Anda di halaman 1dari 83

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

J DENGAN DIAGNOSA MEDIS


POST OP STRUMA NODUSA DI RUANG CEMARA
RUMAH SAKIT UMUM KOTA TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :
ALIFA MEIDY NANDA PUTRI SYOFIANTI
NPM : 1830702060

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. J DENGAN DIAGNOSA MEDIS
POST OP STRUMA NODUSA DI RUANG CEMARA
RUMAH SAKIT UMUM KOTA TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :
ALIFA MEIDY NANDA PUTRI SYOFIANTI
NPM: 1830702060

Laporan Tugas Akhir


sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan
pada
Universitas Borneo Tarakan

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021

2
i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. J dengan Post
Op Struma Nodusa di Ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan Provinsi
Kalimantan Utara Tanggal 12 April sampai dengan 14 April 2021”.
Penyusunan laporan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan program pendidikan Diploma III Jurusan Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan. Laporan tugas akhir ini disusun
setelah mahasiswa mengikuti ujian akhir program di Rumah Sakit, dimana ujian
tersebut mahasiswa diharuskan mengelola sebuah kasus dalam bentuk Asuhan
Keperawatan.
Dalam melakukan penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis mengalami
hambatan dan berbagai kesulitan. Namun demikian penulis berusaha untuk
menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir ini berkat bimbingan, bantuan, dan
dorongan yang diberikan dari berbagai pihak. Maka, dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Adri Patton, M.Si selaku Rektor Universitas Borneo
Tarakan.
2. Bapak Joko, M. M. selaku Direktur RSU Kota Tarakan beserta segenap
jajarannya yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan
praktik dan mengambil kasus di RSU Kota Tarakan.
3. Bapak Sulidah, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
4. Ibu Yuni Retnowati, S.ST., M.Keb, selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
5. Bapak Alfianur, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
6. Ibu Paridah, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Kaprodi D3 Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.

iii
7. Ibu Ramdya Akbar Tukan, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing I
penulis yang telah memberikan bimbingan, masukan, serta dukungan
kepada penulis dalam proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Ibu Najihah, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing II penulis yang telah
memberikan bimbingan, masukan, serta dukungan kepada penulis dalam
proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
9. Ibu Dewi Wijayanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji I saya yang
telah memberikan bimbingan, masukan, serta dukungan kepada penulis
dalam meyelesaikan laporan tugas akhir ini.
10. Bapak Ahmat Pujianto, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik
saya sekaligus dosen penguji II yang telah memberikan banyak masukan
serta dukungan kepada saya dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
11. Bapak/Ibu dosen dan staf Diploma III Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
12. Kepala ruangan beserta seluruh staf di Ruang Cemara Rumah Sakit Umum
Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara yang telah membimbing
sekaligus membantu selama praktik klinik keperawatan.
13. Pasien Ny. J beserta keluarga pasien yang telah bersedia meluangkan
waktunya dalam memberikan informasi yang penulis butuhkan.
14. Orang tua saya Bapak Syofian dan Ibu Muliyanti yang senantiasa sabar
dalam mendampingi dan memberi semangat serta dukungan dan doa
kepada penulis selama proses perkuliahan hingga menyelesaikan studi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih
belum sempurna dan masih banyak membutuhkan perbaikan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi perawat dalam
usaha meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi
keperawatan
Tarakan, 14 Juni 2021

Penulis

iv
ABSTRAK

Struma merupakan pembengkakan pada leher yang disebabkan oleh pembeseran


kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid. Struma dibagi menjadi dua, yaitu
diffusa dan nodusa. Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini penulis
menggunakan studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan dengan metode
pengumpulan data wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi,
dan studi kepustakaan. Tujuan umum laporan tugas akhir ini adalah untuk
mendapatkan gambaran dan pengalaman tentang penerapan asuhan keperawatan
kepada pasien Ny. J dengan masalah utama Post Op Struma Nodusa di Ruang
Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan dengan menggunakan pendekatan
keperawatan secara komprehensif. Hasil yang didapatkan pada Ny. J terdapat 5
diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada Ny. J yaitu, nyeri akut, risiko
infeksi, gangguan pola tidur, intoleransi aktivitas, dan defisit perawatan diri.
Penulis menyimpulkan bahwa terdapat kesenjagan yang terdapat antara teori dan
kasus pada Ny. J dimulai dari pengkajian, terdapat 5 pengkajian yang memiliki
kesenjangan teori dengan kasus pada Ny. J, 4 diagnosa keperawatan yang
memiliki kesejangan teori dengan kasus pada Ny. J, intervensi disesuaikan dengan
kondisi dan sarana prasarana. Evaluasi hasil yang didapatkan di diagnosa
keperawatan 5 diagnosa teratasi semua.

Kata Kunci : Post Op Struma Nodusa, Diagnosis Keperawatan, Asuhan


Keperawatan

v
vi
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
ABSTRAK.............................................................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR BAGAN ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xii
BAB 1 ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.4 Metode Penulisan ...................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4
BAB 2 ...................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5
2.1 Konsep Dasar Medis Struma Nodusa ....................................................... 5
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................. 14
BAB 3 .................................................................................................................... 23
LAPORAN KASUS ............................................................................................. 23
3.1 Pengkajian ............................................................................................... 23
3.2 Klasifikasi Data ...................................................................................... 36
3.3 Analisis Data ........................................................................................... 37
3.4 Diagnosis Keperawatan .......................................................................... 40
3.5 Rencana Keperawatan............................................................................. 41
3.6 Implementasi ........................................................................................... 43
3.7 Evaluasi Keperawatan............................................................................. 48
BAB 4 .................................................................................................................... 50
PEMBAHASAN................................................................................................... 50

vii
4.1 Pengkajian ............................................................................................... 50
4.2 Diagnosis Keperawatan .......................................................................... 54
4.3 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 57
4.4 Implementasi Keperawatan..................................................................... 57
4.5 Evaluasi Keperawatan............................................................................. 57
BAB 5 .................................................................................................................... 58
PENUTUP ............................................................................................................ 58
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 58
5.2 Saran ....................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61
LAMPIRAN ......................................................................................................... 64

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Laboratorium…………………………………………………………34


Tabel 3.2 Tabel obat via oral……………………………………………………35
Tabel 3.3 Tabel obat via injeksi…………………………………………………35

ix
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Penyimpangan KDM…………………………………………………13


Bagan 3.1 Genogram Keluarga Ny. J……………………………………………25

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Tiroid……………………………………………6

xi
DAFTAR SINGKATAN

BAB : Buang air besar


BAK : Buang air kecil
TD : Tekanan darah
RR : Respiration rate
S : Suhu
TB : Tinggi badan
BB : Berat badan
IMT : Indeks masa tubuh
KG : Kilogram
CM : Centimeter
M : Meter
ICS : Intercostal space
CRT : Capilarry Refill Time
GCS : Glasgow Coma Scale
ROM : Range Of Motion
HGB : Hemoglobin
WBC : White Blood Cell/lekosit
RBC : Red Blood Cel/eritrosit
PLT : Platelet/trombosit
HCT : tematokrit
MCV : Mean corpuscular volume
MCH : Mean corpuscular hemoglobin
MCHC : Mean corpuscular hemoglobin concentration
CT : Clothing time
BT : Bleeding time
TSH : Thyroid stimulating hormone
FT : Free Tiroksin
NY : Nyonya
IMS : Intercontinental medical statistics
T4 : Thyroxine

xii
T3 : Triiodothyronine
Mg/dl : milligram/deciliter
Nmol/l : nanomol/liter
mU/l : mikro/liter
USG : ultrasonografi
TSA : throid stimulating hormone antibody
BASAH : biopsi aspirasi jarum halus
FNAB : fine needle aspiration biopsy
FND : functional neck dissection
RND : radial neck dissection
PTU : propilthiouracil
ANA : american nursing association
RTD : refleks tendon dalam
GJK : gagal jantung kongestif
RT : rukun tetangga
TBC : Tuberkulosis
RL : ringer lactat
TPM : tetes per menit
ICU : intensive care unit
Cc : cubic centimeter
N : nervus
WITA : waktu Indonesia tengah
Mnt : menit
mmHg : millimeter merkuri hydragyrum
RND : relaksasi nafas dalam

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Farah (2018), Struma merupakan pembengkakan pada leher yang
disebabkan oleh pembeseran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid.
Struma dibagi menjadi dua, yaitu diffusa dan nodusa. Struma diffusa merupakan
pembesaran kelenjar tiroid terjadi secara bilateral atau keseluruhan sehingga
terlihat keseluruhan leher yang membengkak. Biasanya permukaannya rata dan
batas pembesarannya agak sulit ditemukan. Sedangkan struma nodusa, akan
didapatkan satu atau lebih benjolan yang menyebabkan permukaan kelenjar tiroid
tidak rata. Letak dari benjolan tersebut biasanya asimetris dan batas ukurannya
dapat ditentukan. Jika dalam pemeriksaan ditemukan beberapa benjolan maka
disebut struma multinoduloar.
Menurut American Thyroid Association (2013) sekitar 10 juta orang di seluruh
dunia mengalami gangguan thyroid, baik kanker thyroid, struma nodusa non toxic,
maupun struma nodusa toxic. Pada hasil penelitian Riskesdas (2013) hanya
terdapat 0,4% penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun atau lebih yang
berdasarkan wawancara terdiagnosis hipertiroid. Meskipun secara persentase
terlihat kecil tetapi secara kuantitas terlihat cukup besar. Jika pada tahun 2013
jumlah penduduk dengan usia 15 tahun terdapat sebanyak 176.689.336 jiwa, maka
ada lebih dari 700.000 orang yang terdiagnosis hipertiroid. Survei IMS Health
pada tahun 2015 mengatakan Indonesia menduduki peringkat tertinggi di Asia
tenggara dalam gangguan tiroid, yakni sekitar 1,7 juta jiwa.
Struma nodusa terjadi dikarenakan kurangnya yodium pada tubuh sehingga
tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan T3, sehingga ukuran folikel
menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid bertambah sekitar 300-500 gram. Dampak
struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat
mempengaruhi kedudukan organ-organ yang berada disekitarnya. Pada bagian
belakang kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah
kearah dalam sehingga dapat mendorong trakea esophagus beserta pita suara
sehingga menyebabkan kesulitan bernafas dan nyeri menelan. Hal tersebutlah

1
yang akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan
dan elektrolit. Bila pembesaran yang mengarah keluar, maka akan memberi
bentuk leher yang besar dan tidak simetris, pada kasus ini jarang disertai kesulitan
bernafas dan nyeri menelan (Kusumawardhani, 2017).
Tindakan yang bisa dilakukan untuk penderita struma nodusa adalah dengan
beberapa cara, yang pertama dapat dilakukan medikamentosa atau konservatif.
Pada pasien dengan struma non toksik bisa diberikan iodium, ekstrak tiroid 20-30
mg/dl, dan untuk struma toksik dilakukannya bedrest, pemberian obat anti tiroid
propilthiouracil 100-200 mg, pemberian obat lugol 5-10 tetes. Melakukan
radioterapi dengan indikasi pasien pada awal penyakit atau pasien dengan resiko
tinggi untuk operasi dan pasien dengan hipotiroid rekuren. Dilakukannya proses
pembedahan dengan indikasi adanya pembesaran kelenjar thyroid dengan gejala
penekanan berupa gangguan menelan, suara parau dan gangguan pernafasan, serta
keganasan kelenjar thyroid (Luh, 2015).
Berdasarkan data di atas, maka dari itu penulis tertarik untuk membuat
Laporan Tugas Akhir, dengan judul kasus asuhan keperawatan pada Ny. J dengan
Post Op Struma Nodusa Di Ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan tugas akhir ini adalah mendapatkan
gambaran dan pengalaman tentang penerapan asuhan keperawatan kepada klien
Ny. J dengan masalah utama Post Op Struma Nodusa di Ruang Cemara Rumah
sakit umum KotaTarakan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Pada Penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan proses keperawatan pada Ny. J dengan masalah utama
Post Op Struma Nodusa
2) Membandingkan antara teori dan praktek asuhan keperawatan yang
diberikan pada Ny. J dengan masalah utama Post Op Struma Nodusa.
3) Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
melaksanakan proses keperawatan pada Ny. J dengan masalah utama
Post Op Struma Nodusa.

2
4) Menyelesaikan pemecahan masalah pada Ny. J dengan masala utama
Post Op Struma Nodusa.
1.3 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan dari Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut:
1) Manfaat bagi klien dan keluarga
Agar klien dan keluarga dapat mengetahui pengertian, gejala, perawatan
dan pengobatan penyakit Post Op Struma Nodusa.
2) Manfaat perawat
Menambah referensi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan diagnosa Struma Nodusa dan mampu bekerjasama yang
baik dengan klien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lainnya untuk
penatalaksanaan Post Op Struma Nodusa.
1.4 Metode Penulisan
Laporan tugas akhir ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi
kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut :
1) Wawancara
Dengan cara tanya jawab langsung antara perawat dengan pasien atau
keluarganya.
2) Observasi
Penulis mengadakan pengamatan secara langsung kepada Ny. J sebagai
data untuk menegakkan diagnose keperawatan.
3) Pemeriksaan fisik
Penulis melakukan pemeriksaan fisik kepada Ny. J yang meliputi keadaan
umum dan head to toe dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
4) Studi dokumentasi
Data diperoleh dari dokumentasi yang terdapat pada catatan keperawatan
klien seperti pencatatan medis, terapi dokter ataupun langsung dari laporan
perkembangan klien.

3
5) Studi Kepustakaan
Penulis mengambil informasi dari buku-buku dan jurnal-jurnal
keperawatan tentang struma nodusa sebagai sumber dan pedoman untuk
memperoleh materi penyakit dan komplikasi pada Struma Nodusa.
1.5 Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan tugas akhir ini terdiri dari lima bab, yang disusun sesuai
dengan urutan sebagai berikut.
Bab satu berisi tentang pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, metode yang digunakan dalam penulisan dan sistematika dari
penulisan.
Bab dua berisi tentang dasar teori yang terbagi menjadi dua bahasan yaitu;
landasan teori yang menguraikan tentang konsep dasar penyakit meliputi
pengertian, anatomi fisiologi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi dan penyimpangan KDM
teori. Dan konsep dasar asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Bab tiga berisi tentang tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Bab empat berisi tentang pembahasan yaitu membahas tentang adanya
kesenjangan antar teori dan kasus, dari penerapan langsung di lapangan yang
terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Bab lima merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medis Struma Nodusa


2.1.1 Definisi
Struma nodusa adalah pembesaran kelenjar tiroid disebut juga sebagai
goiter. Struma atau goiter, berasal dari bahasa latin yaitu “tumidum gutter” yang
artinya tenggorokan yang membesar. Definisi lain dari goiter adalah kelenjar
tiroid yang membesar dua kali atau lebih dari ukuran normalnya, beratnya dapat
mencapai 40 gram atau lebih (Diyani, 2019).
Struma didefinisikan sebagai pembesaran kelenjar tiroid. Struma dapat
meluas ke ruang retrosternal dengan atau tanpa pembesaran anterior substansial.
Karena hubungan anatomi kelenjar tiroid ke trakea, laring, saraf laring, superior
dan inferior, serta esophagus, pertumbuhan yang abnormal dapat menyebabkan
sebagai sindrom komperhensif (Tampatty, 2018).
Berdasarkan data diatas, menurut penulis Struma Nodusa adalah
pembesaran pada kelenjar tiroid yang beratnya dapat mencapai lebih dari 40 gram
yang dapat menyebabkan sindrom komperhensif dikarenakan adanya hubungan
anatomi antara kelenjar tiroid dan organ yang berada disekitarnya.
2.1.2 Etiologi
Menurut Nur Arif & Kusuma (2015), adanya gangguan fungsional dalam
pembentukan hormone tiroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar
tiroid, yaitu :
1) Defisiensi yodium
2) Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormone tiroid
3) Penghambatan sintesa hormone oleh zat kimia, seperti substansi dalam kol,
lobak, dan kacang kedelai)
Struma dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormone tiroid yang
menginduksi mekanisme kompensasi terhadap kadar TSH serum, sehingga
akibatnya menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia sel folikel tiroid dan pada
akhirnya menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid. Efek biosintetik, defisiensi
iodin, penyakit autoimun dan penyakit nodular juga dapat menyebabkan struma

5
walaupun dengan mekanisme yang berbeda. Bentuk goitrous tiroiditis hashimoto
terjadi dikarenakan efek yang didapat pada hormone sintesis, yang mengarah ke
peningkatan kadar TSH dan konsuekensinya efek pertumbuhan (Dewantini,
2019).
2.1.3 Patofisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Tiroid (Sumber: Pustaka Materi, 2015).


Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan oleh tubuh unuk
pembentukan hormone thyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap oleh
usus, masuk ke dalam sirkulasi darah ditangkap paling banyak oleh kelenjar
thyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida berubah menjadi bentuk yang aktif
distimulasi oleh TSH, kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi
pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin
membentuk tiroksin atau T4 dan molekul yoditironin atau T3. Tiroksin atau T4
menunjukkan pengaturan umpan balik yang negatif dari sekresi TSH dan
bekerja secara langsung pada tirotropihypofisis, sedangkan tyrodotironin atau
T3 merupakan hormone metabolik yang tidak aktif. Akibat kekurangan iodium
maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan T3, sehingga ukuran folikel
akan menjadi lebih besae dan kelenjar tirioid akan bertambah berat sekitar 300-
500 gram.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengarui sintesis, pelepasan serta
metabolisme thyroid sekaligus dapat menghambat sintesis tiroksin atau T4 dan
melalui rangsangannya umpan balik negatif dapat meningkatkan pelepasan TSH
oleh kelenjar hypofisis. Keadaan inilah yang menyebabkan pembesaran kelenjar

6
thyroid. Thyroid mulai membesar pada usia muda dan akan berkembang
menjadi multinodular pada usia dewasa. Karena pertumbuhan yang secara
berangsur-angsur, struma bisa tumbuh menjadi besar tanpa adanya gejala
kecuali benjolan yang ada di leher. Sebagian penderita struma nodusa dapat
hidup dengan strumanya tanpa adanya keluhan. Walaupun sebagian struma
nodusa tidak mengganggu pernapasan dikarenakan benjolan menonjol kebagian
depan, tetapi sebagian struma yang lain dapat menyebabkan penyempitan trakea
apabila pembesaran yang terjadi secara bilateral (Syaugi, dkk, 2015).
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi dan karakteristik dari Struma Nodusa dibedakan menjadi
beberapa, yaitu :
1) Berdasarkan fisiologik
(1) Eutiroid
Eutiroid merupakan keadaan dimana fungsi kelenjar tiroid ini tetap
berfungsi secara normal, meskipun pada saat pemeriksaan kelenjar
tiroid menunjukkan kelainan. Gejala yang ditunjukkan jika seseorang
sakit, mengalami kekurangan gizi atau telah menjalani pembedahan,
maka hormon tiroid T4 tidak diubah menjadi T3. Maka akan
tertimbun dalam jumlah besar hormon T3, yang dimana hormon tiroid
ini dalam bentuk yang tidak aktif. Meskipun T4 tidak diubah menjadi
T3, tetatpi tetap kelenjar tiroid berfungsi dan mengendalikan
metabolisme tubuh secara normal (Anies, 2016).
(2) Hipotiroid
Keadaan terjadinya kekurangan hormon tiroid yang dimanisfestasikan
dengan adanya metabolisme tubuh yang lambat, dikarenakan
menurunnya konsumsi oksigen oleh jaringan dan adanya perubahan
personaliti yang sangat jelas. Pasien dengan kasus hipotiroid hanya
memiliki sedikit jumlah hormon tiroid, sehingga pasien hipotiroid
tidak mampu menjaga fungsi tubuh secara normal. Penyebab
umumnya yaitu, penyakit autoimun, operasi pengangkatan tiroid, dan
terapi radiasi (Tarwoto, 2012).

7
(3) Hipertiroid
Suatu gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan
oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Dikarenakan tiroid meproduksi
hormon tiroksin dan iodium, maka iodium radioaktif dalam dosis
kecil dapat digunakan untuk mengobatinya atau dapat mengurangi
intensitas fungsinya (Amin, 2016).
2) Berdasarkan secara klinik
Menurut Tarwoto (2012), secara klinik struma nodusa dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa, yaitu sebagai berikut :
(1) Toksik
Pembesaran kelenjar tiroid yang berisi nodul dengan sel-sel autonom
sehingga menyebabkan hipertiroidisme.
(2) Non toksik
Pembesaran kelenjar tiroid dikarenakan adanya nodul tetapi tidak
disertai dengan gejala hipertiroidisme.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut NANDA (2015), akibat berulangnya hyperplasia dan involusi
dapat terjadi berbagai bentuk degenerasi sebagai fibrosis, nekrosis, klasifikasi,
pembentukan kista dan perdarahan kedalam kista tersebut. Pada umumnya
kelainan yang menunjukkan diri sebagai struma nodusa adalah edenoma,
karsinoma dan kista perdarahan tiroiditis. Manifestasi klinis pada penderita
hipotiroidisme nyata, yaitu: kurang energy, rambut rontok, intoleransi dingin,
berat badan naik, konstipasi, kulit kering dan dingin, suara parau, serta lamban
dalam berpikir.
Adapun menurut Tarwoto (2012), manifestasi klinis dari struma ada
beberapa, yaitu:
1) Adanya pembesaran kelenjar tiroid
2) Pembesaran kelenjar limfe
3) Nyeri tekan pada kelenjar tiroid
4) Kesulitan menelan
5) Kesulitan bernafas

8
6) Kesulitan dalam bicara
7) Gangguan bodi image
2.1.6 Komplikasi
Menurut Brunner & Suddarth (2013), ada beberapa komplikasi dari
struma, yaitu :
1) Penyakit jantung hipertiroid
Gangguan pada jantung ini, terjadi akibat dari rangsangan yang
berlebihan pada jantung oleh hormon tiroid yang menyebabkan
konraktilitas jantung meningkat. Sehingga terjadi takikardi sampai
dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pasien dengan usia diatas 50
tahun, akan cenderung mendapatkan komplikasi paya jantung.
2) Ovtalmopati graves
Ovtalmopati graves ini seperti eksoftalmus, terjadi penonjolan mata
dengan diplopa, aliran air mata yang berlebihan, serta peningkatan foto
fobia dapat mengganggu kualitas hidup pasien, sehingga aktifitas rutin
pasien terganggu.
3) Dermopati graves
Dermopati tiroid adalah penebalan kulit, terutama kulit dibagian atas
tibia bawah (miksedema pretibia), yang disebabkan oleh
glikosaminoglikans. Kulit sangat menebal dan tidak dapat dicubit.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Luh (2015), ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan untuk pemeriksaan struma nodusa, yaitu sebaga berikut :
1) Pemeriksaan Laboratorium
(1) Pemeriksaan T4 total dilakukan pada semua penderita penyakit tiroid.
Adapun kadar normal pada orang dewasa 60-150 nmol/L atau 50-120
mg/dL. T3 sangat membantu untuk mengetahui hipertiroidisme, kadar
normalnya pada orang dewasa antara 1,0-2,6 nmol/L atau 0,65-1,7
ng/dL. TSH sangat membantu untuk mengetahui hipotiroidisme
primer dimana biasanya basal TSH akan meningkat hingga 6 mU/L,
terkadang meningkat sampai 3 kali batas normal.

9
(2) Pemeriksaan untuk menunjukkan penyebab gangguan tiroid.
Antibodi terhadap macam - macam antigen tiroid ditemukan pada
serum penderita dengan penyakit tiroid autoimun :
1) Antibodi tiroglobulin.
2) Antibodi microsomal.
3) Antibodi antigen koloid ke dua (CA2 antibodies).
4) Antibodi permukaan sel (cell surface antibody).
5) Thyroid stimulating hormone antibody (TSA) .
6) Sidik (scanning) tiroid .
Memakai uptake I yang didistribusikan ke tiroid untuk menentukan fungsi
tiroid, normalnya uptake bernilai 15-40 % dalam 24 jam. Bila uptakenya lebih
dari batas normal disebut hot area, sedangkan jika uptakenya kurang dari batas
normal disebut cold area (pada neoplasma).
2) Ultrasonography (USG)
Pemeriksaan ultrasonography ini untuk menentukan isi nodul apakah
berupa cairan atau padat. Selain itu juga digunakan untuk membedakan antara
nodul solid dan kistik. Bila hasil USG memberikan gambaran nodul solid (padat)
maka selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan scanning tiroid.
(1) Radiologi
1) Pemeriksaan thorax untuk mengetahui adanya deviasi trakea,
retrosternal struma, coin lesion (papiler), cloudy (folikuler).
2) Pemeriksaan leher AP lateral untuk evaluasi jalan nafas untuk intubasi
pembiusan.
(2) Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan biopsi jaringan dilakukan jika masih belum dapat
ditentukan diagnosis, jenis kelainan jinak atau ganas. Pemeriksaan patologi
anatomi merupakan standar baku untuk sel tiroid dan memiliki nilai akurasi
paling tinggi. Pengerjaan dengan teknik Biopsi Aspirasi dengan Jarum Halus
atau Fine Needle Aspiration Biopsi (BAJAH/FNAB) harus dilakukan oleh
operator yang sudah berpengalaman. Di tangan operator yang terampil, bajah
dapat menjadi metode yang efektif untuk membedakan jinak atau ganas pada

10
nodul soliter atau nodul dominan dalam struma multinodular. Bajah
mempunyai sensitivitas sebesar 83% dan spesifitas 92%. Bila bajah
dikerjakan dengan baik maka akan menghasilkan angka negatif palsu kurang
dari 5% dan angka positif palsu hampir mendekati 1%.
(3) Terapi Supresi Tiroksin
Salah satu cara meminimalisasi hasil negatif palsu pada BAJAH ialah
dengan terapi supresi TSH dengan tiroksin.
2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Oetomo (2013), penatalaksanaan pada penyakit struma nodusa
ada beberapa, yaitu adalah sebagai berikut :
1) Pembedahan
Operasi tiroid atau tiroidektomi merupakan operasi bersih dan
tergolong operasi besar. Untuk berapa luas kelenjar tiroid yang akan diambil
tergantung dari patologinya serta ada atau tidaknya penyebaran dari penyakit
karsinoma. Ada 6 macam proses pembedahan yang dilakukan, yaitu :
(1) Lobektomi subtotal, pengangkatan pada sebagian lobus tiroid yang
mengandung jaringan patologis.
(2) Lobektomi total (hemitiriodektomi = ismilobektomi), merupakan
pengangkatan pada satu sisi lobus tiroid.
(3) Strumektomi (Tiroidektomi subtotal), merupakan pengangkatan pada
sebagaian kelenjar tiroid yang mengandung jaringan patologis, meliputi
kedua lobus tiroid.
(4) Tiroidektomi near total, yaitu pengangkatan pada seluru lobus tiroid
patologis berikut dengan sebagian besar lobus tiroid kontralateralnya
(5) Operasi-operasi yang sifatnya “extended” yaitu :
1) Tiroidektomi total + laringektomi total.
2) Tiroidektomi total + reseksi trakea.
3) Tiroidektomi total + sternotomy.
4) Tiroidektomi total + FND (functional neck dissection) atau RND
(radial neck dissection).
(6) Konservatif/medikamentosa
1) Struma non toksik : iodium dan ekstrak tiroid 20-30 mg/dl.

11
2) Struma toksik :
(1) Bed rest.
(2) Propilthiouracil (PTU) 100-200 mg. PTU merupakan obat anti-
tiroid yang bekerjanya dengan prevensi pada sintesis dan akhir
dari tiroksin. Obat ini bekerja untuk mencegah produksi tiroksin
(T4). Diberikan dosis 3x 100 mg/hari tiap 8 jam sampai tercapai
eutiroid. Bila telah menjadi eutiroid dilanjutkan dengan dosis
maintenance 2 x 5 mg/hari selama 12-18 bulan.
(3) Lugol 5 – 10 tetes. Obat ini membantu untuk mengubah menjadi
tiroksin dan mengurangi vaskularisasi serta kerapuhan kelenjar
tiroid. Digunakan 10-21 hari sebelum operasi. Namun sekarang
sudah tidak digunakan lagi dikarenakan propanolol lebih baik
dalam mengurangi vaskularisasi dan kerapuhan kelenjar. Dosis
yang diberikan 3 x 5-10 mg/hari selama 14 hari.
2) Radioterapi
Menggunakan Iodium, biasanya diberikan pada pasien yang telah
diterapi dengan obat anti-tiroid dan telah menjadi eutiroid. Indikasi
radioterapi adalah pasien pada awal penyakit atau pasien dengan resiko
tinggi untuk operasi dan untuk pasien dengan hipotiroid rekuren. Untuk
kontraindikasinya pada wanita hamil dan anak-anak.

12
2.1.9 Penyimpangan KDM

Defisiensi iodium Kelainan metab. Penghambat sintesa hormon


kongenital oleh zat kimia oleh obat

Struma nodusa non


toksik

Strumectomi
(Tindakan pembedahan)

Resiko cedera pada Terputusnya Cedera pita suara


trakea kontinuitas jaringan
Gangguan fungsi suara
Kemungkinan Pelepasan neurotransmitter
terjadinya perdarahan mediator kimi (bradykinin,
serotonin, prostaglandin dan Gangguan komunikasi
histamin) verbal
Resiko terjadi obstruksi
Merangsang ujung-
Bersihan jalan napas ujung saraf tepi Kurang informasi
tidak efektif tentang penyakit
Dihantarkan ke
hypothalamus dan
korteks cerebri Defisit pengetahuan
Manipulasi pada
tindakan
Nyeri Akut
strumectomi
subtotal

Resiko peningkatan
Resiko krisis tiroid
pengeluaran hormon tiroid

Resiko terjadinya miedema

Kemunduran proses metabolik

Resiko cedera

13
Bagan : 2.2 Penyimpangan KDM Struma Nodusa (Fionarilian, 2014).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses pengumpulan data atau informasi
secara sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi serta mengidentifikasi
status kesehatan pasien. Tahap pengkajian adala dasar utama dalam memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu (pasien). Oleh sebab
itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap dan sesuai dengan kenyataan sangat
penting dalam merumuskan diagnosa keperawatan serta dalam memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai dengan respon individu, sebagaimana yang telah
ditentukan dalam standar praktik keperawatan dari American Nursing Association
(ANA) (Tarwoto, 2013).
Menurut Doenges, Moorhouse, & Geissler (2014), dasar data pengkajian
pada klien yang mengalami Post Op Struma Nodusa adalah sebagai berikut :
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan
koordinasi, kelelahan berat.
Tanda : atrofi otot.
2) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda : Disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
tekanan darah dengan nada yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi
kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).
3) Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feses: diare.
4) Integritas ego
Gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik.
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.
5) Makanan/cairan
Gejala : kehilangan berat badan yang mendadak, napsu makan meningkat,
makan banyak, makannya sering, kehausan. Mual dan muntah.

14
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non-pitting terutama daerah
pretibial.
6) Neurosensori
Gejala : bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku
seperti; bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang. Delirium psikosis,
stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian
tersentak-sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri ortobital, fotofobia.
8) Pernapasan
Tanda : frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dyspnea, edema paru
(pada krisis tirotoksikosis).
9) Keamanan
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan).
Tanda : suhu meningkat diatas 37,4ºC, diaphoresis, kulit halus, hangat dan
kemerahan, rambut tipis, mengkilat, dan lurus, eksoftalmus: retraksi, iritasi
pada konjungtiva dan berair. Pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada
pretibial) yang menjadi sangat parah.
10) Seksualitas
Tanda : penurunan libido, hipomenora, amenorea, dan impoten.
11) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid. Riwayat
hipotiroidisme, terapi hormone tiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan
terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian.
Riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan
jantung atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi (pneumonia),
trauma, pemeriksaan ronsen foto dengan zat kontras.
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien dengan kasus Post
OP Struma Nodusa, menurut Doenges, Moorhouse, & Geissler (2014), yaitu :

15
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas, hipersekresi jalan napas, disfungsi neuromuskuler, benda asing
dalam jalan napas, disfungsi neuromuskuler, adanya jalan napas buatan,
sekresi yang tertahan, hyperplasia dinding jalan napas, proses infeksi,
respon alergi, efek agen farmakologis.
2) Risiko cedera berhubungan dengan terpapar pathogen, terpapar zat kimia
toksik, terpapar agen nosokomial, ketidakamanan transportasi.
3) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
serebral, gangguan muskuler, gangguan pendengaran, gangguan
muskuloskeletal, kelainan palatum, hambatan fisik (mis. Terpasang
trakheostomi, intubasi, krikotiroidektomi), hambatan individu (mis.
Ketakutan, kecemasan, merasa malu, emosional, kurang privasi),
hambatan psikologis (mis. Gangguan psikotik, gangguan konsep diri,
harga diri rendah, gangguan emosional), hambatan lingkungan (mis.
Ketidakcukupan informasi, ketiadaan orang terdekat, ketidaksesuaian
budaya, bahasa asing).
4) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis.
Inflamasi, iskemia, neoplasma), agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar,
bahan kimia iritan), agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan
fisik berlebihan).
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar
informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat,
ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
2.2.3 Intervensi keperawatan
Menurut Tarwoto (2013), rencana keperawatan meliputi pengembangan
strategi desain untuk mencegah, mengurangi, mengoreksi masalah-masalah yang
sudah diidentifikasikan pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah
menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan perencanaan dokumentasi.
Secara sederhana, rencana keperawatan adalah sebagai suatu dokumen tulisan
tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi keperawatan.

16
Menurut Doenges, Moorhouse, & Geissler (2014), rencana keperawatan
pada pasien yang mengalami Post OP Struma Nodusa berdasarkan diagnosa
keperawatan yangterdiri dari :
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas, hipersekresi jalan napas, disfungsi neuromuskuler, benda asing
dalam jalan napas, disfungsi neuromuskuler, adanya jalan napas buatan,
sekresi yang tertahan, hyperplasia dinding jalan napas, proses infeksi,
respon alergi, efek agen farmakologis.
Hasil yang diharapkan :
(1) Mempertahankan jalan napas paten.
(2) Aspirasi dicegah.
Intervensi Keperawatan :
1) Pantau frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kerja pernapasan.
Rasional : pernapasan secara normal kadang-kadang cepat, tetapi
berkembangnya distress pada pernapasan merupakan indikasi
kompresi trakea karena edema atau perdarahan.
2) Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronki.
Rasional : ronki merupakan indikasi adanya obstruksi/spasme
laringeal yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat.
3) Kaji adanya dyspnea, stridor, “berkokok” dan sianosis. Perhatikan
kualitas suara.
Rasional : indikator obstruksi trakea/spasme laring yang
membutuhkan evaluasi dan intervensi segera.
4) Selidiki keluhan kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral.
Rasional : merupakan indikasi edema/perdarahan yang membeku
pada jaringan sekitar daerah operasi.
5) Lakukan penilaian ulang terhadap balutan secara teratur, terutama
bagian posterior.
Rasional : jika terjadi perdarahan, balutan bagian anterior mungkin
akan tampak kering karena darah tertampung/terkumpul pada daerah
yang tergantung.
6) Berikan inhalasi uap, udara ruangan yang lembab.

17
Rasional : menurunkan rasa tidak nyaman karena sakit tenggorok dan
edema jaringan, dan meningkatkan pencernaan sekresi.
2) Risiko cedera berhubungan dengan terpapar pathogen, terpapar zat kimia
toksik, terpapar agen nosokomial, ketidakamanan transportasi.
Hasil yang diharapkan :
(1) Mendemonstrasikan takada cedera dengan komplikasi
minimal/terkontrol.
Intervensi Keperawatan :
1) Pantau tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh, takikardia
(140-200/menit), disritmia, distress pernapasan, sianosis
(berkembangnya edema paru/GJK).
Rasional : manipulasi kelenjar selama tiroidektomi subtotal dapat
mengakibatkan peningkatan pengeluaran hormone yang menyebabkan
krisi tiroid.
2) Pertahankan penghalang tempat tidur terpasang/diberi bantalan, tempat
tidur pada posisi yang rendah dan jalan napas buatan didekat pasien.
Hindari penggunaan restrein.
Rasional : menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi
kejang.
3) Pantau kadar kalsium darah.
Rasional : pasien dengan kadar kalsium kurang dari 7,5/100ml secara
umum membutuhkan terapi pengganti.
4) Berikan obat sesuai dengan indikasi: kalsium (glukonat, laktat).
Rasional : untuk memperbaiki kekurangan yang biasanya sementara
tetapi mungkin juga menjadi permanen. Catatan: gunakan dengan
berhati-hati pada pasien pengguna digitalis karena kalsium
meningkatkan sensitivitas terhadap digitalis, yang berpotensi
menimbulkan toksik.
3) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
serebral, gangguan muskuler, gangguan pendengaran, gangguan
muskuloskeletal, kelainan palatum, hambatan fisik (mis. Terpasang
trakheostomi, intubasi, krikotiroidektomi), hambatan individu (mis.

18
Ketakutan, kecemasan, merasa malu, emosional, kurang privasi),
hambatan psikologis (mis. Gangguan psikotik, gangguan konsep diri,
harga diri rendah, gangguan emosional), hambatan lingkungan (mis.
Ketidakcukupan informasi, ketiadaan orang terdekat, ketidaksesuaian
budaya, bahasa asing).
Hasil yang diharapkan :
(1) Mampu menciptakan metode komunikasi di mana kebutuhan dapat
dipahami
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji fungsi bicara secara periodik, anjurkan untuk tidak berbicara terus
menerus.
Rasional : suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau
kerusakan karena pembedahan pada saraf laringeal dan berakhir dalam
beberapa hari. Kerusakan saraf permanen dapat terjadi (jarang) yang
menyebabkan paralisis, pita suara dan/atau penekanan pada trakea.
2) Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya
memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”.
Rasional : menurunkan kebutuhan berespons, mengurangi bicara.
3) Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin. Kunjungi pasien secara teratur.
Rasional : menurunkan ansietas dan kebutuhan pasien untuk
berkomunikasi.
4) Pertahankan lingkungan yang tenang.
Rasional : meningkatkan kemampuan mendengarkan komunikasi
perlahan dan menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan pasien
untuk dapat didengarkan.
4) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi,
iskemia, neoplasma), agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia
iritan), agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
Hasil yang diharapkan :
(1) Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.

19
(2) Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan yang tepat terhadap situasi.

Intervensi Keperawatan :
1) Kaji tanda-tanda adanya nyeri, baik verbal maupun nonverbal, catat
lokasi, intensitas (skala 0-10), dan lamanya.
Rasional : bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan
pilihan intervensi, menetukan efektivitas terapi.
2) Letakkan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala/leher
dengan bantal pasir atau bantal kecil.
Rasional : mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas
garis jahitan.
3) Pertahankan bel pemanggil dan barang yang sering digunakan dalam
jangkauan yang mudah.
Rasional : membatasi ketegangan, nyeri otot pada daerah operasi.
4) Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti
imajinasi, musik yang lembut, relaksasi progresif.
Rasional : membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan
membantu pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman.
5) Berikan obat analgetik dan/atau analgetik sprei tenggorok sesuai
dengan kebutuhannya.
Rasional : menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman, meningkatkan
istirahat.
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, gangguan
fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi,
kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat, ketidaktahuan
menemukan sumber informasi.
Hasil yang diharapkan :
(1) Mengatakan pengertiannya tentang prosedur pembedahan dan
penanganannya.
(2) Berpartisipasi dalam program pengobatan.

20
(3) Melakukan perubahan gaya hidup yang perlu.

Intervensi Keperawatan :
1) Tinjau ulang prosedur pembedahan dan harapan selanjutnya.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat keputusan berdasarkan informasi.
2) Diskusikan kebutuhan diet yang seimbang, diet bergizi dan bila tepat
mencakup garam beriodium.
Rasional : meningkatkan proses penyembuan dan membantu pasien
untuk mempertahankan/meningkatkan kembali berat badan yang
sesuai. Penggunaan garam beriodium seringkali cukup untuk
memenuhi kebutuhan akan iodium kecuali jika garam dibatasi karena
masalah perawatan kesehatan yang lain seperti GJK.
3) Identifikasi makanan tinggi kalsium (mis, kuning telur, hati).
Rasional : memaksimalkan suplai dan absorpsi kalsium jika fungsi
kelenjar paratiroid terganggu (rusak).
4) Dorong program latihan umum progresif.
Rasional : pada pasien dengan tiroidektomi subtotal, latihan dapat
menstimulasi kelenjar tiroid dan produksi hormone yang memfasilitasi
pemulihan kesejahteraan.
5) Tinjau ulang latihan pascaoperasi yang dilakukan setelah
penyembuhan luka, (mis. Fleksi, ekstensi, rotasi dan pergerakan lateral
dari kepala dan leher).
Rasional : latihan rentang gerak yang teratur meningkatkan kekuatan
otot leher, meningkatkan sirkulasi, dan proses penyembuhan.
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap rencana keperawatan. Intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan,

21
tindakan untuk memperbaiki kondisi klien, pendidikan kesehatan untuk klien dan
keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar
sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus memiliki kemampuan yang
kognitif atau intelektual, kemampuan dalam interpersonal, dan keterampilan
dalam melakukan tindakan keperawatan. Proses pelaksanaan implementasi
berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi, serta kegiatan komunikasi
(Nurcholis, 2014).
Menurut Tarwoto (2013), implementasi adalah pelaksanaan dari rencana
intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai
setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing oreder untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
dan memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi
dalam implementasi asuhan keperawatan. Selama tahap implementasi, perawat
terus melakukan pengumpulan data dan memiliki asuhan keperawatan yang paling
sesuai dengan kebutuhan klien.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi,
dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
“kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan dan
implementasi (Doenges, 2014).
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
perbandingannya secara sitematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat ditahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dilakukan oleh klien dan tenaga kesehatan (Nolin F,
2013).

22
BAB 3

LAPORAN KASUS

Dalam bab ini membahas hasil dari pelaksanaan asuhan keperawatan Ny. J
di Ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan dengan masalah utama Post
OP Struma Nodusa. Penulis melaksanakan proses asuhan keperawatan ini mulai
tanggal 12 April 2021 sampai dengan 14 April 2021. Pada pelaksanaan asuhan
keperawatan terdiri dari lima yaitu, pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan
tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas pasien
Pasien atas nama Ny. J lahir pada tanggal 25 November tahun 1969, saat ini
berusia 51 tahun dengan jenis kelamin perempuan. Pasien sudah menikah,
beragama islam, pendidikan terakhir Sekolah Dasar, dan pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga. Ny. J tinggal di alamat Jalan Aki Balak, RT.67. Masuk Rumah
Sakit pada hari Kamis, 8 April 2021 dan dilakukan pengkajian pada hari Rabu, 12
April 2021 dengan diagnosa medik Post Op Struma Nodusa.
3.1.2 Alasan masuk rumah sakit
Pasien mengatakan diantar ke rumah sakit karena dijadwalkan untuk operasi
benjolan yang terdapat di leher pasien.
3.1.3 Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi di leher dan nyeri pada kepala
sebelah kanan
3.1.4 Riwayat keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di leher, nyeri seperti
tertusuk-tusuk, skala nyeri 3, pasien mengatakan nyeri hilang timbul dengan
durasi nyeri 15-30 menit, pasien mengatakan apabila kepala miring kekiri atau
kekanan luka bekas operasi terasa nyeri dan tidak terasa nyeri apabila pasien tidak
terlalu banyak bergerak. Terdapat luka post op thyroidectomy, kondisi balutan
sedikit tidak bersih, balutan kasa, luka jahitan 5-6 cm. Pasien mengatakan nyeri
kepala sebelah kanan, pasien mengatakan nyeri kepalanya seperti tertusuk-tusuk

23
dan seperti dibor skala nyeri 5, pasien mengatakan nyeri terasa terus menerus
mulai jam 3 subuh sampai dengan sekarang jam 11.30 siang. Pasien mengatakan
apabila kepala miring kekiri dan kekanan kepala terasa sangat nyeri dan tidak
nyeri apabila pasien tidak banyak bergerak. Pasien tampak meringis kesakitan.
3.1.5 Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 April 2021, pasien
mengatakan kurang lebih 6 bulan lalu mengalami benjolan kecil pada leher dan
tidak terasa nyeri, pasien sempat datang ke puskesmas untuk memeriksakan
kesehatannya.,dan pasien memutuskan untuk memeriksakan kerumah sakit pada
tanggal 7 April 2021 di poli dikarenakan benjolan yang dialami mulai bertambah
besar. Kemudian pasien ke rumah sakit pada tanggal 08 April 2021 dikarenakan
pasien dijadwalkan operasi struma nodusa. Kemudian pada tanggal 12 April
pasien kembali ke ruang rawat inap Cemara.
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan nyeri pada luka bekas
operasi di leher, nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 3, terdapat luka post op
thyroidectomy, kondisi balutan sedikit tidak bersih, balutan kasa, luka jahitan 5-6
cm, pasien mengatakan nyeri hilang timbul dengan durasi nyeri 15-30 menit.
Pasien mengatakan apabila kepala miring kekiri atau kekanan luka bekas operasi
terasa nyeri dan tidak terasa nyeri apabila pasien tidak terlalu banyak bergerak.
Pasien demengatakan nyeri kepala sebelah kanan, nyeri kepalanya seperti
tertusuk-tusuk dan seperti di bor skala nyeri 5, pasien mengatakan nyeri terasa
terus menerus mulai jam 3 subuh sampai dengan sekarang jam 11.30 siang. Pasien
mengatakan apabila kepala miring kekiri dan kekanan kepala terasa sangat nyeri
dan bertambah nyeri apabila pasien duduk, tidak nyeri apabila pasien tidak banyak
bergerak dan tidur terlentang. Pasien tampak meringis kesakitan. Pasien
mengatakan yang paling mengganggu sekarang adalah nyeri pada kepala bagian
sebelah kanan dan pasien mengatakan pengelihatan pada mata sebelah kanan nya
buram, pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri kepala, pasien tampak lemas,
pasien tampak mengantuk. Pasien mengatakan ia merasa cemas karena mata
sebelah kanan nya tiba-tiba buram dan nyeri kepalanya tidak berkurang, pasien
tampak cemas, pasien tampak meringis kesakitan. Pasien mengatakan merasa

24
lemah untuk bergerak dan sakit kepalanya bertambah apabila pasien duduk, pasien
tampak lemah untuk bergerak, pasien tampak hanya berbaring, pasien terpasang
kateter.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan memiliki Riwayat operasi yaitu operasi batu empedu
pada tahun 2017, pasien mengatakan memiliki Riwayat hipertensi namun pasien
tidak minum obat rutin dan jarang pergi kontrol.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada penyakit keturunan.
Genogram

X X X X

? ?
X X ? ? ?

53 51 49 45

Keterangan :
: perempuan
: laki-laki
X : meninggal
? : umur tidak diketahui
: pasien
: tinggal serumah

25
Bagan 3.1 Genogram 3 generasi Ny. J

Kesimpulan :

1. Pasien berada di garis keturunan kenerasi ketiga


2. Pasien anak ke 2 dari 4 bersaudara
3. Kedua orang tua pasien telah meninggal
4. Tidak ada penyakit keturunan atau degeneratif di keluarga nya, tidak ada
keluarga pasien yang memiliki riwayat hipertensi, asma dan tidak ada
keluarga pasien yang mengalami penyakit TBC
5. Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami atau riwayat penyakit
gangguan kejiwaan.
3.1.6 Riwayat psikososial
Pasien berharap dirinya cepat sembuh dan sakit kepalanya berkurang serta
bisa segera pulang kerumah. Pasien mengatakan kondisi dirinya kurang baik.
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya sangat baik. Pasien mengatakan
keadaan ekonomi dalam keluarganya dapat memenuhi kebutuhan hidup. Pasien
Mengatakan hubungan dengan tetangganya terjalin baik. Pasien mengatakan
sering ikut kegiatan pengajian. Pasien berharap setelah di lakukan perawatan,
dirinya bisa segera sembuh dan bisa pulang ke rumah.
3.1.7 Riwayat spiritual
Pasien mengatakan ia beragama Islam, dan percaya dengan agama yang di
jalankannya, pasien mengatakan sering melakukan sholat di rumah dan pergi ke
pengajian.
3.1.8 Aktivitas sehari-sehari
1) Nutrisi
Pasien mengatakan selera makan pasien baik, makan 2-3 kali sehari.
Pasien mengatakan makan dalam satu porsi dihabiskan, pasien mengatakan
sebelum sakit pasien suka makan ikan terkadang juga makan sayur-sauran masak.
Pasien mengatakan sebelum sakit makan yang disukai semua jenis menu makanan
namun lebih menyukai makanan olahan ikan. Pasien mengatakan tidak ada
makanan pantangan sebelum sakit. Pasien mengatakan tidak ada pembatasan pola
makan, pasien mengatakan sebelum sakit klien makan sendiri. Pasien mengatakan
sebelum makan selalu membaca doa.

26
Pasien mengatakan selama sakit nafsu makan tetap baik, makan yang
disediakan oleh rumah sakit di habiskan secara perlahan. Pasien mengatakan
selama sakit hanya makan bubur, pasien mengatakan selama sakit makannya tetap
dihabiskan dengan perlahan-lahan. Pasien mengatakan menyukai semua makanan,
namun selama sakit pasien hanya makan makanan yang disediakan oleh rumah
sakit. Selama sakit pasien mengatakakan bahwa dia dianjurkan mengurangi
mengkonsumsi makanan yang mengandung garam yang berlebih. Pasien
mengatakan tidak ada pembatasan pola makan hanya saya di anjurkan untuk tidak
makan makanan yang mengandung garam berlebih. Pasien mengatakan selama
sakit dan dirawat dirumah sakit pasien makan dibantu anaknya. Pasien
mengatakan sebelum makan selalu membaca doa. Pasien mengatakan tidak
merasa mual dan tidak pernah muntah selama dirawat di rumah sakit.
2) Cairan
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien kadang minum teh dan sering
minum air putih. Pasien mengatakan sebelum sakit pasien meminum air putih
sehari bisa mengahabiskan 3-6 gelas. Pasien mengatakan kebutuhan cairan pasien
sesuai dengan kegiatan yang pasien kerjakan. Pasien mengatakan minum melalui
mulut.
Selama sakit pasien mengatakan hanya dianjurkan untuk minum air putih.
Selama sakit pasien mengatakan minum air putih dalam sehari biasa 2-3 gelas.
Kebutuhan cairan pasien RL : D5% 2:2 20 tpm. Cara pemberian cairan via oral
dan via intra vena
3) Eliminasi (BAB & BAK)
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB & BAK di wc secara
mandiri. Pasien mengatakan BAB lancar setiap pagi hari dan BAK dalam sehari
bisa 5-7 kali. Pasien mengatakan sebelum sakit warna urine kuning bening dan
tidak ada rasa sakit pada saat BAK. Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan
saat BAB dan BAK.
Selama sakit pasien mengatakan jarang BAB dan BAK, pasien
menggunakan kateter. Selama sakit pasien mengatakan jarang BAB dan terakhir
BAB saat di ruang ICU. Selama sakit pasien menggunakan kateter, warna urin
kuning jernih, urine bag terisi 1200 cc. Selama sakit pasien mengatakan tidak bisa

27
BAB karenan pasien hanya mau BAB di WC dan pasien megatakan takut untuk
BAB karena menggunakan kateter.
4) Istirahat tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit jarang tidur siang karena tidak biasa
tidur siang. Pasien mengatakan sebelum sakit tidur klien teratur, 6-8 jam sehari.
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien biasa tidur jam 21.00 atau jam 23.00.
Pasien mengatakan sebelum tidur biasanya membaca doa terlebih dulu. Pasien
mengatakan sebelum sakit pasien tidak mengalami kesulitan tidur.
Pasien mengatakan selama sakit klien susah tidur, tidur siang maupun tidur
malam. Pasien mengatakan tidur malam hanya 4-5 jam saja. Selama sakit pasien
mengatakan pola tidur tidak teratur, pasien sulit untuk tidur. Selama sakit pasien
hanya menutup mata namun susah untuk tidur karena sakit pada kepala. Pasien
mengatakan sering merasa ngatuk. Selama sakit pasien mengatakan pasien sulit
tidur karena nyeri kepala. Pasien terlihat sering menguap dan menutup mata
namun tidak tidur.
5) Olahraga
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien jarang berolahraga dan hanya di
rumah. Pasien mengatakan sebelum sakit pasien biasanya bergerak di dalam
rumah seperti menyapu, masak. Pasien mengatakan sebelum sakit jika sehabis
olahraga ia merasa badan nya ringan di gerakkan.
Selama sakit pasien hanya terbaring lemah. Selama pasien sakit pasien
tidak bisa berolahraga karena nyeri kepala dan terpasang kateter. Selama sakit
pasien hanya terbaring lemah dan kadang duduk.
6) Personal Hygiene
Klien mengatakan sebelum sakit pasien selalu mandi 2x sehari, pasien
selalu mandi sendiri di kamar mandi. Selama sakit pasien mengatakan tidak
pernah mandi karna pasien tidak bisa bangun dari tempat tidur, pasien hanya
diseka oleh keluarganya di tempat tidur. Pasien mengatakan sebelum sakit pasien
keramas 2 hari sekali dan pasien bisa keramas sendiri.
Selama sakit pasien mengatakan tidak pernah mencuci rambut dikarnakan
pasien tidak bisa bangun dari tempat tidur. Pasien mengatakan sebelum sakit rutin
mengguting kuku sendiri seminggu sekali. Selama sakit pasien mengatakan belum

28
ada menggunting kuku karena kukunya masih pendek, kuku pasien tampak
pendek dan bersih. Pasien mengatakan sebelum sakit pasien menggosok sendiri
gigi 3x sehari. Selama sakit pasien mengatakan belum pernah menyikat gigi. Gigi
pasien tampak kotor.
7) Aktivitas/mobilitas fisik
Pasien mengatakan sebelum sakit selalu melakukan aktivitas setiap hari di
dalam rumah kadang pergi ke pengajian. Selama sakit pasien mengatakan tidak
bisa beraktivitas karena sakit kepala dan terpasang kateter dan merasa lemas.
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien bisa berjalan sendiri tanpa bantuan alat
atau orang lain.
Selama sakit pasien mengatakan masih dapat bergerak namun dengan
bantuan anaknya ketika ingin duduk. Pasien mengatakan sebelum sakit pasien
tidak merasakan adanya kesulitan menggerakkan bagian tubuhnya. Saat sakit
pasien mengatakan tidak bisa duduk lama karena sakit kepala dan tidak bisa bebas
menggerakkan leher nya, pasien dapat menggerakkan leher secara perlahan
8) Rekreasi
Klien mengatakan sebelum sakit jka ada waktu luang ia hanya beristirahat
di rumah kadang pergi jalan ke pengajian.
Selama sakit pasien hanya terbaring lemas tempat tidur. Pasien
mengatakan sebelum sakit sering berkumpul dengan keluarganya di rumah.
Selama sakit pasien hanya terbaring lemas dan tidak bisa liburan
3.1.9 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum klien : Compos Mentis
2) Tanda-tanda vital :
TD : 174 / 96 mmHg
Nadi : 73x/menit
RR : 19 x/menit
S : 36,6 ◦C

29
3) Antopometri :
TB : 153 cm
Kesimpulan : Dari hasil
BB : 51 kg
perhitungan IMT klien termasuk
IMT = Berat Badan (kg)
ke dalam kategori berat badan
Tinggi Badan (m2)
normal
= 51 kg = 21,79
1,53 x 1,53 m
4) Sistem pernafasan :
(1) Hidung : hidung pasien simetris kanan dan kiri, tidak terdapat
pernafasan cuping hidung, tidak terdapat secret dan terdapat rambut
silia, tidak ada polip dan tidak epitaksis
(2) Leher : terdapat luka post op thyroidectomy, kondisi balutan
sedikit tidak bersih, balutan kasa, luka jahitan 5-6 cm, nadi carotis
teraba, tidak ada penonjolan vena jugularis
(3) Dada :
▪ Inspeksi : bentuk dada normal tidak terdapat lesi dan tidak
terdapat memar, pergerakan dinding dada simetris, retraksi
dinding dada normal, pernapasan klien tidak menggunakan
otot bantu pernapasan, perbandingan ukuran antara anterior-
posterior yaitu 2:1
▪ Palpasi : saat dilakukan taktil premitus terdapat getaran
▪ Perkusi : tidak terdapat pembesaran jantung, suara paru
terdengar sonor
▪ Auskultasi : tidak ada suara napas tambahan
5) Sistem kardiovaskuler :
(1) Konjungtiva : Tidak anemis
(2) Bibir : pucat dan mukosa bibir kering
(3) Arteri carotis : teraba kuat ICS kiri V
(4) Tekanan vena jugularis : tidak meninggi
(5) Suara jantung : bunyi jantung normal, terdengar
jelas S1 tertutupnya katup mitral dan trikuspid (terletak di ICS
2-3) dan terdengar jelas S2 tertutupnya katup aorta dan pulmonal

30
(terletak di ICS 4-5). Ictus cordis pada ICS 5 line medioclavicu
aritis kiri
(6) CRT 3 detik
6) Sistem pencernaan :
(1) Sklera : tidak ikterik
(2) Bibir : pucat dan mukosa bibir kering
(3) Mulut : jumlah gigi lengkap dan kemampuan menelan baik
(4) Gaster : bising usus 13x/menit
(5) Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati,
limfa dan ginjal, terdapat bekas luka batu empedu
(6) Anus : tidak dilakukan pengkajian
7) Sistem penginderaan :
(1) Mata : Tidak ada pembengkakan kelopak mata,
penyebaran bulu mata merata, klien tidak menggunakan kacamata,
klien mengatakan pengelihatan sebelah kanannya kabur mulai
tanggal 13 April 2021
(2) Hidung : Fungsi penciuman normal, tidak ada sputum,
terdapat sekret, terdapat silia
(3) Telinga : Keadaan daun telinga sinistra dan dekstra simetris,
tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik
8) Sistem persyarafan :
1) Fungsi cerebral : Pasien masih dapat mengingat kejadian
sebelumnya dengan baik
2) Status mental : orientasi baik, daya ingat baik, perhatian dan
perhitungan baik, berbicara menggunakan bahasa indonesia
3) Tingkat kesadaran : composmentis GCS : 15, E : 4, V : 5, M : 6
4) Fungsi Cranial :
(1) N.I (olfaktori) Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman. Klien
dapat membedakan aroma fresh care dan aroma minyak kayu
putih

31
(2) N.II (optikus) Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan pasien
mengatakan mata kanan nya mulai kabur pada tanggal 13 April
2021
(3) N.III (okulomotorius) Fungsi: saraf motorik, respon pupil mata
isokor.
(4) N.IV (trokhlearis) Fungsi: saraf motorik, untuk pergerakan bola
mata: Pasien dapat menggerakkan bola mata ke segala arah.
(5) N.V (trigeminus) Fungsi: saraf motorik, gerakan rahang, sensasi
wajah, lidah dan gigi, refleks korenea dan refleks kedip:
Klien dapat membuka mulut dengan lebar, pasien dapat menutup
mulut, pasien dapat mengunyah dengan perlahan dan dapat
menggerakkan rahang ke bawah. Terdapat reflex kedip pada saat
menyentuh korena mata menggunakan kapas. Dan pasien dapat
merasakan sensasi sentuhan di wajah
(6) N.VI (abdusen) cara pemeriksaan sama dengan N.V
(trigeminius)
(7) N.VII (fasialis) Fungsi: saraf motorik, untuk ekspresi wajah :
Pasien dapat mengangkat alis, pasien dapat memejamkan mata,
pasien dapat mengkerutkan dahinya
(8) N.VIII (vestibulokokhlearis) Fungsi: saraf sensorik, untuk
pendengran dan keseimbangan : Pasien dapat mendegarkan
detak jam tangan
(9) N.IX (glosofaringeus) Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk
sensasi rasa : Pasien dapat membedakan rasa manis dan asam
(10) N .X (vagus) Fungsi: saraf sensorik dan motorik, refleks
muntah dan menelan : Tidak dilakukan pengkajian
(11) N.XI (asesorius) Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan
bahu
Pasien dapat mengangkat bahu.
(12) N.XII (hiplogosus) Fugsi: saraf motorik, untuk gerakan
lidah

32
Lidah simetris, pasien dapat menjulurkan lidah dan menarik
dengan cepat.
Fungsi sensorik : dapat merasakan sentuhan nyeri
9) Sistem Muskuloskeletal
(1) Kepala : bentuk kepala normosepali, tidak ada nyeri tekan
pada kepala, pergerakan kepala pasien terbatas karena terdapat luka
bekas post op thyroidectomy
(2) Vertebrae : tidak ada scoliosis, tidak ada kiposis, tidak ada
lordosis, pasien hanya dapat melakukan miring kanan dan kiri
ditempat tidur
(3) Lutut : tidak bengkak dan sedikit merasa kaku.
(4) Kaki : tidak ada pembengkakan kaki, tidak ada kekakuan
saat digerakkan, tidak ada nyeri saat digerakkan
(5) Tangan : tidak bengkak, mampu menggerakkan tangan,
gerakan ROM baik.
(6) Cara berdiri : pasien tidak dapat berdiri karena menggunakan
kateter
(7) Postur duduk : pasien tidak dapat duduk karena sakit kepala
(8) Sendi : tidak ada pembengkakan, tidak ada inflamasi, tidak
terdapat kekakuan sendi
10) Sistem Integumen
(1) Rambut : Warna hitam dan sebagian beruban
(2) Kulit : warna kulit sawo matang, kulit lembab, turgor kulit baik <1
detik
(3) Kuku : kuku warna putih, kuku kuat, bersih
11) Sistem Endokrin
(1) Kelenjar tiroid : terdapat luka bekas operasi yang dibalut bekas
pengangkatan pembesaran pada kelenjar tiroid ( thyroidectomy )
(2) Suhu tubuh seimbang dan tidak berkeringat berlebihan
12) Sistem Perkemihan

33
Pasien menggunakan kateter urine bag terisi 1200 cc. Pasien
mengatakan tidak ada masalah pada buang air kecil, hanya saja pasien
tidak bisa buang air kecil jika menggunakan pispot atau pampers.
13) Sistem Reproduksi
Tidak dilakukan pemeriksaan fisik reproduksi pada pasien
14) Sistem Imun
Pasien tidak memiliki alergi makanan ataupun alergi obat
3.1.10 Pemeriksaan Penunjang
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboatorium Ny. J

Pemeriksaan Hasil Nilai satuan Nilai rujukan Keterangan


Hema automatic 3 Diff/darah rutin
Hb ( HGB ) 12.8 g/dl L= 14-18, P= 12-16
Lekosit (WBC) 4.600 Ribu/cc 4.000 – 11.000
Eritrosit (RBC) 4.61 Juta/cc L= 2.5-6.5, P= 3.0-6.0
Trombosit (PLT) 263.000 Ribu/cc 150.000 - 450.000
Hit. Jenis : basofil - % 0 -1
Hit. Jenis : eosinofil - % 1–3
Hit. Jenis : neotrofil 57.1 % 50 – 70
Hit. Jenis : limfosit 38.7 % 20 – 40
Hit. Jenis : monosit 4.2 % 2–8
Tematokrit (HCT) 37.5 % L= 40-48, P= 37-43
MCV 81.5 Fl 82,9 – 92,9
MCH 27.7 Pg 27,0 – 33,0
MCHC 34.1 g/dl 30,1 – 38,1
Masa pembekuaan
Waktu pembekuan 8’00” Menit 6 – 12
(CT), metode
Lee/White
Masa perdarahaan
Waktu perdarahan 1’30” Menit 1-3
(BT), metode Duke
TSH
TSH 0,794 ulU/ml EUTHYROID 0.35-5.50
HYPERTIROID <0,35 ;
HYPOTIROID > 5,50
FT 3
FT 3 2.672 pg/ml 3.0 – 4.5
FT4
FT 4 10.03 pg/ml 9.0 – 18.0
Minggu, 11 April 2021

34
3.1.11 Terapi Saat Ini
1) Obat Oral
Tabel 3.2 tabel obat via oral
Nama Obat Dosis Jadwal Pemberian Rute Indikasi

Amlodipin 10 mg 12 April 2021 – 14 April Oral Untuk menurunkan tekanan


1x1 2021 (21.00 wita) darah tinggi.

Paracetamol 1000 12 April 2021 (18.00 wita Oral Meredakan gejala demam
mg & 24.00 wita) dan nyeri pada berbagai
4x2 13 April 2021 (06.00 wita penyakit seperti demam
& 12.00 wita) dengue, tifoid, dan infeksi
saluran kemih.
Candesartan 8 mg 12 April 2021 (10.00 wita) Oral Menangani hipertensi pada
1x1 13 April 2021 (07.00 wita) orang dewasa dan anak
14 April 2021 (07.00 wita) berusia ≥ 1tahun, serta
menangani gagal jantung
pada orang dewasa.
Ibuprofen 400 12 April 2021 (12.00 wita, Oral Meringankan nyeri ringan
mg 18.00 wita) sampai sedang antara lain
3x1 13 April 2021 (06.00 wita) nyeri pada sakit kepala, nyeri
haid, nyeri pada penyakit gigi
atau pencabutan gigi, dan
nyeri setelah operasi.

2) Obat Injeksi
Tabel 3.3 tabel obat via injeksi

35
Nama Obat Dosis Jadwal Pemberian Rute Indikasi

Injeksi 2 gr/12 12 April 2021 (14.00 Injeksi Mengatasi infeksi bakteri


Ceftriaone jam wita) gram negatif maupun gram
13 April 2021 (02.00 wita positif.
& 14.00 wita)
14 April 2021 (02.00
wita)
Injeksi 30 12 April 2021 (08.00, Injeksi Meredakan nyeri dan
ketorolac mg/8 15.00, 23.00 wita) peradangan.
jam 13 April 2021 (07.00,
15.00, 23.00 wita)
14 April 2021 (07.00
wita)
Injeksi 250 12 April 2021 (10.00 Injeksi Untuk melindungi otak,
Citicolin mg/24 wita) mempertahankan fungsi
jam 13 April 2021 (07.00 otak secara normal, serta
wita) mengurangi jaringan otak
14 April 2021 (07.00 yang rusak akibat cedera.
wita)

3.2 Klasifikasi Data


3.2.1 Data Subyektif
1) Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di leher, nyeri seperti
tertusuk-tusuk
2) Pasien mengatakan nyeri hilang timbul dengan durasi nyeri 15-30
menit
3) Pasien mengatakan apabila kepala miring kekiri atau kekanan luka
bekas operasi terasa nyeri dan tidak terasa nyeri apabila pasien tidak
terlalu banyak bergerak
4) Pasien mengatakan nyeri kepala sebelah kanan, nyeri kepalanya seperti
tertusuk-tusuk dan seperti di bor

36
5) Pasien mengatakan nyeri kepala terasa terus menerus mulai jam 3
subuh sampai dengan sekarang jam 11.30.
6) Pasien mengatakan apabila kepala miring kekiri dan kekanan kepala
terasa sangat nyeri dan bertambah nyeri apabila pasien duduk, tidak
nyeri apabila pasien tidak banyak bergerak dan tidur terlentang
7) Pasien mengatakan yang paling mengganggu sekarang adalah nyeri
pada kepala bagian sebelah kanan
8) Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri kepala klien tampak lemas
9) Pasien mengatakan merasa lemah untuk bergerak dan sakit kepalanya
bertambah apabila klien duduk
10) Selama sakit pasien mengatakan selama sakit belum pernah sikat gigi
3.2.2 Data Obyektif
1) Pasien tampak meringis kesakitan
2) skala nyeri kepala 5
3) skala nyeri post op 3
4) Pasien tampak mengantuk
5) Pasien tampak lemah untuk bergerak
6) Pasien tampak lemas
7) Pasien tampak cemas
8) Pasien terpasang kateter
9) Pasien tampak hanya berbaring
10) Terdapat luka post op thyroidectomy, kondisi balutan sedikit tidak
bersih, balutan kasa, luka jahitan 5-6 cm
11) Terdapat hasil laboratorium pada leukosit dengan hasil 4.6000
12) Gigi pasien tampak kotor
3.3 Analisis Data
3.3.1 Pengelompokkan Data Pertama
DS:
1) Nyeri pada luka bekas post op pasien
(1) Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di leher
(2) Pasien mengatakan nyeri hilang timbul dengan durasi nyeri 15-30
menit

37
(3) Pasien mengatakan yang paling mengganggu sekarang adalah nyeri
pada kepala bagian sebelah kanan
(4) Pasien mengatakan apabila kepala miring kekiri atau kekanan luka
bekas operasi terasa nyeri dan tidak terasa nyeri apabila pasien
tidak terlalu banyak bergerak
2) Nyeri pada kepala pasien
(1) Pasien mengatakan nyeri, nyeri seperti tertusuk-tusuk dan seperti di
bor
(2) Pasien mengatakan nyeri pada bagian kepala sebelah kanan
(3) Pasien mengatakan nyeri kepala terasa terus menerus mulai jam 3
subuh sampai dengan sekarang jam 11.30.
(4) Pasien mengatakan nyeri, nyeri seperti tertusuk-tusuk
(5) Pasien mengatakan apabila kepala miring kekiri dan kekanan
kepala terasa sangat nyeri dan bertambah nyeri apabila pasien
duduk, tidak nyeri apabila pasien tidak banyak bergerak dan tidur
terlentang
DO:
1) Pasien tampak meringis kesakitan
2) skala nyeri pada kepala 5
3) skala nyeri pada luka post op 3
Masalah : Nyeri akut
Etiologi : Agen pencedera fisik (luka post op) dan fisiologis nyeri
kepala karena hipertensi

3.3.2 Pengelompokkan Data Kedua :


DS:
1) Pasien mengatakan yang paling mengganggu sekarang adalah nyeri
pada kepala bagian sebelah kanan
2) Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri kepala
DO:
1) Pasien tampak meringis kesakitan
2) Skala nyeri kepala 5
3) Klien tampak lemas

38
Masalah : Gangguan pola tidur
Etiologi : Kurang kontrol tidur (nyeri berlebih pada bagian kepala)

3.3.3 Pengelompokkan Data Ketiga :


DS :
1) Pasien mengatakan apabila kepala miring kekiri dan kekanan kepala
terasa sangat nyeri dan bertambah nyeri apabila pasien duduk, tidak
nyeri apabila pasien tidak banyak bergerak dan tidur terlentang.
DO:
1) Skala nyeri kepala 5
2) Pasien tampak lemah
3) Pasien tampak hanya berbaring
4) Pasien terpasang kateter

Masalah : Intoleransi Aktivitas


Etilogi : Tirah baring

3.3.4 Pengelompokkan Data Keempat :


DS :
1) Pasien mengatakan nyeri pada bagian bekas operasi
DO :
1) Terdapat luka post op thyroidectomy
2) Kondisi balutan sedikit tidak bersih, balutan kasa
3) Luka jahitan 5-6 cm
4) Terdapat hasil laboratorium pada leukosit dengan hasil 4.6000

Masalah : Risiko Infeksi


Faktor risiko : Efek prosedur invasif

3.3.5 Pengelompokkan Data Kelima


DS :

39
1) Selama sakit pasien mengatakan selama sakit belum pernah sikat gigi
DO :
1) Gigi pasien tampak kotor
Masalah : Defisit perawatan diri
Etiologi : Penurunan motivasi/minat

3.4 Diagnosis Keperawatan


Setelah dilakukan pengkajian dan analisis data didapatkan diagnosis
keperawatan berdasarkan skala prioritas, sebagai berikut :
3.4.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dan agen pencedera
fisiologis dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di
leher, nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 3, pasien mengatakan nyeri hilang
timbul dengan durasi nyeri 15-30 menit, pasien mengatakan apabila kepala miring
kekiri atau kekanan luka bekas operasi terasa nyeri dan tidak terasa nyeri apabila
pasien tidak terlalu banyak bergerak. Terdapat luka post op thyroidectomy,
kondisi balutan sedikit tidak bersih, balutan kasa, luka jahitan 5-6 cm. Pasien
mengatakan nyeri kepala sebelah kanan, pasien mengatakan nyeri kepalanya
seperti tertusuk-tusuk dan seperti dibor skala nyeri 5, pasien mengatakan nyeri
terasa terus menerus mulai jam 3 subuh sampai dengan sekarang jam 11.30 siang.
Pasien mengatakan apabila kepala miring kekiri dan kekanan kepala terasa sangat
nyeri dan tidak nyeri apabila pasien tidak banyak bergerak. Pasien tampak
meringis kesakitan.
3.4.2 Risiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif dibuktikan
dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian bekas operasi, terdapat luka post op
thyroidectomy, kondisi balutan sedikit tidak bersih, balutan kasa, dan luka jahitan
5-6 cm.
3.4.3 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (nyeri
berlebih pada bagian kepala) dibuktikan dengan klien mengatakan yang paling
mengganggu sekarang adalah nyeri pada kepala bagian sebelah kanan, klien
mengatakan sulit tidur karena nyeri kepala. Klien tampak meringis kesakitan,
skala nyeri kepala 5, dan klien tampak lemas.

40
3.4.4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring dibuktikan dengan
Pasien mengatakan merasa lemah untuk bergerak dan sakit kepalanya bertambah
apabila klien duduk, skala nyeri kepala 5, klien tampak lemah, klien tampak hanya
berbaring, dan klien terpasang kateter.
3.4.5 Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi/minat
dibuktikan dengan selama sakit pasien mengatakan belum pernah sikat gigi, gigi
pasien tampak kotor.

3.5 Rencana Keperawatan


3.5.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dan fisiologis
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam.
Diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :
- Keluhan nyeri berkurang
- Skala nyeri menurun menjadi 2 untuk nyeri kepala
- Klien tampak rileks
Intervensi
1. Monitor TTV klien.
2. Monitor lokasi nyeri dan intensitas nyeri.
3. Berikan posisi yang nyaman untuk klien.
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
5. Kolaborasi pemberian obat analgetik
3.5.2 Risiko infeksi dibuktikan dengan prosedur invasif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan
risiko infeksi dapat menurun dengan kriteria hasil :
- Tidak ada tanda gejala infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor)
- Nyeri cukup menurun
- Balutan perban bersih
- Kadar sel darah putih dalam batas normal 4.000 – 11.000
Intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2. Berikan perawatan luka

41
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
6. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
3.5.3 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (nyeri
berlebih pada bagian kepala)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam.
Diharapkan gangguan pola tidur klien dapat membaik dengan kriteria hasil :
- Pasien mengatakan nyeri kepala berkurang
- Pola tidur cukup 6-8 jam
- Kualitas tidur pasien baik, tidak terbangun-bangun
- Pasien tampak tidak mengantuk
Intervensi :
1. Identifikasi faktor penggangu tidur
2. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
3. Modifikasi lingkungan
4. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
5. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
3.5.4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan masalah toleransi aktivitas dapat meningkat dengan kriteria hasil :
- Pasien tampak tidak lemah
- Pasien dapat melakukan pergerakan seperti duduk secara mandiri
- Klien mengatakan nyeri kepala tidak terasa saat bergerak
Intervensi :
1. Monitor TTV klien
2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
3. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (cahaya, suara, dan
kunjungan)
4. Anjurkan tirah baring
5. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

42
3.5.5 Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi/minat
Tujun : Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan motivasi perawatan diri klien meningkat dengan kriteria hasil :
- Pasien dapat melakukan perawatan diri sikat gigi secara mandiri ataupun
dibantu oleh keluarga pasien
- Pasien dapat mempertahankan kebersihan mulut pasien
- Gigi pasien tampak bersih
Intervensi :
1. Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
2. Monitor kebutuhan kebersihan tubuh ( kebersihan mulut )
3. Sediakan peralatan mandi ( sikat gigi )
4. Fasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan
5. Jelaskan manfaat mandi dan dampat tidak mandi terhadap Kesehatan
6. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien

3.6 Implementasi
3.6.1 Implementasi hari 1 (Senin, 12 April 2021)
1) Diagnosis Keperawatan 1
(1) Mengkolaborasi pemberian analgetik (08.00)
Evaluasi :
DO : Memberikan obat ketorolac injeksi pada Ny. J
(2) Memonitor TTV pasien (11.30)
Evaluasi :
DS : -
DO : TD : 174/96 mmHg
N : 73 x/mnt
RR : 19 x/mnt
SPO2 : 99 %
S : 36.6ºC
(3) Memonitor lokasi nyeri dan intensitas nyeri (11.31)
Evaluasi :

43
DS : pasien mengatakan nyeri pada bagian kepala sebelah kanan
pasien, pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk, pasien
mengatakan nyeri pada luka bekas operasi
DO : pasien tampak meringis kesakitan
(4) Memberikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(RND) (11.35)
Evaluasi :
DS : pasien mengatakan nyeri kepala belum berkurang, klien
mengatakan nyeri luka bekas operasi sedikit berkurang, klien
mengatakan skala nyeri luka bekas operasi 2
DO : - pasien masih tampak meringis
- Skala nyeri kepala 5
(5) Menganjurkan Teknik nonfarmakologis (relaksasi napas dalam)
(11.37)
Evaluasi :
DS : pasien mengatakan menerima anjuran
DO : pasien dapat melakukan teknik nonfarmakologis (relaksasi napas
dalam)
2) Diagnosis Keperawatan 3
(1) Mengidentifikasi faktor penggangu tidur (11:40)
Evaluasi :
DS : pasien mengatakan tidak bisa tidur dikarenakan nyeri pada bagian
kepala sebelah kanan
DO : pasien tampak mengantuk
(2) Menjelaskan pentingnya cukup tidur selama sakit
Evaluasi :
DS : pasien mengatakan mengerti pentingnya cukup tidur selama sakit
DO : pasien tampak mengerti
3) Diagnosis Keperawatan 2
(1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik (11.45)
Evaluasi :
DS : pasien mengatakan nyeri pada bagian bekas operasi

44
DO : Balutan luka tampak sedikit tidak bersih, balutan kasa
(2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien (11.29)
Evaluasi
DS: -
DO: mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungannya
(3) Menjelaskan tentang tanda dan gejala infeksi (11.47)
Evaluasi :
DS: pasien mengatakan mengerti tentang tanda dan gejala infeksi
DO: pasien mampu menyebutkan tanda gejala infeksi

(4) Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi (11.50)
DS: pasien mengatakan mengerti cara memeriksa kondisi luka operasi
DO: pasien mampu menyebutkan kembali cara memeriksa kondisi luka
operasi
4) Diagnosis Keperawatan 4
(1) Memonitor TTV pasien (11.52)
Evaluasi :
DS : pasien mengatakan tidak sesak
DO : RR: 21 x/mnt
(2) Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
(11.55)
Evaluasi :
DS : pasien mengatakan apabila menyamping ke kanan atau ke kiri
kepala pasien terasa sakit
DO : pasien berbaring terlentang
(3) Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap (11.57)
Evaluasi
DS : pasien mengatakan menerima anjuran dan pasien mengatakan
terkadang bergerak miring kesamping apabila merasa punggungnya
sakit

45
DO : pasien tampak menerima anjuran
5) Dignosis Keperawatan 5
(1) Memonitor kebutuhan kebersihan tubuh ( kebersihan mulut ) (12.09)
Evaluasi :
DS : pasien mengatakan selama sakit belum ada sikat gigi
DO : gigi pasien tampak kotor
(2) Menyediakan peralatan sikat gigi (12.10)

Evaluasi :
DS : anak pasien mengatakan ia sudah menyediakan peralatan sikat
gigi namun ibunya belum mau sikat gigi
DO : anak pasien telah menyediakan perlengkapan sikat gigi
(3) Memfasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan (12.19)
DS : pasien mengatakan setelah giginya dibersihkan ia merasa
mulutnya segar
DO : gigi pasien sudah terlihat bersih
3.6.2 Implementasi Hari 2 (Selasa, 13 April 2021)
1) Diagnosis Keperawatan 1
(1) Memonitor TTV pasien. (13:02)
DS : -
DO : TD : 168/89 mmhg
N : 65 x/mnt
RR : 20 x/mnt
SPO2 : 97 %
S : 36.5˚C
(2) Memonitor lokasi nyeri dan intensitas nyeri (13.05)
Evaluasi
DS : pasien mengatakan nyeri luka post op sudah tidak nyeri lagi, klien
mengatakan nyeri kepala sudah berkurang
DO : pasien tampak nyaman
: skala nyeri kepala 2
(3) Mengkolaborasi pemberian analgetik (15:00)

46
Evaluasi
DS: -
DO: memberikan injeksi ketorolac
2) Diagnosis Keperawatan 3
(1) Mengidentifikasi faktor penggangu tidur (13:06)
Evaluasi
DS : pasien mengatakan nyeri kepala sudah berkurang, pasien
mengatakan masih sering terbangun tengah malam
DO : pasien tampak sesekali menguap
3) Diagnosis Keperawatan 2
(1) Memberikan perawatan luka (13.08)
Evaluasi :
DS : pasien mengatakan setelah ganti perban pasien merasa lebih
nyaman
DO : luka jahitan 5-6 cm, jenis balutan kasa, balutan luka bersih
(2) Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik (13.10)
DS : pasien mengatakan sudah tidak nyeri pada luka bekas operasi
DO : balutan luka bersih, luka jahitan 5-6 cm, tidak demam, tidak ada
peradangan, tidak ada perdarahan, tidak nyeri, tidak ada
pembengkakan, tidak ada pus
(3) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien (13:06)
Evaluasi :
DS: -
DO: mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungannya
(4) Mengkolaborasi pemberian antibiotik (14:00)
Evaluasi :
DS: -
DO: Memberikan injeksi ceftriaone
4) Diagnosis Keperawatan 4

47
(1) Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
(13.16)
Evaluasi :
DS : pasien mengatakan baru bisa miring kiri dan kanan dibantu oleh
keluarga
DO : pasien berbaring menghadap ke kiri
(2) Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap (13.18)
Evaluasi :
DS : pasien mengatakan menerima anjuran dan pasien mengatakan
sudah bisa miring kiri dan kanan dibantu oleh keluarga
DO : pasien tampak menerima anjuran
3.6.3 Implentasi Hari 3 (Rabu, 14 April 2021)
1) Diagnosis Keperawatan 3
(1) Mengidentifikasi faktor penggangu tidur (09.07)
Evaluasi
DS : pasien mengatakan sudah tidak nyeri lagi, pasien mengatakan
sudah dapat tidur dengan nyenyak
DO : pasien tampak tidak mengantuk, pasien tampak tidak menguap
2) Diagnosis Keperawatan 4
(1) Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
(11.19)
Evaluasi :
DS : pasien mengatakan sudah bisa duduk dan miring samping kiri dan
samping kanan karena nyeri telah berkurang
DO : pasien berbaring menghadap ke kiri
(2) Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap (11.20)
Evaluasi :
DS : pasien mengatakan menerima anjuran dan klien mengatakan
sudah bisa duduk tanpa bantuan
DO : pasien tampak menerima anjuran
3.7 Evaluasi Keperawatan
3.7.1 Evaluasi Hasil Diagnosa 1

48
Tanggal :13 April 2021
Jam :13.05
S : pasien mengatakan tidak nyeri pada bekas operasi, pasien mengatakan
nyeri kepala sudah tidak terlalu nyeri
O : pasien tampak nyaman, skala nyeri kepala 2
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

3.7.2 Evaluasi Hasil Diagnosa 2


Tanggal :13 April 2021
Jam :13.10
S : pasien mengatakan nyeri berkurang
O :balutan luka bersih, luka jahitan 5-6 cm, tidak demam, tidak ada
peradangan, tidak ada perdarahan, tidak nyeri, tidak ada pembengkakan,
tidak ada pus
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
3.7.3 Evaluasi Hasil Diagnosa 3
Tanggal : 14 April 2021
Jam : 09.07
S : pasien mengatakan nyeri berkurang, pasien mengatakan sudah dapat tidur
dengan nyenyak
O : pasien tampak tidak mengantuk, pasien tampak tidak menguap
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
3.7.4 Evaluasi Hasil Diagnosa 4
Tanggal :14 April 2021
Jam :11.20
S : pasien mengatakan sudah bisa duduk dan miring samping kiri dan
samping kanan karena nyeri telah berkurang
O : pasien berbaring menghadap ke kiri
A : masalah teratasi

49
P : intervensi dihentikan
3.7.5 Evaluasi Hasil Diagnosa 5
Tanggal : 12 April 2021
Jam : 12.19
S : pasien mengatakan setelah giginya dibersihkan ia merasa mulutnya segar
O : gigi pasien sudah terlihat bersih
A : Intervensi teratasi
P : Intervensi dihentikan

BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada Ny. J dengan diagnosis


medis Post Op Struma Nodusa di Ruang Perawatan Bedah Cemara Rumah Sakit
Umum Kota Tarakan, yang dilakukan pada tanggal 12 April 2021 sampai dengan
14 April 2021 penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dengan
kasus. Maka dalam bab pembahasan ini, penulis akan membandingkan antara teori
dengan kenyataan yang ditemui dilapangan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Pembahasan ini disajikan dalam bentuk analisa pada setiap tahapan proses
keperawatan. Faktor pendukung yang penulis dapatkan berupa sikap kooperatif
dari pasien dan keluarga pasien, yang bersedia dan ikut berperan serta dalam
pemberian asuhan keperawatan dan pelaksanaan implementasi keperawatan pada
Ny. J dan tidak ditemukan adanya faktor penghambat.
4.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian, penulis tidak memiliki hambatan dalam proses
wawancara bersama pasien dan keluarga pasien. Keluarga pasien dan pasien
bersifat terbuka dan kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
penulis dan mengungkapkan masalah yang dialami ole pasien. Selain itu penulis
juga menjalin kerjasama dengan perawat ruangan untuk memperoleh informasi
mengenai perkembangan kesehatan Ny. J, sehingga pengumpulan data yang
dilakukan penulis dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Pada proses pengkajian pada Ny. J dengan Post Op Struma Nodusa di Ruang
Perawatan Bedah Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan yang dilakukan pada

50
tanggal 12 April 2021 didapatkan beberapa kesenjangan antara pengkajian dalam
teori dengan pengkajian yang penulis temukan pada Ny. J di lahan praktek sebagai
berikut:
4.1.1 Integritas ego
Berdasarkan data pengkajian Hipertiroid/Struma Nodusa menurut Doenges,
Moorhouse, & Geissler (2014), pada penderita Hipertiroid/Struma Nodusa
terdapat tanda dan gejala yaitu mengalami stres yang berat baik emosional
maupun fisik, emosi labil, dan depresi.
Berdasarkan pengkajian yang ada diteori menurut Doenges, Moorhouse, &
Geissler (2014), tidak ditemukan pada Ny. J yaitu, stres yang berat, emosi labil,
dan depresi pada keadaan integritas ego.
Stress berat adalah reaksi yang muncul ketika seseorang mendapatkan
masalah, menghadapi ancaman, atau suatu perubahan. Stress juga dapat terjadi
ketika situasi atau pikiran yang membuat sesorang merasa putus asa, gugup,
ataupun marah. Situasi tersebut akan memicu respon tubuh, baik secara fisik
ataupun mental. Respon tubuh dapat berupa napas dan detak jantung yang menjadi
cepat dan otot yang menjadi kaku. Stress dapat dipicu oleh tekanan batin seperti
masalah dengan keluarga, hubungan sosial, masalah keuangan, maupun penyakit
yang diderita (Willy, 2019) Pada pengkajian Ny. J tidak ditemukan kekakuan otot,
detak jantung yang meningkat, dan napas yang menjadi cepat dengan hasil nadi
73x/mnt dan frekuensi pernapasan 19x/mnt.
Emosi adalah suatu aspek psikis yang berkaitan dengan perasaan yang ada
pada seseorang, misalkan merasa senang, sedih, kesal, jengkel, marah, tegang, dan
lain-lain. Emosi merupakan perasaan psikologis dan mental seseorang yang
muncul dikarenankan pengaruh dari keadaan sekitar, baik itu dari dalam diri
maupun luar, dengan mengekspresikannya dalam tangkah laku yang terlihat
(Lenteraku, 2017). Depresi merupakan gangguan suasana hati (mood) ditandai
dengan perasaan sedih yang mendalam dan rasa tidak peduli. Semua orang pasti
pernah merasa sedih atau murung. Seseorang dinyatakan mengalami depresi jika
sudah 2 minggu merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga (Dame, 2020).
Hasil pengkajian yang ditemukan pada Ny. J didapatkan hasil pasien tampak
tenang dan kooperatif saat diajak bicara, pasien tidak mengalami kecemasan

51
dalam proses penyembuhan sakitnya karena pasien mengatakan hubungan dengan
keluarganya sangat baik.
4.1.2 Makanan/cairan
Berdasarkan data pegkajian pada pasien hipertiroid/struma nodusa yang ada
diteori menurut Doenges, Moorhouse, & Geissler (2014), ditemukan data dengan
gejala kehilangan berat badan yang mendadak dan kehausan. Pada hasil
pengkajian pada Ny. J tidak ditemukan kehilangan berat badan yang mendadak
dan kehausan seperti pengkajian pada teori.
Kehilangan berat badan merupakan berat badan yang terlalu rendah.
Kehilangan berat badan didefinisikan sebagai IMT yang lebih rendah dari batas
normal 18.5. Orang dengan masalah kekurangan berat badan akan mempunyai
tanda-tanda seperti badan kurus kering, hilang berat badan dengan cepat,
keletihan, lemah dan tidak bertenaga (Viknarajan, 2018). Pemeriksaan yang
dilakukan pada pasien Ny. J didapatkan hasil, pasien mengatakan bahwa nafsu
makan tidak berubah hanya saja pasien dibatasi untuk makan makanan yang
mengandung tinggi garam. Pada hasil pengkajian IMT pada Ny. J ditemukan hasil
penghitungan normal dengan hasil 21.79.
Haus merupakan kondisi yang normal sebagai tanda bahwa tubuh kita
membutuhkan cairan untuk menjalankan metabolisme. Namun, apabila merasa
haus secara terus menerus bisa jadi merupakan tanda adanya penyakit tertentu,
seperti diabetes (Benecdito, 2018). Pada pengkajian Ny. J ditemukan hasil pasien
mengatakan saat sakit pasien hanya boleh minum air putih, dalam sehari pasien
habis 2-3 gelas air putih dan tambahan pemenuhan cairan melalui ivfd RL : D5%
2:2. Pasien mengatakan tidak merasa kehausan.
4.1.3 Neurosensori
Berdasarkan data pengkajian pada pasien hipertiroid/struma nodusa menurut
Doenges, Moorhouse, & Geissler (2014), ditemukan tanda dan gejala bicaranya
cepat dan parau, serta gangguan status mental.
Gangguan status mental adalah penyakit yang mempengaruhi emosi, pola
pikir, dan perilaku penderita. Ada beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya
gangguan mental, yaitu salah satunya menderita penyakit tertentu sehingga
mengalami stress. Stress yang diakibatkan peristiwa traumatis seperti, kehilangan

52
seseorang, kehilangan pekerjaan, dan terisolasi untuk waktu yang lama (Willy,
2020). Pada pemeriksaan Ny. J hasil yang didapatkan saat pengkajian, pasien
sangat kooperatif, tidak ada perilaku pasien seperti yang disebutkan sebelumnya.
Pasien menjawab pertanyaan penulis sesuai dengan yang pasien rasakan dan
alami, pasien tidak berbicara dengan cepat dan tidak parau saat menjawab
pertanyaan dari penulis. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga pasien
yang mengalami atau riwayat penyakit gangguan kejiwaan.

4.1.4 Pernapasan
Berdasarkan data pengkajian pada pasien hipertiroid/struma nodusa menurut
Doenges, Moorhouse, & Geissler (2014), pada pengkajian pernapasan ditemukan
data, frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dyspnea, edema paru (pada krisis
tirotoksikosis). Pada Ny. J tidak ditemukan data hasil pengkajian seperti teori
menurut Doenges, Moorhouse, & Geissler (2014).
Dyspnea merupakan istilah medis untuk sesak napas. Kondisi ini terjadi
akibat tidak terpenuhinya pasokan oksigen ke paru-paru yang menyebabkan
pernapasan menjadi cepat, pendek, dan dangkal. Umumnya, orang dewasa dan
remaja sehat akan bernapas 12-20 x/mnt. Namun saat mengalami dyspnea, pola
dan frekuensi pernapasan akan berubah (Dame, 2019). Takipnea adalah kondisi
pernapasan abnormal cepat dan dangkal biasanya lebih dari 60 hembusan per
menit. Edema paru merupakan kondisi yang ditandai dengan gejala sulit bernapas
akibat terjadinya penumpukan cairan di dalam kantong paru-paru (alveoli) edema
paru lebih sering diderita oleh orang dengan usia lanjut (Nareza, 2021). Pada
pasien Ny. J dengan Struma Nodusa tidak ditemukan hasil pengakajian pola
frekuensi napas menjadi cepat, pendek, dan dangkal, dengan hasil pengkajian
retraksi dinding dada normal, pernapasan pasien tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, dan frekuensi napas pasien dalam batas normal 19 x/mnt, tidak ada
suara napas tambahan dan suara paru terdengar sonor
4.1.5 Keamanan
Berdasarkan data pengkajian pada hipertiroid/struma nodusa ditemukan
pengkajian keamanan menurut Doenges, Moorhouse, & Geissler (2014),
ditemukan pengkajian dengan hasil keringat yang berlebihan, suhu meningkat

53
diatas 37,4ºC, iritasi pada konjungtiva dan berair. Pada pengkajian yang dilakukan
kepada Ny. J ditemukan hasil pasien, suhu tubuh dalam batas normal 36,6˚C, tidak
berkeringat yang berlebihan, tidak ada iritasi pada konjungtiva dan tidak berair.
Berkeringat adalah salah satu proses alami tubuh menyesuaikan suhu tubuh
dengan lingkungan luar. Proses ini bekerja dengan mengeluarkan cairan yang
mengandung garam melalui kelenjar keringat. Tubuh akan berkeringat apabila
melakukan aktivitas berat, makan makanan yang pedas, dan emosi seperti marah,
panik, takut, dan malu. Apabila seseorang berkeringat secara berlebihan kondisi
ini biasanya disebut dengan hiprohidrosis (Agustin, 2018). Pada hasil pengkajian
yang ditemukan oleh penulis kepada Ny. J tidak ditemukan keringat yang berlebih
pada Ny. J setelah pasca operasi struma nodusa, pasien Ny. J tidak melakukan
aktivitas berat, ruangan pasien di rawat menggunakan AC. Suhu tubuh merupakan
ukuran dari kemampuan tubuh menghasilkan dan menyingkirkan hawa panas.
Suhu tubuh bisa dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya suhu lingkungan. Tinggi
rendahnya suhu tubuh bisa menjadi indikator kondisi kesehatannya. Suhu tubuh
normal berada pada rentang 36˚-37.2˚ Celsius (Adrian, 2021). Pada hasil
pengkajian yang ditemukan penulis pada Ny. J dengan kasus post op struma
nodusa tidak ditemukan suhu tubuh yang meningkat lebih dari 37.4˚C dengan
hasil pemeriksaan suhu tubuh pada pasien ditemukan 36.6˚C.
4.2 Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hsil analisa data yang dilakukan oleh penulis, maka dari itu
penulis dapat memperoleh data-data yang diperlukan uuntuk menegakkan suatu
diagnosis keperawatan yang sesuai dengan keadaan yang dialami oleh pasien Ny.
J dengan diagnosa Post Op Struma Nodusa. Diagnosis yang penulis peroleh dari
dasar teori memiliki perbedaan dengan diagnosis yang penulis temukan di
lapangan.
4.2.1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas, hipersekresi jalan napas, disfungsi neuromuskuler, benda asing dalam jalan
napas, disfungsi neuromuskuler, adanya jalan napas buatan, sekresi yang tertahan,
hyperplasia dinding jalan napas, proses infeksi, respon alergi, efek agen
farmakologis.

54
Menurut Tim Pokja SDKI (2016), bersihan jalan napas tidak efektif merupakan
ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten. Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. J
tidak ditemukan data penunjang seperti batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,
sputum berlebih, mengi, wheezing dan ronkhi kering.
4.2.2 Risiko cedera berhubungan dengan terpapar pathogen, terpapar zat kimia
toksik, terpapar agen nosokomial, ketidakamanan transportasi.
Menurut Tim Pokja SDKI (2016), risiko cedera adala berisiko megalami bahaya
atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat
atau dalam kondisi baik. Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. J tidak ditemukan
data penunjang seperti, terpapar patogen terpapar zat kimia, terpapar agen
nosokomial, dan ketidakamanan transportasi.
4.2.3 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
serebral, gangguan muskuler, gangguan pendengaran, gangguan muskuloskeletal,
kelainan palatum, hambatan fisik (mis. Terpasang trakheostomi, intubasi,
krikotiroidektomi), hambatan individu (mis. Ketakutan, kecemasan, merasa malu,
emosional, kurang privasi), hambatan psikologis (mis. Gangguan psikotik,
gangguan konsep diri, harga diri rendah, gangguan emosional), hambatan
lingkungan (mis. Ketidakcukupan informasi, ketiadaan orang terdekat,
ketidaksesuaian budaya, bahasa asing). Menurut Tim Pokja SDKI (2016),
gangguan komunikasi verbal adalah penurunan, perlambatan, atau ketidaan
kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim, dan /atau menggunakan
sistem simbol. Berdasarkan hasil pengkajian pda Ny, J tidak ditemukan data
penunjang berupa tidak mampu berbicara atau mendengar, menunjukkan respon
tidak sesuai.
4.2.4 Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, gangguan
fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang
minat dalam belajar, kurang mampu mengingat, ketidaktahuan menemukan
sumber informasi.
Menurut Tim Pokja SDKI (2016), defisit pengetahuan adala ketiadaan atau
kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Berdasarkan

55
hasil pengkajian pada Ny. J tidak ditemukan data penunjang seperti menunjukkan
perilaku tidak sesuai anjuran, menanyakan masalah yang dihadapi.
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. J dengan diagnosa Post Op Struma
Nodusa, terdapat diagnosis keperawatan yang tidak terdapat pada teori dan penulis
tegakkan pada kasus dikarenakan sesuai dengan diagnosis keperawatan menurut
SDKI (2016), yaitu :
4.2.5 Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik (Tim
Pokja SDKI, 2016). Diagnosis ini tidak ditemukan pada teori dikarenakan
disesuaikan dengan kondisi pasien yang dibuktikan dengan adanya tanda dan
gejala seperti, terdapat luka post op thyroidectomy pada bagian leher pasien,
kondisi balutan sedikit tidak bersih, luka jaitan 5-6 cm, pasien mengatakan nyeri
pada bagian bekas operasi.
4.2.6 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (nyeri
berlebih pada bagian kepala)
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (Tim
Pokja SDKI, 2016). Diagnosis ini tidak ditemukan pada teori dikarenakan
disesuaikan dengan kondisi pasien yang dibuktikan dengan, pasien mengatakan
sulit tidur karena nyeri kepala, skala nyeri 5, klien tampak meringis, klien tampak
lemas.
4.2.7 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Tim Pokja
SDKI, 2016). Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. J, ditemukan diagnosis
intoleransi aktivitas yang tidak terdapat pada teori, yang dimana telah disesuaikan
dengan kondisi pasien. Dibuktikan dengan tanda dan gejala yang muncul, pasien
mengatakan apabila kepala miring kekiri dan kekanan kepala terasa sangat nyeri
dan bertambah nyeri apabila pasien duduk, tidak nyeri apabila pasien tidak banyak
bergerak dan tidur terlentang, skala nyeri 5, pasien tampak lemah, pasien hanya
berbaring, pasien menggunakan kateter.
4.2.8 Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi/minat
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
(Tim Pokja SDKI, 2016). Berdasarkan hasil pengkajian diagnosis ini ditemukan

56
pada pasien tetapi tidak terdapat pada teori. Dibuktikan dengan pasien mengatakan
selama sakit tidak pernah menggosok gigi, gigi pasien tampak kotor.
4.3 Intervensi Keperawatan
Penulis tidak mendapatkan banyak kesulitan dalam penyusunan karena penulis
memiliki beberapa sumber. Intervensi keperawatan yang disusun oleh penulis
telah disesuaikan dengan sumber yang ditemukan oleh penulis berdasarkan
diagnosis keperawatan yang telah diangkat oleh penulis dan yang telah
disesuaikan dengan kondisi pasien. Dalam intervensi penulis memiliki dua
pendekatan yang berbeda antara teori dengan kasus penulis. Dalam teori penulis
mengambil pendekatan Doenges, Moorhouse, & Geissler (2014) dan dalam
intervensi kasus, penulis mengambil pendekatan intervensi Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Dalam pembahasan kesenjangan diagnosa keperawatan
diatas, diagnosa yang terdapat pada teori penulis mengambil pendekatan pada
intervensi berdasarkan Doenges (2014) dan pada kasus penulis mengambil
pendekatan SIKI (2018).
4.4 Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi
keperawatan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari
implementasi untuk membantu pasien agar mencapai tujuan yang mencakup,
peningkatan kesehatan pasien, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Dalam melakukan implementasi Post Op Struma Nodusa
pada Ny. J penulis tidak memiliki masalah yang berat, pasien serta keluarga dapat
membantu penulis untuk berperan aktif dalam tindakan keperawatan sehingga
intervensi yang dibuat dapat diimplementasikan kepada pasien.
4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan, untuk
menilai asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. J dengan diagnosa
medis Post Op Struma Nodusa selama tiga hari yang dimulai pada tanggal 12
April 2021 sampai dengan 14 April 2021. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditetapkan pada intervensi keperawatan, penulis menyimpulkan lima
diagnosis yang penulis angkat dapat teratasi semua.

57
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. J dengan Post Op Struma
Nodusa selama tiga hari mulai tanggal 12 April 2021 sampai dengan 14 April
2021 di ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan Provinsi Kalimantan
Utara, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1 Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. J dimulai dari tahap
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi. Penulis melakukan tahapan
tersebut sesuai dengan tingkat pengetahuan penulis. Pengkajian yang dilakukan
penulis secara bertahap disesuaikan dengan kondisi yang terdapat pada pasien,
serta sarana yang tersedia yang menunjang dalam perolehan data yang akurat.
Setelah penulis mengumpulkan data, selanjutnya penulis mulai mengelompokkan
data-data yang telah diperoleh. Setelah itu, penulis mulai menganalisa data dan
merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat untuk setiap data. Selanjutnya,
penulis mulai menyusun rencana keperawatan yang akan dilakukan, dengan
memperhatikan kondisi klien, fasilitas yang tersedia, dan tingkat pengetahuan
serta keterampilan yang dimiliki oleh penulis. Kemudian dilanjutkan dengan
mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah disusun dan dilanjutkan
dengan evaluasi sebagai tahap akhir. Evaluasi dilakukan dengan dau cara, yaitu
evaluasi formatif pada setiap implementasi dan evaluasi sumatif diakhir
pertemuan dengan Ny. J.
5.1.2 Perbandingan teori dengan kasus Ny. J terdapat beberapa perbedaan, yaitu
pada integritas ego ditandai dengan tidak ada perasaan tidak berdaya dan perasaan
putus asa. Makanan/cairan ditandai dengan tidak adanya perubahan nafsu makan
dan minum setelah sakit. Neurosensori ditandai dengan tidak adanya perilaku
pasien yang sesuai seperti tanda dan gejala pada neurosensori. Pernapasan ditandai
dengan pasien tidak mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dengan hasil
pengkajian frekuensi pernapasan 19x/mnt. Keamanan ditandai dengan suhu tubuh
pasien dalam batas normal 36,6˚C dan tidak berkeringat secara berlebihan. Pada

58
diagnosis juga ditemukan beberapa perbedaan. Diagnosis yang terdapat pada teori
dan tidak terdapat pada kasus, ada beberapa yaitu, bersihan jalan napas tidak
efektif, gangguan komunikasi verbal, resiko cedera, dan defisit pengetahuan.
Sedangkan diagnosis yang terdapat pada kasus tetapi tidak ditemukan pada teori
ada empat, yaitu risiko infeksi, gangguan pola tidur, intoleransi aktivitas, dan
defisit perawatan diri.
5.1.3 Faktor pendukung yang penulis temukan adalah sikap kooperatif pasien
dan keluarga pasien yang berperan serta dalam pemberian asuhan keperawatan
dan pemberian implemantasi kepada Ny. J, dan tidak ditemukan adanya faktor
penghambat.
5.1.4 Pemecahan masalah Ny. J dengan Post Op Struma Nodusa dilakukan
dengan melakukan implementasi dari intervensi yang disesuaikan dengan
diagnosa yang diangkat oleh penulis. Untuk mencapai tujuan dari intervensi
tersebut, intervensi terdiri dari, observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi
dengan tim tenaga kesehatan lainnya. Implementasi dilakukan dengan bantuan
dari keluarga pasien yang berperan aktis serta tim medis lain yang membantu
melaksanakan implentasi
5.2 Saran
Dari hasil data yang telah penulis paparkan diatas, maka saran yang dapat
dikemukakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
5.1.1 Bagi klien dan keluarga
1) Diharapkan pasien dapat mengerti dan mengetahui tanda dan gejala dari
penyakit Struma Nodusa.
2) Diharapkan dapat memahami dengan benar cara pengobatan dan
pencegahan dari penyakit struma nodusa.
3) Mengikuti setiap kegiatan yang diberikan/diajarkan perawat tentang
pengobatan Post Op Struma Nodusa
5.1.2 Bagi perawat
1) Diharapkan menyusun asuhan keperawatan secara baik dan benar kepada
pasien, serta dapat menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif
pada pasien Post Op Struma Nodusa. Penerapan asuhan keperawatan
dilakukan sesuai dengan data yang penulis temukan pada pasien dan

59
kondisi terkini pada pasien, agar penerepan asuhan keperawatan yang
dilakukan dapat bermanfaat dan lebih terkoodinir.
2) Semua tindakan yang dilakukan harus dijelaskan agar tidak terjadi
kesalahan interpretasi dan dicatat dalam status pasien secara jelas.
Mencantumkan nama petugas yang melakukan asuhan keperawatan.
3) Pada pelaksanaan asuhan keperawatan, diperlukan kerjasama yang baik
antara pasien, keluarga pasien, perawat, maupun tenaga medis lainnya
untuk meningkatkan dan mempercepat proses penyembuhan dari pasien.
4) Bagi pasien yang akan pulang, segera mempersiapkan pendidikan
kesehatan oleh perawat kepada pasien serta keluarganya secara
komprehensif agar pasien dan keluarga menyadari bahwa kesehatan sangat
penting bagi dirinya dan perawat.

60
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, K. (2021). Memahami Suhu Tubuh dan Cara Mengukurnya. diakses pada
11 Juni 2021, dari https://www.alodokter.com/memahami-suhu-tubuh

Agustin, S. (2018). Lebih Jauh seputar Keringat Berlebih dan Cara Mengatasinya.
Diakses pada 11 Juni 2021, dari https://www.alodokter.com/mengenali-
keringat-berlebih-dan-cara-mengatasinya

American Thyroid Association. (2013). Optimal Thyroid Health For All. Diakses
pada 25 Mei 2021, dari https://www.thyroid.org/

Amin Huda, H. K. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi Jilid 1.


Jogjakarta: Mediaction.

Benecdito, A. (2018). Sering Haus Bisa Jadi Penyakit Serius. Diakses pada 13
Juni 2021, dari https://www.alodokter.com/sering-haus-bisa-jadi-gejala-
penyakit-serius

Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.

Dame, M. (2019). Macam-macam Penyebab Dyspnea dan Cara Meredakannya.


Diakses pada 13 Juni 2021, dari https://www.alodokter.com/macam-macam-
penyebab-dyspnea-dan-cara-meredakannya

Dame, M. (2020). Depresi. Diakses pada 13 Juni 2021, dari


https://www.alodokter.com/depresi

Dewantini, E. A. (2019). Pengalaman Pasien Struma Dengan Trakeostomi Di


Rumah Jalan Langsep Tajinan Kab. Malang Tahun 2019. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Doenges, Moorhouse, G. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ed. 3 (J. : EGC (ed.)).

Farah, N. (2018). Perbedaan struma diffusa dengan struma nodusa. Diakses pada
01 Juni 2021, dari https://www.alodokter.com/komunitas/topic/struma-3

Fionarilian. (2014). Askep Struma. Diakses pada 31 Mei 2021, dari


https://www.scribd.com/doc/250563267/Askep-Struma

61
Kusumawardhani, D. (2017). Struma Nodusa di Leher. Diakses pada 25 Mei
2021, dari https://www.klikdokter.com/tanya-dokter/read/2826577/struma-
nodusa-di-leher-haruskah-operasi

Lenteraku. (2017). Pengertian Emosi dan Emosional. Diakses pada 13 Juni 2021,
dari https://www.lentera.my.id/post/pengertian-emosi/

Luh, G. N. (2015). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien


dengan Struma Nodusa Non Toksik. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. EGC.

Nareza, M. (2021). Edema Paru. Diakses pada 13 Juni 2021, dari


https://www.alodokter.com/edema-paru

Nolin F, H. (2013). Konsep Proses Keperawatan. 128. Diakses pada 29 Juni 2021,
dari https://osf.io/8zyrq/download?format=pdf

Nur Arif, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda Nic Noc. Yogyakarta. Mediaction Nursalam.

Nurcholis, M. (2014). Masalah Dokumentasi Keperawatan Implementasi. Diakses


pada 07 Juni 2021, dari
https://www.academia.edu/8537857/Makalah_Dokumentasi_Keperawatan_I
mplementasi_Keperawatan

Oetomo, K. S. (2013). Pengalaman Pasien Struma Dengan Trakeostomi. Diakses


pada 30 Mei 2021, dari http://eprints.umm.ac.id/52120/1/Pendahuluan.pdf

Prof. Dr. Anies, M. (2016). Ensiklopedia Penyakit. Yogyakarta : Kanisius.

Pustaka Materi. (2015). Anatomi Kelenjar Tiroid. Diakses pada 07 Juni 2021, dari
http://pustakamateri.web.id/sistem-endokrin-kelas-11-sma/kelenjar-tiroid/

Riskesdas. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian


RI Tahun 2013. Diakses pada 24 Mei 2021, dari
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/

Syaugi M Assegaf dkk. (2015). Gambaran Eutiroid Pada Pasien Struma Multi

62
Nodusa Toksik dibagian Bedah RSUP Prof.DR.R.D. Kandou Manado. Jurnal
E-Clinic (ECI), Vol.3, No.3,Sept-Des 2015, vol.3.

Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : CV Sagung Seto.

Tarwoto, N. S. (2012). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Gangguan Sistem


ENDOKRIN. Jakarta : Trans Info Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
PPNI.

Viknarajan, S. (2018). Penyebab, Risiko dan Cara Mengatasi Kekurangan Berat


Badan. Diakses pada 11 Juni 2021, dari
https://www.doctoroncall.com.my/kekurangan-berat-badan-kurus

Willy, T. (2019). Gejala, penyebab, dan mengobati Stress. Diakses pada 11 Juni
2021, dari https://www.alodokter.com/stres

Willy, T. (2020). Kesehatan mental. Diakses pada 11 Juni 2021, dari


https://www.alodokter.com/kesehatan-mental

63
L
A
M
P
I
R
A
N

64
LEMBAR BIMBINGAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Nama Mahasiswa : Alifa Meidy Nanda Putri Syofianti


NPM : 1830702060
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pada Ny. J dengan Diagnosa
Medis Post OP Struma Nodusa di Ruang Cemara
Rumah Sakit Umum Kota Tarakan
Pembimbing 1 : Ramdya Akbar Tukan, S.Kep., Ns., M.Kep

Kegiatan Bimbingan LTA

NO TGL MATERI CATATAN PARAF


BIMBINGAN BIMBINGAN
1 20 Mei 2021 Pembuatan LTA - Penulisan
BAB I dan III pada BAB I
menggunakan
rumus SMKS

2 01 Juni 2021 Revisi BAB I dan - Penulisan,


III referensi 10
tahun
terakhir, BAB
I belum
sesuai rumus
SMKS
- Lanjut BAB
II dan IV
3 05 Juni 2021 BAB II, III, dan - BAB IV liat
IV perbandingan
teori dengan
kasus
- BAB III buat
tabel obat
tambahkan
dosis, jadwal
pemberian,
rute, dan
indikasi
4 12 Juni 2021 BAB II, III, dan - Perhatikan
IV penulisan
- BAB III
kriteria hasil
menggunakan
SMART

65
5 14 Juni 2021 BAB I-V - ACC ujian
sidang

66
LEMBAR BIMBINGAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Nama Mahasiswa : Alifa Meidy Nanda Putri Syofianti


NPM : 1830702060
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pada Ny. J dengan Diagnosa
Medis Post OP Struma Nodusa di Ruang Cemara
Rumah Sakit Umum Kota Tarakan
Pembimbing 2 : Najihah, S.Kep., Ns., M.Kep

67
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Alifa Meidy Nanda Putri
Syofianti
2. NPM : 1830702060
3. Tempat/Tanggal Lahir : Nunukan, 05 Mei 2000
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Kebangsaan : Tidung/Bugis
7. Alamat : Jl. Tawakkal, Rt. 01, No. 24, Kel. Nunukan
Tengah, Kec. Nunukan, Kab. Nunukan,
Kalimantan Utara
B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama Ayah/Ibu : Syofian/Muliyanti
2. Pekerjaan : PNS/Ibu Rumah Tangga
3. Alamat : Jl. Tawakkal, Rt. 01, No. 24, Kel. Nunukan
Tengah, Kec. Nunukan, Kab. Nunukan,
Kalimantan Utara
C. PENDIDIKAN
1. Tamat SDIT IBNU SINA Nunukan
2. Tamat SMP Negeri 1 Nunukan
3. Tamat SMA Negeri 1 Nunukan
4. Universitas Borneo Tarakan 2018-Sekarang

68

Anda mungkin juga menyukai