Anda di halaman 1dari 27

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr.

SOEPRAOEN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA MAHASISWA : Andriani Vivi

NIM : 191066

RUANG :

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ELIMINASI FEKAL

I. KONSEP DASAR KEBUTUHAN


1. Definisi
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme
berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus (Tarwoto dan
Wartonah, 2004). Eliminasi fekal adalah proses pengosongan usus yang sering disebut
dengan buang air besar (Hidayat, 2006). Sistem pencernaan merupakan saluran
panjang (kurang lebih 9 meter) yang terlibat dalam proses pencernaan makanan, mulai
dari mulut sampai dengan anus. Saluran ini akan menerima makanan dari luar tubuh
dan mempersiapkannya untuk diserap serta bercampur dengan enzim dan zat cair
melalui pencernaan baik dengan cara mengunyah, menelan, dan mencampur menjadi
zat-zat gizi.
2. Anatomi Fisiologi
a) Saluran Gastrointestinal Bagian Atas
1. Mulut
Mulut merupakan jalan masuknya makanan yang pertama kali untuk sistem
pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat pencernaan (gigi dan lidah).
Serta kelenjar pencernaan untuk membantu pecernaan makanan. Secara umum
mulut terdiri atas dua, yaitu bagian atas dan luar (vestibula) yaitu ruangan yang
diantara gusi, gigi, bibir, dan pipi. Dan rongga mulut bagian dalam yaitu rongga
yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, platum, dan mandibularis di sebelah
belakang dan bersambung ke faring. Di rongga mulut makanan yang masuk akan
dicerna secara mekanik dengan cara di cabik-cabik dan dikunyah, serta secara
kimiawi melalui peran enzim dan saliva.
2. Faring

1
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
esophagus. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan
kelenjar limfa yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi.
3. Esofagus
Esofagus merupakan bagia saluran pencernaan sepanjang 25 cm dan
berdiameter 2 cm. Esofagus berbentuk seperti tabung berotot yang
menghubungkan rongga mulut dengan lambung, dengan bagian posterior
berbatasan dengan faring setinggi kartilago cricoidea dan sebelah anterior
berbatasan dengan corpus vertebrae.
4. Lambung
Lambung merupakan organ pencernaan yang paling fleksibe karena dapat
menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf J atau kubah
dan terletak di kuadran kiri bawah abdomen. Lambung merupakan kelanjutan dari
esophagus bagian superior dan bersambung dengan usus halus dengan
duodenum. Fungsi utama dari lambung adalah menyimpan makanan yang sudah
tercampur cairan yang dihasilkan lambung.
b) Saluran Gastrointestinal Bagian Bawah
1. Usus Halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak di antara
sfingter pylorus lambung dengan katub ileosekal yang merupakan bagian awal
usus besar. Posisinya terletak di sentral bawah abdomen yang didukung oleh
lapisan mesenterika yang memungkinkan usus halus ini mengalami perubahan
bentuk. Mesenterika ini dilapisi pembuluh darah, persarafan, dan saluran limfa
yang menyuplai kebutuhan dinding usus.
2. Usus Besar atau Kolon
Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus.
Kolon memiliki panjang 1,5 meter dalam bentuk seperti huruf U terbalik. Usus
besar dibagi menjadi 3 bagian yaitu : kolon asenden, kolon transversum, dan
okolon desenden. Fungsi kolon yaitu :
- Menyerap air selama proses pencernaan
- Tempat dihasilkannya vitamin K dan H (biotin) sebagai hasil sisbiosis dengan
bakteri usus misalnya E.Coli
3. Rektum
Rektum merupakan kubang tenpat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum
dibuang lewat anus feses akan ditampung terlebih dahulu pada bagian rektum.
Apabila feses sudah siap dibuang, maka otot sfingter rektum mengatur
pembukaan dan penutupan anus.

2
3. Jenis Gangguan Kebutuhan Dasar
a) Konstipasi
Gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dank eras
melalui usus besar.
b) Impaksi fekal
Massa feses yang keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan
akumulasi material feses yang berkepanjangan.
c) Diare
Keluarnya feses cairan dan menungkatkan frekuensi buang air besar akibat
cepatnya kimus melewati usus besar sehingga usus besar tidak mempunyai waktu
yang cukup untuk menyerap air.
d) Inkontinensia Alfi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrolpengeluaran feses dan gas
melalui sfingter anus akibat kerusakan sfingter atau persarafan daerah anus.
e) Kembung
Flatus yang berlebihan didaerah intenstinal sehingga menyebabkan distensi
intestinal.
f) Hemoroid
Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan daerah
tertentu.
4. Tanda dan Gejala Gangguan Kebutuhan Dasar
a) Impaction
Merupakan akibat konstipasi yang tidak berakhir sehingga tumpukan fases yang
keras di rektum tidak dikeluarkan. Impaction berat yaitu tumpukan feses sampai pada
kolon sigmoid. Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar,
konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstigasi.
b) Konstipasi
Merupakan gejala bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai
dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengedan. BAB keras dapat
menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih
lama sehingga banyak air yang diserap.
c) Diare
Merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi
intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi didalam kolon
merupakan fakta tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa.
Akibatnya feses menjadi encer dan pasien tidak dapat mengontrol serta menahan
BAB.
d) Inkontinensia Fekal

3
Keadaan dimana tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer
dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spinter anal,
penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord, dan tumor spingter anal eksternal.
e) Hemoroid
Adanya dilatasi, pembengkakan vena pada dinding rektum (bias internal dan
eksternal)
5. Etiologi Gangguan Kebutuhan Dasar
a) Pola Diet Tidak Adekuat / Tidak Sempurna
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya
selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan
tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini
berdampak pada gangguan pencernaan, dibeberapa bagian jalur dari pengairan
feses.
b) Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukian cairab
yang adekuat atau pengeluaran (contoh : urine, muntah) yang berlebihan untuk
beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chime ketika ia
lewat disepanjang kolon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,
menghasilkan feses yank eras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan
memperlambat perjalanan chime disepanjang intestinal, sehingga meninggalkan
reabsorbsi cairan dari chyme.
c) Meningkatnya Stres Psikologi
Stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu termasuk diare
kronik, seperti ulcus pada colitis, bisa jadi mempunyai pikologi. Diketahui beberapa
orang yang cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitasperistaltik dan frekuensi
diare. Ditambah lagi orang yang depresi bisa memperlambat mobilitas intestinal
yang berdampak pada konstipasi.
d) Kurang Aktivitas, Kurang Berolahraga, Berbaring Lama
Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak peristaltik dan
dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan
terjadi reabsorbsi cairan feses sehingga feses mengeras.
e) Obat-Obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengaruh terhadap eliminasi
yang normal. Seperti menyebabkan diare, menyebabkan diare, menyebabkan
konstipasi. Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative
adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses.
Obat ini melunakkan feses dan mempermudah defekasi.

4
f) Usia
Umur mempengaruhi karakteristik feses dan pengontrolannya. Anak tidak mampu
mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuscular berkembang, biasanya
antara umur 2-3 tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan dalam proses
pengosongan lambung. Diantaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang
normal) dari otot-otot polos kolon yang dapat berakibat pada melambatnya
peristaltic dan mengerasnya (mengeringnya) feses dan menurunnya tonus dari otot-
otot perut yang juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung.
g) Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord
dan tumor.
Cedera pada sumsum tulang belakang dan kepala dapat menurunkan semulus
sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa membatasi kemampuan klien
untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan
toilet atau bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien
bisa mengalami fekalin kontinentra karena sangat berkurangnya fungsi dari
spinkterani.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
Tanyakan pada klien secara cermat dan menyeluruh tentang hal-hal sebagai berikut :
a) Pola Defekasi
- Frekuensi (beberapa kali perhari / minggu)
- Frekuensi pernah berubah atau tidak
- Penyebabnya
b) Perilaku defekasi
- Klien menggunakan laksatif atau tidak
- Cara klien mempertahankan pola defekasi
c) Deskripsi feses
- Warna
- Tekstur
- Bau
d) Diet
- Makanan yang mempengaruhi perubahan pola defekasi klien
- Makanan yang biasa klien makan
- Makanan yang klien hindari atau pantang dimakan
- Klien makan secara teratur

5
e) Cairan
Jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi setiap hari
f) Aktifitas
- Kegiatan sehari-hari (missal olahraga)
- Kegiatan spesifik yang dilakukan klien (missal penggunaan laksatif, enema atau
kebiasaan mengonsumsi sesuatu sebelum defekasi)
g) Penggunaan medikasi. Apakah klien bergantung pada obat-obatan yang dapat
mempengaruhi pola defekasinya.
h) Stress
- Klien mengalami stress yang berkepanjangan atau tidak
- Koping apa yang biasa klien gunakan dalam menghadapi stres
- Respon klien terhadap stress, positif atau negatif
i) Pembedahan atau penyakit menetap
- Klien pernah mengalami indakan bedah yang dapat mengganggu pola defekasi atau
tidak
- Klien pernah menderita penyakit yang mempengaruhi sistem gastrointestinalnya atau
tidak
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan abdomen seperti ada atau tidaknya distensi,
sismetris atau tidak, gerakan peristaltic, adaya massa pada perut, dan tenderness.
Kemudian pemeriksaan rectum dan anus dinilai dari ada atau tidaknya tanda inflamasi,
seperti perubahan warna, lesi, fistula, hemorrhoid, dan massa.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi berhubungan dengan :
- Tidak adekuatnya diet berserat
- Immobilisasi/tidak adekuatnya aktifitas fisik
- Nyeri saat defekasi
- Perubahan kebiasaan rutin (Pemasukan diet)
- Penyalahgunaan laksatif
- Menunda defekasi
- Penggunaan oat yang menyebabkan konstipasi (anti analgesic, antacid dan
antikolinergal)
2. Diare sehubungan dengan :
- Stress emosional, cemaas
- Tidak toleransi terhadap makanan (makanan busuk, beracun)
- Gangguan diet
- Efek samping obat
- Alergi

6
- Inflamasi (radang) bowel
- Tindakan huknah
3. Inkontinensia bowel sehubungan dengan :
- Gangguan sistem syaraf sentral
- Injuri spinal cord
- Ketidakmampuan menahan defekasi
- Diare
- Impaktion fekal
- Gangguan proses fakir/persepsi
- Kelemahan
Potensial keurangan volume cairan sehubungan dengan diare
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan :
- Mengenal eliminasi normal
- Kembali kekebiasaandefekasi yang regular
- Cairan dan makanan yang sesuai
- Olahraga yang teratur
- Rasa nyaman terpenuhi
- Integritas kulit data dipertahankan
- Konsep diri baik
Rencana tindakan :
1) Kaji perubahan faktor yang memengaruhi masalah eliminasi fekal
2) Kurangi faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah seperti :
a) Konstipasi secara umum
- Membiasakan pasien untuk buang air secara teratur, misalnya pergi ke kamar
mandi satu jam setelah makan pagi dang tinggal disana sampai ada keinginan
buang air.
- Meningkatkan asupan cairan dengan banyak minum.
- Diet yang seimbang dan makan bahan makanan yang banyak mengandung serat.
- Melakukan latihan fisik, misalnya melatih otot perut.
- Mengatur posisi yang baik untuk buang air besar, sebaiknya posisi duduk
dengan lutut melentur agar otot punggung dan perut dapat membantu
prosesnya.
- Anjurkan untuk tidak memaksakan diri dalam buang air besar.
- Berikan obat laksanatif, misalnya dulcolax TM atau jenis oat supositoria.
- Lakukan enema (huknah)
b) Konstipasi akibat nyeri
- Tingkatkan asupan cairan

7
- Diet tingkat serat
- Tingkatkan latihan setiap hari
- Berikan pelumas disekitar anus untuk mengurangi nyeri
- Kompres dingin sekitar anus mengurangi rasa gatal.
- Rendam duduk atau mandi di bak dengan air hangat (43-46 derajat celcius,
selama 15 menit) jika nyeri hebat.
- Berikan pelunak feses.
- Cegah duduk lama apabila heremoid, dengan cara berdiri tiap 1 jam kurang lebih
5-10 menit untuk menurunkan tekanan.
c) Konstipasi kolonik akibat perubahan gaya hidup
- Berikan stimulus untuk defekasi, seperti minum kopi atau jus.
- Bantu pasien untuk menggunakan pispot bila memungkinkan.
- Gunakan kamar mandi daripada pispot bila memungkinkan.
- Ajarkan latihan fisik dengan memberikan ambulasi, latiha rentang gerak, dan
lain-lain.
- Tingkatkan diet tinggi serat buat dan sayuran.
d) Inkontinensia usus
- Pada waktu tertentu setiap 2 atau 3 jam, etakkan pot di bawah pasien.
- Berikan latihan buang air besar dan anjuran pasien untuk selalu berusaha
latihan.
- Kalar inkon tinensia hebat, diperlukan adanya pakaian dalam yang tahan lembab,
supaya pasien dan sprei tidak begitu kotor.
- Pakai laken yang dapat dibuang dan menyenangkan untuk dipakai.
- Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau jus buah (minuman yang
merangsang peristaltic) sebelum waktu defekasi.
- Bantu pasien ke toilet (program ini kurang efektif jika pasien menggunakan
pispot)
- Jaga prluasi pasien dan batasi waktu defekasi (15-20 menit)
- Instruksikan pasien untuk di toilet, gunakan tangan untuk menekan terus ke
bawah dan jangan mengedan untuk merangsang feses keluar.
D. PELAKSANAAN
1. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan untuk
mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkap dan
pemeriksaan kultur (pembiakan). Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan
feses yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau konsistensi, lender, darah, dan lain-
lain. Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan
cara touch here (prosedur pengambilan feses melalui tangan).

8
Alat :
- Tempat penampung atau botol penampung beserta penutup
- Etiket khusus
- 2 batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses
Prosedur kerja :
- Cuci tangan
- Jelas prosedur yang dilakukan
- Anjuran pasien untuk buang air besar lalu ambil feses melalui lidi kapas yang telah
dikeluarkan, setelah selesai anjurkan pasien untuk membersihkan daerah sekitar
anusnya.
- Masukkan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan
- Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan
- Cuci tangan.
E. EVALUASI
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan eliminasi fekal dapat dinilai dengan adanya
kemampuan dalam :
1. Memahami cara eliminasi yang normal
2. Melakukan latihan secara teratur, seperti rentang gerak atau lain (jalan, berdiri, dan
lain-lain)
3. Mempertahankan defekasi secara normal yang ditunjukkan dengan kemampuan
pasien dalam mengontrol defekasi tanpa bantuan obat/enema, berpartisipasi dalam
program latihan secara teratur, defekasi tanpa harus mengedan.
4. Mempertahankan rasa nyaman yang ditunjukkan dengan kenyamanan dalam
kemampuan defekasi, tidak terjadi bleeding, tidak terjadi inflamasi dan lain-lain.
5. Mempertahankan integrasi kulit yang ditunjukkan keringnya area perianal, tidak ada
inflamasi atau ekskoriasi, keringnya kulit sekitar stoma, dan lain-lain.
SUMBER/REFERENSI:

A. Aziz Alimul H. 2006. Penerbit Medika : Jakarta

Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. 2016. Laporan Pendahuluan Gangguan Kebutuhan Pola
Eliminasi Diare. (online). Dari http://ilmukeperawatandankesehatan.blogspot.com /2016/01/
laporan-pendahuluan-pola.html?m=o

Dewi, Ni Putu Pande Safya Systa. 2012. Laporan Pendahuluan Eliminasi Fekal.

9
POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Andriani Vivi Tempat Praktik :


NIM : 191066 Tgl Praktik :

A. Identitas Klien
Nama : Tn. E No. RM :

Usia : 65 tahun Tanggal Masuk : 30 November 2010

Jenis kelamin : Laki-laki Tanggal Pengkajian : 31 November 2010

Alamat : Surabaya Sumber Informasi : Istri Klien

No. Telepon : 0897739xxxx Nama klg. dekat yang bisa dihubungi:

Status pernikahan : Sudah menikah Bu Eni

Agama : Islam Status : Istri Klien

Suku : Jawa Alamat : Surabaya

Pendidikan : SMA No. telepon : 0812339xxxx

Pekerjaan : Buruh Tani Pendidikan : SMA

Lama bekerja : 3 tahun Pekerjaan : Buruh

B. Status Kesehatan Saat Ini


1. Keluhan utama : nyeri pada perut, seminggu belum BAB
2. Lama keluhan : ± 1 minggu
3. Kualitas keluhan: nyeri seperti ditusuk-tusuk
10
4. Faktor pencetus: Konstipasi Fekal
5. Faktor pemberat: Kurang makan sayur dan kurang minum air putih
6. Upaya yang telah dilakukan: Makan sayur dan minum air putih
7. Keluhan saat pengkajian:
Klien mengatakan merasa nyeri pada perut bagian bawah, seminggu belum BAB, biasanya
bisa BAB 3 hari sekali, mudah lelah saat melakukan aktivitas sehari-hari.

Diagnosa Medis: Konstipasi fekal

C. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Klien mengatakan bahwa sudah seminggu
belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB tiga hari sekali. Sejak saat itu klien tidak pernah
menghabiskan porsi makan sehari-harinya. Selain itu, kakek mengaku mudah lelah untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.

D. Riwayat Kesehatan Dahulu


1. Penyakit Yang Pernah Dialami
a. Kecelakaan (Jenis &waktu) : tidak ada
b. Operasi (Jenis &waktu) : tidak ada
c. Penyakit :
 Kronis : tidak ada
 Akut : tidak ada
d. Terakhir masuk RS: tidak ada
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll) : tidak ada
3. Imunisasi : tidak ada
( √ )BCG ( √ )Hepatitis
( √ )Polio ( √ )Campak
( √ )DPT ( )……………
4. Kebiasaan
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
- Merokok 2-3 batang/hari sejak usia ±20 tahun sampai sekarang.
- Setiap hari hanya mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat dan protein,
tidak suka minum air putih dan buah-buahan.
5. Obat-obatan yang digunakan : tidak ada
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien tidak pernah menderita seperti yang dialami klien dan tidak memiliki riwayat
penyakit kronis lainnnya.

F. Genogram

Tn. E
65 thn
Konstipasi
fekal
11
G. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
 Kebersihan Disapu dan dipel setiap hari Disapu dan dipel setiap hari
 Bahaya Kecelakaan Tidak ada Lahan pertanian
 Polusi Rumah dekat dengan sumber Pekerjaan dekat dengan
polusi, seperti pabrik sumber polusi, seperti asap
kendaraan
 Ventilasi Cukup Cukup
 Pencahayaan Cukup, cahaya bisa masuk Cukup, cakaya bisa masuk
kedalam rumah kedalam rumah

H. Pola Aktivitas – Latihan


Jenis Rumah Rumah sakit
Sebelum sakit Sesudah sakit
 Makan minum 0 0 0
 Mandi 0 0 2
 Berpakaian/berdandan 0 0 2
 Toileting 0 0 2
 Mobilitas di tempat tidur 0 0 0
 Berpindah 0 0 2
 Berjalan 0 0 2
 Naik tangga 0 0 2
Pemberian skor : 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu 1 orang, 3 = dibantu>1 orang, 4 =
tidak mampu

I. Pola Nutrisi Metabolik


Jenis Rumah Rumah sakit
 Jenis diet nasi Diet serat (bayam, wortel,
dll)
 Frekuensi/pola 3x/hari 3x/hari
 Porsi yng dihabiskan 1 porsi 1/2 porsi
 Komposisi menu Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
 Pantangan Makanan tinggi serat Tinggi serat
 Nafsu makan Baik Tidak nafsu makan
 Fluktuasi BB 6 bulan terakhir tetap Tetap
 Jenis minuman Air putih dan teh Air putih
 Frekuensi/pola 1-4 gelas/hari 6-8 gelas/hari

J. Pola Eliminasi
Rumah Rumah sakit
BAB
 Frekuensi/pola 1x/minggu 1-3x/minggu
 Konsistensi Sangat padat, keras Padat, lunak
 Warna & bau Coklat tua, bau khas feses Kuning kecoklatan, bau khas

12
feses
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
 Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
BAK
 Frekuensi/pola 1-4x/hari, ±80 cc/BAK 6-7x/hari, ±150 cc/ BAK
 Konsistensi cair Cair
 Warna & bau Kuning pekat, bau khas Kuning jernih, bau khas urin
urin
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
 Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
K. Pola Tidur – Istirahat
Rumah Rumah sakit
Tidur siang : lamanya Jarang tidur siang 1 jam
 Jam….s/d….. Tidak ada 11.00-12.00
 Kenyamanan stlh tidur Nyaman Nyaman
Tidur malam : lamanya 7-8 jam 6-7 jam
 Jam….s/d….. 21.00-04.00 22.00-04.00
 Kenyamanan stlh tidur Nyaman Nyaman
 Kebiasaan sblm tidur BAK BAK
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
 Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

L. Pola Kebersihan Diri


Rumah Rumah sakit
 Mandi : frekuensi 2x /hari 2x/hari
Penggunaan sabun Ya Ya
 Keramas : frekuensi 3 kali sehari 2 kali sehari
Penggunaan sampo Ya Ya
 Gosok gigi : frekuensi 2x/hari 2x/hari
Penggunaan odol Ya Ya
 Ganti baju : frekuensi 1x/hari 2x/hari
 Potong kuku : frekuensi 1 minggu sekali 1 minggu sekali
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
 Upaya yg dilakukan Tidak ada Tidak ada

M. Pola Toleransi Koping-Stress


1. Pengambilan keputusan: ( √ ) sendiri ( ) dibantu orang lain, sebutkan
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll) :
tidak ada
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah : melakukan aktivitas
4. Harapan setelah menjalani perawatan : segera sembuh dan pulang
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit : tidak ada
N. Konsep Diri

13
1. Gambaran : klien percaya diri dengan tubuhnya, bagian tubuh yang paling disukai mata,
tidak ada yang tidak disukai
2. Ideal diri : Klien berharap segera sembuh dan pulang ke rumah, bisa beraktifitas seperti biasa
kembali, tidak kambuh lagi penyakitnya, klien menerima penyakitnya sebagai cobaan yang
pasti terlewati.
3. Harga diri : Klien puas dengan kehidupannya sampai saat ini, merasa diterima di
lingkungannya, dan optimis dengan kehidupannya.
4. Peran : Klien berperan sebagai kepala keluarga, jika tidak sedang sakit masih bisa beraktivitas
sehari-hari dan kadang kesawah,masih aktif mengikuti kegiatan masyarakat seperti tahlilan.
5. Identitas diri : klien puas sebagai seorang laiki-laki,puas dengan pekerjaan,dan kondisinya
sekarang.

O. Pola Peran dan Hubungan


1. Peran dalam keluarga: kepala keluarga : kepela keluarga
2. Sistem pendukung: suami/istri/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-lain, sebutkan:
3. Kesulitan dalam keluarga: tidak ada -
( ) hubungan dengan orang tua ( ) hubungan dengan pasangan
( ) hubungan dengan sanak saudara ( ) hubungan dengan anak
( ) lain-lain sebutkan,
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: tidak ada
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi : tidak ada
P. Pola Komunikasi
1. Bicara ( √ ) Normal ( ) bahasa utama
( ) Tidak jelas ( ) bahasa daerah
( ) bicara berputar putar ( ) rentang perhatian
( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain ( ) afek
Q. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: ( √ ) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( √ ) perhatian ( √ ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti
R. Pola Nilai dan Kepercayaan
1. Apakah Tuhan, agama, dan kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yang dilakukan di rumah (jenis dan frekuensi) : sholat 5 waktu,
ngaji
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS : sholat 5 waktu, mengaji

14
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melakukan ibadahnya : dapat memfasilitasi ibadah
S. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : k/u lemah
 Kesadaran : compos mentis, GCS 456
 Tanda tanda vital :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg Suhu : 35,5◦C
Nadi : 85x/menit,normal RR : 16x/menit
 Tinggi Badan : 165 cm Berat Badan : 60 kg

2. Kepala & Leher


a. Kepala
 Bentuk: simetris
 Massa:
 Distribusi rambut: beruban tapi tidak merata
 Warna kulit kepala:hitam putih
 Keluhan: pusing/sakit kepala/migraine, lainnya:
b. Mata
 Bentuk: simetris
 Konjungtiva: tidak anemis
 Sklera : tidak ikterik
 Pupil: ( + ) reaksi terhadap cahaya ( ) isokor ( ) miosis ( ) pin point ( ) midriasis
 Tanda radang: tidak ada
 Fungsi penglihatan: baik
 Penggunaan alat bantu:tidak ada
c. Hidung
 Bentuk : simetris
 Warna : kulit
 Pembengkakan : tidak ada
 Nyeri tekan : tidak ada
 Perdarahan : tidak ada
 Sinus : tidak ada peradangan
d. Mulut & Tenggorokan
 Warna bibir : coklat
 Mukosa : lembab,pucat
 Ulkus : tidak ada
 Lesi : tidak ada
 Massa : tidak ada
 Warna lidah : merah muda
 Perdarahan gusi : tidak ada
 Karies : tidak ada
 Gangguan bicara tidak ada :
e. Telinga
 Bentuk : simetris
 Warna : kulit
 Lesi : tidak ada
 Massa : tidak ada
 Nyeri : tidak ada
 Nyeri tekan : tidak ada
f. Leher
 Kekakuan : tidak ada
 Benjolan/massa : tidak ada
 Vena jugularis : tidak ada distensi

15
 Nyeri : tidak ada
 Nyeri tekan : tidak ada
 Keterbatasan gerak : tidak ada
 Keluhan lain : tidak ada
3. Thorak & Dada
 Jantung
- Inspeksi : pulsasi incus cordis tidak terlihat
- Palpasi : denyutan aorta teraba, tidak terdapat nyeri tekan, letak incus cordisteraba di ics6
mid clavicular sinistra.
- Perkusi : batas jantung atas di ICS 2, batas jantung kiri bawah di ICS6, suara pekak
- Auskultasi : BJ I di ICS IV line sternalis sinistra ICS V mid clavicula sinistra, tidak terdengar
bunyi jantung tambahan mumur/gallop.
 Paru
- Inspeksi : bentuk dada normal chest, pergerakan dada simetris, dyspnea (-), penggunaan u
nafas (-), pernafasan cuping hidung (-)
- Palpasi : focal fremitus simetris, nyeri tekan (-)
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : tidak ada bunyi nafas tambahan, Rh (-), Wh (-)
4. Payudara & Ketiak
 Benjolan/massa : tidak ada
 Bengkak : tidak ada
 Nyeri : tidak ada
 Nyeri tekan : tidak ada
 Kesimetrisan : tidak ada
5. Punggung & Tulang Belakang : tidak ada kelainan bentuk, lesi (-), massa (-), nyeri (-), lesi (-)
6. Abdomen
 Inspeksi : bentuk cembung, lesi (-), massa (-), nyeri (-)Palpasi.
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : bising usus 15x/menit
7. Genitalia & Anus
 Inspeksi : bersih, tidak ada sekret
 Palpasi : tidak terkaji (pasien tidak memiliki gangguan pada genetalia dan anus)
8. Ekstremitas (kekuatan otot, kontraktur, deformitas, edema, luka, nyeri/nyeri tekan, pergerakan)
 Atas : kekuatan otot 5/5, deformitas (-), edema -/-. Lesi (-), terpasang infus pada tangan kanan.
 Bawah : kekuatan otot 5/5, deformitas (-), edema -/-, lesi (-)
9. Sistem Neurologi 9SSP : I-XII, reflek, motorik, sensorik)
Reflek mata terhadap cahaya +/+, reflek patella (+)
10. Kulit & Kuku
 Kulit : (warna, lesi, turgor, jaringan parut, suhu, tekstur, diaphoresis)
Warna sawo matang, lesi (-), turgor <3 detik, jaringan parut (-), akral dingin, diaphoresis (+)
 Kuku : (warna, lesi, bentuk, CRT)
Clubbing finger (-), bentuk normal, CRT <2 detik

T. Hasil Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, USG, Rontgen, MRI)


Tanggal 31 Desember 2010
Hematologi
- Hb 14,4 (12-17 mg/dl)
- Leukosit 6.000 (4-10 ribu/cmm)
- Trombosit 197.000(150-450 ribu)
- PCV 42,3 (40-50%)
Faal ginjal
- Ureum 40 (15-45 mg/dl)
- Kreatinin 1 (0,7-1,4 mg/dl)

16
U. Terapi (Medis, RehabMedik, Nutrisi)
Inf NS 20 tts/menit
Diet serat (tinggi serat)
O2 2lpm via nasal canul

V. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya


Klien menganggap penyakitnya sebagai cobaan dari Allah yang pasti akan berlalu
W. Kesimpulan
Penderita mengalami kontipasi fekal/sembelit yang diharuskan banyak mengonsumsi makanan
yang banyak mengandung serat.
X. Perencanaan Pulang
 Tujuan Pulang : pulang
 Transportasi pulang : sepeda montor
 Dukungan keluarga : ada, klien dirawat oleh istri dan anak di rumah
 Antisipasi bantuan biaya setelah pulang : BPJS
 Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang : klien dirawat oleh istri dan anaknya dirumah
 Pengobatan : Tidak dilanjutkan
 Rawat jalan ke : tidak ada
 Hal hal yang perlu diperhatikan di rumah :
- Hindari mengangkat beban berat
- Batasi pekerjaan dan kegiatan sosial, lakukan aktivitas secara bertahap sampai kesehatan
pulih
- Jika timbul nyeri perut berulang segera kelayanan kesehatan
 Keterangan lain : tidak ada

Malang,
Pengkaji

______________________

ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. Data subjektif : Pola BAB tidak teratur Konstipasi
Seminggu tidak BAB,
kebiasaan BAB tiga kali Eliminasi feses tidak lancar

17
sehari
Data objektif : Konstipasi
Inspeksi : pembesaran
abdomen.
Palpasi : perut terasa
keras, ada impaksi feses.
Perkusi : redup.
Auskultasi : bising usus
tidak terdengar.

2. Data subjektif: Sulit BAB Nutrisi kurang dari


Klien tidak nafsu makan kebutuhan
Data objektif: Perut terasa begah
Bising usus tidak
terdengar. Nafsu
makan menurun

Menurunnya intake makanan

3. Data subjektif: konsistensi tinja yang keras Nyeri Akut

Keluhan nyeri dari pasien


sulit keluar
Data objektif:
Perubahan nafsu makan Akumulasi di kolon

Nyeri abdomen

ANALISA DATA

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA KLIEN : Tn. E

NO.REG :

NO TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA


MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI TANGAN

18
1. 31 Desember    Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi 1 Januari 2020
2020 tidak teratur.

2. 31 Desember Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan 1 Januari 2020


2020 berhubungan dengan hilangnya nafsu makan.

3. 31 Desember Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi 1 Januari 2020


2020 feses keras pada abdomen.

19
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama / Usia : Tn. E / 65 tahun Dx / No.Reg :


N TGL DX KEPERAWATAN TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
O HASIL
1 Konstipasi Tujuan  setelah Manajemen eleminasi fekal (1.04151)
. berhubungan dengan melakukan tindakan Observasi :
pola defekasi tidak keperawatan selama 1x24 1.Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat a. Untuk mengembalikan keteraturan pola
teratur dibuktikan jam eliminasi fekal pencahar defekasi klien
dengan feses keras. membaik. 2. Identifikasi pengobatan yang berefek pada b. Untuk memfasilitasi refleks defekasi
(D.0049) Kriteria hasil                : kondisi gastrolntestinal. c. Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan
1)      1. Kontrol pengeluaran 3. Monitor buang air (mis. Warna, frekuensi, eliminasi fekal
feses (5) konsistensi, volume) d. Untuk melunakkan eliminasi feses
2)      2.Konsistensi feses lembut 4. Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi, e. Untuk melunakkan feses
(5) atau impaksi.
3)      3.Mengejan saat defekasi Terapeutik :
menurun (1) 1. Berikan air hangat setelah makan
(L.04033) 2. Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien.
3. Sediakan makanan tinggi serat.
Edukasi :
1. Jelaskan jenis makanan yang membantu
meningkatkan keteratuan peristaltik usus.
2. Anjurkan mencatat warna, frekuensi,
konsistensi, volume feses.
3. Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai
toleransi.

20
4. Anjurkan pengurangan asupan makanan yang
meningkatkan pembentukan gas.
5. Anjurkan meningkatkan asupan cairan.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria anal.

2 Devisit nutrisi Tujuan : Setelah melakukan Manajemen nutrisi (1.03119)


. berhubungan dengan tindakan keperawatan selama Observasi :
hilangnya nafsu 1x24 jam status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi. a. Menjaga pola makan pasien sehingga
makan dibuktikan membaik. 2.Identifikasi alergi dan intoteransi makanan. pasien makan secara teratur
dengan berat badan Kriteria Hasil   : 3. Identifikasi makanan disukai. b.      Pasien merasa nyaman dengan
menurun minimal 1. Porsi makanan yang 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis makanan yang dibawa dari rumah dan
10% dibawah rentang dihabiskan (5). nutrient. dapat meningkatkan nafsu makan pasien.
ideal (D.0019) 2. Verbalisasi keinginan 5. Identifikasi perlunya pengggunaan selang c.       Dengan pemberian porsi yang besar
untuk meningkatkan nasogastric. dapat menjaga keadekuatan nutrisi yang
nutrisi (5) 6. Monitor asupan makanan. masuk.
3. Perasaan cepat kenyang 7. Monitor berat badan. d.      Tinggi karbohidrat, protein, dan
(1) 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium. kalori diperlukan atau dibutuhkan selama
4. Berat badan (5) Terapeutik : perawatan.
5. Frekuensi makanan (5) 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan e.       Untuk mendukung peningkatan
6. Nafsu makan (5) 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. nafsu makan pasien
(L.03030) Piramida makanan) f.       Mengetahui keseimbangan intake
3. Sajikan makanan secara menariik dan suhu dan pengeluaran asuapan makanan.
yang sesuai. g.       Sebagai data penunjang adanya
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah perubahan nutrisi yang kurang dari
kontisipasi. kebutuhan

21
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi    
protein. 1)      Untuk dapat mengetahui tingkat
6. Berikan suplemen makanan. kekurangan kandungan Hb, albumin, dan
7. Hentikan pemberian makanan melalui selang glukosa dalam darah.
nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi. 2)      Klien terbiasa makan dengan
Edukasi : terencana dan teratur.
1. Anjurkan posisi duduk Menjaga keadekuatan asupan nutrisi yang
2. Ajarkan diet yang diprogramkan. dibutuhkan.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mi. Pereda nyeri, antlemetik)
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan.

3 Nyeri akut Tujuan : Observasi :


berhubungan dengan Setelah melakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, a. Klien dapat mengalihkan perhatian dari
akumulasi feses keras tindakan keperawatan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. nyeri
pada abdomen selama 1x24 jam tingkat 2. Identifikasi skala nyeri. b.      Hati-hati dalam pemberian anlgesik
dibuktikan dengan nyeri membaik. 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan opiate
tampak meringis. Kriteria Hasil         : memperingan nyeri. c.       Hati-hati dalam pemberian obat-
(D.0077) 1. Keluhan nyeri (1) Terapiotik : obatan pada lansia
2. Meringis (1) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk a.       Observasi
3. Gelisah (1) mengurangi rasa nyeri (mis. hypnosis, terapi 1)      Mengetahui tingkat nyeri yang
(L.08066) musik, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi dirasakan klien
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi 2)      Mengetahui karakteristik nyeri

22
bermain) 3)      Agar mngetahui nyeri secara
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa spesifik
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, b.      Health Education
kebisingan) 1)      Perawat dapat melakukan tindakan
3. Fasilitas istirahat dan tidur. yang tepat dalam mengatasi nyeri klien
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam 2)      Agar pasien tidak merasa cemas
pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesik dengan tim
medis berupa injeksi cetazolin 3x1g, pemberian
infus RL 20x/menit, diet TKTP.
(1.082380)

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

23
Nama : Tn. E Ruangan : ______________________ RM No. : _____________________Dx medis : Konstipasi Fekal

No. Tanggal/
Dx IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
Jam
Manajemen eleminasi fekal (1.04151)
S : Pasien mengatakan bahwa pengeluaran fases sudah
1 31/12/2010 Observasi :
berkurang, pasien sudah lebih tenang dan tidak panic.
08.00-08.30 1.Mengidentifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar O : - Tekanan Darah : 120/70 mmHg
2. Mengidentifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrolntestinal. - Suhu : 35,5◦C
- Nadi : 13x/menit,normal
3. Memonitor buang air (mis. Warna, frekuensi, konsistensi, volume)
08.30-08.45 - RR : 16x/menit
4. Memonitor tanda dan gejala diare, konstipasi, atau impaksi. A : Masalah teratasi
Terapeutik : P : Hentikan intervensi
08.45-09.15
1. Memberikan air hangat setelah makan
09.15-09.25 2. Menjadwalkan waktu defekasi bersama pasien.
3. Menyediakan makanan tinggi serat.
09.25-09.35 Edukasi :
1. Menjelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan keteratuan
peristaltik usus.
2. Menganjurkan mencatat warna, frekuensi, konsistensi, volume feses.
3. Menganjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai toleransi.
4.Menganjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan
pembentukan gas.
5. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan.
Kolaborasi :
09.35-09.45
1. Mengkolaborasi pemberian obat supositoria anal.
Manajemen nutrisi (1.03119)
S : Pasien mengatakan bahwa nafsu makan sudah membaik,
2 31/12/2010 Observasi : pasien sudah lebih tenang dan tidak panik.

24
08.00-08.30 1. Mengidentifikasi status nutrisi. O : - Tekanan Darah : 120/70 mmHg
2.Mengidentifikasi alergi dan intoteransi makanan. - Suhu : 35◦C
- Nadi : 90x/menit,normal
3. Mengidentifikasi makanan disukai.
- RR : 16x/menit
4. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient. A : Masalah teratasi
5. Mengidentifikasi perlunya pengggunaan selang nasogastric. P : Hentikan intervensi
08.30-08.45
6. Memonitor asupan makanan.
7. Memonitor berat badan.
8. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium.
08.45-09.15 Terapeutik :
09.15-09.25 1. Melakukan oral hygiene sebelum makan
2. Memfasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
09.25-09.35 3. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
4. Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah kontisipasi.

09.35-09.45 5. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.


6. Memberikan suplemen makanan.
7. Menghentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi.
09.45-10.00
Edukasi :
1. Mengnjurkan posisi duduk
2. Mengajarkan diet yang diprogramkan.
Kolaborasi :
1. Mengkolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mi. Pereda nyeri,
antlemetik)
2. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutren yang dibutuhkan.

31/12/2010

25
3 08.00-08.30 Manajemen Nyeri (1,.08238)
Observasi :
S : Pasien mengatakan bahwa nsudah berkurang, pasien
1.Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, nyeri,udah lebih tenang dan tidak panic.
intensitas nyeri. O : - Tekanan Darah : 120/70 mmHg
- Suhu : 36,5◦C
2. Mengidentifikasi skala nyeri.
08.30-08.45 - Nadi : 85x/menit,normal
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri. - RR : 16x/menit
Terapiotik : A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
1. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
08.45-09.15 hypnosis, terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
09.15-09.25 2. Mengkontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Memfasilitasi istirahat dan tidur.

09.25-09.55 4.Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi


meredakan nyeri.
Edukasi :
1. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
2. Menjelaskan strategi meredakan nyeri.
3. Mengnjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
4. Mengnjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
09.55-10.05 5. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
1. Mengkolaborasi pemberian analgesik dengan tim medis berupa injeksi
cetazolin 3x1g, pemberian infus RL 20x/menit, diet TKTP.

26
27

Anda mungkin juga menyukai