Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN GERONTIK

“Resume Konsep Lansia, Teori Menua, Teori Tumbuh Kembang

dan Kesehatan lingkungan ”

Disusun Oleh :

Bernica Ifada

183110246

Kelas III C

Dosen Pembimbing :

Ns. Lola Felnanda Amri, M.Kep

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah serta inayah-Nya
yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan Resume Konsep Lansia ini
tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga
penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi MuhammadSAW.

Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi gambaran
bagi  pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan Keperawatan
Gerontik.

Dalam proses penyusunan resume ini, penulis banyak menemui hambatan dan juga kesulitan
namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari ibu, akhirnya resume ini dapat
terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui batas waktu yang telah di tentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan resume ini masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurnanya
hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya  dapat berharap agar hasil resume ini dapat
berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.

Padang, 04 Agustus 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .......................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................5

1.3 Tujuan ....................................................................................................................5

BAB II KONSEP LANSIA

2.1 Definisi Lanjut Usia .............................................................................................6

2.2 Konsep Lanjut Usia .............................................................................................7

2.3 Mitos dan Stereotip Seputar Lansia ....................................................................7

2.4 Tipe Lansia ..........................................................................................................8

2.5 Perubahan-Perubahan Lanjut Usia ......................................................................9

BAB III TEORI MENUA DAN BUDAYA

3.1 Teori Biologis ......................................................................................................12

3.2 Teori Psikologis ...................................................................................................12

3.3 Teori Spiritual .....................................................................................................12

3.4 Teori Sosial ..........................................................................................................13

3.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penuaan .......................................................13

BAB IV KONSEP EPIDEMIOLOGI, TEORI TUMBUH KEMBANG DAN KESEHATAN


LINGKUNGAN

4.1 Definisi Epidemiologi .........................................................................................15

4.2 Sejarah dan Perkembangan Epidemiologi .........................................................15

4.3 Tujuan dan Peran Epidemiologi .........................................................................15

4.4 Ruang Lingkup Epidemiologi .............................................................................16

3
4.5 Teori Tumbuh Kembang ....................................................................................17

4.6 Teori Kesehatan Lingkungan .............................................................................19

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................22

5.2 Saran ..................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam
dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang
mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya
cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang
ada (Hurlock, 1996 : 439)
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seorang
dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65
tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan
bahwa umur 65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses
menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk dalam konsep Lansia ?
2. Apa saja yang termasuk dalam Teori Menua ?
3. Apa saja yang termasuk Konsep Epidemiologi, Teori Tumbuh Kembang, dan
Kesehatan Lingkungan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk konsep Lansia
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam Teori Menua
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk Konsep Epidemiologi, Teori Tumbuh
Kembang, dan Kesehatan Lingkungan

5
BAB II

KONSEP LANJUT USIA

2.1 Definisi Lanjut Usia


Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada kehidupan manusia yang
dimulai dari usia 60 tahun hingga hampir mencapai 120 atau 125 tahun. Adapun lajut
usia dapat diklasifikasi. Lansia awal (65 hingga 74 tahun), lansia menengah (75 tahun
atau lebih), dan lansia akhir (85 tahun atau lebih) (Dunkle 2009 dalam Santrock,
2012).
Menurut UU No. 13/1998 tentang Kesejahteraan lanjut usia ada tiga definisi
lanjut usia :
1. Lanjut usia adalah sesorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
2. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan atau kegiatan yang menghasilkan barang dan atau jasa.
3. Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Menurut Depkes RI (2000), lanjut usia ataua yang disingkat lansia adalah
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Pengelompokkan lansia berdasarkan
Departemen Kesehatan RI (2003) meliputi : Kelompok usia prasenilis atau virilitas,
adalah kelompok yang berusia 45-59 tahun.

1. Kelompok usia lanjut adalah kelompok yang berusia 60 tahun atau lebih
2. Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi adalah kelompok yang berusia 70 tahun
atau lebih, atau kelompok yang berusia atau lebih dengan masalah kesehatan.

Sedangkan menurut organisasi kesehatan dunia atau WHO, klasifikasi lajut usia
meliputi :

1. Usia pertengahan atau middle age antara usia 45 – 59 tahun


2. Lanjut usia atau elderly antara usia 60 – 74 tahun
3. Lanjut usia tua atau old antara usia 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua atau very old diatas 90 tahun (Notoatmodjo, 2007)

6
2.2 Konsep Lansia
Penuaan adalah proses alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan terus-
menerus, da berkesinambungan. Tujuan hidup manusia adalah menjadi tua, tetapi
tetap sehat atau healthy aging. Healthy aging artinya menjadi tua dalam keadaan
sehat. Keadaan sehat pada lanjut usia dibutuhkan upaya pelayanan kesehatan yatu
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit yang juga harus dimulai sedini mungkin
dengan cara dan gaya hidup sehat. Prevensi yang dimaksudkan adalah mencegah agar
proses menua tidak disertai dengan proses patologik.
(Festi, Pipit W. 2018. Lanjut Usia Perspektif dan Masalah. UMSurabaya Publishing)

2.3 Mitos dan Stereotip Seputar Lansia


Menurut Maryam (2008) mitos-mitos seputar lansia antara lain,
1. Mitos kedamaian dan ketenangan
Adanya anggapan bahwa lansia dapat santai menikmati hidup, hasil kerja dan jerih
payahnya dimasa muda. Berbagai guncangan kehidupan seakan-akan sudah
berhasil dilewati. Kenyataannya sering ditemui lansia yang mengalami stres
karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit.
2. Mitos konservstif dan kemunduran
Konservatif berarti kolot, bersikap mempertahankan kebiasaan, tradisi dan
keadaan yang berlaku.
3. Mitos berpenyakitan
Adanya anggapan bahwa masa tua dipandang sebagai masa degenerasi biologis
yang disertai berbagai penyakit dan skit-sakitan. Kenyataannya tidak semua lansia
berpenyakitan.
4. Mitos senilitas
Adanya anggapan bahwa sebagian lansia mengalami piku. Kenyataannya banyak
masih tetap cerdas dan bermanfaat bagi masyarakat, karena banyak cara untuk
menyesuaikan diri terhadap penurunan daya ingat.
5. Mitos tidak jatuh cinta
Adanya angapan bahwa para lansia tidak lagi jatuh cinta dan bergairah kepada
lawan jenis. Kenyataannya, perasaan dan emosi setiiap orang berubah sepanjang
masa serta perassaaan cinta tidak berhenti haya karena menjadi tua.

7
6. Mitos aseksualitas
Adanya anggapan bahwa pada lansia terjadi penurunan hubungan seks, minat,
dprpngan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang. Kenyataannya
7. Mitos ketidakproduktifan
Adanya anggapan bahwa para lansia tidak produktf lagi. Kenyataannya banyak
para lansia yang mencapai kematangan, kemantapan, dan produktivitas mental
maupun material.

2.4 Tipe Lansia


Dalam Nugroho 2000, bayak ditemukan bermacam-macam tipe lansia. Beberapa
yang menonjol diantaranya
1. Tipe arif bijaksana
Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Lansia kini senang mengganti kkegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru,
slektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan kehilangan kecntikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, dan pengkritik.
4. Tipe pasrah
Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
beribadah, ringan kaki, melakukan berbagai jenis pekerjaan.
5. Tipe bingung
Lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.

(Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Deepublish :


Yogyakarta)

8
2.5 Perubahan – perubahan lanjut usia ( Dikutip Nugroho, 2008)
1. Perubahan fisik
a. Sel
i. Lebih sedikit jumlahnya.
ii. Lebih kecil ukurannya.
iii. Berkurangnya jumlah cairan tubuh
b. Sistem persyarafan
i. Cepatnya menurun hubungan persyarafan.
ii. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khusunya dengan
stres.
iii. Mengecilnya syaraf panca indra Berkurangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman, dan perasa
lain sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap suhu dingin.
c. Sistem pendengaran
i. Prebiaskusis atau gangguan pada pendengaran.
ii. Membran tympani menjadi atropi.
iii. Terjadinya pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena
meningkatnya kerotin.
d. Sistem penglihatan
i. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnyarespon terhadap sinar.
ii. Kornea lebih terbentuk sefris atau bola.
iii. Lensa lebih suram.
iv. Meningkatnya ambang peningkatan sinar.
v. Hilangnya daya akomodasi.
vi. Menurunnya lapang pandang
e. Sistem kardiovaskular
i. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
ii. Kemampuan memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
iii. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

9
iv. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi
dari pembuluh darah perifer.
f. Sistem respirasi
i. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
ii. Menurunnya aktifitas silia.
iii. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas berat, kapasitas
pernafasan maksimal menurun.
iv. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
v. O2 pada areteri menurun menjadi 75 mmHg.
vi. CO2 pada arteri tidak berganti.
vii. Kemampuan untuk batuk berkurang
2. Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
a. Pertama-tama perubahan fisik, khusunya organ perasa.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Keturunan.
e. Lingkungan
3. Perubahan psikososial
a. Pensiun.
b. Merasakan atau sadar akan kematian.
c. Perubahan cara hidup yaitu memasuki rumah bergerak lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.
e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
f. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial sehingga timbul
depresi.
g. Gangguan syaraf panca indra timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
i. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman-
teman dan keluarga.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik.
4. Perubahan spiritual
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow
dikutip Nugroho, 2000).

10
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal initerlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zenter dikutip
Nugroho, 2000)

11
BAB III

TEORI MENUA DAN BUDAYA

Sebelum pertengahan abad ke 20, penyebab kematian terbanyak yang tercantum pada
sertifikat kematian adalah usia tua. Diperkirakan bahwa pada suatu saat nanti dalam
kehidupan, tubuh akan mengalami penurunan fungsi. Pertumbuhan pengetahuan medis dan
gerontologis ilmiah selama abad yang lalu telah mengubah pandangan pupolar ini. Pada
kenyataannya, kemajuan dalam studi lansia telah membuat masyarakat mempertanyakan
apakah ada alasan psikologis, sosial atau psikologis yang lebih tepat mengapa orang
meninggal. Jawaban dari pertanyaan tersebut berasal dari Teori Menua.

3.1 Teori Biologis


Dua kategori biologis utama adalah teori Feature dan Defect. Teori Feature ditemukan
oleh Hayflick (2007) yang dikenal dengan "Hayfilck Limit". Ia berpendapat bahwa sel
akan membelah dalam waktu yang terbatas, dan sampai sel tersebut mencapai batasnya,
sel akan menyusut, memencar, dan akhirnya sel tersebut akan mati yang mengakibatkan
kematian tubuh. Sedangkan teori Defect beranggapan bahwa penyebab kematian pada
lansia akibat dari DNA yang tidak dapat bertahan.

3.2 Teori Psikologis


Teori psikologis mendukung gagasan bahwa kehidupan lansia akan berakhir ketika
mereka telah mencapai perkembangan psikologis yang berupa kejadian berharga. Teori
ini berfokus pada psikologis manusia termasuk teori Maslow tentang Hierarki Kebutuhan
Manusia. Seorang individu menjalani serangkaian langkah-langkah perkembangan
melalui kehidupan yang dimulai dengan kebutuhan untuk mendapatkan keselamatan dan
memenuhi kebutuhan biologis seperti makan dan minum.

3.3 Teori Spritual


Teori spiritual mendukung gagasan bahwa lansia akan mencari keutuhan spiritual, ini
melampaui kebutuhan untuk menghambat tubuh, orang tersebut mendekati akhir
hidupnya. komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.

12
3.4 Teori Sosial
Teori sosial menjelaskan bahwa lansia sangat berpengaruh pada peran dan perubahan
hubungan. ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah merek yang
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan
pada cara hidup dari lanjut usia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

(Essential of Gerontological Nursing, hal 22)

3.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Menua


Menurut Siti Bandiyah, 2009penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis.
Penuaan yan terjadi sesuai dengan kronologis usia. Faktor yang memengaruhi yaitu
herditas atau genetik, nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup,
lingkungan dan stres.
1. Hereditas atau genetik
Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan dengan peran
DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi sel. Secara genetik,
perempuan ditentukan oleh sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu
kromosom X. Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehiduoan sehingga
perempuan berumur lebih panjang dari pada laki-laki.
2. Nutrisi atau makanan
Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi kekebalan.
3. Status kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan, sebenernya bukan
disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi lebih disebabkan oleh faktor luar
yang merugikat yang berlangsung tetap dan berkepanjangan.
4. Pengalaman hidup
Paparan sinar matahari, kurang olahraga, mengonsumsi alkohol.
5. Lingkungan
Proses menua secara biologik berlangsung secara alami dan tidak dapat dihindari,
tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam status sehat.

13
6. Stres
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan ataupun
masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hiduo akan berpengaruh terhadap
proses penuaan.

14
BAB IV

KONSEP EPIDEMIOLOGI, TEORI TUMBUH KEMBANG

DAN KESEHATAN LIINGKUNGAN

3.1 Definisi Epidemiologi


Epidemiologi adalah ilmi yang mempelajari distribusi dan faktor-faktor determinan
frekuensi penyakit pada manusia (Brian and Thomas F, 1970).
Epidemiologi adalah studi distribusi dan determinan kesehatan yang berhubungan
dengan negara dan peristiwa dalam populasi dan aplikasi penelitian ini untuk
mengendalika masalah kesehatan (Last JM, 2001).
.
3.2 Sejarah Perkembangan Epidemiologi
Perkembangan epidemiologi melibatkan banyak pemain kunci untuk memahami
penyakit, cedera akibat penyakit dan kemaitan akibat penyakit. Pemahaman ini diperoleh
dari perspektif ilmiah melalui observasi dan kajian-kajian ilmiah lainnya. Perkembangan
awal epidemiologi dimulai dari perubahan studi penyakit, dimana awalnya berpusat pada
kaitan penyakit dengan supranatural, kemudian mengarah pada bukti-bukti ilmiah sebagai
dasar penentuan penyebab penyakit. Pembuktian ilmiah melalui pendekatan dan penilaian
secara sistematik untuk menyimpulkan dan menggambarkan masalah kesehatan
masyarakat, sehingga dari pemahaman tidak mendasar tentang kejadian penyakit secara
natural berkembang pemahaman terkait kemungkinan penyebab, model transmisi hingga
kejadian terjadinya penyakit. Dai studi ini juga berkembang pendekatan efektif dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan permasalahan kesehatan (Bhopal, 2002).

3.3 Tujuan dan Peran Epidemiologi


1. Tujuan Epidemiologi
a. Mengidentifikasi atau menemukan kejadian penyakit
b. Mengukur besar kejadian penyakit
c. Menentukan faktor-fakor yang berpengaruh terhadap suatu kejadian penyakit
d. Menentukan akibat lanjut suatu kejadian penyakit
e. Mengukur intensitas faktor penyebab atau pengaruh dari suatu kejadian
penyakit

15
f. Menentukan hubungan proses kejadian penyakit dengan proses sebelum dan
sesudahnya
g. Meramalkan prognosis kejadian penyakit
2. Peran Epidemiologi
a. Menyiapkan informasi penting untuk mendukung perencanaan, pelaksanaan
program, hingga evaluasi berbagai program layanan kesehatan msayarakat,
baik itu pada tingkat pencegahan, penanggulangan penyakit maupun program
lainnya dalam menentukan skala priioritas terhadap program tersebut.
b. Memberikan pemahaman terkait hal yang menjadi penyebab bertahannya
penyakit dalam satu populasi
c. Mencegah dan mengendalukan kejadian penyakit dalam satu populasi
d. Arah kebajikan dan perencanaan kesehatan.

3.4 Ruang Lingkup Epidemiologi


1. Epidemiologi Penyakit Menular
Kajian bidang epidemiologi penyakit menular muncul sebagai bentuk upaya dalam
menanggulangi penyebaran penyakit menular dan saat ini hasilnya sudah tampak.
RISKESDAS telah terjadi penurunan prevalensi diare berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan, dimana terjadi penurunan dari 8% di tahun 2013 menjadi 7% di tahun 2018.
2. Epidemiolgi Penyakit Tidak Menular
Kajian epidemiologi penyakit tidak menular fokus pada kajian dan uoaya dalam
mencegah peningkatan penyakit tidak menular, sebagaimana kita ketahui bahwa telah
terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular kearah penyakit tidak menular.
3. Epidemiologi Klinik
Bidang epidemiologi klinik tengah dikembangkan para klinis dengan tujuan
membekali para klinisi terkait model pendekatan masalah kesehatan melalui disiplin
ilmu epidemiologi.
4. Epidemiologi Kependudukan
Bidang epidemiologi kependudukan merupakan pemanfaatan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis berbagai masalah demografi serta faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan demografi dimasyarakat
5. Epidemiologi Pengelolaan Pelayanan Kesehatan
Bidang epidemiologi pengelolaan pelayanan kesehatan merupakan salah satu sistem
pendekatan manajemmen yang dapat diterapkan untuk menganalisis erjadian penyakit,

16
menentukan faktor penyebab timbulnya penyakit, dan menjadi daasar penyususnan
perencanaan pemecahan masalah terkait penyakit tersebut secara komprehensif dan
berkesinambungan.
6. Epidemiologi lingkungan
Fokus bidang epidemiologi lingkungan lebih pada upaya mempelajari dan
menganalisis status kesehatan individu atau populasi akibat adaya paparan komponen
lingkungan baik berupa paparan fisik, kimia, biologis, dan sosial budaya atau
interakasi dari berbagai paparan.
7. Epidemiologi Kesehatan Jiwa
Bidang epidemiologi kesehatan jiwa merupakan salah satu pendekatan dalam
menganalisis masalah gangguan jiwa yang ada masyarakat dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
8. Epidemiologi Gizi
Bidang epidemiologi gizi berfokus pada upaya analisis masalah gizi masyarakat
khsusunya berkaitan dengan pola hidup masyrakat.

3.5 Teori Tumbuh Kembang Menurut Erik Erikson


1. Percaya vs tidak percaya (0 – 1 tahun)
a. Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik
orangtua maupun orang yang mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya.
b. Apabila hubungan ibu dan anak tidak berkualitas akan timbul rasa tidak aman
dan selanjutnya tidak percaya terhadap dunia luar ataupun sesama manusia
sehingga timbul kecurigaan dasar.
c. Apabila tidak memperoleh kepercayaan dasar akan timbul gangguan
kepribadian/skizofrenia.
2. Tahap Kemandirian (Otonomi) vs Perasaan Malu dan Keragu – raguan ( 2 – 3 tahun)
a. Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti
dalam motorik kasar, halus : berjinjit, memanjat, berbicara dan lain – lain.
b. Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya
terlalu dilindungi atau tidak diberikan kemamdirian atau kebebasan anak dan
menuntut tinggi harapan anak.
3. Tahap inisiatif vs rasa bersalah (3 – 6 tahun ).
a. Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif
dalam melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya.

17
b. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu
sebagai prestasinya.
c. Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa
bersalah pada diri anak.
4. Berkarya vs Rasa Rendah Diri (6 – 11 tahun)
Anak mulai memasuki pendidikan formal. Anak berusaha merebut perhatian dan
penghargaan atas karyanya. Hal-hal penting yang perlu diketahui pada fase ini bahwa
pada diri anak akan dijumpai:
a. Belajar menyelesaikan tugas yang diberikan guru atau orang lain.
b. Mulai timbul rasa tanggung jawab.
c. Mulai senang belajar bersama.
d. Timbul perasaan rendah diri apabila dirinya kurang mampu dibanding
temannya.
5. Identitas vs Kekacauan Identitas (mulai 12 tahun)
Pada fase ini dijumpai hal – hal sebagai berikut :
a. Berakhirnya fase kanak-kanak dan memasuki fase remaja.
b. Pertumbuhan fisik yang pesat dan mencapai taraf dewasa.
c. Mulai ragu terhadap nilai-nilai yang selama ini diyakini dan dianutnya.
d. Sikap coba-coba ini tidak jarang menjerumuskan remaja ke hal – hal negatif.
e. Orang tua sebagai figur identifikasi mulai luntur dan mencari figur identifikasi
lain.
f. Sering terjadi konflik pada saat mencari identitas diri sehingga apa yang
dialami pada fase anak muncul kembali.
g. Kebingungan peran diri dapat menimbulkan kelainan perilaku, yaitu kenakalan
remaja dan mungkin juga psikotik.
h. Dalam mencari identitas diri, anak sering mencoba berbagai macam peran
untuk mencari peran yang cocok dengan dirinya.
6. Keintiman vs Isolasi (dewasa awal)
Hal – hal penting pada fase ini, yaitu:
a. Terjadi hubungan yang intim dengan pasangannya.
b. Terjadi hubungan tertutup dengan kedua orang tuanya.
7. Perhatian terhadap Apa yang Diturunkan vs Kemandekan (dewasa tengah)
Hal – hal yang penting pada fase ini, yaitu:
a. Adanya perhatian terhadap keturunan.

18
b. Adanya perhatian terhadap apa yang dihasilkan (produk – produk).
c. Adanya perhatian terhadap ide-ide.
d. Pembentukan garis pedoman untuk generasi mendatang.
e. Tumbuh nilai pemeliharaan, yang ditandai dengan adanya kepedulian,
keinginan memberi perhatian, berbagi dan membagi pengetahuan, serta
pengalaman kepada orang lain.
f. Apabila pada fase ini pembentukan garis pedoman untuk generasi yang akan
datang lemah, individu akan mengalami kemiskinan, kemunduran bahkan
mungkin mengalami kemandekan kepribadian.
g. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah kreativitas berperan
sebagai orang tua.
8. Integritas vs Keputusasaan (dewasa lanjut)
Hal – hal yang perlu dimengerti pada fase ini, yaitu:
a. Apabila integritas tercapai, individu akan dapat menikmati keuntungan dari
ketujuh tahap sebelumnya dan merasa bahwa kehidupan itu bermakna.
b. Individu menyadari gaya hidup individu lain, namun ia tetap memelihara dan
mempertahankan gaya hidupnya sendiri.
c. Dapat timbul juga keputusasaan dalam menghadapi perubahan siklus
kehidupan, kondisi sosial dan historis, dan kefanaan hidup di hadapan
kekekalan hidup (kematian) sehingga kadang –kadang timbul perasaan bahwa
hidup tidak berarti bahwa ajal sudah dekat, ketakutan atau bahkan keinginan
untuk mati.
d. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan, seperti penyesuaian terhadap
perubahan –perubahan dalam siklus hidupnya dan menyiapkan diri untuk
menuju alam baka (kematian).
3.6 Teori Kesehatan lingkungan
1. Pengertian Kesehatan Lingkungan
Menurut, Slamet Riyadi – Ilmu Kesehatan Lingkungan adalah bagian integral
dari ilmu kesehatan masyarakat yang khusus mempelajari dan menangani
hubungan manusia dengan lingkungannya dalam keseimbangan ekologi dengan
tujuan membina & meningkatkan derajat kesehatan maupun kehidupan sehat yang
optimal.

19
Sedangkan menurut, WHO (World Health Organization) – Kesehatan lingkungan
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia & lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
2. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Ruang lingkup Kesehatan Lingkungan menurut WHO, diantaranya ada 17 (tujuh
belas):
a. Penyediaan Air Minum.
b. Pengelolaan air buangan & pengendalian pencemaran.
c. Pembuangan sampah padat.
d. Pengendalian vektor. (Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan
untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah
atau pemberantas penyakit yang ditularkan vektor atau gangguan yang
diakibatkan oleh vektor.)
e. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia.
(Ekskreta maksudnya semua zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh.)
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu.
g. Pengendalian pencemaran udara.
h. Pengendalian radiasi.
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan.
k. Perumahan & pemukiman.
l. Aspek kesling & transportasi udara.
m. Perencanaan daerah & perkotaan.
n. Pencegahan kecelakaan.
o. Rekreasi umum & pariwisata.
p. Tindakan – tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemic atau
wabah, bencana alam & perpindahan penduduk.
q. Dan yang terakhir, Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.

20
3. Tujuan Kesehatan Lingkungan
Tujuan Kesehatan Lingkungan yang pertama untuk melakukan Koreksi,
memperkecil/memodifikasi terjadinya bahaya dari lingkungan terhadap kesehatan
serta kesejahteraan hidup manusia. Lalu yang kedua untuk pencegahan,
mengefisienkan pengaturan berbagai sumber lingkungan untuk meningkatkan
kesehatan dan juga kesejahteraan hidup manusia serta untuk menghindarkan dari
bahaya penyakit.

(Pitriani, Herawanto. 2019. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Nas Media Pustaka :


Makassar).

21
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia dimaksudkan untuk
memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan
kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah /
lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh
perawat.
Dalam keperawatan lanjut usia diperlukan pendekatan baik fisik, psikis, social
maupun spiritual. Keperawatan lanjut usia berfokus pada peningkatan kesehatan
(helth promotion), pencegahan penyakit (preventif), mengoptimalkan fungsi
mental, dan mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

5.2 Saran
Setelah membuat resume ini, agar pembaca menjadi tahu tentang perkembangan
yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami
kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu
sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita.
Gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di
masa tua.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Deepublish : Yogyakarta

Festi, Pipit W. 2018. Lanjut Usia Perspektif dan Masalah. UMSurabaya Publishing

Pitriani, Herawanto. 2019. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Nas Media Pustaka :


Makassar

Wallace, Meredith. 2007. Essential of Gerontological Nursing. Springer Publishing


Company.

23

Anda mungkin juga menyukai