Anda di halaman 1dari 172

UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN TEORI PEACEFUL END OF LIFE DAN


PENGKAJIAN EDMONTON SYMPTOM ASSESSMENT
SYSTEM (ESAS) DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN KANKER KOLON DI RUMAH SAKIT
KANKER DHARMAIS JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR

DAME LESTARIA NAPITUPULU


1106042675

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS KEPERAWATAN
DEPOK
JUNI 2014

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN TEORI PEACEFUL END OF LIFE DAN


PENGKAJIAN EDMONTON SYMPTOM ASSESSMENT
SYSTEM (ESAS) DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN KANKER KOLON DI RUMAH SAKIT
KANKER DHARMAIS JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ners Spesialis Keperawatan Medikal Bedah

DAME LESTARIA NAPITUPULU


1106042675

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DEPOK
JUNI 2014

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerah- Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Penulisan karya
ilmiah akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Medikal Bedah pada Program
Pendidikan Spesialis Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Penulis menyadari bahwa apa yang telah diraih bukanlah karena usaha
penulis semata melainkan atas kasih dan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa,
serta bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Agung Waluyo, S.Kp., M.Sc., Ph.D., selaku supervisor utama, yang
telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, saran, dan arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
karya ilmiah akhir ini;
2. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP., selaku supervisor, yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, saran, dan
arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir ini;
3. Ibu. Nani S, M.Kep., selaku Ka. Bidang Keperawatan Rumah Sakit Kanker
Dharmais Jakarta, yang telah memberikan persetujuan atas pelaksanaan praktik
residensi keperawatan onkologi;
4. Ibu Retno Purwanti,SK.P., Sp. Onk., M.Biomed selaku pembimbing klinik dan
penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan bimbingan, saran, dan arahan dalam menjalani praktek residensi di
RSKD;
5. Bapak Masfuri, SK.p., MN., selaku penguji KIA yang telah memberikan saran
demi perbaikan karya iliah akhir ini;
6. Direktur Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta beserta staf, yang telah
memberikan persetujuan atas pelaksanaan praktik residensi keperawatan onkologi;
7. Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia;

iv

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


8. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang telah membantu dan memfasilitasi penulis selama mengikuti
pendidikan;
9. Suami dan anak-anakku tercinta serta orang tuaku beserta keluarga besarku
yang senantiasa memberikan dukungan moril, materil, doa, kasih sayang, dan
kesabaran yang tak pernah habis, selama penulis mengikuti pendidikan residensi;
10. Rekan sejawat keperawatan di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, yang
telah menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merawat klien kanker;
11. Para Survivor Cancer beserta keluarganya di Rumah Sakit Kanker Dharmais
Jakarta, yang senantiasa berpartisipasi dan berbagi pengalaman berharga kepada
penulis selama mengikuti pendidikan spesialis keperawatan onkologi;
12. Rekan sejawat Peserta Program Pendidikan Spesialis Keperawatan Medikal
Bedah khususnya Residensi Keperawatan Onkologi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, atas pengertian dan kebersamaan yang telah terjalin
selama pendidikan serta senantiasa saling memberikan semangat, masukan,
bertukar pikiran, dan berbagi informasi yang berguna;
13. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis
selama masa pendidikan. Semoga segala bantuan, kebaikan, dan dukungan yang
telah diberikan kepada penulis, memperoleh berkat yang berlipat ganda dari
Tuhan Yang Maha Pengasih.

Selanjutnya,penulis mengharapkan masukan yang membangun guna


penyempurnaan karya ilmiah akhir ini.

Depok, Juni 2014


Penulis

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
Nama : Dame Lestaria Napitupulu
Program Studi : Pendidikan Spesialis Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Judul : Penerapan Teori Peaceful end of life dan Pengkajian Edmonton
Symptom Assesment System (ESAS) dalam asuhan keperawatan pada klien
dengan kanker kolon di rumah sakit kanker dharmais Jakarta.
XV+ 92 hal + 1 gambar + 1 daftar singkatan +14 lampiran

ABSTRAK

Kanker merupakan masalah kesehatan yang serius dan menjadi suatu masalah di
dunia termasuk di Indonesia. Salah satu jenis kanker yang angkanya terus
meningkat dari tahun ketahun dan dapat menyebabkan kematian diantaranya
adalah kanker kolon. Klien dengan kanker kolon banyak ditemukan dengan
jumlahnya cenderung meningkat setiap tahunnya. Hampir semua klien kanker
kolon pada umumnya datang pada stadium yang sudah lanjut. Terkait hal tersebut,
maka peran perawat spesialis keperawatan medikal bedah menjadi sangat penting
dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan
Peaceful End of Life Theory pada kanker kolon, penerapan pemberian akupresur
pada titik P6 dan ST 36 dalam mengurangi mual muntah akibat kemoterpi sebagai
bukti mutakhir dalam manajemen mual muntah, serta berperan aktif dalam
program inovasi pengembangan pengkajian keperawatan yang terintegerasi
dengan pengkajian ESAS yang berfokus pada masalah klinis klien kanker. Hasil
analisis praktik menunjukkan bahwa Peaceful End of Life Theory sesuai
diterapkan pada asuhan keperawatan pada klien kanker. Pemberian akupresur
pada titik P6 dan ST 36 sangat efektif dalam mengurangi mual dan muntah akibat
kemoterapi, dan format pengkajian keperawatan yang terintegerasi dengan
pengkajian ESAS cukup komunikatif dalam menilai permasalahan klinis klien
dengan kanker, sehingga dapat berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup klien dan
perbaikan kinerja perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan pada area
keperawatan onkologi.

Kata kunci:
Praktik residensi, keperawatan medikal bedah, peaceful end of life theory, Kanker
kolon, mual muntah, akupresur titik P6 dan ST 36, penggkajian ESAS.

vii

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Name: Dame Lestaria Napitupulu
Study Program: Medical Surgery Nurse Specialist
Faculty of Nursing, University of Indonesia
Title: Peaceful end of life Theory application and Edmonton Symptom
Assessment System (ESAS) assessment in nursing care of the client
with colon cancer at Dharmais Cancer Hospital Jakarta.
XV + 92 pages. + 1image + 1 list of abbreviations +14appendices

ABSTRACT

Cancer is serious health problem in world wide, including Indonesia. One type of
cancer that is increasing from year and which can to death include cancer of the
colon. Most of the cancer colon pateint comes t the hospital in advance stage.
Thas, medical surgical nursing specialist takes important role in nursing care
management by PEOL approach on cancer colon, accupressure application on P6
and ST 36 points for reducing nausea vomit, and also actively role in inovation
program of nursing assessment integrated with ESAS that focus on clinical
problem of ca client. Accupressure on P6 and ST 36 points are very effective in
reducing nausea and vomit because of chemotherapy and nursing assessment
form that integrated with ESAS assessment communicative enough in screening
clinical problem of the client with ca. So that affect nursing quality. The purposes
are increasing client’s quality of life and nursing service as nursing caregiver in
oncology nursing area.

Keywords:
Practice residency, medical-surgical nursing, peaceful end of life theory, colon
cancer, nausea faigue, vomiting, P6 acupressure and ST 36 points, ESAS
assessment.

viii

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................viii

ABSTRAK ........................................................................................................... ix

ABSTRACT .......................................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xv

1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 8

1.3 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 9

1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................... 10

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 11

2.1 Kanker kolon ............................................................................................ 11

2.1.1 Definisi ............................................................................................ 11

ix

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


2.1.2 Etiologi ............................................................................................ 11

2.1.3. Embriologi dan anatomi ................................................................. 13

2.1.4 Patogenesis ...................................................................................... 16

2.1.5 Staduim Kanker ............................................................................... 17

2.1.6 Manifestasi Klinis .......................................................................... 17

2.1.7 Test Diagnostik ............................................................................... 18

2.1.8 Diagnosis Banding .......................................................................... 21

2.1.9 Penatalaksanaan Medis .................................................................... 22

2.1.10 Pencegahan .................................................................................... 24

2.2 Teori Keperawatan Yang Umum Diterapkan Pada Asuhan Keperawatan

Klien Kanker ....................................................................................................... 26

2.2.1 Theory of Comfort ........................................................................... 27

2.2.1 Theory gate control .......................................................................... 28

2.2.3 Peaceful End of Life Theory ............................................................. 29

2.3 Konsep Peaceful End of Life Theory ............................................................ 30

2.4 Penerapan Peaceful End of Life Theory Pada Asuhan Keperawatan


Klien Kanker ................................................................................................. 32

2.4.1 Pengkajian Keperawatan ................................................................. 32

2.4.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 34

2.4.3 Intervensi Keperawatan ................................................................... 35

2.4.4 Evaluasi ........................................................................................... 35

3. PROSES RESIDENSI ................................................................................... 36

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


3.1 Laporan dan Analisa Kasus ................................................................ 36

3.2 Pengkajian keperawatan dengan penerapan Peaceful End of Life


Theory Pada Asuhan Keperawatan Kasus Kelolaan Utama …………. 37
3.3 Analisis Penerapan Peaceful End of Life Pada 30 Kasus kelolaan..44
3.4 Evidence Based Nursing Pratice …………………………………… 48
3.5 Peran perawat sebagai innovator ………………………………….. 58

4. PEMBAHASAN ……………………………………………………………70
4.1 Analisis Kasus Kelolaan Utama ……………………………………..71
4.2 Analisi Penerapan EBN ……………………………………………... 77
4.3 Analisi Penerapan Pengkajian ESAS Sebagai Inovasi ……………... 82

5. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………..…………………….. 85


5.1Kesimpulan …………………………………………………………... 85
5.2 Saran ………………………………………………………………… 86

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 88

xi

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Gambar Kolon………………............................................ 16

xii

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


DAFTAR SINGKATAN

ACS : American Cancer Society


AOP : Assessment of Patient
BB: Berat badaN
COX: Cylooxygenase
CDC : Centers for Disease Control and Prevention
CEA : Antigen carcinoma embrionik
CINAHL : Cumulative Index to Nursing and Allied Health
Literature
CTC: Computed Tomographic Colography
CT-Scan : Computed Tomography-Scan
CTZ : Chemoreseptor Trigger Zone
DCBE : Double Contrast Barium Enema
DCC: Deleted in colon cancer
DNA : Deoxyribo Nucleic Acid
EBN : Evidence-Based Nursing
EBSCO : Elton B. Stephens Company
ESAS : Edmonton Symptom Assessment System
FAP: Familial adeomatous polyposis
FAIG: Flexible Sigmoidoscopy
HB: Hemoglobin
HCT : Hematopoietic Cell Transplantation
HLA : Human Leukosit Antigen
HNPCC: Hereditary nonpolyposis colorectal cancer
5HT3: Hydroxytryptamine -3
IBD: Inflammatory bowel disease
IPSG : International Patient Safety Goals
JCI : Joint Commission International
KIA: Karya Ilmiah Akhir
KEMENKES : Kementerian Kesehatan
MSCT : Multi Slice Computed Tomography

xiii

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


NK1: Neurokinin 1
OAK : Obat Anti Kanker
OBH: Obat batuk hitam
PA: Patologi Anatomi
PEOL : Peaceful End of Life TheoY
PET: Positron emisi tomografi
PICO : Population, Intenvention, Comparison, Outcome
POR : Problem Oriented Record
RCT : Randomized Clinical Trial
ROS : Review of Body System
RSKD : Rumah Sakit Kanker “Dharmais” Jakarta
RR: Respiratori rate
SCC : Squamous Cell Carcinoma
SIRS : Sistim Informasi Rumah Sakit
SWOT : Strengths Weaknesses Opportunities Threats
TAB: Tablet
TB: Tinggi badan
TD: Tekanan darah
TIL: Limfosit infiltrasi tumor
TNM : Tumor Nodul Metastasis
USG: Ultrasonografi
VAS : Visual Analoge Scale
WHO : World Health Organization
5-FU : 5-fluorouracil

xiv

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Map Concept Kanker kolon


Lampiran 2 : Penerapan Peaceful End of Life Dalam Asuhan Keperawatan
Lampiran 3 : NCP Pada Ny M.S Bedasarkan Masalah Keperawatan
Lampiran 4 : Resume Keperawatan Pada 30 Kasus Klien Dengan Kanker
Lampiran 5 : Penjelasan Pelaksanaan EBN
Lampiran 6 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penerapan EBN
Lampiran 7 : Prosedur Penerapan EBN
Lampiran 8 : Kuesioner Mual Muntah RHODES
Lampiran 9 : Pengkajian ESAS
Lampiran 10 : Petunjuk Pengisian Pengkajian ESAS
Lampiran 11 : Grafik Pengkajian ESAS
Lampiran 12 : Algoritma ESAS
Lampiran 13 : Pengkajian Keperawatan Terintegerasi dengan ESAS
Lampiran 14 : Daftar Riwayat Hidup

xv

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


1

BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan secara umum
dan khusus, manfaat penulisan bagi pelayanan kesehatan dan pendidikan serta
sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Kanker adalah suatu penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia karena
angka kejadiannya yang terus meningkat setiap tahunnya. World Health
Organization (WHO, 2002) dalam situs resminya melansir bahwa estimasi
pada tahun 2015 sebanyak 9 juta orang dan tahun 2030 sebanyak 11.4 juta
orang akan meninggal karena kanker. Pada tahun 2005, WHO memperkirakan
setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta
diantaranya meninggal dunia. Pada saat ini, kanker merupakan satu penyebab
kematian di dunia. Jumlah penderita kanker di dunia pada tahun 2009
diperkirakan 14,1 juta jiwa (Black & Hawks, 2009). Ironisnya, kejadian ini
akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan negara yang berkembang
(International UnionAgainst Cancer, 2009). Menurut LeMone & Burke,
(2008), Pada umumnya pasien kanker mengalami gejala fisik, psikologis, dan
gangguan fungsional. Rata-rata jumlah gejala yang dapat terjadi secara
bersamaan seperti anorexsia, kurang tenaga, fatigue, nyeri, insomnia, gelisah,
depresi, ketegangan dan ketakutan (Ogce & Ozkan, 2008).

Salah satu penyebab tingginya angka kematian pada penderita kanker adalah
kondisi malnutrisi yang berdampak terhadap penurunan terhadap kekebalan
tubuh, kemampuan melakukan aktivitas sehari- hari dan menurunkan
toleransi pasien terhadap sitostatika, radiasi dan pembedahan (Reksodiputro &
Sukrisman, 2006). Kondisi ini dapat terjadi sebagai efek dari kanker baik lokal
maupun sistemik dan juga dapat merupakan komplikasi dari tindakan medik

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


2

yang lainnya. Kanker sering kali tumbuh dengan pesat, bersifat invasif
(menginfiltrasi jaringan sekitar), dan mampu bermetastasis.

Di Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, penyakit kanker


juga menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup serius karena angka
kejadian dan jumlah kematian akibat kanker terus meningkat setiap tahunnya.
Lebih kurang enam persen atau 13,2 juta jiwa penduduk Indonesia menderita
penyakit kanker dan memerlukan pengobatan sejak dini. Angka tersebut
hampir sama dengan beberapa negara berkembang lainnya. Data Depkes
menyebutkan kanker merupakan penyebab kematian ke-5 di Indonesia, setelah
jantung, stroke, saluran pernafasan dan diare (Depkes RI, 2006). Salah satu
jenis kanker yang paling mematikan adalah kanker kolon.

Kanker kolorektal menduduki peringkat tiga jenis kanker yang paling sering
terjadi di dunia (Wong, 2002). Kanker kolon sendiri menempati urutan ketiga
kasus kanker terbanyak di Amerika serikat baik itu pada pria maupun wanita
(Wong, 2002). Insiden kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian
angka kematiannya. Pada tahun 2002, kanker kolorektal menduduki peringkat
kedua pada kasus kanker yang terdapat pada pria, sedangkan pada wanita
menduduki peringkat ketiga. Menurut klasifikasi WHO, sebagian besar kanker
kolorektal adalah tipe adenokarsinoma (90-95%), adenocarsinoma mucinus
(17%), signet ring cell carcinoma (2-4%), dan sarcoma (0,1-3%). Gejala
klinik kanker kolorektal tergantung pada lokasi tumor. Kanker cecum dan
kolon asenden biasanya tidak memberikan gejala obtruktif, sedangkan kanker
rektosigmoid dapat menyumbat lumen dan sering terjadi perdarahan. Kanker
kolon sangat mungkin dicegah melalui deteksi dini dan terapi bedah yang
optimal pada lesi pre-maligna.

Oleh karena itu, deteksi dini serta terapi optimal seawal mungkin menjadi
perhatian utama dalam pencegahan kematian pada kanker, keduanya penting
karena semakin awal ditemukan semakin baik prognosis penderita kanker
kolon. Sebagai perbandingan, angka harapan hidup lima tahun untuk stadium

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


3

kanker yang masih terlokalisir di dinding usus adalah 90%. Namun apabila
telah terjadi metastasis, angka harapan hidup lima tahun menurun drastis
menjadi 68% pada metastasis regional dan 10% pada metastasis jauh (WHO,
2002). Menurut Desen (2008) penyebab kanker masih belum jelas,
menurutnya berbagai jenis kanker memiliki kekhasnya masing-masing,
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, etnis, pola hidup, latar belakang genetik
dan faktor-faktor yang lain. Masalah yang paling sering muncul pada klien
dengan kanker kolon umumnya terjadi gangguan pada fisik dan psikologis,
hal ini didukung oleh Lemone dan Burke (2008) yang mengatakan bahwa
penyakit kanker merupakan penyakit yang sangat komplek yang mempunyai
menifestasi klinik yang bermacam-macam yang dapat ditimbulkan dari
penyakit tersebut.

Peran mahasiswa residensi keperawatan medikal bedah memiliki peranan


yang sangat penting dalam meningkatkan asuhan keperawatan yang
berkualitas, dalam hal ini perawat spesilis dapat memberikan perawatan
langsung pada klien kanker secara menyeluruh, menerapkan Evidence-Based
Nursing (EBN) dan mengembangkan inovasi-inovasi terbaru dalam tatanan
keperawatan. Keperawatan onkologi menjadi salah satu peminatan yang
berfokus pada perawatan klien dengan penyakit dan masalah kanker. Perawat
yang melibatkan diri dalam kekhususan keperawatan onkologi, menganalisa
berbagai peran dan fungsinya pada berbagai pengelolaan perawatan kesehatan,
serta memiliki kewenangan dan kompetensi spesifik dalam memberikan
pelayanan keperawatan onkologi yang holistik dan komprehensif dan
senantiasa selalu mengikuti perkembangan teknologi kesehatan yang terbaru
dalam pengobatan penyakit kanker (Smeltzer & Bare, 2007; Potter & Perry,
2009; Ignatavicius & Workman, 2010).

Tanggung jawab utama bagi seorang perawat onkologi yaitu menjalankan


peran sebagai pemberi asuhan keperawatan. Perawat dapat terlibat langsung
dalam sejumlah kegiatan pengendalian kanker seperti memberikan edukasi
dan konseling tentang penyakit kanker dan pengobatan serta perawatannya

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


4

,meningkatkan kualitas hidup klien kanker (Adam , 2011). Lebih lanjut


Henderson (2006) menyatakan bahwa, selain memberikan pendidikan
kesehatan pada klien dan keluarga, perawat onkologi juga berperan dalam
menerapkan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan terhadap sejawat
perawatan lain yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang keperawatan onkologi.

Sebagai perawat onkologi yang mempunyai kompetensi dan peran mandiri,


maka perawat onkologi memiliki andil dalam menentukan kualitas asuhan
keperawatan yang akan diterima oleh klien. Dengan demikian, praktik
residensi keperawatan medikal bedah dengan peminatan keperawatan
onkologi, telah memberikan wawasan dan pengalaman yang sangat berharga
dalam menerapkan peran sebagai pemberi asuhan keperawatan onkologi.
Peran residensi keperawatan onkologi memiliki peranan penting dalam
meningkatkan asuhan keperawatan yang berkualitas. Hal ini dalam
pelaksanaan residensi keperawatan memberikan perawatan langsung kepada
klien secara menyeluruh, mengembangkan inovasi- inovasi keperawatan yang
dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang professional. Selama
praktek residensi yang dimulai bulan September 2013 sampai dengan Mei
2014 di ruang Cempaka dan Teratai rumah sakit kanker dharmais, penulis
sebagai residensi keperawatan berperan sebagai perawat klinis, inovator dan
menerapkan hasil penelitian.

Praktek residensi keperawatan medikal bedah dengan peminatan


keperawatan onkologi yang dilaksanakan oleh penulis, merupakan bagian dari
kegiatan untuk memperoleh kompetensi sebagai seorang perawat spesialis
keperawatan medical bedah peminatan onkologi. Praktik residensi
dilaksanakan di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta (RSKD) yang
merupakan pusat kanker nasional. Dalam menjalankan program residensi ini,
terdapat beberapa kompetensi terkait peran perawat spesialis yang meliputi
pemberian asuhan keperawatan lanjut pada klien kanker dan keluarganya,
mengoptimalkan pembelajaran klinik bagi sejawat keperawata, memanfaatkan

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


5

bukti mutakhir dalam tatalaksana klien kanker, serta berperan aktif melalui
program inovasi pengembangan pendokumentasian keperawatan yang
berfokus pada klien kanker. Peran perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dilaksanakan dengan menerapkan level middle range nursing
theory sebagai pendekatan manajemen klien dengan kanker, baik klien yang
sedang menjalani modalitas terapi, klien dengan masalah kedaruratan onkologi
maupun klien yang dalam tahapan palliative care.

Level middle range nursing theory terdiri atas beberapa teori keperawatan
yang menjadi pedoman bagi kegiatan keperawatan karena lebih jelas
menggambarkan kondisi pada pelayanan keperawatan (Peterson & Bredow,
2004). Selain itu middle range nursing theory juga lebih lengkap dan lebih
spesifik dalam menjelaskan suatu fenomena. Penggunaan teori ini dapat
menjadi suatu kerangka berpikir untuk perawat spesialis onkologi dalam
memahami status kesehatan klien dan dapat memberikan dasar yang logis
serta kritis dalam membantu mengatasi masalah klien untuk mencapai
kesehatan yang optimal. Dalam pemberian asuhan keperawatan pada kegiatan
residensi ini, penulis mencoba menganalisa beberapa teori keperawatan yang
dikategorikan ke dalam level middle range nursing theory, sebagai
pendekatan pada pemberian asuhan keperawatan bagi klien kanker. Adapun
teori keperawatan tersebut adalah “Theory of Comfort”, “Theory of Pain”, dan
“Peaceful End of Life Theory”. Teori-teori tersebut sering diterapkan pada
perawatan klien dengan kasus terminal. Dari analisa tersebut, penulis memilih
dan menerapkan “Peaceful End of Life Theory” pada setting pelayanan
keperawatan onkologi. Relevansi“Peaceful End of Life Theory” ditetapkan
berdasarkan kondisi dan kebutuhan klien, agar klien memperoleh pelayanan
keperawatan yang holistik. Integrasi teori keperawatan ke dalam praktek
keperawatan merupakan dasar sebagai profesi keperawatan (McEwen &
Wills, 2011).

“Peaceful End of Life Theory” dikembangkan oleh Cornelia M. Ruland dan


Shirley M. Moore pada tahun 1998 yang telah banyak digunakan dalam

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


6

setting keperawatan palliative (Alligood &Tomey, 2010), lebih menekankan


pada 5 aspek dengan kriteria hasil yang ingin dicapai pada standart
perawatan “Peaceful End of Life Theory” adalah klien dalam menghadapi
penyakitnya tidak merasa nyeri, klien tidak mengalami mual, klien merasa
dihormati, klien mendapatkan kenyamanan, klien merasa damai dan klien
tidak merasa sendiri dalam menghadapi kematiannya (Alligood & Tomey,
2010). Ruland and Moore mengatakan lima konsep diatas dengan
menghormati integritas dari klien dan keluarga merupakan hak kebebasan
untuk mengambil keputusan, nyeri yang dirasakan sebagai pengalaman
pribadi dan emosioanal yang tidak menyenangkan dan damai merupakan
perasaan yang tenang bagi klien, harmonis dan kepuasan serta terbebas dari
rasa cemas dan kekhawatiran serta ketakutan akan kematian. Prinsip Peaceful
End of Life Theory adalah meningkatkan kualitas hidup klien sebelum
akhirnya meninggal dengan kualitas dan iman yang baik (Kinghorn & Gamlin,
2004).

Penerapan „‟ Peaceful End of Life Theory’’pada praktik residensi ini tidak


hanya dititik beratkan pada klien saja, akan tetapi melibatkan keluarganya.
Sehingga titik sentral dari teori ini adalah peningkatan kualitas hidup klien
kanker dan keluarga sebagai support system, karena pada klien kanker yang
sudah memasuki tahapan paliatif, keluarga tidak hanya berperan sebagai
pendukung saja tetapi berperan sebagai pengambil keputusan (Alligood &
Tomey, 2010). Dalam laporan praktik residensi pada kasus kelolaan, penulis
memfokuskan pemberian asuhan keperawatan pada kasus klien dengan
kanker kolon dengan menggunakan Peaceful End of Life Theory dan
pengkajian ESAS dengan pertimbangan bahwa penyakit kanker tersebut
merupakan salah satu jenis keganasan yang paling sering ditemukan dengan
angka kematian yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan
statistik yang dilakukan oleh pusat registrasi kanker di Rumah Sakit Kanker
Dharmais Jakarta (RSKD), menunjukkan bahwa pada tahun 2009 - 2012,
kanker kolon menempati urutan keenam dari 10 penyakit kanker terbanyak
di RSKD.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


7

Pada proses pelaksanaan EBN, penulis menggunakan metode Population,


Intervention, Comparison, Outcome (PICO) sebagai pendekatan untuk
mencari bukti yang dapat menunjang masalah klinis. Metode PICO sangat
membantu dalam memformulasikan masalah klinis klien menjadi sebuah
pertanyaan klinis (Glasziou, Del Mar & Salisbury, 2012). Melalui metode
PICO dapat dirumuskan masalah klinis yaitu kejadian mual dan muntah
yang diakibat pemberian kemoterapi pada klien kanker dan efektivitas
pemberian akupresur pada titik P6 dan ST 36 sebagai bukti ilmiah yang
berorientasi pada klien dalam mengatasi mual dan muntah.

Kemoterapi dapat menimbulkan mual dan muntah melalui beberapa


mekanisme. Wood, et al (2007) mengatakan bahwa kemoterapi dapat
menyebabkan mual muntah melalui mekanisme yang bervariasi dan
rangkaian kompleks. Pertama; kemoterapi secara langsung menstimulasi
Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ), efek ini di stimulasi oleh pengeluaran 5-
Hydroxytryptamine -3 (5HT3) dan Neurokinin 1 (NK1) akibat pemberian
kemoterapi. Kedua; kemoterapi menyebabkan gangguan pada mukosa
gastroinstestinal dan menyebabkan neurotransmiter termasuk 5HT3, hal ini
menyebabkan mual muntah melalui jalur perifer yang di mediasi oleh syaraf
vagus. Ketiga; gejala ini di sebabkan oleh pengaruh neurohormonal melalui
terganggunya arginin vasopresin dan prostaglandin dan yang keempat; mual
muntah di mediasi oleh kecemasan yang memberikan pengaruh terhadap
sistem saraf pusat termasuk pusat muntah.

Oleh karena itu, dibutuhkan peran dari tim keperawatan yang dapat
memberikan penanganan komplikasi paska kemoterapi pada klien kanker
khususnya oleh residensi keperawatan onkologi. Dalam mengatasi mual
muntah akibat kemoterapi, salah satu terapi komplementer yang dapat
dilakukan adalah dengan pemberian akupresur pada titik P6 dan ST 36.
Akupresur adalah sebuah ilmu penyembuhan dengan menekan, memijat dan
mengurut bagian dari tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi vital atau qi.
Dalam ilmu akupresur diyakini bahwa didalam tubuh kita terdapat energi

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


8

kehidupan dan sistem meridian sebagai sistem yang mengatur lalu lintas
energi dalam tubuh, jika terjadi kekurangan energi, stagnasi atau disharmoni
energi akan menimbulkan penyakit (Sukanta, 2008; Molassiotis, etal., 2007).
Energi ini dapat diperbaiki kembali dengan menggunakan akupunktur atau
akupresur pada titik-titik tertentu di tubuh.(Molassiotis, et al., 2007). Menurut
ilmu akupresur, gejala penyakit seperti mual dan muntah bisadiakibatkan oleh
kekurangan qi, stagnasi dari qi atau disharmoni dari qi pada limpa dan
lambung, dalam hal ini akupresur dapat bermanfaa tuntuk memperbaiki tubuh
pada status keseimbangan energi yang baik (Molassitis, et al,2007; Dibble,
2007).

Selain itu juga, penulis melakukan kegiatan inovasi dan berperan sebagai
inovator. Program inovasi bertujuan untuk memperkenalkan dan
mengembangkan ilmu baru. Kegiatan inovasi merupakan suatu aktivitas
dalam penerapan dengan menggunakan pendekatan secara sistematis dalam
yang harapannya dapat bermanfaat. Menurut Denosa (2009) inovasi
sebaiknya dimulai dari ide yang menarik, mudah diaplikasikan, terjangkau dan
dapat membantu meningkatkan status kesehatan yang lebih baik. Kegiatan
innovasi dilaksanakan secara bersama-sama dengan residen keperawatan
lainnyadan staf keperawatan di RSKD. Adapun pelaksanaan kegiatan inovasi
tersebut mengenai uji coba penerapan format pengkajian ESAS dan format
pengkajian keperawatan yang terintegrasi dengan ESAS pada klien kanker.
Penerapan kegiatan inovasi dilakukan di ruang perawatan Teratai RSKD.
Tujuan dari penerapan format pengkajian ESAS tersebut adalah untuk
menilai respon kesehatan klien kanker dan memudahkan perawat dalam
menyusun rencana asuhan keperawatan, sehingga akan berdampak pada
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membuat suatu karya ilmiah akhir
ini tentang Penerapan Teori Peaceful End Of Life dan pengkajian Edmonton
Symptom Assesment System (ESAS) Dalam Asuhan Keperawatan Pada Klien
Kanker Kolon Di Rumah Sakit Kanker Dharmais.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


9

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan
khusus, yaitu:

1.2.1 Tujuan Umum


Melakukan analisa pengalaman perawat dalam menjalankan peran dan
fungsinya pada pelaksanaan praktik residensi keperawatan medikal bedah
peminatan onkologi dengan menggunakan pendekatan teori keperawatan
sebagai kerangka kerja dalam manajemen klien kanker kolon di Rumah Sakit
Kanker Dharmais Jakarta.

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Menganalisa peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan pendekatan teori keperawatan yaitu “Peaceful Endof
Life Theory” dan menggunkan pengkajian ESAS pada klien kanker kolon di
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.
1.2.2.2 Menganalisa peran dan fungsi perawat dalam menerapkan praktik
keperawatan yang berbasis bukti ilmiah (evidence-based nursing practice)
pada klien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.
1.2.2.3 Menganalisa peran dan fungsi perawat dalam kegiatan inovasi
keperawatan di ruang Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi Pelayanan Keperawatan


Hasil analisa praktek residensi onkologi ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan acuan bagi seluruh perawat khususnya perawat onkologi dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan teori keperawatan yang
sesuai pada klien kanker dan menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun
program kebijakan pelayanan keperawatan onkologi.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


10

1.3.2 Bagi Pengembangan Keilmuan Keperawatan


Hasil analisa praktek residensi onkologi ini diharapkan dapat menjadi
bahan diskusi berkelanjutan dalam pengembangan kurikulum keilmuan
spesialis keperawatan medikal bedah, khususnya yang berhubungan dengan
tanggung jawab dan peran professional keperawatan dalam tatanan
pelayanan keperawatan onkologi.

1.4 Sistematika Penulisan


Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini terdiri dari lima (5) bab, yang terdiri dari Bab
satu (1), adalah pendahuluan yang membahas latar belakang, tujuan, manfaat
penulisan dan sistematika penulisan karya ilmiah akhir ini. Bab dua (2)
menguraikan aplikasi teori keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan
pada klien kanker kolon, yang meliputi uraian mengenai gambaran kasus,
tinjauan teori, integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses asuhan
keperawatan dan aplikasi teori keperawatan pada kasus terpilih. Bab tiga (3),
menguraikan tentang kasus kelolaan dengan menggunakan “Peaceful Endof
Life Theory”, penerapan EBN dan proyek inovasi serta pencapaian
kompetensi selama kegiatan residensi keperawatan medikal bedah ditatanan
onkologi. Bab empat (4), memaparkan analisis penerapan “Peaceful Endof
Life Theory”dalam asuhan keperawatan, EBN dan Inovasi pengkajian ESAS.
Bab terakhir adalah bab lima (5), yang berisi kesimpulan dan saran dari
seluruh proses penulisan karya ilmiah akhir (KIA).

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


11

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, akan diuraikan tentang tinjauan pustaka akan membahas tentang
kajian pustaka yang berhubungan dengan kasus kanker kolon dan penetapan
penggunaan teori keperawatan.

2.1 Konsep Kanker Kolon


2.1.1 Definisi
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada caecum,
kolon dan rectum, tumbuh dengan cepat, bersifat invasif (menginfiltrasi
jaringan lain), dan dapat bermetastasis. Kanker kolorektal merupakan
bentuk malignansi yang terdapat pada kolon asending, transversal,
desending, sigmoid dan rectal (Zhang, 2008).

2.1.2 Etiologi
Etiologi kanker kolon sama seperti kanker lain pada umumnya belum jelas
hingga kini (Black & Hawks, 2009). Kanker kolon terjadi akibat adanya
interaksi antara pejamu, agen, dan lingkungan. Beberapa faktor yang
berperan antara lain:
2.1.2.1 Lingkungan
a. Nutrisi
Makanan berkontak langsung dengan dinding mukosa kolon sehingga
berpotensi untuk menimbulkan efek prekarsinogenik. Asupan tinggi lemak
dan alkohol merupakan faktor risiko terjadinya kanker kolon. Selain itu,
konsumsi daging merah juga meningkatkan resiko. Hal tersebut
dihubungkan dengan kandungan lemak jenuh pada daging merah dan efek
karsinogenik pada pengolahannya. Pengolahan dengan suhu tinggi hingga
berwarna terlalu kecoklatan semakin meningkatkan resiko karena
terbentuknya mutagenic heterocyclic amines. Asupan rendah folat dan
metionin juga meningkatkan resiko terjadi kanker kolon. Defisiensi asam
folat dan metionin akan menurunkan kemampuan DNA dalam sistesis,

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


12

perbaikan, dan pengaturan proses transkripsi. Asam folat dan metionin


akan menurunkan risiko terjadinya kanker kolon sebersar 25-50%.
b. Keseimbangan energi
Masukan tinggi lemak, sekeresi empedu meningkat,aktivitas enzim bakteri
anaerob dalam usus meningkat, sehingga karsinogen, pemacu
karsinogenesis dalam usus juga bertambah menyebabkan terjadinya
kanker kolon. Misalnya bakteri anaerob Bacillus susiformis dapat
mengubah asam deoksikolat menjadi 3-metilkolatren yang sudah terbukti
merupakan karsinogen. Aktivitas harian derajat sedang-tinggi menurunkan
risiko kanker kolon sebesar 40-50%.
c. Paparan lingkungan
Paparan lingkungan yang dimaksud adalah rokok, asbes, dan radiasi.
Perokok mengalami peningkatan risiko kanker kolon sebanyak dua sampai
tiga kali lipat.
2.12.2 Pejamu
a. Genetik
Familial adenomatous polyposis (FAP) adalah kelainan yang diturunkan
secara autosomal dominan yang ditandai oleh ratusan hingga ribuan
adenoma kolorektal pada usia 20-30 tahun. FAP menyumbang 1-2% dari
keseluruhan kanker kolon. Kelainan tersebut disebabkan oleh efek pada
salah satu gen APC yang merupakan tumor suppressor gene. Akan tetapi
pada 20% kasus FAP, mutasi gen APC terjadi secara de novo tanpa adanya
riwayat keluarga. Peningkatan terjadi kanker kolon adalah 100% untuk
seumur hidup dan berbanding lurus dengan jumlah adenoma pada
penderita.

Hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC) merupakan kelainan


yang dturunkan secara autosomal dominan dan ditandai oleh gangguan
pada DNA mismatch repair. Hal ini menyebabkan terjadinya
microsatellite instability. Karakteristik HNPCC adalah onset yang lebih
awal (pada usia 50 tahun), lokasi pada kolon proksimal, dan adanya tumor
ekstrakolon yang bervariasi lokasinya (endometrium, ovarium, saluran

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


13

cerna atas, pankreas, ureter, atau pelvis renal). Sebanyak 4-6% kanker
kolon berasal dari HNPCC.
b. Faktor somatik
Sebagian besar kanker kolon berasal dari adenoma meskipun hanya 10%
adenoma yang berkembang menjai kanker kolon. Riwayat kolesistektomi
juga meningkatkan risiko kanker kolon karena ekskresi asam empedu
tanpa henti dan apabila dimetabolisme oleh bakteri usus halus akan
bersifat mutagenik
c. Kelainan usus besar non karsinoma
Inflammatory bowel disease (IBD), yang terbagi dalam dua gambaran
klinik colitis ulseratif dan penyakit Crohn, merupakan kelainan poligenik
dengan komponen familial yang kuat. Risiko kanker kolon pada penderita
IBD setelah 10 tahun akan meningkat 0,5% sampai 1% per tahun. Kanker
kolon pada penderita IBD dengan gambaran histologist mucinosa atau
anaplastik, berasal dari lesi datar atau dysplasia, dan bersifat
multiple.Berlawanan dengan kanker kolon tipe sporadic, mutasi p53
terjadi pada tahap awal karsinogenis kolon sedangkan mutasi APC pada
tahap akhir.

2.1.3 Embriologi dan Anatomi


Secara embriologik, kolon dekstra berasal dari usus tengah, sedangkan
kolon sinistra sampai dengan rektum berasal dari usus belakang. Lapisan
otot longitudinal kolon membentuk tiga pita yang disebut tenia yang lebih
pendek dari kolon itu sendiri sehingga kolon berlipat-lipat dan membentuk
sakulus, yang disebut haustra.Kolon transversum dan kolon sigmoideum
terletak intraperitoneal dan dilengkapi dengan mesenterium. Dalam
perkembangan embriologik kadang terjadi gangguan rotasi usus
embrional sehingga kolon dekstra dan sekum mempunyai mesenterium
yang lengkap. Keadaan ini memudahkan terjadinya putaran atau volvolus
sebagian besar usus yang sama halnya dapat terjadi dengan mesenterium
panjang pada kolon simoid dengan radiksnya yang sempit. Batas antara
kolon dan rektum tampak jelas karena pada rektum ketiga tenia tidak

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


14

tampak lagi. Batas ini terletak dibawah ketinggian promontorium, kira-kira


15 cm dari anus. Pertemuan ketiga tenia didaerah sekum menunjukkan
pangkal apendiks bila apendiks tidak jelas karena perlengketan. Sekum
kolon ascenden dan bagian kanan kolon transversum mendapat suplai
darah dari cabang arteri mesenterika superior yaitu arteri ileokolika, arteri
kolika dekstra dan arteri kolika media.

Kolon transversum bagian kiri, kolon desenden, kolon sigmoid dan


sebagian besar rectum mendapat suplai darah dari arteri mesenterika
inferior melalui arteri kolika sinistra, arteri sigmoid, dan arteri hemoroidalis
superior. Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Aliran
darah vena disalurkan melalui vena mesenterika superior untuk kolon
ascenden dan kolon transversum, dan melalui vena mesenterika inferior
untuk kolon desenden, sigmoid dan rektum. Keduanya bermuara kedalam
vena porta, tetapi vena mesenterika inferior melalui vena lienalis. Aliran
vena dari kanalis analis menuju ke vena kava inferior. Karena itu
penyebaran yang berasal dari keganasan rektum dan anus dapat ditemukan
di paru, sedangkan yang berasal dari kolon ditemukan di hepar. Pada atas
rektum dan anus terdapat banyak kolaretal arteri dan vena melalui
peredaran hemoroidal antara sistem pembuluh saluran cerna dan sistem
arteri dan vena iliaka. Aliran limfe kolon sejalan dengan aliran darahnya.
Hal ini penting diketahui sehubungan dengan penyebaran keganasan dan
kepentingannya dalam reseksi keganasan kolon. Sumber aliran limfe
terdapat pada muskularis mukosa.

Jadi selama suatu keganasan kolon belum mencapai muskularis mukosa


kemungkinan besar belum ada metastasis. Metastasis dari kolon sigmoid
ditemukan di kelenjar reginal mesenterium dan retrroperitoneal pada arteri
kolika sinistra, sedangkan dari anus ditemukan di kelenjar regional di regio
inguinalis. Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari
nervus splanknikus dan pleksus presakralis serta serabut parasimpatis yang
berasal dari nervus vagus. Karena distribusi persarafan usus tengah dan

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


15

usus belakang, nyeri pada kedua bagian kolon kiri dan kanan berbeda. Lesi
pada bagian kolon kanan yang berasal usus tangah terasa mula-mula pada
epigastrium atau diatas pusat. Nyeri pada apendisitis akut mula-mulaterasa
pada epigastrium, kemudian berpindah kebagian perut kanan bawah. Nyeri
dari lesi kolon desenden atau sigmoid yang berasal dari usus belakang
terasa mula-mula di hipogastrium atau dibawah pusat.

Gambar 2.1 . Gambar anatomi kolon

Sumber : National Cancer Institute, 2013

1.Cecum dan kolon assenden


Kolon kanan meluas dari cecum kesebalah kanan flexure perut (flexure
hepatic)
1. colon tranversum
Kolon transversum dimulai dari hepatic flexure sebelah kanan dan meluas
secara miring kearah kiri atas untuk membentuk flexure yang splenic.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


16

2. colon desenden
Kolon desenden meluas dari flexure yang splenic ke tulang panggul
3. colon sigmoid
Kolon sigmoid meluas dari garis tepi terendah penurunan kolon, melewati
tengah-tengah ke dalam garis tengah tulang panggul

2.1.4 Patogenesis
Sebagian besar adenokarsinoma kolon berasal dari adenoma yang
berkembang menjadi keganasan. Salah satu teorinya adalah mutasi
genetik yang melibatkan gen APC (adenomatous poly posis caoli). Mutasi
gen APC ditemukan pada 80% adenoma dan kanker kolon. Protein yang
dihasilkan oleh APC berperan dalam akrivasi onkogen c-myc dan cyclin
D1. Aktivasi kedua onkogen tersebut memicu progresi lesi premaligna
menjadi maligna. Mutasi APC dapat ditentukan pada kanker kolon tipe
familial maupun sporadic. Salah satu kanker kolon tipe familial yang
melibatkan APC adalah FAP. Sebesar 15-20% kanker kolon terjadi
melalui gangguan DNA mismatch repair yang ditandai dengan adanya
microsatellite instability. Hal itu melibatkan mutasi beberapa gen, yaitu
MSH2, MLH1, dan PMS2. Mutasi gen tersebut disebut sebagai high
frequency microsatellite instability (H-MSI). H-MSI dalah tanda
patognomonic dari HNPCC. H-MSI ditemukan pada 95% HNPCC
dengan 50% menunjukkan mutasi gen MSH2 atau MHL2. Melalui studi
tersebut juga ditemukan perbedaan yang bermakna angka kejadian H-MSI
pada HNPCC dibandingkan dengan non-HNPCC.Selain itu H-MSI juga
dapat ditemukan pada kanker kolon tipe sporadic.

Teori lain adalah epigenetik yang melibatkan metilasi DNA secara


abnormal. Metilasi DNA tersebut DNA tersebut dapat mengakibatkan
inaktivasi tumor suppressor gen atau mengaktivasi onkogen sehingga
ketidakseimbangan genetik memicu proses keganasan. Beberapa gen lain
yang berperan dalam karsinogenesis kolon adalah KRAS dan kromoson 18
loss of heterozygosity (LOH) yang mengakibatkan inaktivasi gen tumor

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


17

suppressor, yaitu SMAD4 dan deleted in colon cancer (DCC). Delesi


lengan kromosom 17p dan mutasi p53 menyebabkan resistensi terhadap
apoptosis dan merupakan tahap akhir dari karsinogenesis kolon. Salah
satu faktor risiko kanker kolon adalah colitis ulseratif kronik.
Perkembangan kolon melalui colitis ulseratif kronik terjadi akibat adanya
pergantian sel yang cepat serta lesi oksidatif pada proses inflamasi kronis.
Akibatnya akan terjadi instabilitas kromosom dan perubahan menuju
keganasan.
Map Concept Kanker kolon dapat dilihat pada lampiran 1.

2.1.5 Stadium Kanker ( Sudoyo, dkk, 2006).


STADIUM Derajat Hispatologi
Dukes TNM Derajat
A T2N0M0 I Kanker terbatas pada
mukosa/submukosa
B1 T2N0M0 I Kanker mencapai muskularis
B2 T2N0M0 II Kanker cenderung melewati lapisan
serosa
C TxN1M0 III Invasi ke dalam si stem limfe/ KGB
D TxNxM1 IV Metastasis tahap lanjut dan terjadi
penyebaran yang luas
Keterangan : Tumor primer (T): T0; tidak ada bukti tumor primer, T1;
tumor ≤ 2cm dalam dimensi terbesarnya, T2; ≥2cm tetap tidak > 5cm dari
dimensi terbesarnya, T3; > 5cm dalam dimensi terbesarnya. Nodus Limfe
Regional (N): N0; tidak ada mestastasis nodus limfe regional, N1;
metastasis ke nodus limfe yang dapat digerakkan. Metastasis jauh (M):
M0; tidak ada metastasis jauh, M1; metastasis jauh.

2.1.6 Manifestasi Klinis


Kanker kolon pada stadium dini tanpa gejala yang jelas, setelah terjadi
progresifitas tertentu akan muncul gejala sebagai berikut:

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


18

1. Tanda iritasi usus dan perubahan defekasi: sering buang air besar, diare
atau konstipasi, kadang konstipasi dan diare silih berganti, anus turun
tegang, sering terjadi nyeri pada abdomen.
2. Hematokezia: tumor luka ulserasi berdarah, kadang merah segar atau
merah gelap, biasanya tidak banyak, intermiten. Jika posisi tumor agak
tinggi, darah dan feses bercampur feses menjadi mirip selai.Kadang
keluar lendir berdarah.
3. Ileus: ileus merupakan tanda lanjut kanker kolon. Ileus kolon sisi kiri
sering ditemukan. Kanker kolon tipe ulseratif atau hiperplasik menginvasi
ke sekitar dinding usus membuat lumen usus menyempit hingga terjadi
ileus, sering berupa ileus mekanik non total kronis, mula-mula timbul
perut kembung, rasa tidak enak pada perut, lalu muncul sakit perut
intermiten, borborigmi, obstipasi atau feses menjadi kecil (seperti pensil
atau tahi kambing) bahkan sampai tidak dapat buang angin tau feses. Pada
ileus akut maupun kronik, gejala muntah tidak menonjol, bila terdapat
muntah, mungkin usus kecil (khususnya proksimal) sudah terinvasi
tumor.
4. Massa abdominal, adanya massa menunjukkan pembesaran tumor, sering
ditemukan pada kolon dekstra. Awalnya bersifat mobile, setelah
menginvasi sekitar menjadi terfiksasi.
5. Anemia, penurunan berat badan, deman, asthenia dan gejala toksik
sistemik lain. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan tumor memerlukan
nutrisi tubuh, perdarahan jangka panjang menyebabkan anemia, dan
infeksi tumor menyebabkan demam dan gejala toksik.

2.1.7 Test Diagnostik


2.1.7.1 Gejala klinis dasar
Gejala klinis kanker kolon umumnya tidak menonjol. Gejala yang sering
muncul adalah muncul rasa tidak enak pada perut secara terus menerus,
nyeri samar-samar, kembung, perubahan pola defekasi, timbul konstipasi
atau diare, hematokezia, anemia, penurunan berat badan dengan sebab
tidak jelas, massa abdominal.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


19

2.1.7.2 Pemeriksaan fisik


Inspeksi dan palpasi abdomen, periksa ada atau tidaknya massa. Kanker
kolon kanan 90% lebih teraba massa, colok dubur. Dengan pemeriksaan
harus diketahui lokasi massa, bentuk, ukuran, dan lingkup sirkumferens
yang terkena, derajat mobilitas dasarnya, ada tidaknya stenosis lumen
usus, apakah lesi mengenai jaringan organ sekitarnya. Perhatikan adanya
perdarahan dan sifat feses, serta ada tidaknya nodul pada dasar pelvis.
2.1.7.3 Endoskopi
Sekitar 70-75% kanker kolon terletak di dalam jarak 25 cm di tepi anus,
dengan sigmoidoskopi dapat dilihat lesi, kolon diatas 25 cm dapat dilihat
dengan kolonoskopi fiberoptik. Pada waktu pemeriksaan dapat dilakukan
pemotretan, biopsi dan penyikatan untuk sediaan apusan pemeriksaan
sitologi.
2.1.7.4 Pemeriksaan sinar X
Pemeriksaan sinar X barium enema diperlukan untuk kanker di atas
sigmen tengah kolon sigmoid, dapat menemukan di lokasi tumor terdapat
pengisian menetap, destruksi mukosa, kekakuan dinding usus, konstriksi
lumen usus dan perubahan lain. Juga dapat ditemukan karsinomatosis
kolon. Bila terdapat ileus tidak boleh dilakukan enema barium, terlebih
lagi tidak boleh menelan barium. Bila ada kecurigaan ileus, maka perlu
dilakukan foto rontgen tegak dan berbaring miring makan akan ditemukan
„fenomena tangga” permukaan cairan dan gas di beberapa lokasi lumen
usus tipikal untuk ileus.
2.1.7.5 USG
Lesi metastatik hati diatas 1 cm dapat ditemukan dengan pemeriksaan
USG, pemeriksaan ini harus dilakukan sebelum dan pasca operasi. USG
intra-operasi untuk menemukan lesi metastatik hati yang tidak teraba,
sangat berguna untuk mengarahkan reseksi bedah. USG intrakavital dapat
secara jelas menampilkan struktur 5 lapis dinding usus dan jaringan
organ sekitar, dalam menilai lingkup invasi kanker rektum ke dinding
usus, arah penyebaran dan derajat terkenanya organ sekitar. Gambaran
USG kanker rektum berupa area hipodens atau relative hipodens dengan

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


20

batas tak beraturan, akurasi dalam diagnosis tingkat kedalaman invasi


kanker rektum mencapai 88,8%, ketepatan mendiagnosis kanker stadium
dini adalah 80%, sedangkan ketepatan diagnosis dengan pemeriksaan anus
hanya 52,8%. Klasifikasi USG kanker rektum kebanyakan adalah T2, T3,
T4, sedangkan untuk diagnosis stadium T1 dan metastasis kelenjar limfe
regional masih terdapat kesulitan tertentu.
2.1.7.6 CT Scan, MRI dan Kolonoskopi Virtual CT (CTVC)
CT dan MRI sulit membedakan lesi jinak dan ganas, pemeriksaan ini lebih
diutamakan pada menunjukkan situasi terkenanya jaringan sekitar, ada
tidaknya metastasis kelenjar limfe atau organ jauh, sehingga membantu
dalam menentukan stadium klinis dan memperkirakan operasi. Bila
diagnosis kurang jelas dapat dilakukan aspirasi jarum halus di bawah
panduan CT untuk pemeriksaan diagnostic sitologi CTVC
menggabungkan teknik CT dan teknik piranti lunak pencitraan mutakhir
hingga dihasilkan gambar kolon 3D (3 dimensi) dan 2D (2
dimensi).Gambar 3D menghasilkan gambar menyerupai hasil pemeriksaan
dengan kolonoskop terhadap struktur dalam lumen tersebut. Gambar 2D,
kolorektal dibuka sepanjang sumbu longitudinal lebih dulu, lalu
ditampilkan gambar bagian luarnya dari bidang sumbu transversal,
penampang sagital dan penampang koronal.Gambar bagian dalam 3D dan
gambar bagian luar 2D digabungkan, saling melengkapi, berguna untuk
mendeteksi lesi kolorektal.
2.1.7.7 PET (Tomografi Emisi Positron) dan PET/CT
PET dan PET/CT juga dapat mendeteksi lesi primer kanker kolon, dengan
pekaan tinggi, tapi pencitraan seluruh tubuh terutama bertujuan
mendeteksi lesi metastasis, mengetahui luas terkena lesi secara
menyeluruh, menetapkan stadium klinis, menjadi dasar ilmiah bagi seleksi
terapi yang rasional.
2.1.7.8 Zat Petanda Tumor
Antigen karbohidrat 19-9 (CA 19-9) dan antigen karsino embrionik
(CEA), keduanya bukan merupakan antigen spesifik kanker usus besar,
tidak dapat untuk diagnosis tinggi. Dalam mengestimasi prognosis,

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


21

monitor efek terapi dan rekurensi pasca operasi memiliki nilai tertentu,
missal sebelum terapi nilai CA19-9 atau CEA pasien tinggi dan setelah
terapi nilainya turun, pertanda terapi tersebut efektif, begitu juga
sebaliknya. Bila pasca operasi nilai keduanya masih tingga, maka perlu
dicurigai adanya metastasis, maka harus dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut. Pasien kanker kolon dengan kadar CEA cairan empedu tinggi 3,4-
80,0 kali maka dicurigai adanya metastasis ke hati.
2.1.7.9 Tes Darah Samar Feses
Terdapat metode imunologi dan kimiawi.Metode imunologi memeiliki
sensitifitas dan spesifitas lebih tinggi dari metode kimiawi.Sedangkan
metode kimiawimemiliki kelebihan cepat, simple, ekonomis. Metode
imunologi meningkatkan angka hasil uji positif sejati dari kanker kolon.
2.1.7.10Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan ini menggunakan hasil penyikatan di bawah pengamatan
langsung endoskopi dan sediaan apusan langsung colok dubur terhadap
kanker anorektal, bila perlu hasil penyikatan dan sarung tangan jari dicuci
larutan garam faat lalu disentrifugasi diperoleh sedimen untuk sediaan
apusan.

2.1.8 Diagnosis Banding


2.1.8.1 Apendisitis
Kanker secum sering terdapat nyeri abdomen kanan bawah dan massa
abdomen kanan bawah, sering demam, mudah didiagnosis keliru sebagai
apendisitis atau abses apendik, kekeliruan mencapai 25%
2.1.8.2 Tukak saluran cerna, kolesistitis
Kanker kolon belahan kanan khususnya fleksura hepatic, kolon tranversa
menimbulkan rasa tidak enak atau nyeri abdomen atas, demam, uji darah
samar feses positif, massa abdomen kanan atas. Kadan kala didiagnosis
keliru sebagai tukak peptic, kolesistitis, tapi anamnesis digabung
pemeriksaan sinar X barium enema tidak sulit membedakannya

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


22

2.1.8.3 TB kolon, disentri


Kanker kolon sebelah kiri atau rektum sering mengeluarkan mucus
berdarah atau nanah dalam feses, sering defekasi atau diare, sering
didiagnosis keliru sebagai kolik.
2.1.8.4 Hemoroid
Gejala hemoroid interna adalah perdarahan dan tidak disertai dengan rasa
nyeri, mungki feses berdarah, mungkin juga mengalir darah dari anus.
Pasien kanker rektum juga mengalami berak darah akan tetapi sering
disertai iritasi anorektal. Colok dubur atau retoskopi dapat menbedakannya
2.1.8.5 Fistel anal
Fistel anal umunya didahului abses perianal, mulai dengan nyeri lokal,
setelah abses pecah menjadi fistel, gejala mereda, tidak terdapat pola
defekasi danperubahan konsistensi feses seperti pada kanker rektum atau
kanker kanalis analis.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


2.1.9.1 Terapi operasi
a. Operasi radikal
Prinsip dasar: jarak dari tumor minimal 5-10 cm bersama-sama lesi
primer, mesenterium dan kelenjar limfe regional sekaligus direseksi.
Mencegah penyebaran sel kanker dan inplantasi lokal, terlebih dahulu
suluran usus di ujung atas dan bawah tumor diikat dengan pita kain,
kemudian pangkal vena dan arteri diligasi dan dipotong.Tindakan operasi
harus lembut, dengan pemisahan tajam, meminimalkan pemisahan
tumpul, sedapat mungkin tidak menyentuh tumor langsung, dan
pertahankan fungsi (khususnya fungsi anus).Operasi radikal karsinoma
kolon: teknik reseksi kolon sebelah kanan, sesuai untuk kanker kolon
sebelah kanan (mencakup kanker sekum, kolon asenden dan fleksura
hepatica); teknik reseksi kolon tranversal, sesuai untuk tumor segmen
tengah kolon tranversal; teknik reseksi kolon belahan kiri, sesuai untuk
fleksura llinealis dan kolon desenden; teknik reseksi kolon sigmoid,
sesuai untuk kanker tengah di bawah kolon sigmoid. Untuk

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


23

meningkatkan efek terapi radikal, cara yang sering digunakan adalah


memperluas lingkup operasi, „teknik isolasi tanpa-sentuh‟, „second look‟
(periksa kedua kalinya), kemoterapi dan radioterapi pre, intra-, dan pasca
operasi.Contoh prosedur yang lebih baik dan sering digunakan adalah
laparotomi eksploratif ditentukan dapat dilakukan reseksi radikal, pada
jarak 8-10 cm proksimal dan distal dari terapi kanker kolon dilakukan
ligasi usus dengan pita kain, jika kanker rektum maka terlebih dahulu
anus ditutup dengan jahitan, sewaktu operasi lakukan ligasi segmen
tengah bawah kolon sigmoid. Kemudian dengan 5 FU 30 mg/kg berat
badan disuntikkan ke dalam lumen usus tempat kanker berada, 30 menit
kemudian barulah arteri dan vena pemasok segmen usus yang terkena
tumor kemudian diligasi dan dipotong. Lalu sesuai prosedur rutin operasi
dirampungkan.Hari ke 1 dan 2 pasca operasi setiap hari diberikan 5FU 10
mg/kgBB intravena.Metode ini dapat meningkatkan efek terapi operasi
radikal kanaker usus besar stadium Dukes C.

2.1.9.2 Operasi paliatif


Walaupun tidak dapat dieksisi radikal, harus diupayakan eksisi lesi, untuk
menunjang kemoterapi atau terapi lainnya serta memperbaiki gejala.

a. Operasi mengurangi gejala


Operasi pemintasan, operasi fistulasi kolon, dll, dapat mengatasi ileus,
ligasi arteri iliaka interna dapat mengurangi perdarahan kanker rektum.
b. Efektivitas operasi
Operasi radikal kanker kolon mempunyai survival 5 tahun sekitar 70%,
dan pada kanker rectum sekitar 50%.Akan tetapi efektivitas stadium
dini lebih baik, dan stadium lanjut lebih buruk. Pada stadium A pasca
operasi survival 5 tahun sekitara 90% lebih, stadium B dan C hanya
50% dan 30%.
2.1.9.3 Kemoterapi
Umumnya digunakan terapi adjuvant intra dan pasca operasi, juga sering
digunakan untuk pasien stadium lanjut yang non operable.Obat yang
sering dipakai adalah fluorourasil (5FU, FT-207, UFT, dll), MMC,

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


24

nitrosourea (seperti CCNU, Me-CCNU, dll). Belakangan ini


dikembangkan obat baru termasuk xeloda, oksaliplatin, irinotekan, C225,
avastin, dll.Secara klinis terbukti berefek tertentu terhadap karsinoma
kolorektal stadium lanjut.
2.1.9.4 Radioterapi
Berguna untuk terapi pre, pasca atau intra operasi radikal karsinoma
kolorektal, denga tujuan memperkuat kontrol lokal, mengurangi angka
rekurensi lokal dan meningkatkan survival.
2.1.9.5 Terapi panas kombinasi kemoterapi (termokemoterapi) atau
radioterapi (termoradioterapi)
Kemoterapi panas atau radioterapi panas terhadap kanker kolorektal
stadium lanjut atau rekuren yang tidak dapat direseksi. Menurut penelitian
terkait , suhu tunggi 420 C dikombinasi dengankemoterapi atau radioterapi
memiliki efek sinergistik, pasca terapi sel kanker yang tersisa tumbuh
lambah, indeks mitosis berkurang dan daya replikasi menurun, nyeri
bagian sakrokoksik berkurang, progresi lesi terkendali.
2.1.9.6 Terapi biologis
Terapi ini untuk kanker kolon masih dalam tahap eksplorasi. Secara klinis
digunakan: sitokin seperti IFn, TNF, IL-2, sel LAK, dll.; antibody
monoclonal, seperti C225, dll; sel efektor imunitas seperti limfosit
infiltrasi tumor (TIL), sel pembunuh diaktivasi limfokin (LAK), sel
pembunuh diinduksi sitokin (CIK), limfosit sitotoksik (CTL), sel NK dll.
2.1.9.7 Terapi kombinasi
Utamanya adalah operasi ditunjang radioterapi, kemoterapi, munoterapi,
dipertimbangkan juga untuk krioterapi, elektrokoagulasi, dll.

2.1.10 Pencegahan
2.1.10.1 Chemoprevention
Salah satu bentuk chemoprevention adalah melalui modifikasi diet,
termasuk menurunkan asupan lemak dan meningkatkan asupan sayur serta
buah. Studi randomized controlled trial mengenai asupan kalsium
sebanyak 1200 mg per hari pada pasien dengan riwayat adenoma akan

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


25

menurunkan angka kejadian rekurensi dalam tiga tahun sebesar 20%.


Studi lain mengenai asupan kalsium sebanyak 2 gram per hari selama 36
bulan dapat menurunkan menurunkan angka kejadian rekurensi adenoma
sebesar 34 %. Obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) telah diteliti selama
lebih dari 25 tahun dan dinyatkan dapat menurunkan insidens adenoma
kolon, insiden kanker kolon, danmortalitas akibat kanker kolon sebesar
50%.Efek tersebut merupakan akibat blockade pada aktivitas
cyclooxygenase (COX)-2.
2.1.10.2 Pembedahan
Tindakan ini dilakukan dengan identifikasi dan pengangkatan polip,
terutama adenoma yang ditemukan melalui pemeriksaan endoskopi.
2.1.10.3 Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan tinja atau tes darah samar, bertujuan untuk mendeteksi darah
samar dari tinja. Adanya darah samar pada tinja bersifat non spesifik dan
dapat berasal dari kanker kolon atau polip yang berukuran > 1-2 cm.
2.1.10.4 Pemeriksaan DNA
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi sel adenoma dan karsinoma
yang mengandung DNA yang telah berubah akibat proses karsinogenesis.
2.1.10.5 Pemeriksaan Flexible Sigmoidoscopy (FSIG)
FSIG merupakan pemeriksaan endoskopi untuk menilai lumen kolon
bagian setengah bawah.Pemeriksaan FSIG tidak memerlukan sedasi dan
meiliki risiko perforasi usu yang lebih rendah dibandingkan kolonoskopi.
2.1.10.6 Pemeriksaan Kolonoskopi
Pemeriksaan kolonoskopi dapat menilai mukosa kolon secara
keseluruhan, melakukan biopsi, dan melakukan terapi definitive melalui
pollipektomi apabila ditemukan lesi prekanker atau kanker stadium dini.
2.1.10.7 Pemeriksaan Double Contrast Barium Enema (DCBE)
Pemeriksaan ini untuk menilai keseluruhan mukosa kolon dengan
menggunakan zat kontras barium serta udara yang dimasukkan melalui
rektum.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


26

2.1.10.8 Pemeriksaan Computed Tomographic Colography


CTC, atau virtual colonoscopy, merupakan pemeriksaan pencitraan
minimal invasive yang dapat menilai keseluruhan kolon dan rektum.
Persiapan ini membutuhkan persiapan yang sama dengan kolonoskopi.

2.1.11 Prognosis
Prognosis kanker kolon akan bertambah buruk seiring dengan bertambah
lanjutnya stadium saat ditemukan.
Penentuan stadium kanker dan prognosis berdasarkan AJCC
5-Year
KGB Metastasis
Stadium Tumor Survival
Regional Jauh
Rates (5)
Stadium 0 Tis N0 M0

Stadium I T1 N0 M0
T2 N0 M0 93,2

Stadium IIA T3 N0 M0 84,7

Stadium IIB T4 N0 M0 72,2

Stadium IIIA T1-T2 N1 M0 83,4

Stadium IIIB T3-T4 N1 M0 64,1

Stadium IIIC Semua T N2 M0 44,3

Stadium IV Semua T Semua N M1 8,1

2.2 Teori Keperawatan Yang Umum Diterapkan Pada Asuhan Keperawatan


Klien Kanker
Perawat spesialis onkologi dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat
menggunakan pendekatan asuhan keperawatan yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan. Sebagai tenaga profesional, perawat
spesialis mempunyai peran mandiri dalam melaksanakan praktek
keperawatan berdasarkan body of knowledge dan body of theor y (Alligood
& Tomey, 2010). Model konsep dan teori keperawatan digunakan sebagai
pendekatan dalam setiap item dalam proses keperawatan. Model konsep

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


27

dan teori tersebut dapat memberikan pemahaman yang lebih luas tentang
kondisi klien serta membantu dalam proses pengumpulan, pengorganisasian,
dan interpretasi masalah yang dihadapi oleh klien. Penggunaan model
konsep dan teori keperawatan membantu perawat untuk menunjukkan
akuntabilitas terhadap tindakan, melalui penjelasan ilmiah dan memberikan
pendekatan yang sesuai dengan praktik keperawatan berdasarkan teori
keperawatan (Christensen & Kenney, 2009).

Hal ini dikarenakan penyakit kanker mempengaruhi seluruh aspek didalam


tubuh , baik fungsi fisik, psikologis maupun spiritual. Perawat yang bertugas
pada area perawatan klien dengan kanker, memiliki peran aktif dalam
mengupayakan peningkatan kualitas hidup yang sejalan dengan nilai,
kebutuhan dan keputusan klien beserta keluarganya. Dengan berfokus pada
peningkatan kualitas hidup pada klien kanker, maka perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan teori keperawatan
(Champbell, 2009).Terdapat beberapa teori keperawatan yang mendasari
pemberian asuhan keperawatan pada kasus penyakit yang tidak dapat
disembuhkan seperti penyakit kanker, yaitu Theory of Comfort, Theory of
Pain, dan Peaceful End of Life Theory.Ketiga teori tersebut dikategorikan ke
dalam level .“Middle Range Theories.”,yang lebih spesifik menggambarkan
situasi asuhan keperawatan. Adapun uraian singkat dari teori keperawatan
tersebut, sebagai berikut:

2.2.1 ComfortTheory of (Katharine Kolkaba)


Teori kenyamanan merupakan teori keperawatan yang pertama kali yang
dikembangkan oleh Katharine Kolcaba pada tahun 1990.Teori ini dapat
diaplikasikan dalam praktek klinik, pendidikan dan penelitian. Menurut
March A & McCormack D (2009) teori ini lebih menempatkan kenyamanan
pada garis depan pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberian asuhan
keperawatan yang professional, seperti tindakan keperawatan yang dapat
meningkatkan kenyamanan klien selama proses pemberian asuhan
keperawatan, sehingga perawat dituntut untuk senantiasa berfokus pada

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


28

kenyamanan klien. Kolcaba mencoba menggambarkan kenyamanan dalam 3


bentuk : bantuan, kemudahan dan transcendence. Kolcaba juga menjelaskan
4 konteks dimana kenyamanan klien dapat terjadi pada fisik,
psychospiritual, lingkungan dan sosial budaya.Teori ini dapat
diimplementasikan pada semua populasi dan pada seluruh setting pelayanan
kesehatan, khususnya pada perawatan paliatif. Penerapan teori ini dapat
meningkatkan pemulihan kondisi klien yang berdampak pada jaminan
kualitas hidup. Kolcaba menyatakan bahwa teori ini masih harus
dikembangkan dan dikombinasikan dengan beberapa teori keperawatan
lainnya agar efektif dalam meningkatkan status kualitas hidup klien (March
& McCormack, 2009).

2.3.2 Gate Control Theory (Melzack & Wall)


Teori Gate kontrol dikembangkan oleh Melzack & Wall pada tahun 1965.
Teori ini menjelaskan tentang sistem modulasi nyeri dimana pintu neural
hadir dalam sumsum tulang belakang yang dapat membuka dan menutup
sehingga persepsi nyeri timbul. Teori Gate kontrol menyarankan bahwa
faktor psikologis sangat memiliki peranan dalam persepsi terhadap nyeri.
Konsep utama dalam teori Gate kontrol adanya tiga sistem yang terletak
dalam sumsum tulang belakang untuk mempengaruhi persepsi dari nyeri
yaitu; subtansia gelatinosa, serabut kolom dorsal dan pusat transmisi sel.
Mekanisme gating mempengaruhi implus yang muncul. Stimulasi yang
muncul dari serabut yang berdiameter besar menghambat transmisi rasa
sakit, sehingga menghambat transmisi rasa sakit. Ketika gerbang ditutup dari
sinyal maka serabut kecil tidak dapat merangsang penghantaran neuron.
Ketika muncul rasa nyeri gerbang akan membuka dan merangsang untuk
membuka substansia gelatinosa didorsal untuk mentransmisikan nyeri.
Selanjutnya mekanisme gating dipengaruhi oleh implus saraf yang turun dari
otak. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk dapat
membuka dan menutup pintu gerbang (Gate control) yaitu; jumlah aktivitas
dalam serabut nyeri, jumlah aktivitas dalam serabut perifer dan pesan yang
disampaikan ke otak. Teori ini juga membantu menjelaskan bagaimana suatu

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


29

intervensi yang didasarkan pada stimulasi somatosensori (audiotor, visual


dan taktil), seperti gesekan, terapi musik dan pereda nyeri.

2.2.3 Peaceful End of Life Theory


Teori Peacefull End of Life merupakan salah satu teori yang masuk kriteria
middle range teori dengan level yang lebih tinggi (Higgin & Moore,
2000).Teori ini dikembangkan pertama kali oleh Ruland dan Moore pada
tahun 1998, dimana teori ini memberikan informasi tentang kerangka kerja
pada tindakan keperawatan untuk klien paliatif. Dengan mengadopsi
berbagai teori keperawatan yang terkait, maka Ruland dan Moore
mendefinisikan teori tersebut sebagai suatu kondisi menjelang akhir masa
kehidupan yang dijalani dengan penuh kedamaian dengan beberapa kriteria
yang harus dipenuhi, yaitu terbebas dari rasa nyeri, merasakan kenyamanan,
merasa bermartabat dan merasa dihargai, merasakan kedamaian, dan
merasakan kedekatan yang berarti dengan orang yang sangat bermakna
dalam hidup. Selain berorientasi pada keputusan klien, teori ini juga
menekankan pentingnya peran serta aktif dari keluarga dan kelanjutan dalam
perawatan.

Berdasarkan hal tersebut, dari ketiga teori keperawatan yang telah


dikemukankan maka menurut penulis teori yang paling tepat untuk
diterapkan pada setting pelayanan keperawatan terutama pada klien dengan
penyakit kanker yang mendekati ajal sebagai pendekatan dalam pemberian
asuhan keperawatan adalah “Peaceful End of Life Theory.” Hasil akhir yang
diharapkan dari aplikasi teori ini bukanlah peningkatan proses penyembuhan
tetapi lebih berfokus terhadap peningkatan kualitas hidup klien yang
mencakup bio-psiko-sosial dan spiritual yang melibatkan klien dan
keluarganya pada semua proses asuhan keperawatan.

2.3 Konsep Peaceful End of Life Theory


Teori .“Peaceful End of Life.” telah diterapkan pada setting pelayanan
keperawatan paliatif. Penerapan teori ini tidak hanya dititik beratkan pada

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


30

klien saja, akan tetapi melibatkan keluarganya. Sehingga titik sentral dari
teori ini adalah klien dan keluarga sebagai support system (Ruland &
Moore, 2001 dalam Alligood & Tomey, 2010). Lima konsep utama yang
mendasari teori ini dan dijadikan sebagai filosofi dalam praktik
keperawatan adalah tidak merasa nyeri, merasakan kenyamanan, merasa
bermartabat dan dihargai, merasakan kedamaian dan merasakan kedekatan
dengan orang yang bermakna.

Teori ini dapat diterapkan pada klien kuratif pada stadium 1 dan 2 sampai
klien dengan penyakitnya sudah tidak responsif terhadap pengobatan
kuratif, diberikan perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan
dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai
akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan atau berduka
(Alligood & Tomey, 2010).Teori keperawatan dari Ruland dan Moore,
dapat diterapkan pada klien paliatif agar dapat terbebas dari nyeri, merasa
nyaman, merasa dihargai, merasa damai, bahkan dapat merasakan
kedekatan dengan orang yang bermakna dalam kehidupannya, dan jika
kematian harus terjadi, klien dapat meninggal dengan damai. Selain itu
setting struktur pada teori ini, yaitu bagaimana keluarga sebagai pendukung
bersama profesional perawatan dapat membantu klien untuk memperoleh
pengalaman yang menyenangkan selama hidupnya (Alligood & Tomey,
2010).

Terdapat beberapa asumsi utama yang diidentifikasi oleh teori yang


dipaparkan oleh Ruland dan Moore (Alligood & Tomey, 2010), yaitu: a.
Perasaan dan pengalaman end of life klien merupakan sesuatu yang bersifat
sangat individual. b.Pelayanan keperawatan berperan penting dalam
menciptakan pengalaman end of life tersebut melalui penerapan asuhan
keperawatan profesional yang bersifat paliatif. c. Keluarga sebagai support
sistem dalam pelayanan keperawatan klien end of life. d. Memaksimalkan

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


31

pelayanan demi pencapaian kualitas hidup dan kematian yang penuh


kedamaian.

Ruland dan Moore juga mengidentifikasi lima pernyataan yang bersifat


eksplisit dalam pengembangan peaceful end of life theory (Alligood &
Tomey, 2010), yaitu:1) Mengkaji, mengobservasi dan mengintervensi
sensasi nyeri yang dirasakan oleh klien dengan mengutamakan tindakan
nonfarmakologi untuk mengoptimalkan pengalaman hidup tanpa disertai
rasa nyeri. 2) Mencegah, memantau dan memberikan kenyamanan fisik,
membantu klien untuk dapat beristirahat, mengajarkan teknik relaksasi serta
mencegahkomplikasi yang berkontribusi pada peningkatan pengalaman
akan rasa nyaman. 3) Melibatkan klien dan orang terdekat dalam proses
pengambilan keputusan, memperlakukan klien secara bermartabat,
berempati dan bersikap terbuka terhadap pemenuhan kebutuhan klien,
sehingga klien merasa selalu dihargai dan dihormati. 4) Mendukung
perasaan emosi klien, membantu klien akan pemenuhan kebutuhan spiritual
sesuai keyakinannya sehingga klien akan terus merasakan kedamaian
sampai menjelang kematiannya. 5) Memfasilitasi keterlibatan orang-orang
terdekat dalam pelayanan keperawatan klien. Dalam hal ini keluarga
memiliki peran ganda, yaitu sebagai pelaku caregiver, dan yang kedua
adalah sebagai objek perawatan. Perawat dapat membantu keluarga akan
proses penerimaan rasa berduka, kekhawatiran, dan memberi kesempatan
pada keluarga untuk mengalami kedekatan klien Kelima konsep tersebut
dapat berkontribusi pada akhir kehidupan yang penuh kedamaian.

Perawat spesialis dapat menggunakan teori ini sebagai pendekatan dalam


memberikan asuhan keperawatan pada berbagai setting pelayanan
keperawatan, utamanya pada kondisi menjelang akhir kehidupan, dengan
tetap berpegang pada kelima konsep dalam peaceful end of life theory.
Target pencapaian dari teori ini, yaitu bukan lagi pada proses penyembuhan,
namun bagaimana mengupayakan agar klien memperbaiki kualitas
hidupnya dengan lebih baik. Teori ini juga mencakup faktor-faktor bio-

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


32

psiko-sosio-spiritual dan cukup luas digunakan dengan melibatkan klien


dan keluarganya dalam semua komponen proses keperawatan.

2.4 Penerapan Peaceful End of Life Theory Pada Asuhan Keperawatan


Klien Kanker
Peaceful end of life theory memberikan petunjuk kepada perawat dalam
mengaplikasikan proses keperawatan paliatif pada klien yang dalam
kondisi terminal. Menurut Ruland dan Moore (2001, dalam Alligood &
Tomey, 2010), tahapan proses keperawatan lebih ditekankan pada proses
pengkajian dan intervensi yang bertujuan untuk menggali respons klien
berdasarkan masalah utama dan pencapaian kualitas hidup. Tahapan
tersebut bersifat dinamis dan berlangsung secara simultan. Aplikasi
peaceful end of life theory pada asuhan keperawatan klien kanker
mengacu pada lima konsep utama yang merupakan indikator pencapaian
tujuan dari teori tersebut, yaitu:
2.4.1 Pengkajian Keperawatan
2.4.1.1 Pengkajian nyeri
Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada klien kanker.
Nyeri kanker merupakan nyeri kronik yang membutuhkan penatalaksanaan
yang berbeda dengan nyeri kronik lainya, membutuhkan penilaian dengan
tingkat akurasi yang tepat, evaluasi secara komprehensif dan waktu yang
ketat terutama untuk nyeri berat, serta pengobatannya berlangsung lama.
Pada kasus lanjut dan perawatan paliatif, tidak jarang klien mendapatkan
terapi nyeri sampai akhir hidupnya (Rasjidi, 2010). Ada beberapa
pedoman untuk mengkaji keluhan nyeri pada klien kanker seperti keluhan
utama, riwayat penyakit yang diderita, karakteristik nyeri, pemeriksaan
fisik dan psikis secara komprehensif, faktor apa yangmengurangi atau
memperberat nyeri tersebut. Pada saat pengkajian, perawat dapat
mengajukan beberapa pertanyaan yang bersifat terbuka kepada klien
terkait sensasi nyeri dan pengalamannya, sehingga akan memperoleh
informasi terbaik (Kemp, 2010).

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


33

Untuk mempermudah dalam penilaian nyeri karena penilaiannya sangat


subjektif, dimana faktor manusia sangat dominan maka penilaian ini
menggunakan alat bantu yang sering digunakan dan bertujuan untuk
keseragaman, berupa VAS (Visual Analoge Scale) untuk digunakan pada
klien dewasa. Berdasarkan alat bantu yang digunakan, maka nyeri kanker
dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu nyeri ringan dengan nilai VAS 1-
3, nyeri sedang dengan nilai VAS 4-6,dan nyeri berat dengan nilai VAS 7-
10 (Campbell, 2009). Menurut Rulan dan Moore (2001, dalam Alligood &
Tomey, 2010) menyatakan bahwa sensasi nyeri sangat mempengaruhi
kualitas hidup klien kanker. nyeri dianggap sebagai sensori tidak nyaman
atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan
aktual atau potensial. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen nyeri yang
merupakan kesatuan dengan kualitas dalam perawatan paliatif.

2.4.1.2 Pengkajian rasa nyaman


Rasa nyaman didefinisikan sebagai perasaan bebas dari ketidaknyamanan,
bebas dari masalah fisik, perasaan lega, damai dan segala sesuatu yang
membuat hidup terasa menyenangkan. Pengkajian rasa nyaman melalui
monitoring gejala-gejala paliatif berupa pengalaman masa lalu klien yang
sangat menyenangkan dan begitu berkesan dalam hidupnya, kesejahteraan
emosi, support sistem, perasaan memperoleh informasi tentang prognosis
penyakit, kepuasan hati yang berkaitan dengan kenyamanan seperti
kepuasan pada layanan terapi, harapan klien, tujuan dan arti hidup,
perasaan cemas dan keadaan depresi terkait penyakit yang dideritanya
yang tidak akan pernah sembuh, perasaan sesak napas, perasaan
mengantuk yang disebabkan oleh proses penyakit, merasa lelah, merasa
mual, kurang nafsu makan,dan dukungan finansial. Adapun alat bantu
yang digunakan dalam menilai rasa nyaman pada klien kanker yaitu
penggunaan instrumen Edmonton Symptom Assessment System (ESAS).

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


34

2.4.1.3 Pengkajian merasa bermartabat dan dihargai


Penilaian terhadap perasaan bermartabat dan dihargai, dapat dikaji
berdasarkan personaliti yang diungkapkan secara langsung oleh
klien,seperti klien mengungkapkan sampai menjelang akhir hayatnya
tetap diperlakukan secara manusiawi.

2.4.1.4 Pengkajian kedamaian


Penilaian kedamaian berdasarkan pada aspeki fisik, psikologis, dan
spiritual. Alat bantu yang digunakan dalam mengkaji status perasaan
damai klien adalah instrumen ESAS. Selain itu ungkapan positif tentang
semangat hidup terkait dukungan, perlu dicermati. Adapun penilaian akan
spiritual bisa dengan cara intuitif, yaitu melalui keterampilan dalam
menilai kondisi spiritual interpersonal.

2.4.1.5 Pengkajian kedekatan dengan orang yang bermakna


Kedekatan fisik dan emosi yang diekspresikan melalui hubungan yang
bersifat harmonis dapat tercermin dari ungkapan pernyataan dan respo n
klien saat berinteraksi dengan keluarganya. Alat bantu yang digunakan
dalam menilai status hubungan tersebut yaitu penggunaan pengkajian
ESAS.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan


Hasil pengkajian keperawatan dianalisa untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan baik yang bersifat aktual maupun potensial. Adapun
pernyataan diagnosa keperawatan berdasarkan lima komponen yang dikaji,
yaitu:
2.4.2.1 Nyeri
Nyeri kronis; dihubungkan dengan adanya kerusakan jaringan yang
bersifat permanen.
2.4.2.2 Kenyamanan
a. Ansietas; dihubungkan dengan perubahan fungsi peran, adanya nyeri,
atau antisipasi terhadap kejadian yang tidak diinginkan.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


35

b. Pola nafas tidak efektif; dihubungkan dengan cemas, stress, dan


kelelahan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh; dihubungkan
dengan ketidakmampuan menelan, kesulitan mengunyah, pengetahuan
tentang nutrisi, dan kelelahan.
2.4.2.3 Bermartabat dan dihormati
Isolasi sosial; dihubungkan dengan perasaan negatif tentang
tubuh,perubahan peran sosial atau perilaku sosial tidak diterima
2.4.2.4 Damai
Penampilan peran tidak efektif; dihubungkan dengan ketidakadekuatan
sistim pendukung
2.4.2.5 Merasakan kedekatan dengan orang yang bermakna
Kerusakkan interaksi sosial; dihubungkan dengan tidak ada orang yang
berarti atau ketidakpuasan hubungan personal.

2.4.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan pada klien kanker berdasarkan respon yang tidak
efektif yang diadaptasi dari Nursing Intervention Classification
(NIC).Tujuan pemberian intervensi keperawatan untuk meminimalkan
gejala-gejala paliatif sehingga berdampak pada peningkatan kualitas hidup
dan klien bebas dari penderitaan.

2.4.4 Evaluasi
Penilaian terhadap respon klien dengan membandingkan perubahan
kondisi klien, dimana klien memperlihatkan semangat hidup yang baik,
terjalinnya hubungan yang harmonis dengan keluarga, dan dapat
beraktivitas normal.
Penerapan Peaceful End of Life Dalam Asuhan Keperawatan dapat dilihat
pada lampiran 2.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


36

BAB 3
PROSES RESIDENSI

Bab ini akan menguraikan tentang peran perawat spesialis onkologi sebagai
pemberi asuhan keperawatan dengan menerapkan Peaceful End of Life Theory
pada asuhan keperawatan kasus kelolaan, penerapan Evidence Based Practice dan
penerapan inovasi Edmonton Symptom Assessment System (ESAS).

3.1 Laporan dan Analisa Kasus


Ny. MS usia 33 tahun, jenis kelamin wanita, pendidikan tamat SD, pekerjaan
Petani, status marital menikah dan memiliki 1 orang anak, beragama Kristen,
alamat Medan, masuk RS tanggal 14 Februari 2014 pukul 15.00 WIB, No.
RM: 3174063001644xx, dirawat di Lt.6 Ruang Perawatan Teratai RSKD
dengan diagnosa Adenomacolon Stadium IV, pengkajian dilakukan pada
tanggal 25 Februari 2014 jam 10.00 WIB. Status antropometri BB 40 kg, TB
152 cm, IMT 17,3. Klien masuk rumah sakit dengan keluhan utama nyeri
pada bagian perut sebelah kanan sejak satu tahun yang lalu. Klien diantar
oleh suami ke RSKD, awalnya klien dirawat di RS didaerah kampungnya
dengan diagnosa medis appendicsitis. Kemudian setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut ternyata klien didiagnosa penyakit kanker kolon dari
hasil pemeriksaan biopsi.

Hasil pemeriksaan fisik pada saat pengkajian menunjukkan keadaan umum


klien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, RR: 25 x/mnt, TD:
110/70 mmHg, N: 89 x/menit, S: 360C, Vesikuler, Rhonci/Wheezing -/-,
Galop/murmur -/-, skala nyeri dibagian perut 6/10. Riwayat penyakit, suami
klien mengatakan sejak satu tahun yang lalu timbul benjolan kecil dan
semakin membesar diperut istrinya, suami klien juga mengatakan dalam
keluarga istrinya ada yang menderita penyakit kanker yang sama seperti klien,
klien jarang mengkomsumsi sayur -sayuran dan buah-buahan karena kurang
menyukai.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


37

Pada saat pengkajian didapatkan data; klien telah dilakukan tindakan medis
pada tanggal 20 Februari 2014 yaitu laparatomi dan kolostomi. Keluhan saat
ini yang dirasakan oleh klien adalah nyeri perut daerah post operasi menjalar
ke daerah vagina dengan skala 6/10. Pola aktivitas sehari-hari: klien mengeluh
belum dapat beraktifitas secara mandiri, karena klien merasa kepala terasa
pusing dan lemah jika beraktivitas, klien dalam melakukan kebutuhan sehari-
harinya hanya bisa dilakukan sambil duduk di atas tempat tidur.

Terapi yang diperoleh pada tanggal 25 Februari 2014: Codipront 2x1 cap,
OMZ 3x1 tab, Levofloxacin 1x1000 mg, Ultracet 3x1 tab, MST 2x10 mg,
Amitripilin 1x12,5 mg, Micostastain Drop 4x1cc, Tracetat 3x15 cc, OBH
campur 3x1 sdm , Theophilin 3x1 tab, Salbutamol 3x1 tab, Lasix 1x1 tab,
Nebulizer 3x/hari (bisolvon, ventolin), IVFD Amiparen 500 ml/12 jam, nacl
0,9% 500 ml/12 jam. Pemeriksaan diagnostik yang telah dilakukan yaitu;
Hasil hematologi rutin (24/2/2014): Hb 11,7 g/dL (N: 13-18), Leukosit 12,11
ribu/uL (N: 5-10), Trombosit 323 ribu/uL (N: 150-440), Eritrosit 4,00 ribu/uL
(N: 4,6-6,2), Ht 33 vol% (N:40-54). Kimia darah (24/2/2014): SGOT 52 U/L
(N: 0-38), SGPT 19 U/L (N: 0-41), Alb: 3.0 g/dL (N: 3,8-5,4). APTT; ps:
30,7, kontrol: 33,9.Ro Thorax (18/2/2014): dicurigai lesi metastase pada kedua
paru. MSCT abdomen dan pelvis (19/2/2014): massa pada rectum dengan
infiltrasi jaringan lemak perirektal, mesenterial perilingmoid dan dinding
panggul disertai asites. PA (26 Februari 2014) kesimpulan; infiltrasi
adenokarsinoma berdiferensi sedang pada vagina.Emboli limfovaskuler
ditemukan.

3. 2 Pengkajian keperawatan dengan penerapan Peaceful End of Life Theory


Pada Asuhan Keperawatan Kasus Kelolaan Utama
3.2.1 Nyeri
Klien mengeluh nyeri pada bagian post operasi menjalar ke bagian vagina.
Kualitas nyeri dirasakan seperti ditusuk dengan durasi hilang timbul lebih
dari 10 menit, intensitas nyeri sedang dengan skala 6/10,nyeri tidak

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


38

berkurang dengan istirahat. Nyeri dirasakan setelah klien bangun tidur,


sekitar jam 07.00-09.00 WIB tetapi kadang- kadang pada malam hari nyeri
suka terasa juga. Nyeri bertambah jika klien melakukan pergerakan dan
aktivitas lainnya. Tampak perilaku klien memegang bagian perut dengan
ekspresi wajah tampak meringis.
3.2.2 Rasa nyaman
Klien mengeluh bila bernafasnya terasa sesak dan berat, dengan frekuensi
nafas RR: 25 x/mnt, TD: 110/70 mmHg, N: 89 x/menit, S: 360C, 24 x/menit,
irama teratur, kedalaman nafas normal. Bunyi nafas vesikuler, tidak terdengar
ronchi di bagian basal kedua paru, wheezing tidak ada, klien bernafas
dibantu oksigen binasal 3 liter/mnt. Klien mengeluh tidak nafsu makan
karena perut terasa mual, makan hanya dihabiskan ¼ porsi, Status
antropometri BB 40 kg, TB 152 cm, IMT 17,3, albumin: 3.0 g/dL (status gizi:
malnutrisi sedang) Pada pengkajian tingkat kelelahan klien hanya mampu
melakukan aktivitas fisik ringan ditempat tidur untuk memenuhi
kebutuhannya dan cepat merasa lelah saat beraktivitas, Hb 11,7 gr/dL. Klien
mengatakan merasa tidak berdaya dan lemas akhir-akhir ini.
3.2.3 Merasa bermartabat dan dihargai
Klien berharap selalu memperoleh pelayanan kesehatan dan pengobatan
terbaik untuk pemulihan fisiknya seperti semula walaupun dalam
pengobatanya klien mendapatkan bantuan dana dari pemerintah. Klien juga
mengatakan dalam kondisi sakit berat seperti ini, dirinya berharap, untuk
tetap diperhatikan diperlakukan dengan baik, tetap di hargai sesua iperan dan
fungsinya sebagai istri dan ibu dari anaknya.
3.2.4 Kedamaian
Klien mengatakan merasa cemas dan takut akan kondisi kesehatannya serta
proses.Tindakan pengobatan yang akan dijalaninya. Klien menyatakan tidak
pernah membayangkan akan terkena penyakit kanker walaupun dalam
keluarganya ada yang menderita penyakit kanker, karena selama ini dirinya
merasa sehat dan tidak ada keluhan. Klien meminta dukungan dan doa untuk
kesembuhannnya. Klien sangat sedih dengan musibah yang sedang
dialaminya. Klien meminta kepada perawat dan petugas kesehatan lainnya

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


39

untuk tetap memberikan dukungan dalam menghadapi musibah ini. Klien


terlihat murung dan lebih banyak diam, sesekali klien tampak menangis.
3.2.5 Kedekatan dengan orang yang bermakna
Klien merasa takut kehilangan anak, suami dan keluarganya, klien ingin terus
Ditemani oleh mereka semua, tetapi klien bersyukur suaminya selalu
mendampingi dirinya selama sakit ini.

3.2.6 Diagnosa Keperawatan


3.2.6.1 Nyeri kronis berhubungan dengan proses perkembangan penyakit
akibat infiltrasi sel kanker pada jaringan lunak sekitarrnya, ditandai dengan
keluhan nyeri pada bagian post operasi menjalar ke bagian vagina. Kualitas
nyeri dirasakan seperti ditusuk dengan durasi hilang timbul lebih dari 10
menit, intensitas nyeri sedang dengan skala 6/10, nyeri tidak berkurang
dengan istirahat. Nyeri dirasakan setelah klien bangun tidur, sekitar jam
07.00-09.00 WIB, dan kadang-kadang dimalam hari nyeri juga suka terasa.
Nyeri bertambah jika klien melakukan pergerakan dan aktivitas lainnya.
Perilaku memegang bagian perut dengan ekspresi wajah tampak meringis.
3.2.6.2 Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot
pernafasan,nyeri, kecemasan, ditandai dengan frekuensi nafas RR: 25 x/mnt,
TD: 110/70 mmHg, N: 89 x/menit, S: 360C, 24 x/menit, irama teratur,
kedalaman nafas normal. Bunyi nafas vesikuler, tidak terdengar ronchi di
bagian basal kedua paru, wheezing tidak ada.
3.2.6.3 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
nyeri saat menelan, dan kelelahan, ditandai dengan keluhan mual, kurang
nafsu makan, makan hanya dihabiskan ¼ porsi, Status antropometri BB 40
kg, TB 152 cm, IMT 17,3, albumin: 3.0 g/dL (status gizi: malnutrisi sedang)
3.2.6.4 Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman dan perubahan status
kesehatan, ditandai dengan klien menyatakan tidak pernah membayangkan
akan terkena penyakit kanker walaupun dalam keluarganya ada yang
menderita penyakit kanker, karena selama ini dirinya merasa sehat dan tidak
ada keluhan. Klien meminta dukungan dan doa untuk kesembuhannnya.
Klien sangat sedih dengan musibah yang sedang dialaminya. Klien meminta

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


40

kepada perawat dan petugas kesehatan lainnya untuk tetap memberikan


dukungan dalam menghadapi musibah ini. Klien terlihat murung dan lebih
banyak diam, sesekali klien tampak menangis.
3.2.6.5 Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan/kelelahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kurangnya asupan
energi tubuh serta imobilitas, ditandai dengan klien hanya mampu
melakukan aktivitas fisik ringan ditempat tidur untuk memenuhi
kebutuhannya dan cepat merasa lelah saat beraktivitas, Hb 11,7 gr/dL. Klien
mengatakan merasa tidak berdaya dan lemas akhir-akhir ini.

3.2.7 Penetapan Tujuan


3.2.7.1 Setelah dilakukan tindakan manajemen nyeri, akan menunjukkan
Pain Level, dengan kriteria melaporkan nyeri dapat terkontrol, mampu
mendemonstrasikan manajemen nyeri yang efektif, terlihat tenang,
tidakgelisah, tanda vital dalam batas normal, dan menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
3.2.7.2 Setelah dilakukan tindakan manajemen pola nafas, akan
menunjukkan Respiratory status: Airway patency dengan kriteria batuk
efektif, suara nafas bersih, tidak ada sianosis, jalan nafas paten.
3.2.7.3 Setelah dilakukan tindakan manajemen nutrisi, akan menunjukkan
Nutritional Status: food and fluid intake, dengan kriteria intake oral
meningkat, nilai serum albumin dalam batas normal, dan dapat mentoleransi
diet tinggi kalori dan protein yang dianjurkan.
3.2.7.4 Setelah dilakukan tindakan pengurangan ansietas, akan menunjukkan
Anxiety Self-Control dengan kriteria dapat kooperatif selama proses terapi,
dapat beristirahat, melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan spesifik,
mempertahankan hubungan sosial, dapat mendemonstrasikan kontrol cemas,
dan tanda vital dalam batas normal.
3.2.7.5 Setelah dilakukan manajemen energi, akan menunjukkan Activity
Tolerance , dengan kriteria dapat melakukan perawatan diri dengan baik,
tidak ada sesak, dan kelelahan/keletihan berkurang.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


41

3.2.8 Intervensi Keperawatan


3.2.8.1 Pain Management
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif: lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, mengobservasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan, monitor vital sign, mengajarkan teknik
manajemen nyeri non-farmakologi berupa relaksasi nafas dalam dan
imajinasi terbimbing, mendokumentasikan perkembangan nyeri,
memberikan obat analgetik (Ultracet 3x1tab, MST 2x10 mg),
mengkolaborasikan dengan tim kesehatan lainnya tentang keluhan atas
tindakan nyeri yang tidak berhasil.
3.2.8.2 Management Respiratory
Melakukan pengkajian pola nafas secara komperhensif, monitor vital sign,
monitor adanya kecemasan terhadap oksigenisi, mengajarkan tehnik relaksasi
berupa nafas dalam dan batuk efektif, memberi posisi yang nyaman, memberi
oksigen binasal 3 liter/mnt, mendokumentasikan perkembangan pola nafas
,memberikan obat bronkodilator (nebulizer ; bisolvon dan ventolin 3x/hari),
Amitriptilin 1x12,5mg, OBH campur 3x1sdm.
3.2.8.3 Management Nutrisi
Memberikan diit 1700 kalori, memberikan informasi tentang pentingnya
kebutuhan nutrisi, menjelaskan cara membantu mengatasi mual yang
berlebihan, memberikan makan yang terpilih yang sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi, memperhatikan kondisi klien, berkolaborasi dengan dokter
untuk pengecekan rutin kadar albumin dan protein total, memotivasi klien
untuk secara rutin melakukan oral hygiene, menganjurkan klien untuk
meningkatkan asupan protein dan vitamin C, memotivasi anggota keluarga
untuk membawa makanan kesukaan klien dari rumah, menciptakan
lingkungan yang menyenangkan untuk makan, memberikan obat OMZ 3x1
cap via oral, Tracetat 3 x15 cc.
3.2.8.4 Anxiety Reduction
Mengkaji tingkat kecemasan klien, mengidentifikasi perubahan tingkat
kecemasan, mengkaji pola koping yang digunakan oleh klien serta
mendukung penggunaan koping yang positif seperti berdoa, menemani klien

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


42

untuk memberikan ketenangan, menciptakan lingkungan yang tenang,


memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya, menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan,
menganjurkan klien untuk melakukan latihan teknik relaksasi, menggunakan
pendekatan yang tenang dan meyakinkan saat mendampingi klien atau
pemberian program terapi, membantu klien menyesuaikan diri dengan
diagnosa penyakit dengan cara mengidentifikasi informasi yang telah
diterima oleh klien terkait kondisi kesehatannya dan bagaimana perasaannya
setelah memperoleh informasi tersebut serta memberi dukungan selama
proses pengambilan keputusan. Berkolaborasi dengan tim psikologi untuk
membantu masalah klien dalam menghadapi rasa cemasnya.
3.2.8.5 Energy Management
Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan rasa lelah, mengkaji aktivitas
personal sehari-hari yang biasa dilakukan, membantu klien dalam aktivitas
perawatan diri, mengevaluasi motivasi dan keinginan klien untuk
meningkatkan aktivitas, memantau status hemodinamik klien saat
beraktivitas, membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas sesuai
kemampuan, berkolaborasi dengan rehabilitasi medik untuk merencanakan
dan memonitor program aktivitas klien sesuai kebutuhan.

