Oleh
DOPI
AKX.15.026
ABSTRACT
Background: The number of appendicitis patients treated in the Topaz room of RSU Dr. Slamet
Garut as a whole in 2017 reached 337 (13.38%). The continued condition of appendicitis will
increase the risk of perforation. Perforated appendicitis is a ruptured appendix that has gangrene
which causes pus to enter the abdominal cavity. Purpose: to gain experience in carrying out
nursing care to clien of post op laparatomy exploratory on indications of perforated appendicitis
with acute pain nursing problems in dr. Slamet Garut professionally. Method: with deep data
retrieval and include various sources of information by observing problems with clients after
laparotomy exploratory in indications of perforated appendicitis with acute pain nursing problems.
Results: After a case study on two clients of post op perforation appendicitis with acute pain
nursing problems, by providing intervention in nursing care, the acute pain nursing problem in the
first client can be resolved in three days, while the second client is partially resolved with the same
time. Discussion: Clients with acute pain nursing problems do not always have the same response
to early mobilization actions because of differences in pain levels based on previous experience of
pain, age, activity, marital status, education, and psychological factors such as anxiety, and the
extent of different surgical wounds . For this reason, nurses must carry out comprehensive care to
deal with problems clients. The researcher suggested to the hospital should improve the quality
and service and to the educational institutions were expected to be able to fulfill the availability of
new published literature, especially regarding Perforation Appendicitis so that it could increase the
knowledge of students during education.
Keywords: Appendicitis, Perforation, Post Op Laparatomy, Early Mobilization
Source : 9 Books (2008-2018) & 8 Journals (2011-2016).
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ini tanpa
hambatan dan dalam keadaan sehat.
Karya tulis ini berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST
OP LAPARATOMI EKSPLORASI ATAS INDIKASI APPENDICITIS
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RSUD dr.
SLAMET GARUT” disusun dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi syarat
dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan di STIKes Bhakti
Kencana Bandung.
Penyusunan karya tulis ini tidak pernah berdiri sendiri, untuk itu peneliti
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu
proses hingga terwujudnya harapan dan tujuan peneliti dengan baik, ucapan
terima kasih ini penulis sampaikan yang sebesar-besarnya kepada :
1. H. Mulyana, S.H., M.Pd., M.H.Kes. selaku Ketua Yayasan Adhi Guna
Kencana yang memberikan kedudukan kepada peneliti sebagai mahasiswa
Konsentrasi Anestesi di STIKes Bhakti Kencana Bandung.
2. Rd. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep. selaku Ketua STIKes Bhakti Kencana
Bandung.
3. H. Husi Husaeni, dr., SpAn., KIC., M.Kes. selaku Ketua Program Studi
Diploma III Keperawatan Konsentrasi Anestesi dan Gawat Darurat Medik
STIKes Bhakti Kencana Bandung.
4. H. Jajang Sujana Mail, dr., Sp.An. sebagai Ketua Pelaksana Harian Program
Studi Diploma III Keperawatan Konsentrasi Anestesi dan Gawat Darurat
Medik STIKes Bhakti Kencana Bandung.
5. Tuti Suprapti, S.Kp., M.Kep. selaku Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan STIKes Bhakti Kencana Bandung dan juga selaku Pembimbing
Utama yang selalu memberikan bimbingan, saran serta motivasi yang sangat
berarti bagi peneliti.
vi
6. Hj. Zafiah Winta, Amk., An. selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan, saran serta dukungan yang sangat berguna dalam
penyusunan karya tulis ini.
7. Staf dosen dan karyawan program studi DIII Keperawatan Konsentrasi
Anestesi dan Gawat Darurat Medik.
8. dr. H. Maskut Farid, dr., MM. selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Slamet Garut yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk menjalankan tugas akhir perkuliahan ini.
9. Triyani, S.kep dan Asep Hedi Budiarto, S.kep., Ners selaku CI Ruangan
Topaz yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam
melakukan kegiatan selama praktek keperawatan di RSUD dr. Slamet Garut.
10. Untuk kedua orangtua yaitu alm. H. Paisal dan Hj. Suri serta Ayah kedua
peneliti H. Dahrul dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan
dorongan semangat serta dukungan dengan tulus selalu mendoakan demi
keberhasilan penulis.
11. Untuk teman - teman seperjuangan Anestesi Angkatan 11 yang telah
memberikan dorongan semangat serta dukungan dengan tulus.
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
viii
4. Pelaksanaan ............................................................................ 26
D. Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................... 29
1. Pengkajian .............................................................................. 29
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................... 31
3. Intervensi Keperawatan .......................................................... 32
4. Implementasi Keperawatan .................................................... 35
5. Evaluasi .................................................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ......................................................................... 36
B. Batasan Istilah ............................................................................. 36
C. Partisipan ..................................................................................... 37
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 37
E. Pengumpulan Data ...................................................................... 38
F. Uji Keabsahan Data..................................................................... 39
G. Analisa Data ................................................................................ 39
H. Etik Penelitian ............................................................................. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ............................................................................................ 44
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data ..................................... 44
2. Pengkajian .............................................................................. 44
3. Analisa Data ........................................................................... 56
4. Diagnosa Keperawatan ........................................................... 58
5. Perencanaan ............................................................................ 63
6. Implementasi .......................................................................... 65
7. Evaluasi .................................................................................. 67
B. Pembahasan ................................................................................. 68
1. Pengkajian .............................................................................. 68
2. Diagnosa ................................................................................. 69
3. Intervensi ................................................................................ 71
4. Implementasi .......................................................................... 73
5. Evaluasi .................................................................................. 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 76
B. Saran ............................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bawah dengan nyeri tekan lokal dan nyeri alih, spasme otot yang ada di
sekitar 12.000 jiwa pada laki-laki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan.
1
2
pada kelompok usia 5–44 tahun untuk pasien rawat inap di Rumah Sakit
yaitu sebesar 1,72%. Berdasarkan data dari Medical Record RSU dr.
hanya 1,5%, tetapi ketika telah mengalami perforasi angka ini meningkat
Pada pasien yang masih anak-anak dan orang tua akan lebih cepat
Selain pada anak-anak, orang yang sudah berusia lanjut pun memiliki
dibanding kelompok usia lain. Hal ini disebabkan faktor usia yang sudah
rasa nyeri, perubahan penurunan fungsi pada sistem imun, serta gejala-
gejala yang tidak khas membuat diagnosis jadi tertunda (Htwe et al, 2007).
pada anak dan orang dewasa. Laparatomi Eksplorasi merupakan salah satu
jam, namun dapat berlangsung lebih lama tergantung pada luas luka,
penahan nyeri yang dimiliki pasien dan respon terhadap nyeri. Selain nyeri
dan hal ini yang menjadi salah satu alasan pasien tidak mau bergerak.
4
dini terjadi penurunan, dari rata-rata 7,75 yang termasuk kategori skala
nyeri berat menjadi 5,62 yang termasuk kategori skala nyeri sedang. Hal
penurunan.
dengan adanya luka operasi yang dialami oleh klien, maka dapat
RSU dr.Slamet Garut, maka peneliti tertarik untuk menyusun karya tulis
Garut”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Slamet Garut.
D. Manfaat
1. Teoritis
2. Praktis
a. Bagi Perawat
Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu pilihan bahan bacaan
TINJAUAN PUSTAKA
lymphoid tissue (GALT) pada waktu kecil. Namun system imun tidak
et al. 2014)
Sumber: http://cdn1.teachmeseries.com
8
9
tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan
dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh. (Muttaqin dan Sari,
2013)
2. Definisi
adalah proses peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
usia, namun paling sering terjadi pada orang dewasa muda, sebelum
3. Klasifikasi
tanpa penyerta.
kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara
parut, dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik),
4. Etiologi
berikut:
11
5. Patofisiologi
Supuratif Akut.
APPENDICITIS
Hypoxia
Penurunan Depresi sistem jaringan
peristaltic usus respirasi apendik
s
Ulcerasi
Gangguan rasa Distensi Reflek batuk
nyaman abdomen menurun
Perforasi
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
6. Manifestasi Klinis
yaitu:
defans muscular.
(Rovsing Sign).
dan muntah, gejala ini umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari.
7. Komplikasi
(2010) yaitu:
a. Perforasi
jelas.
b. Peritonitis
c. Dehidrasi
d. Sepsis
f. Pneumonia
16
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
b. Radiologi
9. Penatalaksanaan
appendicitis yaitu:
MEDIS
1) Sebelum operasi
a) Observasi
timbulnya keluhan.
18
b) Antibiotik
atau perforasi.
2) Operasi Apendiktomi
antibiotika.
3) Pasca operasi
b. Pemasangan NGT
secara intensif.
KEPERAWATAN
lebih cepat.
20
B. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subjektif antara
(Andarmoyo, 2013).
2. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri akut
nyeri akut adalah awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
b. Nyeri kronik
3. Intensitas Nyeri
hal ini klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala
Keterangan:
0 : tidak nyeri
baik
22
berkomunikasi, memukul.
a. Farmakologi
2013).
b. Non-Farmakologi
i. Relaksasi
rasa nyeri.
23
cedera.
iii. Distraksi
lainnya.
pusat.
24
biasanya timbul setelah operasi. Salah satu dari perawatan klien post
dini.
1. Definisi Mobilisasi
dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bisa
turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar
transmisi saraf nyeri menuju saraf pusat. Menurut Kasdu seperti yang
2. Tujuan Mobilisasi
antara lain:
3. Indikasi Mobilisasi
Potter,P (2006).
b. Kelemahan otot
Menurut Zunlida dalam Sulistia (2007) salah satu efek dari trias
(Irfan, 2012).
dalam menjaga sifat fisiologis dari jaringan otot dan sendi pada
4. Pelaksanaan
a. Hari pertama
menggeser kaki.
27
b. Hari kedua
c. Hari ketiga
menjadi memendek.
Jurnal Terkait:
Ambulasi Dini pasca dapat dilakukan sejak di ruang pulih sadar (recovery
nyeri pada hari ke-1, 2 dan 3. Pada hari ke-1 didapatkan nilai p value =
0.009, hari ke-2 didapatkan nilai p value = 0.000 dan hari ke-3 didapatkan
intensitas nyeri.
penurunan, dari rata-rata 7,75 yang termasuk kategori skala nyeri berat
menjadi 5,62 yang termasuk kategori skala nyeri sedang. Hal tersebut
1. Pengkajian
a. Riwayat:
b. Riwayat kesehatan:
1) Keluhan utama
pasien sebelumnya.
c. Data subyektif
Sebelum operasi
Sesudah operasi
2) Lemas
3) Mual
4) Kembung
5) Pusing
31
d. Data objektif
Sebelum operasi
2) Spasme otot
3) Takhikardi, takipnea
4) Pucat, gelisah
6) Demam 38-38,50C
Sesudah operasi
2) Terpasang infus
2. Diagnosa Keperawatan
informasi.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi pada pasien post operasi appendicitis menurut Doenges et al (2014), yaitu:
TABEL 2.1
Intervensi Keperawatan
32
dan BB. 4. Auskultasi bising usus. 4. Indikator kembalinya peristaltic.
2. Tekanan darah, nadi, suhu 5. Berikan sejumlah kecil minuman jernih
tubuh dalam batas normal bila pemasukan peroral dimulai, dan 5. Untuk meminimalkan kehilangan
3. Tidak ada tanda-tanda dengan diet sesuai toleransi. cairan.
infeksi 6. ntuk dekompresi usus, meningkatkan
4. Elastisitas turgor kulit baik, 6. Pertahankan penghisap gaster atau usus. istirahat usus, mencegah muntah.
membrane mukosa lembab, 7. Dehidrasi mengakibatkan bibir dan
tidak ada rasa haus yang 7. Berikan perawatan mulut dengan mulut kering dan pecah-pecah.
berlebihan. perhatian khusus. 8. Mencegah dehidrasi dan terjadinya
8. Berikan cairan IV dan elektrolit. ketidakseimbangan elektrolit.
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda vital 1. Tanda yang membantu
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24jam mengidentifikasi nyeri.
adanya insisi bedah. diharapkan Nyeri Akut dapat 2. Kaji nyeri. 2. Berguna dalam pengawasan
teratasi dengan kriteria: keefektifsn obat, kemajuan
1. Mampu mengontrol nyeri penyembuhan.
(tahu penyebab nyeri, 3. Pertahankan istirahat dengan posisi 3. Menghilangkan tegangan abdomen
mampu menggunakan semi-fowler. yang bertambah dengan posisi
tehnik nonfarmakologi telentang.
untuk mengurangi nyeri) 4. Dorong ambulasi atau mobilisasi dini. 4. Meningkatkan sirkulasi darah yang
2. Melaporkan bahwa nyeri akan memicu penurunan nyeri dan
berkurang dengan penyembuhan luka lebih cepat.
menggunakan manajemen 5. Berikan aktifitas hiburan. 5. Meningkatkan relaksasi.
nyeri 6. Pertahankan puasa. 6. Menurunkan ketidaknyamanan pada
3. Mampu mengenali nyeri peristaltic usus dini.
(skala, intensitas, frekuensi 7. Berikan analgesic sesuai indikasi. 7. Menghilangkan nyeri
dan tanda nyeri) mempermudahkan kerja sama
4. Menyatakan rasa nyaman dengan intervensi terapi lain.
setelah nyeri berkurang 8. Berikan kantong es pada abdomen 8. Menghilangkan dan mengurangi
5. Skala nyeri 1 (0-10) nyeri melalui penghilangan rasa ujng
saraf.
33
4. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji ulang pembatasan aktivitas 1. Memberikan informasi pada pasien
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24jam pascaoperasi. untuk merencanakan kembali
tidak mengenal sumber diharapkan dapat menyatakan rutinitas biasa tanpa menimbulkan
informasi. pemahaman proses penyakit masalah.
dengan kriteria: 2) Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan 2. Mencegah kelemahan, meningkatkan
1. Pasien dan keluarga periode istirahat periodic. penyembuhan dan mempermudah
menyatakan pemahaman kembali ke aktivitas normal.
tentang penyakit, kondisi, 3) Anjurkan menggunakan laksatif bila 3. Membantu kembali fungsi usus ke
prognosis dan program perlu. semula
pengobatan 4) Diskusikan perawatan insisi, termasuk 4. Pemahaman meningkatkan kerja
2. Pasien dan keluarga mampu mengganti balutan dan pembatasan sama dengan program terapi.
menjelaskan kembali apa mandi.
yang dijelaskan perawat 5) Identifikasi gejala yang memerlukan 5. Upaya intervensi menurunkan risiko
atau tim kesehatan lainnya. evaluasi medic. komplikasi serius.
34
35
4. Implementasi
5. Evaluasi
keadaan pasien dengan tujuan dan criteria hasil yang dibuat pada tahap
a. Evaluasi formatif
ditentukan selesai.
b. Evaluasi sumatif
secara paripurna.
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
penelitian yang terdiri atas beberapa komponen yang menyatu satu sama
lain untuk memproleh data dan atau fakta dalam rangka menjawab
B. Batasan Istilah
agar dapat menjangkau organ dan jaringan internal tubuh untuk keperluan
36
37
akut adalah awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung
kurang dari 6 bulan yang dapat diatasi dengan mobilisasi dini. Mobilisasi
fungsi fisiologis.
klien dengan masalah keperawatan dan diagnose medis yang sama, yaitu
1. Lokasi penelitian
bedah khusus laki-laki yaitu ruang Topaz, klien pertama dan klien
2. Waktu penelitian
klien selama 3 hari, dimulai saat 6 jam pascaoperasi klien pertama dan
kedua, yaitu:
E. Pengumpulan Data
1. Wawancara
3. Studi Dokumentasi
serta data lain yang konkret untuk memenuhi data yang diperlukan,
tinggi.
data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan
G. Analisis Data
analisis digunakan dengan cara pemeriksaan fisik oleh peneliti dan studi
1. Pengumpulan data
2. Mereduksi Data
3. Penyajian Data
4. Kesimpulan
H. Etik Penelitian
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
peneliti dan hanya sebagain data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil penelitian.
4. Justice (Adil)
5. Beneficience (Bermanfaat)
dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres,
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha agar tidak ada pihak yang
dirugikan.
BAB IV
A. Hasil
Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut terletak dijalan Rumah Sakit
Topaz, kapasitas di ruangan ini ada 21 tempat tidur dan 4 toilet yang
nomor 4.
2. Pengkajian
a. Identitas Klien
Table 4.1
Identitas Klien
44
45
b. Riwayat Penyakit
Table 4.2
Riwayat Penyakit
Riwayat
Klien 1 Klien 2
Penyakit
Keluhan utama Pada hari kamis Hari selasa tanggal 20
tanggal 15 Maret 2018 Maret 2018 jam 11.00
pukul 20.00 WIB klien WIB klien datang ke
datang dengan keluhan poli bedah mengeluh
nyeri pada seluruh nyeri seluruh bagian
bagian perut yang perut, klien
disertai demam sejak 2 mengatakan 2 hari
hari yang lalu, nyeri yang lalu nyeri hanya
dirasakan seperti di dibagian perut kanan
remas-remas. Mual (+) bawah dan susah BAB.
Ada rasa mual tapi
tidak sampai muntah.
Riwayat penyakit Pada saat dilakukan Saat dilakukan
sekarang pengkajian tanggal 17 pengkajian tanggal 21
Maret 2018 jam 08.30 Maret 2018 jam 17.00
post operasi hari ke-1, post operasi hari ke-1,
klien mengeluh nyeri klien mengatakan nyeri
pada luka operasi di pada luka operasi,
bagian perut dibawah bagian perut dibawah
umbilical, nyeri umbilical, nyeri
dirasakan bertambah semakin bertambah
saat klien mencoba ketika klien bergerak
untuk duduk, serta dan berkurang saat
nyeri dirasakan klien beristirahat dan
berkurang apabila klien tiduran. Nyeri
beristirahat, nyeri dirasakan seperti
seperti di sayat-sayat, disayat benda tajam,
skala nyeri 3 (0-10) skala nyeri 5 (0-10)
46
Tabel 4.3
Pola aktivitas
b. Minum b. Minum
Frekuensi Klien mengatakan Klien mengatakan
sehari minum 4-5x. minum 5-6z sehari.
Porsi 4-6 gelas, ± sekitar 6-8 gelas sehari, ±
1000-1600ml. sekitar 1200-1800ml,
Jenis Air putih dan kadang Minum air putih dan
susu. juga kopi.
Keluhan Tidak ada keluhan saat Tidak ada keluhan saat
minum. minum.
b. Minum b. Minum
Frekuensi Klien mengatakan Klien mengatakan
Porsi minumnya setelah minumnya setelah
operasi 5-7 sendok operasi sekitar 10-14
sehari, ± sekitar 75-100 sendok, ±100-150 ml
ml sesuai intruksi sesuai intruksi dokter
dokter bedah. bedah.
Jenis Susu dan Air putih. Air putih dan teh manis
Keluhan Tidak ada keluhan saat Tidak ada keluhan saat
minum. minum
d. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.4
Pemeriksaan Fisik
Observasi Klien 1 Klien 2
1) Keadaan Umum
Kesadaran Composmentis Composmentis
Penampilan Tampak lemah Tampak lemah
2) Pemeriksaan
TTV 130/80 mmHg 110/80 mmHg
TD 68 x/menit 81 x/menit
Nadi Respirasi 19 x/menit 21x/menit
Suhu 36,3 °C 36,9 °C
49
3) Pemeriksaan
Fisik
Sistem Hidung simetris, tidak Hidung beserta
Pernafasan ada sekret, hembusan lubang simetris,
hidung kiri dan kanan bersih tidak ada
sama, tidak terdapat sekret, tidak ada
nyeri tekan pada hidung nyeri tekan pada
dan dada. Pengembangan hidung dan dada.
dada simetris, tidak ada Terdapat
retraksi dinding dada. pengembangan dada.
Frekuensi respirasi Respirasi 21x/menit,
19x/menit, tidak saat di auskultasi
terdengar kelainan suara suara nafas tampak
pernafasan saat di normal tidak ada
auskultasi kelainan.
e. Pemeriksaan Psikologis
Tabel 4.5
Pemeriksaan Psikologis
Observasi Klien 1 Klien 2
1) Data Psikologis
Status Emosi Klien tampak tenang, Klien tenang dan
emosi klien stabil tidak tampak adanya
ditandai dengan tanda emosi berlebih
intonasi yang dari klien saat
dikeluarkan klien halus berkomunikasi
Kecemasan Klien mengatakan Klien merasa cemas
tidak ada rasa cemas karena nyeri yang
yang dirasakan setelah dirasakan sehabis
dilakukannya operasi, operasi, sebab ini kali
klien tampak tenang. pertama di operasi.
Pola Koping Klien tidak Klien tidak merasa
mempermasalahkan luka yang klien alami
luka post op yang membuatnya merasa
sepanjang 9cm di malu
abdomen.
Tabel 4.6
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 15-03-18 20-03-18
Pemeriksaan Klien 1 Klien 2 Nilai Normal
Laboratorium
1) Hematologi
Masa Pendarahan Tidak diperiksa 1’30” 1-3 menit
Masa Pembekuan Tidak diperiksa 8’ 5-11 menit
Darah Rutin
Hemoglobin 13,9 13,9 13,0-18,0 g/dL
Hematokrit 43 44 40-52 %
Lekosit 15,400 22,310 3,800-10,600 /mm³
Trombosit 245,000 325,000 150,000-
440,000 /mm³
Eritrosit 4,71 5,15 3,5-6,5 juta/mm³
2) Kimia Klinik
AST (SGOT) 15 14 s/d 37 U/L
ALT (SGPT) 11 12 s/d 40 U/L
Ureum 31 Tidak diperiksa 15-50 mg/dL
Kreatinin 0,7 Tidak diperiksa 0,7-1,3 mg/dL
Glukosa Darah 101 Tidak diperiksa < 140 mg/dL
Sewaktu
Keterangan: dari table diatas terdapat perbedaan yang menonjol, yaitu nilai leukosit
klien 2 lebih tinggi dibanding klien 1
3. Analisa Data
Tabel 4.8
Analisa Data
Klien 2
DS: Luka Incisi Nyeri Akut
1) klien mengatakan ↓
nyeri pada luka Kerusakan jaringan
operasi, bagian perut ↓
dibawah umbilical Ujung saraf terputus
2) Nyeri dirasakan seperti ↓
di sayat-sayat dengan Pelepasan prostaglandin
benda tajam. ↓
DO: Stimulasi dihantarkan
1) Klien tampak meringis ↓
dan sering mengeluh Spinal cord
nyeri. ↓
2) Terdapat luka operasi Cortex cerebri
di perut bagian ↓
umbilical sepanjang Nyeri dipersepsikan
11cm vertical dengan ↓
10 jahitan. Nyeri
3) Terdapat nyeri tekan
pada area luka
4) Skala nyeri 5 (0-10)
5) TD: 110/80 mmHg
N: 81 x/menit
R: 21x/menit
S: 36,9 °C
DS: Adanya luka insisi bedah Resiko Tinggi
DO: ↓ Infeksi
1) Tampak luka operasi Terbukanya sistem
di perut bagian pertahanan primer
umbilical sepanjang ↓
11cm vertikal dengan Resiko terjadi
10 jahitan perkembangbiakan
2) Tampak selang drain mikroorganisme
pada perut sebelah ↓
kanan dengan jumlah Resiko Tinggi Infeksi
pendarahan ±230ml/cc
dari selesai operasi
3) Luka operasi yang
tampak basah
4) Terdapat nyeri tekan
pada area luka.
5) Kadar leukosit 22,310
mm³
DS: Operasi Kerusakan
DO: ↓ Integritas
1) Klien pasca operasi Luka insisi Jaringan
laparatomi eksplorasi ↓
2) Tampak luka operasi Kerusakan jaringan
di perut bagian ↓
umbilical Ujung saraf terputus
3) Terdapat luka 11cm ↓
vertikal dan 10 jahitan Kerusakan Integritas
pada luka. Jaringan
4) Tampak selang drain
pada perut sebelah
kanan.
5) Luka masih basah
3. Intervensi
Tabel 4.10
Perencanaan
61
Klien 2
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tanda vital 1) Tanda yang membantu
dengan adanya insisi keperawatan selama mengidentifikasi nyeri.
bedah, ditandai dengan: 3x24jam diharapkan Nyeri 2) Kaji nyeri. 2) Berguna dalam pengawasan
DS: Akut dapat teratasi dengan keefektifsn obat, kemajuan
1) Klien mengatakan kriteria: penyembuhan.
nyeri pada luka 1) Mampu mengontrol 3) Pertahankan istirahat dengan 3) Menghilangkan tegangan
operasi, bagian perut nyeri (tahu penyebab posisi semi-fowler. abdomen yang bertambah
dibawah umbilical nyeri, mampu dengan posisi telentang.
2) Nyeri dirasakan seperti menggunakan tehnik 4) Dorong ambulasi atau mobilisasi 4) Meningkatkan sirkulasi darah
di sayat-sayat dengan nonfarmakologi untuk dini. yang akan memicu penurunan
benda tajam. mengurangi nyeri) nyeri dan penyembuhan luka
2) Melaporkan bahwa nyeri lebih cepat.
berkurang dengan 5) Berikan analgesic sesuai 5) Menghilangkan nyeri
menggunakan indikasi: mempermudahkan kerja sama
DO: manajemen nyeri Ketorolac 30mg/12jam dengan intervensi terapi lain.
1) Klien tampak meringis 3) Mampu mengenali nyeri
dan sering mengeluh (skala, intensitas,
nyeri. frekuensi dan tanda
2) Terdapat luka operasi nyeri)
di perut bagian 4) Menyatakan rasa
umbilical sepanjang nyaman setelah nyeri
11cm vertical dengan berkurang
10 jahitan. 5) Skala nyeri 1 (0-10)
3) Terdapat nyeri tekan
pada area luka
4) Skala nyeri 5 (0-10)
5) TD: 110/80 mmHg
N: 81 x/menit
R: 21x/menit
S: 36,9 °C
62
4. Implementasi
Tabel 4.11.1
Pelaksanaan
63
4) Mempertahankan istirahat Hasil: klien mengatakan
07.25 dengan posisi semi- nyeri berkurang dibanding
fowler. kemarin.
Hasil: Klien tampak
duduk tenang dengan
setengah duduk.
5) Memberikan analgesic:
08.00 ketorolac 30mg sesuai
indikasi.
Hasil: Klien tenang, nyeri
dirasa berkurang.
6) Mendorong ambulasi atau
10.00 mobilisasi dini (Klien
harus dapat miring kanan
dan miring kiri)
Hasil:
Skala nyeri 3 (0-10)
Keterangan: berdasarkan table dapat dilihat perkembangan dan respon dari semua tindakan yang telah dilakukan klien pertama sangat cepat
mengalami penurunan intensitas nyeri.
64
Tabel 4.11.2
Pelaksanaan
65
19.30 dan tenang. 08.10 Hasil: 08.10 Klien mengatakan nyeri
5) Memberikan analgesic: Klien merasa lebih sedikit berkurang.
ketorolac 30mg sesuai nyaman
indikasi.
Hasil: Klien mengatakan
20.10 nyeri masih terasa
6) Mendorong ambulasi atau
mobilisasi dini (Klien
harus dapat miring kanan
dan miring kiri)
21.00 Hasil:
Skala nyeri 5 (0-10)
Keterangan: berdasarkan table terlihat respon klien kedua lebih lambat dibandingkan klien pertama, sehingga didapat skala nyeri terakhir klien 3
(0-10).
66
68
B. Pembahasan
RSU dr. Slamet Garut, penelitian dilakukan pada klien 1 mulai dari
tanggal 17–19 Maret 2018 dan klien 2 mulai dari tanggal 21-23 Maret
1. Pengkajian
gejala yang muncul adalah nyeri daerah operasi skala nyeri 5 (0-10),
psikologis seperti rasa cemas, serta luas luka operasi pada klien.
namun pada klien 1 dan klien 2 tidak, dan pada perut klien biasa
klien tidak tampak, serta klien post operasi biasanya mengeluh pusing
sementara kedua klien tidak ada keluhan pusing, adapun teori juga
2. Diagnosa
teori yaitu:
70
tampak basah serta adanya nyeri tekan di sekitar luka, selain itu
kurang.
informasi.
pembedahan
operasi
operasi.
3. Intervensi
al, 2014).
a. Hari pertama
menggeser kaki.
b. Hari kedua
c. Hari ketiga
kedua klien.
73
4. Pelaksanaan
a. Hari pertama
b. Hari kedua
beliau sudah mampu duduk dalam waktu ± 5-10 menit dan setelah
itu kembali ke posisi semi fowler, skala nyeri 2 (0-10) nyeri dirasa
klien petama, klien kedua sudah mampu miring kanan miring kiri,
c. Hari ketiga
5. Evaluasi
nyeri klien 3 (0-10), pada hari ke-2 skala nyeri klien berkurang
menjadi 2 (0-10), dan hari ke-3 skala nyeri 1 (0-10). Klien 3x24
evaluasi skala nyeri klien 5 (0-10), pada hari ke-2 skala nyeri
skala nyeri klien menjadi 3 (0-10). Klien dalam 3x24 jam setelah
berbeda dari kedua klien, terlepas dari itu perbedaan status, usia,
A. Kesimpulan
masalah keperawatan Nyeri Akut di RSU dr. Slamet Garut yang mana
setiap klien dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam, maka penulis dapat
1. Pengkajian
kedua klien yaitu klien 1 dan klien 2 mengeluh nyeri luka post op di
perut bagian umbilical, skala nyeri dari kedua klien berbeda dimana
terdapat nyeri tekan pada area luka, serta pada klien 2 lukanya
±230ml dari selesai operasi serta luka operasi yang tampak basah.
76
77
2. Diagnosis
Klien 1
pembedahan
Klien 2
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
klien yaitu:
a. Hari pertama
b. Hari kedua
beliau sudah mampu duduk dalam waktu ± 5-10 menit dan setelah
itu kembali ke posisi semi fowler, skala nyeri 2 (0-10) nyeri dirasa
klien petama, klien kedua sudah mampu miring kanan miring kiri,
c. Hari ketiga
5. Evaluasi
B. Saran
2. Untuk Pendidikan
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah Edisi 8.
Jakarta. EGC.
Ditya, Wira et al. 2016. Jurnal Kesehatan Andalas Hubungan Mobilisasi Dini
dengan Proses Penyembuhan Luka pada Pasien Pasca Laparatomi di
Bangsal Bedah Pria dan Wanita RSUP dr. M. Djamil Padang.
Indri, Vanesa Ummami et al. 2014. Jom Psik Vol 1 No.2 Hubungan Antara
Nyeri, Kecemasan Dan Lingkungan Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien
Post Operasi Apendisitis.
Tanto, Chris et al. 2016. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4. Jakarta: Media
Aesculapius.
Abstract
Appendectomy is a procedure that can cause pain. The clients with post appendictomy
operation need the maximal treatment to return the body function quckly. One of non
pharmacological therapy that can be used to decrease the pain is early mobilization. Early
mobilization is useful to distract clients from the pain. The objective of this research was to
analyze the effect of early mobilization on the change of pain level in clients with post
appendectomy operation at Mawar Surgical Room of Baladhika Husada Hospital Jember
Regency. Independent variable of this research was early mobilization and dependent variable
was the change of pain level. This research used pre experimental: one group pretest posttest
design. The sampling collection technique used was consecutive sampling involving 8
individuals. Data analysis used t-dependent testing with the significance level of 95% (α=0,05).
Data analysis regarding dependent t-test showed that there was a significant difference
between pretest and posttest after early mobilization (p=0,000). The conclusion of this research
suggested that there is an effect of early mobilization on the change of pain level. The early
mobilization is expected to be applied as one of methods in providing nursing care to clients
with post appendectomy operation.
Abstrak
Apendektomi adalah prosedur yang dapat menyebabkan nyeri. Nyeri merupakan pengalaman
yang diekspresikan berbeda oleh setiap orang. Klien post operasi apendektomi membutuhkan
perawatan yang maksimal yang dapat membantu pemulihan fungsi tubuh. Salah satu terapi
nonfarmakologis yang dapat mengurangi nyeri adalah mobilisasi dini. Mobilisasi dini berguna
untuk mengalihkan perhatian klien dari nyeri yang dirasakan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post
operasi apendektomi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre eksperimental: one
group pretest-postest. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling yang
melibatkan 8 orang tanpa kelompok kontrol. Analisis data yang digunakan adalah dependent t-
test dengan tingkat signifikansi 95% (α = 0,05). Analisis data menggunakan dependent-t test
didapatkan hasil p=0,000 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
skala nyeri sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dini. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi
apendektomi. Mobilisasi dini ini diharapkan dapat diterapkan sebagai salah satu metode dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan post operasi apendektomi.
Skala Nyeri Sebelum Dilakukan Mobilisasi penurunan skala nyeri yaitu sebanyak 8 orang.
Dini
Tabel 3. Distribusi Rerata Nilai Skala Nyeri Klien Tabel 6. Hasil Analisis Perbedaan Nilai Skala
Post Operasi Apendektomi Sebelum Nyeri pada Klien Post Operasi
Dilakukan Mobilisasi Dini Periode 4-27 Apendektomi Sebelum dan Setelah
Mei 2015 (n=8) Intervensi Mobilisasi Dini di Ruang
Min- Bedah Mawar Rumah Sakit Baladhika
Variabel Mean SD Modus
Maks Husada Kabupaten Jember Periode 4-
Nyeri 27 Mei 2015 (n=8)
7,75 2,37 10 4-10
Sebelum P
Variabel Mean SD t
value
Skala Nyeri Setelah Dilakukan Mobilisasi Dini Sebelum
dan
Tabel 4. Distribusi Rerata Nilai Skala Nyeri Klien Setelah
-2,12 0,83 0,000 -7,20
Intervensi
Post Operasi Apendektomi Setelah
Mobilisasi
Dilakukan Mobilisasi Dini Periode 4-27 Dini
Mei 2015 (n=8) Analisis dengan menggunakan uji
Min-
Variabel Mean SD Modus parametrik dependent t-test didapatkan hasil
Maks
nilai p value 0,000 (p value<0,05), maka dapat
Nyeri disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat nyeri
5,62 1,996 7 3-8
Setelah klien post operasi apendektomi sebelum dan
setelah dilakukan mobilisasi dini di Ruang
Perbedaan Nilai Skala Nyeri Sebelum dan Bedah Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada
Setelah dilakukan Mobilisasi Dini Kabupaten Jember.
penelitian yang dilakukan pada Mei 2015 Bedah Abdomen dalam Kontek Asuhan
menunjukkan bahwa rata-rata usia responden Keperawatan di RSUD Badung Bali
yang mengalami apendisitis dan dilakukan mengemukakan bahwa, faktor-faktor yang
prosedur apendektomi ±25 tahun. mempengaruhi nyeri post operasi abdomen
Rata-rata usia responden penelitian diantaranya adalah usia, jenis kelamin,
adalah 25 tahun yang termasuk dewasa awal spiritualitas, budaya, tingkat pendidikan,
[9]. Usia tersebut pada umumnya aktif dan pengalaman nyeri sebelumnya, sikap dan
mempunyai masalah kesehatan utama keyakinan, tingkat kecemasan, dan letak insisi
minimum. Namun gaya hidup usia ini dapat [13].
memunculkan gangguan kesehatan. Kebiasan Hasil penelitian pada klien post operasi
gaya hidup kurang olah raga dan higiene apendektomi sebelum dilakukan mobilisasi dini
personal yang buruk meningkatkan risiko ini menununjukkan bahwa klien post operasi
terjadinya berbagi macam penyakit [6]. apendektomi masih merasakan nyeri yang berat
meskipun diberikan terapi farmakologis. Oleh
Tingkat Nyeri Sebelum Dilakukan Mobilisasi karena itu diperlukan terapi nonfarmakologis
Dini yang digunakan untuk mendampingi terapi
Nilai mean atau rata-rata skala nyeri yang farmakologis, sehingga dapat membantu untuk
dialami responden sebelum dilakukan mobilisasi mengurangi nyeri. Apabila nyeri post operasi
dini adalah 7,75 atau termasuk dalam kategori tidak dikontrol, maka dapat menyebabkan
skala nyeri berat menurut Mac Caffery dan proses rehabilitasi klien tertunda dan
Beebe. Penelitian yang dilakukan Dian Novita hospitalisasi menjadi lebih lama. Hal ini karena
pada tahun 2012, menunjukkan bahwa skala klien memfokuskan semua perhatiannya pada
nyeri yang mayoritas dialami oleh klien post nyeri yang dirasakan [4].
operasi adalah kategori skala nyeri berat [10].
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Mobilisasi
skala nyeri responden sebelum dilakukan Dini
mobilisasi dini walaupun mayoritas ada di skala Hasil rata-rata skala atau nilai mean dari
10 yakni kategori nyeri berat, namun terdapat 2 skala nyeri klien setelah dilakukan mobilisasi
responden yang juga mengalami nyeri dan dini adalah 5,62 (kategori nyeri sedang) dengan
berada pada skala nyeri sedang. Nyeri standar deviasi ±1,99, dalam penelitian ini tidak
merupakan sensasi subjektif, rasa yang tidak ada responden yang mengalami kategori tidak
nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan nyeri post operasi apendektomi setelah
jaringan aktual atau potensial [11]. dilakukan mobilisasi dini. Skala nyeri sebelum
Hasil penelitian menununjukkan bahwa dan setelah dilakukan mobilisasi dini terjadi
tidak ada responden yang tidak mengalami penurunan, dari rerata 7,75 yang termasuk
nyeri. Hal ini sesuai dengan pernyataan di kategori skala nyeri berat menjadi 5,62 yang
dalam Smeltzer & Bare, dimana nyeri yang termasuk kategori skala nyeri sedang. Hal
dialami klien post operasi muncul disebabkan tersebut menunjukkan bahwa nilai skala nyeri
oleh rangsangan mekanik luka yang responden sebelum dan sesudah dilakukan
menyebabkan tubuh menghasilkan mediator- mobilisasi dini secara keseluruhan mengalami
mediator kimia nyeri, sehingga muncul nyeri penurunan.
pada setiap klien post operasi [4]. Intensitas Penurunan nilai skala nyeri yang berbeda-
nyeri post operasi bervariasi mulai dari nyeri beda antara satu individu yang satu dengan
ringan sampai berat, namun menurun sejalan yang lain dan perubahan nilai yang relatif kecil
dengan proses penyembuhan [12]. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai
nyeri tersebut dapat dipengaruhi beberapa macam faktor. Salah satunya karena nyeri
faktor. bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang
Faktor yang mempengaruhi nyeri post mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua
operasi abdomen diantaranya adalah faktor kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon
usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, atau perasaan yang identik pada individu. Nyeri
perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman merupakan sumber frustasi, baik klien maupun
sebelumnya, gaya koping, dukungan keluarga tenaga kesehatan [12]. Faktor lain yang dapat
dan sosial [12]. Berdasarkan penelitian yang menyebabkan nilai nyeri berbeda-beda atau
dilakukan oleh I Putu Artha Wijaya dalam jurnal bervariasi dan menunjukkan perubahan yang
yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang relatif kecil, diantaranya adalah arti nyeri,
Mempengaruhi Intensitas Nyeri Pasien Pasca persepsi nyeri, toleransi nyeri, dan reaksi
ABSTRAK
Latar Belakang : Nyeri merupakan pengalaman pribadi yang diekspresikan secara berbeda. Tindakan medis yang
sering menimbulkan nyeri adalah pembedahan seperti laparatomi. Komplikasi tindakan pembedahan laparatomi adalah
nyeri. Pasien post laparatomi memerlukan perawatan yang maksimal untuk mempercepat pengembalian fungsi tubuh.
Hal ini dilakukan dengan pemberian intervensi mobilisasi dini (latihan gerak sendi, gaya berjalan, toleransi aktivitas
sesuai kemampuan dan kesejajaran tubuh). Ambulasi dini pasca laparatomi dapat dilakukan sejak di ruang pulih sadar
(recovery room) dengan miring kanan/kiri dan memberikan tindakan rentang gerak secara pasif. Latihan ambulasi dini
dapat meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu penurunan nyeri.
Tujuan : Efektivitas ambulasi dini terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi di RSUD
Kudus.
Metode Penelitian : Penelitian ini termasuk jenis penelitian Quasi Ekperimen dengan desain penelitian Non Equivalent
Control Group. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien operasi laparatomi di RSUD Kudus sebanyak 20 orang pada
bulan Januari-Pebruari 2013. Teknik pengambilan sampel dengan Accidental Sampling sehingga besar sampel sebanyak
20 responden. Uji analisa data dengan uji Independent Samples T test.
Hasil Penelitian : Uji Independent Samples T Test, pada hari ke 1 didapatkan nilai p value = 0.009, hari ke 2
didapatkan nilai p value 0.000 dan hari ke 3 didapatkan nilai p value 0.000. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan
rata-rata intensitas nyeri hari ke 1, 2 dan 3 antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Ha diterima dan Ho
ditolak).
Kesimpulan : Terdapat perbedaan rata-rata intensitas nyeri pada hari ke I, II dan III antara kelompok eksperimen yang
melakukan ambulasi dini dan kelompok kontrol yang tidak melakukan ambulasi dini. Untuk itu diperlukan prosedur
tetap terhadap intervensi ambulasi dini pada pasien pasca laparatomi dan diperlukan kecakapan perawat dalam
pemberian terapi.
Keterangan :
1. Mahasiswa Stikes Muhammadiyah Kudus
2. Pembimbing Utama
3. Pembimbing Anggota
ABSTRACT
The Background : Pain represented the self person experience that expressed differing. The medication which often
generat pain was the surgery like the laparatomi operating. The complication of surgery of laparatomy was pain. The
patient post laparatomy operating needed the maximal treatment to quicken return of body function. The intervention
was the early mobilitation (moving joint, gait, activites tolerance and paralellesim of body). Early ambulation at pasca
laparatomy can be done since conciousness at recovery room by right or lef oblique and treatment to passive motion.
Early ambulation can raised the circulation and can degradated the pain saverity.
The Target : This research had the goal to know effectiveness of early ambulation to degradation of pain intensity at
the pasca laparatomy surgery patient in The District Governmant Hospital of Kudus.
The Method : The type of this research was The Quasi Experiment with design of research was Non Equivalent Control
Group. The population of this research was the patient pasca laparatomi surgery in The District Governmant Hospital
of Kudus counted 20 peoples at 2013 January-Pebruari. The technique sampling used the Accidental Sampling so the
size sampling counted 20 responders. Test analyze test with the Independent Samples T test.
The Result : The Independent Samples T Test, at first day got the value of p = 0.009, at the scond day got the value of
p 0.000 and the the third day got the value of p 0.000. This result shown the difference of pain intensity mean at the
first, scond and third among the experiment group and control group (acceptance Ha and refused Ho).
The Conclusion : There was the difference of pain intensity mean at the first day, scond and third between
experimental group that conduct the early ambulation and control group that not conduct early ambulation. For that
needed the standar prosedure operating of the early ambulation intervention at the patient of pasca laparatomy surgery
and needed the good job of treatment.
The Keywords : The Pain Intensity, The Early Ambulation, The Laparatomy Surgery.
References : 27 (2002-2012).
Efektivitas Ambulasi Dini terhadap …….Yuni Rustianawati, Sri Karyati, Rizka Himawan 2
A. Latar Belakang
Nyeri merupakan pengalaman pribadi yang diekspresikan secara berbeda pada masing-
masing individu. Setiap individu memiliki pengalaman nyeri dalam skala tertentu. Nyeri bersifat
subyektif, dan persepsikan individu berdasarkan pengalamannya. Nyeri merupakan pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial. Nyeri menjadi alasan yang paling umum bagi seseorang mencari perawatan kesehatan
karena dirasakan mengganggu dan menyulitkan mereka. Perawat perlu mencari pendekatan yang
paling efektif dalam upaya pengontrolan nyeri (Potter, 2005).
Rasa nyeri merupakan stressor yang dapat menimbulkan ketegangan. Individu akan
merespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis. Respon fisik
meliputi perubahan keadaan umum, ekspresi wajah, nadi, pernafasan, suhu, sikap badan dan
apabila nyeri berada pada derajat berat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan syok.
Respon psikis akibat nyeri dapat merangsang respon stress yang dapat menekan sistem imun dan
peradangan, serta menghambat penyembuhan. Respon yang lebih parah akan mengarah pada
ancaman merusak diri. Nyeri pada pasien dapat terjadi karena proses perjalanan penyakit
maupun tindakan diagnostik dan invasif pada pemeriksaan (Smeltzer & Bare, 2002).
Tindakan medis yang sering menimbulkan nyeri adalah pembedahan. Salah satu
pembedahan yang mempunyai angka prevalensi yang cukup tinggi adalah laparatomi.
Laparatomi merupakan tindakan dengan memotong pada dinding abdomen seperti caesarean
section sampai membuka selaput perut. Laporan Depkes RI (2007) menyatakan laparatomi
meningkat dari 162 pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada
tahun 2007. Komplikasi pada pasien post laparatomi adalah nyeri yang hebat, perdarahan,
bahkan kematian. Post operasi laparatomi yang tidak mendapatkan perawatan maksimal setelah
pasca bedah dapat memperlambat penyembuhan dan menimbulkan komplikasi (Depkes, 2010).
Pasien post laparatomi memerlukan perawatan yang maksimal untuk mempercepat
pengembalian fungsi tubuh. Hal ini dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan
batuk efektif dan mobilisasi dini. Perawatan post laparatomi merupakan bentuk perawatan yang
diberikan kepada pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut. Tujuan perawatannya
adalah mengurangi komplikasi, meminimalkan nyeri, mempercepat penyembuhan,
mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi, mempertahankan
konsep diri dan mempersiapkan pulang, hal ini dilakukan sejak pasien masih di ruang pulih sadar
(Arif, 2010).
Pasien pasca operasi seringkali dihadapkan pada permasalahan adanya proses peradangan
akut dan nyeri yang mengakibatkan keterbatasan gerak. Nyeri bukanlah akibat sisa pembedahan
Efektivitas Ambulasi Dini terhadap …….Yuni Rustianawati, Sri Karyati, Rizka Himawan 4
Menurut Potter & Perry (2005) mobilisasi dini sangat penting sebagai tindakan
pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya. Dampak mobilisasi
yang tidak dilakukan bisa menyebabkan gangguan fungsi tubuh, aliran darah tersumbat dan
peningkatan intensitas nyeri. Mobilisasi dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa
nyeri dengan cara menghilangkan konsentrasi pasien pada lokasi nyeri atau daerah operasi,
mengurangi aktivasi mediator kimiawi pada proses peradangan yang meningkatkan respon nyeri
serta meminimalkan transmisi saraf nyeri menuju saraf pusat. Melalui mekanisme tersebut,
ambulasi dini efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pasca operasi (Nugroho, 2010).
Hasil studi pendahuluan pada Bulan Oktober 2012 di RSUD Kudus didapatkan jumlah
pasien bedah dengan kategori bedah laparatomi meningkat setiap bulannya. Pada bulan Juli 2012
sebanyak 8 kasus, bulan Agustus 2012 sebanyak 12 kasus, bulan September 14 kasus. Masalah
keperawatan utama pada pasien bedah adalah nyeri akut, meskipun sudah diberikan tindakan
medis dengan obat analgetik, pasien masih merasakan nyeri yang hebat. Dalam hal ini tindakan
mandiri perawat adalah melatih pasien untuk melakukan teknik distraksi relaksasi napas dalam.
Selan itu intervensi untuk melakukan mobilisasi dini juga sangat berpengaruh terhadap
penurunan nyeri pasien. Tindakan mobilisasi dini dapat dilakukan secara aktif dan pasif, mulai di
ruang pulih sadar dan di ruang perawatan. Hasil penelitian Irwansyah (2011) tentang pengaruh
latihan rentang gerak sendi terhadap lingkup gerak sendi pada pasien fraktur femur post operasi
ORIF di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang memberikan kesimpulan bahwa latihan rentang gerak dapat meningkatkan
lingkup gerak sendi. Penelitian yang dilakukan oleh Salam (2012) tentang pengaruh mobilisasi
terhadap kesembuhan luka post laparatomi mendapatkan hasil bahwa mobilisasi pasca
laparatomi dapat mempercepat kesembuhan luka, selain itu disebutkan juga mobilisasi dapat
menurunkan nyeri. Berdasarkan alasan ini, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian
tentang efektivitas mobilisasi dini terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi
laparatomi.
B. Perumusan Masalah
Pasien pasca operasi sering mengalami nyeri akibat diskontinuitas jaringan (luka operasi)
akibat insisi pembedahan serta akibat posisi yang dipertahankan selama prosedur pasca operasi.
Nyeri sebagai pengalaman subyektif yang akan dirasakan dan diekspresikan secara berbeda.
Intensitas nyeri post laparatomi akan dipengaruhi tindakan ambulasi dini secara efektif.
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah dengan memberikan tindakan ambulasi dini,
karena dengan ambulasi dini dapat meningkatkan peredaran darah dan metabolisme tubuh,
C. Pertanyaan Penelitian
Apakah ambulasi dini efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien post operasi
laparatomi di RSUD Kudus?.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya efektivitas ambulasi dini terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post
operasi laparatomi di RSUD Kudus.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik responden di RSUD Kudus.
b. Diketahuinya intensitas nyeri pada pasien hari I post operasi laparatomi yang dilakukan
ambulasi dini dan tidak dilakukan di RSUD Kudus.
c. Diketahuinya intensitas nyeri pada pasien hari II dan III post operasi laparatomi yang
dilakukan ambulasi dini dan tidak dilakukan di RSUD Kudus.
d. Diketahuinya perbedaan intensitas nyeri dari hari Ke I-III pada pasien post laparatomi yang
dilakukan ambulasi dini dan tidak dilakukan ambulasi dini di RSUD Kudus.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan atau (sumber informasi) serta dasar
pengetahuan bagi para mahasiswa keperawatan dan dapat dijadikan sebagai materi latihan
dalam menangani pasien nyeri.
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti nyata akan efek terapi mobilisasi terhadap
nyeri sehingga dapat dijadikan sebagai suatu SOP/SAK untuk menurunkan nyeri pada pasien
nyeri pasca operasi.
3. Bagi Peneliti SelanjutnyaHasil penelitian dapat menjadi data dasar untuk penelitian
selanjutnya dan untuk menambah referensi tentang efektivitas mobilisasi dini, dan juga bisa
untuk dilanjutkan pada penelitian-penelitian selain nyeri pasca operasi.
Efektivitas Ambulasi Dini terhadap …….Yuni Rustianawati, Sri Karyati, Rizka Himawan 6
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Judul (Peneliti,
Variabel Metode Hasil
Tahun)
Pengaruh mobilisasi Variabel Jenis Terdapat pengaruh
terhadap kesembuhan bebasnya penelitian yang signifikan antara
luka pada pasien post mobilisasi. Quasi mobilisasi dini
laparatomi (Abdus Variabel Experimen. terhadap kesembuhan
Salam, 2012). terikatnya Pendekatan luka post laparatomi.
kesembuhan Pre and
luka. Post Test.
Pengaruh latihan Variabel Jenis Terhadap pengaruh
rentang gerak sendi bebasnya penelitian yang signifikan antara
terhadap lingkup latihan Quasi latihan rentang gerak
gerak sendi pada rentang Experimen. sendi terhadap
pasien fraktur femur gerak sendi. lingkup gerak sendi
post operasi orif di Variabel Pendekatan pada pasien fraktur
Instalasi Rawat Inap terikatnya Non- femur post operasi
Bedah Rumah Sakit lingkup Equivalent orif di Instalasi Rawat
Umum Pusat dr. gerak sendi. Control Inap Bedah Rumah
Mohammad Group. Sakit Umum Pusat dr.
Hoesin Palembang Mohammad
(Fadly Irwansyah, Hoesin Palembang.
2011).
Efektivitas Ambulasi Dini terhadap …….Yuni Rustianawati, Sri Karyati, Rizka Himawan 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : DOPI
TEMPAT TANGGAL LAHIR : PINANG SEBATANG, 28 AGUSTUS 1996
AGAMA : ISLAM
ALAMAT : JL. RAYA SUNGAI SELAN, KEL. TERU
RT.05 RW.02, KEC. SIMPANGKATIS, KAB.
BANGKA TENGAH. PROV. BANGKA
BELITUNG
PENDIDIKAN
TAHUN 2003 – 2009 : SD NEGERI 8 SIMPANGKATIS
TAHUN 2009 – 2012 : SMP NEGERI 3 SIMPANGKATIS
TAHUN 2012 – 2015 : SMA NEGERI 1 PANGKALPINANG
TAHUN 2015 – 2018 : PRODI DIII KEPERAWATAN
KONSENTRASI ANESTESI & GAWAT
DARURAT MEDIK STIKes BHAKTI
KENCANA BANDUNG.