Anda di halaman 1dari 107

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.E DENGAN


KANKER REKTUM DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH TARAKAN

OLEH :
YOSPINA LENONG TONAPA
14.701020.003

JURUSANKEPERAWATAN
FAKULTASILMUKESEHATAN
UNIVERSITASBORNEOTARAK AN
2017
ii

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.E DENGAN


KANKER REKTUM DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

DISUSUN DALAM RANGKA UJIAN AKHIR PROGRAM


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

OLEH :
YOSPINA LENONG TONAPA
14701020003

JURUSANKEPERAWATAN
FAKULTASILMUKESEHATAN
UNIVERSITASBORNEOTARAKAN
2017
iii

HALAMANPENGESAHAN

Telah diuji tanggal 24 Juli 2017


Dan disetujui untuk disusun sebagai Laporan Tugas Akhir denganjudul:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. E DENGAN


KANKER REKTUM DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT
UMUM DAERAHTARAKAN
DARI TANGGAL 05-07 Juli 2017

Tim Penguji:
-·-

1. Hendy Lesmana, S.Kep.Ns., M.Kep


NIP: 19760213 199903 1 002

2. Dewy Harvanti P, M.Kep.Sp.Kep.MB


NIP: 19790217 200312 2 008
(~1C.·
~.)
3. Rahmatuz Zulfia, S.Kep.Ns
NIP: 19911010 201504 2 003
~.:.O,
( :-:::~ )

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Jurusan Keperawatan


Universitas Borneo Tarakan FakuJtas Ilmu Kesehatan

Alfianur S.K .Ns. M.Ke


NIP: 19790823 200502 1 004
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan pada klien Ny. E dengan Kanker

Rektum di Ruang Perawatan Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan”.

Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan program pendidikan Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borneo Tarakan. Laporan Tugas Akhir ini disusun setelah mahasiswa

mengikuti ujian akhir program tahap satu di rumah sakit, dimana ujian tersebut

mahasiswa diharuskan mengelola sebuah kasus dalam bentuk asuhan keperawatan.

Selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis banyak mengalami hambatan

dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari banyak pihak, akhirnya

penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Adri Patton, M.Si, selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan.

2. Dr. Muhammad Hasbi Hasyim, Sp.PD, selaku Direktur RSUD Tarakan beserta

segenap jajarannya yang telah memberi izin pada penulis untuk melakukan

praktik dan mengambil kasus di RSUD Tarakan.

3. Sulidah, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Borneo Tarakan.

4. Yuni Retnowati, S.ST, M.Keb, selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borneo Tarakan.


5. Alfianur, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Universitas

Borneo Tarakan.

6. Hendy Lesmana, S.Kep.Ns., M.Kep selaku dosen penguji satu sekaligus

membimbing dalam Laporan Tugas Akhir ini.

7. Dewy Haryanti Parman, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB, selaku Sekretaris

Jurusan Keperawatan dan selaku dosen penguji dua serta dosen embimbing satu

yang dengan kesabaran dan keuletan beliau dalam mengarahkan dan

membimbing penulis dalam Laporan Tugas Akhir ini.

8. Triana Jumarianti, S.Kep.Ns yang juga membimbing dalam pernyusunan dan

perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

9. Rahmatuz Zulfia, S.Kep,Ns selaku dosen penguji tiga sekaligus dosen

pembimbing dua yang selalu membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan

dan perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

10. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borneo Tarakan.

11. Kepala ruangan beserta staf Ruangan Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah

Tarakan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam pengumpulan

data guna penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

12. Klien Ny. E dan keluarga atas kerjasamanya dalam memperoleh data dan

memberikan asuhan keperawatan sebagai klien binaan.

13. Orang tua,serta kakak dan adikku yang tidak pernah henti-hentinya memberikan

doa, nasihat dan semangat serta dukungan yang begitu luar biasa selama

menempuh pendidikan hingga sampai penyusunan laporan tugas akhir ini.


14. Teman-teman lokal C-1 Keperawatan yang selama ini menemani dari awal

pendidikan hingga akhir serta saling mendukung dan memberikan motivasi satu

sama lain.

15. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borneo Tarakan angkatan ke-IX yang telah memberi dorongan

semangat dan doa kepada penulis.

16. Teman-teman Departemen KMB yang saling mendukung, memberikan motivasi

dan saling membantu satu sama lain dari proses sebelum Ujian Akhir Program,

penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sampai dengan Ujian Sidang.

17. Rekan-rekan Keluarga Besar Mahasiswa Kristen Universitas Borneo Tarakan

yang selalu memotivasi dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

18. Sahabatku Mariana, Sabaria, Riska Auliyah dan Rabaysa atas dukungan serta

semangat serta bantuan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

19. Krismawanto selaku teman, sahabat yang selalu memberi motivasi, semangat,

serta turut membantu dalam pencarian materi serta buku-buku sebagai referensi

guna terselesainya Laporan Tugas Akhir ini.

20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu

penulis dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari Laporan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak

kekurangan, untuk ini penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari banyak

pihak yang bersifat membangun demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini di

masa yang akan datang.


Penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi

pembaca dan pengembangan ilmu keperawatan

Tarakan, 20 Juli 2017

Yospina Lenong
Tonapa
55

ABSTRAK

Kanker rektum adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan jaringan


abnormal pada daerah rektum. Kanker rektum menjadi salah satu bagian penyakit
yang mematikan. Maka sebagai perawat dituntut memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai agar dapat memberikan pelayanan dengan baik dalam
menangani berbagai penyakit, termasuk salah satunya adalah kanker.
Di Indonesia, wilayah Indonesia keseluruhan memiliki persantase 1,4
perseribu penduduk yang sama dengan 330 ribu orang penderita kanker. Di
Kalimantan Utara (Kaltara tercatat ada 1,0 % penduduk yang mengalami kanker
(Riset Kesehatan Dasar, 2013)

Dalam penyususan laporan tugas akhir ini penulis menggunakan metode


deskrptif dengan tipe studi kasus. Data-data yang terhimpun dalam laporan tugas
akhir ini diperoleh dengan cara observasi dan pemeriksaan fisik, wawancara, studi
dokumentasi, dan studi kepustakaan. Subjek penelitian adalah Ny.E dengan
kanker rektum di ruang perawatan Dahlia RSUD Tarakan dari tanggal 05 Juli
2017 sampai 07 Juli 2017. Hasil penelitian didapatkan 2 diagnosa pre operasi
gangguan pola eliminasi, dan kurang pengetahuan, dan 3 diagnosa post operasi
nyeri (akut), resiko tinggi infeksi, dan intoleran aktivitas.
Disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus pada Ny. E dimulai dari pengkajian yaitu sirkulasi, pernapasan, integritas
ego, serta nutrisi (makanan/cairan). Pada diagnosa terdapat enam diagnosa yang
tidak sesuai dengan kasus dan dua dignosa tambahan yang tidak terdapat di teori.
Intervensi harus disesuaikan dengan kondisi dan sarana prasarana. Evaluasi hasil
didapatkan dari lima diagnosa keperawatan terdapat tiga diagnosa yang tidak
teratasi.

Kata kunci : Kanker rektum kasus, asuhan keperawatan, laporan tugas akhir.
ABSTRACT

Rectal cancer is a condition in which abnormal tissue growth occurs in


the rectal region. Rectal cancer becomes one of the deadly diseases. So as a nurse
is required to have the appropriate knowledge and skills in order to provide good
service in medicine various diseases, including one of them is cancer.
In Indonesia, the whole Indonesian territory has the same 1.4 percent of
the population equal to 330 thousand people with cancer. In North Kalimantan
(Kaltara recorded 1.0% of the population suffering from cancer (Basic Health
Research, 2013)
In this final report, the writer uses deskrptif method with case study
type. Data collected in this final report by observation and physical examination,
interview, documentation study, and literature study. The research subjects were
Ny.E with rectal cancer in the Dahlia hospitals of Tarakan Hospital from July 5,
2017 to July 07, 2017. The results obtained 2 preoperative diagnoses of
elimination pattern disorder, and lack of knowledge, and 3 post operative
diagnoses of pain (acute) High risk of infection, and activity intolerance.
It is concluded that the existing circulation between theory and case in
Ny. E starts from the assessment of circulation, respiration, ego integrity, and
nutrition (food / fluids). There were six diagnoses that were incompatible with the
case and two additional dignoses not in theory. Interventions should be tailored to
the conditions and infrastructure. Evaluation of the results of five nursing
diagnoses there are three unresolved diagnoses.

Keywords : case rectal cancer, nursing care, final assignment report.


vii

DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................................ v
ABSTRACT .............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN ................................................................................................... x

BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup ............................................................................ 3
1.4 Metode Penulisan ........................................................................ 3
1.5 Sistimatika Penulisan .................................................................. 4

BAB 2 : LANDASAN TEORI


2.1 Konsep Dasar Medis ................................................................... 5
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ........................................... 12

BAB 3 : TINJAUAN KASUS


Pre Operasi
3.1 Pengkajian ................................................................................... 38
3.2 Klasiffikasi Data.......................................................................... 49
3.3 Analisa Data ................................................................................ 49
3.4 Diagnosa Keperawatan................................................................ 50
3.5 Rencana Keperawatan ................................................................. 50
3.6 Implementasi ............................................................................... 52
3.7 Evaluasi ....................................................................................... 57
Post operasi
3.1 Pengkajian .................................................................................. 60
3.2 Klasifikasi Data .......................................................................... 67
3.3 Analisa Data ............................................................................... 68
3.4 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 69
3.5 Rencana Keperawatan ................................................................ 69
3.6 Implementasi .............................................................................. 71
3.7 Evaluasi ...................................................................................... 75
BAB 4 : PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ................................................................................... 79
4.2 Diagnosa Keperawatan................................................................ 82
4.3 Perencanaan................................................................................. 88
4.4 Implementasi ............................................................................... 88
4.5 Evaluasi ....................................................................................... 89

BAB 5 : PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 90
5.2 Saran............................................................................................ 92

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 94


LAMPIRAN – LAMPIRAN .....................................................................................
8
88

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Rektum .................................................................................. 6


Gambar 3.1 Luka Kolostomi 1................................................................................. 95
Gambar 3.2 Luka Kolostomi 2................................................................................. 95
9

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pemeriksaan Darah Lengkap ................................................................... 48


Tabel 3.2 Pemeriksaan Darah Lengkap ................................................................... 65
Tabel 3.3 Pemeriksaan Analisa Gas Darah dan Lactat ............................................. 66
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Penyimpangan KDM ............................................................................... 37


Bagan 3.1 Genogram Keluarga ................................................................................. 40
Bagan 3.2 Penyimpangan KDM .............................................................................. 78
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi kesehatan dunia, atau WHO (World Health Organization)

secara luas tidak hanya membahas kesehatan dalam aspek medis, tetapi juga

aspek mental dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari

penyakit, cacat, dan kelemahan. Status kesehatan seseorang dipengaruhi

oleh empat faktor, yaitu herediter (keturunan), layanan kesehatan, lingkungan

dan perilaku. Maka sebagai perawat dituntut memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang memadai agar dapat memberikan pelayanan dengan baik

dalam menangani berbagai penyakit. Perawat juga diharapkan mampu

menghimbau masyarakat dalam pencengahan sejak dini penyakit mematikan

di dunia termasuk salah satunya adalah kanker ( Kozier, 2011).

Kanker adalah pertumbuhan sel-sel abnormal sebagai akibat dari

bermutasinya gen. Kanker termasuk penyakit degeneratif, karena kanker

kebanyakan terjadi seiring bertambahnya umur, polusi, paparan radiasi,

penggunaan bahan kimia, dan sebagainya. Penyakit kanker sudah menyebar

merata di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Kanker menempati

posisi kedua tertinggi sebagai penyakit yang banyak menyebabkan kematian,

setelah penyakit kardiovaskuler ( Departemen Kesehatan, 2015).

Di dunia, penyakit kanker merupakan salah satu penyebab utama

motilitas (kematian). Pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 14 juta kasus

kanker baru, dan sekitar 8,2 juta di antaranya menyebabkan kematian. Terbagi

dalam kanker paru-paru berkisar (1,59 juta kasus, kanker hati (745 ribu kasus),
2

kanker perut (723 ribu kasus), kanker payudara (521 ribu kasus) kanker

esophagus (400 ribu kasus) kanker kolon dan rektum (694 ribu kasus), dan

kanker lainnya ( World Health Report, 2012 )

Wilayah Indonesia keseluruhan memiliki persantase 1,4 perseribu

penduduk yang sama dengan 330 ribu orang yang terkena kanker. Dengan

perincian menurut provinsi, posisi paling tinggi terdapat di Yogjakarta dengan

4,1%, lalu di Jawa Tengah dengan 2.1%, diikuti oleh Bali dengan 2%, dan

Jakarta serta Bengkulu masing-masing 1,9%. Di Kalimantan Utara tercatat ada

1,0% penduduk yang mengalami kanker ( Riset Kesehatan Dasar, 2013)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk menulis

Laporan Tugas Akhir dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ny. E dengan

Kanker rektum, yang dirawat di Ruang perawatan Dahlia Rumah Sakit Umum

Daerah Tarakan.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Penulis dapat memahami konsep dan teori yang berkaitan dengan

kanker rektum dan memperoleh pengalaman yang nyata terhadap

pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny.E dengan kanker rektum di

Ruang Perawatan Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan melalui

pendekatan proses keperawatan secara holistik dan komprehensif.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Melaksanakan proses keperawatan pada Ny.E dengan kanker rektum.

b. Membandingkan antara teori dan praktik pada Ny. E dengan kanker

rektum.
c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam

melaksanakan proses keperawatan pada Ny.E dengan kanker rektum.

d. Melaksanakan pemecahan masalah pada Ny.E dengan kanker rektum.

1.3. Ruang lingkup

Ruang lingkup penulisan Laporan Tugas Akhir adalah Asuhan

Keperawatan pada Ny.E dengan kanker rektum yang dirawat di Ruang Dahlia

Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan sejak tanggal 05 Juli sampai 07 Juli

2017.

1.4 Metode Penulisan.

Dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini penulis menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu metode ilmiah yang

bersifat mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan.

Sumber data dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini didapat dengan cara:

1.4.1 Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Penulis melakukan pengamatan langsung dan pemeriksaan fisik pada

klien, untuk mengetahui perjalanan penyakit, perkembangan penyakit,

penatalaksanaan, dan perawatannya.

1.4.2 Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan klien, keluarga klien, perawat,

dokter, dan tim kesehatan lain sebagai narasumber data yang diperlukan.

1.4.3 Studi Dokumentasi

Penulis mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan materi

pembahasan seperti mengumpulkan hasil rekam medis dan mempelajari


status klien sehingga dapat mengungkapkan permasalahannya dengan lebih

jelas.

1.4.4 Studi Kepustakaan

Penulis menggunakan buku sebagai sumber dan pedoman dalam

menyusun dan memperoleh materi yang berkaitan dengan Laporan Tugas

Akhir ini.

1.5 Sistematika Laporan

Penulisan Laporan Tugas Akhir ini disusun secara singkat dan

sistematis. Adapun penyusunannya dibagi dalam lima bab yang terdiri dari

bab pertama berisi tentang latar belakang, masalah, tujuan penulisan, ruang

lingkup penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab kedua

berisi tentang landasan teori yang berisi konsep dasar medis meliputi

pengertian, anatomi dan fisiologis, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan. Kemudian, konsep

dasar keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi, serta penyimpangan KDM sesuai teori. Bab ketiga

berisi tentang tinjauan kasus, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi, serta penyimpangan

KDM sesuai kasus. Bab keempat berisi tentang pembahasan yang membahas

tentang kesenjangan teori dan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab kelima berisi

tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Medis

2.1.1 Pengertian

Kanker kolon adalah suatu penyakit kanker yang menyerang kolon,

dimana terjadi pertumbuhan yang cepat, progresif dan mematikan. Kanker

kolorektal adalah pertumbuhan ganas dari sel-sel epitel pada kolon dan

rektum (Sjamsuhidajat, 2013).

Kanker rektum adalah salah satu penyakit yang terdapat pada usus

besar yang sering mengenai daerah retrosigmoid. Kanker Rektum

merupakan salah satu keganasan pada rektum yang terjadi akibat gangguan

profeliferasi sel epitel yang tidak terkendali (Price, 2012).

Dari pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa kanker rektum

adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan jaringan abnormal pada

daerah rektum.

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi

Saluran pencernaan berfungsi sebagai penerima makanan dan

mempersiapkan untuk diasimilasi oleh tubuh. Saluran pencernaan terdiri

atas: mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus halus yang terdiri dari

duedonum, jejunum dan ileum, usus besar: sekum, appendiks, kolon

desenden, kolon tranversum, kolon sigmoid, rektum, anus. Fungsi utama

sistem ini adalah menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari

nutrien yang dicerna sehingga siap diabsorsi (Sloane, 2014)


6

a) Anatomi Rektum

Gambar 2.1 Anatomi rektum

( Sumber : Kurniawan, 2009 )

Rektum adalah bagian usus besar yang terletak di antara kolon

sigmoideum dan rektum kurang lebih di pertengahan tulang sacrum dan

biasanya berupa konstriksi meskipun bukan merupakan batas yang tegas.

Batas bawah rektum adalah pada permukaan atas diaphragma pelvis dan

peralihan dari rektum. Rektum dilapisi oleh mukosa blanduler khusus yang

merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Secara anatomi rektum

terbentang dari sakrum ke-3 sampai garis anorektal. Rektum dibagi menjadi

bagian ampula dan sfingter. Panjang rektum berkisa 10-15 cm.

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar

dan berakhir di anus. organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses

sementara. Struktur rektum serupa dengan yang ada pada kolon, tetapi

dinding yang berotot lebih tebal dan membran mukosanya memuat lipatan
lipatan membujur yang disebut kolumna morgagni. Semua ini menyambung

ke dalam saluran anus (Sloane, 2014).

b) Fisiologi

Perdarahan arteri

Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan lansung arteri

mesenterika inferior. Arteri hemoroidalis merupakan percabangan anterior

arteri bila iliaka interna sedangkan arteri hemoroedalis inferior adalah

cabang dari arteri pudenda interna.

Perdarahan vena

Hemoroedalis superior berasal dari pleksus hemoroedali internus dan

berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya

melalui vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga

tekanan rongga perut menentukan tekanan di dalamnya. Kanker rektum

dapat menyebabkan embolus vena ke dalam hati.

Persyarafan

Persyarafan rektum terdiri dari atas sistem simpatik dan sistem

parasimpatik, serabut simpatik berasal dari inferior yang terbentuk dari

ganglion simpatis lumba ke 2 dan ke 4. Persarafan parasimpatik berasal dari

saraf sakral ke 2, ke 3, dan ke 4 menuju jaringan erektil penis dan klitoris

serta mengendalikan ereksi dengan cara mengatur aliran darah ke

jaringannya.

Absorsi dalam usus besar : pembentukan feses

Kira-kira 1500 ml kimus secara normal melalui katup ileosekal ke

dalam usus besar setiap harinya, sebagian besar cairan elektrolit di dalam
kimus di absorbsi kedalam kolon dan dikurang 100ml cairan dieksresikan

dalam feses. Sebagian besar absorbsi dalam usus besar terjadi pada

pertengahan proksimal kolon sedangkan kolon bagian gistal berfungsi

sebagai tempat penyimpanan. Usus besar dapat mengabsorsi cairan yang

masuk ke usus besar melalui valvula ileosekal atau melalui ekresi usus besar

melebihi jumlah ini maka cairan akan muncul dalam feses sebagai diare

(Wijaya & Putri, 2013).

2.1.3 Etiologi

Penyebab pasti terjadinya kanker rektum belum dapat diketahui.

Menurut Smelter & Bare (2012) penyebab kanker rektum ada beberapa

faktor, diantarnya :

a) Polip di usus. Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau

rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Berbagai

polip kolon yang berdegenerasi maligna, polip terdiri dari kelenjar yang

beproliferasi, umumnya polip kolon dianggap tidak berbahaya akan

tetapi bila polip bersifat majemuk atau bila garis tengah kepala lebih

dari 1,0 cm kemungkinan ganas lebih besar.

b) Radang kronik kolon. Orang dengan kondisi yang menyebabkan

peradangan pada kolon selama bertahun-tahun memiliki resiko yang

lebih besar.

c) Faktor diet rendah serat atau diet tinggi protein dan lemak hewani. Diet

rendah serat akan menurunkan waktu transit pada kolon dan potensial

meningkatkan kontak karsinogen endogen maupun eksogen dengan

mukosa kolon.
d) Faktor genetik, secara genetik beberapa keluarga telah diidentifikasi

bahwa kanker yang menyerang beberapa bagian tubuh termasuk kolon

dan rektum adalah diturunkan dalam sifat yang dominan.

2.1.4 Patofisiologi

Polip adalah pertumbuhan jaringan yang benigna (adenoma) pada

mukosa kolon yang diperkirakan menjadi premaligna. Perkembangan tumor

yang terjadi terus menerus lama kelamaan akan mengubah tumor ke dalam

bentuk metastasis. Untuk dapat bermetastasis, pertama sel tumor mampu

bertahan hidup dan terus tumbuh pada lapisan pertama. Agar dapat

menyebar, sel tumor juga mampu menginvasi secara lokal dan masuk ke

pembuluh darah untuk menginvasi sirkulasi. Setelah bertahan dalam

sirkulasi darah, sel tumor harus bisa keluar dan menginvasi ke lapisan atau

jaringan baru. Pada akhirnya sel tumor dapat bermetastasi lebih jauh lagi

hingga menjadi kaker. Kanker rektum dapat terjadi dalam salah satu dari 2

cara. Didalam sekum dan kolon asenden, lesi-lesi cenderung berkembang

sebagai masa yang menyerupai bunga kol menonjol ke dalam lumen kolon.

Lesi tersebut dalam mengalami ulserasi, menembus dinding kolon dan

menyebar ke jaringan sekitarnya. Dalam kolon desenden, terutama bagian

rektus sigmoid sering terjadi suatu lesi yang terhapus. Lesi mula-mula

berupa masa Polipoid yang kecil yang menjadi plak. Plak ini tumbuh secara

melingkar menyebabkan penyempitkan lumen. Obstruksi dapat terjadi

akibat terbentuknya feses pada samping kiri yang tidak dapat melewati

lumen yang menyempit. Kanker rektum dapat menyebar melalui penyebaran

langsung atau melalui sistem limpatik dan sirkulasi. Liver merupakan organ
yang terutama sering terkena metastasis karena pembuluh darah kolon

mengalir ke dalam vena porta meuju liver (Wijaya & Putri, 2013).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut Sjamsuhidajat (2013) gambaran klinis terjadinya kanker ini

tergantung pada lokasi atau letak terjadinya kanker, yaitu :

a) Gejala-gejala tersering dari kolorektal adalah perubahan defekasi,

perdarahan, nyeri, anemia, anoreksia, dan penurunan berat badan.

b) Kanker pada kolon kiri sering bersifat skirotrik, sehingga lebih banyak

menimbulkan stenosis dan obstruksi karena feses sudah mulai menjadi

padat.

c) Kanker rektum menimbulkan perubahan pada defekasi seperti

konstipasi atau dengan tenesmi. Makin kristal letak tumor feses makin

menipis seperti kotoran kambing dan lebih cair yang disertai darah dan

lendir, adanya nyeri di panggul merupakan tanda penyakit lanjut. Bila

ada obstruksi platus dapat membantu memberikan kenyamanan pada

abdomen.

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi akibat adanya kanker rektum adalah :

a) Terjadinya osbtruksi pada daerah pelepasan.

b) Terjadinya perforasi pada usus.

c) Pembentukan fistula pada kandung kemih atau vagina.

Kanker rektum dapat menyebabkan terjadinya ulserasi atau

perdarahan, menimbulkan obstruksi bila membesar, atau menembus


vagina (invasi) ke seluruh dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional.

Adapun komplikasi selain terjadinya obstruksi, perforasi yaitu pendarahan

dan penyebaran ke organ yang berdekatan ( Wijaya & Putri, 2013).

2.1.7 Penatalaksanaan

a) Terapi medis

Pembedahan dengan cara bagian kolon yang sedikit dipotong, dan

ujung-ujung yang tersisa disambungkan suatu anastomosis. Ada pula

bagian kolon yang sakit dipotong dan ujungnya yang masih berfungsi

dibawa kearah luar, ke permukaan abdomen membentuk suatu stoma.

Kolostomi adalah suatu prosedur dimana dibuat saluran terbuka antara

kolon dan dinding abdomen dan di lokasi tersebut feses akan

dikeluarkan.

b) Terapi radiasi

Secara umum terapi radiasi ini kurang efektif dalam mengatasi

kanker kolorektal, terapi ini mungkin digunakan preoperasi pada kanker-

kanker yang luas untuk menekan pertumbuhannya, cairan ini mencegah

sel-sel yang terlepas tanpa sengaja selama pembedahan untuk

menanamkan diri di lokasi lain.

c) Kemoterapi

Kemoterapi digunakan untuk penyakit metastatik dan untuk orang

dengan resiko tinggi mengalami kekambuhan. Zat kemoterapeutik yang

dipilih adalah 5, diberikan tersendiri maupun kombinasi dengan zat lain

(Wijaya & Putri, 2013).


2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

a) Pada keadaan tumor yang lanjut pemeriksaan palpasi akan teraba massa.

b) Colok dubur: merasakan adanya pertumbuhan sel, obstruksi.

c) Fotokolon dengan enema bariunm : usus hamper selalu terkena, tetapi

area rektal dipengaruhi hanya 10% fistula sering dan biasanya ditemukan

pada ujung ileum tetapi hanya pada segmen sepanjang saluran

pencernaan.

d) Kolonoskopi, mengidentifikasi adesi, perubahan lumen dinding

menyempit dan menunjukkan obstruksi usus.

e) Biopsi, pemeriksaan setelah dilakukan pembedahan atau dapat dilakukan

melalui endoskopi (Wijaya & Putri, 2013).

2.2 Konsep Dasar Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data

baik subyektif maupun obyektif. Tujuan pengkajian adalah memberikan

gambaran yang terus menerus mengenai kesehatan pasien. Menurut Wijaya

& Putri (2013) pada tahap pengkajian ini ada beberapa kegiatan yang harus

dilakukan antara lain :

1) Data dasar pengkajian

a) Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, merasa

gelisah dan ansietas, tidak tidur semalaman

karena diare, pembatasan aktivitas/kerja

sehubungan dengan efek proses penyakit.


b) Sirkulasi

Tanda : Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi,

proses inflamasi dan nyeri), hipotensi,

kulit/membran: turgor buruk, kering, lidah pecah-

pecah (dehidrasi/malnutrisi).

c) Pernafasan : nafas pendek, dispnea( respon terhadap nyeri yang

dirasakan ditandai dengan takipnea dan frekuensi

menurun).

d) Musculoskeletal : penurunan kekuatan otot, kelemahan dan malaise

diare, dehidrasi, dan malnutrisi.

e) Integritas ego

Gejala : ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal : perasaan

tak berdaya/ tak ada harapan.

Tanda : menolak, perhatian menyempit, depresi.

f) Eliminasi

Gejala : tekstur feses bervariasi dan bentuk lunak sampai

bau.

Tanda : menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau

adanya peristaltik yang dapat dilihat.

g) Nutrisi (makanan/cairan)

Gejala : anoreksia mual muntah.

Penurunan berat badan, tidak toleran terhadap

diit/sensitif.

Misal : buah segar/sayur.


Tanda : penurunan lemak subkutan/massa otot

kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk.

h) Nyeri/kenyamanan

Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah.

i) Keamanan

Gejala : adanya riwayat polip, radang kronik viseratif.

j) Seksualitas

Gejala : menghindari aktivitas seksual/frekuensi menurun.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Nursalam (2008), diagnosa keperawatan adalah suatu

pernyataan yang menjelaskan respon manusia (sistem kesehatan atau resiko

perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara

akuntabilitas dapat mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara

pasti untuk menjaga dan mengubah suatu kesehatan.

Diagnosa keperawatan didapat setelah data-data yang terkumpul

dianalisa. Diagnosa keperawatan pada dasarnya adalah kesimpulan dari

masalah kesehatan yang dialami klien. Diagnosa keperawatan merupakan

uraian atau penafsiran tentang masalah kesehatan dimana perawat dapat

menanganinya dalam bentuk tindakan keperawatan yang ditujukan untuk

mencegah, mengatasi atau mengurangi masalah tersebut.

Menurut Doenges (2014) diagnosa yang mungkin muncul pada

pasien post kolostomi, meliputi:

1) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

karakter/aliran feses dan flatus dari stoma.


2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya stoma, kehilangan

kontrol usus eliminasi.

3) Nyeri(akut) berhubungan dengan aktivitas proses penyakit (kanker,

trauma).

4) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan melalui jalan abnormal, selang NG/Usus, selang drainase

luka.

5) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia lama/gangguan masukan saat

pascaoperasi.

6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan stres psikologis, takut

kebocoran kantong/cedera stoma.

7) Resiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan

penempatan ostomi pada kolon sigmoid atau desenden.

8) Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan kesulitan

ereksi.

9) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan ketidaktepatan mengikuti

instruktur/menampilkan perawatan ostomi.

2.2.4 Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah

atau mengoreksi masalah-masalah yang telah di identifikasikan pada

diagnosa keperawatan. Rencana tindakan keperawatan yang di susun pada


klien dengan perawatan pascaoperasi kolostomi menurut Doenges (2014)

adalah sebagai berikut:

Diversi fekal: Perawatan pascaoperasi ileostomi dan kolostomi

Kolostomi adalah pengalihan isi kolon, yang dapat permanen atau

sementara. Kolostomi asenden, transversum, dan sigmoid dapat dilakukan.

Kolostomi transversum biasanya sementara. Kolostomi sigmoid paling

umum untuk stoma permanen, biasanya dilakukan pada kanker.

1) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

karakter/aliran feses dan flatus dari stoma.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan :

a) Mempertahankan integritas kulit.

b) Mengidentifikasi faktor resiko individu.

c) Menunjukkan perilaku teknik peningkatan penyembuhan/mencegah

kerusakan kulit.

Intervensi :

1) Lihat stoma/area kulit peristomal pada tiap penggantian kantong.

Bersihkan dengan air dan keringkan. Catat iritasi, kemerahan ( warna

gelap, kebiru-biruan), kemerahan.

Rasional :

Memantau proses penyembuhan/keefektifan alat dan

mengidentifikasi masalah pada area, kebutuhan untuk

evaluasi/intervensi lanjut.

2) Ukur stoma secara periodik, missal tiap perubahan kantong selama 6

minggu pertama, kemudian sekali sebulan selama 6 bulan.


Rasional :

Sesuai dengan penyembuhan edema pascaoperasi (selama 6 minggu

pertama) ukuran kantong yang dipakai harus tepat sehingga feses

terkumpul sesuai aliran dari ostomi dan kontak dengan kulit dicegah.

3) Yakinkan bahwa lubang pada bagian belakang kantung berperekat

sedikitnya lebih besar 1/8 ukuran stoma dengan perekat adekuat

menempel pada kantong.

Rasional :

Mencengah trauma pada jaringan stoma dan melindungi kulit

periostomal. Perekat area yang adekuat penting untuk

mempertahankan cincin kantong.

4) Kosongkan, irigasi, dan bersihkan kantong ostomi dengan rutin,

gunakan alat yang tepat.

Rasional :

Penggantian kantong yang sering mengiritasi kulit dan harus

dihindari.

5) Sokong kulit sekitar bila mengangkat kantong dengan perlahan.

Lakukan pengangkatan kantong sesuai indikasi, kemudian cuci

dengan bersih.

Rasional :

Mencengah iritasi jaringan/kerusakan sehubungan dengan

“penarikan” kantong.

6) Selidiki keluhan rasa terbakar/gatal/melepuh disekitar stoma.

Rasional :
Indikasi kebocoran feses dengan iritasiperiostomal, atau

kemungkinan infeksi candida yang memerlukan intervensi.

7) Kolaborasi : konsul dengan ahli terapi/enterostomal.

Rasional :

Membantu pemilihan produk yang tepat untuk kebutuhan

penyembuhan pasien, termasuk tipe ostomi, status fisik/mental, dan

sumber finansial.

2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya stoma, kehilangan

kontrol usus eliminasi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan :

a) Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi, menerima perubahan

kedalam konsep diri tanpa harga diri yang negatif.

b) Menunjukkan penerimaan dengan melihat/menyentuh stoma dan

berpartisipasi dalam perawatan diri.

c) Menyatakan perasaan tentang stoma/penyakit, mulai menerima

situasi secara konstruktif.

Intervensi :

1) Pastikan apakah konseling dilakukan bila mungkin dan/atau ostomi

perlu dilakukan.

Rasional :

Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan pasien/orang

terdekat terhadap pengetahuan tentang situasi pasien dan proses

penerimaan.
2) Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perasaan tentang

ostomi.

Rasional :

Membantu pasien untuk menyadari perasaannya tidak biasa dan

perasaan bersalah tentang mereka tidak perlu/tidak membantu.

Pasien perlu untuk mengenali perasaan sebelum mereka dapat

menerima dengan efektif.

3) Kaji ulang alasan untuk pembedahan dan harapan masa datang.

Rasional :

Pasien dapat menerima bahwa ostomi dilakukan untuk memperbaiki

penyakit kronis/jangka panjang daripada sebagai cedera traumatik,

meskipun ostomi hanya sementara.

4) Catat perilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan,

manipulasi, atau tidak terlihat pada perawatan.

Rasional :

Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi

lanjut dan terapi lebih ketat.

5) Berikan kesempatan pada pasien/orang terdekat untuk memandang

dan menyentuh stoma, gunakan kesempatan untuk memberikan

tanda positif tentang penyembuhan.

Rasional :

Meskipun integrase stoma pada gambaran diri memerlukan waktu

berbulan-bulan atau juga tahunan, melihat pada stoma dan


mendengarkan komentar (dibuat dengan normal, kejadian yang

nyata) dapat membantu pasien dalam penerimaaan ini.

6) Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan. Hindari

ekspresi menghina atau reaksi berubah mendadak. Jangan

perlihatkan rasa marah secara pribadi.

Rasional :

Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan

merasakan baik tentang diri sendiri.

7) Diskusikan kemungkinan kontak dengan pengunjung ostomi, dan

buat perjanjian untuk kunjungan bila diperlukan.

Rasional :

Dapat memberikan sistem pendukung yang baik. Membantu

menguatkan pendidikan (berbagi pengalaman) dan memudahkan

penerimaan perubahan sesuai dengan kesadaran pasien akan “hidup

harus berjalan terus” dan dapat menjadi relatif normal.

3. Nyeri(akut) berhubungan dengan aktivitas proses penyakit

(kanker/trauma).

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan :

a) Menyatakan nyeri hilang/terkontrol.

b) Menunjukkan nyeri hilang, mampu tidur/istirahat dengan tepat.

c) Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan kenyamanan

umum sesuai indikasi situasi individu.

Intervensi :

1) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10)


Rasional :

Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan

analgesik atau dapat meyatakan terjadinya komplikasi, missal karena

nyeri abdominal biasanya terasa secara bertahap.

2) Berikan tindakan kenyamanan, misal perawatan mulut, pijatan

punggung, ubah posisi (gunakan tindakan pendukung sesuai

kebutuhan).

Rasional :

Mencegah pengeringan mukosa oral dan ketidaknyamanan

menurunkan tegangan otot, meningkatkan kemampuan koping.

3) Dorong penggunaan teknik relaksasi, missal bimbingan imajinasi,

visualisasi. Berikan aktivitas senggang.

Rasional :

Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan

kembali perhatian, sehingga menurunkan nyeri dan

ketidaknyamanan.

4) Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini.

Hindari posisi duduk lama.

Rasional :

Menurunkan kekakuan otot/sendi. Ambulasi mengembalikan organ

ke posisi normal dan meningkatkan kembalinya fungsi ke tingkat

normal.

5) Selidiki dan laporkan adanya kekakuan otot abdominal, kehati-hatian

yang tidak disengaja, dan nyeri tekan.


Rasional :

Diduga inflamasi peritoneal, yang memerlukan intervensimedik

cepat.

6) Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi, misal narkotik, analgetik,

analgesi dikontrol pasien.

Rasional :

Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan, khususnya setelah

perbaikan AP.

7) Berikan rendam duduk.

Rasional :

Menurunkan ketidaknyamanan lokal, menurunkan edema dan

meningkatkan penyembuhan luka perineal.

8) Lakukan/pantau efek unit TENS.

Rasional :

Perangsangan kutaneus dapat digunakan untuk menghambat

transmisi rangsangan nyeri.

4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan melalui jalan abnormal, selang NG/usus, selang drainase luka.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:

a) Mempertahankan hidrasi adekuat dengan bukti membran mukosa

lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda vital

stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat.

Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair.

Timbang berat badan tiap hari.

Rasional :

Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan.

2) Awasi tanda vital, catat hipotensi postural, takikardia. Evaluasi

turgor kulit, pengisian kapiler, dan membran mukosa.

Rasional :

Menunjukkan status hidrasi/kemungkinan kebutuhan untuk

peningkatan pergantian cairan.

3) Batasi masukan es batu selama periode intubasi gaster.

Rasional :

Es batu dapat merangsang sekresi lambung dan mencuci elektrolit.

4) Kolaborasi : awasi hasil laboratorium, missal Ht dan elektrolit.

Rasional :

Mendeteksi hemeostatis atau ketidakseimbangan dan membantu

menentukan kebutuhan penggantian.

5) Berikan cairan IV dan elektrolit sesuai indikasi.

Rasional :

Dapat diperlukan untuk mempertahankan perfusi jaringan

adekuat/fungsi organ.

5. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia lama/gangguan masukan saat praoperasi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan :


a) Mempertahankan berat badan/menunjukkan peningkatan berat badan

bertahap sesuai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas

tanda malnutrsi.

b) Merencanakan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi/membatasi

gangguan GI.

Intervensi :

1) Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama.

Rasional :

Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan untuk membantu memilih

intervensi.

2) Auskultasi bising usus.

Rasional :

Kembalinya fungsi usus menunjukkan kesiapan untuk memulai

makan lagi.

3) Mulai dengan makan cairan perlahan.

Rasional :

Menurunkan insiden kram abdomen, mual.

4) Identifikasi bau yang ditimbulkan oleh makanan( misal kol, ikan,

kacang-kacangan) dan sementara batasi diet.

Sensitifitas terhadap makanan tertentu tidak umum setelah bedah

usus.

5) Anjurkan pasien meningkatkan penggunaan yoghurt dan mentega

susu.

Rasional :
Dapat membantu menurunkan pembentukan bau.

6) Berikan pasien latihan ileostomi kewaspadaan pada buah prem,

stawberri, anggur, pisang, keluarga kol, kacang-kacangan, buah

kurma, dan menghindari produk berserat, contoh kacang tanah.

Rasional :

Produk ini meningkatkan feses ileum. Pencernaan selulosa

memerlukan bakteri kolon yang tak ada lagi karena reseksi.

7) Diskusikan mekanisme menelan udara sebagai faktor pembentukan

flatus dan beberapa cara pasien yang dapat mengontrol latihan.

Rasional :

Minum melalui sedotan, merokok, ansietas, mengorok, sakit gigi,

dan menenguk makanan meningkatkan produksi flatus.

8) Kolaborasi : konsul dengan ahli diet.

Rasional :

Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan

pencernaan dan fungsi usus.

9) Tingkatkan diet dari cairan sampai makanan rendah residu bila

masukan oral dimulai.

Rasional :

Diet rendah sisa dapat dipertahankan selama 6-8 minggu pertama

untuk memberikan waktu yang adekuat untuk penyembuhan usus.

10) Berikan makanan enteral/parenteral bila diindikasikan.

Rasional :
Pada kelemahan/tidak toleran pada masukan peroral, hiperalimentasi

digunakan untuk menambah kebutuhan komponen pada

penyembuhan dan mencegah status ketabolisme.

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan stress psikologis, takut

kebocoran kantong/cedera stoma.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:

a) Tidur/istirahat diantara gangguan.

b) Melaporkan peningkatan rasa sehat dan merasa dapat istirahat.

Intervensi :

1) Jelaskan perlunya pengawasan fungsi usus dalam periode

pascaoperasi awal.

Rasional :

Pasien dapat lebih mentoleransi gangguan dari staf bila ia memahami

alasan/pentingnya perawatan.

2) Berikan sistem kantong adekuat. Kosongkan kantong sebelum tidur.

Bila perlu, pada jadwal yang teratur.

Rasional :

Flatus/feses berlebihan terjadi meski diintervensi. Pengosongan pada

jadwal teratur meminimalkan kebocoran.

3) Biarkan pasien mengetahui bahwa stoma tidak akan cedera bila

tidur.

Rasional :

Pasien akan mampu istirahat lebih baik bila merasa aman tentang

stoma dan ostominya.


4) Batasi masukan makanan/minuman mengandung kafein.

Rasional :

Kafein dapat memperlambat pasien untuk tidur dan mempengaruhi

tidur tahap REM, mengakibatkan pasien tidak merasa segar saat

bangun.

5) Dukung kelanjutan kebiasaan ritual sebelum tidur.

Rasional :

Meningkatkan relaksasi dan kesiapan untuk tidur.

6) Kolaborasi tentukan peneyebab terlalu banyaknya flatus atau feses,

mis, rujuk pada pada ahli diet tentang pembatasan makanan bila

berhubungan dengan hal tersebut.

Rasional :

Identifikasi penyebab meningkatkan kemampuan memperbaiki

tindakan yang dapat meningkatkan tidur/istirahat.

7) Berikan analgesik, sedatif saat tidur sesuai indikasi.

Rasional :

Nyeri mempengaruhi kemampuan pasien untuk jatuh/tetap tidur.

Obat yang tepat waktu dapat meningkatkan istirahat/tidur selama

periode awal pascaoperasi.

7. Resiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan penempatan

ostomi pada kolon sigmoid atau desenden.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:

Membuat pola eliminasi sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan

ketepatan jumlah dan konsistensi.


Intervensi :

1) Pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelumnya.

Rasional :

Membantu dalam pembentukan jadwal irigasi efektif untuk pasien

dengan kolostomi.

2) Selidiki pelambatan awitan/tak adanya keluaran. Auskultasi bising

usus.

Rasional :

Iletus paralitik/adinamik pascaoperasi biasanya membaik dalam 48-72

jam dan ileostomi harus mulai mengalir dalam 12-24 jam.

3) Informasikan pasien dengan ileostomi bahwa pada awalnya

keluarannya akan cair. Bila terjadi konstipasi, ini harus dilaporkan

kepada perawat enterostormal atau dokter.

Rasional :

Meskipun usus halus akhirnya mulai melakukan fungsi absorsi air

untuk memungkinkan semisolid lebih banyak, rabbas seperti pasta,

konstipasi dapat menandakan obstruksi. Takadanya feses memerlukan

perhatian medis darurat.

4) Tinjau ulang pola diet dan jumlah/tipe masukan cairan.

Rasional :

Masukan adekuat dari serat dan makanan kasar memberikan bulk,

dan cairan adalah faktor penting dalam menentukan feses.

5) Tinjau ulang fisiologi kolon dan diskusikan penatalaksanaan ostomi

sigmoid, bila tepat.


Rasional :

Pengetahuan ini membantu pasien memahami kebutuhan perawatan

individu.

6) Demontrasikan penggunaan peralatan irigasi untuk menginjeksikan

salin normal per protokol sampai pengurangannya didapatkan.

Rasional :

Irigasi dapat dilakukan setiap hari atau sebelum aktivitas khusus.

Terdapat perbedaan pendapat pada penggunaan irigasi setiap hari.

Beberapa meyakini pembersihan usus secara teratur membantu.

7) Instruksikan pasien dalam penggunaan kantung ujung tertutup atau

lempengan, balutan bila terjadi irigasi berhasil dan keluaran keluaran

kolostomi sigmoid menjadi lebih dapat diatasi, dengan pengeluaran

setiap 24 jam.

Rasional :

Memungkinakan pasien merasa lebih nyaman secara sosial dan lebih

murah disbanding kantung ostomi regular.

8) Libatkan pasien dalam perawatan ostomi secara bertahap.

Rasional :

Rehabilitasi dapat dipermudah dengan mendorong pasien mandiri

dan terkontrol.

9) Kolaborasi berikan unit TENS bila diindikasikan.

Rasional :

Stimulasi listrik telah digunakan pada beberapa pasien untuk

merangsang peristaltik dan menghilangkan ileus pascaoperasi.


8. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan

pola respons seksual, kesulitan ereksi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan :

a) Mengungkapkan pemahaman hubungan kondisi fisik pada masalah

seksual.

b) Mengidentifikasi kepuasan/penerimaan praktik seksual dan menggali

pilihan metoda.

c) Melakukan kembali hubungan seksual dengan tepat.

Intervensi :

1) Tentukan hubungan seksual pasien/orang terdekat sebelum sakit

dana tau dilakukan pembedahan dan apakah mereka mengantisipasi

masalah berkenaan dengan adanya ostomi.

Rasional :

Mengidentifikasi harapan dan keinginan yang akan datang. Mutilasi

dan kehilangan privasi/kontrol fungsi tubuh dapat mempengaruhi

pandangan pasien terhadap seksualitas pribadi.

2) Tinjau ulang dengan pasien/orang terdekat tentang fungsi seksual

dalam hubungannya dengan situasi masing-masing.

Rasional :

Pemahaman apakah kerusakan saraf telah mengubah fungsi normal

seksual(missal ereksi) membantu pasien memahami pentingnya

metoda kepuasan alternatif.

3) Tegaskan informasi yang diberikan oleh dokter. Anjurkan bertanya.

Berikan informasi tambahan sesuai kebutuhan.


Rasional :

Pengingatan kembali data sebelumnya memberi bantuan pasien

untuk mendengar dan memproses pengetahuan, beralih kearah

penerimaan keterbatasan individu dan prognosis ( misal bahwa hal

ini memerlukan sampai 2 tahun untuk mendapatkan kembali potensi

setelah prosedur radikal atau bahwa proses penil mungkin

diperlukan).

4) Diskusikan pelaksanaan kembali aktivitas seksual pada kira-kira 6

minggu setelah pulang, mulai dengan perlahan dan bertahap ( misal

mencumbu sampai kedua pasangan merasa nyaman dengan

citra/perubahan fungsi tubuh). Libatkan metoda pengganti stimulasi

bila tepat.

Rasional :

Mengetahui apa yang diharapkan dalam kemajuan pemulihan

membantu pasien menghindari penampilan ansietas/menurunkan

resiko “gagal” bila pasangan berkeinginan untuk mencoba ide-ide

baru, ini dapat membantu dalam penyesuaian dan membantu

mencapai pemenuhan seksual.

5) Tekankan kesadaran tentang faktor-faktor yang dapat mengalihkan

pandangan(misal bau tak sedap, dan kebocoran kantung) anjurkan

penggunaan rasa humor.

Rasional :
Meningkatkan resolusi terhadap masalah yang dapat diatasi.

Tertawa dapat membantu individu menerima situasi secara lebih

efektif, meningkatkan pengalaman seksual positif.

6) Kolaborasi atur pertemuan dengan pengunjung ostomi bila tepat.

Rasional :

Berbagi masalah bersama orang yang telah mengalaminya dapat

membantu dan mengurangi rasa terisolasi.

9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengetahuan berhubungan dengan ketidaktepatan mengikuti

instruksi/menampilkan perawatan ostomi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan :

a) Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/proses penyakit,

tindakan dan prognosis.

b) Dengan benar melakukan prosedur yang diperlukan, menjelaskan

alasan tindakan.

c) Melakukan perubahan gaya hidup yang diperlukan.

Intervensi :

1) Evaluasi kemampuan emosi dan fisik pasien.

Rasional :

Faktor-faktor ini mempengaruhi kemapuan pasien untuk menguasai

tugas-tugas dan keinginan untuk melakukan tanggung jawab

perawatan ostomi.
2) Tinjau ulang anatomi, fisiologi, dan implikasi intervensi bedah.

Diskusikan harapan masa datang, termasuk perubahan yang

diantisipasi dalam karakter keluaran feses.

Rasional :

Berikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan

berdasarkan informasi dan kesempatan untuk menjelaskan kesalahan

konsepsi mengenai situasi individu.

3) Masukan sumber-sumber tertulis/gambar.

Rasional :

Memberikan referensi pasca-pulang untuk mendukung pasien

berupaya untuk mandiri dalam perawatan diri.

4) Instruksikan pasien/orang terdekat dalam perawatan stoma. Berikan

waktu untuk mendemostrasikan kembali dan berikan umpan balik

positif untuk upaya upaya tersebut.

Rasional :

Meningkatkan penatalaksanaan positif dan menurunkan risiko

ketidaktepatan perawatan ostomi/perkembangan komplikasi.

5) Anjurkan peningkatan masukan cairan selama bulan cuaca hangat.

Rasional :

Kehilangan fungsi normal kolon untuk cadangan air dan elektrolit

dapat menimbulkan dehidrasi dan konstipasi.

6) Diskusikan kemungkinan kebutuhan untuk menurunkan masukan

garam.

Rasional :
Garam dapat meningkatkan haluaran ileal, mempotensial risiko

dehidrasi dan meningkatkan frekuensi kebutuhan perawatan

ostomi/ketidaknyamanan pasien.

7) Identifikasi gejala-gejala kekurangan elektrolit, misal anoreksia,

kram otot abdomen, perasaan pingsan atau tangan/kaki “dingin”,

kelelahan umum/kelemahan, pening, penurunan sensasi pada

lengan/kaki.

Rasional :

Kehilangan fungsi kolon dengan perubahan absorpsi cairan/elektrolit

dapat mengakibatkan kekurangan natrium/kalium yang memerlukan

koreksi diet dengan makanan/cairan tinggi natrium(misal: kaldu)

atau kalium (misal: jus, jeruk, prem, tomat, pisang, atau gatorade).

8) Tekankan pentingnya mengunyah makanan dengan baik, masukan

cairan adekuat diikuti makan, dan hanya menggunakan makanan

tinggi serat sedang, hindari selulosa.

Rasional :

Menurunkan risiko obstruksi usus, khususnya pada pasien dengan

ileostomi.

9) Tinjau ulang makanan sumber flatus(misal, minuman karbonat, bir,

buncis, keluarga kol, bawang putih, ikan, dan makanan berbumbu

tinggi) atau berbau ( misal, bawang putih, keluarga kol, telur, ikan,

dan buncis).

Rasional :
Makanan ini dapat dibatasi atau dihindari untuk control ostomi lebih

baik, atau ini perlu untuk mengosongkan kantung lebih sering bila

makanan ini dimakan.

2.2.5 Implementasi

Implementasi atau tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan. Pada situasi nyata, sering implementasi jauh berbeda

dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan

rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa

terjadi adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang di pikirkan, di rasakan,

itu yang di laksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika

tidak mengikuti prosedur akan berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi

aspek legal.

Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping

Nursalam (2008).

2.2.6 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan.

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien. Evaluasi terus menerus dilakukan pada respon klien

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Menurut Nursalam (2008), tujuan evaluasi adalah untuk melihat

kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan
melihat respon klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga

perawat dapat mengambil keputusan yang tepat.

Menurut Nursalam (2008), kualitas asuhan keperawatan dapat di

evaluasi pada saat proses (formatif) dan dengan melihat hasilnya (sumatif).

a) Evaluasi proses

Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses

keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan evaluasi

proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan di

implementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi

tersebut.

b) Evaluasi Hasil

Fokus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau

status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna,

evaluasi hasil bersifat objektif, fleksibel, dan efisiensi.


BAB 3
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan mengemukakan hasil dari asuhan keperawatan yang

dimulai dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi sampai dengan evaluasi pada Ny.E dengan diagnosa pre dan post

“kanker rektum”, yang dirawat di Ruang Dahlia RSUD Tarakan. Mulai tanggal

05 sampai 07 Juli 2017.

3.1 Pengkajian

Pada tahap pengkajian, penulis mengumpulkan data dengan cara

wawancara pada klien dan keluarganya, observasi, melihat catatan medik,

dokter, tenaga kesehatan lain, dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada

Ny.E.

3.1.1 Biodata

Dari hasil pengkajian didapatkan data klien, yaitu Ny.E usia 59 tahun,

sudah menikah, suku Bugis, agama Islam, pendidikan Sekolah Dasar, ibu

rumah tangga, alamat di Malinau, klien masuk rumah sakit pada tanggal 03

Juli 2017 pukul 15:00 WITA, dengan no register 0204xxx, dengan diagnosa

medis kanker rektum.

3.1.2 Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama

Saat dikaji pada tanggal 05 Juli 2017, klien mengatakan BAB terus

menerus.
39

b) Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan BAB terus menerus sejak 4 hari yang lalu.

Awalnya hanya benjolan di sekitar anus, kemudian membesar, hingga

benjolan pecah pada hari Sabtu, 01 Juli 2017, hingga BAB tidak

terkontrol sampai saat ini. Klien mengatakan benjolan tersebut muncul

sejak sebulan yang lalu, klien mengatakan sebelum klien dibawa ke

rumah sakit, benjolan pecah, saat benjolan pecah, klien merasakan nyeri

hebat, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri menyebar hingga ke belakang,

skala nyeri 9, nyeri hilang timbul, semakin nyeri ketika klien bergerak

atau beraktivitas. selama 2 hari dirawat di rumah sakit, nyeri berkurang

dan tidak terasa lagi, namun klien saat ini mengatakan masih BAB terus

menerus tidak terkontrol, hingga klien dibawa ke RSUD Tarakan oleh

keluarganya pada tanggal 03 Juli 2017. Klien mengatakan tidak mengerti

tentang penyakitnya, klien mengatakan tidak mengerti cara memakai dan

perawatan colostomi yang akan dipakai nantinya. Klien terlihat bingung,

klien bertanya- tanya.

c) Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan pernah mengalami sakit demam tapi tidak

pernah sampai dirawat inap, ini adalah pengalaman pertama klien masuk

rumah sakit, klien mengatakan tidak pernah dioperasi, tidak pernah

mengalami kecelakaan.

d) Riwayat Penyakit Keluarga

Orang tua klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang

mengalami penyakit keturunan.


e) Genogram Keluarga

X X X X

X X ? X ? ? X

? ? 59 ? ? 61

? ? ? ? ?

( Bagan 3.1 Genogram Keluarga)


Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Klien

? : Umur tidak ketahui

: Tinggal serumah

Penjelasan :

G1 : orang tua/kakek dan nenek dari klien dan istrinya semua

sudah meninggal dunia, karena faktor usia.

G2 : orang tua klien/bapak ibu dari klien sudah meninggal dunia

juga karena faktor usia.

G3 : klien anak ketiga dari lima bersaudara, klien tinggal

serumah bersama suami dan kelima anaknya.


f) Data Psiko-Sosial, dan Ekonomi

Secara psikologis klien merasa sedih karena sakit dan hal ini

merupakan pengalaman klien yang pertama masuk rumah sakit, klien

menyatakan ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarga dan

kembali beraktivitas seperti biasanya kembali. Segi sosial klien

mengatakan tidak merasa rendah diri, klien mempunyai hubungan yang

erat dengan orang tua dan keluarga, hubungan dengan tetangga dan

lingkungan sekitar juga harmonis. Namun teman-teman klien tidak dapat

menjenguk karena lokasi rumah yang jauh dari rumah sakit, kemudian

secara ekonomi klien berada dalam kondisi keluarga yang sederhana,

suami klien seorang petani yang penghasilannya tidak menentu, kadang

perhari Rp. 20.000,00 untuk biaya rumah sakit ini klien dibebaskan dari

beban biaya karena mengurus surat keterangan miskin.

g) Data Spiritual

Klien menganut agama Islam dan selama di rumah klien

mengatakan taat beribadah, dan klien selalu sholat 5 waktu. Sedangkan di

rumah sakit klien selalu berdoa untuk kesembuhan penyakitnya dan klien

berharap agar dapat sembuh.

h) Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Nutrisi

a) Saat di rumah

Klien mengatakan biasanya makan 3 kali perhari, dengan

menu nasi, sayur, dan kadang lauk/ikan. Porsi makan dihabiskan

dan klien tidak memiliki makanan pantangan. Klien mengatakan


minum air kurang lebih 8 gelas sehari dengan jenis air mineral,

kadang-kadang teh. Klien mengatakan pemenuhan makan dan

minum melalui mulut. Klien mengatakan tidak mengalami

kesulitan mengunyah maupun menelan.

b) Saat di rumah sakit

Klien mengatakan selera makan tetap baik, klien

mengatakan makan 3 kali sehari, porsi makan dihabiskan, klien

mengatakan tetap rutin meminum air putih yang banyak sesuai

anjuran dokter, klien mengatakan minum 5-6 gelas perhari.

2) Eliminasi

a) Saat di rumah

Klien mengatakan BAB 1-2 kali perhari dengan konsistensi

feses lunak berwarna kekuningan, klien mengatakan tidak

mengalami kesulitan BAB. Namun sejak benjolan muncul klien

sulit BAB, dan pada saat benjolan tersebut pecah pada hari sabtu,

klien BAB terus menerus dan nyeri pada area benjolan. Klien

mengatakan BAK 4-5 kali perhari dengan konsistensi jernih

kekuningan, berbau khas amoniak.

a) Saat di rumah sakit

Klien mengatakan BAB terus menerus dengan konsistensi

cair, berwarna kekuningan berbau khas. Klien mengatakan BAK 3-

4 kali perhari dengan konsistensi urin berwarna jernih kekuningan

berbau khas amoniak, klien tidak terpasang kateter.

3) Istirahat dan tidur


a) Saat di rumah

Klien mengatakan kebiasaan tidur siang pukul 13.00-15.00

WITA. Dan malam hari pukul 20.00-06.00 WITA. Klien

mengatakan tidak ada gangguan tidur.

b) Saat di rumah sakit

Klien mengatakan di rumah sakit, tidur malam pukul

22.00-05.00 WITA dan tidur siang pukul 12.00 -14.00 WITA

kebutuhan tidur klien terpenuhi, tidak ada gangguan tidur.

4) Aktivitas dan Gerak

a) Saat di rumah

Klien mengatakan dapat melakukan aktivitas secara

mandiri dengan baik. Klien dapat miring kiri dan miring kanan.

b) Saat di rumah sakit

Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sendiri,

klien dibantu oleh perawat dan keluarganya, klien mengatakan

masih bisa bergerak miring kiri dan kanan walau terkadang sulit

karena adanya luka benjolan.

5) Personal Hygiene

a) Saat di rumah

Klien mengatakan mandi 2 kali sehari dengan memakai

sabun dan mencuci rambut setiap kali mandi menggunakan

shampo, klien menggosok giginya setiap mandi.

b) Saat di rumah sakit


Klien mengatakan tidak pernah mandi, selama dirawat di

rumah sakit hanya diseka oleh keluarganya. Klien tidak pernah

keramas dan gosok gigi.

6) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

Kesadaran : Kompos mentis GCS: 15 E4 V5 M6

Tinggi badan : 146 cm

Berat Badan : 44 kg

b) Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Frekuensi nadi : 80 kali/ menit

Frekuensi pernapasan : 22 kali/menit .

Suhu tubuh : 36 C
b) Sistem pernapasan

Hidung

Septum di tengah, tidak ada peningkatan sekresi lendir, tidak ada

pernafasan cuping hidung, tidak terdapat polip dan epitaksis, dan

dapat mencium aroma jeruk dan minyak kayu putih dengan baik.

Dada

Simetris kiri dan kanan, pada auskultasi bunyi napas terdengar

vesikuler, perkusi sonor , vocal fremitus sama kiri dan kanan,

tidak menggunakan otot bantu pernapasan, tidak terdengar suara

napas tambahan.

c) Sistem pengindraan
Mata

Konjungtiva pucat, sklera berna putih, pupil isokor.

Hidung

Septum di tengah, tidak ada peningkatan sekresi lendir, tidak ada

pernafasan cuping hidung, tidak terdapat polip dan epitaksis, dan

dapat mencium aroma jeruk dan minyak kayu putih dengan baik.

Mulut

Lidah terlihat kotor, terdapat karies pada satu geraham atas, gigi

lengkap, tidak ada sariawan dan tidak ada peradangan mukosa

mulut. Pada daerah bibir tidak ada tanda-tanda sianosis, bibir

lembab, sudut bibir tidak pecah-pecah, klien dapat membedakan

rasa manis dan asin.

Telinga

Daun telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada peradangan telinga

dan mampu mendengar dengan baik, klien mampu mendengarkan

suara perawat dengan jelas, klien tidak menggunakan alat bantu

pendengaran.

d) Sistem endokrin

Tidak ada peningkatan vena jugularis.

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

e) Sistem Pencernaan

Mulut

Lidah terlihat kotor, terdapat karies pada satu geraham atas, gigi

lengkap, tidak ada sariawan dan tidak ada peradangan mukosa


46

mulut, pada daerah bibir tidak ada tanda-tanda cyanosis, bibir

lembab, sudut bibir tidak pecah-pecah, klien dapat membedakan

rasa manis dan asin.

Leher

Tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan vena karotis. Tidak

terdapat nyeri tekan, tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid.

Abdomen

Bentuk abdomen datar, bising usus 12 x/menit, tidak ada

pembesaran hepar, tidak terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan

bawah.

Anus

Berwarna hitam, terdapat luka pada area sekitar lubang rektum,

klien mengatakan awalnya benjolan, muncul sejak 1 bulan yang

lalu, benjolan pecah sejak 4 hari yang lalu, klien mengatakan

nyeri pada saat benjolan baru pecah, hingga yang BAB tidak

terkontrol. Pada saat inspeksi terlihat berwarna kemerahan, BAB

keluar terus menerus.

f) Sistem Neurovaskular

Nervus I : Fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan

jeruk dan bau minyak kayu putih.

Nervus II : Fungsi penglihatan baik, klien dapat membaca

dengan jelas.

Nervus III : Saat diberi cahaya ukuran pupil mengecil.


47

Nervus IV : Pergerakan bola mata baik, klien dapat mengikuti

arahan tangan perawat.

Nervus V : Dapat merasakan sensasi pada wajah, tusukan jarum

pentul.

Nervus VI : Dapat mengangkat alis dengan simetris.

Nervus VII : Dapat membedakan rasa manis dan asin.

Nervus VIII : Dapat mendengar suara perawat dengan jelas.

Nervus IX : Dapat mendengar suara plastik.

Nervus X : Dapat menelan dengan baik.

Nervus XI : Dapat mengangkat kedua bahunya dengan tahanan.

Nervus XII : Dapat menggerakkan lidah ke semua arah.

g) Sistem Integumen

Kulit berwarna sawo matang, CTR kurang dari 2 detik, tidak

sianosis, rambut berwarna hitam keputihan, pertumbuhan rambut

merata, mudah rontok, bibir kering, tidak terdapat ptekie.

h) Sistem Muskuloskeletal

Tungkai simetris, tidak ada pareses, tidak tedapat luka, klien


dapat menggerakkan kaki dan tangan ke atas dan ke bawah secara
baik, tidak terdapat edema pada ekstremitas, tidak terdapat
inflamasi pada sendi. Kekuatan otot tonus otot 5 5
5 5
i) Pemerikasaan penunjang

1) Pemeriksaan Hematologi

Tanggal 05 Juli 2017

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


3 3
WBC 6,8 x 10 4-12 ribu mm
6
RBC 3,97 x 10 4,5 – 6
HGB 10,9 q/dl 14 – 18
HCT H 32,7 % 40 ; 48 %
MCV a 80,9 Fl 82 – 98 fl
MCH 27,2 pq 27 – 31 pq
s
MCHC 34,0 q/ dl 32 – 37 pq
PLT i 3 3
819 x 10 150-450 ribu/mm
l
LYM % 24,5 % 1-3 %
MXD % 18,2 % 0-1 %
NEUT % p 57,3 % 2-6 %
3
LYM e 1.7x 10 50-70 %
3
MXD 1.2x 10 20-40 %
m
3
NEUT 3.9 x 10 2-8 %
RDW e + 18.0 % 500-1600 sel / mm
3

PDW r - 7.3 fl < 3 menit


MPV - 6.7 2-6 menit
P-LCR -4.5% LK < mm / jam

(Tabel 3.1 Pemeriksaan Darah Lengkap)

2) Terapi Saat ini RL 20 tpm.

Cifprofloxacin 2x1 gram.

Klisma(fosen) pagi sore 133 ml.


3.2 Klasifikasi Data

3.2.1 Data Subyektif

a) Klien mengatakan BAB terus menerus, tidak terkontrol.

b) Klien mengatakan awalnya hanya benjolan, hingga benjolan pecah pada

hari Sabtu tanggal 01 Juli 2017, dan BAB keluar terus menerus.

c) Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya.

d) Klien mengatakan tidak tahu cara pemakaian dan perawatan colostomi

yang akan dipakai nantinya.

e) Klien bertanya tanya tentang penyakitnya.

3.2.2 Data Obyektif

a). Luka terlihat kemerahan.

b) Terlihat BAB keluar terus menerus.

c) Klien terlihat bingung.

d) Pendidikan Akhir klien SD.

3.3 Analisa Data

3.3.1 Pengelompokan data I

1) Data Subyektif :

a) Klien mengatakan BAB terus menerus, tidak terkontrol.

b) Klien mengatakan awalnya hanya benjolan, hingga benjolan pecah

pada hari sabtu tanggal 01 Juli 2017, dan BAB keluar terus menerus.

2) Data Obyektif :

a) Luka terlihat kemerahan.

b) Terlihat BAB keluar terus menerus.

Masalah : gangguan pola eliminasi.


Penyebab : pertumbuhan jaringan abnormal di rektum.

3.3.2 Pengelompokan data II

1) Data Subyetif :

a) Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya.

b) Klien mengatakan tidak tahu cara pemakaian dan perawatan

kolostomi yang akan dipakai nantinya.

c) Klien bertanya tanya tentang penyakitnya.

2) Data Obyektif :

a) Klien terlihat bingung.

b) Pendidikan akhir klien SD.

Masalah:

Kurang pengetahuan.

Penyebab :

Kurang terpajan informasi.

3.4 Diagnosa Keperawatan

3.4.1 Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan pertumbuhan jaringan

abnormal di rektum.

3.4.2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.

3.5 Rencana Keperawatan

3.5.1 Diagnosa Pertama

Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan pertumbuhan jaringan

abnormal di rektum.

a) Tujuan:
51

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1) Pola eliminasi dapat terkontrol.

2) Usus bersih dengan pemberian klisma pagi dan sore.

3) Pengeluaran feses berkurang.

b) Rencana Tindakan:

1) Kaji kemampuan umum klien.

2) Pemeliharaan eliminasi melalui luka bekas benjolan.

3) Bantu klien dalam personal hygiene.

4) Kolaborasi pemberian obat Ciprofloxacin.

5) Berikan klisma fosen pagi dan sore.

6) Kolaborasi pemasangan kateter untuk persiapan operasi.

7) Kolaborasi pemasangan NGT untuk persiapan operasi.

3.5.2 Diagnosa Kedua

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi .

a) Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x25 menit diharapkan

masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1) Klien mengerti tentang penyakitnya dengan cara mengulangi kembali

penjelasan.

2) Klien tidak bingung.

b) Rencana Tindakan:

1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.


52

2) Bantu klien memahami informasi yang berhubungan dengan

penyakit.

3) Bantu pasien memahami persiapan pembedahan.

4) Berikan pendidikan kesehatan (penkes) dengan penyuluhan mengenai

cara memakai dan perawatan kolostomi yang akan digunakan klien

nantinya.

3.6 Tindakan Keperawatan

3.6.1 Tanggal 05 Juli 2017

a) Diagnosa pertama :

Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan pertumbuhan jaringan

abnormal di rektum.

1) Pukul 10::00

Mengkaji keadaan umum klien.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan saat ini keluhannya hanya BAB terus

menerus.

Objektif : Terlihat BAB keluar terus menerus tidak terkontrol.

TD : 110/70mmHg RR : 22x/menit

N : 80x/menit S : 36 C

2) Pukul 13:00 WITA

Membantu klien melakukan personal hygiene.

Hasil :
53

Subjektif : Klien mengatakan nyaman setelah feses dibersihkan dan

menggunakan diapres yang baru.

Objektif : Klien terlihat rileks.

3) Pukul 13:40 WITA

Mengambil sample darah.

Hasil :

Subjektif : -

Objektif : -

4) Pukul 18:00 WITA

Kolaborasi pemberian obat Injeksi IV Cifrofloxacin.

Subjektif : -

Objektif : Klien tidak alergi terhadap obat yang diberikan.

5) Pukul 18:02 WITA

Pemberian klisma fosen sore hari.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan feses lebih banyak keluar setelah

diberikan fosen.

Objektif : Cairan dan feses keluar dari luka benjolan dengan

konsistensi cair berwarna kuning berbau khas.

3.6.2. Tanggal 06 Juli 2017

a) Diagnosa pertama :

1) Pukul 06:00 WITA

Pemberian klisma fosen pagi hari.

Hasil :
54

Subjektif : Klien mengatakan feses lebih banyak keluar setelah

diberikan fosen.

Objektif : Cairan dan feses keluar dari luka benjolan dengan

konsistensi cair berwarna kekuningan berbau khas.

2) Pukul 06:10 WITA

Kolaborasi pemberian obat Cifrofloxacin.

Hasil :

Subjektif : -

Objektif : Klien terlihat terpasang cairan Ciprofloxacin.

3) Pukul 08:00 WITA

Mengambil sample darah.

Hasil :

Subjektif : -

Objektif : -

4) Pukul 08:20 WITA

Membantu klien melakukan personal hygiene.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan nyaman setelah feses dibersihkan dan

menggunakan diapres yang baru.

Objektif : Klien terlihat rileks.

5) Pukul 13:00 WITA

Menyuapi makan bubur pada klien.

Hasil :

Subjektif :
55

Objektif : Klien menghabiskan makanannya.

6) Pukul 13:40 WITA

Menganjurkan klien untuk beristirahat tidur siang.

Hasil :

Subjektif : -

Objektif : Klien terlihat tidur siang.

7) Pukul 18:02 WITA

Pemberian klisma fosen sore hari.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan feses lebih banyak keluar setelah

diberikan fosen.

Objektif : Cairan dan feses keluar dari luka benjolan dengan

konsistensi cair berwarna kekuningan berbau khas.

8) Pukul 18:02 WITA

Kolaborasi pemberian obat Ciprofloxacin.

Subjektif : -

Objektif : Klien tidak alergi terhadap obat yang diberikan.

9) Pukul 18:20 WITA

Membantu klien personal hygiene mengganti diapres.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan nyaman setelah feses dibersihkan dan

diganti dengan diapres yang baru.

Objektif : Klien terlihat nyaman.

10) Pukul 19:50 WITA


56

Kolaborasi pemasangan kateter untuk persiapan operasi.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan sekarang nyeri saat pemasangan kateter

Objektif : Klien terpasang kateter.

11) Pukul 20:05 WITA

Kolaborasi pemasangan NGT untuk persiapan operasi.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan nyeri saat telah terpasang.

Objektif : Klien terpasang NGT.

12) Pukul 22:30 WITA

Mengantar klien ke ruang bedah.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan tidak takut menjalani tindakan operasi.

Objektif : Klien terlihat rileks.

3.6.3 Tanggal 06 Juli 2017

a) Diagnosa kedua

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.

1) Pukul 07:00 WITA

Mengkaji tingkat pengetahuan klien.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya.

Objektif : Klien terlihat bingung.

2) Pukul 07:10 WITA

Membantu klien memahami penyebab dan proses penyakit.


57

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan mengerti tentang penyakitnya.

Objektif : Klien dapat mengulagi kembali penjelasan yang diberikan.

3) Pukul 15:40 WITA

Memberikan pendidikan kesehatan dengan cara penyuluhan mengenai

cara memakai dan perawatan kolostomi.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan mengerti dan senang mengetahui cara

perawatan kolostomi yang akan dipakai.

Objektif : Klien mengerti dan dapat mengulangi kembali penjelasan

cara pemakaian dan perawatan kolostomi.

4) Pukul 16:00 WITA

Membantu klien memahami persiapan pembedahan.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan mengerti untuk berpuasa sebelum

operasi.

Objektif :

3.7 EVALUASI

3.7.1 Tanggal 06 juli 2017

a) Diagnosa pertama: Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan

pertumbuhan jaringan abnormal di rektum

Pukul 22:00 WITA

Subjektif : Klien mengatakan BAB sudah sedikit keluar walau masih

terus menerus terus.


Klien mengatakan akan dilakukan pembedahan nanti

malam.

Objektif : Terlihat BAB masih terus keluar dari luka benjolan .

Assesment : Masalah belum teratasi, muncul masalah resiko infeksi

berhubungan dengan tindakan invasif, nyeri berhubungan

dengan insisi bedah, serta intoleran aktivitas berhubungan

dengan kelemahan fisik.

Planning : Intervensi dilanjutkan dengan tindakan pembedahan dan

Pembuatan kolostomi.

Resiko infeksi

1) Kaji keadaan luka.

2) Pantau luka dalam keadaan bersih.

3) Lakukan perawatan luka, mengganti dan membersihkan

luka.

4) Kolaborasi pemberian antibiotik.

Nyeri (akut)

1) Kaji nyeri, perhatikan luka, dan intensitas luka.

2) Berikan posisi nyaman.

3) Ajarkan klien teknik relaksasi napas dalam.

Intoleran aktivitas

1) Kaji tingkat keterbatasan.

2) Bantu klien dalam memenuhi aktivitas.

3) Ajarkan pada klien dan keluarga klien RND.


59

4) Berikan penjelasan kepada klien tentang pentingnya

latihan mobilitas sedini mungkin.

b) Diagnosa kedua : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpajan informasi.

Pukul 16:00

Subjektif : Klien mengatakan mengerti tentang penyakitnya, dan

mengerti cara pemakaian serta perawatan kolostomi.

Objektif : Klien dapat mengulangi kembali penjelasan cara pemakaian

dan perawatan kolostomi yang diberikan.

Assesment : Masalah teratasi.

Planning : Intervensi dihentikan.


3. LAPORAN OPERASI

Klien di bawa dari ruang dahlia ke ruang bedah pada pukul 22:30 untuk

persiapan operasi, klien di operasi pada pukul 23:00, tindakan operasi selesai

pada pukul 01:15, dan klien keluar dari ruang bedah pada pukul 05:20 pagi. Klien

di bawa keruang ICU untuk perbaikan keadaan umum dan tiba di ICU pada pukul

05:30. Klien mengalami penurunan kesadaran, klien terpasang OPA, oksigen,

kateter, NGT, drainase, CVC, kolostomi, terdapat luka kolostomi. Luka terlihat

kemerahan, terdapat cairan dan darah disekitar Luka kolostomi, terlihat perban

jahitan Apendiks.

3.1 Pengkajian

Pada tahap pengkajian, penulis mengumpulkan data dengan cara

wawancara pada klien dan keluarganya, observasi, melihat catatan medik,

dokter, tenaga kesehatan lain, dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada

Ny.E.

3.1.1 Biodata

Dari hasil pengkajian didapatkan data klien, yaitu Ny.E usia 59

tahun, perempuan sudah menikah, suku Bugis, agama Islam, pendidikan

SD, ibu rumah tangga, alamat di Malinau, klien masuk rumah sakit pada

tanggal 03 Juli 2017 pukul 15:00 WITA, dengan no register 0204xxx,

dengan diagnosa medis kanker rektum.

3.1.2 Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama

Saat pengkajian pada tanggal 07 Juli 2017, klien mengatakan nyeri

area luka kolostomi setelah pembedahan.


b) Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan telah dilakukan pembedahan. Klien mengatakan

nyeri area luka kolostomi setelah pembedahan, klien mengatakan nyeri

seperti tertusuk-tusuk, nyeri hingga kebelakang, nyeri hilang timbul,

semakin nyeri ketika klien bergerak dan beraktivitas, klien mengatakan

skala nyeri 9. Klien mengatakan luka operasi belum dibersihkan dan

diganti, klien mengatakan badannya lemas dan takut untuk bergerak.

Klien mengatakan tidak dapat menggerakkan tangan dan kaki, klien

mengatakan nyeri bila klien menggerakkan badan. Klien terlihat

meringis, dan terlihat lemah, luka kolostomi terlihat kemerahan,

terdapat darah dan cairan di sekitar luka, terdapat verban pada daerah

abdomen, klien tidak mampu menggerakkan tangan dan kaki, klien

tidak mampu miring kiri dan kanan.

c) Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : Klien terlihat lemah.

Kesadaran : Kompos mentis.

2) Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 102/70 mmHg.

Frekuensi nadi : 78 kali/ menit.

Frekuensi pernapasan : 22 kali/menit.

Suhu tubuh : 35 C.
3) Sistem pernapasan

Hidung

Septum di tengah, terdapat sekret, tidak terdapat polip dan epitaksis.


Dada

Simetris kiri dan kanan, pada auskultasi terdengar bunyi napas

vesikuler, perkusi sonor, vocal fremitus sama kiri dan kanan, tidak

menggunakan otot bantu pernapasan, tidak terdengar suara napas

tambahan.

4) Sistem pengindraan

Mata

Konjungtiva pucat, sklera berwarna putih, pupil isokor.

Hidung

Septum di tengah, ada peningkatan sekresi lendir, tidak ada polip.

Mulut

Lidah terlihat kotor, terdapat karies pada satu geraham atas, gigi

lengkap, tidak ada sariawan dan tidak ada peradangan mukosa mulut,

pada daerah bibir tidak ada tanda-tanda cyanosis, bibir kering, sudut

bibir pecah-pecah.

Telinga

Daun telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada peradangan telinga

dan mampu mendengar dengan baik, klien mampu mendengarkan

suara perawat dengan jelas, klien tidak menggunakan alat bantu

pendengaran.

5) Sistem endokrin

Tidak ada peningkatan vena jugularis.

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.


6) Sistem Pencernaan

Mulut

Lidah terlihat kotor, terdapat karies pada satu geraham atas, gigi

lengkap, tidak ada sariawan dan tidak ada peradangan mukosa mulut,

pada daerah bibir tidak ada tanda-tanda cianosis, bibir lembab, sudut

bibir tidak pecah-pecah, klien dapat membedakan rasa manis dan

asin.

Leher

Pada leher tidak ditemukan pembesaran vena jugulais dan karotis.

Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ditemukan pembesaran kelenjar

tiroid.

Abdomen

Bentuk abdomen datar, bising tidak terdengar, tidak ada pembesar

hepar, terdapat nyeri tekan pada seluruh abdomen, terlihat luka

operasi pada abdomen, panjang luka 3cm, terdapat luka colostomi,

luka terlihat kemerahan, terdapat cairan dan darah area kolostomi.

Anus

Tidak dapat dilakukan pengkajian.

7) Sistem Integumen

Kulit berwarna sawo matang, CTR kurang dari 2 detik, tidak

sianosis, rambut berwarna hitam keputihan, pertumbuhan rambut

merata, mudah rontok, bibir kering, tidak terdapat ptekie.


8) Sistem Muskuloskeletal

Tungkai Simetris, tidak ada pareses , tidak tedapat luka, klien dapat

menggerakkan kaki dan tangan keatas dan kebawah secara baik,

tidak terdapat edema pada ekstremitas, tidak terdapat inflamasi pada

sendi . Kekuatan tonus otot 2 2


2 2
9) Sistem Neurovaskular

Nervus I : Fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan jeruk

dan bau minyak kayu putih.

Nervus II : Fungsi penglihatan baik, klien dapat membaca dengan

jelas.

Nervus III : Saat diberi cahaya ukuran pupil mengecil.

Nervus IV : Pergerakan bola mata baik, klien dapat mengikuti

arahan tangan perawat.

Nervus V : Dapat merasakan sensasi pada wajah, tusukan jarum

pentul.

Nervus VI : Dapat mengangkat alis dengan simetris.

Nervus VII : Dapat membedakan rasa manis dan asin.

Nervus VIII : Dapat mendengar suara perawat dengan jelas.

Nervus IX : Dapat mendengar suara plastik.

Nervus X : Dapat menelan dengan baik.

Nervus XI : Tidak Dapat mengangkat kedua bahunya dengan

tahanan.

Nervus XII : Dapat menggerakkan lidah ke semua arah.


10) Pemerikasaan penunjang

1) Pemeriksaan Hematologi

Tanggal 07 Juli 2017

Hasil pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


3 3
WBC 18.5 x 10 4-12 ribu mm
RBC 4.99 x 10
6
4,5 – 6
T
HGB 13,5 q/dl 14 – 18
HCT a
40,1 % 40 ; 48 %
MCV n 80,4 Fl 82 – 98 fl
MCH 27,1 pq 27 – 31 pq
g
MCHC 33,7 q/ dl 33 – 37 pq
PLT g 3 3
660 x 10 150-451 ribu/mm
a
LYM % 14.0 % 1-4 %
l
MXD % 6.5 % 0-2 %
NEUT % 2-6 %
79.5 %
LYM 0 2.6x 10
3 50-70 %
MXD 3 20-40 %
4 1.2x 10
NEUT 3 2-8 %
14.7 x 10
RDW 500-1600 sel / mm
3
+ 20.8%
PDW < 3 menit
- 7.3 fl
MPV 2-6 menit
- 7.0 fl
P-LCR LK < mm / jam
-8.7%

(Tabel 3.1 Pemeriksaan Darah Lengkap)


c) Pemeriksaan Analisa Gas Darah dan Lactat

Tanggal : 07 Juli 2017

Data Pemeriksaan Analis Gas Darah Dan Lactat

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


0
37,0 c

PH 7,319 mmHg 7,35-7,45

PCO 32,1 mmHg 35-45

PO 88 mmMol/L 80-105

BGeCF -10 mmMol/L (-2)-(+3)

HCO3 16,5 mmMol/L 22-26

TCO2 17 mmol/L 23-27

SO 96 % 95-98 %

Lac 2,53 0,36-125

(Tabel 3.2 Pemeriksaan Analisa Gas Darah dan Lactat)

11) Terapi saat ini

RL 20 tpm

Drip Fentanyl 10mg 1cc/jam

Ciprofloxacin 2x1 gram

Ketorolax 3x30 gram

Ranitidine 2x1 amp


3.2 Klasifikasi Data

3.2.1 Data Subjektif

a) Klien mengatakan telah dilakukan pembedahan pada tanggal 06 juli

2017.

b) Klien mengatakan nyeri area luka kolostomi setelah pembedahan.

c) Klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk.

d) Klien mengatakan nyeri hingga ke belakang.

e) Klien mengatakan nyeri hilang timbul.

f) Klien mengatakan semakin nyeri ketika klien bergerak dan beraktivitas.

g) Klien mengatakan skala nyeri 9.

h) Klien mengatakan luka belum dibersihkan dan diganti.

i) Klien mengatakan badannya lemas dan dia takut bergerak.

j) Klien mengatakan tidak dapat menggerakkan tangan dan kaki.

k) Klien mengatakan nyeri ketika klien menggerakkan badan.

3.2.2 Data Objektif

a) Klien terlihat meringis.

b) Klien terlihat lemah.

c) Luka kolostomi terlihat kemerahan.

d) Terdapat darah dan cairan sekitar luka.

e) Terdapat verban pada daerah abdomen.

f) Klien tidak mampu menggerakkan tangan dan kaki.

g) Klien tidak mampu memiringkan badan klien.


68

3.3 Analisa Data

3.3.1 Pengelompokan data I

1) Data Subjektif

a) Klien mengatakan nyeri area luka kolostomi setelah pembedahan.

b) Klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk.

c) Klien mengatakan nyeri hingga ke belakang.

d) Klien mengatakan nyeri hilang timbul.

e) Klien mengatakan semakin nyeri ketika klien bergerak dan

beraktivitas.

f) Klien mengatakan skala nyeri 9.

2) Data Objektif

a) Klien terlihat meringis.

b) Klien terlihat lemah

Masalah : nyeri akut.

Penyebab : insisi bedah.

3.3.2 Pengelompokan data II

1) Data Subjektif

a) Klien mengatakan telah dilakukan pembedahan pada tanggal 06

Juli 2017.

b) Klien mengatakan luka belum dibersihkan dan diganti.

2) Data Objektif

a) Luka kolostomi terlihat kemerahan.

b) Terdapat darah dan cairan sekitar luka.

c) Terdapat verban pada daerah abdomen.


Masalah : resiko Infeksi.

Penyebab : prosedur invasif.

3.3.3 Pengelompokkan data III

1) Data Subjektif

a) Klien mengatakan badannya lemas dan dia takut bergerak.

b) Klien mengatakan tidak dapat menggerakkan tangan dan kaki.

c) Klien mengatakan nyeri ketika klien menggerakkan badan.

2) Data Objektif

a) Klien penunurunan kesadaran sebelumnya.

b) Klien tidak mampu menggerakkan tangan dan kaki.

c) Klien tidak mampu memiringkan badan klien.

Masalah : intoleran Aktivitas.

Penyebab : kelemahan fisik.

3.4 Diagnosa Keperawatan

3.4.1 Nyeri berhubungan dengan insisi bedah.

3.4.2 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

3.4.3 Intoleran Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

3.5 Rencana Keperawatan

3.5.1 Diagnosa pertama

Nyeri berhubungan dengan insisi bedah.

a) Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x12 jam diharapkan

masalah teratasi dengan kriteria hasil :


1) Nyeri berkurang.

2) Skala nyeri dalam batas ringan 2-3.

3) Klien dapat mengontrol nyeri dengan teknik non farmakologik

relaksasi nafas dalam.

4) Klien terlihat rileks.

b) Rencana Tindakan :

4) Kaji nyeri, perhatikan luka, dan intensitas luka.

5) Berikan posisi nyaman.

6) Ajarkan klien teknik relaksasi napas dalam.

7) Kolaborasi pemberian analgetik.

3.5.2 Diagnosa Kedua

Resiko infeksi berhubungan denga prosedur invasif.

a) Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X12 jam diharapkan

masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1) Luka kolostomi bersih.

2) Tidak ada tanda tanda infeksi.

3) luka tidak kemerahan, tidak panas, tidak edema.

4) Balutan terlihat bersih.

b) Rencana Tindakan :

1) Kaji keadaan luka.

2) Pantau luka dalam keadaan bersih.

3) Lakukan perawatan luka, mengganti dan membersihkan luka.

4) Kolaborasi pemberian antibiotik.


3.5.3 Diagnosa Ketiga

Intoleran Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

a) Tujuan :

1) Klien tidak takut untuk bergerak.

2) Klien dapat menggerakkan tangan dan kaki.

3) Klien dapat miring kiri dan miring kanan.

b) Rencana Tindakan :

1) Kaji tingkat keterbatasan.

2) Bantu klien dalam memenuhi aktivitas.

3) Ajarkan pada klien dan keluarga klien relaksasi napas dalam.

4) Berikan penjelasan kepada klien tentang pentingnya latihan

mobilitas sedini mungkin.

3.6 Tindakan Keperawatan

3.6.1 Tanggal 07 Juli 2017

Diagnosa Pertama : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah.

1) Pukul 08:10 WITA

Mengkaji nyeri.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan nyeri area luka kolostomi setelah

pembedahan.

Klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk.

Klien mengatakan nyeri hingga ke belakang.

Klien mengatakan nyeri hilang timbul.

Klien mengatakan semakin nyeri ketika klien bergerak.


Klien mengatakan skala nyeri 9.

Objektif : Klien terlihat meringis.

2) Pukul 08:15 WITA

Memberikan posisi nyaman.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler yang

diberikan.

Objektif : Klien terlihat nyaman.

3) Pukul 08:30 WITA

Mengajarkan pada klien teknik relaksasi napas dalam.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 8.

Objektif : Klien terlihat masih meringis.

4) Pukul 10:10 WITA

Kolaborasi memberikan Injeksi IV Cetorolax dan Ranitidine.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 7.

Objektif : Klien masih terlihat meringis, klien tidak alergi terhadap

obat yang diinjeksikan.

5) Pukul 16:00 WITA

Mengajarkan pada klien teknik relaksasi napas dalam.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 6.

Objektif : Klien terlihat masih meringis.


6) Pukul 18:10 WITA

Kolaborasi memberikan Injeksi IV Cetorolax dan Ranitidine 2x1 amp.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 4.

Objektif : Klien masih terlihat meringis.

3.6.2 Tanggal 07 Juli 2017

Diagnosa kedua : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

1) Pukul 08:20 WITA

Monitor adanya luka.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan telah dilakukan tindakan pembedahan

tadi malam di daerah perut.

Objektif : Luka terlihat kemerahan.

Terlihat darah dan cairan di sekitar luka.

Colostomi belum diganti dan di bersihkan.

2) Pukul 09:00 WITA

Memantau Luka dalam keadaan bersih, membersihkan area sekitar luka.

Hasil :

Subjektif : Dokter mengatakan luka belum bisa di buka atau di ganti.

Objektif : kolostomi belum bisa diganti dan di bersihkan.

3) Pukul 10:12 WITA

Kolaborasi memberikan Injeksi IV Ciprofloxacin 2x1 gram.

Hasil :

Subjektif : -
Objektif : Klien tidak alergi dengan obat yang diberikan.

4) Pukul 18:10 WITA

Kolaborasi memberikan injeksi IV Ciprofloxacin 2x1 gram.

Hasil :

Subjektif : -

Objektif : Klien tidak alergi dengan obat yang diberikan.

3.6.3 Tanggal 07 Juli 2017

Diagnosa Ketiga : Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan

fisik.

1) Pukul 13 :00 WITA

Mengkaji tingkat keterbatasan.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan badannya lemas dan dia takut bergerak .

Klien mengatakan tidak dapat menggerakkan tangan dan

kaki.

Klien mengatakan nyeri ketika klien menggerakkan badan

Objektif : Klien terlihat tidak mampu bergerak.

Klien terlihat tidak mampu memiringkan badan klien.

2) Pukul 13:10 WITA

Mengajarkan kepada klien dan keluarga klien relaksasi napas dalam.

Hasil :

Subjektif : Klien dan keluarga klien mengatakan mengerti dengan

teknik relaksasi napas dalam yang dijelaskan.


Objektif : Klien dan Keluarga dapat mengulangi teknik relaksasi

napas dalam yang di ajarkan.

3) Pukul 15 :00 WITA

Memberikan penjelasan kepada klien tentang pentingnya mobilitas

sedini mungkin.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan masih sulit menggerakkan tangan dan

kakinya.

Objektif : Klien tidak mampu menggerakkan badan klien.

4) Pukul 19 :00 WITA

Memberikan penjelasan kepada klien tentang pentingnya mobilitas

sedini mungkin.

Hasil :

Subjektif : Klien mengatakan sudah bisa mengangkat kaki perlahan

lahan.

Objektif : Klien terlihat mampu memiringkatkan badan.

3.7 Evaluasi
3.7.1 Tanggal 07 Juli 2017

a) Diagnosa pertama : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah.

Pukul : 20:30 WITA

Subjektif : Klien mengatakan masih merasakan nyeri area luka

kolostomi,

Skala nyeri 7.

Objektif : Klien masih terlihat meringis.


Klien masih terlihat lemah.

Assesment : Masalah belum teratasi.

Planning : Intervensi dilanjutkan.

1) Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.

2) Kolaborasi pemberian analgetik.

3.7.2 Tanggal : 07 Juli 2017

b) Diagnosa kedua : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

Pukul 15:00 WITA

Subjektif : Dokter mengatakan luka belum bisa diganti dan

dibersihkan.

Objektif : Masih terlihat darah dan cairan disekitar luka kolostomi.

Asesment : Masalah belum teratasi.

Planning : Intervensi dilanjutkan.

1) Lakukan perawatan luka, ganti dan bersihkan luka.

2) Kolaborasi pemberian antibiotik.

3.7.3 Tanggal 07 Juli 2017

c) Diagnosa ketiga : Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan

fisik.

Pukul 20:00 WITA

Subjektif : Klien mengatakan sudah bisa mengangkat kaki dan tangan

perlahan-lahan.

Objektif : Klien terlihat mampu memiringkan badan klien , namun

klien masih terlihat lemah.


Assesmet : Masalah teratasi sebagian.

Planning : Intervensi dilanjutkan.

1) Ajarkan pada klien dan keluarga klien relaksasi napas

dalam.

2) Berikan penjelasan kepada klien tentang pentingnya

latihan mobilitas sedini mungkin.


BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis mengemukakan kesenjangan antara teori pelaksanaan

asuhan keperawatan kanker rektum dan kasus pada Ny. E dengan kanker rektum

di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara

mulai tanggal 05 Juli 2017 sampai dengan 07 Juli 2017. Kesenjangan yang

didapatkan akan diuraikan sesuai dengan langkah-langkah proses keperawatan

sebagai berikut :

4.1 Pengkajian

Dalam pengkajian dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. E

dengan diagnosa medik kanker rektum didapatkan kesenjangan antara teori

dan kasus. Adapun data fokus pada pengkajian yang ada pada teori menurut

Wijaya & Putri(2013) dan Doenges (2014), yang tidak ditemukan pada klien

Ny. E adalah sebagai berikut :

4.1.1 Sirkulasi

Menurut Wijaya & Putri (2013), pada pengkajian pemeriksaan fisik,

data dasar ditemukan masalah takikardia. Namun, pada kasus Ny. E tidak

ditemukan tanda tersebut karena respon tubuh individu terhadap penyakit

berbeda-beda. Manusia sebagai makhluk unik dengan koping suatu reaksi

tubuh terhadap penyakit akan berbeda sehingga pada Ny.E dengan kanker

rektum tidak mengalami takikardia. Frekuensi nadi klien yaitu 80 x/menit,

dengan irama teratur. Hal ini dikarenakan tidak adanya gangguan pada

pusat kardiorespiratorik. Menurut Price & Sylvia (2012), gangguan pada


80

pusat kardiorespiratorik terlihat dengan adanya denyut yang tidak teratur

atau denyut yang lambat.

Menurut Wijaya & Putri (2013), pada pengkajian data dasar

ditemukan masalah demam. Corwin (2012) menyatakan bahwa demam

terjadi karena peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Dengan

meningkatkan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal

untuk meningkatkan suhu tubuh.

Pirogen endogen menyebabkan demam dengan menghasilkan

prostaglandin, mungkin PGE, yang meningkatkan titik patokan termogulasi

hipotalamus. Apabila sumber pirogen dihilangkan misalnya setelah sistem

imun berhasil mengatasi mikroorganisme maka kadarnya turun. Hal ini akan

mengembalikan titik patokan suhu ke normal. Pada kasus Ny.E ditemukan

suhu tubuh klien normal. Data tersebut didapatkan saat dilaksanakan

pengkajian pada Ny.E suhu tubuh klien adalah 36 C.

Menurut Wijaya & Putri (2013), pada pengkajian data dasar

ditemukan masalah hipotensi karena terhambatnya dan terbatasnya jumlah

darah yang mengalir ke otak, sehingga kepala terasa ringan dan pusing.

Hipotensi pada pasien dengan kanker rektum biasa dijumpai akibat

dehidrasi, atau diare yang berkelanjutan sehingga tubuh kekurangan cairan,

suplai darah ke otak juga berkurang menimbulkan hipotensi pada pasien

kanker rektum. Namun pada kasus Ny.E ditemukan masalah hipotensi,

karena respon tubuh tiap individu berbeda-beda terhadap penyakit.


4.1.2 Pernapasan

Menurut Wijaya & Putri (2013), pada pengkajian data dasar

ditemukan masalah takipnea dan pernapasan dangkal. Menurut Smeltzer &

Bare (2012) dijelaskan bahwa orang dewasa normal yang cukup istirahat

bernapas 12 sampai 18 kali permenit, kecuali untuk napas panjang sekali,

pernapasannya teratur. Takipnea atau penapasan cepat, umumnya tampak

pada pasien dengan pneumonia, edema pulmonal, asidosis metabolik,

septikemia, nyeri hebat, dan fraktur iga.

Menurut Marilyn dan Lee (2011) dijelaskan bahwa pernapasan

dangkal terjadi pergerakan minimal dinding dada yang biasanya penyebab

umumnya adalah koma dan overdosis narkotika. Namun, pada kasus Ny.E

tidak ditemukan tanda tersebut karena klien tidak mengalami pernapasan

takipnea dan dangkal. Hasil pengkajian pada Ny.E menunjukkan pernapasan

klien 22 x/menit dengan irama teratur.

4.1.3 Integritas Ego

Menurut Wijaya & Putri (2013) pada pengkajian data dasar

ditemukan masalah ansietas. Menurut North American Nursing Diagnosis

Association International (2014) ansietas merupakan isyarat kewaspadaan

yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu

melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman ditandai dengan penurunan

produktivitas, mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam

peristiwa hidup, gerakan yang tidak relevan, gelisah, memandang sekilas,

insomnia, kontak mata buruk, resah, menyelidik dan tidak waspada,

ketakutan, gugup, marah, menyesal, khawatir. Pada pasien dengan Kanker


Rektum biasanya ditemui ansietas atau cemas akan tindakan pembedahan

yang akan dilakukan. Namun pada kasus Ny.E tidak ditemukan masalah

ansietas, klien mengatakan tidak cemas dan takut dengan tindakan

pembedahan.

4.1.4 Nutrisi (makanan dan cairan)

Menurut Wijaya & Putri (2013) pada pengkajian ditemukan masalah

mual muntah. Namun pada kasus Ny.E tidak ditemukan masalah mual

muntah. Menurut Sukandar (2014) mual muntah bukanlah gejala-gejala dari

penyakit yang mendasarinya penyakit spesifik, muntah merupakan

pengeluaran isi lambung melalui mulut, yang sering kali membutuhkan

dorongan yang sangat kuat. Pada pasien dengan kanker rektum, mual

muntah dapat terjadi karena infeksi virus pada saluran cerna, namun Pada

kasus pada Ny.E tidak ditemukan gejala mual dan muntah karena respon

tubuh tiap individu yang berbeda, tidak dijumpai pada klien.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Proses pengkajian dilakukan untuk memperoleh data-data yang

diperlukan untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan yang sesuai

dengan keadaan data yang ditemukan pada Ny. E dengan diagnosa medis

kanker rektum.

Antara diagnosa keperawatan pada kanker rektum yang penulis

peroleh dari dasar teoritis dengan yang penulis temukan di lapangan banyak

mengalami perbedaan. Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. E dengan

kanker rektum terdapat diagnosa keperawatan yang tidak ditegakkan sesuai

dengan diagnosa keperawatan menurut Doenges (2014), yaitu :


1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan kontrol usus eliminasi.

Menurut North American Nursing Diagnosis Association

International (2014), kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan

intravascular, intersitial, dan intraselular. Batasan karakteristik untuk

kekurangan volume cairan adalah perubahan status mental, penurunan

tekanan darah, penurunan tekanan nadi, penurunan volume nadi,

penurunan turgor kulit, penurunan haluaran urine, penurunan pengisisan

vena, membran mukosa kering, kulit kering, peningkatan hematokrit,

peningkatan suhu tubuh, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan

konsentrasi urine, penurunan berat badan, haus dan kelemahan. Pada

pasien dengan kanker rektum resiko kekurangan volume cairan dapat

terjadi karena dehidrasi dan diare yang berkelanjutan serta mual muntah

sehingga tubuh kekurangan akan cairan. Namun, penulis tidak

mengangkat diagnosa tersebut karena dari hasil pengkajian ditemukan

data perhitungan keseimbangan cairan dalam keadaan normal, klien

tidak dehidrasi.

2. Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia lama/gangguan masukan saat

pascaoperasi.

Menurut North American Nursing Diagnosis Association

International (2014) nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terjadi karena

intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh. Ditandai

dengan batasan karakteristik berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal,


dilaporkan adanya intake makanan yang kurang, membran mukosa dan

konjungtiva pucat, kelemahan otot yang digunakan untuk

menelan/mengunyah, luka, inflamasi pada rongga mulut, perasaan

ketidakmampuan untuk mengunyah makanan, keengganan untuk makan,

kram pada abdomen, nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi, kurang

berminat terhadap makanan, diare, kehilangan rambut yang cukup

banyak (rontok), suara usus hiperaktif. Pada pasien dengan Kanker

rektum diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat dijumpai

karena anoreksia, atau kurangnya nafsu makan. Namun penulis tidak

mengangkat diagnosa tersebut karena dari hasil pengkajian tidak terjadi

perubahan atau penurunan selera makan, porsi makan dihabiskan dan

tidak terjadi penurunan berat badan.

3. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubung dengan

karakter/aliran feses dan flatus dari stoma.

Menurut North American Nursing Diagnosis Association

International (2014) kerusakan integritas kulit terjadi perubahan pada

epidermis dan dermis ditandai dengan batasan karakteristik zat kimia,

kelembaban, hipertermia, faktor mekanik (terpotong, tertekan, akibat

restrain), obat, kelembaban kulit, imobilisasi fisik, radiasi. Pada pasien

dengan kanker rektum, diagnosa resiko kerusakan integritas kulit dapat

dijumpai karena kurangnya kelembaban kulit akibat tertekan. Namun

penulis tidak mengangkat diagnosa tersebut karena dari hasil pengkajian

tidak ditemukan data tersebut karena luka masih tertutup.


4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan stress psikologis, takut

kebocoran kantong/cedera stoma.

Menurut North American Nursing Diagnosis Association

International (2014), gangguan pola tidur dapat terjadi karena gangguan

kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Ditandai

dengan batasan karakteristik ketidakpuasan tidur, menyatakan sering

terjaga, menyatakan mengalami gangguan tidur dan tidak merasa cukup

istirahat. Pada pasien dengan kanker rektum, diagnosa gangguan pola

tidur dapat dijumpai karena stress psikologis adanya stoma,

mengakibatkan ketidakpuasan tidur. Namun penulis tidak mengangkat

diagnosa tersebut karena dari hasil pengkajian tidak ditemukan gangguan

tidur, kebutuhan tidur klien terpenuhi, klien tidur dengan nyenyak.

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya stoma, kehilangan

kontrol usus eliminasi.

Menurut North American Nursing Diagnosis Association

International (2014) gangguan citra diri adalah adalah konfusi pada

gambaran mental fisik diri seseorang. Ditandai dengan batasan

karakteristik untuk gangguan citra diri adalah depersonalisasi bagian

tubuh atau kehilangan melalui kata gantiretral, penekanan pada kekuatan

yang tersisa dan pencapaian yang tertinggi, rasa takut terhadap

penolakan atau reaksi dari orang lain, berfokus pada kekuatan, fungsi

atau penampilan di masa lalu, perasaan negatif tentang tubuh (misalnya,

perasaan putus asa, tidak mampu, atau tidak berdaya), personalisasi dari

bagian tubuh atau bagian tubuh yang hilang dengan penggunaan nama,
fokus pada perubahan atau kehilangan, menolak untuk memverifikasi

perubahan aktual, mengungkapkan secara verbal perubahan gaya hidup.

Pada pasien dengan kanker rektum diagnosa gangguan citra tubuh dapat

dijumpai karena adanya stoma mengakibatkan perasaan negatif dan malu

terhadap tubuhnya. Namun penulis tidak mengangkat diagnosa tersebut

karena dari hasil pengkajian ditemukan data klien tidak merasa rendah

diri, klien tidak malu dengan kondisinya .

6. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan kesulitan

ereksi.

Menurut North American Nursing Diagnosis Association

International (2014) disfungsi seksual terjadi ketika individu mengalami

perubahan seksual selama fase respons gairah seksual, rangsang seksual,

dan/atau orgasme, yang dipandang tidak memuaskan, tidak ada

penghargaan, atau tidak adekuat. Ditandai dengan batasan karakteristik

perubahan dalam penerimaan kepuasan seksual, perubahan minat

terhadap diri sendiri dan orang lain, ketidakmampuan untuk mencapai

kepuasan yang diharapkan, persepsi perubahan rangsang seksual,

persepsi defisiensi gairah seksual, persepsi keterbatasan akibat penyakit

atau terapi, menyatakan masalah, pembatasan aktual akibat penyakit atau

terapi, perubahan dalam pencapaian persepsi peran seks, mencari

penegasan tentang kemampuan respons gairah seksual. Pada pasien

dengan kanker rektum diagnosa resiko disfungsi seksual dapat dijumpai

karena adanya stoma yang dapat mengganggu kepuasan seksual. Penulis

tidak mengangkat diagnosa tersebut karena dari hasil pengkajian klien


mengatakan tidak lagi berhubungan seksual, tidak ditemukan data

gangguan pada seksual, dan ketidakpuasan seksual.

Dalam kasus ini terdapat tiga diagnosa tambahan yang tidak

terdapat pada teori tetapi terdapat pada kasus Ny. E dan teori.

1. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan pertumbuhan jaringan

abnormal di rektum.

Menurut North American Nursing Diagnosis Association

International (2014), gangguan pola eliminasi terjadi akibat disfungsi

pada pembuangan feses dan urin. Pada pasien dengan kanker rektum

diagnosa gangguan pola eliminasi dapat dijumpai karena terjadi

perubahan pola elimanasi yang tidak stabil. Penulis mengangkat diagnosa

gangguan pola eliminasi karena pada saat dilakukan pengkajian pada Ny.

E ditemukan data klien mengatakan BAB terus menerus, tidak terkontrol,

teraba luka bekas benjolan, dan BAB keluar terus menerus.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

Menurut North American Nursing Diagnosis Association

International (2014) resiko infeksi dapat terjadi akibat peningkatan resiko

masuknya organisme patogen. Pada pasien dengan kanker rektum

diagnosa resiko infeksi dapat dijumpai karena luka pascaoperasi yang

terpapar dengan bakteri dan masuknya kuman. Penulis mengangkat

diagnosa resiko infeksi karena pada saat dilakukan pengkajian pada Ny.E

ditemukan data luka kolostomi terlihat kemerahan, terdapat cairan dan

darah sekitar luka kolostomi.

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Menurut North American Nursing Diagnosis Association

International (2014), intoleran aktivitas terjadi akibat ketidakcukupan

energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan

aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.

Ditandai dengan batasan karakteristik tekanan darah abnormal terhadap

aktivitas, respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas,

ketidaknyamanan setelah beraktivitas, dispnea setelah beraktivitas,

menyatakan merasa letih, menyatakan merasa lemah. Pada pasien dengan

kanker rektum diagnosa intoleran aktivitas dapat dijumpai karena pada

pasien kanker rektum ditemukan kesulitan untuk bergerak pascaoperasi

akibat kelemahan fisik. Penulis mengangkat diagnosa intoleran aktivitas

karena pada saat dilakukan pengkajian pada Ny.E ditemukan data klien

mengatakan badannya lemas dan takut untuk bergerak, klien mengatakan

tidak mampu menggerakkan tangan dan kaki, klien tidak mampu

memiringkan badan klien.

4.3 Perencanaan

Perencanaan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses

keperawatan setelah merumuskan diagnosa keperawatan. Rencana

keperawatan yang dilakukan penulis sesuai dengan teori menurut North

American Nursing Diagnosis Association International (2014).

4.4 Implementasi

Pada tahap pelaksanaan penulis akan melaksanakan perencanaan

yang telah disusun pada tahap pengumpulan data, pelaksanaan asuhan

keperawatan yang dilakukan penulis disesuaikan dengan rencana tindakan


yang telah dibuat. Namun dari semua perencanaan yang dibuat terdapat

beberapa intervensi yang tidak dapat dilakukan secara maksimal, hal

tersebut dikarenakan karena kurangnya waktu yang penulis miliki.

4.5 Evaluasi

Tahap ini adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang telah

dilakukan selama tiga hari dari tanggal 05 Juli sampai dengan 07 Juli 2017

pada Ny.E dengan kanker rektum. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang

telah ditetapkan pada perencanaan, penulis dapat menyimpulkan evaluasi

hasil pada tanggal 07 Juli 2017 terdapat tiga diagnosa yang tidak teratasi

yaitu diagnosa keperawatan nyeri(akut) berhubungan dengan insisi bedah

tidak teratasi karena saat evaluasi pada tanggal 07 Juli 2017 klien mengatakan

masih merasakan nyeri di area luka kolostomi, klien terlihat masih meringis.

Adapun untuk diagnosa yang kedua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan

prosedur invasif tidak teratasi karena pada saat evaluasi pada tanggal 07 Juli

2017 masih terlihat luka kemerahan, terlihat darah dan cairan disekitar luka,

luka belum dibersihkan dan balutan belum diganti. Diagnosa ketiga yaitu

intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik tidak teratasi karena

saat evaluasi pada tanggal 07 Juli 2017 klien masih terlihat lemah, tidak

mampu memiringkan badan, dan klien mengatakan nyeri bila menggerakkan

badan.
BAB 5
PENUTUP

Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.E dengan kanker

rektum dapat dilakukan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan landasan

teori dan tujuan yang telah ditetapkan. Penulis juga mengemukakan saran demi

perbaikan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan kanker rektum.

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. E dengan Kanker

rektum, selama tiga hari sejak tanggal 05 Juli 2017 sampai dengan 07 Juli

2017 di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Penulis melakukan asuhan keperawatan melalui setiap tahap dari proses

keperawatan yang terangkai mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa

keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaaan keperawatan dan

evaluasi. Penulis dapat melaksanakan setiap tahapan sesuai dengan tingkat

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh penulis. Pengkajian pada

Ny.E dengan kanker rektum. Penulis lakukan secara bertahap dengan

memperhatikan kondisi klien dan sarana yang tersedia. Pengkajian

dilakukan secara menyeluruh untuk mendapatkan data yang akurat.

Setelah melakukan pengkajian, penulis kemudian mengelompokkan data-

data yang diperoleh, menganalisa lalu merumuskan diagnosa yang tepat

untuk setiap data. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, penulis

kemudian menyusun rencana tindakan yang tepat dengan memperhatikan

kondisi klien, fasilitas yang tersedia dan pengetahuan yang dimiliki


91

penulis. Tahap selanjutnya penulis kemudian mengimplementasikan

rencana yang telah disusun. Setelah melakukan implementasi penulis

melanjutkan dengan mengevaluasi. Evaluasi yang dilakukan penulis terdiri

dari dua kategori yaitu evaluasi sumatif yang dilakukan di setiap tindakan

dan evaluasi formatif yang dilakukan di akhir pertemuan dengan klien.

2) Dengan melakukan beberapa tahapan dari proses keperawatan penulis

menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus yaitu, pada

proses pengkajian penulis menemukan kesenjangan antara teori dan kasus

pada klien Ny.E dengan kanker rektum adalah sebagai berikut: pada

pengkajian yaitu sirkulasi, pernapasan dan integritas ego, serta nutrisi

(makanan/cairan). Pada penegakkan diagnosa keperawatan yang terdapat

masalah yang ditemukan diteori namun tidak ditemukan pada kasus, yaitu

resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan, gangguan citra tubuh,

resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit, resiko tinggi resiko tinggi

terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan pola

tidur, resiko tinggi terhadap disfungsi seksual, dan adapun beberapa

diagnosa keperawatan yang tidak ada diteori namun ditemukan pada

kasus, yaitu gangguan pola eliminasi, resiko infeksi, dan intoleran

aktivitas. Pada tahap evaluasi ditemukan dari lima diagnosa yang

ditegakkan tiga diagnosa tidak teratasi karena tidak sesuai dengan kriteria

hasil yang diharapkan.

3) Faktor pendukung dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

adalah sikap klien dan keluarga yang ramah dan kooperatif pada setiap

tindakan yang dilakukan, izin yang diberikan pihak rumah sakit serta
tersedianya fasilitas dari institusi yang menunjang pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien. Sementara faktor penghambat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan adalah keterbatasan waktu dalam

melakukan perawatan pada klien selama 24 jam sehingga penulis

mendelegasikan perawatan selanjutnya pada perawat ruangan dan

keterbatasan dalam hal pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki

penulis untuk melaksanakan beberapa asuhan keperawatan pada klien.

4) Adapun pemecahan masalah yang dilakukan pada klien yaitu dengan

memperdalam literatur-literatur mengenai penyakit klien sehingga dapat

dilaksanakan intervensi-intervensi yang telah direncanakan meliputi

tindakan promotif, preventif, kuratif, dan tindakan kolaboratif dengan

tim kesehatan lainnya.

5.2 Saran

Saran diberikan bagi pihak-pihak yang berkaitan langsung ataupun tidak

langsung dalam asuhan keperawatan pada Ny. E dengan kanker rektum.

Dengan melihat pentingnya asuhan keperawatan yang diberikan secara

komprehensif, dimana penulis menyampaikan beberapa saran yang

membangun yaitu memperoleh wawasan tentang kanker rektum baik dari

konsep medis dan konsep keperawatan yang dapat penulis pergunakan dalam

memberikan asuhan keperawatan yang dapat dijadikan sebagai sumber ilmu

dan wawasan penulis.

1) Bagi pasien

Diharapkan pasien dapat memperhatikan kesehatan dan

menghindari pola hidup yang tidak sehat, serta melakukan pemeriksaan


rutin di pelayanan kesehatan, dan diharapkan klien dapat menerima dengan

lapang dada kondisinya saat ini, walaupun menggunakan kolostomi

seumur hidup namun diharapkan klien mampu menerima bahwa alat

tersebut akan membantu dan memudahkan klien dalam aktivitas.

2) Bagi mahasiswa

Diharapkan Laporan Tugas Akhir ini dapat menjadi sarana

informasi dan pengetahuan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada

klien dengan Kanker rektum.

3) Bagi institusi

Diharapkan Laporan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai

bahan referensi bagi mahasiswa di lahan praktek, khususnya dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Kanker rektum.

4) Bagi rumah sakit

Diharapkan dalam pemberian tindakan terhadap pasien di rumah

sakit, hendaknya dilakukan secara tepat waktu, bersama-sama dengan tim

kesehatan lain yang ada di rumah sakit, tidak mengulur-ngulur waktu

tindakan agar pemecahan masalah klien dapat segera diselesaikan secara

efektif dan efisien.


DAFTAR PUSTAKA

Budiono & Pertami B. Sumirah. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta.


Bumi Medika

Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta : EGC

Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. EGC

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI

Doenges, Marylinn E. Moorhouse. Gissler. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan


Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta : EGC

Kurniawan, Lilik. 2010. Karsinoma Rektum. Diambil tanggal 15 Juli 2017 dari
http://www.google.co.id/amp/s/yayanakhyar.wordpress.com/2009/11/12/k
arsinoma-rektum/amp/

Grace A. Pierce, Boerley R. Nier. 2011. Ata Glace Ilmu Bedah, Edisi 3. Pt Gelora
Aksara Pratama Jackson, D. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 1.
Yogtakarta, Rapha Pubising

Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawataan Konsep, Proses, dan


Praktik, volume 2, Edisi 7. Jakarta . EGC

Morton PG, Fontaine D, Gallo. 2011. Keperawatan Kritis-Pendekatan Asuhan


Holistik, Volume 1. Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi. Jakarta : Penerbit
Buku Salemba Medika

Nurarif Amin, Huda Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jakarta: Mediaction.

Price, A. Sylvia and Wilson 2012, Patofisiologi-Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit- Volume 2. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1. Edisi
8. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Edisi
8 Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sloane, Ethel. 2014. Anatomi dan Fisiologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Syarifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3.


Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat. R, Karnadiharja Warko, Prasetyono Theddeus, & Rudiman Reno.

2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Wijaya, Safetri Andra & Putri Mariza Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai