Anda di halaman 1dari 179

LAPORAN AKHIR

PROGRAM PELATIHAN PERAWAT KAMAR BEDAH


INSTRUMENTASI BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FITRIA AGUSTIN,Amd.Kep.
RSI DARUS SYIFA’SURABAYA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.SOETOMO SURABAYA


INSTALASI BEDAH PUSAT TERPADU
2019
Laporan Akhir ini
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Guna memperoleh sertifikasi perawat kamar operasi

FITRIA AGUSTIN,Amd.Kep
RSI DARUS SYIFA’ SURABAYA
LEMBAR PENGESAHAN

Program Pelatihan Perawat Kamar Bedah Instrumentasi Bedah OBGYN di Gedung Bedah Pusat

Terpadu Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya Ini, Telah di laksanakan mulai tanggal 22 Juli sampai

dengan 22 Oktober 2019

Nama : FITRIA AGUSTIN,Amd.Kep

Instansi : RSI DARUS SYIFA’SURABAYA

Pembimbing Ketua Pendidikan & Pelatihan

Perawat Kamar Bedah

Erna Sudarti,Amd.Kep Choirul Anam,S.Kep.Nes.


KATA PENGANTAR

Pujidan syukur peserta panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
RahmatNya,sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Program Pendidikan dan
Pelatihan Perawat Kamar Bedah Instrumen Bedah OBGYN selama 3 bulan terhitung
mulai tanggal 22 Juli 2019 sampai 22 Oktober 2019 tepat pada waktunya.

Laporan akhir ini dapat diselesaikan bukanlah semata–mata usaha sendiri,


melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan
ini peserta mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. H.M.Faiz,Sp.THT-KL,Selaku direktur RSI Darus syifa’Surabaya yang


telah memberikan kesempatan dan fasilitas selama pelatihan.
2. Choirul Anam,S.Kep,Ns.selaku Kepala Keperawatan Instalasi Bedah Pusat RSUD
Dr.Soetomo Surabaya yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan Perawat Kamar Bedah Instrumen
Bedah,
3. Nur fadilahAmd.Kep,selaku Ketua Program Pelatihan Perawat Kamar Bedah
yang telah motivasi dan memberikan saran dan meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, arahan, dari awal hingga penyusunan laporan ini.
4. Erna Sudarti,Amd.Kep,selaku pembimbing Program Pelatihan Perawat Kamar
Bedah yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan,
motivasi dan saran dari awal hingga penyusunan laporan ini.
5. Penanggung jawab OK 411 dan staf perawat kamar bedah OBGYN diInstalasi
Gedung Bedah Pusat Terpadu RSUD Dr.Soetomo yang telah memberikan arahan
dan bimbingan selama peserta mengikuti pelatihan.
6. Dokter Senior Bedah OBGYN dan PPDS Bedah OBGYN.
7. Semua keluargaku, suamiku dan anakku yang telah memberiku doa, kasih sayang
dan semangat untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Rekan–rekan RSI Darus syifa’ Surabaya yang telah memberiku doa, kasih
sayang dan semangat untuk menyelesaikan Lapoan Tugas Akhir ini.
9. Rekan–rekan Pelatihan Instrumen Bedah angkatan 2019 yang memberikan
semangat, inspirasi dan telah berbagi pengalaman selama mengikuti pelatihan.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penulis satu persatu, yang turut
membantu dalam penyusunan Laporan Tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Tugas Akhir ini banyak terdapat
kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik sebagai masukan dalam
penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Akhirnya penulis berharap semoga Laporan
Tugas Akhir ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua.

Surabaya , OKTOBER 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Saat ini, bidang keperawatan perioperatif merupakan bidang pekerjaan yang


berkembang pesat, senantiasa berubah, dan memiliki berbagai kompleksitas dalam
perencanaan keperawatannya.Ada berbagai kondisi yang memberikan motivasi pada
keperawatan perioperatif untuk selalu melakukan inovasi baru. Keperawatan
perioperatif tidak terlepas dari ilmu bedah yang memiliki berbagai kompleksitas dalam
pelaksanaan kerjasama tim.

Dokter bedah merupakan orang yang dipercaya pasien dan keluarga mengatasi
permasalahan pasien, sehingga dokter bedah bertanggung jawab atas hasilakhir
pembedahan. Untuk menjaga kepercayaan dan reputasi yang diberikan, beberapa dokter
bedah yang biasa bekerja sama dengan perawat dalam melakukan pembedahan akan
lebih senang dengan perawat yang mempunyai kemampuan dan tingkat ketrampilan
yang baik. Perawat – perawat seperti ini dipersepsi dapat bekerjasama dengan baik saat
melakukan intervensi bedah , sehingga peran perawat juga mempengaruhi hasil akhir
suatu pembedahan.

Untuk itu Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya yang merupakan rumah sakit
pendidikan dan tempat rujukan tersier Aman, bermutu tinggi, dan Mandiri mengadakan
program pelatihan perawat kamar bedah guna menunjang kopetensi perawat dalam
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan pedoman JCI yang berfokus
dengan “ Patient Safety and quality improvement”.

Sehubungan dengan itu maka RSI Darus Syifa’ Surabaya mengirimkan tenaga
perawat kamar operasi untuk mengikuti program pendidikan dan pelatihan tentang
instrument kamar bedah OBGYN, guna menunjang kopetensi perawat bedah dalam
memberikan pelayanan yang bermutu dan dapat berkolaborasi sebagai mitra kerja
dokter bedah yang bisa menjadikan nilai tambah bagi RSI Darus Syifa’ Surabaya
1.2 Tujuan Mengikuti Program Pelatihan Perawat Instrumen Kamar Bedah
Tujuan Umum
Setelah mengikuti Program Pelatian Instrumen Bedah OBGYN dapat menunjang
kopetensi perawat dalam memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan pedoman
JCI yang berfokus dengan “ Patient Safety and quality improvement”.

Tujuan Khusus
1. Mampu menerapkan pengelolaan lingkungan kamar bedah
2. Mampu menerapkan pengelolaan alat / instrument
3. Mampu menerapkam pengelolaan pasien
4. Mampu menerapkam pengelolaan personil
5. Mampu menerapkan teknik septic dan aseptic
6. Mampu menerapkan teknik desinfeksi dan sterilisasi
7. Mampu menerapkan teknik instrumentasi bedah Obgyn

1.3 Manfaat Mengikuti Program Pelatihan Perawat Instrumen Kamar Bedah


1.3.1 manfaat untuk Institusi yaitu
1. Dapat memberi nilai tambah bagi rumah sakit khususnya di ruang operasi
2. Rumah Sakit mempunyai tenaga yang ahli secara profesional khususnya di bidang
OBGYN
3. Dapat meningkatkan pelayanan yang profesional bagi pasien

1.3.2 Perawat Kamar Bedah


Setelah mengikuti program pelatihan perawat kamar bedah OBGYN
maka kami dapat mengetahui teknik instrumentasi yang benar, maka perawat
kamar operasi memiliki kemampuan :
1. Menyiapkan instrument dan bahan kebutuhan lain sesuai dengan macam operasi
yang akan dilakukan.
2. Merencanakan dan mengatur instrument dan bahan yang dibutuhkan secukupnya di
meja mayo.
3. Melaksanakan teknik instrumentasi dan teknik aseptic yang benar sesuai dengan
kaidah yang sudah disepakati.
4. Memantau alat instrument dan bahan-bahan yang dipergunakan sebelum, selama,
dan sesaat sesudah tindakan pembedahan.
5. Merawat dan memelihara instrument yang dipergunakan selama dan sesudah
tindakan pembedahan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kamar Bedah

2.1.1 Pengertian

Kamar Bedah adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai daerah
pelayanan kritis yang mengutamakan aspek hirarkizonasisterilitas,pembedahan secara
elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya..
(Kemenkes,2016).

2.1.2 Bagian – Bagian Kamar Bedah

Menurut (Kemenkes 2016), Kamar Bedah terdiri dari beberapa ruang, baik itu di dalam
kamar operasi maupun di lingkungan kamar operasi:

1. Ruang Pendaftaran.
a. Ruang ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi, khususnya
pelayanan bedah.
b. Ruang ini berada pada bagian depan Ruang Operasi Rumah Sakit dengan
dilengkapi loket, meja kerja, lemari berkas/arsip, telepon/interkom.
c. Pasien bedah dan Pengantar (Keluarga atau Perawat) datang ke ruang
pendaftaran.
d. Pengantar (Keluarga atau Perawat), melakukan pendaftaran di Loket
pendaftaran, petugas pendaftaran Ruang Operasi Rumah Sakit melakukan
pendataan pasien bedah dan penandatanganan surat pernyataan dan keluarga
pasien bedah, selanjutnya pengantar menunggu di ruang tunggu.
e. Kegiatan administrasi meliputi:
a) Pendataan pasien bedah.
b) Penandatanganan surat pernyataan dan keluarga pasien bedah.
c) Rincian biaya pembedahan.
2. Ruang tunggu Pengantar.
a. Ruang di mana keluarga atau pengantar pasien menunggu.
b. Di ruang ini perlu disediakan tempat duduk dengan jumlah yang sesuai
aktivitas pelayanan bedah. Bila memungkinkan, sebaiknya disediakan pesawat
televisi dan ruangan dilengkapi sistem pengkondisian udara.

3. Ruang Transfer Pasien (Transfer Room).


a. Pasien bedah dibaringkan di stretcher khusus ruang operasi. Untuk pasien
bedah yang datang menggunakan stretcher dari ruang lain, pasien tersebut
dipindahkan ke stretcher khusus Ruang Operasi Rumah Sakit.
b. Pasien melepaskan semua perhiasan dan diserahkan kepada keluarga pasien.
c. Selanjutnya Pasien dibawa ke ruang persiapan (preparation room)

4. Ruang Transfer Pasien (Transfer Room).


Ruang tunggu pasien dimaksudkan untuk tempat menunggu pasien sebelum dilakukan
pekerjaan persiapan (preparation) oleh petugas Ruang Operasi Rumah Sakit dan
menunggu sebelum masuk ke kompleks ruang operasi.Apabila luasan area Ruang
Operasi Rumah Sakit RS tidak memungkinkan, kegiatan pada ruangan ini dapat di
laksanakan di Ruang Transfer.

5. Ruang Persiapan Pasien.


a. Ruang yang digunakan untuk mempersiapkan pasien bedah sebelum memasuki
ruang operasi.
b. Di ruang persiapan, petugas Ruang Operasi Rumah Sakit membersihkan tubuh
pasien bedah, dan mencukur bagian tubuh yang perlu dicukur.
c. Petugas Ruang Operasi Rumah Sakit mengganti pakaian pasien bedah dengan
pakaian khusus pasien bedah.
d. Selanjutnya pasien bedah dibawa ke ruang induksi atau langsung ke ruang
operasi.
6. Ruang Induksi.
Di ruang induksi, petugas Ruang Operasi Rumah Sakit mengukur tekanan darah
pasien bedah, memasang infus, memberikan kesempatan pada pasien untuk
beristirahat/ menenangkan diri, dan memberikan penjelasan pada pasien bedah
mengenai tindakan yang akan dilaksanakan.
Anastesi dapat dilakukan pada ruangan ini.Apabila luasan area Ruang Operasi Rumah
Sakit RS tidak memungkinkan, kegiatan anastesi dapat di laksanakan di kamar bedah.
7. Ruang Penyiapan Peralatan/Instrumen Bedah.
Peralatan/instrumen dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk
pembedahan dipersiapkan pada ruang ini.
8. Kamar Bedah.
Kamar Bedah digunakan sebagai ruang untuk melakukan tindakan operasi dan atau
pembedahan. Luas ruangan harus cukup untuk memungkinkan petugas bergerak
sekeliling peralatan operasi/bedah.Kamar bedah harus dirancang dengan faktor
keselamatan yang tinggi.
a. Di ruang operasi, pasien dipindahkan dari stretcher khusus Ruang Operasi
Rumah Sakit ke meja operasi/bedah.
b. Di kamar bedah, pasien dipindahkan dan stretcher khusus Ruang
Operasi ke meja operasi/bedah.
c. Di ruang ini pasien operasi dilakukan pembiusan (anestesi).
d. Setelah pasien operasi tidak sadar, selanjutnya proses bedah dimulai oleh
Dokter Ahli Bedah dibantu petugas medik lainnya.
9.Ruang Pemulihan (Recovery).
a. Ruang pemulihan ditempatkan berdekatan dengan kamar bedah dan diawasi
oleh perawat. Pasien bedah yang ditempatkan di ruang pemulihan secara terus
menerus dipantau karena pembiusan normal atau ringan. Daerah ini
memerlukan perawatan berkualitas tinggi yang dapat secara cepat menilai
pasien tentang status : jantung, pernapasan dan physiologis, selanjutnya
melakukan tindakan dengan memberikan pertolongan yang tepat.
b. Setiap tempat tidur pasien pasca bedah dilengkapi dengan minimum satu outlet
Oksigen, suction, Compressed Air,6 (enam) kotak kontak listrik, dan peralatan
monitor.
c. Kereta darurat (emergency cart) secara terpusat disediakan dan dilengkapi
dengan defibrillator, airway, obat-obatan darurat, dan persediaan lainnya.
d. Dibeberapa rumah sakit,ruang pemulihan sering juga dinamakan ruang PACU
(Post Anaesthetic Care Unit).langsung ke ruang dokter bedah dan perawat
bedah dengan perangkat interkom. Tombol panggil darurat ditempatkan
diseluruh Ruang Operasi Rumah Sakit.
10.Ruang ganti pakaian (Loker).
a. Loker atau ruang ganti pakaian, digunakan untuk Dokter dan petugas medik
mengganti pakaian sebelum masuk ke lingkungan ruang operasi.
b. Pada loker ini disediakan lemari pakaian/loker dengan kunci yang dipegang
oleh masing-masing petugas dan disediakan juga lemari/tempat menyimpan
pakaian ganti dokter dan perawat yang sdh disteril. Loker dipisah antara pria
dan wanita. Loker juga dilengkapi dengan toilet.
11.Ruang Dokter.
Ruang Dokter terdiri dari 2 bagian :

a. Ruang kerja
b. Ruang istirahat/kamar jaga.
Pada ruang kerja harus dilengkapidengan beberapa peralatan dan
furnitur.Sedangkan pada ruang istirahat diperlukan sofa.Ruang Dokter perlu
dilengkapi dengan bak cuci tangan (wastafel) dan toilet.
12.Scrub Station.
a. Scrub station atau scrub up, adalah bak cuci tangan bagi Dokter ahli bedah dan
petugas medik yang akan mengikuti langsung pembedahan di dalam ruang
operasi.
b. Bagi petugas medik yang tidak terlibat tidak perlu mencuci tangannya di scrub
station.
c. Scrub station sebaiknya berada disamping atau di depan ruang operasi.
d. Beberapa persyaratan dari scrub station yang harus dipenuhi, antara lain :
1) Terdapat kran siku atau kran dengkul, minimal untuk 2 (dua) orang.
2) Aliran air pada setiap kran cukup.
3) Dilengkapi dengan tempat cairan desinfektan.
4) Dilengkapi sikat spon yang mengandung Clorheksidin Glukonat 4%
5) Dilengkapi dengan tempat waslap steril
6) Dilengkapi dengan ultra violet (UV), Water Sterilizer.
13. Ruang Utilitas Kotor (Spoel Hoek, Disposal).

a. Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang


berupa cairan. Spoolhoek terdiri dari :
1) Sloop sink
2) Service Sink
b. Peralatan/Instrumen/Material kotor dikeluarkan dari ruang operasi ke ruang
kotor (disposal, spoel Hoek).
c. Barang-barang kotor ini selanjutnya dikirim ke ruang Laundri dan CSSD
(Central Sterilized Support Departement)untuk dibersihkan dan disterilkan.
b. Ruang Laundri dan CSSD diluar Ruang Operasi Rumah Sakit.

Gambar .Slop Sink dan Service Sink

Gambar .Sloop Sink


Gambar. Service Sink

14.Ruang Linen
Ruang linen berfungsi menyimpan linen, antara lain duk operasi dan pakaian bedah
petugas/dokter pada Ruang Operasi Rumah Sakit.
15.Ruang Penyimpanan Perlengkapan Bedah
a. Ruang tempat penyimpanan instrumen yang telah disterilkan.
Instrumen berada dalam Tromol tertutup dan disimpan di dalam lemari
instrumen. Bahan-bahan lain seperti kasa steril dan kapas yang telah
disterilkan juga dapat disimpan di ruangan ini.
b. Persediaan harus disusun rapih pada rak-rak yang titik terendahnya
tidak lebih dari 8 inci (20 cm) dari lantai dan titik tertingginya tidak
kurang dari 18 inci (45 cm) dari langit-langit. Persediaan rutin
diperiksa tanggal kadaluarsanya dan di bungkus secara terpadu.
c. Ruang Penyimpanan peralatan anastesi, peralatan implant orthopedic,
dan perlengkapan emergensi diletakkan pada ruang yang berbeda
dengan ruang penyimpanan perlengkapan bedah.

16. Ruang Penyimpanan Peralatan Kebersihan (Janitor)


Ruang untuk menyimpan peralatan kebersihan dan ruang tempat menempatkan
barang-barang kotor di dalam kontainer tertutup yang berasal dari ruang-ruang di
dalam bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit untuk selanjutnya dibuang ke
tempat pembuangan di luar bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit.
Gambar . Janitor

Setiap bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit merupakan tempat untuk melakukan
kegiatan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi
steril dan kondisi khusus lainnya. Fungsi bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
dikualifikasikan berdasarkan tingkat sterilitas dan tingkat aksesibilitas

Alur Material/bahan.

Material/bahan bersih/steril.
Material/bahan bersih untuk kebutuhan kamar bedah diambil dan:
1. ruang penyimpanan bersih/steril, seperti linen, peralatan kebutuhan bedah, dan
sebagainya.
2. Untuk kebutuhan farmasi (obat-obatan), diambil dan ruang penyimpanan farmasi,
termasuk bahan/material yang sekali pakai. Bila ruang farmasi tidak tersedia, dapat
digunakan ruang persiapan peralatan.
3. Zat anestesi, umumnya disimpan di ruang penyimpanan anestesi.

Material kotor/bekas.
1.Material kotor, terdiri dan:
a) Material kotor/bekas yang digunakan dan sifatnya habis pakai, di masukkan ke dalam
tempat sampah berupa kontainer kotor, selanjutnya ditutup rapat, dan dibawa ke area kotor
untuk selanjutnya dibawa ke tempat pembuangan yang khusus digunakan untuk mi.
b) Material kotor/bekas yang masih dapat digunakan kembali, seperti linen, peralatan
kedokteran dan sebagainya dibawa ke ruang spool hook, setelah dibersihkan dan dikemas
dikirim ke ruang laundri atau CSSD.

Ruangan-ruangan pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dapat dibagi kedalam 5
(lima) zona (lihat gambar ).

Keterangan:
1 = Zona Tingkat Resiko Rendah (Normal)
2 = Zona Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)
3 = Zona Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)
4 = Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan prefliter, medium filter dan tidak hepa filter,
Tekanan Positif)
5 = Area Nuklei Steril (Meja Operasi)
(1) Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal)
Zona ini terdiri dan area resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran), ruang tunggu
keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor.
Zona ini mempunyai jumlah partikel debu per m3 > 3.520.000 partikel tnya dengan
diameter 0,5 urn (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun npat 1999).

(2) Zona 2, Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)


Zona ini terdiri dan ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester, pantri
petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker
(ruang ganti pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi antara zona 1 dengan
zona 2.
Zone ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 3.520.000 partikel dengan dia.
0,5 urn (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).

(3) Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter) Zona ini
meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dan ruang persiapan (preparation),
peralatan/instrument steril, ruang induksi, area scrub up, ruang pemulihan (recovery),
ruang linen, ruang pelaporan bedah, ruang penyimpanan perlengkapan bedah, ruang
penyimpanan peralatan anastesi, implant orthopedi dan emergensi serta koridor-koridor di
dalam kompleks ruang operasi.
Zone mi mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 352.000 partikel
dengan dia. 0,5 urn (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun — 1999).

(4)Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter,
Hepa Filter)
Zona ni adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Zona ini mempunyai jumlah
maksimal partikel debu per m3 adalah 35.200 partikel dengan dia. 0,5 pm (ISO 7 - ISO
14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).

ALUR PENDERITA MENUJU KAMAR BEDAH


2.1.3 Persyaratan Bangunan Kamar Operasi

Kamar Operasi yang baik harus mempunyai syarat – syarat sebagai berikut :

1. Letak
Letak kamar operasi berada di tengah – tengah rumah sakit, berdekatan dengan unit gawat
darurat, ICU dan unit Radiologi.
2. Bentuk dan Ukuran
a. Bentuk
1) Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai dinding dan langit – langit
berbentuk melengkung , warna tidak mencolok
2) Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang keras, rata kedap air,
mudah dibersihkan dantidak menampung debu
b. Ukuran kamar Operasi
1) Kamar Operasi Bedah minor ± 36 m2, dengan ukuran ruangan panjang x
lebar x tinggi adalah 6m x 6m x 3 m
2) Kamar Operasi bedah umum minimal 42 m2, dengan ukuran panjang x lebar
x tinggi adalah 7mx6mx3m.
3) Kamar operasi bedah besar minimal 50 m2, dengan ukuran panjang x lebar
x tinggi adalah 7.2m x 7m x 3m.
3. Pintu Kamar Operasi
a. Pintu masuk ruang operasi atau pintu yang menghubungkan ruang induksi dan
ruang operasi.
1) disarankan pintu geser (sliding door) dengan rel diatas, yang dapat dibuka
tutup secara otomatis.
2) Pintu harus dibuat sedemikian rupa sehingga pintu dibuka dan ditutup
dengan menggunakan sakelar injakan kaki atau siku tangan atau
menggunakan sensor, namun dalam keadaan listrik penggerak pintu rusak,
pintu dapat dibuka secara manual.
3) Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun
diantara pembedahan-pembedahan.
4) Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass :double
glass fixed windows).
5) Lebar pintu 1200 - 1500 mm, dari bahan panil dan dicat jenis cat anti
bakteri & jamur dengan warna terang.
6) Apabila menggunakan pintu swing, maka pintu harus membuka ke arah
dalam dan alat penutup pintu otomatis (;automatic doorcloser) harus
dibersihkan setiap selesai pembedahan.
b. Pintu yang menghubungkan ruang operasi dengan ruang scrub-up.
1) sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dan mengayun kedalam ruang
operasi.
2) tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun diantara
pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi dengan “alat penutup
pintu (door closer). Disarankan menggunakan door seal and interlock
system.
3) Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panel system) dan dicat
jenis cat anti bakteri/ jamur dengan warna terang.
4) Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (;observationglass : double
glass fixed windows).
c. Pintu/jendela yang menghubungkan ruang operasi dengan ruang spoel Hoek
(disposal). ( catatan ; jika menggunakan selasar kotor maka disposal material /
barang bekas pakai langsung dibawa keruang CSSD atau untuk peralatan bisa
dibawa keruang sterilisasi di area operasi dan linen ke CSSD)
1)sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dilengkapi dengan door sealand
interlock system dan mengayun keluar dari ruang operasi.
2)Pintu/jendela tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan
maupun diantara pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi
dengan engsel yang dapat menutup sendiri (auto hinge) atau alat penutup
pintu (door closer).
3)Lebar pintu/jendela 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panelsystem) dan
dicat jenis duco dengan cat anti bakteri/ jamurdengan warna terang.dan
dicat jenis duco dengan warna terang.
4)Pintu/jendela dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation
glass :double glass fixed windows).
4. Ventilasi
Sistem ventilasi di kamar bedah sebaiknya memakai system pengatur suhu sentral (AC
sentral) dan dapat diatur dengan alat kontrol yang memakai filter (Ultra Clean Laminar
Airflow), dimana udara dipompakan Suhu diatur antara 19-22’C dan kelembaban udara
50-60 %

5. Sistem Penerangan
Lampu ruangan memakai lampu pijar putih.Lampu operasi merupakan lampu khusus yang
terdiri dari beberapa lampu yang fokusnya dapat diatur, tidak panas, terang, tidak
menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan Sistem penerangan di dalam kamar operasi
harus memakai lampu pijar putih dan mudah dibersihkan.

Lampu operasi memiliki persyaratan khusus, yaitu arah dan fokusnya dapat diatur, tidak
menimbulkan panas, cahayanya terang dan tidak menyilaukan serta tidak menimbulkan
bayangan. Pencahayaan antara 300 – 500 lux, meja operasi 10.000 – 20.000 lux.

6. Sistem Gas
Sistem pipa melalui bawah lantai atau di atas langit-langit,.Pemasangan sebaiknya secara
sentral memakai sistem pipa, yang bertujuan untuk mencegah bahaya penimbunan gas
yang berlebihan di kamar operasi bila terjadi kebocoran dari tabung gas. Pipa gas tersebut
harus dibedakan warnanya.dibedakan sistem pipa O2 dan Nitrogen Oksida.

7. Sistem Listrik
Ada sistem penerangan darurat dan sistem listrik cadangan,di dalam kamar operasi
sebaiknya tersedia 2 macam voltage, yaitu 110 volt dan 220volt. Karena alat-alat kamar
operasi memiliki voltage yang berbeda. Semua tombol listrik dipasang pada ketinggian
1,40 m dari lantai.

8. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi di kamar operasi adalah sangat vital, terutama bila ada keadaan darurat
maka mudah untuk melakukan komunikasi.

Ada sistem komunikasi dengan ruangan lain di dalam rumah sakit dan ke luar Rumah
Sakit.

9. Instrumentasi/Peralatan
a. Semua peralatan yang ada di kamar operasi harus beroda dan mudah dibersihkan.
b. Semua peralatan harus terbuat dari bahan stainless steel agar mudah untuk
dibersihkan.
c. Untuk alat-alat elektrik harus ada petunjuk penggunaan dan menempel pada alat
agar mudah untuk penggunaan.

10. Air Bersih


a. Tidak bewarna, berbau dan berasa
b. Tidak mengandung kuman patogen
c. Tidak mengandung zat kimia
d. Tidak mengandung zat beracun
11. Pembagian area

a. Ada batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat, dan area ketat.
b. Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan kepada
perawat kamar operasi.
Pembagian Daerah Area Kamar Operasi
1. Pembagian Daerah-daerah di Kamar Operasi
a. Daerah Bebas terbatas ( warna hijau)
Daerah bebas terbatas merupakan daerah dimana petugas dan pasien diizinkan masuk,
tidak perlu mengganti pakaian dan hanya melepaskan alas kaki.

Ruangan yang termasuk ini adalah

1) Ruang tunggu pasien


2) Ruang konsultasi
3) Ruang Administrasi
4) Ruang Ganti baju pria dan wanita
5) Kamar mandi dan WC
b. Daerah semi terbatas ( warna kuning)
Area semi terbatas adalah daerah penghubung antara bebas dan kamar bedah.Setiap orang
yang masuk daerah ini wajib ganti pakaian khusus kamar bedah, masker dan topi,
demikian pula dengan pasien.

Yang termasuk ruangan ini adalah:

1) Ruang Persiapan premideikasi


2) Ruang Koridor
3) Ruang Pulih sadar ( Recovery Room )
4) Ruang penyimpanan alat tidak steril
5) Ruang depo farmasi
6) Ruang Pantri
c. Daerah Terbatas ( warna merah)
Area terbatas adalah daerah dimana pengunjung tidak diizinkan masuk, petugas harus
memakai perlengkapan khusus (topi, masker, alas kaki, pakaian khusus), harus ganti
pakaian, tidak boleh rangkapdan melaksanakan prosedur aseptic.

Yang termasuk daerah ini adalah:

1) Ruang Cuci Tangan


2) Ruang tindakan Pembedahan
3) Ruang penyimpanan alat steril
2. Pembagian Daerah di Sekitar Kamar Operasi
a. Daerah Publik
Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus. Misalnya: kamar
tunggu kamar operasi.

b. Daerah Semi Publik


Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas.Pada daerah ini
biasanya diberi tulisan “DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS” dan sudah ada
pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas (pakaian khusus kamar
operasi) serta penggunaan alas kaki khusus di dalam.

c. Daerah Aseptik
Daerah aseptik merupakan daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh
orang yang langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan, umumnya daerah yang
harus dijaga kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1)Daerah aseptic 0, yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya


pembedahan.
2)Daerah aseptik 1, yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk atau kain
steril, tempat instrumen dan tempat perawat instrumen mengatur dan
mempersiapkan alat.
3)Daerah aseptik 2, yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk.

2.1.4 Penentuan Jumlah Kamar Operasi


Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan bentuk dan lahan yang
tersedia, sehingga dikatakan bahwa rancangan bangunan kamar operasi setiap rumah sakit
berbeda, tergantung dari besar atau tipe rumah sakit tersebut.
Makin besar rumah sakit tertentu membutuhkan jumlah dan luas kamar bedah yang besar.
Jumlah kamar operasi tergantung dari berbagai hal yaitu:
1. Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan
2. Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi bersama
fasilitas penunjang
3. Pertimbangan antara operasi elektif dan operasi cito
4. Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam per hari maupun
perminggu
5. Sisten dan prosedur yang ditetapkan untuk alur paisen, petugas dan penyediaan
peralatan

2.2 Personil Kamar Operasi

Jenis tenaga Kamar Operasi

Menurut (Hipkabi,2013) Jenis tenaga di kamar operasi sebagai berikut:

1. Tim Bedah terdiri dari:


a. Ahli Bedah
b. Ahli Anestesi
c. Asisten Ahli Bedah
d. Asisten Anestesi
e. Perawat Instrument ( scrub nurse)
f. Perawat Sirkuler ( Circulating nurse)

2. Staf Perawat kamar operasi terdiri dari:


a. Perawat Kepala kamar operasi
b. Perawat penanggung jawab kamar operasi
c. Perawat pelaksana
3. Tenaga lain terdiri dari:
a. Pekerja Kesehatan
b. Tata Usaha
c. Penunjang Medis

Uraian Tugas Perawat Instrumen / Scrub Nurse dan Perawat Sirculasi

1. Perawat Instrumen / Scrub nurse


a. Pengertian         : Seorang tenaga perawat profesional yang diberi
wewenang dan ditugaskan dalam pengelolaan paket alat pembedahan,
selama tindakan pembedahan berlangsung.
b. Persyaratan                  
1) Pendidikan :          
a) Berijazah Pendidikan formal keperawatan dari semua jenis jenjang
yang diakui oleh Pemerintah atau berwenang.
b) Memiliki sertifikat khusus teknik kamar operasi.
2) Mempunyai pengalaman kerja di kamar operasi minimal 2 tahun
sebagai circulating nurse.
3) Mempunyai bakat, minat dan iman
4) Berdedikasi tinggi.
5) Berkepribadian mantap / emosional stabil.
6) Dapat bekerjasama dengan anggota tim.
7) Cepat tanggap.
c. Tanggung jawab  
Secara administratif dan kegiatan keperawatan, bertanggung jawab kepada Perawat Kepala
Kamar Operasi, dan secara operasional tindakan bertanggung jawab kepada Ahli Bedah
dan Perawat Kepala Kamar Operasi.    

d. Uraian Tugas
1) Sebelum Pembedahan
a) Melakukan kunjungan pasien yang akan dibedah minimal sehari
sebelum pembedahan untuk memberikan penjelasan.
b)Menyiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai meliputi :
(1) Kebersihan ruang operasi dan peralatan.
(2) Meja mayo / instrumen.
(3) Meja operasi lengkap.
(4) Lampu operasi.
(5) Mesin anestesi lengkap.
(6) Suction pump.
(7) Gas medis.
c) Menyiapkan set instrument steril sesuai jenis pembedahan.
d)Menyaipkan bahan desinfektan, dan bahan lain sesuai keperluan
pembedahan.
e) Menyiapkan sarung tangan dan alat tenun steril.
2) Saat Pembedahan
a) Memperingatkan “ tim steril “ jika terjadi penyimpangan prosedur
aseptik.
b) Membantu mengenakan jas steril dan sarung tangan untuk ahli
bedah dan asisten.
c) Menata instrumen steril di meja mayo sesuai urutan prosedur
pembedahan.
d) Memberikan bahan desinfektan kepada operator untuk desinfeksi
kulit daerah yang akan disayat.
e) Memberikan laken steril untuk prosedur drapping.
f) Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai urutan prosedur
dan kebutuhan tindakan pembedahan secara tepat dan benar.
g) Memberikan kain kasa steril kepada operator, dan mengambil kain
kasa yang telah digunakan dengan memakai alat.
h) Menyiapkan benang jahitan sesuai kebutuhan, dalam keadaan siap
pakai.
i) Mempertahankan instrumen selama pembedahan dalam keadaan
tersusun secara sistematis untuk memudahkan bekerja.
j) Membersihkan instrumen dari darah dalam pembedahan untuk
mempertahankan sterilitas alat dan meja mayo.
k) Menghitung kain kasa, jarum dan instrumen.
l) Memberitahukan hasil perhitungan jumlah alat, kain kasa dan jarum
kepada ahli bedah sebelum luka ditutup lapis demi lapis.
m)Menyiapkan cairan untuk mencuci luka.
n) Membersihkan kulit sekitar luka setelah luka dijahit.
o) Menutup luka dengan kain kasa steril.
p) Menyiapkan bahan pemeriksaan laboratorium / patologi.
3) Setelah pembedahan
a) Memfiksasi drain, dan kateter.
b) Membersihkan dan memeriksa adanya kerusakan kulit pada daerah
yang dipasang elektrode.
c) Menggantikan alat tenun, baju pasien dan penutup serta
memindahkan pasien dari meja operasi ke kereta dorong.
d) Memeriksa dan mneghitung semua instrumen dan menghitung
sebelum dikeluarkan dari kamar operasi.
e) Memeriksa ulang catatan dan dokumentasi pembedahan dalam
keadaan lengkap.
f) Membersihkan instrumen bekas pakai dengan cara :
(1) Pembersihan awal.
(2) Merendam dengan cairan desinfektan yang mengandung
deterjen.
(3) Menyikat sela – sela instrumen.
(4) Membilas dengan air mengalir.
(5) Membungkus instrumen sesuai jenis, macam, bahan, kegunaan
dan ukuran. Memasang pita autoclave dan membuat label
nama alat – alat (set) pada tiap bungkus instrumen dan
selanjutnya siap untuk disterilkan sesuai prosedur yang
berlaku.
g) Membersihkan kamar operasi setelah tindakan pembedahan selesai
agar siap pakai.

2. Perawat Sirkuler / Circulating nurse


a. Pergertian     : Tenaga perawatan profesional yang diberi wewenang dan
tanggung jawab membantu kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan.
b. Persyaratan   :            
1) Pendidikan
Berijazah pendidikan formal keperawatan dari semua jenjang, yang diakui oleh pemerintah
atau yang berwenang.

2) Mempunyai pengalaman kerja di kamar operasi lebih dari 1 tahun.


3) Mempunyai bakat dan minat.
4) Berdedikasi tinggi.
5) Berkepribadian mantap / emosi stabil.
6) Dapat bekerjasama dengan anggota tim.
7) Cepat tanggap.
c. Tanggung jawab
Secara administrasi dan opeasional bertanggung jawab kepada Perawat Kepala Kamar
Operasi, dan kepada Ahli Bedah.

d. Uraian Tugas
1) Sebelum pembedahan
a) Menerima pasien yang akan dibedah.
b) Memeriksa dengan menggunakan formulir “ check list “ meliputi :
(1) Kelengkapan dokumen medis antara lain :
(a) Izin operasi.
(b) Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir.
(c) Hasil pemeriksaan radiologi dan foto rontgen.
(d) Hasil pemeriksaan ahli anestesia ( pra visite anestesi ).
(e) Hasil konsultasi ahli lain sesuai kebutuhan.
(2) Kelengkapan obat – obatan.
(3) Persediaan darah ( bila diperlukan ).
c) Memeriksa pemeriksaan fisik.
d) Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan sesuai isian check
list, dengan perawat ruang rawat.
e) Memberikan penjelasan ulang kepada pasien sebatas kewenangan
tentang :
(1) Tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
(2) Tim bedah yang akan menolong.
(3) Fasilitas yang ada didalam kamar bedah antara lain lampu operasi
dan mesin pembiusan.
(4) Tahap – tahap anestesi.
2) Saat pembedahan
a) Mengatur posisi pasien sesuai jenis pembedahan dan bekerja sama
dengan petugas anestesi.
b) Membuka set steril dengan memperhatikan teknik aseptik.
c) Mengingatkan tim bedah jika mengetahui adanya penyimpangan
penerapan teknik aseptik.
d) Mengikatkan tali jas steril tim bedah.
e) Membantu, mengukur dan mencatat kehilangan darah dan cairan, dengan
cara mengetahui : jumlah produksi urine, jumlah perdarahan, jumlah
cairan yang hilang.

(1) Cara menghitung perdarahan :


(a) Berat kain kasa kering harus diketahui sebelum dipakai.
(b) Timbang kain kasa basah.
(c) Selisih berat kain kasa basah dengan kain kasa kering adalah
jumlah perdarahan.
f) Melaporkan hasil pemantauan dan pencatatan kepada ahli anestesi.
g) Menghubungi petugas penunjang medis ( petugas radiologi, petugas
laboratorium ) bila diperlukan selama pembedahan.
h) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan.
i) Menghitung dan mencatat pemakaian kain kasa, bekerjasama dengan
perawat instrumen.
j) Mengambil instrumen yang jatuh dengan menggunakan alat dan
memisahkan dari instrumen yang steril.
k) Memeriksa kelengkapan instrumen dan kain kasa, bersama perawat
instrumen agar tidak tertinggal dalam tubuh pasien sebelum luka operasi
ditutup (Sign Out).
l) Merawat bayi untuk kasus sectio caesaria.
3) Setelah pembedahan
a) Membersihkan dan merapikan pasien yang sudah selesai dilakukan
pembedahan.
b) Memindahkan pasien dari meja operasi ke kereta dorong yang telah disediakan.
c) Mengukur dan mencatat tanda – tanda vital :
(1) GCS
(2) Tekanan darah.
(3) Suhu, nadi.
d) Mengukur tingkat kesadaran, dengan cara memanggil nama pasien,
memberikan stimulus, memeriksa reaksi pupil.
e) Meneliti, menghitung dan mencatat obat – obatan serta cairan yang diberikan
kepada pasien.
f) Memeriksa kelengkapan dokumen medik antara lain :
(1) Laporan pembedahan.
(2) Laporan anestesi.
(3) Pengisian formulir Patologi Anatomi ( PA ).
g) Mendokumentasikan tindakan keperawatan selama pembedahan antara lain :
(1) Identitas pasien :
(a) Nama pasien.
(b) Umur
(c) No rekam medik.
(d) Nama tim bedah.
(e) Waktu dan lama pembedahan.
(f) Jenis pembedahan.
(g) Jenis kasus ( bersih, bersih tercemar, tercemar, kotor ).
(h) Tempat tindakan.
(i) Urutan jadwal tindakan pembedahan.
(2) Masalah – masalah yang timbul selama pembedahan.
(3) Tindakan yang dilakukan.
(4) Hasil evaluasi.
h) Melakukan serah terima dengan perawat ruang rawat petugas RR tentang :
(1) Kelengkapan dokumen medik, instruksi pasca bedah.
(2) Keadaan umum pasien.
(3) Obat – obatan dan resep baru.
i) Membantu perawat instrumen, membersihkan dan menyusun instrumen yang
telah digunakan, kemudian alat tersebut disterilkan.
j) Membersihkan slang dan botol suction dari sisa jaringan serta cairan operasi.
k) Mensterilkan slang suction yang dipakai langsung ke pasien.
l) Membantu membersihkan kamar bedah setelah tindakan pembedahan selesai.

Pasien Safety di Kamar Bedah


Pengertian
Patient Safety atau keselamatan pasien adalagh suattu sistem yang membuat asuhan pasien
di RS menjadi lebih aman.Sistem ini mencegah terjadi terjadinya cedera yang disebabkan
oleh keselamatan akibat melaksanakan suatu tindakan aatu mengambil tindakan yang
seharusnya tidak diambil. (Panduan Nasional KPRS,2017)
Tujuan
1. Meningkatkan akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyrakat
2. Menurunkan kejadian yang tidak diharapkan di RS
3. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD
Pasient Safety di Kamar Bedah
1. Lakukan operasi pada pasien yang tepat dan sisi yang benar
2. Gunakan metode yang tepat dalam mencegah bahaya pemberian anestesi, sekaligus
melindungi pasien dari rasa sakit
3. Kenali kondisi yang dopat mengancam jiwa, gangguan saluran nafas atau fungsi
pernafasan
4. Persiapkan jika terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang banyak
5. Hindari menggunakan obat yang beresiko menyebabkan alergi pada pasien
6. Meminimalkan resiko infeksi selama pembedahan
7. Mencegah tertingglnya instrumen dan kasa dlaam tubuh pasien
8. Identifikasi semua specimen bedah dengan aman dan akurat
9. Gunakan komunikasi dngan efektif dan informasi yang jelas selama operasi demi
keamanan pasien
10. Rumah sakit akan melakukan monitoring dan evakuasi terhadap
pelaksanaankeselamatan pasien di kamar bedah.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum tindakan bedah dilakukan:


1. Sebeleum pelaksanaan tindakan, dokter penanggung jawab pasien (DPJP)
mendokumentskan informasi assemen yang digunakan untuk mengembangkan dan
mendukung tindakan invasif yang direncanakan
2. Setiap pasien untuk tindakan bedah dibuat rencana berdasarkan informasi asessmen
3. Sebelum tindkaan, diagnosa pra operatif dan rencana tindakaan didokumentasikan
dalam rekam medis pasien oleh dokter yang bertanggung jawab.
Surgical Safety ceklist
1. Sign In
a. Sign in, merupakan verifiaksi pertama sesaat pasien tiba di ruang terima .
b. Evaluasi kembali rekam medis pasien yang bersangkutan berkaitan dengan
identitas, hasil pengukuran vital sign terakhir, kelengkapan dokumen termasuk
surat persetujuan pembedahan.
c. Riwayat alergi pasien
d. Resiko kehilangan darah saat pembedahan
e. Resiko gangguan pada jalan nafas
f. Konfirmasi lokasi pada tubuh yang akan dimanipulasi oleh pembedahan
g. Konfirmasi kesiapan peralatan serta cara anesthesi yang digunakan
h. Konfirmasi penggunaan implan.

2. Time Out
a. Verifikasi dilaksanakan ketika pasien sudah siap diatas meja operasi, sudah
dalam keadaan terbius, dimana team anestesi dalam keadaan siaga dan team
bedah telah dalam posisi steril
b. Team bedah kembali mengkonfirmasi tentang pasien, lokasi insisi pada tubuh
pasien, prosedur yang akan dijalankan dan kemungkinan perdarahan, kesulitan
teknik pembedahan yang dihadapi selama proses berlangsungnya operasi
c. Di sisi lain perawat instrumen di wajibkan untuk menyatakan kesiapan alat/
instrumen, keadaan sterilitas alat dan termasuk perhitungan jumlah
kassa,depress
d. Pada kesempatan ini diungkapkan juga mengenai obat antibiotika profilaksis
yang telah diberikan beserta hasil pemeriksaan penunjang seperti X-ray dan
lain lain yang sewaktu mungkin diperlukan operator ketika menjalankan
operasinya
e. Kemungkinan resiko pembiusan selama berlangsungnya operasi menjadi
kewajiban team anestesi untuk menyampaikannya.

3. Sign Out
a. Sesaat setelah selesai operasi, sebelum pasien dikeluarkan dari ruang operasi,
dipastikan kembali akan beberapa hal menyangkut nama prosedur yang telah
dikerjakan sebelumnya
b. Perhitungan jumlah instrumen, jarum dan kassa,depress secara benar jika
digunakan selama operasi serta catatan jika ada permasalahan pada alat atau
bahan habis pakai lainnya. Pemberian label sesuai identitas pasien pada
jaringan yang telah diangkat dari tubuh pasien juga menjadi perhatian pada
tahap ini
c. Dokter bedah sebagai operator beserta dokter anestesi menyampaikan hal –
hal yang perlu diperhatikan pada masa pemulihan pasien dan perawatan pasca
operasi selanjutnya.

Gambar .Surgical Safety Checklist

2.3 Pembersihan Kamar Operasi


Pengertian

Luka terinfeksi sering terjadi selama operasi, daripada paska operasi, alasannya adalah
bahwa luka terbuka selama operasi , tapi ditutup dan ditutupi dengan pembalut steril pasca
operasi.Infeksi pada luka dapat timbul dari tubuh pasien sendiri, secara eksternal dari
personil kamar operasi atau dari lingkungan ruang operasi.

Ruang operasi sebagai tempat beresiko tinggi, oleh karena itu penting bahwa lingkungan
perioperatif bersih dan bebas debu. Hal ini dibantu oleh tekanan udara positif dalam ruang
operasi.sebuah kebijakan dari rumah sakit untuk pembersihan ruang operasi harus tersedia
di setiap kamar operasi.Ini akan menyoroti tingkat kebersihan yang di butuhkan dan
personel protective equipment yang dibutuhkan saat membersihkan.

Kamar Operasi secara rutin dan periodik selalu dibersihkan secara teratur. Ini bertujuan
untuk tetap mempertahankan sterilisasi kamar operasi, sehingga dapat mencegah
kontaminasi pasien dengan lingkungan serta meminimalkan pertumbuhan kuman yang
membawa resiko baik kepada pasien maupun personil kamar operasi.(Hipkabi, 2013)

Macam – Macam Pembersihan Kamar Operasi


1. Pembersihan Harian / Rutin
Merupakan pembershan yang dilakukan sebelum dan sesusah penggunaan kamar degnan
ketentuan sebagai berikut :

a. Setiap hari seluruh permukaan lantai kompleks kamar operasi dibersihkan dan
didesinfeksi
b. Bekas perdarahan harus dibersihkan
c. Plastik tempat sampah harus diganti baru bila tindakan telah selesei
d. Peralatan yg telah digunakan pembedahan harus dibersihkan
e. Noda –noda harus dibersihkan
f. Lantai dipel dengan desinfektan
g. Alat tenun kotor dikeluarkan
h. Lampu operasi dibersihkan
i. Alas kaki dibersihkan setiap hari
Setiap hari dilakukan pemeriksaan prasarana seperti penyediaan air bersih, kelistrikan,
pencahayaan, ventilasi, dan sebagainya. Pelaksana adalah tim yang dinas pada saat itu dan
penanggung jawab adalah Kepala Unit Kamar Operasi.
2. Pembersihan Mingguan
Dilakukan seara keseluruhan, degnan ketentuan :

a. Dilakukan secara teratur setip seminggu sekali


b. Semua peralatan yang ada didalam kamar operasi dikeluarkan dan diletakkan di
koridor
c. Peralatan di cuci dengan cairan desinfektan/air sabun
d. Permukaan dinding di cuci dengan air mengalir
e. Lantai disemprot, di cuci / disikat dengan menggunakan deterjen,dan di
keringkan
f. Setelah kering,peralatan di kembalikan kedalam kamar operasi

3. Pembersihan Sewaktu /membersihkan antara kasus


Meliputi seluruh bagian kamar operasi ,meliputi dinding, meja operasi dan jika perlu di
bongkar , untuk memastikan bahwa tidak ada darah atau cairan tubuh akan mencemari
pasien berikutnya, meja instrumen, meja mayo dan semua peralatan yang ada di kamar
operasi untuk mencegah penularan organisme antara kasus, Membuang semua sampah
,pencucian intrumen untuk mencegah kontaminasi pasien beikutnya, setiap peralatan yang
rusak harus dikeluarkan dari ruang operasi dan di ganti,sampah linen yang terkontaminasi
ditaruh pada plastik sampah medis dn intrumen yang telah digunakan di taruh pada wadah
tempat pencucian instrumen.

2.4 Bahan Antiseptik dan Desinfektan


Cairan yang biasa dan sering dipakai di adalam kamar operasi antara lain:

1. Cairan Antiseptik
Cairan Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikrooganisme pada jaringan yang hidup seperti pada
pertumbuhan kulit dan membran mukosa ( Livinson W,2012)

Cairan Antiseptik antara lain:

a. Savlon 3% dapat membunuh kuman biasa tetapi tdak dapat membunuh TBC,
Spora dan Virus Hepatitis ( sesuai petunjuk pemkaian) dengan perbandingan
30cc dengan 1000 NaCL.
b. Bethadine 10% dan Yodium 2% mempunya efek kerja yang sama
c. Alkohol 70%
1) Tidak dapat membunuh spora dan virus hepatitis
2) Dapat membunuh kuman biasa pseudomorus deroginosa dan basil TBC
d. chlorhexidine Alkohol
e. Hidrogen piroksid
f. Rivanol
2. Cairan Desinfektan
Cairan Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit. Pengertian
lain dari desinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan
membunuh mikroorganismeyang terpapar secara langsung oleh desinfektan .

macam-macam cairan desinfektan yang ada di rumah sakit:


1. Golongan Phenol(Intermediate to Low Level Desinfectan)
2. Klorin aktif (intermidiate level desinfectan)
3.Glutaraldehyde (Might Level Desinfectan/sterilant)
4.Hydrogen pyroksida (High Level Desinfectan)
5. Formaldehide (Formalin)
6. Amonium quarterner (Low Level Desinfectan)

Cairan desinfektan antara lain:

a. Cidek
Macam – macam cidek ada 2, yaitu: Cidek Biasa dan Cidek Opa

1) Dapat membunuh semua jenis kuman dan virus


2) Mempunyai efek samping yang lebih baik diantara desinfektan yang ada
3) Tidak boleh dipakai angsung ke badan manusia
b. Venol
1) Dapat membunuh kuman biasa pseroginosa dan basil TBC
2) Tidak dapat membunu spora dan virus Hepatitis B
3) Sedikit berefek membunuh euycetes
c. Presept 2,5g
1) Dapat membunuh bakteri, spora, jamur, protoza, virus
2) Sangat efektif untuk virus AIDS, hepatitis B
3) Desinfektan dalam bentuk tablet dapat dicampur denagn anioic dan
nonionic detergen
4) Untuk desinfektan permukaan, peralatan dan perlengkapan rumah sakit,
laboratorium
d. Formalin
1) Tablet
2) Cair
Untuk mencegah inaktivasi desinfektan maka berikut ini diberikan beberapa petunjuk
penggunaan desinfektan:
a. Instruksi penggunaan desinfektan oleh pabrik yang membuatnya harus
dipatuhi
b. Perlu diperiksa tanggal kadaluwarsa
c. Perhatikan pelarutan desinfektan dengan kadar yang optimal
d. Selalu cuci bersih benda-benda sebelum desinfeksi, sebab desinfektan
dapat menjadi tidak aktif oleh bahan organic.
e. Jangan mengisi kembali tempat desinfektan bekas tanpa dilakukan
sterilisasi terlebih dahulu
f. Disinfektan tidak boleh digunakan untuk sterilisasi peralatan (kecuali jika telah diatur
dalam kebijakan desinfektan, misalnya endoskopi)
g. Tempat desinfektan harus tertutup rapat untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh
bakter yang resisten terhadap antibiotika, misalnya pseudomonas dan spora

2.5 Positioning

2.5.1 pengertian

Adalah Suatu posisi aman nyaman tanpa menimbulkan cedera pasca bedah dengan
mempertimbangkan pendekatan bedah tertentu untuk menghindari kerusakan syaraf,
pembuluh darah, dan cedera muskuloskeletal terkait dengan posisi.

2.5.2 tujuan

1. Memperlancar jalannya operasi


2. Memberi rasa aman ,nyaman pasien secara anatomis dan fisiologis
3. Lapangan operasi dapat di akses dengan mudah
4. Menjaga keselarasan tubuh
5. Mempermudah anestesi akses pembiusan,pembuluh darah vena

2.5.3 macam – macam posisi pembedahan

1. Posisi Dorsal/Suppine
 Thyroiditis Position

Operasi daerah leher (operasi thyroidectomy, operasi Oessopogus, operasi Larynx, operasi
tracheostomia).

 Posisi Cholelithiasis

Operasi liver, bladder

2.Posisi Lithotomy
 Operasi yang menggunakan posisi Lithotomy antara lain Operasi TURP, TURBT,
Uretroplasti, Cystoscopi, RPG,URS, Pasang Dj Stent, Cordektomy, Operasi
kebidanan, hemorrhoid,dsb.

Gambar posisi litotomy

2. Posisi lumbotomy
Operasi yang menggunakan posisi Lumbotomy anatara lain operasi ginjal, adrenald glans,
radikal nefrectomy, uretrolithotomy, pyeloplasti dsb

Kidney Position

Chest Position

 Operasi: daerah thorax

Knee Chest Position


 Operasi: Vesico/Rektovaginal Fistel
 Tindakan: Sigmoidescopy, Endoscopy

4.Posisi Prone
Operasi yang menggunakan posisi prone anatara lain operasi PNL, PNS, PNCL dll
Gambar .posisi prone

5.Trendelenburg
 Operasi perut bagian bawah atau pinggul

Gambar .posisi Trendelenburg

6. Jack Knife (Kraske)

7. Posisi Fowler
 Memberikan anestesi kepada pasien yang full stomach (perut penuh)
 Operasi: Craniotomy atau daerah wajah

2.6 Cuci tangan pembedahan


2.6.1 pengertian
Cuci tangan bedah adalah proses menghilangkani beberapa microorganisme
dan kulit tangan dan lengari sebelum memakai gaun pembedahan.

Cuci tangan bedah adalah membersihkan tangan dengan menggunakan sikat halus dan
sabun antiseptik dibawah air mengalir untuk mengangkat debu, kotoran, minyak atau
lation maupun mikroorganisme dari tangan dan lengan pada anggota tim bedah yang akan
melakukan prosedur pembedahan . (SPO. Cuci Tangan Pembedahan RSUD, Dr, Soetomo,
2016).
Cuci tangan bedah ini dapat melalui 2 proses:
1. Proses mekanik: Membersihkan organisme dengan gosokan, kuku dibersihkan dibawah
air mengair dengan pembersih kuku
menggosok tangan dengan menggunakan sikat halus, untuk mengangkat kotoran dan
mikroorganisme
2. Proses kimiawi:
Menurunkan perkembangan flora dan menonaktifkan microorganism dengan larutan
antiseptic.Tambahan larutan antiseptic pada sikat 6tetes (diperkirakan sekitar 2 — 3 ml)
cukup untuk prosedur cuci tangan ini.
Bagi jari, tangan dan lengan menjadi 4 sisi permukaan. Sikat tangan sesuai anatomy garis
bayangan 4 sisi permukaan. Dimulai dengan jan kemudian ke jan-jan yang lain, lälu turun
kesisi luar dati empat jan lalu ke sisi dorsal tangan kemudian ke arah palmar. Kemudian ke
arah pergelangan tangan, dn diakhiri sekitar 5 cm dan siku. Jadi seluruh proses cuci tangan
diawali dengan ibu jari dan diakhiri dengan di area bawah siku. Setelah proses cuci tangan
jaga agar tangan lebih tinggi dan siku, sehingga air akan mengalirmelewati siku.

proses melepaskan kotoran dan mikoorganisme dengan menggunakan antiseptik yang


memiliki kemampuan residural
2.6.2 Tujuan

Menghilangkan microorganism,debris,minyak dari tangan dan lengan personel


Mengurangi jumlah mikroba di kulit tangan dan lengan
Mempertahankan jumlah mikroba tetap minimal selama pembedahan

2.6.3 Persiapan
1. Persiapan Personal
a. Rambut telah tertutup atau APD lengkap ( topi, masker, kaca mata, apron,
sepatu khusus yang tertutup)
b. Kuku jari tangan pendek, bersih dan bebas dari cat kuku
c. Cicin dan jam tangan telah dilepaskan, gulung lengan baju 10 cm diatas siku
d. Tidak ada luka di kulit atau kelainan pada kulit yang sedang dalam proses
infeksi
e. Memilih lartan antseptik yang tepat chlorhexidin gluconate 4 %
2. Persiapan Alat
a. Tempat cuci tangan yang cukup dalam dan lebar untuk mencegah percikan air
keluar dar area cuci tangan
b. Air mengalir yang memenuhi syarat, yang dapat dikendalikan dengan siku atau
kaki
c. Sikat halus dan spo yang emnganduk antiseptik
d. Pembersih kuku
e. Waslap steril
f. Tempat sampat utuk mebuang sikat bekas pakai
2.6.4 Prosedur Cuci Tangan
1. Buka waslap steril pada tempatnya
2. Buka sikat, spon dan pembersih kuku pada tempatnya
3. Basahi tangan dan lengan sampai dengan 5 cm diatas siku di bawah air mengalir
4. Ambil cairan antiseptik yang mengandung Clorhexidin 4% di telapak tangan
5. Gosokan telapak tangan kanan dan kiri
6. Gosok pungkung tangan kanan dan kiri
7. Gosok telapak tangan kanan dan kiri dengan jari disilangkan
8. Gosokkan pungung jari kanan dan kiri dengan cara gerakan mengunci
9. Putar dan gosokkan jempol sampai kelingking tangan kanan dan kiri
10. Putar dan gosok ujung ujung jari tangan dan kiri
11. Gosok pergelangan tangan kanan dan kiri sampai dengan 5 cm diatas siku dengan
cara gerakan memutar
12. Bilas dengan air mengalir dari ujung jari hingga 5 cm diatas siku sampai bersih
13. Bersihkan kuku dengan menggunakan pengumpil kuku untuk membersihkan
kotoran di sela kuku di bawah air mengalir
14. Ambilah sikat dan bersihkan ujung kuku kanan dan kiri dengan bagian sikat yang
kasar
15. Sikat telapak tangan dan pungung tangan serta jari jari dengan 4 bagian dengan
meggunakan bagian sikat yang halus / spon yang mengandung Clorhexidin 4%
16. Mengosok hingga setengah bagian lengan kanan dan kiri dengan menggunakan
spon
17. Dilanjutkan menggosok hingga bagian siku lengan kanan dan kiri
18. Bilas dengan air mengalir dari ujung jari hingga 5 cm diatas siku sampai bersih
19. Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai ke siku, untuk mencegah kontaminasi
20. Pertahankan posisi tangan agar lebih tinggi dari siku
21. Matikan kran dengan siku atau kaki jika tidak mnggunakan kran otomatis
22. Pertahankan posisi tangan saat menuju kamar operasi
23. Gunakan punggung untuk menbuka kamar bedah, jika tidak tersedia pintu otomatis

Gambar teknik cuci tangan furbringer

2.7 Memakai dan melepas gaun bedah


2.7.1Pengertian
Adalah memakai / memasang baju steril pada diri sendiri atau orang lain setelah cuci
tangan, dengan prosedur tertentu agar lokasi pembedahan bebas dari mikroorganisme
2.7.2 Tujuan
1. Untuk menghindari kontaminasi antara bidang sterile dengan personel maupun baju
yang tidak steril.
2. mencegah kontaminasi silang antara pasien dan personel
3. mencegah mikroorganisme di baju dan tangan personel berpindah ke luka pasien
selama pembedahan
4. melindungi personel dari microorganism yang ada di pasien maupun udara

2.7.3 Persiapan
1. Baju Steril dalam bungkusan set steril
2. Teman kerja ( perawat sirkuler ) untuk membantu mengikat tali baju
2.7.4 Prosedur Pelaksanaan Memakai Baju Steril / Baju Operasi

Cara memakai gaun sendiri:


• Raih lipatan baju pembedahan dengan cara seperti memegang buku. Hati-hati jangan
sampai menyentuh sisi luar baju pembedahan.

• Mundur dan beri jarak aman dan meja untuk menghindari kontaminasi. Cengkeram
lipatan baju, hati-hati dengan area leher dan lengan

• Tahan gaun bagian dalam dengan kedua tangan didaerah lubang lengan, biarkan gaun
daerah badan jatuh kebawah, dan jaga bagian dalam gaun berhadapan langsung dengan
tubuh dan lengan masuk ke lubang lengan. Jangan menyentuh baju bagian luar dengan
tangan telanjang.Jika bagian atas gaun jatuh kebawah maka gaun tersebut dianggap
terkontaminasi.

• Masukkan kedua lengan secara bersamaan ke dalam lubang lengan baju Perawat sirkulasi
berdiri dibelakang perawat instrument dan menarik gaun hingga melewati bahu dengan
cara merafh lapisan dalam bahu dan lengan. Baju ditarik kebelakang sehingga manset baju
berada di telapak jan. Jangan mendorong telapak tangan keluar dan manset.Biarkan gaun
bagian belakang diikat terlebih dahulu.Jangan mengikat baju terlalu ketat sehingga
menyebabkan tangan keluar dan manset.

Cara Memakai gaun steril dengan bantuan:

Jika model gaun sterilnya itu seperti baju yang melingkar, maka bagian steril yang
menutup punggung jangan disentuh terlebih dahulu sampai perawat instrument selesai
memakai handscoen.
• Model gaun yang berputar mempunyai tekhnik mengikat yang berbeda-beda
a) Reusable gown tali : pengikatnya diamankan didepan baju dengar satu ikatan. Dengan
memakai handschoen steril , tarik ikatan supaya terbuka, dan pegang tali yang lebih
panjang sebelah kanan dengan tangan kanan dan tali yang lebih pendek disebelah kiri
dengan tangan kiri. Tahan tali yang sebelah kiri, dan berikan tali di tangan kanan ke
sirkulator yang posisinya diam disekitar perawat instrument.Lalu perawat instrument
berputar ke kiri sampai baju dapat menutup belakang hingga sempurna Jangan
meletakkan tali gaun pembedahan yang panjang di antara tumpukan barang steril, karena
akan menyebabkan bagian belakang menyentuh bagian steril.
b) Disposable gown : Ujung dan tali pembedahan dibungkus dengan kertas tag.Lepaskan
tali yang pendek dan kertas tag. Tali panjang tetap berada di kertas tag kemudian berikan
kertas tag ke perawat
sirkulasi, hati-hati agar tidak. menyentuh kertas tag yang dipegang sikulator. Berputar ke
arah kiri,sampai baju menutup punggung. Tarik tali di kertas tag sepanjang 40- 60
centimeter dan perawat sirkulasi menahan kertas tersebut, dan tarik keseluruhan tali dan
kertas tag.
Perawat sirkulasi membuang kertas tag tersebut dan perawat instrument mengikat tali
disamping tubuh.
c) Jika kedua tali jatuh, maka perawat sirkulasi mengikat tali tersebut
dibelakang tubuh perawat instrumenkarena tali yang jatuh melebihi
level tinggi lapang steril maka dianggap terkontaminasi.

Cara perawat instrument bergerak untuk mempertahankan


kesterilan:

Prosedur melepas baju steril


1. Mengganti Baju Terkontaminasi
Jika baju operasi terkontaminasi dan perlu diganti, pertama kali ditanggalkan baju operasi
lalu sarung tangan, hal ini memungkinkan anda untuk mengenakan kembali baju operasi
dan sarung tangan tanpa perlu mencuci tangan lagi. Jika sarung tangan dilepaskan terlebih
dahulu, diikuti dengan baju yang tidak steril, makan harus cuci tangan ulang sebelum
memakai kembali baju steril dan sarung tangan.
2. Melepas Baju Operasi
a. Perawat sirkuler melepas tali belakang baju operasi, tim bedah yang memakai
baju operasi melepas tali bagian depan dengan tetap memaki sarung tangan,
tarik bahu baju kanan dengan tangan kiri dan bahu kiri dengan tangan kanan
tarik kebawah sampai turun
b. Saat melepaskan baju steril dari lengan, tarik lengan baju dari tubuh dengan
memfleksikan siku
c. Lipat baju operasi dengan posisi bagian luar baju ada didalam lipatan
d. Masukkan baju operasi yang sudah terlipat ke dalam tempat yang sudah
disediakan

Gambar memakai gaun operasi

2.8 Memakai dan melepas sarung tangan steril


2.8.1 Pengertian
Adalah memasang sarung tangan steril pada tanagn sendiri atau orang lain yang sudah cuci
tangan pembedahan dengan prosedur tertentu.
2.8.2 Tujuan
1. Menutup permukaan tangan yang tidak steril dari para anggota tim bedah sehingga
melindungi pasien dari kontaminasi kontaminasi microorganisme ke luka
operasinya
2. Melindungi tim bedah dari kontaminasi darah,cairan tubuh dan material dari tubuh
pasien
3. Mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi

2.8.3 Persiapan
Sarung tangan steril sesuai ukuran diletakkan pada tempat yang telah disediakan
2.8.4 Prosedur Memakai Sarung Tangan Steril

Buka bungkus handshcoen seperti membuka buku dengan tangan yang tetap terbungkus
manset gaun pembedahan.Terlihat handshcoen dengan lipatan dalam keluar.Ambil dengan
tangan tertutup lipatan bawah handschoen.

Dengan tangan tertutup ambil handschoen sebelah kiri dengan tangan kanan Letakkan
lurus, jari-jari handshcoen menghadap ke tubuh personel, dan ibu jari handshcoen berada
disamping bawah.Cengkeram lipatan handhscoen dengan jari-jari.Lalu masukkan jari-jari
kedalam handshcoen, lalu tarik manset gaun pembedahan dengan tangan kanan hingga
jari-jari masuk ke jari-jari handshcoen.Lalu rapikan pergelangan tangan handshcoen.
Untuk proses tangan satunya sama hanya kebalikannya.
2.8.5 Melepas Sarung Tangan
1. Pegang bagian luar dari satu manset dengan tangan bersarung tangan, hindari
menyentuh pergelangan tangan
2. Lepaskan sarung tangan dengan dibalik bagian luar kedalam, pegang dengan
tangan sisi yang lain
3. Dengan ibu jari atau telunjuk yang tidak memakai sarung tangan, ambil bagian
dalam sarung tangan lepaskan sarung tangan kedua dengan bagian dalam keluar,
buang pada tempat sampah medis.

2.9 Teknik antisepsis


2.9.1 Persiapan kulit dalam pembedahan:
2.9.1.1 Tujuan
Kulit pasien dipersiapkan sebelum pembedahan untuk menghilangkan kotoran dan debris,
untuk mengurangi jumlah mikroba seminimal mungkin, dan menghambat pertumbuhan
ulang mikroba selama prosedur pembedahan.
Sebelum memulai persiapan kulit, keadaan kulit pasien harus dikaji adanya riwayat alergi
terhadap suatu zat tertentu.
2.9.1.2 Pencukuran rambut
Seiring berkembangnya pengetahuan, rambut tidak lagi dilakukan pencukuran kecuali
rambut terlalu lebat dan mengganggu akses area pembedahan. Namun, jika perlu rambut
harus dicukur sedekat mungkin dengan waktu pembedahan karena adanya blob urden di
setiap goresan atau luka yang ditimbulkan oleh pisau cukur atau metode lain. Blob urden
adalah sejumlah mikroorganisme disetiap benda atau di Iingkungan pada waktu tertentu.
Salah satu penentu utama timbulnya infeksi luka operasi (ILO).Sudah banyak angka
infeksi yang ditimbulkan karena pencukuran dilakukan dalam waktu jauh sebelum operasi
(AORN, 1994).Depilator, pencukur listrik, gunting, atau silet steril dapat digunakan untuk
menghilangkan rambut tetapi yang disarankan adalah dengan menggunting.
Jika rambut memang mengganggu prosedur operasi, maka hal yang harus diperhatikan
ialah:
1. Pencukuran rambut dilakukan di hari akan dilakukan operasi dan dilakukan di luar
kamar operasi.
2. Hanya rambut yang mengganggu saja yang boleh dicukur.
2.9.1.3 Bahan persiapan kulit
Kulit harus dihllangkan Iemaknya, dibersihkan dengan bahan antimikroba, yaitu dengan
scrub, olesan atau apusan mikroba.
Penghilangan lemak mencakup pembersihan minyak alami di kulit ,keringat dan sel epitel.
Oleh karena itu, tersedia banyak bahan antiseptik tetapi harus hati-hati dalam penggunaan
karena bahan mudah terbakar.
Pembersihan kulit dapat dilakukan dengan larutan antimikroba ata dengan scrub mekanis.
Pilihan larutan tergantung pada jenis kulit.blob urden tempat operasi, preferensi ahli
bedah, dan adanya alergi pada pasien. bahan paling populer adalah iodium, clorhexidine
gluconate, alcohol 70%, kloroxilenol (PCMX), dan triklosan.
Dan beberapa penelitian tentang perbandingan efektivitas penggunaan bahan
antiseptik.Dan didapatkan hasil bahwa suatu larutan lebu efektif apabila di aplikasikan
dengan antiseptik yang dapat membentuk film pada kulit.Karena film tersebut dapat
menghambat migrasi bakteri dan daerah kulit di sekitar tempat insisi.

2.9.1.4 Daerah kulit yang dipersiapkan


Daerah kulit yang dipersiapkan sebaiknya seluas-luasnya untuk mencegah migrasi
mikroorganisme dan daerah terkontaminasi ke daerah bersih selama prosedur
pembedahan.
Daerah kulit yang dipersiapkan harus dimulai dan tempat insisi, lalu meluas ke arah luar
secara terus-menerus dengan gerakan melingkar dan tempat insisi dan spons bekas dan
arah luar tidak digunakan pada area awal (arah bersih ke arah kotor).
Prosedur
1. Peralatan untuk persiapan kulIt dan alat lain disusun dan dibuka disebuah meja kecil.
2. Kerahasiaan pribadi pasien dijaga dengan hanya mengekspose bagian tubuh yang
diperlukan.
3. Sarung tangan steril dipasang.

4.Dibawah dan atas tempat pembedahan diletakkan handuk steril. Handuk berlipat
diletakkan di sisi untuk menyerap kelebihan cairan dan untuk mencegah terjadinya
genangan.
5. Kulit dibersihkan menggunakan mekanis dalam pola melingkar, bergerak ke arah luar
dan tempat yang di insisi.
6. Sikat atau spons dibuang setelah batas luar daerah insisi.
7. Spons baru dibasahi dan pembersihan dilanjutkan dengan pola yang sama selama 3-5
menit.
8. Daerah yang dipersiapkan dapat dikeringkan dengan handuk atau kain steril, atau
larutan dibiarkan mengering sendiri.
9. Apabila diperlukan, oleskan larutan antimikroba.
10. Handuk di singkirkan, sarung tangan dan peralatannya dibuang ke tempat yang telah
disediakan.
11. Dokumentasikan waktu, daerah, larutan yang digunakan dan kondisi kulit.
A. Surgical skin antisepsis
Antisepsis merupakan upaya yang dilakukan untuk pencegahan infeksi dengan membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
Mengurangi bakteri pada permukaan pembedahan mencegah terjadinya infeksi post
operasi, memilih antiseptik yang akan aman dan efektif untuk bedah individu pasien, dan
menerapkan antiseptik yang aman dan cara yang efektif.
Antiseptik adalah suatu bahan yang digunakan untuk mencegah atau menahan
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan hidup, terutama kulit.
Asepsis adalah proses untuk mencegab pencemaran oleh mikroorganisme berkaitan
dengan jaringan, benda mati maupun lingkungan.

2.9.2 Cara melakukan antisepsis daerah pembedahan:


a. Buka peralatan steril untuk antisepsis kulit di atas meja steril
yang terdiri dan:

o 2 mangkok (kom kecil) tempat cairan antiseptik

o 1 kodney disposal

o Sponge holding forceps

o Deppers /kassa steril untuk antiseptik kulit.

b. Cairan antiseptik dituangkan dalam kom/ mangkok


c. Pencucian daerah pembedahan dimulai dan tengah menuju ke penifer dengan cara
memutar.
Prosedur antisepsis area pembedahan:
1. Setelah pasien dalam keadaan teranestesi, daerah operasi diperlihatkan.
2. Beberapa dokter akan melakukan pencucian area operasi sebelum dilakukan
antisepsis,dan ada yang tidak.
3. Umbilikus dibersihkan dengan lidi kapas yang dibasahi dengan antiseptik, bila ia juga
juga termasuk dalam bagian area insisi.
4. Asisten bedah mengolesi daerah operasi dengan kassa yang sudah dibasahi larutan
antiseptik. Daerah insisi di olesi terlebih dahulu kemudian daerah persiapan prabedah
diperluas secara melingkar keluar sampai batas keamanan yang cukuplebar.Kecuali daerah
insisikotor, maka antisepsis dimulai dari area bersih ke area kotor.
5. Lakukan pengulangan hingga 3 kali pengolesan dengan catatan kasa sekali oles
langsung dibuang dan ganti dengan kasa baru disetiap pengulangan.
6. Supaya efektif, biarkan antiseptik mengering dan membentuk film pada kulit.
7. Jika ekstremitas yang di antisepsis, maka ekstremitas tersebit harus dipegang oleh
seorang asisten bedah dan seluruh sekelilingnya diolesi dengan larutan antiseptik
8. Setelah daerah antisepsis kering, mulai lakukan penutupan dengan kain atau yang
disebut drapping.

2.9.3 Batas area untuk persiapan kulit menurut jenis pembedahan:


A. Kepala dan leher
Mata
1. Ahli bedah tidak pernah melakukan pencukuran pada alis mata, kecuali memang sangat
mengganggu karena alis tidak akan tumbuh sama persis seperti semula apabila dicukur.
2. Bulu mata terkadang dipotong dengan menggunakan gunting iris yang sudah dibasahi
dengan pelumas agar bulu mata Iengket pada gunting. Tapi pencukuran jarang juga
dilakukan kecuali benar-benar diperlukan.
3. Kelopak mata dan daerah periorbital dibersihkan dengan antiseptik yang tidak
menyebabkan iritasi kemudian dibilas dengan air steril hangat. Pembersihaan dilakukan
dan dalam mata, baru daerah luar dan pipi.
4. Pada konjungtiva dibersihkan dengan larutan non toxic, seperti larutan normal saline
steril dengan bulb syringe. Beberapa ahli bedah ada yang menggunakan larutan iodophor
(bukan detergen maupun bentuk alkohol).Tutup telinga dengan plester dan kassa untuk
mencegah larutan masuk ke dalam telinga.Larutan dioleskan dengan kassa steril dan
kepala agak
dimiringkan ke samping.
Tidak dianjurkan menggunakan klorheksidine pada area wajah dan mata karena dapat
menyebabkan kerusakan pada kornea dan dapat menyebabkan tuli sensonineural jika
memasuki telinga (misal:perforasi membran tympani).
• Telinga, wajah dan hidung
1. Biasanya pembersihan dengan handuk akan sulit, sehingga sulit dibersihkan dengan
larutan antiseptik. Tetapi permukaan kulit harus dibersihkan setidaknya hingga batas
rambut.

2. Kapas dengan pemegangnya biasanya digunakan untuk membersihkan nostril dan


saluran telinga bagian luar:
3. Lindungi mata dengan plastik steril dan apabila pasien bangun, mintalah pasien tetap
menutup mata hingga persiapan usai. Letakkan kassa bulat pada telinga untuk melindungi
masuknya larutan.
Leher
1. Daerah antisepsis dimulai dan leher lateral ke garis meja dan sampai mandibula, puncak
bahu, dada hingga garis puting susu.
2. Untuk prosedur bedah gabungan kepala dan leher, termasuk muka dengan mata, kepala,
dan leher posterior leher, dan daerah atas bahu.
B. Chest and trunk
• Lateral thoracoabdominal
1.Tangan diangkat selama prosedur antisepsis
2. Dimulai dan area insisi kemudian daerah ketiak, dada, dan perur dan leher ke puncak
iliaka.Untuk operasi pada daerah ginjal dapat di antisepsis meluas hingga aksila dan turun
ke pubis. Dan area meluas hingga midline, anterior dan posterior, juga lengan dan siku

Dada dan payudara


1.Lengan di angkat oleh asisten dengan sedikit mengangkat bahu dan ketiak dan meja
operasi.
2. Area antisepsis meliputi bahu, lengan atas ke siku, ketiak, dada hingga garis meja, dan
di luar sternum ke bahu yang berlawanan. Biasanya kedua payudara sama-sama disiapkan.

Shoulder
1.Lengan di angkat oleh asisten dengan sedikit mengangkat bahu dan ketiak dan meja
operasi.
2. Area antisepsis meliputi Iingkar lengan atas hingga bawah siku, dan pangkal leher atas
bahu, tulang belikat, dan dada hingga midline.
Retroperitoneal area
1.Letakkan perlak memanjang dengan bawah diletakkan ember untuk menampung cairan
antiseptik dan bekas antisepsis.
2. Area antisepsis meliputi pubis, area genetalia, perineum, anus, dan kedua paha bagian
dalam.
3. Mulai pembersihan dan atas kemaluan, menggosok ke bagian bawah alat kelamin dan
perineum, kemudian buang kassa.
4. Kedua area paha bagian dalam digosok dengan sponge terpisah. Diawali dan pangkal
paha ke area distal paha.
5. Kemudian area anal.
6. Daerah rectoperitoneal disiapkan setelah area perut. Dengan menggunakan set terpisah
bila ada rencana pembedahan pada daerah perut.
Vagina

1.Sediakan sponge forceps set untuk bagian dalam dan untuk bagian vagina luar,
2. Pasang perlak pada bawah bokong.
3. Kateter dipasang hanya jika diperlukan. Vagina dan flora anal seharusnya bukan area
steril.
4. Untuk pembersihan daerah luar meliputi area pubis, vulva, labia, perineum, anus dan
area yang berdekatan, termasuk spertiga atas paha bagian dalam.
5. Antisepsis dimulai dan atas kemaluan, mengarah kebawah daerah vulva dan perineum,
bagian dalam paha digosok dengan spons terpisah dan labia mayora luar.
6. Vagina dibersihkan dengan pemegang spons terpisah, dan pembersihan harus dengan
hati-hati karena mukosa vagiba yang banyak lapisan dan susah dibersihkan.
7. Setelah pembersihan menyeluruh organ vagina. Keringkan daerah vagina dengan spons
steril untuk mencegah kemungkinan flora memasuki rongga peritoneum selama prosedur
bedah pada organ panggul
8.Anus dibersihkan paling akhir untuk mencegah masuknya flora ke dalam lubang vagina.
• Ektremitas

1.Beri underpad di bawah ektremitas yang akandibersihkan untuk mencegah terjadinya


genangan larutan. Dan disingkirkan bila semua sudah dalam keadaan terantisepsis agar
meja operasi tetap dalam keadaan kering.
2. Ekstremitas di tahan dengan petugas yang menggunakan sarung tangan seril dalam
keadaan elevasi hingga pemasangan steril drape.
3.Semua area digosok melingkar dan di ulang 2 kali, dan teliti dengan seksama untuk
memastikan semua area telah terantisepsis. Termasuk daerah pinggul, paha, lutut, dan
prosedur kaki bagian bawah.
4. Jika menggunakan torniket, pad harus terbuat dan bahan yang dapat menyerap cairan
dan tidak menyebabkan maserasi. Jika menggunakan manset torniket non steril, maka
harus dipasang sebelum pemasangan drapping steril. Letakkan handuk kering di atas
manset untuk menyerap kelebihan cairan sebelum torniket di inflate.
• Upper arm
1. Letakkan kain di atas bahu dan axila.
2. Lengan dipegang asisten dengan sedikit mengangkat bahu menjauhi meja operasi.
3. Area meliputi seluruh lingkar lengan ke pergelangan tangan, aksila, bahu atas dan
tulang belikat.

• Elbow and forearm


1. Lengan dipegang oleh asisten
2.Area meliputi seluruh lengan, aksila, dan termasuk tangan
• Hand
1.Tangan di pengang petugas dengan sarung tangan steril, untuk memudahkan pada saat
menggosok secara melingkar.
2. Area meliputi tan gan dan lengan 3 inch di atas siku.
Hip
1. Kaki yang akan dilakukan pembedahan di angkat dan di topang dengan tangan lain di
daerah poplitea.
2. Area meliputi perut pada sisi sakit, paha ke lutut, pantat ke garis meja, pangkal pahadan
pubis.
Paha
1.Kaki dipegang dan pergelangan kaki
2.Area meliputi seluruh area paha, kaki ke pergelangan kaki, diatas pinggul dan bokong
hingga garis meja operasi, pangkal paha dan pubis.

• Knee and lower leg


1. Kaki di angkat untuk mempermudah antisepsis
2.Area meliputi lingkar kaki dan meluas dan kaki ke bagian atas paha.

• Ankle and foot


1. Kaki dipegang pada daerah lutut, menggunakan penopang kaki mungkin lebih mudah.
2. Area meliputi keseluruhan jari kaki dan meluas hingga daerah lutut.

2.10 Drapping
Drapping adalah prosedur yang dilakukan untuk menutup pasien dan area non steril dan
area steril dan sekitarnya dengan penghalang steril untuk menciptakan dan memelihara
area pembedahan dalam keadaan steril.
2.10.1 karakteristik bahan drapping
1. Resisten terhadap abrasi
2.Sebagaf barier (antimikroba)
3.Drapebility
4.Dapat mencegah listrik statik
5.Non flamable (tidak menginduksi kebakaran)
6.Bebas serat
7. Tensile strenght (kuat terhadap tahanan)
8. Biocompatibility (free toxic)

2.10.2 Jenis drapping


1. Drapping pakal ulang (reusable)
a. Penggunaanya berkali-kali, bahannya immpermeable terhadap cairan (dalam kondisi
tertentu)
b. Proses pencucian, sterika dan sterilisasi menyebabkan seratnya mengkisut
c. Siklus diatas menyebabkan kecenderungan mengubah struktur material
d. Beberapa pabrikan melaporkan kerusakan struktur material setelah 75-100 kali siklus

2. Drapping sekali pakai (disposible)


a. Mencegah penetrasi bakteri dan lelehan cairan
b. Lembut, bebas serat ringan, padat, tahan kelembaban, non iritatif,dan bebas listrik statis.

c. Menurunkan kontaminasi mikroorganisme berbahaya/infeksius dan ekskresi dan cairan


tubuh,tidak direkomendasi pemakaian ulang.
d. Penyimpanan, transportasi, pembuangan limbah biasanya menjadi masalah.
e. Penggunaan incinerator cukup baik tetapi harus diolah dengan baik agar tidak
mencemarkan lingkungan.
2.10.3 Bahan untuk drapping
1. linen
- Memerlukan pencucian
- Memenlukan pelipatan yang benar
- Memenlukan proses sterilisasi
- Adanya lipatan/jahitan yang menjadi tempat kuman
- Tidak kedap air- sumber kontaminasi.

a. Macam tenun untuk drapping


- Laken besar
- Duk lubang
- Duk kecil
- Sarung mayo
- Jas operasi
b. Ukuran tenun untuk drapping
- Sarung meja mayo 140 cm x 75 cm
- Sarung kaki 140 cm x 60 cm
- Sarung cauter 10 cm x 200 cm
- Duk besar 25Ocm x l8Ocm
- Duk kecil 146 cm x 140 cm

2. nonwoven (kertas)

Non woven/ kertas:


a. Baik sebagai proteksi terhadap kontaminasi
b. Tidak lembab
C. Mahal
d. Saat ini semakin disenangi untuk dipakai
e. Kedap air
f. Disposible
3. plastic incisional drapes
a. terbuat dan bahan polivinyl
b. Tersedia dalam kemasan steril dan berbagai ukuran
C. Insisi dapat dilakukan langsung diatas yang melekat
d. Memudahkan drapping pada area tubuh yang irreguler leher sekitar telinga, ekstremitas
dan sendi).

2.10.4 Jenis drapping dan aplikasinya


1. plain sheet
Plain sheet disebut juga monir sheet, top sheet atau bottom shee Plain sheet dipakai untuk
menutup bagian bawah atau bagian atas daerah insisi
2. Tube stockinete
- Drape yang menyerupai kaos kaki
- Biasanya digunakan pada pembedahan tungkai
- Biasanya terbuat dan kain yang elastis
3. Head drape
a. Digunakan untuk pembedahan daerah kepala (mis. Tonsilekto.pembedahan pada
hidung)
b. Biasanya dikombinasikan dengan dua towels atau small sheet.
4. Plastic drape
Beberapa ahli bedah beranggapan bahwa plastik drape dapat menahan dan
mempertahankan sterilitas area karena menghambat perkembangbiakan mikroorganisme
kulit yang terbungkus plastik steril.

5. Eye drape
Terbuat dan kertas yang terdapat kantong plastik pada sisi yang akan dilakukan tindakan
untuk menampung air irigasi selama operasi berlangsung.

2.12 Benang Bedah


Benang bedah merupakan bahan yang digunakan untuk memperbaiki jaringan
yang diinsisi atau robek. Tujuan utamanya adalah proses penyembuhan dari
jaringan yang trauma sehingga menurunkan angka resiko infeksi:
a. Bebrapa faktor yang menjadi pertimbangan pemilhan benang meiputi:
1) Absorbable
2) Non absorbable
3) Tensile Strength
4) Monofilamet
5) Multifilament
6) Jaringan infeksi atau tidak
7) Kemudahan dalam membuat simpul ikatan

b. Bahan Benang:
1) Absorbable
a)Surgical cut : terbuat dari lapisan mukosa usus domba atau usus babi
b)Benang Collagen: terbuat dari tendon hewan ternak, dipergunakan
paling sering untuk menjahit area mata
c)Benang Sintetik Absorbable : kombinasi dari lactic acid dan glycolic
acid polimer ( vicryl, dexon dan polysorb )
2) Non Absorbable
a) Silk : terbuat dati pintalan benang larva sutra
b) Cotton: terbuat dari helai tunggal benang cotton yang diputar
c) Nylon: berbahan dasar synthetic polyamide
d) Polyester fiber
e) Polypropylene
f) Stainless steel
g) Benang barbed
c. Ukuran diameter benang : 2, 1,0,1/0,2/0,3/0,4/0,5/0,.....0/0(mm)
d. Karakteristik benang :
Susunan fisik : single strand (monofilament) /multi strand ( Multifilament)
Capillarity
Diameter (size)
Tensile strength
Knot strength
Elasticity
Memory
2.23 Teknik Dekontamimasi dan Sterilisasi
Teknik Dekontaminasi
1. Pengertian
Dekontaminasi adalah proses yang menghilangkan banyak atau
seluruh mikroorganisme pathogen kecuali spora bakteri pada benda mati.
(SPO.Teknik Dekontamintasi, Dr.Soetomo,2016).
2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari desinfeksi
a. Pembersihan pra dekontaminsi pada alat
b. Adanya bahan organik dan anorganik
c. Jenis dan tingkat kontaminasi mikroba
d. Konsentrasi dan waktu paparan bahan desinfektan
e. Sifat fisik dari alat ( misal: celah – celah, engsel , dan lumen)
3. Proses Dekontaminasi Alat Kritis
a. Dekontaminasi pada semua intrument bedah

1) Pre –Cleaning
Alat dibersihkan dari sisa debris dengan air mengalir
2) Cleaning
Rendam alat dengan menggunakan larutan enzimetik 0,5% yaitu
dengan melarutkan 25 cc enzimatik dalam 5 liter air selama 5 -10
menit
3) Brushing
Sikat sela-sela alat dengan sikat lembut hingga tidak ada kotoran yang
menempel.
4) Rhising
bilas dengan air mengalir dan sikat dengan sikat halus
5) Drying
lap kering lembut dan kering
6) Setting / Packaging
Bahan dan alat yang akan dikemas harus di perfksa kondisi cia
kelengkapan alat/bahannya.
Pengesetan alat sesuai dengan cheklist instrumen, selanjutnya
dilakukan pengepakan dengan menggunakan tray instrumen
7) Sterilisasi
8) Dokumentasi
b. Dekontaminasi pada Alat Semi Kritis
1) Pre Cleaning
Bersihkan alat dari debris dengan air mengalir
2) Cleaning
Rendam alat dengan menggunakan larutan enzimetik 0,5% dengan
melarutkan enzimatik 25 cc banding 5 liter air selama 5 -10menit
3) DTT
Direndam dengan larutan cidek selama 15 – 20 menit dan cidek oppa
selama 5 menit
4) Washing
bilas dengan air aqua mengalir
5) Drying
lap kering lembut dan kering
6) Setting / Packaging
Pengesetan alat sesuai dengan cheklist instrumen, selanjutnya
dilakukan pengepakan dengan menggunakan tray instrumen
Simpan ditempat bersih dan kering

Prinsip dasar pengemasan:


1. Sterilan harus dapat diserap dengan baik dan dapat menjangkau
seluruh permukaan kemasan dan isinya.
2. Harus dapat menjaga sterilitas dan isinya hingga kemasan dibuka.
3. Harus mudah dibuka dan isinya mudah di ambil tanpa menyebabkan
kontaminasi.
Syarat dan bahan kemasan:
• Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri
• Kuat dan tahan lama
• Mudah digunakan
• Tidak mengandung racun
• Segelyangbaik
• Mudah dibuka dan aman
• Dapat menjaga sterilitas isinya selama dalam kemasan
Desinfeksi
Desinfeksi merupakan proses yang mampu menghancurkan mikroorganisme
patogen dan dalam keadaan normal digunakan pada benda yang tidak dapat
disterilkan. Desinfectan umumnya adaIai bahan kimia.Walaupun banyak faktor yang
dapat mempengaruk efektifitas desinfectan, namun telah diciptakan skema terhadap
mikroorganisme.Sistem yang paling seringdigunakan adalah pedoman CDC yang
diterbitkan pada pengendalian Iingkungan rumah sakit. Sistem ini terdiri dan tiga
tingkat yaitu desinfeksi tingkat tingg,i desinfeksi tingkat sedang, desinfeksi tingkat
rendah.

a. Desinfeksi tingkat tinggi adalah suatu proses yang mengekiminasi semua


organisme kecuali sebagian besar populasi endospora bakteri. Sebagian desinfectan
tingkat tinggi juga dapat digolongkan sebagai sterilan apabila dapat membunuh
semua endospora bakteri. Cara kerja desinfeksi tingkat tinggi:
e) Konsentrasi tinggi germisida kimia (ex: terkonsentrasi natrium hipokiorit).
f) Membunuh mikroorganisme vegetatif dan menginaktivasi virus
g) Tidak membunuh tingginya jumlah spora bakteri
h) disinfektan tingkat tinggi biasanya digunakan untuk jangka waktu yang singkat
(10-30 menit)
1) Jika digunakan untuk desinfeksi, mungkin mencapai steril jika dibiarkan kontak
dengan permukaan dalam jangka waktu yang lama (6-10 jam).
j) Tidak untuk digunakan pada permukaan lingkungan seperti lantai atau bangku lab.

b. Desinfeksi tingkat sedang


Menyebabkan inaktivasi bakteri vegetatif, termasuk mikrobakterium (mis:
mycrobacterium tuberculosis), sebagian virus, dan sebagian besar jamur, tetapi tidak
membunuh spora bakteri. Desinfeksi tingkat tinggi dan rendab digunakan untuk
permukaan dan alat-alat non kritis dalam pelayanan kesehatan.EPA
direkomendasikan untuk desinfektan tingkat sedang dan Bisa digunakan untuk
rumah tangga dan desinfeksi alat-alat laboratorium.

C. Desinfeksi tingkat rendah


Membunuh semua bakteri vegetatif serta sebagian virus dan jamur, tetapi tidak
diharapkan mampu membunuh mikrobakterium atau spora. Patogen yang tercantum
berdasarkan pada urutan resistensinya terhadap zat kimia gemisidal.Tidak dapat
membunuh mikrobakteri tuberkulosis dan juga desinfeksi tingkat rendah disebut
sebagai desifektan rumah sakit atau sanitizer.

Teknik Sterilisasi
1. Pengertian
Sterilisasi Adalah Proses pemusnahan semua bentuk kehidupan
mikroba, termasuk spora pada permukaan benda mati. Dengan tujuan
mencegah timbulnya infeksi akibat pemakaian alat pembedahan.
(Hipkabi,2013).
2. Macam – Macam Sterilisasi
a. Sterilisasi Fisika (phisychal)
1) Pemanasan dan penyinaran
cara sterilisasi paling tua dan masih paling efisien ada1. panas. Dalam
sterilisasi panas semakin tinggi suhu rie semakin cepat waktó pajanan
yang diperlukan. Setiap su diatas 1000C dapat digunakan untuk
sterilisasi, asalkan wa pajanan telah terpenuhi. DRT (Decimal Reduction
Time) ada waktu yang diperlukan untuk menginaktifkan 90% sel va [I
terdapat atau untuk mengurangi populasi mikroba me sepersepuluh
jumlah pada suhu tertentu.
2) Pemijaran dengan menggunakan api langsung
Membakar alat pada api secara langsung. Contoh : alat :- bahan metal.
3) Panas kering (Dry Heat)
Panas kering menembus bahan yang tidak dapat di tembus oleh uap
panas, misalnya minyak dan tidak merusak bahanbahan kering seperti
bedak.Dengan demikian ,satu-satunya cara untuk mensterilkan minyak,
lemak dan bedak anhidrosa adalah dengan pemanasan kering. Tetapi
Pada temperatur diatas 185°c minyak parafin akan menjadi resin. Ini
akan menghancurkan fungsinya sebagai pelumas. Metode ini
menggunakan konduksi pada benda-benda yang disterilisasi.Panas
diserap oleh permukaan luar dan akhirnya bagian dalam menjadi
panas.Panas kering menembus secara lambat dan tidak merata,
sehingga diperlukan waktu pajanan yang lama.Sering diperlukan
pajanan waktu 4-6 jam atau lebih tergantung pada jumlah alat yang di
sterilisasi dan packingan.
Walupun metode sterilsasi ini sudah tidak di anjurkan, tetapi metode
ini masih digunakan untuk kasus isolasi. Jika temperature melebihi
yang ditetapkan, maka akan resiko terjadi korosif dan beresiko
kehilangan elastisitas dan alat. Stenilisasi ini tidak cocok untuk alat dan
bahan plastik.
4) Uap air panas bertekanan ( Autoclave)
b. Bahan Kimia(chemical)
1) Gas Etilen Oksida ( EO)
Etilen Oksida (EO) adalah gas tidak berbau dan tidak berwarna pada
suhu kamar serta dapat dicampur dengan air dan banyak pelarut
organik.Gas etilen okside bekerja menggantikan atom- atom hidrogen
dengan gugus hidroksil, menghambat gugus-gugus aktif yang
diperlukan untuk reaksi metabolik.
Laju sterilisasi EO dipengaruhi oleh konsentrasi gas dan kelembaban
relatif serta waktu kontak dan suhu.Semakin tinggi suhu semakin
singkat waktu pajanan yang diperlukan.Agar sterilisasi EO efektif
diperlukan kelembaban relatif paling sedikit 35% dan tidak lebih dari
85%.Kelembaban diperlukan agar gas dapat menembus dinding atau
membran sel mikroba.Penggunaan waktu yang tepat selalu
konsultasikan dengan pabrik pembuatnya dan lihat instruksi yang telah
dianjurkan.
2) Hydrogen Peroxide
Hydrogen perokside bersifat bakterisid, virusid, sporisid
fungisid.Kurang diterimanya zat ini secara luas karena menginfiltrasi
kulit dan ketidakstabilannya dalam penyimpanan jangka panjang.Uap
hidrogen peroksida terbukti cepat mematikan spora. Proses ini telah
tersedia dipasaran dan digunakan untuk mensterilkan peralatan
laboratorium dan farmasi.
3) Asam Parasetat
Asam parasetat dalah campuran asam asetat, hidrogen peroksida dan
air.Zat mi dapat bersifat korosif jika melebihi waktu yang telah
ditentukan.Sterilisasi mi berlangsung 20-3- menut dengan suhu 5 1-56
°c.Sterilisasi mi cocok untuk alatalat kritis dan semikritis, mahal,
bervolume tinggi.Karena bentuknya yang cair maka sterilan dapat Iebih
mudah diarahkan dibandingkan dengan gas dan dapatmenghambat
terjadinya korosif.Kelemahan metode mi adalah tidak adanya sistem
indikator biologis yang handal dan menimbulkan kesulitan dalam
kontrol kualitas.
4) Gas Plasma
suatu sterilsator baru yang menggunakan teknologi plasma gas dan
telah disetujui penggunaannya pada tahun 1994. Sistem sterilisasi mi
mengkombinasikan gelombang radio dengan hidrogen perokside untuk
menciptakan plasma dengan suhu rendah yang berinteraksi dan
menghancurkan mikroorganisme, termasuk spora bakteri yang
resisten.Metode ini dirancang untuk instrumen seperti optik, peralatan
endoscopy, powertools, bedah mikro yang peka terhadap panas dan
kelembaban. Proses mi jauh lebih aman bagi petugas dibandingkan
metode sebelumnya, karena proses sterilisasi ini tidak memiliki bahaya
toksik atau karsinogenikseperti pada £0. Waktu pajanan hanya
memerlukan waktu sekitar 1 jam.

c.Sterilisasi Kilat
Sterilisasi kilat adalah proses sterilisasi benda secara cepat tanpa
pembungkusan. Kurrang tepat jika ada anggapan bahwa sterilisasi kilat
kurang efektif dibandingkan sterilisasi dengan pembungkusan; namun
terdapat masalah pada sterilan kilat
yang menyebabkan caraini tidak digunakan secara rutin.
Sterilisasi kilat dapat dilakukan di sterilisator pravakum atau
sterilisator pemindahan gaya berat. Sebagian sterilisator yang
digunakan di rumah sakit adalah steriisator pravakum. Sterilisasi kilat
bekerja persis seperti unit lain, perbedaan terletak pada waktu
pajanan. Karena tidak ada kernasan yang harus ditembus maka waktu
pajanan lebih singkat. Selain itu sterilisasi ini tidak memiliki waktu
pengeringan, sehingga bahan keluar dan mesin dalam keadaan panas
dan basah Sikius sterilisasi singkat adalah 3-10 menit (tergantung dari
benda yang di steril ) 132°C. Benda yang disteril kilat harus segera
digunakan, jangan disimpan dan dipakai kemudian.

PEMANTAUAN STERILISASI
a. Pemantauan Fisik
Pemantauan fisik berbeda dengan siklus EQ dan uap.Untuk uap, semua parameter
penting (waktu, suhu, tekanan) dapat dipantau.untuk EO hanya waktu dan suhu yang
dapat diukur. Konsentrasi gas dapat dihitung dan tekanan, tapi kelembaban relatif
tidak diukur.Dengan demikian, EQ tidak mudah dipantau dan luar sterilisator.Dan
memerlukan pemantauan biologis lebih sering.
b. Pemantauan kimiawi
Pita indikator sterilisasi jangan dianggap sebagaf pemantau persyaratan waktu dan
suhu untuk stenilasi uap atau pajanan EO. Namun alat mi menunjukkan pajanan
panas atau EO.

Gambar sesudah dan sebelum terpajan uap.Garis gelap pita menunjukkan


pajanan ke uap.
INDIKATOR KIMIAWI
Tersedia macam-macam indikator kimiawi, sebagian memiliki indikasi yang spesifik.
Tidak semua produk memantau sikius sterilisasi yang sama. Walaupun indikator
kimiawi tidak dapat menggantikan indikator biologis, namun indikator kimiawi
memiliki keunggulan tertentu dibandingkan uji spora.Indikator kimiawi relatif lebih
murah dan memberikan hasil segera mengenai kondisi yang akurat.Selain itu
indikator kimiawi tidak memerluka pengawasan khusus.

Gambar Indikator kimiawi (seizin PyMaH Corp)

INDIKATOR BIOLOGIS
Spora dua mikroorganisme secara rutin digunakan sebagai indikator
biologis, Bacillus stearothermophilus untuk proses uap dan bacillus subtilis ‘1 var.
Niger untuk sterilisasi EQ dan panas kering. Spora-spora mi sulit
dimatikanoleh proses-proses tersebut.
Penyimpanan indikator biologis harus dalam kondisi ruangan normal (suhu sekitar
21 oC dan kelembaban relatif 50%) serta jauh dan uap EO. Setelah beban di sterilkan,
vial dibiarkan mendingin paling tidak selama 10 menit dan kemudian dipecahkan
atau dicekungkan tutupnya, sesuai petunjuk pabnik Vial yang telah diaktifkan
diinkubasikan dengan kontrol tanpa otoklaf selama 48 jam. Indikator sterilisasi kilat
diinkubasikan selama 24 jam.
Indikator self-contained yang positifjangan di sub kultur secara rutin, karena resiko
pencemaran. Apabila hal ml memang harus dilakukan, maka harus dugunakan teknik
yang benar-benar steril.Suhu inkubator sebaiknya juga dipantau secara rutin serta
mempersiapkan inkubator cadangan seandainya terjadi malfungsi.
Pemakai harus mengetahui lima kelemahan indikator biologis yaitu hasil yang
lambat,masalah pengambilan sample statistik, hasil positif palsu, tidak adanya
standarisasi dan preparat spora yang tersedia di pasaran, dan ketidakstabilan waktu
penyimpanan. Kecuali indikator biologis yang dapat dibaca dalam 1 jam, hash
indikator biologis baru dapat dibaca setelah 24 jam. Karena pertukaran yang cepat,
maka sebagian rumah sakit memilih untuk tidak mengarantina semua benda sebelum
ditemukan hasil yang negatif.
Badan akreditasi JCAHO mengharuskan bahwa benda yang ditanam di dalam tubuh
(Implantable) jangan digunakan sampai hasil diketahui negatif.

Gambar Indikator Biologis


E. PENYIMPANAN CATATAN
Semua catatan harus memberikan penjelasan mengenai sterilisator yang digunakan
(termasuk semua sterilisator kilat), jumlah beban, waktu, tanggal, benda-benda yang
disterilkan , kondisi sterilisator, inisial petugas yang menjalankan sterilisator, hasil
uji fisik, kimia, dan biologis, serta setiap tindakan perbaikan dan pemeliharaan.
Semua catatan harus disimpan paling tidak selama 3 tahun, yaitu interval tersering
dan siklus akreditasi JCAHO.
F. MASA KADALUARSA
Untuk benda yang di bungkus ganda bertahan hingga 6 bulan sampai dua tahun
untuk benda “peel pack” atau terlindung dan debu. Rekomendasi paling dini
mengenai masa kadaluarwsa mungkin didasarkan pada keterbatasan data sterilitas
yang ada dan hari penyimpanan.Bagaimanapun kontaminasi kemasan mungkin juga
berkaitan selain waktu. Selama kemasan masih dalam keadaan disimpan dengan
benar, maka tidak akan kadaluarsa. Apabila kemasan menjadi basah, kotor, atau
terjatuh jangan lagi digunakan kapanpun tanggal kadaluarsanya.
G. STERILISASI ULANG BENDA SEKALI PAKAI
Karena biaya dan pasokan benda mendorong peningkatan biaya pelayanan
kesehatan, maka timbul desakan kuat untuk melakukan proses ulang benda yang
seharusnya “single use only’ Untuk itu harus menghubungi pembuat untuk cara
pemrosesan ulang alat tersebut Pengguna harus benar-benar memahami cara
pemrosesan ulang, maka institusi yang bersangkutan yang bertanggungjawab atas
benda tersebut. Apabila cara pemrosesan ulang dianggap aman, efektif, dan hemat,
maka harus dibuat kebijakan dan prosedur mengenai hal itu.
H. PENARIKANKEMBALI BENDA YANG STERILITASNYA DIRAGUKAN
Kriteria penarikan kembali benda harus dibuat sesuai jenis sterllisator dan jenis
indikator yang digunakan bersamanya. Secara logika, yang ditekankan adalah
indikator awal yang digunakan pada saat sterilisasL Jika hasil meragukan jangan
diabaikan.Pemantauan fisik dan kimiawi dapat menghindari terjadinya penarikan
ulang benda yang telah disterilkan.Selama dan setelah sikius sterilisasi, grafik suhu
harus diperiksa. Demikian juga dalam sterilisasi kemasan maksimum, indikator
kimiawi harus diperiksa setelah setiap pemasukan benda yang akan disterilisasi.
Jangan dilakukan sterilisasi lagi jika hasil tidak memuaskan.Jangan mengeluarkan
benda dan sterilisasi yang gagal dan sebelum indikator fisik dan kimiawi diperiksa.
Indikator biologis yang positif merupakan penyebab tersering penarikan.benda yang
disterilisasi. Untungnya sebagian besar hal positif terjadi dalam 24 jam
pertama.apapun indikator biologis yang digunakan. Hal ini menekankan pentingnya
inkubasi segera indikator biologis karena waktu beberapa jam dapat menentukan
apakah suatu benda dapat digunakanatau tidak.
Prosedur penarikan kembali harus sebagai berikut:
1. Apabila dikonfirmasi hasil biakan yang positif, maka laboratorium mikrobiologi
harus menghubungi departemen sterilisasi. Apabila biologis dilakukan di
departemen sterilisasi, maka manager atau pengawas harus menghubungi dokter
yang bertugas mengontrol infeksi.
2. Catatan grafik, lembar log, dan indikator harus diperiksa.
3. Tanggal kadaluarsa pemantau biologis dan suhu sterilisator harus diperiksa.
4. Apabila tampaknya masuk akal bahwa indikator biologis positif sejati, maka semua
benda yang dicurigai harus dikembalikan ke departement sterilisasi untuk diproses
ulang oleh staf atau petugas lain di departemen yang sesuai, misalnya bagian layanan
administratif atau pengiriman.
5. Sikius sterilisasi ulang harus dimulai, dengan menggunakan beberapa lot indikator.

6. Bagian pemeliharaan harus segera diberi tahu untuk melakukan perbaikan dan
untuk melaksanakan pemeriksaan visual dan sterilisator.
7. Catatan mengenai semua penarikan kembali harus disimpan, termasuk tanggal,
operator, kemungkinan masalah, benda yang terlibat, indikator, laporan perbaikan,
dan hasil.

: BAB III

INSTRUMENTASI TEKNIK

3.1 Instrumen Teknik(SC) Sectio Ceasarea

Nama pasien : Ny. M

Umur : 38th

No. Rm : 12771XXX

Diagnosa : GIV P30003 33/34 mgg bsc 3x

Tindakan : SC

3.1.1Pengertian

Suatu cara melakukan instrumentasi untuk melahirkan janin dan placenta


melalui suatu insisi pada diding abdomen dan dinding uterus
3.1.2 Anatomy
3.1.3 Patofisiologi

Multiparitas, BSC Kelainan rahim Usia ibu


gemeli
saat kehamilan

Section caesaria

Pre operatif Intra operatif Post operatif

Adesiolisis
Kurangnya jaringan Bekas luka
Pemasangan
pengetahuan insisi
plat diatermi

Robeknya Insisi luas diskotinuitas Tempat


ansietas jaringan dan dalam jaringan infasi
Resiko gg
vaskuler kuman
integritas kulit:
combutio Resiko nyeri
tertinggalnya Resiko
Gangguan alat / kassa infeksi
keseimbangan
cairan ( syok
Resiko cedera :
hipovolemik)
corpus alienum
3.1.4 Tujuan

a. Mengerti langkah-langkah tehnik operasi SC.

b. Memperlancar jalannya operasi.

c. Dapat mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.

d. Dapat mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.

e. Dapat mencegah tertinggalnya alat-alat instrument dan bahan lainnya didalam

abdomen.

3.1.5 Persiapan

a. Pasien

 Hand over

 Ceklist verifikasi pra bedah :

 Cek identitas pasien, diagnose dan penandaan lokasi operasi

 Cek penggunaan gigi palsu, perhiasan dan implant

 Riwayat allergy dan riwayat penyakit terdahulu

 Persiapan darah dan obat- obatan (profilaxis)

 Puasa dan lavement

 Pemeriksaan penunjang ( hasil lab, rontgen, dll )

 Lembar inform consent dan inform to consent

 Sign in dilakukan oleh 4 orang

 Jam :08 .00

 Tanggal operasi : 26 agustus 2019

 Operator : dr. O

 Anestesi : dr.A

 Perawat anestesi :N

 Perawat instrument :F

 Mengatur posisi pasien untuk dilakukan induksi CSEA (lateral)

 Mengatur posisi pasien untuk dilakukan pemasangan cateter


 Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan operasi (supine)

 Obat profilaxis diberikan (cefazolin 2gr )

 Memasang plat diatermi

 Pasang tali /sabuk pengaman pasien (safety patient)

b. Persiapan lingkungan

 Ruang operasi sudah siap

 Tempat sampah medis, non medis, benda tajam dan b3 siap

 Ruang scrub siap

 Lampu dan meja operasi siap

 Mesin anestesi dan saturasi siap

 Mesin diatermi dan suction siap

 Listrik dan oxygen siap

 Meja mayo dan meja instrument siap

 Tempat X-ray

 Infarm warmer

 Tekanan, suhu dan kelembapan udara siap

 Seluruh petugas operasi siap


c. Persiapan alat dan bahan habis pakai

1. Alat non steril

 Cairan antisepsis povidon iodin 10%

 Aquabidest

 Hypafik

 Gunting Verban

 Underpad

2. Alat Steril

 Linen set

 Kassa, deppers, darm gaas, cucing, mangkok dan bengkok

 Handscoen sesuai kebutuhan

 Umbilical klem

 Mess no. 20

 Kateter no.16 dan urobag

 Spuit 10 cc

 Senur diatermi.

 Handel lampu.

 Canule dan selang suction

 Jarum loosnald (round)

 Underpad steril

 Ngt no.18 dan urobag

 waslap
 Benang : Benang
Absorbable : T – Mono no. 1 dan 3/0
Cat gut plain no.1 dan 2/0
T – Vio no. 1

b.Basic set yang disiapkan :

 Desinfeksi klem 4

 Doek klem 5

 Hand vat mest no. 4 1

 Pincet anatomis 2

 Pincet chirurgie 2

 Arteri klem pean 4

 Arteri klem krom 4

 Kockher klem 2

 Langen back 1

 Gunting metzemboum 1

 Gunting benang 1

 Gunting preparasi 1

 Nald voelder 2

 Canul suction 1

 Ring tang 2

 Mikulik 4

3. Alat penunjang :

 Mesin diatermi

 Mesin suction

 Plat diatermi

4 Cara kerja
a. Scrubbing

 Pakai apron anti air

 Buka waslap steril pada tempatnya

 Buka sikat dan pengumpil kuku

 Basahi kedua tangan sampai 5cm diatas siku

 Ambil cairan antiseptis (cholrhexidin gluconat 4%)

 Lakukan cuci tangan 6 langkah dilanjutkan meggosok secara memutar dari

ujung jari sampai 5cm diatas siku (posisi tangan lebih tinggi dari siku )

 Bilas dengan air mengalir Bersihkan kuku dengan alat pengumpil kuku

dibawah air mengalir

 Gosok kedua ujung jari menggunakan sikat

 Gosok telapak dan punggung tangan menggunakan bagian spon

 Gosok sela jari dengan cara 4 sisi tiap jari

 Gosokkan spon secara memutar dari ujung jari sampai setengah lengan, begitu

juga sisi sebaliknya

 pertahankan posisi tangan tetap lebih tinggi dari siku

b. Gowning
 Linen set dibuka oleh perawat sirkuler

 Ambil baju operasi dengan teknik aseptic, yaitu memegang sisi dalam dan

menyusuri lengan, serta mempertahankan tali agar tidak jatuh ( posisi tetap

30cm dari meja instrument)

 Perawat sirkuler membantu mengikat tali bagian belakang baju operasi

 Bungkus tali ikat pinggang bagian belakang dengan bungkus handscoon, lalu

berikan pada sirkuler, kemudian bergerak memutar ke kanan dan tali ikat

pinggang diikat pada bagian depan secara steril


c. Gloving

Pakai handscoon steril dengan teknik tertutup, yaitu dengan cara tangan

tertutup lengan baju, sejajarkan ibu jari dengan ibu jari handscoon, jepit dengan

ibu jari dan tarik bagian lengan handscoon. Kemudian rapikan posisi jari dan

tarik lengan baju.

d. Drapping

 Perawat instrument memberikan ujung duk besar kanan dan kiri secara

memanjang dengan memegang 2 ujung sisi bagian bawah untuk drapping bagian

bawah

 Pasang underpad steril sebelum duk besar dibentuk lipatan ( untuk sisi kanan

kiri dan lapis atas bawah)

 Berikan 2 ujung duk besar kanan dan 2 ujung kiri kepada operator dan asisten

secara melebar untuk drapping bagian atas

 Pasang duk kecil pada bagian bawah ( kaki pasien )

 Kemudian beri 5 duk kecil dan 4 duk klem ( untuk samping kanan kiri dan atas

bawah (bagian bawah 2 lapis duk kecil).

e. Tahap kerja

 Pasang cateter secara steril ( dilakukan sebelum drapping ) :

 Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povido iodine

10% kepada operator/ asisten yang memakai handscoon steril

 Setelah antisepsis daerah genetalia selesai, bantu pasangkan 1 duk kecil

steril pada bagian bawah ( agar daerah sekitar genetalia steril )


 Kemudian berikan cateter yang sudah terpasang urobag dan spuilt 10cc

yang berisi aquabidest untuk mengunci

 Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povidon iodine 10%

kepada operator/ asisten

 Antisepsis dilakukan dari arah dalam keluar, sampai batas atas papilla mammae

dan bawah sampai 1/3 bagian atas ekstremitas bawah, terakhir pada area

genetalia (dilakukan sebanyak 3x)

Gambar anti sepsis

 Pasang senur diatermi dan selang suction (fiksasi dengan duk klem)

 Pasang tipcleaner

 Time out dilakukan oleh operator / dibantu oleh perawat sirkuler :

 Jam : 08.30
 Tanggal operasi : 26 agustus 2019

 Operator : dr. w

 Asisten operator : dr,O

 Anestesi : dr. A

 Perawat anestesi :N

 Perawat instrument :F

 Beri kassa basah dan kering untuk membersihkan sisa cairan antisepsis

 Beri pinset untuk reaksi induksi (CSEA)

 Berikan mess 20 untuk insisi kulit

 Perdalam insisi dengan cirurgi dan mess/ senur diatermi sampai lapisan fat

 Rawat perdarahan dengan pinset manis/ pean dan senur diatermi

 Double kokcer dan gunting preparasi untuk lapisan facia

 Beri pinset cirurgi dan gunting preparasi untuk insisi lapisan peritoneum,

kemudian operator dan asisten memperlebar insisi secara tumpul

 Saat uterus terlihat, jauhkan alat dan kassa yang tidak digunakan

 Uterus dikeluarkan dari rongga abdomen untuk evaluasi perlengketan dan

jaringan vaskuler

 Beri mess 20 untuk insisi uterus (area fundus) ,perdalam dengan krom klem,

perlebar insisi secara tumpul

 Beri pinset cirurgi untuk membuka selaput korion, dan dperlebar secara tumpul

 Cairan amnion (ketuban) disuction

 Bayi dikeluarkan lewat fundus

 Suction jalan napas bayi

 Beri umbilical klem, krom dan potong dengan gunting preparasi

 Operator memberikan bayi pada sirkuler

 Berikan 4 ring tang untuk menjepit uterus


 Berikan deppers yg telah di jepit dg disklem untuk membersihkan sisa darah

plasenta

 Observasi perdarahan

 Berikan benang T-mono 1,untuk menjahit uteruscesara jelujur faston mulai

dari sudut kanan sampai sudut kiri dan ujung benang di jepit dg pean

klem,retroperianal di jahit dg benang plain no. 0 di jahit secara faston dari kanan

ke kiri

 Ingatkan operator untuk mengecek perdarahan dan alat-alat instrument serta

kasa,deppers,dan dram gass

 Operasi selasai

 Jam : 10.00

 Pastikan alat dan bahan habis pakai lengkap

 Beri 4 mikulik untuk traksi peritoneum

 Beri pinset anatomis dan dan heating dengan plain 1, dilanjutkan sampai lapisan

otot

 Beri double kokcer, pinset cirurgi dan heating facia dengan T-vio 1

 Pada lapisan fat dengan heating dengan plain 2/0

 Heating lapisan kulit secara subkutikuler dengan T-mono 3/0

 Bersihkan luka operasi dengan kassa basah dari arah dalam keluar

 Keringkan dengan kassa kering, lalu tutup luka operasi menggunakan

transparan dressing

 Sign out :

Jam :10.15

Tindakan : SC

 Cek kelengkapan instrument kembali sebelum dilakukan proses pembersihan

pasien
3.1.5 Proses Perawatan Alat Dan Sterilisasi

 Instrumen di bersihka dengan air mengalir

 Alat-alat instrument setelah di bersihkan dari sisa-sisa darah di

rendam dg menggunkan larutan enzimetik 0,5% diamkan 10-15 mnt

 Setelah itu di bersihkan menggunakan sikat halus di bawa air

mengalir

 Setelah di bersihkan alat di lap menggunakan kain halus dan di

keringkan

 Setelah kering perawat instrument menghitung kembali jumlah alat

instrument lalu di set kemudiandi steril ke CSSD


3.2 Instrumentasi Tekni TVH(Trans Vagina Histrekoni)

Nama pasien : Ny. M

Umur : 41 th

No. Rm : 12749XXX

Diagnosa : Prolap uteri

Tindakan :TVH

3.2.1Pengertian

Suatu tehnik instrumentasi untuk pembedahan pengangkatan uterus melalui

vagina dan menjahit dinding anterior dan posterior dari vagina yang terbuka

3.2.2 Anatomy

TRANS VAGINAL HYSTERECTOMY

3.2.3 Patofisiologi
Persalinan Persalinan dg Usia lanjut
terlalu sering penyulit

Fasia dinding vagina


kendor

Prolap uteri

Pembedahan

TVH

Pre operatif
Intra operatif

Kurangnya Post operatif


Insisi luas
pengetahuann
Pemasangan Adesiolisis dan dalam
plat diatermi jaringan

Resiko Bekas luka


ansietas tertinggalnya insisi
alat / kassa
Resiko gg Robeknya
jaringan Resiko cedera : Tempat
integritas kulit:
corpus alienum diskotinuitas infasi
combutio vaskuler
jaringan kuman
3.2.4 Tujuan

1.Mengerti langkah-langkah tehnik operasi SVH

2.Memperlancar jalannya operasi.

3.Dapat mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.

4.Dapat mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.

5.Dapat mencegah tertinggalnya alat-alat instrument .

3.2.5 Persiapan

a.Pasien

 Hand over

 Ceklist verifikasi pra bedah :

 Cek identitas pasien, diagnose dan penandaan lokasi operasi

 Cek penggunaan gigi palsu, perhiasan dan implant

 Riwayat allergy dan riwayat penyakit terdahulu

 Persiapan darah dan obat- obatan (profilaxis)

 Puasa dan lavement

 Pemeriksaan penunjang ( hasil lab, rontgen, dll )

 Lembar inform consent dan inform to consent

 Sign in dilakukan oleh 4 orang

 Jam :11.30

 Tanggal operasi : 23 AGUSTUS 2019

 Operator : dr. Z

 Anestesi : dr.A

 Perawat anestesi :N

 Perawat instrument :F
 Mengatur posisi pasien untuk dilakukan induksi CSEA (lateral)

 Mengatur posisi pasien untuk dilakukan pemasangan cateter

 Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan operasi (Lithotomi)

 Obat profilaxis diberikan (cefazolin 2gr )

 Memasang plat diatermi

 Pasang tali /sabuk pengaman pasien (safety patient)

b.Persiapan lingkungan

 Ruang operasi sudah siap

 Tempat sampah medis, non medis, benda tajam dan b3 siap

 Ruang scrub siap

 Lampu dan meja operasi siap

 Mesin anestesi dan saturasi siap

 Mesin diatermi dan suction siap

 Listrik dan oxygen siap

 Meja mayo dan meja instrument siap

 Tempat X-ray

 Tekanan, suhu dan kelembapan udara siap

 Seluruh petugas operasi siap


c.Persiapan alat dan bahan habis pakai

1. Alat non steril

 Cairan antisepsis povidon iodin 10%

 Aquabidest

 Gunting Verban

 Underpad

2. Alat Steril

 Linen set

 Kassa, deppers, darm gaas, cucing, mangkok dan bengkok

 Handscoen sesuai kebutuhan

 Mess no. 15

 Kateter no.16 dan urobag

 Spuit 10 cc

 Senur diatermi.

 Handel lampu.

 Canule dan selang suction

 Jarum loosnald (cutting)

 Underpad steril

 waslap
 Benang : Benang
Absorbable : T – Vio no.2-0
T-Vio no.3-0

3.Basic set yang disiapkan :

 Desinfeksi klem 2

 Doek klem 5

 Hand vat mest no. 4 1

 Pincet anatomis 2

 Pincet chirurgie 1

 Arteri klem pean 2

 Gunting metzembum 1

 Gunting benang 1

 Gunting preparasi 1

 Nald voelder 2

 Canul suction 1

 Elis klem 4

 Togel tang 1

 Sonde klem 2

 Klem kuat 2

 Speculum 2

 Catheter logam 1

4.Alat penunjang :

 Mesin diatermi

 Mesin suction
 Plat diatermi

4 Cara kerja

a. Scrubbing

 Pakai apron anti air

 Buka waslap steril pada tempatnya

 Buka sikat dan pengumpil kuku

 Basahi kedua tangan sampai 5cm diatas siku

 Ambil cairan antiseptis (cholrhexidin gluconat 4%)

 Lakukan cuci tangan 6 langkah dilanjutkan meggosok secara memutar dari

ujung jari sampai 5cm diatas siku (posisi tangan lebih tinggi dari siku )

 Bilas dengan air mengalir Bersihkan kuku dengan alat pengumpil kuku

dibawah air mengalir

 Gosok kedua ujung jari menggunakan sikat

 Gosok telapak dan punggung tangan menggunakan bagian spon

 Gosok sela jari dengan cara 4 sisi tiap jari

 Gosokkan spon secara memutar dari ujung jari sampai setengah lengan, begitu

juga sisi sebaliknya

 pertahankan posisi tangan tetap lebih tinggi dari siku

b. Gowning

 Linen set dibuka oleh perawat sirkuler

 Ambil baju operasi dengan teknik aseptic, yaitu memegang sisi dalam dan

menyusuri lengan, serta mempertahankan tali agar tidak jatuh ( posisi tetap

30cm dari meja instrument)

 Perawat sirkuler membantu mengikat tali bagian belakang baju operasi


 Bungkus tali ikat pinggang bagian belakang dengan bungkus handscoon, lalu

berikan pada sirkuler, kemudian bergerak memutar ke kanan dan tali ikat

pinggang diikat pada bagian depan secara steril


c. Gloving

Pakai handscoon steril dengan teknik tertutup, yaitu dengan cara tangan

tertutup lengan baju, sejajarkan ibu jari dengan ibu jari handscoon, jepit dengan

ibu jari dan tarik bagian lengan handscoon. Kemudian rapikan posisi jari dan

tarik lengan baju.

b. Drapping

 Perawat instrument memasang underped steril yang di lapisi dengan doek kecil

steril di pasang di bawah pantat pasien

 Kedua kaki di bugkus doek kecil lalu di ikat

 Memasang 2 doek besar secara memanjang dan menyilang yaitu ujung doek

yang bawah ke kaki kiri pasien dan ujung doek yang atas kebagian kanan pasien

begitu sebaliknya

 Bagian bawah anus di tutup dengan doek kecil dan di fiksasi dengan doek klem
c. Tahap kerja

 Pasang cateter secara steril ( dilakukan sebelum drapping ) :

 Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povido iodine

10% kepada operator/ asisten yang memakai handscoon steril

 Setelah antisepsis daerah genetalia selesai, bantu pasangkan 1 duk kecil

steril pada bagian bawah ( agar daerah sekitar genetalia steril )

 Kemudian berikan cateter yang sudah terpasang urobag dan spuilt 10cc

yang berisi aquabidest untuk mengunci

 Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povidon iodine 10%

kepada operator/ asisten

 Antisepsis dilakukan dari simpisi pubis sampai 1/3 bagian atas ekstrimitas

bwah dan terakhir bagian genetalia interna dan externa di lakukan sampai 3X

 Pasang senur diatermi dan selang suction (fiksasi dengan duk klem)

 Pasang tipcleaner

 Time out dilakukan oleh operator / dibantu oleh perawat sirkuler :

 Jam : 11..59

 Tanggal operasi : 23 agustus 2019

 Operator : dr. Z

 Asiten operator I : dr. Y

 Asisten operator II :dr.I

 Anestesi : dr. A

 Perawat anestesi :N

 Perawat instrument :F

 Beri kassa basah dan kering untuk membersihkan sisa cairan antisepsis

 Beri pinset untuk reaksi induksi (CSEA)

 Berikan catheter logam yang sudah diberi jelly dan bengkok untuk

mengeluarkan urine, lalu urine dibuang


 Berikan benang side 2/0 jarum cutting untuk dilakukan tegel pada labia minora

kanan dan kiri yang dikaitkan pada doek kecil

 Berikan togel tang untuk menjepit partio lalu berikan sonde untuk mengukur

kedalaman uterus

 Berikan spuit 10 cc yang sudah diisi dengan aquadest untuk dilakukan infiltrasi

sub mukosa di sekitar cervic memisahkan dinding uterus dan buli

 Berikam mess no 15 untuk insisi tranversal melalui mukosa vagina anterior

 Di bawah perlengketan dari vesika urinaria lalu di jepit dengan menggunakan

elis klem,lalu di pisahkan dengan menggunakanjari yangsdh di lapisi dengan

kassa sampai pada plica vesika uterine

 Berikan mess 15 untuk insisi tranversal melalui mukosa posterior cervix sampai

fornix posterior vagina lalu di jepit dg elis kemudian di pisahakan dg jariyg sidah

di lapisi kasa sampai terlihat retro peritoneum

 Berikan klem kuat untuk menjepit ligamentum utero sacral kanan dan kiri lalu di

gunting dg gunting preparasi kemudian di jahit dengan benang T-VIO NO 2/0

ujung benang di jepit dg pean klem ,pemotonngan dilakukan sampai uterus

terlapis lalu ujung benangkanan dan kirisaling di ikatkan

 Operasi selasai jam 13.35

 Berikan benang catgut pain no 1 untuk menjahit peritoneum, vagina anterior

dengan menggunkan T-vio n0 3/0

 Berkan spuit 10 cc yg sdh di isi dg aquades untuk infiltrasi mukosa vagina

posterior dan sebagian perineum di jahit dg benang T-vio no 3/0

 Berikan foley catheter no 14 dan urinbag untuk memasangan catheter lalu

fiksasi balon catheter dg aquabides 10 cc

 Sign out (13.45)

Tindakan : TVH
 Cek kelengkapan instrument kembali sebelum dilakukan proses pembersihan

pasien

3.2.5 Proses Perawatan Alat Dan Sterilisasi

 Instrumen di bersihka dengan air mengalir

 Alat-alat instrument setelah di bersihkan dari sisa-sisa darah di

rendam dg menggunkan larutan enzimetik 0,5% diamkan 10-15 mnt

 Setelah itu di bersihkan menggunakan sikat halis di bawa air mengalir

 Setelah di bersihkan alat di lap menggunakan kain halus dan di

keringkan

 Setelah kering perawat instrument menghitung kembali jumlah alat

instrument lalu di set kemudiandi steril ke CSSD


3.3 INSTRUMENTASI TEKNIK SECTIO CAESARIA

DENGAN SUMPUC PROSEDUR

Nama pasien : Ny. N

Umur : 38 th

No. Rm : 1276XXX

Diagnosa : GIIP20002 37/38 minggu THIU+letkep+BSC+PPT c.akreta

(kecurigaan tinggi plasenta akreta fokal melibatkan


vaskulerasi segmen s1)+ TBJ 3400gr

Tindakan : SC + sterilisasi (tubektomy)

3.3.1 Pengertian

Suatu cara melakukan instrumentasi untuk melahirkan janin melalui suatu insisi
pada diding perut dan dinding rahim dan teknik kontrasepsi dengan memotong/
mengikat saluran tuba falopi

3.3.2 Anatomy
3.3.3 .Patofisiologi

Usia ibu
Multiparitas, Post op sc Kelainan rahim
saat kehamilan
gemeli

PPT akreta

Section caesaria

Pre operatif Intra operatif Post operatif

Adesiolisis
Kurangnya jaringan Bekas luka
Pemasangan
pengetahuan insisi
plat diatermi

Robeknya Insisi luas diskotinuitas Tempat


ansietas jaringan dan dalam jaringan infasi
Resiko gg
vaskuler kuman
integritas kulit:
combutio Resiko nyeri
tertinggalnya Resiko
Gangguan alat / kassa infeksi
keseimbangan
cairan ( syok
Resiko cedera :
hipovolemik)
corpus alienum
3.3.4 Tujuan

c. Mengerti langkah-langkah tehnik operasi SC.

d. Memperlancar jalannya operasi.

e. Dapat mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.

f. Dapat mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.

g. Dapat mencegah tertinggalnya alat-alat instrument dan bahan lainnya didalam

abdomen.

3.3.5 Persiapan

a. Pasien

 Hand over

 Ceklist verifikasi pra bedah :

 Cek identitas pasien, diagnose dan penandaan lokasi operasi

 Cek penggunaan gigi palsu, perhiasan dan implant

 Riwayat allergy dan riwayat penyakit terdahulu

 Persiapan darah dan obat- obatan (profilaxis)

 Puasa dan lavement

 Pemeriksaan penunjang ( hasil lab, rontgen, dll )

 Lembar inform consent dan inform to consent

 Sign in dilakukan oleh 4 orang

 Jam :07.45

 Tanggal operasi : 16 September 2019

 Operator : dr. P

 Anestesi : dr.A

 Perawat anestesi :L

 Perawat instrument :F
 Mengatur posisi pasien untuk dilakukan induksi CSEA (lateral)

 Mengatur posisi pasien untuk dilakukan pemasangan cateter

 Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan operasi (supine)

 Obat profilaxis diberikan (cefazolin 2gr )

 Memasang plat diatermi

 Pasang tali /sabuk pengaman pasien (safety patient)

b. Persiapan lingkungan

 Ruang operasi sudah siap

 Tempat sampah medis, non medis, benda tajam dan b3 siap

 Ruang scrub siap

 Lampu dan meja operasi siap

 Mesin anestesi dan saturasi siap

 Mesin diatermi dan suction siap

 Listrik dan oxygen siap

 Meja mayo dan meja instrument siap

 Tempat X-ray

 Infarm warmer

 Tekanan, suhu dan kelembapan udara siap

 Seluruh petugas operasi siap


c. Persiapan alat dan bahan habis pakai

3. Alat non steril

 Cairan antisepsis povidon iodin 10%

 Aquabidest

 Hypafik

 Gunting Verban

 Underpad

4. Alat Steril

 Linen set

 Kassa, deppers, darm gaas, cucing, mangkok dan bengkok

 Handscoen sesuai kebutuhan

 Umbilical klem

 Mess no. 20

 Kateter no.16 dan urobag

 Spuit 10 cc

 Senur diatermi.

 Handel lampu.

 Canule dan selang suction

 Jarum loosnald (round)

 Underpad steril

 Ngt no.18 dan urobag

 waslap
 Benang : Non absorbable : silk USP 0

Absorbable : plain cat gut USP 1; catgut cromic USP 1 ; T-

Vio USP 1 ; dan T-Mono USP 1 dan 3/0.

5. Basic set yang disiapkan :

 Desinfeksi klem 4

 Doek klem 5

 Hand vat mest no. 4 1

 Pincet anatomis 2

 Pincet chirurgie 2

 Arteri klem pean 4

 Arteri klem krom 4

 Kockher klem 2

 Langen back 1

 Gunting metzemboum 1

 Gunting benang 1

 Gunting preparasi 1

 Nald voelder 2

 Canul suction 1

 Ring tang 2

 Mikulik 4

6. Set tambahan :

 Ellis 2

 Babcock 2

 Blass speculum 2

 Retractor / sprider abdomen 1

 Wound hag timan 2


 Spatel 1

 Reightangel 1

7. Alat penunjang :

 Mesin diatermi

 Mesin suction

 Plat diatermi

4. Cara kerja

a. Scrubbing

 Pakai apron anti air

 Buka waslap steril pada tempatnya

 Buka sikat dan pengumpil kuku

 Basahi kedua tangan sampai 5cm diatas siku

 Ambil cairan antiseptis (cholrhexidin gluconat 4%)

 Lakukan cuci tangan 6 langkah dilanjutkan meggosok secara memutar dari

ujung jari sampai 5cm diatas siku (posisi tangan lebih tinggi dari siku )

 Bilas dengan air mengalir Bersihkan kuku dengan alat pengumpil kuku

dibawah air mengalir

 Gosok kedua ujung jari menggunakan sikat

 Gosok telapak dan punggung tangan menggunakan bagian spon

 Gosok sela jari dengan cara 4 sisi tiap jari

 Gosokkan spon secara memutar dari ujung jari sampai setengah lengan, begitu

juga sisi sebaliknya

 pertahankan posisi tangan tetap lebih tinggi dari siku


b. Gowning

 Linen set dibuka oleh perawat sirkuler

 Ambil baju operasi dengan teknik aseptic, yaitu memegang sisi dalam dan

menyusuri lengan, serta mempertahankan tali agar tidak jatuh ( posisi tetap

30cm dari meja instrument)

 Perawat sirkuler membantu mengikat tali bagian belakang baju operasi

 Bungkus tali ikat pinggang bagian belakang dengan bungkus handscoon, lalu

berikan pada sirkuler, kemudian bergerak memutar ke kanan dan tali ikat

pinggang diikat pada bagian depan secara steril

c. Gloving

Pakai handscoon steril dengan teknik tertutup, yaitu dengan cara tangan

tertutup lengan baju, sejajarkan ibu jari dengan ibu jari handscoon, jepit dengan

ibu jari dan tarik bagian lengan handscoon. Kemudian rapikan posisi jari dan

tarik lengan baju.


d. Drapping

 Perawat instrument memberikan ujung duk besar kanan dan kiri secara

memanjang dengan memegang 2 ujung sisi bagian bawah untuk drapping bagian

bawah

 Pasang underpad steril sebelum duk besar dibentuk lipatan ( untuk sisi kanan

kiri dan lapis atas bawah)

 Berikan 2 ujung duk besar kanan dan 2ujung kiri kepada operator dan asisten

secara melebar untuk drapping bagian atas

 Pasang duk kecil pada bagian bawah ( kaki pasien )

 Kemudian beri 5 duk kecil dan 4 duk klem ( untuk samping kanan kiri dan atas

bawah (bagian bawah 2 lapis duk kecil).

e. Tahap kerja
 Pasang cateter secara steril ( dilakukan sebelum drapping ) :

 Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povido iodine

10% kepada operator/ asisten yang memakai handscoon steril

 Setelah antisepsis daerah genetalia selesai, bantu pasangkan 1 duk kecil

steril pada bagian bawah ( agar daerah sekitar genetalia steril )

 Kemudian berikan cateter yang sudah terpasang urobag dan spuilt 10cc

yang berisi aquabidest untuk mengunci

 Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povidon iodine 10%

kepada operator/ asisten

 Antisepsis dilakukan dari arah dalam keluar, sampai batas atas papilla mammae

dan bawah sampai 1/3 bagian atas ekstremitas bawah, terakhir pada area

genetalia (dilakukan sebanyak 3x)

Gambar anti sepsis


 Pasang senur diatermi dan selang suction (fiksasi dengan duk klem)

 Pasang tipcleaner

 Time out dilakukan oleh operator / dibantu oleh perawat sirkuler :

 Jam : 08.00

 Tanggal operasi : 16 September 2019

 Operator : dr. P

 Asiten operator : dr. O

 Anestesi : dr. A

 Perawat anestesi :L

 Perawat instrument :F

 Beri kassa basah dan kering untuk membersihkan sisa cairan antisepsis

 Beri pinset untuk reaksi induksi (CSEA)

 Berikan mess 20 untuk insisi kulit

 Perdalam insisi dengan cirurgi dan mess/ senur diatermi sampai lapisan fat

 Rawat perdarahan dengan pinset manis/ pean dan senur diatermi

 Double kokcer dan gunting preparasi untuk lapisan facia

 Beri pinset cirurgi dan gunting preparasi untuk insisi lapisan peritoneum,

kemudian operator dan asisten memperlebar insisi secara tumpul

 Saat uterus terlihat, jauhkan alat dan kassa yang tidak digunakan

 Uterus dikeluarkan dari rongga abdomen untuk evaluasi perlengketan dan

jaringan vaskuler

 Beri mess 20 untuk insisi uterus (area fundus) ,perdalam dengan krom klem,

perlebar insisi secara tumpul

 Beri pinset cirurgi untuk membuka selaput korion, dan dperlebar secara tumpul

 Cairan amnion (ketuban) disuction


 Bayi dikeluarkan lewat fundus

 Suction jalan napas bayi

 Beri umbilical klem, krom dan potong dengan gunting preparasi umbilkal

 Berikan bayi pada sirkuler

 Berikan 4 ring tang untuk klem plasenta

 Beri darmgass lembab untuk melindungi kolon

 Operator mengobservasi perlengketan pada dinding uterus, traksi sisi lapangan

operasi dengan timan

 Berikan raightangel, krom dan gunting matzemboum/ senur diatermi untuk

membebaskan perlengketan ( Beri bebcock untuk membebaskan arteri/ vena

iliaka jika terjadi adesif )

 Ligasi dengan side 0 untuk jaringan vaskuler

 Heating T-mono 1 pada sekitar jaringan adesif ( pada area yang ditinggal )

 Berikan mess 20 untuk insisi sekitar jaringan adesif antara plasenta dan uterus

 Plasenta diangkat

 Observasi perdarahan

 Apabila masih ada perdarahan , heating dengan T-mono 1

 Obervasi perdarahan pervagina (dibantu sirkuler lewat genetalia)

 Tutup dinding uterus dengan T-mono 1

 Observasi perdarahan kembali

 Beri babcock ,krom dan cromic 1 untuk tubektomy kedua sisi

 Darmgass didalam lapangan operasi dikeluarkan

 Cuci lapangan operasi, sekaligus evaluasi perdarahan

 Operasi selasai

 Jam : 11.30
 Pastikan alat dan bahan habis pakai lengkap

 Beri 4 mikulik untuk traksi peritoneum

 Beri pinset anatomis dan dan heating dengan plain 1, dilanjutkan sampai lapisan

otot

 Beri double kokcer, pinset cirurgi dan heating facia dengan vicryl 1

 Pada lapisan fat dengan heating dengan plain 2/0

 Heating lapisan kulit secara subkutikuler dengan T-mono 3/0

 Bersihkan luka operasi dengan kassa basah dari arah dalam keluar

 Keringkan dengan kassa kering, lalu tutup luka operasi menggunakan

transparan dressing

 Sign out :

Jam :15.10

Tindakan : SC + steril

 Cek kelengkapan instrument kembali sebelum dilakukan proses pembersihan

3.1.5 Proses Perawatan Alat Dan Sterilisasi

 Instrumen di bersihka dengan air mengalir

 Alat-alat instrument setelah di bersihkan dari sisa-sisa darah di

rendam dg menggunkan larutan enzimetik 0,5% diamkan 10-15 mnt

 Setelah itu di bersihkan menggunakan sikat halis di bawa air mengalir

 Setelah di bersihkan alat di lap menggunakan kain halus dan di

keringkan

 Setelah kering perawat instrument menghitung kembali jumlah alat

instrument lalu di set kemudiandi steril ke CSSD


3.4 Teknik Instrumen Optimalisasi pembedahan

Nama Pasien : Ny. E.

No. RM : 1255 1422

Diagnosa : Post operasi BSO

Tindakan : Optimalisasi Pembedahan (Eksplorasi Pembedahan)

3.4.1 DEFINISI

Suatu tehnik instrument untuk tindakan pembedahan dengan melakukan


incisi pada dinding perut untuk melakukan eksplorasi laparatomie.

3.4.2 ANATOMY
Gambar Anatomy

3.4.3 PATOFISIOLOGI

Tumor Primer

Zat-zat
karsinogenetik
Infiltrasi ke jaringan sekitar

Pembedahan

Pre operatif Intra operatif Post operatif

Adesiolisis
Kurangnya jaringan Bekas luka
Pemasangan
pengetahuan insisi
plat diatermi

Robeknya Insisi luas diskotinuitas Tempat


ansietas jaringan dan dalam jaringan infasi
Resiko gg
vaskuler kuman
integritas kulit:
combutio Resiko nyeri
tertinggalnya Resiko
Gangguan alat / kassa infeksi
keseimbangan
cairan ( syok
Resiko cedera :
hipovolemik)
corpus alienum
3.3.4.TUJUAN

1. Mengerti langkah langkah tehnik eksplorasi laparatomie.


2. Memperlancar jalannya operasi.
3. Dapat mempetahankan kesterilan alat alat instrument.
4. Dapat mengatur alat secara sistematis dimeja mayo.
5. Dapat mencegah tertinggalnya instrument pada lapangan operasi.

3.4.5 Persiapan

a.Pasien

 Hand over

 Ceklist verifikasi pra bedah :

 Cek identitas pasien, diagnose dan penandaan lokasi operasi

 Cek penggunaan gigi palsu, perhiasan dan implant

 Riwayat allergy dan riwayat penyakit terdahulu

 Persiapan darah dan obat- obatan (profilaxis)

 Puasa dan lavement

 Pemeriksaan penunjang ( hasil lab, rontgen, dll )

 Lembar inform consent dan inform to consent

 Sign in dilakukan oleh 4 orang

 Jam :07 .30


 Tanggal operasi : 2 september 2019

 Operator : dr. Y

 Anestesi : dr.M

 Perawat anestesi :N

 Perawat instrument :F

 Mengatur posisi pasien untuk dilakukan induksi CSEA (lateral)

 Mengatur posisi pasien untuk dilakukan pemasangan cateter

 Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan operasi (supine)

 Obat profilaxis diberikan (cefazolin 2gr )

 Memasang plat diatermi

 Pasang tali /sabuk pengaman pasien (safety patient)

b.Persiapan lingkungan

 Ruang operasi sudah siap

 Tempat sampah medis, non medis, benda tajam dan b3 siap

 Ruang scrub siap

 Lampu dan meja operasi siap

 Mesin anestesi dan saturasi siap

 Mesin diatermi dan suction siap

 Listrik dan oxygen siap

 Meja mayo dan meja instrument siap

 Tempat X-ray

 Infarm warmer

 Tekanan, suhu dan kelembapan udara siap

 Seluruh petugas operasi siap


c.Persiapan alat dan bahan habis pakai

1. Alat non steril

 Cairan antisepsis povidon iodin 10%

 Aquabidest

 Hypafik

 Gunting Verban

 Underpad

2. Alat Steril

 Linen set

 Kassa, deppers, darm gaas, cucing, mangkok dan bengkok

 Handscoen sesuai kebutuhan

 Umbilical klem

 Mess no. 20

 Kateter no.16 dan urobag

 Spuit 10 cc

 Senur diatermi.

 Handel lampu.

 Canule dan selang suction

 Jarum loosnald (round)

 Underpad steril

 Ngt no.18 dan urobag

 waslap
 Benang : Benang
Absorbable : T – Mono no. 1 dan 3/0
Cat gut plain no.1 dan 2/0
T – Vio no. 1
Cromic no.1
Non absorbable: side no 0

3.Basic set yang disiapkan :

 Desinfeksi klem 4

 Doek klem 5

 Hand vat mest no. 4 1

 Pincet anatomis 2

 Pincet chirurgie 2

 Arteri klem pean 4

 Arteri klem krom 4

 Kockher klem 2

 Langen back 1

 Gunting metzemboum 1

 Gunting benang 1

 Gunting preparasi 1

 Nald voelder 2

 Canul suction 1

 Ring tang 2

 Mikulik 4

4.Alat penunjang :

 Mesin diatermi

 Mesin suction
 Plat diatermi

3 Cara kerja

a. Scrubbing

 Pakai apron anti air

 Buka waslap steril pada tempatnya

 Buka sikat dan pengumpil kuku

 Basahi kedua tangan sampai 5cm diatas siku

 Ambil cairan antiseptis (cholrhexidin gluconat 4%)

 Lakukan cuci tangan 6 langkah dilanjutkan meggosok secara memutar dari

ujung jari sampai 5cm diatas siku (posisi tangan lebih tinggi dari siku )

 Bilas dengan air mengalir Bersihkan kuku dengan alat pengumpil kuku

dibawah air mengalir

 Gosok kedua ujung jari menggunakan sikat

 Gosok telapak dan punggung tangan menggunakan bagian spon

 Gosok sela jari dengan cara 4 sisi tiap jari

 Gosokkan spon secara memutar dari ujung jari sampai setengah lengan, begitu

juga sisi sebaliknya

 pertahankan posisi tangan tetap lebih tinggi dari siku


b. Gowning

 Linen set dibuka oleh perawat sirkuler

 Ambil baju operasi dengan teknik aseptic, yaitu memegang sisi dalam dan

menyusuri lengan, serta mempertahankan tali agar tidak jatuh ( posisi tetap

30cm dari meja instrument)

 Perawat sirkuler membantu mengikat tali bagian belakang baju operasi

 Bungkus tali ikat pinggang bagian belakang dengan bungkus handscoon, lalu

berikan pada sirkuler, kemudian bergerak memutar ke kanan dan tali ikat

pinggang diikat pada bagian depan secara steril


c. Gloving

Pakai handscoon steril dengan teknik tertutup, yaitu dengan cara tangan

tertutup lengan baju, sejajarkan ibu jari dengan ibu jari handscoon, jepit dengan

ibu jari dan tarik bagian lengan handscoon. Kemudian rapikan posisi jari dan

tarik lengan baju.

f. Drapping

 Perawat instrument memberikan ujung duk besar kanan dan kiri secara

memanjang dengan memegang 2 ujung sisi bagian bawah untuk drapping bagian

bawah

 Pasang underpad steril sebelum duk besar dibentuk lipatan ( untuk sisi kanan

kiri dan lapis atas bawah)

 Berikan 2 ujung duk besar kanan dan 2 ujung kiri kepada operator dan asisten

secara melebar untuk drapping bagian atas

 Pasang duk kecil pada bagian bawah ( kaki pasien )

 Kemudian beri 5 duk kecil dan 4 duk klem ( untuk samping kanan kiri dan atas

bawah (bagian bawah 2 lapis duk kecil).

g. Tahap kerja

 Pasang cateter secara steril ( dilakukan sebelum drapping ) :

 Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povido iodine

10% kepada operator/ asisten yang memakai handscoon steril

 Setelah antisepsis daerah genetalia selesai, bantu pasangkan 1 duk kecil

steril pada bagian bawah ( agar daerah sekitar genetalia steril )


 Kemudian berikan cateter yang sudah terpasang urobag dan spuilt 10cc

yang berisi aquabidest untuk mengunci

 Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povidon iodine 10%

kepada operator/ asisten

 Antisepsis dilakukan dari arah dalam keluar, sampai batas atas papilla mammae

dan bawah sampai 1/3 bagian atas ekstremitas bawah, terakhir pada area

genetalia (dilakukan sebanyak 3x)

Gambar Drapping Gambar anti sepsis

 Pasang senur diatermi dan selang suction (fiksasi dengan duk klem)

 Pasang tipcleaner

 Time out dilakukan oleh operator / dibantu oleh perawat sirkuler :


 Jam : 08.00

 Tanggal operasi : 2 september 2019

 Operator : dr. Y

 Asiten operator : dr. I

 Anestesi : dr. A

 Perawat anestesi :N

 Perawat instrument :F

 Beri kassa basah dan kering untuk membersihkan sisa cairan antisepsis

 Beri pinset untuk reaksi induksi (CSEA)

 Berikan mess 20 untuk insisi kulit

 Perdalam insisi dengan cirurgi dan mess/ senur diatermi sampai lapisan fat

 Rawat perdarahan dengan pinset manis/ pean dan senur diatermi

 Double kokcer dan gunting preparasi untuk lapisan facia

 Beri pinset cirurgi dan gunting preparasi untuk insisi lapisan peritoneum
 Opeator melakukan eksplorasi pada cavum abdomen dan di dapatkan
pengerasan uterus
 Berikan operator double crom klem untuk melakukan omnektmi
 Berikan operator gunting unuk memotong omentum dan di jahit dengan
benang side no 0 dan berikan gunting benang pada asisten
 Berikan operator pean klem dan stell depp dan berikan senur diatermi untuk
merawat perdarahan
 Berikan air aqua steril untuk mencuci cavum abdomen,berikan operator kasa
di jepit dengan stel dep (sleber),berikan asisten selang suction
 Ingatkan operator untuk mengecek perdarahan dan alat-alat instrument serta

kasa,deppers,dan dram gass

 Operasi selasai

 Jam : 11.00

 Pastikan alat dan bahan habis pakai lengkap

 Beri 4 mikulik untuk traksi peritoneum


 Beri pinset anatomis dan heating dengan plain 1, dilanjutkan sampai lapisan

otot

 Beri double kokcer, pinset cirurgi dan heating facia dengan T-vio 1

 Pada lapisan fat dengan heating dengan plain 2/0

 Heating lapisan kulit secara subkutikuler dengan T-mono 3/0

 Bersihkan luka operasi dengan kassa basah dari arah dalam keluar

 Keringkan dengan kassa kering, lalu tutup luka operasi menggunakan

transparan dressing

 Sign out :

Jam :11.15

Tindakan : optimalisai pembedahan

 Cek kelengkapan instrument kembali sebelum dilakukan proses pembersihan

pasien

3.1.5 Proses Perawatan Alat Dan Sterilisasi

 Instrumen di bersihka dengan air mengalir

 Alat-alat instrument setelah di bersihkan dari sisa-sisa darah di

rendam dg menggunkan larutan enzimetik 0,5% diamkan 10-15 mnt

 Setelah itu di bersihkan menggunakan sikat halis di bawa air mengalir

 Setelah di bersihkan alat di lap menggunakan kain halus dan di

keringkan

 Setelah kering perawat instrument menghitung kembali jumlah alat

instrument lalu di set kemudiandi steril ke CSSD


3.5 Teknik Instrumen Surgical Staging

Nama Pasien : Ny. .S

No. RM: 12706xxx

Diagnosa : Ca.ovarium post sos+rediktif massa

Tindakan : Surgical Staging

3.5.1 DEFINISI
Suatu tehnik instrument untuk pembedahan dengan melakukan insisi
pada dinding abdomen untuk eksplorasi dan mengetahui sejauh mana
perluasan suatu kanker ovarium dengan melakukan evaluasi daerah- daerah
yang potensi akan di kenai perlusan/penyebaran kanker ovar ium
3.5.2 CARA KERJA
1. Persiapan lingkungan
 Ruang OK sudah siap
 Ruang scrub airnya lancar
 Dokter anestesi dan dokter bedah sudah sia
 Aliran listrik di kamar operasi tidak trouble
 Mesin diatermi
 Mesin suction
 Lampu operasi
 Meja operasi
 Meja mayo
 Meja linen dan instrumen
 Standart infus
 Tempat baca X-Ray
 Tempat sampah medis, non medis dan benda tajam
2. Persiapan pasien

 Timbang terima pasien


 Inform consent dan inform to consent
 Puasa
 Sign in periode
 Obat antibiotika profilaksis
 Mengatur posisi pasien untuk dilakukan anestesi
 Mengatur posisi pasien supine

Gambar 60 – Posisi supine

 Memasang plate diatermi


 Memasang safety
3. Persiapan alat dan bahan habis pakai

a. Alat non steril


 Desinfektan ( betadine 10% ) pada tempat
 Plate diatermi
 Mesin diatermi
 Mesin suction
 Meja mayo dan meja instrumen
 Meja operasi
 Tempat sampah
 Lampu operasi
 Gunting verban
b. Alat steril

 Linen set
 Linen besar
 Linen kecil
 Gaun operasi
 Sarung meja mayo
 Kassa dan deppers
 Senar diatermi
 Selang suction
 Underpad steril
 Bengkok steril.
 Larutan desinfektan
 Cucing besar berisi cairan aquabidest dan cucing kecil berisi cairan
betadine 10%
 Mess no. 20
 Non absorbable : silk 1,0,2/0
 Absorbel : vicryl no 1
Catgut plain no 1
Monosyn no 0,4/0
Catgut chromic no. 1
 Handscoen steril sesuai kebutuhan
 Underped steril
 Jarum ½ lingkaran round dan cutting
 Foley kateter no 14
 Urobag
c. Set dasar
 Desinfeksi klem :2
 Doek klem :5
 Hand vat mass panjang no. 3 ;1
 Pincet chirurgie :2
 Pincet anatomis :2
 Arteri klem :2
 Kocher klem :2
 Gunting preparasi :1
 Gunting metzemboum :1
 Gunting benang :1
 Nald vouder :2
 Ring tangle :1
 Elis klem :1
 Wound hag gigi tajam/tumpul : 2/1
 Timan :2
 Tounge spatel :1
 Miculix :4
 Blas speculum :1
 Fesel tip :1
d. Set tambahan
 Ring tang :2
 Abdominal retractor :1
 Trochart :1
4. Teknik instrumentasi

a. Scrubbing
1. Buka waslap steril pada tempatnya
2. Buka sikat, spon dan pembersih kuku pada tempatnya
3. Basahi tangan dan lenngan sampai dengan 5 cm diatas siku di bawah
air mengalir
4. Ambil cairan antiseptik yang mengandung Clorhexidin 4% di telapak
tangan
5. Gosokan telapak tangan kanan dan kiri
6. Gosok pungkung tangan kanan dan kiri
7. Gosok telapak tangan kanan dan kiri dengan jari disilangkan
8. Gosokkan punggung jari kanan dan kiri dengan cara gerakan
mengunci
9. Putar dan gosokkan jempol sampai kelingking tangan kanan dan kiri
10. Putar dan gosok ujung ujung jari tangan dan kiri
11. Gosok pergelangan tangan kanan dan kiri sampai dengan 5 cm diatas
siku dengan cara gerakan memutar
12. Bilas dengan air mengalir dari ujung jari hingga 5 cm diatas siku
sampai bersih
13. Bersihkan kuku dengan menggunakan pengumpil kuku untuk
membersihkan kotoran di sela kuku di bawah air mengalir
14. Ambilah sikat dan bersihkan ujung kuku kanan dan kiri dengan
bagian sikat yang kasar
15. Sikat telapak tangan dan pungung tangan serta jari jari dengan 4
bagian dengan meggunakan bagian sikat yang halus / spon yang
mengandung Clorhexidin 4%
16. Mengosok hingga setengah bagian lengan kanan dan kiri dengan
menggunakan spon
17. Dilanjutkan menggosok hingga bagian siku lengan kanan dan kiri
18. Bilas dengan air mengalir dari ujung jari hingga 5 cm diatas siku
sampai bersih
19. Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai ke siku, untuk
mencegah kontaminasi
20. Pertahankan posisi tangan agar lebih tinggi dari siku
21. Matikan kran dengan siku atau kaki jika tidsk mnggunakan kran
otomatis
22. Pertahankan posisi tangan saat menuju kamar operasi
23. Gunakan punggung untuk membuka kamar bedah, jika tidak tersedia
pintu otomatis
Scrubbing
Gowning

1. Buka bungkusan steril yang berisi baju steril oleh perawat sirkuler
2. Ambil baju steril secara aseptic yaitu pegang baju pada garis leher
bagian dalam menggunakan tengan kiri dan posisi tanagn kakan
tetap setinggi bahu, perhatikan jarak anatar badan dan meja linen
( 30 cm )
3. Buka lipatan baju dengan cara melepaskan bagian yang terjepit
tangan dan jangan sampai terkontaminasi
4. Tangan kiri tetap memegang bagian leher baju kanan dan
masukkan tangan kanan ke lunang baju kanan, diikuti dengan
tangan kiri dimasukkan ke tangan kiri
5. Perawat sirkulasi berdiri di belakangnya untuk membantu
mengikat tali baju dengan menarik bagian belakang leher baju
6. Buka tali ikat pnggang, berikan salah satu ujung tali tersebut pada
perawat sirkulasi dengan cara salah satu tali dibungkus dengan
menggunakan kertas bekas hanscoon lalu diberikan ke perawat
sirkuler lalu perawat instrumen memutar badan kemudian
mengambil tali dari perawat sirkuler lalu diikatkan diperut. Saat
memutar jangan sampai terjadi kontaminasi

Gowning

Gloving
a. Dengan tangan tertutup baju operasi, ambil sarung tanagn pertama
dari kemasannya, jangan biarkan tangan keluar dari manset baju
operasi
b. Lekakkan sarung tangan pada lengan baju dan ibu jari sarung tangan
pada ibu jari tangan dengan jari – jari menunjuk ke arah sku
c. Pegang bagian bawah manset dengan jari – jari tangan yang
terlindung dari tangan yang akan dipakaikan sarung tangan
d. Pegang bagaian atas manset dengan tangan lainnya, yang juga
terbungkus baju operasi
e. Naikkan manset bagian atas diatas manset baju operasi dari tangan
yang akan dipakaikan sarung tangan
f. Pegang manset sarung tangan dan manset jas bersamaan dan
masukkan jari – jari ke dalam sarung tangan dan atur letaknya
g. Untuk memakai sarung tangan kedua ulangi cara ke 1 sampai ke 6

Gloving
b. Antisepsis area pembedahan

Perawat instrumen memberikan cucing kecil berisi larutan betadine


10% dan deppers steril serta desinfeksi klem kepada operator dan
operator melakukandesinfeksi lapangan operasi mulai dari daerah
yang akan dilakukan insisi lalu diperluas dengan cara melingkar keluar
sampai batas atas dada sampai 1/3 bagian extrimitas bawah lalu
terakhir daerah genetalia externa. Desinfeksi ini dilakukan berulang
sampai 3 kali.
Antisepsis

c. Drapping

Perawat instrumen membantu operator dan asisten operator untuk


melakukan drapping yaitu memasang underpet steril yang sudah
dilapisi doek kecil lalu dipasang dibawah pantat pasien, kedua kaki
dibungkus dengan doek kecil lalu diikat, memasang 2 doek besar secara
menyilang dan memanjang ( yaitu ujung doek yang bawah ke kaki kiri
dan ujung doek yang atas ke bagian kanan pasien begitu juga
sebaliknya ) bagian bawah ( anus ) ditutup dengan doek kecil dan
difiksasi dengan doek klem

- Drapping
d. Time out
Operator melakukan time out dengan menyebutkan nama, umur dan
jenis kelamin pasien, tgl operasi, diagnosa dan tindakan pembedahan
yang akan dilakukan, lalu saling memperkenalkan diri dengan
menyebutkan nama operator, asisten 1 dan asisten 2, dr. Anestesi, dan
instrumen. Sebelum melakukan pembedahan dilakukan doa bersama
e. Tahapan operasi
 Perawat instrumen memberikan pada operator pincet chirrugie,
mess no. 20 untuk insisi mulai kulit dari garis tengah dimulai dari
atas simfisis pubis sampai dengan atas umbillicus kurang lebih 5
cm. lemak sub cutis, berikan arteri clem pada operator dan senur
diathermi kepada asisten untuk merawat perdarahan, diperlebar
dengan haak tajam sampai dengan fasia.
 Setelah ketemu fasia perawat memberikan koker dua untuk
menarik fasia dan memberikan gunting preparasiuntuk memotong
fasia.
 Perawat instrumen memberikan doubel pinset chirurgi kepada
asisten dan operator, gunting metzembum untuk
memotongperitoneum.
 Operator melakukan eksplorasi di dapatkan kista ovarium ukuran
30x40. Kemudian di lakukan pungsi dengan trochat yang
sebelumnya di tegel dengan jahit silk no. 2/0 jarum cutting. Dan
operator di berikan mess 20 untuk insisi kista.
 Berikan double krom klem untuk menjepit tuba, operator di
berikan gunting preparasi untuk melakukan kistectomie.dan
benang cromic no. 1 untuk jaringan yang di tinggal.
 Operator membuat tunnel avascular, berikan krom klem untuk
jepit ligamentum invidibulum pelvicum dan dipotong dan di jahit
dengan silk no. 0 kanan dan kiri.
 Berikan kocher untuk kontra klem lalu di potong dan dijahit
dengan silk no. 1
 Berikan gunting metzembum dan pinset chirurgis pada operator
untuk membuat blader flap, untuk membuka plika vesica urinaria.
 Berikan steel deppers untuk memisahkan plika vesica urinaria.
 Berikan double krom untuk menjepit broad ligamenntum bagian
bawah, operator diberikan gunting preparasi dan jahit catgut
kromik no. 1 benang di potong sampai uterus setinggi fornix (1/3
vagina).
 Berikan operator mess atau cutting diatermie untuk memotong
uterus dan berikan 4 kocher untuk menjepit sudut vagina kanan
kiri serta bagian depan dan belakang.
 Berikan operator benang monosyn no. 1 untuk menjahit stom
secara jelujur feston.
 Ureter di identifikasi dan di pisahkan dengan arteri. Semua
kelenjar getah bening di sekitar pembuluh darah.
 Berikan krom klem untuk menjepit fasa uterina kanan dan kiri
dengan gunting metzebum dan di jahit dengan silk no. 0,
pemisahan vasa uterina sampai ke bawah di atas vagina kanan kiri.
 Berikan ring tang untuk mengambil kelenjar getah bening pelvis
kanan kiri
 Berikan krom klem untuk menjepit ligamentum sakro uterine di
potong dengan gunting preparasi di jahit dengan silk no. 0, uterus
di potong setinggi 1/3 proxima vagina.
 Berikan catgut cromic no. 1 ( jarum cutting ½ lingkaran untuk
menjahit sudut kanan kiri ), monosyn no. 1 untuk jahit stom vagina
secara jelujur festoon.
 Berikan pinset anatomi dan senar diatermi untuk perdarahan
 Berikan benang silk no. 3/0 jarum round untuk menjahit
retroperitonium.
 Berikan krom klem untuk menjepit ligamentum sakro uterine di
potong dengan gunting preparasi di jahit dengan silk no. 0, uterus
di potong setinggi 1/3 proxima vagina.
 Berikan catgut cromic no. 1 ( jarum cutting ½ lingkaran untuk
menjahit sudut kanan kiri ), monosyn no. 1 untuk jahit stom vagina
secara jelujur festoon.
 Berikan ringt angle untuk menjepit kelenjar getah bening pelvic
kanan dan kiri para kolica kanan kiri, dan prevesica.
 Berikan pinset anatomi dan senar diatermi untukrawat
perdarahan.
 Berikan double krom klem untuk menjepit omentum,operator
diberikan gunting preparasi untuk memotong omentum dan
benang jahit silk no. 2/0 jarum round.
 Berikan cairan aqua steril untuk mencuci cavum abdomen dan
operator di berikan kasa di jepit dengan ring tang dan asisten
operator di berikan selang suction.
 Berikan 2 buah kocher klem pada operator untuk menjepit fasia
atas bawah.
 Luka operasi di tutup.
1. Berikan benang monosyn no. 1 untuk jahit fasia.

2. Berikan benang catgut plain no. 1 untuk jahit fat.

3. Berikan benang monosyn 4/0 untuk jahit kulit.

f. Sign out
 Menghitung kembali jumlah pemakaian kasa, deppers dan
menghitung jumlah alat yang dipakai
g. Dressing dan pembersihan pasien.
 Luka operasi di bersihkan dengan kasa steril dan fixasi dengan
opsite.
 Pasien dibersihkan dari sisa-sisa darah dan betadine
3.7.6 PROSES PERAWATAN ALAT DAN STERILISASI
1. Insrumen dibersihkan dengan air mengalir
2. Alat-alat instrumen setelah bersih dari sisa darah direndam
menggunakan larutan enzim 0,5% dalam waktu 10 – 15 meni
3. Lalu dibersihkan menggunakan sikat halus dibawah air mengalir
4. Setelah bersih alat dilap menggunakan kain halus dan dikeringkan
5. Setelah kering perawat instrumen menghitung kembali jumlah alat
instrumen lalu diset kemudian disterilkan ke CSSD
3.7.7 DOKUMENTASI ( Askep Preoperatif )
3.6 Instrumentasi Teknik TAH-BSO(Total Abdominal Histrektomi Bilateral Salphingo

Oovari )

Nama pasien : Ny. S

Umur : 41 th

No. Rm : 12682XXX

Diagnosa : myoma uteri

Tindakan :TAH BSO

3.6.1Pengertian

Suatu teknik instrumentasi untuk tindakan pembedahan dengan melkukan insisi


pada dinding abdomen untuk mengangkat uterus servik,kedua tuba falopi dan
ovarium
3.6.2 Anatomy

INTERNA
TAMPAK
ANTERIOR

3.6.3 Patofisiologi

Hormonal usia paritas obesitas

reseptor
estrogen

Intra operatif Post operatif

Pre operatif
Pemasangan Adesiolisis
plat diatermi Bekas luka
jaringan
insisi
3.6.4 Tujuan

1. Mengerti langkah-langkah tehnik operasi TAH BSO

2.Memperlancar jalannya operasi.

3.Dapat mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.

4.Dapat mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.

5. Dapat mencegah tertinggalnya alat-alat instrument dan bahan lainnya didalam

abdomen.

3.6.5 Persiapan

6. Pasien

 Hand over

 Ceklist verifikasi pra bedah :

 Cek identitas pasien, diagnose dan penandaan lokasi operasi

 Cek penggunaan gigi palsu, perhiasan dan implant

 Riwayat allergy dan riwayat penyakit terdahulu

 Persiapan darah dan obat- obatan (profilaxis)

 Puasa dan lavement

 Pemeriksaan penunjang ( hasil lab, rontgen, dll )

 Lembar inform consent dan inform to consent

 Sign in dilakukan oleh 4 orang

 Jam :08 .00

 Tanggal operasi : 2 September 2019

 Operator : dr. O

 Anestesi : dr.A

 Perawat anestesi :N

 Perawat instrument :F
 Mengatur posisi pasien untuk dilakukan induksi CSEA (lateral)

 Mengatur posisi pasien untuk dilakukan pemasangan cateter

 Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan operasi (supine)

 Obat profilaxis diberikan (cefazolin 2gr )

 Memasang plat diatermi

 Pasang tali /sabuk pengaman pasien (safety patient)

7. Persiapan lingkungan

 Ruang operasi sudah siap

 Tempat sampah medis, non medis, benda tajam dan b3 siap

 Ruang scrub siap

 Lampu dan meja operasi siap

 Mesin anestesi dan saturasi siap

 Mesin diatermi dan suction siap

 Listrik dan oxygen siap

 Meja mayo dan meja instrument siap

 Tempat X-ray

 Tekanan, suhu dan kelembapan udara siap

 Seluruh petugas operasi siap


8. Persiapan alat dan bahan habis pakai

3. Alat non steril

 Cairan antisepsis povidon iodin 10%

 Aquabidest

 Hypafik

 Gunting Verban

 Underpad

8. Alat Steril

 Linen set

 Kassa, deppers, darm gaas, cucing, mangkok dan bengkok

 Handscoen sesuai kebutuhan

 Mess no. 20

 Kateter no.16 dan urobag

 Spuit 10 cc

 Senur diatermi.

 Handel lampu.

 Canule dan selang suction

 Jarum loosnald (round)

 Underpad steril

 waslap
 Benang : Benang
Absorbable : T – Mono no. 1 dan 3/0
Cat gut plain no.1 dan 2/0
T – Vio no. 1

9. Basic set yang disiapkan :

 Desinfeksi klem 4

 Doek klem 5

 Hand vat mest no. 4 1

 Pincet anatomis 2

 Pincet chirurgie 2

 Arteri klem pean 4

 Arteri klem krom 4

 Kockher klem 2

 Langen back 1

 Gunting metzemboum 1

 Gunting benang 1

 Gunting preparasi 1

 Nald voelder 2

 Canul suction 1

 Ring tang 2
 Mikulik 4

10. Alat penunjang :

 Mesin diatermi

 Mesin suction

 Plat diatermi

3 Cara kerja

a. Scrubbing

 Pakai apron anti air

 Buka waslap steril pada tempatnya

 Buka sikat dan pengumpil kuku

 Basahi kedua tangan sampai 5cm diatas siku

 Ambil cairan antiseptis (cholrhexidin gluconat 4%)

 Lakukan cuci tangan 6 langkah dilanjutkan meggosok secara memutar dari

ujung jari sampai 5cm diatas siku (posisi tangan lebih tinggi dari siku )

 Bilas dengan air mengalir Bersihkan kuku dengan alat pengumpil kuku

dibawah air mengalir

 Gosok kedua ujung jari menggunakan sikat

 Gosok telapak dan punggung tangan menggunakan bagian spon

 Gosok sela jari dengan cara 4 sisi tiap jari

 Gosokkan spon secara memutar dari ujung jari sampai setengah lengan, begitu

juga sisi sebaliknya

 pertahankan posisi tangan tetap lebih tinggi dari siku


b. Gowning

 Linen set dibuka oleh perawat sirkuler

 Ambil baju operasi dengan teknik aseptic, yaitu memegang sisi dalam dan

menyusuri lengan, serta mempertahankan tali agar tidak jatuh ( posisi tetap

30cm dari meja instrument)

 Perawat sirkuler membantu mengikat tali bagian belakang baju operasi

 Bungkus tali ikat pinggang bagian belakang dengan bungkus handscoon, lalu

berikan pada sirkuler, kemudian bergerak memutar ke kanan dan tali ikat

pinggang diikat pada bagian depan secara steril


c. Gloving

Pakai handscoon steril dengan teknik tertutup, yaitu dengan cara tangan

tertutup lengan baju, sejajarkan ibu jari dengan ibu jari handscoon, jepit dengan

ibu jari dan tarik bagian lengan handscoon. Kemudian rapikan posisi jari dan

tarik lengan baju.

9. Drapping

 Perawat instrument memberikan ujung duk besar kanan dan kiri secara

memanjang dengan memegang 2 ujung sisi bagian bawah untuk drapping bagian

bawah

 Pasang underpad steril sebelum duk besar dibentuk lipatan ( untuk sisi kanan

kiri dan lapis atas bawah)

 Berikan 2 ujung duk besar kanan dan 2 ujung kiri kepada operator dan asisten

secara melebar untuk drapping bagian atas

 Pasang duk kecil pada bagian bawah ( kaki pasien )

 Kemudian beri 5 duk kecil dan 4 duk klem ( untuk samping kanan kiri dan atas

bawah (bagian bawah 2 lapis duk kecil)


10. Tahap kerja

 Pasang cateter secara steril ( dilakukan sebelum drapping ) :

 Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povido iodine

10% kepada operator/ asisten yang memakai handscoon steril

 Setelah antisepsis daerah genetalia selesai, bantu pasangkan 1 duk kecil

steril pada bagian bawah ( agar daerah sekitar genetalia steril )

 Kemudian berikan cateter yang sudah terpasang urobag dan spuilt 10cc

yang berisi aquabidest untuk mengunci

 Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povidon iodine 10%

kepada operator/ asisten

 Antisepsis dilakukan dari arah dalam keluar, sampai batas atas papilla mammae

dan bawah sampai 1/3 bagian atas ekstremitas bawah, terakhir pada area

genetalia (dilakukan sebanyak 3x)


Gambar anti sepsis

 Pasang senur diatermi dan selang suction (fiksasi dengan duk klem)

 Pasang tipcleaner

 Time out dilakukan oleh operator / dibantu oleh perawat sirkuler :

 Jam : 08.30

 Tanggal operasi : 2 September 2019

 Operator : dr. Y

 Asiten operator : dr. W

 Anestesi : dr. M

 Perawat anestesi :N

 Perawat instrument :F

 Beri kassa basah dan kering untuk membersihkan sisa cairan antisepsis

 Beri pinset untuk reaksi induksi (CSEA)

 Berikan mess 20 untuk insisi kulit

 Berikan double kocher klem untuk menjepit fasia lalu berikan gunting
preparasi untuk memperpanjang irisan ke arah samping kanan dan kiri.
Setelah kelihatan peritoneum, operator dan asisten membuka peritoneum
dengan menggunakan double pincet chirurgi dan gunting preparasi. Irisan
diperpanjang secukupnya lalu jauhkan dari lapangan operasi alat-alat
instrumen yang pendek dan kasa lepas
 Berikan darm gaas lembab untuk melindungi usus
 Berikan double krom klem untuk menjepit ligamentum rotundum dan
ligamentum ovarium kanan dan kiri lalu digunting dengan gunting preparasi.
Berikan benang chromic no. 1 jarum round untuk menjahit jaringan yang
ditinggal dan benang siede no. 1 untuk menjahit jaringan yang kan diangkat
 Berikan gunting preparasi ke operator untuk membuat bladder flap dengan
cara membuka plika vesika urinaria dengan sayatan dijepit dengan krom
klem. Dipisahkan kedua lateral dan disisihkan dengan deppers yang dijepit
dengan ring tang kemudian diletakkan 1 kasa lepas untuk melindungi blass
dalam pemsangan blass speculum
 Berikan double krom lagi untuk klem ligament infedibulum dan potong
dengan gunting preparasi lali di ikat dg cromic no 1 unuk jaringan yg di
tinggal dan side no 0 dg untuk jaringan yang di angkat
 Berikan double krom untuk diseksi ligament utero sacral sampai setinggi
fornik,klem dan potong dg gunting preparasi lalu jahit dengan cromik no 1
untuk jaringan yang di tinggal

 Berikan handfat mess untuk insisi sekitar porsio jika sudah terlihat porsio
buka sayatan dengan krom klem

 Beri doble krom klem besar untuk menjepit vagina kanan dan kiri potong
dengan gunting preparasi

 Beri kan 4 kocher klem untuk traksi ujung kanan kiri dan muka belakang
stoma vagina
 Berikan jahitan sudut stoma vagina dengan benang chromic no. 1 jarum
cutting. Ujung benang dijepit dengan pean klem. Stoma vagina dijahit dengan
benang Monosyn no 1 secara feston. Ujung benang dijepit dengan pean klem
 Operasi selasai
 Jam : 13.30

 Pastikan alat dan bahan habis pakai lengkap

 Beri 4 mikulik untuk traksi peritoneum

 Beri pinset anatomis dan dan heating dengan plain 1, dilanjutkan sampai lapisan

otot

 Beri double kokcer, pinset cirurgi dan heating facia dengan T-vio 1

 Pada lapisan fat dengan heating dengan plain 2/0

 Heating lapisan kulit secara subkutikuler dengan T-mono 3/0

 Bersihkan luka operasi dengan kassa basah dari arah dalam keluar
 Keringkan dengan kassa kering, lalu tutup luka operasi menggunakan

transparan dressing

 Sign out :

Jam :14.15

Tindakan : TAH BSO

 Cek kelengkapan instrument kembali sebelum dilakukan proses pembersihan

pasien

3.6.5 Proses Perawatan Alat Dan Sterilisasi

 Instrumen di bersihka dengan air mengalir

 Alat-alat instrument setelah di bersihkan dari sisa-sisa darah di

rendam dg menggunkan larutan enzimetik 0,5% diamkan 10-15 mnt

 Setelah itu di bersihkan menggunakan sikat halis di bawa air mengalir

 Setelah di bersihkan alat di lap menggunakan kain halus dan di

keringkan

 Setelah kering perawat instrument menghitung kembali jumlah alat

instrument lalu di set kemudiandi steril ke CSSD


3.7 Instrumen Tehnik Debulking Massa Tumor Ovarium

Nama pasien : Ny. P

Umur : 50 th

No. Rm : 1276XXX

Diagnosa : Tumor Ovarium

Tindakan : Debulking

3.7.1 Pengertian

Suatu cara melakukan instrumentasi pada operasi tumor sel telur atau ovarium
dengan cara pengambilan sebagian massa tumor untuk menegakan diagnosa

3.7.2 Anatomy
3.Patofisiologi

Tumor Ovarium

Menegakan diagnosa

pembedaha

Pre operatif Intra operatif Post operatif

Adesiolisis
Kurangnya jaringan Bekas luka
Pemasangan
pengetahuan insisi
plat diatermi

Robeknya Insisi luas diskotinuitas Tempat


ansietas jaringan dan dalam jaringan infasi
Resiko gg
vaskuler kuman
integritas kulit:
combutio Resiko nyeri
tertinggalnya Resiko
Gangguan alat / kassa infeksi
keseimbangan
cairan ( syok
Resiko cedera :
hipovolemik)
corpus alienum
4 Tujuan

h. Mengerti langkah-langkah tehnik operasi debulking.

i. Memperlancar jalannya operasi.

j. Dapat mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.

k. Dapat mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.

l. Dapat mencegah tertinggalnya alat-alat instrument dan bahan lainnya didalam

abdomen.

5 Persiapan

a. Pasien

 Hand over

 Ceklist verifikasi pra bedah :

 Cek identitas pasien, diagnose dan penandaan lokasi operasi

 Cek penggunaan gigi palsu, perhiasan dan implant

 Riwayat allergy dan riwayat penyakit terdahulu

 Persiapan darah dan obat- obatan (profilaxis)

 Puasa dan lavement

 Pemeriksaan penunjang ( hasil lab, rontgen, dll )

 Lembar inform consent dan inform to consent

 Sign in dilakukan oleh 4 orang

 Jam :07.30

 Tanggal operasi : 11 September 2019

 Operator : dr. P

 Anestesi : dr.A

 Perawat anestesi :L

 Perawat instrument :F
 Mengatur posisi pasien untuk dilakukan induksi CSEA (lateral)

 Mengatur posisi pasien untuk dilakukan pemasangan cateter

 Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan operasi (supine)

 Obat profilaxis diberikan (cefazolin 2gr )

 Memasang plat diatermi

 Pasang tali /sabuk pengaman pasien (safety patient)

b. Persiapan lingkungan

 Ruang operasi sudah siap

 Tempat sampah medis, non medis, benda tajam dan b3 siap

 Ruang scrub siap

 Lampu dan meja operasi siap

 Mesin anestesi dan saturasi siap

 Mesin diatermi dan suction siap

 Listrik dan oxygen siap

 Meja mayo dan meja instrument siap

 Tempat X-ray

 Infarm warmer

 Tekanan, suhu dan kelembapan udara siap

 Seluruh petugas operasi siap


c. Persiapan alat dan bahan habis pakai

1. Alat non steril

 Cairan antisepsis povidon iodin 10%

 Aquabidest

 Hypafik

 Gunting Verban

 Underpad

11. Alat Steril

 Linen set

 Kassa, deppers, darm gaas, cucing, mangkok dan bengkok

 Handscoen sesuai kebutuhan

 Mess no. 20

 Kateter no.16 dan urobag

 Spuit 10 cc

 Senur diatermi.

 Handel lampu.

 Canule dan selang suction

 Jarum loosnald (round)

 Underpad steril

 waslap
 Benang : Non absorbable : silk USP 0

Absorbable : plain cat gut USP 1; catgut cromic USP 1 ; T-

Vio USP 1 ; dan T-Mono USP 1 dan 3/0.

12. Basic set yang disiapkan :

 Desinfeksi klem 4

 Doek klem 5

 Hand vat mest no. 4 1

 Pincet anatomis 2

 Pincet chirurgie 2

 Arteri klem pean 4

 Arteri klem krom 4

 Kockher klem 2

 Langen back 1

 Gunting metzemboum 1

 Gunting benang 1

 Gunting preparasi 1

 Nald voelder 2

 Canul suction 1

 Ring tang 2

 Mikulik 4

13. Set tambahan :

 Ellis 2

 Babcock 2

 Blass speculum 2

 Retractor / sprider abdomen 1

 Wound hag timan 2


 Spatel 1

 Reightangel 1

14. Alat penunjang :

 Mesin diatermi

 Mesin suction

 Plat diatermi

6 Cara kerja

a. Scrubbing

 Pakai apron anti air

 Buka waslap steril pada tempatnya

 Buka sikat dan pengumpil kuku

 Basahi kedua tangan sampai 5cm diatas siku

 Ambil cairan antiseptis (cholrhexidin gluconat 4%)

 Lakukan cuci tangan 6 langkah dilanjutkan meggosok secara memutar dari

ujung jari sampai 5cm diatas siku (posisi tangan lebih tinggi dari siku )

 Bilas dengan air mengalir Bersihkan kuku dengan alat pengumpil kuku

dibawah air mengalir

 Gosok kedua ujung jari menggunakan sikat

 Gosok telapak dan punggung tangan menggunakan bagian spon

 Gosok sela jari dengan cara 4 sisi tiap jari

 Gosokkan spon secara memutar dari ujung jari sampai setengah lengan, begitu

juga sisi sebaliknya

 pertahankan posisi tangan tetap lebih tinggi dari siku


b. Gowning

 Linen set dibuka oleh perawat sirkuler

 Ambil baju operasi dengan teknik aseptic, yaitu memegang sisi dalam dan

menyusuri lengan, serta mempertahankan tali agar tidak jatuh ( posisi tetap

30cm dari meja instrument)

 Perawat sirkuler membantu mengikat tali bagian belakang baju operasi

 Bungkus tali ikat pinggang bagian belakang dengan bungkus handscoon, lalu

berikan pada sirkuler, kemudian bergerak memutar ke kanan dan tali ikat

pinggang diikat pada bagian depan secara steril


c. Gloving

Pakai handscoon steril dengan teknik tertutup, yaitu dengan cara tangan

tertutup lengan baju, sejajarkan ibu jari dengan ibu jari handscoon, jepit dengan

ibu jari dan tarik bagian lengan handscoon. Kemudian rapikan posisi jari dan

tarik lengan baju.

d. Drapping

 Perawat instrument memberikan ujung duk besar kanan dan kiri secara

memanjang dengan memegang 2 ujung sisi bagian bawah untuk drapping bagian

bawah

 Pasang underpad steril sebelum duk besar dibentuk lipatan ( untuk sisi kanan

kiri dan lapis atas bawah)

 Berikan 2 ujung duk besar kanan dan 2ujung kiri kepada operator dan asisten

secara melebar untuk drapping bagian atas

 Pasang duk kecil pada bagian bawah ( kaki pasien )

 Kemudian beri 5 duk kecil dan 4 duk klem ( untuk samping kanan kiri dan atas

bawah (bagian bawah 2 lapis duk kecil).


e. Tahap kerja

 Pasang cateter secara steril ( dilakukan sebelum drapping ) :

 Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povido iodine

10% kepada operator/ asisten yang memakai handscoon steril

 Setelah antisepsis daerah genetalia selesai, bantu pasangkan 1 duk kecil

steril pada bagian bawah ( agar daerah sekitar genetalia steril )

 Kemudian berikan cateter yang sudah terpasang urobag dan spuilt 10cc

yang berisi aquabidest untuk mengunci

 Berikan desinfeksi klem dan cucing berisi deppers dengan povidon iodine 10%

kepada operator/ asisten

 Antisepsis dilakukan dari arah dalam keluar, sampai batas atas papilla mammae

dan bawah sampai 1/3 bagian atas ekstremitas bawah, terakhir pada area

genetalia (dilakukan sebanyak 3x)


Gambar anti sepsis

 Pasang senur diatermi dan selang suction (fiksasi dengan duk klem)

 Pasang tipcleaner

 Time out dilakukan oleh operator / dibantu oleh perawat sirkuler :

 Jam : 08.00

 Tanggal operasi : 16 September 2019

 Operator : dr. P

 Asiten operator : dr. O

 Anestesi : dr. A

 Perawat anestesi :L

 Perawat instrument :F

 Beri kassa basah dan kering untuk membersihkan sisa cairan antisepsis

 Beri pinset untuk reaksi induksi (CSEA)

 Berikan mess 20 untuk insisi kulit

 Perdalam insisi dengan cirurgi dan mess/ senur diatermi sampai lapisan fat

 Rawat perdarahan dengan pinset manis/ pean dan senur diatermi

 Double kokcer dan gunting preparasi untuk lapisan facia

 Berikan gunting preparasi unruk memperdalam irisan kea rah proximal dan

distal secukupnya dengan bantuan langen back setelahitu operator

membebaskan rectus abdominalis secara tumpul sampai pre perianal fat

 Setelah terlihat peritoneum berikan oerator dan asisten gunting preparasi dan

double pinset sirugis untuk membuka peritoneum,irisan di perpanjang

secukupnya lalu juhkan alat-alat instrument yg pendek dan kasa lepas dari

lapangan operasi

 Berikan spuit 50 cc untuk pengambilan sitologi cairan peritoneum


 Berikan dram gass yang lembab untuk melindungi usus

 Berikan double krom untuk mengeklem jaringan dan untuk mengikat jaringan

berikan benang cromic no. 1 untuk jaringan yang di tinggal

 Berikan benang side no 0untuk jaringan yg di ambil

 Berikan gunting preparasi untuk mengguting jaringan dan gunting benang untuk

mengguntig benang demikian seterusnya sampai massa terambil sebisanya

 Untuk merawat perdarahan berikan pinset anatomis dan senur diatermi berikan

krom untuk menjepit bila ada pembuluh arah besar yang terpotong ligasi dg

beang side no 1

 Cuci denga aqua hangat dan mengecek lagi adanya perdarahan apa tidak dengan

kasa

 Operasi selasai

 Jam : 13.45

 Pastikan alat dan bahan habis pakai lengkap

 Beri 4 mikulik untuk traksi peritoneum

 Beri pinset anatomis dan dan heating dengan plain 1, dilanjutkan sampai lapisan

otot

 Beri double kokcer, pinset cirurgi dan heating facia dengan T-mono no 1 dengn

pinset sirugis secara jelujur

 Pada lapisan fat dengan heating dengan plain 2/0

 Heating lapisan kulit secara subkutikuler dengan T-mono 3/0

 Bersihkan luka operasi dengan kassa basah dari arah dalam keluar

 Keringkan dengan kassa kering, lalu tutup luka operasi menggunakan

transparan dressing

 Sign out :

Jam :14.10

Tindakan : debulking
 Cek kelengkapan instrument kembali sebelum dilakukan proses pembersihan

3.1.5 Proses Perawatan Alat Dan Sterilisasi

 Instrumen di bersihka dengan air mengalir

 Alat-alat instrument setelah di bersihkan dari sisa-sisa darah di

rendam dg menggunkan larutan enzimetik 0,5% diamkan 10-15 mnt

 Setelah itu di bersihkan menggunakan sikat halis di bawa air mengalir

 Setelah di bersihkan alat di lap menggunakan kain halus dan di

keringkan

 Setelah kering perawat instrument menghitung kembali jumlah alat

instrument lalu di set kemudiandi steril ke CSSD


BAB IV

TEMPAT DAN WAKTU PELATIHAN

4.1 Gambaran Umum Tempat dan Waktu Pelatihan

Program Pelatihan Perawat Kamar Bedah Instrumentasi Bedah Umum telah dilaksanakan di
Instalasi Gedung Pusat Terpadu (GBPT) lantai 4-6, Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo
Surabaya, Jl. Mayjen Prof Dr. Moestopo 6-8 Surabaya, pada tanggal 22 Juli 2019 sampai
dengan 22 Oktober 2019 di mana sebelumnya peserta pelatihan perawat instrumentasi
mengikuti pembelajaran dan mendapatkan materi di kelas selama 2 minggu, kemudian setiap
peserta mengambil penjurusan untuk spesialisasi instrumentasi, di sini penulis memilih
instrumentasi pembedahan di kamaroperasi bedah Obstetri dan Gynecologi, kamar operasi
bedah Obstetri dan Gynecologi terletak di lantai 5, kamar operasi bedah Obstetri dan
Gynecologi terbagi menjadi 2 ruang yaitu 409 dan 411 dan , pada setiap ruang kamar operasi
peserta pelatihan instrumentasi bedah obgyn, akan bergantian/rotasi di setiap ruang, di tiap
ruang proses pelatihan selama 1 bulan, peserta pelatihan instrumentasi bedah Obstetri dan
Gynecologi harus mengikuti pelatihan dari pembimbing di instrumentasi bedah Obstetri dan
Gynecologi sampai waktu pelatihan bedah Obsteri dan Gynecologi selesai.

4.2. Judul Instek yang pernah dilaksanakan

Tindakan Instrumen Teknik yang pernah penulis ikuti di kamar operasi 409 dan 411
diantaranya yaitu :

1. Instrumen teknik Sectio caesarea


2. Instrument tehnik supra vagina histrectomie
3. Instrument tehnik Sectio caesarea sumpuc Prosedur
4. Instrument tehnik Surgical Stanging
5. Instrument tehnik Optimalisasi Pembedahan
6. Instrument teknik TAH –BSO
7. Instrument tehnik Debuking Massa Tumor Ovarium
DAFTAR PUSTAKA

1. Instalasi Bedah Pusat Gedung Bedah Pusat Terpadu (2015),


“Program Pelatihan Perawat Kamar Operasi,” Surabaya.
2. Kemenkes RI. 2016. Pedoman Tehnik Bangunan Rumah Sakit
Ruang Operasi,Jakarta.Kemenkes RI
3. Kemenkes RI. 2016. Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (patient savety),Jakarta.
4. PP HIPKABI .2015.Buku kumpuln Materi Pelatihan Menejemen
Kamar Bedah,Jakarta:HIPKABI Press Jakarta
5. Andika, E,Pratama. 2013. Intrumen teknik Kamar operasi,
Jakarta.Mitra Waena Medika
LAMPIRAN

Gambar 1 kamar operasi

Gambar 2. Contoh Penataan instrument diatas meja mayo

Gambar 3. Peserta Pelatihan Instrumen sedang melakukan kegiatan instrumentasi


Gambar 4 Contoh Penataan Instrument dalam container

Gambar 5. Set waslap


SET TAMBAHAN

SPRAIDER SPATEL

TIMAN RAIGHT ANGLE

ELLIS KLEM BEBKOC

Myom Boor
Neer Klem Moche klem

Anda mungkin juga menyukai