Anda di halaman 1dari 105

PENGARUH PERAWATAN LUKA MODERN

DRESSING TERHADAP PENYEMBUHAN


LUKA PADA PASIEN CA MAMAE DI
RUANG KEMOTERAPI DI RSU
KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2018

PROPOSAL SKRIPSI

Proposal Skripsi Ini Di Ajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Di susun oleh :

EKA AYUSTINA ROHMAWATI

2014-33-041

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2018
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
SKRIPSI, JULI 2018

Eka Ayustina Rahmawati


2014-33-041

“PENGARUH PERAWATAN LUKA MODERN DRESSING TERHADAP


PENYEMBUHAN LUKA CA MAMAE DI RUANG KEMOTERAPI DI
RSU KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2018”.

Xviii + 7 BAB + 80 Halaman + 8 Tabel + 1 Gambar + 3 Skema + 14 Lampiran

ABSTRAK

Luka kanker payudara secaran progresif mengalami penurunan fibroblast,


penurunan produksi kolagen dan berkurangnya angiogenesis kapiler. Oleh karena
itu luka kanker terus ada pada kondisi hipoksia panjang yang kemudian menjadi
jaringan nekrotik. Pertumbuhan jumlah penderita kanker payudara pada tahun
2015 telah meningkat sebanyak 14,1 juta dengan angka kematian 8,2 juta orang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah ada pengaruh perawatan
luka Modern Dressing terhadap penyembuhan luka pada pasien Ca Mamae Di
Ruang Kemoterapi Di RSU Kabupaten Tangerang dengan jumlah responden 35
orang. Metode penelitian yang di gunakan Pre Eksperimental dengan bentuk One
Group Pre – Post Test Design. Uji statistic yang di gunakan adalah uji Wilcoxon
Signed Rank berdasarkan hasil penelitian di dapatkan p-value sebesar 0,000
(<0,05) yang berarti terdapat Pengaruh Perawatan Luka Modern Dressing
Terhadap Penyembuhan Luka Pada Pasien Ca Mamae Di Ruang Kemoterapi Di
RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018. Di saran kan untuk pihak Rumah Sakit
untuk memberikan pelatihan dan pendidikan mengenai perawatan luka Modern
Dressing guna meningkatnya pelayanan perawatan luka agar mencegah terjadinya
perdarahan dan infeksi

Kata kunci : perawatan luka Modern Dressing, penyembuhan luka, Ca Mamae.


Kepustakaan : 26 (2004 – 2017)

ii
STUDY PROGRAM OF NURSING
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
UNIVERSITY OF ESA UNGGUL
Minithesis, July, 2018

ABSTRACK

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal skripsi ini telah di periksa dan di setujui oleh pembimbing untuk di

pertahankan di depan penguji proposal skripsi Fakultas Ilmu – ilmu Kesehatan

Program Studi Keperawatan dan di terima untuk memenuhi sebagai pernyataan

dalam mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan.

Jakarta, Mei 2018

Pembimbing

Ns. Ratna Dewi, S.Kep., M.Kep

Ketua Program Studi

Dr.Widaningsih, S.Kp., M.Kep

iv
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Sidang Skripsi Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan Dan diterima untuk memenuhi

sebagai persyaratan dalam mendapat gelar sarjana keperawatan

Jakarta,

Dr. Aprilita Rina Yanti Eff., M.Biomed, Apt.


Dekan

TIM PENGUJI SKRIPSI

Jabatan Nama Tanda Tangan tanggal

Pembimbing Ns. Ratna Dewi., S.Kep.,M.Kep …………….. ……..…….

Penguji I ……………………… …………….. …………...

Penguji II ……………………… …………….. ……………

v
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Data Pribadi

Nama : Eka Ayustina Rohmawati

Jenis Kelamin : Perempuan

Program Study : Ilmu Keperawatan

Nim : 201433041

Tempat Tanggal Lahir : Lampung Utara/Subik, 03 Agustus 1996

E – mail : Ekaayustina33@gmail.com

Nomor Telephone : 085211424740

Riwayat Pendidikan

Riwayat Nama Institusi Jurusan Tahun Masuk – lulus


Pendidikan

SD SD Negeri 1 Umum 2002 – 2008


Pujorahayu

SMP Mts Miftahul Umum 2008 – 2011


Jannah

SMA SMK Kesehatan Ilmu 2011 – 2014


Bina Insan Keperawatan
Cendikia
Tangerang

S1 Universitas Esa Ilmu 2014 – sekarang


Unggul Keperawatan

vi
Semua data yang tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggugjawabkan secara hukum. Bila dikemudia hari ternyata dijumpai

ketidaksamaan dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar – benarnya untuk memenuhi salah

satu persyaratan pengajuan skripsi dalam mendapatkan gelar sarjana keperawatan.

Jakarta,

Penulis

Eka Ayustina Rohmawati

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat yang

dilimpahkan- Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skrpsi ini

dengan judul “PENGARUH PERAWATAN LUKA MODERN DRESSING

TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA CA MAMAE DI RUANG

KEMOTERAPI DI RSU KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2018”.

Penulis membuat skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Jurusan Ilmu Keperawatan Universitas

Esa Unggul. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin akan

terwujud apabila tidak ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini

izinkan penulis menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya

kepada:

1. Bapak Dr. Arief Kusuma., AP., MBA, selaku Rektor Universitas Esa Unggul;

2. Dr.Aprilita Rina Yanti Eff., M.Biomed, Apt., selaku Dekan Fakultas Ilmu –

ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul;

3. Ibu Yuliati, S.Kp., MM., M.Kep selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu

Kesehatan Unviersitas Esa Unggul;

4. Dr.Widaningsih., S.Kp., M.Kep., selaku ketua program Studi Keperawatan

Universitas Esa Unggul;

5. Ns. Ratna Dewi., S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam

penyusunan proposal skripsi in;

viii
6. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Ilmu Keperawatan dan Fakultas Ilmu-

ilmu Kesehatan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas segala ilmu dan pengarahan yang telah diberikan kepada penulis.

7. RSU Kabupaten Tangerang yang telah banyak membantu dalam usaha

memperoleh data yang penulis perlukan;

8. Kakak senior saya Ns. Charles Sembiring., S.Kep selaku perawat kemoterapi

yang sudah menyediakan waktu dan tenaga dalam membantu saya dalam

pengurusan surat – surat dan data – data di RSU Kabupaten Tangerang;

9. Orang tua dan keluarga penulis selaku orang yang menjadi motivasi dan sudah

banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang penulis perlukan;

10. Bicik saya Choirunisa Agustriningsih.,AMd.Keb dan abang saya Dr.Ananta

Winarto.,S.Ked yang telah mau mendengarkan keluh kesah saya dalam

penyusunan penulisan ini;

11. Sahabat terbaik saya istri solehah Galuh Dwi Sulistiyani, Gusti Melinda M.F,

Syarah Choirunisa, Ajeng Efriliani, Deah Ayu D.S, Phebryanthi Rakasiwi

selaku sahabat yang sudah mau berjuang bersama hingga sampai titik ini dan

mau di repotkan dalam penyusunan skripsi ini;

12. Teman-teman Program Keperawatan angkatan 2014, yang telah bersama -

sama berjuang sampai pada titik ini, terimakasih telah menjadi keluarga yang

luarbiasa dalam perjalanan hidup saya semoga kita semua bisa menjemput

kesuksesan bersama-sama melalui langkah S1 ini. Jaga selalu kekompakan dan

nama baik kelas;

13. Sahabatku Ajeng Gusti Anjaswari, S.Kep dan Meliana, S.Kep yang selalu

memberikan semangat dan support dalam penulisan skripsi ini;

ix
14. Semua pihak yang telah mendukung skripsi ini, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Semoga tuhan yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya

dan membalas semua amal kebaikan mereka.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena

terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan

saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata,

semoga proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan. Amin.

Jakarta, Mei 2018


penulis

Eka Ayustina Rohmawati

x
DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................................ii
ABSTRACK ................................................................................................................iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..............................................................................iv
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................................ v
RIWAYAT HIDUP PENULIS ....................................................................................vi
KATA PENGANTAR ...............................................................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL......................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xiv
DAFTAR SKEMA...................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................................................. 4
C. Rumusan Masalah................................................................................................ 5
D. Tujuan .................................................................................................................. 5
1. Tujuan Umum..................................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus .................................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6
F. Kebaruan (Novelty).............................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 13
A. Perawatan luka Modern dressing....................................................................... 13
1. Pengertian ......................................................................................................... 13
2. Jenis jenis balutan modern................................................................................ 13
3. Perbedaan Balutan Luka Secara Tradisional dan Modern................................ 16
4. Prosedur Perawatan Luka ................................................................................. 18
B. Proses penyembuhan luka.................................................................................. 20
1. Pengertian ......................................................................................................... 20
2. Gambaran Umum Luka Kanker........................................................................ 22
3. Patofisiologi...................................................................................................... 22
4. Fase-fase Penyembuhan Luka .......................................................................... 23
5. Pengkajian Luka Dengan Alat Penilaian Bates-jensen Wound........................ 25
1. Pengertian ......................................................................................................... 29
2. Luka Kanker Payudara ..................................................................................... 29

xi
3. Patofisiologi...................................................................................................... 30
4. Manifestasi Klinis............................................................................................. 31
5. Faktor Resiko.................................................................................................... 31
6. Penyebaran Kanker........................................................................................... 34
B. Kerangka Teori .................................................................................................. 40
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL, KISI – KISI
INSTRUMEN DAN HIPOTESIS............................................................................... 41
A. Kerangka Konsep............................................................................................... 41
B. Definisi Oprasional dan Definisi Konsep .......................................................... 42
1. Definisi konsep ................................................................................................. 42
2. Definisi Oprasional........................................................................................... 43
C. Hipotesis ............................................................................................................ 52
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 53
A. Desain Penelitian ............................................................................................... 53
B. Populasi dan Sampel.......................................................................................... 54
C. Tempat Penelitian .............................................................................................. 57
D. Waktu Penelitian................................................................................................ 57
E. Sumber Data Penelitian ..................................................................................... 57
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 58
G. Instrument Pengumpulan Data .......................................................................... 58
H. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................. 59
I. Pengolahan Data ................................................................................................ 60
J. Uji Hipotesis ...................................................................................................... 62
K. Teknik Analisa Data .......................................................................................... 63
L. Etika Penelitian.................................................................................................. 67
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................... 69
A. Analisis Univariat ............................................................................................. 69
B. Analisa data ...................................................................................................... 73
BAB VI PEMBAHASAN........................................................................................... 75
A. Karakteristik Responden.................................................................................... 75
B. Analisis Pengaruh Perawatan Luka Modern Dressing Terhadap
Penyembuhan Luka Ca Mamae pada pasien Ca Mamae................................... 76
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 79
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 81
A. Simpulan ............................................................................................................ 81
B. Saran ................................................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 84

xii
DAFTAR TABEL
Hal

Tabel 2.1 Penilaian Instrumen BWAT …………………………………………… 35

Tabel 3.1 Definisi oprasional…………………………………………………….... 41

Tabel 3.2 Kisi – kisi instrumen …………………………………………………… 46

Tabel 4.1 Koding …………………………………………………………………. 60

Tabel 4.2 Kualifikasi / Kriteria presentase………………………………………... 63

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan usia ………………………………72

Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ………………….....72

Tabel 4.5 Karakteristik responden berdasarkan pre test post test ………………….73

Tabel 4.6 Karakteristik pengaruh perubahan penyembuhan luka ………………….74

Tabel 4.7 Karakteristik perawatan luka Modern Dressing …………………………75

xiii
DAFTAR GAMBAR

xiv
DAFTAR SKEMA

Hal

Skema 2.1 Kerangka teori………………………………………………………… 40

Skema 3.1 Kerangka konsep……………………………………………………… 42

Skema 4.1 pre experiment design …….………………………………………….. 54

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal

Lampiran 1: Lembar persetujuan responden …………………………………………… 1

Lampiran 2 : Kuesioner karakteristik responden ……………………………………... 2

Lampiran 3 : Panduan pelaksanaan perawatan luka (SOP) ……………………….. 3

Lampiran 3 : Lembar Penilaian Instrumen BWAT .……………………………….… 5

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini di jelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan

masalah, tujuan umum, tujuan khusus, maanfaat dan novelty.

A. Latar Belakang

Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada jaringan

payudara seseorang, yang bersift buruk, sifat tumbuhnya sangat cepat,

merusak, menyebar dan menyebabkan kegagalan fungsi organ lainnya, bila

sudah sampai stadium lanjut, pengangkatan payudara kadang – kadang di

lakukan untuk keselamatan pasien (Soemitro & Aksan. 2012). Proses

penyakit kanker di awali saat sel – sel abnormal di ubah oleh mutasi genetik

dari Deoxribo Nukleat Acid (DNA). Sel – sel abnormal ini akan membentuk

klo dan berpoliferasi secara abnormal dalam beberapa tahapan untuk

mendapatkan ciri – ciri invasive sehingga terjadi perubahan sel di sekitar

jaringan tersebut (Smeltzer et al, 2008).

Angka prevalensi kejadian kanker di dunia masih menduduki peringkat

tertinggi setelah penyakit kardiovaskular dan menjadi penyebab utama

kematian. Badan Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization

(WHO) mengungkapkan, angka kesakitan akibat kanker di dunia pada tahun

2015 sekitar 14,1 juta dengan angka kematian 8,2 juta. Sedangkan, pada

tahun 2013 jumlah penderita kanker meningkat menjadi 347.792 orang.

1
Jumlah penderita kanker di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sekitar 68.638

orang. Prevalensi kanker payudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1000

perempuan (Kemenkes RI, 2015). Kanker payudara adalah jenis kanker

tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat inap mencapai 12.014 orang

(28,7%) (Kemenkes RI, 2015).

Di dapatkan data antara 5-10% pada pasien yang mengalami metastase

kanker akan mengalami luka kanker. Luka kanker memiliki karakteristik

antara lain: sulit sembuh, banyak slough dan nekrotik, nyeri, mudah berdarah,

sangat bau, banyak eksudat, infeksius, pinggiran luka mudah teriritasi

menurut Dowsett (2002, dalam Wijaya, 2010). Kanker payudara adalah

pertumbuhan sel yang abnormal pada jaringan payudara seseorang, yang

bersifat buruk, sifat tumbuhnya sangat cepat, merusak, menyebar dan

menyebabkan kegagalan fungsi organ lainnya, bila sudah sampai stadium

lanjut, pengangkatan payudara kadang-kadang dilakukan untuk keselamatan

pasien (Soemitro& Aksan, 2012). Hal ini tentu menjadi sesuatu yang

menakutkan bagi seorang wanita. Hampir semua jenis kanker memiliki

penyebab spesifik, misalnya sebagian besar kasus kanker kulit disebabkan

oleh sinar ultraviolet matahari, sedangkan kanker paru-paru disebabkan

karena rokok (Gi zikia Depkes, 2012).

Kanker merupakan penyebab utama kematian di dunia Didapatkan data antara

5-10% pada pasien yang mengalami metastase kanker akan mengalami luka

kanker. Luka kanker memiliki karakteristik antara lain: sulit sembuh, banyak

2
slough dan nekrotik, nyeri, mudah berdarah, sangat bau, banyak eksudat,

infeksius, pinggiran luka mudah teriritasi menurut Dowsett (2002, dalam

Wijaya, 2010).

Berbagai teknik perawatan luka Ca Mamae saat ini telah berkembang pesat

meliputi teknik konvensional dan modern. Pada teknik konvensional

menggunakan kassa, antibiotik dan antiseptik, teknik konvesional tidak

menekankan pada balutan lembab, yang terjadi pada saat dilakukan tindakan

perawatan luka adanya nyeri, perdarahan karena dressing yang digunakan

melekat pada kulit, dressing konvensional juga tidak menyerap eksudat

dengan banyak yang mengakibatkan luka semakin meluas. Sedangkan pada

teknik modern menekankan pada balutan lembab yang menggunakan balutan

sintetik seperti balutan alginat, balutan foam, balutan hidropolimer, balutan

hidrofiber, balutan hidrokoloid, balutan hidrogel, balutan transparant film

dan balutan absorben. Pengembangan berbagai teknik perawatan luka

tersebut akan berdampak terhadap timbulnya respon nyeri. Hal ini disebabkan

karena adanya mekanisme pengangkatan sisa-sisa jaringan pada dasar luka

yang berdampak diaktifkannya mediator peradangan sehingga terjadi proses

hantaran nyeri pada sistem saraf (Maryunani, 2013).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti pada bulan

April 2018 di dapati 300 orang pasien kemoterapi dengan Ca Mamae 240

orang dan dengan luka pecah sebanyak 32 orang yang berkunjung ke RSU

Kabupaten Tangerang. Dari hasil wawancara didapati 2 orang pasien

3
mengatakan beberapa kali tidak ingin mengikuti terapi dari rumah sakit

karena merasa adanya peningkatan rasa nyeri saat di ganti balutan. Sehingga

di harapkan perawatan luka Modern Dressing ini bisa menjadi salah satu

terapi untuk mempercepat penyembuhan luka pada pasien Ca Mamae.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meniliti “pengaruh

perawatan luka modern dressing terhadap penyembuhan luka pada pasien Ca

Mamae “.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat, maka dapat di identifikasi

masalah sebagai berikut :

Berbagai teknik perawatan luka ca mamae saat ini telah berkembang pesat

meliputi teknik konvensional dan modern. Pada teknik konvensional

menggunakan kassa, antibiotik dan antiseptik, teknik konvesional tidak

menekankan pada balutan lembab, yang terjadi pada saat dilakukan tindakan

perawatan luka adanya nyeri, perdarahan karena dressing yang digunakan

melekat pada kulit. Perawat membutuhkan inovasi baru terkait tentang

perawatan luka untuk penyembuhan luka Ca Mamae yaitu perawatan luka

modern dressing karena perawatan luka ini merupakan suatu inoivasi baru

yang belum banyak dikembangkan di Indonesia terutama dalam pelayanan

asuhan keperawatan serta meningkatkan kunjungan rumah perawat terhadap

pasien dengan penyembuhan luka Ca Mamae. Modern dressing merupakan

4
perawatan luka yang memiliki tingkat kesembuhan yang paling cepat dari

perawatan luka konvensional.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang

“ pengaruh perawatan luka Modern Dressing terhadap penurunan nyeri pasien

Ca Mamae “

D. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus :

1. Tujuan Umum

Teridentifikasi adanya pengaruh perawatan luka Modern Dressing terhadap

penyembuhan luka pasien Ca Mamae.

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasi karakteristik responden yang di teliti meliputi usia, jenis

kelamin, pendidikan.

b. Teridentifikasi adanya luka saat sebelum di berikan perawatan Modern

Dressing pada pasien Ca Mamae.

c. Teridentifikasi penyembuhan luka setelah di lakukan perawatan Modern

Dressing pada pasien Ca Mamae.

d. Teridentifikasi analisis pengaruh perawatan luka Modern Dressing

terhadap penyembuhan luka pada pasien Ca Mamae.

5
E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak, yaitu sebagai berikut :

1. Bagi pendidikan

Hasil penelitian ini di harapkan memberi mafaat bagi institusi pendidikan

dan dapat menjadi acuan dalam menetapkan tindakan perawatan luka serta

bermanfaat pada proses belajar mengajar.

2. Bagi Peneliti

Sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya yang membahas tentang topik

yang berkaitan dengan variable yang berbeda.

3. Bagi RSU

Perawat dapat menerapkan perawatan luka Modern Dressing untuk

mempercepat penyembuhan luka pada pasien Ca Mamae.

4. Bagi Pasien

Pasien dapat mengetahui dan memahami maanfaat dari perawatan luka

Modern Dressing serta memilih Modern Dressing menjadi salah satu dalam

perawatan luka pasien.

F. Kebaruan (Novelty)

1. Andrian et al. (2016), Pengaruh penggunaan balutan modern (Hydrocoloid)

terhadap penyembuhan luka diabetes mellitus, Desain Penelitian ini

menggunakan rancangan One Group Pretest Post Test Design. Pengambilan

sampel secara purposive sampling dengan sample 10 orang. Data

menggunakan the pressure score status tool (PSST), Hasil uji statistik

6
sebelum diberikan balutan modern (hydrocolloid) (pre-test) 37,40. Sesudah

diberikan balutan modern (post-test) 33.53. Hasil analisis bivariat

menunjukkan perbedaan rata-rata nilai penyembuhan luka pada klien

selama 3 hari yaitu 3,86 dengan p value =0,000, terdapat pengaruh

penggunaan balutan modern (hydrocolloid) terhadap penyembuhan luka

penderita diabetes mellitus.

2. Stephen D milne et al. (2015), Penelitian ini merupakan penelitian

observasional skala besar pertama yang menyelidiki status kelembaban luka

saat di berikan modern dressing. Hasilnya menunjukkan bahwa dari 588

perubahan luka yang tercatat, 44⋅9% dibuat saat mengontrol kelembaban.

Dari 30 pasien yang di rekrut untuk penelitian ini, 11 pasien memiliki

kelembaban optimum setidaknya 50% dari pengukuran sebelum modern

dressing. Hasil ini menunjukkan bahwa sejumlah besar perubahan

penampilan luka yang signifikan. Ini adalah temuan studi yang signifikan

karena menunjukkan bahwa protokol yang saat ini di ikuti dapat di

modifikasi untuk memungkinkan perubahan ganti balutan .

3. Bulent Atunoluk (2012), Data dari 14 pasien dengan gangren Fournier

dikumpulkan secara retrospektif (2005-2011). Setelah pasien distabilkan

setelah operasi, mereka diobati dengan dressing antiseptik (povidone iodine)

sehari-hari (kelompok I, n = 6) atau dressing dengan larutan dakin (sodium

hypochloride) (kelompok II, n = 8). Hasil. Usia rata-rata pasien adalah 68,2

± 7,8 (55-75) tahun pada kelompok I dan 66,9 ± 10,2 (51-79) tahun pada

7
kelompok II. Lama tinggal di rumah sakit adalah 13 ± 3,5 (7-16) hari pada

kelompok I dan 8,9 ± 3,0 (4-12) hari pada kelompok II (P <0,05). Jumlah

dan tingkat mortalitas adalah 1/6 (16,7%) pada kelompok I, dan 1/8 (12,5%)

pada kelompok II. Kesimpulan, solusi dakin dapat mengubah pengobatan

penyakit ini dengan mengurangi biaya, morbiditas dan mortalitas.

4. Bhavia G et al, (2014), Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan

menggunakan desain eksperimental. Teknik pengambilan sampel

menggunakan Purposive Sampling sebanyak 30 orang. Dari hasil analisa

data menggunakan Mann-Whitney U test dengan taraf yang signifikans

sebesar 5% diperoleh nilai p= 0,000 dengan nilai Z sebesar 6,482 dan mean

rank 45,08:15,92 (3:1). Perbaikan luka ulkus dengan hydrogel mengalami

penurunan mean 10-13 poin sedangkan penggunaan NaCl 0,9% hanya

menurun mean 2-3 poin dalam 9 hari (Skala Bates-Jansen). Disimpulkan

bahwa hydrogel pada luka ulkus diabetikum 3x lebih efektif/baik daripada

menggunakan NaCl 0,9%. Disarankan penggunaan hydrogel dalam

perawatan ulkus DM atau luka kotor lain yang mengalami kesulitan dalam

proses penyembuhan.

5. Imroatul Farida (2017) Tujuan dari penelitian ini menganalisa pengaruh

modern dressing kombinasi bacaan Al Quran terhadap percepatan

penyembuhan ulkus diabetik. Desain penelitian ini true eksperimental

laboratoric dengan pendekatan post test only control group desaign.

Jumalah Sampel 24 yang dipilih secara simple random sampling

8
Pengukuran penyembuhan luka menggunakan instrument Bates Jansen

Wound Assesment Tool selama 21 hari. Uji analisis menggunakan one way

anova yang hasilnya terdapat pengaruh modern dressing dengan kombinasi

mendengarkan bacaan Al Quran terhadap percepatan penyembuhan ulkus

diabetic ditunjukan dengan p < 0,05 . Peneliti melanjutkan uji Analisa

dannet dengan hasil terdapat pengaruh modern dressing kombinasi Al

Quran dengan modern dressing.

6. Luh titi handayani (2016), Penilaian efektifitas perawatan luka didapatkan

kondisi luka sebelum perawatan dengan rata – rata 28,4 dan setelah

dilakukan 19,3. Uji t paired didapatkan perbedaan sebelum dan sesudah. uji

Anova one way dengan alpha = 5 % rata – rata perkembangan luka

(penurunan derajad luka) p=0,00 sedangkan total biaya p = 0,19, Kedua

variabel yang merupakan tolak ukur efektifitas perawatan luka menunjukkan

nilai signifikansi (p) lebih kecil daripada a (0,05) sehingga menolak H0

yang bermakna ada perbedaan efektifitas perawatan luka diantara kedua.

7. Ralf Czymek (2009), Gangren Fournier penutupan dengan bantuan vakum

versus pembalut konvensional, Data dari 35 pasien dengan gangren

Fournier,mereka diobati dengan terapi dressing antiseptik (polimorfana)

sehari-hari (kelompok I, n = 16) atau terapi vakum dengan bantuan vakum

(kelompok II, n = 19). Usia rata-rata pasien adalah 58,2 tahun pada

kelompok I dan 57,2 tahun pada kelompok II. Lama tinggal di rumah sakit

adalah 27,8 hari ± 27,6 hari (mortalitas: 37,5%) pada kelompok I dan 96,8

9
hari ± 77,2 hari (mortalitas: 5,3%) pada kelompok II. Enterostomi dilakukan

pada 43,8% pasien kelompok I dan 89,5% pasien kelompok II. Karena

pengalaman klinis kami menunjukkan bahwa dressing vakum sangat efektif

dalam penanganan luka besar, kami menggunakan VAC terutama untuk

indikasi ini walaupun ada persyaratan material yang cukup besar.

8. Guntur Prasetya (2014), penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menganalisis perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi

relaksasi nafas dalam pada perawatan luka pasien ulkus diabetikum. Hasil

penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan pada

intensitas nyeri sebelum dan sesudah di berikan teknik relaksasi. Terlihat

dari hasil uji signifikan Wilcoxon untuk intensitas nyeri sebelum dan

sesudah di berikan teknik relaksasi menunjukan p=0,005 (<0,05). Hasil ini

menunjukan adanya perbedaan di saat sebelum dan sesudah di berikan

teknik relaksasi nafas dalam.

9. Kemala Rita (2015), Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbedaan

jumlah dan jenis bakteri serta perbedaan penurunan skor persepsi

biopsikososiospiritual pada perawatan luka kanker payudara menggunakan

formula topikal inovatif (FTI) dibandingkan dengan formula topikal standar

(FTS). Desain penelitian adalah uji klinis acak terkontrol. Penelitian

melibatkan 90 pasien dengan luka kanker payudara. Hasil penelitian

menunjukkan terdapat penurunan nilai rata– rata dengan TPC yang lebih

baik dan bermakna pada kelompok perlakuan (FTI) dibandingkan dengan

10
kelompok kontrol (FTS) (3,95±37,0) vs (1,41±24,92) p = 0,001. Dari

penelitian tersebut terdapat hasil ada pengaruh penurunan jumlah bakteri

dan respon biopsikososiospiritual berdampak terhadap peningkatan kualitas

hidup pasien dengan luka kanker payudara.

10. Kalinski, et al, (2007). Tujuan utama penelitian tersebut adalah untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien luka kanker dengan mengevaluasi

keefektifan penggunaan formula Metronidazol 0.75% terhadap malodor dan

eksudat luka kanker, serta membandingkan jumlah biaya formula topikal

komersial dengan formula buatan sendiri. Penelitian tersebut dilaksanakan

terhadap 16 pasien kanker lanjut dengan luka,di satu pusat penelitian / satu

rumah sakit (single center study). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

malodor berkurang setelah 24 jam pertama aplikasi formula pada 10 subjek

Berdasarkan penelitian yang termuat dalam jurnal international pada kisaran tahun

2012 – 2016 di dapatkah hasil adanya pengaruh yang signifikan terkait Modern

Dressing yang di aplikasikan dalam luka, baik di lakukan di rumah ataupun pada

tatanan kesehatan seperti rumah sakit.

Berdasarkan hasil perbandingan antara jurnal nasional dan internasional. Dalam

meningkatkan pemulihan pasien-pasien DM maupun Ca Mamae di butuhkan

alternatif perawatan luka berbentuk Modern Dressing yang dapat di lakukan baik

pada pasien yang sedang di rawat ataupun yang sudah berada di rumah.

11
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada saat ini dengan

penelitian yang termuat dalam 10 jurnal nasional dan internasonal ialah jumlah

responden yang lebih banyak dari penelitian-penelitian sebelumnya serta dengan

pasien yang berbeda, penelitian yang di lakukan ialah penelitian di salah satu

instansi rumah sakit pada pasien Ca Mamae, metode yang digunakan pada

penelitian ini adalah adalah Pre Experimental Design dan tidak bersamaan dengan

terapi lainnya sehingga di harapkan hasil yang diperoleh dalam penelitian dapat

lebih akurat dan maksimal.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini di jelaskan tentang konsep Modern Dressing, konsep penyembuhan

luka dan konsep teori.

A. Perawatan luka Modern dressing

1. Pengertian

Modern Dressing / Moist wound healing ( perawatan luka lembab)

merupakan metode yang mempertahankan lingkungan luka tetap lembab

untuk memfasilitasi proses penyembuhan luka. Lingkungan yang lembab

dapat di ciptakan dengan occlusive dressing (perawatan luka tertutup).

Penggunaan balutan yang tepat akan mempercepat proses penyembuhan

luka(Ikram Bauk, 2017).

2. Jenis jenis balutan modern

Jenis – jenis balutan modern di bagi menjadi Sembilan macam, yaitu sebagai

berikut :

a. Calcium alginate (CA Alginat)

Alginate adalah polysakarida natural yang pada keadaan biasa dalam

dinding sel termasuk golongan rumput laut. Alginate mengandung ion

calcium dan natrium sehingga dia mempunyai daya larut yang tinggi dan

juga saat di gunakan sebagai dressing/balutan ia dapat menggantikan ion –

ion yang hilang pada luka. Hal ini sangat penting dalam penyembuhan

luka (Anik, 2015).

13
b. Kasa kering serat alami/gauze (natural fibre dry dressing)

Material/bahan yang mengandung katun, rayon dan polyester. Dapat

berfungsi sebagai absorbrnt/penyerap dan perlindungan, dapat digunakan

untuk kompres lembab/basah. Dapat di gujanakan untuk debridement

mekanik pada luka nekrotik/alat membersihkan, untuk membungkus

rongga luka atau untuk menyerap eksudat luka (Anik, 2015).

c. Kasa anti lengket (Non-Adherent)

Jenis kasa anti lengket ini, lapisan atasnya non-woven yang mencegah

bakteri masuk dan eksudat tidak tembus keluar/bocor. Balutan anti lengket

berbahan rayon sintetis yang di rajut (Anik, 2015).

d. Transparent film

Melindungi luka dari air, bakteri dan jamur dengan tetap menjaga sirkulasi

udara di sekitar luka karena lapisan film pada transparent film bersifat

semi permeable. Di samping itu transparent film sangat elastis dengan

daya rekat yang kuat (Anik, 2015).

e. Hydrogel

Suatu jenis colloid yang terdiri dari polymer dalam bentuk air, tetapi tidak

terlarut. Fungsi dari hydrogel ini ialah untuk menciptakan lingkungan luka

tetep lembab. Selain itu juga dapat melunakan dan menghancurkan

jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat yang akan terserap

kedalam struktur gel dan terbuang bersama balutan. Hydrogel juga dapat

meningkatkan autolytic debridement secara alami (Anik, 2015).

14
f. Hydrocolloid

Balutan dengan lapisan rangkap yang biasanya terbuat dari polyurethane

film, sodium carboxymethylcellulosa, gelatin, pectin, dan elastomers. Di

sebut sebagai balutan moisture retensive, partikel – partikel hidrofilik yang

mengabsorbsi kelembaban dan berubah menjadi gel jika mengenai luka

(Anik, 2015).

g. Foam

balutan yang terdiri dari polymer atau polyurethane yang mengandung sel

– sel berlubang kecil yang mampu menahan cairan dan menariknya dari

dasar luka. Gabungan dari lapisan semipermeable, waterproof, adhesive

bertindak sebagai lapisan luar balutan (Anik, 2015).

h. Silver dressing

Balutan yang mengandung silver merupakan sediaan antimikroba topical,

bertujuan membunuh kuman pada luka. Silver sulphadiazine mempunyai

aktifitas antibakteri yang luas terhadap jasad renik gram positif dan gram

negative (Anik, 2015).

i. Hidroselulosa

Hidroselulosa/hidrofiber adalah jenis balutan yang terbuat dari selulosa

dengan kemampuan daya serap tinggi, mendukung proses autolysis

debridement, dapat meningkatkan proses granulasi dan re-epitelisasi,

mudah dalam melepaskannya sehingga memberikan kenyamanan dan

mengurangi rasa sakit pada pasien serta mampu menahan staphylococcus

aureus agar tidak masuk kedalam luka. Hidroselulosa adalah jenis topical

therapy yang terbuat dari selulosa dengan daya serap tinggi melebihi

15
kemampuan daya serap calcium alginate. Hydroselulosa dapat menyerap

dengan cepat dan langsung mengikat bakteri ke dalam seratnya,

mempertahankan cairan luka yang sedang dan banyak. Mengurangi resiko

maserasi, membantu mengurangi lintas kontaminasi. Hidroselulosa dapat

memberikan kenyamanan lebih tinggi bila di bandingkan dengan kassa dan

alginate. Dalam hal ini, menyesuaikan lebih dekat dalam mengeliminasi

area jaringan mati pada permukaan balutan luka di mana bakteri tersisa,

bahkan untuk yang mengalami kesulitan pada saat melakukan balutan luka.

Hidroselulosa juga dapat mengurangi rasa nyeri lebih tinggi bila di

bandinkan dengan kassa dan alginate (Anik, 2015).

3. Perbedaan Balutan Luka Secara Tradisional dan Modern

Terdapat perbedaan pemakaian balutan luka dalam penanganan luka secara

tradisional dan secara modern, yaitu (Anik, 2013) :

a. jenis balutan yang di gunakan dalam penanganan luka secara tradisional

biasanya menggunakan material sebagai berikut :

1) penggunaan antiseptic

2) zat pewarna (dye)

3) antibiotic yang di berikan secara topical

4) larutan saline 0,9%

5) kassa sederhana dan plester

16
kelemahan dari balutan luka tradisional, antara lain di jelaskan sebagai

berikut :

1) dapat melekat pada luka serta menyebabkan kerusakan dan kesakitan

ketika di lakukan penggantian balutan (dressing).

2) Hal ini akan membuat luka kembali ke fase awal di mana terjadi proses

inflamasi.

3) Akibatnya proses penyembuhan luka menjadi lebih lama.

b. Hal – hal yang perlu di perhatikan dalam penanganan modern :

1) Pada balutan luka (Wound Dressing) modern, hal – hal yang tidak di

inginkan yang terjadi pada penanganan luka secara tradisional dengan

menggunakan balutan tradisional dapat di hindari karena tidak

melekat dan tidak menyebabkan kerusakan pada luka.

2) pada penanganan luka modern, prinsip yang perlu di ingat pada saat

ini, adalah membuat luka yang kering menjdi basah dan luka yang

basah menjadi kering.

3) Dengan membuat luka tetap lembab (Moist), maka di harapkan proses

penyembuhan luka bisa menjadi lebih cepat.

Saat ini pemilihan balutan harus di sesuaikan dengan kondisi luka, tubuh

memiliki suhu normal untuk mengandakan proses pembelahan sel sehingga

jika luka tidak di tutup dengan balutan yang menciptakan kelembaban maka

pembelahan sel tidak terjadi, dampaknya terhadap penyembuhan luka akan

semakin lama. Di samping itu dalam suasana lembab sejumlah antibody dan

17
sel – sel tubuh lainnya yang ikut berperan dalam penyembuhan luka akan

berkumpul dan terbentuk lebih dini sehingga akan mampu mengatasi infeksi

dan mempercapat proses penyembuhan luka. Pada konsep konvensional

sering di artikan dengan kondisi luka membaik karena terlihat darah pada

permukaan luka, faktanya fase ini kita mengoyak pembuluh darah kapiler

yang tumbuh susah payah untuk membangunnya dengan tujuan untuk

mengantar sejumlah nutrisi, oksigen dan saat tubuh lainya ke dalam sel

untuk meregenerasi kerusakan jaringan yang terjadi, dampaknya

menyebabkan luka baru sehingga sangat beresiko mengulang fase dari

proses penyembuhan luka : inflamasi – prolifersai – maturasi yang akhirnya

akan memperpanjang proses penyembuhan luka (Ikram, 2017).

4. Prosedur Perawatan Luka

a. Persiapan alat

1) Set balut (kom, bengkok, gunting jaringan, pinset anatomis, klem)

2) Pengalas

3) Gunting perban

4) Sarung tangan bersih dan steril

5) Cairan pencuci luka : NaCL

6) Balutan Modern Dressing (kassa, Transparant Film, Hydrogel,

Alginate, Hydrocellulosa, Hydrocolloid, Foam, Silver dan

Antimikroba).

7) Kasa verband untuk menutup luka

8) Plester (Micropore, Fixmul, Hypavix)

18
9) Tempat sampah pelastik warna kuning ( sampah medis)

b. Persiapan pasien

1) Jelaskan pada pasien tentang prosedur perawatan luka dan kapan

balutan harus diganti (bila basah dan kotor.

2) Jelaskan tentang alat-alat dan bahan yang harus dibeli oleh klien untuk

perawatan lukanya.

3) Siapkan tempat pasien

4) Atur posisi pasien senyaman mungkin

c. Penatalaksaan

1) Pasang perlak atau pengalas dibawah area luka. Letakkan bengkok

diatas perlak, letakkan kantong sampah pada area yang mudah

dijangkau. Lipat bagian atasnya membentuk mangkok

2) Cuci tangan atau bersihkan menggunakan handscrub/alkohol

3) Gunakan masker

4) Pakai sarung tangan bersihkan sekali pakai

5) Lepaskan balutan, angkat balutan kasa secara perlahan dan hati-hati,

apabila kasa menempel kuat pada luka, balutan luka terlebih dahulu

dibahasi menggunakan NaCl peringatkan klien tentang rasa tidak

nyaman yang mungkin timbul

6) Buang balutan yang kotor ke dalam kantong sampah

7) Letakan set steril pada meja tempat tidur atau sisi pasien. Buka set

steril. Balutan gunting dan pinset harus tetap pada tempat set steril.

19
8) Bersihkan daerah luka dengan cairan pembersih luka.

9) Tempelkan balutan Hydocellulosa ke dalam luka dan tinggalkan 1cm

– 2,5cm di bagian luar luka.

10) Tutup luka dengan balutan sekunder atau balutan akhir.

11) Rapihkan alat

12) Lepas sarung tangan

13) Cuci tangan menggunakan handscrub/alkohol

B. Proses penyembuhan luka

1. Pengertian

Penyembuhan luka adalah suatu proses yang terjadi secara normal. Artinya,

tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan

memulihkan dirinya. Peningkatkan aliran darah ke daerah yang rusak,

membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal proses

penyembuhan. Meskipun demikian, terdapat beberapa perawatan yang

dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan luka. Seperti

melindungi area yang luka terbebas dari kotoran dengan menjaga

kebersihan untuk membantu meningkatkan penyembuhan jaringan

(Maryuni, 2013).

Perawatan luka yang tepat dapat mencegah terjadinya infeksi silang dan

dapat mempercepat proses penyembuhan luka, dengan demikian hari rawat

akan lebih pendek. Dalam perawatan luka, frekuensi perawatan luka perlu

diperhatikan untuk meminimalkan kejadian infeksi, kasa penutup luka

harus diganti lebih awal jika basah, karena kasa basah meningkatkan

20
kemungkinan kontaminasi bakteri pada luka (Sjamsuhidajat dan Jong,

2011).

Tubuh secara normal akan merespon atas terjadinya cedera dengan

serangkaian proses yang disebut dengan respon peradangan, yang

dikarakteristikkan dengan lima tanda utama, yaitu bengkak (swelling),

kemerahan (redness), panas (heat), nyeri (pain) dan kerusakan fungsi

(impaired function). Proses penyembuhan luka merupakan proses biologis

yang dinamis dengan tujuan akhir pemulihan fungsi dan integritas jaringan

serta meliputi berbagai mekanisme yang kompleks yaitu, proses

pembekuan darah, proses inflamasi, proliferasi sel, koagulasi, fibroplasia,

epitelisasi, kontraksi, pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis),

dan rekonstruksi matriks ekstrasel atau repair and remodeling. Interaksi

faktor-faktor pertumbuhan dan sel epitel fibroblas dan sel endotel berperan

penting dalam proses biologis penyembuhan luka. Penilaian proses

penyembuhan luka dapat juga dilakukan dengan pengukuran luas

permukaan, dan tampilan klinis seperti granulasi dan eksudat luka.

Tujuan dalam perawatan luka Menurut (Potter dan Perry, 2007) adalah
sebagai berikut:

a. Mencegah infeksi
b. Mencegah cidera jaringan yang lebih lanjut
c. Mempertahankan integritas kulit
d. Meningkatkan penyembuhan luka
e. Mendapatkan kembali fungsi normal
f. Memperoleh rasa nyaman

21
2. Gambaran Umum Luka Kanker

Luka kanker terjadi ketika kanker yang tumbuh dibawah kulit merusak

lapisan kulit sehingga terbentuk luka. Seperti pertumbuhan kanker, luka

kanker juga akan menyebabkan penghambatan dan merusak pembuluh

darah tipis, di mana daerah tersebut kekurangan oksigen. Hal ini akan

menyebabkan kulit dan jaringan menjadi mati (Nekrosis). Selain jaringan

menjadi nekrosis, bakteri atau kuman juga akan mudah menginfeksi luka

sehingga luka akan berbau. Luka kanker akan terlihat seperti jamur atau

cauliflower, maka dari itu luka kanker sering di sebut fungating wound.

Daerah sekitar luka kanker juga kemungkinan terjadi ulcerasi akibat cairan

luka yang begitu banyak (Ramli, 2005)

3. Patofisiologi

Kanker di sebabkan karna adanya mutasi sel, pada dasaranya kanker

adalah jenis penyakit oleh karena adanya pertumbuhan jaringan. Sel

kanker akan menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas

kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada

jaringan kulit. Sel kanker tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulit,

menghambat dan merusak pembuluh darah kapiler yang mensuplai darah

ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati (Nekrosis)

kemudian timbul luka kanker. Jaringan nekrosis merupakan media yang

baik untuk pertumbuhan bakteri, baik yang bakteri aerob atau anaerob.

Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka kanker sehingga

menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker dan proses

22
infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler kemudian

menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak

dapat menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga gatal – gatal. Pada jaringan

yang rusak dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri

sebagai respon tubuh secara fisiologis akibatnya timbul gejala nyeri yang

hebat. Sel itu sendiri juga merupakan sel imatur yang bersifat rapuh dan

merusak pembuluh darah kapiler yang menyebabkan mudah perdarahan

(Bryant RA, 2007).

4. Fase-fase Penyembuhan Luka

Menurut wantiyah dan siswoyo (2010) membaginya dalam empat fase,

yaitu fase inflamasi, fase destruktif, fase proferatif, dan fase maturasi.

a. Fase inflamasi (reaksi)

akibat kontriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi

pembuluh darah, endapan fibrn, dan pembentukan bekuan darah di

daerah luka. Fase inflamasi juga memerlukan pembuluh darah dan

respon seluler vena akan digunakan untuk mengangkat benda-benda

asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan

membawa bahan-bahan Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir

3 sampai 4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis

dan fagositosis. Hematosis adalah proses pengehentian perdarahan dan

nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya luka

tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah leukosit

(terutama netrofil) berpindah ke daerah interstisial. Tempat ini

23
ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama kurang lebih

24 jam setelah terjadi luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan

sel debris melalui proses yang disebut fagositosis.

b. Fase destruktif

Fase ini berlangsung selama 1 sampai 6 hari sejak terjadinya luka. Pada

fase ini leukosit polimorfonuklear dan makrofag dalam pembersihan

jaringan yang telah mati atau yang mengalami devitalisasi dan bakteri.

Peran polimorf sangat tinggi dalam proses penyembuhan luka, yaitu

untuk menelan dan menghancurkan bakteri. Waktu hidup polimorf

cukup singkat, namun penyembuhan luka tetap dapat berlangsung terus

tanpa adanya sel ini dan proses penyembuhan luka akan berhenti bila

makrofag mengalami deaktivasi.

c. Fase proliferasi (regenerasi)

Fase ini berlangsung dari hari ke-3 atau ke-4 sampai hari ke-21 setelah

terjadi luka. Diawali dengan sintesis kolagen dan substansi dasar yang

disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka.kolagen adalah

substansi protein yang menambah tegangan permukaan luka. Jumlah

kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka.

Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang

memberikan oksigen dan nutria yang di perlukan bagi penyembuhan.

24
d. Fase maturasi (remodeling)

Fase ini dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun. Finroblast terus

mensintesis kolagen, berkembang, memperbanyak diri dan menyatu

dalam struktur yang lebih kuat. Secara umum luka akan mencapai 80%

kekuatan peregangannya dalam rentang waktu 2 tahun. Kegagalan fase

remodeling ditandai dengan kegagalan dalam penutupan luka.

5. Pengkajian Luka Dengan Alat Penilaian Bates-jensen Wound

BWAT (Bates-Jensen Wound Assesment Tool) atau pada asalnya dikenal

dengan nama PSST (Pressure Sore Status Tool) merupakan skala yang

dikembangkan dan digunakan untuk mengkaji kondisi luka ulkus diabetik.

Skala ini sudah teruji validitas dan reliabilitasnya, sehingga alat ini sudah

biasa digunakan di rumah sakit atau klinik kesehatan. Nilai yang dihasilkan

dari skala ini menggambarkan status keparahan luka. Semakin tinggi nilai

yang dihasilkan maka menggambarkan pula status luka pasien yang semakin

parah (Pillen et al., 2009).

BWAT terdiri dari 13 item pengkajian di dalamnya, yaitu : Size, Depth,

Edges, Undermining, Necrotic Tissue Type, Necrotic Tissue Amount,

Exudate Type, Exudate Amount, Skin Color Surrounding Wound,

Peripheral Tissue Edema,Pheriperal Tissue Induration,Granulation Tissue,

dan Epithelialisation. Ke 13 item tersebut digunakan sebagai pengkajian

luka ulkus diabetik pada pasien. Setiap item di atas mempunyai nilai yang

menggambarkan status luka tekan pasien (Pillen et al., 2009).

25
a. Perawatan luka dengan menggunakan balutan Hidroselulosa

Hidroselulosa/hidrofiber adalah jenis balutan yang terbuat dari selulosa dengan

kemampuan daya serap tinggi, mendukung proses autolysis debridement, dapat

meningkatkan proses granulasi dan re-epitelisasi, mudah dalam melepaskannya

sehingga memberikan kenyamanan dan mengurangi rasa sakit pada pasien serta

mampu menahan staphylococcus aureus agar tidak masuk kedalam luka.

Hidroselulosa adalah jenis topical therapy yang terbuat dari selulosa dengan daya

serap tinggi melebihi kemampuan daya serap calcium alginate. Hydroselulosa

dapat menyerap dengan cepat dan langsung mengikat bakteri ke dalam seratnya,

mempertahankan cairan luka yang sedang dan banyak. Mengurangi resiko

maserasi, membantu mengurangi lintas kontaminasi. Hidroselulosa dapat

memberikan kenyamanan lebih tinggi bila di bandingkan dengan kassa dan

alginate. Dalam hal ini, menyesuaikan lebih dekat dalam mengeliminasi area

jaringan mati pada permukaan balutan luka di mana bakteri tersisa, bahkan untuk

yang mengalami kesulitan pada saat melakukan balutan luka. Hidroselulosa juga

dapat mengurangi rasa nyeri lebih tinggi bila di bandinkan dengan kassa dan

alginate (Anik, 2015).

b. Keuntungan dari hidroselulosa dalam penyembuhan kelembaban luka (Anik,

2015).

1) Menciptakan lingkungan lembab yang mendukung proses penyembuhan

luka.

2) Balutan ini dapat mempertahankan lingkungan kelembaban luka dan

meningkatkan pertumbuhan jaringan.

26
3) Pada saat mengangkat balutan pasien tidak terasa nyeri di bandingkan

dengan penggunaan kassa atau alginate.

4) Pengaruh gel dari hidroselulosa ini dapat menjaga balutan dari perekat pada

luka atau sebagian luka, sehingga mengurangi resiko maserasi.

5) Tidak meninggalkan sisa seperti balutan alginate.

6) Waktu penggunaaan hidroselulosa lebih lama di bandingkan dengan

penggunaaan kassa dan alginate.

c. Cara pemakaian Hydroselulosa

1) Cuci tangan

2) Pakai sarung tangan steril

3) Sebelum menggunakan balutan, bersihkan daerah luka dengan cairan

pembersih luka yang tepat.

4) Masukan balutan Hydroselulosa hingga meliputi 1cm di atas seluruh

wilayah luka.

5) Bila terdapat lubang yang dalam pada luka, masukan Hydroselulosa ke

dalam lubang tersebut sesuai ukuran dan tinggalkan 2,5cm di bagian luar

luka agam mudah saat mengangkatnya.

6) Kemudian tutup dengan balutan sekunder atau balutan akhir.

7) Bila tidak ada indikasi klinik, balutan luka Hydroselulosa dapat di ganti

dalam jangka waktu 7 hari.

27
d. Gejala luka kanker

Gejala yang sering di temukan pada luka kanker adalah malodor, eksudat, nyeri,

dan pendarahan (Tanjung, 2007).

1) Malodor

Malodor merupakan sensasi yang di rasakan reseptor olfactory yang

terletak di belakang hidung. Malodor pada luka kanker merupakan sumber

bau yang menyengat bagi pasien, keluarga maupun petugas kesehatan

( Kalinski, 2005).

2) Eksudat

Eksudat merupakan setiap cairan yang merupakan filter dari system

peredaran darah pada daerah peradangan. Komposisi bervariasi, tetapi

umumnya terdiri dari air dan zat – zat yang terlarut pada cairan sirkulasi

utama seperti darah. Dalam hal ini darah akan berisi beberapa potensi

plasma, sel darah putih, trombosit dan sel darah merah (Crisp & Taylor,

2001).

3) Pain/Nyeri

Nyeri merupakan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang

dan ekstensinya di ketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri,

2007 dalam Farida, 2010). Menurut Internasional Associate for Study of

Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak

menyenangkan akibat tejadinya kerusakan actual maupun potensial atau

menggambarkan kodisi terjadinya kerusakan (Farida, 2010).

4) Bleeding/Perdarahan

28
Luka kanker biasanya rapuh sehingga mudah berdarah terutama bila

terjadi trauma saat penggantian balutan ( Hallet, 1995; Jones et al, 1998

dalam Naylor, 2002)

A. Kanker Payudara

1. Pengertian

Kanker payudara merupakan perkembangan yang tidak normal dari sel yang

terjadi pada jaringan payudara. Kanker merupakan perubahan atau mutasi

gen yang terjadi pada sel yang menyebabkan sel berkembang atau

bertumbuh di luar dari control normalnya (smeltzer et al, 2008). Luka

kanker payudara termasuk jenis luka kronik yang sukar sembuh. Penyebab

dari luka kanker payudara yaitu adanya penurunan fibroblast, penurunan

produksi kolagen dan berkurangnya angiogenesis panjang yang kemudian

menjadi jaringan nekrotik (Astuti, 2013).

2. Luka Kanker Payudara

Luka kanker payudara termasuk jenis luka kronik yang sukar sembuh.

Penyebab dari luka kanker payudara yaitu adanya penurunan fibroblast,

penurunan produksi kolagen dan berkurangnya angiogenesis kapiler. Oleh

karena itu luka kanker terus ada pada kondisi hipoksia panjang yang

kemudian menjadi jaringan nekrotik (Astuti, 2013).

Tanda dan gejala yang khas pada luka kanker payudara yang bisa di amati

pada stadium lanjut yaitu perubahan bentuk dan ukuran payudara terjadi

29
karena pembengkakan yang menyebabkan rasa panas, nyeri, gatal di daerah

sekitar putting dan mengeluarkan cairan atau darah. Selain adanya benjolan

dan perubahan putting, perubahan juga terjadi pada bagian kulit payudara.

Perubahan pada kulit payudara di antaranya perubahan warna kulit, berkerut

dan iritasi seperti kuli jeruk (Peau d’orange) (Astuti, 2013).

3. Patofisiologi

Luka kanker berhubungan dengan infiltrasi dan poliferasi sel kanker menuju

epidermis kulit. Tumornini dapat tumbuh secara cepat lebih kurang 24 jam

dengan bentuk seperti cauliflower. Luka kanker dapat pula berkembang dari

tumor lokal menuju epitelium. Selain itu, luka kanker dapat terjadi akibat

metastase kanker. Sel kanker akan tumbuh terus menerus dan sulit untuk di

kendalikan. Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan

permeabilitas kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang

pada jaringan kulit. Sel kanker tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan

kulit, menghambat dan merusak pembuluh darah kapiler yang mensuplai

darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati

(Nekrosis) kemudian timbul luka kanker. Jaringan nekrosis merupakan

media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik bakteri aerob atau

anaerob. Bakteri anaerob berkolonisasi pada luka kanker dan melepaskan

volatile fatty acid sebagai sisa metabolic yang bertanggung jawab terhadap

malodor dan pembentukan eksudat. Penekanan tumor pada saraf dan

pembuluh darah serta kerusakan saraf yang menimbulkan nyeri dan jika

30
tumor merusak pembuluh darah besar atau penurunan pada fungsi platelet

akibat tumor dapat menimbulkan perdarahan pada luka (Anik, 2015).

4. Manifestasi Klinis

Kanker payudara dapat di temukan di setiap area sekitar payudara, tetapi

biasanya di temukan di bagian luar atas kuadran. Umumnya lesi tidak ada

nyeri tekan, dapat bergerak secara ireguler. Keluhan pada nyeri payudara

pada saat menstruasi hamper sama dengan keluhan kanker payudara.

Dengan bertambahnya penggunaan mammografi, pengobatan dapat di

berikan pada saat stadium awal. Gambaran mammografi yang abnormal

biasa sering di temukan pada saat wanita tidak mengalami tanda dan gejala.

Sayangnya beberapa wanita yang mengabaikan gejala yang sudah di rasakan

di temukan pada stadium lanjut. Gejala yang di rasakan biasa berupa kulit

cekung, retraksi putting susu, ulserasi kulit (Smeltzer, 2008).

5. Faktor Resiko

Beberapa faktor yang memiliki keterkaitan dengan insiden kanker payudara

ialah sebagai berikut :

a. Usia

Meningkatnya usia memiliki hubungan terhadap peningkatan kanker

payudar. Resiko tertinggi adalah pada usia di atas 40 tahun. America

Cancer Society (2004, dalam Smeltzer et al, 2008).

31
b. Jenis kelamin

Insiden kanker payudara lebih banyak di alami oleh wanita. Tercatat

sekitar 90% insiden terjadi pada wanita (Smeltzer et al, 2008).

c. Terpapar radiasi

Pada wanita yang memiliki riwayat terpapar atau pernah kontak dengan

radiasi pada usia remaja atau dewasa muda, akan beresiko mengalami

kanker payudara. Pemaparan terhadap radiasi berpotensi terjadinya

aberasi pada jaringan payudara yan sedang dalam masa perkembangan

(Smeltzer et al, 2008).

d. Faktor hormonal

Terdapat peranan hormone esterogen terhadap kejadian kanker payudara.

Factor endogen seperti usia menarche sebelum 12 tahun, multipara,

wanita yang melahirkan di atas usia 30 tahun dan usia menopause di atas

55 tahun merupakan beberapa factor yang berperan terhadap insiden

kanker payudara (Smeltzer et al, 2008).

e. Riwayat kanker payudara

Seseorang yang memiliki riwayat pernah mengalami dan mendapatkan

terapi terkait dengan kanker payudara, memiliki resiko terjadinya kanker

pada payudara yang sama maupun pada sisi lainnya (Smeltzer et al,

2008).

32
f. Konsumsi alcohol

Beberapa penelitian menunjukan insiden kanker payudara meningkat

pada wanita yang mengonsumsi alcohol. Wanita yang mengonsumsi

alcohol sekali dalam satu haru akan beresiko mengalami kanker payadara

dan resiko tersebut meningkat dua kali lebih besar pada wanita yang

mengonsumsi alcohol 2 sampai 5 hari sekali. Matison el al (2004 dalam

Smeltzer, 2008).

g. Obesitas

Beberapa hasil penelitian menunjukan risiko kanker payudara lebih besar

terjadi pada wanita postmenopouse dengan berat badan berlebih.

Menurut King, Marks, Mande et al (2003, dalam Smeltzer et al,2008)

beberapa penelitian yang telah di lakukan menunjukan wanita yang pada

masa mudanya dapat mempertahankan berat badannya yang ideal,

memiliki resiko yang leih kecil untuk mengalami kanker payudara

setelah ia mengalami masa menopause.

h. Faktor genetik

Insuden kanker payudara meningkat dua kali lipat pada seseorang yang

memiliki riwayat kanker payudara pada keluarga primer seperti ibu,

saudara atau anak (Smeltzer et al, 2008).

33
i. Merokok

Meroko merupakan salah satu factor resiko kanker payudara. Pada

beberapa studi menjelaskan wanita pada masa mudanya meroko,

memiliki resiko terjadinya kanker payudara (Smeltzer et al, 2008).

6. Penyebaran Kanker

Penyebaran kanker meliputi tiga jalur, yaitu :

a. Invasi lokal

Kanker payudara dapat timbul dari epitel duktus kelenjar, yang pada

mulanya sel – sel kanker menjalar di dalam duktus kemudian menginvasi

dinding duktus dan sekitarnya menjalar ke bagian anterior sehingga dapat

mengenai kulit, ke arah posterior yang dapat mengenai pektoralis hingga

dapat berinfasi ke dinding torak (Desen, 2011).

b. Metastasis kelenjar limfe regional

Kanker payudara paling sering bermetastasis ke kelenjar limfe aksilar.

Salah satu jalur metastasis yang penting dalam penyebaran sel kanker

adalah kelenjar limfe mamaria interna (Desen, 2011).

c. Metastasis hematogen

Sel kanker dapat masuk ke dalam pembuluh darah melalui jalur system

limfatik. Selain itu invasi sel kanker ke pembuluh darah dapat langsung

melalui vena kava atau system vena intercostal-vertebra sehingga hal

tersebut menyebabkan metastasisi hematogen (Desen, 2011).

34
Tabel 2.1
Penilaian Instrumen BWAT
No Item Pengkajian Tabel Tgl/Skor Tgl/Skor Tgl/Skor
........... ........... ...........

1 Ukuran * *0= sembuh, luka


terselesaikan
Panjang x Lebar
1 = < 4 cm
2 = 4 s/d < 16 cm2
3 = 16 s/d < 36 cm2
4 = 36 s/d < 80 cm2
5 = > 80 cm2
2 Kedalaman * *0= sembuh, luka
terselesaikan
1.Eritema atau
kemerahan
2.Laserasi lapisan
epidermis dan atau
dermis
3.Seluruh lapisan kulit
hilang, kerusakan
atau nekrosis
subkutan, tidak
mencapai fasia,
tertutup jaringan
granulasi
4.Tertutup jaringan
nekrosis
5.Seluruh lapisan kulit
hilang dengan
destruksi luas,
kerusakan jaringan
otot, tulang
3 Tepi Luka * *0= sembuh, luka
terselesaikan
1.Samar, tidak terlihat
dengan jelas
2.Batas tepi terlihat,
menyatu dengan
dasar luka.
3.Jelas, tidak menyatu
dengan dasar luka
4.Jelas, tidak menyatu
dengan dasar luka,
tebal.
5.Jelas, fibrotik, parut

35
tebal/ hiperkeratonik
4 Terowongan *0= sembuh, luka
/Gua* terselesaikan
1.Tidak ada gua
2.Gua < 2 cm diarea
manapun
3.Gua 2 – 4 cm seluas
< 50% pinggir luka.
4.Gua 2 – 4 cm
seluas > 50%
pinggir luka.
5.Gua > 4 cm diarea
manapun.
5 Tipe 1.Tidak ada jaringan
Jaringan nekrotik
Nekrotik 2.Putih/abu-abu
jaringan tidak dapat
teramati dan atau
jaringan nekrotik
kekuningan yang
mudah dilepas.
3.Jaringan nekrotik
kekuningan yang
melekat tapi mudah
dilepas.
4.Melekat, lembut,
eskar hitam.
5.Melekat kuat, keras,
eskar hitam
6 Jumlah 1.Tidak ada jaringan
Jaringan nekrotik
Nekrotik 2.< 25% permukaan
luka tertutup
jaringan nekrotik.
3.25 % permukaan
luka tertutup
jaringan nekrotik.
4.> 50% dan < 75%
permukaan luka
tertutup jaringan
nekrotik.
5.75% s/d 100%
permukaan luka
tertutup jaringan
nekrotik.
7 Tipe 1.Tidak ada eksudat
Eksudat 2.Bloody
3.Serosangueneous

36
(encer, berair, merah
pucat atau pink).
4.Serosa (encer,
berair, jernih).
5.Purulen (encer atau
kental, keruh,
kecoklatan/
kekuningan, dengan
atau tanpa bau).
8 Jumlah 1.Tidak ada, luka
eksudat kering.
2. Moist, luka tampak
lembab tapi eksudat
tidak teramati.
3.Sedikit : Permukaan
luka moist, eksudat
membasahi < 25%
balutan
4.Moderat : Eksudat
terdapat > 25% dan
< 75% dari balutan
yang digunakan
5. Banyak Permukaan
luka dipenuhi
dengan eksudat dan
eksudat
membasahi > 75%
balutan yang
digunakan

9 Warna Kulit 1.Pink atau warna


Sekitar Luka kulit normal setiap
bagian luka.
2. Merah terang jika
disentuh
3. Putih atau abu-abu,
pucat atau
hipopigmentasi.
4. Merah gelap atau
ungu dan atau tidak
pucat.
5. Hitam atau
hiperpigmentasi
10 Edema 1. Tidak ada
Perifer/Tepi pembengkakan atau
Jaringan edema.
2. Tidak ada pitting

37
edema sepanjang
<4 cm sekitar luka.
3. Tidak ada pitting
edema sepanjang
≥4 cm sekitar luka.
4. Pitting edema
sepanjang < 4cm
disekitar luka.
5. Krepitus dan atau
pitting edema
sepanjang > 4cm
disekitar luka.
11 Indurasi 1. Tidak ada indurasi
Jaringan 2. Indurasi < 2 cm
Perifer sekitar luka.
3. Indurasi 2 – 4 cm
seluas < 50%
sekitar luka
4. Indurasi 2 – 4 cm
seluas 50% sekitar
luka
5. Indurasi > 4 cm
dimana saja pada
luka.
12 Jaringan 1. Kulit utuh atau luka
Granulasi pada sebagian kulit.
2. Terang, merah
seperti daging; 75%
s/d 100% luka terisi
granulasi, atau
jaringan tumbuh.
3. Terang, merah
seperti daging;
<75% dan > 25%
luka terisi
granulasi.
4. Pink, dan atau
pucat, merah
kehitaman dan atau
luka < 25% terisi
granulasi.
5. Tidak ada jaringan
granulasi.
13 Epitalisasi 1. 100% luka tertutup,
permukaan utuh.
2. 75 s/d 100%
epitelisasi
3. 50 s/d 75%

38
epitelisasi
4. 25% s/d 50%
epitelisasi.
5. < 25% epitelisasi

Apabila luka ulkus dikatakan sembuh (healed), maka item 1,2,3,4 diberi nilai 0.

Item nomer 5-13 memiliki skor terendah bernilai 1, sehingga total skor terendah

adalah 9. Apabila luka dinyatakan mengalami regenerasi (wound regeneration),

maka total skor terendah pada ke-13 item bernilai 13 dengan masing-masing item

diberi nilai 1 Apabila luka tidak beregenerasi (wound degeneration), total skor

tertinggi pada ke-13 item bernilai 65 dengan masing-masing item diberi nilai 5.

Misal: pasien datang dengan luka rabas atau lecet, maka item 1,2,3,4 di beri nilai

0, dan item 5-13 diberi poin 1, maka total skor yang diperoleh adalah 9, luka

dinyatakan mengalami penyembuhan.

39
B. Kerangka Teori

Skema 2.1
Kerangka Teori

Ca Mamae Luka Kanker

Terjadi peningkatan
- Malodor
- Eksudat
- Nyeri
- Perdarahan

Perawatan luka Modern Dressing

Terjadi proses penyembuhan Dapat menyerap dengan cepat dan langsung


dengan berkurangnya : mengikat bakteri ke dalam seratnya,
- Malodor mempertahankan cairan luka yang sedang
- Eksudat dan banyak. Mengurangi resiko maserasi,
- Nyeri membantu mengurangi lintas kontaminasi,
- Perdarahan dapat mengurangi rasa nyeri lebih tinggi
bila di bandinkan dengan kassa dan alginate

Sumber : (Astuti, 2013), ( Kalinski, 2005), (Farida, 2010), (Anik, 2013),


( Hallet, 1995; Jones et al, 1998 dalam Naylor, 2002) .

40
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL, KISI – KISI


INSTRUMEN DAN HIPOTESIS

Pada bab ini di jelaskan tentang kerangka konsep, definisi oprasional, kisi – kisi

instrument dan hipotesis.

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan penjelasan tentang konsep-konsep yang

terkandung didalam asumsi teoritis yang akan digunakan untuk

mengabstraksikan (mengistilahkan) unsur-unsur yang terkandung didalam

fenomena yang akan diteliti dan bagaimana hubungan diantara konsep-konsep

tersebut (Kelana, 2011). Sebelum menjelaskan kerangka konsep yang akan

diteliti, peneliti akan menjelaskan tentang jenis-jenis variabel yang berkaitan,

menurut (Kelana, 2011) yaitu :

1. Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang nilainya

dipengaruhi oleh variabel lain atau menjadi akibat dari adanya variable

bebas dan sering disebut sebagai variabel output, kriteria, atau konsekuen

(Kelana, 2011). Variabel terikat atau variabel dependen pada penelitian ini

yaitu penurunan nyeri pada pasien Ca Mamae.

2. Variabel luar (Inverting) adalah variable lain yang tidak di teliti namun

secara substansi dapat mempengaruhi variable dependent atau variable

independent (Kelana, 2011). Variable inverting pada penelitian ini adalah

perawatan luka Modern Dressing.

41
Berdasarkan teori yang telah di uraikan maka kerangka konsep yang di

gunakan dalam penelitian ini dapat di gambarkan pada skema di bawah ini :

Variable Inverting

Perawatan luka Modern


Dressing

Variable Dependent Variable Dependent


Penyembuhan luka pra Penyembuhan luka post
perawatan luka Modern perawatan luka Modern
Dressing Dressing

Skema 3.1 kerangka konsep.

B. Definisi Oprasional dan Definisi Konsep

1. Definisi konsep

a. Perawatan luka Modern Dressing merupakan metode yang

mempertahankan lingkungan luka tetap lembab untuk memfasilitasi

proses penyembuhan luka. Lingkungan yang lembab dapat di ciptakan

dengan occlusive dressing (perawatan luka tertutup). Percepatan

pembentukan sel aktif (putri, 2013).

b. Penyembuhan luka adalah suatu proses yang terjadi secara normal.

Artinya, tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk

melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatkan aliran darah ke

daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan

perkembangan awal proses penyembuhan. Meskipun demikian, terdapat

42
beberapa perawatan yang dapat membantu untuk mendukung proses

penyembuhan luka. Seperti melindungi area yang luka terbebas dari

kotoran dengan menjaga kebersihan untuk membantu meningkatkan

penyembuhan jaringan (Maryuni, 2013).

2. Definisi Oprasional

Definisi oprasional berfungsi untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variable – variable yang di amati atau di teliti. Definisi

oprasional juga berfungsi untuk mengarahkan kepada pegukuran atau

pengamatan terhadap variable – variable yang bersangkutan serta

pengambilan instrument atau alat ukur (Notoadmodjo, 2012). Adapun

definisi oprasional dalam penelitian ini dapat di lihat pada table 3.1.

43
3. Definisi Oprasional
Table 3.1
Definisi Oprasional

No Variable Dimensi Definisi Oprasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Ukur
Variable Inverting

1 Perawatan luka Modern Fase Proses menyiapkan alat SOP Peneliti melakukan Baik : ≥ cut Ordinal
Dressing Persiapan yang di lakukan oleh perawatan perawatan luka of point
peneliti sebelum luka Modern Dressing
DO : Pasien di berikan melakukan tindakan sesuai SOP Buruk : ≤ cut
perawatan luka Modern perawatan luka Modern perawatan luka. of point
Dressing oleh peneliti dengan Dressing.
cara membersihkan daerah
luka kemudian menempelkan Fase Proses menyiapkan Sop Peneliti melakukan Baik : ≥ cut Ordinal
balutan hidroselulosa pada luka prosedur. pasien sebelum perawatan perawatan luka of point
dan menyisakannya sekitar memberikan perawatan luka Modern Dressing
2,5cm di bagian luar dari luka. luka Modern Dressing. sesuai dengan SOP Buruk : ≤ cut
perawatan luka. of point

42
Kemudian tutup dengan Fase mendukung proses SOP Peneliti melakukan Baik : ≥ cut Ordinal
balutan sekunder atau balutan pelaksanaan autolysis debridement, perawatan luka of point
perawatan
akhir yang tepat. Bila tidak ada dapat meningkatkan Modern Dressing
luka
indikasi klinik, balutan luka proses granulasi dan re- sesuai dengan SOP Buruk : ≤ cut
hidroselulosa dapat di ganti epitelisasi, mudah perawatan luka. of point
dalam jangka waktu 7 hari. dalam melepaskannya
sehingga memberikan
kenyamanan dan
mengurangi rasa sakit
pada pasien serta
mampu menahan
staphylococcus aureus
agar tidak masuk
kedalam luka

43
44
Variable Dependen

2 Proses penyembuhan luka Fase Setelah 5-10 menit Skala BWT 13 item pengkajian, Baik : ≥ cut of Ordinal
pada fase inflamasi dan inflamasi tahap inflamasi (Bates – point
meliputi:
poliferasi akumulasi terjadi Jensen wound
ukuran, kedalaman, tepi
kemudian sesudah assessment Buruk : ≤ cut of
DO : Penyembuhan luka itu leukosit dalam tool) luka, terowongan / gua, point
adalah suatu proses yang waktu 2-3 hari jelas
tipe jaringan nekrotik,
terjadi secara normal. terlihat pada luka
jumlah eksudat, warna
Artinya, tubuh yang sehat dan menunjukan
mempunyai kemampuan mulai proses kulit sekitar luka,
alami untuk melindungi dan penyembuhan.
edema perifer/tepi
memulihkan dirinya.
jaringan, indurasi

jaringan perifer,

jaringan granulasi,

epitelisasi.

