Anda di halaman 1dari 97

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

A DENGAN GAGAL
JANTUNG KONGESTIF DI RUANG DAHLIA B RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH KOTA TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH:
CINDY ARFINA NOORAISYAH
1830702019

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN GAGAL
JANTUNG KONGESTIF DI RUANG DAHLIA B RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH KOTA TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH:
CINDY ARFINA NOORAISYAH
1830702019

Laporan Tugas Akhir


sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan
pada
Universitas Borneo Tarakan

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir
dengan judul “ Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan Gagal Jantung Kongestif
di Ruang Dahlia B Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tarakan”.
Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan program pendidikan Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan. Laporan Tugas Akhir ini disusun setelah
mahasiswa mengikuti ujian akhir program tahap satu di Rumah Sakit dan
mahasiswa diharuskan mengelola sebuah kasus dalam bentuk asuhan
keperawatan. Selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis banyak
mengalami hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari
banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas
Akhir ini.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Adri Patton M.Si, selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan.
2. dr. Muhammad Hasbi Hasyim, Sp.PD, selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Tarakan beserta segenap jajarannya yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan praktik dan mengambil kasus di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Tarakan.
3. Sulidah, S.Kep,Ns.,M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borneo Tarakan serta sebagai Penguji dua yang telah memberikan
motivasi selama penulis mengikuti perkuliahan di Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
4. Yuni Retnowati, SST., M.Keb, selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borneo Tarakan.
5. Alfianur, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
6. Paridah S.Kep, Ns., M.Kep, selaku Ketua Prodi D3 Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan

v
7. Fitriya Handayani, S.Kep,. Ns. M.Kep, selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
8. Maria Imaculata Ose, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku penguji satu laporan tugas
akhir.
9. Ramdya Akbar Tukan, S.Kep.Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing satu
yang dengan kesabaran dan keuletan beliau dalam mengarahkan dan
membimbing penulis selama proses laporan tugas akhir ini serta selaku dosen
penguji tiga Laporan Tugas Akhir ini.
10. Ahmat Pujianto, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing kedua yang
dengan kesabaran dan keuletan beliau dalam mengarahkan dan membimbing
penulis selama proses laporan tugas akhir ini.
11. Para dosen di Jurusan Keperawatan Fakulas Ilmu Kesehatan Universitas
Borneo Tarakan yang telah memberikan ilmu dan wawasan yang sangat
bermanfaat kepada penulis selama ini.
12. Semua tenaga pendidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo
Tarakan yang telah membantu dalam bidang akademik.
13. Kepala Ruang Perawatan Dahlia B beserta seluruh staf Ruang Perawatan
Dahlia B Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tarakan atas bimbingannya dan
arahan selama melakukan praktik asuhan keperawatan hingga selesai.
14. Klien Ny. A dan keluarga atas kerja samanya sehingga penulis tidak banyak
mendapatkan kendala dalam memperoleh data dan memberikan asuhan
keperawatan sebagai klien binaan.
15. Orang tua saya tercinta Ibu Nani Noorainy yang telah berkorban segala hal
dan selalu mendoakan keberhasilan serta memberikan dukungan yang sangat
besar selama masa pendidikan.
16. Para rekan-rekan senior yang telah memberikan bantuan dukungan serta
menggoreskan cerita suka duka selama pendidikan.
17. Sahabat saya Aji Ega, Desy Rahmadhani, Eria Prajayanti, Nurul Atikah,
Nurul Wardian, Putri Gusfiyatun, Resti Hidayat, Reza Nursafitri, Riny
Seprtiananda dan Ryzka Amelia atas dukungan selama proses awal
perkuliahan sampai saat ini.

vi
18. Teman-teman lokal C-1 Keperawatan yang selama ini menemani dari awal
pendidikan hingga akhir serta saling mendukung dan memberikan motivasi
satu sama lain
19. Rekan-rekan departemen KMB dan mahasiswa Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan angkatan XVI
(Eritrosit) yang telah memberi dorongan semangat dan doa kepada penulis.
Penulis menyadari Laporan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk ini penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari banyak
pihak yang bersifat membangun demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini di masa
yang akan datang.
Penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca
dan pengembangan ilmu keperawatan

Tarakan, 18 Juni 2021

Cindy Arfina

vii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN DIAGNOSIS GAGAL
JANTUNG KONGESTIF DI RUANG DAHLIA B RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA TARAKAN

ABSTRAK

Gagal jantung menurut penulis adalah keadaan jantung yang tidak adekuat untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Ada tiga provinsi dengan prevalensi penyakit
jantung tertinggi di Indonesia yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2%, Daerah
Istimewa Yogyakarta 2%, dan Gorontalo 2%. Selain itu 8 provinsi lain juga
memliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional, salah satunya
Provinsi Kalimantan Timur yaitu 1,8%. Laporan Tugas Akhir ini bertujuan
mendapatkan gambaran nyata tentang penerapan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Ny. A dengan diagnosis Gagal Jantung Kongestif, pada kasus
klien menderita gagal jantung hampir 3 tahun lamanya, keluhan nyeri di bagian
ulu hati dan kondisi ansietas klien timbulnya rasa tidak nyaman pada dirinya.
Metode penulisan Laporan Tugas Akhir ini menggunakan metode deskriptif
dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan pengkajian,
diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Hasil pengkajian
dari Ny. A terdapat 5 diagnosis keperawatan yaitu penurunan curah jantung, pola
nafas tidak efektif, nyeri akut, gangguan pola tidur dan ansietas.
Kesimpulan penulis menemukan kesenjangan yang ada pada teori tetapi tidak ada
pada kasus mulai dari pengkajian dan diagnosis keperawatan. Evaluasi hasil yang
didapatkan satu diagnosis keperawatan teratasi dan empat diagnosis keperawatan
yang teratasi sebagian.

Kata kunci : Gagal Jantung Kongestif, Asuhan keperawatan

viii
ix
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xv

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

1.3 Metode Penulisan ....................................................................................... 2

1.4 Sistematika Penulisan................................................................................. 3

1.5 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 4

BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................... 5

2.1 Konsep Dasar Medis .................................................................................. 5

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .......................................................... 17

BAB 3 LAPORAN KASUS ........................................................................... 27

3.1 Pengkajian .................................................................................................. 27

3.2 Diagnosis Keperawatan.............................................................................. 42

3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................. 42

3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................ 44

x
3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................ 51

BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................. 53

4.1 Pengkajian .................................................................................................. 53

4.2 Diagnosis Keperawatan.............................................................................. 55

4.3 Perencanaan................................................................................................ 57

4.4 Implementasi .............................................................................................. 58

4.5 Evaluasi ...................................................................................................... 58

BAB 5 PENUTUP ........................................................................................... 61

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 61

5.2 Saran........................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Jantung .......................................................................... 5

Gambar 2.2 Kedudukan Jantung ...................................................................... 6

Gambar 2.4 Kedudukan Jantung ...................................................................... 6

Gambar 3.1 Hasil Pemeriksaan Rekam Jantung Ny. A ................................... 37

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ..................................................... 36

Tabel 3.2 Terapi ............................................................................................... 38

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Penyimpangan KDM ...................................................................... 12

Bagan 3.1 Genogram keluarga Ny. A .............................................................. 29

xiv
DAFTAR SINGKATAN

ACE : Angiotensin Converting Enzyme

ADL : Activity Daily Living

AGD : Analisis Gas Darah

BAB : Buang Air Besar

BAK :Buang Air Kecil

BB : Berat Badan

BUN : Blood Urea Nitrogen

CHF : Congestive Heart Failure

Cm : Centimeter

CRT : Capillary Refill Time

EKG : Elektrokardiogram

GCS : Glasgow Coma Scale

HB : Hemoglobin

ICS : Intra Costa

IMT : Indeks Massa Tubuh

JVP : Jugular Venous Pressure

MAP : Mean arterial Preasure

MCV : Mean Corpusculor Volume

MCH : Mean Corpusculor Hemoglobin

MCHC :Mean Cell Hemoglobin Concentration

mmHg : Milimeter Raksa

O2 : Oksigen

PCO2 : Preasure Karbodioxide

xv
Riskesdas : Riset kesehatan dasar

TTV : Tanda – Tanda Vital

TD : Tekanan Darah

USG : Ultrasonografi

WHO : World Health Organization

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh
untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan
tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi Aspaiani, (2016). Gagal
jantung kongestif merupakan ketidak mampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien
dan oksigen Bararah, (2013). Gagal jantung kongestif adalah suatu kondisi di
mana jantung mengalami kegagalan memompa darah guna mencakupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat (Novita, 2017).
Berdasarkan data dari World Health Organisation (WHO) pada tahun 2016,
menyebutkan bahwa 17,5 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular,
yang mewakili dari 31% kematian di dunia. Salah satunya adalah penyakit
kardiovaskular adalah gagal jantung kongestif (congestive heart failure/CHF).
Hasil riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan, data menunjukan prevalensi
penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia yaitu sebesar 1,5%
dari total penduduk. Data Riskesdas 2018 mengungkapkan tiga provinsi dengan
prevalensi penyakit jantung tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2%,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2%, dan Gorontalo 2%. Selain itu 8 provinsi lain
juga memliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional, salah
satunya Provinsi Kalimantan Timur yaitu 1,8%.
Menurut Suratinoyo, (2016) pada pasien gagal jantung kongestif sering
kesulitan mempertahankan oksigenasi sehingga mereka cenderung sesak nafas.
Seperti yang kita ketahui bahwa jantung dan paru-paru merupakan organ tubuh
penting manusia yang sangat berperan dalam pertukaran oksigen dan
karbondioksida dalam darah, sehingga apabila paru-paru dan jantung tersebut
mengalami gangguan maka hal tersebut akan berpengaruh dalam proses
pernapasan. Gagal jantung kongestif menyebabkan suplai darah ke paru-paru
menurun dan darah tidak masuk ke jantung. Keadaan ini menyebabkan
penimbunan cairan di paru-paru, sehingga menurunkan pertukaran oksigen dan
karbondioksida.
Untuk meminimalkan risiko tinggi penderita Gagal Jantung Kongestif dan
mencegah komplikasi yang diakibatkan, maka diperlukan suatu metode yang tepat
yang diberikan secara langsung dan nyata yaitu asuhan keperawatan pada klien
Gagal Jantung Kongestif, dengan kasus klien menderita gagal jantung hampir 3
tahun lamanya, keluhan nyeri di bagian ulu hati dan kondisi ansietas pada klien
timbulnya rasa tidak nyaman pada dirinya. Maka dari itu penulis tertarik membuat
laporan tugas akhir sebagai bahan studi Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
pada Ny. A dengan diagnosis Gagal Jantung Kongestif dengan diharapkan setelah
dilakukan sepenuhnya tentang penyakit Gagal Jantung Kongestif bukan hanya
menggunakan obat saja tetapi juga dengan mempertahankan oksigenisasi yang
adekuat sehingga tidak menimbulkan ansietas pada penderita Gagal Jantung
Kongestif dan dapat beradaptasi hidup sehat selama dirawat di rumah sakit sampai
pulang ke rumah.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran nyata tentang penerapan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Ny. A dengan diagnosis Gagal Jantung Kongestif yang dirawat
di ruang Dahlia B Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan secara holistic dan komprehensif.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan proses keperawatan pada Ny. A dengan diagnosis Gagal
Jantung Kongestif.
2. Membandingkan antara teori dan kasus asuhan keperawatan pada Ny. A
dengan diagnosis Gagal Jantung Kongestif.
3. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan
proses keperawatan pada Ny. A dengan diagnosis Gagal Jantung Kongestif.
4. Melaksanakan pemecahan masalah pada Ny. A dengan diagnosis Gagal
Jantung Kongestif.

2
1.3 Metode Penulisan
Penyusunan laporan tugas akhir ini penulis menggunakan metode diskriptif
dengan tipe studi kasus, yaitu metode ilmiah yang menggambarkan keadaan
yang sedang terjadi dan semua kegiatan hanya tertuju pada satu kasus secara
intensif, dimulai dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data,
merumuskan diagnosis keperawatan, intervensi dan implementasi yang telah
dilakukan. Data-data yang tertuang dalam laporan tugas akhir ini diperoleh
dengan cara sebagai berikut :
1. Pengamatan/Observasi, mengamati keadaan dan perilaku klien untuk
memperoleh data objektif tentang masalah kesehatan dan keperawatan
klien.
2. Wawancara, data yang didapatkan dari pasien, keluarga dan tim
kesehatan lainnya melalui percakapan dan pengamatan. Data dapat
dikumpulkan harus mencakup semua data yang relevan. Teknik
pengumpulan data ini dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan
klien dan keluarga atau orang tertentu yang mengetahui pasti keadaan klien,
sehingga penulis dapat memperoleh data yang aktual.
3. Pemeriksaan Fisik Head to Toe, pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan fisik secara keseluruhan melalui empat tahap yaitu, inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskutasi.
4. Studi Dokumentasi, data diperoleh dari dokumentasi yang terdapat pada
catatan perawat dan catatan tim kesehatan lainnya yang berhubungan
dengan kasus klien.
5. Studi Kepustakaan, dapat berupa buku-buku, artikel, jurnal, peneliti, dan
sumber lainnya yang berhubungan dengan judul serta permasalahan dalam
laporan tugas akhir.

1.4 Sistematika Penulisan


Secara sistematis laporan tugas akhir ini dibagi dalam lima bab, yaitu :

3
Bab satu pendahuluan, pada bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
Bab dua terbagi menjadi dua bahasan pertama yaitu konsep dasar penyakit
Gagal Jantung Kongestif yang terdiri dari definisi, anatomi fisiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnosis, penatalaksanaan dan
komplikasi, yang kedua yaitu konsep dasar asuhan keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, penyimpangan KDM, diagnosis medis, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
Bab tiga berisi laporan kasus, yang terdiri dari pengkajian, klasifikasi data,
analisa data, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
Bab empat pembahasan yang berisi perbandingan atau perbedaan antara
konsep proses keperawatan secara teoritis dengan aplikasi nyata yang
ditemukan di lapangan dengan kesenjangan tersebut nantinya akan dibahas
berdasarkan hasil pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi.
Bab lima berisi kesimpulan dari seluruh penulisan laporan tugas akhir dan
saran yang ditunjukan untuk perbaikan selanjutnya.

1.5 Manfaat Penulisan


1. Bagi Pasien dan Keluarga, pasien lebih memperhatikan kesehatannya
terutama pada saat pengobatan.
2. Bagi Mahasiswa, mahasiswa mampu membuka wawasan dan keterampilan
dasar untuk memperbarui ilmu tentang proses keperawatan yang dinamis.
3. Bagi Institusi, tercapainya tujuan pembelajaran Asuhan Keperawatan yang
sesuai dengan standar praktik keperawatan pada pasien dengan diagnosis
Gagal Jantung Kongestif.
4. Bagi Rumah Sakit, sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan secara komprehensif khususnya
pada pasien dengan diagnosis Gagal Jantung Kongestif.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medis


2.1.1 Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh
untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan
tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspaiani, 2016).
Gagal jantung menurut penulis adalah keadaan jantung yang tidak adekuat
untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
2.1.2 Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi jantung (Aspaiani, 2016).


Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran
limfe. Jantung merupakan organ pemompa besar yang memelihara peredaran
melalui seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung. Vena membawa
darah ke jantung. kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang di antaranya
dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Di sini juga
terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstraseluler dan interstisial.
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya
diatas, dan puncaknya di bawah. Apeksnya (puncaknya) miring kesebelah kiri.
Berat jantung kira-kira 300 gram.
Kedudukan jantung: jantung berada di dalam toraks, antara kedua paru-paru
dan di belakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan.

Gambar 2.2 kedudukan jantung (Aspaiani, 2016)


Lapisan Jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu :
1) Epikardium merupakan lapisan terluar, memiliki struktur yang sama
dengan perikardium viseral.
2) Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang
berperan dalam menentukan kekuatan kontraksi.
3) Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel
yang melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katung jantung.
4) Katup jantung : berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah
melalui bilik jantung. ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikular dan
katup semilunar

Gambar 2.3 kedudukan jantung (Aspaiani, 2016).

6
(1) Katup atrioventrikular, memisahkan antara atrium dan ventrikel. Katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masing –masing atrium ke ventrikel
saat diastole ventrikel dan mencegah aliran balik ke atrium saat sistole
ventrikel. Katup atrioventrikuler ada dua, yaitu katup triskupidalis dan
katup biskuspidalis. Katup triskupidalis memiliki 3 buah daun katup yang
terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup biskuspidalis atau
katup mitral memiliki 2 buah dauh katup dan terletak antara atrium kiri
dan ventrikel kiri.
(2) Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta dari
ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan dan arteri
pulmonaris di sebut katup semilunar pulmonal. Katup yang membatasi
ventikel kiri dan aorta disebut katup semilunar aorta. Adanya katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri
pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel dan mencegah aliran balik
ke ventrikel sewaktu diastole ventrikel.
Ruang jantung : jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri,
ventrikel kiri, dan ventrikel kanan. Atrium terletak di atas ventrikel dan
saling berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu
arah. Antara organ rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.
2.1.3 Etiologi
Menurut Black & Jane, (2014) gagal jantung dapat disebabkan oleh faktor
yang berasal dari jantung atau dari faktor eksternal yang menyebabkan kebutuhan
berlebihan dari jantung. Farkor intrinsik atau faktor yang berasal dari dalam,
penyebab paling sering gagal jantung adalah Penyakit Arteri Koroner (PAK).
PAK mengurangi aliran darah melalui arteri koroner sehingga mengurangi
penghantaran oksigen ke miokardium. Tanpa oksigen, sel otot tidak dapat
berfungsi. Penyebab lain adalah infark miokardium. Selama infark miokard,
miokardium kekurangan darah dan jaringan mengalami kematian sehingga tidak
dapat berkontraksi.
Menurut Smeltzer & Bare, (2013) dalam Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah, gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :

7
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial
dan penyakit degeneratif atau inflamasi misalnya kardiomiopati. Peradangan dan
penyakit miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
2. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Infark miokardium menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan
mengubah daya kembang ruang jantung .
3. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung
melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi
ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan
meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk
terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
4. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara
langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium,
perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load.
Regurgitasi mitral dan aorta menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan
preload) sedangkan stenosis aorta menyebabkan beban tekanan (after load).

8
5. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal : demam,
tirotoksikosis). Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
2.1.4 Patofisiologi
Kelainan otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Ateroskeloris koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik/
pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada
gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi
miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi
otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya terjadi gagal
jantung (Majid, 2018).
Gagal jantung kongestif dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung.
Sebagai contoh, hipertensi sistemik yang kronis akan menyebabkan ventrikel kiri
mengalami hipertrofi dan melemah. Letak suatu infark miokardium menentukan
sisi jantung yang pertama kali terkena setelah terjadi serangan jantung. Karena
ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah kembali ke atrium, lalu ke
sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka jelas bahwa gagal jantung
kiri akhirnya akan menyebabkan gagal jantung kanan. Pada kenyataannya,
penyebab utama gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri. Karena tidak
dipompa secara optimum keluar dari sisi kanan jantung, maka darah mulai
terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya adalah semakin berkurangnya
volume darah dalam sirkulasi dan menurunnya tekanan darah serta perburukan
siklus gagal jantung (Nugroho, 2016).
Gagal jantung kongestif terjadi karena interaksi kompleks antara faktor-
faktor yang mempengaruhi kontraktilitas, after load, pre load atau fungsi

9
lusitropik (fungsi relaksasi) jantung dan respon neurohormonal dan hemodinamik
yang diperlukan untuk menciptakan kompensasi sirkulasi. Meskipun konsekuensi
hemodinamik gagal jantung kongestif berespon terhadap neurohormonal yang
efek gabungnya memperberat dan memperlambat sindrom yang ada. Peningkatan
saraf simpatis (SNS). Epineprin dan norepineprin menyebabkan peningkatan
tahanan perifer dengan peningkatan kerja jantung, takikardi, peningkatan
konsumsi oksigen oleh miokardium dan peningkatan resiko aritmia, katekolamin
juga turut menyebabkan remodeling ventrikel melalui toksisitas langsung terhadap
miosit, induksi apoptosis miosit dan penungkatan respon autoimun (Nugroho,
2016).
Kemampuan jantung untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
tubuh dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: preload, afterload, kontraktilitas
miokardium, frekuensi denyut jantung.
1. Preload, preload adalah beban volume dan tekanan yang diterima ventrikel
kiri pada akhir diastol. Preload ditentukan oleh tekanan pengisian ventrikel
dan jumlah darah yang kembali dari sistim vena ke jantung
2. Afterload, afterload yaitu tahanan total untuk melawan ejeksi ventrikel yang
merupakan keadaan beban sistolik. Apabila afterload meningkat maka isi
sekuncup dan curah jantung menurun, sebaliknya berkurangnya afterload
meningkatkan curah jantung.
3. Kontraktilitas miokardium, kontraktilitas miokardium yaitu kemampuan
intrinsik otot jantung berkontraksi tanpa tergantung preload maupun
afterload. Derajat aktivitas serabut jantung ditentukan oleh kuantitas
penyediaan ion kalsium untuk protein kontraktil. Intensitas aktivitas
miokardium sangat menentukan kontraktilitas otot jantung. Perubahan
kontraktilitas adalah perubahan fungsi jantung yang tidak tergantung kepada
variabilitas preload maupun afterload.
4. Frekuensi denyut jantung, curah jantung adalah sama dengan isi sekuncup
dikalikan dengan frekuensi jantung. Oleh sebab itu, peningkatan frekuensi
jantung akan memperbesar curah jantung, namun frekuensi jantung yang
terlalu tinggi dapat mengakibatkan turunnya curah jantung (Braunwald &
Bonow, 2012).

10
2.1.5 Penyimpangan KDM
Disfungsi Miokard Beban Tekanan Beban Peningkatan Kebutuhan Beban Volume
(AMI) Miokarditis Berlebih Sistolik Metabolisme Berlebih
Berlebih

Kontraktilitas Beban Systole Perload


Menurun Meningkat Meningkat

Kontraktilitas Menurun

Hambatan Pengosongan
Ventrikel

Gagal Jantung Kanan


COP Menurun

Beban Jantung Meningkat

CHF

Gagal Pompa Ventrikel Kiri Penurunan Curah Jantung Gagal Pompa Ventrikel Kanan

Tekanan Diastole Naik


Forward Failure Backward Failur
Bendungan Atrium Kanan
Suplai Darah Jaringan Menurun LVED naik
Renal Flow ↓
Bendungan Veng Sistemik
Fatigue
KAA↑ Tekanan Vena Pulmonalis↑

lien hepar
Intoleransi Aktifitas Aldosteron↑ Tekanan Kapiler Paru↑
Splenomegali Hepatomegali
Jaringan Otot Jantung
Adit↑ Edema Paru
Beban Ventikel
Kanan↑
Iskemik Mendesak diafrakma
Retensi Na + H2O Ronkhi Basah

Hipirteropy Sesak Nafas


Nyeri Ventrikel Kanan
Kelebihan Volume Cairan Gangguan
pertukaran gas

Pola nafas tidak efektif

Bagan 2.1 Penyimpangan KDM

11
Sumber : Penyimpangan KDM CHF Ardiansyah, 2012 yang telah dimodifikasi
penulis.
2.1.6 Manifestasi Klinis
1) Gagal Ventrikel Kiri.
Menurut Black & Hawks, (2014) gagal ventrikel kiri menyebabkan
kongesti pulmonal dan gangguan mekanisme pengendalian pernapasan. Masalah
ini akhirnya akan menyebabkan distress pernapasan. Derajat distress bervariasi
dengan posisi, aktivitas, dan tingkat stress pasien. Mekanisme dyspnea dapat
berkaitan dengan penurunan volume udara paru (kapasitas vital) saat udara
digantikan oleh darah atau cairan interstitial.
Ortopnea merupakan tahap lanjut dari dyspnea. Ortopnea terjadi karena
posisi telentang (supine) meningkatkan jumlah darah yang kembali ke jantung
dan paru dari ekstremitas inferior (preload). Pasien mengalami distress
pernapasan di malam hari.
Paroxysimal Nocturnal Dyspnea (PND) mencerminkan situasi sensasi
kesulitan bernapas yang menakutkan. Pasien tibatiba bangun dengan perasaan
sesak napas yang berat dan mereda dengan duduk tegak atau membuka jendela
untuk mencari udara segar. Pernapasan dapat bersifat berat di sertai mengi
(wheezing).
2) Gagal Ventrikel kanan.
Jika terjadi penurunan fungsi ventrikel kanan, akan terjadi edema perifer
dan kongestif vena pada organ. Pembesaran hati (hepatomegaly) dan nyeri
abdomen dapat terjadi ketika hati mengalami kongestif terbendung cairan darah
vena. Edema bersifat simetris dan terjadi pada bagian tubuh yang menggantung
di mana tekanan vena paling tinggi.
3) Gagal Jantung akut atau kronis.
Menurut Morton, (2012) timbulnya gejala pada gagal jantung akut secara
mendadak, biasanya beberapa hari atau beberapa jam, sedangkan pada gagal
jantung kronis gejalanya selama beberapabulan sampai beberapa tahun dan
menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari.
4) Gagal jantung menurut derajat sakitnya.
Gagal jantung menurut derajat sakitnya yaitu :

12
(1) Derajat 1, bisa melakukan aktifitas fisik sehari-hari tanpa di sertai
kelelahan ataupun sesak napas.
(2) Derajat 2, aktifitas ringan menyebabkan kelelahan atau sesak napas.
(3) Derajat 3, aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak
napas
(4) Tidak dapat melakukan aktifitas fisik sehari-hari bahkan pada saat
istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan
aktivitas.
2.1.7 Komplikasi
Menurut Wijaya, (2013) komplikasi pada gagal jantung yaitu:
1) Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri.
2) Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ
vital (jantung dan otak).
3) Episode trombolitik : trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan
gangguan sirkulasi dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh
darah.
4) Efusi perikardial dan tamponade jantung : masuknya cairan kekantung
perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium sampai ukuran
maksimal. CPO menurun dan aliran balik vena kejantung menuju
tomponade jantung.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Wijaya, (2013) pemeriksaan pada gagal jantung adalah sebagai
berikut:
1) Foto thorak dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung yang
disertai adanya pembendungan cairan diparu karena hipertensi pulmonal.
Tempat adanya infiltrat precordial kedua paru dan efusi pleura.
2) Laboratorium mengungkapkan penurunan Hb dan hematokrit. Jumlah
lekosit meningkat, bila sangat meninggi mungkin memperberat jantung.
Keadaan asam basa tergantung pada keadaan metabolisme, masukan
kalori, keadaan paru dan fungsi ginjal, kadar natrium darah sedikit

13
menurun walaupun kadar natrium total bertambah. Berat jenis urine
meningkat. Enzim hepar mungkin meningkat dalam kongesti hepar. Gagal
ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksi
dengan peningkatan PCO2. BUN dan kreatinin menunjukan penurunan
perfusi ginjal. Albumin/ transferin serum mungkin menurun sebagai akibat
penurunan masukan protein atau penurunan sintesis proteindalam hepar
mengalami kongestif. Kecepatan sedimentasi menunjukan adanya
inflamasi akut.
3) Ultrasonography (USG) merupakan gambaran cairan bebas dalam rongga
abdomen, dan gambaran pembesaran hepar dan lien. Pembesaran hepar
dan lien kadang sulit diperiksa secara manual saat disertai asites.
4) EKG mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemik ( jika meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar
natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi daran dari adanya
kelebihan retensi air,K, Na, CI,ureum,gula darah).
2.1.9 Terapi
Menurut Nugroho, (2016) terapi pada gagal jantung adalah sebagai berikut:
1) Diuretik : untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan.
2) Penghambat ACE (ACE inhibitors) ntuk menurunkan tekanan darah dan
mengurangi beban kerja jantung.
3) Penyakit beta ( beta blokers) untuk mengurangi denyut jantung dan
menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang.
4) Digoksin : memperkuat denyut dan daya pompa jantung.
5) Terapi nitrat dan vasodilator koroner : menyebabkan vasodilator perifer
dan penurunan konsumsi oksigen miokard.
2.1.10 Penatalaksanaan
Menurut Nugroho, (2016) penatalaksanaan Gagal Jantung Kongestif
dengan sasaran:
1) Menurunnya kerja jantung.
2) Meningkatnya curah jantung.
3) Menurunnya retensi garam dan air dengan :

14
Tirah baring: tirah baring dilakukan untuk mengurangi kerja jantung,
meningkatkan tenaga cadangan jantung dan menurunkan tekanan darah
dengan menurunkan volume intra vaskuler melalui induksi diuresis
berbaring.
4) Oksigen Pemenuhan oksigen akan membantu memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh dan mengurangi demand miokard.
5) Diet: pengaturan diet membuat kerja maupun ketegangan otot jantung
minimal. Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah,
mengatur, atau mengurangi edema.
6) Kardiomioplasti.
7) Transplantasi jantung.
8) Revaskularisasi koroner.
2.1.11 Pencegahan
Menurut Nugroho, (2016) langkah utama pencegahan gagal jantung yaitu
dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Setiap orang mampu mengontrol gaya
hidup dengan bantuan obat apa pun yang diperlukan dan mampu menghilangkan
banyak faktor risiko dari penyakit jantung.
Menurut Nugroho, (2016) perubahan gaya hidup yang dapat mencegah
gagal jantung meliputi:
1) Makan makanan yang sehat.
2) Tetap aktif secara fisik.
3) Menjaga berat badan yang sehat.
4) Mengurangi dan mengelola stress.
5) Tidak merokok.
6) Mengendalikan kondisi tertentu, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol
tinggi dan diabetes.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah faktor yang penting dalam survival pasien dan
dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitas dan prevensif kesehatan (Doenges,
Moorhouse, & Geissler, 2014).

15
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data baik
subyektif dan objektif. Tujuan pengkajian adalah memberikan gambaran yang
terus menerus mengenai kesehatan pasien. Menurut Doenges, Moorhouse, &
Geissler, (2014) pada tahap pengkajian ini ada beberapa kegiatan yang harus
dilakukan antara lain :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari. Nyeri dada dengan
aktivitas, dispnea pada istirahat atau pada pengarahan tenaga
Tanda : gelisah, penurunan status mental, misal letargi, tanda vital berubah pada
aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, IM baru/akut, GJK sebelumnya, penyakit katup
jantung, bedah jantung, endokarditis, SLE, anemia, syok, septik, bengkak
pada kaki, telapak kaki, abdomen, sabuk (pada gagal bagian kanan).
Tanda : TD rendah (gagal pemompaan); normal (GJK ringan atau kronik); atau
tinggi (kelebihan beban cairan/peningkatan TVS). Tekanan nadi:
mungkin sempit, menunjukkan volume sekuncup, frekuensi jantung :
Takikardi, (gagal jantung kiri), irama jantung : distritmia, mis, fibrilasi
atrium, kontrasi vertikel prematur/ takikardi, blok jantung. Nadi apikal :
PMI mungkin menyebar dan berubah posisi secara inferior ke kiri. Bunyi
jantung S3 (gallop) adalah diagnostik; S4 dapat terjadi; S1 dan S2 lemah,
murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya stenosis katup
atau insufisiensi. Nadi perifer berkurang; perubahan dalam kekuatan
denyut dapat terjadi; nadi sentral mungkin kuat mis, jadi jugularis,
katoris, abdominal terlihat. Warna : kebiruan, pucat, abu-abu, sianotik,
pucat atau sinanotik dengan pengisian kapiler lambat. Hepar :
pembesaran/ dapat teraba, refleks hepatojugularis. Bunyi nafas: krekles,
ronki. Edema : mungkin denpenden, umum atau piting, khususnya pada
ekstremitas DVJ.

16
3. Integritas ego
Gejala : ansietas, kuatir, takut. Stres yang berhubungan dengan penyakit atau
keprihatinan finansial (pekerjaan atau biaya perawatan medis)
Tanda : berbagai manisfestasi perilaku, mis, ansietas, marah, ketakutan, mudah
tersingggung
4. Eliminasi
Gejala : penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari
(nokturia) diare/konstipasi
5. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, penambahan berat badan
signifikasikan. Perkembangan pada ekstrimitas bawah, terasa sesak
nafas. Diet tinggi makan yang telah diproses, lemak, gula dan kafein,
penggunaan duretik.
Tanda : penambahan berat badan cepat. Distensi abdomen (asites); edema (umum
dependen, tekanan)
6. Hygiene
Gejala : keletihan/ kelemahan, kelelahan selama aktivitas.
Tanda : penampilan menandakan kelainan perawatan personal
7. Neurosensori
Gejala : kelemahan, pening, episode pingsan
Tanda : letargi, kusut pikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung
8. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen atas dan sakit pada
otot.
Tanda : tidak tenang, selalu gelisah
9. Pernafasan
Gejala : dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa bantal.
Batuk dengan tangan tampak pembentukan riwayat penyakit paru kronis.
Penggunaan bantuan pernafasan, mis, oksigen atau medikasi
Tanda : pernafasan takipnea, nafas dangkal, pernafasan labored breathing:
penggunaan otot aksesoris pernafasan nasal faring. Batuk kering, non
produktif atau batuk terus menerus dengan tanpa pembentukan sputum.

17
Sputum darah, merah muda berbau/ berbuih edema pulmonal. Fungsi
mental mungkin menurun letargi, kegelisahan dan warna kulit pucat atau
sianosis
10. Keamanan
Gejala : perubahan fungsi mental, kehilangan kekuatan tonus otot, kulit kering.
11. Interaksi sosial
Gejala : penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran/pengajaran
Gejala : menggunakan atau lupa menggunakan obat-obatan jantung, mis, penyekat
saluran kalsium
Tanda : bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma, (2015) diagnosa keperawatan cara
mengidentifiasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta
respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Di dalam Nanda Nic Noc
diagnosa keperawatan Gagal Jantung Kongestif meliputi :
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan, dengan
keletihan otot-otot pernafasan disfungsi neuromuscular, sindrom
hipoventilasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera, biologis, zat kimia fisik dan
psikososial
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan atau dispnea akibat
turunnya curah jantung
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
hipertensi
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang
berlebihan
6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangan oksigenasi pada
membran alveolus
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang muncul pada pasien Gagal Jantung Kongestif
diantaranya (Nurarif & Kusuma, 2015) :

18
2.2.3.1 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan, dengan
keletihan otot-otot pernafasan disfungsi neuromuscular, sindrom
hipoventilasi
Nursing Outcomes Classification NOC
1) Status pernafasan ventilasi
2) Pencegahan aspirasi
3) Status pernafasan kepatenan jalan nafas
4) Status tanda-tanda vital
Kriteria hasil :
(1) Mendemontrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dispnea maupun mengeluarkan sputum.
(2) Dapat menunjukan jalan nafas yang paten, klien tidak merasakan sesak
nafas
(3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal, nadi pernafasan

Nursing Intervention Classification NIC


Airway manajement
1) Buka jalan nafas dengan gunakan teknik chin lift
2) Posisikan pasien dengan menimalkan untuk ventilasi
3) Identifikasi klien dengan perlunya untuk pemasangan alat untuk membuka
jalan nafas
4) Auskultasi suara nafas, catat suara nafas adanya tambahan
5) Lakukan section
6) Atur intake cairan yang masuk
7) Pertahankan jalan nafas yang paten
8) Atur peralatan oksigen
9) Monitor aliran oksigen
10) Monitor adanya kecemasan pasien
11) Pertahankan posisi pasien
12) Monitor irama pernafasan dan perkembangan nadi dan TTV
2.2.3.2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera, biologis, zat kimia fisik dan
psikososial

19
Nursing Outcomes Classification NOC
1) Tingkatan rasa nyeri
2) Kontrol nyeri
3) Tingkatan kenyamanan
Kriteria hasil :
(1) Mampu mengontrol nyeri, menggunakan nonfarmakologi
(2) Mampu mengenali nyeri menyebabkan tanda frekuensi nyeri
(3) Terlihat nyaman setelah nyeri berkurang

Nursing Intervention Classification NIC


Pain management
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi dan kualitas nyeri
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui nyeri
4) Kaji kultur yang memperngaruhi respon nyeri
5) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6) Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri
7) Kontrol lingkungan yang menyebabkan nyeri, seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
8) Lakukan penanganan nyeri dengan farmakologi dan non farmakologi
interpersonal
9) Kaji tipe sumber nyeri untuk menentukan intervensi
10) Ajarkan teknik non farmakologi
11) Berikan analgetik untuk mengontrol nyeri
12) Evaluasi ketidakefektifan kontrol nyeri
13) Tingkatan istirahat
2.2.3.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan atau dispnea akibat
turunnya curah jantung
Nursing Outcomes Classification NOC
1) Konsevasi energi
2) Intoleran aktifitas

20
3) Perawatan diri ADLs
Kriteria hasil :
(1) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
(2) Mampu melakukan ADL secara mandiri
(3) Tanda-tanda vital normal
(4) Mampu berpindah tempat bantuan
(5) Status sirkulasi membaik
(6) Status respirasi pertukaran gas dan ventilasi adekuat

Nursing Intervention Classification NIC


Aktivity therapy
1) Kaji keterbatasan mobilitas klien
2) Bantu klien untuk mengidentifikasikan aktivitas yang mampu dilakukan
3) Bantu untuk memilih aktifitas yang sesuai dengan keadaan fisik
4) Bantu untuk mendapatkan bantuan alat jika beraktifitas
5) Sediakan kekuatan yang positif bagi yang aktif beraktifitas
6) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
7) Monitor respon fisik, emosi, socsial dan spiritual
8) Mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah keletihan dan
mengoptimalkan fungsi
9) Bantu memfasilitasi latihan otot secara rutin untuk meningkatkan kekuatan
otot
2.2.3.4 Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
hipertensi
Nursing Outcomes Classification NOC
1) Efektifitas pompa jantung
2) Status sirkulasi aliran darah yang tidak obstruksi
3) Status tanda-tanda vital
Kriteria hasil :
(1) CVP dalam batas normal
(2) Nadi teraba kuat
(3) Tidak ada udem perifer dan asites
(4) Denyut jantung, AGD, ijeksi fraksi dalam batas normal

21
(5) Bunyi jantung dalam abnormal
(6) Nyeri dada tidak ada
(7) Kelemahan ekstrimitas tidak ada

Nursing Intervention Classification NIC


Cardiac care :
1) Evaluasi adanya nyeri pada dada , intesitas lokasi dan durasi
2) Catat adanya distrimia jantung
3) Catat adanya tanda dam gejala penurunan cardiak
4) Monitor status cardiovasikuler
5) Monitor status pernafasan yang mendangkal gagal jantung
6) Monitor balance cairan
7) Monitor adanya perubahan tekanan darah
8) Monitor toleransi aktivitas klien
9) Monitor adanya dyspnue dan ortopnue
10) Ajarkan untuk menurunkan stres

fluid management
11) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
12) Monitor status terjadi hidrasi
13) monitor vital sign sesuai dengan ondikasi penyakit
14) Kolaborasi dalam pemberian obat duretik sesuai dengan program
2.2.3.5 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asupan yang berlebih
Nursing Outcomes Classification NOC
1) Keseimbangan elektrolit asam-basa
2) Keseimbangan cairan dalam komponen intra sel
3) Tingkat keparahan kelebihan cairan dalam intra sel
Kriteria hasil :
(1) Terbatas dari edema
(2) Bunyi nafas bersih
(3) Terbatas dari distensi vena jugularis
(4) Terbatas dari kelelahan, kecemasan dan kebingungan

22
(5) Menjelaskan indikator kelebihan cairan dan cek TTV, nadi dalam batas
normal

Nursing Intervention Classification NIC


fluid management
1) Monitor vital sign
2) Kaji lokasi dan luas edema
3) Monitor elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan
4) Manajemen cairan/ elektrolit menurunkan volume cairan intrasel atau
ekstrasel dan mencegah komplikasi yang mengalami kelebihan volume
cairan
5) Monitor eliminasi urine untuk mempertahankan pola eliminasi urine yang
optimal
6) Monitor masuk dan makanan atau cairan dan hitung intake kalori
7) Monitor status nutrisi
8) Kolaborasi pemberian obat diuretik sesuai dengan instruksi
9) Kolaborasi dengan dokter apabila ada tanda cairan berlebihan muncul
memburuk
10) Monitor tanda dan gelaja terjadinya odema
2.2.3.6 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangan oksigenasi pada
membran alveolus
Nursing Outcomes Classification NOC
1) Status pernafasan pertukaran gas dan ventilasi
2) Status gangguan pertukaran gas berkurang
3) Status tanda tanda vital
Kriteria hasil :
1) Mendemontrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang tidak
adekuat
2) Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda distress pernafasan
3) Mendemostrasikan dengan batuk efektif suara yang bersih dan tidak ada
sianosis dan tidak ada keluhan sesak nafas
4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal

23
Nursing Intervention Classification NIC
Airway management :
1) Buka jalan nafas
2) Posisikan klien dengan memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasikan jalan nafas klien apa adanya menggunakan alat bantu
pernafasan
4) Berikan pelembab udara
5) Auskultasi suara nafas dan catat suara nafas tambahan
6) Atur intake dan cairan mengoptimalkan seimbang
7) Monitor respirasi status O2 dalam setiap jam
8) Catat perkembangan dada dan amati perkembangan apakah simetris,
penggunaan otot tambahan
9) Monitor kelelahan otot diagfragma
10) Auskultasi suara nafas catat adanya penurunan ventilasi

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan
pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,
perencanaan, dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-langkah
dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah menganalisis respon klien,
mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan,
dan perencanaan untuk asuhan di masa depan (Marrelli, 2014). Perumusan
evaluasi formatif meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP
yaitu :

24
1) S (Subjektif) : perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
2) O (Objektif) : perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat
atau tim kesehatan lain.
3) A (Analisis) :penilaian darikedua jenis data (baik subjektif maupun
objektif) apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunderan.
4) P (Perencanaan) : rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil
analisis diatas yang berisi melanjutkan perencaan sebelumnya apabila
keadaan atau masalah belum teratasi.

25
BAB 3
LAPORAN KASUS

Pada bab ini penulis akan mengemukakan hasil dari pelaksanaan asuhan
keperawatan dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada klien Ny. A dengan diagnosis Gagal
Jantung Kongestif yang dirawat di ruang Dahlia B Rumah Sakit Umum Daerah
Tarakan Provinsi Kalimantan Utara yang dilaksanakan pada tanggal 12 Desember
2019 sampai dengan tanggal 15 Desember 2019.

