (2000). Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa
Material. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S., Winarni, E, W., (2006). Biologi. Jakarta:
Esis

http://plastic.surgery.ucsf.edu/research.aspx

http://medicine.utah.edu/surgery/plastic_surgery/index.php

Anda mungkin juga menyukai