44
Fase Penyembuhan luka Skala BWT 13 item pengkajian, Baik : ≥ cut of Ordinal
poliferasi pada hsri ke 4 (Bates – point
meliputi:
sampai ke 21 setelah Jensen wound
ukuran, kedalaman, tepi
terjadi kerusakan assessment Buruk : ≤ cut of
jaringan atau luka tool) luka, terowongan / gua, point

tipe jaringan nekrotik,

jumlah eksudat, warna

kulit sekitar luka,

edema perifer/tepi

jaringan, indurasi

jaringan perifer,

jaringan granulasi,

epitelisasi.

45
4. Kisi – kisi Instrument

Table 3.2
Kisi – kisi Instrument

No. Variable Dimensi Definisi Oprasional Indikator Butir/I


Variabel tem
Variable Inverting
1 Perawatan luka Modern Fase persiapan Proses menyiapkan alat yang di lakukan 1. Set balut (kom, bengkok, 1-9
Dressing
oleh peneliti sebelum melakukan gunting jaringan, pinset
tindakan perawatan luka Modern anatomis, klem)
Do : Pasien di berikan
Dressing. 2. Pengalas
perawatan luka Modern
3. Gunting perban
Dressing oleh peneliti dengan
4. Sarung tangan bersih
cara membersihkan daerah
5. Cairan pencuci luka : NaCl
luka kemudian menempelkan
6. Balutan Modern Dressing
balutan hidroselulosa pada
(kassa, Transparant Film,
luka dan menyisakannya
Hydrogel, Alginate,
sekitar 2,5cm di bagian luar
Hydrocellulosa, Hydrocolloid,
dari luka. Kemudian tutup
Foam, Silver dan
dengan balutan sekunder atau
Antimikroba).

46
balutan akhir yang tepat. Bila 7. Kasa verband untuk menutup
tidak ada indikasi klinik, luka
balutan luka hidroselulosa 8. Plester (Micropore, Fixmul,
dapat di ganti dalam jangka Hypavix)
waktu 7 hari. 9. Tempat sampah pelastik warna
kuning ( sampah mendis)

Fase prosedur. Proses menyiapkan pasien sebelum 1. Jelaskan pada pasien tentang 1-5
memberikan perawatan luka Modern prosedur perawatan luka dan
Dressing. kapan balutan harus diganti
(bila basah dan kotor).
2. Jika ada indikasi klinik
(perdarahan, bocor dan
infeksi) segera laporkan.
3. Jelaskan tentang alat-alat dan
bahan yang harus dibeli oleh
klien untuk perawatan
lukanya.

47
4. Siapkan tempat pasien
5. Atur posisi pasien senyaman
mungki

Fase proses melakukan perawatan luka untuk 1. Pasang perlak di area luka. 1-11
pelaksanaan mendukung proses autolysis 2. Cuci tangan atau bersihkan
debridement, dapat meningkatkan menggunakan handscrub.
proses granulasi dan re-epitelisasi, 3. Gunakan masker
mudah dalam melepaskannya sehingga 4. Pakai sarung tangan bersihkan
memberikan kenyamanan dan sekali pakai
mengurangi rasa sakit pada pasien serta 5. Lepaskan balutan perlahan dan
mampu menahan staphylococcus aureus hati-hati.
agar tidak masuk kedalam luka 6. Buang balutan yang kotor ke
dalam kantong sampah kuning.
7. Letakan set steril pada meja
tempat tidur atau sisi pasien.
8. Bersihkan daerah luka.
9. Tempelkan balutan

48
Hydocellulosa ke dalam luka.
10. Tutup luka dengan balutan
akhir.
11.Rapihkan alat, lepas sarung
tangan dan cuci tangan

49
Variable Dependent

No. Variabel Dimensi Dimensi Oprasional Indikator Butir/I


Variabel tem
2. Proses penyembuhan luka Fase inflamasi Setelah 5-10 menit tahap inflamasi 13 item pengkajian, meliputi: 1-13
pada fase inflamasi dan akumulasi terjadi kemudian sesudah itu ukuran, kedalaman, tepi luka,
poliferasi leukosit dalam waktu 2-3 hari jelas terowongan / gua, tipe jaringan
terlihat pada luka dan menunjukan nekrotik, jumlah eksudat, warna
DO : Penyembuhan luka mulai proses penyembuhan. kulit sekitar luka, edema
adalah suatu proses yang perifer/tepi jaringan, indurasi
terjadi secara normal. jaringan perifer, jaringan
Artinya, tubuh yang sehat granulasi, epitelisasi.
mempunyai kemampuan
alami untuk melindungi dan
memulihkan dirinya..
Fase poliferasi Penyembuhan luka pada hsri ke 4 13 item pengkajian, meliputi: 1-13
sampai ke 21 setelah terjadi kerusakan ukuran, kedalaman, tepi luka,
jaringan atau luka terowongan / gua, tipe jaringan
nekrotik, jumlah eksudat, warna
kulit sekitar luka, edema

50
perifer/tepi jaringan, indurasi
jaringan perifer, jaringan
granulasi, epitelisasi.

51
C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan oleh teori

yang relevan, belum didasakan pada fakta-fakta empiris yang di peroleh melalui

pengumpulan data. (Sugiyono, 2017).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada pengaruh perawatan luka Modern Dressing terhadap

penyembuhan luka pada pasien Ca Mamae di ruang Kemoterapi di RSU

kabupaten tangerang.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh perawatan luka Modern Dressing terhadap penyembuhan

luka pada pasien Ca Mamae di ruang Kemoterapidi di RSU kabupaten

tangerang.

52
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini di jelaskan tentang desain penelitian, populasi dan sampel, tempat

penelitian, waktu penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data,

instrument pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, pengelolahan data,

teknik analisis data dan etika penelitian.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model atau metode yang di gunakan peneliti untuk

melakukan penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian

(kelana, 2011).

Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Quasi

Experimental Design, yaitu penelitian yang menguji coba suatu intervensi

pada sekelompok subyek dengan atau tanpa kelompok pembanding namun

tidak dilakukan randomisasi untuk memasukan subyek ke dalam kelompok

perlakuan atau kontrol (Kelana, 2011).

Bentuk desain penelitian quasi experiment yang di gunakan dalam penelitian

ini adalah pre and post test without control. Pada desain ini peneliti hanya

melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. Efektifitas

perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan pre test

(Kelana, 2011).

53
Desain penelitian ini dapat di lihat pada skema 4.1

Skema 4.1
Pre Experimental Design
( one group pretest-posttest desaign )

Q1 X Q2

Keterangan :

Q1 : Tes awal (pra test) sebelum di berikan perlakuan

X : Perlakuan yang di berikan yaitu perawatan luka Modern Dressing pada

pasie Ca Mamae

Q2 : Test akhir (pre test) setelah di berikan perlakuan (Kelana, 2011).

B. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh

peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono,

2017). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami Ca

Mamae dengan luka pecah sebanyak 32 orang yang menjalani perawatan

di ruang kemoterapi RSU Kabupaten Tangerang 2018.

54
2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jurnal dan karakteristik yang di miliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Sampel di ambil dari sejumlah

individu atau bagian dari populasi yang di teliti.

a. Besar sempel

Dari jumlah perhitungan populasi maka dapat di hitung jumlah sampel

dengan menggunakan rumus sampel sebagai berikut :

N
n=
N. d + 1

keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d² = presisi yang di tetapkan (0,05)

jadi sampel minimal yang akan di teliti adalah :

N
n=
N. d + 1

35
n=
35. 0,05 + 1

35
n=
1,0875

n = 32 responden

Berdasarkan dengan rumus diatas, didapatkan responden sejumlah 32

orang. Untuk mengantisipasi responden yang drop out selama

55
penelitian berlangsung. Peneliti menambahkan jumlah responden

sebanyak 10% menjadi 35 orang.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik Nonprobability Sampling jenis Consecutive Sampling

yaitu metode pemilihan sampel yang di lakukan dengan memilih

semua individu yang di temui dan memenuhi kriteria pemilihan,

sampai jumlah sampel yang di inginkan terpenuhi (Kelana, 2011).

Sampel pada penelitian ini adalah pasien Ca Mamae di ruang

kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang dan yang memenuhi kriteria

sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

1) Pasien yang mengalami Ca Mamae yang mengalami luka.

2) Bersedia mengikuti penelitian yang telah di sepakati bersama.

3) Memiliki gangguan rasa nyeri dan tidak nyaman

4) Kesadaran composmentis.

b. Kriteria eksklusi

1) Pasien yang mengalami Ca Mamae tetapi belum mengalami

luka.

2) Pasien yang dengan gangguan psikologis.

56
C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang kemoterapi RSU Kabupaten Tangerang

yang beralamat di jl. Ahmad Yani No.9, Suka Asih, Kecamatan Tangerang,

Kota Tangerang, Banten 15111.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Juni 2018. Peneliti mendapatkan

izin dari RSU Kabupaten Tangerang pada tanggal 20 april 2018 dan mulai

melakukan pengumpulan data serta pemilihan responden sesuai kriteria pada

tanggal 20 April 2018.

E. Sumber Data Penelitian

Sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data yang diperoleh melalui kuesioner/lembar

observasi (Sugiyono, 2014). Data primer penelitian ini adalah kondisi

luka yang di peroleh melalui lembar observasi kondisi luka responden

yang di isi oleh peneliti.

2. Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen

(Sugiyono, 2014). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data dari

RSU Kabupaten Tangerang terkait jumlah kunjungan pasien Ca Mamae

di RSU Kabupaten Tangerang.

57
F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar observasi. Lembar observasi merupakan suatu proses yang kompleks,

suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dari berbagai

proses biologis dan psikologis. Dua di antaranya yang terpenting adalah

proses – proses (Sugiono, 2014).

G. Instrument Pengumpulan Data

Instrument yang di gunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah alat tulis, kuesioner dan lembar observasi yang di buat sendiri oleh

peneliti berdasarkan teori – teori tentang tingkat penurunan nyeri pada

pasien Ca Mamae.

1. Kuesioner Karakteristik Responden

Berisi tentang item pertanyaan terkait nama, usia, jenis kelamin, berat

badan, pendidikan.

2. Lembar SOP perawatan luka

Berisi tentang tabel SOP perawatan luka yang di isi sebelum melakukan

intervensi yang berjumlah 3 item terdiri dari fase persiapan alat, fase

persiapan pasien dan fase penatalaksanaan. Kriteria dalam peniliatan

pada instrumen ini menggunakan skala Guttman yaitu jawatan Ya di beri

skor 1 dan Tidak di beri nilai 0.

3. Lembar penilaian proses penyembuhan luka BWAT

BWAT (Bates-jensen Wound Assesment Tool) atau pada asalnya di

kenal dengan nama PSST (Pressure Score Status Tool) merupakan skala

58
yang di kembangkan dan di gunakan untuk mengkaji kondisi luka. Skala

ini sudah teruji validitas dan reabilitas sehingga alat ini sudah bisa

digunakan di rumah sakit atau klinik kesehatan. Nilai yang di hasilkan

dari skala ini menggambarkan status keparahan luka. Semakin tinggi

nilai yang di hasilkan maka menggambarkan pula status luka pasien yang

semakin parah (Pillen et al, 2009)

H. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang di lakukan sebagai berikut

1. Prosedur administrasi

Prosedur administrasi yang di lakukan sebelum peneliti melakukan

penelitian meliputi mengajukan surat ijin penelitian ke program studi

keperawatan universitas esa unggul. Surat ijin yang peneliti telh terima di

lanjutkan dan di proses di bagian tata usaha RSU Kabupaten Tangerang,

selanjutnya peneliti mendapatkan surat balasan izin penelitian dan di

teruskan ke kepala ruangan Kemoterapi. Langkah berikutnya yaitu

koordinasi dengan kepala ruangan Kemoterapi untk proses pengumpulan

data, melakukan sosialisasi penelitian dan bekerja sama dengan perawat

di ruangan tersebut.

2. Prosedur Teknis Pengumpulan Data

a. Peneliti menyeleksi pasien sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

yang sudah di tetapkan. Selanjutnya peneliti memperkenalkan diri,

59
menjelaskan tujuan, prosedur penelitian dan waktu yang akan di

laksanakan.

b. Setelah perkenalan dan penjelasan penelitian, peneliti meminta

persetujuan responden dan keluarga untuk berpartisipasi dengan

menanda tangani surat persetujuan untuk berpartisipasi dalam

penelitian.

c. Peneliti melakukan wawancara terkait pengisian kuesioner responden,

serta menjelaskan secara lengkap terkait penelitian yang di lakukan.

d. Peneliti memberikan intervensi berupa perawatan luka Modern

Dressing agar responden mengetahui bagaimana cara merawat luka

dengan balutan modern. Peneliti memantau responden setiap 2 hari

sekali selama 2 minggu untuk melakukan perawatan luka. Pengukuran

penyembuhan luka pertama di lakukan sebelum peneliti memberikan

perawatan luka Modern Dressing dan pengukuran kedua di lakukan

setelah responden di berikan perawatan luka Modern Dressing setiap

2 hari sekali.

1) Peneliti melakukan pencatatan identitas.

2) Peneliti mencatat perkembangan luka dengan BWAT.

3) Peneliti melakukan perawatan dengan menggunakan perawatan

luka Modern

I. Pengolahan Data

Menurut notoatmodjo (2012) proses pengolahan data dapat melalui tahap –

tahap sebagai berikut :

60
1. Editing

Pada tahap editing, peneliti telah melakukan pengecekan seluruh

instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu lebar persetujuan

responden, kuesioner karakteristik responden, lembar SOP perawatan

luka dan lembar pengukuran tingkat nyeri. Seluruh data kuesioner dan

lembar observasi yang peneliti dapatkan telah terisi secara lengkap,

sesuai dengan petunjuk pengisian dan telah di input kedalam computer.

2. Koding

Pada tahap koding peneliti telah memberikan kode pada data yang di

dapatkan dalam penelitian ini. Adapun kode – kode yang peneliti

gunakan dalam data hasil penelitian sebagai berikut :

Tabel 4.1
Koding

Jenis kelamin Pendidikan Usia

1 = laki – laki 1 = SD 1 = 32 – 35
2 = perempuan 2 = SMP 2 = 36 – 39
3 = SMA 3 = 40 – 43
4 = 44 – 47
5 = 48 – 51
6= 52 – 55

3. Skoring

Pada tahap skoring, peneliti telah memberikan nilai pada setiap data yang

di dapatkan dalam penelitian ini.

61
4. Tabulating

Pada tahap tabulating, peneliti telah mengelompokan data sesuai dengan

kategorinya masing – masing dan memasukan data tersebut ke dalam

bentuk tabel.

5. Data Entry

Pada tahap data entry, peneliti melakukkan dan mengelolah data yang di

dapatkan pada penelitian ini kedalam aplikasi perhitungan statistik SPSS

versi 22. Data yang di masukan terdiri dari data karakteristik responden,

data observasi pengukuran penyembuhan luka. Yang keselururuhan

datanya berjumlah 35 rangkap.

6. Cleaning

Pada tahap cleaning peneliti telah melakukan pengecekan kembali

terhadap data – data yang telah di masukkan ke dalam SPSS versi 22 untuk

melihat kemungkinan – kemungkinan adanya kesalahan – kesalahan kode

dan ketidak lengkapan.

J. Uji Hipotesis

1. Uji Validitas Reabilitas

Validitas menunjukan ketepatan pengukuran suatu instrumen, artinya

suatu instrumen di katakana valid apabila instrumen tersebut mengukur

apa yang seharusnya di ukur (Kelana, 2011). Reabilitas adalah tingkat

62
konsistensi dari suatu pengukuran. Reabilitas menunjukan apakah

pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika instrumen di gunakan

kembali secara berulang Reabilitas juga dapat di definisikan sebagai

derajat suatu pengukuran bebas dari random error sehingga menghasilkan

suatu pengukuran yang konsisten (Kelana, 2011). Skala ini sudah teruji

validitas dan reabilitas sehingga alat ini sudah bisa digunakan di rumah

sakit atau klinik kesehatan. Nilai yang di hasilkan dari skala ini

menggambarkan status keparahan luka. Semakin tinggi nilai yang di

hasilkan maka menggambarkan pula status luka pasien yang semakin

parah (Pillen et al, 2009)

2. Uji Normalitas

Uji Normalitas di gunakan untuk mengetahui apakah data skor seluruh

variable berdistribusi normal atau tidak. Pengujian Normalitas data pada

penelitian ini menggunakan Sapiro Wilk Test dalam program SPSS versi

22 karena dalam penelitian ini berjumlah 35 responden.

K. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini yaitu analisis

univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat merupakan analisa yang di lakukan untuk

menganalisis dan mendeskripsikan karakteristik setiap variable dari hasil

penelitian (Notoatmojo, 2012). Analisa data yang di gunakan meliputi

63
minimum, maximum, rata – rata (Mean), standar deviasi, distribusi

frekuensi dan presentase Rumus yang di gunakan adalah :

a. Mean

X = Σ Xi / n

Keterangan :

X : Mean

Σ Xi : Hasil dari jumlah semua nilai pengukuran

n : Banyaknya pengukuran

b. Median

n+ 1
Me = X
2

Keterangan :

Me : Median

X : Nilai data

n : Banyaknya pengukuran

c. Persentase

= (100%)

Keterangan :

X : Presentase

f : Frekuensi hasil pencapaian

n : Banyaknya pengukuran

64
Setelah nilai presentase dianalisis melalui rumus diatas, selanjutnya

diinterpretasikan dengan kualifikasi/kriteria yang diadaptasi dari Arikunto

(2009) seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.2
Kualifikasi/Kriteria Presentase

Presentase Kualifikasi/Kriteria
100 % Seluruh
76 – 99 % Hampir Seluruh
51 – 75 % Sebagian Besar
50 % Setengah
26 – 49 % Hampir Setengah
1 – 25 % Sebagian Kecil
0% Tidak Satupun

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan melihat hubungan antara variabel inverting

dengan variabel dependen. Uji T-test dependent atau Paired Sampel T-test

digunakan untuk membandingkan rata-rata dua set data (data sebelum dan

sesudah) yang saling berpasangan. Adapun perhitungan Uji Paired Samples

T-Test rumus yang digunakan, sebagai berikut (Sugiyono, 2016).


=
+ − 2
√ √

65
Keterangan :

= rata – rata sampel 1

= rata – rata sampel 2

= jumlah sampel 1

= jumlah sampel 2

S1 = simpangan baku sampel 1

S2 = simpangan baku sampel 2

Uji Wilcoxon Signed Ranks Test merupakan metode statistika non-

parametrik yang digunakan untuk membandingkan perbedaan dua hasil data

yang bersifat ordinal (Sugiyono, 2016).

Adapun perhitungan Uji Wilcoxon Signed Ranks Test. adalah sebagai

berikut:

1

4 ( − 1)
=
1
24 + 1 (2 + 1)

Keterangan:

N = Banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda

T = Jumlah ranking dari nilai selisih yng negative (apabila banyaknya

selisih yang positif lebih banyak dari banyaknya selisih negatif)

Z = Jumlah ranking dari nilai selisih yang positif (apabila banyaknya selisih

yang negatif > banyaknya selisih yang positif).

66
L. Etika Penelitian
Ketika melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari

institusinya dan dari pihak lain dengan mengajukan izin kepada institusi

tempat peneliti. Setelah mendapatkan persetujuan, maka peneliti dapat

melakukan penelitian dengan menekankan etika penelitian yang mengacu

pada Alimul (2011):

1. Informed Consent

Pada awal pertemuan, peneliti telah menjelaskan tentang penelitian yang

dilakukan berikut dengan tujuan dan manfaat penelitian kepada

responden. Selanjutnya peneliti memberikan lembar persetujuan kepada

responden yang bersedia untuk menandatangi lembar persetujuan.

2. Anonymity (tanpa nama)

Pada data yang diinput kedalam SPSS peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi data tersebut telah peneliti berikan kode sesuai yang

sudah ditetapkan, yaitu responden diberikan kode P1 hingga P35.

3. Confidentiality

Peneliti telah menjaga kerahasiaan data responden, dan peneliti tidak

memasukan data apapun yang bersifat rahasia pada laporan akhir. Data

yang peneliti miliki berupa dokumen dan file. Kerahasiaan data dokumen

peneliti jaga dengan cara menyimpan data tersebut didalam lemari

tertutup yang bertahan selama 2 tahun, sedangkan data yang berbentuk

file peneliti jaga kerahasiaannya dengan cara menyimpan file tersebut

67
didalam folder laptop dan flashdisk dengan disertai password yang hanya

diketahui oleh peneliti.

4. Kejujuran

Pada penelitian ini peneliti jujur dalam pengumpulan bahan pustaka,

pengumpulan data, pelaksanaan metode, dan prosedur penelitian.

5. Tidak melakukan diskriminasi

Pada penelitian ini peneliti telah menghindari perbedaan perlakuan

karena alasan jenis kelamin, ras, suku, dan faktor-faktor lain. Hal tersebut

dilakukan dengan cara peneliti memberikan inforcement secara adil dan

merata kepada seluruh responden.

68
BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini di jelaskan tentang data hasil penilitian yang telah di analisis oleh

peneliti.

A. Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.

Usia responden dalam penelitian ini antara 32 tahun sampai 55 tahun. Berdasarka

hal tersebut selanjutnya di buat interval dengan menggunakan rumus sturges

sebagai berikut ( Umar, 2011).


ci =
K = 1 + 3,3 log
Keterangan :
ci = interval
k = banyaknya kelas
n = jumlah subyek penelitian

k = 1 + 3,3 log (35)


=1+5=6

55 − 32
ci =
6
23
=
6
= 4

Berdasarkan perhitungan di atas di peroleh interval usia sebesar 4. Karakteristik

responden berdasarkan usia dapat di lihat dari tabel di bawah ini :

69
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia di RSU
Kabupaten Tangerang Tahun 2018 (n=35).
Usia Frekuensi Percent
32 – 35 4 11,4 %
36 – 39 2 5,7 %
40 – 43 5 14,3 %
44 – 47 10 28,6 %
48 – 51 7 20,0 %
52 – 55 7 20,0 %
Total 35 100,0 %
Sumber : analisis data primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa usia sebagian besar responden pasien Ca

Mamae dengan luka Ca Mamae di RSU Kabupaten Tangerang dalam penelitian

berusia 32 – 55 tahun yaitu berjumlah 35 pasien dengan jumlah persentase adalah

100,0%. Hal tersebut menunjukan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian

besar memiliki kategori lansia awal (Depkes RI. 2009).

2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat di lihat dari tabel di bawah


ini :
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan di
RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018 (n=35).

Nama Frekuensi Percent


SD 11 31,4 %
SMP 9 25,7 %
SMA 15 42,9 %
Total 35 100,0 %
Sumber : analisis data primer, 2018

70
Berdasarkan tabel 4.4 di atas terlihat bahwa pasien Ca Mamae dengan luka Ca

Mamae di RSU Kabupaten Tangerang sebagian besar lulusan SMA berjumlah 14

pasien dengan persentase 46,7 %. Hal tersebut menunjukan bahwa responden

dalam penelitian ini sebagian besar lulusan SMA.

3. Karakteristik responden berdasakan jenis kelamin

Karakteristik responden berdasrkan jenis kelamin dapat di lihat dari tabel di

bawah ini :

Tabel 4.5
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di
RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018 (n=35).
Jenis kelamin Frekuensi Percent

Perempuan 35 100,0 %

Total 35 100,0 %

Sumber : analisis data primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa jenis kelamin sebagian besar responden

pasien Ca Mamae dengan luka Ca Mamae di RSU Kabupaten Tangerang dalam

penelitian ini berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 35 pasien dengan

jumlah persentase 100,0%.

4. Tingkat penyembuhan luka pre dan post modern dressing

Perubahan rata - rata nilai penyembuhan luka pada pasien Ca Mamae sebelum

dan sesudah perawatan luka modern dressing dapat di lihat pada tabel di

bawah ini :

71
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan perubahan penyembuhan
luka pre test dan post test di RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018
(n=35).

Pre test Modern Post test Modern


Dressing Dressing

Tingkat Frekuensi Percent Frekuensi Percent


penyembuhan (%) (%)
luka

buruk 22 62,9 %
Sedang 13 37,1 % 13 37,1 %
Baik 22 62,9 %

Total 35 100,0 % 35 100,0%

Sumber : analisa data primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukan tingkat penyembuhan luka pada pasien

Ca Mamae dengan luka Ca Mamae di RSU Kabupaten Tangerang sebelum dan

sesudah di lakukan intervensi berupa perawatan luka modern dressing. Tingkat

penyembuhan luka pasien sebelum intervensi seluruhnya berada pada tingkat

buruk 22 pasien dengan nilai persentase 62,9 %. Sedangkan tingkat penyembuhan

luka pasien setelah intervensi sebagian besar berada di tingkat penyembuhan luka

baik dengan jumlah 22 pasien dengan nilai persentase 62,9 %.

72
B. Analisa data

Analisa bivariate di gunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara

variable interventing (Modern Dressing) dengan variable dependen

(penyembuhan luka) pada pasien Ca Mamae di RSU Kabupaten Tangerang.

Selain itu dari uji ini dapat di ketahui tingkat kemaknaan pengaruh tersebut.

Analisa bivariate yang di gunakan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon.

Syarat Uji Wilcoxon Signed Ranks Test yaitu data berdistribusi tidak normal.

Tabel 4.7

Pengaruh perawatan luka modern dressing terhadap penyembuhan luka


pada pasien ca mamae di ruang kemoterapi di rsu kabupaten tangerang
tahun 2018 (n=35).

N Mean Std. Z Asymp.Sig.(2-


Defiation tailed)

Pre Test 35 1,37 490

-5.332 0,000
Post Test 35 2,63 490

Tabel 4.7 menunjukan bahwa skor rata – rata tingkat penyembuhan luka pasien

sebeluk di lakukan perawatan luka modern dressing yang di nilai dengan

menggunakan lembar observasi Bates Jensen Wound Assessment Tool (pre-post)

sebesar 1,37 dan sesudah dilakukan modern dressing (post-test) sebesar 2,63.

berdasarkan nilai rata – rata tingkat penyembuhan luka sebelum di lakukan

Modern Dressing lebih rendah atau sedikit di bandingkan dengan sesudah di

berikan modern dressing , sehingga dapat di simpulkan bahwa intervensi berupa

73
modern dressing berpengaruh terhadap penyembuhan luka, yaitu terjadinya

peningkatan penyembuhan luka pada pasien Ca Mamae yang memiliki luka Ca

Mamae. Hal tersebut menunjukan terjadinya perubahan yang signifikan sesudah

di lakukan Moder Dressing.

Dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang di dapat dari

tingkat penyembuhan luka sebesar -5,332 dengan p-value sebesar 0,000 (<0,05)

sehingga keputusan hipotesis adalah gagal di tolak yang berarti menerima HA dan

menolak HO atau dengan kata lain terdapat pengaruh bermakna atara modern

dressing terhadap penyembuhan luka pada pasien Ca Mamae di ruang kemoterapi

di RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018.

74
BAB VI
PEMBAHASAN

Pada bab ini di jelaskan tentang pembahasan hasil penelitian dari 35 sampel luka

ca mamae di Ruang Kemoterapi di RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018.

A. Karakteristik Responden

1. Usia

Usia dalam penelitian bahwa berusia 35 tahun sampai 55 tahun dengan

mayoritas berusia antara 32 sampai 55 . Pada usia tersebut mayoritas

termasuk kedalam katagori dewasa akhir yang akan memasuki lamsia

muda (Depkes RI, 2009). Menurut penelitian (Toto Subiakto, 2008).

Proses penuaan dapat mengakibatkan penyembuhan luka yang lambat.

Perubahan yang dapat memperlambat penyembuhan luka meliputi respon

inflamasi yang lambat, penurunan pembentukan kolagen dan

neoangiogenesi, serta epitelisasi yang lambat menyebutkan penyakit

sistemik pada lanjut usia juga dapat memperlambat penyembuhan luka.

Faktor-faktor lain yang memperlambat penyembuhan luka pada usia lanjut,

yaitu: perubahan jaringan dan vaskuler sebagai efek normal pada proses

defisiensi nutrisi, dan keterbatasan fungsional.

2. Pendidikan

Pendidikan responden dalam penelitian ini menggambarkan distribusi

frekuensi berdasarkan latar belakang pendidikan di peroleh gambaran

bahwa responden yang paling dominan pada pasien Ca Mamae dengan

luka Ca Mamae di RSU Kabupaten Tangerang sebagian besar lulusan

75
SMA berjumlah 14 pasien dengan persentase 46,7 %. Hal tersebut

menunjukan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar lulusan

SMA.

3. Jenis kelamin

Jenis kelamin dalam penelitian ini lebih dominan perempuan yang

berjumlah 35 pasien dengan jumlah persentase 100,0% yang berada di

ruang kemoterapi RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018. Bukan hanya

perempuan yang bisa terkena Ca Mamae tetapi laki – laki juga dapat

terkena Ca Mamae namun kemungkinannya sangat kecil sebab Laki – laki

yang terkena Ca Mamae biasa laki – laki yang memiliki hormone

esterogen yang berlebih sebab hormone esterogen tersebut ialah hormone

pemicu terjadinya kanker pada organ payudara.

B. Analisis Pengaruh Perawatan Luka Modern Dressing Terhadap

Penyembuhan Luka Ca Mamae pada pasien Ca Mamae.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa nilai rata – rata Bates Jensen

Wound Assessment Tool pada pasien Ca Mamae yang mengalami luka

sebelum di lakukan Modern Dressing sebesar 1,37 dan sesudah dilakukan

modern dressing sebesar 2,63 (Tabel 4.7). hal ini menunjukan bahwa adanya

peningkatan penyembuhan luka pada pasien Ca Mamae sesudah di lakukannya

perawatan luka Modern Dressing.

Hasil uji Wilcoxon Test Statistik pada tingkat kemaknaan 95% (α= 0,05)

menunjukan bahwa nilai ρ-value yaitu 0,000 <0,05 artinya Ho di tolak dan Ha

76
di terima yang menunjukan bahwa adanya pengaruh perawatan luka Modern

Dressing terhadap peningkatan penyembuhan luka pada pasie Ca Mamae.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang di lakukan

oleh Luh Titi Handayani (2016), bahwa adanya penurunan skala luka pada

penderita Ca Mamae sebelum dan sudah di lakukan perawatan Luka modern

Dressing.

Perawatan luka yang tepat dapat mencegah terjadinya infeksi silang dan dapat

mempercepat proses penyembuhan luka, dengan demikian hari rawat akan

lebih pendek. Dalam perawatan luka, frekuensi perawatan luka perlu

diperhatikan untuk meminimalkan kejadian infeksi, kasa penutup luka harus

diganti lebih awal jika basah, karena kasa basah meningkatkan kemungkinan

kontaminasi bakteri pada luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2011). Tubuh secara

normal akan merespon atas terjadinya cedera dengan serangkaian proses yang

disebut dengan respon peradangan, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda

utama, yaitu bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), nyeri

(pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Proses penyembuhan luka

merupakan proses biologis yang dinamis dengan tujuan akhir pemulihan fungsi

dan integritas jaringan serta meliputi berbagai mekanisme yang kompleks yaitu,

proses pembekuan darah, proses inflamasi, proliferasi sel, koagulasi,

fibroplasia, epitelisasi, kontraksi, pembentukan pembuluh darah baru

(angiogenesis), dan rekonstruksi matriks ekstrasel atau repair and remodeling.

Interaksi faktor-faktor pertumbuhan dan sel epitel fibroblas dan sel endotel

berperan penting dalam proses biologis penyembuhan luka. Proses

77
penyembuhan luka adalah suatu proses yang terjadi secara normal. Artinya,

tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan

memulihkan dirinya. Peningkatkan aliran darah ke daerah yang rusak,

membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal proses

penyembuhan. Meskipun demikian, terdapat beberapa perawatan yang dapat

membantu untuk mendukung proses penyembuhan luka. Seperti melindungi

area yang luka terbebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan untuk

membantu meningkatkan penyembuhan jaringan (Maryuni, 2013).

Modern Dressing / Moist wound healing ( perawatan luka lembab) merupakan

metode yang mempertahankan lingkungan luka tetap lembab untuk

memfasilitasi proses penyembuhan luka. Lingkungan yang lembab dapat di

ciptakan dengan occlusive dressing (perawatan luka tertutup). Penggunaan

balutan yang tepat akan mempercepat proses penyembuhan luka(Ikram Bauk,

2017). Pada masing – masing balutan modern pun memiliki peran dan

kandungannya masing – masing namun tetap sama tujuannya yaitu

mempecepat penyembuhan luka dan mengurangi biaya perawatan luka.

Saat ini pemilihan balutan harus di sesuaikan dengan kondisi luka, tubuh

memiliki suhu normal untuk mengandakan proses pembelahan sel sehingga

jika luka tidak di tutup dengan balutan yang menciptakan kelembaban maka

pembelahan sel tidak terjadi, dampaknya terhadap penyembuhan luka akan

semakin lama. Di samping itu dalam suasana lembab sejumlah antibody dan sel

– sel tubuh lainnya yang ikut berperan dalam penyembuhan luka akan

78
berkumpul dan terbentuk lebih dini sehingga akan mampu mengatasi infeksi

dan mempercapat proses penyembuhan luka. Pada konsep konvensional sering

di artikan dengan kondisi luka membaik karena terlihat darah pada permukaan

luka, faktanya fase ini kita mengoyak pembuluh darah kapiler yang tumbuh

susah payah untuk membangunnya dengan tujuan untuk mengantar sejumlah

nutrisi, oksigen dan saat tubuh lainya ke dalam sel untuk meregenerasi

kerusakan jaringan yang terjadi, dampaknya menyebabkan luka baru sehingga

sangat beresiko mengulang fase dari proses penyembuhan luka : inflamasi –

prolifersai – maturasi yang akhirnya akan memperpanjang proses

penyembuhan luka (Ikram, 2017).

C. Keterbatasan Penelitian

Selama proses penelitian hingga pengambilan kesimpulan, penulis perlu

menyadari bahwa adanya keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.

Keterbatasan tersebut di antaranya adalah :

1. Mencari responden yang berada di ruang kemoterpi yang mengalami luka

Ca Mamae karna belum tentu orang yang terkena Ca Mamae memiliki

luka.

2. Lamanya proses permohonan ijin untuk melakukan penelitian di RSU

Kabupaten Tangerang yang memakan waktu 2 minggu untuk mendapatkan

ACC dari Rumah Sakit.

3. Terdapat beberapa responden yang menolak untuk di berikan perawatan

luka Modern Dressing karna masih percaya dengan tekinik konvensional.

79
4. Sempat mendapat penolakan dari pihak dokter DPJP di ruang kemoterapi

karna menurut mereka dengan di lakukan kemoterapi luka tersebut juga

pasti sembuh dan walaupun di rawat seperti apa saja luka itu akan seperti

itu saja sebab luka kanker itu tidak akan sembuh.

80
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini di jelaskan tentang simpulan dan saran yang di susun berdasarkan

proses penelitian dan pembahasan penelitian dari 35 sampel perawatan Modern

Dressing pada pasien Ca Mamae di ruang kemoterapi di RSU Kabupaten

Tangerang Tahun 2018.

A. Simpulan

Berdasarkan proses penelitian dan pembahasan, berikut merupakan simpulan dari

hasil penelitian ini :

1. Karakteristik sampel dalam penelitian ini hamper setengahnya berada pada

usia 44 – 47 tahun yang termasuk kedalam kategori dewasa akhir.

Sebagian besar berjenis kelamin perempuan dan hampir seluruhnya

lulusan SMA.

2. Teridentifikasi tingkat luka sebelum di berikannya perawatan luka Modern

Dressing yaitu luka yang semakin hari semakin memburuk dan sesudah di

lakukan perawatan luka Modern Dressing kondisi luka meningkat secara

perlahan menjadi baik.

3. Di peroleh gambaran kedalam luka yang mengecil setelah di lakukan

perawatan luka Modern Dressing.

4. Perawatan luka Modern Dressing efektif meningkatkan atau mempercepat

penyembuhan luka pada pasien Ca Mamae di ruang kemoterapi.

81
B. Saran

Berdasarkan analisa hasil penelitian yang telah di lakukan, maka peneliti

memberikan saran sebagai berikut :

1. Rumah Sakit :

a. Kepada tim pelayanan keperawatan di ruang kemoterapi sebaiknya

menggunakan Modern Dressing sebagai alternatif perawatan luka

untuk proses penyembuhan yang lebih cepat serta menghindari

luka baru yang mengakibatkan perdarahan kembali.

b. Untuk membuat SOP perawatan luka dengan Modern Dressing

c. Senyum, sapa, ramah serta caring terhadap pasien harus selalu di

jaga dengan baik.

d. Kepada pihak RSU bisa di berikan pelatihan dan pendidikan

mengenai perawatan luka Modern Dressing guna meningkatnya

pelayanan perawatan luka.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan dalam melakukn perawatan luka dengan inovasi baru

menggunakan perawatan luka Modern Dressing dan efisien untuk

mengembangkan intervensi keperawatan.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini dapat di gunakan untuk mempercepat

penyembuhan luka baik dari segi ukuran luka, kedalaman luka, dan

82
warna luka sebagai bahan pertimbanagn dan data untuk penelitian

lebih lanjut khususnya di bidang ilmu keperawatan.

4. Bagi peneliti seanjutnya

Penelitian ini harus menjadi bahan informasi atau bahan bacaan bagi

peneliti yang akan memperdalam kajian dalam perawatan luka

menggunakan Modern Dressing.

83
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Y. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Ny.C dengan Perawatan Luka


Kanker Payudara Di RSPAD Gatot Soebroto. Depok: FIK Universitas
Indonesia

Adriani, et al. (2016). Penggunaan Balutan Modern (Hydrocoloid) untuk


Penyembuhan Luka Diabetes Melitus Tipe II. Research of Applied Science
and Education V10.i1 (18-23).

Bulent Altunoluk, et al. (2012). Fournier’s Gangrene: Conventional Dressings


versus Dressings with Dakin’s Solution. International Scholarly Research
Network ISRN Urology Volume 2012, 4 pages

Cathy Kalinski, et al. (2007). Incoporating Wound Healing Strategis to Improve


Palliation (Symptom Management) in Patients With Chronic Wound.
Jurnal Of Paliative Medicine, Vol. 10. No 05.

Desen, W. (2011). Buku ajar onkologi klinis. Edisi 2. Penerjemah Willie Japaries.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Guntur Prasetya. (2014). Perbedaan Intensitas Nyeri Pada Pasien Perawatan


Luka Ulkus Diabetik Sebelum dan Sesudah Diberikan Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Di RSUD Tugurejo Semarang. Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.

Husain, I. (2013). Pengertian Nyeri, Tipe Nyeri dan Bagaimana Patofisiologi


Nyeri. Diakses 28 Januari 2014.

Ikram Bauk. (2017). Wound Care (Konsep & Pengalaman Klinis).

Imroatul Farida. (2017). Pengaruh Modern Dressing Kombinasi Mendengarkan


Bacaan Al QuranTerhadap Percepatan Penyembuhan Ulkus Diabetik Di
Laboratorium Biomedik FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Vol. 10

Kementerian Kesehatan. (2015). Prevalensi Kasus Kanker Di Indonesia. Jakarta :


Kemenkes RI

84
Kelana, Kusuma Dharma. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta :
CV. Trans Info Media

Luh Titi Handayani. (2016). Studi Meta Analisis Perawatan Luka Kaki Diabetes
Dengan Modern Dressing. THE INDONESIAN JOURNAL OF
HEALTH SCIENCE, Vol 6, No. 2, Juni 2016.

Maryunani, Anik. (2013). Perawatan Luka (Modern Woundcare) Terlengkap dan


Terkini. Jakarta : In Media

Morison, M.J. 2004. Manajemen Luka. Alih Bahasa oleh Tyasmono A.F. Jakarta:
EGC.

Morton G. et al. 2012. Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Volume I,


Edisi 8. Jakarta: EGC.

Mulia Hakam. (2009). Intervensi spiritual emotional freedom Technique Untuk


Mengurangi Rasa Nyeri Pasien Kanker. Depok : Pascasarjana, Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Vol. 13, No. 2

Maryuni, Anik. (2013). Perawatan luka (Modern Woundcare) Terlengkap dan


Terkini. Jakarta : In Media

Notoatmodjo, S, (2012), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta


strategi Public Relations.Jakarta: Erlangga

Potter dan Perry. (2007). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Ralf Czymek, M.D, et al. (2009). Fournier's gangrene: vacuum-assisted closure


versus conventional dressings. Published by Elsevier Inc. All rights
reserved. Volume 197.

Sjamsuhidayat & de Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Soemitro, M.P & Aksan, H. (2012). Blak-blakan kanker payudara, temukan sedini
mungkin (Cetakan I). Bandung : Qanita

85
Smeltzer et al, 2008. Buku Ajar Keperwata Medikal Bedah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Suanidar, Putri. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


Pada Ibu Post Sectio Caesarea di Rumah sakit Ibu dan Anak Pemerintah
Aceh. diakses pada 06 September 2015.

Sugiyono. (2017). MetodePenelitianKuantitatif Kualitatifdan R & D. Bandung:


Alfa Beta

Stephen D Mine, et al. (2015). A Wearble Wound Moisture Sensor As An


Indicator For Wound Dressing Change: An Observational Study Of
Wound Moisture and Status. International Wound Journal ISSN 1742-
4801

Taylor, et al. 2011. Fundamental Of Nursing : The Art and Sciense Of Nursing
Care 7 th Edition. China. Lippincott Company

Zakiyah Ana. (2015). Konsep Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan.


Salemba Medika “Jakarta”

Kemala Rita. (2015). Efektifitas Perawatan Luka Kanker Payudara Menggunakan


Formula Topikal Inovatif dan Terapi Standar Terhadap Respon Biopsiko
Sosio Spiritual Di Rs Kanker Dharmais. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.

Kelana, Dharma Kusuma. (2011). Metode Penelitian Keperawatan: Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans InfoMedia

86

Anda mungkin juga menyukai