3.1 Pengkajian
Pengkajian ini penulis mengumpulkan dari data klien, keluarga klien,
perawat ruangan, buku rekam medik Ny. A Dengan diagnosis CHF (Congestive
Heart Failure) yang dirawat di ruang Dahlia B Rumah Sakit Umum Daerah
Tarakan Provinsi Kalimantan Utara dengan melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik head to toe yang dilaksanakan tanggal 12 Desember 2019
sampai dengan tanggal 15 Desember 2019.
3.1.1 Identitas Klien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Desember 2019 pukul 19.00 WITA.
Klien bernama Ny. A berumur 45 tahun, tempat/tanggal lahir: Tarakan, 20
Agustus 1975, status perkawinan: menikah, jenis kelamin: perempuan, beragama;
Islam, pendidikan terakhir: SMP, pekerjaan: IRT, alamat: Karang Anyar Kota
Tarakan. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 24 November 2019 dengan
diagnosis CHF, no register 2387xxxx.
Keluarga yang bertangguang jawab bernama Tn. A berumur 48 tahun, jenis
kelamin: laki-laki, hubungan dengan klien: suami, beragama: Islam, pendidikan
terakhir: STM, pekerjaan: buruh, alamat: Karang Anyar.
3.1.2 Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien diantar ke rumah sakit dengan keluhan nyeri ulu hati
3.1.3 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati
2. Riwayat Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati, nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk. Skala nyeri yang klien rasakan 6, nyeri akan bertambah jika berbaring dan
akan berkurang jika duduk, waktu nyeri yang dirasakan kurang lebih 1 menit.
Selain itu, klien juga mengeluh batuk namun tidak berdahak dan klien
mengatakan mual muntah serta pusing.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan periksa ke poli jantung Rumah Sakit Umum Daerah
Tarakan pada tanggal 24 November 2019 dan disarankan untuk dirawat inap.
Klien kemudian diantar ke ruang Dahlia B untuk mendapatkan perawatan
lanjutan. Setelah sampai di ruang Dahlia B klien dilakukan pemasangan infus dan
mendapat terapi cairan NaCl 20 tpm. Klien juga mengatakan mual muntah dan
pusing. Klien tampak gelisah dan mengantuk.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan menderita gagal jantung hampir 3 tahun lamanya. Klien
mengatakan 4 bulan yang lalu pernah dirawat di rumah sakit Jakarta untuk operasi
gagal jantung yang klien derita. Klien mengatakan bahwa klien mendapatkan
rujukan dari rumah sakit Tarakan untuk operasi di rumah sakit Jakarta. Klien
mengatakan setelah selesai proses operasi dan diperbolehkan pulang ke Tarakan,
klien melakukan kontrol di poli jantung Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Tarakan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan anggota keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
seperti asma, hipertensi, dan diabetes mellitus.

27
Genogram :

x x X x

61 x 56 x 49 45 53 50 48 45 x 40

27 23 21 17 17

Keterangan :
: Pasien X : Meninggal

: Laki – laki : Garis keturunan

: Perempuan : Garis satu rumah

Bagan 3.1 Genogram keluarga Ny. A


6. Data Psikososial
Sebelum sakit : Klien tinggal bersama suami, anak, menantu dan cucunya, klien
mengatakan hubungan klien dengan keluarganya harmonis, hubungan dengan
tetangga baik, yang mengambil keputusan terkait kesehatan klien adalah suaminya
dan keadaan ekonomi keluarganya saat ini cukup memenuhi kebutuhannya.
Saat sakit : Klien mengatakan berharap cepat sembuh, cemas dikarenakan sudah
lama dirawat di rumah sakit. Keadaan klien saat ini tidak nyaman.
7. Data Spiritual
Sebelum sakit : Klien mengatakan dirinya beragama Islam, klien sangat yakin dan
percaya terhadap agamanya. Saat di rumah klien sering beribadah/shalat.

28
Saat sakit : Selama di rumah sakit, klien tidak pernah sholat namun klien selalu
berdoa agar diberi kesembuhan, dapat kembali berkumpul bersama keluarga, dan
dapat bekerja seperti biasa.
8. Pola Kognitif
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada gangguan pengecapan, pendengaran
dan mampu untuk berbicara. Penglihatan klien kurang baik dan klien
menggunakan kacamata.
Saat sakit : Klien mengatakan mampu mendengar dengan baik, penglihatan klien
kurang membaik dan klien membaca menggunakan kacamata.
9. Pola Konsep Diri
Sebelum sakit : Klien mengatakan klien mengatakan sering berkumpul dengan
tetangga sekitar, senang bermain dengan cucunya dan tidak merasa malu pada
dirinya sendiri.
Saat sakit : Klien mengatakan saat sakit hanya bisa berbaring di tempat tidur dan
mulai mengenal pasien-pasien lain
10. Pola Koping
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan keuangan dan
pandangan terhadap masa depannya ingin yang terbaik.
Saat sakit : Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan keuangan dan ingin
cepat sembuh agar kembali kerumahnya.
11. Aktivitas Sehari – hari
1) Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatakan pola makan teratur 3-4 x sehari, tidak ada diet
serta tidak ada kesulitan menelan dan klien tidak mengalami alergi makanan
Saat sakit : Klien mengatakan nafsu makan berkurang, pola makan 3 x sehari
porsi makanan habis setengah porsi. Makan buah pisang rebus 2 biji 1 x sehari
dan roti tawar selai coklat 1 x sehari
2) Cairan
Sebelum sakit : Klien mengatakan minum air putih sebanyak 7-8 gelas dan minum
1 gelas teh setiap pagi.
Saat sakit : Klien mengatakan hanya minum air putih 450 ml dalam sehari dan
terpasang cairan infus NaCl 20 tpm.

29
3) Eliminasi (BAK dan BAB)
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam BAK dan BAK 4-5
kali dalam sehari berwarna kuning. Tidak ada kesulitan dalam BAB, BAB 2 kali
sehari.
Saat sakit : Klien mengatakan saat sakit juga tidak ada kesulitan dalam BAK,
klien tidak menggunakan kateter, BAK 6 kali dalam sehari, urine encer dan
berwarna kuning, saat sakit juga tidak ada kesulitan dalam BAB, BAB 2 kali
dalam sehari, saat BAB tidak ada darah, tidak ada nyeri, dan tidak menggunakan
obat pencahar.
4) Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan saat sakit jarang tidur siang, dan malam hari
klien tidur mulai jam 21.00 dan bangun jam 05.00.
Saat sakit : Klien mengatakan saat masuk rumah sakit tidur klien tidak nyenyak
dan sering terbangun karena lingkungannya bising serta batuk dan nyeri yang tiba-
tiba muncul. Sesak nafas pada saat posisi baring dan posisi tidur yang kurang
nyaman. Tidur 3 jam saja mulai 23.00 dan terbangun pada pukul 02.00 malam.
5) Olahraga
Sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit tidak ada program olahraga.
Saat sakit : Klien mengatakan saat sakit juga tidak ada program olahraga, hanya
beristirahat saja.
6) Personal Hygine
Sebelum sakit : Klien mengatakan selalu mandi 2 kali sehari, menggosok mandi,
dan mencuci rambut.
Saat sakit : Saat sakit klien hanya di seka oleh suaminya, kuku klien bersih dan
tidak panjang. Klien tampak bersih dan rapi.
7) Aktivitas atau Mobilitas Fisik
Sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit kegiatan sehari – hari nya yaitu
membersihkan rumah, tidak menggunakan alat bantu jalan, dan tidak ada
kesulitan dalam pergerakan tubuh.
Saat sakit : Klien mengatakan cuti bekerja dikarenakan sakit, klien mampu
berjalan sendiri ke toilet tanpa bantuan orang lain.

30
12. Pemeriksaan Fisik
1) Keaadan umum
Tingkat kesadaran klien compos mentis dengan GCS 15 yakni eye 4,verbal
5, dan motoric 6.
2) Tanda – tanda vital
Tekanan darah klien 78/63 mmHg dengan MAP 68 mmHg, frekuensi nadi
120 x/menit, frekuensi pernapasan 26x/menit, suhu tubuh klien 36,2°C, SPO2
: 98%
3) Antropometri
Berat badan : 69 Kg
Tinggi badan 150 Cm
𝐵𝐵 (𝐾𝑔) 69 𝐾𝑔 69
IMT : 𝑇𝐵 (𝑀) 𝑥 𝑇𝐵 (𝑀) = 1,5 𝑥 1,5 = = 30,67
2.25

Dengan demikian maka kesimpulan yang di dapatkan klien mengalami berat


badan gemuk dimana rentang normal IMT berada di 18-22 untuk dewasa.
4) Sistem Pernapasan
(1) Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat secret, tidak terdapat polip, klien
tidak mengalami epitaksis, mukosa hidung berwarna merah, klien terlihat
menggunakan oksigen 3 liter dengan nasal kanul
(2) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Tidak ada benjolan, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak terdapat massa.
(3) Dada
Bentuk dada normochest, pengembangan dada mengikuti pernafasan,
gerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat nyeri tekan, jenis
pernafasan takipnea, vocal premitus normal saat dilakukan palpasi
meletakkan tangan di bagian punggung klien dan mengucapkan “77”
getaran dapat dirasakan, serta terdapat suara tambahan pada lapang dada
sebelah kanan yaitu wheezing.
5) Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva tampak anemis, bibir pucat, arteri carotis teraba kuat, ictus
cordis teraba pada ICS 5 mid clavikula sinistra. Pada dipalpasi tekanan vena

31
jugularis meninggi 5 dan -5, Capillary Refilling Time (CRT) 3 detik, tidak terjadi
pembesaran pada jantung,. Pada saat diperkusi jantung redup dan batas jantung
kanan atas ICS 2 linea sternalis dextra, kiri atas ICS 2 linea sternalis dextra, kanan
bawah ICS 4 linea mid clavikula sinistra, pada saat auskultasi bunyi jantung S1 :
lup pada ICS 2 S2 : dup, irama jantung ireguler, frekuensi jantung takikardia
6) Sistem pencernaan
(1) Mulut
Tidak ada stomatitis, bibir pucat dan terlihat kering, tidak ada
gangguan menelan, tidak ada karies gigi, tidak ada labiopalatoskizis.
(2) Abdomen
Tidak ada lesi, umbilicus tidak menonjol, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak terdapat massa atau benjolan pada abdomen, tidak ada distensi
abdomen, saat dilakukan perkusi abdomen terdengar timpani, keadaan
perkusi pada hepar yaitu pekak, Tidak ada pembesaran hepar. bising
usus 7 x/menit.
7) Sitem Penginderaan
(1) Mata, konjungtiva tampak anemis, ukuran pupil isokor, sklera tidak
ikterik, penyebaran bulu mata merata, tidak ada nyeri tekan pada
daerah mata, reflek terhadap cahaya pupil mengecil, klien
menggunakan kacamata baca, dan tampak terdapat kantung mata pada
klien.
(2) Hidung, tidak terdapat polip, tidak terdapat sinus, tidak terdapat
secret, tidak terdapat pendarahan, membrane mukosa hidung berwarna
merah muda, dan tidak terdapat pernafasan cuping hidung
(3) Telinga, daun telinga simetris kanan dan kiri, warna daubn relinga
coklat, terdapat serumen dilubang telinga, fungsi pendengaran baik.
8) Sistem Persarafan
(1) Fungsi serebral
Status mental : Orientasi baik, daya ingat baik, klien mampu mengingat
waktu dan tempat.
Tingkat kesadaran : composmentis
GCS : Eye : 4, Verbal : 5, Motoric : 6

32
Hasil : 15
(2) Fungsi cranial
1. Nervus I (olfaktorius) : klien dapat membedakan aroma minyak kayu
putih dan kopi.
2. Nervus II (optikus) : klien membaca jarak 30 cm dibantu dengan
kacamata
3. Nervus III (okulomotorius), nervus IV (troklearis), nervus VI
(abdusen) : bola mata klien dapat mengikuti jari pemeriksa tanpa
menoleh.
4. Nervus V (trigemius) : tidak terjadi kelumpuhan pada otot wajah,
klien juga mampu merasakan gerakan kertas diberikan.
5. Nervus VII (fasialis) : klien dapat mengangkat alis dan
memperlihatkan gigi.
6. Nervus VIII (vestibulokoklearis) : klien dapat mendengar suara
pemeriksa.
7. Nervus IX (glosafaringus) : klien dapat membedakan rasa asin,
manis, asam, dan pahit.
8. Nervus X (vagus) : klien tidak mengalami kesulitan dalam menelan
9. Nervus XI (asesorius) : klien dapat menahan tekanan pada lengan
10. Nervus XII (hipoglosus) : klien dapat mendorong pipi menggunakan
lidah dan dapat menjulurkan lidah.
9) Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala klien normosefali, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan pada
bagian kepala, tidak terdapat kelainan pada bagian tulang belakang, tidak ada
pembengkakan di kaki dan tangan, cara berdiri normal.
10) Sistem Integumen
Rambut berwarna hitam dan pertumbuhan rambut merata, kulit sawo
matang, tidak ada lesi, dan tidak ada ketombe pada kulit kepala, kulit klien
tampak bersih, tidak ada ruam pada kulit, kuku berwarna merah muda, kuku
bersih dan tidak panjang, Capillary Refilling Time (CRT) 3 detik.
11) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran tiroid, dan tidak ada keringat yang berlebihan

33
12) Sistem Perkemihan
Klien mengatakan tidak ada penyakit kencing batu, klien juga mengatakan
saat BAK tidak ada nyeri, klien mengatakan BAK 6 kali dalam sehari, urine
encer dan berwarna kuning
13) Sistem Imun
Klien mengatakan tidak ada alergi cuaca, debu dan bulu binatang.
14) Pemeriksaan Penunjang
(1) laboratorium
Tabel 3.1 pemeriksaan laboratorium pada Ny. A pada tanggal 25 November
2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi lengkap
Hemoglobin 14,7 g/dL 14.0 – 18.0
Leukosit 10.30 10 ^3/uL 4.00 – 12.00
Eritrosit 4.89 10 ^6/uL 4.50 – 6.00
Hematokrit 41.9 % 40.0 – 48.0
Trombosit 196 10 ^3/uL 150 – 450
Indeks Erirosit
MCV 85.7 fL 82.0 – 96.0
MCH 30.1 pg 27.0 – 31.0
MCHC 35.1 g/l 32.0 – 37.0
Hitung jenis
Neutrofil H 77.9 % 50 – 70
Limfosit L 13.2 % 20.0 – 40.0
Monosit H 8.9 % 2.0 – 8.0
Kimia darah
Glukosa darah 101 mg/dL <200
sewaktu
Na, K, Cl
Kalium L 3.1 mmol/L 3.5 – 5.1
Natrium L 129.9 mmol/L 136 – 146
Klorida darah 98.8 mmol/L 96 – 106

34
(2) EKG
EKG pada Ny. A pada tanggal 25 November 2019 Jam 09.42

Gambar 3.1 Hasil pemeriksaan Rekam Jantung Ny. A


Intepretasi hasiil EKG : Sinus Aritmia
1) Irama : ireguler
2) HR : 60 x/menit
3) Gelombang P : ada (+)
4) QRS : ada (+ )

35
15) Program Terapi
Tabel terapi 3.2
NO Terapi Dosis Rute manfaat
1 Paracetamol 350 mg/ 8 Via oral meredahkan nyeri
jam
2 Diazepam 1 mg/ 8 jam Via oral meredahkan
kecemasan dan sulit
tidur
3 Amitriptilin 5 mg/ 8 jam Via oral meringankan
gangguan kecemasan
4 Ergotamin 1 mg/ 8 jam Via oral mencegah dan
mengobati migrain
5 Flunarizin 10 mg/ 12 Via oral mencegah serangan
jam migrain
6 Dimenhidrinat 50 mg/ 8 jam Via oral meredahkan mual,
muntah, dan pusing
7 Diphenhydramine 1 ampul/ 8 Via meredakan gejala
jam intravena akibat reaksi alergi
8 Cairan infus NaCl 20 tpm Via
intravena

16) Klasifikasi Data


Data Subyektif :
1. Klien mengatakan nyeri dibagian uluh hati
2. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
3. Klien mengatakan skala nyeri 6 dan waktu nyeri yang dirasakan kurang
lebih 1 menit
4. Klien mengatakan batuk gatal tidak berdahak
5. Klien mengatakan mual muntah
6. Klien mengatakan pusing
7. klien mengatakan cemas dikarenakan sudah lama dirawat dirumah sakit

36
8. Klien mengatakan nafsu makan berkurang dan menghabiskan
makanannya setengah porsi
9. Klien mengatakan tidur klien tidak nyenyak dan sering terbangun karena
batuk
10. klien mengatakan sesak nafas pada saat posisi baring
11. klien mengatakan posisi tidur yang kurang nyaman
12. Klien mengatakan lingkungannya bising
13. Klien mengatakan tidur 3 jam saja mulai 23.00 dan terbangun pada pukul
02.00 malam
Data Obyektif :
1. Klien tampak gelisah
2. Konjungtiva anemis
3. klien terlihat menggunakan oksigen 3 liter dengan nasal kanul
4. Bibir pucat dan terlihat kering
5. Klien tampak cemas
6. Klien tampak mengantuk
7. Tampak terdapat kantung mata pada klien
8. IMT 30,67
9. Tekanan Darah 78/63 mmHg MAP 68 mmHg
10. Nadi 120x/menit
11. Frekuensi pernafasan 26x/menit
12. Jenis pernafasan takipnea
13. Terdapat suara tambahan pada lapang dada sebelah kanan yaitu
wheezing
14. Irama jantung distritmia, frekuensi jantung takikardia
17) Analisis Data
1) Pengelompokan Data 1
(1) Data Subyektif
1. klien mengatakan sesak nafas pada saat posisi baring
(2) Data Obyektif
1. Tekanan Darah 78/63 mmHg MAP 68 mmHg
2. Nadi 120x/menit

37
3. Frekuensi pernafasan 26x/menit
4. Terdapat suara tambahan pada lapang dada sebelah kanan yaitu
wheezing
5. Irama jantung ireguler, frekuensi jantung takikardia
(3) Masalah : penurunan curah jantung
(4) Etiologi : perubahan frekuensi jantung
2) Pengelompokan Data 2
(1) Data Subyektif
1. klien mengatakan sesak nafas pada saat posisi baring
(2) Data Obyektif
2. Frekuensi pernafasan 26x/menit
3. Jenis pernafasan takipnea
4. Terdapat suara tambahan pada lapang dada sebelah kanan yaitu
wheezing
5. Klien tampak gelisah
(3) Masalah : pola nafas tidak efektif
(4) Etiologi : hambatan upaya nafas
3) Pengelompokan Data 3
(1) Data Subyektif
1. Klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati
2. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
3. Klien mengatakan skala nyeri 6 dan waktu nyeri yang dirasakan
kurang lebih 1 menit
4. Klien mengatakan mual muntah
(2) Data Obyektif
1. Klien tampak gelisah
2. Tekanan Darah 78/63 mmHg MAP 68 mmHg
3. Frekuensi pernafasan 26x/menit
(3) Masalah : nyeri akut
(4) Etiologi : agen pencedera fisiologis
4) Pengelompokan Data 4
(1) Data Subyektif

38
1. Klien mengatakan tidur klien tidak nyenyak dan sering
terbangun karena batuk
2. klien mengatakan sesak nafas pada saat posisi baring
3. klien mengatakan posisi tidur yang kurang nyaman
4. Klien mengatakan lingkungannya bising
5. Klien mengatakan tidur 3 jam saja mulai 23.00 dan terbangun
pada pukul 02.00 malam
(2) Data Obyektif :
1. Klien tampak mengantuk
2. Klien tampak cemas
3. Tampak terdapat kantung mata pada klien
(3) Masalah : Gangguan pola tidur
(4) Etiologi : Hambatan lingkungan
5) Pengelompokan Data 5
(1) Data Subyektif
1. klien mengatakan cemas dikarenakan sudah lama dirawat
dirumah sakit
2. Klien mengatakan pusing
(2) Data Obyektif :
1. Klien tampak gelisah
2. Klien tampak cemas
3. Nadi 120x/menit
4. Frekuensi pernafasan 26x/menit
(3) Masalah : Ansietas
(4) Etiologi : Ancaman terhadap konsep diri
3.2 Diagnosis Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian dan analisis data, didapatkan diagnosis
keperawatan berdasarkan skala prioritas. Diagnosis keperawatan tersebut adalah:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
dibuktikan dengan klien mengatakan sesak nafas pada saat posisi baring,
tekanan Darah 78/63 mmHg MAP 68 mmHg, nadi 120 x/menit, irama
jantung ireguler.

39
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
dibuktikan dengan klien mengatakan sesak nafas pada saat posisi baring,
frekuensi pernafasan 26x/menit, jenis pernafasan takipnea, terdapat suara
tambahan pada lapang dada sebelah kanan yaitu wheezing.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 6 dan waktu nyeri yang dirasakan kurang
lebih 1 menit, klien tampak gelisah.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan
dengan klien mengatakan tidur klien tidak nyenyak dan sering terbangun
karena batuk, sesak pada posisi baring, posisi tidur kurang nyaman,
lingkungannya bising, klien tampak ngantuk dan terdapat kantung mata
pada klien.
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri dibuktikan
dengan klien mengatakan cemas dikarenakan sudah lama dirawat di rumah
sakit dan klien tampak cemas.

3.3 Intervensi Keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
dibuktikan dengan klien mengatakan sesak nafas pada saat posisi baring,
tekanan Darah 78/63 mmHg MAP 68 mmHg, nadi 120 x/menit, irama
jantung ireguler. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan penurunan curah jantung dapat membaik dengan kriteria hasil :
1) Tekanan darah sistol membaik dengan rentang 100-130 mmHg dan
tekanan darah diastol membaik dengan rentang 70-90 mmHg.
2) Frekuensi nadi membaik dengan rentang 60-100 x/menit
3) Frekuensi pernafasan membaik dengan rentang 18-20x/menit
Intervensi :
1) Monitor tekanan darah
2) Monitor saturasi oksigen
3) Monitor keluhan nyeri dada
4) Berikan posisi semifowler atau fowler

40
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
dibuktikan dengan klien mengatakan sesak nafas pada saat posisi baring,
frekuensi pernafasan 26x/menit, jenis pernafasan takipnea, terdapat suara
tambahan pada lapang dada sebelah kanan yaitu wheezing. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola nafas
tidak efektif dapat membaik dengan kriteria hasil :
1) Frekuensi pernafasan membaik dengan rentang 18-20x/menit
2) Suara nafas tambahan berkurang
Intervensi :
1) Monitor frekuensi nafas dan pola nafas
2) Monitor bunyi nafas tambahan
3) Posisikan semifowler atau fowler
4) Anjurkan minum air hangat
5) Kolaborasi bronkodilator
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 6 dan waktu nyeri yang dirasakan kurang
lebih 1 menit, klien tampak gelisah. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan klien dapat mengontrol nyeri dengan kriteria
hasil:
1) Keluhan nyeri ulu hati pada klien menurun
2) Gelisah pada klien menurun
3) Tekanan darah sistol membaik dengan rentang 100-130 mmHg dan
tekanan darah diastol membaik dengan rentang 70-90 mmHg.
4) Frekuensi nadi membaik dengan rentang 60-100 x/menit
Intervensi :
1) Identifikasi lokasi dan skala nyeri
2) Fasilitasi istirahat tidur
3) Ajarkan klien relaksasi nafas dalam
4) Kolaborasi pemberian analgetik

41
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan
dengan klien mengatakan tidur klien tidak nyenyak dan sering terbangun
karena batuk, sesak pada posisi baring, posisi tidur kurang nyaman,
lingkungannya bising, klien tampak ngantuk dan terdapat kantung mata
pada klien. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan klien dapat mengontrol nyeri dengan kriteria hasil:
1) Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam setiap hari
2) Dapat tidur dengan nyenyak
3) Tidak menunjukan perilaku gelisah
Intervensi :
1) Identifikasi pola tidur
2) Identifikasi faktor pengganggu tidur
3) Modifikasi lingkungan
4) Jelaskan pentingnya tidur selama sakit
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri dibuktikan
dengan klien mengatakan cemas dikarenakan sudah lama dirawat di rumah
sakit dan klien tampak cemas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan klien dapat mengontrol cemas dengan kriteria
hasil:
1) Tidak menunjukan perilaku gelisah
2) Keluhan pusing berkurang
3) Frekuensi nadi membaik dengan rentang 60-100 x/menit
4) Frekuensi pernafasan membaik dengan rentang 18-20x/menit
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda ansietas
2) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
4) Kolaborasi pemberian obat antiansietas

42
3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan hari ke 1, Kamis, 12 Desember 2019
1. Diagnosis Keperawatan 1
(1) Pukul 19.10 Memonitor tekanan darah dan nadi
Subyektif : -
Obyektif : TD 78/63 mmHg dan nadi 120x/menit
(2) Pukul 19.15 Memonitor saturasi oksigen
Subyektif : klien mengatakan sesak pada saat posisi baring
Obyektif : memberikan oksigen dengan nasal kanul 3 L
(3) Pukul 19. 20 memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengsh duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(4) Pukul 19.25 Memonitor keluhan nyeri dada
Subyektif : klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati
Obyektif : klien tampak gelisah
(5) Pukul 21. 30 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(6) Pukul 21.35 Memonitor saturasi oksigen
Subyektif : klien mengatakan sesak berkurang pada saat posisi duduk
Obyektif : memberikan oksigen dengan nasal kanul 3 L
(7) Pukul 21.40 Memonitor keluhan nyeri dada
Subyektif : klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati berkurang pada
saat posisi duduk
Obyektif : gelisah pada klien berkurang
(8) Pukul 04.00 Memonitor tekanan darah dan nadi
Subyektif : -
Obyektif : TD 90/70 mmHg dan nadi 110x/menit
(9) Pukul 04.05 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk
Obyektif : klien tampak nyaman

43
(10) Pukul 04.05 Memonitor keluhan nyeri dada
Subyektif : klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati berkurang pada
saat posisi setengah duduk
Obyektif : gelisah pada klien berkurang
(11) Pukul 04.10 Memonitor saturasi oksigen
Subyektif : klien mengatakan sesak berkurang pada saat posisi
setengah duduk
Obyektif : memberikan oksigen dengan nasal kanul 3 L
2. Diagnosis Keperawatan 2
(1) Pukul 19.20 Memonitor frekuensi nafas dan pola nafas
Subyektif : -
Obyektif: frekuensi nafas 24x/menit dan jenis pernafasan takipnea
(2) Pukul 19.15 Memonitor bunyi nafas tambahan
Subyektif : -
Obyektif : Terdapat suara tambahan pada lapang dada sebelah kanan
yaitu wheezing
(3) Pukul 19.20 Memposisikan semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(4) Pukul 19.25 Menganjurkan minum air hangat
Subyektif : klien mengatakan paham dengan anjuran yang diberikan
Obyektif: klien tampak paham
(5) Pukul 21. 30 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(6) Pukul 21.35 Memonitor frekuensi nafas dan pola nafas
Subyektif : -
Obyektif: frekuensi nafas 22x/menit dan jenis pernafasan takipnea
(7) Pukul 21.40 Memonitor bunyi nafas tambahan
Subyektif : -
Obyektif : Terdapat suara tambahan pada lapang dada sebelah kanan
yaitu wheezing

44
(8) Pukul 04.05 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(9) Pukul 04.10 Memonitor frekuensi nafas dan pola nafas
Subyektif : -
Obyektif: frekuensi nafas 22x/menit dan jenis pernafasan takipnea
(10) Pukul 04.15 Memonitor bunyi nafas tambahan
Subyektif : -
Obyektif : Terdapat suara tambahan pada lapang dada sebelah kanan
yaitu wheezing
(11) Pukul 07.00 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
3. Diagnosis Keperawatan 3
(1) Pukul 19.10 Mengidentifikasi lokasi dan skala nyeri
Subyektif:
1) Klien mengatakan nyeri dibagian uluh hati
2) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
3) Klien mengatakan skala nyeri 6 dan waktu nyeri yang dirasakan
kurang lebih 1 menit
Obyektif : klien tampak gelisah
(2) Pukul 19.20 Memfasilitasi istirahat tidur
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan tidur posisi setengah
duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(3) Pukul 19.25 Mengajarkan klien relaksasi nafas dalam
Subyektif : klien mengatakan paham tentang teknik relaksasi nafas
dalam
Obyektif : klien tampak paham dan mengikuti ajaran teknik relaksasi
nafas dalam
(4) Pukul 21.00 Kolaborasi pemberian analgetik
Subyektif : -

45
Obyektif :
1) memberikan obat paracetamol 350 mg 3x1 via oral
2) Memberikan obat ergotamin 1 mg 3x1 via oral
3) Memberikan obat flunarizin 10 mg 2x1 via oral
4) Memberikan obat diphenhydramine 150 mg via IV
(5) Pukul 21.25 Mengidentifikasi lokasi dan skala nyeri
Subyektif:
4) Klien mengatakan nyeri dibagian uluh hati
5) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
6) Klien mengatakan skala nyeri 6 dan waktu nyeri yang dirasakan
kurang lebih 1 menit
Obyektif : klien tampak gelisah
(6) Pukul 21.30 Memfasilitasi istirahat tidur
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan tidur posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(7) Pukul 21.35 Mengajarkan klien relaksasi nafas dalam
Subyektif : klien mengatakan paham tentang teknik relaksasi nafas
dalam
Obyektif : klien tampak paham dan mengikuti ajaran teknik relaksasi
nafas dalam
(8) Pukul 04.05 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(9) Pukul 04.10 Mengidentifikasi lokasi dan skala nyeri
Subyektif:
1) Klien mengatakan nyeri dibagian uluh hati
2) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
3) Klien mengatakan skala nyeri 5 dan waktu nyeri yang dirasakan
kurang lebih 1 menit
Obyektif : klien tampak gelisah
(10) Pukul 04.10 Memfasilitasi istirahat tidur
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan tidur posisi duduk

46
Obyektif : klien tampak nyaman
(11) Pukul 05.00 Kolaborasi pemberian analgetik
Subyektif : -
Obyektif :
5) memberikan obat paracetamol 350 mg 3x1 via oral
6) Memberikan obat ergotamin 1 mg 3x1 via oral
7) Memberikan obat flunarizin 10 mg 2x1 via oral
Memberikan obat diphenhydramine 150 mg via IV
4. Diagnosis Keperawatan 4
(1) Pukul 19.10 Mengidentifikasi pola tidur
Subyektif
1) Klien mengatakan tidur klien tidak nyenyak dan sering
terbangun karena batuk
2) klien mengatakan sesak nafas pada saat posisi baring
3) klien mengatakan posisi tidur yang kurang nyaman
Obyektif : klien tampak mengantuk dan Tampak terdapat kantung
mata pada klien
(2) Pukul 19.15 Mengidentfikasi faktor pengganggu tidur
Subyektif :
1) Klien mengatakan tidur klien tidak nyenyak dan sering
terbangun karena batuk
2) Klien mengatakan lingkungannya bising
Obyektif : klien tampak mengantuk dan Tampak terdapat kantung
mata pada klien
(3) Pukul 19.20 Memodifikasi lingkungan
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan lingkungan yang
tenang
Obyektif : klien tampak nyaman
(4) Pukul 19.45 Menjelaskan pentingnya tidur selama sakit
Subyektif : klien mnegatakan paham dengan penjelasan pentingnya
tidur selama sakit
Obyektif : klien tampak paham

47
(5) Pukul 21.35 Mengidentifikasi pola tidur
Subyektif Klien mengatakan tidur klien tidak nyenyak dan sering
terbangun karena batuk
Obyektif : Terdapat kantung mata pada klien
(6) Pukul 21.40 Mengidentfikasi faktor pengganggu tidur
Subyektif :
1) Klien mengatakan tidur klien tidak nyenyak dan sering
terbangun karena batuk
(2) Klien mengatakan lingkungannya bising
Obyektif : klien tampak mengantuk dan Tampak terdapat kantung
mata pada klien
(7) Pukul 04.05 Memodifikasi lingkungan
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan lingkungan yang
tenang
Obyektif : klien tampak nyaman
(8) Pukul 04,10 Menjelaskan pentingnya tidur selama sakit
Subyektif : klien mnegatakan paham dengan penjelasan pentingnya
tidur selama sakit
Obyektif : klien tampak paham
5. Diagnosis Keperawatan 5
(1) Pukul 19.10 Memonitor tanda-tanda ansietas
Subyektif : klien mengatakan cemas dikarenakan sudah lama
dirawat dirumah sakit
Obyektif : klien tampak gelisah
(2) Pukul 19.15 Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
Subyektif : -
Obyektif : klien tampak nyaman
(3) Pukul 19.20 menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Subyektif : keluarga klien mnegatakan tetap bersama klien
Obyektif : -

48
(4) Pukul 21.00 Mengkolaborasi pemberian obat antiansietas
Subyektif : -
Obyektif :
1) memberikan obat Diazepam 1 mg 3x1 via oral
2) Memberikan obat Amitriptilin 5 mg 3x1 via oral
3) Memberikan obat Flunarizin 10 mg 2x1 via oral
(5) Pukul 21.25 Memonitor tanda-tanda ansietas
Subyektif : klien mengatakan cemas berkurang
Obyektif : klien tampak tidak gelisah
(6) Pukul 21.30 Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
Subyektif : -
Obyektif : klien tampak nyaman
(7) Pukul 21.35menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Subyektif : keluarga klien mnegatakan tetap bersama klien
Obyektif :-
(8) Pukul 04.05 Memonitor tanda-tanda ansietas
Subyektif : klien mengatakan cemas berkurang
Obyektif : klien tampak tidak gelisah
(9) Pukul 04.10 Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
Subyektif : -
Obyektif : klien tampak nyaman
(10) Pukul 05.00 Mengkolaborasi pemberian obat antiansietas
Subyektif : -
Obyektif :
1) memberikan obat Diazepam 1 mg 3x1 via oral
2) Memberikan obat Amitriptilin 5 mg 3x1 via oral
3) Memberikan obat Flunarizin 10 mg 2x1 via oral
(11) Pukul 05.30 Memonitor tanda-tanda ansietas
Subyektif : klien mengatakan cemas berkurang
Obyektif : klien tampak tidak gelisah

49
Implementasi keperawatan hari ke 2, Jumat, 13 Desember 2019
1. Diagnosis Keperawatan 1
(1) Pukul 19.00 Memonitor tekanan darah dan nadi
Subyektif : -
Obyektif : TD 112/83 mmHg dan nadi 80x/menit
(2) Pukul 19.10 Memonitor saturasi oksigen
Subyektif : klien mengatakan sesak pada saat posisi baring
Obyektif : memberikan oksigen dengan nasal kanul 3 L
(3) Pukul 19. 15 memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengsh duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(4) Pukul 19.20 Memonitor keluhan nyeri dada
Subyektif : klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati
Obyektif : klien tampak gelisah
(5) Pukul 21. 30 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(6) Pukul 21.35 Memonitor saturasi oksigen
Subyektif : klien mengatakan sesak berkurang pada saat posisi duduk
Obyektif : memberikan oksigen dengan nasal kanul 3 L
(7) Pukul 21.40 Memonitor keluhan nyeri dada
Subyektif : klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati berkurang pada
saat posisi duduk
Obyektif : gelisah pada klien berkurang
(8) Pukul 04.00 Memonitor tekanan darah dan nadi
Subyektif : -
Obyektif : TD 110/70 mmHg dan nadi 90x/menit
(9) Pukul 04.05 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk
Obyektif : klien tampak nyaman

50
(10) Pukul 04.05 Memonitor keluhan nyeri dada
Subyektif : klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati berkurang pada
saat posisi setengah duduk
Obyektif : gelisah pada klien berkurang
(11) Pukul 04.10 Memonitor saturasi oksigen
Subyektif : klien mengatakan sesak berkurang pada saat posisi
setengah duduk
Obyektif : memberikan oksigen dengan nasal kanul 3 L
2. Diagnosis Keperawatan 2
(1) Pukul 19.00 Memonitor frekuensi nafas dan pola nafas
Subyektif : -
Obyektif: frekuensi nafas 25x/menit dan jenis pernafasan takipnea
(2) Pukul 19.05 Memonitor bunyi nafas tambahan
Subyektif : -
Obyektif : Terdapat suara tambahan pada lapang dada sebelah kanan
yaitu wheezing
(3) Pukul 19.10 Memposisikan semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(4) Pukul 19.15 Menganjurkan minum air hangat
Subyektif : klien mengatakan paham dengan anjuran yang diberikan
Obyektif: klien tampak paham
(5) Pukul 21. 30 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(6) Pukul 21.35 Memonitor frekuensi nafas dan pola nafas
Subyektif : -
Obyektif: frekuensi nafas 21x/menit dan jenis pernafasan takipnea
(7) Pukul 21.40 Memonitor bunyi nafas tambahan
Subyektif : -
Obyektif : Terdapat suara tambahan pada lapang dada sebelah kanan
yaitu wheezing

51
(8) Pukul 04.05 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(9) Pukul 04.10 Memonitor frekuensi nafas dan pola nafas
Subyektif : -
Obyektif: frekuensi nafas 20x/menit dan jenis pernafasan takipnea
(10) Pukul 04.15 Memonitor bunyi nafas tambahan
Subyektif : -
Obyektif : Terdapat suara tambahan pada lapang dada sebelah kanan
yaitu wheezing
(11) Pukul 06.00 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
3. Diagnosis Keperawatan 3
(1) Pukul 19.00 Mengidentifikasi lokasi dan skala nyeri
Subyektif:
1) Klien mengatakan nyeri dibagian uluh hati
2) Klien mengatakan skala nyeri 5 dan waktu nyeri yang
dirasakan kurang lebih 1 menit
Obyektif : klien tampak gelisah
(2) Pukul 19.05 Memfasilitasi istirahat tidur
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan tidur posisi setengah
duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(3) Pukul 19.10 Mengajarkan klien relaksasi nafas dalam
Subyektif : klien mengatakan paham tentang teknik relaksasi nafas
dalam
Obyektif : klien tampak paham dan mengikuti ajaran teknik relaksasi
nafas dalam
(4) Pukul 21.00 Kolaborasi pemberian analgetik
Subyektif : -
Obyektif :

52
8) memberikan obat paracetamol 350 mg 3x1 via oral
9) Memberikan obat ergotamin 1 mg 3x1 via oral
10) Memberikan obat flunarizin 10 mg 2x1 via oral
11) Memberikan obat diphenhydramine 150 mg via IV
2. Pukul 21.35 Mengidentifikasi lokasi dan skala nyeri
Subyektif:
1) Klien mengatakan nyeri dibagian uluh hati
2) Klien mengatakan skala nyeri 4 dan waktu nyeri yang dirasakan
kurang lebih 1 menit
Obyektif : klien tampak gelisah
3. Pukul 21.40 Memfasilitasi istirahat tidur
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan tidur posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
4. Pukul 21.45 Mengajarkan klien relaksasi nafas dalam
Subyektif : klien mengatakan paham tentang teknik relaksasi nafas
dalam
Obyektif : klien tampak paham dan mengikuti ajaran teknik relaksasi
nafas dalam
5. Pukul 04.05 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
6. Pukul 04.10 Mengidentifikasi lokasi dan skala nyeri
Subyektif:
1) Klien mengatakan nyeri dibagian uluh hati
2) Klien mengatakan skala nyeri 4 dan waktu nyeri yang dirasakan
kurang lebih 1 menit
Obyektif : klien tampak gelisah
7. Pukul 04.15 Memfasilitasi istirahat tidur
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan tidur posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
8. Pukul 05.00 Kolaborasi pemberian analgetik
Subyektif : -

53
Obyektif :
12) memberikan obat paracetamol 350 mg 3x1 via oral
13) Memberikan obat ergotamin 1 mg 3x1 via oral
14) Memberikan obat flunarizin 10 mg 2x1 via oral
Memberikan obat diphenhydramine 150 mg via IV
4. Diagnosis Keperawatan 4
(1) Pukul 19.00 Mengidentifikasi pola tidur
Subyektif
1) Klien mengatakan tidur klien nyenyak
2) klien mengatakan posisi nyaman
Obyektif : -
(2) Pukul 19.15 Mengidentfikasi faktor pengganggu tidur
Subyektif : klien mengatakan tidak ada faktor pengganggu tidur
Obyektif :
(3) Pukul 19.20 Memodifikasi lingkungan
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan lingkungan yang
tenang
Obyektif : klien tampak nyaman
(4) Pukul 19.45 Menjelaskan pentingnya tidur selama sakit
Subyektif : klien mnegatakan paham dengan penjelasan pentingnya
tidur selama sakit
Obyektif : klien tampak paham
(5) Pukul 21.30 Mengidentifikasi pola tidur
Subyektif
1) Klien mengatakan tidur klien nyenyak
2) klien mengatakan posisi nyaman
Obyektif : -
(6) Pukul 21.35 Mengidentfikasi faktor pengganggu tidur
Subyektif : klien mengatakan tidak ada faktor pengganggu tidur
Obyektif : klien tampak mengantuk dan Tampak terdapat kantung
mata pada klien

54
(7) Pukul 04.05 Memodifikasi lingkungan
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan lingkungan yang
tenang
Obyektif : klien tampak nyaman
(8) Pukul 04,10 Menjelaskan pentingnya tidur selama sakit
Subyektif : klien mnegatakan paham dengan penjelasan pentingnya
tidur selama sakit
Obyektif : klien tampak paham
5. Diagnosis Keperawatan 5
(1) Pukul 19.00 Memonitor tanda-tanda ansietas
Subyektif : klien mengatakan cemas berkurang
Obyektif : klien tampak tidak gelisah
(2) Pukul 19.05 Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
Subyektif : -
Obyektif : klien tampak nyaman
(3) Pukul 19.10 menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Subyektif : keluarga klien mnegatakan tetap bersama klien
Obyektif : -
(4) Pukul 21.00 Mengkolaborasi pemberian obat antiansietas
Subyektif : -
Obyektif :
4) memberikan obat Diazepam 1 mg 3x1 via oral
5) Memberikan obat Amitriptilin 5 mg 3x1 via oral
6) Memberikan obat Flunarizin 10 mg 2x1 via oral
(5) Pukul 21.30 Memonitor tanda-tanda ansietas
Subyektif : klien mengatakan cemas berkurang
Obyektif : klien tampak tidak gelisah
(6) Pukul 21.35 Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
Subyektif : -
Obyektif : klien tampak nyaman

55
(7) Pukul 21.40 Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Subyektif : keluarga klien mnegatakan tetap bersama klien
Obyektif :-
(8) Pukul 04.05 Memonitor tanda-tanda ansietas
Subyektif : klien mengatakan cemas berkurang
Obyektif : klien tampak tidak gelisah
(9) Pukul 04.10 Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
Subyektif : -
Obyektif : klien tampak nyaman
(10) Pukul 05.00 Mengkolaborasi pemberian obat antiansietas
Subyektif : -
Obyektif :
1) memberikan obat Diazepam 1 mg 3x1 via oral
2) Memberikan obat Amitriptilin 5 mg 3x1 via oral
3) Memberikan obat Flunarizin 10 mg 2x1 via oral
(11) Pukul 05.30 Memonitor tanda-tanda ansietas
Subyektif : klien mengatakan cemas berkurang
Obyektif : klien tampak tidak gelisah

Implementasi keperawatan hari ke 3, Sabtu, 14 Desember 2019


1. Diagnosis Keperawatan 1
(1) Pukul 14.15 Memonitor tekanan darah dan nadi
Subyektif : -
Obyektif : TD 125/80 mmHg dan nadi 80x/menit
(2) Pukul 14.20 Memonitor saturasi oksigen
Subyektif : klien mengatakan sesak pada saat posisi baring
Obyektif : memberikan oksigen dengan nasal kanul 3 L
(3) Pukul 14. 25 memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengsh duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(4) Pukul 14.30 Memonitor keluhan nyeri dada

56
Subyektif : klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati dengan skala
nyeri 3
Obyektif : klien tampak tidak gelisah
(5) Pukul 16. 00 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(6) Pukul 16.05 Memonitor saturasi oksigen
Subyektif : klien mengatakan sesak berkurang pada saat posisi duduk
Obyektif : memberikan oksigen dengan nasal kanul 3 L
(7) Pukul 16.10 Memonitor keluhan nyeri dada
Subyektif : klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati berkurang pada
saat posisi duduk
Obyektif : gelisah pada klien berkurang
(8) Pukul 17.00 Memonitor tekanan darah dan nadi
Subyektif : -
Obyektif : 120/76 mmHg dan nadi 88x/menit
(9) Pukul 17.05 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(10) Pukul 17.10 Memonitor keluhan nyeri dada
Subyektif : klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati berkurang pada
saat posisi setengah duduk
Obyektif : gelisah pada klien berkurang
(11) Pukul 18.00 Memonitor saturasi oksigen
Subyektif : klien mengatakan sesak berkurang pada saat posisi
setengah duduk
Obyektif : memberikan oksigen dengan nasal kanul 3 L
2. Diagnosis Keperawatan 2
(1) Pukul 14.15 Memonitor frekuensi nafas dan pola nafas
Subyektif : -
Obyektif: frekuensi nafas 20x/menit dan jenis pernafasan takipnea
(2) Pukul 14.20 Memonitor bunyi nafas tambahan

57
Subyektif : -
Obyektif : Terdapat suara tambahan pada lapang dada sebelah kanan
yaitu wheezing
(3) Pukul 14.25 Memposisikan semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(4) Pukul 14.30 Menganjurkan minum air hangat
Subyektif : klien mengatakan paham dengan anjuran yang diberikan
Obyektif: klien tampak paham
(5) Pukul 16.00 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(6) Pukul 16.05 Memonitor frekuensi nafas dan pola nafas
Subyektif : -
Obyektif: frekuensi nafas 20x/menit dan jenis pernafasan takipnea
(7) Pukul 16.10 Memonitor bunyi nafas tambahan
Subyektif : -
Obyektif : Terdapat suara tambahan pada lapang dada sebelah kanan
yaitu wheezing
(8) Pukul 16.10 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(9) Pukul 17.10 Memonitor frekuensi nafas dan pola nafas
Subyektif : -
Obyektif: frekuensi nafas 20x/menit dan jenis pernafasan takipnea
(10) Pukul 17.15 Memonitor bunyi nafas tambahan
Subyektif : -
Obyektif : Terdapat suara tambahan pada lapang dada sebelah kanan
yaitu wheezing
(11) Pukul 18.05 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman

58
3. Diagnosis Keperawatan 3
(1) Pukul 14.15 Mengidentifikasi lokasi dan skala nyeri
Subyektif:
1) Klien mengatakan nyeri dibagian uluh hati
2) Klien mengatakan skala nyeri 3 dan waktu nyeri yang
dirasakan kurang lebih 1 menit
Obyektif : klien tampak tidak gelisah
(2) Pukul 14.20 Memfasilitasi istirahat tidur
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan tidur posisi setengah
duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(3) Pukul 14.25 Mengajarkan klien relaksasi nafas dalam
Subyektif : klien mengatakan paham tentang teknik relaksasi nafas
dalam
Obyektif : klien tampak paham dan mengikuti ajaran teknik relaksasi
nafas dalam
(4) Pukul 17.00 Kolaborasi pemberian analgetik
Subyektif : -
Obyektif :
15) memberikan obat paracetamol 350 mg 3x1 via oral
16) Memberikan obat ergotamin 1 mg 3x1 via oral
17) Memberikan obat flunarizin 10 mg 2x1 via oral
18) Memberikan obat diphenhydramine 150 mg via IV
(5) Pukul 17.10 Mengidentifikasi lokasi dan skala nyeri
Subyektif:
1) Klien mengatakan nyeri dibagian uluh hati
2) Klien mengatakan skala nyeri 3 dan waktu nyeri yang dirasakan
kurang lebih 1 menit
Obyektif : klien tampak tidak gelisah
(6) Pukul 17.15 Memfasilitasi istirahat tidur
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan tidur posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman

59
(7) Pukul 17.20 Mengajarkan klien relaksasi nafas dalam
Subyektif : klien mengatakan paham tentang teknik relaksasi nafas
dalam
Obyektif : klien tampak paham dan mengikuti ajaran teknik relaksasi
nafas dalam
(8) Pukul 18.05 Memberikan posisi semifowler atau fowler
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
(9) Pukul 18.10 Mengidentifikasi lokasi dan skala nyeri
Subyektif:
1) Klien mengatakan nyeri dibagian uluh hati
2) Klien mengatakan skala nyeri 3 dan waktu nyeri yang dirasakan
kurang lebih 1 menit
Obyektif : klien tampak gelisah
(10) Pukul 18.15 Memfasilitasi istirahat tidur
Subyektif : klien mengatakan nyaman dengan tidur posisi duduk
Obyektif : klien tampak nyaman
4. Diagnosis Keperawatan 5
(1) Pukul 14.15 Memonitor tanda-tanda ansietas
Subyektif : klien mengatakan cemas berkurang
Obyektif : klien tampak tidak gelisah
(2) Pukul 14.20 Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
Subyektif : -
Obyektif : klien tampak nyaman
(3) Pukul 14.25 menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Subyektif : keluarga klien mnegatakan tetap bersama klien
Obyektif : -
(4) Pukul 17.00 Mengkolaborasi pemberian obat antiansietas
Subyektif : -
Obyektif :
(12) memberikan obat Diazepam 1 mg 3x1 via oral

60
(13) Memberikan obat Amitriptilin 5 mg 3x1 via oral
(14) Memberikan obat Flunarizin 10 mg 2x1 via oral
(5) Pukul 17.10 Memonitor tanda-tanda ansietas
Subyektif : klien mengatakan cemas berkurang
Obyektif : klien tampak tidak gelisah
(6) Pukul 17.15 Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
Subyektif : -
Obyektif : klien tampak nyaman
(7) Pukul 17.20 Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Subyektif : keluarga klien mnegatakan tetap bersama klien
Obyektif :-
(8) Pukul 18.05 Memonitor tanda-tanda ansietas
Subyektif : klien mengatakan cemas berkurang
Obyektif : klien tampak tidak gelisah
(9) Pukul 18.10 Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
Subyektif : -
Obyektif : klien tampak nyaman
(12) Pukul 18.15 Memonitor tanda-tanda ansietas
Subyektif : klien mengatakan cemas berkurang
Obyektif : klien tampak tidak gelisah

61
3.5 Evaluasi hasil
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
(sabtu 14 Desember 2019, pukul 17.00)
Subyektif : klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati dengan skala nyeri 3
Obyektif : gelisah pada klien berkurang dan Tekanan darah 120/76 mmHg
dan nadi 88x/menit
Assesment : masalah penurunan curah jantung teratasi sebagian dibuktikan
dengan monitor tekanan arah dan nadi yaitu Tekanan darah 120/76 mmHg
dan nadi 88x/menit
Planning : intervensi dilanjutkan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (sabtu
14 Desember 2019, pukul 17.10)
Subyektif -
Obyektif : frekuensi naas 20x/menit, jenis pernafasan takipnea dan terdapat
suara tambahan pada lapang dada sebelah kanan yaitu wheezing
Assesment : masalah pola nafas tidak efektif teratasi sebagian dibuktikan
dengan frekuensi nafas 20x/menit
Planning : intervensi dilanjutkan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(sabtu 14 Desember 2019, pukul 18.10)
Subyektif : klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati berkurang berkurang
dari skala 5 ke skala 3
Obyektif : gelisah pada klien berkurang
Assesment : masalah nyeri akut teratasi sebagian dibuktikan klien
mengatakan mengatakan nyeri di bagian ulu hati berkurang berkurang dari
skala 5 ke skala 3 dan gelisah pada klien berkurang
Planning : intervensi dilanjutkan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (Jumat, 13
Desember 2019, pukul 19.15)
Subyektif : klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak
Obyektif : klien tampak nyaman

62
Assesment : masalah gangguan pola tidur teratasi dibuktikan dengan klien
mengatakan dapat tidur dengan nyenyak dan klien tampak nyaman
Planning : intervensi dihentikan
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri (Sabtu 14
Desember 2019, pukul 18.15)
Subyektif : klien mengatakan cemasnya mulai berkurang
Obyektif : gelisah pada klien berkurang
Assesment : masalah ansietas teratasi sebagian dibuktikan dengan klien
mengatakan cemasnya mulai berkurang dan gelisah pada klien berkurang
Planning : intervensi dilanjutkan

63
BAB 4
PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori dengan kasus pasien dikelola
selama 3 hari di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara
mulai klien tanggal 12 Desember 2019 sampai dengan tanggal 15 Desember 2019,
maka bab ini penulis mengemukakan kesenjangan antaea teori dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan diagnosis CHF (Congestive
Heart Failure),adapun kesenjangan tersebut akan diuraikan sesuai dengan
langkah-langkah poses keperawatan sebagai berikut:
4.1 Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data merupakan langkah awal dalam berfikir
kritis dan pengambilan keputusan sehingga dapat mengangkat suatu diagnosis
keperawatan. Dalam suatu pengkajian dikuatkan dengan menggunakan definisi
dan batasan katakteristik diagnosis keperawatan dan memvalidasi diagnosis
Wilkinson, (2016). Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui
wawancara dari riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium
dan diagnostik,serta catatan medis lainnya (Doenges, Moorhouse, & Geissler,
2014)
Ada beberapa kesenjangan antara pengkajian dalam teori dengan pengkajian
yang penulis temukan pada Ny. A dilahan praktek sebagai berikut :
4.1.1 Sirkulasi
Bedasarkan Doenges, Moorhouse, & Geissler, (2014) gejala yang timbul
pada pasien gagal jantung antara lain riwayat hipertensi, anemia, bengkak tangan
dan kaki. Sedangkan pada pengkajian Ny. A tidak ditemukan riwayat hipertensi,
anemia, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
Pada pasien gagal jantung yang memiliki riwayat hipertensi diantaranya
peningkatan tekanan darah, struktur dan fungsi jantung yang abnormal meliputi
hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi sistolik, disfungsi diastolik, dan akhirnya gagal
jantung Prawishanti, (2014). Sedangkan pada pengkajian Ny. A tidak ditemukan
peningkatan tekanan darah karena ditemukan hasil tekanan darah 78/63 mmHg.
Terdapat berbagai faktor yang berkontribusi terhadap resiko terjadinya
anemia pada penderita gagal jantung. Faktor lain yang berhubungan dengan resiko
terjadinya anemia pada gagal jantung adalah: usia tua, jenis kelamin perempuan,
adanya penurunan indeks massa tubuh dan penurunan Hb Cecilia & Reginald,
(2010). Sedangkan pada pengkajian Ny. A ditemukan usia klien yaitu 45 tahun,
indeks massa tubuh klien 30,67 kesimpulan yang didapatkan klien mengalami
berat badan gemuk dan Hemoglobin 14,7 g/dL. Sehingga hal ini menjadi alasan
mengapa Ny. A tidak terjadinya resiko anemia karena tidak ditemukan usia tua,
penurunan indeks massa tubuh dan penurunan Hb.
Pada sebagian besar penderita gagal jantung, tingginya derajat edema
disebabkan oleh tiga mekanisme utama yang menyebabkan terjadinya edema
yaitu: Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler, penurunan tekanan onkotik plasma
dan peningkatan permeabilitas kapiler Kozier et al, (2011). Sedangkan pada
pengkajian Ny. A tidak ditemukan pembengkakan di kaki dan ditangan.
4.1.2 Eliminasi
Bedasarkan Doenges, Moorhouse, & Geissler, (2014) gejala yang timbul
pada pasien gagal jantung antara lain, penurunan berkemih, urine berwarna gelap
dan berkemih malam hari (nokturia). Sedangkan pada saat dilakukan pengkajian
pada Ny. A tidak ditemukan penurunan berkemih, urine berwana gelap dan
berkemih malam hari (nokturia).
Pada pasien gagal jantung kongestif yang memiliki gejala penurunan
berkemih adalah suatu kondisi kegagalan jantung berkontraksi untuk memompa
darah yang menyebabkan bendungan aliran darah. Karena adanya bendungan
aliran darah ini, darah cenderung berkumpul di daerah bawah tubuh sehingga
menyebabkan terjadinya pembengkakan kaki. Selain itu, kegagalan memompa
darah ke organ lain juga berdampak berkurangnya aliran darah ke ginjal sehingga
jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang dan produksi air kencing
cenderung lebih sedikit pada siang hari. Sedangkan pada pengkajian Ny. A tidak
ditemukan pembengkakan kaki dan berkurangnya aliran darah. (Sari, 2017)

65
4.2 Diagnosis keperawatan
Berdasarakan hasil analisa data yang dilakukan maka penulis memperoleh
data-data yang diperlukan untuk menegakkan suatu diagnosis keperawatan yang
sesuai dengan keadaan data yang ditemukan pada Ny. A dengan diagnosis gagal
jantung kongestif. Antara diagnosis\keperawatan yang penulis peroleh dari dasar
teori dengan yang penulis temukan di lapangan memiliki beberapa perbedaan.
Penulis mengambil beberapa sumber buku terkait dengan penegakan diagnosis
keperawatan yaitu diagnosis menurut Nurarif & Kusuma, (2015) dan pada sistem
penulisan menggunakan sumber dari (PPNI, 2016)
Diagnosa keperawatan menurut teori Nurarif & Kusuma, (2015) pada klien
gagal jantung kongestif terdapat enam diagnosis yaitu :
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan, dengan keletihan
otot-otot pernafasan disfungsi neuromuscular, sindrom hipoventilasi
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera, biologis, zat kimia fisik dan
psikososial
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan atau dispnea akibat
turunnya curah jantung
4) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
hipertensi
5) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang berlebihan
6) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangan oksigenasi pada
membran alveolus

Sedangkan pada Ny. A penulis menemukan tiga diagnosis yang sesuai dengan
teori yang terdapat pada kasus Ny. A, yaitu :
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Dalam kasus ini terdapat dua diagnosis tambahan yang tidak terdapat pada
teori tetapi terdapat pada kasus Ny. A, yaitu :
1) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
Diagnosis ini tidak terdapat pada teori tetapi terdapat pada diagnosis klien
karena penulis menemukan data yang menunjang untuk menegakkan

66
diagnosis ini, yaitu data subjektif mayor : klien mengeluh sulit tidur
dibuktikan dengan klien mengatakan klien tidak nyenyak dan sering
terbangun karena batuk, klien mengeluh istirahat tidak cukup dibuktikan
dengan klien mengatakan tidur 3 jam saja mulai 23.00 dan terbangun pada
pukul 02.00 malam.
2) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
Diagnosis ini tidak terdapat pada teori tetapi terdapat pada diagnosis klien
karena penulis menemukan data yang menunjang untuk menegakkan
diagnosis ini, yaitu data subjektif mayor : merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi dibuktikan dengan klien mengatakan cemas
dikarenakan sudah lama dirawat dirumah sakit. Data obyektif : mengeluh
pusing dibuktikan dengan klien mengatakan pusing.
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. A dengan diagnosis gagal jantung
kongestif terdapat diagnosis\ keperawatan yang tidak ditegakkan sesuai dengan
diagnosis\ keperawatan menurut PPNI, (2016) yaitu
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan atau dispnea akibat
turunnya curah jantung

Menurut PPNI, (2016) intoleransi aktivitas ketidakcukupan energi untuk


melakukan aktivitas sehari-hari. Intoleransi aktivitas mempunyai gelala dan
tanda mayor yaitu data subjektif mengeluh lelah dan data objektif yaitu
frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, sedangkan gejala
dan tanda minor yaitu data subjektif adalah dispnea saat/setelah aktivitas,
merasa tidak nyaman beraktivitas dan merasa lelah, sedangkan data objektif
yaitu tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG
menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas, gambaran EKG merupakan
iskemia dan sianosis. Penulis tidak mengangkat diagnosis ini karena dari hasil
pengkajian Ny. A tidak ditemukan data seperti klien mengeluh lelah, merasa
tidak nyaman setelah beraktivitas
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang berlebihan

Menurut PPNI, (2016) peningkatan volume cairan intravaskular,


interstisial dan/atau intraselular. Kelebihan volume cairan mempunyai gejala

67
dan tanda mayor yaitu data subjektif ortopnea, dispnea, paroxysmal nocturnal
dyspnea (PND) dan data objektif yaitu edema anasarka dan/atau edema
perifer, berat badan meningkat dalam waktu singkat, Jugularis Venous
Pressure (JVP) dan/atau Central Venous Pressure (CVP) meningkat, refleks
hepatojugular positif. Sedangkan gejala dan tanda minor yaitu data objektif
distensi vena jugularis, terdengar suara nafas tambahan, hepatomegali, kadar
Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari output (balance cairan positif),
kongesti paru. Penulis tidak mengangkat diagnosis ini karena dari hasil
pengkajian Ny. A tidak ditemukan data objektif yaitu edema anasarka
dan/atau edema perifer, Hb/Ht turun dan oliguria
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangan oksigenasi pada
membran alveolus

Menurut PPNI, (2016) kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau


eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler. Gangguan
pertukaran gas mempunyai gejala dan tanda mayor yaitu data subjektif
dispnea dan data objektif yaitu PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun,
takikardia, PH arteri meningkat/menurun, bunyi nafas tambahan. Sedangkan
gejala dan tanda minor yaitu data subjektif pusing dan penglihatan kabur, data
objektif yaitu sianosis, diaforesis, gelisah, nafas cuping hidung, pola nafas
abnormal (cepat/lambat, reguler/ireguler, dalam/dangkal), warna kulit
abnormal (mis, pucat, kebiruan), kesadaran menurun. Penulis tidak
mengangkat diagnosis ini karena dari hasil pengkajian Ny. A tidak ada data
yang mendukung pada saat pengkajian seperti objektif yaitu PCO2
meningkat/menurun, PO2 menurun. pada gejala dan tanda minor subjektif
tidak ditemukan penglihatan kabur, warna kulit abnormal dan kesadaran
menurun

4.3 Perencanaan keperawatan


Perencanaan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses
keperawatan setelah merumuskan diagnosis keperawatan. Intervensi keperawatan
yang dilakukan penulis sesuai dengan teori yang terdapat pada (PPNI, 2018)

68
Semua intervensi keperawatan yang dibuat oleh penulis sesuai dengan teori
yang didapat oleh penulis yang ada berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah
diangkat dan juga telah disesuaikan dengan keadaan klien saat itu sehingga dalam
kasus ini tidak ditemukan kesenjangan pada perencanaan keperawatan.

4.4 Implementasi keperawatan


Tahap implementasi penulis akan melaksanaan perencanaan yang telah
disusun pada tahap pengumpulan data, pelaksanaan asuhan keperawatan yang
dilakukan penulis disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah dibuat.
Melakukan implementasi penulis tidak mendapatkan hambatan yang berarti,
semua intervensi dapat terlaksana dengan melibatkan klien dan keluarganya, klien
bersikap terbuka, kooperatif dan mudah diajak kerjasama, mudah menerima
penjelasan dan saran, dan klien berpartisipasi aktif dalam tindakan keperawatan.
Implementasi diagnosis keperawatan penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahan frekuensi jantung, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hambatan upaya nafas, nyeri kronis berhubungan dengan , gangguan pola tidur
berhubungan dengan hambatan lingkungan, ansietas berhubungan dengan
ancaman terhadap konsep diri dilakukan sesuai dengan intervensi yang ada pada
PPNI, (2018) dan dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada, tidak terdapat
hambatan dalam melakukan implementasi karena klien Ny. A dan keluarganya
sangat kooperatif dan menerima serta mengikuti saran dari perawat.

4.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya (Setiadi, 2012).
Pada kasus Ny. A setelah dilakukan asuhan keperawatan yang dimulai pada
tanggal 12 Desember 2019 sampai dengan tanggal 15 Desember 2019 dari hasil
evaluasi yang dilakukan pada tanggal 15 Desember 2019 dilakukan sebagai
berikut :

69
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung(sabtu 14 Desember 2019, pukul 14.30)
Masalah penurunan curah jantung teratasi sebagian dibuktikan dengan
monitor tekanan arah dan nadi yaitu Tekanan darah 120/76 mmHg dan
nadi 88x/menit.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (sabtu
14 Desember 2019, pukul 14.25)
Masalah pola nafas tidak efektif teratasi sebagian dibuktikan dengan
frekuensi nafas 20x/menit
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (sabtu 14
Desember 2019, pukul 14.20)
Masalah nyeri akut teratasi sebagian dibuktikan klien mengatakan
mengatakan nyeri di bagian ulu hati berkurang berkurang dari skala 5 ke
skala 3 dan gelisah pada klien berkurang.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (Jumat 13
Desember 2019, pukul 19.15)
Masalah gangguan pola tidur teratasi dibuktikan dengan klien mengatakan
dapat tidur dengan nyenyak dan klien tampak nyaman.
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri (Sabtu 14
Desember 2019, pukul 15.00)
Masalah ansietas teratasi sebagian dibuktikan dengan klien mengatakan
cemasnya mulai berkurang dan gelisah pada klien berkurang.

70
BAB 5
PENUTUP

Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan gagal jantung
kongestif dapat dilakukan dengan beberapa kesimpilan yang berkaitan dengan
landasan teori dan tujuan yang ditetapkan. Penulis juga mengemukakan saran
demi perbaikan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan gagal jantung
kongestif.
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan diagnosis
medis gagal jangtung kongestif (CHF) pada tanggal 12 Desember 2019 sampai
dengan tanggal 15 Desember 2019 di ruang Dahlia B Rumah Sakit Umum Daerah
Tarakan Provinsi Kalimantan Utara dapat disimpulkan sebagai berikut:
Menulis telah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A di ruang Dahlia B
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara. Penulis melalui
setiap tahapan-tahapan dari proses keperawatan yang mulai dari pengkajian,
perumusan, diagnosis keperawatan, perencanaan, tindakan, pelaksanaan
keperawatan serta evaluasi dapat dilakukan dengan lancar dan baik.
Dengan melakukan proses keperawatan penulis mengemukakan
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan laporan kasus dengan diagnosis gagal
jangtung kongestif (CHF) pada Ny. A sebagai berikut : pada pengkajian sirkulasi
dan eliminasi. Penegakkan diagnosis keperawatan yang ditemukan pada teori
namun tidak terdapat pada kasus Ny. A diantaranya intoleransi aktivitas,
kelebihan volume cairan, gangguan pertukaran gas, adapun penegakan diagnosis
keperawatan yang sesuai dengan kasus pada teori diantaranya penurunan curah
jantung, pola nafas tidak efektif dan nyeri akut. Rencana keperawatan disusun
oleh penulis berdasarkan diagnosis yang ditegakkan dan sesuai dengan teori yang
ada berhubungan dengan masalah. Tindakan keperawatan dilaksanakan
berdasarkan rencana yang telah disusun dan dilakukan bersama-sama klien dan
keluarga. Pada tahap evaluasi dari setiap tindakan yang sesuai dengan diagnosis
keperawatan sesuai dengan kriteria hasil dan tujuan. Dapat ditemukan bahwa
diagnosos keperawatan diantaranya masalah pada penurunan curah jantung
teratasi, masalah pada pola nafas tidak efektif teratasi sebagian, masalah pada
nyeri akut teratasi sebagian, masalah pada gangguan pola tidur teratasi dan
masalah pada ansietas teratasi sebagian.
Faktor pendukung dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Ny.
A dengan diagnosis medis gagal jangtung kongestif (CHF) adalah bahwa klien
dan keluarga bersikap kooperatif, izin yang diberikan pihak Rumah Sakit Umum
Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara serta tersdianya fasilitasi dan institusi
yang menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien.
Pemecahan masalah yang dilakukan pada yaitu dengan memperdalam
literatur-literatus mengenai penyakit klien sehingga dapat melaksanakan
intervensi-intervensi yang telah direncanakan meliputi tindakan promotif,
preventif, kuratif dan tindakan kolaboratif dengan tim kesehatan

5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas, maka saran yang dapat penulis kemukakan adalah
sebagai berikut:
1. Saran untuk penulis.
Diharapkan penulis mendapatkan pengalaman yang nyata terkait dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosis gagal
jangtung kongestif (CHF).
2. Saran Untuk Mahasiswa.
Diharapkan mampu meningkatkan atau membuka wawasan dan
keterampilan dasar untuk memperbarui ilmu tentang proses keperawatan
dan teori yang ada dengan yang nyata yang terjadi di lapangan saat
melakukan praktik kerja keperawatan.
3. Saran Untuk Rumah Sakit
Diharapkan Rumah Sakit dapat meningkatkan kualitas serta sarana dan
prasarana dalam perawatan pasien khususnya pada pasien dengan diagnosis
gagal jangtung kongestif (CHF).

72
4. Saran Untuk Institusi
Diharapkan dapat mecapai tujuan pembelajaran asuhan keperawatan yang
sesuai dengan standar praktik keperawatan pada pasien dengan gagal
jangtung kongestif (CHF).

73
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Aspaiani, R. Y. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan


Kardiovaskuler. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat


Profesional.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan.

Black, J. M., & Jane, H. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan.

Cecilia, H., & Reginald, L. L. (2010). Anemia pada gagal jantung. Biomedik.

Dinarti, & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi


Keperawatan.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2014). Rencana Asuhan


Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien (3 ed.). Jakarta: EGC.

Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2011). Buku Ajaran Fundamental Keperawatan
: Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: EGC.

Majid, A. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular.

Marrelli. (2014). Buku Saku Dokumentasi Dasar (Textbook of Basic Nursing)


Vol.2. Jakarta: EGC.

Morton. (2012). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik.

Novita, N. (2017). Deep Breathing Exercise Dan Active Range Of Motion Efektif
Menurunkan Dyspnea Pada Pasien Congestive Heart Failure. Nurseline
Journal, 2, 159-165.

Nugroho, T. (2016). Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.

74
Nurarif, A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.

Ongkowijaya, J., & Wantania, F. E. (2016). Hubungan Hiperurisemia Dengan


Kardiomegali Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif.

Prawishanti, G. R. (2014). Hipertensi Pada Gagal Jantung.

Riskesdas. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Sari, A. P. (2017, September). Mengapa orang dengan gagal jantung kongestif


sering kencing pada malam hari? diakses pada tangal 15, Juni 2021 pukul
12.14 https://www.alodokter.com/komunitas/topic/mengapa-orang-
dengan-gagal-jantung-kongestif-sering-kencing-pada-malam-hari

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat PPNI

Setiadi. (2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suratinoyo. (2016). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping


pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. Ejournal Keperawatan (e-Kp).

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (8 ed.). Jakarta: ECG.

WHO. (2016). Cardiovascular Disease Fact Sheets

Wijaya, A. S. (2013). KMB Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa)


Teori dan Contoh Askep . Yogyakarta: Nuha Medika.

Wilkinson, M. J. (2016). Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA-I


Intervensi, NIC, hasil NOC. Jakarta: EGC.

75
L
A
M
P
I
R
A
N
76
77
78
79
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Cindy Arfina Nooraisyah
2. NPM : 1830702019
3. Tempat/Tanggal Lahir : Tarakan, 05 Mei 2000
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
7. Alamat : Jl. Sei Kapuas RT. 1 NO. 64
Kelurahan KP. 6, Kecamatan
Tarakan Timur, Kota Tarakan
B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama Ayah/Ibu : Nani Nooraini
2. Pekerjaan : Pegawai swasta
3. Alamat : Jl. Sei Kapuas RT. 1 NO. 64
Kelurahan KP. 6, Kecamatan
Tarakan Timur, Kota Tarakan

C. PENDIDIKAN
1. Tamat TK Kuncup Mekar Tarakan tahun 2006
2. Tamat SD Negeri 015 Tarakan tahun 2012
3. Tamat SMP Negeri 3 Tarakan tahun 2015
4. Tamat SMA HANG TUAH Tarakan tahun 2018 - sekarang

80

Anda mungkin juga menyukai