FITRIA AGUSTIN,Amd.Kep.
RSI DARUS SYIFA’SURABAYA
FITRIA AGUSTIN,Amd.Kep
RSI DARUS SYIFA’ SURABAYA
LEMBAR PENGESAHAN
Program Pelatihan Perawat Kamar Bedah Instrumentasi Bedah OBGYN di Gedung Bedah Pusat
Terpadu Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya Ini, Telah di laksanakan mulai tanggal 22 Juli sampai
Pujidan syukur peserta panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
RahmatNya,sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Program Pendidikan dan
Pelatihan Perawat Kamar Bedah Instrumen Bedah OBGYN selama 3 bulan terhitung
mulai tanggal 22 Juli 2019 sampai 22 Oktober 2019 tepat pada waktunya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Dokter bedah merupakan orang yang dipercaya pasien dan keluarga mengatasi
permasalahan pasien, sehingga dokter bedah bertanggung jawab atas hasilakhir
pembedahan. Untuk menjaga kepercayaan dan reputasi yang diberikan, beberapa dokter
bedah yang biasa bekerja sama dengan perawat dalam melakukan pembedahan akan
lebih senang dengan perawat yang mempunyai kemampuan dan tingkat ketrampilan
yang baik. Perawat – perawat seperti ini dipersepsi dapat bekerjasama dengan baik saat
melakukan intervensi bedah , sehingga peran perawat juga mempengaruhi hasil akhir
suatu pembedahan.
Untuk itu Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya yang merupakan rumah sakit
pendidikan dan tempat rujukan tersier Aman, bermutu tinggi, dan Mandiri mengadakan
program pelatihan perawat kamar bedah guna menunjang kopetensi perawat dalam
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan pedoman JCI yang berfokus
dengan “ Patient Safety and quality improvement”.
Sehubungan dengan itu maka RSI Darus Syifa’ Surabaya mengirimkan tenaga
perawat kamar operasi untuk mengikuti program pendidikan dan pelatihan tentang
instrument kamar bedah OBGYN, guna menunjang kopetensi perawat bedah dalam
memberikan pelayanan yang bermutu dan dapat berkolaborasi sebagai mitra kerja
dokter bedah yang bisa menjadikan nilai tambah bagi RSI Darus Syifa’ Surabaya
1.2 Tujuan Mengikuti Program Pelatihan Perawat Instrumen Kamar Bedah
Tujuan Umum
Setelah mengikuti Program Pelatian Instrumen Bedah OBGYN dapat menunjang
kopetensi perawat dalam memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan pedoman
JCI yang berfokus dengan “ Patient Safety and quality improvement”.
Tujuan Khusus
1. Mampu menerapkan pengelolaan lingkungan kamar bedah
2. Mampu menerapkan pengelolaan alat / instrument
3. Mampu menerapkam pengelolaan pasien
4. Mampu menerapkam pengelolaan personil
5. Mampu menerapkan teknik septic dan aseptic
6. Mampu menerapkan teknik desinfeksi dan sterilisasi
7. Mampu menerapkan teknik instrumentasi bedah Obgyn
2.1.1 Pengertian
Kamar Bedah adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai daerah
pelayanan kritis yang mengutamakan aspek hirarkizonasisterilitas,pembedahan secara
elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya..
(Kemenkes,2016).
Menurut (Kemenkes 2016), Kamar Bedah terdiri dari beberapa ruang, baik itu di dalam
kamar operasi maupun di lingkungan kamar operasi:
1. Ruang Pendaftaran.
a. Ruang ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi, khususnya
pelayanan bedah.
b. Ruang ini berada pada bagian depan Ruang Operasi Rumah Sakit dengan
dilengkapi loket, meja kerja, lemari berkas/arsip, telepon/interkom.
c. Pasien bedah dan Pengantar (Keluarga atau Perawat) datang ke ruang
pendaftaran.
d. Pengantar (Keluarga atau Perawat), melakukan pendaftaran di Loket
pendaftaran, petugas pendaftaran Ruang Operasi Rumah Sakit melakukan
pendataan pasien bedah dan penandatanganan surat pernyataan dan keluarga
pasien bedah, selanjutnya pengantar menunggu di ruang tunggu.
e. Kegiatan administrasi meliputi:
a) Pendataan pasien bedah.
b) Penandatanganan surat pernyataan dan keluarga pasien bedah.
c) Rincian biaya pembedahan.
2. Ruang tunggu Pengantar.
a. Ruang di mana keluarga atau pengantar pasien menunggu.
b. Di ruang ini perlu disediakan tempat duduk dengan jumlah yang sesuai
aktivitas pelayanan bedah. Bila memungkinkan, sebaiknya disediakan pesawat
televisi dan ruangan dilengkapi sistem pengkondisian udara.
a. Ruang kerja
b. Ruang istirahat/kamar jaga.
Pada ruang kerja harus dilengkapidengan beberapa peralatan dan
furnitur.Sedangkan pada ruang istirahat diperlukan sofa.Ruang Dokter perlu
dilengkapi dengan bak cuci tangan (wastafel) dan toilet.
12.Scrub Station.
a. Scrub station atau scrub up, adalah bak cuci tangan bagi Dokter ahli bedah dan
petugas medik yang akan mengikuti langsung pembedahan di dalam ruang
operasi.
b. Bagi petugas medik yang tidak terlibat tidak perlu mencuci tangannya di scrub
station.
c. Scrub station sebaiknya berada disamping atau di depan ruang operasi.
d. Beberapa persyaratan dari scrub station yang harus dipenuhi, antara lain :
1) Terdapat kran siku atau kran dengkul, minimal untuk 2 (dua) orang.
2) Aliran air pada setiap kran cukup.
3) Dilengkapi dengan tempat cairan desinfektan.
4) Dilengkapi sikat spon yang mengandung Clorheksidin Glukonat 4%
5) Dilengkapi dengan tempat waslap steril
6) Dilengkapi dengan ultra violet (UV), Water Sterilizer.
13. Ruang Utilitas Kotor (Spoel Hoek, Disposal).
14.Ruang Linen
Ruang linen berfungsi menyimpan linen, antara lain duk operasi dan pakaian bedah
petugas/dokter pada Ruang Operasi Rumah Sakit.
15.Ruang Penyimpanan Perlengkapan Bedah
a. Ruang tempat penyimpanan instrumen yang telah disterilkan.
Instrumen berada dalam Tromol tertutup dan disimpan di dalam lemari
instrumen. Bahan-bahan lain seperti kasa steril dan kapas yang telah
disterilkan juga dapat disimpan di ruangan ini.
b. Persediaan harus disusun rapih pada rak-rak yang titik terendahnya
tidak lebih dari 8 inci (20 cm) dari lantai dan titik tertingginya tidak
kurang dari 18 inci (45 cm) dari langit-langit. Persediaan rutin
diperiksa tanggal kadaluarsanya dan di bungkus secara terpadu.
c. Ruang Penyimpanan peralatan anastesi, peralatan implant orthopedic,
dan perlengkapan emergensi diletakkan pada ruang yang berbeda
dengan ruang penyimpanan perlengkapan bedah.
Setiap bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit merupakan tempat untuk melakukan
kegiatan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi
steril dan kondisi khusus lainnya. Fungsi bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
dikualifikasikan berdasarkan tingkat sterilitas dan tingkat aksesibilitas
Alur Material/bahan.
Material/bahan bersih/steril.
Material/bahan bersih untuk kebutuhan kamar bedah diambil dan:
1. ruang penyimpanan bersih/steril, seperti linen, peralatan kebutuhan bedah, dan
sebagainya.
2. Untuk kebutuhan farmasi (obat-obatan), diambil dan ruang penyimpanan farmasi,
termasuk bahan/material yang sekali pakai. Bila ruang farmasi tidak tersedia, dapat
digunakan ruang persiapan peralatan.
3. Zat anestesi, umumnya disimpan di ruang penyimpanan anestesi.
Material kotor/bekas.
1.Material kotor, terdiri dan:
a) Material kotor/bekas yang digunakan dan sifatnya habis pakai, di masukkan ke dalam
tempat sampah berupa kontainer kotor, selanjutnya ditutup rapat, dan dibawa ke area kotor
untuk selanjutnya dibawa ke tempat pembuangan yang khusus digunakan untuk mi.
b) Material kotor/bekas yang masih dapat digunakan kembali, seperti linen, peralatan
kedokteran dan sebagainya dibawa ke ruang spool hook, setelah dibersihkan dan dikemas
dikirim ke ruang laundri atau CSSD.
Ruangan-ruangan pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dapat dibagi kedalam 5
(lima) zona (lihat gambar ).
Keterangan:
1 = Zona Tingkat Resiko Rendah (Normal)
2 = Zona Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)
3 = Zona Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)
4 = Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan prefliter, medium filter dan tidak hepa filter,
Tekanan Positif)
5 = Area Nuklei Steril (Meja Operasi)
(1) Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal)
Zona ini terdiri dan area resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran), ruang tunggu
keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor.
Zona ini mempunyai jumlah partikel debu per m3 > 3.520.000 partikel tnya dengan
diameter 0,5 urn (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun npat 1999).
(3) Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter) Zona ini
meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dan ruang persiapan (preparation),
peralatan/instrument steril, ruang induksi, area scrub up, ruang pemulihan (recovery),
ruang linen, ruang pelaporan bedah, ruang penyimpanan perlengkapan bedah, ruang
penyimpanan peralatan anastesi, implant orthopedi dan emergensi serta koridor-koridor di
dalam kompleks ruang operasi.
Zone mi mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 352.000 partikel
dengan dia. 0,5 urn (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun — 1999).
(4)Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter,
Hepa Filter)
Zona ni adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Zona ini mempunyai jumlah
maksimal partikel debu per m3 adalah 35.200 partikel dengan dia. 0,5 pm (ISO 7 - ISO
14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).
Kamar Operasi yang baik harus mempunyai syarat – syarat sebagai berikut :
1. Letak
Letak kamar operasi berada di tengah – tengah rumah sakit, berdekatan dengan unit gawat
darurat, ICU dan unit Radiologi.
2. Bentuk dan Ukuran
a. Bentuk
1) Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai dinding dan langit – langit
berbentuk melengkung , warna tidak mencolok
2) Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang keras, rata kedap air,
mudah dibersihkan dantidak menampung debu
b. Ukuran kamar Operasi
1) Kamar Operasi Bedah minor ± 36 m2, dengan ukuran ruangan panjang x
lebar x tinggi adalah 6m x 6m x 3 m
2) Kamar Operasi bedah umum minimal 42 m2, dengan ukuran panjang x lebar
x tinggi adalah 7mx6mx3m.
3) Kamar operasi bedah besar minimal 50 m2, dengan ukuran panjang x lebar
x tinggi adalah 7.2m x 7m x 3m.
3. Pintu Kamar Operasi
a. Pintu masuk ruang operasi atau pintu yang menghubungkan ruang induksi dan
ruang operasi.
1) disarankan pintu geser (sliding door) dengan rel diatas, yang dapat dibuka
tutup secara otomatis.
2) Pintu harus dibuat sedemikian rupa sehingga pintu dibuka dan ditutup
dengan menggunakan sakelar injakan kaki atau siku tangan atau
menggunakan sensor, namun dalam keadaan listrik penggerak pintu rusak,
pintu dapat dibuka secara manual.
3) Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun
diantara pembedahan-pembedahan.
4) Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass :double
glass fixed windows).
5) Lebar pintu 1200 - 1500 mm, dari bahan panil dan dicat jenis cat anti
bakteri & jamur dengan warna terang.
6) Apabila menggunakan pintu swing, maka pintu harus membuka ke arah
dalam dan alat penutup pintu otomatis (;automatic doorcloser) harus
dibersihkan setiap selesai pembedahan.
b. Pintu yang menghubungkan ruang operasi dengan ruang scrub-up.
1) sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dan mengayun kedalam ruang
operasi.
2) tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun diantara
pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi dengan “alat penutup
pintu (door closer). Disarankan menggunakan door seal and interlock
system.
3) Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panel system) dan dicat
jenis cat anti bakteri/ jamur dengan warna terang.
4) Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (;observationglass : double
glass fixed windows).
c. Pintu/jendela yang menghubungkan ruang operasi dengan ruang spoel Hoek
(disposal). ( catatan ; jika menggunakan selasar kotor maka disposal material /
barang bekas pakai langsung dibawa keruang CSSD atau untuk peralatan bisa
dibawa keruang sterilisasi di area operasi dan linen ke CSSD)
1)sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dilengkapi dengan door sealand
interlock system dan mengayun keluar dari ruang operasi.
2)Pintu/jendela tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan
maupun diantara pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi
dengan engsel yang dapat menutup sendiri (auto hinge) atau alat penutup
pintu (door closer).
3)Lebar pintu/jendela 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panelsystem) dan
dicat jenis duco dengan cat anti bakteri/ jamurdengan warna terang.dan
dicat jenis duco dengan warna terang.
4)Pintu/jendela dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation
glass :double glass fixed windows).
4. Ventilasi
Sistem ventilasi di kamar bedah sebaiknya memakai system pengatur suhu sentral (AC
sentral) dan dapat diatur dengan alat kontrol yang memakai filter (Ultra Clean Laminar
Airflow), dimana udara dipompakan Suhu diatur antara 19-22’C dan kelembaban udara
50-60 %
5. Sistem Penerangan
Lampu ruangan memakai lampu pijar putih.Lampu operasi merupakan lampu khusus yang
terdiri dari beberapa lampu yang fokusnya dapat diatur, tidak panas, terang, tidak
menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan Sistem penerangan di dalam kamar operasi
harus memakai lampu pijar putih dan mudah dibersihkan.
Lampu operasi memiliki persyaratan khusus, yaitu arah dan fokusnya dapat diatur, tidak
menimbulkan panas, cahayanya terang dan tidak menyilaukan serta tidak menimbulkan
bayangan. Pencahayaan antara 300 – 500 lux, meja operasi 10.000 – 20.000 lux.
6. Sistem Gas
Sistem pipa melalui bawah lantai atau di atas langit-langit,.Pemasangan sebaiknya secara
sentral memakai sistem pipa, yang bertujuan untuk mencegah bahaya penimbunan gas
yang berlebihan di kamar operasi bila terjadi kebocoran dari tabung gas. Pipa gas tersebut
harus dibedakan warnanya.dibedakan sistem pipa O2 dan Nitrogen Oksida.
7. Sistem Listrik
Ada sistem penerangan darurat dan sistem listrik cadangan,di dalam kamar operasi
sebaiknya tersedia 2 macam voltage, yaitu 110 volt dan 220volt. Karena alat-alat kamar
operasi memiliki voltage yang berbeda. Semua tombol listrik dipasang pada ketinggian
1,40 m dari lantai.
8. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi di kamar operasi adalah sangat vital, terutama bila ada keadaan darurat
maka mudah untuk melakukan komunikasi.
Ada sistem komunikasi dengan ruangan lain di dalam rumah sakit dan ke luar Rumah
Sakit.
9. Instrumentasi/Peralatan
a. Semua peralatan yang ada di kamar operasi harus beroda dan mudah dibersihkan.
b. Semua peralatan harus terbuat dari bahan stainless steel agar mudah untuk
dibersihkan.
c. Untuk alat-alat elektrik harus ada petunjuk penggunaan dan menempel pada alat
agar mudah untuk penggunaan.
a. Ada batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat, dan area ketat.
b. Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan kepada
perawat kamar operasi.
Pembagian Daerah Area Kamar Operasi
1. Pembagian Daerah-daerah di Kamar Operasi
a. Daerah Bebas terbatas ( warna hijau)
Daerah bebas terbatas merupakan daerah dimana petugas dan pasien diizinkan masuk,
tidak perlu mengganti pakaian dan hanya melepaskan alas kaki.
c. Daerah Aseptik
Daerah aseptik merupakan daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh
orang yang langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan, umumnya daerah yang
harus dijaga kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
d. Uraian Tugas
1) Sebelum Pembedahan
a) Melakukan kunjungan pasien yang akan dibedah minimal sehari
sebelum pembedahan untuk memberikan penjelasan.
b)Menyiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai meliputi :
(1) Kebersihan ruang operasi dan peralatan.
(2) Meja mayo / instrumen.
(3) Meja operasi lengkap.
(4) Lampu operasi.
(5) Mesin anestesi lengkap.
(6) Suction pump.
(7) Gas medis.
c) Menyiapkan set instrument steril sesuai jenis pembedahan.
d)Menyaipkan bahan desinfektan, dan bahan lain sesuai keperluan
pembedahan.
e) Menyiapkan sarung tangan dan alat tenun steril.
2) Saat Pembedahan
a) Memperingatkan “ tim steril “ jika terjadi penyimpangan prosedur
aseptik.
b) Membantu mengenakan jas steril dan sarung tangan untuk ahli
bedah dan asisten.
c) Menata instrumen steril di meja mayo sesuai urutan prosedur
pembedahan.
d) Memberikan bahan desinfektan kepada operator untuk desinfeksi
kulit daerah yang akan disayat.
e) Memberikan laken steril untuk prosedur drapping.
f) Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai urutan prosedur
dan kebutuhan tindakan pembedahan secara tepat dan benar.
g) Memberikan kain kasa steril kepada operator, dan mengambil kain
kasa yang telah digunakan dengan memakai alat.
h) Menyiapkan benang jahitan sesuai kebutuhan, dalam keadaan siap
pakai.
i) Mempertahankan instrumen selama pembedahan dalam keadaan
tersusun secara sistematis untuk memudahkan bekerja.
j) Membersihkan instrumen dari darah dalam pembedahan untuk
mempertahankan sterilitas alat dan meja mayo.
k) Menghitung kain kasa, jarum dan instrumen.
l) Memberitahukan hasil perhitungan jumlah alat, kain kasa dan jarum
kepada ahli bedah sebelum luka ditutup lapis demi lapis.
m)Menyiapkan cairan untuk mencuci luka.
n) Membersihkan kulit sekitar luka setelah luka dijahit.
o) Menutup luka dengan kain kasa steril.
p) Menyiapkan bahan pemeriksaan laboratorium / patologi.
3) Setelah pembedahan
a) Memfiksasi drain, dan kateter.
b) Membersihkan dan memeriksa adanya kerusakan kulit pada daerah
yang dipasang elektrode.
c) Menggantikan alat tenun, baju pasien dan penutup serta
memindahkan pasien dari meja operasi ke kereta dorong.
d) Memeriksa dan mneghitung semua instrumen dan menghitung
sebelum dikeluarkan dari kamar operasi.
e) Memeriksa ulang catatan dan dokumentasi pembedahan dalam
keadaan lengkap.
f) Membersihkan instrumen bekas pakai dengan cara :
(1) Pembersihan awal.
(2) Merendam dengan cairan desinfektan yang mengandung
deterjen.
(3) Menyikat sela – sela instrumen.
(4) Membilas dengan air mengalir.
(5) Membungkus instrumen sesuai jenis, macam, bahan, kegunaan
dan ukuran. Memasang pita autoclave dan membuat label
nama alat – alat (set) pada tiap bungkus instrumen dan
selanjutnya siap untuk disterilkan sesuai prosedur yang
berlaku.
g) Membersihkan kamar operasi setelah tindakan pembedahan selesai
agar siap pakai.
d. Uraian Tugas
1) Sebelum pembedahan
a) Menerima pasien yang akan dibedah.
b) Memeriksa dengan menggunakan formulir “ check list “ meliputi :
(1) Kelengkapan dokumen medis antara lain :
(a) Izin operasi.
(b) Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir.
(c) Hasil pemeriksaan radiologi dan foto rontgen.
(d) Hasil pemeriksaan ahli anestesia ( pra visite anestesi ).
(e) Hasil konsultasi ahli lain sesuai kebutuhan.
(2) Kelengkapan obat – obatan.
(3) Persediaan darah ( bila diperlukan ).
c) Memeriksa pemeriksaan fisik.
d) Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan sesuai isian check
list, dengan perawat ruang rawat.
e) Memberikan penjelasan ulang kepada pasien sebatas kewenangan
tentang :
(1) Tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
(2) Tim bedah yang akan menolong.
(3) Fasilitas yang ada didalam kamar bedah antara lain lampu operasi
dan mesin pembiusan.
(4) Tahap – tahap anestesi.
2) Saat pembedahan
a) Mengatur posisi pasien sesuai jenis pembedahan dan bekerja sama
dengan petugas anestesi.
b) Membuka set steril dengan memperhatikan teknik aseptik.
c) Mengingatkan tim bedah jika mengetahui adanya penyimpangan
penerapan teknik aseptik.
d) Mengikatkan tali jas steril tim bedah.
e) Membantu, mengukur dan mencatat kehilangan darah dan cairan, dengan
cara mengetahui : jumlah produksi urine, jumlah perdarahan, jumlah
cairan yang hilang.
2. Time Out
a. Verifikasi dilaksanakan ketika pasien sudah siap diatas meja operasi, sudah
dalam keadaan terbius, dimana team anestesi dalam keadaan siaga dan team
bedah telah dalam posisi steril
b. Team bedah kembali mengkonfirmasi tentang pasien, lokasi insisi pada tubuh
pasien, prosedur yang akan dijalankan dan kemungkinan perdarahan, kesulitan
teknik pembedahan yang dihadapi selama proses berlangsungnya operasi
c. Di sisi lain perawat instrumen di wajibkan untuk menyatakan kesiapan alat/
instrumen, keadaan sterilitas alat dan termasuk perhitungan jumlah
kassa,depress
d. Pada kesempatan ini diungkapkan juga mengenai obat antibiotika profilaksis
yang telah diberikan beserta hasil pemeriksaan penunjang seperti X-ray dan
lain lain yang sewaktu mungkin diperlukan operator ketika menjalankan
operasinya
e. Kemungkinan resiko pembiusan selama berlangsungnya operasi menjadi
kewajiban team anestesi untuk menyampaikannya.
3. Sign Out
a. Sesaat setelah selesai operasi, sebelum pasien dikeluarkan dari ruang operasi,
dipastikan kembali akan beberapa hal menyangkut nama prosedur yang telah
dikerjakan sebelumnya
b. Perhitungan jumlah instrumen, jarum dan kassa,depress secara benar jika
digunakan selama operasi serta catatan jika ada permasalahan pada alat atau
bahan habis pakai lainnya. Pemberian label sesuai identitas pasien pada
jaringan yang telah diangkat dari tubuh pasien juga menjadi perhatian pada
tahap ini
c. Dokter bedah sebagai operator beserta dokter anestesi menyampaikan hal –
hal yang perlu diperhatikan pada masa pemulihan pasien dan perawatan pasca
operasi selanjutnya.
Luka terinfeksi sering terjadi selama operasi, daripada paska operasi, alasannya adalah
bahwa luka terbuka selama operasi , tapi ditutup dan ditutupi dengan pembalut steril pasca
operasi.Infeksi pada luka dapat timbul dari tubuh pasien sendiri, secara eksternal dari
personil kamar operasi atau dari lingkungan ruang operasi.
Ruang operasi sebagai tempat beresiko tinggi, oleh karena itu penting bahwa lingkungan
perioperatif bersih dan bebas debu. Hal ini dibantu oleh tekanan udara positif dalam ruang
operasi.sebuah kebijakan dari rumah sakit untuk pembersihan ruang operasi harus tersedia
di setiap kamar operasi.Ini akan menyoroti tingkat kebersihan yang di butuhkan dan
personel protective equipment yang dibutuhkan saat membersihkan.
Kamar Operasi secara rutin dan periodik selalu dibersihkan secara teratur. Ini bertujuan
untuk tetap mempertahankan sterilisasi kamar operasi, sehingga dapat mencegah
kontaminasi pasien dengan lingkungan serta meminimalkan pertumbuhan kuman yang
membawa resiko baik kepada pasien maupun personil kamar operasi.(Hipkabi, 2013)
a. Setiap hari seluruh permukaan lantai kompleks kamar operasi dibersihkan dan
didesinfeksi
b. Bekas perdarahan harus dibersihkan
c. Plastik tempat sampah harus diganti baru bila tindakan telah selesei
d. Peralatan yg telah digunakan pembedahan harus dibersihkan
e. Noda –noda harus dibersihkan
f. Lantai dipel dengan desinfektan
g. Alat tenun kotor dikeluarkan
h. Lampu operasi dibersihkan
i. Alas kaki dibersihkan setiap hari
Setiap hari dilakukan pemeriksaan prasarana seperti penyediaan air bersih, kelistrikan,
pencahayaan, ventilasi, dan sebagainya. Pelaksana adalah tim yang dinas pada saat itu dan
penanggung jawab adalah Kepala Unit Kamar Operasi.
2. Pembersihan Mingguan
Dilakukan seara keseluruhan, degnan ketentuan :
1. Cairan Antiseptik
Cairan Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikrooganisme pada jaringan yang hidup seperti pada
pertumbuhan kulit dan membran mukosa ( Livinson W,2012)
a. Savlon 3% dapat membunuh kuman biasa tetapi tdak dapat membunuh TBC,
Spora dan Virus Hepatitis ( sesuai petunjuk pemkaian) dengan perbandingan
30cc dengan 1000 NaCL.
b. Bethadine 10% dan Yodium 2% mempunya efek kerja yang sama
c. Alkohol 70%
1) Tidak dapat membunuh spora dan virus hepatitis
2) Dapat membunuh kuman biasa pseudomorus deroginosa dan basil TBC
d. chlorhexidine Alkohol
e. Hidrogen piroksid
f. Rivanol
2. Cairan Desinfektan
Cairan Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit. Pengertian
lain dari desinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan
membunuh mikroorganismeyang terpapar secara langsung oleh desinfektan .
a. Cidek
Macam – macam cidek ada 2, yaitu: Cidek Biasa dan Cidek Opa
2.5 Positioning
2.5.1 pengertian
Adalah Suatu posisi aman nyaman tanpa menimbulkan cedera pasca bedah dengan
mempertimbangkan pendekatan bedah tertentu untuk menghindari kerusakan syaraf,
pembuluh darah, dan cedera muskuloskeletal terkait dengan posisi.
2.5.2 tujuan
1. Posisi Dorsal/Suppine
Thyroiditis Position
Operasi daerah leher (operasi thyroidectomy, operasi Oessopogus, operasi Larynx, operasi
tracheostomia).
Posisi Cholelithiasis
2.Posisi Lithotomy
Operasi yang menggunakan posisi Lithotomy antara lain Operasi TURP, TURBT,
Uretroplasti, Cystoscopi, RPG,URS, Pasang Dj Stent, Cordektomy, Operasi
kebidanan, hemorrhoid,dsb.
2. Posisi lumbotomy
Operasi yang menggunakan posisi Lumbotomy anatara lain operasi ginjal, adrenald glans,
radikal nefrectomy, uretrolithotomy, pyeloplasti dsb
Kidney Position
Chest Position
4.Posisi Prone
Operasi yang menggunakan posisi prone anatara lain operasi PNL, PNS, PNCL dll
Gambar .posisi prone
5.Trendelenburg
Operasi perut bagian bawah atau pinggul
7. Posisi Fowler
Memberikan anestesi kepada pasien yang full stomach (perut penuh)
Operasi: Craniotomy atau daerah wajah
Cuci tangan bedah adalah membersihkan tangan dengan menggunakan sikat halus dan
sabun antiseptik dibawah air mengalir untuk mengangkat debu, kotoran, minyak atau
lation maupun mikroorganisme dari tangan dan lengan pada anggota tim bedah yang akan
melakukan prosedur pembedahan . (SPO. Cuci Tangan Pembedahan RSUD, Dr, Soetomo,
2016).
Cuci tangan bedah ini dapat melalui 2 proses:
1. Proses mekanik: Membersihkan organisme dengan gosokan, kuku dibersihkan dibawah
air mengair dengan pembersih kuku
menggosok tangan dengan menggunakan sikat halus, untuk mengangkat kotoran dan
mikroorganisme
2. Proses kimiawi:
Menurunkan perkembangan flora dan menonaktifkan microorganism dengan larutan
antiseptic.Tambahan larutan antiseptic pada sikat 6tetes (diperkirakan sekitar 2 — 3 ml)
cukup untuk prosedur cuci tangan ini.
Bagi jari, tangan dan lengan menjadi 4 sisi permukaan. Sikat tangan sesuai anatomy garis
bayangan 4 sisi permukaan. Dimulai dengan jan kemudian ke jan-jan yang lain, lälu turun
kesisi luar dati empat jan lalu ke sisi dorsal tangan kemudian ke arah palmar. Kemudian ke
arah pergelangan tangan, dn diakhiri sekitar 5 cm dan siku. Jadi seluruh proses cuci tangan
diawali dengan ibu jari dan diakhiri dengan di area bawah siku. Setelah proses cuci tangan
jaga agar tangan lebih tinggi dan siku, sehingga air akan mengalirmelewati siku.
2.6.3 Persiapan
1. Persiapan Personal
a. Rambut telah tertutup atau APD lengkap ( topi, masker, kaca mata, apron,
sepatu khusus yang tertutup)
b. Kuku jari tangan pendek, bersih dan bebas dari cat kuku
c. Cicin dan jam tangan telah dilepaskan, gulung lengan baju 10 cm diatas siku
d. Tidak ada luka di kulit atau kelainan pada kulit yang sedang dalam proses
infeksi
e. Memilih lartan antseptik yang tepat chlorhexidin gluconate 4 %
2. Persiapan Alat
a. Tempat cuci tangan yang cukup dalam dan lebar untuk mencegah percikan air
keluar dar area cuci tangan
b. Air mengalir yang memenuhi syarat, yang dapat dikendalikan dengan siku atau
kaki
c. Sikat halus dan spo yang emnganduk antiseptik
d. Pembersih kuku
e. Waslap steril
f. Tempat sampat utuk mebuang sikat bekas pakai
2.6.4 Prosedur Cuci Tangan
1. Buka waslap steril pada tempatnya
2. Buka sikat, spon dan pembersih kuku pada tempatnya
3. Basahi tangan dan lengan sampai dengan 5 cm diatas siku di bawah air mengalir
4. Ambil cairan antiseptik yang mengandung Clorhexidin 4% di telapak tangan
5. Gosokan telapak tangan kanan dan kiri
6. Gosok pungkung tangan kanan dan kiri
7. Gosok telapak tangan kanan dan kiri dengan jari disilangkan
8. Gosokkan pungung jari kanan dan kiri dengan cara gerakan mengunci
9. Putar dan gosokkan jempol sampai kelingking tangan kanan dan kiri
10. Putar dan gosok ujung ujung jari tangan dan kiri
11. Gosok pergelangan tangan kanan dan kiri sampai dengan 5 cm diatas siku dengan
cara gerakan memutar
12. Bilas dengan air mengalir dari ujung jari hingga 5 cm diatas siku sampai bersih
13. Bersihkan kuku dengan menggunakan pengumpil kuku untuk membersihkan
kotoran di sela kuku di bawah air mengalir
14. Ambilah sikat dan bersihkan ujung kuku kanan dan kiri dengan bagian sikat yang
kasar
15. Sikat telapak tangan dan pungung tangan serta jari jari dengan 4 bagian dengan
meggunakan bagian sikat yang halus / spon yang mengandung Clorhexidin 4%
16. Mengosok hingga setengah bagian lengan kanan dan kiri dengan menggunakan
spon
17. Dilanjutkan menggosok hingga bagian siku lengan kanan dan kiri
18. Bilas dengan air mengalir dari ujung jari hingga 5 cm diatas siku sampai bersih
19. Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai ke siku, untuk mencegah kontaminasi
20. Pertahankan posisi tangan agar lebih tinggi dari siku
21. Matikan kran dengan siku atau kaki jika tidak mnggunakan kran otomatis
22. Pertahankan posisi tangan saat menuju kamar operasi
23. Gunakan punggung untuk menbuka kamar bedah, jika tidak tersedia pintu otomatis
2.7.3 Persiapan
1. Baju Steril dalam bungkusan set steril
2. Teman kerja ( perawat sirkuler ) untuk membantu mengikat tali baju
2.7.4 Prosedur Pelaksanaan Memakai Baju Steril / Baju Operasi
• Mundur dan beri jarak aman dan meja untuk menghindari kontaminasi. Cengkeram
lipatan baju, hati-hati dengan area leher dan lengan
• Tahan gaun bagian dalam dengan kedua tangan didaerah lubang lengan, biarkan gaun
daerah badan jatuh kebawah, dan jaga bagian dalam gaun berhadapan langsung dengan
tubuh dan lengan masuk ke lubang lengan. Jangan menyentuh baju bagian luar dengan
tangan telanjang.Jika bagian atas gaun jatuh kebawah maka gaun tersebut dianggap
terkontaminasi.
• Masukkan kedua lengan secara bersamaan ke dalam lubang lengan baju Perawat sirkulasi
berdiri dibelakang perawat instrument dan menarik gaun hingga melewati bahu dengan
cara merafh lapisan dalam bahu dan lengan. Baju ditarik kebelakang sehingga manset baju
berada di telapak jan. Jangan mendorong telapak tangan keluar dan manset.Biarkan gaun
bagian belakang diikat terlebih dahulu.Jangan mengikat baju terlalu ketat sehingga
menyebabkan tangan keluar dan manset.
Jika model gaun sterilnya itu seperti baju yang melingkar, maka bagian steril yang
menutup punggung jangan disentuh terlebih dahulu sampai perawat instrument selesai
memakai handscoen.
• Model gaun yang berputar mempunyai tekhnik mengikat yang berbeda-beda
a) Reusable gown tali : pengikatnya diamankan didepan baju dengar satu ikatan. Dengan
memakai handschoen steril , tarik ikatan supaya terbuka, dan pegang tali yang lebih
panjang sebelah kanan dengan tangan kanan dan tali yang lebih pendek disebelah kiri
dengan tangan kiri. Tahan tali yang sebelah kiri, dan berikan tali di tangan kanan ke
sirkulator yang posisinya diam disekitar perawat instrument.Lalu perawat instrument
berputar ke kiri sampai baju dapat menutup belakang hingga sempurna Jangan
meletakkan tali gaun pembedahan yang panjang di antara tumpukan barang steril, karena
akan menyebabkan bagian belakang menyentuh bagian steril.
b) Disposable gown : Ujung dan tali pembedahan dibungkus dengan kertas tag.Lepaskan
tali yang pendek dan kertas tag. Tali panjang tetap berada di kertas tag kemudian berikan
kertas tag ke perawat
sirkulasi, hati-hati agar tidak. menyentuh kertas tag yang dipegang sikulator. Berputar ke
arah kiri,sampai baju menutup punggung. Tarik tali di kertas tag sepanjang 40- 60
centimeter dan perawat sirkulasi menahan kertas tersebut, dan tarik keseluruhan tali dan
kertas tag.
Perawat sirkulasi membuang kertas tag tersebut dan perawat instrument mengikat tali
disamping tubuh.
c) Jika kedua tali jatuh, maka perawat sirkulasi mengikat tali tersebut
dibelakang tubuh perawat instrumenkarena tali yang jatuh melebihi
level tinggi lapang steril maka dianggap terkontaminasi.
2.8.3 Persiapan
Sarung tangan steril sesuai ukuran diletakkan pada tempat yang telah disediakan
2.8.4 Prosedur Memakai Sarung Tangan Steril
Buka bungkus handshcoen seperti membuka buku dengan tangan yang tetap terbungkus
manset gaun pembedahan.Terlihat handshcoen dengan lipatan dalam keluar.Ambil dengan
tangan tertutup lipatan bawah handschoen.
Dengan tangan tertutup ambil handschoen sebelah kiri dengan tangan kanan Letakkan
lurus, jari-jari handshcoen menghadap ke tubuh personel, dan ibu jari handshcoen berada
disamping bawah.Cengkeram lipatan handhscoen dengan jari-jari.Lalu masukkan jari-jari
kedalam handshcoen, lalu tarik manset gaun pembedahan dengan tangan kanan hingga
jari-jari masuk ke jari-jari handshcoen.Lalu rapikan pergelangan tangan handshcoen.
Untuk proses tangan satunya sama hanya kebalikannya.
2.8.5 Melepas Sarung Tangan
1. Pegang bagian luar dari satu manset dengan tangan bersarung tangan, hindari
menyentuh pergelangan tangan
2. Lepaskan sarung tangan dengan dibalik bagian luar kedalam, pegang dengan
tangan sisi yang lain
3. Dengan ibu jari atau telunjuk yang tidak memakai sarung tangan, ambil bagian
dalam sarung tangan lepaskan sarung tangan kedua dengan bagian dalam keluar,
buang pada tempat sampah medis.
4.Dibawah dan atas tempat pembedahan diletakkan handuk steril. Handuk berlipat
diletakkan di sisi untuk menyerap kelebihan cairan dan untuk mencegah terjadinya
genangan.
5. Kulit dibersihkan menggunakan mekanis dalam pola melingkar, bergerak ke arah luar
dan tempat yang di insisi.
6. Sikat atau spons dibuang setelah batas luar daerah insisi.
7. Spons baru dibasahi dan pembersihan dilanjutkan dengan pola yang sama selama 3-5
menit.
8. Daerah yang dipersiapkan dapat dikeringkan dengan handuk atau kain steril, atau
larutan dibiarkan mengering sendiri.
9. Apabila diperlukan, oleskan larutan antimikroba.
10. Handuk di singkirkan, sarung tangan dan peralatannya dibuang ke tempat yang telah
disediakan.
11. Dokumentasikan waktu, daerah, larutan yang digunakan dan kondisi kulit.
A. Surgical skin antisepsis
Antisepsis merupakan upaya yang dilakukan untuk pencegahan infeksi dengan membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
Mengurangi bakteri pada permukaan pembedahan mencegah terjadinya infeksi post
operasi, memilih antiseptik yang akan aman dan efektif untuk bedah individu pasien, dan
menerapkan antiseptik yang aman dan cara yang efektif.
Antiseptik adalah suatu bahan yang digunakan untuk mencegah atau menahan
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan hidup, terutama kulit.
Asepsis adalah proses untuk mencegab pencemaran oleh mikroorganisme berkaitan
dengan jaringan, benda mati maupun lingkungan.
o 1 kodney disposal
Shoulder
1.Lengan di angkat oleh asisten dengan sedikit mengangkat bahu dan ketiak dan meja
operasi.
2. Area antisepsis meliputi Iingkar lengan atas hingga bawah siku, dan pangkal leher atas
bahu, tulang belikat, dan dada hingga midline.
Retroperitoneal area
1.Letakkan perlak memanjang dengan bawah diletakkan ember untuk menampung cairan
antiseptik dan bekas antisepsis.
2. Area antisepsis meliputi pubis, area genetalia, perineum, anus, dan kedua paha bagian
dalam.
3. Mulai pembersihan dan atas kemaluan, menggosok ke bagian bawah alat kelamin dan
perineum, kemudian buang kassa.
4. Kedua area paha bagian dalam digosok dengan sponge terpisah. Diawali dan pangkal
paha ke area distal paha.
5. Kemudian area anal.
6. Daerah rectoperitoneal disiapkan setelah area perut. Dengan menggunakan set terpisah
bila ada rencana pembedahan pada daerah perut.
Vagina
1.Sediakan sponge forceps set untuk bagian dalam dan untuk bagian vagina luar,
2. Pasang perlak pada bawah bokong.
3. Kateter dipasang hanya jika diperlukan. Vagina dan flora anal seharusnya bukan area
steril.
4. Untuk pembersihan daerah luar meliputi area pubis, vulva, labia, perineum, anus dan
area yang berdekatan, termasuk spertiga atas paha bagian dalam.
5. Antisepsis dimulai dan atas kemaluan, mengarah kebawah daerah vulva dan perineum,
bagian dalam paha digosok dengan spons terpisah dan labia mayora luar.
6. Vagina dibersihkan dengan pemegang spons terpisah, dan pembersihan harus dengan
hati-hati karena mukosa vagiba yang banyak lapisan dan susah dibersihkan.
7. Setelah pembersihan menyeluruh organ vagina. Keringkan daerah vagina dengan spons
steril untuk mencegah kemungkinan flora memasuki rongga peritoneum selama prosedur
bedah pada organ panggul
8.Anus dibersihkan paling akhir untuk mencegah masuknya flora ke dalam lubang vagina.
• Ektremitas
2.10 Drapping
Drapping adalah prosedur yang dilakukan untuk menutup pasien dan area non steril dan
area steril dan sekitarnya dengan penghalang steril untuk menciptakan dan memelihara
area pembedahan dalam keadaan steril.
2.10.1 karakteristik bahan drapping
1. Resisten terhadap abrasi
2.Sebagaf barier (antimikroba)
3.Drapebility
4.Dapat mencegah listrik statik
5.Non flamable (tidak menginduksi kebakaran)
6.Bebas serat
7. Tensile strenght (kuat terhadap tahanan)
8. Biocompatibility (free toxic)
2. nonwoven (kertas)
5. Eye drape
Terbuat dan kertas yang terdapat kantong plastik pada sisi yang akan dilakukan tindakan
untuk menampung air irigasi selama operasi berlangsung.
b. Bahan Benang:
1) Absorbable
a)Surgical cut : terbuat dari lapisan mukosa usus domba atau usus babi
b)Benang Collagen: terbuat dari tendon hewan ternak, dipergunakan
paling sering untuk menjahit area mata
c)Benang Sintetik Absorbable : kombinasi dari lactic acid dan glycolic
acid polimer ( vicryl, dexon dan polysorb )
2) Non Absorbable
a) Silk : terbuat dati pintalan benang larva sutra
b) Cotton: terbuat dari helai tunggal benang cotton yang diputar
c) Nylon: berbahan dasar synthetic polyamide
d) Polyester fiber
e) Polypropylene
f) Stainless steel
g) Benang barbed
c. Ukuran diameter benang : 2, 1,0,1/0,2/0,3/0,4/0,5/0,.....0/0(mm)
d. Karakteristik benang :
Susunan fisik : single strand (monofilament) /multi strand ( Multifilament)
Capillarity
Diameter (size)
Tensile strength
Knot strength
Elasticity
Memory
2.23 Teknik Dekontamimasi dan Sterilisasi
Teknik Dekontaminasi
1. Pengertian
Dekontaminasi adalah proses yang menghilangkan banyak atau
seluruh mikroorganisme pathogen kecuali spora bakteri pada benda mati.
(SPO.Teknik Dekontamintasi, Dr.Soetomo,2016).
2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari desinfeksi
a. Pembersihan pra dekontaminsi pada alat
b. Adanya bahan organik dan anorganik
c. Jenis dan tingkat kontaminasi mikroba
d. Konsentrasi dan waktu paparan bahan desinfektan
e. Sifat fisik dari alat ( misal: celah – celah, engsel , dan lumen)
3. Proses Dekontaminasi Alat Kritis
a. Dekontaminasi pada semua intrument bedah
1) Pre –Cleaning
Alat dibersihkan dari sisa debris dengan air mengalir
2) Cleaning
Rendam alat dengan menggunakan larutan enzimetik 0,5% yaitu
dengan melarutkan 25 cc enzimatik dalam 5 liter air selama 5 -10
menit
3) Brushing
Sikat sela-sela alat dengan sikat lembut hingga tidak ada kotoran yang
menempel.
4) Rhising
bilas dengan air mengalir dan sikat dengan sikat halus
5) Drying
lap kering lembut dan kering
6) Setting / Packaging
Bahan dan alat yang akan dikemas harus di perfksa kondisi cia
kelengkapan alat/bahannya.
Pengesetan alat sesuai dengan cheklist instrumen, selanjutnya
dilakukan pengepakan dengan menggunakan tray instrumen
7) Sterilisasi
8) Dokumentasi
b. Dekontaminasi pada Alat Semi Kritis
1) Pre Cleaning
Bersihkan alat dari debris dengan air mengalir
2) Cleaning
Rendam alat dengan menggunakan larutan enzimetik 0,5% dengan
melarutkan enzimatik 25 cc banding 5 liter air selama 5 -10menit
3) DTT
Direndam dengan larutan cidek selama 15 – 20 menit dan cidek oppa
selama 5 menit
4) Washing
bilas dengan air aqua mengalir
5) Drying
lap kering lembut dan kering
6) Setting / Packaging
Pengesetan alat sesuai dengan cheklist instrumen, selanjutnya
dilakukan pengepakan dengan menggunakan tray instrumen
Simpan ditempat bersih dan kering
Teknik Sterilisasi
1. Pengertian
Sterilisasi Adalah Proses pemusnahan semua bentuk kehidupan
mikroba, termasuk spora pada permukaan benda mati. Dengan tujuan
mencegah timbulnya infeksi akibat pemakaian alat pembedahan.
(Hipkabi,2013).
2. Macam – Macam Sterilisasi
a. Sterilisasi Fisika (phisychal)
1) Pemanasan dan penyinaran
cara sterilisasi paling tua dan masih paling efisien ada1. panas. Dalam
sterilisasi panas semakin tinggi suhu rie semakin cepat waktó pajanan
yang diperlukan. Setiap su diatas 1000C dapat digunakan untuk
sterilisasi, asalkan wa pajanan telah terpenuhi. DRT (Decimal Reduction
Time) ada waktu yang diperlukan untuk menginaktifkan 90% sel va [I
terdapat atau untuk mengurangi populasi mikroba me sepersepuluh
jumlah pada suhu tertentu.
2) Pemijaran dengan menggunakan api langsung
Membakar alat pada api secara langsung. Contoh : alat :- bahan metal.
3) Panas kering (Dry Heat)
Panas kering menembus bahan yang tidak dapat di tembus oleh uap
panas, misalnya minyak dan tidak merusak bahanbahan kering seperti
bedak.Dengan demikian ,satu-satunya cara untuk mensterilkan minyak,
lemak dan bedak anhidrosa adalah dengan pemanasan kering. Tetapi
Pada temperatur diatas 185°c minyak parafin akan menjadi resin. Ini
akan menghancurkan fungsinya sebagai pelumas. Metode ini
menggunakan konduksi pada benda-benda yang disterilisasi.Panas
diserap oleh permukaan luar dan akhirnya bagian dalam menjadi
panas.Panas kering menembus secara lambat dan tidak merata,
sehingga diperlukan waktu pajanan yang lama.Sering diperlukan
pajanan waktu 4-6 jam atau lebih tergantung pada jumlah alat yang di
sterilisasi dan packingan.
Walupun metode sterilsasi ini sudah tidak di anjurkan, tetapi metode
ini masih digunakan untuk kasus isolasi. Jika temperature melebihi
yang ditetapkan, maka akan resiko terjadi korosif dan beresiko
kehilangan elastisitas dan alat. Stenilisasi ini tidak cocok untuk alat dan
bahan plastik.
4) Uap air panas bertekanan ( Autoclave)
b. Bahan Kimia(chemical)
1) Gas Etilen Oksida ( EO)
Etilen Oksida (EO) adalah gas tidak berbau dan tidak berwarna pada
suhu kamar serta dapat dicampur dengan air dan banyak pelarut
organik.Gas etilen okside bekerja menggantikan atom- atom hidrogen
dengan gugus hidroksil, menghambat gugus-gugus aktif yang
diperlukan untuk reaksi metabolik.
Laju sterilisasi EO dipengaruhi oleh konsentrasi gas dan kelembaban
relatif serta waktu kontak dan suhu.Semakin tinggi suhu semakin
singkat waktu pajanan yang diperlukan.Agar sterilisasi EO efektif
diperlukan kelembaban relatif paling sedikit 35% dan tidak lebih dari
85%.Kelembaban diperlukan agar gas dapat menembus dinding atau
membran sel mikroba.Penggunaan waktu yang tepat selalu
konsultasikan dengan pabrik pembuatnya dan lihat instruksi yang telah
dianjurkan.
2) Hydrogen Peroxide
Hydrogen perokside bersifat bakterisid, virusid, sporisid
fungisid.Kurang diterimanya zat ini secara luas karena menginfiltrasi
kulit dan ketidakstabilannya dalam penyimpanan jangka panjang.Uap
hidrogen peroksida terbukti cepat mematikan spora. Proses ini telah
tersedia dipasaran dan digunakan untuk mensterilkan peralatan
laboratorium dan farmasi.
3) Asam Parasetat
Asam parasetat dalah campuran asam asetat, hidrogen peroksida dan
air.Zat mi dapat bersifat korosif jika melebihi waktu yang telah
ditentukan.Sterilisasi mi berlangsung 20-3- menut dengan suhu 5 1-56
°c.Sterilisasi mi cocok untuk alatalat kritis dan semikritis, mahal,
bervolume tinggi.Karena bentuknya yang cair maka sterilan dapat Iebih
mudah diarahkan dibandingkan dengan gas dan dapatmenghambat
terjadinya korosif.Kelemahan metode mi adalah tidak adanya sistem
indikator biologis yang handal dan menimbulkan kesulitan dalam
kontrol kualitas.
4) Gas Plasma
suatu sterilsator baru yang menggunakan teknologi plasma gas dan
telah disetujui penggunaannya pada tahun 1994. Sistem sterilisasi mi
mengkombinasikan gelombang radio dengan hidrogen perokside untuk
menciptakan plasma dengan suhu rendah yang berinteraksi dan
menghancurkan mikroorganisme, termasuk spora bakteri yang
resisten.Metode ini dirancang untuk instrumen seperti optik, peralatan
endoscopy, powertools, bedah mikro yang peka terhadap panas dan
kelembaban. Proses mi jauh lebih aman bagi petugas dibandingkan
metode sebelumnya, karena proses sterilisasi ini tidak memiliki bahaya
toksik atau karsinogenikseperti pada £0. Waktu pajanan hanya
memerlukan waktu sekitar 1 jam.
c.Sterilisasi Kilat
Sterilisasi kilat adalah proses sterilisasi benda secara cepat tanpa
pembungkusan. Kurrang tepat jika ada anggapan bahwa sterilisasi kilat
kurang efektif dibandingkan sterilisasi dengan pembungkusan; namun
terdapat masalah pada sterilan kilat
yang menyebabkan caraini tidak digunakan secara rutin.
Sterilisasi kilat dapat dilakukan di sterilisator pravakum atau
sterilisator pemindahan gaya berat. Sebagian sterilisator yang
digunakan di rumah sakit adalah steriisator pravakum. Sterilisasi kilat
bekerja persis seperti unit lain, perbedaan terletak pada waktu
pajanan. Karena tidak ada kernasan yang harus ditembus maka waktu
pajanan lebih singkat. Selain itu sterilisasi ini tidak memiliki waktu
pengeringan, sehingga bahan keluar dan mesin dalam keadaan panas
dan basah Sikius sterilisasi singkat adalah 3-10 menit (tergantung dari
benda yang di steril ) 132°C. Benda yang disteril kilat harus segera
digunakan, jangan disimpan dan dipakai kemudian.
PEMANTAUAN STERILISASI
a. Pemantauan Fisik
Pemantauan fisik berbeda dengan siklus EQ dan uap.Untuk uap, semua parameter
penting (waktu, suhu, tekanan) dapat dipantau.untuk EO hanya waktu dan suhu yang
dapat diukur. Konsentrasi gas dapat dihitung dan tekanan, tapi kelembaban relatif
tidak diukur.Dengan demikian, EQ tidak mudah dipantau dan luar sterilisator.Dan
memerlukan pemantauan biologis lebih sering.
b. Pemantauan kimiawi
Pita indikator sterilisasi jangan dianggap sebagaf pemantau persyaratan waktu dan
suhu untuk stenilasi uap atau pajanan EO. Namun alat mi menunjukkan pajanan
panas atau EO.
INDIKATOR BIOLOGIS
Spora dua mikroorganisme secara rutin digunakan sebagai indikator
biologis, Bacillus stearothermophilus untuk proses uap dan bacillus subtilis ‘1 var.
Niger untuk sterilisasi EQ dan panas kering. Spora-spora mi sulit
dimatikanoleh proses-proses tersebut.
Penyimpanan indikator biologis harus dalam kondisi ruangan normal (suhu sekitar
21 oC dan kelembaban relatif 50%) serta jauh dan uap EO. Setelah beban di sterilkan,
vial dibiarkan mendingin paling tidak selama 10 menit dan kemudian dipecahkan
atau dicekungkan tutupnya, sesuai petunjuk pabnik Vial yang telah diaktifkan
diinkubasikan dengan kontrol tanpa otoklaf selama 48 jam. Indikator sterilisasi kilat
diinkubasikan selama 24 jam.
Indikator self-contained yang positifjangan di sub kultur secara rutin, karena resiko
pencemaran. Apabila hal ml memang harus dilakukan, maka harus dugunakan teknik
yang benar-benar steril.Suhu inkubator sebaiknya juga dipantau secara rutin serta
mempersiapkan inkubator cadangan seandainya terjadi malfungsi.
Pemakai harus mengetahui lima kelemahan indikator biologis yaitu hasil yang
lambat,masalah pengambilan sample statistik, hasil positif palsu, tidak adanya
standarisasi dan preparat spora yang tersedia di pasaran, dan ketidakstabilan waktu
penyimpanan. Kecuali indikator biologis yang dapat dibaca dalam 1 jam, hash
indikator biologis baru dapat dibaca setelah 24 jam. Karena pertukaran yang cepat,
maka sebagian rumah sakit memilih untuk tidak mengarantina semua benda sebelum
ditemukan hasil yang negatif.
Badan akreditasi JCAHO mengharuskan bahwa benda yang ditanam di dalam tubuh
(Implantable) jangan digunakan sampai hasil diketahui negatif.
6. Bagian pemeliharaan harus segera diberi tahu untuk melakukan perbaikan dan
untuk melaksanakan pemeriksaan visual dan sterilisator.
7. Catatan mengenai semua penarikan kembali harus disimpan, termasuk tanggal,
operator, kemungkinan masalah, benda yang terlibat, indikator, laporan perbaikan,
dan hasil.
: BAB III
INSTRUMENTASI TEKNIK
Umur : 38th
No. Rm : 12771XXX
Tindakan : SC
3.1.1Pengertian
Section caesaria
Adesiolisis
Kurangnya jaringan Bekas luka
Pemasangan
pengetahuan insisi
plat diatermi
abdomen.
3.1.5 Persiapan
a. Pasien
Hand over
Operator : dr. O
Anestesi : dr.A
Perawat anestesi :N
Perawat instrument :F
b. Persiapan lingkungan
Tempat X-ray
Infarm warmer
Aquabidest
Hypafik
Gunting Verban
Underpad
2. Alat Steril
Linen set
Umbilical klem
Mess no. 20
Spuit 10 cc
Senur diatermi.
Handel lampu.
Underpad steril
waslap
Benang : Benang
Absorbable : T – Mono no. 1 dan 3/0
Cat gut plain no.1 dan 2/0
T – Vio no. 1
Desinfeksi klem 4
Doek klem 5
Pincet anatomis 2
Pincet chirurgie 2
Kockher klem 2
Langen back 1
Gunting metzemboum 1
Gunting benang 1
Gunting preparasi 1
Nald voelder 2
Canul suction 1
Ring tang 2
Mikulik 4
3. Alat penunjang :
Mesin diatermi
Mesin suction
Plat diatermi
4 Cara kerja
a. Scrubbing
ujung jari sampai 5cm diatas siku (posisi tangan lebih tinggi dari siku )
Bilas dengan air mengalir Bersihkan kuku dengan alat pengumpil kuku
Gosokkan spon secara memutar dari ujung jari sampai setengah lengan, begitu
b. Gowning
Linen set dibuka oleh perawat sirkuler
Ambil baju operasi dengan teknik aseptic, yaitu memegang sisi dalam dan
menyusuri lengan, serta mempertahankan tali agar tidak jatuh ( posisi tetap
Bungkus tali ikat pinggang bagian belakang dengan bungkus handscoon, lalu
berikan pada sirkuler, kemudian bergerak memutar ke kanan dan tali ikat
Pakai handscoon steril dengan teknik tertutup, yaitu dengan cara tangan
tertutup lengan baju, sejajarkan ibu jari dengan ibu jari handscoon, jepit dengan
ibu jari dan tarik bagian lengan handscoon. Kemudian rapikan posisi jari dan
d. Drapping
Perawat instrument memberikan ujung duk besar kanan dan kiri secara
memanjang dengan memegang 2 ujung sisi bagian bawah untuk drapping bagian
bawah
Pasang underpad steril sebelum duk besar dibentuk lipatan ( untuk sisi kanan
Berikan 2 ujung duk besar kanan dan 2 ujung kiri kepada operator dan asisten
Kemudian beri 5 duk kecil dan 4 duk klem ( untuk samping kanan kiri dan atas
e. Tahap kerja
Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povido iodine
Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povidon iodine 10%
Antisepsis dilakukan dari arah dalam keluar, sampai batas atas papilla mammae
dan bawah sampai 1/3 bagian atas ekstremitas bawah, terakhir pada area
Pasang senur diatermi dan selang suction (fiksasi dengan duk klem)
Pasang tipcleaner
Jam : 08.30
Tanggal operasi : 26 agustus 2019
Operator : dr. w
Anestesi : dr. A
Perawat anestesi :N
Perawat instrument :F
Beri kassa basah dan kering untuk membersihkan sisa cairan antisepsis
Perdalam insisi dengan cirurgi dan mess/ senur diatermi sampai lapisan fat
Beri pinset cirurgi dan gunting preparasi untuk insisi lapisan peritoneum,
Saat uterus terlihat, jauhkan alat dan kassa yang tidak digunakan
jaringan vaskuler
Beri mess 20 untuk insisi uterus (area fundus) ,perdalam dengan krom klem,
Beri pinset cirurgi untuk membuka selaput korion, dan dperlebar secara tumpul
plasenta
Observasi perdarahan
dari sudut kanan sampai sudut kiri dan ujung benang di jepit dg pean
klem,retroperianal di jahit dg benang plain no. 0 di jahit secara faston dari kanan
ke kiri
Operasi selasai
Jam : 10.00
Beri pinset anatomis dan dan heating dengan plain 1, dilanjutkan sampai lapisan
otot
Beri double kokcer, pinset cirurgi dan heating facia dengan T-vio 1
Bersihkan luka operasi dengan kassa basah dari arah dalam keluar
transparan dressing
Sign out :
Jam :10.15
Tindakan : SC
pasien
3.1.5 Proses Perawatan Alat Dan Sterilisasi
mengalir
keringkan
Umur : 41 th
No. Rm : 12749XXX
Tindakan :TVH
3.2.1Pengertian
vagina dan menjahit dinding anterior dan posterior dari vagina yang terbuka
3.2.2 Anatomy
3.2.3 Patofisiologi
Persalinan Persalinan dg Usia lanjut
terlalu sering penyulit
Prolap uteri
Pembedahan
TVH
Pre operatif
Intra operatif
3.2.5 Persiapan
a.Pasien
Hand over
Jam :11.30
Operator : dr. Z
Anestesi : dr.A
Perawat anestesi :N
Perawat instrument :F
Mengatur posisi pasien untuk dilakukan induksi CSEA (lateral)
b.Persiapan lingkungan
Tempat X-ray
Aquabidest
Gunting Verban
Underpad
2. Alat Steril
Linen set
Mess no. 15
Spuit 10 cc
Senur diatermi.
Handel lampu.
Underpad steril
waslap
Benang : Benang
Absorbable : T – Vio no.2-0
T-Vio no.3-0
Desinfeksi klem 2
Doek klem 5
Pincet anatomis 2
Pincet chirurgie 1
Gunting metzembum 1
Gunting benang 1
Gunting preparasi 1
Nald voelder 2
Canul suction 1
Elis klem 4
Togel tang 1
Sonde klem 2
Klem kuat 2
Speculum 2
Catheter logam 1
4.Alat penunjang :
Mesin diatermi
Mesin suction
Plat diatermi
4 Cara kerja
a. Scrubbing
ujung jari sampai 5cm diatas siku (posisi tangan lebih tinggi dari siku )
Bilas dengan air mengalir Bersihkan kuku dengan alat pengumpil kuku
Gosokkan spon secara memutar dari ujung jari sampai setengah lengan, begitu
b. Gowning
Ambil baju operasi dengan teknik aseptic, yaitu memegang sisi dalam dan
menyusuri lengan, serta mempertahankan tali agar tidak jatuh ( posisi tetap
berikan pada sirkuler, kemudian bergerak memutar ke kanan dan tali ikat
Pakai handscoon steril dengan teknik tertutup, yaitu dengan cara tangan
tertutup lengan baju, sejajarkan ibu jari dengan ibu jari handscoon, jepit dengan
ibu jari dan tarik bagian lengan handscoon. Kemudian rapikan posisi jari dan
b. Drapping
Perawat instrument memasang underped steril yang di lapisi dengan doek kecil
Memasang 2 doek besar secara memanjang dan menyilang yaitu ujung doek
yang bawah ke kaki kiri pasien dan ujung doek yang atas kebagian kanan pasien
begitu sebaliknya
Bagian bawah anus di tutup dengan doek kecil dan di fiksasi dengan doek klem
c. Tahap kerja
Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povido iodine
Kemudian berikan cateter yang sudah terpasang urobag dan spuilt 10cc
Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povidon iodine 10%
Antisepsis dilakukan dari simpisi pubis sampai 1/3 bagian atas ekstrimitas
bwah dan terakhir bagian genetalia interna dan externa di lakukan sampai 3X
Pasang senur diatermi dan selang suction (fiksasi dengan duk klem)
Pasang tipcleaner
Jam : 11..59
Operator : dr. Z
Anestesi : dr. A
Perawat anestesi :N
Perawat instrument :F
Beri kassa basah dan kering untuk membersihkan sisa cairan antisepsis
Berikan catheter logam yang sudah diberi jelly dan bengkok untuk
Berikan togel tang untuk menjepit partio lalu berikan sonde untuk mengukur
kedalaman uterus
Berikan spuit 10 cc yang sudah diisi dengan aquadest untuk dilakukan infiltrasi
Berikan mess 15 untuk insisi tranversal melalui mukosa posterior cervix sampai
fornix posterior vagina lalu di jepit dg elis kemudian di pisahakan dg jariyg sidah
Berikan klem kuat untuk menjepit ligamentum utero sacral kanan dan kiri lalu di
Tindakan : TVH
Cek kelengkapan instrument kembali sebelum dilakukan proses pembersihan
pasien
keringkan
Umur : 38 th
No. Rm : 1276XXX
3.3.1 Pengertian
Suatu cara melakukan instrumentasi untuk melahirkan janin melalui suatu insisi
pada diding perut dan dinding rahim dan teknik kontrasepsi dengan memotong/
mengikat saluran tuba falopi
3.3.2 Anatomy
3.3.3 .Patofisiologi
Usia ibu
Multiparitas, Post op sc Kelainan rahim
saat kehamilan
gemeli
PPT akreta
Section caesaria
Adesiolisis
Kurangnya jaringan Bekas luka
Pemasangan
pengetahuan insisi
plat diatermi
abdomen.
3.3.5 Persiapan
a. Pasien
Hand over
Jam :07.45
Operator : dr. P
Anestesi : dr.A
Perawat anestesi :L
Perawat instrument :F
Mengatur posisi pasien untuk dilakukan induksi CSEA (lateral)
b. Persiapan lingkungan
Tempat X-ray
Infarm warmer
Aquabidest
Hypafik
Gunting Verban
Underpad
4. Alat Steril
Linen set
Umbilical klem
Mess no. 20
Spuit 10 cc
Senur diatermi.
Handel lampu.
Underpad steril
waslap
Benang : Non absorbable : silk USP 0
Desinfeksi klem 4
Doek klem 5
Pincet anatomis 2
Pincet chirurgie 2
Kockher klem 2
Langen back 1
Gunting metzemboum 1
Gunting benang 1
Gunting preparasi 1
Nald voelder 2
Canul suction 1
Ring tang 2
Mikulik 4
6. Set tambahan :
Ellis 2
Babcock 2
Blass speculum 2
Reightangel 1
7. Alat penunjang :
Mesin diatermi
Mesin suction
Plat diatermi
4. Cara kerja
a. Scrubbing
ujung jari sampai 5cm diatas siku (posisi tangan lebih tinggi dari siku )
Bilas dengan air mengalir Bersihkan kuku dengan alat pengumpil kuku
Gosokkan spon secara memutar dari ujung jari sampai setengah lengan, begitu
Ambil baju operasi dengan teknik aseptic, yaitu memegang sisi dalam dan
menyusuri lengan, serta mempertahankan tali agar tidak jatuh ( posisi tetap
Bungkus tali ikat pinggang bagian belakang dengan bungkus handscoon, lalu
berikan pada sirkuler, kemudian bergerak memutar ke kanan dan tali ikat
c. Gloving
Pakai handscoon steril dengan teknik tertutup, yaitu dengan cara tangan
tertutup lengan baju, sejajarkan ibu jari dengan ibu jari handscoon, jepit dengan
ibu jari dan tarik bagian lengan handscoon. Kemudian rapikan posisi jari dan
Perawat instrument memberikan ujung duk besar kanan dan kiri secara
memanjang dengan memegang 2 ujung sisi bagian bawah untuk drapping bagian
bawah
Pasang underpad steril sebelum duk besar dibentuk lipatan ( untuk sisi kanan
Berikan 2 ujung duk besar kanan dan 2ujung kiri kepada operator dan asisten
Kemudian beri 5 duk kecil dan 4 duk klem ( untuk samping kanan kiri dan atas
e. Tahap kerja
Pasang cateter secara steril ( dilakukan sebelum drapping ) :
Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povido iodine
Kemudian berikan cateter yang sudah terpasang urobag dan spuilt 10cc
Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povidon iodine 10%
Antisepsis dilakukan dari arah dalam keluar, sampai batas atas papilla mammae
dan bawah sampai 1/3 bagian atas ekstremitas bawah, terakhir pada area
Pasang tipcleaner
Jam : 08.00
Operator : dr. P
Anestesi : dr. A
Perawat anestesi :L
Perawat instrument :F
Beri kassa basah dan kering untuk membersihkan sisa cairan antisepsis
Perdalam insisi dengan cirurgi dan mess/ senur diatermi sampai lapisan fat
Beri pinset cirurgi dan gunting preparasi untuk insisi lapisan peritoneum,
Saat uterus terlihat, jauhkan alat dan kassa yang tidak digunakan
jaringan vaskuler
Beri mess 20 untuk insisi uterus (area fundus) ,perdalam dengan krom klem,
Beri pinset cirurgi untuk membuka selaput korion, dan dperlebar secara tumpul
Beri umbilical klem, krom dan potong dengan gunting preparasi umbilkal
Heating T-mono 1 pada sekitar jaringan adesif ( pada area yang ditinggal )
Berikan mess 20 untuk insisi sekitar jaringan adesif antara plasenta dan uterus
Plasenta diangkat
Observasi perdarahan
Operasi selasai
Jam : 11.30
Pastikan alat dan bahan habis pakai lengkap
Beri pinset anatomis dan dan heating dengan plain 1, dilanjutkan sampai lapisan
otot
Beri double kokcer, pinset cirurgi dan heating facia dengan vicryl 1
Bersihkan luka operasi dengan kassa basah dari arah dalam keluar
transparan dressing
Sign out :
Jam :15.10
Tindakan : SC + steril
keringkan
3.4.1 DEFINISI
3.4.2 ANATOMY
Gambar Anatomy
3.4.3 PATOFISIOLOGI
Tumor Primer
Zat-zat
karsinogenetik
Infiltrasi ke jaringan sekitar
Pembedahan
Adesiolisis
Kurangnya jaringan Bekas luka
Pemasangan
pengetahuan insisi
plat diatermi
3.4.5 Persiapan
a.Pasien
Hand over
Operator : dr. Y
Anestesi : dr.M
Perawat anestesi :N
Perawat instrument :F
b.Persiapan lingkungan
Tempat X-ray
Infarm warmer
Aquabidest
Hypafik
Gunting Verban
Underpad
2. Alat Steril
Linen set
Umbilical klem
Mess no. 20
Spuit 10 cc
Senur diatermi.
Handel lampu.
Underpad steril
waslap
Benang : Benang
Absorbable : T – Mono no. 1 dan 3/0
Cat gut plain no.1 dan 2/0
T – Vio no. 1
Cromic no.1
Non absorbable: side no 0
Desinfeksi klem 4
Doek klem 5
Pincet anatomis 2
Pincet chirurgie 2
Kockher klem 2
Langen back 1
Gunting metzemboum 1
Gunting benang 1
Gunting preparasi 1
Nald voelder 2
Canul suction 1
Ring tang 2
Mikulik 4
4.Alat penunjang :
Mesin diatermi
Mesin suction
Plat diatermi
3 Cara kerja
a. Scrubbing
ujung jari sampai 5cm diatas siku (posisi tangan lebih tinggi dari siku )
Bilas dengan air mengalir Bersihkan kuku dengan alat pengumpil kuku
Gosokkan spon secara memutar dari ujung jari sampai setengah lengan, begitu
Ambil baju operasi dengan teknik aseptic, yaitu memegang sisi dalam dan
menyusuri lengan, serta mempertahankan tali agar tidak jatuh ( posisi tetap
Bungkus tali ikat pinggang bagian belakang dengan bungkus handscoon, lalu
berikan pada sirkuler, kemudian bergerak memutar ke kanan dan tali ikat
Pakai handscoon steril dengan teknik tertutup, yaitu dengan cara tangan
tertutup lengan baju, sejajarkan ibu jari dengan ibu jari handscoon, jepit dengan
ibu jari dan tarik bagian lengan handscoon. Kemudian rapikan posisi jari dan
f. Drapping
Perawat instrument memberikan ujung duk besar kanan dan kiri secara
memanjang dengan memegang 2 ujung sisi bagian bawah untuk drapping bagian
bawah
Pasang underpad steril sebelum duk besar dibentuk lipatan ( untuk sisi kanan
Berikan 2 ujung duk besar kanan dan 2 ujung kiri kepada operator dan asisten
Kemudian beri 5 duk kecil dan 4 duk klem ( untuk samping kanan kiri dan atas
g. Tahap kerja
Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povido iodine
Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povidon iodine 10%
Antisepsis dilakukan dari arah dalam keluar, sampai batas atas papilla mammae
dan bawah sampai 1/3 bagian atas ekstremitas bawah, terakhir pada area
Pasang senur diatermi dan selang suction (fiksasi dengan duk klem)
Pasang tipcleaner
Operator : dr. Y
Anestesi : dr. A
Perawat anestesi :N
Perawat instrument :F
Beri kassa basah dan kering untuk membersihkan sisa cairan antisepsis
Perdalam insisi dengan cirurgi dan mess/ senur diatermi sampai lapisan fat
Beri pinset cirurgi dan gunting preparasi untuk insisi lapisan peritoneum
Opeator melakukan eksplorasi pada cavum abdomen dan di dapatkan
pengerasan uterus
Berikan operator double crom klem untuk melakukan omnektmi
Berikan operator gunting unuk memotong omentum dan di jahit dengan
benang side no 0 dan berikan gunting benang pada asisten
Berikan operator pean klem dan stell depp dan berikan senur diatermi untuk
merawat perdarahan
Berikan air aqua steril untuk mencuci cavum abdomen,berikan operator kasa
di jepit dengan stel dep (sleber),berikan asisten selang suction
Ingatkan operator untuk mengecek perdarahan dan alat-alat instrument serta
Operasi selasai
Jam : 11.00
otot
Beri double kokcer, pinset cirurgi dan heating facia dengan T-vio 1
Bersihkan luka operasi dengan kassa basah dari arah dalam keluar
transparan dressing
Sign out :
Jam :11.15
pasien
keringkan
3.5.1 DEFINISI
Suatu tehnik instrument untuk pembedahan dengan melakukan insisi
pada dinding abdomen untuk eksplorasi dan mengetahui sejauh mana
perluasan suatu kanker ovarium dengan melakukan evaluasi daerah- daerah
yang potensi akan di kenai perlusan/penyebaran kanker ovar ium
3.5.2 CARA KERJA
1. Persiapan lingkungan
Ruang OK sudah siap
Ruang scrub airnya lancar
Dokter anestesi dan dokter bedah sudah sia
Aliran listrik di kamar operasi tidak trouble
Mesin diatermi
Mesin suction
Lampu operasi
Meja operasi
Meja mayo
Meja linen dan instrumen
Standart infus
Tempat baca X-Ray
Tempat sampah medis, non medis dan benda tajam
2. Persiapan pasien
Linen set
Linen besar
Linen kecil
Gaun operasi
Sarung meja mayo
Kassa dan deppers
Senar diatermi
Selang suction
Underpad steril
Bengkok steril.
Larutan desinfektan
Cucing besar berisi cairan aquabidest dan cucing kecil berisi cairan
betadine 10%
Mess no. 20
Non absorbable : silk 1,0,2/0
Absorbel : vicryl no 1
Catgut plain no 1
Monosyn no 0,4/0
Catgut chromic no. 1
Handscoen steril sesuai kebutuhan
Underped steril
Jarum ½ lingkaran round dan cutting
Foley kateter no 14
Urobag
c. Set dasar
Desinfeksi klem :2
Doek klem :5
Hand vat mass panjang no. 3 ;1
Pincet chirurgie :2
Pincet anatomis :2
Arteri klem :2
Kocher klem :2
Gunting preparasi :1
Gunting metzemboum :1
Gunting benang :1
Nald vouder :2
Ring tangle :1
Elis klem :1
Wound hag gigi tajam/tumpul : 2/1
Timan :2
Tounge spatel :1
Miculix :4
Blas speculum :1
Fesel tip :1
d. Set tambahan
Ring tang :2
Abdominal retractor :1
Trochart :1
4. Teknik instrumentasi
a. Scrubbing
1. Buka waslap steril pada tempatnya
2. Buka sikat, spon dan pembersih kuku pada tempatnya
3. Basahi tangan dan lenngan sampai dengan 5 cm diatas siku di bawah
air mengalir
4. Ambil cairan antiseptik yang mengandung Clorhexidin 4% di telapak
tangan
5. Gosokan telapak tangan kanan dan kiri
6. Gosok pungkung tangan kanan dan kiri
7. Gosok telapak tangan kanan dan kiri dengan jari disilangkan
8. Gosokkan punggung jari kanan dan kiri dengan cara gerakan
mengunci
9. Putar dan gosokkan jempol sampai kelingking tangan kanan dan kiri
10. Putar dan gosok ujung ujung jari tangan dan kiri
11. Gosok pergelangan tangan kanan dan kiri sampai dengan 5 cm diatas
siku dengan cara gerakan memutar
12. Bilas dengan air mengalir dari ujung jari hingga 5 cm diatas siku
sampai bersih
13. Bersihkan kuku dengan menggunakan pengumpil kuku untuk
membersihkan kotoran di sela kuku di bawah air mengalir
14. Ambilah sikat dan bersihkan ujung kuku kanan dan kiri dengan
bagian sikat yang kasar
15. Sikat telapak tangan dan pungung tangan serta jari jari dengan 4
bagian dengan meggunakan bagian sikat yang halus / spon yang
mengandung Clorhexidin 4%
16. Mengosok hingga setengah bagian lengan kanan dan kiri dengan
menggunakan spon
17. Dilanjutkan menggosok hingga bagian siku lengan kanan dan kiri
18. Bilas dengan air mengalir dari ujung jari hingga 5 cm diatas siku
sampai bersih
19. Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai ke siku, untuk
mencegah kontaminasi
20. Pertahankan posisi tangan agar lebih tinggi dari siku
21. Matikan kran dengan siku atau kaki jika tidsk mnggunakan kran
otomatis
22. Pertahankan posisi tangan saat menuju kamar operasi
23. Gunakan punggung untuk membuka kamar bedah, jika tidak tersedia
pintu otomatis
Scrubbing
Gowning
1. Buka bungkusan steril yang berisi baju steril oleh perawat sirkuler
2. Ambil baju steril secara aseptic yaitu pegang baju pada garis leher
bagian dalam menggunakan tengan kiri dan posisi tanagn kakan
tetap setinggi bahu, perhatikan jarak anatar badan dan meja linen
( 30 cm )
3. Buka lipatan baju dengan cara melepaskan bagian yang terjepit
tangan dan jangan sampai terkontaminasi
4. Tangan kiri tetap memegang bagian leher baju kanan dan
masukkan tangan kanan ke lunang baju kanan, diikuti dengan
tangan kiri dimasukkan ke tangan kiri
5. Perawat sirkulasi berdiri di belakangnya untuk membantu
mengikat tali baju dengan menarik bagian belakang leher baju
6. Buka tali ikat pnggang, berikan salah satu ujung tali tersebut pada
perawat sirkulasi dengan cara salah satu tali dibungkus dengan
menggunakan kertas bekas hanscoon lalu diberikan ke perawat
sirkuler lalu perawat instrumen memutar badan kemudian
mengambil tali dari perawat sirkuler lalu diikatkan diperut. Saat
memutar jangan sampai terjadi kontaminasi
Gowning
Gloving
a. Dengan tangan tertutup baju operasi, ambil sarung tanagn pertama
dari kemasannya, jangan biarkan tangan keluar dari manset baju
operasi
b. Lekakkan sarung tangan pada lengan baju dan ibu jari sarung tangan
pada ibu jari tangan dengan jari – jari menunjuk ke arah sku
c. Pegang bagian bawah manset dengan jari – jari tangan yang
terlindung dari tangan yang akan dipakaikan sarung tangan
d. Pegang bagaian atas manset dengan tangan lainnya, yang juga
terbungkus baju operasi
e. Naikkan manset bagian atas diatas manset baju operasi dari tangan
yang akan dipakaikan sarung tangan
f. Pegang manset sarung tangan dan manset jas bersamaan dan
masukkan jari – jari ke dalam sarung tangan dan atur letaknya
g. Untuk memakai sarung tangan kedua ulangi cara ke 1 sampai ke 6
Gloving
b. Antisepsis area pembedahan
c. Drapping
- Drapping
d. Time out
Operator melakukan time out dengan menyebutkan nama, umur dan
jenis kelamin pasien, tgl operasi, diagnosa dan tindakan pembedahan
yang akan dilakukan, lalu saling memperkenalkan diri dengan
menyebutkan nama operator, asisten 1 dan asisten 2, dr. Anestesi, dan
instrumen. Sebelum melakukan pembedahan dilakukan doa bersama
e. Tahapan operasi
Perawat instrumen memberikan pada operator pincet chirrugie,
mess no. 20 untuk insisi mulai kulit dari garis tengah dimulai dari
atas simfisis pubis sampai dengan atas umbillicus kurang lebih 5
cm. lemak sub cutis, berikan arteri clem pada operator dan senur
diathermi kepada asisten untuk merawat perdarahan, diperlebar
dengan haak tajam sampai dengan fasia.
Setelah ketemu fasia perawat memberikan koker dua untuk
menarik fasia dan memberikan gunting preparasiuntuk memotong
fasia.
Perawat instrumen memberikan doubel pinset chirurgi kepada
asisten dan operator, gunting metzembum untuk
memotongperitoneum.
Operator melakukan eksplorasi di dapatkan kista ovarium ukuran
30x40. Kemudian di lakukan pungsi dengan trochat yang
sebelumnya di tegel dengan jahit silk no. 2/0 jarum cutting. Dan
operator di berikan mess 20 untuk insisi kista.
Berikan double krom klem untuk menjepit tuba, operator di
berikan gunting preparasi untuk melakukan kistectomie.dan
benang cromic no. 1 untuk jaringan yang di tinggal.
Operator membuat tunnel avascular, berikan krom klem untuk
jepit ligamentum invidibulum pelvicum dan dipotong dan di jahit
dengan silk no. 0 kanan dan kiri.
Berikan kocher untuk kontra klem lalu di potong dan dijahit
dengan silk no. 1
Berikan gunting metzembum dan pinset chirurgis pada operator
untuk membuat blader flap, untuk membuka plika vesica urinaria.
Berikan steel deppers untuk memisahkan plika vesica urinaria.
Berikan double krom untuk menjepit broad ligamenntum bagian
bawah, operator diberikan gunting preparasi dan jahit catgut
kromik no. 1 benang di potong sampai uterus setinggi fornix (1/3
vagina).
Berikan operator mess atau cutting diatermie untuk memotong
uterus dan berikan 4 kocher untuk menjepit sudut vagina kanan
kiri serta bagian depan dan belakang.
Berikan operator benang monosyn no. 1 untuk menjahit stom
secara jelujur feston.
Ureter di identifikasi dan di pisahkan dengan arteri. Semua
kelenjar getah bening di sekitar pembuluh darah.
Berikan krom klem untuk menjepit fasa uterina kanan dan kiri
dengan gunting metzebum dan di jahit dengan silk no. 0,
pemisahan vasa uterina sampai ke bawah di atas vagina kanan kiri.
Berikan ring tang untuk mengambil kelenjar getah bening pelvis
kanan kiri
Berikan krom klem untuk menjepit ligamentum sakro uterine di
potong dengan gunting preparasi di jahit dengan silk no. 0, uterus
di potong setinggi 1/3 proxima vagina.
Berikan catgut cromic no. 1 ( jarum cutting ½ lingkaran untuk
menjahit sudut kanan kiri ), monosyn no. 1 untuk jahit stom vagina
secara jelujur festoon.
Berikan pinset anatomi dan senar diatermi untuk perdarahan
Berikan benang silk no. 3/0 jarum round untuk menjahit
retroperitonium.
Berikan krom klem untuk menjepit ligamentum sakro uterine di
potong dengan gunting preparasi di jahit dengan silk no. 0, uterus
di potong setinggi 1/3 proxima vagina.
Berikan catgut cromic no. 1 ( jarum cutting ½ lingkaran untuk
menjahit sudut kanan kiri ), monosyn no. 1 untuk jahit stom vagina
secara jelujur festoon.
Berikan ringt angle untuk menjepit kelenjar getah bening pelvic
kanan dan kiri para kolica kanan kiri, dan prevesica.
Berikan pinset anatomi dan senar diatermi untukrawat
perdarahan.
Berikan double krom klem untuk menjepit omentum,operator
diberikan gunting preparasi untuk memotong omentum dan
benang jahit silk no. 2/0 jarum round.
Berikan cairan aqua steril untuk mencuci cavum abdomen dan
operator di berikan kasa di jepit dengan ring tang dan asisten
operator di berikan selang suction.
Berikan 2 buah kocher klem pada operator untuk menjepit fasia
atas bawah.
Luka operasi di tutup.
1. Berikan benang monosyn no. 1 untuk jahit fasia.
f. Sign out
Menghitung kembali jumlah pemakaian kasa, deppers dan
menghitung jumlah alat yang dipakai
g. Dressing dan pembersihan pasien.
Luka operasi di bersihkan dengan kasa steril dan fixasi dengan
opsite.
Pasien dibersihkan dari sisa-sisa darah dan betadine
3.7.6 PROSES PERAWATAN ALAT DAN STERILISASI
1. Insrumen dibersihkan dengan air mengalir
2. Alat-alat instrumen setelah bersih dari sisa darah direndam
menggunakan larutan enzim 0,5% dalam waktu 10 – 15 meni
3. Lalu dibersihkan menggunakan sikat halus dibawah air mengalir
4. Setelah bersih alat dilap menggunakan kain halus dan dikeringkan
5. Setelah kering perawat instrumen menghitung kembali jumlah alat
instrumen lalu diset kemudian disterilkan ke CSSD
3.7.7 DOKUMENTASI ( Askep Preoperatif )
3.6 Instrumentasi Teknik TAH-BSO(Total Abdominal Histrektomi Bilateral Salphingo
Oovari )
Umur : 41 th
No. Rm : 12682XXX
3.6.1Pengertian
INTERNA
TAMPAK
ANTERIOR
3.6.3 Patofisiologi
reseptor
estrogen
Pre operatif
Pemasangan Adesiolisis
plat diatermi Bekas luka
jaringan
insisi
3.6.4 Tujuan
abdomen.
3.6.5 Persiapan
6. Pasien
Hand over
Operator : dr. O
Anestesi : dr.A
Perawat anestesi :N
Perawat instrument :F
Mengatur posisi pasien untuk dilakukan induksi CSEA (lateral)
7. Persiapan lingkungan
Tempat X-ray
Aquabidest
Hypafik
Gunting Verban
Underpad
8. Alat Steril
Linen set
Mess no. 20
Spuit 10 cc
Senur diatermi.
Handel lampu.
Underpad steril
waslap
Benang : Benang
Absorbable : T – Mono no. 1 dan 3/0
Cat gut plain no.1 dan 2/0
T – Vio no. 1
Desinfeksi klem 4
Doek klem 5
Pincet anatomis 2
Pincet chirurgie 2
Kockher klem 2
Langen back 1
Gunting metzemboum 1
Gunting benang 1
Gunting preparasi 1
Nald voelder 2
Canul suction 1
Ring tang 2
Mikulik 4
Mesin diatermi
Mesin suction
Plat diatermi
3 Cara kerja
a. Scrubbing
ujung jari sampai 5cm diatas siku (posisi tangan lebih tinggi dari siku )
Bilas dengan air mengalir Bersihkan kuku dengan alat pengumpil kuku
Gosokkan spon secara memutar dari ujung jari sampai setengah lengan, begitu
Ambil baju operasi dengan teknik aseptic, yaitu memegang sisi dalam dan
menyusuri lengan, serta mempertahankan tali agar tidak jatuh ( posisi tetap
Bungkus tali ikat pinggang bagian belakang dengan bungkus handscoon, lalu
berikan pada sirkuler, kemudian bergerak memutar ke kanan dan tali ikat
Pakai handscoon steril dengan teknik tertutup, yaitu dengan cara tangan
tertutup lengan baju, sejajarkan ibu jari dengan ibu jari handscoon, jepit dengan
ibu jari dan tarik bagian lengan handscoon. Kemudian rapikan posisi jari dan
9. Drapping
Perawat instrument memberikan ujung duk besar kanan dan kiri secara
memanjang dengan memegang 2 ujung sisi bagian bawah untuk drapping bagian
bawah
Pasang underpad steril sebelum duk besar dibentuk lipatan ( untuk sisi kanan
Berikan 2 ujung duk besar kanan dan 2 ujung kiri kepada operator dan asisten
Kemudian beri 5 duk kecil dan 4 duk klem ( untuk samping kanan kiri dan atas
Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povido iodine
Kemudian berikan cateter yang sudah terpasang urobag dan spuilt 10cc
Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povidon iodine 10%
Antisepsis dilakukan dari arah dalam keluar, sampai batas atas papilla mammae
dan bawah sampai 1/3 bagian atas ekstremitas bawah, terakhir pada area
Pasang senur diatermi dan selang suction (fiksasi dengan duk klem)
Pasang tipcleaner
Jam : 08.30
Operator : dr. Y
Anestesi : dr. M
Perawat anestesi :N
Perawat instrument :F
Beri kassa basah dan kering untuk membersihkan sisa cairan antisepsis
Berikan double kocher klem untuk menjepit fasia lalu berikan gunting
preparasi untuk memperpanjang irisan ke arah samping kanan dan kiri.
Setelah kelihatan peritoneum, operator dan asisten membuka peritoneum
dengan menggunakan double pincet chirurgi dan gunting preparasi. Irisan
diperpanjang secukupnya lalu jauhkan dari lapangan operasi alat-alat
instrumen yang pendek dan kasa lepas
Berikan darm gaas lembab untuk melindungi usus
Berikan double krom klem untuk menjepit ligamentum rotundum dan
ligamentum ovarium kanan dan kiri lalu digunting dengan gunting preparasi.
Berikan benang chromic no. 1 jarum round untuk menjahit jaringan yang
ditinggal dan benang siede no. 1 untuk menjahit jaringan yang kan diangkat
Berikan gunting preparasi ke operator untuk membuat bladder flap dengan
cara membuka plika vesika urinaria dengan sayatan dijepit dengan krom
klem. Dipisahkan kedua lateral dan disisihkan dengan deppers yang dijepit
dengan ring tang kemudian diletakkan 1 kasa lepas untuk melindungi blass
dalam pemsangan blass speculum
Berikan double krom lagi untuk klem ligament infedibulum dan potong
dengan gunting preparasi lali di ikat dg cromic no 1 unuk jaringan yg di
tinggal dan side no 0 dg untuk jaringan yang di angkat
Berikan double krom untuk diseksi ligament utero sacral sampai setinggi
fornik,klem dan potong dg gunting preparasi lalu jahit dengan cromik no 1
untuk jaringan yang di tinggal
Berikan handfat mess untuk insisi sekitar porsio jika sudah terlihat porsio
buka sayatan dengan krom klem
Beri doble krom klem besar untuk menjepit vagina kanan dan kiri potong
dengan gunting preparasi
Beri kan 4 kocher klem untuk traksi ujung kanan kiri dan muka belakang
stoma vagina
Berikan jahitan sudut stoma vagina dengan benang chromic no. 1 jarum
cutting. Ujung benang dijepit dengan pean klem. Stoma vagina dijahit dengan
benang Monosyn no 1 secara feston. Ujung benang dijepit dengan pean klem
Operasi selasai
Jam : 13.30
Beri pinset anatomis dan dan heating dengan plain 1, dilanjutkan sampai lapisan
otot
Beri double kokcer, pinset cirurgi dan heating facia dengan T-vio 1
Bersihkan luka operasi dengan kassa basah dari arah dalam keluar
Keringkan dengan kassa kering, lalu tutup luka operasi menggunakan
transparan dressing
Sign out :
Jam :14.15
pasien
keringkan
Umur : 50 th
No. Rm : 1276XXX
Tindakan : Debulking
3.7.1 Pengertian
Suatu cara melakukan instrumentasi pada operasi tumor sel telur atau ovarium
dengan cara pengambilan sebagian massa tumor untuk menegakan diagnosa
3.7.2 Anatomy
3.Patofisiologi
Tumor Ovarium
Menegakan diagnosa
pembedaha
Adesiolisis
Kurangnya jaringan Bekas luka
Pemasangan
pengetahuan insisi
plat diatermi
abdomen.
5 Persiapan
a. Pasien
Hand over
Jam :07.30
Operator : dr. P
Anestesi : dr.A
Perawat anestesi :L
Perawat instrument :F
Mengatur posisi pasien untuk dilakukan induksi CSEA (lateral)
b. Persiapan lingkungan
Tempat X-ray
Infarm warmer
Aquabidest
Hypafik
Gunting Verban
Underpad
Linen set
Mess no. 20
Spuit 10 cc
Senur diatermi.
Handel lampu.
Underpad steril
waslap
Benang : Non absorbable : silk USP 0
Desinfeksi klem 4
Doek klem 5
Pincet anatomis 2
Pincet chirurgie 2
Kockher klem 2
Langen back 1
Gunting metzemboum 1
Gunting benang 1
Gunting preparasi 1
Nald voelder 2
Canul suction 1
Ring tang 2
Mikulik 4
Ellis 2
Babcock 2
Blass speculum 2
Reightangel 1
Mesin diatermi
Mesin suction
Plat diatermi
6 Cara kerja
a. Scrubbing
ujung jari sampai 5cm diatas siku (posisi tangan lebih tinggi dari siku )
Bilas dengan air mengalir Bersihkan kuku dengan alat pengumpil kuku
Gosokkan spon secara memutar dari ujung jari sampai setengah lengan, begitu
Ambil baju operasi dengan teknik aseptic, yaitu memegang sisi dalam dan
menyusuri lengan, serta mempertahankan tali agar tidak jatuh ( posisi tetap
Bungkus tali ikat pinggang bagian belakang dengan bungkus handscoon, lalu
berikan pada sirkuler, kemudian bergerak memutar ke kanan dan tali ikat
Pakai handscoon steril dengan teknik tertutup, yaitu dengan cara tangan
tertutup lengan baju, sejajarkan ibu jari dengan ibu jari handscoon, jepit dengan
ibu jari dan tarik bagian lengan handscoon. Kemudian rapikan posisi jari dan
d. Drapping
Perawat instrument memberikan ujung duk besar kanan dan kiri secara
memanjang dengan memegang 2 ujung sisi bagian bawah untuk drapping bagian
bawah
Pasang underpad steril sebelum duk besar dibentuk lipatan ( untuk sisi kanan
Berikan 2 ujung duk besar kanan dan 2ujung kiri kepada operator dan asisten
Kemudian beri 5 duk kecil dan 4 duk klem ( untuk samping kanan kiri dan atas
Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povido iodine
Kemudian berikan cateter yang sudah terpasang urobag dan spuilt 10cc
Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povidon iodine 10%
Antisepsis dilakukan dari arah dalam keluar, sampai batas atas papilla mammae
dan bawah sampai 1/3 bagian atas ekstremitas bawah, terakhir pada area
Pasang senur diatermi dan selang suction (fiksasi dengan duk klem)
Pasang tipcleaner
Jam : 08.00
Operator : dr. P
Anestesi : dr. A
Perawat anestesi :L
Perawat instrument :F
Beri kassa basah dan kering untuk membersihkan sisa cairan antisepsis
Perdalam insisi dengan cirurgi dan mess/ senur diatermi sampai lapisan fat
Berikan gunting preparasi unruk memperdalam irisan kea rah proximal dan
Setelah terlihat peritoneum berikan oerator dan asisten gunting preparasi dan
secukupnya lalu juhkan alat-alat instrument yg pendek dan kasa lepas dari
lapangan operasi
Berikan double krom untuk mengeklem jaringan dan untuk mengikat jaringan
Berikan gunting preparasi untuk mengguting jaringan dan gunting benang untuk
Untuk merawat perdarahan berikan pinset anatomis dan senur diatermi berikan
krom untuk menjepit bila ada pembuluh arah besar yang terpotong ligasi dg
beang side no 1
Cuci denga aqua hangat dan mengecek lagi adanya perdarahan apa tidak dengan
kasa
Operasi selasai
Jam : 13.45
Beri pinset anatomis dan dan heating dengan plain 1, dilanjutkan sampai lapisan
otot
Beri double kokcer, pinset cirurgi dan heating facia dengan T-mono no 1 dengn
Bersihkan luka operasi dengan kassa basah dari arah dalam keluar
transparan dressing
Sign out :
Jam :14.10
Tindakan : debulking
Cek kelengkapan instrument kembali sebelum dilakukan proses pembersihan
keringkan
Program Pelatihan Perawat Kamar Bedah Instrumentasi Bedah Umum telah dilaksanakan di
Instalasi Gedung Pusat Terpadu (GBPT) lantai 4-6, Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo
Surabaya, Jl. Mayjen Prof Dr. Moestopo 6-8 Surabaya, pada tanggal 22 Juli 2019 sampai
dengan 22 Oktober 2019 di mana sebelumnya peserta pelatihan perawat instrumentasi
mengikuti pembelajaran dan mendapatkan materi di kelas selama 2 minggu, kemudian setiap
peserta mengambil penjurusan untuk spesialisasi instrumentasi, di sini penulis memilih
instrumentasi pembedahan di kamaroperasi bedah Obstetri dan Gynecologi, kamar operasi
bedah Obstetri dan Gynecologi terletak di lantai 5, kamar operasi bedah Obstetri dan
Gynecologi terbagi menjadi 2 ruang yaitu 409 dan 411 dan , pada setiap ruang kamar operasi
peserta pelatihan instrumentasi bedah obgyn, akan bergantian/rotasi di setiap ruang, di tiap
ruang proses pelatihan selama 1 bulan, peserta pelatihan instrumentasi bedah Obstetri dan
Gynecologi harus mengikuti pelatihan dari pembimbing di instrumentasi bedah Obstetri dan
Gynecologi sampai waktu pelatihan bedah Obsteri dan Gynecologi selesai.
Tindakan Instrumen Teknik yang pernah penulis ikuti di kamar operasi 409 dan 411
diantaranya yaitu :
SPRAIDER SPATEL
Myom Boor
Neer Klem Moche klem