Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG Chronic Kidney Disease (CKD )

DI RUANGAN ICU DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Guna Memenuhi Tugas Pada State Keperawatan Gerontik

Oleh:

Vinny Ismawati

G3A020189

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Menurut Smeltzer dan Bare (2015) CKD atau gagal ginjal kronis merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
terjadi uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalamdarah).
Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDOQI), CKD merupakan
kerusakan ginjal yang terjadi dengan penurunan GFR (Glomerular Filtration rate) <60
mL/min/ 1.73 m2 selama lebih dari 3 bulan (Kasiske, Betram., 2014)
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal.Gagal ginjal
biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut.Penyakit ginjal kronik
merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron
(biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible).Penyakit ginjal kronik
seringkali berkaitan dengan penyakit kritis, berkembang cepat dalam hitungan beberapa
hari hingga minggu, dan biasanya reversible bila pasien dapat bertahan dengan penyakit
kritisnya. (Price & Wilson, 2006 dalam Nanda Nic-Noc, 2015).
Penyakit ginjal kronik (Chronic Renal Failure, CRF) terjadi apabila kedua ginjal
sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan
hidup.Kerusakan pada kedua ginjal ini ireversibel.Eksaserbasi nefritis, obstruksi saluran
kemih, kerusakan vascular akibat diabetes mellitus, dan hipertensi yang berlangsung
terus-menerus dapat mengakibatkan pembentukan jaringan parut pembuluh darah dan
hilangnya fungsi ginjal secara progresif.(Baradero. 2009).
Selama penyakit ginjal kronik, beberapa nefron termasuk glomeruli dan tubula
masih berfungsi, sedangkan nefron yang lain sudah rusak dan tidak berfungsi lagi. Nefron
yang masih utuh dan berfungsi mengalami hipertrofi dan menghasilkan filtrate dalam
jumlah banyak. Reabsorpsi tubula juga meningkat walaupun laju filtrasi glomerulus
berkurang.Kompensasi nefron yang masih utuh dapat membuat ginjal mempertahankan
fungsinya sampai tiga perempat nefron rusak.Solut dalam cairan menjadi lebih banyak
dari yang dapat direabsorpsi dan mengakibatkan diuresis osmotic dengan poliuria dan
haus.Akhirnya, nefron yang rusak bertambah dan terjadi oliguria akibat sisa metabolisme
tidak diekskresikan.(Baradero. 2009).
2. Klasifikasi CKD
Penyakit CKD selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFRyang tersisa (Muttaqin
& Sari, 2011). Price dan Wilson (2012) menjelaskan perjalanan klinis umum CKD
progresif dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)Pada stadium pertama kreatinin serum dan
kadar BUN normal dan asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi
dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut, seperti tes pemekatan urine.
Muttaqin dan Sari (2011) menjelaskan penurunan cadangan ginjal yang terjadi apabila
GFR turun 50% dari normal.
b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal) Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak
(GFR besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini BUN mulai meningkat diatas normal,
kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal, azotemia ringan, timbul
nokturia dan poliuri.
c. Stadium 3 (gagal ginjal stadium akhir / uremia) Stadium ketiga disebut penyakit ginjal
stadium akhir (ERSD) yang dapat terjadi apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai
GFR 10% dari keadaan normal, dan bersihan kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml
permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN meningkat sangat
menyolok sebagai respons terhadap GFR yang mengalami sedikit penurunan. KDOQI
merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan GFR
yaitu:
a. Stage1: Kidney damage with normalor increased GFR (>90 mL/min/1.73m2)
b. Stage2: Mild reduction in GFR (60-89 mL/min/1.73 m2)
c. Stage3: Moderate reduction in GFR (30-59 mL/min/1.73 m2)
d. Stage4: Severe reductionin GFR (15-29mL/min/1.73 m2)
e. Stage5: Kidney failure(GFR <15 mL/min/1.73 m2 or dialysis)
3. Etiologi
Etiologi Etiologi memegang peranan penting dalam memperkirakan
perjalananklinis PGK dan penanggulangannya. Penyebab primer PGK juga akan
mempengaruhi manifestasi klinis yang akan sangat membantu diagnosa, contoh: gout
akan menyebabkan nefropati gout. Penyebab terbanyak PGK pada dewasa ini adalah
nefropati DM, hipertensi, glomerulonefritis, penyakit ginjal herediter seperti ginjal
polikistik dan sindroma alport, uropati obstruksi, dan nefritis interstisial (Irwan, 2016).
Sedangkan di Indonesia, penyebab PGK terbanyak adalah glomerulonefritis, infeksi
saluran kemih (ISK), batu saluran kencing, nefropati diabetik, nefrosklerosis hipertensi,
ginjal polikistik, dsb (Irwan, 2016).
4. Tanda dan Gejala
a) Tanda dan Gejala dari penyakit ginjal kronik menurut Smeltzer & Bare tahun 2015
yaitu:
1) Kardiovaskuler: hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema
periorbital, friction rub pericardial, pembesaran vena leher
2) Integumen: warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering (bersisik), pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
3) Pulmoner: krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan kussmaul
4) Gastrointestinal: napas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut,
anoreksia (mual muntah), konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran
5) Neurologi: kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki
6) Muskuloskeletal: kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
7) Reproduktif: amenore, dan atrofi testikuler
b) Tanda dan gejala dari penyakit ginjal kronik menurut Mary Baradero (2008) yaitu:
1) System hematopoletik: anemia, cepat lelah, trombositopenia, ekimosis,
perdarahan
2) Sistem kardiovaskuler: hypervolemia, hipertensi, takikardi, distrimia, gagal
jantung kongestif, pericarditis
3) Sistem pernapasan: takipnea, pernapasan kussmaul, halitosis uremic atau fetor,
sputum yang lengket, batuk disertai nyeri, suhu tubuh meningkat, hilar
pneumonitis, pleural friction rub, edema paru
4) Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual dan muntah, perdarahan gastrointestinal,
distensi abdomen, diare dan konstipasi
5) Sistem neurologi: perubahan tingkat kesadaran: letargi, bingung, stupor, dan
koma, kejang, tidur terganggu, asteriksis
6) Sistem skeletal: osteodistrofi ginjal, rickets ginjal, nyeri sendi, pertumbuhan
lambat pada anak
7) Kulit: pucat, pigmentasi, pruritus, ekimosis, lecet, uremic frosts
8) Sistem perkemihan: haluaran urin berkurang, berat jenis urine menurun,
proteinuria, fragmen dan sel dalam urine, natrium dalam urine berkurang
9) Sistem reproduksi: infertilitas, libido menurun, disfungsi ereksi, amenorea, lambat
pubertas.
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul menurut Corwin,2015 antara lain:
1) Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan elektrolit,
asidosis metabolic, azotemia, dan uremia.
2) Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia dan uremia
berat. Asidosis metabolic memburuk, yang secara mencolok merangsang kecepatan
pernafasan.
3) Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremic, dan pruritus
(gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi.
4) Penurunan pembentukan eritropoietin dapat menyebabkan sindrom anemia
kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit kardiovaskular, dan penyakit
ginjal yang akhirnya menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas.
5) Dapat terjadi gagal jantung kongestif
6) Tanpa pengobatan terjadi koma dan kematian.
6. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium seperti: pemeriksaan urin (volumenya biasanya< 400
ml/jam atau oliguria atau urin tidak ada/anuria, perubahan warna urin bisa disebabkan
karena ada pus/darah/bakteri/lemak/partikel koloid/miglobin, berat jenis pemeriksaan
natrium, pemeriksaan protein, dan pemeriksaan darah (kreatinin, SDM, Hitung darah
lengkap, GDA)
2) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi ginjal, biopsy ginjal,
endoskopi ginjal, EKG, KUB foto(untuk menunjukkan ukuran ginjal), arteriogram
ginjal (mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler, massa),
pyelogram retrogad (untuk menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal), sistouretrogram
(berkemih untuk menunjukkan ukuran kandung kemih, refluk kedalam ureter, dan
retensi) (Nuari. 2017)
3) Darah :
Bun / kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium serum, Kalium,
Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum
4) Pielografi intravena
- Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
- Pielografi retrograde
- Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversible
- Arteriogram ginjal
- Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, massa.
5) Sistouretrogram berkemih
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalam ureter, retensi.
6) Ultrasono ginjal
Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.
7) Biopsi ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis
histologis
8) Endoskopi ginjal nefroskopi
Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal ; keluar batu, hematuria dan pengangkatan
tumor selektif
9) Foto Polos Abdomen
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal. Menilai
bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.
10) Pemeriksaan Foto Dada
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload), efusi
pleura, kardiomegali dan efusi perikadial.
11) Pemeriksaan Radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi dan kalsifikasi metastatik.
12) EKG
Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa,
aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda tanda perikarditis.
Menurut Doenges (2000) pemeriksaan penunjang pada pasien GGK adalah:
1. Volume urin : Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam (fase oliguria) terjadi dalam
(24 jam – 48) jam setelah ginjal rusak.
2. Warna Urin : Kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah.
3. Berat jenis urin : Kurang dari l, 020 menunjukan penyakit ginjal contoh
glomerulonefritis, pielonefritis dengan kehilangan kemampuan memekatkan :
menetap pada l, 0l0 menunjukkan kerusakan ginjal berat.
4. pH : Lebih besar dari 7 ditemukan pada ISK, nekrosis tubular ginjal dan rasio
urin/ serum saring (1 : 1).
5. Kliren kreatinin : Peningkatan kreatinin serum menunjukan kerusakan ginjal.
6. Natrium : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/ ltr bila ginjal tidak
mampu mengabsorpsi natrium.
7. Bikarbonat : Meningkat bila ada asidosis metabolik.
8. Warna tambahan : Biasanya tanda penyakit ginjal atau infeksi tambahan warna
merah diduga nefritis glomerulus.
7. Pathways

Vaskuler Kista ginjal autoimun infeksi Toksik :


obat TB
Terdapat rongga Reaksi antigen jamu
Diabetes melitus hipertensi
dalam gijal yang anti bodi
↑ kadar gula disebabkan oleh kista nefrotoksik
Vasokonstriksi pembuluh
dalam darah darah, ↑tekanan darah
Jumlah nefron yang Terjadi kerusakan
dalam arteri
sehat menurun pada nefron
Darah menjadi
kental Merusak pembuluh
darah nefron secara
↑ tekanan kapiler langsung
dalam ginjal
Ginjal kehilangan
Kerusakan pembuluh kemampuan laju filtrasi
darah di ginjal glomerulus

GFR menurun

Hipertrofi struktural dan fungsional

Terjadi peningkatan renin angiotensin


aldosteron intra renal

hiperfiltrasi

Peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus


Adaptasi fungsi

Mal adaptasi nefron

Sklerosis nefron

Penurunan fungsi nefron progresif

CKD

Stage 1(GFR > 90) Stage 2 (GFR 60 – 90) Stage 3 GFR 30-59%) Stage 4 (GFR 15-29) Stage 5 (GFR <15)

↓cadangan ginjal Proteinuria/ BUN, Kreatinin ↓Eritropoitin Retensi Na Sekresi protein ↓sintesis 1,25-
albuminuria meningkat menurun terganggu dihydroxyvitamin D atau
asimtomatik Total CES ↑ kalsitriol
hipoalbuminuria Sekresi protein anemia Sindroma uremia
terganggu kegagalan mengubah
↑Tekanan
Pembengkakan MK: Keletihan kapiler perpospate Gangguan bentuk inaktif Ca
pergelangan kaki, Syndrome rnia keseimba
tangan, wajah, perut uremia ↑Volume ngan asam Kegagalan mengubah
interstitial pruritus basa bentuk inaktif Ca
Pruritus
oedema ↑As. ↓absorbsi Ca
MK: Hipervolemia MK: gangguan Lambung
MK: gangguan integritas kulit
↑Preload
integritas kulit
hipokalsemia
Hipertrofi
dan osteodistrofi
ventrikel kiri

Payah jantung kiri Nausea, Iritasi MK:


vomiting lambung Intoleransi
aktivitas
↑Bendungan atrium
kiri MK: Resiko
deficit nutrisi

Tekanan vena
pulmonalis

Kapiler paru naik

Edema paru

MK : gangguan
pertukaran gas
Stadium Penyakit Ginjal Kronik
Tabel klasifikasi stadium penyakit ginjal kronik

Stadium Deskripsi GFR (mL/menit/1.73 m2)


1 Fungsi ginjal normal, tetapi temuan urin,  90
abnormalitas struktur atau ciri genetic
menunjukkan adanya penyakit ginjal
2 Penurunan ringan fungsi ginjal, dan temuan 60-89
lain (seperti pada stadium 1) menunjukkan
adanya penyakit ginjal
3a Penurunan sedaag fungsi ginjal 45-59
3b Penurunan sedang fungsi ginjal 30-44
4 Penurunan fungsi ginjal berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15
Sumber: (The Renal Association, 2013)
7. Penatalaksanaan
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat
penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, factor resiko untuk
penurunan fungsi ginjal, dan factor risiko untuk penyakit kardiovaskular.Penatalksanaan
menurut Nurarif, Huda A. 2015 yaitu:
1) Terapi penyakit ginjal
2) Pengobatan penyakit penyerta
3) Penghambatan penurunan fungsi ginjal
4) Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular
5) Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
6) Terapi pengganti ginjal dengan dialysis atau transplantasi jika timbul gejala dan tanda
uremia

Sedangkan menurut Corwin dalam Buku Saku Patofisiologi Ed.3,2009


pengobatan perlu dimodifikasi seiring dengan perburukan penyakit, yaitu:
1) Untuk gagal ginjal stadium 1, 2, dan 3 tujuan pengobatan adalah memperlambat
kerusakan ginjal lebih lanjut, terutama dengan membatasi aspan protein dan
pemberian obat-obat anti hipertensi. Inhibitor enzim pengubah-angiotensin (ACE)
terutama membantu dalam memperlambat perburukan.
2) Renal anemia management period, RAMP diajukan karena adanya hubungan
antara gagal jantung kongestif da anemia terkait dengan penyakit gagal ginjal
kronis. RAMP adalah batasan waktu setelah suatu awitan penyakit ginjal kronis
saat diagnosis dini dan pengobatan anemia memperlambat progresi penyakit
ginjal, memperlambat komplikasi kardiovaskular, dan memperbaiki kualitas
hidup. Pengobatan anemia dilakukan dengan memberikan eritropoitein manusia
rekombinan (rHuEPO). Obat ini terbukti secara dramatis memperbaiki fungsi
jantung secara bermakna.
3) Pada stadium lanjut, terapi ditujukan untuk mengoreksi ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.
4) Pada penyakit stadium akhir, terapi berupa dialysis atau transplantasi ginjal
5) Pada semua stadium, pencegahan infeksi perlu dilakukan.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1) Konsep Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Alam
pengkajian semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini.Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait
dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun spiritual klien. (Asmadi, 2008)
Data dasar pengkajian menurut Doengoes, 2000 adalah:
1) Aktivitas/istirahat Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaiase, gangguan tidur
(insomnia/gelisah/somnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentan gerak.
2) Sirkulasi Riwayat hipertensi lama/berat, hipertensi, DVJ, nadi kuat, edema
jaringan umum, dan pitting pada kaki, telapak tangan, disritmia jantung.Nadi
lemah, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit
tahap akhir. Friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi sisa). Pucat, kulit
coklat kehijauan, kuning.Kecenderungan perdarahan.
3) Integritas ego Faktor stres, contoh finansial, hubungan dan sebagainya.Perasaan
tidak berdaya, tak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,
marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
4) Eliminasi Penurunan frekuensi urine, oliguria, urinaria (gagal tahap
lanjut).Abdomen kembung, diare/konstipasi, perubahan warna urine, contoh
kuning pekat, merah, coklat, berawan.Oliguria, dapat menjadi anuria.
5) Makanan/cairan Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi).Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak sedap pada
mulut (pernapasan ammonia), Penggunaan diuretik, distensi abdomen/asites,
pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit/kelembapan. Edema
(umum, tergantung).Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.Penurunan otot,
penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
6) Neurosensori Sakit kepala, penglihatan kabur.Kram otot/kejang, sindrom “kaki
gelisah”, kebas terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas/kesemutan dan
kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer), gangguan status
mental, contoh: penurunan lapang pandang perhatian, ketidak mampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor,
koma. Penurunan DTR. Tanda chvostek dan Trousseau positif.Kejang, fasikulsi
otot, aktifitas kejang.Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
7) Nyeri/kenyamanan Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk
saat malam hari), perilaku hati-hati/distraksi, gelisah.
8) Pernafasan Nafas pendek, dispnea, nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa
sputum kental dan banyak.Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi atau
kedalaman (pernapasan kausmal).Batuk produktif dengan sputum
merahmudaencer (edema paru).
9) Keamanan Kulit gatal.Ada/berulangnya infeksi.Pruritus.Demam (sepsis,
dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang
mengalami suhu lebih rendah dari normal (efek PGK/depresi respon
imun).Patekie, area ekimosis pada kulit.Fraktur tulang, defosit fosfat kalsium
(klasifikasi metastatik).Pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
10) Seksualitas Penurunan libido, amenore, infertilitas.
11) Interaksi Sosial Kesulitan menentukan kondisi, contoh: tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran, biasanya dalam keluarga
12) Penyuluhan/Pembelajaran Riwayat DM, keluarga (resiko tinggi untuk gagal
ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria, malignansi.
Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan. Penggunaan
antibiotik nefrotoksik atau berulang
b) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinik tentang respons individu, keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau
potensial, diagnosa Keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat.(Allen,
1998). Setelah dilakukan pengkajian kemungkinan diagnosa yang akan muncul pada
klien dengan penyakit ginjal kronik menurut Nurarif, 2015.
1) D.0003 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, perubahan membran alveoluskapiler
2) D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hb
3) D.0019 Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan
4) D.0122 Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan,
kelebihan asupan natrium
5) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
6) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
7) Gangguan integritas kulit b.d kelebihan volume cairan, sindrom uremia
c) Intervensi Tahap intervensi memberikan kesempatan kepada perawat, klien,
keluarga, dan orang terdekat untuk merumuskan rencana tindakan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah-masalah klien. Dalam intervensi terdapat empat komponen
tahap perencanaan, yaitu: membuat prioritas urutan diagnose keperawatan, membuat
kriteria hasil, menulis instruksi keperawatan, dan menulis rencana asuhan
keperawatan (Allen, 1998).

Tabel perencaan keperawatan 2.1


No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil (SLKI) (SIKI)
1. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Terapi Oksigen (I.01026)
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi :
ketidakseimbangan Pertukaran gas -Monitor kecepatan aliran
ventilasi-perfusi. (D.0003) meningkat oksigen
dengan kriteria hasil : -Monitor aliran oksigen
Pertukaran gas secara periodic dan pastikan
(L.01003) fraksi yang diberikan cukup
-Dispnea menurun Therapeutik :
-Pusing menurun -Pertahankan kepatenan jalan
-Napas cuping hidung nafas
menurun -Siapkan dan atur peralatan
-PO2 membaik pemberian oksigen
-Pola nafas membaik Edukasi :
-Ajarkan Pasien dankeluarga
cara menggunakan oksigen,
jika
Kolaborasi :
-Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
-Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
atau tidur.
2. Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan Manajemen Sensasi perifer
berhubungan dengan tindakan keperawatan ( I.06195)
Penurunan Suplay perfusi perifer Observasi :
Hemoglobin (D.0009) meningkat dengan -Identifikasi penyebab
kriteria hasil : perubahan sensasi
-Denyut nadi perifer -Identifikasi penggunaan alat
meningkat pengikat, prosestis, sepatu
-Edema perifer menurun dan pakaian
-Kelemahan otot Therapeutik :
menurun - Hindari pemakaian benda-
-Pengisian kapiler benda yang berlebihan suhu
membaik nya
-Akral membaik Edukasi :
-Tekanan darah Sistolik - Anjurkan penggunaan
& Diastolik membaik thermometer untuk menguji
suhu
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu.
3. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
(Hipervolemia ) tindakan keperawatan (1.03114)
berhubungan dengan Keseimbangan cairan Observasi :
gangguan mekanisme meningkat -Periksa tanda dan gejala
Regulasi (D.0022) dengan kriteria hasil : hypervolemia
Keseimbangan cairan -Identifikasi penyebab
(L.05020) hypervolemia
-Asupan cairan -Monitor intake dan output
meningkat cairan
-Keluaran urin Therapeutik :
menurun -Batasi asupan cairan dan
-Membrane mukosa garam
membaik -Tinggikan tempat tidur 30-
-Turgor kulit membaik 40 derajat
Edukasi :
-Anjurkan melapor jika
saluran urin kurang dari 0,5
mL/ jam dalam 6 jam
-Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan saluran
cairan
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian
diuretic
-Kolaborasi CRRT, jika
perlu
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05176)
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi :
ketidakseimbangan antara Toleransi aktivitas -Identifikasi gangguan fungsi
suplay dan kebutuhan meningkat tubuh yang mengakibatkan
oksigen (D.0056) dengan kriteria hasil : kelelahan
Toleransi aktivitas -Monitor kelelahan fisik dan
(L.05047) emosional
- Kemudahan dalam -Monitor lokasi dan
melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama
sehari-hari meningkat melakukan aktivitas
- Keluhan lelah Therapeutik :
menurun -Sediakan lingkungan
-Dispnea saat nyaman dan rendah stimulasi
beraktivitas menurun -Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
-Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi :
-Anjurkan tirah baring
-Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
-Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
5. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Perwatan integritas kulit
berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.11353)
perubahan sirkulasi Integritas kulit Observasi :
(D.0129) meningkat -Identifikasi penyebab dan
dengan kriteria hasil : gangguan integritas
Integritas kulit kulitn(Perubahan sirkulasi,
(L.07056) perubahan status nutrisi,
-Hidrasi meningkat penurunan mobilitas )
-Perfusi perifer Therapeutik :
meningkat - Bersihkan perineal dengan
-Pigmentasi Abnormal air hangat
menurun - Gunakan produk berbahan
-Abrasi kornea patrolium atau minyak pada
menurun kulit kering
-Suhu kulit membaik -Hindari penggunaan produk
berbahan dasar alcohol pada
kulit kering
Edukasi :
-Anjurkan menggunakan
pelembab
-Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.
6. Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Gangguan
berhubungan dengan tindakan keperawatan makan (I.03111)
ketidakmampuan Status nutrisi Observasi :
mengabsorbsi makanan meningkat - Monitor asupan dan
(D.0032) dengan kriteria hasil : keluarnya makanan da cairan
Status nutrisi serta kebutuhan kalori
(L.03030) Therapeutik :
-Porsi makanan yang - Timbang berat badan secara
dihabiskan meningkat rutin
-Verbalisasi keinginan -Diskusikan perilaku makan
untuk meningkatkan dan aktivitas fisik
nutrisi meningkat ( Termasuk olahrag) yang
-Frekuensi makan sesuai.
membaik -Rencanakan program
- Membrane mukosa pengobatan untuk perawatan
membaik dirumah.
Edukasi :
-Ajarkan pengaturan diet
yang tepat.
Kolaborasi :
-Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Baradero, Mary, dkk. (2009). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC Corwin, Elizabeth J.
(2009). Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth, 2009, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC

Nuari, Nian A. (2017). Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaannya, Ed.1.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish
Smeltzer, C Suzanne & Bare, G Brenda. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner&Suddarth, Ed.8, Vol.2. Jakarta: EGC

Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) CKD Work Group, 2013. KDIGO
Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney
Disease. Kidney international, Supplement, vol 3, p: 1-150.

Price, S. A., & Wilson, L. M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit, edisi VI,
Jakarta, EGC

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai