Home Group 11
Home Group 13
Seksi A
Garry Grimaldy / 2012-060-109
Sally Sudjono / 2012-060-210
Stefanie Louissa / 2012-060-166
Laydy Suryo Gondo / 2012-060-038
Yustinus Harianto / 2012-060-195
Yuri Safitri Budiman / 2012-060-054
Cindy Caroline Santoso Sie / 2012-060-089
Celine / 2012-060-191
Seksi A
Peter Krisdiyanto / 2012-060-066
Pricilia / 2012-060-057
Maria Gracia Devita Windharta / 2012-060-196
Jonathan / 2012-060-176
Eldaa Prisca Refianti Sutanto / 2012-060-122
Tegar Kharisma / 2012-060-116
Marshella Synthia / 2012-060-118
Seksi B
Marcella Angelina / 2012-060-155
Michael Sie Shun Ling / 2012-060-249
Angelique Meidiawati Bura / 2012-060-256
Cindy / 2012-060-138
Steffiany / 2012-060-173
Natassha Priscillia / 2012-060-206
Anthony Gunawan / 2012-060-205
Michael Lie / 2012-060-149
Seksi B
Kristina / 2012-060-257
Tommy / 2012-060-259
Dominika Bernadian Uge Rinu / 2012-060-267
Charlene Alia Shavana / 2012-060-225
Laurencya Lunarizky / 2012-060-228
Emerita Yeni Dwi Astuti / 2012-060-263
Juliana Rajagukguk / 2012-060-264
Ajeng Hana Anjani Djajaatmadja / 2012-060-252
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2015
Penyakit gagal ginjal akut adalah penyakit yang jarang dijumpai pada anak - anak.
Pasien dengan gagal ginjal akut memiliki penurunan beberapa fungsi organ. Oleh
karena itu pemilihan dialisis harus sangat dipertimbangkan. Pemilihan ini tergantung
dengan keadaan klinis, lokasi pasien, dan ada atau tidaknya ahli (seseorang yang
mampu melakukan terapi dialisis).
Hemofiltration
- Penggunaannya telah meningkat pada situasi pelayanan intensif
- Memiliki peran yang besar pada purifikasi darah pada pasien yang kritkal
- Telah dibuktikan bahwa meningkatnya kelangsungan hidup bila penggunaan CRRT
(Continuous Renal Replacement Therapies) dengan dinaikannya tingkat
ultrafiltrasi.
- Limitasi
- Telah dibuktikan pada pasien ICU terjadi penurunan mortalitas yang diobati dengan
CRRT dibandingkan dengan menggunakan intermittent HD namun pada tahun
1996 dibuktikan bahwa pernyataan ini tidak kuat, dikarenakan pasien yang diobati
menggunakan CRRT adalah pasien yang kritis.
- Komplikasi yang sering terjadi adanya masalah pada antikoagulasi (24% dari 89
pasien), selain itu pendarahan, keracunan, dan infeksi.
Latar belakang penelitian ini adalah semakin meningkatnya chronic noncommunicable disease, termasuk chronic kidney disease (CKD). Pengambilan
sampel dilakukan dengan melakukan survey tahunan pada masyarakat yang
sedang melakukan terapi pengganti ginjal dalam modalitas apapun, seperti
hemodialisis, peritoneal dialisis, living with a functioning graft (LFG), dan
transplantasi ginjal. Kemudian, peneliti membandingkan insidensi dan prevalensi
dengan kejadian CKD pada tahun sebelumnya dan mencari korelasi antara
modalitas terapi pengganti ginjal dengan pendapatan nasional dan angka harapan
hidup. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan penggunaan terapi
pengganti ginjal dalam berbagai modalitas tersebut, namun penggunaan
hemodialisis-lah yang menduduki peringkat pertama. Lalu, analisis multivariat
mendapati bahwa terapi pengganti ginjal berkorelasi positif dengan pendapatan
nasional (r2=0,86; P<0,05) dan angka harapan hidup (r2=0,58;P<0,05), namun
analisis bivariat mendapati hanya modalitas hemodialisis dan transplantasi ginjal
saja yang memiliki hubungan bermakna dengan kedua variabel di atas.
DM merupakan penyebab utama terjadinya end stage renal disease, namun
insidensi DM tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pendapatan nasional
dan angka harapan hidup. Sementara penyebab kematian akibat CKD terutama
berasal dari kardiovaskular (45%), diikuti infeksi (22%) dan neoplasma (10%).
Maka, perlu adanya program preventif DM dan hipertensi pada daerah ini.
Primary Injuries and Secondary Organ Failures in Trauma Patients with Acute
Kidney Injury Treated with Continuous Renal Replacement Therapy
Pasien trauma dapat memberikan komplikasi serius berupa cedera ginjal akut yang
membutuhkan terapi pengganti ginjal terus-menerus. Sebuah penelitian retrospektif
menunjukan bahwa 42 dari 506 pasien trauma dewasa yang dirawat di ICU
Pada penelitian ini dibuktikan bahwa terapi penggantian ginjal atau transplantasi
ginjal membawa hasil yang lebih baik daripada hemodialisa pada pasien gagal
ginjal terminal. Terapi ini juga lebih terjangkau harganya daripada hemodialisa
karena hemodialisa harus dilakukan secara berulang-ulang. Namun, terapi
penggantian ginjal memiliki risiko cukup tinggi karena memerlukan ginjal yang
sesuai dengan kriteria dari ginjal penerima donor. Penerima donor juga harus
diperiksa secara menyeluruh agar ginjal hasil transplantasi dapat bekerja dengan
baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien lansia (usia >70 tahun) dengan
penyakit ginjal kronik (eGFR < 20mL/menit) yang dibagi kedalam dua kelompok
studi, yaitu pasien yang memilih conservative managment atau CM (berupa best
supportive care oleh palliative medicine consultant) atau renal replacement therapy
atau RRT (dialysis) diperoleh data bahwa peluang perbaikan kesehatan pada
pasien yang memilih renal replacement theraphy lebih baik, meski tingkat kematian
pasien di rumah sakit cenderung lebih tinggi. Walau begitu, penyebab kematian
pasien CKD dengan RRT juga didukung oleh faktor comorbid dari lansia itu sendiri,
bukan karena faktor CKD semata. Sedangkan pasien CKD dengan penanganan
konservatif, peluang meninggal di rumah sakit lebih rendah, serta masalah finansial
pun tidak terlalu berat.
Terapi utama untuk pengganti ginjal pada anak adalah dialisis. Ada 2 macam
dialisis yaitu dialisis peritoneal dan dialisis intermitten. Dialisis peritoneal sudah
menjadi pilihan untuk penyakit gagal ginjal terisolasi dan sudah banyak tersedia di
pelayanan kesehatan. Dialisis intermitten digunakan bila terdapat ketersediaan
layanan keperawatan dan alat hemodialisa.
Transplantasi ginjal merupakan tatalaksana terbaik pada orang dewasa dan pada
anak-anak yang mendapati transplantasi ginjal juga memiliki persamaan dengan
orang dewasa dalam hal pengobatan regimen immunosupresif, kreatinin yang
digunakan sebagai serum biomarker, penolakan akut yang ditentukan dari biopsi
dengan menggunakan kriteria Banff serta mekanisme penolakan ginjal donor.
Pada anak-anak pasca transplantasi ginjal lebih sering terjadi infeksi virus daripada
orang dewasa.
B) Isu Urologis
Fungsi kandung kemih yang abnormal dapat menyertai gagal ginjal pada anak.
Anak dengan uropati obstruktif memiliki tingkat yang lebih tinggi terkena ISK
setelah transplantasi ginjal.
C) Imunisasi
Anak-anak memerlukan beberapa vaksinasi pada usia dini untuk melindungi
mereka dari penyakit menular yang dapat dicegah. Imunisasi lengkap pada anak
sebeum transplantasi sangat penting. Karena anak-anak dengan penyakit ginjal
stadium akhir sering memiliki respon imun suboptimal dan mengurangi durasi
imunitas, dosis awal yang lebih tinggi, dosis ekstra dan monitoring titer antibodi
dengan dosis booster vaksin mungkin diperlukan. Setelah transplantasi, pemberian
vaksin hidup umumnya dihindari tetapi imunisasi lainnya dapat diberikan setelah
obat imunosupresif telah mencapai tingkat yang rendah, biasanya 6-12 bulan
setelah transplantasi.
Prosedur operasi transplantasi ginjal pada anak dengan berat badan >30 kg sam
dengan orang dewasa sedangkan pada anak dengan berat badan <10 kg masih
perlu dilakukan insisi pada midline longitudinal abdominal.
B) Infeksi virus
Pada pasien immunocompromised (anak dengan transplantasi) akan lebih mudah
terinfeksi virus terutama EB virus dan BK virus sehingga meningkatkan risiko
kepada anak terutama jika mendapatkan donor dengan serologi positif.
Referensi:
1. Haller M, Gutjahr G, Kramar R, Harnoncourt F, Oberbauer R. Costeffectiveness analysis of renal replacement therapy in Austria. Nephrol Dial
Transplant. 2011;26(9):298895.
2. Rosa-Diez G, Gonzalez-Bedat M, Pecoits-Filho R, Marinovich S, Fernandez
S, Lugon J, et al. Renal replacement therapy in Latin American end-stage
renal disease. Clin Kidney J. 2014 Aug;7(4):431-6.
3. Beitland S, Os I, Sunde K. Primary injuries and secondary organ failures in
trauma patients with acute kidney injury treated with continuous renal
replacement therapy. Scientifica. 2014; 2014:e235215.
4. Strazdins V, Watson AR, Harvey B. Renal replacement therapy for acute
renal failure in children: European Guidelines. Pediatric Nephrology 2004
02;19(2):199-207.
5. Hussain J, Mooney A, Russon L. Comparison of survival analysis and
palliative care involvement in patients aged over 70 years choosing
conservative management or renal replacement therapy in advanced chronic
kidney disease. Palliative Medicine. 2013;27(9):829-839.
6. Shin DH, Lee MJ, Kim SJ, Oh HJ, Kim HR, Han JH, et al. Preservation of
renal function by thyroid hormone replacement therapy in chronic kidney
disease patients with subclinical hypothyroidism. J Clin Endocrinol Metab.
2012;97(8):273240.