Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

OLEH:

DIANA TRI OKTAFIANI

P1337420418011

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D III KEPERAWATAN BLORA
TAHUN 2019/2020
BAB I
KONSEP DASAR ANEMIA

1.1 DEFINISI
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin
(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel
darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011).
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen
oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter
tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut,
dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai
pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan
anemia tersebut. (Sudoyo Aru,dkk 2009)
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala
dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak
adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe
anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)

1.2 ETIOLOGI
Menurut Price & Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe, Thalasemia,
dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan
anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan anemia
aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara
mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.

3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)


Hemolisis dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan
eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit misalnya,
ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan mineral Fe.
Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi
esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah
merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria,
infeksi cacing tambang.

Menurut Badan POM (2011), penyebab anemia yaitu :


1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat
besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah
dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah
pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

1.3 TANDA DAN GEJALA


Menurut Baughman (2000), tanda dan gejala dari anemia, meliputi:
1. Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).
2. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan
menjadi pucat.

Sedangkan menurut Handayani & Andi (2008), tanda dan gejala anemia dibagi
menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut:

1. Gejala umum anemia


Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom anemia adalah gejala yang
timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang sudah menurun di bawah titik
tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat diklasifikasikan menurut organ yang terkena,
yaitu:
 Sistem kardiovaskuler : Lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas
saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal
jantung.
 Sistem saraf : Sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilatas,
lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
 Sistem urogenital : Gangguan haid dan libido menurun.
 Epitel : Warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas
kulit menurun, serta rambut tipis dan halus.
2. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut:
 Anemia defisiensi besi : Disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis,
keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
 Anemia defisiensi asam folat : Lidah merah (buffy tongue).
 Anemia hemolitik : Ikterus dan hepatosplenomegali.
 Anemia aplastik : Perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda
infeksi.

3. Gejala akibat penyakit yang mendasari


Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut.
Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat
akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna
kuning seperti jerami.
1.4 PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal
≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar :
1. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy ; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
1.5 PATHWAY ANEMIA
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnosa anemia adalah
(Handayani & Andi, 2008):
1. Pemeriksaan Laboratorium Hematologis
 Tes penyaring
Dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Pemeriksaan ini
meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti kadar hemoglobin,
indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan darah tepi.
 Pemeriksaan rutin
Untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan trombosit.
Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung
diferensial, dan hitung retikulosit.
 Pemeriksaan sumsum tulang
Dilakukan pada kasus anemia dengan diagnosis definitive meskipun
ada beberapa kasus diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum
tulang.

2. Pemeriksaan Laboratorium Nonhematologis


 Faal ginjal
 Faal endokrin
 Asam urat
 Faat hati
 Biakan kuman

3. Pemeriksaan Penunjang Lain


 Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
 Radiologi : Thorax , bone survey, USG, atau limfangiografi.
 Pemeriksaan sitogenetik.
 Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction, FISH:
fluorescence in situ hybridization).
1.7 KOMPLIKASI
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung
2. Kejang.
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

1.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
1.9 PENCEGAHAN
Menurut teori Lawrence Green terdapat 3 faktor yang mempengaruhi perilaku
pencegahan anemia diantaranya :
1. Faktor Predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai
dan sebagainya.
2. Faktor pendukung yaitu berupa fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, alat dan sebagainya.
3. Faktor pendorong yaitu berupa sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas yang
lain yang merupakan kelompok dari perilaku masyarakat.

Dapat disimpukan bahwa perilaku pencegahan anemia di masyarakat ditentukan


oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, petugas fasilitas kesehatan. terdapat 3
strategi pencegahan penyakit diantaranya:
a. Pencegahan Primer (Promosi Kesehatan)
Promosi yang dilakukan pada individu atau masyarakat untuk mendorong
perilaku yang meningkatkan kesehatan dengan cara mengurangi faktor risiko
dengan cara perubahan ligkungan untuk menyediakan pilihan makanan bergizi, di
sekolah menjual makanan yang bergizi dan mengandung zat besi seperti berasal
dari sayuran dan buah yang segar, informasi gizi di akses di internet, penjual
dan pembeli makanan harus memperhatikan nilai gizi dan tanggal kadaluarsa.
b. Pencegahan Sekunder (Penilaian dan Pengurangan Resiko)
Pencegahan sekunder ini untuk menekankan deteksi dini dan diagnosa penyakit.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan pemeriksaan sejak dini ke pelayanan
kesehatan untuk mengetahui sejak dini hasil pemeriksaan/ diagnosa anemia
diantaranya:
1) Anamnesa/ keluhan.
Dengan anamnesa akan ditemukan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan tanda anemia lain yang dirasakan.
2) Pemeriksaan fisik
Keluhan lemah, kulit pucat, sementara tekanan darah masih dalam batas
normal, pucat pada membran mukosa, konjungtiva, pucatnya pada kuku dan
jari tangan karena kurangnya sel darah merah.
3) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan Hb untuk meningkatkan derajat anemia dapat dilakukan dengan
menggunakan alat test meter MHD-1.
c. Pencegahan Tersier (Pengobatan dan Rehabilitasi)
Mencakup pengobatan dan rehabilitasi untuk mencegah kejadian anemia lebih lanjut.
Anemia pada remaja putri disebabkan dari faktor kurangnya berbagai macam
nutrisi penting dalam pembentukan Hb.Prinsip dasar dalam pencegahan anemia
karena defisiensi zat besi adalah memastikan konsumsi zat besi secara teratur
untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan untuk meningkatkan kandungan serta
bioavailabilitas (ketersediaan hayati) zat besi dalam makanan. Ada empat pendekatan
utama:
1) Penyediaan suplemen zat besi
Dosis Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet besi folat yang setiap
tablet mengandung 200 mg Fero Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25
mg asam folat. Mengkonsumsi tablet Fe saat mentruasi dapat membantu
mencegah anemia.Cara paling efektif untuk mengatasi anemia defisiensi besi
segera setelah diketahui adalah dalam bentuk preparat, terapi juga harus
ditujukan kepada keadaan yang mungkin terdapat dibalik anemia tersebut.
2) Makanan yang mengandung zat besi.
Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (heme) seperti daging, ikan, ayam, hati, telur dan bahan makanan
nabati (non heme) sayursayuran dan buah buahan yang banyak mengandung
vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, nanas)
sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
3) Mengurangi yang menghambat penyerapan zat besi yaitu minum teh, kopi,
susu, dan minuman beralkohol.
4) Edukasi gizi.
Pendekatan berbasis holtikultur untuk memperbaiki ketersediaan hayati zat besi
pada bahan pangan yang umum.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN


A. Identitas klien dan penanggung jawab
B. Keluhan utama klien saat ini
C. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
D. Lakukan pemeriksaan fisik
E. Observasi adanya manifestasi anemia
1. Manifestasi umum
2. Kelemahan otot
3. Mudah lelah
4. Kulit pucat
F. Manifestasi system saraf pusat
1. Sakit kepala
2. Pusing
3. Kunang-kunang
4. Peka rangsang
5. Proses berpikir lamba
6. Penurunan lapang pandang
7. Apatis
8. Depresi
G. Syok (anemia kehilangan darah)
1. Perfusi perifer buruk
2. Kulit lembab dan dingin
3. Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
4. Peningkatan frekuensi jatung

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
7. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
8. Keletihan b.d anemia
2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

DIANGOSA
TUJUAN DAN KRITERIA
NO KEPERAWATAN INTERVENSI
HASIL
DAN KOLABORASI
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation
efektif b/d penurunan keperawatan selama ……… Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan jam perfusi jaringan klien sensasi perifer)
darah, suplai oksigen adekuat dengan kriteria : a) Monitor adanya daerah
berkurang a) Membran mukosa merah tertentu yang hanya peka
b) Konjungtiva tidak anemis terhadap
c) Akral hangat panas/dingin/tajam/tumpu
d) Tanda-tanda vital dalam b) Monitor adanya paretese
rentang normal c) Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika
ada lesi atau laserasi
d) Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
e) Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
f) Monitor kemampuan BAB
g) Kolaborasi pemberian
analgetik
h) Monitor adanya
tromboplebitis
i) Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :


nutrisi kurang dari keperawatan selama ………. Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d status nutrisi klien adekuat a. Kaji adanya alergi
intake yang kurang, dengan kriteria makanan
anoreksia a. Adanya peningkatan berat b. Kolaborasi dengan ahli gizi
badan sesuai dengan tujuan untuk menentukan jumlah
Definisi : Intake nutrisi b. Berat badan ideal sesuai kalori dan nutrisi yang
tidak cukup untuk dengan tinggi badan dibutuhkan pasien.
keperluan metabolisme c. Mampumengidentifikasi c. Anjurkan pasien untuk
tubuh. kebutuhan nutrisi meningkatkan intake Fe
d. Tidak ada tanda tanda d. Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : malnutrisi meningkatkan protein dan
a) Berat badan 20 % e. Menunjukkan peningkatan vitamin C
atau lebih di bawah fungsi pengecapan dari e. Berikan substansi gula
ideal menelan f. Yakinkan diet yang
b) Dilaporkan adanya f. Tidak terjadi penurunan dimakan mengandung
intake makanan yang berat badan yang berart tinggi serat untuk
kurang dari RDA g. Pemasukan yang adekuat mencegah konstipasi
(Recomended Daily h. Tanda-tanda malnutrisi g. Berikan makanan yang
Allowance) i. Membran konjungtiva dan terpilih ( sudah
c) Membran mukosa mukos tidk pucat dikonsultasikan dengan ahli
dan konjungtiva Nilai Lab.: gizi)
pucat Protein total: 6-8 gr%\ h. Ajarkan pasien bagaimana
d) Kelemahan otot yang Albumin: 3.5-5,3 gr % membuat catatan makanan
digunakan untuk Globulin 1,8-3,6 gr % harian.
menelan/ HB tidak kurang dari 10 gr i. Monitor jumlah nutrisi dan
mengunyah % kandungan kalori
e) Luka, inflamasi pada j. Berikan informasi tentang
rongga mulut kebutuhan nutrisi
f) Mudah merasa k. Kaji kemampuan pasien
kenyang, sesaat untuk mendapatkan nutrisi
setelah mengunyah yang dibutuhkan
makanan
g) Dilaporkan atau Nutrition Monitoring
fakta adanya a. BB pasien dalam batas
kekurangan makanan normal
h) Dilaporkan adanya b. Monitor adanya penurunan
perubahan sensasi berat badan
rasa c. Monitor tipe dan jumlah
i) Perasaan aktivitas yang biasa
ketidakmampuan dilakukan
untuk mengunyah d. Monitor interaksi anak atau
makanan orangtua selama makan
j) Miskonsepsi e. Monitor lingkungan selama
k) Kehilangan BB makan
dengan makanan f. Jadwalkan pengobatan dan
cukup tindakan tidak selama jam
l) Keengganan untuk makan
makan g. Monitor kulit kering dan
m) Kram pada abdomen perubahan pigmentasi
n) Tonus otot jelek h. Monitor turgor kulit
o) Nyeri abdominal i. Monitor kekeringan,
dengan atau tanpa rambut kusam, dan mudah
patologi patah
p) Kurang berminat j. Monitor mual dan muntah
terhadap makanan k. Monitor kadar albumin,
q) Pembuluh darah total protein, Hb, dan kadar
kapiler mulai rapuh Ht
r) Diare dan atau l. Monitor makanan kesukaan
steatorrhea m. Monitor pertumbuhan dan
s) Kehilangan rambut perkembangan
yang cukup banyak n. Monitor pucat, kemerahan,
(rontok) dan kekeringan jaringan
t) Suara usus hiperaktif konjungtiva
u) Kurangnya o. Monitor kalori dan intake
informasi, nuntrisi
misinformasi p. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
Faktor-faktor yang papila lidah dan cavitas
berhubungan : oral.
Ketidakmampuan q. Catat jika lidah berwarna
pemasukan atau magenta, scarlet
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.

3 Defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan tindakan NIC :


kelemahan fisik keperawatan selama ………. Self Care assistane : ADLs
jam kebutuhan mandiri klien a) Monitor kemempuan klien
Definisi : terpenuhi dengan kriteria untuk perawatan diri yang
Gangguan kemampuan a. Klien terbebas dari bau mandiri.
untuk melakukan ADL badan b) Monitor kebutuhan klien
pada diri b. Menyatakan kenyamanan untuk alat-alat bantu untuk
terhadap kemampuan untuk kebersihan diri, berpakaian,
Batasan karakteristik melakukan ADLs berhias, toileting dan
a. ketidakmampuan c. Dapat melakukan ADLS makan.
untuk mandi, dengan bantuan c) Sediakan bantuan sampai
b. ketidakmampuan klien mampu secara utuh
untuk berpakaian, untuk melakukan self-care.
c. ketidakmampuan d) Dorong klien untuk
untuk makan, melakukan aktivitas sehari-
d. ketidakmampuan hari yang normal sesuai
untuk toileting kemampuan yang dimiliki.
e) Dorong untuk melakukan
Faktor yang berhubungan secara mandiri, tapi beri
: kelemahan, kerusakan bantuan ketika klien tidak
kognitif atau perceptual, mampu melakukannya.
kerusakan f) Ajarkan klien/ keluarga
neuromuskular/ otot-otot untuk mendorong
saraf kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
g) Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
h) Pertimbangkan usia klien
jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :


keperawatan selama ………. Infection Control (Kontrol
Definisi : Peningkatan jam status imun klien meningkat infeksi)
resiko masuknya dengan kriteria a. Bersihkan lingkungan
organisme patogen a. Klien bebas dari tanda dan setelah dipakai pasien lain
gejala infeksi b. Pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko : b. Menunjukkan kemampuan c. Batasi pengunjung bila
a) Prosedur Infasif untuk mencegah timbulnya perlu
b) Ketidakcukupan infeksi d. Instruksikan pada
pengetahuan untuk c. Jumlah leukosit dalam batas pengunjung untuk mencuci
menghindari paparan norma tangan saat berkunjung dan
patogen d. Menunjukkan perilaku setelah berkunjung
c) Trauma hidup sehat meninggalkan pasien
d) Kerusakan jaringan e. Gunakan sabun
dan peningkatan antimikrobia untuk cuci
paparan lingkungan tangan
e) Ruptur membran f. Cuci tangan setiap sebelum
amnion dan sesudah tindakan
f) Agen farmasi kperawtan
(imunosupresan) g. Gunakan baju, sarung
g) Malnutrisi tangan sebagai alat
h) Peningkatan paparan pelindung
lingkungan patogen h. Pertahankan lingkungan
i) Imonusupresi aseptik selama pemasangan
j) Ketidakadekuatan alat
imum buatan i. Ganti letak IV perifer dan
k) Tidak adekuat line central dan dressing
pertahanan sekunder sesuai dengan petunjuk
(penurunan Hb, umum
Leukopenia, j. Gunakan kateter intermiten
penekanan respon untuk menurunkan infeksi
inflamasi) kandung kencing
l) Tidak adekuat k. Tingktkan intake nutrisi
pertahanan tubuh l. Berikan terapi antibiotik
primer (kulit tidak bila perlu
utuh, trauma
jaringan, penurunan Infection Protection (proteksi
kerja silia, cairan terhadap infeksi)
tubuh statis, a. Monitor tanda dan gejala
perubahan sekresi infeksi sistemik dan lokal\
pH, perubahan b. monitor hitung granulosit,
peristaltik) WBC
m) Penyakit kronik c. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
f. Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
g. Pertahankan teknik isolasi
k/p
h. Berikan perawatan kuliat
pada area epidek
i. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
j. Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
k. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
l. Dorong masukan cairan
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
o. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
p. Ajarkan cara menghindari
infeksi
q. Laporkan kecurigaan
infeksi
r. Laporkan kultur positif

5 Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi


ketidakseimbangan keperawatan selama …….. a. Menentukan penyebab
suplai dan kebutuhan klien dapat beraktivitas dengan intoleransi
oksigen criteria aktivitas&menentukan
a. Berpartisipasi dalam apakah penyebab dari fisik,
aktivitas fisik dgn TD, HR, psikis/motivasi
RR yang sesuai b. Observasi adanya
b. Menyatakan gejala pembatasan klien dalam
memburuknya efek dari beraktifitas.
OR&menyatakan onsetnya c. Kaji kesesuaian
seger aktivitas&istirahat klien
c. Warna kulit sehari-hari
normal,hangat&keri d. ↑ aktivitas secara bertahap,
d. Memverbalisa-sikan biarkan klien berpartisipasi
pentingnya aktivitasseca-ra dapat perubahan posisi,
bertahap berpindah & perawatan diri
e. Mengekspresikan e. Pastikan klien mengubah
pengertian pentingnya posisi secara bertahap.
keseimbangan Monitor gejala intoleransi
latihan&istirahat aktivitas
f. Peningkatan toleransi f. Ketika membantu klien
aktivitas berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual, pucat,
pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
g. Lakukan latihan ROM jika
klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
h. Bantu klien memilih
aktifitas yang mampu
untuk dilakukan

6 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen


b.d ventilasi-perfusi keperawatan selama  Bersihkan mulut, hidung dan
……..
status respirasi : pertukaran gas secret trakea
membaik dengan kriteria :  Pertahankan jalan nafas yang
 Mendemonstrasikan paten
peningkatan ventilasi  Atur peralatan oksigenasi
dan
oksigenasi yang adekuat  Monitor aliran oksigen
  Pertahankan posisi pasien
Memelihara kebersihan paru
 Onservasi adanya tanda tanda
paru dan bebas dari tanda tanda
distress pernafasan hipoventilasi
 Mendemonstrasikan batuk efektif
 Monitor adanya kecemasan
dan suara nafas yang bersih, pasien terhadap oksigenasi
tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, Vital sign Monitoring
mampu bernafas dengan mudah,
a) Monitor TD, nadi, suhu,
tidak ada pursed lips)
dan RR
Tanda tanda vital dalam rentang
b) Catat adanya fluktuasi
normal
tekanan darah
c) Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
d) Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
e) Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
f) Monitor kualitas dari
nadi
g) Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
h) Monitor suara paru
i) Monitor pola
pernapasan abnormal
j) Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
k) Monitor sianosis perifer
l) Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
m) Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

7 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Managemen


nafas b.d keperawatan selama …….…
a. Buka jalan nafas, guanakan
status respirasi klien membaik
teknik chin lift atau jaw
dengan kriteria
thrust bila perlu\
a. Mendemonstrasikan batuk
b. Posisikan pasien untuk
efektif dan suara nafas
memaksimalkan ventilasi
yang bersih, tidak ada
c. Identifikasi pasien perlunya
sianosis dan dyspneu
pemasangan alat jalan nafas
(mampu mengeluarkan
buatan
sputum, mampu bernafas
d. Pasang mayo bila perlu
dengan mudah, tidak ada
e. Lakukan fisioterapi dada
pursed lips)
jika perluan
b. Menunjukkan jalan nafas
f. Keluarkan sekret dengan
yang paten (klien tidak
batuk atau suction
merasa tercekik, irama
g. Auskultasi suara nafas, catat
nafas, frekuensi pernafasan
adanya suara tambahan
dalam rentang normal,
h. Lakukan suction pada mayo
tidak ada suara nafas
i. Berikan bronkodilator bila
abnormal
perlu
c. Tanda Tanda vital dalam
j. Berikan pelembab udara
rentang normal (tekanan
Kassa basah NaCl Lembab
darah, nadi, pernafasan)
k. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.

8 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen


keperawatan selama …….. a. Monitor respon klien
.keletihan klien teratasi dengan terhadap aktivitas takikardi,
kriteria : disritmia, dispneu, pucat,
a. Kemampuan aktivitas dan jumlah respirasi
adekuat b. Monitor dan catat jumlah
b. Mempertahankan nutrisi tidur klien
adekuat c. Monitor ketidaknyamanan
c. Keseimbangan aktivitas atauu nyeri selama
dan istirahat bergerak dan aktivitas
d. Menggunakan teknik d. Monitor intake nutrisi
energi konservasi e. Instruksikan klien untuk
e. Mempertahankan interaksi mencatat tanda-tanda dan
sosial gejala kelelahan
f. Mengidentifikasi faktor- f. Jelakan kepada klien
faktor fisik dan psikologis hubungan kelelahan dengan
yang menyebabkan proses penyakit
kelelahan g. Catat aktivitas yang dapat
g. Mempertahankan meningkatkan kelelahan
kemampuan untuk h. Anjurkan klien melakukan
konsentrasi yang meningkatkan
relaksas
i. Tingkatkan pembatasan
bedrest dan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New
Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia , edisi
1.Dewan Pengurus Pusat : Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ‘’ANEMIA”

Pengkajia tanggal : 10-6-2020


Tanggal MRS : 10-6-2020
Ruang : Sofa 3
Jam MRS : 22.30 WIB
No rekam medis :RSUPKUM158316
Diagnosa medis : Anemia

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Identitas klien
Nama : Tn. P
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Sd
Pekerjaan : Tani
Suku / bangsa : Wni
Alamat : Balun, Cepu
Penanggung Jawab Pasien
Nama :S
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sd
Pekerjaan : Buruh tani
Hubungan dengan pasien : istri
Alamt : Balun, Cepu
2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Klien mengeluh badannya lemas, lesu setelah aktifitas.
 Riwayat penyakit sekarang
Pada saat masuk rumah sakit klien mengeluh pusing, pans meningkat,
lemas lesu selama 1 minggu. Saat pengkajian klien masih mengeluh lemah lesu
setelah aktivitas terutama dibagian kaki, mudah capek, pasien istirahat bila
merasa capek dan aktivitas biasanya dibantu oleh keluarga. Hal ini disebabkan
karena kekurangan darah dan kekurangan cairan.
 Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan pernah menderita penyakit anemia dan 2x dirawat di rsi
st aisyah sekitar 3 bulan yang lalu dengan diagnosa medis yang pertama anemia+
asam urat yang kedua diagnosa medis anemia+febris klien mengatakan tidak
mempunyai penyakit kronik dan menular.
 Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga tidak ad yang menderita sakit sperti yang diderita klien
tetapi klien mengatakn bapak klien menderita penyakit sesak nafas.
 Genogram
Keterangan
Kotak : laki-laki
Bulat : perempuan
: Garis perkawinan
:Garis keturunan
: pasien
Silang : meninggal

3. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-Tanda Vital
S: 36 c N: 82x/mnt T: 100/60 mmHg RR: 25x/mnt
Kesadarn pasien : Composmentis
Keadaan umum : Lemah
b) Pengkajian pernapasan (B1)
- Klien mengeluh sesak ringan dan batuk tidak produktif
- Irama pernafasan teratur
- Suara napas ronchi: - wheezing: -
- Tdiak menggunakan alat bantu napas
MK : tidak ada masalah keperawatn
c) Pengkajian sirkulasi kardiovaskular (B2)
- Klien mengeluh nyeri dad ringan
- Irama jantung regular
- S1/s2 tunggal
- Suara jantung : murmur -, gallop –
- CRT: 3 dtik
- Akral pucat
MK : tidak ada masalah keperawatan,data kurang mendukung.
d) Pengkajian neuro sensori/persyarafan (B3)
- GCS : 456
- Klien mengeluh pusing berputar
- Pupil isokor
- Sclera ikterus
- Conjungtiva anemis
- Gangguan pandangan : reflek cahay +/+
- Klien mengeluh susah tidur
e) Pengkajian eliminasi /perkemihan (B4)
- BAK normal 3-4 x/24 jam,
- Bau amoniak
- Warna kuning jernih
- Kurang menjaga kebersihan
- Kandung kemih tidak membesar maupun nyeri tekan
- Tidak menggunakan alat bantu kateter
- MK: tidak ada
f) Pengkajian makanan dan cairan / pencernaaa (B5)
- Mulut kotor
- Mukosa kering
- Adanya splenomegali
- Tidak ada masalah dengan tenggorokan
- Peristaltic normal
- Bising usus 15 x/mnt
- Klien mengatakan belum BAB,terakhir tanggal 31-01-2014
- Gangguan konntipasi
- Diet lunak
- Nafsu makan baik 3x/hari,porsi makn habis
- Intake cairan : oral : + 350 cc/hari. Parental 1500 cc/hari
- Tidak terpasanng NGT
MK : konstipasi b.d aktivitas fisik tidak cukup
g) Pengkajian muskoleskeletal dan integument (B6)
- Pergerakan sendi terbatas
- Kekuatan otot 5 5 5 5
- Klien mengatakan badannya merasa lemah,letih setelah aktivitas
- Kelainan tulang belakang : Kifosis
- Kulit kemerahan
- Turgor kulit kurang elastic
MK : intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
h) Pengkajian system endokrin
- Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.
i) Pengkajian hygiene dan kebiasaan
- Mandi hannya 1x/hari setiap pagi
- Ganti pakaian 2x/hari, tidak keramas dan gosok gigi
- Klien tidak merokok
- Klien tidak minum alcohol
 MK : deficit perawatan diri mandi b.d kelemahan

j) Pengkajian psikososial
- Persepsi klien terhadap sakit yang diderita adalah cobaan dari tuhan
- Ekspresi klien terhadap penyakit yang diderita gelisah / cemas
- Reaksi saat interaksi sangat kooperatif
 MK : tidak ada
k) Pengkajian spiritual
- Selama sakit tidak pernah beribadah
- Sebelum sakit rajin beribadah
 MK : resiko distress spiritual b.d perubahan dalam ritual agama

l) Terapi obat
- Infuse pz 20 tpm (1500 cc /24 jam)
- Acran 2x1 obat injeksi iv (ampul)
- Neroges 3x1 obat injeksi (ampul)
- Fulovit 1x1 lab
m) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium (12 -6-2020)
pemeriksaan hasil normal
Darah lengkap
hemoglobin 7,9 P : 13,4-17,7 w : 11,4-15,9 dl/l
leukosit 6300
Hitung jenis
segmen 27 50-70 %
limfosit 61 25-40%
monosit 12 4-10%
LED 63/115 P < 15 W < 20 mm/jam
hematokrit 23,6 P:40-48 % W: 37-43%
trombosit 130,80 150,80-450.000
SGOT 14 P < 35 miu/l W : < 31 miu/l
SGPT 27 P<41 miu/l W : < 31 miu/l
HBS Ag negatif negatif
Anti hiv Non reaktif negatif

ANALISA DATA
Tanggal Data Etiologi Masalah
10-6-2020 DS:klien mengeluh Kelemahan umum Intoleransi
badannya lemas,lesu,pusing aktivitas
setelah aktivitas.
Do:
- Ku lemah
- Kebutuhan cairan kurang
- Pergerakan sendi terbatas
- TTV
S : 36 C
N : 82x/mnt
T : 100/60 mmHg
RR : 25 x/mnt
- H : 7,9

Prioritas diagnosa keperawatan


- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari//tgl Dx Tjuan/KH Intervensi rasional
keperawatan
1 Senin, Intoleransi Setelah 1. observasi 1. menunjukkan
10-6- aktivitas b.d diberikan kehilangan/ gangguan perubahan
2020 kelemahan asuhan keseimbangan gaya neurology karena
umum keperawatan jalan dan kelemahan defisiensi vitamin
selama 2x 24 otot B12
jam diharapkan 2. observasi TTV mempengaruhi
klien sebelum dan sesudah keamanan pasien/
meningkatkan aktivitas resiko cidera
ambulan atau 3. berikan lingkungan 2. manifestasi
aktivitas tenang batasi kardio pulmonal
dengan KH : pengunjung dan dr upaya jantung
-KU baik kurangi suara bising, dan paru untuk
-akral hangat pertahankan tirah membawa jumlah
-sclera normal baring bila di oksigen adekuat
-conjungtiva indikasikan ke jaringan.
normal 4. anjurkan klien 3. meningkatkan
- turgor kulit istirahat bila terjadi istirahat untuk
elastis kelelahan dan menurunkan
kelemahan,anjurkan kebutuhan
pasien melakukan oksigen tubuh
aktivitas dan menurunkan
semampunya regangan jantung
5. kolaborasi dengan dan paru.
tim medis dalam 4. meningkatkan
pemberian terapi aktivitas secara
infuse dan bertahap sampai
memberikan normal dan
transfuse darah. memperbaiki
tonus otot.
5.mengganti
cairan dan
elektrolit secara
adekuat.

IMPLEMENTASI
No Hari/tgl Dx kep jam implementasi jam evaluasi paraf
1 Senin,10- Intoleransi 09.00 1. meobservasi 14.00 S ; klien mengatakan
6-2020 aktivitas kehilangan/ badannya masih
b.d gangguan lemas,kepala pusing.
kelemahan keseimbangan gaya O:
umum jalan dan kelemahan - Ku lemah
otot. - Kurang
R/klien berusaha minum/cairan
tetapi tidak mampu - Pergerakan sendi
menyeimbangkan masih terbatas
saat berjalan. - Hannya berbaring
2. meobservasi TTV ditempat tdur
sebelum dan sesudah - TTV
aktivitas. S: 36,2 c N : 89x/mnt
-sebelum aktivitas T : 90/60mmHg RR:
T:100/60 mmHG 23x/mnt
S: 36 c N : 82/mnt A : masalah belum
Rr: 25x/mnt teratasi
3. memberikan P : lanjutkan
lingkungan tenang intervensi.
batasi pengunjung
dan kurangi suara
bising, pertahankan
tirah baring bila di
indikasikan.
R/klien masih pusing
dengan lingkungan
tenang.
4. menganjurkan
klien istirahat bila
terjadi kelelahan dan
kelemahan,anjurkan
pasien melakukan
aktivitas
semampunya.
R/ klien susah tidur
5. berkolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
terapi infuse dan
memberikan
transfuse darah.
Infuse ps 20 tpm
Tranfusi darah

CATATAN PERKEMBANGAN
Shift Hari/tgl DX kep jam Catatan perkembangan paraf
sore Rabu,12- Intoleransi 20.00 S : klien mengatakan susah tidur
6 -2020 aktivitas b.d 0 : - ku lemeh
kelemahan - Klien tampak gelisah
umum - Klien bisa duduk
- Ttv
- T : 110/80 mmHg
- S : 36 c N : 85x/mnt
- Rr : 23x/mnt

sore Kamis. 20.00 S : klien mengatakn susah tidur da


13/6 lemas
2020 O : ku cukup
- Klien hannya duduk dan tak
mau istirahat
- Ttv
- T : 110/85 mmHg
- N : 80x/mnt s : 36 c
- Rr : 23x/mnt
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1,2,3
sore Jumat 20.00 S : klien mengeluh udaranya
14/6 sangat panas dan pusing berkurang
2020 O:
-ku cukup
- klien duduk dilantai
-ttv
-t : 120/80 mmHg n: 80x/mnt
S : 36 c rr : 20x/mnt
A : masalah tertasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai