Anda di halaman 1dari 6

STUDI KASUS : PENERAPAN DE-ESKALASI VERBAL TERHADAP PENURUNAN

RENTANG RESPON MARAH PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN


DI UPI WANITA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

Rizki Swastika Putri1), Triyati2), Wien Soelistyo Adi3),


1)
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Poltekkes Semarang,
rswastika96@gmail.com

Abstrak
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik dan psikologis (Berkowitz,1993 dalam Caturini 2013). Pedoman National
Institute for Health and Care Excellence (NICE), 2015 menggambarkan teknik de-eskalasi verbal
merupakan komunikasi yang diterapkan pada klien yang marah atau gelisah untuk meminimalisir
kekerasan dan membuat orang tersebut mendapatkan kembali perasaan tenang dan kontrol diri.
Metode studi kasus yang didasarkan pada aplikasi evidence based practice (EBP) : de-eskalasi
verbal dengan rancangan pre and post test without control group design. Total sampel 2 responden.
Hasil studi kasus terdapat pengaruh de-eskalasi terhadap penurunan rentang respon marah pada
pasien perilaku kekerasan di ruang UPI wanita RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

Kata kunci: de-eskalasi verbal, Perilaku kekerasan, Rentang respon marah

Abstract
Violent or aggressive behavior is a form of behavior that aims to hurt someone physically and
psychologically (Berkowitz, 1993 in Caturini 2013). The 2015 National Institute for Health and
Care Excellence (NICE) guideline describes verbal de-escalation technique is communication that
is applied to clients who are angry or anxious to minimize violence and make the person regain
feelings of calm and self-control. Case study method based on the application of evidence based
practice (EBP): verbal de-escalation with the design of pre and post test without control group
design. Total sample of 2 respondents. The results of the case study have a de-escalation effect on
the decrease in the range of angry responses in patients with violent behavior in the UPI room of
the female hospital Prof. Dr. Soerojo Magelang

Keywords: verbal de-escalation, violent behavior, angry response range

1
PENDAHULUAN dengan skizofrenia adalah 19,1% (Swanson,
Gangguan jiwa adalah suatu sindrom 2016).
atau pola psikologis atau perilaku yang Data Rumah Sakit Jiwa
penting secara klinis yang terjadi pada Prof.Dr.Soerojo Magelang diruang Unit
seseorang dan dikaitkan dengan adanya Perawatan Intensive (UPI) Wanita selama
distress (misal: gejala nyeri) atau disabilitas empat bulan terakhir dari bulan Januari
(kerusakan pada satu atau lebih area fungsi sampai April tahun 2019 terdapat 41 pasien
yang penting) atau disertai peningkatan dengan perilaku kekerasan dengan jangka
resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, perawatan 3-7 hari.
disabilitas, atau sangat kehilangan Berdasarkan data diatas, pasien
kebebasan ( American Psychiatrc dengan gangguan jiwa dengan masalah
Assosiation Dalam NIC,2015). keperawatan perilaku kekerasan merupakan
Gangguan jiwa berat ada tiga macam masalah yang masih di temui pada pasien
yaitu skizofrenia, gangguan bipolar dan dan penulis tertarik untuk menganalisis
psikosis akut. Tanda skizofrenia yang teknik de-eskalasi verbal sebagai intervensi
ditinjau dari perilaku penderita yaitu keperawatan pada pasien perilaku kekerasan
menarik diri dari aktifitas sehari-hari, di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Soerojo
gelisah tidak bisa diam, perilaku aneh, Magelang.
defisit perawatan diri, menjawab pertanyaan
yang tak berhubungan, bertindak agresif dan METODOLOGI
tanpa sebab yang jelas penderita sering Metode studi kasus yang didasarkan
marah (NIC,2015). Rentang respon marah pada aplikasi evidence based practice (EBP)
meliputi asertif, frustasi, pasif, agresif dan : de-eskalasi verbal dengan rancangan pre
amuk Stuart & Laraia,2015). and post test without control group design.
Penelitian (Swanson, 2016) Total sampel 2 responden.
menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara Pada tahap pengumpulan data yaitu
penderita skizofrenia dengan perilaku dilakukan pengkajian pada responden
kekerasan, meskipun tidak semua dengan diagnose keperawatan perilaku
skizofrenia melakukan perilaku kekerasan. kekerasan. Pengumpulan data berupa umur
Sistematik review untuk melihat adanya yang rentang tidak jauh berbeda dan jenis
risiko perilaku kekerasan pada penyakit kelamin yang sama. Kemudian setelah
psikotik yaitu terdapat 20 studi termasuk mendapatkan data responden didapatkan
18.423 individu dengan gangguan masalah yaitu responden yang menunjukkan
skizofrenia menunjukkan peningkatan risiko respon marah dengan diagnose keperawatan
perilaku kekerasan, perilaku kekerasan yang perilaku kekerasan
dilakukan oleh klien dengan skizofrenia
adalah 13,2% dibandingkan dengan HASIL
populasi pada umumnya yaitu sebesar 5,3% a. Gambaran karakteristik responden
(Fazel, et al., 2009). Prevalensi perilaku Pada karakteristik responden dilakukan
kekerasan yang dilakukan oleh orang analisis karakteristik responden berdasarkan

2
jenis kelamin, diagnosa keperawatan dan
pengkajian rentang respon marah.
Tabel Karakteristik respoden terhadap penurunan rentang respon marah
4.1 pada pasien perilaku kekerasan.
Rentang Intervensi dirasakan lebih sulit pada
Jenis Diagnosa pasien kedua dibandingkan dengan pasien
Nama respon
Kelamin Kep pertama dikarenakan pada pasien kedua
marah
Perilaku pendekatan membutuhkan lebih dari empat
Ny.M Perempuan Frustasi
kekerasan kali untuk bisa dilakukan de-eskalasi verbal.
Perilaku Agresif
Ny.SJ
Perempuan kekerasan (verbal) PEMBAHASAN
Berdasarkan data pada tabel 4.1, Analisis masalah keperawatan pada
dapat diketahui jika karakteristik responden kasus kelolaan dengan pendekatan studi
berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan kasus yang penulis lakukan dimana penulis
berjumlah dua responden, karakteristik mengelola dua pasien dengan masalah
responden berdasarkan diagnosa keperawatan yang sama yaitu perilaku
keperawatan adalah perilaku kekerasan dan kekerasan.
karakteristik responden berdasarkan rentang Masalah keperawatan utama (core
respon marah adalah frustasi dan agresif problem) pada dua pasien kelolaan adalah
(verbal). Perilaku kekerasan, yang berdampak
terjadinya masalah resiko mencederai diri
b. Gambaran hasil pengkajian rentang sendiri, orang lain dan lingkungan.
respon marah sebelum dan sesudah Sedangkan untuk etiologi dari masalah utama
dilakukan intervensi masing-masing pasien adalah sebagai
berikut;
Tabel Distribusi hasil pengkajian rentang 1. Pasien pertama Ny.M adalah masalah
4.2 respon marah sebelum dan setelah harga diri rendah akibat rasa malu pada
intervensi tetangganya karena anaknya dipenjara.
Pre Test Post Test 2. Pasien kedua Ny.SJ adalah masalah harga
Nama Rentang respon Rentang respon
diri rendah akibat rasa malu karena
marah marah
Ny. M Frustasi Asertif tetangga menganggapnya tidak waras.
Ny. SJ Agresif (verbal) Asertif Analisis intervensi keperawatan
kasus kelolaan penulis deskripsikan sebagai
Berdasarkan data pada tabel 4.2, berikut:
dapat diketahui jika rentang respon marah 1. Pasien pertama Ny.M (53 tahun),
pada kedua pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan dilaksanakan pada
intervensi keperawatan de-eskalasi verbal tanggal 24 Mei 2019 sampai 26 Mei 2019.
menurun dari rentang respon agresif – Intervensi de-eskalasi verbal
frustasi menjadi asertif. Dapat disimpulkan diimplementasikan tiga kali dalam tiga
bahwa de-eskalasi verbal berpengaruh hari. Sebelum dilakukan intervesi penulis

3
menggunakan metode pendekatan KSS dengan hubungan, sikap tenang, pasien
(Kontak sering tapi singkat) sebanyak mempertahankan jarak yang nyaman,
empat kali. Pada hari ke-3 dilakukan posisi badan santai dan tekanan suara
evaluasi dengan hasil rentang respon sedang dengan skorr PANSS EC pasien
marah pasien sudah menurun dari frustasi 20.
menjadi asertif ditandai pasien mampu Dilihat dari proses pendekatan
mempertahankan kontak mata sesuai dimana pasien pertama (Ny.M)
dengan hubungan, sikap tenang, pasien membutuhkan empat kali pendekatan untuk
mempertahankan jarak yang nyaman, bisa dilakukan de-eskalai verbal, sedangkan
posisi badan santai dan tekanan suara pasien kedua (Ny.SJ) membutuhkan lebih
sedang dengan skorr PANSS EC pasien dari empat kali pendekatan untuk bisa
18. dilakukan de-eskalasi
2. Pasien kedua, Ny.SJ (33 tahun), intervensi
keperawatan dilaksanakan pada tanggal SIMPULAN
28 Mei sampai 31 Mei 2019 selama tiga Berdasarkan hasil studi kasus yang
hari. Hari pertama penulis melakukan telah dilakukan peneliti yang berjudul Studi
pendekatan terlebih dahulu dengan Kasus Penerapan De-eskalasi Verbal
metode KSS (Kontak sering tapi singkat). Teradap Penurunan Rentang Respon Marah
Pasien masih menutup diri tidak mau Pada Pasien Perilaku Kekerasan di Ruang
didekati. Hari kedua penulis melakukan UPI Wanita RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
de-eskalasi verbal kembali akan tetapi dapat disimpulkan bahwa:
pasien belum mampu mengungkapkan 1. Pengkajian keperawatan pada kedua
marahnya dengan baik. Hari ketiga pasien perilau kekerasan terdiri dari
penulis melakukan pendekatan kembali pengkajian fator presipitasi, factor
dengan metode KSS dan kemudian predisposisi, pengkajian psikososial dan
dilakukan intervensi keperawatan de- pengkajian status mental.
eskalai verbal satu kali berhasil dalam 2. Rumuskan masalah akibat dan etiologi
waktu 5 menit pasien mampu dari masalah keperawatan kedua pasien
mengungkapkan marahnya. Hari keempat adalah harga diri rendah yang
pasien mampu de-eskalasi verbal dan mengakibatkan mencederai diri, orang
mengungkapkan marahnya dengan baik lain maupun lingkungan.
dan sampai tahap terminasi. Hasil 3. Intervensi keperawatan pada kedua pasien
intervensi keperawatan pada hari ke- dengan menggunakan de-eskalasi verbal
empat pasien menyatakan sudah tenang yang sebelumnya dilakukan pendekatan
dan lega dapat mengungkapkan rasa dengan metode KSS (kontak sering tapi
marahnya. Pasien mampu de-eskalasi singkat). Intervensi dilakukan tiga kali
verbal, rentang respon marah menurun dalam waktu 5-7 menit selama tiga hari.
dari agresif (verbal) menjadi asertif 4. Rentang respon marah pasien sebelum
ditandai dengan pasien mampu dilakukan intervensi de-eskalasi verbal
mempertahankan kontak mata sesuai

4
dari dua pasien adalah rentang respon induced aggression or agitation.
marah frustasi dan agresif (verbal). Cochrane Database of Systematic
5. Rentang respon marah pasien setelah Reviews 2017, Issue 4. Art. No.:
dilakukan intervensi de-eskalasi verbal CD009922.
dari dua pasien adalah rentang respon Hallett, N., Dickens, G.L., 2015. De‐
marah asertif. escalation: a survey of clinical staff in
a secure mental health inpatient
SARAN service. International Journal of Mental
Setelah melihat hasil dari studi kasus Health Nursing 24 (4), 324-333.
yang telah didapat, penulis ingin memberikan Hallett, N., Huber, J.W., Sixsmith, J.,
saran dan masukan yang diharapkan dapat Dickens, G.L., 2016. Care planning
diterima oleh semua pihak yang terkait dalam for aggression management in a
penelitian. specialist secure mental health
1. Bagi Instansi Rumah Sakit service: An audit of user involvement.
Diharapkan agar pihak rumah sakit dapat International Journal of Mental Health
menjadikan de-eskalasi verbal menjadi Nursing 25 (6), 507-515.
salah satu intervensi yang dapat dilakukan Indrono, W. (2012). Implementasi Teknik
perawat dalam memberikan standar De-Eskalasi Terhadap Penurunan
pelayanan asuhan keperawatan dan Respon Marah Klien Dengan Perilaku
bersedia menguji kembali serta membuat Kekerasan. Kementerian Kesehatan
standar operasional prosedur (SOP) Politeknik Kesehatan Surakarta
tentang de-eskalasi verbal diruang Unit Jurusan Keperawatan
Perawatan Intensive. Irene.J.Su(2010) De-escalating the
2. Bagi Instansi Pendidikan aggressissive patient.
Diharapkan agar dapat memperkaya www.ncbi.nlm.nih.gov/ m/pubmed/
literatur perpustakaan terkait diunduh tanggal 10 Mei 2019
penatalaksanaan de-eskalasi verbal Keliat dkk.(2012) MODUL Unit
terhadap pasien dnegan perilaku Perawatan Intensif
kekerasan. Psikiatri.Penerbit; RSJD AHM
Samarinda.
DAFTAR PUSTAKA Nasir, A &Muhith, A. (2011). Dasar-
Bowers, L., 2014. A model of de-escalation. dasar Keperawatan Jiwa.Jakarta
Mental Health Practice 17 (9), 36-37. :SalembaMedika
Department of Health (2010). Equity and Petit, Jorge R (2015). Management Of
excellence: Liberating the NHS London: The Acutely Violent Patient,
The Stationary Office Psyciatry Clinic Of North America
Du, M., Wang, X., Yin, S., Shu, W., Hao, R., diakses pada www.ncbi.nlm.nih.gov/
Zhao, S., Rao, H., Yeung, W.-L., m/pubmed/ d i u n d u h pada tanggal 9
Jayaram, M.B., Xia, J., 2017. De- Mei 2019
escalation techniques for psychosis-

5
Price, O. & Baker, J. (2012). Key
components of de-escalation
techniques: a thematic synthesis.
International Journal of Men-tal Health
Nursing, 21, 310–19.
Richmond, Janet S. (2012). Verbal De-
escalation of the Agitated Patient:
Consensus Statement of the
American Association for
Emergency Psychiatry Project BETA
De-escalation Workgroup. Western
Journal of Emergency Medicine:
Integrating Emergency Care with
Population Health.
https://escholarship.org/uc/item/55g9
94m6
RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar),
(2013). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
Yosep, I. (2010). Keperawatan jiwa (edisi
revisi). Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai