Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

I DENGAN
TUBERCULOSIS PARU DI RUANG CEMARA
RUMAH SAKIT UMUM KOTA TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :
HESTIWINATA WILLIAM
NPM : 1830702051

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN 2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. I DENGAN
TUBERCULOSIS PARU DIRUANG CEMARA
RUMAH SAKIT UMUM KOTA TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :
HESTIWINATA WILLIAM
NPM : 1830702051

Laporan Tugas Akhir


Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan
Pada
Uniersitas Borneo Tarakan

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN 2020/2021

i
ii
i
v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada klien An. I
dengan Tuberculosis Paru di Ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan”.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan, bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang merupakan
pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat membukakan
mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah
guru terbaik bagi penulis. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan
hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Adri Patton M.Si selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan.
2. dr. Joko Haryanto Selaku Direktur Rumah Sakit Umum Kota Tarakan yang
telah menyediakan lahan untuk pelaksanaan proses asuhan keperawatan bagi
mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo
Tarakan.
3. Sulidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Borneo Tarakan, sekaligus sebagai pembimbing utama dan juga penguji tiga
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir yang telah memberikan masukan,
motivasi serta bimbingan kepada penulis.
4. Yuni Retnowati, SST, M.Keb selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borneo Tarakan.
5. Alfianur, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan, sekaligus penguji satu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir yang telah memberikan masukan, motivasi
serta bimbingan kepada penulis.
6. Maria Imaculata Ose, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku sekretaris Jurusan
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
7. Paridah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua Prodi Jurusan D3 Keperawatan
Universitas Borneo Tarakan.

v
8. Hendy Lesmana, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi selama proses perkuliahan.
9. Dewy Haryanti Parman, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB Penguji dua dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir yang telah memberikan masukan, motivasi
serta bimbingan kepada penulis.
10. Nurman Hidaya, S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai pembing dua dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir yang telah memberikan masukan, motivasi serta
bimbingan kepada penulis.
11. Kepala Ruangan serta staff Ruangan Cemara Rumah Sakit Umum Kota
Tarakan yang telah bersedia membantu dalam proses asuhan keperawatan,
serta pengamatan dan observasi selama penyusunan Laporan Tugas Akhir.
12. Klien An. I dan keluarga yang telah bersedia untuk dilakukan asuhan
keperawatan dan atas kerjasamanya dalam membantu berjalannya proses
pengamatan dan observasi penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir.
13. Bapak/Ibu dosen serta staff Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borneo Tarakan yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan
bantuannya selama ini.
14. Ayah, Ibu, serta saudara-saudari dan keluarga yang selalu setia dan sabar
mendampingi, memberi semangat, memberi motivasi, serta dukungan doa
kepada penulis selama dalam proses perkuliahan sampai menyelesaikan
perkuliahan ini.
15. Teman-teman mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borneo Tarakan Angkatan ke-XVIII telah menjadi teman dalam
suka dan duka dan atas kebersamaannya selama menjalani perkuliahan,
terutama kepada teman-teman “SS” atas kebersamaannya dalam suka dan duka
selama ini dan telah memberi bantuan, motivasi dan dukungan selama
menjalani perkuliahan dan dalam penyelesaian penulisan Laporan Tugas
Akhir.
16. Sahabat saya Wijayanti Reka yang telah bersedia membantu dan meminjamkan
Laptopnya untuk saya pakai dalam penyusunan laporan tugas akhir, dan selalu
memberi motivasi serta dukungan selama proses penyusunan laporan tugas
akhir.

v
17. Teman-teman departement anak yang telah sama-sama dan saling mendukung
dan memberi motivasi selama proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
18. Semua pihak yang terkait dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan, dan
dukungannya selama proses penyusunan Laporan Tugas Akhir.
Penulis memohon maaf atas segala kekurangan, dan segala kesalahan kata
maupun penulisan dalam Laporan Tugas Akhir. Semoga Laporan Tugas Akhir ini
dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca pada umumnya serta mahasiswa
Keperawatan dalam usaha meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
standar profesi keperawatan.

Tarakan, 14 Juni 2021

Hestiwinata william

v
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. I DENGAN TUBERCULOSIS PARU
DI RUANGAN CEMARA RUMAH SAKIT UMUM KOTA TARAKAN

Abstrak

Penyakit tuberculosis masih menjadi salah satu masalah yang menyebabkan


gangguan kesehatan bagi jutaan orang didunia. Tujuan penulisan ini agar penulis
memperoleh gambaran nyata mengenai pelaksanaan dan pendokumentasian
asuhan keperawatan yang komprehensif pada An. I dengan penyakit tuberculosis
paru. Metode penulisan ini deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan
pendekatan proses keperawatan, pada An. I. Hasil pengkajian klien terdapat 4
masalah keperawatan yaitu gangguan pertukaran gas, bersihan jalan napas tidak
efektif, diare, dan hipertermi. Intervensi yang telah dilakukan dan kriteria hasil
yang telah disusun berdasarkan prioritas masalah. Evaluasi hasil tindakan
keperawatan menunjukkan masalah keperawatan yang penulis rumuskan dalam
diagnosa keperawatan dapat teratasi sesuai tujuan yang telah di tetapkan. Dari
keempat diagnosa keperawatan tersebut terdapat dua masalah yang dapat teratasi
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dan terdapat dua
masalah yang belum teratasi karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditentukan. Kesimpulan penulis mendapatkan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada An. I dengan tuberculosis paru sesuai dengan tugas perawat
dalam proses keperawatan secara komprehensif.

Kata kunci: Asuhan Keperawatan, tuberculosis paru.

i
x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
ABSTRAK........................................................................................................viii
DAFTAR ISI....................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN...........................................................................................xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
1.3 Metode Penulisan........................................................................................3
1.4 Sistematika Penulisan.................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................5
2.1 Konsep Dasar Tuberculosis Paru................................................................5
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan..........................................................15
BAB 3 TINJAUAN KASUS............................................................................20
1.1 Pengkajian..................................................................................................20
1.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................29
1.3 Rencana Keperawatan...............................................................................30
1.4 Implementasi..............................................................................................32
1.5 Evaluasi......................................................................................................37
BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................38
4.1 Pengkajian...................................................................................................38
4.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................39
4.3 Rencana Keperawatan...............................................................................40
4.4 Implementasi..............................................................................................41
4.5 Evaluasi......................................................................................................42

x
BAB 5 PENUTUP............................................................................................44

5.1 Kesimpulan.................................................................................................44
5.2 Saran...........................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................46

x
DAFTAR BAGAN

2.1 Gambar Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan.............................................7

2.1 Pathway Tuberculosis Berdasaran Teori.......................................................9

3.1 Genogram An. I.............................................................................................21

3.1 Pathway Tuberculosis Berdasarkan Kasus..................................................29

x
DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Imunisasi An. I.......................................................................22

3.2 Tabel Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap Laboratorium An. I......................26

x
DAFTAR SINGKATAN

A : Analisis
An : Anak
ASI : Air Susu Ibu
BAK : Buang Air Kecil
BAB : Buang Air Besar
BB : Berat Badan
BCG : Bacillus Calmette Guerin
BTA : Basil Tahan Asam
C : Celcius
CM : Centi Meter
CO2 : Karbon Dioksida
DPT : Difteri, Pertusis dan Tetanus
DS : Data Subyektif
DO : Data Obyektif
E : Eyes
GCS : Glow Coma Scale
HB/HGB : Hemoglobin
HCT : Hematocrit
IV : Intra Vena
Kg : Kilogram
M : Motorik
MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin
MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration
MCV : Mean Corpuscular Volume
Ml : Mililiter
Mg : Miligram
Ny : Nyonya
N : Nervus
O : Obyektif
O2 : Oksigen

x
OAT : Obat Anti Tuberculosis
P : Planning
RBC : Red Blood Cell
RR : Respirasi Rate
S : Subyektif
SDKI : Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
SIKI : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
TB : Tinggi Badan
TB : Tuberculosis
Tn : Tuan
Tpm : Tetes per menit
WHO : World Health Organization

x
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit tuberculosis masih menjadi salah satu masalah yang menyebabkan
gangguan kesehatan bagi jutaan orang di dunia. Tuberkulosis merupakan
penyakit yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis, yakni kuman
aerob yang dapat hidup terutama diparu atau diberbagai organ tubuh lainnya
(Smeltzer&Bare, 2015). Tuberculosis merupakan infeksi yang disebab oleh
kuman mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ
tubuh mulai dari paru-paru dan organ diluar paru seperti kulit, tulang, persendian,
selaput otak, usus serta ginjal (saputra, 2010). Penyakit tuberculosis masih banya
diderita oleh orang diberbagai Negara.
Angka penemuan kasus tuberculosis diperkirakan 10 juta kasus di seluruh
dunia. Jumlah itu terdiri dari 5,6 juta adalah laki-laki, 3,2 adalah perempuan dan
1,2 anak-anak (WHO,2019). Jumlah kasus yang didapat di berbagai negara tiap
tahunnya ada yang mengalami peningkatan dan ada juga yang mengalami
penurunan. Pada tahun 2019 jumlah kasus tuberculosis yang ditemukan di
Indonesia sebanyak 543.874 kasus, menurun bila dibandingkan dengan kasus
tuberculosis yang ditemukan pada tahun 2018 sebesar 566.623 kasus ( Infodatin,
Kemenkes RI, 2019). Jumlah kasus tuberculosis dilaporkan dari provinsi berbeda-
beda tiap tahunnya. Angka penemuan seluruh kasus tuberculosis paru di
Kalimantan Utara pada tahun 2020 ialah 861 kasus. Sementara untuk dikota
Tarakan ditemukan 411 kasus tuberculosis paru (Dinkes Kaltara, BPS,2020).
Penyakit tuberculosis paru memiliki dampak yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup manusia terutama pada anak-anak.
Dampak tidak dilakukannya investigasi kontak TB, anak beresiko tertular
kuman TB yang menyebabkan anak menjadi sakit TB. Selanjutya jika tidak
diobati maka anak akan mengalami TB berat seperti TB menginitis, TB resisten
obat atau TB milier yang menyebabkan tingginya angka kematian. Jika anak tidak
mengalami gejala tetapi sudah terpapar dengan kuman TB, akan berpotensi
menjadi kasus TB laten yang akan berdampak menjadi sumber penularan baru

1
ketika mereka dewasa (Kemenkes RI, 2016). Agar penyakit tuberculosis tidak
terjadi dan menjadi dampak buruk bagi jutaan manusia, maka dapat dilakukan
pencegahan dini.
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terkena penyakit
tuberculosis paru, menurut Adriana (2013) yaitu hindari kontak dengan penderita
tuberculosis, sebisa mungkin hindari kontak dengan penderita batuk khususnya
tuberculosis tanpa mendiskriminasi para pemderita, gunakan masker, selalu
sediakan masker saat berada di tempat umum terutama dalam ruangan tertutup,
masker dapat mencegah penyebaran kuman tuberculosis, ventilasi atau saluran
udara yang baik dapat menghambat penyebaran kuman tuberculosis, karena
kuman tersebut dapat berkembang biak di lingkungan yang lembab tetapi akan
mati jika terkena cahaya matahari langsung, menjaga daya tahan tubuh, hindari
gaya hidup yang dapat membuat daya tahan tubuh menurun seperti merokok dan
bergadang. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan istirahat yang cukup dan makan-
makanan yang bergizi. Jika terpapar dengan pasien tuberculosis segera lakukan
pemeriksaan untuk mencegah penularan.
Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun sebuah
Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan judul “Asuhan Keperawatan pada klien An. I
dengan Tuberculosis Paru di Ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan”.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini dibagi menjadi dua yaitu :
1.2.1 Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman nyata tentang penerapan asuhan keperawatan
pada An.I dengan tuberculosis paru di ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota
Tarakan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara
komprehensif.

2
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut :
1. Melaksanakan proses keperawatan pada An.I dengan masalah utama
tuberculosis paru (TB Paru) di ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota
Tarakan.
2. Membahas kesenjangan antara teori dan praktek dalam pemberian asuhan
keperawatan pada An.I dengan tuberculosis paru (TB Paru) di ruang Cemara
Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.
3. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan
proses keperawatan pada An.I dengan tuberculosis paru (TB Paru) di ruang
Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.
4. Menguraikan pemecahan masalah pada An. I dengan masalah utama
tuberculosis paru.

1.3 Metode Penulisan


Penyusunan laporan tugas akhir ini metode yang penulis gunakan adalah
metode deskriptif dengan tipe studi kasus, yaitu metode ilmiah menggambarkan
keadaan yang sedang terjadi, dan semua kegiatan hanya memusatkan perhatian
pada satu kasus secara intensif, dimulai dari pengumpulan data, Analisa data,
merumuskan masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi yang telah
dilakukan. Data-data yang penulis gunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir
ini adalah dengan cara;
1. Wawancara. Mengetahui perkembangan kesehatan klien dengan cara tanya
jawab langsung antara perawat dengan klien atau keluarganya. Hal ini dapat
menumbuhkan hubungan saling percaya antara klien atau keluarga klien dan
perawat sehingga dapat memudahkan dalam pengumpulan data yang akurat.
2. Pengamatan/Observasi yang dilakukan secara langsung untuk mengenali,
mengamati, dan memperoleh data tentang kesehatan klien.

3
3. Studi Dokumentasi. Data diperoleh dari dokumentasi yang terdapat pada
catatan keperawatan klien seperti pencatatan medis, terapi dari dokter ataupun
langsung dari laporan perkembangan klien.
4. Studi Kepustakaan: Dapat berupa buku-buku, artikel, dan sumber lain yang
berhubungan dengan permasalahan dalam laporan tugas akhir ini.

1.4 Sistematika Penulisan


Secara sistematik laporan tugas akhir ini dibagi dalam lima bab, yaitu:
Bab satu pendahuluan, yang berisi dari latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab dua tinjauan pustaka yang terbagi menjadi dua bahasan yang pertama
yaitu konsep dasar medis yang terdiri dari pengertian, klasifikasi, anatomi
fisiologi sistem pernapasan, etiologi, patofisiologi, pathway tuberculosis,
manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, komplikasi,
pencegahan, pemeriksaan tumbuh kembang, kemudian yang kedua yaitu konsep
dasar asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi.
Bab tiga laporan kasus, yang terdiri dari pengkajian, pathway tuberculosis,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi.
Bab empat pembahasan, yang berisi perbandingan atau perbedaan antara
proses keperawatan secara teori dengan aplikasi nyata dilapangan dengan
kesenjangan tersebut nantinya akan dibahas berdasarkan hasil pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Bab lima penutup, berisi kesimpulan dan saran dari seluruh penulisan karya
tulis ilmiah ini.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Tuberculosis Paru


2.1.1 Pengertian Tuberculosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman
mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama
diparu atau diberbagai organ tubuh lainnya (Smeltzer&Bare, 2015). Tuberculosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis yang
dapat hidup di paru dan diberbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan
parsial oksigen yang tinggi (Tabrani Rab, 2010). Tuberculosis merupakan infeksi
yang disebab oleh kuman mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang
pada berbagai organ tubuh mulai dari paru-paru dan organ diluar paru seperti
kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal (saputra, 2010).
Tuberculosis adalah infeksi penyakt menular yang disebabkan oleh
mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh
organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit, tetapi paling sering melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis yang dapat hidup didalam organ tubuh manusia terutama pada paru-
paru, organ tubuh diluar paru seperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus,
serta ginjal, dan organ tubuh lainnya yang memiliki tekanan parsial oksigen yang
tinggi, tuberculosis dapat menular melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang
yang terinfeksi bakteri tuberculosis tersebut.
2.1.2 Klasifikasi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) klasifikasi tuberculosis adalah:
1. Klasifikasi tuberculosis dari sistem lama:
1) Pembagian secara patologis
2) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
3) Tuberculosis post-primer (adult tuberculosis)

5
4) Pembagian secara aktivitas radiologi tuberculosis paru (Koch Pulmonum)
aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang menyembuh).
5) Pembagian secara radiologis
6) Tuberculosis minimal
7) Moderately advanced tuberculosis
8) Far advanced tuberculosis
2. Klasifikasi menurut American thoracic society:
1) Kategori 0: Tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
negative, tes tuberculin negative.
2) Kategori 1: Terpajan tuberculosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Disini
riwayat kontak positif, tes tuberculin negative.
3) Kategori 2: Terinfeksi tuberculosis dan sakit.
3. Klasifikasi di Indonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologis dan
makro biologis:
1) Tuberculosis Paru
2) Bekas Tuberculosis Paru
3) TB tersangka yang diobati: sputum BTA (-), tetapi tanda-tanda lain juga
meragukan.
2.1.3 Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Menurut tabrani Rab (2010) respirasi atau yang biasa disebut dengan
pernapasan adalah proses menghirup udara bebas yang mengandung O2
(Oksigen) dan mengeluarkan udara yang mengandung CO2 (Karbondioksida)
sebagai sisa oksidasi keluar dari tubuh. Proses menghirup oksigen ini disebut
insipirasi sedangkan proses mengeluarkan karbondioksida disebut ekspirasi.
Proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk
pernapasan diperoleh dari udara dilingkungan sekitar.
Organ yang berperan penting dalam proses respirasi adalah paru-paru.
Sistem respirasi terdiri dari hidung/nasal, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan alveolus. Respirasi adalah pertukaran O2 dan CO2 dalam paru-
paru, tepatnya dalam alveolus. Pernapasan sangat penting bagi kelanjutan dalam
hidup manusia. Apabila seseorang tidak bernapas dalam beberapa saat, maka

6
orang tersebut akan kekurangan oksigen (O2), hal ini dapat mengakibatkan orang
tersebut kehilangan nyawanya.
Adapun fungsi dari pernapasan atau respirasi antara lain:
1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel-
selnya) untuk mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan karbondioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
3. Menghangatkan dan melembabkan udara (Irianto, 2012)

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan


(Sumber: Reece et al. 2012)

2.1.4 Etiologi
Tuberculosis paru disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis yang
dapat ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme. Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.
Bakteri di transmisikan ke alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan
fibrosa (smeltzer & Bare, 2015).
Menurut Smeltzer & Bare (2015), individu yang beresiko tinggi untuk
tertular virus tuberculosis adalah :
1. Mereka yang sering terpapar langsung dengan seseorang yang mempunyai TB
aktif
2. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV).

7
3. Terpapar langsung oleh percikan bersin, dan batuk dahak dari penderita TB
Paru.
4. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
5. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas yang
beresiko tinggi).
6. Penggunaan obat-obat IV dan alkoholik.
7. Individu tanpa perawatan yang adekuat dengan diagnosa medis yang sudah ada
sebelumnya (misalkan diabetes, gagal ginjal kronis, siliosis, penyimpangan
gizi).
2.1.5 Patofisiologi
Jalan masuknya kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
terjadi melalui udara (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung
kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai
alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga gumpalan. Basil yang
lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus,
sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus,
kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang
dikelilingi oleh foist. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam
(Ardiansyah, 2012).

8
Pathway Tuberculosis Paru berdasarkan teori

bagan: 2.1 Penyimpangan. KDM Tuberculosis Paru.


(Sumber: Somantri I, 2012)

9
2.1.6 Manifestasi Klinik
Menurut Amin,H (2015) tanda dan gejala dari tuberculosis adalah:
1. Demam 40-41°C, serta ada batuk/batuk darah
2. Sesak napas dan nyeri dada
3. Malaise, keringat malam
4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6. Pada anak:
1) BB menurun secara drastis, 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas.
2) Demam tanpa sebab yang jelas.
3) Batuk berdahak/batuk kering/batuk berdarah.
4) Riwayat kontak dengan pasien TB Paru dewasa.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus Tuberculosis Paru menurut Alwi (2017)
adalah sebagai berikut:
1. Darah Lengkap: LED meningkat.
2. Pemeriksaan Sputum BTA: umtuk memastikan diagnostik paru, BTA sputum
positif minimal 2 dari 3 spesimen SPS
3. Becton Dickinson Diagnostic Instrument System (BACTEC) deteksi growth
indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh
mycobacterium tuberculosis.
4. Foto thoraks PA lateral (hasil bervariasi): infiltrasi, pembahasan kelenjar getah
bening (KGB) hilus/ KGB paratrakeal, militer, atelectasis, efusi pleura,
klasifikasi, bronkietaksis, kavitas destroyed lung.
5. Imuno-serologis: uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil tuberculosis.
6. Uji tubeculis: sensitivitas 93,6 %.
7. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase), ICT-TB: Positif
8. PCR : TB dari sputum (hanya menunjang klinis).

1
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada proses peneymbuhan
tuberculosis adalah sebagai berikut:
1. Prinsip pengobatan TB Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen
terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan TB adalah merupakan salah satu
upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB.
Pengobatan yang adekut harus memenuhi prinsip:
1) Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi.
2) Diberikan dalam dosis yang tepat
3) Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas
Menelan Obat) sampai selesai pengobatan.
4) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
2. Tahapan pengobatan TB Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan
tahap awal dan tahap lanjutan dengan maksud:
1) Tahap awal: Pengobatan diberikan setiap hari, paduan pengobatan pada
tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah
kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari
sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien
mendapat pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru,
harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara
teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun
setelah pengobatan selama 2 minggu.
2) Tahap lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting
untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya
kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan.
3. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia sesuai rekomendasi WHO (2014)
terbagi menjadi beberapa bagian dan masing-masing bagian memiliki kategori
tersendiri, bagian dan kategori paduan OAT tersebut adalah sebagai berikut:

1
1. Paduan yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberculosis di
Indonesia yaitu:
1) Kategori 1: 2 (HRZE)/4(HR)3
2) Kategori 2: 2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
3) Kategori Anak: 2 (HRS)/4(HR) atau 2HRZA(s)/4-10HR
4) Obat yang digunakan dalam tatalaksanaan pasien TB resisten obat di
Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu kanamisin, kepreomisin,
levofloksasin, etionamide, sikloserine, moksifloksasin, serta OAT lini-1,
yaitu rifampisin,INH, streptomisin, pirazinamid dan etambutol.
2. Paduan OAT KDT peruntukannya.
1) Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis, Pasien TB paru terdiagnosis
klinis dan pasien TB ekstra paru
2) Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3) Paduan OAT ini diberikan
untuk pasien BAT positif yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan
ulang): Pasien kambuh, Pasien gagal pada pengobatan dengan panduan
OAT kategori 1 sebelumnya dan Pasien yang diobati kembali setelah putus
berobat.
Menurut KemenKes RI (2014) obat anti tuberkulosis (OAT) yang dipakai
sebagai tatalaksana lini pertama adalah rifampisin, isoniazid, pirazinamid,
streptomisin, dan etambutol, yang tersedia dalam tablet tunggal maupun dalam
sediaan dosis tetap (fixed dose combination). Jenis obat lini kedua adalah
kanamisin, kuinolon, dan derivat rifampisin dan isoniazid.
Dosis OAT adalah sebagai berikut :
1. Rifampisin (R) diberikan dalam dosis 10 mg/KgBB per hari secara oral, atau
10 mg/kgBB oral dua kali seminggu dengan perlakuan DOT, maksimal 600
mg/hari. Dikonsumsi pada waktu perut kosong agar baik penyerapannya.
2. Isoniazid (H) diberikan dalam dosis 5 mg/kg BB oral tidak melebihi 300 mg
per hari untuk TB paru aktif, sedangkan pada TB laten pasien dengan berat
badan >30 kg diberikan 300 mg oral. Pemberian isoniazid juga bersamaan
dengan Piridoksin (vitamin B6) 25-50 mg sekali sehari untuk mencegah
neuropati perifer

1
3. Pirazinamid (Z) pada pasien dengan HIV negatif diberikan 15-30 mg/kgBB per
hari secara oral dalam dosis terbagi, tidak boleh melebihi dua gram per hari.
Atau dapat diberikan dua kali seminggu dengan dosis 50 mg/kg BB secara oral
4. Etambutol (E) pada fase intensif dapat diberikan 20 mg/kgBB. Sedangkan pada
fase lanjutan dapat diberikan 15 mg/kgBB , atau 30 mg/kgBB diberikan 3 kali
seminggu, atau 45 mg/kgBB diberikan 2 kali seminggu
5. Streptomisin (S) dapat diberikan 15 mg/kgBB secara intra muskular, tidak
melebihi satu gram per hari. Atau dapat diberikan dengan dosis dua kali per
minggu, 25-30 mg/kgBB secara intra muskular, tidak melebihi 1,5 gram/hari.
Terapi MDR-TB : Gunakan sedikitnya 4-5 obat yang tidak pernah diberikan
sebelumnya, dimana obat-obat tersebut masih sensitif secara in vitro. Jangan
gunakan obat yang sudah resisten. Ada baiknya mengonsultasikan pasien dengan
MDR-TB kepada spesialis penyakit paru.
Berikut ini adalah pilihan obat yang dapat diberikan pada pasien dengan
MDR-TB, dengan catatan bahwa obat-obat ini masih sensitif :
Grup 1: first- lineterapi oral, misalnya: pirazinamid, etambutol, rifampisin
Grup 2: injeksi, misalnya: kanamisin, amikasin, capreomycin, streptomisin
Grup3:golongan fluoroquinolon, misalnya: levofloksasin, moxifloksasin,
ofloksasin
Grup 4: second- lineterapi oral bakteriostatik, misalnya: cycloserine, terizidone,
asam para aminosalisilat (PAS), etionamide, protionamide
Grup 5: obat-obat ini tidak dianjurkan oleh WHO untuk penggunaan rutin karena
efektifitasnya masih belum jelas. Namun diikutsertakan dengan alasan
bahwa bilamana ke 4 grup obat tersebut diatas tidak mungkin diberikan
kepada pasien, seperti pada XDR-TB.
Penggunaan obat ini mesti dikonsultasikan terlebih dahulu dengan spesialis
penyakit paru. Contoh obatnya: clofazimine, linezolid, amoksisilin klavulanat,
thiocetazone, imipenem/cilastatin, klaritromisin, INH dosis tinggi.

1
2.1.9 Komplikasi Tuberculosis
Tuberculosis Paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tuberculosis Paru
dibedakan menjadi dua: Adapun komplikasi yang disebabkan oleh Tuberculosis
Paru menurut Alwi, (2017), adalah sebagai berikut:
1. Komplikasi stadium lanjut: yaitu atelectasis, hemoptysis, fibrosis,
bronkiektasis, pneumotoraks, gagal napas.
2. Komplikasi dini: yaitu pleuritis, efusi pleura, pericardium, peritonitis,
tuberculosis kelenjar limfe, kor pulmonal.
2.1.10 Pencegahan Tuberculosis
Menurut Erlina (2018). Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah terkena penyakit TBC Paru.
1. Hindari kontak dengan penderita TBC, sebisa mungkin hindari kontak dengan
penderita batuk khususnya TBC. Meski demikian, jangan sampai
mendiskriminasi para penderita.
2. Gunakan masker, selalu sediakan masker saat berada di tempat umum terutama
dalam ruangan tertutup seperti bus, pesawat, kereta api, dan mal. Masker dapat
mencegah penyebaran kuman TBC.
3. Ventilasi atau saluran udara yang baik, ventilasi dan saluran udara yang baik
dapat menghambat penyebaran kuman TBC. Bakteri tersebut dapat
berkembang biak di lingkungan yang lemban. Bakteri TBC juga bisa mati jika
terkena cahaya matahari langsung.
4. Menjaga daya tahan tubuh, sistem imun yang rendah membuat penularan TBC
akan semakin mudah. Hindari gaya hidup yang dapat membuat daya tahan
tubuh menurun seperti merokok dan begadang. Tingkatkan daya tahan tubuh
dengan istirahat yang cukup dan makan-makanan yang bergizi.
5. Pemeriksaan, jika terpapar dengan pasien TBC segera lakukan pemeriksaan
untuk mencegah penularan.

1
2.1.11 Pemeriksaan Tumbuh Kembang
Menurut Adriana (2013) pemeriksaan tumbuh kembang pada anak usia 1 tahun
dapat dilakukan dengan melihat dan menilai dari beberapa aspek yaitu :
1. Perkembangan motorik yaitu menilai proporsi tubuh, berat, panjang badan dan
keterampilan yang mereka miliki.
2. Perkembangan kognitif yaitu kecerdasan atau cara berpikir dan mengamati,
tingkah laku dalam berinteraksi.
3. Perkembangan Bahasa yaitu komunikasi, selain berbicara, komunikasi dapat
juga diwujudkan dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang
memiliki aturan sendiri yang berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran
yang tepat dan jelas.
4. Perkembangan psikososial yaitu perkembangan yang membahas tentang
perkembangan kepribadian manusia, khususnya yang berkaitan dengan emosi,
motivasi, dan perkembangan kepribadian.
5. Perkembangan sosial yaitu kemandirian yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan disekitarnya.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan anamnesa atau kumpulan informasi subyektif yang
diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien atau keluarga pasien terkait
dengan masalah kesehatan yang diderita oleh pasien sehingga menyebabkan
pasien berkunjung ke unit pelayanan kesehatan (Niman, 2014).
Menurut Muttaqin (2015), pengkajian pasien meliputi:
1. Identitas yang perlu untuk dikaji meliputi pengkajian mengenai identitas klien,
identitas orang tua yaitu ayah dan ibu klien.
2. Keluhan utama yaitu masalah utama atau hal yang paling mengganggu yang
sedang dihadapi klien saat dilakukan pengkajian.
3. Riwayat kesehatan yaitu pengkajian yang meliputi riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat

1
pengkaian yang meliputi riwayat imunisasi, riwayat tumbuh kembang, riwayat
psikososial, riwayat spiritual, riwayat hospitalisasi.
4. Riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional yaitu aktivitas
sehari, nutrisi, cairan, eliminasi, istirahat tidur, personal hygiene, aktivitas
mobilitas fisik.
5. Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
masalah yang di alami klien dan untuk menegakkan diagnosa keperawatan
pada klien.
6. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memastikan dan menegakkan
masalah yang didapati pada klien.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2016) jenis diagnosa dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Diagnosa Aktual: respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan.
Tanda/gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi pada klien.
2. Diagnosa Risiko: respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya yang dapat menyebabkan klien berisiko mengalami masalah
kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor dan minor pada klien, namun
klien memiliki faktor risiko mengalami masalah kesehatan.
3. Diagnosa Promosi Kesehatan: adanya keinginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik dan optimal.
Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul pada kasus TB Paru menurut
Nurarif (2015) yaitu:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-
kapiler
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
4. Intoleransi aktivitas berhbungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.

1
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI, 2018).
Menurut Judith M (2016) rencana keperawatan yang dapat dilakukan pada
kasus Tuberculosis Paru adalah sebagai berikut:
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi.
1) Monitor frekuensi irama dan upaya napas
2) Monitor x-ray thoraks
3) Palpasi kesimetrisan ekpansi paru
4) menganjurkan posisi semifowler
5) pemantauan respirasi pasien
6) Dukungan ventilasi
7) kolaborasi pemberian O2
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
Intervensi: rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah adalah
sebagai berikut:
1) Monitor bunyi napas
2) Lakukan fisioterapi dada
3) Ajarkan teknik batuk efektif
4) Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu.
5) Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik jika diperlukan.
6) Berikan minum air hangat.
7) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
8) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspetoran, jika perlu
3. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
Intervensi: rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah adalah
sebagai berikut:
1) Monitor pola napas
2) Monitor hambatan upaya napas.
3) Pertahankan kepatenan jalan napas
4) Posisikan semi-fowler

1
5) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
6) Kolaborasi pemberian brokodilator, ekspetoran, atau mukolitik, jika perlu
4. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola tidur
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
5) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
6) Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
7) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
8) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
9) Kolaborasi dengan ahli gizi cara meningkatkan asupan makanan.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan atau
pelaksanaan tindakan keperawatan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan keperawatan dapat dilakukan
sebagian oleh klien, perawat secara mandiri atau bekerja sama dengan tim
kesehatan lain, dalam hal ini perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan yaitu
memberikan pelayanan perawatan dengan menggunakan proses keperawatan
terdiri dari tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, dan dokumentasi (Nursalam,
2013).
Tindakan mungkin mandiri atau kolaboratif dan mencakup pesanan dari
keperawatan, kedokteran dan kedisiplinan ilmu, dan pelaksanaan adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana yang telah disusun pada tahap optimal.
Tahap pelaksanaan merupakan bentuk tindakan yang direncanakan sebelumnya
dan disesuaikan dengan waktu pelaksanaan tindakan (Nursalam, 2013).
Tahap-tahapnya ialah:
1. Mengkaji kembali masalah kesehatan klien
2. Menelaah dan memodifikasi rencana perawatan yang sudah ada
3. Melakukan tindakan keperawatan.

1
Prinsip implementasi menurut Nursalam (2013) :
1. Berdasarkan respon pasien
2. Berdasarkan hasil penelitian
3. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia
4. Mengerti dengan jelas apa yang ada dalam rencana intervensi keperawatan
5. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan pasien untuk meningkatkan peran
serta untuk merawat diri sendiri (self care)
6. Menjaga rasa aman dan melindung pasien
7. Kerjasama dengan profesi lain melakukan dokumentasi.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan (Rohma, 2013). Tipe pertanyaan tahapan evaluasi dapat
dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi akhir dengan menggunakan format perbandingan evaluasi SOAP dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Format evaluasi SOAP menurut Dermawan (2013) yaitu: S (Subyektif):
informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah tindakan diberikan. O
(Obyektif): informasi yang didapat dari hasil pengamatan perawat. A (Analisis):
membandingkan antara informasi subyektif dan informasi obyektif dengan tujuan
dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan masalah teratasi, teratasi
sebagian, atau tidak teratasi. P (Planning): rencana keperawatan lanjutan yang
akan dilakukan berdasarkan Analisa.

1
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian
Dalam bab ini diuraikan hasil dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada An.
I dengan kasus Tuberculosis Paru diruang cemara Rumah Sakit Umum Kota
Tarakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 18 Maret sampai dengan 20 Maret 2021.
Adapun pelaksanaan dari asuhan keperawatan ini dilakukan sesuai proses
keperawatan yang dimulai dari pengkajian, merumuskan masalah diagnosa
keperawatan, menetapkan intervensi, melakukan implementasi, dan melakukan
evaluasi.
Pengkajian dilakukan pada hari kamis tanggal 18 Maret 2021 diperoleh data-
data sebagai berikut:
1. Identitas klien : nama klien An. I berumur 1 tahun 6 bulan dengan jenis kelamin
laki-laki, beragama islam, beralamat didaerah jembatan bongkok kota Tarakan.
Dengan diagnosa medis Tuberculosis Paru.
Identitas orang tua:
1) Ayah: tn. M usia 30 tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan nelayan,
agama islam, alamat jembatan bongkok.
2) Ibu: ny. M usia 28 tahun, pendidikan terakhir SD, pekerjaan IRT, agama
islam, alamat jembatan bongkok.
2. Keluhan Utama: ibu klien mengatakan klien mengalami diare dan demam tinggi
3. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang. Ibu klien mengatakan sejak bulan November
2020 klien sering batuk-batuk hingga klien terlihat sesak napas dan keluhan
tersebut tak kunjung redah, ibu klien sangat khawatir dan membawa klien ke
dokter praktek pada bulan Desember 2020 untuk dilakukan pemeriksaan,
klien didiagnosa Tuberculosis Paru, dokter memberikan obat rutin kepada
klien. Pada saat pengkajian pada hari kamis, 18 Maret 2021 sekitar jam 13.00,
ibu klien mengatakan klien dibawa ke Rumah Sakit Umum Kota Tarakan
tepatnya di ruang IGD pada hari kamis, 18 Maret 2021 sekitar jam 05.00 pagi
karena klien mengalami Diare, demam tinggi yang tak kunjung turun, dan

2
klien tampak kesulitan bernapas. Kemudian klien dipindahkan ke ruang
cemara untuk dirawat inap, ibu klien mengatakan klien telah BAB sekitar 6
kali dalam sehari dengan konsistensi cair disertai demam tinggi, ibu klien
juga mengatakan klien masih sering batuk kering, pilek dan kesulitan
bernapas, klien tampak gelisah, ibu klien juga mengatakan klien sering
berkeringat hingga basah kuyup pada saat malam hari, ibu klien mengatakan
kurang mengetahui tentang penyakit klien.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
(1) Prenatal. Ibu klien mengatakan melakuan pemeriksaan rutin setiap bulan
selama hamil, ibu klien mengalami mual-mual saja saat hamil, ibu klien
mengalami kenaikan berat badan sekitar 3-4 kg. Klien anak ke 4 dari 4
bersaudara, ibu klien mengatakan melakukan imunisasi TT hanya 1 kali.
Golongan darah ibu B, sedangkan ayah tidak diketahui.
(2) Natal. Ibu klien mengatakan melahirkan diklinik bersalin, secara spontan
dengan bantuan bidan, dan ada pemberian obat perangsang melalui drips.
Ibu klien mengatakan tidak mengalami komplikasi.
(3) Post natal. Ibu klien mengatakan saat lahir berat badan klien 2.700 gram
dengan panjang tidak diketahui, ibu klien mengatakan kondisi anaknya
saat lahir sangat sehat dan tidak mengalami kelainan.
3) Riwayat kesehatan keluarga. Ibu klien mengatakan dalam keluarga tidak ada
riwayat penyakit menular seperti Hepatitis, HIV, dan lain-lain. Tidak ada
riwayat penyakit menurun lainnya seperti asma, jantung, DM, dan lain-lain.
Ayah klien sorang perokok.
Genogram :

6 6 6 6

28
3 33 3 2 3 3
2

1 9 3, 1,

Bagan 3.1 Genogram keluarga An. I

2
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

//// : Pasien

: Garis keturunan

: Tinggal serumah

4) Riwayat Imunisasi
Tabel 3.1. Imunisasi An. I
Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Pemberian
BCG 1 bulan Demam
DPT (I,II,III) 2,3,4 bulan Demam
Polio (I,II,III,IV) 1,2,3,4 bulan Demam
Campak 9 bulan Demam
Hepatitis 7 hari Demam

5) Riwayat Tumbuh Kembang


(1) Pertumbuhan Fisik. Klien dengan tinggi badan 95 cm, berat badan 9 kg,
dan waktu tumbuh gigi usia 1 tahun.
(2) Perkembangan tiap tahap. Pada klien dimulai pada usia 10 bulan klien
mulai berguling, pada usia 11 bulan klien sudah mulai duduk, dan pada
usia 1 tahun klien dapat merangkak, berdiri, dan pertama kali bicara,
namun klien belum dapat beralan. Sekarang klien berusia 1 tahun 6
bulan.
6) Riwayat Nutrisi. Ibu klien mengatakan klien pertama kali diberi ASI setelah
lahir, cara pemberian setiap kali menangis, pemberian ASI sudah tidak
diberikan lagi, dan diganti dengan susu formula, menu makan klien bubur,
dan klien biasa diberikan air mineral juga.
7) Riwayat Psikososial. Anak I tinggal bersama ayah, ibu dan ketiga saudaranya
dirumah pribadi kedua orang tuanya, lingkungan rumah klien berada di
daerah dekat kota dan padat penduduk, hubungan dengan keluarga harmonis.
8) Riwayat spiritual. Ibu klien mengatakan selalu menjalankan sholat dan selalu
mendoakan suami dan anak-anaknya agar sehat selalu.

2
9) Riwayat hospitalisasi.ibu klien mengatakan dokter menceritakan masalah
penyakit anaknya, ibu klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya,
yang selalu menemani anak dirumah sakit yaitu ayah dan ibu klien dengan
cara bergantian.
4. Aktivitas sehari-hari.
1) Nutrisi.
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan selera makan klien baik, menu makan
bubur, dan kuah-kuah sayur jika ada, ibu klien mengatakan klien makan 3
kali sehari 1 porsi dihabiskan.
Saat sakit, ibu klien mengatakan klien tidak selera makan, menu makan
bubur, ibu klien mengatakan klien makan 3 kali sehari 1 porsi dihabiskan
setengah saja.
2) Cairan
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan klien mengkonsumsi susu formula 3 kali
sehari dalam botol dot 120 ml dengan porsi 1 botol dihabiskan, dan air
mineral sedikit demi sedikit secara bertahap biasa 3 gelas di habiskan dalam
sehari. (1 gelas 220 ml)
Saat sakit, ibu klien mengatakan klien mengkonsumsi susu formula 3 kali
sehari dalam botol dot 120 ml dengan porsi dihabiskan setengah, dan air
mineral sedikit demi sedikit secara bertahap biasa 3 gelas sehari tetapi tidak
dihabiskan hanya meminum hingga 5 sendok makan, saat diberikan asupan
air mineral. (1 gelas : 220 ml, 1 sdm : 5 ml) klien terpasang IVFD Widabes
14 tpm (1 klop widabes : 500 ml).
3) Eliminasi
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan klien biasa BAB 1-2 kali sehari dengan
konsistensi semi padat, tidak ada kesulitan. BAK sekitar 4 kali sehari dengan
warna kuning jernih, berbau khas dan tidak ada kesulitan. Klien BAB dan
BAK menggunakan pampers.
Saat sakit, ibu klien mengatakan klien telah sekitar BAB 6 kali sehari dengan
konsistensi cair, berwarna coklat kemerahan, BAK sekitar 5 kali sehari
dengan konsistensi kuning kemerahan, tidak ada kesulitan. Klien BAB dan
BAK menggunakan pampers.

2
4) Istirahat Tidur
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan klien biasa tidur siang sekitar 1-2 jam,
dan tidur malam sekitar 5-6 jam dan tidak ada kesulitan tidur.
Saat sakit, ibu klien mengatakan klien biasa tidur siang 30 menit-1 jam saja,
dan tidur malam sekitar 4-5 jam saja dikarenakan klien selalu terbangun dan
menangis di malam hari.
5) Personal Hygiene
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan klien mandi 2 kali sehari di saat pagi
dan sore hari, dengan bantuan ibunya, alat mandi yang digunakan sabun dan
shampoo bayi, dan didalam baskom bayi.
Saat sakit, ibu klien mengatakan selama di rawat dirumah sakit klien tidak
pernah mandi hanya diseka-seka 1 kali sehari dengan bantuan ibunya yang
menggunakan handuk basah, dan diatas tempat tidur.
6) Aktivitas Mobilitas Fisik
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan klien sangat aktif bergerak, berguling,
dan memainkan benda yang ada disekitarnya dengan semangat.
Saat sakit, ibu klien mengatakan klien kurang aktif bergerak, dan kurang
semangat memainkan mainan yang diberikan. Klien terpasang infus di tangan
sebelah kiri.
5. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum. Klien terlihat lemah dengan kesadaran compos mentis
dengan GCS 15, E4M5V6. Tinggi badan 95 cm, berat badan 9 kg, Berat
badan ideal 11 kg (normal 9-15 kg). lingkar lengan atas 5 cm, lingkar kepala
17 cm, lingkar dada 19 cm, lingkar perut 18 cm. Tanda-tanda Vital : Suhu
40°C, Nadi 96 x/menit, RR 41 x/menit. Tekanan darah tidak diukur.
2) Sistem Pernapasan. Lubang hidung simetris kiri dan kanan, terdapat sekret,
pernapasan cupping hidung, tidak ada polip, tidak ada epitaksis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid. Inspeksi dada, bentuk dada barrel chest, gerakan
dada tidak simetris, terdapat retraksi dinding dada, palpasi tidak ada benjolan,
auskultasi terdengar vesikuler diseluruh lapang paru, terdapat suara napas
tambahan ronchi pada paru kanan bagian bawah.

2
3) Sistem Pencernaan. Sklera tidak ikterik, mukosa bibir kering, tidak terdapat
stomatitis dimulut, tidak ada palatoskizis, kemampuan menelan sulit menelan
bubur/makanan yang diberikan. Inspeksi tidak terdapat lesi, perut terlihat
kembung. Auskultasi terdengar bising usus 33 x/menit.
4) Sistem Indera.
(1) Mata. Terdapat strabismus pada bola mata klien, kelopak mata klien
simetris kiri dan kanan, menutup mata dan membuka mata dengan baik,
konjungtiva klien tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
penyebaran bulu mata lebat dan merata, alis mata panjang dan merata.
(2) Hidung. Lubang simetris kiri dan kanan, terdapat sekret, tidak ada polip,
dan tidak ada kemerahan pada hidung.
(3) Telinga. Telinga klien simetris kiri dan kanan, tidak terdapat serumen,
fungsi pendengaran baik.
5) Sistem Saraf, kesadaran compos mentis. Fungsi cranial, nervus III, IV, VI
klien dapat menggerakkan bola mata kea rah kiri dan kanan, atas dan bawah
sesuai arahan, pupil isokor, nervus XII klien dapat menggerakkan lidah keluar
dan menarik kembali dengan cepat.
6) Sistem Muskuloskletal, bentuk kepala klien normo chepal, kulit kepala bersih
tidak terdapat ketombe, tidak ada edema, tidak ada lesi. Bentuk tulang
belakang kiposis, tangan dapat ditekuk/diluruskan, terpasang infus disebelah
kiri, lutut tidak kaku, dapat diluruskan dan ditekuk, terdapat tarikan pada kaki
klien saat diberikan rangsangan, kemampuan berjalan belum lancar.
7) Sistem Integumen. Warna rambut klien hitam, lurus, pendek, penyebaran
rambut tidak merata dan mudah tercabut. Warna kulit kuning langsat, tidak
terdapat lesi dan bekas luka, tekstur kulit kering, akral teraba hangat,
temperatur suhu 40°C. kuku klien tidak mudah rapuh, kotor.
8) Sistem Endokrin. Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat
benjolan, terdapat ekskresi urin berlebih, terdapat riwayat keringat berlebihan.
9) Sistem Perkemihan. Tidak ada edema palpebra, tidak ada moonface, tidak ada
edema anasarca, terdapat nocturia, tidak ada dysuria, tidak ada kencing batu.

2
10) Sistem Imun. Ibu klien mengatakan klien tidak ada alergi cuaca, tidak ada
alergi debu ataupun bulu binatang, dan tidak ada alegi makanan maupun obat-
obatan.
6. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (Menggunakan DDST)
1) Motorik kasar: Pass, klien mampu menggunakan dan melibatkan sebagian
besar dari tubuh klien dan biasanya memerlukan tenaga.
2) Motorik halus: Pass, klien mampu menggunakan bagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot halus sehingga tidak perlu tenaga.
3) Bahasa: Fail, klien tidak mampu menggunakan perasaan, keinginan, dan
pendapat melalui pengucapan kata-kata.
4) Personal Sosial: Refusal, klien menolak menyesuaikan dengan orang baru
yang dipertemukan kepada klien.
7. Test Diagnostik
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan darah lengkap laboratorium An. I
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hb (HGB) 13.7 g/dL L=14-18 P=12-16
Leukosit (WBC) 12.400 ribu/cc 4.000-11.000
Eritrosit (RBC) 4.85 juta/cc L=4.5-6.5 P=3.0-6.0
Trombosit (PLT) 284.000 ribu/cc 150.000-450.000
Hit. Jenis: Basofil - % 0-1
Eosinofil - % 1-3
Neotrofil 44.6 % 50-70
Limfosit 44.2 % 20-40
Monosit 11.2 % 2-8
Hematokrit (HCT) 38.4 % L=40-48 P=37-43
MCV 79.2 FL 82,9-92, 9
MCH 28.2 Pg 27.0-33.0
MCHC 35.6 g/dL 30.1-38.1
Pemeriksaan Dengue Blood
Dengue Blood Negative IgM IgG
Ns 1 Negative - -

8. Terapi Saat ini


OAT 1 x ½ tablet / 24 jam via oral
IVFD Widabes 14 tpm
Domperidone 3 x sehari 4 mg via oral
Zinc 2 x sehari 20 mg via oral
Ampicicilin 150 mg / 6 jam via IV

2
Gentamicin 22,5 mg / 12 jam via IV
Paracetamol 10 mg/mL / 12 jam via IV
Salbutamol 5 ml/ 24 jam via nebulizer
9. Data Fokus
1) Subyektif
Ibu klien mengatakan klien BAB sekitar 6 kali dalam sehari dengan konsistensi
cair, berwarna coklat kemerahan.
Ibu klien mengatakan suhu tubuh klien sangat panas
Ibu klien mengatakan klien batuk kering
Ibu klien mengatakan klien sering kesulitan bernapas
Ibu klien mengatakan klien sangat lemah
2) Data Obyektif
Klien tampak lemah
Klien tampak gelisah
Klien tampak batuk kering
Terdapat mukosa bibir kering
Terdapat tekstur kulit kering
Terdapat pernapasan cupping hidung
Limfosit 44.2%
Terdapat retraksi dinding dada
Terdapat secret
Terdapat bunyi napas tambahan: ronchi
Terdapat bising usus klien 33 x/menit
Terdapat suhu klien 40°C
Terdapat gerakan dada tidak simetris
Terdapat RR klien 41 x/menit
Leukosit (WBC) 12.400 ribu/cc
Terdapat keringat berlebih.

2
10. Analisa Data
Berdasarkan Analisa data yang didapat dari hasil pengkajian, maka
diperoleh Analisa data sebagai berikut:
1) Data subyektif: ibu klien mengatakan klien sangat lemah, dan kesulitan
bernapas.
Data obyektif: RR: 41 x/menit, limfosit 44.2%, klien tampak lemah, terdapat
retraksi dinding dada, gerakan dada tidak simetris, terdapat pernapasan cupping
hidung. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan berdasarkan data yang di dapat
adalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi.
2) Data subyektif: ibu klien mengatakan klien batuk kering dan pilek.
Data obyektif: klien tampak batuk kering, klien tampak gelisah, terdapat sekret,
terdapat bunyi napas tambahan ronchi, terdapat retraksi dinding dada.
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan berdasarkan data yang didapat adalah
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
3) Data subyektif: ibu klien mengatakan klien telah BAB sekitar 6 kali dalam
sehari dengan konsistensi cair, berwarna coklat kemerahan.
Data obyektif: Leukosit (WBC) 12.400 ribu/cc, bising usus 33 x/menit.
Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data yang didapat adalah diare
berhubungan dengan terpapar kontaminan.
4) Data subyektif: ibu klien mengatakan suhu tubuh klien sangat panas.
Data obyektif: terdapat suhu tubuh klien 41°C, terdapat keringat berlebihan,
terdapat mukosa bibir kering, terdapat tekstur kulit kering. Diagnosa yang
ditegakkan berdasarkan data yang didapat adalah hipertermi berhubungan
dengan dehidrasi.

2
Pathway Tuberculosis Paru

Mycobacterium tuberculosis

Masuk traktus respiratorius

Tinggal di Alveoli

Pertahanan primer tidak adekuat Proses Infeksi

Respon imun menurun Reaksi inflamasi Diare

Aneurisme arteri pulmonalis Gangguan respirasi

Pembentukan sputum dan secret Sesak napas Gangguan

Termoregulasi Respon batuk/batuk berdarah hipoksia


Hiperter

Bersihanbagan: 3.1 Penyimpangan. KDMpertukaran


Gangguan Tuberculosis Paru.
jalan napas
3.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh dan Analisa data yang telah ditentukan
dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang
ditegakan adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi dibuktikan dengan RR:41 x/menit, klien tampak lemah, terdapat retraksi
dinding dada, terdapat gerakan dada tidak simetris antara kiri dan kanan,
terdapat pernapasan cupping hidung.
2. Bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan dibuktikan
dengan klien tampak batuk kering, klien tampak gelisah, terdapat sekret, terdapat
bunyi napas tambahan, terdapat retraksi dinding dada.

2
3. Diare berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan ibu klien
mengatakan klien BAB sekitar 6 kali dalam sehari, bising usus 33 x/menit,
leukosit 12.400 ribu/cc.
4. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi dibuktikan dengan suhu tubuh 41°C,
terdapat keringat berlebih, terdapat mukosa bibir kering, tekstur kulit kering.

3.3 Rencana Keperawatan


Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditegakkan maka rencana
keperawatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi dibuktikan dengan RR:41 x/menit, klien tampak lemah, terdapat retraksi
dinding dada, terdapat gerakan dada tidak simetris antara kiri dan kanan,
terdapat pernapasan cupping hidung
Tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24
jam diharapkan pertukaran gas pasien dapat meningkat, dengan kriteria hasil:
1) RR: 24-40 x menit.
2) Klien tidak tampak lemah
3) Tidak terdapat retraksi dinding dada.
4) Gerakan dada menjadi simetris.
5) Tidak terdapat pernapasan cupping hidung.
Intervensi: rencana keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
adalah sebagai berikut:
1) Monitor frekuensi irama dan upaya napas
2) Palpasi kesimetrisan ekpansi paru
3) pemantauan respirasi
4) Dukungan ventilasi
2. Bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan dibuktikan
dengan klien tampak batuk kering, klien tampak gelisah, terdapat sekret, terdapat
bunyi napas tambahan, terdapat retraksi dinding dada.
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24
jam diharapkan bersihan jalan napas klien dapat meningkat, dengan kriteria
hasil:

3
1) Klien tampak tenang
2) Tidak terdapat sekret pada jalan napas pasien.
3) Tidak terdapat bunyi napas tambahan
4) Tidak terdapat retraksi dinding dada.
Interensi: rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah adalah sebagai
berikut:
1) Monitor bunyi napas
2) Bersihkan sekret pada hidung.
3) Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15.
4) Berikan minum air hangat.
5) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
3. Diare berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan ibu klien
mengatakan klien BAB sekitar 6 kali dalam sehari, bising usus 33 x/menit,
leukosit 12.400 ribu/cc.
Tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24
jam, diharapkan diare klien dapat membaik teratasi, dengan kriteria hasil:
1) Frekuensi BAB klien menurun.
2) Bising usus dalam batas normal: 5-30 x/menit
Intervensi: rencana keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi penyebab diare
2) Monitor warna, frekuensi dan konsistensi tinja
3) Berikan asupan cairan via intravena/oral.
4) Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
5) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap.
4. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi dibuktikan dengan suhu tubuh 41°C,
terdapat keringat berlebih, terdapat mukosa bibir kering, tekstur kulit kering.
Tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24
jam, diharapkan hipertermi pada klien dapat membaik, dengan kriteria hasil :
1) Suhu tubuh normal: 36,5 °C–37,5 °C
2) Tidak terdapat keringat berlebihan.
3) Tekstur kulit lembab

3
4) Mukosa bibir lembab
Intervensi: rencana keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
adalah sebagai berikut:
1) Observasi penyebab hipertermia.
2) Monitor suhu tubuh.
3) Sediakan lingkungan yang dingin.
4) Longgarkan atau lepaskan pakaian.
5) Basahi atau kipasi permukaan tubuh.
6) Berikan cairan oral
7) Lakukan pendinginan (kompres dingin pada dahi).
8) Anjurkan tirah baring

3.4 Implementasi
Implementasi hari pertama dilakukan pada tanggal 18 Maret 2021
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi.
1) Pukul 13.05 memonitor frekuensi irama dan upaya napas
Hasil: RR: 41 x/menit, terdapat pernapasan cupping hidung, terdapat retraksi
dinding dada.
2) Pukul 13.10 melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Hasil : terdapat gerakan dada tidak simetris antara kanan dan kiri.
3) Pukul 13.18 memberikan dukungan dan mengatur ventilasi (membuka jendela)
4) 15.30 melakukan pemantauan respirasi.
Hasil: RR: 40 x/menit, terdapat pernapasan cupping hidung, terdapat retraksi
dinding dada.
5) Pukul 16.00 melakukan pemantauan respirasi upaya jalan napas.
Hasil: RR: 40 x/menit, terdapat pernapasan cupping hidung, terdapat retraksi
dinding dada
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan..
1) Pukul 13.20 memonitor bunyi napas
Hasil : terdapat bunyi napas tambahan ronchi.
2) Pukul 14.00 membersihkan sekret pada hidung

3
Hasil : terdapat sekret dengan konsistensi semi kental, berwarna hijau keabu-
abuan.
3) Pukul 14.05 melakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik.
Hasil: terdapat sekret dengan konsistensi semi kental, berwarna hijau keabu-
abuan.
4) Pukul 14.10 memberikan minum air hangat.
Hasil : klien tampak meminum air hangat yang diberikan namun hanya 5 sendok
saja
5) Pukul 14.15 menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari.
6) Pukul 13.15 memberikan minum air hangat
Hasil: klien tampak meminum air yang diberikan namun hanya 5 sendok saja.
7) Pukul 16.10 memonitor bunyi napas
Hasil: terdapat bunyi napas tambahan ronchi,
3. Diare berhubungan dengan proses infeksi
1) Pukul 13.25 mengidentifikasi penyebab diare
Hasil: ibu klien mengatakan karena habis disuntik imunisasi.
2) Pukul 13.30 Monitor bising usus
Hasil: bising usus 33 x/menit.
3) Pukul 14.30 memonitor frekuensi, warna, dan konsistensi tinja, dan melakukan
auskultasi bising usus.
Hasil: ibu klien mengatakan klien telah BAB 6-7 kali dalam sehari dengan
konsistensi cair, berwarna coklat kemerahan.
4) Pukul 15.00 memberikan asupan cairan via intravena (paracetamol 5 ml)
Hasil: klien tampak rewel.
5) Pukul 15.10 menganjurkan melanjutkan pemberian ASI
Hasil: ASI sang ibu sudah tidak keluar.
6) Pukl 13.35 menganjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap.
7) Pukul 16.15 memonitor bising usus.
Hasil: bising usus 33 x/menit.
4. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
1) Pukul 13.40 mengobservasi penyebab hipertermi
Hasil: dikarenakan klien mengalami diare yang menyebabkan klien dehidrasi.

3
2) Pukul 13.45 memonitor suhu tubuh.
Hasil : suhu tubuh klien 40°C.
3) Pukul 13.45 menyediakan lingkungan yang dingin (menyalakan AC ruangan)
Hasil : suhu tubuh klien 40°C, klien tampak gelisah.
4) Pukul 14.40 Melonggarkan dan melepaskan pakaian
klien. Hasil: klien tampak rewel.
5) Pukul 15.20 memberikan cairan oral (air hangat)
Hasil: klien tampak meminum air mineral yang diberikan namun hanya 5 sendok
saja.
6) Pukul 16.25 melakukan pendinginan (kompres air dingin pada
dahi) Hasil: suhu tubuh 40°C
7) Pukul 16.30 menganjurkan tirah
baring Hasil: klien tampak gelisah dan
rewel.
Implementasi hari kedua dilakukan pada tanggal 19 Maret 2021
1.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi.
1) Pukul 08.00 memonitor frekuensi irama dan upaya napas
Hasil: RR: 40 x/menit, terdapat pernapasan cupping hidung, terdapat retraksi
dinding dada,
2) Pukul 08.05 melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi
paru Hasil : terdapat gerakan dada tidak simetris,
3) Pukul 08.20 memberikan dukungan dan mengatur ventilasi (membuka jendela)
4) Pukul 09.00 Memonitor frekuensi upaya jalan napas.
Hasil: RR: 40 x/menit, terdapat pernapasan cupping hidung, dan terdapat
retraksi dinding dada.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan..
1) Pukul 08.10 memonitor bunyi napas
Hasil : terdapat bunyi napas tambahan ronchi.
2) Pukul 08.25 membersihkan sekret pada hidung
Hasil : terdapat sekret dengan konsistensi semi kental, berwarna hijau keabu-
abuan.
3) Pukul 08.30 melakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik.

3
Hasil: terdapat sekret dengan konsistensi semi kental, berwarna hijau keabu-
abuan.
4) Pukul 08.35 memberikan minum air hangat.
Hasil : klien tampak meminum air yang diberikan namun hanya 10 sendok saja
5) Pukul 08.35 menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari.
6) Pukul 09.45 melakukan pemberian obat via nebulizer (salbutamol 5 ml)
Hasil: klien tampak rewel.
3. Diare berhubungan dengan proses infeksi.
1) Pukul 09.15 monitor frekuensi, warna, konsistensi tinja dan melakukan
auskultasi bising usus.
Hasil: ibu klien mengatakan klien BAB 3-4 kali dalam sehari, dengan
konsistensi tinja semi padat, berwarna coklat kemerahan, bising usus 30
x/menit
2) Pukul 10.20 memberikan asupan cairan via intravena (ampicillin 3 ml)
Hasil: klien tampak rewel dan menangis.
3) Pukul 10.25 menganjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap.
Hasil: klien tampak makan sedikit demi sedikit namun makanan yang diberikan
hanya habis setengah porsi.
4) Pukul 11.00 Memonitor bising usus.
Hasil: bising usus 30 x/menit
4. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
1) Pukul 08.15 memonitor suhu
tubuh. Hasil : suhu tubuh klien
38°C.
2) Pukul 08.45 menyediakan lingkungan yang dingin (menyalakan AC ruangan)
Hasil : klien tampak rewel.
3) Pukul 10.05 memberikan cairan oral (air mineral 1 gelas 220 ml)
Hasil: klien tampak meminum air yang diberikan namun hanya 10 sendok saja
4) Pukul 10.15 melakukan pendinginan (kompres air dingin pada
dahi) Hasil: suhu tubuh klien 38°C
5) Pukul 10.30 menganjurkan tirah
baring Hasil: klien tampak gelisah dan
rewel.
Implementasi hari ketiga dilakukan pada tanggal 20 Maret 2021
3
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi.
1) Pukul 08.00 memonitor frekuensi irama dan upaya napas
Hasil: RR: 35 x/menit, tidak terdapat pernapasan cupping hidung, klien tidak
tampak lemah, terdapat retraksi dinding dada.
2) Pukul 08.05 melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi
paru Hasil : terdapat gerakan dada tidak simetris.
3) Pukul 08.10 memberikan dukungan dan mengatur ventilasi (membuka
jendela) Hasil: klien tampak tenang.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan..
1) Pukul 08.00 memonitor bunyi napas
Hasil : terdapat bunyi napas tambahan ronchi.
2) Pukul 08.20 memberikan minum air hangat.
Hasil : klien tampak meminum air diberikan namun hanya setengah gelas saja.
3) Pukul 08.25 menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari.
4) Pukul 09.00 melakukan pemberian obat via nebulizer (salbutamol 5 ml)
Hasil: klien tampak tenang.
3. Diare berhubungan dengan proses infeksi.
1) Pukul 08.30 monitor frekuensi, warna, konsistensi tinja dan melakukan
auskultasi bising usus.
Hasil: ibu klien mengatakan klien BAB 2 kali dalam sehari, dengan konsistensi
tinja semi padat, berwarna kuning kemerahan, terdapat bising usus 26 x/menit.
2) Pukul 08.40 menganjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap.
Hasil: klien tampak makan sedikit demi sedikit hingga makanan yang diberikan
1 porsi dihabiskan.
4. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
1) Pukul 08.05 memonitor suhu
tubuh. Hasil : suhu tubuh klien
36,7°C.
2) Pukul 08.45 menyediakan lingkungan yang dingin.
3) Pukul 10.00 memonitor suhu tubuh.
Hasil: suhu tubuh 36,5°C.
4) Pukul 10.10 memberikan cairan oral (air mineral 1 gelas 220 ml)

3
Hasil: klien tampak meminum air yang diberikan namun hanya setengah gelas.
5) Pukul 10.00 menganjurkan tirah
baring Hasil: klien tampak tenang.

3.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada tanggal 20 Maret 2021
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi.
S: ibu klien mengatakan klien sudah tidak lemah lagi.
O: RR = 35 x/menit, klien tampak tidak lemah, tidak terdapat pernapasan
cupping hidung, terdapat gerakan dada tidak simetris, terdapat retraksi
dinding dada.
A: Masalah teratasi sebagian
P: intervensi dihentikan. (pasien pulang)
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
S: ibu klien mengatakan klien sudah tidak sering batuk lagi.
O: klien tampak tenang, tidak terdapat sekret, terdapat bunyi nafas tambahan
ronchi, terdapat retraksi dinding dada.
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dihentikan (pasien pulang)
3. Diare berhubungan dengan proses infeksi
S: ibu klien mengatakan klien BAB 2x dalam sehari, dengan konsistensi semi
padat, dan berwarna kuning kemerahan.
O:frekuensi BAB menurun, bising usus 26 x/menit.
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan.
4. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
S: ibu klien mengatakan suhu klien sudah tidak panas lagi.
O: suhu tubuh = 36,5 °C, tidak terdapat keringat berlebih, tekstur kulit lembab,
mukosa bibir lembab.
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

3
BAB 4
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan yang diberikan
pada klien An. I dengan Tuberculosis Paru di Ruang Cemara Rumah Sakit Umum
Kota Tarakan mulai dari tanggal 18 Maret 2021 sampai dengan tanggal 20 Maret
2021 dengan pendekatan proses keperawatan. Dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada An. I dengan Tuberculosis Paru, penulis menemukan beberapa
kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus. Maka dalam bab ini,
penulis membahas mulai tahap pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data dan informasi untuk mengidentifikasi
dan mengevaluasi status kesehatan pasien. Pada pengkajian yang dilakukan
terhadap An. I dengan Tuberculosis Paru, penulis tidak mengalami kesulitan
dalam mengumpulkan data. Hal ini ditunjang dengan sikap terbuka dan kooperatif
dari keluarga dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh penulis.
Setelah dilakukan pengkajian dan dibandingkan dengan teori, terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik dalam melaksanakan asuhan keperawatan,
ternyata tidak semua data yang terdapat dalam teori sama dengan data yang
diperoleh dari kasus An. I pada data sebagai berikut :
1. Tanda dan Gejala, menurut Amin,H (2015) pada kasus tuberculosis Paru, ada
beberapa tanda dan gejala pada anak yang muncul yang perlu diperhatikan
yaitu batuk berdahak,dan batuk berdarah, namun penulis tidak mendapatkan
data-data tersebut, karena pasien telah menjalani pengobatan rutin TB Paru dan
sedang memasuki bulan ke tiga pengobatan rutin TB paru pada saat pengkajian
dilakukan.
2. Pemeriksaan penunjang, menurut Alwi (2017) pada kasus Tuberculosis Paru
anak yang dapat dilakukan dan diperhatikan untuk memastikan diagnosa
Tuberculosis Paru pada anak yaitu pemeriksaan uji sensitivitas tuberculis,
namun penulis tidak mendapatkan data-data tersebut karena pasien telah

3
terdiagnosa TB Paru sebelumnya, dan dalam masa pengobatan TB Paru yang
sedang berjalan, dan telah memasuki bulan ke tiga pada saat pengkajian
dilakukan.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Dalam menentukan diagnosa keperawatan harus sesuai dengan data yang
didapat pada saat pengkajian. Dan data tersebut kemudian di Analisa sehingga
muncul suatu diagnosa keperawatan.
Menurut SDKI (2016) terdapat empat diagnosa yang muncul pada pasien
Tuberculosis Paru, tetapi ada dua diagnosa yang terdapat pada teori tetapi tidak
muncul pada kasus, dan terdapat dua diagnosa yang terdapat pada teori dan
terdapat juga pada kasus.
Berdasarkan hasil pengkajian pada An. I dengan Tuberculosis Paru
ditemukan kesenjangan mengenai diagnosa Keperawatan yang terdapat pada teori
tetapi tidak ditegakkan pada kasus karena tidak terdapat data yang menunjang
pada saat pengkajian dilakukan, diagnosa keperawatan tersebut ialah :
1. Pola napas tidak efektif. Menurut SDKI (2016). Pola napas tidak efektif adalah
inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Pola
napas tidak efektif memiliki tanda dan gejala mayor yang perlu diperhatikan
dari data obyektif yaitu penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi
memanjang, pola napas abnormal, sedangkan tanda dan gejala minor yang
perlu diperhatikan dari data obyektif yaitu pernapasan pursed-lip, diameter
thoraks anterior-posterior, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun,
tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah.
Penulis tidak mengangkat diagnosa ini karena berdasarkan hasil pengkajian
yang dilakukan pada An. I tidak ditemukan tanda dan gejala mayor maupun
tanda dan gejala minor yang mendukung penulis untuk mengangkat diagnosa
tersebut.
2. Intoleransi aktivitas. Menurut SDKI (2016) adalah ketidakcukupan energi
untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Intoleransi aktivitas memiliki tanda dan
gejala mayor yang perlu diperhatikan dari data obyektif yaitu frekuensi jantung
meningkat >20% dari kondisi istirahat, sedangkan tanda dan gejala minor yang

3
perlu diperhatikan dari data obyektif yaitu tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas,
gambaran EKG menunjukkan iskemia, sianosis. Penulis tidak mengangkat
diagnosa ini karena berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada An.I
tidak ditemukan tanda dan gejala mayor maupun tanda dan gejala minor yang
mendukung penulis untuk mengangkat diagnosa tersebut.
Berdasarkan hasil pengkajian pada An. I dengan Tuberculosis Paru
ditemukan kesenjangan mengenai diagnosa Keperawatan yang tidak terdapat pada
teori tetapi ditegakkan pada kasus karena terdapat data yang menunjang pada saat
pengkajian dilakukan, diagnosa keperawatan tersebut ialah :
1. Diare. Menurut SDKI (2016) adalah pengeluaran feses yang sering, lunak dan
tidak berbentuk. Diare memiliki tanda dan gejala mayor yang perlu
diperhatikan yaitu defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam, feses lembek atau
cair, sedangkan tanda dan gejala minor yang perlu diperhatikan yaitu frekuensi
peristaltik meningkat, bising usus hiperaktif. Penulis mengangkat diagnosa ini
karena berdasarkan hasil pengkajian yang di lakukan pada An.I ditemukan
tanda dan gejala mayor dan tanda dan gejala minor yang mendukung penulis
untuk mengangkat diagnosa tersebut.
2. Hipertermi. Menurut SDKI (2016) adalah suhu tubuh meningkat diatas rentang
normal. Hipertermi memiliki tanda dan gejala mayor yang perlu diperhatikan
yaitu suhu tubuh diatas nilai normal, sedangkan tanda dan gejala minor yang
perlu diperhatikan yaitu kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa
hangat. Penulis mengangkat diagnosa ini karena berdasarkan hasil pengkajian
yang di lakukan pada An.I ditemukan tanda dan gejala mayor dan tanda dan
gejala minor yang mendukung penulis untuk mengangkat diagnosa tersebut.

4.3 Perencanaan
Perencanaan atau intervensi menurut SIKI (2018) adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat berdasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan.
Pada tahap perencanaan antara teori dan kasus terdapat kesenjangan,
terdapat beberapa perencanaan diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori

4
namun tidak ditetapkan oleh penulis pada kasus karena berbagai alasan tertentu.
Ada beberapa tindakan yang tidak dimasukkan dalam perencanaan yaitu :

1. Pada gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


ventilasi-perfusi.
1) Monitor x-ray terdapat pada teori tetapi tidak dimasukkan ke dalam
perencanaan pada kasus karena klien An. I tidak dilakukan x-ray dan tidak
ada indikasi dari dokter penanggung jawab untuk dilakukan x-ray.
2) Menganjurkan posisi semifowler terdapat pada teori tetapi tidak dimasukkan
ke dalam perencanaan pada kasus karena klien An. I baru berusia 1 tahun
dan belum bisa dilakukan posisi semifowler.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
1) Lakukan fisioterapi terdapat pada teori tetapi tidak dimasukkan ke dalam
perencanaan pada kasus karena klien An.. I belum bisa melakukan
fisioterapi dada karena klien An. I baru berusia 1 tahun.
2) Ajarkan batuk efektif terdapat pada teori tetapi tidak di masukkan ke dalam
perencanaan pada kasus karen klien An. I belum bisa diajarkan batuk eektif
karen klien An. I baru berusia tahun.
Pada tahap perencanaan antara teori dan kasus terdapat kesenjangan,
terdapat beberapa perencanaan diagnosa keperawatan yang tidak terdapat pada
teori namun ditetapkan oleh penulis pada kasus karena berbagai alasan tertentu.
Ada beberapa tindakan yang dimasukkan dalam perencanaan yaitu :
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi. Pada diagnosa keperawatan ini
penulis menegakkan beberapa perencanaan yaitu identifikasi penyebab diare,
monitor warna, frekuensi dan konsistensi tinja berikan asupan cairan via
intravena/oral, anjurkan melanjutkan pemberian ASI, anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara bertahap, kolaborasi pemberian oralite atau obat
pengeras feses. Penulis meneggakkan perencanaan tersebut karena berdasarkan
pengkajian yang dilakukan pada An. I ditemukan data yang mendukung untuk
dilakukan perencanaan tersebut.
2. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi. Pada diagnosa keperawatan ini
penulis menegakkan beberapa perencanaan yaitu observasi penyebab
hipertermia, monitor suhu tubuh.monitor kadar elektrolit, sediakan lingkungan

4
yang dingin, longgarkan atau lepaskan pakaian, asahi atau kipasi permukaan
tubuh, berikan cairan oral, lakukan pendinginan (kompres dingin pada dahi),
anjurkan tirah baring, kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu. Penulis meneggakkan perencanaan tersebut karena berdasarkan
pengkajian yang dilakukan pada An. I ditemukan data yang mendukung untuk
dilakukan perencanaan tersebut.

4.4 Implementasi
Pada tahap ini, penulis berusaha melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan rencana yang telah disusun. Dan melaksanakan tindakan keperawatan
pada An. I berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara
professional seperti tindakan independent, interdependent, dan dependent.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan penulis juga melanjutkan observasi
dan pengumpulan data untuk melihat perkembangan selanjjutnya, sebagai mana
umunya asuhan keperawatan pada An. I juga melibatkan peran aktif keluarga
dalam pencapaian tujuan keperawatan, semua tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun.
Adapun faktor-faktor penunjang yang penulis dapatkan selama praktik
adalah kerjasama dari perawat Ruangan Cemara yang telah membantu dalam
pendelegasian untuk memperhatikan keadaan klien saat penulis tidak bisa
menemani klien, sedangkan faktor penghambat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan ini selain waktu yang singkat dan keterbatasan waktu penulis dalam
melakukan perawatan pada klien 24 jam sehingga penulis mendelegasikan
perawatan selanjutnya pada perawat ruangan.
Dari semua perencanaan yang dibuat, terdapat beberapa intervensi, yang
penulis tidak dapat lakukan secara maksimal yaitu :
1. Pada diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi penulis tidak dapat melakukan intervensi
melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi paru dan mengatur interval
pemantauan respirasi secara maksimal karena kondisi klien rewel saat
diberikan tindakan.

4
2. Pada diagnosa bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
Penulis tidak dapat melakukan intervensi pemberian nebulizer, pengisapan
lendir, dan melakukan auskultasi bunyi napas tambahan secara maksimal,
karena kondisi klien rewel saat diberikan tindakan.
3. Pada diagnosa diare berhubungan dengan proses infeksi. Penulis tidak dapat
melakukan intervensi melakukan auskultasi bising usus secara maksimal
karena kondisi klien rewel saat diberikan tindakan, penulis juga tidak dapat
melakukan intervensi melanjutkan pemberian ASI secara maksimal dikarena
kondisi ibu klien yang sudah tidak mengeluarkan ASI lagi.

4.5 Evaluasi
Hasil evaluasi akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah
dilakukan penulis selama tiga hari yaitu mulai dari tanggal 18 Maret 2021 sampai
dengan 20 Maret 2021, maka didapatkan hasil :
Masalah yang dapat teratasi :
1) Diare berhubungan dengan proses infeksi. Diagnosa ini dapat teratasi karena
berdasarkan hasil evaluasi penulis pada hari ketiga sudah sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil yang terdapat dalam perencanaan keperawatan yang dibuat.
2) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi. Diagnosa ini dapat teratasi karena
berdasarkan hasil evaluasi penulis pada hari ketiga sudah sesuai dengan tujuan
dan krieria hasil yang terdapat dalam perencanaan keperawatan yang dibuat.
Masalah yang belum teratasi :
1) Gangguang pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi. Diagnosa ini belum teratasi karena berdasarkan hasil evaluasi penulis
pada hari ketiga belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang terdapat
dalam perencanaan keperawatan yang dibuat, yaitu pada klien masih terdapat
retraksi dinding dada dan terdapat gerakan dada tidak simetris.
2) Bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan. Diagnosa ini
belum teratasi dikarenakan berdasarkan hasil evaluasi penulis pada hari ketiga
belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang di susun dalam perencanaan
keperawatan yang dibuat yaitu terdapat bunyi napas tambahan ronchi dan
terdapat retraksi dinding dada

4
BAB 5
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menguraikan beberapa kesimpulan dan saran
dalam peningkatan pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada kasus
Tuberculosis Paru.
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien An. I dengan
Tuberculosis Paru selama tiga hari sejak tanggal 18 Maret 2021 sampai dengan
tanggal 20 Maret 2021 di Ruang Perawatan Cemara Rumah Sakit Umum Daerah
Tarakan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Penulis telah melakukan asuhan keperawatan pada An.I di Ruang
Perawatan Cemara RSU Kota Tarakan melalui setiap tahap dari proses
keperawatan yng terangkai mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan
evaluasi, secara bertahap dengan memperhatikan kondisi klien dan sarana yang
tersedia. Asuhan keperawatan dilakukan sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh penulis. Dalam melakukan tahapan dari proses
keperawatan penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus
pada pengkajian, pemeriksaan diagnostik, perumusan masalah, perencanaan, dan
pelaksanaan asuhan keperawatan, penulis menemukan 2 diagnosa keperawatan
yang dapat teratasi, dan 2 diagnosa yang belum dapat teratasi. Faktor pendukung
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada An.I dengan tuberculosis paru
adalah bahwa klien dan keluarga bersikap kooperatif, diberikan kebebasan oleh
pihak rumah sakit dalam melakukan setiap tindakan keperawatan, tersedianya
fasilitas dari rumah sakit maupun insitusi yang menunjang pelaksanaan asuhan
keperawatan klien. Sementara faktor penghambat penulis adalah keterbatasan
waktu yaitu tidak bersama klien dalam 24 jam, dan kurangnya keterampilan dan
pengetahuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien. Pemecahan
masalah yang dilakukan penulis pada An. I dengan tuberculosis paru di ruang
cemara rumah sakit umum kota Tarakan yaitu dengan pelaksanaan intervensi yang

4
telah direncanakan berupa tindakan promotive, preventif, kuratif dan tindakan
kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya dalam proses asuhan keperawatan klien.

5.2 Saran
Dalam waktu tiga hari penulis telah melakukan tahapan proses keperawatan,
selanjutnya penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang di jadikan
pertimbangan atau pedoman dalam melakukan proses keperawatan yaitu :
1. Bagi keluarga pasien sebaiknya lebih memperhatikan kesehatan anaknya
karena meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan di rumah sakit tetapi
hal tersebut belum tentu menghilangkan faktor kemungkinan tidak terjadinya
masalah lagi pada klien, jadi sangat diharapkan kepada keluarga An.I untuk
memberikan dukungan penuh dengan mencegah perilaku yang dapat
menyebabkan penyakit penderita menjadi kambuh.
2. Bagi mahasiswa diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan,
keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki agar pada saat melakukan proses
keperawatan seperti pengkajian, perumusan diagnose keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi dapat berjalan dengan lancar serta
efisien.
3. Bagi institusi diharapkan lebih memperhatikan waktu pada proses pelaksanaan
di ujian akhir program agar peserta pada saat ujian dapat melakukan proses itu
dengan baik serta institusi juga diharapkan dapat memberikan waktu yang
cukup untuk mendukung mahasiswa dalam menyususn laporan tugas akhir.
4. Bagi rumah sakit yaitu tenaga kesehatan khususnya perawat dalam
menyelesaikan masalah kesehatan klien diharapkan kerjasama dengan sesama
tim kesehatan makin ditingkatkan serta alangkah baiknya juga jika tenaga
kesehatan yang ada memberikan pengetahuan tentang penyakit yang dialami
oleh penderita kepada keluarga klien, sehingga dapat memotivasi klien dan
keluarga dalam mempertahankan kesehatannya baik saat berada di Rumah
Sakit maupun di rumah.

4
DAFTAR PUSTAKA

Amin.H. (2015). NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Medication


Jogja.

Alwi, Idrus. (2017). Penatalaksanaan dibidang ilmu penyakit dalam panduan


praktik klinis. Internapublishing pusat. Penerbit penyakit dalam.

Badan Pusat Statistik. Dinas Kesehatan Kalimantan Utara, Kota Tarakan Angka
2020. Demak : Badan Pusat Statistik. 2020

Infodatin, Kemenkes RI. 2018. Diambil tanggal 18 juni 2019


http://www.pusdatin.kemenkes,go.id/article/view/18101500001/infodatin-
tuberculosis-2018.html

Infodatin, Kemenkes RI. 2019. Diambil tanggal 20 juni 2020


http://www.pusdatin.kemenkes,go.id/article/view/18101500001/infodatin-
tuberculosis-2019.html Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. 2014, Dirjen P3L Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.


2014, Dirjen P3L Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Kemenkes RI. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2016.


Jakarta; Kementerian Kesehatan RI. 2016.

Muttaqin, Arif. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, H Amin & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Medication.
Jilid 3

Tabrani Rab. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: TIM ........................2013. Ilmu
Penyakit Paru. Cetakan Kedua. Jakarta: TIM

Tim Pokja DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI. Edisi 1

Tim Pokja DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI. Edisi 1

World Health Organization. 2019. Global tuberculosis.

Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis Keperawatan Diagnosis NANDA-1,


Intervensi NIC, Hasil NOC. Jakarta: EGC. Ed.10

4
L
A
M
P
R
A
N
I

4
HESTIWINATA
WILLIAM
DATA DIRI TENTANG SAYA
Nama : Hestiwinata William Saya memiliki motivasi untuk bekerja keras, bersosialisasi, kemauan untuk
Tempat dan tanggal lahir : belajar dan memperbaiki diri, tanggung jawab dan mampu bekerja dengan
Nunukan, 24 Desember 1997 tim maupun personal. Dan saya juga memiliki pengalaman bekerja sebagai
Jenis kelamin : perempuan Status relawan covid 19 pada tahun 2020-2021 di Dinas Kesehatan Kota Tarakan.
: mahasiswi akhir D3
Keperawatan.
Agama : Kristen Protestan
RIWAYAT PENDIDIKAN
Alamat : Jl. Aki balak rt 61 SD NEGERI 029 KOTA TARAKAN : Juni 2004 – Mei 2010
kelurahan Karang Anyar. SMP N 8 TARAKAN : Juli 2010 – Mei 2013
SMK TERPADU CITRA BANGSA TARAKAN : Juli 2013 – Mei 2016
CONTACT UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN : Agustus 2018 – November 2021
No Handphone : 082256403097
PENGALAMAN KERJA
EMAIL: PERNAH BEKERJA SEBAGAI BURUH LEPAS – PT. MUSTIKA
Hestiwinatawilliam24@gmail.com
MINANUSA AURORA KOTA TARAKAN : Juni 2013 – Juli 2013
HOBBIES PERNAHBEKERJA SEBAGAI WAITRESS – CAFE GELAEL ( DIDALAM KFC
Menyanyi dan Menari.
THM PLAZA ) KOTA TARAKAN : Juli 2016 – Desember 2017

PERNAH BEKERJA SEBAGAI RELAWAN COVID 19 – DINAS KESEHATAN

KOTA TARAKAN : November 2020 – Februari 2021

4
4
5

Anda mungkin juga menyukai