3.2.9 Evaluasi
Tahap akhir dari pemberian asuhan keperawatan adalah melakukan penilaian
yang efektif terhadap keberhasilan implementasi keperawatan. Pelaksanaan
evaluasi keperawatan pada klien NY. MS dilakukan secara keseluruhan
setelah pemberian intervensi melalui analisis perkembangan SOAP.
Pelaksanaan evaluasi mengacu pada pencapaian kriteria hasil. Adapun
penilaian pencapaian kriteria hasil secara umum yang ditunjukkan oleh klien
terkait pemberian intervensi keperawatan selama sepuluh hari, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
3.2.9.1 Nyeri Kronis
Klien datang dengan keluhan nyeri pada daerah operasi dan menjalar ke arah
vagina dengan skala nyeri 6/10, setelah dilakukan intervensi manajemen

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


43

nyeri baik secara farmakologi maupun non farmakologi, intensitas nyeri yang
dirasakan oleh klien berkurang dengan penilaian skala nyeri 4, klien dapat
beristirahat dengan cukup, klien bisa beradaptasi dengan nyeri yang
dirasakan. Manajemen nyeri tetap dilakukan selama klien menjalani
perawatan di rumah sakit.
3.2.9.2 Resiko pola nafas tidak efektif
Setelah dilakukan tindakan manajemen pola nafas, maka masalah resiko pola
nafas tidak efektif tidak menjadi aktual, klien memperlihatkan keluhan sesak
berkurang , nilai respiratori rate 22 x/ mnt, hemodinamik klien cukup stabil.
3.2.9.3 Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Setelah dilakukan tindakan manajemen nutrisi, memperlihatkan bahwa klien
mulai berselera untuk makan dan mengatakan mual berkurang, selera
makannya mulai ada, klien dapat menghabiskan ½ dari porsi makanan yang
diberikan. Hal ini didukung dengan peningkatan kadar Hb dengan hasil 12
g/dL Intervensi manajemen nutrisi tetap diteruskan.
3.2.9.4 Ansietas
Setelah dilakukan tindakan dalam mengatasi kecemasan, maka klien dapat
beradaptasi terhadap ansietas yang dialaminya. Hal ini terlihat dari
pengendalian diri yang ditunjukkan oleh klien, meskipun masih terdapat
respon perilaku yang kurang efektif seperti sering terdiam. Klien merasa
sedikit tenang, ekspresi wajah kadang-kadang cukup rileks.
3.2.9.5 Intoleran Aktivitas
Setelah dilakukan intervensi manajemen energi, klien memperlihatkan
peningkatan toleransi terhadap aktivitas selama dirawat. Klien menyatakan
perasaan tidak mudah lelah saat aktivitas. Status hemodinamik klien stabil
saat beraktivitas, TD: 120/80 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 22 x/menit,
Suhu:37.1C.
NCP Pada Ny M.S Bedasarkan Masalah Keperawatan dapat dilihat pada
lampiran 3.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


44

3.3 Analisa Penerapan Peaceful End of Life Theory pada 30 Kasus Kelolaan
Selama kegiatan praktik residensi keperawatan medikal bedah peminatan
onkologi di RSKD Jakarta, penulis telah memberikan asuhan keperawatan
dengan pendekatan Peaceful End of LifeTheory pada 30 kasus kanker. Adapun
30 kasus tersebut terdiri atas 3 kasus Adenokarsinoma paru, 3 kasus
Karsinoma nasofaring, 5 kasus kanker kolorektal, 1 kasus sarkoma, 3 kasus
kanker paru, 4 kasus kanker payudara,3 kasus kanker tiroid, 1 kasus kanker
pancreas, 1 kasus kanker gaster, 1 kasus kanker vulva, 3 kasus AML, 2 kasus
kanker cervix. Berdasarkan data registrasi kanker RSKD pada tahun 2013,
maka kasus klien dengan kanker payudara menempati urutan pertama, lalu
diikuti oleh kanker servik diurutan kedua, dan kanker paru serta kanker
nasofaring, masing-masing diurutan ketiga dan keempat (Suzanna et al, 2012).
Namun pada kenyataannya, selama pelaksanaan residen sisemester 1 dan 2,
penulis lebih banyak menemukan kasus klien dengan kanker kolorektal yang
merupakan salah satu kanker dari sekian kanker yang masuk kategori 10
terbanyak kanker yang ada di RSKD. Hal tersebut menjadi pertimbangan
penulis untuk memfokuskan pemberian asuhan keperawatan dengan
pendekatan teori Keperawatan Peaceful End of Life Theory pada kasus klien
dengan kanker kolon.

Pada 30 kasus resume klien yang telah dilakukan asuhan keperawatan


dengan menggunakan Peaceful End of Life Theory, ditemukan masalah
keperawatan yang bervariasi. Secara keseluruhan pada 30 kasus klien kanker,
menjalani proses perawatan lebih dari 7 hari perawatan. Adapun masalah
keperawatan yang umum terjadi pada 30 kasus tersebut adalah nyeri kronis,
pola nafas tidak efektif, masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
kecemasan,dan intoleran aktivitas. Penulis menempat kan masalah nyeri
kronis sebagai prioritas utama untuk segera ditangani karena, sensasi nyeri
dapat menjadi penghambat kemajuan program terapi sehingga berdampak
pada kualitas hidup klien.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


45

Sensasi nyeri merupakan keluhan yang sering ditemukan pada klien kanker.
Mekanisme timbulnya nyeri pada kanker dapat disebabkan oleh aktivasi
nosiseptor perifer akibat penekanan atau infiltrasi langsung oleh tumor primer
atau metastasis ke jaringan yang sehat atau akibat kerusakan langsung pada
struktur-struktur saraf perifer atau sentral, yang dapat disebabkan oleh agen
modalitas terapi dan oklusi pembuluh darah oleh tumor (Kemp, 2010).
Adapun intervensi baik medik maupun keperawatan yang diberikan pada 30
klien kelolaan dalam mengatasi nyeri, yaitu dengan pemberian analgetik
ringan sampai opioid kuat dan manajemen nyeri nonfarmakologis. Pada
beberapa klien pemberian analgetik ringan maupun opioid kuat dapat berespon
dengan baik. Begitu pula dengan pemberian manajemen nyeri
nonfarmakologi seperti terapi tirah baring, teknik relaksasi, dan imajinasi
terbimbing. Kedua intervensi baik pemberian analgetik maupun manajemen
nyeri nonfarmakologi merupakan terapi yang efektif untuk mengatasi nyeri
akibat kanker. Terkait dengan hal tersebut diatas, maka implemetasi
keparawatannya adalah memberikan manajemen nyeri yang aman untuk
digunakan untuk mengatasi nyeri yang berdampak pada kualitas hidup klien
kanker (Masyarakat Paliatif Indonesia, 2010).

Nutrisi merupakan bagian yang penting pada penatalaksanaan modalitas terapi


kanker, baik pada klien yang sedang menjalani terapi, pemulihan dari terapi,
pada keadaan remisi maupun untuk mencegah kekambuhan. Kurang lebih 20-
50% klien kanker mengalami penurunan status sebelum menjalani modalitas
terapi. Gangguan status nutrisi dapat memberikan kontribusi pada kemajuan
penyakit, inkompetensi imun, insiden infeksi yang meningkat, perlambatan
perbaikan jaringan, kehilangan kemampuan fungsi, dan penurunan kapasitas
untuk melanjutkan pengobatan anti kanker. Akibat perubahan dalam status
nutrisi dapat terjadi penurunan berat badan yang dapat berakibat pada
penurunan kondisi tubuh. Status nutrisi pada klien kanker diketahui
berhubungan dengan prognosis dan kualitas hidup (Campbell, 2009). Pada 30
kasus kelolaan, penulis menemukan masalah nutrisi baik yang aktual maupun
berpotensi menjadi masalah nutrisi. Hal ini disebabkan karena adanya

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


46

kesulitan mengunyah dan menelan, mual dan muntah dan anoreksia. Klien
dengan berbagai jenis kanker akan memperlihatkan respon mual, muntah, dan
anoreksia.

Adapun penyebab yang mendasari ketiga respon tersebut adalah produk


metabolit kanker dan psikologis. Baik produk metabolit kanker maupun
psikologis dapat menyebabkan anoreksia melalui perubahan rasa kecap dan
penciuman. Perubahan ini akan menyebabkan klien tidak suka makanan
tertentu (Sutandyo, 2006). Selain itu penatalaksanaan modalitas terapi kanker
juga dapat menimbulkan respon mual dan muntah, kesulitan mengunyah dan
menelan makanan bahkan terjadi anoreksia. Perawat harus mampu
memfasilitasi klien dan keluarga untuk menyusun rencana bersama tentang
strategi perubahan terapi nutrisi yang adekuat. Dengan terapi nutrisi,
diharapkan dapat memperbaiki gangguan nutrisi yang terjadi. Terapi nutrisi
yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan klien, baik jumlah, komposisi
maupun cara pemberian dan harus dilakukan sejak klien didiagnosis menderita
kanker.

Kanker merupakan penyakit yang mengancam kehidupan, sehingga dianggap


sebagai suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah psikosomatik, baik
pada klien maupun pada keluarganya (Sierko, Werpachowska &
Wojtukiewicz, 2011). Pengetahuan tentang tanda dan bahaya kanker pada
sebagian orang dapat menimbulkan kecemasan, bila klien berpikir bahwa
gejala yang ada padanya adalah tanda bahaya dari kanker. Kondisi ini
ditemukan pada 30 kasus kelolaan klien dengan kanker yang dirawat. Secara
keseluruhan klien menyatakan rasa takut akan kondisi kesehatannya, yang
berdampak pada kondisi cemas, bahkan ada yang mengaitkannya dengan
kematian. Masalah kecemasan yang dialami oleh klien kanker dapat
merupakan gangguan adaptasi, namun pada perjalanan penyakitnya dapat
menetap sebagai suatu sindroma. Kecemasan didefinisikan sebagai perasaan
ketidaknyamanan atau kekhawatiran disertai respon autonom dan hal ini

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


47

merupakan tanda untuk mewaspadai individu tersebut akan adanya bahaya


yang mengancam kehidupannya (Campbell, 2009).

Kecemasan merupakan salah satu fase kondisi psikologis yang akan dilalui
oleh setiap klien dengan kanker. Berbagai perubahan dalam kehidupan klien
dengan kanker dapat menjadi pencetus timbulnya perasaan cemas. Adapun
salah satu yang merupakan pencetus timbulnya rasa cemas yaitu sensasi nyeri
kronik. Hubungan antara nyeri kronis dengan kecemasan bersifat kompleks.
Peningkatan persepsi nyeri seringkali dapat menimbulkan perasaan cemas,
atau sebaliknya perasaan cemas dapat meningkatkan ambang sensasi nyeri.
Hal ini disebabkan oleh stimulus nyeri yang diyakini dapat mengendalikan
emosi seseorang, khususnya perasaan cemas. Perawat memiliki peran penting
dalam mengatasi sensasi nyeri yang dialami oleh klien dengan kanker. Area
kewenangan perawat adalah dengan menyandingkan manajemen nyeri
nonfarmakologi sebagai terapi komplementer dengan terapi medik. Beberapa
terapi komplementer terkait manajemen nyeri adalah teknik relaksasi, teknik
distraksi dan imajinasi terbimbing (Kemp,2010).

Masalah intoleran aktivitas sering menyertai kasus klien dengan kanker. Klien
sering mengalami kelelahan atau keletihan terkait proses penyakit kanker
maupun efek modalitas terapi, sehingga berdampak pada intoleran aktivitas
fisik. Keletihan kronis ditandai dengan kurang minat terhadap aktivitas yang
biasa dilakukan, kurang motivasi bahkan ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi. Selain itu, klien sering tidak banyak berespon atau lebih
banyak diam ketika diajak berbicara. Perawat dapat mengkaji status fisiologis
dan psikologis yang dapat memperberat masalah intoleran aktivitas, seperti
sensasi nyeri, rasa ketakutan, kecemasan dan perasaan sesak (Campbell,
2009). Secara keseluruhan pemberian intervensi keperawatan pada 30 kasus
klien kanker, disesuaikan dengan masalah keperawatan yang dihadapi oleh
klien. Dimana penulis mencoba menerapkan berbagai intervensi keperawatan
baik yang bersifat mandiri maupun yang bersifat kolaboratif dengan tim
kesehatan lainnya. Pentingnya penerapan strategi caring dan penggunaan diri

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


48

perawat secara terapeutik, menjadi salah satu cara bagi perawat untuk menjadi
perantara dalam rangka meningkatkan kualitas hidup klien dengan kanker.
Resume keperawatan pada 30 kasus klien dengan kanker dapat dilihat pada
lampiran 4.

3.4 Evidence Based Nursing Pratice


3.4.1 Latar belakang

Evidence Based Practice sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas


pelayanan, keselamatan pasien, keefektifan managemen dalam pengelolaan
pelayanan keperawatan, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya bukti
empiris dalam melaksanakan pelayanan, hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan upaya memperbaiki praktik keperawatan klinis yang berdasarkan
pembuktian, dapat dipandu oleh suatu konseptual model atau kerangka
kerja. Model tersebut telah dirancang untuk membantu para klinisian
keperawatan dalam menerapkan perubahan berbasis bukti pada praktik
klinik. Terdapat beberapa model yang telah dikembangkan untuk memandu
pelaksanaan suatu EBN dalam tatanan pelayanan keperawatan, antara lain
Clinical Scholar Model, EBPModel, Stetler‟s Model, ARCC Models, Lowa
Model, Kitson‟s Model, Model for EBP Change dan Johns Hopkins Nursing
Model. Dari beberapa modeltersebut yang sering digunakan, adalah Stetler
Model (Wallen, Mitchell, Melnyk,Overholt& Davis, 2010).

Kanker merupakan proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah
oleh mutasi genetik dari Deoxyribo NucleatAcid (DNA) selular. Sel abnormal
ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal. Kemudian
dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif dan terjadi
perubahan pada sel-sel di sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan-
jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh
darah, melalui pembuluh-pembuluh darah tersebut sel dapat terbawa ke area
lain dalam tubuh untuk membentuk metastase pada bagian tubuh yang lain
(Smeltzer, Bare, Hinkle.,& Cheever, 2008). Penatalaksanaan kanker dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu: kemoterapi, radioterapi, bioterapi,

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


49

pembedahan, terapi fotodinamik trasplantasi sum-sum tulang dan stem cell


dan terapi komplementer (LeMone & Burke,2008). Kemoterapi dapat
menimbulkan mual muntah melalui beberapa mekanisme. Wood, et al (2007)
mengatakan bahwa kemoterapi dapat menyebabkan mual muntah melalu
mekanisme yang bervariasi dan rangkaian kompleks.

Pertama, kemoterapi secara langsung menstimulasi Chemoreseptor Trigger


Zone (CTZ). Efek ini di stimulasi oleh pengeluaran 5-Hydroxytryptamine -3
(5HT3) dan Neurokinin 1 (NK1) akibat pemberian kemoterapi. Kedua,
kemoterapi menyebabkan gangguan pada mukosa gastroinstestinal dan
menyebabkan neurotransiter termasuk 5HT3. Hal ini menyebabkan mual
muntah melalui jalur perifer yang di mediasi oleh syaraf vagus. Ketiga,
gejala ini di sebabkan oleh pengaruh neurohormonal melalui terganggunya
arginin vasopressin dan prostaglandin, dan yang keempat adalah mual
muntah di mediasi oleh kecemasan yang memberikan pengaruh terhadap
system saraf pusat termasuk pusat muntah. Beberapa obat kemoterapi yang
yang dapat menimbulkan mual muntah tersebut diantaranya dosis tinggi
seperti Cisplatin (DDP), Dacarbazin (DTIC), Mostar Nitrogen (NH2),
Citarabin 9Ara-C), Cyclophosphamid (CTX), dan Carmustin (BCNU) yang
menimbulkan mual muntah hebat (Desen,2008: Smeltzer et al, 2008). Obat
kemoterapi dari golongan Cisplatin, Carmustin dan Cyclophospamid
merupakan obat yang mempunyai derajat paling tinggi menyebabkan muntah.
Lebih dari 90% pasien yang menggunakan obat golongan tersebut mengalami
mual dan muntah (Hesket, 2008). Oleh karenanya diperlukan tindakan
penunjang berupa terapi komplamenter seperti relaksasi, guided imagery,
hypnosis, akupresure , distraksi dan akupuntur, yang dapat membantu dalam
upaya pencegahan dan manajemen mual dan muntah akibat kemoterapi
(Lee, et al., 2008).

Lee, et al (2008) menyatakan bahwa tindakan penunjang berupa terapi


komplementer dapat efektif membantu dalam manajemen mual muntah akibat
kemoterapi. Terapi komplementer adalah terapi yang digunakan secara
bersama-sama dengan terapi lain dan bukan untuk menggantikan terapi medis

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


50

(Sparber, 2005). Terapi komplementer bertujuan untuk mengurangi stress,


meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, menghindari atau
meminimalkan efek samping, gejala-gejala mengontrol serta menyembuhkan
penyakit (Purnel, 2001). Dalam mengatasi penyakit, selain dengan terapi
medis juga dapat menggunakan terapi aternatif dan komplementer. Dalam
mengatasi mual muntah akibat kemoterapi, salah satu terapi komplementer
yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian akupresur. Akupresur disebut
juga pijat akupunktur yaitu pijat yang berlandaskan ilmu akupunktur dengan
seperangkat keilmuannya, diantaranya teori yin yang, gejala kelainan fungsi
organ, cara pemeriksaan dan cara menegakkan diagnosis (Sukanta, 2003).

Energi ini dapat diperbaiki kembali dengan menggunakan akupunktur atau


akupresur pada titik-titik tertentu di tubuh dimana hal ini telah diobservasi
secara kritis dan diuji lebih dari 4000 tahun (Molassiotis, et al., 2007).
Menurut ilmu akupresur, gejala penyakit seperti mual dan muntah bisa
diakibatkan oleh kekurangan qi, stagnasi dari qi atau disharmoni dari qi pada
limpa dan lambung, dalam hal ini akupresur dapat bermanfaat untuk
memperbaiki tubuh pada status keseimbangan kesehatan yang baik
(Molassitis, et al,,2007; Dibble, Luce, Cooper., & Israel., 2007). Titik
akupresur yang paling sering digunakan untuk mengatasi mual dan muntah
akibat kemoterapi adalah titik P6 dan titik ST36. (Collin & Thomas, 2004;
Sukanta, 2008). Akupresur pada titik P6 dan titik ST36 dapat menurunkan
mual muntah melalui efek terapinya di tubuh. Stimulasi yang dilakukan pada
titik-titik ini diyakini akan memperbaiki aliran energi di lambung sehingga
dapat mengurangi gangguan pada lambung termasuk mual muntah (Dibble, et
al.,2007). Tarcin, et al. (2004) juga mengemukakan informasi lain bahwa
stimulasi pada titik P6 dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
pengeluaran neurotransmitter berupa beta endorphin di hipofise yang
berlokasi di sekitar CTZ. Beta endorphin merupakan salah satu antiemetik
endogen yang dapat menghambat impuls mual muntah di pusat muntah dan
CTZ (Samad, Afshan & Kamal, 2003).

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


51

Rumah Sakit Kanker Dharmais merupakan rumah sakit rujukan kanker


nasional di Indonesia. Sehingga rumah sakit kanker Dharmais banyak
ditemukan pasien kanker dengan masalah yang bervariasi. Berdasarkan
pengamatan pratikan selama bulan Februari 2014 di ruang teratai RSK
Dharmais terdapat 185 pasien kanker yang menjalani kemoterapi dan hampir
sebagian besar mengeluh mual dan muntah setelah pemberian kemoterapi.
Berdasarkan fenomena mual muntah yang terjadi pada pasien kanker akibat
kemoterapi, maka pertanyaan klinis yang muncul adalah: Apakah pemberian
akupresur dan pengobatan standart lebih efektif dibandingkan pengobatan
standart saja dalam mengurangi mual dan muntah pada klien kanker akibat
pemberian kemoterapi tingkat resiko emetogenik tinggi (Cisplatin,
Dacarbazin, Mostar,Nitrogen, Citarabin, Cyclophosphamid, dan Carmustin).
Untuk mengidentifikasi suatu evidence based, maka diidentifikasi melalui
analisa PICO. Perumusan masalah klinis akan dilakukan dengan pendekatan
PICO (Population/Problem, Intervention, Comparison, dan Outcome). PICO
adalah suatu metode yang digunakan oleh penulis dalam merumuskan
masalah klinis dan membuat pertanyaan klinis terkait penerapan EBN.
Berikut perumusan masalah klinis dengan pendekatan metode PICO, yaitu:
3.4.1.1 Problem
Klien dengan kanker yang mengalami mual muntah akibat kemoterapi tingkat
resiko emetogenik tinggi (Cisplatin, Dacarbazin, Mostar Nitrogen, Citarabin,
Cyclophosphamid, dan Carmustin) .
3.4.1.2 Intervention
Pemberian akupressur dan terapi standart
3.4.1.3 Comparison
Terapi standart
3.4.1.4 Outcome
Setelah pemberian akupressur dan terapi standart pada pasien kanker yang
mengalami mual muntah akibat kemoterapi tingkat resiko emetogenik tinggi
(Cisplatin, Dacarbazin, Mostar Nitrogen, Citarabin, Cyclophosphamid, dan
Carmustin), mual muntah berkurang/ tidak terjadi dan hasil penilaian mual
muntah membaik/berkurang.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


52

3.4.2 Search Strategi

Strategi penelusuran literatur dilakukan melalui studi perpustakaan maupun


penelusuran artikel jurnal ilmiah dengan menggunakan database Elton
B.Stephens Company (EBSCO®) dan ProQuest®. Penelusuran tersebut
menggunakan keywords (“Chemotherapy,” OR “Nausea and vomiting acute”)
AND „‟Acupressure‟‟AND Cancer*. Dari penelusuran artikel jurnal ilmiah
ditemukan 15 artikel clinical evidence level 2(Tipe Experimental Study dengan
Randomized Control Trial dan ClinicalPractice Guidelines) tentang
efektivitas akupressur dalam mengurangi mual muntah akut pada pasien
kanker akibat kemoterapi, yang diterbitkan dari Januari 2000 sampai dengan
Oktober 2010 serta dibatasi dalam bahasa Inggris . Namun artikel jurnal
ilmiah yang di pilih adalah “Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual
Muntah Akut Akibat Kemoterapi padaPasien Kanker ;A Randomized Clinical
Trial(2009). Adapun kriteria pemilihan berdasarkan metode RCT yang
merupakan gold standar pada penelitian tersebut.

3.4.3 Ringkasan Jurnal


Penelitian yang dipilih berjudul “Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual
Muntah Akut Akibat Kemoterapi pada Pasien Kanker ;A Randomized Clinical
Trial”(2009.) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
akupressur terhadap mual muntah akut akibat kemoterapi pada klien dengan
kanker. Penelitian ini berfokus pada uji klinis Randomized Clinical Trial
(RCT). Adapun metode sampling yang digunakan adalah metode random
dengan kriteria inklusi yaitu klien dengan kanker yang menjalani kemoterapi,
dan berusia diatas 18 tahun, rute pemberian kemoterapi melalui intavena,
pasien koorperatif. Sedangkan untuk kriteria eksklusi adalah mengalami
anticipatory nausea and vomiting, penderita kanker saluran cerna, hati dan
pankreas, kontraindikasi akupresur; kulit yang terluka, bengkak, tulang retak,
kulit yang terbakar dan myalgia dan siklus kelima atau lebih. Dalam penelitian
ini uji statistik yang digunakan adalah uji non-parametrik Mann-Whitney (p <
0,05).

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


53

Uji statistik yang digunakan sesuai dengan desain penelitian yaitu post test
control group design yang mengacu pada tujuan penelitian. Penelitian ini
dilakukan terhadap 44 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok: kelompok
intervensi dan kelompok control. Kemudian dilakukan evaluasi penilaian mual
muntah akut setelah kemoterapi selesai. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan instrumen Rhodes untuk mengetahui sejauh mana efek dari
intervensi yang diberikan kepada kelompok intervensi, dapat mengurangi
mual dan muntah akut. Instrumen tersebut sudah sesuai digunakan untuk
responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata
skor mual dan muntah yang signifikan antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol, di mana skor mual dan muntah pada kelompok intervensi
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,000). Selain itu,
klien yang dikenai perlakuan, menyatakan keluhan mual muntah berkurang,
sehingga membantu untuk lebih rileks dan dapat beristirahat dengan tenang.
Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian akupresur P6 dan st 36 dapat
diberikan sebagai terapi komplementer dalam mengatasi kejadian mual
muntah akut.

3.4.4 Critical Appraisal


Adapun critical appraisal pada jurnal di atas diuraikan sebagai berikut:
Validitas penelitian terlihat pada keseluruhan aspek metodologi, di mana pada
penelitian ini cukup menjelaskan seluruh komponen penelitian. Penelitian in
itelah memenuhi criteria Randomized Control Trial (RCT), karena terdapat
pengambilan responden secara acak, ada pembandingan terhadap kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dan ada perlakuan terhadap kelompok
intervensi. Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini sudah sesuai
dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh akupresur pada P6 dan st
36 untuk mengurangi mual muntah pada pasien kanker akibat kemoterapi.
Penelit imembuat kriteria seleksi yang relevan dengan tujuan penelitian seperti
klien kanker yang sedang kemoterapi dan mengalami mual dan muntah akut.
Umumnya pada klien yang sedang atau telah menjalani kemoterapi pasti

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


54

akan mengalami mual dan muntah. Peneliti juga telah melakukan alokasi
pembagian responden baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi.
Hal ini merupakan gold standard dalam pembuktian penelitian eksperimen.

Peneliti telah menggunakan metode sampling untuk merekrut 44 responden


dari populasi terjangkau. Responden dibagi dua kelompok yaitu kelompok
kontrol dan kelompok intervensi pemberian akupresur P6 dan ST 36. Adapun
outcome penelitian ini juga dipengaruhi oleh agent kemoterapi, sehingga
metode restriksi sangat tepat dilakukan. Peneliti telah melakukan analisis
terhadap data secara statistik. Peneliti telah menjelaskan validitas dan
reliabilitas alat ukur yang digunakan. Pada penelitian ini, peneliti telah
melakukan uji terhadap semua variabel penelitian, dengan mencantumkan
nilai probabilitas (p<0,05). Dalam penelitian ini keterlibatan responden masih
terbatas, namun hasil penelitian secara klinis cukup penting dan secara
statistik juga bermakna.Sehingga menurut penulis jurnal yang digunakan
dalam penerapan EBN sangat tepat.

3.4.4. 1 Validitas
Validitas dalam penelitian ini terlihat pada keseluruhan aspek metodologi, di
mana pada penelitian ini cukup menjelaskan seluruh komponen penelitian.
Penelitian ini telah memenuhi kriteria Randomized Control Trial (RCT),
karena terdapat pengambilan responden secara acak, ada pembandingan
terhadap kelompok intervensi dan kelompok kontrol,dan ada perlakuan
terhadap kelompok intervensi. Adapun desain yang digunakan dalam
penelitian ini sudah sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menentukan
efektivitas pemberian akupresur pada titik P6 dan ST 35 untuk mengurangi
mual dan muntah akibat pemberian kemoterapi. Peneliti membuat kriteria
seleksi yang relevan dengan tujuan penelitian seperti klien kanker yang
menjalani kemoterapi. Umumnya pada klien yang sedang atau telah menjalani
kemoterapi sering mengalami mual muntah. Hal ini disebabkan karena efek
dari agen kemoterapi. Peneliti juga telah melakukan pembagian responden
baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Hal ini merupakan gold

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


55

standard dalam pembuktian penelitian eksperimen. Peneliti telah


menggunakan metode sampling untuk merekrut 44 responden dari populasi
terjangkau.

3.4.4.2 Realibilitas
Rhodes INVR adalah kuesioner yang memberikan informasi tentang mual,
muntah dan retching. Kuesioner ini telah banyak digunakan dalam penelitian
yang berhubungan dengan mual muntah dan memiliki reliabilitas internal dari
0,90 sampai 0,98 yang diuji dengan Alpha-Cronbach (Rhodes, Watson &
Jhonson, 1987). Sebelum kuesioner digunakan dilakukan uji coba pada
responden yang mempunyai karakteristik yang sama dengan responden
penelitian yaitu pada 23 orang pasien yang menjalani kemoterapi. Uji validitas
menggunakan Pearson dan uji reabilitas menggunakan Alpha-Cronbach,
berdasarkan hasil uji validitas didapatkan semua item pertanyaan valid (r >
0,349). Kemudian dilanjutkan uji reliabilitas pada semua item yang valid
tersebut, didapatkan bahwa semua item pertanyaan reliabel dengan nilai r
Alpha (0,911).

3.4.4.3 Applicability
Peneliti sudah menggunakan metode sampling secara tepat, Ditinjau dari
aspek fasilitas, pembiayaan, dan sumber daya, maka hasil penelitian ini sangat
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam menurunkan insiden mual muntah.

3.4.5 Praktik Keperawatan Berdasarkan Pembuktian


Stetler model terdiri atas lima tahapan kegiatan (Melnyk & Overholt, 2011) :
a. Persiapan; kegiatan yang dilakukan adalah merumuskan dan
memformulasikan masalah serta memprioritaskan kebutuhan dengan
mempertimbangkan beberapa hal seperti biaya, perawat yang akan
melaksanakannya, dan tempat pelaksanaan, kemudian menentukan
manfaatdan hasil yang ingin dicapai.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


56

b. Validasi; kegiatan yang dilakukan adalah mulai mencari bukti penelitian


yang relevan/terkini dan sahih. Kemudian menganalisis bukti penelitian
tersebut apakah bisa diterapkan.
c. Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan; kegiatan yang
dilakukan adalah menetapkan keputusan terbaik sesuai kondisi dan
kebutuhan klien.
d. Aplikasi; kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan serta
menerapkan bukti yang terkini dan sahih dengan memperhatikan nilai-nilai
yang ada pada klien dan keputusan klien.
e. Evaluasi; kegiatan yang dilakukan adalah mengevaluasi penerapan hasil
penelitian pada klien dan seberapa jauh pencapaiannya sesuai target.
Selain itu mengevaluasi efisiensi waktu sejak mendapatkan bukti sampai
menerapkan kepada klien.

3.4.5.1 Proses Penerapan EBN

Penulis menerapkan temuan berbasis bukti ilmiah tersebut pada pelayanan


keperawatan onkologi. Penerapan EBN dilaksanakan pada tanggal 21
April sampai 7 Mei 2014 di unit perawatan Teratai RSKD Jakarta.
Kegiatan EBN diawali dengan mengajukan surat permohonan dan
proposal penerapan EBN kepada Pembimbing klinik dan Kepala Bagian
Bidang Keperawatan RSKD Jakarta, dalam rangka permohonan ijin
melaksanakan kegiatan tersebut. Setelah penulis memperoleh ijin
pelaksanaan, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan sosialisasi
penerapan EBN kepada kepala ruangan Teratai dan rekan sejawat
keperawatan di RSK Darmais. Adapun penyampaian sosialisasi tersebut,
mengenai tujuan, manfaat. Implementasi pemberian akupressur pada titik
P6 dan ST 36 dan penelitian-penelitian yang terkait untuk menguatkan
EBN. Dalam menentukan jumlah responden pada EBN ini, penulis
melakukan skrining dengan menggunakan teknik non probability sampling
tipe consecutive sampling terhadap beberapa responden yang sesuai
dengan kriteria inklusi yang ditetapkan oleh penulis yaitu Usia diatas 18
tahun, kesadaran compos mentis, mampu berkomunikasi dengan baik atau

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


57

koorperatif, TTV normal, pasien tidak mengalami edema pada tangan dan
kaki, rute pemberian kemoterapi siklus ke 2 sampai siklus ke 3 melalui
intravena dan mengacu pada jurnal inti penelitian. Sebagai hasil skrining
diperoleh 10 responden yang berusia antara 32-58 tahun, akan
mendapatkan kemoterapi siklus ke 2 sampai ke 4 dan bersedia
berpartsipasi dalam penerapan EBN. Dari kesepuluh klien tersebut, 2
orang pria dan 1 orang wanita didiagnosa menderita KNF, 1 orang pria
diagnosa MDS, 1 orang wanita didiagnosa AML, 2 orang pria didiagnosa
kanker penis, 1 orang wanita di diagnose kanker kolon, 1 orang wanita
didiagnosa kanker kolon dan 1 orang wanita, didiagnosa menderita kanker
payudara. Pelaksanaan EBN juga mengikut sertakan peran dari keluarga
masing-masing klien. Hasil akhir dari penerapan EBN kepada sepuluh
klien yang telah diberikan akupresur mengatakan mual berkurang dan
sebagian klien mengatakan mual tidak ada. Intervensi pemberian
akupresur pada titik P6 dan ST 36 dapat dilihat pada lampiran 7.

3.4.5.2 Hambatan dan Solusi


Selama proses penerapan EBN, penulis tidak menemukan kendala atau
hambatan yang berarti. Kendala yang ada hanya berupa ketidakpahaman
klien tentang manfaat pemberian akupresur pada titik P6 dan ST 36. Pada
awal kegiatan ini, beberapa klien tampak ragu-ragu untuk mengikuti
penerapan EBN. Hal ini dikarenakan perasaan takut akan dampak yang
ditimbulkan oleh tindakan pemberian akupressur pada titik P6 dan ST 36.
Untuk lebih meyakinkan klien dan keluarganya, maka penulis
memberikan pemahaman berulang kali tentang manfaat dari pemberian
akupressur pada titik P6 dan ST 36. Disamping itu penulis juga
berkoordinasi dengan kepala ruang perawatan dan beberapa staf perawat
yang sedang bertugas pada saat pelaksanaan EBN, untuk memberikan
informasi tentang manfaat dari pemberian akupresur pada titik P6 dan ST
36. Setelah memberikan pemahaman kepada responden dan keluarganya,
maka seluruh klien kooperatif terhadap pemberian akupresur pada titik P6
dan ST 36. Dalam proses pemberian asuhan keperawatan berbasis EBN,

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


58

khususnya pemberian akupresur pada P6 dan ST 36, maka diharapkan


perawat yang akan melakukan akupresur tersebut untuk mendapatkan
pelatihan akupresur.

3.4.6 Peran Perawat Sebagai Inovator


Penulis akan menguraikan tentang pelaksanaan kegiatan residensi
keperawatan yaitu mengenai peran perawat sebagai inovator membahas
tentang analisis situasi, proyek inovasi dan pembahasan. Proyek inovasi
dilaksanakan secara berkelompok selama menjalankan praktik residensi
keperawatan medikal bedah di unit Teratai Rumah Sakit Kanker Dharmais
Jakarta, dari tanggal 21 sampai dengan 25 April 201. Inovasi yang
dilakukan oleh penulis adalah tentang penggunaan format pengkajian
Edmonton Symptom Assessment System (ESAS). Kegiatan tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
3.4.6.1 Analisis Situasi
Kanker merupakan tumor yang dapat tumbuh dengan pesat dan
mengilfiltrasi jaringan sekitar serta mampu bermetastasis dan bila tidak
mendapat terapi dengan segera maka efeknya akan membawa kepada
kematian (Desen, 2008). Kanker merupakan penyakit yang kompleks
dengan berbagai variasi manisfestasi klinik yang dapat ditimbulkannya
tergantung pada system tubuh yang terkena tipe dari tumor tersebut
(Lemone & Burke, 2008). Kanker merupakan penyakit yang saat ini
menjadi perhatian dunia karena angka kejadiannya setiap tahun terus
meningkat secara fantastis. Banyak penyebab yang berkontribusi terhadap
terjadinya penyakit kanker dan kematian yang disebabkan oleh kanker.
Rendahnya keinginan deteksi dini oleh masyarakat, pola hidup yang tidak
sehat serta masih kurangnya kualitas asuhan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan termasuk asuhan keperawaatan (Moser & Riegel, 2008).
Ogce dan Ozkan (2008), mengatakan bahwa pasien kanker kebanyakan
mengalami gejala fisik seperti nyeri, mual, kurang tenaga, fatigue,
insomnia, kurang konsentrasi, mulut kering, serta gejala psikologis seperti
sedih, gelisah, depresi, putus asa, ketidakberdayaan, dan ketakutan.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


59

Dengan demikian sebagai perawat spesialis onkologi dituntut untuk dapat


mengkaji respon atau keluhan yang dirasakan oleh klien akibat
penyakitnya. Sebagai seorang perawat spesialis onkologi diharuskan
umtuk memahami proses keperawatan sebagai kerangka pikir dalam
merawat klien. Pengkajian merupakan awal dari suatu proses keperawatan
yang bertujuan dalam mengumpulkan data yang didapat dari klien secara
subjektif dan objektif sehingga data tersebut digunakan untuk
mengidentifikasi masalah keperawatan yang dialami oleh klien.

Menurut Carpenito dan Moyet (2007) Proses keperawatan adalah teknik


pemecahan masalah yang meliputi: pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Proses keperawatan diartikan sebagai
pendekatan dalam pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan
asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan adalah disiplin
professional yang menerapkan banyak bentuk pengetahuan dan
keterampilan berpikir kritis dalam setiap situasi klien melalu iproses
keperawatan (Christensen & Kenney, 2009). Penggunaan proses
keperawatan pada praktik keperawatan akan mengarahkan perawat untuk
memperoleh informasi yang relevan dengan situasi klien secara sistimatis,
sehingga perawat dapat menginterpretasikan informasi tersebut serta dapat
mengambil keputusan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien. Dengan
penerapan proses keperawatan, akan menunjukkan akuntabilitas dan
tanggung jawab seorang perawat (Basford & Slevin, 2006).

Dalam praktiknya, para perawat yang bertugas di unit Teratai RSKD sudah
memberikan pelayanan keperawatan yang optimal, namun disisi lain
perawat belum melaksanakan hal tersebut di atas. Berdasarkan
pengamatan pada ruang rawat inap selama praktik residensi 3 yang
dilakukan pada bulan Maret 2014 di unitTeratai telah teridentifikasi bahwa
belum adanya format pengkajian dasar khusus tentang klien kanker
tetutama perwatan paliatif. Hal ini menunjukkan perlunya analisis dan
dilakukan suatu perubahan untuk peningkatan kualitas layanan
keperawatan pada klien dengan kanker dengan menggunakan format

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


60

pengkajian khusus. Beberapa hasil kajian diunit tersebut antara lain,


terdapat model dokumentasi keperawatan yang digunakan yaitu model
dokumentasi yang mengacu pada Problem Oriented Record (POR). Di
mana, dokumentasi keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian
secara umum berdasarkan Headto Toe dan Review of Body System
(ROS), serta diagnosa keperawatan sampai dengan evaluasi menggunakan
SOAP dengan catatan terintegrasi.

Sistim pendokumentasian tersebut juga masih dilakukan secara manual.


Adapun format pengkajian yang digunakan tersebut, masih belum
mengakomodir masalah spesifik klien dengan kanker, sehingga tidak dapat
menilai serta mengevaluasi baik respon klien terkait masalah kesehatan
yang dihadapinya saat ini. Hal tersebut juga di dukung oleh hasil
wawancara pada beberapa perawat yang sedang bertugas, mengatakan
bahwa format pengkajian yang ada saat ini kurang efektif dan efesien, hal
ini terlihat dari setiap item pengkajian yang terdapat dalam format masih
berupa pengkajian secara umum, belum komunikatif memberikan
informasi tentang kondisi klinis klien dengan penyakit kanker. Disamping
itu format pengkajian yang digunakan saat ini, menyita banyak waktu dan
menambah beban kerja perawat.

Permasalahan lain yang juga diobservasi oleh kelompok praktikan yaitu,


ketidakseimbangan yang ditunjukkan oleh perawat ketika aktivitas terkait
masalah kolaboratif mendominasi dan perawat tidak menyadari serta tidak
mengkaji bahwa kemungkinan klien juga mempunyai masalah yang terkait
dengan diganosa keperawatan bahkan tidak menegakkan diagnosa
keperawatan. Sehingga kemandirian perawat tidak tampak dan terdapat
kesan di mana pekerjaan perawat hanya menjalankan order dari profesi
lain. Oleh karena itu, kelompok praktikan menganalisis bahwa kesulitan
perawat di ruangan untuk memunculkan diagnosa keperawatan spesifik
pada klien kanker, adalah bersumber dari pengkajian keperawatan yang
kurang terstruktur dengan baik.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


61

Berbasis fenomena yang ada dan melihat pentingnya sistim


pendokumentasian proses keperawatan pada klien kanker, maka dapat
dikembangkan pengkajian keperawatan pada format lanjutan yang
berfokus pada permasalahan keperawatan klinis yang paling sering
dijumpai, terutama pada klien stadium lanjut yang sudah masuk fase
paliatif. Permasalahan ini bisa diakibatkan oleh penyakit kanker itu
sendiri, akibat terapi kanker, baik yang bertujuan kuratif maupun paliatif,
dan akibat hal yang tidak ada kaitannya dengan kanker. Permasalah
tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil terapi dan kualitas hidup klien
kanker. Penilaian terhadap permasalahan diatas, mengacu pada status
penampilan klien kanker dan gejala paliatif yang dialaminya. Baik status
penampilan klien maupun gejala paliatif ditetapkan dalam bentuk skala,
dengan menggunakan instrumen Edmonton Symptom Assessment Symtom
(ESAS). Instrumen tersebut telah terbukti valid dan reliabel untuk
digunakan sebagai pendekatan pengkajian kanker, kemampuan prognosis
dan pertimbangan dalam pemilihan terapi, sehingga akan memudahkan
pada penatalaksanaan di klinik paliatif dan mempermudah dalam menilai
kondisi klien.

Melihat perkembangan permasalahan yang dihadapi, maka Rumah Sakit


Kanker Dharmais, hadir sebagai rumah sakit pusat kanker nasional.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh RSKD dalam memberikan kontribusi
terhadap penatalaksanaan Program Pengendalian Kanker Nasional
diIndonesia. Berkaitan dengan program penggunaan format pengkajian
khusus klien kanker yaitu Edmonton SymptomAssessment Symptom
(ESAS) yang berfokus pada permasalahan keperawatan klinis pada klien
kanker, maka dibutuhkan perencanaan strategis dengan pendekatan
analisis SWOT. Dengan berfokus pada pendekatan analisis SWOT, maka
diperoleh langkah mudah dalam penggunaan format pengkajian tersebut.
Beberapa perumusan strategi analisis SWOT, sebagai berikut:

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


62

a. Strengths
kekuatan yang telah dimiliki RSKD khususnya ruang Teratai adalah
sebagai pusat kanker nasional yang menjadi rujukan nasional dalam
penanggulangan kanker di Indonesia. Sesuai dengan misinya, RSKD
selalu menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan-pelatihan secara
berkesinambungan bagi pengembangan SDM, yang terkait dengan
peningkatan kualitas manajemen kanker. Dalam menjalankan peran dan
fungsinya RSKD selalu mengutamakan pelayanan prima bagi klien
kanker dan keluarganya. RSKD juga dilengkapi dengan fasilitas kesehatan
yang canggih yang dapat menunjang pelayanan kesehatan yang
komprehensif. RSKD memiliki sumber daya manusia yang terdiri atas tim
medik onkologi yang berkembang sangat maju yang seringkali menangani
kasus-kasus onkologi tingkat pertama dan perawat-perawat spesialis
onkologi yang sangat kompeten dalam mengelola manajemen keperawatan
klien kanker.

Dalam proses pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat,


tim keperawatan RSKD juga sudah menerapkan metode keperawatan
primer. RSKD memiliki jaringan kerja sama dengan berbagai institusi baik
dalam maupun luar negeri terkait penanggulangan kanker yang lebih
mengedepankan aspek quality control maupun quality insurance, sehingga
keselamatan klien dapat lebih terjamin. RSKD memiliki beberapa layanan
unggulan terkait peningkatan kualitas layanan kesehatan bagi klien kanker
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Beberapa layanan tersebut
antara lain: unit poli luka, unit perawatan paliatif, unit deteksi dini pada
kanker dan unit terapi komplementer.

b. Weaknesses
kelemahan yang dimiliki Rumah Sakit Kanker Darmais khususnya ruang
teratai adalah belum memiliki format pengkajian lebih spesifik untuk
klien, sehingga belum mencerminkan dokumentasi asuhan keperawatan

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


63

pada klien kanker secara komperhensif. Dalam pelaksanaan sistim


informasi manajemen keperawatan masih secara manual, sehingga belum
mengakomodasi kebutuhan asuhan keperawatan yang dilakukan sehari-
hari.
c. Opportunities
Kesempatan yang dimiliki Rumah Sakit Kanker Darmais khususnya ruang
teratai adalah berusaha menjadi pusat kanker nasional unggulan di
Indonesia dan saat ini sedang berbenah diri dalam meraih akreditasi JCI.
RSKD juga menjadi pusat keperawatan onkologi nasional mampu
mengembangkan kompetensi keperawatan onkologi berdasarkan
kebutuhan. Selain itu, evidence-based practice terkait manajemen klien
dengan kanker cukup banyak untuk dijadikan pedoman dalam tatalaksana
klien kanker. RSKD merupakan tempat pendidikan berkelanjutan dan
pelatihan bagi sumber daya kedokteran, keperawatan, dan kesehatan
lainnya, sehingga memberikan peluang untuk meningkatkan mutu layanan
prima bagi klien kanker dan keluarganya.Sebagai pusat penelitian di
bidang kanker, maka RSKD juga berpeluang untuk terus mengembangkan
penelitian di bidang kanker, sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat
bermanfaat bagi masyarakat.
d. Threats
Bentuk kemungkinan ancaman yang dimiliki Rumah Sakit Kanker
Darmais khususnya ruang Teratai adalah mulai bermunculan rumah sakit
-rumah sakit swasta dengan pelayanan unggulan unit kanker,
meningkatnya kompleksitas pelayanan kesehatan dan teknologi kesehatan
serta didasarkan pada kecenderungan perubahan dari tuntutan masyarakat
akan pelayanan kesehatan di era global yang mengutamakan kebutuhan
konsumen, mengharuskan RSKD untuk terus melakukan perbaikan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang paripurna.

Berdasarkan hasil analisis situasi dengan pendekatan SWOT, maka dapat


disimpulkan perlunya inovasi tentang penggunaan format pengkajian
keperawatan khusus klien kanker. Program tersebut menjadi pilihan utama

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


64

dalam perbaikan mutu pelayanan keperawatan di RSKD. Penggunaan


format pengkajian keperawatan khusus klien kanker disesuaikan dengan
situasi klinis klien kanker dan merupakan pengkajian terhadap gejala-
gejala yang sering dialami klien paliatif.Tujuan dari program ini adalah
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja para perawat, yang
berdampak pada peningkatan kepuasan perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Dengan meningkatnya kepuasan klien, akan
memperlihatkan pencapaian hasil yang optimal dari kualitas asuhan
keperawatan.

3.5.2 Kegiatan Inovasi


Kegiatan inovasi membutuhkan waktu selama 2 bulan untuk persiapan
sampai dengan evaluasi. Rangkaian proyek inovasi meliputi identifikasi
permasalahan diunit perawatan yang perlu diperbaiki, penyusunan
proposal kegiatan inovasi, sosialisasi dan implementasi kegiatan inovasi,
serta evaluasi proyek inovasi.Program inovasi dilaksanakan dalam tiga
tahapan, yaitu:
3.5.2.1 Persiapan
Tahapan persiapan inovasi, dimulai dengan mengidentifikasi adanya
kebutuhan ruangan dan memantau pelaksanaan asuhan keperawatan yang
sudah berjalan. Diskusi dengan perawat ruangan dan observasi dilakukan
untuk mendapatkan data inovasi. Dari hasil diskusi dengan pembimbing
lapangan maupun akademik, didapatkan permasalahan bagaimana
penerapan ESAS dilapangan, menginterpretasikannya dan
mengintegrasikannya kedalam kegiatan asuhan keperawatan sehari-hari,
termasuk dalam format pengkajian yang sudah ada. Kelompok melakukan
studi pustaka pencarian literatur baik melalui database pustaka maupun
melalui PROQUEST, MEDLINE, CINAHL, EBSCO tentang penerapan
pengkajian ESAS dilapangan dan format pengkajian yang sudah ada.
Selanjutnya kelompok praktikan menyusun proposal tentangg penggunaan
format pengkajian ESAS. Rencana uji coba format pengkajian dan
pelaksanaan evaluasi. Proposal yang telah disusun diajukan kepada

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


65

pembimbing klinik di RSKD, Supervisor dan supervisor utama, untuk


memperoleh masukan dan persetujuan pelaksanaan program kegiatan
inovasi. Setelah memperoleh persetujuan,kemudian kelompok praktikan
melakukan sosialisasi.

Untuk pengenalan inovasi yang dilakukan oleh kelompok di RS Kanker


Dharmais, kelompok terlebih dahulu mengadakan pertemuan dengan
perwakilan perawat ruangan di RSKD pada tanggal 17 April 2014.
Kelompok mempresentasikan rencana kegiatan inovasi dengan materi
latar belakang analisa program, cara menggunakan pengkajian ESAS dan
manfaat serta bagaimana cara implementasi ESAS diruangan dan
integrasinya pada format pengkajian rawat inap yang ada. Dalam
sosialisasi tersebut diperoleh beberapa masukan yang membangun seperti
penambahan petunjuk teknis pengisian format pengkajian ESAS dan
perbaikan desain format pengkajian. Pemberian petunjuk teknis pengisian
pada formatpengkajian, dimaksudkan agar terjadi kesamaan persepsi
antara perawat pada setiap item pengkajian dalam format tersebut.
Kemudian pratikan melakukan revisi berdasarkan masukan yang
diperoleh. Selanjutnya pratikan mengadakan konsultasi ulang kepada
pembimbing klinik untuk menetapkan format pengkajian yang akan
dilakukan dalam kegiatan inovasi. Pratikan memulai dengan menerapkan
inovasi pada 2ruang kamar inap diruangan Teratai sebagai kegiatan
inovasi.
3.5.2.2Pelaksanaan
Setelah melakukan perbaikan terhadap format pengkajian, maka kelompok
praktikan melakukan pendekatan dengan kepala ruang Teratai untuk
pelaksanaan uji coba format pengkajian ESAS. Kelompok dengan diketahui
pembimbing dan kepala ruangan, memperkenalkan terlebih dahulu kegiatan dan
pengkajian ESAS ke ruangan pada saat briefing pertukaran shift. Pasien yang
diambil direncanakan pada ruangan 602 sebanyak 6 orang pasien pria dan 610
sebanyak 6 orang pasien wanita, namun oleh karena pasien di 610 ada yang
masuk HCU, maka untuk melengkapi kuota, diambil 2 orang diruangan lain.
Adapun pasien di kamar 610, yang dikaji adalah: Ny. NS, Ny. W, Ny. M, Ny. H,

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


66

Ny. FF dan Ny. San kamar 602, yang sikaji asalah Tn. J,Tn. MM,Tn. D,Tn.
AR,Tn. S,Tn. MN,Pengkajian dilakukan rata-rata 15-20 menit per pasien, dimana
ESAS dilakukan sendiri oleh masing-masing pasien kecuali ny. NS yang
mengalami penurunan kesadaran, keluarganyalah yang mengisi pengkajian
ESAS.

Inovasi ini lakukan dari tanggal 21-25 April 2014 di ruang rawat inap di
ruang Teratai lantai 6 pada pasien baru masuk. Pasien dikaji dengan
format pengkajian yang diajukan, dengan pasien mengisi lembaran ESAS
yang telah dijelaskan oleh perawat sebelumnya. Catatan pengkajian
dianalisa oleh perawat dan item-item ESAS yang perlu difollow up dikaji
setiap shift. Hasil scoring ESAS dicatat pada catatan perkembangan
perawat dan disalin digrafik untuk follow up selanjutnya. Item ESAS
hanya perlu difollow up apabila signifikan atau skor ESAS sedang-berat.
Perawat lalu mengkategorikan nilai ESAS dan melakukan intervensi yang
sesuai dengan algoritma ESAS. Pengkajian ESAS, petunjuk Pengisian
pengkajian ESAS, grafik pengkajian ESAS, algoritma ESAS dan
pengkajian keperawatan terintegerasi dengan ESAS dapat dilihat pada
lampiran 9,10,11,12,13.
3.5.2.3 Evaluasi
Evaluasi kegiatan inovasi dilakukan terhadap 12 klien, dengan
menggunakan pengkajian ESAS yang telah di integerasikan dengan
pengkajian rawat inap yang sudah ada. Dari hasil evaluasi, diperoleh data
sebagai berikut: dalam menjelaskan ESAS pada klien yang cukup
kooperatif, klien masih meminta dijelaskan kembali setelah perawat
menjelaskan cara pengisian pengkajian ESAS, klien menyebutkan nilai
kemudian perawat tinggal melingkari dipengkajian ESAS. Keberadaan
tampilan ESAS dipengkajian rawat inap tidak ditemukan permasalahan
dalam penulisannya. Format ESAS sebaiknya dibedakan warna untuk
masing- masing skor, mis: nilai O = putih, nilai 1-3 = hijau, nilai 4-6=
kuning, nilai 7-10 = merah. Bila format akan difotokopi, jenis arsiran perlu
dibedakan. Penilaian ESAS diambil saat pasien baru masuk, bila masalah
dirasakan dalam skala berat dilanjutkan pada shif berikutnya, namun

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


67

apabila gejala yang sama tidak lagi dirasakan oleh klien, maka penilaian
tidak lagi dinilai, hanya muncul bila gejala berat dirasakan oleh klien.

Grafik ESAS hanya dapat diisi pada klien yang kooperatif dengan ESAS
sedang-berat. Pada penilaian tidak ditemukan, sehingga grafik ESAS tidak
diisi, nilai ESAS hanya dicatat di catatan keperawatan saja. Untuk
memudahkan dalam menilai grafik, garis nilai 0,5 dan 10 perlu ditebalkan,
sehingga visual dapat menilai intervensi yang dilakukan. Dalam
penggunaan pengkajian rawat inap yang sudah ada diruangan kelompok
residensi menemukan hal-hal yang mungkin harus didiskusikan kembali
seperti : Pada hal 1, ditemukan pada pengkajian Data dasar; penulisan
distres sebagai bagian dari tanda-tanda vital ke-6, mungkin perlu
disosialisasikan pada perawat, oleh karena istilah distres masih belum
familiar, beberapa menganggap sama dengan stres yang menganonimkan
dengan masalah kejiwaan. Padahal maksud distres disini adalah masalah
psikologis yang dirasakan, dimana cemas, depresi termasuk didalamnya.
Pada pengkajian Riwayat kesehatan: genogram dikosongkan/diberi area
untuk perawat dapat menggambarkan genogram sendiri. Pada Pengkajian;
Nutrisi: tabel penilaian penurunan BB mungkin dapat diperhatikan lagi
terutama pada poin 1 a dan b, apakah ada missing untuk nilai 1 (penurunan
BB ada) , sehingga nilai rujukan mungkin bisa ditambahkan. Pada
perubahan GI, poin h penyakit, ini duplikasi dengan pengkajian Riwayat
kesehatan bagian penyakit yang pernah dialami adanya pengulangan
informasi stoma dan luka pada beberapa pengkajian (nutrisi, eliminasi,
kenyamanan).

Saran untuk pengkajian stoma, luka lokasi, ukuran, dll sebaiknya


dibuatkan skema tubuh agak besar. Pengkajian pada halaman 2: ada
pengkajian eliminasi, sebaiknya dikelompokkan atas 2: Eliminasi alvi .
Item eliminasi alvi membahas mulai dari frekuensi BAB, karakteristik
feses, konsistensi dan cara pengeluaran dan eliminasi uri. Item ini mulai
dari frekuensi BAK, warna, jumlah, dan cara pengeluaran, bila masuk

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


68

dengan kateter, tgl pemasangannya.Pada pengkajian aktivitas/istirahat


dilampirkan dekat pengkajian keselamatan dan proteksi, karena
pengkajian neurologis yang mengakibatkan gangguan aktivitas berkaitan.
Ditambahkan pengkajian kekuatan otot pada ke-2 ekstremitas.

Pada pengkajian sirkulasi, pengkajian paru tachypneu, bradypneu dan


dyspnea tidak usah tergambar difrekuensi RR, namun pola nafas tidak
terkaji. Jadi sebaiknya tambahkan pengkajian pola nafas: cheyne stokes,
kusmaull dll. Pada pengkajian kenyamanan; luka bila sudah ada
pernyataan lampirkan form luka tidak usah data rinci dikaji lagi. Dekubitus
sudah termasuk luka dan tanda infeksi. Poin integritas kulit diganti dengan
pengkajian kulit.Edema tidak dikaji untuk ekstremitas bawah. Penulisan
lympha edema sangat berbeda artinya dengan lymphedema, perlu
diperbaiki penulisan istilah. Pada pengkajian halaman 3:Pada pengkajian
psikososial. Pengkajian sosial malah tidak ada. Perlunya pertanyaan
terbuka: keluhan atau penyebab. Pada pengkajian seksual/reproduksi:
pengelompokkan data pria dan wanita dari awal, sehingga
pengelompokkan pertanyaan usia haid, GPA, tgl haid terakhir lebih tertata.
Pada pengkajian keselamatan dan proteksi : tambahkan GCS. Pada
pengkajian komunikasi dan pendidikan, informasi yang dibutuhkan dan
kebutuhan pembelajaran hampir tumpang tindih. Saran, pada psikologis
cukup dengan pertanyaan terbuka untuk menggali kemungkinan masalah
psikis yang ditimbulkan oleh informasi yang kurang. Pada kebutuhan
pendidikan baru dimunuculkan topik yang diinginkan pasien.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


69

BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai penerapan Peaceful End of Life Theory
terhadap asuhan keperawatan pada klien dengan kanker kolon dan penerapan
EBN serta peran perawat sebagai inovator selama melakukan praktik residensi.

4.1 Analisis kasus kelolaan utama


Keluhan - keluhan yang dirasakan oleh klien dengan masalah kanker telah
menjadi fokus pengkajian dalam memberikan asuhan keperawatan yang
menyeluruh, karena hasil dari pengkajian dapat diidentifikasi sehingga dapat
perawat dapat memberikan intervensi keperawatan untuk membantu klien
memenuhi kebutuhannya. Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada
klien Ny. MS dengan menggunakan pendekatan teori keperawatan Peaceful
End of Life dan pengkajian ESAS, dapat memberikan gambaran penyebab
mengapa Ny. MS menderita penyakit kanker kolon. Dengan menggunakan
pendekatan Peaceful End of Life Theory dan pengkajian ESAS, penulis
menganalisa faktor pencetus terjadi kanker kolon yang diderita klien
disebabkan pola hidup klien yang kurang baik dimana, sejak kecil klien tidak
menyukai sayur-sayuran dan buah- buahan serta adanya anggota keluarga dari
ibu klien yang mengalami penyakit kanker kolon.

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan makanan yang rendah serat
sebagai salah satu faktor pencetus terjadinya kanker kolon. Beberapa
penelitian bahkan memaparkan bahwa kurangnya konsumsi buah dan
sayuran merupakan faktor resiko utama dari kanker kolorektal (Stewart &
Kleihues, 2003 dalam Ruddon, 2007). Dari hasil pengkajian ditemukan
bahwa masalah keperawatan yang terjadi yaitu keluhan nyeri yang bersifat
kronis, rasa sesak, gangguan status nutrisi, cemas akan kondisi kesehatannya,
dan kelemahan fisik akibat ketidakberdayaannya.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


70

4.1.1 Nyeri
Nyeri pada pada pasien kanker merupakan hal yang paling sering terjadi dan
memicu stress pada pasien. Sebanyak 73 % pasien melaporkan nyeri pada
waktu masuk rumah sakit (Rasjidi, 2010). Nyeri kanker termasuk nyeri kronik
yang tidak mempunyai efek protektif dan makin lama makin memperburuk
kondisi penyakitnya serta fungsi dari organ-organ didalam tubuh. Nyeri yang
dirasakan oleh klien bisa disebabkan oleh aktivitas pertumbuhan dan ekspansi
dari sel tumor primer ke struktur yang berbatasan (Roezin & Syafril, 2005).
Nyeri kanker bisa timbul dikarenakan adanya infiltrasi kanker yang terkena
pada sistem saraf dan organ didalamnya, selain itu nyeri bisa timbul
diakibatkan terapi kanker seperti operasi dan radiasi (Desen, 2008). Rasa
nyeri pada bagian perut dan menjalar vagina yang dirasakan oleh Ny. MS,
menurut penulis disebabkan oleh desakan tumor, dimana terjadi infiltrasi
saraf dan terjadi mestastase ke vagina. Rasa nyeri dipicu oleh karena
rangsangan pada reseptor aferen dan saraf perifer yang diakibatkan oleh
pengaruh prostaglandin E, kerusakan, infiltrasi, tekanan pada jaringan dan
demyelinasi atau deaferensiasi saraf karena pertambahan ukuran dan jumlah
dari sel tumor (Desen, 2008). Rasa nyeri merupakan masalah subjektif yang
sangat mengganggu klien, di samping nafas terasa sesak, badan terasa lemah,
tidak nafsu makan, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup klien. Hal
tersebut menjadi suatu pertimbangan bagi penulis, untuk menegakkan
diagnosa keperawatan nyeri kronis sebagai prioritas, sensasi nyeri disebabkan
karena adanya stimulus oleh sensasi nyeri.

Penangananan farmakologis nyeri kanker berpatokan pada tangga analgesik


WHO. Obat analgesik masih merupakan kunci utama dalam menangani nyeri
pada kanker. Obat harus diberikan dengan dosis standar dan interval yang
teratur. Tangga pertama pemberian nyeri adalah non opioid, tangga kedua
meliputi opioid untuk nyeri ringan sampai nyeri sedang dan pada tangga
ketiga diberikan opioid untuk nyeri sedang sampai berat. Pada Ny. MS
diberikan Ultracet dan Morfin, jenis opioid ini merupakan tangga pertama dan
kedua menurut WHO yang berfungsi menurunkan nyeri ringan sampai sedang.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


71

Hal yang perlu diperhatikan perawat pada pemberian obat jenis ini adalah
peningkatan insiden terjadinya konstipasi, mual dan muntah dan pasien
menjadi mengantuk sampai dengan resiko terjadinya depresi pernafasan .
Perawat perlu melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap efek samping ini.
Walaupun, sudah mendapat manajemen nyeri, terkadang klien masih
mengeluh rasa nyeri saat pergerakan.

Intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri yang dirasa klien dengan


melakukan penanganan nyeri dapat dilakukan secara farmakologi dan
dikombinasikan secara nonfarmakologi seperti yang dilakukan pada Ny. MS
yaitu : mengatur lingkungan senyaman mungkin, mengajarkan tehnik relaksasi
seperti menarik nafas panjang dan beristirahat ketika rasa nyeri terasa serta
mengkaji aktifitas yang dapat menimbulkan nyeri. Peaceful end of life theory
memandang bahwa nyeri kanker merupakan jenis nyeri kronik yang
membutuhkan pengkajian yang tepat. Ada beberapa pedoman dalam
mengkaji keluhan nyeri pada pasien kanker seperti keluhan utama, riwayat
penyakit yang pernah diderita pasien, karakteristik nyeri, waktu timbulnya
nyeri, faktor-faktor yang memperberat atau yang mengurangi rasa nyeri serta
pemeriksaan fisik yang komprehensif. Selain itu, diperlukan juga suatu
pengkajian psikis untuk mendapatkan informasi terbaik mengenai sensasi rasa
nyeri yang terjadi pada pasien. Nyeri dapat diukur dengan berbagai cara atau
skala pengukur nyeri. Alat pengukuran yang sering digunakan adalah visual
analog scale . pengkajian ESAS juga dapat memberikan gambaran tentang
keadaan dan prognosis pasien yang mengalami nyeri.

4.1.2 Resiko pola nafas tidak efektif


Keluhan mudah sesak nafas yang dialami klien, dapat disebabkan karena
kelemahan fisik, kondisi penyakitnya, keluhan nyeri hebat yang dirasa klien
dan adanya desakan tumor karena sudah terjadi mestatase ke paru. Kanker
dapat menekan dan menyumbat struktur organ pernafasan, sehingga
menyebabkan timbulnya sesak nafas, batuk dan infeksi. Sesak nafas juga
dapat terjadi ketika kanker menyebabkan timbulnya efusi pleura. Aktivitas

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


72

keperawatan untuk dapat mengatasi keluhan sesak nafas yang dirasa klien
dapat dimodifikasi dalam melakukan penanganan nyeri secara tepat dengan
farmakologi dan nonfarmakologi. Perlunya penanggulangan segera pada
keluhan sesak nafas untuk mencegah risiko komplikasi lebih lanjut.

Dengan pemberian bronkodilator dan pemberian oksigen dapat memberikan


relaksasi pada paru-paru untuk dapat berkembang dengan normal. Tindakan
nonfarmakologi seperti mengajarkan tehnik relaksasi menarik nafas dalam,
batuk efektif dan pshioterapi dada dapat membantu mengatasi masalah sesak
nafas, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup yang relatif lebih baik bagi
klien kanker (Carpenito, 2009). Rasa nyaman merupakan perasaan bebas dari
ketidaknyamanan dan sesuatu yang membuat hidup bebas dan menyenangkan
(Ruland & Moore, 1998). Alat bantu dalam menilai rasa nyaman pada pasien
kanker yaitu penggunaan Edmonton Simtomp Assessment System (ESAS).
Menurut Peaceful end of life theory, tindakan yang seharusnya diberikan oleh
perawat adalah mencegah, memonitoring dan melepaskan ketidaknyamanan
fisik, memfasilitasi klien untuk beristirahat dan berelaksasi serta mencegah
komplikasi yang menyebabkan pasien menjadi tidak nyaman.

4.1.3 Nutrisi
Masalah nutrisi pada klien kanker merupakan bagian penting dari proses
asuhan keperawatan. Kurang lebih 20-50% klien kanker mengalami
penurunan status nutrisi sebelum menjalani terapi. Klien kanker mempunyai
risiko yang tinggi untuk mengalami malnutrisi yang dikenal sebagai kaheksia.
Kaheksi kanker merupakan masalah klinik yang paling sering dijumpai
terutama pada klien kanker dengan stadium lanjut, sehingga dapat
memberikan dampak negatif terhadap prognosis (Sutandyo, 2006; Rasjidi,
2010). Masalah nutrisi pada klien Ny. MS, terjadi akibat adanya gangguan
metabolik yang disebabkan antara host dan tumor (Macdonald et all, 2003)
masalah nutrisi pada penderita kanker bisa disebabkan juga penurunan asupan
makanan, sehingga terjadi perubahan metabolisme.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


73

Asupan nutrisi klien yang kurang kurang, hal ini disebabkan oleh karena sifat
dari penyakit ini adalah merupakan penyakit metabolik, dimana aktivitas sel
tumor berkompetisi dengan kebutuhan metabolisme tubuh, sehingga
manifestasi klinisnya terjadi penurunan berat badan, selain itu efek dari
sensasi nyeri dan kecemasan akan kondisi kesehatan serta rencana tindakan
yang akan dilakukan, dapat memicu penurunan nafsu makan. Penyebab lain
yang bisa menyebabkan gangguan nutrisi pada penderita kanker menurut
Herdman (2011) yaitu adanya kondisi biologis, ekonomi, ketidakmampuan
dalam mengabsorbsi, mencerna dan menelan nutrisi serta adanya faktor
psikologis pada diri klien.

Pengkajian ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang


dialami oleh Ny. MS seperti adanya keluhan anoreksia, penurunan berat badan
sekitar 10 kg, intake oral yang kurang dan selera makan yang kurang.
Sehingga dapat disimpulkan klien mengalami malnutrisi sedang. Intervensi
keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan yaitu berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
diit yang tepat, mengkaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan, memonitor laboratorium yang terkait dengan masalah nutrisi,
menciptakan lingkungan yang dapat memberikan rasa nyaman pada klien saat
klien makan. Sehingga diharapkan kebutuhan nutrisi pada Ny. MS, dapat
terpenuhi setiap harinya baik secara kuantitas maupun kualitas.

Pemberian nutrisi parenteral merupakan salah satu metode yang digunakan


untuk meningkatkan status nutrisi pasien. Pemberian nutrisi parenteral
mempunyai efek samping seperti infeksi, sepsis, thrombosis vena,
hipoglikemi dan hiperglikemi. Selain itu dari segi psikososial, penggunaan
nutrisi parenteral tidak dapat menggantikan rasa, kesenangan atau pengalaman
sosialisasi dari makanan (Orrevall, et al., 2005). Pada Ny. MS, nutrisi
parenteral yang digunakan adalah Amiparen 1000 cc/24 jam. Keluhan mual
pada Ny. MS diatasi dengan menganjurkan klien untuk tidak berbaring pada
saat makan dan 2 jam setelahnya, menciptakan lingkungan yang kondusif

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


74

serta pemberian obat antiemetik yaitu OMZ dan Tracetat. Menurut Peaceful
end of life theory, tindakan yang seharusnya diberikan oleh perawat adalah
memonitoring dan mengurangi ketidaknyamanan fisik akibat penyakitnya,
memfasilitasi klien untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya serta
mencegah komplikasi yang menyebabkan pasien menjadi tidak nyaman
dengan mengikut sertakan keluarga sebagai orang terdekat dari klien untuk
dapat memberi motivasi kepada klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisnya.

4.1.4 Cemas
Kecemasan merupakan masalah ketakutan terbesar yang dirasakan oleh klien
yang menjelang ajalnya. Kondisi tersebut juga akan berdampak pada kurang
kooperatif klien terhadap pengobatan dan perawatan. Hal ini sesuai dengan
kondisi yang menyebabkan klien Ny. MS yang mengalami kecemasan
diakibatkan rasa takut akan kelanjutan kesehatannya, dan rasa kuatir terhadap
penyakit yang tidak dapat disembuh dan takut akan berpisah dengan
keluarganya. Dampak kecemasan yang dialami oleh Ny. MS membuatnya
bersedih dan sulit untuk berkonsentrasi terhadap setiap program terapi.
Intervensi keperawatan yang tepat diberikan dalam mengatasi kondisi
kecemasan klien Ny. MS adalah melibatkan klien dan suami klien dalam
asuhan klien, memberikan lingkungan yang tenang sehingga dapat
mengurangi stimulus yang dapat memicu rasa cemas, membantu klien untuk
mengungkapkan perasaan cemasnya dan berkolaborasi dengan tim psikolog
untuk mengatasi masalah klien. Sebagai seorang perawat harus dapat melihat
berbagai stimulus yang dapat meningkatkan rasa cemas pada klien kanker.
Perawat harus mempertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman pada
saat berinteraksi dengan klien (Campbell, 2009).

Tindakan asuhan keperawatan yang sudah diberikan pada klien Ny. MS dalam
mengurangi perasaan cemasnya, yaitu memotivasi klien untuk menggunakan
mekanisme koping dengan cara berdoa dan membaca alkitab setiap hari dan
berkolaborasi dengan tim psikolog. Dari hasil obsevasi yang dilakukan oleh
penulis, penggunaan mekanisme koping dengan pendekatan spiritualitas akan

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


75

sangat membantunya menjadi lebih tenang, konsentrasinya meningkat dan


tetap berpikir positif. Hal ini bisa terjadi oleh karena spiritualitas dapat
memberikan pengaruh terhadap pengurangan kadar hormon adrenalin dan
kortisol serta meningkatkan kadar analgetik endogen tubuh yaitu kadar
endorfin (Chang, Daly & Elliott, 2006).

Berdasarkan teori Peaceful End of Life, pada masa-masa akhir kehidupan,


kehadiran orang terdekat dapat menumbuhkan rasa spiritual klien, sekalipun
tanpa berbicara langsung, cukup dengan menghampiri dan duduk
disampingnya, menyentuh bahu dan memegang tangannya, senyum dan
menganggukkan kepala, maka klien akan merasa sangat mendapatkan
dukungan dan merasa ditemani. Hal tersebut berdampak pada peningkatan
rasa nyaman, merasa dihargai, merasa damai, dan merasa sangat dicintai
karena kedekatan yang berarti dengan orang yang bermakna (Alligood
&Tomey, 2010). Peningkatan interaksi intensif kepada klien, perlu
diperhatikan dan dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan rasa empati
yang besar
.
Perawat spesialis onkologi dapat menggunakan intervensi keperawatan terkait
kondisi kecemasan dengan memberikan penguatan terhadap rasa
pengendalian, sehingga akan membantu meningkatkan rasa otonomi klien dan
menurunkan rasa kehilangan kendali yang berlebihan. Tindakan keperawatan
yang dapat dilakukan oleh perawat dalam meningkatkan pengendalian
perasaan adalah dengan melibatkan klien dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan proses terapi. Keputusan sekecil apapun dapat meningkatkan
perasaan harga diri klien sehinggaia akan merasa diperhatikan dan dihormati
(Hudak & Gallo, 2010; Alligood &Tomey, 2010).

Kecemasan dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kualitas hidup


klien dengan kanker. Perlunya keterlibatan keluarga dalam meminimalkan
perasaan cemas tersebut. Keluarga memegang peran yang strategis dalam
mengenali dan mengelola perasaan kecemasan pada klien dengan kanker.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


76

Informasi mengenai gangguan yang menyebabkan disabilitas ini dan


manajemen pengelolaannya,sangat penting diberikan bagi klien dan keluarga.
Ny. MS dapat beradaptasi secara adaptif terhadap kecemasan yang dialaminya
setelah diberikan tindakan pengurangan ansietas. Klien mulai memperlihatkan
respon perilaku adaptif seperti menyatakan perasaan lebih tenang, ekspresi
wajah rileks dan dapat beristirahat.

4.1.5 Kelelahan
Kelelahan adalah suatu kondisi kurangnya energi yang biasa terjadi pada
sebagian besar klien yang mengalami penyakit kanker stadium lanjut.
Keletihan atau kelemahan fisik sering merupakan masalah kronik bagi klien
kanker. Perawat dapat mengkaji perasaan ketidakmampuan dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari yang diakibatkan kurangnya energi. Pada
keletihan kronik yang dialami oleh klien Ny. MS diakibatkan karena proses
penyakit yang berpengaruh pada mekanisme pertahanan tubuh, anemia dan
imobilitas lama. Keletihan kronis ditandai dengan kurang semangat terhadap
rutinitas keseharian, kurang motivasi dan ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi. Selain itu, klien tidak banyak berkomunikasi dan berespon
lambat ketika diajak berbicara. Secara klinis terlihat adanya keterkaitan secara
langsung antara keletihan dengan nyeri, mual, ketakutan dan ansietas. Dengan
aktivitas terencana dapat meminimalkan efek keletihan (Masyarakat Paliatif
Indonesia, 2010).

Dengan menggunakan pendekatan Peaceful End of Life Theory dan


pengkajian ESAS pada asuhan keperawatan klien Ny. MS, maka
penatalaksanaan terapi bertujuan mengurangi penderitaan dan meningkatkan
kualitas hidup relatif ke arah yang lebih baik, serta meminimalkan dampak
progresifitas penyakit. Aspek pengendalian gejala, pengelolaan penyakit, serta
asuhan psikososial menjadi titik sentral untuk memperoleh perhatian yang
seimbang.

4.2 Analisis penerapan EBN

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


77

Beberapa model dapat digunakan sebagai kerangka kerja untuk menerapkan


EBN pada pelayanan keperawatan, namun perlunya analisis penyesuaian
untuk bisa menentukan serta menggunakan model yang tepat. Pada penerapan
EBN tentang efektivitas pemberian akupressur pada titik P6 dan ST 36,
dimana penulis mengadopsi model penerapan EBN dari Stetler dengan
pertimbangan bahwa model ini mudah dipahami, lebih praktis dalam
penerapan serta memiliki alternatif tindakan. Sehingga berdampak pada
pencapaian tujuan akhir dari penerapan EBN ini adalah peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan.

Karateristik klien pada penerapan EBN berdasarkan usia berada pada rentang
35 tahun sampai dengan 52 tahun dengan rata-rata usia klien 48 tahun, hal ini
juga mengindikasikan bahwa pengaruh usia klien terhadap mual, muntah serta
mual muntah telah dapat dikontrol.Temuan pada penerapan EBN ini sejalan
dengan temuan pada penelitian Dibble, et al. (2007). Penelitian tersebut
dilakukan dengan metode randomized clinical trial (RCT) untuk
mengidentifikasi pengaruh akupresur terhadap mual muntah akibat kemoterapi
pada pasien kanker, menemukan rata-rata usia responden adalah 49 tahun.
Hasil penelitian yang sama juga dilaporkan penelitian Dibble, et al. (2003)
yang mengidentifikasi mual muntah tertunda pada pasien kanker payudara
yang mendapat kemoterapi, menemukan kisaran usia responden berada
diantara 28-86 tahun, dengan rata-rata 51,9 tahun. Penelitian yang mendukung
jugadilaporkan Chi-Ting, Nei-Min., Hsueh-Erh., Robert., Jade., & Jen-Shi.
(2005) yang melakukan penelitian dengan metode kohort prospektif yang
bertujuan mengidentifikasi insiden mual muntah akibat kemoterapi pada
pasien kanker di Taiwan. Penelitian tersebut melaporkan data usia responden
berada pada rata-rata 49,2 tahun. Menurut pandangan penulis, kisaran usia
klien berada pada golongan usia yang lebih tua diakibatkan oleh peningkatan
lamanya waktu terpajan dengan karsinogen dibandingkan dengan yang lebih
muda.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


78

Pendapat peneliti tersebut didukung oleh LeMone & Burke (2008) yang
mengatakan bahwa kanker umumnya terjadi pada usia yang lebih tua
disebabkan oleh berbagai hal yang terjadi sehubungan dengan proses
penuaan. Hal tersebut diantaranya durasi pemajanan yang lebih lama terhadap
zat-zat karsinogen, penurunan kondis isistem imun, radikal bebas yang
dihasilkan oleh proses metabolisme dan oksidasi akan berakumulasi pada sel
tubuh sehingga memicu terjadinya kerusakan dan mutasi, perubahan
hormonal, serta stres yang muncul akibat berduka dan kehilangan karena
ditinggalkan pasangan, berpisah dengan anak, teman yang berkurang dan
keluardari pekerjaan dapat berimplikasi pada penurunan system immune
sehingga dapat memicu terjadinya kanker.

Berdasarkan paparan terhadap beberapa hasil penelitian diatas, penulis dapat


membuat kesimpulan bahwa usia rata-rata klien pada penerapan EBN klien
yang mendapat kemoterapi berada diatas 43 tahun. Kesimpulan penulis
tersebut sesuai dengan teori hubungan antara usia dengan insiden kanker yang
mengatakan bahwa usia tua lebih beresiko menderita kanker. Begitu juga
dengan klien yang mendapat kemoterapi,karena kemoterapi merupakan salah
satu terapi yang diberikan dalam penatalaksanaan kasus-kasus kanker.
Kesimpulan penulis juga didukung oleh data dari American Cancer Society
(ACS) pada tahun 2005 yang menunjukkan bahwa sebanyak 77% kasus
kanker berada diatas usia 55 tahun (Ignatavicius & Workman, 2006). Hal
tersebut terjadi karena berbagai alasan, diantaranya akumulasi zat karsinogen
dan penurunan system imun. Pendapat peneliti didukung oleh pernyataan
beberapa ahli berkut ini. Otto (2003) mengatakan bahwa usia dapat
memberikan penjelasan adanya perbedaan yang mendasar pada angka kanker.

Kanker menjadi lebih merata pada orang yang lebih tua, kondisi ini dengan
sedikit pengecualian. Peningkatan angka tersebut menunjukkan adanya
hubungan antara durasi atau lama terpajan dengan karsinogen dan lamanya
periode induksi pada beberapa kanker. Hal tersebut juga didukung oleh
Ignatavicius dan Workman (2006) yang mengatakanbahwa penuaan dapat

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


79

menyebabkan penurunan sistem imun, dan lamanya akumulasi karsinogen


ditubuh menyebabkan mutasi sel sementara tubuh tidak mampu memperbaiki
mutasi seperti yang seharusnya, sehingga memicu terjadinya kanker.

Berdasarkan Jenis kelamin pada penerapan EBN ini, klien terbanyak adalah
berjenis kelmin wanita sebanyak 6 orang (60%) sisanya laki laki sebanyak 4
orang(40%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Roscoe,et al. (2003) dan Chi-Ting, et al. (2005), dimana penelitian tersebut
bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh akupresur dan akustimulasi
terhadap mual muntah akibat kemoterapi. Penelitian dengan jenis RCT
tersebut dilakukan pada sebanyak 92% responden berjenis kelamin
perempuan, sedangkan sisanya (8%) berjenis kelamin laki-laki. Menurut
pandangan peneliti, temuan pada penelitian yang dilakukan peneliti dan
beberapa penelitian yang memberikan informasi responden dengan jenis
kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki dikarenakan responden
penelitian adalah penderita kanker yang perempuan lebih beresiko daripada
laki-laki seperti kanker payudara, kanker ovarium dan kanker serviks. Akan
tetapi penulis tetap berpendapat bahwa laki-laki lebih banyak menderita
kankerd aripada perempuan. Pendapat penulisi ini didukung oleh pernyataan
Otto (2001) dan Smeltzer, et al. (2008) yang mengatakan bahwa secara
keseluruhan pria lebih banyak mengalami kanker daripada wanita. Pandangan
peneliti juga didukung pernyataan lain sepert idisampaikan oleh Black &
Hawk (2005) dan LeMone & Burke (2008). Black & Hawk (2005)
mengatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor resiko pada kanker tertentu.
Perempuan akan lebih beresiko mengalami kanker payudara, kanker ovarium
dan kanker serviks. Sementara LeMone & Burke (2008) mengatakan bahwa
jenis kelamin merupakan faktor resiko pada beberapa jenis kanker, bukan
pada semua jenis kanker. Pada kanker payudara, kanker ovarium dan kanker
serviks jenis kelamin perempuan akan lebih beresiko, sementara laki-laki akan
lebih beresiko mengalami kanker prostat.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


80

Berdasarkan siklus kemoterapi pada penerapan EBN ini berada pada siklus ke
3 (50%). Penelitian yang sejalan dengan penerapan EBN ini adalah penelitian
yang dilakukan Dibble, et al. (2007) bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh akupresur terhadap mual muntah akibat kemoterapi pada pasien
kanker yang mendapat kemoterapi. Penelitian dengan desain RCT tersebut
dilakukan pada responden pada siklus kedua dan ketiga kemoterapi. Pada
kedua penelitian tersebut, siklus kemoterapi tidak menjadi variabel perancu
karena homogenitas variabel siklus kemoterapi setara pada kelompok
intervensi dan kontrol. Menurut pandangan penulis, penetapan responden
penelitian berada pada siklus kedua dan ketiga adalah untuk mendapatkan
keseragaman atau kemiripan siklus kemoterapi karena dikhawatirkan menjadi
variabel perancu terhadap hasil yang didapatkan. Pada dasarnya siklus
kemoterapi mempengaruhi mual muntah pasien yang mendapatkan
kemoterapi. Pandangan peneliti tersebut didukung oleh pendapat Grunberg &
Ireland (2005) yang mengatakan bahwa mual muntah akibat kemoterapi
dipengaruhi oleh siklus kemoterapi, semakin tinggi siklus kemoterapi biasanya
mual muntah semakin hebat.

Berdasarkan hasil dari penerapan EBN kepada kesepuluh klien dan dilakukan
pengkajian dengan menggunakan Rhodes INVR. Didapatkan penurunan mual
dan muntah pada kesepuluh klien yang di ungkapan oleh klien dan
keluarganya. Hasil penelitian yang senada dengan temuan ini adalah
penelitian Molassiotis,et al. (2007) di Inggris. Penelitian tersebut
membandingkan mual dan muntah pada 36 responden wanita yang mendapat
kemoterapi karena kanker payudara. Responden dibagi ke dalam dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen yang mendapat akupresur pada titik P6
dan kelompok kontrol yang tidak dilakukan akupresur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa didapatkan angka pengalaman mual dan muntah yang
signifikan lebih rendah pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan
kelompok kontrol.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


81

Dari paparan beberapa penelitian diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan


bahwa akupresur efektif untuk menurunkan mual muntah pada klien yang
menjalani kemoterapi. Menurut pandangan penulis, hal ini terjadi karena
akupresur pada titik P6 dan St36 memberikan efek terapi di tubuh. Stimulasi
berupa penekanan yang dilakukan pada titik-titik akupresur (titik P6 dan St36)
diyakini dapat menurunkan mual muntah, karena dapat memperbaiki aliran
energi di lambung sehingga dapat mengurangi gangguan pada lambung
termasuk mual muntah. Selain alasan tersebut, stimulasi pada titik P6 dan ST
36 dapat merangsang pengeluaran beta endorphin di hipofise, beta endorphin
merupakan salah satu antiemetik alami yang dapat menurunkan impuls mual
dan muntah di chemoreseptor trigger zone dan pusat muntah.

Pandangan penulis tentang efek akupresur pada titik P6 dan St36 didukung
oleh temuan beberapa ahli. Dibble, et al. (2007), Tarcin, et al (2004) dan
Samad, Afshan & Kamal, (2003). Dibble, et al (2007) mengatakan stimulasi
berupa penekanan yang dilakukan pada titik-titik akupresur (titik P6 dan St36)
diyakini dapat menurunkan mual muntah,karena dapat memperbaiki aliran
energi di lambung sehingga dapa tmengurangi gangguan pada lambung
termasuk mual muntah. Tarcin, etal. (2004) dan Samad, Afshan & Kamal
(2003) mengemukakan informasi bahwa stimulasi pada titik P6 dapat
meningkatkan pengeluaran beta endorphin di hipofise, yang berada di sekitar
CTZ. Beta endorpin merupakan salah satu antiemetik endogen yang dapat
menghambat impuls mual muntah di pusat muntah dan CTZ.

Dengan penerapan EBN dan didukung dari penelitian-penelitian yang telah


dilakukan maka perawat spesialis dapat mengintegrasikan Peaceful End of
Life Theory” dan menggunkan pengkajian ESAS pada klien kanker ke dalam
praktik keperawatan berbasis bukti ilmiah. Evidence-based nursing practice
merupakan suatu cara untuk membuktikan bahwa perawat adalah profesional.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


82

4.3 Analisis penerapan pengkajian ESAS sebagai Inovasi


Proses keperawatan memerlukan pemikiran kritis dari seorang perawat
spesialis untuk mengkaji, mendiagnosis, dan mengobati respon manusia
terhadap kesehatan dan penyakit. Pengkajian keperawatan merupakan bagian
integral dari proses keperawatan. Data dasar klien yang diperoleh melalui
pengkajian keperawatan sangat diperlukan guna mengidentifikasi respon klien
terhadap masalah kesehatan. Dengan demikian, cara perawat melakukan
pengkajian dan mengorganisasikan data adalah hal yang sangat penting,
sehingga kebutuhan klien yang mengalami suatu dapat teridentifikasi (King &
Shell, 2002). Format pengkajian keperawatan merupakan suatu tanggung
jawab dari professional keperawatan,sehingga perawat memiliki tanggung
gugat terhadap klien, institusi tempat kerja. Dokumentasi berfungsi sebagai
alat komunikasi, edukasi,penelitian dan sebagai standart praktik (Dlaune &
Ladner, 2002).

Pengkajian keperawatan yang berfokus pada masalah klien dengan kanker


yang sangat diperlukan dalam menilai status kesehatan klien dengan kanker
secara sistematis. Menetapkan masalah terhadap pemenuhan kebutuhan klien,
hanya dapat diperoleh melalui analisa dari suatu pengkajian. Pengkajian
keperawatan memegang peran penting sebagai parameter yang mendasari
seluruh tindakan yang akan dilakukan. Kondisi dan respon klien
mempengaruhi luasnya pemeriksaan. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang akan diterima klien dan evaluasi respon
terhadap terapi tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari seluruh perawat
yang menginginkan bahwa format pengkajian keperawatan yang telah diuji
cobakan tersebut, dapat segera diterapkan. Dengan menggunakan format
tersebut, maka dapat meningkatkan akuntabilitas dan tanggung jawab perawat
kepada klien dan profesi keperawatan. Selain itu, penerapan pengkajian
tersebut juga berdampak pada pengurangan durasi pengkajian yang tadinya
lama menjadi singkat.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


83

Format pengkajian ESAS yang menjadi hasil kegiatan inovasi kelompok,


berisikan tentang komponen pengkajian rawat inap yang sudah dimodifikasi
dengan pengkajian ESAS sesuai kebutuhan layanan keperawatan di RSKD,
namun masih perlu ditindak lanjuti untuk digunakan dalam pemberian asuhan
keperawatan di RSKD. Adapun komponen pengkajian dalam format yang
dikembangkan oleh kelompok praktikan tidak berbeda jauh dengan komponen
item yang terdapat dalam format pengkajian sebelumnya. Pengembangan
terhadap format tersebut sudah sistematis dan efisien, sehingga mengakomodir
masalah keperawatan klien dengan kanker. Format pengkajian tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendokumentasian proses
keperawatan klien dengan kanker, meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan dan berbagai outcome kesehatan, meningkatkan efisiensi dan
efektivitas terhadap kinerja perawat terkait pemberian asuhan keperawatan.

Pengkajian ESAS (Edmonton Symton Assessment System) merupakan suatu


pengkajian singkat dengan gejala umum yang terjadi pada klien kanker yang
berfokus pada aspek-aspek paliatif. Instrumen ini didesain untuk membantu
pengkajian nyeri, kelelahan, nausea, depresi, cemas, mengantuk (drowsines),
nafsu makan, mood (perasaan saat ini), dan sesak. Satu skala kosong/titik-
titik disediakan untuk megkaji masalah lain yang dirasakan. Tingkat
keparahan gejala pada waktu pengkajian dari tiap gejala bertingkat dari 0
sampai 10 dalam skala numerik, nilai 0 berarti gejala dari tiap gejala berarti
tidak ada, dan nilai 10 tingkat keparahan gejala yang paling buruk. ESAS
didesain untuk klien, caregiver dan keluarganya. ESAS memberikan
gambaran klinis tingkat keparahan gejala dari waktu kewaktu. Ini
menyediakan konteks gejala yang dapat dimengerti.Tetapi hal, ini bukan
pengkajian yang lengkap. Untuk mendapatkan manajemen gejala, ESAS
harus digunakan sebagai satu bagian dari pengkajian keperawatan.Dalam
melakukan pengkajian ESAS masih ditemukan beberapa kesulitan yang
dialami perawat dalam melakukan pengkajian seperti pada item depresi, hal
ini dimungkinkan aspek psikologis merupakan komponen yang sangat
penting untuk dilakukan pengkajian pada klien kanker. Menurut Chang,

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


84

Hwang dan Feuerman (2000) pengkajian ESAS terbukti reliable dan valid
digunakan di unit paliatif di dunia. Pengkajian psikologis pada klien kanker
sangat penting karena kecemasan yang berlebihan merupakan masalah pada
aspek psikologis yang paling sering muncul pada klien kanker (Josephine,
2003).

Seluruh perawat di unit Teratai menyatakan setuju agar penggunaan


pengkajian ESAS dan pengkajian rawat inap yang terintegerasi dengan
pengkajian esas di tiap unit perawatan RSKD. Hal tersebut juga mendapat
dukungan dar ipara devisi ditingkat pelayanan keperawatan RSKD.
Penggunaan format pengkajian rawat inap yang terintegrasi merupakan hal
yang baru yang membutuhkan pemahaman dan kesabaran untuk dapat
menerapkan secara maksimal pada tatanan layanan keperawatan. Penerapan
format pengkajian tersebut, akan memperlihatkan aktivitas perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang bermutu. Setiap tindakan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat merupakan tindakan yang direncanakan dan
dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan, sehingga berdampak pada
pelayanan keperawatan yang diberikan adalah pelayanan yang efektif dan
efisien.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


85

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang simpulan dan saran yang terkait dengan
uraianpada bab-bab sebelumnya.

5.1 Kesimpulan
Simpulan dari karya ilmiah ini meliputi:
5.1.1 Kegiatan residens iini didasarkan pada penerapan teori “Peaceful End of
Life”(Peaceful EOL Theory) dan pengkajian ESAS pada klien disetting
onkologi, dimana penerapan teori tersebut dapat memberikan gambaran
dalam menilai kondisi klien dengan kanker kolon dan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas dalam mempertahan kualitas hidup
serta memberdayakan klien dan keluarga sebagai support sistem. Peaceful
End of Life Theory sangat tepat diterapkan sebagai pendekatan dalam
pemberian asuhan keperawatan klien dengan kanker kolon karena lebih
spesifik menilai kondisi klien dan kondisi keluarga dan peran perawat pada
perawatan paliatif.
5.1.2 Pemberian akupressur pada titik P6 dan ST 36 berbasis bukti ilmiah dapat
diberikan sebagai terapi komplementer yang dilakukan oleh seorang
perawat onkologi untuk mengurangi mual dan muntah akibat kemoterapi.
Dengan mempertimbangkan berbagai efek positif dari tindakan pemberian
akupressur pada titik P6 dan ST 36, maka perawat dapat mengintegrasikan
kedalam praktik keperawatan berbasis bukti ilmiah. Evidence-based
nursing practice merupakan suatu cara untuk membuktikan bahwa perawat
adalah profesional.
5.1.3 Penggunaan pengkajian ESAS dalam tatanan onkologi lebih spesifik
Untuk dapat memantau setiap respon klien, sehingga dapat mengarahkan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Selain
itu, melalui pendokumentasian format pengkajian tersebut memberikan
dampak positif kepada perawat dalam meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan analisis data terkait permasalahan klien.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


86

5.2 Saran
Saran terhadap pelayanan keperawatan dan pengembangan keilmuan
berdasarkan simpulan diatas sebagai berikut:

5.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan


5.2.1.1Teori keperawatan Peaceful End of Life Theory secara aplikasi dapat
digunakan dalam menerapkan asuhan keperawatan dan dapat dimodifikasi
sesuai kebutuhan unit khususnya penerapan pada kasus onkologi, sehingga
perlunya sosialisasi dan dukungan dari bidang keperawatan terhadap
pengembangan penerapan Peaceful End of Life Theory sebagai pendekatan
dalam pemberian asuhan keperawatan klien dengan kanker.
5.2.1.2 Perawat dapat menerapkan terapi komplementer yaitu pemberian
akupresur pada titik P6 dan ST 36 untuk mengurangi mual dan muntah akibat
kemoterapi yang dapat dikombinasikan dengan terapi pengobatan standart
secara kontinyu berdasarkan kebutuhan ruangan sebagai bentuk
profesionalitas perawat terhadap asuhan keperawatan. Namun dibutuhkan
untuk setiap perawat yang akan memberikan akupresur untuk mengikuti
pelatihan yang terstandarisasi.
5.2.1.3 Perawat dapat menerapkan pengkajian ESAS karena sangat tepat
digunakan pada setting onkologi untuk mengetahui status kesehatan klien
setiap hari dan memberikan auhan keperawatan yang berkualitas.

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan


5.2.2.1 Mengembangkan kurikulum keperawatan dengan menggunakan
integrasi teori keperawatan Peaceful End of Life Theory, sebagai pendekatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker, sehingga
memberikan panduan dalam proses keilmuan Keperawatan Medikal Bedah
melalui pengembangan praktik keperawatan berbasis teori keperawatan.
5.2.2.2 Mengembangkan intervensi keperawatan seperti pemberian terapi
komplementer berdasarkan bukti imiah dengan menerapkan EBN dalam
praktik keperawatan.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


87

5.2.2.3 Pengkajian ESAS dalam setting onkologi dapat diperkenalkan


pada peserta didik untuk dilakukan pengembangan berkelanjutan.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


88

DAFTAR PUSTAKA

Abdulmuthalib. (2006). Prinsip Dasar Terapi Sistemik pada Kanker, dalam


Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S.
(2006) dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Adam R, Lucidi V, Bismuth H(2004). Hepatic colorectal metastases: methods
of improving resectability. SurgClin N Am.
Aggleton, P., & Chalmers, H. (2000).Models of nursing, nursing practice, and
nursing education.Journal of Advanced Nursing, 12, 573-578.
Alligood, R.M., &Tomey, M.A. (2010).Nursing theorists and their work (7thed.).
St. Louis. Missouri: Mosby Elsevier.
American Joint Committee on Cancer.(2010). Pharynx. In AJCC cancer
stagingmanual, (7th ed.). New York, Springer, 20, 41-49.
British Columbia Association. (2010). Guidelines & protocols: Palliative Care for
the Patient with Incurable Cancer or Advanced Disease Part 1
Buttenschoen , D.B., & Stephan, J., & Watanabe, S., & Nekolaichuk, C. (2013).
Health care providers‟ use and knowledge of the Edmonton Symptom
Assessment System (ESAS): is there a need to improve information and
training? Support Care Cancer (2014) 22:201–208. DOI 10.1007/s00520-
013-1955-8
Brueraet al. (2008).A prospective multicenter assessment of the Edmonton staging
system for cancer pain.Journal of Pain and Symptom Management,10(5),
348-355.
Campbell, L.M. (2009). Nurse to nurse: Palliative care. New York: McGraw-
Hill.
Carelle, N.H., Piotto, E.Y., Bellanger, A., Germanaud, J.R., Thuillier, A.,
&Khayat, D.S. (2002).Changing patient perceptions of the side effects
ofcancer chemotherapy.Research in Nursing and Health, 13, 18-25.

Canadian Association of Psychosocial Oncology (2012). A Pan-Canadian Practice


Guideline: Prevention, Screening, Assessment and Treatment of Sleep
Disturbances in Adults with Cancer
Canadian partnership against cancer. (2011). A Pan-Canadian Practice Guideline:
Screening, Assessment and Care of Cancer-Related Fatigue in Adults with
Cancer
Canadian partnership against cancer. (2011). Manage cancer related fatigue: For
People Affected by Cancer
Cancer care Ontario. (2012).Symptom Management Pocket Guides: Delirium,
Dyspnea, Nausea & Vomiting

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


89

Caritas health group. (2009). Guidelines for using the Edmonton Symptom
Assessment System (ESAS). Regional Palliative Care Program.Regional
Palliative Care Program
Chang, V.T., Hwang,S., & Feuerman, M. (2000). Validation of the Edmonton
Symptom Assessment Scale. American Cancer Society.
Collin, K.B., & Thomas, D.J. (2004). Acupuncture and Acupressure for the
Management of Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting. Journal of
theAmerican Academy of Nurse Practitioner. 16(2), 76-80.

Courtney, M. (2005). Evidence for nursing practice. Sydney: Elsevier


ChurchillLivingstone.

Cummings, G., et. al. (2011). Can the global uptake of palliative care innovations
be improved? Insights from a bibliometric analysis of the Edmonton
Symptom Assessment System. Palliative Medicine 25(1) 71–82
Dalman, H. (2012). Menulis karya ilmiah.Jakarta: PT RajaGrafindoPersada
Desen, W. (2008). Buku Ajar Onkologi Medik. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

Dibble, S.L., Israel, J., Nussey, B., Casey, K., & Luce., J. (2003). Delayed
Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting in Woman Treated for Breas
Cancer. Oncology Nursing Forum. 30(2), 40-47

Dibble, S.L., Luce, J., Cooper, B,A., & Israel, J. (2007). Acupressure for
Chemoterapy-induced Nausea and Vomiting: A Randomized Clinical Trial.
Oncology Nursing Forum. 34(4) 813-820

Dorundi S, Banerjea A. Colorectal cancer: early diagnosing and predisposing


causes. Surgery 2006:24;131-136.

Glasziou, P., Del Mar, C., & Salisbury, J. (2012). Evidence-based practice
workbook (2nd ed.). Canberra: Blackwell Publishing.

Grunberg, S.M. (2004). Chemotherapy-induced Nausea and Vomiting:


Prevention, Detection,and Treatment- How are We Doing?. The Journal of
SupportiveOncology. 2(1), 1-12

Grunberg, S.M., & Ireland, A. (2005). Epidemiology of Chemoteraphy Induced


Nausea and Vomiting. Advanced Studies in Nursing. 3(1), 9-15.

Henderson, S. (2006). The role of the clinical nurse specialist in oncology nursing.
MEDSURG Nursing, 13(1), 38-41.

Herdman, T. H (2012). NANDA international nursing diagnoses :definitions&


classification, 2012 – 2014. Oxford: Wiley – Blackwell.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


90

Hesket, P. J. (2008). Chemotherapy-induced Nausea and Vomiting. The New


England Journal of Medicine. 358(23), 2482-2494.

Hudak, M.C., & Gallo, M.B. (6th ed.). (2010). Critical care nursing: A
holisticapproach (Vols.2). Philadelphia: J.B. Lippincott Company.

Kinghorn, S., &Gamlin, R. (2004).Palliative nursing: bringing comfort andhope.


London: BailliereTindall.

Kolcaba, K.(2010). An introduction to comfort theory.In The comfort line.

Ignatavicius, D., & Workman, M.L. (2006) Medical surgical nursing: critical
thinking for collaborative care.(5th Ed). St. Louis: Missouri
Jacob (2004). Etika Penelitian Ilmiah. Warta Penelitian Universitas Gadjah
Mada. Edisi khusus.
Karsono, B. (2006). Aspek selular dan molecular kanker, dalam Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., &Setiati, S. (2006).Buku Ajar
IlmuPenyakitDalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Lee, J., Dodd, M., Dibble, S., & Abrams, D. (2007). Review of Acupressure
Studies for Chemotherapy-induced Nausea and Vomiting Control. Journal
of Pain and Symptom Management. 36(5), 529-544

Leung WK, Ho KY, Kim WH, et al. Colorectal neoplasia in Asia: a multicenter
colonoscopy survey in symptomatic patients. Gastrointestinal Endoscopy
2006:64;751-759

Lucey, M., Conroy, M., & Ryan, K. (2012). Exploring the Challenges of
Implementing the Edmonton Symptom Assessment Scale in a Specialist
Palliative Care Unit. Journal of Palliative Care & Medicine. Volume 2.Issue7
Melnyk, M.B., &Overholt, F.E. (2011).Evidence-based practice in nursing
&healthcare: A guide to best practice (2nd ed.). Philadelphia:
LippincottWilliams & Wilkins Inc.

Newhouse, R, et al. (2005). Evidence-based practice: A practical approach


toimplementation. Journal of Advanced Nursing, 35(1), 35-40.

Nursalam.(2001). Proses dandokumentasikeperawatan. Jakarta: SalembaEmpat

Nursing Interventions Classification (NIC). (5th ed.). (2008). St. Louis,


Missouri:Mosby Elsevier Inc.

Nursing Outcomes Classification (NOC). (4th ed.). (2008). St. Louis,


Missouri:Mosby Elsevier Inc.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


91

Molassiotis, A., Helin, A.M., Dabbour, R., & Hummerston, S. (2007). The Effects
of P6Acupressure in the Profilaxis of Chemotherapy Related Nausea and
Vomiting in Breast Cancer Patients. Complementary Therapies in Medicine.
15(1), 3-12

Moro, C., et. al. (2006). Edmonton symptom assessment scale: Italian validation
in two palliative care settings. Support Care Cancer. 14: 30–37. DOI
10.1007/s00520-005-0834-3
NHS. (2009). Depression: The treatment and management of depression in adults.
London: NICE clinical guideline 90
Nursing, BC. (2006). Complementary and alternative health care: the role of the
nurse. http://wwwrsh.sagepub.com.
Otto, S.E. (2001).Oncology Nursing.4th edition. St. Louis ,Missouri:Mosby
Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI). (2010). Pedoman tata laksana
kanker(ed.3). Jakarta: BalaiPenerbit FKUI.

Peterson, J.S., &Bredow, S.T. (2004). Middle range theories: Application


tonursing research. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Inc.

Perry, A.G., & Potter, P.A. (2006) Clinical nursing skill techniques (6th Ed). St.
Louis: Mosby.
Price & Wilson.(2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit.Volume 1.Edisi 6. Jakarta: EGC.
Potter, A.P., & Perry, G.A. (7th ed.). (2009). Fundamentals of nursing
(Vol.1).Singapore: Elsevier Inc. Pte Ltd.

Pezzoli A, Matarese V, Rubini M, et al (2007). Colorectal cancer screening:


Result of a 5-year program in asymptomatic subjects at increased risk.
Digestive and Liver Disease.
Rasjidi (2007). Kemoterapi kanker ginokologi dalam praktik sehari-hari. Jakarta:
Sagung Seto.
Rasjidi, I. (2010). Perawatan paliatif suportif & bebas nyeri pada kanker. Jakarta:
CV. Sagung Seto.

Rhodes, V.A., & Mc Daniel, R.W. (2004). Nausea, vomiting, and retching:
Complex problems in palliative care. CA Cancer Journal Clinic, 51(4),
232-248..
Sobin LH, Wittekind (2002). UICC: TNM classification of malignant tumours.
6thed. London.John Wiley & Sons.

Roscoe, J.A., Morrow, G.R., Hickok, J.T., Bushunow, P., Pierce, H.I., Flynn, P.J.,
et al. (2003). The Effciency of Acupressure and Acustimulation Wrist

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


92

Bands for the Relief of Chemotherapy-induced Nausea and Vomiting; A


University of Rochester Cancer Center Community Clinical Oncology
Program Multicenter Study. Journal of Pain and Symptom Management.
26(2), 731-742

RSKD. (2013). Materi pelatihan kemoterapi RSKD . Jakarta.


Shierly E. Otto (2001). Oncology Nursing.(4 th ed). St. Louis: Mosby Company.
Sjamsuhidajat& Jong. (2005). Buku ajar ilmu bedah.Edisi revisi. Jakarta: EGC
Smeltzer, C. Suzanne, Bare, G. Brenda. Brunner and Suddarth‟s Text Book of
Medical Surgical Nursing. 8th vol 2 alih bahasa Kuncoro, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC; 2001
Sukanta, P.O. (2008). Akupresur untuk Kesehatan. Jakarta: Penebar Plus
Sukardja.(2000). Onkologi klinik.Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.
Sutandyo, N., &Ririn (2006).Terapi nutris ipada kanker, dalam Sudoyo. Buku
ajar ilmu penyakit dalam (3rd Ed.). Jakarta: Pusat Penerbit Departemen
Penyakit Dalam FKUI.
Suyatno.,& Pasaribu, T.E. (2010). Bedah onkologi: Diagnosis dan terapi. Jakarta:
CV SagungSeto.

Suzanna et al. (2012). Registrasi kanker berbasis rumah sakit di Rumah Sakit
Kanker “Dharmais”-Pusat Kanker Nasional, 1993-2009. Indonesian Journal
of Cancer, 6, No. 4, 181-205.

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Lampiran 1: Map Concept Kanker kolon

Map Concept kanker kolon

Kurangnya aktivitas : Diit tinggi Lemak, Kurang asupan buah-


Riwayat Penyakit
Olahraga Protein Hewani, daging buahan dan sayur sayuran
Polip
(rendah serat)

Motilitas Usus Kadar lemak dalam feses


Zat Antioksidan Polip menjadi ganas

Feses tertahan Mengubah fibra menjadi


bakteri clostridion
bakteriodes Perlindungan sel dari efek Merusak jaringan
karsinogen normal dan meluas
Mendorong toxin dalam
tinja untuk mencetuskan Eksresi enzim 7 – alfa
terjadinya kanker dehidrosilase

Mencerna asam menjadi


asam yang memiliki efek
karsiogenik

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


“Lanjutan”

Kelainan ekspresi gen

Pertumbuhan sel abnormal pada kolon atau rektum

Kanker kolon
Penyebaran langsung ke organ Penyebaran hematogen
terdekat
Penyebaran ke Limfogen

Metastase ke visika urinaria, vagina, Metastase melalui kelenjar parailiaka, Metastase melalui pembuluh
uterus, prostat mesentrika dan para aorta darah hepatikum dan inta
abdomen

Terapi modalitas: Diagnosa Keperawatan:


1. Nyeri Kronis
1. Operasi 2. Risiko Devisit Volume
Cairan
2. Kemoterapi
3. Risiko Perubahan Nutrisi
3. Radioterapi 4. Defisit Pengetahuan
5. Risiko Infeksi
6. Cemas

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Lampiran 2 : Penerapan PEOL Teori Dalam Asuhan Keperawatan

Penerapan Teori Peacefull End of Life dalam Asuhan Keperawatan

Teori Peacefull End of Life Asuhan keperawatan pada klien kanker


yang bertujuan untuk peningkatan
kualitas hidup klien diakhir kehidupan.

Pengkajian keperawaytan : 1. Pengkajian. 1. Nyeri


1. Bebas Nyeri 2. Diagnosa. Kronik
2. Merasa Nyaman 3. Planing. 2. Gangguan
3. Merasa Bemartabat dan 4. Intervensi. nutrisi
dihormati 5. Evaluasi. 3. Pola nafas
4. Merasa damai / tenang
5. Kedekatan orang yang tidak
bermakna. efektif
4. Cemas
5. Intoleransi
aktifitas
Planing : Intervensi :

1. Obeservasi TTV 1. Mengobservasi


2. Kaji Karakteristik nyeri TTV
3. Ajarkan teknik relaksasi napas 2. Mengkaji nyeri,
dalam, imajinasi terbimbing pola nafas, cemas Evaluasi:
4. Kaji perasaan dan harapan dan kelemahan.
3. Mengajar tehnik 1.TTV dalam batas
klien terkait masalah normal
kesehatan yang dihadapinya relaksasi
4. Kolaborasi 2.Klien terlihat tenang
5. Kaji tingkat kecemasan klien 3. Sensasi nyeri
6. Dukung penggunaan koping 5. Menciptakan
lingkungan yang berkurang/hilang
yang positif seperti berdoa
sesuai kepercayaan yang kondusif 4. Pola nafas efektif
dianut

Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang ditandai


dengan peningkatan kualitas hidup klien dan terbebas dari
penderitaan

Sumber : dimodifikasi dari Tomey & Alligood (2006) ; McCorkle, R., Grant, M.,
Stromborg, M.F., & Baird, S.B. (1996) , Peterson & Bredow (2004).

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Lampiran 3 : NCP Pada Ny M.S Bedasarkan Masalah
Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Nursing Outcome Nursing Aktivitas Keperawatan


(NOC) Intervention
Classification
(NIC)
1. Nyeri kronis berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain Management 1. Melakukan pengkajian nyeri: lokasi,karakteristik, onset dan
dengan proses perkembangan manajemen nyeri, akan durasi.
penyakit akibat infiltrasi sel menunjukkan Pain Level, 2. Observasi non verbal klien.
kanker pada jaringan lunak dengan kriteria melaporkan 3. Memberitahu bahwa klien mendapatkan terapi analgesik.
sekitarrnya nyeri dapat terkontrol, 4. Selama interaksi menggunaka komunikasi terapetik untuk
mampu mendemonstrasikan mengetahui nyeri klien.
manajemen nyeri yang 5. Menggali faktor budaya yang mempengaruhi persepsi nyeri
efektif, terlihat tenang, klien.
tidakgelisah, tanda vital 6. Mengkaji efek nyeri terhadap kualitas hidup klien.
dalam batas normal, dan 7. Mengkaji beberapa hal yang bisa mengurangi nyeri klien
menyatakan rasa nyaman seperti obat –obatan maupun aktifitas lain.
setelah nyeri berkurang. 8. Mengajarkan prinsip dari managemen nyeri.
9. Mengajarkan metode non farmakologi untuk mengurangi
nyeri seperti menarik nafas dalam.
10. Mengajarkan klien untuk dapat mengkontrol nyerinya dan
melakukan intervensi yang tepat untuk mengurangi nyeri
11. menganjurkan klien untuk beristirahat yang cukup dan tidur
yang cukup untuk mengurangi nyeri.
12. Berkolaborasi dengan tenaga kesehtan lain dan anggota
keluarga untuk selalu mendukung klien untuk menggunakan
non farmakologi managemen nyeri.
13. Mengobservasi keluhan / respon pasien terhadap penggunaan
management nyeri
14. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif bagi
klien
2. Resiko pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Management 1. Mengajarkan klien untuk melakukan nafas dalam
berhubungan dengan kelelahan manajemen pola nafas, akan Respiratory 2. Mengajarkan bagaimana cara batuk yang efektif

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


“Lanjutan”

otot pernafasan,nyeri, menunjukkan Respiratory 3. Mengauskustasi suara nafas secara teratur serta tandai daerah
kecemasan status: Airway patency yang mempunyai saluran nafas tambahan
dengan kriteria batuk 4. Memberikan bronkodilator sesuai jadwal.
efektif, suara nafas bersih, 5. Mengatur intake cairan klien untuk mengoptimalkan
tidak ada sianosis, jalan keseimbangan cairan.
nafas paten. 6. Memantau secara teratur status oksigenasi dan respiratori
klien.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan tindakan Management 1. Mengkaji apakah riwayat alergi klien.
tubuh berhubungan dengan manajemen nutrisi, akan Nutrisi 2. Mengkaji makanan yang disukai oleh klien.
anoreksia, nyeri saat menelan, menunjukkan Nutritional 3. Memonitor dan catat intake nutrisi pasien.
dan kelelahan Status: food and fluid 4. Memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi
intake, dengan kriteria klien dan bagaimana memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut
intake oral meningkat, nilai 5. Mengkaji kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan
serum albumin dalam batas nutrisi
normal, dan dapat 6. Menyajikan makanan dalam bentuk yang enak dilihat yang
mentoleransi diet tinggi dapat dan hangat
kalori dan protein yang 7. Melakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai dengan
dianjurkan. kebutuhan.
8. Memberi pengetahuan tentang nutrisi
9. Mengkaji lingkungan ketika sedang makan.
10. Mengobservasi adanya nausea dan vomiting.
11. Memonitor albumin.
12. Memonitor level energi, adanya fatiq dan kelemahan.

4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Anxiety Reduction


1. Menggunakan pendekatan yang tenang ketika menghadapi
dengan adanya ancaman dan tindakan pengurangan
klien
perubahan status ansietas, akan menunjukkan 2. Membina hubungan saling percaya
3. Menjelaskan kepada klien tentang prosedur yang akan
kesehatan Anxiety Self-Control dengan
dijalani klien dan hal yang akan dirasakan oleh klien selama
kriteria dapat kooperatif prosedur berlangsung.
4. Mencoba mengerti tentang perspektif klien terhadap situasi
selama proses terapi, dapat
yang membuat cemas.
5. Tetap bersama klien untuk meningkatkan keamanan dan

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


beristirahat, melaporkan mengurangi ketakutan.
6. Menganjurkan keluarga untuk selalu bersama dengan klien.
tidak ada manifestasi
7. Mendengarkan klien dengan penuh perhatian dan
kecemasan spesifik, memberikan reinforcement terhadap tingkah laku yang
positif.
mempertahankan hubungan
8. Menciptakan suasana lingkungan yang memfasilitasi
sosial, dapat kepercayaan.
9. Menganjurkan klien untuk memverbalisasikan perasaannya,
mendemonstrasikan kontrol
persepsi dan ketakutannya.
cemas, dan tanda vital 10. Mengidentifikasi kapan cemas klien mengalami penurunan
level.
dalam batas normal.
11. Mengajarkan klien dalam penggunaan teknik relaksasi.
12. Mengobservasi tanda-tanda verbal dan non-verbal
kecemasan klien.
13. Memberikan pengobatan untuk mengurangi cemas jika
diperlukan.
14. Berkolaborasi dengan psikolog.

5. Intoleran aktivitas berhubungan Setelah dilakukan Energy 1. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan rasa
dengan keletihan/kelelahan
manajemen energi, akan Management
umum, ketidakseimbangan lelah.
antara suplai dan kebutuhan menunjukkan Activity
oksigen, kurangnya asupan 2. Mengkaji aktivitas personal sehari-hari yang
Tolerance , dengan kriteria
energi tubuh serta imobilitas
dapat melakukan perawatan biasa dilakukan.
diri dengan baik, tidak ada 3. Membantu klien dalam aktivitas perawatan diri
sesak, dan 4. Mengevaluasi motivasi dan keinginan klien
kelelahan/keletihan
untuk meningkatkan aktivitas
berkurang.
5. Memantau status hemodinamik klien saat
beraktivitas

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


6. Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
sesuai kemampuan
7. Berkolaborasi dengan rehabilitasi medik untuk
merencanakan dan memonitor program aktivitas
klien sesuai kebutuhan.

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Lampiran 4 : Resume Keperawatan Pada 30 Kasus Klien Dengan Kanker

RESUME KEPERAWATAN
PENDEKATAN PEACEFUL END OF LIFE THEORY
PADA KASUS KELOLAAN KLIEN KANKER

No Deskripsi Kasus Pengkajian menggunakan konsep Peaceful End of Life Theory, Diagnosa
Keperawatan, NOC,NIC dan Evaluasi
1. Tn. W, laki – laki, 42 thn, agama: Islam, - Bebas nyeri: klien mengeluh nyeri didada sebelah kananya terutama nyeri sangat mengaganggu bila
menikah, klien batuk – batuk, nyeri seperti ditusuk sehingga sering menyebabkan sesak nafas, kadang nyeri
Pedagang, lama dirawat 14 hari, tgl pengkajian: menjalar sampai kepunggung dan bahu, intensitas nyeri skala 9/10.ekspresi wajah klien tampak meringis.
7-9-2013. Hemodinamik : Nadi 88x/mnt, irama reguler, tekanan darah 120/80 mmHg, Rr : 26 x mnt mukosa bibir
Merokok sejak 20 tahun, yang lalu saat SMP, kering,CRT:< 3 detik.-
jenis rokok filter , cara merokok sangat dalam - Nyaman : klien mengeluh perut terasa mual dan terkadang ingin muntah dan tidak ada nafsu makan,
dengan cara menikmati setiap hisapan klien merasa tubuhnya lemas, klien juga mengatakan batuk – batuk dan banyak mengeluarkan dahak,
rokoknya,merokok sampai 1- 2 bungkus sehari klien mengeluh sesak (+), ronkhi (+).HB : 10,6, Konjungtiva sedikit anemis, Albumin :3,1, GDS :110,
Diagnosa Medik: Adenokarsinoma Paru. Suhu tubuh : 37,5 oC. Klien juga mengatakan berat badan nya turun sampai 7 kg selama sakit.Lemak
- Hasil Thorax (06/09/13) subcutan tipis klien mendapat diit TKTP 1700 kkal habis 5-10 sendok makan.Jenis makanan yang di
Kesan :- Cardiomegali berikan bubur /nasi serta lauk pauk dan sayur juga buah.
- Tumor paru kanan TB : 169 CM, BB : 48 kg. IMT : 17,5.
- Hasil CT Thorax:(12/7/13) - Bermartabat dan dihormati: klien mengatakan membutuhkan dukungan dari semua keluarga dan
- Tumor paru kanan atas perawat juga dokter, klien merasa tertekan dengan penyakitnya karena takut anak – anaknya menderita
- Efusi pleura penyakit kanker juga.
- Hasil sikatan bronkus: (23/7): - Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya dan proses pengobatannya nanti.
Tumor paru kanan : adenokarsinoma paru - Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengatakan dekat dengan istri dan anak – anaknya
-Hasil PA : juga ibunya, dan selalu berharap keluarganya itu selalu mendampingi dirinya.
Adenomakarsinoma paru - Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2) bersihan jalan nafas tidak efektif, 3)Nutrisi kurang dari
Rencana : Kemoterapi kebutuhan tubuh, 4) Kecemasan, 5) Intoleransi aktifitas.
- NOC : 1) Pain management, 2) Airway management, 3) Management nutrition, 4) Anxiety reduction, 5)
Activity tolerance.
- NIC: 1) Pain level, 2) Respiratory status: Airway management, 3) Management nutrition, 4) Anxiety self
control, 5) Energy management, 6) Medication administration: MST 2x 10 mg, ranitidine 2x 1tab,
Ciprofloxacin 3x1gr, TPN: Amiparen 1000cc/hari.
- Evaluasi: setelah klien dirawat selama 14 hari, klien sudah dapat beradaptasi dengan nyerinya, skala
nyeri 4/10, keluhan batuk dan sesak berkurang, klien juga mengatakan nafsu makan sedikit mulai

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


“Lanjutan”

membaik, cemas dan kelemahan pun mulai teratasi sebagian, klien merasa bersyukur keluarganya tetap
mendukung dirinya dalam menjalani pengobatan.
2. Tn. R, laki – laki, 31 thn, agama: Islam, -Bebas nyeri: Klien mengeluh nyeri pada benjolam dileher dan menjalar sampai ketelinga. Kualitas nyeri
belummenikah,wiraswasta, RM: 16-11-15, lama yang dirasakan klien seperti ditusuk tusuk dengan durasi hilang timbul lebih dari 30 menit sekali,
dirawat 8 hari, tgl pengkajian: 23-11-2013. intensitas nyeri sedang dengan skala 5 – 6 (skala 0-10), nyeri tidak berkurang dengan istirahat. Nyeri
Diagnosa medis: Karsinoma Naofaring Stadium dirasakan pada saat klien terbangun dari tidurnya dan pada saat klien bergerak terutama menggerakkan
IV B lehernya. Ekspresi wajah klien tampak meringis menahan kesakitan dan kadang memegangi daerah leher
Klien memiliki riwayat mengkonsumsi rokok 1- sebelah kanan saat akan bergerak.
2 bungkus/hari sejak tamat SD. Klien juga suka Hemodinamik : Nadi 88x/mnt, irama reguler, tekanan darah TD : 110/70 mmHg, N: 78 x/mnt, RR:
sekali mengkonsumsi ikan asin dan jarang 23x/mnt, S: 37,5 C,
mengkonsumsi sayuran. Dalam keluarga klien - Nyaman : Klien mengeluh belum Bab sudah 5 hari ini, perut terasa begah dan tidak nyaman. Pada
mengatakan ada yang sakit seperti dirinya yaitu pengkajian tingkat kelelahan klien mampu melakukan aktifitas ringan di tempat tidur dan diruangan klien
paman dari keluarga ibu. MSCT Nasofaring (22- berada. Klien juga mengeluh mengalami penurunan selera makan karena merasakan nyeri saat menelan
11-2013) massa nasofaring kanan/kiri perluasan makanannya. Status antropometri BB : 109 kg, TB : 160 cm, IMT : 27. HB 10,2 g/dL Albumin, 3,3 d/dL,
retrofarings,parofaring dan tonsil waldayer, stqa. Gloulin: 4,5
Limfadenopati, konglomerasi juguler kanan dan Bermartabat dan dihormati: Klien berharap tetap memperoleh fasilitas pelyanan kesehatan yang terbaik
multiple limfadenopati juguler superior kiri, untuk kesembuhan penyakitnya. Walaupun dalam kondisi sakit , klien meminta untuk diperlakukan
tidak tampak basis kranii. Hasil PA (September dengan baik dan tetap dihargai sesuai dengan fungsinya.
2013) hasil Karsinoma Nasofaring stadium IV. - Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya dan kemoterapinya nanti.
Rencana : kemoterapi -Kedekatan dengan orang yang bermakna: Klien ingin terus ditemani oleh ibunya, klien mengatakan
sangat dekat dan saying pada ibunya karena ibunya sangat memperhatikan klien terlebih ketika klien
mulai sakit .
- Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2)Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 3) Kecemasan, NOC :
1) Pain management, 2) Management nutrition, 3) Anxiety reduction,
NIC: 1) Pain level, 2) Management nutrition, 3) Anxiety self control, , 4) Medication administration:
largactil 1x1/4 tab, Dexamethason 2x2 tab, Rantin 2x1 tab, Ondansetron 4x8 mg, CPZ 3x 6,25mg,
Tramadol 3x100mg, IUFD: Nacl 0,9% 500 ml/ 6 jam/ kolf.
- Evaluasi: setelah klien dirawat selama 8 hari, klien mengatakan nyeri sudah jauh berkurang dengan
skala 2-3, intensitas hilang timbul terutama saat dipakai bergerak, ekspresi wajah tampak rileks saat
bergeraksklien juga mengatakan nafsu makan mulai membaik,cemas berkurang, masalah sebagian
teratasi.

3. Tn. S, laki – laki, 63 thn, -Bebas nyeri: Klien mengeluh nyeri pada benjolam dileher dan menjalar sampai ketelinga. Kualitas nyeri
agama:Islam,menikah,wiraswasta, lama dirawat yang dirasakan klien seperti ditusuk tusuk dengan durasi hilang timbul lebih dari 30 menit sekali,

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


7 hari, tgl pengkajian: 11 oktober intensitas nyeri sedang dengan skala 5 – 6 (skala 0-10), nyeri tidak berkurang dengan istirahat. Nyeri
2013.Diagnosa medis: Ca Colon dirasakan pada saat klien terbangun dari tidurnya dan pada saat klien bergerak terutama menggerakkan
Klien memiliki riwayat mengkonsumsi rokok 1- lehernya. Ekspresi wajah klien tampak meringis menahan kesakitan dan kadang memegangi daerah leher
2 bungkus/hari sejak tamat SD. Klien juga suka sebelah kanan saat akan bergerak.
sekali mengkonsumsi ikan asin dan jarang Hemodinamik : Nadi 88x/mnt, irama reguler, tekanan darah TD : 110/70 mmHg, N: 78 x/mnt, RR:
mengkonsumsi sayuran. Dalam keluarga klien 23x/mnt, S: 37,5 C,
mengatakan ada yang sakit seperti dirinya yaitu - Nyaman : Klien mmengeluh belum Bab sudah 5 hari ini, perut terasa begah dan tidak nyaman. Pada
paman dari keluarga ibu. MSCT Nasofaring (22- pengkajian tingkat kelelahan klien mampu melakukan aktifitas ringan di tempat tidur dan diruangan klien
11-2013) massa nasofaring kanan/kiri perluasan berada. Klien juga mengeluh mengalami penurunan selera makan karena merasakan nyeri saat menelan
retrofarings,parofaring dan tonsil waldayer, stqa. makanannya. Status antropometri BB : 109 kg, TB : 160 cm, IMT : 27. HB 10,2 g/dL Albumin, 3,3 d/dL,
Limfadenopati, konglomerasi juguler kanan dan Gloulin: 4,5
multiple limfadenopati juguler superior kiri, Bermartabat dan dihormati: Klien berharap tetap memperoleh fasilitas pelyanan kesehatan yang terbaik
tidak tampak basis kranii. Hasil PA (September untuk kesembuhan penyakitnya. Walaupun dalam kondisi sakit , klien meminta untuk diperlakukan
2013) hasil Karsinoma Nasofaring stadium IV. dengan baik dan tetap dihargai sesuai dengan fungsinya.
Rencana : kemoterapi - Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya dan kemoterapinya nanti.
-Kedekatan dengan orang yang bermakna: Klien ingin terus ditemani oleh ibunya, klien mengatakan
sangat dekat dan saying pada ibunya karena ibunya sangat memperhatikan klien terlebih ketika klien
mulai sakit .
- Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2)Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 3) Kecemasan, NOC :
1) Pain management, 2) Management nutrition, 3) Anxiety reduction,
NIC: 1) Pain level, 2) Management nutrition, 3) Anxiety self control, , 4) Medication administration:
largactil 1x1/4 tab, Dexamethason 2x2 tab, Rantin 2x1 tab, Ondansetron 4x8 mg, CPZ 3x 6,25mg,
Tramadol 3x100mg, IUFD: Nacl 0,9% 500 ml/ 6 jam/ kolf.
- Evaluasi: setelah klien dirawat selama 8 hari, klien mengatakan nyeri sudah jauh berkurang dengan
skala 2-3, intensitas hilang timbul terutama saat dipakai bergerak, ekspresi wajah tampak rileks saat
bergeraksklien juga mengatakan nafsu makan mulai membaik,cemas berkurang, masalah sebagian teratasi

4. Ny. E. W, wanita,56 thn, Islam, menikah, IRT, - Bebas nyeri: klien mengeluh nyeri dibagian perutnya terutama nyeri sangat mengaganggu bila klien
lama dirawat 10hari, menggerakkan badannya, nyeri seperti ditusuk- tusuk kadang nyeri menjalar sampai kepinggang
Diagnosa Medik: Ca Ovarium ,intensitas nyeri skala 8/10.ekspresi wajah klien tampak meringis. Hemodinamik : Nadi 80x/mnt, irama
Rencana : Kemoterapi siklus ke 3 reguler, tekanan darah 110/80 mmHg, RR : 20 x mnt mukosa bibir kering,CRT:< 3 detik.-
- Nyaman : klien mengatakan perut terasa mual dan terkadang ingin muntah dan tidak ada nafsu makan,
klien merasa tubuhnya lemas, HB : 11,6, Konjungtiva anemis, Albumin :3,3, GDS :110, Suhu tubuh :
36,5 oC. Klien juga mengatakan berat badan nya turun sampai 5 kg selama sakit.Lemak subcutan tipis

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


klien mendapat diit TKTP 1700 kkal habis ¼ P makan siangnya.Jenis makanan yang di berikan nasi tim
serta lauk pauk dan sayur juga buah.
TB : 159 CM, BB : 48 kg. IMT : 19..
- Bermartabat dan dihormati: klien mengatakan membutuhkan dukungan dari suaminya dan semua
keluarga serta perawat dan dokter, klien merasa tertekan dengan penyakitnya karena takut anak –
anaknya mendertka penyakit kanker juga.
- Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya dan efek kemoterapi.
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengatakan dekat dengan suami dan anak – anaknya
dan selalu berharap keluarganya itu selalu mendampingi dirinya dalam pengobatannya ini..
- Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2)Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 3) Kecemasan, 4)
Intoleransi aktifitas.
- NOC : 1) Pain management, 2) Management nutrition, 43Anxiety reduction, 4) Activity tolerance.
- NIC: 1) Pain level, 2) Management nutrition, 3) Anxiety self control, 4) Energy management, 6)
Medication administration: MST 2x 20 mg, ranitidine 2x 1tab, TPN: Amiparen 1000cc/hari.
Evaluasi: setelah klien dirawat selama 10 hari, klien sudah dapat beradaptasi dengan nyerinya, skala
nyeri 4/10, klien mengatakan nafsu makan mulai membaik, cemas dan kelemahan mulai teratasi
sebagian, klien merasa bersyukur keluarganya tetap mendukung dirinya dalam menjalani pengobatan.

5. Ny. S.B, wanita, 41 thn, Kristen, menikah, IRT, - Bebas nyeri: klien mengeluh nyeri dibagian pinggangnya yang bekas operasi, nyeri seperti ditarik tarik
lama dirawat 18 hari, dengan durasi 10 menit, intensitas nyeri skala 6/10.ekspresi wajah klien tampak meringis. Hemodinamik
Diagnosa Medik: Ca Cervix +Hidroneprosis : Nadi 68/mnt, irama reguler, tekanan darah 100/80 mmHg, RR : 17 x mnt mukosa bibir kering,CRT:< 3
post URS detik.-
Rencana : PKU - Nyaman : klien mengatakan perut nya juga terasa mual kurang ada nafsu makan, klien merasa tubuhnya
Hasil biopsy cervix: Sel skuamosa cervix lemas, HB : 12,6, Konjungtiva anemis, Albumin :3,4, GDS :100, Suhu tubuh : 36,8 oC. Klien juga
mengatakan berat badan nya turun sampai 2 kg selama sakit. klien mendapat diit TKTP 1700 kkal habis
½ P.Jenis makanan yang di berikan nasi biasaserta lauk pauk dan sayur juga buah.
TB : 162 CM, BB : 45 kg. IMT : 17. Pemeriksaan Albumin : 3.3 g/dl, GDS: 80.
- Bermartabat dan dihormati: klien mengatakan membutuhkan dukungan dari suaminya dan anak –
anaknya serta perawat dan dokter.
- Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengatakan dekat dengan suami dan anak – anaknya
dan selalu mereka selalu mendampingi dirinya dalam perawatannya..
- Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2)Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 3) Kecemasan, 4)
Intoleransi aktifitas.

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


- NOC : 1) Pain management, 2) Management nutrition, 43Anxiety reduction, 4) Activity tolerance.
- NIC: 1) Pain level, 2) Management nutrition, 3) Anxiety self control, 4) Energy management, 6)
Medication administration: MST 3x 20 mg, ranitidine 2x 1tab, TPN: Aminofluid 1000cc/hari.
- Evaluasi: setelah klien dirawat selama 18 hari, klien sudah dapat beradaptasi dengan nyerinya, skala
nyeri 3/10, klien mengatakan nafsu makan mulai membaik, cemas dan kelemahan mulai teratasi
sebagian, klien merasa bersyukur keluarganya tetap mendukung dirinya dalam menjalani pengobatan.
6. Ny. E.S, wanita, 57 thn, Islam, menikah, IRT, - Bebas nyeri: klien mengeluh nyeri dibagian perutnya ,nyeri seperti ditusuk- tusuk kadang nyeri
lama dirawat 5 hari, menjalar sampai kepinggang ,intensitas nyeri skala 6/10.ekspresi wajah klien tampak meringis.
Diagnosa Medik: Ca OvariumRencana : Pro Hemodinamik : Nadi 88x/mnt, irama reguler, tekanan darah 130/80 mmHg, RR : 20 x mnt mukosa bibir
kemoterapi siklus ke 4 kering,CRT:< 3 detik.-
- Nyaman : klien mengatakan perut terasa mual dan terkadang ingin muntah dan tidak ada nafsu makan,
klien merasa tubuhnya lemas, HB : 10,6, Konjungtiva anemis, Albumin :3,1, GDS :90, Suhu tubuh :
36,oC. Klien juga mengatakan berat badan nya turun sampai 2 kg selama sakit. Lemak subcutan tipis
klien mendapat diit TKTP 1700 kkal habis ¼ P makan siangnya.Jenis makanan yang di berikan nasi tim
serta lauk pauk dan sayur juga buah.
TB : 150 CM, BB : 40 kg. IMT : 17
- Bermartabat dan dihormati: klien mengatakan membutuhkan dukungan dari suaminya dan anak –
anaknya serta perawat dan dokter, klien merasa tertekan dengan penyakitnya karena takut anak –
anaknya menderita penyakit kanker suatu hari nanti.
- Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya dan efek kemoterapi.
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengatakan dekat dengan suami dan anak – anaknya
dan selalu berharap keluarganya itu selalu mendampingi dirinya dalam pengobatannya ini..
- Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2)Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 3) Kecemasan, 4)
Intoleransi aktifitas.
- NOC : 1) Pain management, 2) Management nutrition, 43Anxiety reduction, 4) Activity tolerance.
- NIC: 1) Pain level, 2) Management nutrition, 3) Anxiety self control, 4) Energy management, 6)
Medication administration: MST 2x 20 mg, ranitidine 2x 1tab, TPN: Nacl 0,9%1000cc/hari.
- Evaluasi: setelah klien dirawat selama 5 hari, klien sudah dapat beradaptasi dengan nyerinya, skala
nyeri 3/10, klien mengatakan nafsu makan mulai membaik, cemas dan kelemahan mulai teratasi
sebagian, klien merasa bersyukur keluarganya tetap mendukung dirinya dalam menjalani pengobatan.
7. Ny. S., perempuan, 49 tahun, Agama Islam,, - Bebas nyeri: Klien mengluha nyeri pada daerah post mastektomi yang menjalar ke dada dan lengan
menikah,IRT kiridengan kualitas nyeri seperti terbakar. Nyeri bertambah jika klien melakukan pergerakan. Intensitas
Lama rawat 17 hari nyeri skala8/10.
Diagnosa medis: Karsinoma Payudara Sinistra - Nyaman: klienmengeluh mudah merasa kelelahan, selera makan berkurang klien merasa

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


+Post mastektomi kiri tidak berdaya hemodinamik:TD: 100/70 mmHg, N:80x/menit,
Riwayat S:360C, RR:21x/menit, Hb: 9,9 g/dL, drain (+) dengan produksi 70cc.
menggunakan PIL KB selama 25 tahun, berobat - Bermartabat dan dihormati: klien sangat cemas dengan kondisi kesehatannya .
ke alternatifSaat - Damai: klien merasa sedih dan cemas, dan tidak menyangka akan menderita penyakit ini.
Rencana : kemoterapi seri ke 3 - Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengharapkan dukungan dari keluarga
- Paxus & Cisplatin - Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2)Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh , 3) Kecemasan, 4)
Keletihan, 5) Resiko infeksi sekunder
- Tujuan (NOC): 1) Pain level 2) Management nutrition, 3) Anxiety self-control, 4) Activity tolerance,
5) Risk Control: Infection Proces
- Intervensi (NIC): 1) Pain management 2) Management nutrition, 3) Anxiety reduction, 4) Energy
management,5) Infection protection, 6) Medication administration: IVFD Asering 1000cc/24jam, Vitamin
K 3x1 amp, , Ketorolac 3x30 mg, Vitamin C 1x1 gr, Ciprofloxacin 2x 500mg. Ranitidin 2x1 ampul.
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 17 hari, klien dapat beradaptasi dengan kondisikesehatannya,
selanjutnya persiapan untuk perawatan di rumah.
8. Ny. L.H,wanita, 48 tahun, Agama Islam, IRT, - Bebas nyeri: Klien mengatakan nyeri pada dada, kualitas nyeri dirasakan seperti diremas dengan
menikah,IRT durasi 5 menit,hilang timbul, Intensitas nyeri skala 7/10.
Lama rawat 13 hari Diagnosa medis: - Nyaman: Klien mengatakan nafas terasa sesak perasaan lelah dan selera makan menurun, TD:110/70
Adenokarsinoma Paru Std. mmHg, N: 90x/menit, S: 36,50C, RR: 23x/menit.
IVA dengan efusi pleura (T4N1M0). Riwayat - Bermartabat dan dihormati: klien membutuhkan perhatian utamanya dari suami dan keluarga
merokok. - Damai: Klien mengatakan cemas dan mengungkapkan perasaan tidak menentu.
Rencana : PKU - Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien merasa kesepian,ingin segera pulang kerumah untuk
berkumpul dengan keluarga yang lain.
- Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Pola napas tidak efektif, 3) Kecemasan,
- Tujuan (NOC): 1) Pain level, 2) Respiratory status: Ventilation, 3) Anxiety self-control
- Intervensi (NIC): 1) Pain management, 2) Airway management, 3) Anxiety reduction
, 5) Medication administration Ciprofloxacin 2x500 mg,
Ondansentron 3x8 mg, terapi Nebulizer 3x/ hari.
- Evaluasi: Setelah klien dirawat selama 5 hari, klien dapat beradaptasi dengan nyeri, pola nafas cukup
adekuat dan kecemasan sebagian teratasi.
9. Ny. T,wanita, 64 tahun, Agama Islam, IRT, - Bebas nyeri: klien mengatakan tidak ada keluhan nyeri, ekspresi wajah klien rileks. Hemodinamik :
menikah, Nadi 96x/mnt, irama reguler, tekanan darah 150/72 mmHg, RR : 20 x mnt mukosa bibir kering,CRT:< 3
Lama rawat 17 hari detik.-
Diagnosa medis: AML - Nyaman : klien mengatakan tidak nafsu makan, klien merasa tubuhnya terasa lemas, HB : 10,1,
Rencana : Pro BMP dan PKU Konjungtiva anemis, Albumin :3,2, GDS :75, Suhu tubuh : 36,7 oC. Klien juga mengatakan berat badan

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Hasil Leukemi Phenothyping: Mieloid lineage nya turun sampai 5 kg selama sakit. Lemak subcutan tipis klien mendapat diit TKTP 1700 kkal habis ¼
sesuai AML P makan .Jenis makanan yang di berikan nasi tim serta lauk pauk dan sayur juga buah..TB : 155 CM, BB
: 40 kg. IMT : 16
- Bermartabat dan dihormati: klien mengatakan membutuhkan dukungan dari anak – anaknya serta
perawat dan dokter, klien merasa cemas dengan penyakitnya karena takut anak – anaknya menderita
penyakit kanker juga suatu hari nanti .
- Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya.
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengatakan dekat dengan anak – anaknya dan selalu
berharap keluarganya itu selalu mendampingi dirinya dalam pengobatannya ini..
- Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2)Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 3) Kecemasan, 4)
Intoleransi aktifitas.
- NOC : 1) Management nutrition, 2)Anxiety reduction, 3) Activity tolerance.
- NIC: 1) Management nutrition, 2) Anxiety self control, 3) Energy management, 4) Medication
administration: Ranitidine 2x 1tab, TPN: Clinimix %1000cc/hari.
Evaluasi: setelah klien dirawat selama 17 hari, klien mengatakan nafsu makan mulai membaik, cemas
dan kelemahan mulai teratasi sebagian, klien juga merasa bersyukur keluarganya tetap mendukung
dirinya dalam menjalani pengobatan.
10. Ny. A., wanita, 23 tahun, Agama Islam, - Bebas nyeri: Klien mengeluh nyeri pada daerah perutnya. Kualitas nyeri sangat perih dengan durasi 10
menikah,IRT menit. Intensitas nyeri skala 8/10. Sensasi nyeri hebat biasa muncul/diarasakan klien
Lama rawat 9hari menjelang malam hari dan tidak mereda dengan berbaring.
Diagnosa medis: sarcoma - Nyaman: klien merasa kelelahan dan mengeluh ada rasa mual, terdapat, dekubitus derajat 2 padadaerah
Rencana :PKU dan kemoterapi siklus ke 3. sakrum dengan ukuran 3x2 cm, luka merah ada eksudat, kurang napsu makan rochi
(+), batuk (+), produksi sputum (+), sesak (+) distensi abdomen (+), Hemodinamik: TD: 120/80 mmHg,
N:80x/menit, S:36.C, RR:25x/menit, Hb: 9,5 g/dL.
- Bermartabat dan dihormati: klien membutuhkan dukungan optimal dari keluarganya dan
petugaskesehatan, klien menyatakan sangat cemas akan kondisi penyakitnya.
Damai: Klien mengatakan cemas dan klien mudah merasa sedih.
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien sangat dekat dengan anak dan suaminya
danmengharapkan mereka untuk selalu mendampinginya.
- Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Bersihan jalan napas tidak efektif, 3) Nutrisi kurang
darikebutuhan tubuh, 4) Kerusakan integritas kulit, 5) Kecemasan, 6) Intoleran aktivitas
- Tujuan (NOC): 1) Pain level, 2) Respiratory status: Airway patency, 3) Food and fluid
intake, 4) Tissue integrity: Skin and Mucous membranes, 5) Anxiety self-control, 6)
Activity tolerance

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


- Intervensi (NIC): 1) Pain management, 2) Airway management, 3) Management nutrition
, 4) Presure ulcer care, 5) Anxiety reduction, 6) Energy management,7) Medication administration:
Aminophilin 1 ampul/24 jam dalam Nacl 0,9%,
Rantin 2x1, Cefotaxime 3x1 gr, MO 25 mg/24 jam, terapi O2 5 liter/menit, Perawatan luka
dekubitus/hari dengan memggunakan extratin.
Evaluasi: Setelah dirawat selama 9 hari, klien belum beradaptasi dengan kondisi kesehatannya, klien
menunjukakan adanya perbaikan, sebagian masalah teratasi.
11. Ny. S., perempuan, 56 tahun, Agama Islam, - Bebas nyeri: klien mengatakan men geluhan nyeri pada daerah post operasi payudara sebelah kanan
menikah, IRT dengan intensitas nyeri skala 7/10.
Lama rawat 14 hari - Nyaman: klien merasa mudah lelah, hemodinamik :TD: 120/70 mmHg, N:81x/menit, S:36,40C,
Diagnosa medis: Karsinoma Payudara Dextra RR:19x/menit.
Riwayat post Mastektomi - Bermartabat dan dihormati: klien sangat stres dengan kondisi kesehatannya,, klienberharap dapat
Radikal menyelesaikan program pengobatannya dengan baik
Riwayat: menggunakan PIL KB selama 30 - Damai: Klien mengatakan cemas, klien merasa sedih, tidak menyangka akan menderita penyakit ini.
tahun. - Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengharapkan dukungan dari keluarga dan petugas
Rencana : Kemoterapi & Radiasi kesehatan.
- Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Kecemasan, 3) Keletihan.
- Tujuan (NOC): 1) Pain level), 2) Anxiety self-control, 3) Activity tolerance.
- Intervensi (NIC): 1) Pain management, 2) Anxiety reduction 3) Energy management, 4) Medication
administration: IVFD Nacl 0,9% 1000cc/24 jam, MO 10 mg drip, Ultracet K/P, Ranitidine 2x 1tab.
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 14 hari, klien dapat beradaptasi dengan kondisi kesehatannya,
selanjutnya
persiapan untuk perawatan di rumah.
12. Tn. J., laki-laki, 38 tahun, Agama Islam, - Bebas nyeri: klien mengeluh nyeri dilehernyasebelah kananya terutama nyeri sangat mengaganggu bila
menikah,Swasta klien sedang makan karena harus menelan dan menggerakkan lehernya. nyeri seperti ditusuk sehingga
Lama rawat 6 hari. Diagnosa medis: KNF Std. kadang menyebabkan sesak nafas, intensitas nyeri skala 6/10.ekspresi wajah klien tampak meringis.
IVB (T4N3M0) Hemodinamik : Nadi 80x/mnt, irama reguler, tekanan darah 110/80 mmHg, Rr : 19 x mnt mukosa bibir
HasilBiopsi: Ca. Nasofaring tidak kering,CRT:< 3 detik.-
berkeratin, tidak berdiferensiasi, derajat - Nyaman : klien mengeluh perut terasa mual dan terkadang ingin muntah dan tidak ada nafsu makan,
keganasan menengah. Riwayat klien merasa tubuhnya lemas, HB: 13,3, Konjungtiva sedikit anemis, Albumin :3,2, GDS :100, Suhu
seringmengkonsumsi mie instan (sehari 1bks) tubuh : 36 oC. Klien juga mengatakan berat badan nya turun sampai 2 kg selama sakit.Lemak subcutan
dan tipis klien mendapat diit TKTP 1700 kkal habis 5-10 sendok makan.Jenis makanan yang di berikan
ikan asin.Riwayat sering mengalami pilek yang bubur /nasi serta lauk pauk dan sayur juga buah.
tidak sembuh - sembuh. TB : 160 CM, BB : 48 kg. IMT : 18,57

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Rencana: ProKemoterapi siklus ke 5 - Bermartabat dan dihormati: klien mengatakan membutuhkan dukungan dari semua keluarga dan
- Taxoter 100 mg perawat juga dokter, klien merasa cemasdengan penyakitnya.
- Unastin 110 mg - Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya dan proses pengobatannya selanjutnya.
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengatakan dekat dengan istri dan anak – anaknya
dan selalu berharap keluarganya itu selalu mendampingi dirinya.
- Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2)Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 3) Kecemasan, 4)
Intoleransi aktifitas.
- NOC : 1) Pain management, 2) Airway management, 3) Management nutrition, 4) Anxiety reduction, 5)
Activity tolerance.
- NIC: 1) Pain level, 2) Management nutrition, 3) Anxiety self control, 4) Energy management, 5)
Medication administration: MST 2x 10 mg, ranitidine 2x 1tab, lesicol 3x1 tab,ativan 3x
1tab,alupurinol3x100mg TPN: Dex Insalin 2000cc/hari.
Evaluasi: setelah klien dirawat selama 6 hari, klien sudah dapat beradaptasi dengan nyerinya, skala nyeri
3/10, klien juga mengatakan nafsu makan sedikit mulai membaik, cemas dan kelemahan mulai teratasi
sebagian, klien merasa bersyukur keluarganya tetap mendukung dirinya dalam menjalani pengobatan.
13. Ny. T, perempuan, 64 tahun, Islam, - Bebas nyeri: klien mengatakan tidak ada keluhan nyeri.
menikah,IRT - Nyaman: klien merasa mudah lelah, hemodinamik :TD: 100/70 mmHg, N:71x/menit, S:36,0C,
Lama rawat 17 hari RR:17x/menit.HB: 7,3
Diagnosa medis: AML, Anemia - Bermartabat dan dihormati: klien sangat tertekan dengan kondisi kesehatannya,
Rencana : PKU - Damai: Klien mengatakan cemas, klien merasa sedih, tidak menyangka akan menderita penyakit ini.
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengharapkan dukungan dari keluarga dan petugas
kesehatan.
- Diagnosa keperawatan: 1) Kecemasan, 2) Keletihan.
- Tujuan (NOC): 1) Anxiety self-control, 2) Activity tolerance.
- Intervensi (NIC): 1) Anxiety reduction 2) Energy management, 3) Medication administration: IVFD
Nacl 0,9% 1500cc/24 jam, PRC 500 cc
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 17 hari, klien dapat beradaptasi dengan kondisi kesehatannya,
selanjutnya
- persiapan untuk perawatan di rumah.
14. Ny. M.J, perempuan, 27 tahun, Islam, - Bebas nyeri: klien mengeluh nyeri dibagian pinggaangnya sampai dengan ujung kaki kiri,nyeri sangat
menikah,Swasta mengganggu bila klien sedang jalan,nyeri seperti ditusuk, intensitas nyeri skala 7/10.ekspresi wajah klien
Lama rawat 17 hari tampak meringis. Hemodinamik : Nadi 86x/mnt, irama reguler, tekanan darah 130/80 mmHg, Rr : 19 x
Diagnosa medis: AML, Anemia mnt mukosa bibir kering,CRT:< 3 detik.-
Rencana : PKU - Nyaman : klien mengeluh mual dan terkadang ingin muntah dan tidak ada nafsu makan, klien merasa

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


tubuhnya lemas, HB:10,3, Konjungtiva anemis, Albumin :3,0, GDS :90, Suhu tubuh : 36 C. Klien juga
mengatakan berat badan nya turun sampai 8 kg selama sakit.Lemak subcutan tipis klien mendapat diit
TKTP 1700 kkal habis ¼ P.Jenis makanan yang di berikan bubur serta lauk pauk dan sayur juga buah.
TB : 155 CM, BB : 40 kg. IMT : 16
- Bermartabat dan dihormati: klien mengatakan membutuhkan dukungan dari suaminya dan perawat
juga dokter, klien merasa cemas dengan penyakitnya.
- Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya dan proses pengobatannya selanjutnya.
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengatakan dekat dengan suami dan ibunya dan
selalu berharap keluarganya itu selalu mendampingi dirinya.
- Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2)Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 3) Kecemasan, 4)
Intoleransi aktifitas.
- NOC : 1) Pain management, 2) Airway management, 3) Management nutrition, 4) Anxiety reduction, 5)
Activity tolerance.
- NIC: 1) Pain level, 2) Management nutrition, 3) Anxiety self control, 4) Energy management, 5)
Medication administration: MST 2x 10 mg, ranitidine 2x 1tab, lesicol 3x1 tab,ativan 3x
1tab,alupurinol3x100mg TPN: Dex Insalin 2000cc/hari.
Evaluasi: setelah klien dirawat selama 17 hari, klien sudah dapat beradaptasi dengan nyerinya, skala
nyeri 2/10, klien juga mengatakan nafsu makan sedikit mulai membaik, cemas dan kelemahan mulai
teratasi sebagian, klien merasa bersyukur keluarganya tetap mendukung dirinya dalam menjalani
pengobatan.
15. Ny. L.J., perempuan, 48 tahun, Budha, - Bebas nyeri: Klien mengatakan mengeluh nyeri pada perut dengan intensitas nyeri skala 7/10.
menikah,IRT - Nyaman: klien kadang merasa kelelahan , selera makan sedikit. Hemodinamik :TD: 110/80
Lama rawat 10 hari mmHg,N:90x/menit, S:380C, RR:26x/menit.
Diagnosa medis: Karsinoma Ovarium Std. IIIB - Bermartabat dan dihormati: klien sangat stres dengan kondisi kesehatannya), klien
Riwayat histerektomy + kemoterapi. membutuhkan dukungan optimal dari keluarganya dan petugas kesehatan, klien sangat tertekan sehingga
Rencana: PKU sulit tidur. Perasaan tertekan disebabkan guncingan dari lingkungan sekitar klien yang menyatakan bahwa
Hasil PA: penyakit yang dideritanya diakibatkan perilaku seks bebas sewaktu muda.
- ovarium ka: kiste endometriosisn serta - Damai: Klien mengatakan cemas, klien merasa sedih, tidak menyangka akan menderita penyakit ini.
adenoma clear cell - Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengharapkan dukungan dari keluarga
- Ovarium kiri: kiste endometriosis - Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Pola nafas tidak efektif, 3) Hipertermi, 4) Kecemasan,
5) Intoleran aktivitas.
- Tujuan (NOC): 1) Pain level, 2) Respiratory status: Ventilation, 3)Thermoregulation
control, 4) Anxiety self-control, 5) Activity tolerance.
- Intervensi (NIC): 1) Pain management, 2) Airway management, 3) Temperature regulation

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


, 4) Anxiety reduction), 5)Energy management, 6) Medication administration:
Tramadol 3x50 mg, IVFD Nacl 0,9%/1000cc /24 jam, terapi O2 3 liter/menit, Ciprofloxacin 1x2 gr,
Ondansentron
3x8 mg, Ranitidin 2x1 ampul.
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 10 hari, klien dapat beradaptasi dengan kondisi kesehatannya,
selanjutnya
- persiapan untuk perawatan di rumah.
16. Ny. S, perempuan, 64 tahun, Islam, -Bebas nyeri: Klien mengeluh nyeri pada daerah leher dan menjalar sampai ketelinga. Kualitas nyeri yang
menikah,IRT dirasakan klien seperti ditusuk tusuk dengan durasi hilang timbul lebih dari 10 menit sekali, intensitas
Lama rawat 9 hari nyeri dengan skala 6/10, nyeri tidak berkurang dengan istirahat. Nyeri dirasakan pada saat klien makan
Diagnosa medis: Ca Tiroid dan minum juga saat klien bergerak terutama menggerakkan lehernya. Ekspresi wajah klien tampak
Riwayat : Hipertiroid dan Radiasi meringis menahan kesakitan dan kadang memegangi daerah lehersaat akan bergerak.
Rencana: PKU Hemodinamik : Nadi 68x/mnt, irama reguler, tekanan darah TD : 110/80 mmHg, N: 70 x/mnt, RR:
13x/mnt, S: 37,1 C,
- Nyaman :Klien mengeluh mudah merasa,t kelelahan klien mampu melakukan aktifitas ringan di tempat
tidur dan diruangan klien berada. Klien juga mengeluh mengalami penurunan selera makan karena
merasakan nyeri saat menelan makanannya. Status antropometri BB : 64kg, TB : 150 cm, IMT : 26. HB
12,2 g/dL Albumin, 3,4 d/dL, Gloulin: 4,5
Bermartabat dan dihormati: Klien berharap tetap memperoleh fasilitas pelyanan kesehatan yang terbaik
untuk kesembuhan penyakitnya. Walaupun dalam kondisi sakit , klien meminta untuk diperlakukan
dengan baik dan tetap dihargai sesuai dengan fungsinya.
- Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya.
-Kedekatan dengan orang yang bermakna: Klien ingin terus ditemani oleh ibunya dan suaminya, klien
mengatakan sangat dekat dan sayang pada ibunya karena ibunya sangat memperhatikan klien terlebih
ketika klien mulai sakit .
- Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2)Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 3) Kecemasan
- NOC : 1) Pain management, 2) Management nutrition, 3) Anxiety reduction,
NIC: 1) Pain level, 2) Management nutrition, 3) Anxiety self control, , 4) Medication administration:,
Dexamethason 2x2 tab, Rantin 2x1 tab, Tramadol 3x1000mg, IUFD: Nacl 0,9% 1500 ml/ /hari.
- Evaluasi: setelah klien dirawat selama 9 hari, klien mengatakan nyeri dibagian leher sudah berkurang
dengan skala 2-3, intensitas hilang timbul terutama saat dipakai bergerak, ekspresi wajah tampak rileks
saat bergeraksklien juga mengatakan nafsu makan mulai membaik,cemas berkurang, masalah sebagian
teratasi.

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


17. Tn. B, laki – laki, 461 tahun, Islam, - Bebas nyeri: Klien mengatakan mengeluh nyeri pada bagian perut atas dengan intensitas nyeri skala
menikah,Pedagang. 6/10.
lama dirawat 5 hari - Nyaman: klien kadang mengeluh mudah lelah. Hemodinamik: TD: 100/70 mmHg,N:79x/menit,
Diagnosa medic: Ca Pankreas S:370C, RR:20x/menit.
Riwayat:Cholelitiasis dan hepatitis - Bermartabat dan dihormati: klien sangat cemas dengan kondisi kesehatannya), klien membutuhkan
Rencana : Pro kemoterapi ke 3 dukungan optimal dari keluarganya dan petugas kesehatan, klien sangat tertekan sehingga sulit tidur.
- Cisplatin 150 mg - Damai: Klien mengatakan cemas, klien merasa sedih, tidak menyangka akan menderita penyakit ini.
- 5 FU 1500 mg - Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengharapkan dukungan dari keluarga
- Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Kecemasan,3) Intoleran aktivitas.
- Tujuan (NOC): 1) Pain level, 2) Anxiety self-control, 3) Activity tolerance.
- Intervensi (NIC): 1) Pain management,2) Anxiety reduction), 3)Energy management, 4) Medication
administration:
MST 2X50 mg, Rantin 2X 1 ampul, IVFD Nacl 0,9%/1000cc /24 jam,
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 5 hari, klien dapat beradaptasi dengan kondisi kesehatannya,
selanjutnya
persiapan untuk perawatan di rumah.
18. Ny. S.M, perempuan, 44 - Bebas nyeri: keluhan nyeri pada payudara kanan dengan intensitas nyeri skala 5/10.Nyeri seperti
tahun,Islam,IRT,menikah, ditusuk – tusuk.
Lama rawat 15 hari - Nyaman: klien mengeluh sering merasa kelelahanHemodinamik: TD: 110/70 mmHg, N:66x/menit,
Diagnosa medis: Karsinoma Payudara Dextra S:37,1C, RR:18x/menit, Hb: 12,7 g/dL.
Riwayat sering - Bermartabat dan dihormati: klien sangat stres dengan kondisi kesehatannya sehingga klien sangat
mengkonsumsi makanan siap saji dan tertekan dan mengeluh sulit tidur.
menggunakan PIL KB sejak 15 tahun lalu.adik - Damai: Klien mengatakan cemas
ibu klien menderita penyakit kanker paru – paru - Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengharapkan selalu dukungan dari keluarga
. - Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Kecemasan, 3) Keletihan,
Riwayat:Pro kemoterapi siklus ke 3 - Tujuan (NOC): 1) Pain level, 2) Anxiety self-control, 3) Activity tolerance,
- Intervensi (NIC): 1) Pain management, 2) Anxiety reduction, 3) Energy management
4) Medication administration: IVFD Nacl 0,9% 1500cc/24 jam,OMZ 2x1 amp, Ciprofloxacin 2x200 mg,
Ondansentron 3x8 mg.
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 15 hari, klien dapat beradaptasi dengan kondisi kesehatannya,
selanjutnya persiapan untuk perawatan di rumah.
19. Ny. S.P, perempuan, Bebas nyeri: keluhan nyeri pada daerah kemaluannya, dengan intensitas nyeri skala 6/10 durasi 15 menit
45tahun,Islam,IRT,menikah, seperti berdenyut – denyut..
Lama rawat 6 hari - Nyaman: klien mengeluh sering merasa kelelahan. Hemodinamik: TD: 120/70 mmHg, N:86x/menit,

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Diagnosa medis: Ca Vulva S:36,1C, RR:16x/menit, Hb: 12,7 g/dL.
Riwayat : Sudah melakukan hubungan seksual - Bermartabat dan dihormati: klien sangat stres dengan kondisi kesehatannya sehingga klien sangat
sejak SMP tertekan dan mengeluh sulit tidur.
Rencana: PKU - Damai: Klien mengatakan cemas dan takut suaminya selingkuh lagi
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengharapkan selalu dukungan dari keluarga
terutama suaminya
- Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Kecemasan, 3) Keletihan,
- Tujuan (NOC): 1) Pain level, 2) Anxiety self-control, 3) Activity tolerance,
- Intervensi (NIC): 1) Pain management, 2) Anxiety reduction, 3) Energy management4) Medication
administration: IVFD Nacl 0,9% 500cc/24 jam, , Cefatazim 1x1000 mg, Ondansentron 3x8 mg, MST 2x
20 mg
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 6 hari, klien dapat beradaptasi dengan kondisi
kesehatannya,nyeri,cemas dan keletihan sebagian teratasi karena klien sudah dapat beradaptasi.
20. Tn. M.Y laki – laki Bebas nyeri: keluhan nyeri pada bagian perut atas, nyeri berdurasi 10 menit sekali , dengan intensitas
39 tahun, Islam,swasta ,menikah, nyeri skala 9/10 seperti ditusuk – tusuk.
Lama rawat 9 hari - Nyaman: klien badannya sangat lemas dan mudaga terasa lelah, kadang kepala juga sering merasa
Diagnosa medis: Ca Gaster pusing. Hemodinamik: TD: 110/70 mmHg, N:66x/menit, S:36,1C, RR:14x/menit, Hb: 11,7 g/dL.
Riwayat : mengkonsumsi makanan siap saji - Bermartabat dan dihormati: klien sangat stres dengan kondisi kesehatannya sehingga klien sangat
sejak kecil. tertekan dan depresi
Rencana: Kemoterapi siklus ke 5 - Damai: Klien mengatakan cemas dan takut akan kematian
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengharapkan selalu dukungan dari keluarga
terutama istrinya
- Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Kecemasan, 3) Keletihan,
- Tujuan (NOC): 1) Pain level, 2) Anxiety self-control, 3) Activity tolerance,
- Intervensi (NIC): 1) Pain management, 2) Anxiety reduction, 3) Energy management4) Medication
administration: IVFD Nacl 0,9% 500cc/24 jam, , Ondansentron 3x8 mg, MST 2x 20 mg
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 9hari, klien dapat beradaptasi dengan kondisi
kesehatannya,nyeri,cemas dan keletihan sebagian teratasi karena klien sudah dapat beradaptasi.
21. Tn. T.K, laki - laki, 46 tahun, Budha, Bebas nyeri: Klien mengatakan nyeri pada daerah post colostomy, kualitas nyeri seperti diiris - iris
menikah,karyawan dengan durasi 5menit, intensitas nyeri skala 6/10.
Lama rawat 5 hari - Nyaman: Klien mengatakan tubuhnya selalu terasa lemas, klien juga mengeluh kurang napsu makan
Diagnosa medis: Karsinoma Colon Sigmoid Std. Hemodina,ik: TD:110/60 mmHg, N: 79x/menit,
IIA/(T3N0M0) S: 36,80C, RR: 15x/menit.
- Riwayat sering mengkonsumsi mie instan dan - Bermartabat dan dihormati: klien mengatakan bahwa sejak didiagnosis mengidap kanker ia tidak bisa

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


makan – makanan yang dibakar, kurang makan bekerja seperti biasa lagi.
yang berserat tinggi seperti sayuran. - Damai: Klien mengatakan cemas akan keadaan dirinya
- Riwayat genetik dari sedarahibu ada yang - Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengungkapkan bahwa selama sakit ia merasa
menderita kanker rektum. kesepian, jauh dari keluarga.
- Riwayat Post Colostomy dan Post kemoterapi - Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Kecemasan, 3) Keletihan, 4) Risiko infeksi
siklus pertama. - Tujuan (NOC): 1) Pain level, 2) Anxiety self-control, 3) Activity tolerance,4) Infection Risk).
Rencana : PKU. - Intervensi (NIC): 1) Pain management, 2) Anxiety reduction, , 3) Energy management
, 4) Infection protection, 5) Medication administration): Ciprofloxacin 3x500 mg,Ondansentron 3x8 mg,
IVFD Nacl 0,9% 1000 cc/24jam,.
- Evaluasi: Setelah dirawat 5 hari klien dapat beradaptasi dengan nyerinya, cemas dan kelelahan dapat
teratasi sebagian.
22. Tn. K, 43 tahun, Islam, Petani, Menikah - Bebas nyeri: Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bawah menyebar ke kuadran kanan bawah,
Diagnosa medic: Karsinoma Rekti kualitasnyeri seperti diiris dengan durasi 5 menit, intensitas nyeri skala 6/10.
Lama dirawat: 7 hari - Nyaman: Klien mengalami penurunan nafsu makan dan mual, dan mengeluh badan lemes sehingga
Riwayat: Post radiasi. tidak bisa melakukan kenutuhannya sendiri. Hemodinamik:TD:110/70 mmHg, N: 73x/menit, S: 37,4C,
Rencana: PKU + Kemoterapi RR: 17x/menit.
- Bermartabat dan dihormati: klien mengatakan membutuhkan dukungan dari istrinya dan anak –
anaknya serta perawat dan dokter.
- Damai: Klien mengatakan cemas.
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengharapkan dukungan yang penuh dari keluarga
iagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Kecemasan, 3) Keletihan,
- Tujuan (NOC): 1) Pain level, 2) Anxiety self-control), 3) Activity tolerance).
- Intervensi (NIC): 1) Pain management, 2) Anxiety reduction, , 3) Energy management
4) Medication administration:MST 2X 10 mg, Ondansentron 3x8 mg, IVFD Nacl Dextrose 5% 500 cc/8
jam.
Evaluasi: Setelah menjalani perawatan selama 7 hari, keluhan nyeri berkurang,cemas daan kelelahan
sebagian teratasi, klien cukup kooperatif terhadap perawatan.
23. Ny. S., perempuan, 43tahun, Islam,I RT, - Bebas nyeri: klien mengeluh nyeri dilehernya,yeri sangat mengaganggu bila klien sedang makan karena
menikah, harus menelan dan menggerakkan lehernya. nyeri seperti ditusuk sehingga kadang menyebabkan sesak
Lama rawat 7 hari nafas, intensitas nyeri skala 7/10.ekspresi wajah klien tampak meringis. Hemodinamik : Nadi 70x/mnt,
Diagnosa medis: Ca Tyroid irama reguler, tekanan darah 130/80 mmHg, RR : 16 x mnt mukosa bibir kering,CRT:< 3 detik.-
Rencana: PKU - Nyaman : klien mengeluh perut terasa mual dan terkadang ingin muntah dan tidak ada nafsu makan,
klien merasa tubuhnya lemas, HB: 10,3, Konjungtiva anemis, Albumin :3,0, GDS :90, Suhu tubuh : 36
o
C. Klien juga mengatakan berat badan nya turun sampai 6 kg selama sakit.Lemak subcutan tipis klien

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


mendapat diit TKTP 1700 kkal habis ¼ p makan. Jenis makanan yang di berikan nasi serta lauk pauk
dan sayur juga buah.
TB : 160 CM, BB : 48 kg. IMT : 18
- Bermartabat dan dihormati: klien mengatakan membutuhkan dukungan dari semua keluarga dan
perawat juga dokter, klien merasa cemasdengan penyakitnya.
- Damai: klien merasa cemas dengan penyakitnya dan proses pengobatannya selanjutnya.
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengatakan dekat dengan suami dan anak – anaknya
dan selalu berharap keluarganya itu selalu mendampingi dirinya.
- Diagnosa keperawatan: 1) nyeri kronis, 2)Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 3) Kecemasan, 4)
Intoleransi aktifitas.
- NOC : 1) Pain management, 2) Airway management, 3) Management nutrition, 4) Anxiety reduction, 5)
Activity tolerance.
- NIC: 1) Pain level, 2) Management nutrition, 3) Anxiety self control, 4) Energy management, 5)
Medication administration: MST 2x 10 mg, ranitidine 2x 1tab, TPN: Aminofluid 1000cc/hari.
Evaluasi: setelah klien dirawat selama 7 hari, klien sudah dapat beradaptasi dengan nyerinya, skala nyeri
2/10, klien juga mengatakan nafsu makan sedikit mulai membaik, cemas dan kelemahan mulai teratasi
sebagian, klien merasa bersyukur keluarganya tetap mendukung dirinya dalam menjalani pengobatan.
25. Ny. R., perempuan, 41 tahun, Islam, I RT, - Bebas nyeri: Klien mengeluh nyeri pada bagian payudara sebelah kanan dengan intensitas nyeri skala
menikah, 6/10, durasi 10 menit , nyeri seperti terbakar.
Lama rawat 8 hari - Nyaman: klien merasa kelelahan selama sakit ini. Hemodinamik:TD: 120/70 mmHg, N:80x/menit,
Diagnosa medis: Ca payudara Dextra S:36,70C, RR:17x/menit.
Riwayat : menggunakan PIL KB selam 10 tahun - Bermartabat dan dihormati: klien sangat stres dengan kondisi kesehatannya, klien berharap dapat
Rencana: PKU +Kemoterapi menyelesaikan program pengobatannya dengan baik
- Damai: Klien mengatakan cemas dan klien merasa sedih,dengan penyakit ini.
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengharapkan dukungan dari keluarga dan petugas
kesehatan.
- Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Kecemasan, 3) Keletihan.
- Tujuan (NOC): 1) Pain level,), 2) Anxiety self-control), 3) Activity tolerance.
- Intervensi (NIC): 1) Pain management), 2) Anxiety reduction), 3) Energy management
, 4) Medication administration): IVFD Nacl 0,9% 1000cc/24 jam, MST 2X10mg, Rantinidine 2X1 tab.
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 8 hari, klien dapat beradaptasi dengan kondisi kesehatannya,
selanjutnya persiapan untuk perawatan di rumah.
26. Ny. YN., perempuan, 54 ,Budha, IRT, menikah, Bebas nyeri: keluhan nyeri bagaian perut dengan intensitas nyeri skala 8/10.
Lama rawat 5 hari - Nyaman: klien mengeluh sering merasa kelelahan dan selera makan berkurang .Hemodinamik: TD:

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Diagnosa medis: Karsinoma Ovarium Std. IIIB 110/80 mmHg, N:94x/menit, S:37,10C, RR:22x/menit, Hb: 9,3 g/dL.
Riwayat histerektomy + Post kemoterapi. - Bermartabat dan dihormati: klien mengharapkan dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan,
Rencana: PKU dan Transfusi PRC - Damai: Klien mengeluh cemas klien merasa sedih, tidak menyangka akan menderita penyakit ini.
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengharapkan agar bisa berkumpul dengan
keluarganya lagi seperti dulu dan ingin sehat selalu.
- Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Kecemasan, 3) Keletihan
- Tujuan (NOC): 1) Pain level, 2) Anxiety self-control), 3) Activity tolerance.
- Intervensi (NIC): 1) Pain management, 2) Anxiety reduction, 3)Energy management
, 4) Medication administration: Tramadol 3x100 mg, IVFD Nacl 0,9%1000 cc/24 jam,
, Ranitidin 3x1, PRC 500 cc, Ondansentron 3x1, Ceftriaxone 1x3 gr,
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 5 hari, klien dapat beradaptasi dengan kondisi kesehatannya,
selanjutnyapersiapan untuk perawatan di rumah.
27. Tn. AS., laki-laki, 31 tahun, Islam, menikah Bebas nyeri: keluhan nyeri (-)
Lama rawat 7 hari. - Nyaman: Klien mengeluh ada rasa mual dan napsu makan menurun hemodinamik: TD: 110/70
Diagnosa medis: Karsinoma mmHg,N:70x/menit, S:36,20C, RR:17x/menit.
Nasofaring Std. IVB (T4N3M0). - Bermartabat dan dihormati: klien merasa sedih dan bingung terhadap penyakitnya
Hasil biopsi: Ca. Nasofaring tidak - Damai: klien merasa sedih dan membutuhkan dukungan optimal dari keluarganya.
berkeratin, tidak berdiferensiasi, derajat - Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien sangat dekat dengan anak dan istrinya.
keganasan menengah. - Diagnosa keperawatan: 1) Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 2) Risiko infeksi sekunder, 3)
Riwayat seringmengkonsumsi mie instan dan Kurang pengetahuan akan proses penyakit dan prosedur pengobatan
ikan asin. Riwayat sering mengalami pilek yang - Tujuan (NOC): 1) Risk control nutrition, 2) Risk Control: Infection Proces), 3) Knowledge:
tidaksembuh. cancer management.
Rencana : PKU Pro Radiasi - Intervensi (NIC): 1) Management nutrition, 2) Infection protection, 3) Teaching:
procedure/treatment, 4) Medication administration: Ondansentron 3x80 mg, TPN : clinimix 1000 cc/ hari
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 7 hari, keluhan mual berkurang, selera makan klien bertambah klien
tetap kooperatif dengan program pengobatan, intervensi keperawatan dilanjutkan.
28. Tn. T., laki-laki, 64 tahun, Islam, menikah, - Bebas nyeri: klien mengeluhan nyeri pada dadanya, kualitas nyeri dirasakan seperti diremas - remas
Lama rawat 14 hari dengan durasi 3 menit,hilang timbul, Intensitas nyeri skala 5/10.
Diagnosa medis: Adenokarsinoma Paru Std. - Nyaman: Klien mengeluh nafasnya sering merasa sesak ,Hemodinamik: TD:120/80 mmHg, N:
IVA (T4N1M0). 86x/menit, S: 36,50C, RR: 24x/menit.
Riwayat merokok sejak SLTA - Bermartabat dan dihormati: klien membutuhkan perhatian utamanya dari keluarga terutama anak
Rencana : Pro Radiasi anaknya
- Damai: Klien mengeluh cemas dan mengungkapkan perasaan yang tidak menentu. Jika mengingat
penyakitnya

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien merasa kesepian, rasa rindu untuk berkumpul dengan
anggota keluarga lain.
- Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Pola napas tidak efektif, 3) Kecemasan,
- Tujuan (NOC): 1) Pain level, 2) Respiratory status: Ventilation, 3) Anxiety self-control
- Intervensi (NIC): 1) Pain management, 2) Airway management, 3) Anxiety reduction
5) Medication administration: Vitamin B1, B6, dan B12 1x1, MST 2x 10 mgOndansentron 3x8 mg, terapi
Nebulizer 3x hari
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 14 hari, nyeri dan sesak berkurang, klien tetap kooperatif dengan
program pengobatan, intervensi keperawatan dilanjutkan.
29. Ny. IN., perempuan, 32 tahun, Islam, menikah, Bebas nyeri: klien mengeluh nyeri pada abdomen dengan intensitas nyeri skala 8/10.
Lama rawat 8 hari - Nyaman: klien merasa kelelahan dan tidak mampu melakukan aktifitas sendiri. Hemodinamik: TD:
Diagnosa medis: Karsinoma Serviks Std. IIIB 110/60mmHg, N:78x/menit, S:36,5C, RR:18x/menit.
Riwayat : kemoterapi - Bermartabat dan dihormati: klien sangat stres dengan kondisi kesehatannya (yang tak kunjung
Rencana : Radiasi sembuh, klien membutuhkan dukungan optimal dari keluarganya dan petugas kesehatan.
- Damai: klien mengeluh sangat cemas dan merasa sedih, tidak menyangka akan menderita penyakit ini.
- Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengharapkan dukungan dari keluarga dan mereka
tetap setia merawatnya.
- Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Kecemasan, 3) Keletihan.
- Tujuan (NOC): 1) Pain level), 2) Anxiety self-control, 3) Activity tolerance.
- Intervensi (NIC): 1) Pain management (1400), 2) Anxiety reduction (5820), 3) Energy management
, 4) Medication administration: IVFD Nacl 0,9 1000 cc/24jam.
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 8 hari, klien dapat beradaptasi dengan kondisi kesehatannya,
selanjutnyapersiapan untuk perawatan di rumah.
30. Ny. M., perempuan, 41 tahun, Islam, menikah, Bebas nyeri: klien mengeluh nyeri pada benjolan di payudara kiri dengan intensitas nyeri skala
Lama rawat 6hari 6/10.nyeri seperti ditarik tarik dengan durasi 5 menit.
Diagnosa medis: Karsinoma Payudara Sinistra - Nyaman: klien merasa kelelahandan merasa tidak berdaya. Hemodinamik: TD: 120/70 mmHg,
Std. IIIB (T4N0M0). N:84x/menit, S:370C, RR:18x/menit.
Riwayat genetik (saudara kandung juga - Bermartabat dan dihormati: klien sangat tertekan sehingga merasa depresi.
menderita kanker payudara dan telah - Damai: Klien mengeluh cemas sekali.
meninggal) dan riwayat pengobatan alternatif. - Kedekatan dengan orang yang bermakna: klien mengharapkan dukungan dari keluarga
Rencana: PKU - Diagnosa keperawatan: 1) Nyeri kronis, 2) Kecemasan, 3) Keletihan.
. - Tujuan (NOC): 1) Pain level, 2) Anxiety self-control, 3) Activity tolerance.
- Intervensi (NIC): 1) Pain management (1400), 2) Anxiety reduction (5820), 3) Energy management 4)
Medication administration: IVFD Nacl 0,9%:Dextrose 5% 500cc=1:1/24 jam,

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Cefotaxime 3x1 gr, Tramadol 2x1, ranitidine 2x1 tab
- Evaluasi: Setelah dirawat selama 6hari, klien dapat beradaptasi dengan kondisi kesehatannya,
selanjutnya persiapan untuk perawatan di rumah.

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Lampiran 5 : Penjelasan Pelaksanaan EBN

Penjelasan Pelaksanaan EBN

Nama : Dame Lestaria Napitupulu (NPM 1106042675)

Mahasiswa Program pendidikan spesialis Keperawatan Medikal Bedah

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Supervisor utama : Agung Waluyo, S.Kp., MSc., PhD

Supervisor : Riri Maria, S.Kp., MANP

Memomohon kesedian saudara/i untuk berpartisipasi / responden dalam penerapan EBN


ini secara sukarela. Sebagai responden, saudara/I berhak untuk menentukan sikap untuk
tetap berpartisipasi dalam penerapan EBN ini atau mengundurkan diri setiap saat dengan
alas an apapun tanpa adanya penalti. Berikut ini, saya jelaskan beberapa hal yang terkait
dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Tujuan penerapan EBN

Penulis ini bertujuan untuk mengurangi mual muntah akibat kemoterapi pada pasien yang
menderita kanker setelah pemberian akupresur pada titik P6 dan ST 36..

Prosedur penelitian

Pada tahap awal, penulis akan melengkapi data demografi responden. Setelah itu peneliti
menawarkan partisipasi saudara/i untuk bersedia menjadi responden dan mengikuti
penelitian. Saudara/i akan diberi penjelasan dan wawancara, Setelah selesai pengambilan
data maka klien akan dilakukan akupresur pada titik P6 dan ST 36. Penerapan EBN ini
tidak berbahaya maupun berisiko bagi keselamatan Bapak/Ibu dan. Kemudian setelah
pemberian kemoteapi maka akan dinilai mual muntah dengan kuesioner yang telah
disediakan. Demikian informasi tentang penerapan EBN ini, apabila ada hal-hal yang
kurang jelas dapat langsung ditanyakan kepada penulis, atas partisipasi yang diberikan,
saya sampaikan terima kasih

Jakarta, April 2014

peneliti

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Lampiran 6 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penerapan EBN

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama (inisial) : : :

Umur :

Alamat :

Setelah saya mendapatkan penjelasan tentang penerapan EBN ini, maka saya memahami
bahwa tujuandari penerapan EBN ini akan bermanfaat bagi saya. Saya mengerti bahwa
penerapan EBN ini sangat menghormati hak – hak saya sebagai pasien. Saya memiliki
hak untuk berpartisipasi secara sukarela dan juga menolak berpartisipasi bahkan berhenti
dalam penerapan EN ini jika suatu saat saya merasa keberatan.

Dengan menandatangai surat persetuuan ini, berarti saya telah menyatakan bersedia untuk
berpartisipasi dalam penerapan EBN ini dan saya akan memberikan data yang diperlukan
dengan sebenarnya.

Mengetahui Jakarta, April 2014


responden

Dame Lestaria N

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Lampiran 7 : Prosedur Penerapan EBN

IMPLEMENTASI AKUPRESUR PADA TITIK P6 DAN ST 36

1. Waktu dan tempat pelaksanaan

Terapi akupresur ini dilakukan di ruang rawat inap Teratai RS Kanker


Dharmais, dari tanggal 21 April sampai 7 mei 2014. dilakukan 25 menit
sebelum kemoterapi dan diulangi 6 dan 12 jam kemudian disetiap siklus
kemoterapi.

2. Partisipan

Partisipan yang dipilih untuk terapi akupresur adalah pasien kanker yang
mendapat kemoterapi yang dirawat diunit Teratai RS Kanker Dharmais
dengan kriteria:

a. Kriteria inklusi :
1) Usia diatas 18 tahun
2) Kesadaran compos mentis, mampu berkomunikasi dengan baik/
koorperatif
3) TTV normal
4) Pasien tidak mengalami edema pada tangan dan kaki
5) Rute pemberian kemoterapi melalui intravena

b. Kriteria eksklusi:
1) Pasien mengalami anticipatory nausea and vomiting
2) Pasien dengan riwayat menggunakan alkohol
3) Pasien dengan kanker saluran cerna, hati dan pancreas
4) Pasien dengan kontraindikasi akupresur : kulit yabg
terluka,bengkak,tulang retak,kulit yang terbakar dan myalgia
5) Siklus kelima atau lebih

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


“ Lanjutan”

3. Intervensi akupresur

a. Persiapan alat
1. Minyak massase dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan akupresur
yang telah direncanakan dalam rencana perawatan dengan memenuhi higine.
2. Waslap atau tissue

b. Persiapan pasien
1. Lakukan interaksi awal melalui komunikasi interpersonal dengan pasien.
2.. Berikan informasi (penjelasan) tentang perawatan yang akan dilakukan.
3. Jelaskan beberapa posisi dan support sesuai dengan daerah yang akan
akupresur
4. Persilahkan dan bantu pasien dalam posisi yang sesuai dengan bagian tubuh
yang akan diakupresur dan diberikan support dengan prinsip posisi anatomis
dan rileks.
5. Anjurkan pasien untuk selalu rileks selama dilakukan akupresur

c. Prosedur
1. Pastikan bahwa akupresur dapat dilakukan pasien dengan pemeriksaan adanya
kontraindikasi seperti kontusio, jaringan skar atau infeksi pada kulit
2. Tentukan kriteria hasil yang akan dicapai.
3. Tentukan lokasi titik P6 dan St36 yang akan dilakukan akupresur.
4. Oleskan massage oil secukupnya pada daerah yang akan dilakukan akupresur
5. Lakukan pengurutan pada titik P6 dan St36 searah aliran meridian yang
bertujuan untuk melancarkan aliran energi vital.
6. Lakukan akupresur pada titik yang dimaksud sesuai dengan kebutuhan yaitu
penekanan yang bereaksi menguatkan atau yang, dapat dilakukan selama 30
kali tekanan atau putaran dan mengikuti putaran arah jarum jam atau searah
dengan jalannya meridian.

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


7. Evaluasi respon klien baik verbal maupun nonverbal selama akupresur
8. Ulangi prosedur sesuai kebutuhan, pada 6 dan 12 jam pemberian
kemoterapi.
9. Observasi hasil yang didapat setelah dilakukan akupresur baik verbal
maupu nonverbal
10. Bersihkan pasien dari sisa massage oil yang dipakai dengan handuk atau
tissue
11. Dokumentasasikan tindakan yang dilakukan dan hasil yang telah dicapai.
12. Rapikan alat dan bahan dan area kerja

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Lampiran 8 : Kuesioner Mual Muntah RHODES

KUESIONER MUAL MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI

NO PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

1. Dalam 12 jam terakhir, saya merasakan Tidak ada < 2jam 2 - 4 jam 4 - 6 jam Lebih 6 jam
mual selama …………. Jam

2. Dalam 12 jam terakhir, saya merasakan Tidak ada 1-2 kali 3 - 4 kali 5 - 6 kali 7x atau lebih
mual …….. kali

3. Dalam 12 jam terakhir, saya muntah Tidak ada 1-2 kali 3 - 4 kali 5 - 6 kali 7x atau lebih
……. Kali

4. Dalam 12 jam terakhir, setiap muntah Tidak ada > 100 100 - 400 cc 402 - 600 Lebih 600 cc
keluar sebanyak ….. cc

Skor mual/muntah/mual muntah *

Keterangan
* : Diisi oleh perawat
Sumber : Diadaptasi dari Rhodes Index Nausea, Vomitting and Retching oleh Verna A. RhodeS

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Lampiran 9 : Pengkajian ESAS

Nama :

No. MR :

Tanggal Lahir :
APA GEJALA YANG DIRASAKAN SEKARANG??
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)

(The Edmonton Symptom Assessment System (ESAS

Silahkan diisi angka yang menggambarkan kondisi anda SEKARANG.


)
TIDAK NYERI 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 NYERI HEBAT*

TIDAK LELAH 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 LELAH

TIDAK 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MENGANTUK
MENGANTUK BERAT

TIDAK MUAL 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MUAL HEBAT

NAFSU 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 NAFSU MAKAN


MAKAN BAIK BURUK

NAFAS BIASA 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SESAK NAFAS


HEBAT

TIDAK 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 DEPRESI BERAT


DEPRESI

TIDAK 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 CEMAS BERAT


CEMAS

SUASANA 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SUASANA HATI


HATI BAIK- TIDAK MERASA
BAIK SAJA BAIK

LAIN-LAIN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MASALAH
................. BERAT

Diisi oleh:

□ pasien

□ keluarga

□ perawat

Tanggal ...........

Jam.........

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Lampiran 10 : Petunjuk Pengisian Pengkajian ESAS

KETERANGAN PENGISIAN:

Pasien melingkari nomer yang mengindikasikan gejala mana yang bisa diwakili
dengan nilai.

Nilai yang anda pilih, mengindikasikan gejala yang dirasakan:

0 Gejala tidak dirasakan sama sekali


1-3 Gejala dirasakan namun masih bisa beraktivitas
4-6 Gejala terasa dan mulai mengganggu aktivitas, sudah mulai mencari
pengobatan
7-10 Gejala sangat dirasakan sekali, sehingga aktivitas terhenti, berfokus
pada keinginan mengatasi gejala yang dirasakan.

Contoh pada nyeri, dapat mengacu pada gambar berikut:

Tidak : Ringan : Sedang : Berat

Dilembaran ESAS diisi:

Tidak nyeri 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nyeri sangat hebat

Nomer yang dilingkari kemudian dicatat ke dalam catatan keperawatan (misalnya


catatan perkembangan) atau formulir ESAS dicatat. Cth: Skor nyeri 6. Jika pasien
dalam keadaan nyeri, mereka seharusnya menandai diagram tubuh yang
menandai lokasi sakit. Ini dilakukan tiap kunjungan, tidak perlu dilakukan harian,
namun perubahan dapat dicatat. Bila anda merasakan gejala lain diluar dari 9 hal
diatas, maka anda bisa mengisi dibagian terakhir Lain-lain, dengan mengisi titik
keluhan yang dirasakan, misalnya konstipasi (bab keras), mukositis (sariawan &
mulut perih), diare, dan lain sebagainya.Nilai gejala yang anda rasakan ini
diperlukan untuk menentukan tindakan yang tepat diberikan oleh tim kesehatan.

TERIMA KASIH

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


GRAFIK ESAS Lampiran 11: grafik ESAS

TANGGAL

Nyeri

Lelah

Mengantuk

Mual

Nafsu makan

Nafas sesak

Depresi

Cemas

Suasana hati

Lain-lain

Diisi oleh:
P= Pasien
K= Keluarga/relasi
N= Ners/Perawat

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Lampiran 12 : Algoritma ESAS

ALGORITMA:
Nyeri Kanker : Skrining dan Pengkajian
Skrining nyeri dengan menggunakan ESAS tiap kunjungan

Skor ESAS 1-3 Skor ESAS 4-6 Skor ESAS 7-10

(adaptasi dari Fraser Health)


Pengkajian menggunakan akronim O,P,Q,R,S,T,U, dan V
Onset Kapan terjadi? Seberapa lama? Seberapa sering?
Provoking/Pemicu Apa yang memicu nyeri? Apa yang membuat nyeri berkurang dan memburuk?
Quality Bagaimana rasanya? Bisakah anda gambarkan?
Region/Radiation Dimana letak nyerinya? Apakah menjalar ketempat lain?
Severity Berapa intensitas gejala ini (pada skala 0-10, dengan O berarti tiada, dan 10 paling parah)?
Sekarang? Parahkah? Biasakah? Seberapa mengganggunya? Apakah ada gejala lain
menyertai?
Treatment Pengobatan apa yang digunakan saat ini? Seberapa efektif? Apakah ada efek samping
pengobatan tsb? Obat apa yang telah digunakan sebelumnya?
Understanding/Impact on You Setahu anda apa yang menyebabkan gejala ini? Bagaimana gejala ini mempengaruhi anda
dan/atau keluarga?
Values Apa pencapaian anda untuk nyeri ini? Apa level pencapaian yang nyaman untuk gejala ini
(dari skala 0-10)? Apakah ada pandangan atau perasaan lain tentang gejala ini bagi anda
atau keluarga anda?
* Pengkajian fisik (fokus pada area nyeri untuk menentukan penyebab dan tipe nyeri); riwayat (faktor resiko); kaji resiko adiksi; gejala yang
mengikuti: cth. Nausea, vomiting, konstipasi, baal, gatal, retensi urin

Pasien tdk menggunakan Nyeri atau analgesik menggangu Pasien dlm kondisi distres/tdk nyaman
fungsi & ADL Onset nyeri tiba-tiba dan mendadak
analgesik
Ungkapan Pasien tidak mampu Eksaserbasi akut dari sebelumnya
Nyeri ringan tdk gg ADL menangani nyeri dengan obat yang Nyeri menjalar kesisi lain
ada Diikuti kelemahan motorik
Analgesik mengganggu ADL

Intervensi untuk semua pasien, yang diperlukan


NON-FARMAKOLOGI
Intervensi psiko-sosio-spiritual (edukasi pasien, konseling, aktivitas rekreasional, relaksasi terapi imagery, interaksi sosial, konseling
spiritual)
Terapi lain (fisioterapi, terapi okupasional, pijat, aromaterapi, terapi musik, akupunktur, transkutan elektrikal nerve stimulasi,
reflexologi, Reiki, hipnoterapi).
Intervensi lain, sept. Terapi radiasi, vertebroplasty, pembedahan dan intervensi anestesi seharusnya dipertimbangkan pada apasien
dengan kesulitan mengontrol nyeri
Edukasi pasien
Analgesik rutin, manajemen efek samping, terapi non farmakologik yang dapat digunakan beriringan dengan terapi farmakologi.
FARMAKOLOGI
Keparahan nyeri menentukan jenis analgesik yang dibutuhkan sesuai dengan WHO Analgesik Ladder
Tipe dan penyebab nyeri akan mempengaruhi analgesik adjuvan (cth. Nosiseptif, neuropatik, metastase tulang)
Dengan adanya penurunan fungsi ginjal, penggunaan opioid seharusnya perlu dipantau dan dikurangi dosis dan/atau frekuensinya
Fentanyl, methadone dan oxycodone adalah opioid teraman bagi pasien penyakit ginjal kronis
Penggunaan Methadone memerlukan pengalaman dokter yang meresepkan, periksa interaksi obat yang penting sebelum meresepkan
obat pada pasien gangguan ginjal.
Saat menggunakan formulasi transmucosal fentanyl formulation untuk nyeri, dosis yang digunakan sesuai titrasi dari dosis reguler
opioid.
Untuk pasien dengan nyeri hebat yang sudah stabil dan penggunaan dosis opioid stabil atau yang mengalami kesulitan menelan atau
nausea dan muntah, fentanyl transdermal patch bisa digunakan untuk nyeri stabil
Tentukan nyeri: noiseptif, neuropatik atau mix?
Tipe dan penyebab nyeri akan mempengaruhi peliehan analgesik adjuvan (mis. Nociceptive, metasase tulang)
Pilihan antidepresan atau antikonvulsan seharusnya didasarkan atas kesamaan penyakit, terapi obat dan efek samping serta
pengalaman
Tidak adanya kecukupan bukti untuk mendukung rekomendasi opioid topikal
Tidak adanya kecukupan bukti untuk mendukung terapi nyeri kanker lini pertama atau kedua dengan cannabinoid namun hal tersebut
berperan dalam nyeri berulang, terutama nyeri refraktori neuropatik
Transdermal fentanyl seharusnya tidak digunakan pada pasien opioid naive
Saran Speasialis perawatan paliatif harus dipertimbangkan untuk pilihan yang sesuai, dosis dan rute opioid pasien dengan penurunan
fungsi ginjal apada pasien dengan masalah kontrol nyeri
EFEK SAMPING OPIOID
Banyak pasien opioid naive akan mengalami nausea atau munta awal pemakaian, toleransi biasanya terjadi dalam waktu 5-10 hari.

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


‘’Lanjutan’’

Pasien mulai opioid untuk nyeri sedang hingga berat seharusnya memiliki akses antiemetik untuk didapatkan teratur.
Mayoritas pasien menggunakan opioid untuk nyeri sedang hingga berat yang berkembang menjadi konstipasi. Kemudian menjadi sedikit
bahkan tiada toleransi. Pengobatan profilaksis paling umum untuk mencegah konstipasi akibat opioid adalah kombinasi stimulan (senna
atau bisocodyl) dan laksatif osmotik.
Nyeri pada Kanker Dewasa

Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat


Care Pathway 1 Care Pathway 2 Care Pathway 3

PENGOBATAN FARMAKOLOGIS FARMAKOLOGIS FARMAKOLOGIS


Jika seseorang opioid naive: Pengobatan dengan opioid kuat
DENGAN NON OPIOID o Dosis awal morfin biasanya 5 mg Jika seorang opioid naive: Oral; morfin 5-10 mg PO
Q4h denghan 2.5-5 mg Q1H prn q4h dan 5 mg PO q1h atau hydromorfin 1.0-2.0 mg
Asetaminofen dan NSAID untuk nyeri. Untuk lansia mulai PO q4h dan 1.0 mg PO q1h PRN atau Subkutan:
dosis 2.5mg Q4h morfin 2.5-5 mg subkutan q4h dan 2.5 mg subkut
termasuk COX-2 inhibitor o Dosis awal Hidromorfin 1 mg Q4h q30min PRN atau hydromorfin 0.5-1.0 mg
harus pertimbangkan dosis dengan 0.5-1 mg Q1h prn untuk subkutan q30min prn
nyeri. Lansia pakai dosis awal 0.5 Jika pasien mendapatkan opioid, tingkatkan dosis
rendah
mg Q4h reguler dan terobosan (awal) 25%. Frekuensi
Kebutuhanpengobatan jangka o Dosis awal Oxycodone adalah 2.5 berubah jika dosis awal q1h PRN jika PO dan
panjang harus dicek teratur, mg atau 1 ½ tab Q4H dengan 2.5 q30min PRN jika subkut
mg atau 1 ½ tab Q2H prn untuk Jika pasien mendapatkan opioid terus meneru,
jika tidak ada respon mengatasi nyeri. (Dosis terendah tingkatkan dosis 25%. Perubahan dosis hingga 10-
signifikan, dalam satu minggu oxycodone tab tersedia, baik 15% dari dpsis reguler 24 jam, meskipun q1h PRN
kombinasi asetaminofen atau atau q30min PRN jika subkut.
pengobatan harus dihentikan. tidak, mengandung 5 mg Titrasi dosis tiap hari tiap 24 jam untuk
Penggunaan jangka panjang oxycodone, sama dengan ~5-10mg menggambarkan total dosis 24 jam selanjutnya
morfin) diterima
NSAID harus dilengkapi Jika pasien mendapatkan opioid: Jika pembatasan opioid tidak teratur, efek samping
dengan proteksi mukosa o Persiapan dosis awal dengan q4h, akan timbul (mis. Nausea, ngantuk, myoclonus),
lambung tingkatkan reguler hingga 25 % pertimbangkan mengganti kejenis opioid lain dan
o Opioid selanjutnya tingkatkan dosis titrasi ulang atau konsulkan ke unit paliatif
Kurangnya bukti penggunaan Untuk pasien dengan nyeri parah yang tidak
hingga 25 %. Ubah dosis hingga
bophosphonat untuk terapi terkontrol pertimbangkan mengganti ulang
10% dari dosis reguler, baik q1-2
kedosis sama harian untuk memudahkan titrasi
awal manajemen nyeri jam PRN PO atau q30 min PRN sub segera dosis atau ganti ke persiapan sc atau infus
cutan Meperidin dan pentazocin seharusnya tidak
o Pasien dengan nyeri stabil dan digunakan secara umum pada pasien kanker
penggunaan analgesik, menerima dengan nyeri kronik atau akut
PENGOBATAN DENGAN OPIOID morfin oral, oxycodone atau Jika ada kesulitan mendapatkan kontorl nyeri,
Untuk nyeri ringan –sedang, hydromorphine harus memiliki konsul ke unit paliatif.
kelemahan opioid seperti obat yang diubah ke formula
codein atau tramadol dapat terkontrol diberikan q12h untuk 1. Krisis nyeri kanker memerlukan penggunaan
diberikan kombinasi dengan memudahkan pemberian. Dosis analgesik awal, terapi adjuvan, ketenangan dan
non opioid analgesik short acting biasanya 10% dari total lingkungan nyaman
Jika nyeri tidak terkontrol dosis 2. Pertimbangkan konsultasi ke unit paliatif atau
o Frekuensi dosis oral opioid adalah
dengan kombinasi ini spesiali kanker
Q1-2h prn. Setelah konversi ke 3. Jika akses IV ada, dan pasien opioid naive berikan
lanjutkan ke ‘nyeri sedang’ :
sediaan long acting, jika nyeri tidak morfin 5-20 mg iv tiap 10 min hingga nyeri
inisiasi dan pengobatan terkontrol, kaji ulang pasien dan membaik; jika pasien dalam pemberian opioid,
dengan opioid pertimbangkan alasan mengapa berikan k/p per oral dosis iv tiap 10min hingga
dosis awal digunakan tadi dan nyeri berkurang. Monitor hati-hati
keefektifan dosis tersebut. 4. Jika tiada akses IV, pasien opioid naive berikan
o Jika diindikasikan setelah morfin 5-10 mg subkut q 20-30min hingga nyeri
pengkajian yang tepat, dosis harian membaik; jika pasien dalam pemberian opioid
bisa dititrasi dari dengan berikan po k/p subkut q20-30min hingga nyeri
menambahkan 20-30 % dosis membaik
terobosan (awal) yang digunakan 5. Titrasi dosis hingga 25% tiap 1-2 dosis hingga nyeri
dalam 24 jam untuk mendapatkan membaik
formulasi pengurangan harian 6. Saat nyeri terkontrol: jika pasien mendapatkan
o Buat pengkajian ulangan dan opioid release tingkatkan dosis 25% dan ubah
penyesuaian dosis opioid hingga dosis q4h po atau subkut. Jangan coba atasi krisis
nyeri terkontrol lebih baik. nyeri hebat dengan opioid long actig. Ubah dosis
awal hingga separuh dosis reguler, meskipun q1h
PRN PO atau q30 min PRN subkut.

Follow up dan monitoring berkelanjutan


Jika nyeri masih ada meskipun pendekatan diatas sudah dilakukan, konsultasikan dengan tim paliatif.
Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
Fatigue pada kanker dewasa

Kaji fatigue pada saat masuk, pada waktu tertentu selama


pemeriksaan dan selama follow up survivor kanker

Kelelahan diidentifikasi dengan skrining ESAS (item kelelahan)

ESAS skor 1-3


Gejala fatigue minimal.
Mampu menjalankan ADL
ESAS skor 4-6 ESAS skor 7-10
 care map

 Kaji ulang ESAS, diskusikan harapan dan kepercayaan serta bantuan pemenuhan kebutuhan yang
dibutuhkan
Pengkajian berfokus pada fatigue
 O- onset fatigue (kapan dimulai)
 P- apa yang anda lakukan untuk mengatasi fatigue?
 Q- tanyakan pasien gambaran fatigue yang dialami!
 R – adalah gejala lain muncul dengan fatigue?
 S – durasi fatigue □ konstan □ perubahan setiap waktu
 T – apakah ada pengobatan yang dijalani berubah atau berlawanan ?
 U – menurut anda apa yang menyebabkan fatigue muncul?
I – bagaimana fatigue mempengaruhi aktivitas sehari-hari anda? Gaya hidup (kerja, sosial, konsentrasi,
memori) seberapa bosannya fatigue?
 V – Apa tujuan dari gejala ini?
kaji faktor kontribusi yang dapat diatasi untuk fatigue
 Komplikasi pengobatan □ anemia □ infeksi □ demam
 Perubahan berat badan/intake kalori (seberapa BB berkurang)
 Ketidkseimbangan cairan elektrolit (natrium, Kalium, kalsium, magnesium)
 Pengobatan : □ opioid □ antihistamin □ antidepresan □ alkohol/penggunaan obat adiksi
 Gejala lain/efek samping: □ nyeri (skor ESAS > 4, lihat guideline nyeri)
□ depresi (ESAS skor > 4, lihat guideline depresi)
□ cemas (skor ESAS > 4, lihat guideline cemas)
□ gangguan tidur (skor ESAS > 4, lihat guideline tidur)
 Perubahan tingkat aktivitas □ penurunan aktivitas □ penurunan pola latihan
 Kondisi abnormal yang mengikuti fatigue
Latihan fisik
□ Gaya berjalan □ postur □ Range of motion
□ Mata (konjuntiva anemi/pucat)
□ Pengkajian oral □ cheliosis □ angular cheilitis □ angular stomatitis
□ kelemahan otot
□ Tachicardi □ sesak ○ saat istirahat ○ saat latihan
gejala khas fatigue: kelelahan tidak seimbang dengan aktivitas yang dijalani; gangguan ADL atau kualitas
hidup, hilangnya konsentrasi atau perhatian atau mood negatif akan fatigue (sedih, frustasi, mudah tersinggung);
gangguan tidur (insomnia atau hypersomnia); tidur tidak segar saat bangun, penurunan motivasi atau kurang
tertarik akan aktivitas biasa

Care map – Fatigue akibat kanker pada dewasa

Fatigue ringan Fatigue sedang Fatigue berat

o Gejala fatigue minimal o Gejala muncul dan menimbulkan o Fatigue dirasakan saat aktivitas

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


o Mampu melakukan aktivitas distres sedang atau tinggi dasar harian, kebutuhan tidur
sehari2, perawatan diri, kerjaan o Penurunan aktivitas fisik harian, atau istirahat meningkat,
rumah, bekerja, waktu luang. beberapa kerusakan fungsi fisik gangguan ADL berat
o Onset fatigue tiba-tiba dan/atau
nafas pendek saat istirahat,
detak jantung cepat dan/atau
kehilangan darah

Pencegahan Dan Dukungan Perawatan Untuk Semua Kategori

Care Pathway 1 Care Pathway 2 Care Pathway 3


atasi penyebab fatigue Segera atasi faktor yang berkontribusi
terhadap keamanan pasien (mis. Jatuh)

Intervensi non farmakologis untuk fatigue sedang dan berat


o Anjurkan pasien mengatur aktivitas fisik sedang (mis. Jalan cepat, bersepeda, berenang, latihan daya tahan)
selama dan setelah perawatan kanker kecuali dikontraindikasikan atau menetap ( 30 menit perhari, 5 hari
perminggu sesuai toleransi)
o Intervensi psikologis:
 Terapi psiko edukasi (individu atau kelas kelompok)
- Antisipasi pola fatigue
- Latihan koping
- Melatih manajemen diri dan mengatasi fatigue
 Rujuk ke terapis Cognitive Behavioral Therapy
 Supportive expressive therapi: mendegarkan, menjawab pertanyaan pasien, meyakinkan saat dibutuhkan
o Konsultasi nutrisi
o Optimalkan kualitas tidur
o Strategi pengurangan stres □ yoga/mindfulness program □ relaksasi terpandu □ pijat/healing touch
o Perhatikan terapi hemat energi: membaca, bermain, musik, berkebun, pengalaman dialam
o Akupunktur dapat dirujuk ke ahli

Intervensi pencegahan dan pendukung untuk semua pasien dan caregiver


o Edukasi
 Perbedaan fatigue normal dan akibat kanker
 Pengobatan sesuai pola fatigue
 Kepatuhan setelah pengobatan fatigue
 Penyebab fatigue
 Konsekwensi fatigue
 Kebutuhan menjaga fisik tetap aktif selama dan setelah pengobatan
 Tanda dan gejala fatigue memburuk
o Konseling
 Konservasi energi
- membantu pasien memprioritaskan aktivitas dan mendelegasikan aktivitas yang kurang penting
- menyeimbangkan istirahat dan aktivitas sehingga aktivitas prioritas dicapai
 Penggunaan distraksi, sept game, musik, membaca, bersosialisasi
o Dorong pasien menggunakan buku catatan atau diari
 Memonitor level dan pola fatigue
 Meyakinkan periode puncak energi
 Merencanakan aktivitas

Evaluasi Keefektivan Intervensi; Monitor Perubahan Dan Kaji Ulang K/P

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Mual dan muntah pada pasien kanker dewasa: Skrining dan Pengkajian

Skrining mual dan muntah diawal kunjungan


Pengkajian dengan akronim O,P, Q,R,S,T,U dan V (adaptasi dari Fraser health)
Onset Kapan dimulai? Seberapa lama terjadi? Seberapa sering terjadi? Adakah selalu terjadi?
Provoking/Pemicu Apa yang menyebabkannya? Apa yang membuatnya lebih baik? Apa yang membuatnya lebuh
buruk?
Quality Bagaimana rasanya? Dapatkah anda menggambarkannya
Region/Radiation Apakah anda mual dengan atau tanpa muntah?
Severity Apakah intensitas gejala ini (pada skala 0-10 dengan 0 berarti tiada dan 10 terburuk)? Sekarang?
Terbaikkah? Terburukkah? Biasa saja? Seberapa mengganggu gejala ini? Adakah gejala lain yang
turut menyertai?
Treatment Pengobatan atau perlakuan apa yang anda lakukan saat ini? Seberapa efektif? Adakah efek
samping? Pengobatan atau perlakuan apa yang dilakukan sebelumnya?
Understanding Menurut anda apa penyebabnya? Seberapa gejala ini mengganggumu?
Values Apa tujuan dari gejala ini? Seberapa tingkat kenyamanan dan penerimaan anda dari gejala ini
(skala 0-10)? Adakah pandangan atau perasaan tentang gejala ini yang penting dari anda dan
keluarga?
*Pengkajian Fisik: tanda vital; status hidrasi, (mis. Penurunan output urine, haus, mulut kering, pusing, kram otot); abdomen (inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi); membran orofaring/mukosa; rektum untuk mengkaji sumbatan/impaksi/konstipasi; bagian lain yang
sesuai, berdasarkan informasi wawancara (mis, uji saraf pusat atau uji digital rectal bila perlu)
*Riwayat terkait: faktor risiko, tanggal terakhir bab. *Jika muntah:kai frekuensi, jumlah, warna

Tidak segera Resiko sedang Resiko tinggi

Akut, telat atau antisipasi Tanda dehidrasi (+) Muntah darah atau kehitaman
Nausea akibat kemoterapi (hematemesis)
Tak mampu makan/minum dalam 24 Nyeri abdomen atau kepala hebat
dan muntah jam
Lemah, pusing, inkoheren atau tidak
Tanda dehidrasi (-)
Pengobatan berubah bila tidak berespon
efektif dalam 6 jam

Intervensi Untuk Semua Pasien


Konsultasikan dengan anggota tim interprofesional
Berikan edukasi pada pasien dan keluarga
Sediakan instruksi bagaimana minum antiemetik, termasuk dosis dan jadwal
Pastikan konstipasi dan obstruksi usus diluar kasus ini
Konsultasikan dengan ahli gizi klinis dan minta saran tentang gizi/nutrisi
Batasi bumbu pedas, lemak dan garam berlebih atau makanan manis, makanan dengan bau kuat dan
makanan yang tidak dapat ditoleransi dengan baik
Gunakan makanan kecil dan snack kecil, sepanjang hari. Asupan sedikit tapi sering tiap beberapa jam.
Lapar dapat membuat mual lebih kuat
Isapan air dan jenis minuman (jus, minuman olahraga, kaldu, herbal teh seperti minuman jahe) dan hisap
batu es, atau minuman segar
Kurangi jumlah makanan bila distensi lambung menjadi faktor
Berikan cairan dan padat terpisah
Konsumsi makanan/cairan pada suhu dingin/ruangan dapat menurunkan selera
Duduk tegak atau bersandar dengan kepala dinaikkan 30-60 menit setelah makan
Jika muntah, batasi semua makanan dan minuman hingga muntah reda; tunggu 30-60 menit setelah makan
Bila cairan jernih, tambahkan makanan mengandung zat tepung mis. Cracker, roti kering, seral kering
Bila toleransi zat tepung, tambahkan protein dalam diet (mis. Telur, ayam dan produk susu)
Modifikasi lingkungan
Hilangkan bau dan pandangan yang tidak enak
Optimalkan oral hygiene, khususnya setelah muntah. Kumur dengan ½ sdt baking soda, ½ sdt garam dalam 2
gelas air
Usahakan kumur sebelum makan untuk membuang lapisan mukus dan bantu membersihkan dan
melembutkan mulut
Gunakan pakaian longgar
Terapi komplementer

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Akupunktur atau akupresur. Visualisasi, hipnosis, distraksi
Farmakologikal
Pengobatan apa saja yang berkontribusi terhadap mual muntah seharusnya tidak dilanjutkan
Semua pengobatan perlu dititrasi perindividu hingga dosis terkecil atau sampai terjadi efek samping tak
diinginkan
Pilih antiemetik berdasarkan alur neurotransmitter dan emetogenik yang paling disukai.
Mual dan muntah pada pasien kanker dewasa: Care Map

Langkah 1
Non Farmakologis
Penggantian cairan dan elektrolit yang tepat
Anjuran nutrisional – pertimbangkan pasien mendapat NPO jika terjadi sumbatan atau emesis selama beberapa jam; jika tidak
tersumbat, ubah diet, tergantung penyebab mual
Farmakologis
Untuk pengosongan lambung atau usus lambat :
o Mtoclopramide 5-20 mg po/subcut/iv q6h (atau tid AC meals plus qhs); mungkin digunakan q4h jika dibutuhkan; 40-100mg/24 h
subkut/IV infus lanjutan
o Alternatif (jika metoclopramide tidak ditoleransi); domperidone 10 mg TID hingga QID (catt: resiko irama jantung serius atau kematian
mendadak (henti jantung) dapat lebih tinggi pada pasien yang mengkonsumsi domperidone dosis besar >30mg perhari pada pasien
>60 th)
Untuk pasien dirawat di radioterapi paliatif
o Untuk gejala dalam 24 jam radioterapi, ondansentron 8 mg po/subkut/iv q8-24h; granisetron 1 mg po bid atau 1 mg IV sekali sehari
o Untuk antisipasi mual muntah : lorazepam 1-2 mg po/sl/IV/subkut
o Obat-obat dibawah juga baik diberikan sebelum radiasi untuk efek optimal
Untuk mual diinduksi opioid:
o Metoclopramide 10-20 mg po/subkut q12h
o Pilihan: Haloperidol 0.5-2.5 mg po/subkut q12h
Untuk masalah kimia/metabolik lain
o Haloperidol 0.5-2.5 mg po/subkut q12h
o Pilihan lain: metoclopramide 10-20 mgpo/subkut/IV q6h
Untuk metastase otak, untuk leptomeningeal carcinomatosis: dexamethasone 4-8 mg po/subkut/IV bid (0800 dan 1300h): jika respon
buruk terhadap dexamethasone, pertimbangkan menambahkan halloperidol 2 mg po/subkut q12h
Untuk penyebab vestibular
o Scopolamine (transdermal patch) satu atau dua 1,5 mg patch q72h
o Alternatif: dimenhydrinate 25-50 mg po/subkut/iv id
Jika faktor psikogenik berperan
o Oxazepam 10 mg po tid atau lorazepam 1-2 mg po/si/subkut/IV tid
o Teknik psikologis (terutama untuk mual muntah karena kemoterapi )
Langkah 2
Non Farmakologis
o Jika mual tak terkontrol dengan antiemetik spesifik, tambahkan antiemetik dari kelompok lain, tapi tidak menghentikan
o pertimbangkan penggunaan kombinasi obat, namun monitor overlapping keracunan
o obati sumbatan gastrointestinal (mungkin butuh intervensi seperti NGT, ventring gastrostimy tube (PER))

Farmakologis
o Metoclopramide direkomendasikan sebagai obat pilihan pertama untuk mual muntah pada pasien kanker lanjut
o Titrasi antiemetik terhadap dosis penuh, hingga pasien menjadi tidak mengalami efek samping, sebelum
menambahkan obat lain
o Untuk mual muntah menetap, antiemetik harus diresepkan teratur dengan dosis pas
o Berikan antiemetik profilasis untuk mencegah mual dengan dosis opioid tinggi dan agen kemoterapeutik
o Untuk pengosongan lambung atau abdomen (termasuk obstruksi usus, lihat dibawah ):
 Metoclopramide 5-20 mg po/subkut/iv q6h (atau tid AC meals plus qhs); bisa menggunakan q4h jika diperlukan; 40-
100 mg/24h subkut/ IV infus lanjut
 Pilihan (jika Metoclopramide tidak ditoleransi): domperidone 5-20 mg poq6h (atau tid AC meals plus qhs);
menimbulkan kurangnya efek samping extrapiramidal daripada metoclopramide.
o Kombinasi antiemetik berbeda dibutuhkan sekitar 30% kasus. Kombinasi terapi hanya perlu jika ada perbedaan target
neurotransmitter. Jika respon terhadap monoterapi adekuat, ikuti kombinasi berikut:
 Metoclopramide po/subkut/IV+dexamethasone po/subkut/IV
 Haloperidol po/subkut + dexamethasone po/subkut/IV
Langkah 3
Farmakologis
Ondansentron, meskipun berguna untuk mual akibat kemoterapi, dipertimbangkan sebagai lini terapi ke-4 untuk
mual kronis di Unit Paliatif
Ondansentron berguna untuk mual akibat terapi radiasi
Dexamethasone direkomendasikan untuk mual muntah pada kanker lanjut
o Serotonin (5HT3) antagonis (ondansentron 4-8 mg po/subkut/IV bid; granisetron 1mg po bid/1 mg IV 1xsehari;

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


atau dolasetron 100mg po/IV 1x sehari); pada prinsipnya, kombinasi dengan dexamethason 4 mg po/subkut/IV
1xsehari. Kerugian serotonin antagonis: biaya tinggi, efek samping termasuk konstipasi, sakit kepala.
o Monoterapi methotrimeprazine mengunakan dosis awal 5-10 mg po tid prn atau 6.25-12.5 mg subkut q8h prn.
Tingkatkan sesuai kebutuhan hingga maksimum dosis 25 mg perdosis
o Olanzepine monoterapi 2.5-5 mg po/sl/subkut 1xsehari atau bid
o Diphenhydramine dapat digunakan untuk pengobatan akathesias sekunder untuk meningkatkan dosis
metoclopramide
Follow up dan monitoring
Jika mual muntah masih lanjut, minta bantuan pada tim konsultasn paliatif

Berikut adalah beberapa singkatan yang paling umum digunakan:

Singkatan Arti Latin


a.c. sebelum makan ante cibum
a.d. or AD telinga kanan auris dexter
ad. lib. sesuka hati ad libitum
a.l. telinga kiri aurix laevus
alt. die dua hari sekali alternus die
alt. h. dua jam sekali alternus horis
a.m. pagi ante meridiem
aq. air aqua
a.s. or AS telinga kiri auris sinister
a.u. or AU setiap telinga auris utro
aurist. tetes telinga auristillae
b.d. dua kali sehari bis die
b.i.d. tiga kali sehari bis in die
cap. kapsul capsula
div. bagi divide
eq.pts. sama rata equalis partis
gtt. tetes gutta
h. jam hora
h.s. waktu tidur hora somni
mane pagi hari mane
mixt. campur mixtura
narist. tetes hidung naristillae
no. nomor numero
nocte malam hari nocte
O. pint octarius
oc. oles mata oculentum
o.d. tiap hari omni die
o.d. or OD mata kanan oculus dexter
o.l. mata kiri oculus laevus
o.m. di pagi hari omni mane
o.n. di malam hari omni nocte
o.s. or OS mata kiri oculus sinister
o.u. or OU setiap mata oculus utro
p.c. setelah makan post cibum
p.m. sore hari post meridiem
p.o. per oral per os
p.r. per rektal per rectum
p.r.n. sesuai kebutuhan pro re nata
p.v. per vaginal per vaginum
q.4.h. setiap 4 jam quaque 4 hora
q.6.h. setiap 6 jam quaque 6 hora
q.d. or QD setiap hari quaque die
q.d.s. 4 x sehari quater die sumendus
q.i.d. 5 x sehari quater in die
q.o.d or QOD setiap 2 hari quaque altera die
q.q.h. setiap 4 jam quarta quaque hora
q.s. jumlah secukupnya quantum sufficiat
s.i.d. sekali sehari semel in die
Sig. or S. tulis di label signa
stat. segera statim
supp. supositoria suppositorum
syr. sirup syrupus
tab. tablet tabella
t.d.s. 3 x sehari ter die sumendus
t.i.d. 3 x sehari ter in die
ut dict. or u.d. sesuai petunjuk ut dictum
ung. oles unguentum

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


PENILAIAN DAN PENGKAJIAN DEPRESI PADA PENDERITA KANKER DEWASA

Nilai distress saat awal masuk, waktu kritis, secara


periodik perawatan, atau saat yang menegangkan

Penilaian risiko bahaya bagi diri sendiri atau orang lain (semua pasien)
Jika YA : segera rujuk ke layanan yang tepat untuk mengevaluasi keadaan darurat; fasilitasi
lingkungan yang aman; observasi detil; Inisiasi intervensi pengurangan dampak buruk yang tepat
untuk mengurangi risiko bahaya. (Adanya gejala lain seperti psikosis, agitasi parah dan
kebingungan (delirium) juga memerlukan rujukan ke layanan yang tepat untuk evaluasi kondisi
darurat).
Jika TIDAK: lanjutkan dengan algoritma

Kenali depresi dengan ESAS (item Depresi)

Skor ESAS 1-3 Skor ESAS 4-6 Skor ESAS 7-10

Penilaian untuk menjelaskan sifat dan tingkat gejala Depresi


Kaji ulang daftar masalah dan nilai ESAS saat berbicara dengan pasien/keluarga dan
mendiskusikan harapan dan keyakinan tentang kebutuhan dukungan
Kenali gejala ESAS yang paling menegangkan dan atau masalah yang menyebabkan depresi.
(sept. Kejadian dalam hidup, insomnia, nyeri, lelah, keabnormalan akibat penyakit lainnya)
dan gangguan harian lainnya.
Kaji efektivitas gejala saat ini dan/atau tata laksana kondisi abnormal
Gangguan psikomotor atau melambat
Identifikasi riwayat terkai : factor resiko terjadi depresi
Ulangan, lanjutan, penyakit progresif (cth. bagian yang rapuh)
Riwayat : Depresi, penyalahgunaan zat, masalah kesehatan mental lainnya (misalnya,
dysthymia)
Penggunaan obat-obatan depresi atau saat ini mencari seorang psikolog atau psikiater
Kurangnya dukungansosial
Faktor-faktor lain (misalnya, usia lebih muda, perempuan, hidup sendiri, tanggungan anak-
anak,masalah keuangan , masalah koping sebelumnya

Fokus Penilaian: Khusus Masalah Depresi


HCP dengan pelatihan dan keterampilan yang sesuai untuk mengisi depression symptom
checklist menggunakan alat yang sudah divalidasikan (misalnya, CES-D; PHQ-9) atau
menilai kehadiran: mood depresi, hilangnya kesenangan, perasaan tidak berharga / bersalah,
konsentrasi berkurang, pikiran berulang tentang kematian, kelelahan, perubahan signifikan
dalam nafsu makan dan pola tidur, gangguan fungsi kenutuhan sehari har
Kaji jika gejala menetap selama 2 minggu atau lebih (hampir sepanjang hari, setiap hari)

Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Care Map : Depresi Pada Penderita Kanker Dewasa

DEPRESI RINGAN DEPRESI SEDANG DEPRESI BERAT

Tiada/minimal gejala o Distress tingkat sedang- suasana hati sedih dan/atau


tinggi hilangnya kesenangan selama 2
depresi minggu
Peristiwa hidup terbaru (tidak memenuhi kriteria 4 tambahan gejala: merasa
untuk risiko tinggi tapi 2 bersalah dan atau tidak berguna,
sept. insomnia atau hipersomnia, BB
berduka atau kehilangan atau lebih gejala hadir turun atau naik, psychomotor
selama 2 minggu) dan/atau agitation atau retardasi
Tingkat berduka tepat untuk Lelah
kehilangan (respon normal), penurunan fungsi dalam Faktor resiko
kehidupan sehari-hari Resiko melukai diri sendir dan/atau
berangsur-angsur berkurang orang lain
o Faktor risiko (misalnya,
selama beberapa SEGERA rujuk kepelayanan
kesenjangan dalam sosial kesehatan; fasilitasi lingkungan yang
minggu/bulan
support atau mekanisme aman, observasi detil, mulai
Koping efektif dan ada koping yang tidak efektif intervensi dengan pengurangan
akses ke dukungan sosial dampak buruk untuk mengurangi
resiko bahaya bagi diri sendiri dan
orang lain .

Care Pathway 1 Care Pathway 2 Care Pathway 3


Prevention & Supportive Care Psychosocial Care Referral to Physician/ Psychologist/
Psychiatrist

Menawarkan rujukan pada Pilihan intervensi : Diagnose Defintif dibutuhkan


Kombinasi intervensi farmakologi Rujukan kelayanan yang tepat untuk
dukungan psikososial dan non farmakologi yang sesuai diagnosis defitif dan mengevaluasi
(misalnya: (mis:: gabungan edukasi,
Pilihan intervensi
konseling,kelompok psikoterapi dll ). rujukan ke layanan
Standart perawatan psikiatri
lain yang diperlukan (misalnya,
pendukung dll) pekerjaan sosial, penyedia layanan
spiritual, kunjungan relawan)
Non-Farmakologi: Psikoedukasi dan intervensi psikososial (khususnya cognitive behavioral
terapi dan berikan pasien pendidikan dan informasi, konseling individu atau kelompok
psikoterapi, terapi perilaku, dan dukungan sosial); Terapi relaksasi
Farmakologi: : Sejumlah anti-depressants yang direkomendasikan untuk pengobatan depresi
dengan pilihan diinformasikan efek samping, interaksi, respon, keinginan pasien. (lihat
Lampiran). Pantau efek samping

Dengan perawatan tim, tinjau ulang rencana manajemen depresi dan gejala fisik lain
dan
kebutuhan untuk rujukan kecuali bendera merah otomatis dihasilkan untuk depresi
berat (misalnya, nyeri)

Intervensi perawatan suportif untuk semua pasien


Rujuk untuk dukungan psikososial (misalnya, konseling, peer led support group, individual)
Memberikan pendidikan (lisan ditambah bahan yang relevan) untuk pasien dan keluarga tentang:
o Bagaimana distres emosional biasanya ada dalam konteks kanker dan respon yang berbeda-beda
o Keuntungan support groups dan layanan dukungan lainnya
o Sumber pendukung informal, sumber daya yang tersedia untuk pasien dan keluarga (misalnya,
akomodasi, transportasi, bantuan keuangan, manfaat kesehatan / obat tambahan)
o Perlu dukungan psikososial tambahan jika tanda-tanda dan gejala depresi memburuk dengan
informasi spesifik mengenai gejala segera pergi ke dokter atau perawat.
o Mengatasi stres dan strategi tertentu (yaitu relaksasi pendekatan)
Tindak lanjut dan berkelanjutan re-assessment1 dan perubahan (pengurangan) dari skor sebelumnya

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Penilaian dan pengkajian cemas pada penderita kanker dewasa

Penilaian distress saat awal masuk, masa kritis, secara periodik dalam
perawatan atau situasi menegangkan

Pengkajian risiko membahayakan diri sendiri atau orang lain (semua pasien)
Jika ya : SEGERA rujuk kepada layanan yang tepat untuk mengevaluasi keadaan darurat; Memfasilitasi
lingkungan yang aman; amati detil; Memulai intervensi pengurangan dampak buruk yang tepat untuk
mengurangi risiko bahaya bagi diri sendiri dan / atau orang lain. (adanya gejala lain seperti psikosis, agitasi
parah dan kebingungan (delirium) juga memerlukan rujukan kepada layanan yang tepat untuk evaluasi
kondisi darurat).
Jika tidak: lanjutkan dengan algoritma

Identifikasi cemas dengan ESAS (item Anxiety)

Skor ESAS 1-3 Skor ESAS 4-6 Skor ESAS 7-


10

Pengkajian untuk menjelaskan sifat dan tingkat gejala kecemasan


- Kaji ulang daftar masalah dan semua nilai ESAS saat berbicara dengan pasien / keluarga dan
diskusikan harapan dan keyakinan tentang butuhnya dukungan
- Identifikasi masalah ESAS yang paling menegangkan atau gejala dan kaji sejauh mana
mengganggu kehidupan sehari-hari.
- Lihat kembali skor ESAS untuk melihat gejala lain yang berkontribusi (seperti masalah medis :
dispnea atau masalah obat lain ).
- Kenali masalah yang berkontribusi pada distress (misalnya : peristiwa hidup , kurang tidur).
- Kenali gejala lain dan pengaturan gejala terkait (misalnya: nyeri,kelelahan, gangguan tidur dan
insomnia kronis).
Kenali riwayat terkait: faktor resiko spesifik untuk cemas
- Riwayat kecemasan (misalnya:serangan panic, Generalized Anxiety Disorder (GAD) ,depresi dan
masalah kesehatan lainnya.)
- Pengobatan saat ini yang berhubungan dengan kecemasan atau depresi atau pernah berobat ke
ahlinya .
- Kondisi putus obat (misalnya: alcohol dan penggunaan narkoba).
- Factor factor lain ( misalnya:usia muda, wanita tidak menikah,mempunyai tanggungan dan
masalah keuangan).
Fokus Pengkajian: Khusus Masalah Cemas
- HCP dengan pelatihan dan keterampilan yang sesuai untuk menyelesaikan gejala kecemasan,
checklist menggunakan alat divalidasi (misalnya, BAI, STAI, GAD-7) atau kaji adanya: ketegangan,
tidak terkendali atau khawatir berlebihan, agitasi, kegelisahan, serangan panik, konsentrasi yang
buruk, mual / muntah, perubahan signifikan dalam pola tidur, gangguan fungsi dalam kehidupan
sehari-hari (misalnya, waspada berlebihan, membaca sekilas, lekas marah, tidak bisa santai,
perenungan)
- Kecemasan mempengaruhi fungsi sehari – hari dalam hal apa saja (misalnya:tidur, nafsu makan)

Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Care Map : Kecemasan Pada Penderita Kanker Dewasa

CEMAS RINGAN CEMAS SEDANG CEMAS BERAT

- Tiada /gejala kecemasan - Respon Maladaptif (tidak - Mengontrol kecemasan tentang


minimal sesuai dengan stress) beberapa hal yang paling
menyedihkan (misal:mimpi,kilas
- Terdapat gejala khas : takut, gangguan fungsi biasa balik,reaksi fisik)
khawatir , ketidakpastian - Kurang mampu - Satu atau lebih terjadi serangan
tentang masa depan, mengendalikan kecemasan ketakutan yang tiba –
kekhwatiran tentang tanpa intervensi tiba,ketidaknyamanan,kecemasan
atau kegelisahan.
penyakit, kesedihan - Factor resiko - Factor resiko
hilangnya kesehatan, marah, - Sifat gangguan kecemasan - Resoki kerugian pada diri sendiri
dan merasa hidup diluar misalnya : gangguan dan orang lain :rujuk kepelayanan
kendali, kurang tidur ,kurang kecemasan umum,gangguan kesehatan,memfasilitasi lingkungan
nafsu makan, pengobatan panic, gangguan stress paska yang aman, memulai intervensi
dengan pengurangan dampak buruk
efek samping obat (NCCN) trauma,gangguan obsesif untuk mengurangi resiko bahaya
- Berangsur angsur pulih convulsif, fobia. bagi diri sendiri dan orang lain .
selama beberapa
minggu/bulan.

Care Pathway 1 Care Pathway 2 Care Pathway 3


Prevention & Supportive Care Psychosocial Care Referral to Physician/ Psychologist/
Psychiatrist

Menawarkan rujukan pada dukungan Pilihan intervensi : Diagnose Defintif dibutuhkan


psikososial (misalnya: konseling, Kombinasi intervensi farmakologi Rujukan kelayanan yang tepat untuk
kelompok pendukung dll) dan non farmakologi yang sesuai diagnosis defitif dan mengevaluasi
(mis: gabungan edukasi, psikoterapi Pilihan intervensi
dll ). rujukan ke layanan lain yang Standart perawatan psikiatri
diperlukan (misalnya, pekerjaan
sosial, penyedia layanan spiritual,
kunjungan relawan)
Non-Farmakologi: Intervensi psikososial (CBT (level 1), psikoterapi, konseling individu atau
kelompok, kelompok dukungan); Psycho-pendidikan (misalnya, tentang layanan / sumber daya,
manajemen gejala, strategi perawatan diri); Intervensi krisis yang sesuai
Farmakologi: benzodiazepin, anxiolytics, antipsikotik antihistamin; dan antidepresan untuk
depresi moderat seperti; SSRI dalam pengelolaan jangka panjang panik. Pantau efek samping.

Lanjutkan ke algoritma terkait lainnya jika diperlukan (mis., tidur, kelelahan, nyeri)

Intervensi perawatan suportif untuk semua pasien


Rujuk untuk dukungan psikososial (misalnya, konseling, peer led support group, individual)
Memberikan pendidikan (lisan ditambah bahan yang relevan) untuk pasien dan keluarga tentang:
o Bagaimana kecemasan umum dalam konteks kanker dan respon berbeda-beda
o Manfaat support gruop dan layanan lainnya
o Sumber support informal, sumber daya yang tersedia untuk pasien dan keluarga (mis, akomodasi,
transportasi, bantuan keuangan, tambahan manfaat kesehatan / obat)
o Kebutuhan untuk dukungan psikososial tambahan jika tanda dan gejala kecemasan memperburuk
o Mengatasi stres dan spesifik strategi (yaitu relaksasi, teknik pernapasan, perhatian)
o Cara efektif mengelola gejala berkontribusi terhadap kecemasan (misalnya, nyeri, ketegangan)

Tindak lanjut dan berkelanjutan re-assessment dan perubahan (pengurangan) dari skor
sebelumnya

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Care Map : Gangguan Tidur pada pasien Kanker Dewasa

Gg tidur ringan Gejala Insomnia Sementara Insomnia Syndrome

Gangguan tidur yang tidak mengganggu Sulit tidur dimalam hari/ kembali tidur Gejala insomnia > 3 malam/minggu
aktifitas harian setelah terbangun (perlu >30menit untuk dalam 1 bulan terakhir
Mampu melakukan ADL = melakukan tidur lagi, terbangun > 30menit) Gangguan Aktifitas harian
aktifitas sesuai keinginan (sept. tugas Sering terbangun di tengah malam Gangguan fungsi psikologis
harian, kerja, kehidupan sosial dan lain) Tidur terasa ringan, terpotong2, tidak Harapan yang buruk terhadap tidur
segar (kualitas tidur jelek) Sangat mudah terbangun dan terjaga
Mengantuk dan energi kurang beraktifitas dengan cepat saat tidur di tempat tidur
Gangguan terjadi lebih dari 3 kali Pelajari yang berhubungan dengan
seminggu mencegah tidur

Care Pathway 1 Care Pathway 2 Care Pathway 3


Pencegahan dan Edukasi Suportif Intervensi khusus Intervensi khusus

Intervensi non pharmakologi

 Pencegahan dan pendidikan seperti care pathway1 sebagai tambahan untuk intervensi non farmakologi
 Cognitive Behavioural Theraohy (CBT) khusus untuk insomnia (CBT-I) merupakan intervensi paling efektif
untuk mengatasi masalah tidur berdasarkan pada penelitian
 CBT-I dapat mengawali intervensi mandiri atau oleh pelatih khusus, namun syndrome insomnia paling baik
dikelola oleh psikologis atau spesialis CBT-I
 Intervensi lain seperti latihan juga dapat membantu pada insomnia sementara
 Pengobatan yang lain diberikan seperti nyeri, kelemahan atau depresi

Intervensi farmakologi
 Obat disesuaikan dengan pola tidur pendek atau intermiten ( sep. Lih. indikasi obat). Monitoring khusus
diperlukan saat pemberian obat dan untuk mengetahui efek pada pengobatan kanker dan obat lainnya
 Gunakan dosis terendah ( mis. minimalkan waktu sedasi dan kebingungan/confuseness)

Pencegahan dan intervensi edukasi pada semau pasien


 Berikan edukasi antisipasi pada pasien untuk memastikan perubahan laporan dalam kualitas tidur atau masalah tidur
 Nasehati pasien menggunakan beberapa strategi tidur:
1. Bangun dalam waktu bersamaan (tanpa menghiraukan lama tidur dan termasuk hari libur)
Bangun pagi menentukan waktu tidur berdasarkan tekanan tidur
Pastikan cahaya pagi terlihat (alami atau artifisial) lebih dari 30 menit sampai 1 jam bangun
2. Menunjukkan kejelasan waktu
30-45 menit pikirkan problem solving, perencanaan, kekuatiran pada siang hari
Ingatkan diri tentang waktu yang anda atur, agar bersiap bila topik muncul kembali
3. Tetapkan waktu 90 menit batas persiapan tidur
Waktu ini diperlukan untuk meredupkan lampu, aktifitas menyenangkan dan relaksasi (seperti membaca, meditasi, berdoa,
nonton tv/film, teka-teki silang, mandi air hangat, membaca majalah, musik, relaksasi atau imagery atau tidakan memerlukan
pemikiran atau gangguan psikologikal)
4. Hanya ketempat tidur untuk tidur (tanpa hiraukan jam) dan jangan habiskan waktu untuk tidur
Jangan bingung akan lelah atau jenuh dengan kondisi mengantuk
Habiskan waktu lebih banyak terbangun ditempat tidur, JANGAN tambah kesempatan untuk tiduran kembali dan tambahan
cemas, frustasi dan kondisi mengganggu
5. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur dan sex
Selama pemulihan, tempat tidur sering digunakan untuk aktifitas lain, ini akan memperlemah kekuatan dan isyarat untuk tidur
Buat area yang lebih luas dirumah dengan kenyamanan: tenang ketika malam (menggunakan penutup telinga atau mata)
6. Jika tidak tidur dalam waktu 20-30 menit bangun dan kembali ketempat tidur saat mengantuk. Kerjakan item 4. Sangat penting jika
pikiran menjadi aktif
Kembali keaktifitas ambang batas; perencanaan untuk kedepan
7. Pastikan harapan tidur dengan kenyataan (kebutuhan tidur 5-10 jam, kualitas tidur menjadi lebih sedikit dengan usia atau kebutuhan)
Normal bangun 1-2 kali; tidak norml jika sering terbangun. Kebanyakan orang tidur pada sore hari
8. Hindari waktu yang tidak perlu di tempat tidur seharian dan hindari tidur siang yang sering
Untuk pasien yang terus menerus di tempat tidur, berikan stimulasi kognitif setiap hari
Tidur siang
 Tidur sebentar dan sering harus dihindari, pada siang hari cukup 1 jam atau kurang
Tidur siang singkat (< 1jam) pada siang hari, dimulai sebelum jam 4 sore, tidak mengganggu tidur dimalam hari
Istirahatlah tanpa perlu tidur
Persiapkan edukasi pasien tentang perbedaan gangguan tidur normal dengan akibat kanker, pengobatan yang terus menerus dan
kebutuhan kualitas tidur selama dan setelah pengobatan
Berikan konseling tentang strategi umum seperti
 Menjaga kebiasaan baik tidur dan melakukan hygenitas tidur
 Relaksasi

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Edukasi tentang tanda dan gejala sehingga dapat dilaporkan kepada ahli tentang gangguan tidur
Dukungan untuk mengirim ke tempat praktik (akomodasi, transportasi, keuangan, obat) untuk mengelola keluhan fisik
FOLLOW UP DAN KAJI ULANG UNTUK EVALUASI SKORING ESAS
Gangguan Tidur Pada Pasien Kanker: Kenali dan Kaji

Deteksi gangguan istirahat-tidur pada awal, selama dan akhir


pengobatan, selama pasien dirawat

 Kaji ulang ESAS dalam percakapan dengan pasien/keluarga dan diskusikan kebutuhan akan dukungan
terhadap harapan dan kepercayaan
 Masalah tidur ditandai dalam item skala ESAS dengan skor 0-10 (tergantung berat masalah)
 Dalam masalah tidur terdapat dua pertanyaan untuk dentifikasi gangguan:
1) Apakah kamu mempunyai masalah dengan tidurmu selama tiga malam atau lebih setiap minggunya?
2) Jika ya apakah gangguan tidur itu mengganggu aktifitas sehari-hari? Jika jawabannya ya satu atau
keduanya maka fokus pada kebutuhan pengkajian

Langkah 1: Identifikasi kebutuhan Langkah 2: Fokus Pengkajian


perlunya SEGERA merujuk ke ahli tidur Tentukan keberadaan ganguan tidur dan bangun

Kaji tanda sleep apnea: O** Kapan gangguan ini mulai? Seberapa sering mengalami gangguan tidur?
Kronik snoring, keras, Jumlah dan lamanya bangun malam, apakah bangun pagiya lebih awal? Adakah
tersedak dan nafas menggunakan obat tidur?
terengah-engah selama
tidur, periode apnea P –Aktifitas sebelum tidur (sebelum di tempat tidur dan diatas tempat tidur,
sleep selama tidur, tidur lingkungan tempat tidur, faktor yang memicu stress dan nyeri; jadwal bangun
yang berlebihan setiap dan tidur teratur mengikuti jadual? Menggunakan obat tidur (ketika terjadi
hari (menggunakan gangguan tidur yang menjengkelkan)
pengkajian Epworth Q-- Pengkajian kualitas tidur. Tidak mudah tidur.Gunakan buku tidur harian
Sleepiness Scala), nyeri
selama periode dua minggu
kepala pagi hari, tidak
bisa berkonsentrasi dan R-- Dalam hal apa itu mempengaruhi anda dari hari ke hari (contohnya; tugas
atau mengalami masalah harian, ngantuk setiap waktu, distres emosional, gangguan perhatian dan
ingatan. ingatan, respon lambat, dampak yang merugikan dalam bekerja, kehidupupan
sosial dan keluarga
Rujukan diperlukan jika S-- Bagaimana masalah tidur itu mengganggu kamu?
pasien mengeluh gelisah
T-- Apa yang kamu lakukan untuk menelola masalah tidurmu? Bagaimana
sewaktu tidur/ gerakan
tidak teratur efektifitas dari usahamu? Menilai dengan menggunakan strategi hygiene
tidurmu.
U—Menurut anda apa yang menjadi penyebab masalah tidur? Sesuatu yang jadi
perhatian?
I --Apa dampak pada rutinitas harian dan aspek yang lain?
Rujuk SEGERA ke klinik V-- Apa yang menjadi tujuanmu untuk gejala seperti ini? Apa tujuan yang
tidur atau spesialis tidur nyaman bagi kamu
untuk ditelusuri masalah Format PROMIS tidur singkat atau Insomnia Severity Index dapat digunakan
tidurnya dan untuk pengkajian sistematis
polysomnogram Gejala insomnia: tidak segar, sulit untuk tidur (>30menit), bangun lebih awal,
bangun malam (30menit) atau lebih dari 3 malam per minggu; distress atau
tidak mood untuk tidur, menurunnya konsentrasi atau perhatian, respon yang
lambat, aktifitas ADL terganggu, memikirkan masalah tidur.
Kenali riwayat terkait: faktor resiko spesifik untuk gangguan tidur dan bangun
Riwayat yang berhungan dengan masalah tidur, depresi, adanya masalah mental yang lain
Stress (contoh pengalaman hidup, status penyakit, diagnosis, kambuh, kelanjutan dari penyakit yang menyertai (mudah
diserang)
Adanya perubahan pengobatan yang berhubungan dengan depresi (yang menyebabkan insomnia) atau obat sedative
Terapi modalitas kanker (Contoh pengobatan dengan kemoterapi, agen lain seperti steroid dapat mengganggu tidur)
Nilai faktor-faktor yang berkontribusi sesuai guide line (seperti nyeri, kelemahan, depresi)
Masalah tidur sering terjadi seperti bagian dari kelompok gejala tidur, nyeri dan kelemahan

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Kehilangan Nafsu Makan Pada Pasien Kanker: Kenali dan Kaji
Deteksi kehilangan nafsu makan pada tiap kunjungan dan validasi dengan ESAS

Skor ESAS 1 - 3 Skor ESAS 4 - 6 Skor ESAS 7 - 10

Untuk mendukung diagnosis anoreksia vs. Stadium kaheksia yang direkomendasikan menggunakan instrumen pengkajian
yang sudah diuji:
Malnutrition Screening Tool
Patient Generated Subjective Global Assessment
Riwayat diet, pengkajian fisik dan pemeriksaan laboratorium untuk mendukung diagnosis anoreksi atau kaheksia
Persentase kehilangan berat badan , evaluasi malnutrisi

Pengkajian menggunakan akronim O, P, Q, T, U, V, dan W


Onset Kapan anda ingat nafsu makan berkurang? Apakah terjadi dalam waktu yang
lama?
Provokatif/paliatif Apakah ada dalam waktu sehari anda merasakan nafsu makan membaik atau
memburuk?
Menurut anda apa yang menyebabkan nafsu makan hilang?
Pernah dioperasi atau pengobatan yang kira-kira menyebabkan kehilangan nafsu
makan?
Dapat obat yang mempengaruhi nafsu makan?
Quality Bandingkan asupan makanan anda normalnya, samakah jumlahnya? Banyak
atau biasa? Kurang?
Minum cukup cairan?
Related symptoms Apakah ada gejala lain yang berefek pada kemampuan makan anda? (contoh
mual/muntah, konstipasi/diare, mulut kering dan perih, perubahan rasa, bau
makanan yang tidak enak, gangguan menelan, kembung, nyeri, nafas sesak,
depresi)
Severity Seberapa besar dampak kehilangan nafsu makan mempengaruhi kemampuan
fungsi dan aktiufitas sehari-hari
Treatment Adakah sesuatu yang dapat dilakukan untuk membantu mengelola kehilangan
nafsu makan? (seperti aktifitas latihan, obat-obatan, perubahan diet). Apakah itu
semua dikerjakan?
Understanding/impact on Bagaimana dampak nafsu makan pada anda dan keluarga?
you Apakah anda tertekan dengan kemampuan makan?
Adakah anda merasa tertekan, bersalah terkait dengan asupan makanan dan
kehilangan berat badan?
Values Adakah pandangan dan perasaan terkait masalah ini, pentingkah bagi anda dan
keluarga?
Weight Apakah kehilangan berat badan ini tanpa ada usaha? Jika ya berapa banyak?
Berapa lama? Apakah makan sedikit karena menurunnya nafsu makan?

Hilang nafsu makan ringan Hilang nafsu makan sedang Hilang nafsu makan berat
Anorexia / Pre-‐Cachexia Anorexia / Pre-‐Cachexia Anorexia / Pre-‐Cachexia

Kehilangan BB < 5% selama 6 bln BB hilang >5% 6 bln terakhir Ekstrim Sarcopenia
Pengobatan untuk anoreksia dan/atau Pengobatan tumor Penyakit lanjut, kehilangan masa otot
kehilangan BB C-Reactive Protein menandakan yang cepat dengan kerusakan fungsi
Tidak ada data subjektif terkait dehidrasi inflamasi (Palliative Performance Score rendah)

Intervensi untuk semua pasien


Cognitive Behaviour Intervention
Pertimbangkan konsultasi segera dengan tim paliatif
Kaji dan atasi penyebab sekunder kaheksia (pengobatan anti kanker, obat lain atau faktor psikologis)
Pertimbangkan stadium penyakit, progresitifitas penyakit dan palliative performance Scale (PPS), atau status
fungsional ketika di jelaskan tujuan perawatan dan rencana pengobatan
Beri dukungan emosional pasien dan keluarga

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Pertimbangkan pentingnya makanan di masyarakat dan dampak dari kualitas hidup, issue budaya, makanan
yang dapat diterima pasien
Rujuk ke pelayanan kesehatan profesional yang tepat

Care Map Hilang Nafsu Makan Pada Pasien Kanker

Hilang nafsu makan ringan Hilang nafsu makan sedang Hilang nafsu makan berat
Anorexia / Pre-‐Cachexia Anorexia / Pre-‐Cachexia Anorexia / Pre-‐Cachexia
Care Pathway Care Pathway Care Pathway

Pengobatan Non Pharmalogikal


Memotivasi makan porsi kecil, frekuensi makanan dan tinggi energi, tinggi protein. Lihat tool
edukasi pasien dibawah
Pastikan cukup cairan, terutama mengandung protein dan energi
Anjurkan waktu makan rilek dan menyenangkan
Anjurkan makanan yang disukai, baik dipesan/dibeli, makanan katering/rumahan, minta teman untuk
mendapatkannya.
Beri obat dengan cairan tinggi kalori/protein seperti susu kocok atau suplemen nutrisi yang dapat
meningkatkan intake nutrisi. Ini semua seharusnya diawasi oleh ahli diet atau apoteker karena
mempunyai potensi bereaksi dengan obat
Strategi Nutrisi: pertimbangkan alat edukasi pasien
Makanan sehat mengandung tinggi energi dan tinggi protein
Item menu tinggi protein dan tinggi energi
Ide makanan yang membantu saat menurunnya nafsu makan
Meningkatkan intake cairan
Memotivasi untuk meningkatkan kalori dan protein
Canada’s food guide
Latihan
Dorong latihan yang ditoleransi oleh pasien. Jalan selama 15 menit sehari dapat membantu
mengatur nafsu makan
Pasien seharusnya mulai latihan dari perlahan dan berangsur-angsur meningkat intensitasnya
Latihan dapat dimulai dari tingkat PPS 30-40%, tetapi harus memperhatikan prinsip panduannya
mis. metastase tulang dan hitung jenis darah rendah.
Rujukan ke Ahli Diet Pertimbangkan skor PPS dan ESAS untuk
menentukan ketepatan dan intervensi yang
Rujukan ke ahli diet berdasarkan pada kriteria agresif
kehilangan BB dan/atau gejala akibat asupan yang Edukasi bahwa seseorang secara alami berhenti
tidak dapat diatasi dengan pengelolaan diri atau makan dan minum sebagai bagian dari
edukasi perjalanan pennyakit dan proses kematiannya
Seharusnya berfokus pada kenyamanan pasien
dan menurunkan kecemasan pasien dan
caregiver
Hisapan es kecil,minuman dan perawatan
mulut akan menjadi normal
Sarankan aternatif cara perawatan pasien
(perawatan oral, pijat, membaca dan
berbincang)
Mempertimbangkan simbul-simbul yang
berhubungan makanan dan makan dengan
kehidupan
Mempertimbangkan konsultasi dengan ahli
diet, tim paliatif, bioetik, konsultan spiritual
terutama nutrisi

Pengobatan pharmakologikal

ProkinetikMetoclopramide 110mg 4-8 jam. OR donperidon 10mg TID to QID (resiko pada rytme jantung yang
abnormal dan gagal jantung ketika pasien makan donperidon 30mg sehari pada usia 60tahun keatas

Progrestogen sintetik

Magastrol acetat; dosis minimum 160mg sehari tiap pagi, dosis efek maksimum480mg/hari, medroxyprogesteron asetat
MPA; 200mg/hariKortikosteroid

Dosis awal; Dexamethason 4mg/hari OR prednisolon 30mg/hari tiap pagi


Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
Direesep untuk satu minngu, jika tidak bermanfaat distop
SESAK NAFAS PADA DEWASA KANKER: KAJI DAN DETEKSI
Kaji sesak dengan ESAS setiap kunjungan

Skor ESAS 1-3 Skor ESAS 4-6 Skor ESAS 7-10

S score 7 to 10 Pengkajian dengan akronim O, P, Q, R, S, T, U dan V (adapted from Fraser

Health)

Onset Kapan mulainya? Berapa lama? Seberapa sering?


Provoking / Palliating Apa yang menyebabkan? Apa yang membuat lebih baik/lebih
buruk?
Quality Bagaimana rasanya? Bisa digambarkan?
Region / Radiation Adakah gejala lain menyertai?
Severity Berapa intensitas gejala ini (skala 0-10)? Sekarang? Paling parah?
Paling nyaman? Rata-rata? Seberapa mengganggu?
Treatment Apa pengobatan yang dijalani? Seberapa efektif? Adakah efek
samping pengobatan?
Understanding / Impact on You Menurut anda penyebabnya? Seberapa pengaruhnya?
Values Apa tujuan yang membuat anda nyaman?(skala 0-10). Adakah
pandangan atau perasaan penting terkait sesak ini penting menurut
anda dan keluarga?

Sesak ringan Sesak sedang Sesak berat

Dari diskusi dengan pasien: Dari diskusi dengan pasien: Dari diskusi dengan pasien:
� Biasanya dapat duduk dan � Biasanya menetap � Sering akut-kronik
berbaring dengan tenang � Biasa akut atau kronik � Makin parah hari ke hari
� Bisa kadang atau menetap � Nafas sesak diperparah jika � Cemas (+)
� Diperparah dengan berjalan atau latihan; diatur � Bangun tiba-tiba dengan nafas
beraktivitas sebagian istirahat sesak
� Tidak cemas/ringan saat sesak � Berhenti bicara selama 30 � Nafas sesak saat bangun dan
� Pernafasan diobservasi tidak menit tidur
sesak � Nafas agak sesak � istirahat selama bicara 5-15
Dari pengkajian fisik: det
� Tiada cyanosis Dari pengkajian fisik:
� ± cyanosis
� ± onset of confusion
� sering adanya orthopnea

Intervensi untuk semua pasien, seperlunya


Intervensi Cognitive Behavioral
o Sediakan informasi dan dukungan untuk manajemen sesak, ajarkan kontrol nafas, relaksasi, teknik
distraksi dan latihan nafas
o Atur tujuan yang dicapai untuk teknik nafas dan rileksasi, partisipasi dalam aktivitas sosial, dan
kembangkan ketrampilan koping
o Kenali tanda awal masalah yang membutuhkan pengobatan atau intervensi farmakoterapi
Posisi
o Anjurkan posisi yang memaksimalkan fungsi nafas sementara adanya upaya fisik
Nafas
o Sediakan aliran udara segar dan suhu muka dingin (gunakan jendela, kipas angin )
o Rujuk ke dokter, perawat spesialis atau fisioterapi yang berpengalaman mengatasi sesak
o Kaji kebutuhan O2
o Kaji ketidakmampuan nafas -- apa yang membuat baik dan yang tidak?
Supportive Counseling
o Makna gejala tidak bisa dipisahkan dari pengalaman gejala. Untuk mengurangi penderitaan dan mengatai
gejala, tim kesehatan profesional harus mengeksplor makna gejala pasien

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Sesak Nafas Pada Dewasa Kanker: Care Map

SESAK RINGAN SESAK SEDANG SESAK BERAT


Care Pathway 1 Care Pathway 2 Care Pathway 3

FARMAKOLOGIS FARMAKOLOGIS NON-‐ FARMAKOLOGIS


Untuk pasien dengan PPS 100% - 10%:
� Tambahan � Mengikuti gejala utama
Non Opioid
oxygen dianjurkan � Gunakan benzodiazepines untuk cemas. (atau mengikuti
untuk pasien � Tiada bukti penggunaan systemic corticosteroids. kecemasan/ketakutan
hypoxic dengan Systemic Opioids � Jika dyspnea akut atau
Untuk opioid-naïve patients:
sesak. � Morfin (atau dengan dosis sama untuk mengilangkan opium) 5 mg peroral
tidak diduga perubahan yang
� Tambahan setiap 4 jam secara teratur dan 2.5mg per oral untuk mengurangi dyspnea lebih jauh, pengkajian
oxygen tidak � Jika rute oral tidak dapat diberikan, morphin 3mg subkutan setiap 4 jam dilakukan kembali untuk
direkomendasikan teratur dan 1.5mg subkutan untuk mengurangi dyspnea mengidentifikasi potensial
Untuk pasien dengan systemic opioids:
untuk pasien �Tingkatkan dosis teratur hingga 25 %, dengan total dosis digunakan
penyebab pengobatan
sesak non- selama 24 jam.
Sistemik Opium
hypoxic. � Dosis mengatasi sesak 10% dalam total 24-hour regular pemakaian Opium Untuk Pasien
� Systemic opioid, gunakan rute opioid yang sama - Morphin (Untuk pasien
dosis oral : tiap 2 jam diperlukan. yang siap mendapatkan
opioids, oral / o Pemecahan dosis subkutan 1 jam jika dibutuhkan sampai mencapai
parenteral opium sistemik:
puncak efek
digunakan untuk � Pemecahan dosis sebesar 10% dari total 24 jam secara teratur dosis opium, Tingkatkan dosis reguler
dyspnea kanker menggunakan opium dengan rute yang sama sebesar 25%,
o Pemecahan dosis oral 2 jam jika dibutuhkan. menggunakan panduan
lanjut o subcutaneous breakthrough doses q1hr as needed, due to
. jumlah dosis yang
more rapid peak effect.
� Jangan menggunakan opium uap, nebulizer furosemid, lidokain atau diberikan selama 24 jam
benzodiazepin.

Pharmalogikal
Intervensi non pharmakologi
Untuk pasien dengan PPS 100%-10%;
 Pencegahan dan pendidikan seperti Opium Sistemik
Opium untuk pasien:
perawatan pathway 1 seharusnya
- Berikan morphine 2.5 subcut bolus (atau dengan dosis yang sama alternatif
digunakan pada sebagai tambahan opium)
untuk intervensi pharmakologi - Jika toleran ulangi dosis setiap 30 menit jika dibutuhkan
 Cognitive Behavioural Theraohy - Mempertimbangkan dosis dobel jika 2 dosis gagal untuk menghasilkan
(CBT) khusus untuk insomnia (CBT- reduksi yang adekuat pada dyspnea
I) merupakan intervensi yang efektif - Memonitor Respiratori rate pasien, mulai waktu puncak efek pada dosis
untuk mengatasi masalah tidur subcut morphine mungkin lebih lama dari 30 menit
berdasarkan pada penelitian pasien Jika didapatkan akses intravena, pertimbangkan pmberian IV bolus untuk morphine
kanker 2.5mg (atau dosis yang sama pada opium alterbnatif) untuk mencapai efek yang
 CBT-I pada awalnya dapat diberikan lebih cepat
- Jika toleran ulangi dosis setiap 30 menit jika dibutuhkan
sebagai intervensi yang dilakukan
- Pertimbangkan dosis ganda jika 2 dosis gagal menghasilkan reduksi dyspnea
sendiri atau oleh pelatih dari pemberi - Monitor respiratori rate pasien mulai pemberian bolus IV morphine untuk
perawatan, tetapi untuk syndrome menghasilkan efek yang lebihh cepat dan tinggi
insomnia dikelola olehpsykologist Mulai dari dosis reguler pada opium imediate realise, Dipandu dalalam pemberian
atau spesialis CBT-I dosis bolus
 Intervensi lain seperti latihan juga - Untuk pemecahan dosis opium, pertimbangkan penggunaan dosis rute
dapat membantu pada transient subcutsejak awal untuk dyspnea yang berat mulai munculnya gejala yang
insomnia masih terkontrol
 Pengobatan yang lain diberikan Untuk pasien yang mendapatkan opium sistemik
seperti nyeri, kelemahan atau depresi Ikuti beberapa anjuran seperti pada pemberian opium dengan mengikuti perubahan
- Berikan opium subcut bolus pada pasien sekarang gunakan dosis sama sampai
10% secara regular, selama 24 jam, pemberian dosis parenteral pada pasien
sama untuk opium (parenteral dosis sama sampai setengah dosis oral)
- Pertimbangkan pemberian opium IV bolus pada pasien, menggunakan dosis
yang sama sampai 10% reguler, 24jam, dosis parenteral sama dengan pasien
- Meningkatkan dosis reguler opium 25% Dengan panduan dosis bolus

OIbat psykoaktif
Mempertimbangkan pemberian CPZ atau metrotrimeprazine jika terjadi dyspnea
yang berat dan terus menerus meskipun mendapat terapi lain
Metrotrimeperazine 2.5-10mg per oral atau IV 6-8 jam teratur atau jika dibutuhkan
Penerapan teori ...,Chlorpromazine
Dame Lestaria, 7.5-25mg per ooral atau iv 6-8 jam teratur atau jika dibutuhkan
FIK UI, 2014
Pertimbangkan benzodiazepine untuk adanya kecemasan
MUKOSITIS PADA PASIEN KANKER: PENGKAJIAN DAN SKRINING

SKRENING MUKOSITIS PADA SETIAP KUNJUNGAN

Pengkajian menggunakan Akronim O, P, Q, R, S, T, U, dan V (diadaptasi dari Frazer Health)


Onset Kapan mukositis mulai dirasakan? Seringkah? Berapa lama mukositis terjadinya??
Apa yang menjadikan lebih baik? Apa yang menjadikan lebih parah? Menurut anda penyebab
Provoking/
mukositis? Faktor apa yang memperparah atau meringankan (misal: obat-obatan, pengobatan
palliating
aktif, perubahan diet)?
Apakah mulut kering? (mis, penurunan banyak/konsistensi saliva). Adakah kemerahan, lecet,
Quality bisul, pecah-pecah, atau area bintik putih? Jika demikian, apakah terisolasi, merata, berkoloni ata
bintik-bintik?
Region / Dimana gejala dirasakan? (mis, pada bibir, lidah, mulut). Apakah sakit menyebar? Ada gejala
Radiation penyerta?
Apaintensitasgejala ini(Pada skala 0 sampai 10,dengan0tidak adadan10yangterburuk)? bagaimana
Severity
saat ini? PadaTerbaik? PadaTerburuk? padarata-rata?
Jika mulut kering: Asupan cairan? Apakah menggunakan cairan kumur2? Jenisnya? Efektifkah?
Apakah Anda menggunakan substitusi saliva atau stimulan? Jenisnya? Efektifkah?
Jika rasa sakit di mulut: Apakah Anda menggunakan obat nyeri? Topikal/ lokal, oral/injeksi-
Jenisnya? Efektifkah? Adalah ada perawatan lain yangAnda gunakan untuk mengurangi rasa
sakit? Perubahan dalam tekstur diet?
Treatment
Jika pendarahan dari mulut: Apakah itu terjadi secara spontan? Dimana? Apa memperburuk itu?
Perawatan apa yang direkomendasikan dan telah digunakan?
Apa yang saat ini rutin perawatan mulut? Efektifkah? Apakah Anda memiliki infeksi mulut?
Perawatan apa yang harus Anda gunakan? Efektifkah?
Adakah efek samping dari pengobatan yang digunakan di atas? Tes apa yang telah dilakukan?
Bagaimana pemahaman dengan gejala ini?
Apakah ada dampak terhadap makan atau minum? Sulitkah menelan atau mengunyah? Padat dan
atau cair?
Understanding Apakah ada penurunan BB? Berapa banyak? Selama jangka waktu?
/Impact on Apakah ada perubahan rasa (dysgeusia)?
You Apakah ada kesulitan berbicara?
Apakah memakai gigi palsu?
Apakah gejala-gejala mengganggu aktivitas normal sehari-hari lainnya?
Bagaimana gejala ini mempengaruhi kegiatan sehari-hari?
Berapa level keparahan gejala ini (0-10 skala)? Bagaimana hal itu mempengaruhi Anda dan
Values
keluarga?
Catatan: Jika pasien tidak mampu menilai diri sendiri, maka profesional kesehatan atau keluarga dapat menggantikannya.
Pemeriksaan fisik harus mencakup tanda-tanda vital dan pengkajian mulut termasuk pemeriksaan gigi

PERTIMBANGAN UNTUK SEMUA PASIEN


- Faktor risiko yang signifikan untuk komplikasi oral termasuk jenis kanker, jenis pengobatan
kanker, dosis kumulatif kemoterapi atau pengobatan radiasi, cara pemberian dan durasi
pengobatan
- Faktor predisposisi medis, dental, dan gaya hidup dapat meningkatkan keparahan komplikasi.
- Komplikasi oral secara signifikan mempengaruhi morbiditas pasien, toleransi pengobatan, dan
kualitas hidup
- Penilaian yang ketat, diagnosis dan intervensi dini sangat penting dalam mencegah dan
mengurangi komplikasi oral; ini termasuk penilaian status gizi dan kecukupan asupan oral
- Perawatan mulut yang baik sangat penting untuk mencegah dan mengurangi komplikasi oral, baik
untuk mempertahankan fungsi normal mulut, menjaga kenyamanan, dan mengurangi risiko infeksi
lokal dan sistemik. (Hampir sebagian besar obat dapat menyebabkan komplikasi oral. Konsultasi
dengan apoteker sangat dianjurkan.

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


MUCOSITIS PADA PASIEN KANKER: CARE MAP

Mucositis Ringan Mucositis Sedang Mucositis Berat

Perawatan Mulut secara umum


Non-Farmakologi
- Cairan pembilas (kumur) yang dianjurkan adalah cairan tawar (1 sendok teh garam, 1sendok teh baking
soda dalam 1liter/4gelas air) disiapkan setidaknya 1x sehari dan tidak dingin
- Setelah emesis, bilas dengan cairan kumur hambar segera untuk menetralkan mulut.
- Pasien dapat mengunyah permen karet xylitol atau menghisap lozenges xylitol, hingga 6gram sehari
- Meskipun tidak ada evidens yang merekomendasikan penggunaan cairan soda untuk perawatan oral,
sebaiknya dihindari karena pH asam, dari kandungan asam karbonat dalam minuman ringan berkarbonasi.
Farmakologi
- Pertimbangkan anestesi topikal (misalnya lidokain kental 2% atau xylocaine kental 2%, 2-5ml) sebelum
menyikat gigi dansebelum makan untuk meminimalkan rasa sakit dan penggunaan obat kumur klorheksidin
glukonat 0,12% yang tidak berasa, non-alkohol untuk mengontrol plak
- Jika alergi terhadap lidokain, dyclonine 0,5 atau 1% bilas (5 ml q6-8 jam, desir dan menelan) dapat
digunakan untuk nyeri.
- Dengan nyeri berkelanjutan, analgesik oral dapat diresepkan secara teratur agar dapat menyikat gigi
keseluruhan
- Untuk sekresi saliva yang berlebihan, dapat menggunakan antidepresan trisiklik (misalnya, nortriptyline
dosis rendah dan skopolamin transdermal 1,5mg ditempelkan setiap 72jam)

Pencegahan Pencegahan Pencegahan


Non-Farmokolgi Non-Farmokolgi Non-Farmokolgi
- Hisap batu es dapat digunakan, terutama pada - Lihat mucositis - Lihat mucositis ringan.
pasien menerima dosis tinggi melphalan ringan.
- IMRTsaat ini pengobatanpilihan Farmokolgi
Farmokolgi
untukkepaladan pasienleher Lihat mucositis ringan
- Pada pasien dengan keganasan
- Penggunaan laser rendah energi hematologi yang menerima
Farmokologi kemoterapi dosis tinggi dan
- Tidak ada bukti manfaat untuk penggunaan radiasi dengan transplantasi sel
chlorhexidine. induk, dianjurkan penggunaan
Manajemen:
Keratinosit Growth
Non-farmakologi
Factor(KGF) (palifermin)
- Lihat mukositis ringan
Management dalam dosis 60mcg/kg/ hari
Non-farmakologi Farmakologi: selama 3 hari sebelum dimulai
Nutrisi: - Patient-controled pengobatan dan selama 3 hari
- Multivitamin dapat dipergunakan analgesia dengan post transplant.
opioid adalah - KGF (palifermin) tidak umum
- Evidens mendukung penggunaan vitaminB12, pilihan terapi oral
beta-karoten kalsium, chamomile, glutamin, digunakan karena biaya tinggi
untuk nyeri dan terbatas.
atau kurkumin
mukositis
Farmakologi
- Mulailah dengan makanan yang lembut,
lembab, halus dan, jika tidak ditoleransi, Management
mulailah dengan makanan ekstra lunak / bubur Non-farmakologi
Nutrisi:
- Memilihmakanan yang tinggi kalori dan
protein, 6-8 - Pertimbangkandiet lunak/bubur ekstra.
cemilan/ makanan ringan sehari-hari - Bila cairan ditoleransi, pilih berkalori tinggi, cairan protein
- Masak makanan padat sampai empuk, gunakan tinggi setiap 2 jam.
saus yang tidak pedas, makanan lembut, - Suplemen gizi oral dianjurkan
hambar - Minuman multivitamin dapat dipergunakan
- Hindari makanan yang mengiritasi mulut atau - Mucositis oral parah selama pengobatan kanker (grade 3
tenggorokan atau 4) dapat dibantu asupan oral dengan NGT atau nutrisi
- Hindari makanan yang kasar, asin, pedas, parenteral total tergantung pada tujuan perawatan pasien
asam, sangat panas atau sangat dingin - Konsultasikan ahli diet k/p
- Suplemen gizi oral dapat digunakan
GEJALA KONSTIPASI PADA Farmakologi
PASIEN KANKER
- Jika anestesi topikal tidak efektif untuk nyeri, - Pasien-controlled analgesia dengan opioid adalah
penggunaan analgesik non-opioid atauopioid
SKRENING DAN PEMERIKSAAN (PADA pilihanSETIAP
pengobatan untuk nyeri mucositis
KUNJUNGAN)
dibutuhkan Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
-
Pengkajian menggunakan Akronim O, P, Q, R, S, T, U, dan V (diadaptasi dari Frazer Health))
Onset Kapan konstipasi dirasakan? Seberapa sering? Berapa frekuensi buang air besar (BAB) sehari?
Provoking/ Hal apa yang menjadikan lebih baik? Hal apa yang menjadikan lebih parah (misal: obat, pengobatan kanker,
palliating perubahan diet, perubahan jumlah makanan atau cairan, penurunan kemampuan beraktivitas?)
Bagaimana gambaran feses(misalnya: warna, keras atau lunak, bau, jumlah)? Ada darah atau lendir? (Alat
Quality
Penilaian: Victoria Bowel Performance Scale and the Bristol Stool Chart)
Apakah ada ketidak nyamanan yang berhubungan dengan konstipasi? Di mana? Bisa dijelaskan? Apakah
Related perut kembung? Apakah sering flatus? Apakah merasa tidak tuntas setelah BAB? Apakah anda memiliki
Symptoms hemorrhoids? Apakah nyeri?Cairan keluar dari dubur Anda secara masif? Apakah anda memiliki gejala
lain(misalnya: mual, muntah, kehilangan nafsu makan, ngompol sengaja atau sulit berkemih)
Kapan BAB terakhir Anda? Seberapa sering Anda merasakan hasrat untuk BAB? Apakah Anda perlu
Severity
mengejan ketika BAB?
Apa yang Anda lakukan untuk mengatasi gangguan BAB Anda?Efektifkah?Apakah Anda memiliki efek
Treatment
samping dari obat tersebut?Apa yang telah dicoba? Tes apa yang dijalani untuk konstipasi?
Understandi
ng /Impact Bagaimana konstipasi mempengaruhi kehidupan Anda? Sejauh mana mengganggu?
on You
Apa kebiasaan BAB normalnya? Apa makna konstipasi bagi Anda? Berpengaruhkah itu bagi Anda atau
Values
keluarga?
Pemeriksaan fisikharus mencakup TTV, kemampuan fungsional, status hidrasi, status kognitif, pemeriksaan abdomen, dubur dan pemeriksaan
neurologis jika tulang belakang atau cauda equinelesi dicurigai
Pertimbangkan x-ray perut jika obstruksi usus atau pengeluaran tinja berlebihan perlu dicuriga

Intervensiuntuk semua pasien, sesuai


Identifikasi etiologi sembelit sangat penting dalam menentukan intervensi yang diperlukan
Pertimbangkan status kinerja, asupan cairan, diet, aktivitas fisik dan gaya hidup ketika mengelola sembelit
Tidaklah perlu BAB keluar setiap hari. Selama tinja lunak dan bisa keluar, setiap dua hari umumnya memadai
Hindari mengejan berlebihan

Intervensi Non-farmakologi

PPS Stabil, Transisi End of Life (30-100%) PPS Stabil dan Transitional (40-‐100%) PPS End of Life (10-‐30%)
and Diet Meninggikan kepala
Intake cairan: Rekomendasi diet berikut ini tidak berlaku jika tempat tidur dapat
Anjurkan asupan cairan(1500-2000mlperhari) diduga obstruksi. memfasilitasi proses BA
Anjurkan minum sepanjang hari Secara bertahap tingkatkan serat makanan Simulasikan posisi jong
Batasi intake kafein dan alkohol setelah asupan cairan konsisten dari minimal dengan menempatkan
Aktivitas fisik: 1500 ml per 24 jam. pasien di posisi samping
Latihan untuk kemampuan fisik pasien, kiri dari, menekuk lutut
kondisi dan sesuai kondisi Bertujuan untuk setidaknya 25 g serat makanan dan menggerakan kaki
per hari: kearah abdomen.
Frekuensi, intensitas dan durasi latihan harus
o 7-10 porsi per hari dari buah-buahan dan PPS End of Life (10-‐20%)
didasarkan pada toleransi pasien
sayuran, bukan jus Untuk pasien dengan PPS
PPS 60% dan di atas: berjalan dianjurkan
o 6-8 porsi produk gandum per hari, memilih 10-20%, pertimbangan
(1x 15-20 menit atau 2x/ hari atau 30-60 menit
100% roti gandum dan sereal tinggi serat (> 4 beban dan manfaat dari
sehari-hari, 3-5 x/ minggu)
gram / porsi) BAB secara reguler, paka
Untuk PPS 30-50% latihan seperti rotasi badan
o Masukkan protein nabati sehari-hari sebagai keputusan klinik yang tep
dan angkat paha, 15 hingga 20 menit per hari,
bagian dari 2-3 porsi daging dan alternatif. ketika merekomendasi
didorong, jika mampu.
Pertimbangan Privasi Konsultasikan dengan ahli gizi untuk spesifik
Jaga privasi selama toileting asupan serat
Upaya BAB harus 30 - 60menit setelah Pertimbangan personal
konsumsi makan, untuk mengambil BAB ke toilet jika mungkin, dianjurkan
keuntungan dari refleks gastro-colic Apabila perlu, gunakan pispot
Dengan asumsi posisi jongkokdi toilet dapat
melancarkan BAB
o Duduk dengan kaki di atas bangku dapat
membantu defekasi

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


KONSTIPASI PADA PASIEN KANKER: CARE MAP

INTERVENSI FARMAKOLOGI

Rekomendasi berikut berdasarkan level evidens dan konsensus yang rendah akibat studi
tentang konstipasi masih terbatas.
Perhatikan penyebab konstipasi, kesukaan pasien, fungsi kolon dan respon pengobatan
sebelumnya untuk menentukan pengobatan yang tepat.
Tanyakan adakah penggunaan obat non tradisional/alternatif sebagai pertimbangan
potensial interaksi obat toksisitas.
Banyak obat pencahar oral, supositoria dan enema memiliki efek samping umum sept kram,
kembung, mual dan diare, dan dapat diatasi dengan pengurangan dosis. Hindari pencahar
jika obstruksi usus.

Rekomendasi utk obat lini I Rekomendasi utk obat lini II Rekomendasi utk obat lini III

Oral stimulan kolon(sennosides Supositoria (gliserin atau bisacodyl) Picosulfate sodium-magnesium


“?|
atau bisacodyl), Dan atau Atau oxidecitricacid, ATAU
Oral osmotik kolon (laktulosa Enema (phosphate enema) Methylnaltrexone (jika pasien
atau polyethylene glycol) mendapatkan opioid secara reguler)

Fecal Impaction
Jika feses mengeras dalam rektum, gunakan supositoria gliserin untuk
melunakkan tinja, diikuti 1 jam kemudian dengan digital jika perlu
(setelah pretreatment dengan analgesik dan obat penenang), dan / atau Dimulai dengan uji coba 3 hari
enema fosfat methylnaltrexone:
Jika feses lebih tinggi dikolon sebelah kiri, gunakan enema retensi Apabila dalam 48 jam tidak ada BAB, berikan
minyak, diikuti oleh enema volume besar minimal 1jam kemudian. methylnaltrexone subcutaneously - 8 mg (BB:
Pasien kolostomi 38-62 kg) atau 12 mg (BB:62-114 kg)
Pasien kolostomi proksimal tidak dapat menggunakan obat pencahar
kolon Methylnaltrexone efektif jika 4 jam setelah
Supositoria tidak dapat digunakan dalam kolostomi. injeksi terjadi BAB
Enema mungkin berguna untuk pasien dengan kolostomi descenden atau
sigmoid.
Pasien paraplegia TIDAK Efektif
Laxatif oral mungkin membantu untuk mengeluarkan feses dari rektum efektif
Bantu mengosongkan rektum dengan menggunakan : supositoria, enema

Dosis yang sama dapat diulang setiap 24 jamselama 2 hari, jika


diperlukan, jika BAB tidak bisa secara spontan

TIDAK
efektif Efektif

Methylnaltrexone tidak mungkin bekerja untuk pasien ini pada Dosis yang sama dapat
saat ini. Tidak ada dosis lanjutan harus diberikan ditawarkan jika tidak BAB
selama 48 jam, Dosis tidak
boleh diberikan lebih 48 jam

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014


Lampiran 13 : Pengkajian Keperawatan Terintegerasi
RS KANKER ‘DHARMAIS’
JAKARTA dedengan ESAS

PENGKAJIAN AWAL
KEPERAWATAN RAWAT INAP

Ruang : ……………… Tgl. MRS : .............. Tgl. Pengkajian: ……………Pukul : ...........

Alasan kunjungan: □ Kemotherapi □ PKU


DATA DASAR

PENGKAJIAN
□ Operasi □ Radiasi □ Kemotherapi-Radiasi
Keluhan Utama : ……………………............………
Lama Keluhan: ……………….....……............……..... Keluhan : ...........................................
Upaya yang telah dilakukan:……....……................... Skala ESAS mual* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Diagnosis Medis: …………........................................
Kesadaran: □ CM □ Apatis □ Delirium Skala ESAS nafsu makan* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
□ Somnolen □ Soporocoma □ Coma
TTV: TD……..mmHg, N…..X/mnt, S…...◦C,P.....X/mnt, Skala ESAS mukositis * 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nyeri: □ Ya □Tidak Pola makan:
Distres: □ Ya □Tidak □ Teratur (3X/ hari)
□ Tidak Teratur,… porsi/ hari
Gol Darah: ......Rh:....... TB:................. BB: .................
Jenis makanan dan minuman
Penyakit yang pernah dialami :
- Disukai: …………............- Tidak disukai: ..…………
RIWAYAT KESEHATAN

……………………............................................
Diet: ………………………............….........
□ Tidak dirawat
□ Di Rawat, tgl/ bln/ tahun : ........……...........
1. Apakah mengalami Penurunan BB yang tidak
□ Operasi ….................................................
diinginkan dalam 3 bulan terakhir
tgl/ bln/ tahun : .............
a. Tidak ada penurunan berat 0
□ Radiasi :....................................................
badan
Alergi: □ Ya □ Tidak
b. Tidak yakin/Tidak tahu 2
□ Obat, .......................
2. penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir
□ makanan
a. 1 - 5 kg 1
□ Lain- lain …………...........................
b. 6 - 10 kg 2
Reaksi Alergi: ……………...............................
c. 11 - 15 kg 3
Tindakan: ...……………………………….........
d. > 15 kg 4
Riwayat Transfusi Darah: □ Tidak □ Ya, Reaksi
NUTRISI

Apakah asupan makan berkurang karena tidak


alergi : □ Tidak
nafsu makan
□ Ya,jelaskan.......................
a. Tidak 0
Kebiasaan: □ Merokok : □ Tidak □ Ya,
b. Ya 1
bungkus…..... / hr, lamanya ..........…
□ Minum Alkohol : □ Tidak □ Ya, Total Skor ...
berapa botol …............./ hr, lama.........… Ket: Skor > 2 dilakukan pengkajian oleh gizi
□ Obat- Obatan: □ Tidak □ Ya
nama obat ……………............................... Perubahan Gastro Intestinal
□ Lain- lain : ………………….................... a. Mulut : □ Normal □ Benjolan
□ Stomatitis □ Bau
Genogram □ Hipersalivasi □ Hiposaliva
b. Gigi : □ Lengkap □ Tdk lengkap
□ Caries □ ..................
c. Lidah : □ Bersih □ Benjolan □ Kotor □................
d. Esoephagus : Reflek Menelan : □ Ada □ Tdk ada
e. Tenggorokan : □ Normal □ Merah □ Dysphagia
f. Abdomen :
Inspeksi : □ Luka □ Stoma □ Fistula □Ascites
Auskultasi : Bising Usus:............ kali/mnt
Perkusi : □ Tymphani □ dullnes
Palpasi : □ Distensi □ Tumor
Lainnya :.................................................
g.Asupan nutrisi: □ Oral □ NGT □ Parenteral
Ket: O : perempuan, □Gastrostomi □ Yeyunustomi
□ : laki-laki, h. Penyakit: □ DM tidak terkontrol □ DLL................
† : meninggal, Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium/Radiologi)
: pasien : ...................................................................................
x : meninggal dengan kanker

--UJI COBA seri A--


Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
RS KANKER ‘DHARMAIS’
JAKARTA

Keluhan : ……………….………………..

SIRKULASI
ELIMINASI

Keluhan : …………………………………
Skala ESAS diare* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skala sesak* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skala konstipasi* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengkajian sirkulasi
Kebiasaan a. Hidung: □ Normal □ Benjolan □ Polip □
a. Frekuensi Buang Air Besar : …….... X/ hari Epistaksis □ Luka
b. Frekuensi Buang Air Kecil : …….... X/ hari □ Pernapasan Cuping hidun
Pengkajian eliminasi Warna Sekret : □ Kuning □ Merah □ Hijau
a. Feses : b. Dada : □ Normal □ Benjolan/ Tumor
- Warna : □ Kuning □ Hitam/ Melena □ Luka □ Krepitasi sub kutis □
□ Dempul □ Merah □ Berlendir Pelebaran Vena Kolateral □ Retraksi
- Konsistensi : □ Lunak □ Encer □ Keras dada
□ Berbusa □ skibal c. Jantung
- Cara Pengeluaran : □ normal □ Colostomy □ Irama Nadi : □ Teratur □ Tidak Teratur
Ileustomy (Lampirkan Pengkajian Stoma) d. Paru :
b. Urine : □ Normal □ Abnormal: □ Vesikuler □ Ronkhi ka/ki □ Wheezing ka/ki
□ Dysuria □ Polyuria (> 1500 cc/ 24 jam) □ Tachypneu □ Bradypneu □ Dyspneu
□ Oliguri (< 400 cc/ 24 jam ) □ Retensi □ Lain-lain :....................................................
□ Anuria □ Inkontinensia e. Perdarahan:
- Warna : □ Kuning □ Seperti Teh Lokasi...................... Jumlah : …………cc
□ Merah □ Keruh f. Turgor : □ Baik □ Buruk
- Cara Pengeluaran : g. Oedema: □ Ekstremitas Atas : □ Tidak
□ Kondom cateter □ Chateter urine ukuran........... □ Ya, lokasi.........................
□ Nefrostomy □ Urostomy □ Cystostomi h. Lympha edema : □ Tidak □ Ya.............
(Lampirkan Pengkajian Stoma) ...................................................
Pemeriksaan Penunjang ( Laboratorium/ Radiologi) i. Perifer: capilary refill :□ < 3 dtk □ > 3 dtk
: ..................................................................................... Pemeriksaan Penunjang ( Laboratorium/ Radiologi )
....................................................................................... ....................................................................................
.......................................................................................
Keluhan : ..............................................
.
ATIVITAS / ISTIRAHAT

Skala mengantuk * : 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Keluhan:…………………


Skala kelelahan*: 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KENYAMANAN

Kebiasaan: a. Mandi :........ x/ hari Skala Nyeri* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


b. Cuci Rambut : ........ x/ mg durasi …………………....
c. Sikat gigi : ........ x/ hari frekuensi …………………
d. Tidur : ..... jam/ hari karakteristik………..…….
Pengkajian Sistem Muskuloskletal
Mobilisasi : □ Tidak ada kesulitan Luka □ Tidak □ Ya
□ Ada kesulitan : □ Paralysis □ Deformitas (Lampirkan Formulir pengkajian luka)
□ Penurunan kekuatan □ Gg.keseimbangan □Bau □ Nyeri
□ROM □ Riwayat Fraktur □ Kongenital □ Mudah Berdarah
Lokasi Eksudat : □ Banyak □ Sedikit
Aktivitas dan mobilisasi Warna : □ Merah □ Kuning □ Hitam
(Lampirkan Formulir Integritas Kulit: □ Petechie □ Hematoma
Pengkajian Status □ Pruritus □ Urtikaria
Fungsional Dekubitus: □ Tidak □ Ya, Lokasi : ...........
Barthel Index) Warna : □ Merah □ Kuning □ Hitam Grade
□ Mandiri : □I □ II □ III □ IV
□ Perlu bantuan,............. Tanda-tanda Infeksi : □ Tumor □ Dolor □ Kalor
□ Ketergantungan Total □ Rubor □ Fungsiolesa
(jika ketergantungan total Pemeriksaan Penunjang (Lab/Radiologi ) :
kolaborasi dengan DPJP) ....................................................................................
Pemeriksaan Penunjang (Radiologi ) :............ ......................................................
.............................................................................

--UJI COBA seri A--


Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
RS KANKER ‘DHARMAIS’
JAKARTA

Riwayat Reproduksi

SEKSUAL/REPRODUKSI

SEKSUAL/REPRODUKSI
PSIKOSOSIAL

Suasana hatii* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Keluhan :………………………………………….


Cemas* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Usia haid pertama: ........... tahun
Depresi * 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pernikahan ke :...........................................
Pertahanan/Koping: G ...... P….... A ..... Jumlah Anak : ..........
a. Pengambilan Keputusan : □ Sendiri Tanggal haid terakhir : ........................
□ Dibantu, siapa?.................... Pola seksualitas : □ Tidak terganggu
b. Cara untuk mengatasi kecemasan: □ □ Terganggu
Sendiri □ Dibantu, siapa? ................... Pemeriksaan cervix terakhir/Pap Smear :
Mekanisme Koping yang digunakan: □ Tidak □Ya, Kapan ...................
□ Konstruktif □ Destruktif Pemeriksaan Fisik:
Sistem Nilai Kepercayaan: - ♀ Genetalia : □ Keputihan □ Benjolan □ Luka
Agama/ Kepercayaan : □ Tidak penting □ Odema □ Prolaps □ Bau
□ Penting, jelaskan ................ □ Lain-lain : .............................
Adakah Program pengobatan - Pemeriksaan SADARI : □ Ya, …… x/bulan
bertentangan dengan keyakinan : □ Tidak
□Tidak □ Ya, Jelaskan ................ - ♂ a.Penis: □ Benjolan □ Luka
Respon terhadap penyakit : □ Oedema □ Nyeri
□ Mengingkar □ Marah □ Sekret : □ Kuning □ Merah
□ Tawar menawar □ Depresi □ Menerima □ Bau
Informasi yang dibutuhkan: b. Skrotum : □ Membesar □ Hernia
□ Penyakit yang diderita Penggunaan alat kontrasepsi:□Tidak □ Ya,
□Tindakan pemeriksaan Jenis : ........................................
□Tindakan/pengobatan/perawatan yang Pemeriksaan Penunjang (Lab/Diagnostik):
diberikan Mammografi □Tidak □ Ya,
□ Perencanaan diet kapan……………………
□ Perubahan aktifitas sehari-hari Lainnya: ……………………………………………
□ Perawatan di rumah
KESELAMATAN & PROTEKSI

Dukungan keluarga: □ Ya □ Tidak Status mental :□ Orientasi


□ Disorientasi : □ Orang □ Waktu □ Tempat
□ Kejang : tipe & frekuensi : ..............................
Bahasa sehari-hari: □ Lain-lain, jelaskan: .........................................
KEBUTUHAN KOKOMUNIKASI/ PENDIDIKAN

□Indonesia □Daerah,sebutkan: Gangguan Panca Indra:


................. Penglihatan: □ Tidak □ Ya, jelaskan ……………
□ Inggris □ Lain-lain,sebutkan: Pendengaran : □ Tidak □ Ya, jelaskan …………..
................ Pengecapan: □ Tidak □ Ya, jelaskan ……………..
□ Bahasa isyarat Penghidu: □ Tidak □ Ya, jelaskan ……………….
Perlu penerjemah: □ Tidak Perabaan: □ Tidak □ Ya, jelaskan ………………
□Ya, bahasa ............................ Pengkajian Restrain :
Hambatan belajar : □ Tidak ada masalah □ Ada masalah
□Bahasa □Pendengaran □ Hilang Pernah menggunakan restrain sebelumnya
Memori □ Kognitif □Penglihatan □ Lain- □ Tidak □ Ya ..................................
lain jelaskan : ……………………………. □ Kondisi saat ini beresiko tinggi…..................
Cara belajar yang disukai: □ Menulis □ Diskusi dengan keluarga dan pasien
□ Audio-visual/gambar □ Demonstrasi mengenai kebijakan penggunaan restrain
□ Diskusi Skrening Resiko Cedera/ Jatuh :
Kebutuhan pembelajaran pasien (pilih □ Tidak Beresiko □ Resiko Rendah
topik pembelajaran): □ Resiko Tinggi
□ Diagnosa & Manajemen ( lampirkan Formulir Penilaian Resiko Cedera/
□ Obat-obatan □ Kemoterapi Jatuh sesuai usia )
□ Perawatan luka □ Rehabilitasi Pemeriksaan Penunjang ( Laboratorium/
□ Manajemen Nyeri □ Radiasi Radiologi ) :
□ Diet & nutrisi □ Operasi
□ Lain-lainnya: ................................. ...............................................................................
..........................................................

--UJI COBA seri A--


Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
RS KANKER ‘DHARMAIS’
JAKARTA
MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL

MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL


Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Kerusakan membran mukosa oral
Ketidakefektifan pola napas Ketidakefektifan pengaturan suhu
Gangguan Pertukaran Gas tubuh (Thermoregulasi)
Gangguan perfusi jaringan Gangguan Pola Tidur
Resiko Aspirasi Resiko Infeksi
Penurunan Curah Jantung Kurangnya perawatan diri
Intoleransi Aktivitas Kerusakan integritas kulit
Nyeri Resiko Cedera
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dan Resiko perdarahan
Kebutuhan Kurangnya pengetahuan
Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Disfungsi Seksual
Kebutuhan Psikoseksual
Mual Cemas
Kekurangan Volume Cairan Ketidakefektifan Koping
Kelebihan Volume Cairan Gangguan Citra Tubuh
Diare Konflik Peran
Retensi Urin Lainnya......................................
Perubahan Eliminasi Urin
Konstipasi

Ket: *skor Edmonton Symptom Assessment System. ESAS ringan <3, ESAS sedang 4-6, ESAS berat >7.
Intervensi sesuai dengan algoritma ESAS.

Jakarta, ..........................................
Perawat PN/Katim

(__________________________)
Tanda Tangan dan Nama Jelas

--UJI COBA seri A--


Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
Nama :
No. MR :
RS KANKER ‘DHARMAIS’
JAKARTA
Tanggal Lahir :
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)

PENGKAJIAN AWAL
KEPERAWATAN RAWAT INAP )

Ruang : ……………… Tgl. MRS : .............. Tgl. Pengkajian: ……………Pukul : ...........

Alasan kunjungan: □ Kemotherapi □ PKU


DATA DASAR

PENGKAJIAN
□ Operasi □ Radiasi □ Kemotherapi-Radiasi
Keluhan Utama : ……………………............………
Lama Keluhan: ……………….....……............……..... Keluhan : .................................................
Upaya yang telah dilakukan:……....……................... ESAS mual* ........... ESAS nafsu makan* ...........
Diagnosis Medis: …………........................................ ESAS mukositis *............
Kesadaran: □ CM □ Apatis □ Delirium Pola makan:
□ Somnolen □ Soporocoma □ Coma □ Teratur (3X/ hari)
TTV: TD……..mmHg, N…..X/mnt, S…...◦C,P.....X/mnt, □ Tidak Teratur,… porsi/ hari
Nyeri: □ Ya □Tidak Jenis makanan dan minuman
Distres: □ Ya □Tidak - Disukai: …………............- Tidak disukai: ..…………
Diet: ………………………............….........
Gol Darah: ......Rh:....... TB:................. BB: .................
Penyakit yang pernah dialami :
1. Apakah mengalami Penurunan BB yang tidak
RIWAYAT KESEHATAN

……………………............................................
diinginkan dalam 3 bulan terakhir
□ Tidak dirawat
a. Tidak ada penurunan berat 0
□ Di Rawat, tgl/ bln/ tahun : ........……...........
badan
□ Operasi ….................................................
b. Tidak yakin/Tidak tahu 2
tgl/ bln/ tahun : .............
2. penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir
□ Radiasi :....................................................
a. 1 - 5 kg 1
Alergi: □ Ya □ Tidak
b. 6 - 10 kg 2
□ Obat, .......................
c. 11 - 15 kg 3
□ makanan
d. > 15 kg 4
□ Lain- lain …………...........................
Apakah asupan makan berkurang karena tidak
Reaksi Alergi: ……………...............................
nafsu makan
Tindakan: ...……………………………….........
a. Tidak 0
Riwayat Transfusi Darah: □ Tidak □ Ya, Reaksi
NUTRISI

b. Ya 1
alergi : □ Tidak
□ Ya,jelaskan....................... Total Skor ...
Kebiasaan: □ Merokok : □ Tidak □ Ya, Ket: Skor > 2 dilakukan pengkajian oleh gizi
bungkus…..... / hr, lamanya ..........…
□ Minum Alkohol : □ Tidak □ Ya, Perubahan Gastro Intestinal
berapa botol …............./ hr, lama.........… a. Mulut : □ Normal □ Benjolan
□ Obat- Obatan: □ Tidak □ Ya □ Stomatitis □ Bau
nama obat ……………............................... □ Hipersalivasi □ Hiposaliva
□ Lain- lain : ………………….................... b. Gigi : □ Lengkap □ Tdk lengkap
□ Caries □ ..................
Genogram c. Lidah : □ Bersih □ Benjolan □ Kotor □................
d. Esoephagus : Reflek Menelan : □ Ada □ Tdk ada
e. Tenggorokan : □ Normal □ Merah □ Dysphagia
f. Abdomen :
Inspeksi : □ Luka □ Stoma □ Fistula □Ascites
Auskultasi : Bising Usus:............ kali/mnt
Perkusi : □ Tymphani □ dullnes
Palpasi : □ Distensi □ Tumor
Lainnya :.................................................
g.Asupan nutrisi: □ Oral □ NGT □ Parenteral
□Gastrostomi □ Yeyunustomi
h. Penyakit: □ DM tidak terkontrol □ DLL................
Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium/Radiologi)
: ...................................................................................
Ket: O : perempuan,
□ : laki-laki,
† : meninggal,
: pasien
X : meninggal dengan kanker
--UJI COBA --
Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
RS KANKER ‘DHARMAIS’
JAKARTA
ELIMINASI

SIRKULASI
Keluhan : ……………….……………….. Keluhan : …………………………………

ESAS diare* .......... ESAS konstipasi* .......... ESAS sesak* ..............

Kebiasaan Pengkajian sirkulasi


a. Frekuensi Buang Air Besar : …….... X/ hari a. Hidung: □ Normal □ Benjolan □ Polip □
b. Frekuensi Buang Air Kecil : …….... X/ hari Epistaksis □ Luka
Pengkajian eliminasi □ Pernapasan Cuping hidung
a. Feses : Warna Sekret : □ Kuning □ Merah □ Hijau
- Warna : □ Kuning □ Hitam/ Melena b. Dada : □ Normal □ Benjolan/ Tumor
□ Dempul □ Merah □ Berlendir □ Luka □ Krepitasi sub kutis
- Konsistensi : □ Lunak □ Encer □ Keras □ Pelebaran Vena Kolateral
□ Berbusa □ skibal □ Retraksi dada
- Cara Pengeluaran : □ normal □ Colostomy □ c. Jantung
Ileustomy (Lampirkan Pengkajian Stoma) Irama Nadi : □ Teratur □ Tidak Teratur
b. Urine : □ Normal □ Abnormal: d. Paru :
□ Dysuria □ Polyuria (> 1500 cc/ 24 jam) □ Vesikuler □ Ronkhi ka/ki □ Wheezing ka/ki
□ Oliguri (< 400 cc/ 24 jam ) □ Retensi □ Tachypneu □ Bradypneu □ Dyspneu
□ Anuria □ Inkontinensia □ Lain-lain :....................................................
- Warna : □ Kuning □ Seperti Teh e. Perdarahan:
□ Merah □ Keruh Lokasi...................... Jumlah : …………cc
- Cara Pengeluaran : f. Turgor : □ Baik □ Buruk
□ Kondom cateter □ Chateter urine ukuran........... g. Oedema: □ Ekstremitas Atas : □ Tidak
□ Nefrostomy □ Urostomy □ Cystostomi □ Ya, lokasi.........................
(Lampirkan Pengkajian Stoma) h. Lympha edema : □ Tidak □ Ya.............
Pemeriksaan Penunjang ( Laboratorium/ Radiologi) ...................................................
: ............................................................................... i. Perifer: capilary refill :□ < 3 dtk □ > 3 dtk
................................................................................. Pemeriksaan Penunjang ( Laboratorium/ Radiologi )
....................................................................................
.......................................................................................
.

Keluhan : ..............................................
ATIVITAS / ISTIRAHAT

ESAS mengantuk * ........ ESAS kelelahan* ......... Keluhan:…………………


Kebiasaan: a. Mandi :........ x/ hari ESAS Nyeri* .............
KENYAMANAN

b. Cuci Rambut : ........ x/ mg


c. Sikat gigi : ........ x/ hari durasi …………………....
d. Tidur : ..... jam/ hari frekuensi …………………
Pengkajian Sistem Muskuloskletal karakteristik………..…….
Mobilisasi : □ Tidak ada kesulitan
□ Ada kesulitan : □ Paralysis □ Deformitas Luka □ Tidak □ Ya
□ Penurunan kekuatan □ Gg.keseimbangan (Lampirkan Formulir pengkajian luka)
□ROM □ Riwayat Fraktur □ Kongenital □Bau □ Nyeri
Lokasi □ Mudah Berdarah
Aktivitas dan mobilisasi Eksudat : □ Banyak □ Sedikit
(Lampirkan Formulir Warna : □ Merah □ Kuning □ Hitam
Pengkajian Status Integritas Kulit: □ Petechie □ Hematoma
Fungsional □ Pruritus □ Urtikaria
Barthel Index) Dekubitus: □ Tidak □ Ya, Lokasi : ...........
□ Mandiri Warna : □ Merah □ Kuning □ Hitam Grade
□ Perlu bantuan,............. : □I □ II □ III □ IV
□ Ketergantungan Total Tanda-tanda Infeksi : □ Tumor □ Dolor □ Kalor
(jika ketergantungan total □ Rubor □ Fungsiolesa
kolaborasi dengan DPJP) Pemeriksaan Penunjang (Lab/Radiologi ) :
Pemeriksaan Penunjang (Radiologi ) :............ ....................................................................................
............................................................................. ......................................................

--UJI COBA --
Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
RS KANKER ‘DHARMAIS’
JAKARTA

Riwayat Reproduksi

SEKSUAL/REPRODUKSI

SEKSUAL/REPRODUKSI
PSIKOSOSIAL

ESAS Suasana hati* ............ Keluhan :………………………………………….


ESAS Cemas* ............ Usia haid pertama: ........... tahun
ESAS Depresi * ............... Pernikahan ke :...........................................
Pertahanan/Koping: G ...... P….... A ..... Jumlah Anak : ..........
a. Pengambilan Keputusan : □ Sendiri Tanggal haid terakhir : ........................
□ Dibantu, siapa?.................... Pola seksualitas : □ Tidak terganggu
b. Cara untuk mengatasi kecemasan: □ □ Terganggu
Sendiri □ Dibantu, siapa? ................... Pemeriksaan cervix terakhir/Pap Smear :
Mekanisme Koping yang digunakan: □ Tidak □Ya, Kapan ...................
□ Konstruktif □ Destruktif Pemeriksaan Fisik:
Sistem Nilai Kepercayaan: - ♀ Genetalia : □ Keputihan □ Benjolan □ Luka
Agama/ Kepercayaan : □ Tidak penting □ Odema □ Prolaps □ Bau
□ Penting, jelaskan ................ □ Lain-lain : .............................
Adakah Program pengobatan - Pemeriksaan SADARI : □ Ya, …… x/bulan
bertentangan dengan keyakinan : □ Tidak
□Tidak □ Ya, Jelaskan ................ - ♂ a.Penis: □ Benjolan □ Luka
Respon terhadap penyakit : □ Oedema □ Nyeri
□ Mengingkar □ Marah □ Sekret : □ Kuning □ Merah
□ Tawar menawar □ Depresi □ Menerima □ Bau
Informasi yang dibutuhkan: b. Skrotum : □ Membesar □ Hernia
□ Penyakit yang diderita Penggunaan alat kontrasepsi:□Tidak □ Ya,
□Tindakan pemeriksaan Jenis : ........................................
□Tindakan/pengobatan/perawatan yang Pemeriksaan Penunjang (Lab/Diagnostik):
diberikan Mammografi □Tidak □ Ya,
□ Perencanaan diet kapan……………………
□ Perubahan aktifitas sehari-hari Lainnya: ……………………………………………
□ Perawatan di rumah
KESELAMATAN & PROTEKSI

Dukungan keluarga: □ Ya □ Tidak Status mental :□ Orientasi


□ Disorientasi : □ Orang □ Waktu □ Tempat
□ Kejang : tipe & frekuensi : ..............................
Bahasa sehari-hari: □ Lain-lain, jelaskan: .........................................
KEBUTUHAN KOKOMUNIKASI/ PENDIDIKAN

□Indonesia Gangguan Panca Indra:


□Daerah,sebutkan: ................. Penglihatan: □ Tidak □ Ya, jelaskan ……………
□ Inggris □ Lain-lain,sebutkan: ................ Pendengaran : □ Tidak □ Ya, jelaskan …………..
□ Bahasa isyarat Pengecapan: □ Tidak □ Ya, jelaskan ……………..
Perlu penerjemah: □ Tidak Penghidu: □ Tidak □ Ya, jelaskan ……………….
□Ya, bahasa ............................ Perabaan: □ Tidak □ Ya, jelaskan ………………
Hambatan belajar : Pengkajian Restrain :
□Bahasa □Pendengaran □ Hilang □ Tidak ada masalah □ Ada masalah
Memori □ Kognitif □Penglihatan □ Lain- Pernah menggunakan restrain sebelumnya
lain jelaskan : ……………………………. □ Tidak □ Ya ..................................
Cara belajar yang disukai: □ Menulis □ Kondisi saat ini beresiko tinggi…..................
□ Audio-visual/gambar □ Demonstrasi □ Diskusi dengan keluarga dan pasien
□ Diskusi mengenai kebijakan penggunaan restrain
Kebutuhan pembelajaran pasien (pilih Skrening Resiko Cedera/ Jatuh :
topik pembelajaran): □ Tidak Beresiko □ Resiko Rendah
□ Diagnosa & Manajemen □ Resiko Tinggi
□ Obat-obatan □ Kemoterapi ( lampirkan Formulir Penilaian Resiko Cedera/
□ Perawatan luka □ Rehabilitasi Jatuh sesuai usia )
□ Manajemen Nyeri □ Radiasi Pemeriksaan Penunjang ( Laboratorium/
□ Diet & nutrisi □ Operasi Radiologi ) :
□ Lain-lainnya: .................................
...............................................................................
..........................................................

--UJI COBA --
Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
RS KANKER ‘DHARMAIS’
JAKARTA
MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL

MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL


Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Kerusakan membran mukosa oral
Ketidakefektifan pola napas Ketidakefektifan pengaturan suhu
Gangguan Pertukaran Gas tubuh (Thermoregulasi)
Gangguan perfusi jaringan Gangguan Pola Tidur
Resiko Aspirasi Resiko Infeksi
Penurunan Curah Jantung Kurangnya perawatan diri
Intoleransi Aktivitas Kerusakan integritas kulit
Nyeri Resiko Cedera
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dan Resiko perdarahan
Kebutuhan Kurangnya pengetahuan
Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Disfungsi Seksual
Kebutuhan Psikoseksual
Mual Cemas
Kekurangan Volume Cairan Ketidakefektifan Koping
Kelebihan Volume Cairan Gangguan Citra Tubuh
Diare Konflik Peran
Retensi Urin Lainnya......................................
Perubahan Eliminasi Urin
Konstipasi

Ket: *skor Edmonton Symptom Assessment System. ESAS ringan <3, ESAS sedang 4-6, ESAS berat >7.
Intervensi sesuai dengan algoritma ESAS.

Jakarta, ..........................................
Perawat PN/Katim

(__________________________)
Tanda Tangan dan Nama Jelas

--UJI COBA --
Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014
Lampiran 14 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. IDENTITAS
Nama : Dame Lestaria Napitupulu
Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 20 September 1979
Alamat Rumah : Jalan Permata no 57 Jakarta Timur
Alamat Institusi : RS Medistra
Jln Gatot subroto kav : 59 Jakarta Selatan
No Telepon : 081316772085
Email : damenapitupulu79@yahoo.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
No Tahun Jenjang
1 1986-1992 SDN Tajur
2 1992-1995 SMPN 4 Bogor
3 1995- 1998 SMA Kesdam Jaya
4 2001-2004 STIK Sint Carolus
5 2004-2007 STIK Sint Carolus
6 2011-2013 Program Magister Ilmu Keperawatan, FIK UI
7 2013-2014 Program Spesialis Keprawatan Medikal Bedah,
FIK UI

C. RIWAYAT PEKERJAAN
No Tahun
1 2007- sekarang RS Medistra
2 2013- sekarang Dosen tidak tetap di Stikes Pertamedika Jakarta

Penerapan teori ..., Dame Lestaria, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai