Anda di halaman 1dari 146

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP STRES


DAN PENURUNAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE 2

PENELITIAN QUASY EXPERIMENT

OLEH:
UNGKAS HERLAMBANG
NIM 131711123048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ii

SKRIPSI

PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP STRES


DAN PENURUNAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE 2

PENELITIAN QUASY EXPERIMENT

OLEH:
UNGKAS HERLAMBANG
NIM 131711123048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iii

SURAT PERNYATAAN

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv

HALAMAN PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
v

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vi

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vii

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya
saya dapat menyelcsaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PROGRESSIVE
MUSCLE RELAXATION TERHADAP STRES DAN PENURUNAN GULA
DARAH PADA PASIEN DIABETES MEITUS TIPE 2". Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program
Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa bantuan dari semua pihak yang terkait dalam
penyusunan skripsi ini sangatlah besar sehingga penyusunan skripsi dapat terwujud,
untuk itu perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
dengan hati yang tulus kepada:

1. Kedua orang tua saya, ayah saya Sudaryanto dan ibu saya Eni Sularsih dan keluarga
besar saya yang tiada pernah lelah mendoakam dan selalu mendukung dengan
penuh kesabaran dan kasih sayang.
2. Seluruh responden penelitian yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya
dalam penyelesaian penelitian ini.
3. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs., (Hons) selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas program
pembelajaran di bangku kuliah hingga dapat menyelesaikan pendidikan Program
Studi Pendidikan Ners.
4. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga sekaligus Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan
kesempatan, dorongan kepada kami untuk menyelesaikan Program Studi
Pendidikan Ners serta telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh
perhatian dan kesabaran sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan tepat
waktu.
5. Ibu Laily Hidayati, S. Kep., Ns., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran
sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan tepat waktu.
6. Dr. Ninuk Dian K, S.Kep., Ns., MANP. selaku Dosen Penguji skripsi yang telah
memberikan saran dan arahan dalam penyusunan skripsi yang lebih baik.
7. Bapak Candra Panji Asmoro, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Dosen Penguji proposal
skripsi yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyusunan skripsi yang
lebih baik.
8. Dr. Makhfudli, S.Kep., Ns., M. Ked.Trop. selaku dosen wali yang telah memberi
dukungan dalam perkuliahan.
9. Bapak dan Ibu Puskesmas Kedungdoro dan Medokan Ayu telah membantu
kelancaran dalam penelitian saya.
10. Seluruh civitas akademika Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii

11. Seluruh Angkatan B20 yang telah membantu serta memotivasi dalam
penyelesaikan penelitian ini.
12. Sahabat kos saya Fiqih Ardi Pradana, Rizal Achmad Nurdiyanto dan Aris Sucipto
yang telah membantu dan memberi saran dalam menyelesaikan penelitian ini.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebut namanya satu persatu atas bantuan dan
dukungan yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan bagi profesi
keperawatan.

Surabaya, 15 Januari 2018

Penulis

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ix

ABSTRACT

THE EFFECT OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION ON STRESS AND


BLOOD GLUCOSE DECREASE IN TYPE 2 DIABETES MELITUS PATIENT
AT PUSKESMAS KEDUNGDORO AND PUSKESMAS MEDOKAN AYU

QUASY EXPERIMENT STUDY

By: Ungkas Herlambang

Introduction. Diabetes Mellitus is a disease that occurs because the body is unable to
produce insulin or the body cannot use insulin effectively. The purpose of this study
was to find out the effect of Progressive Muscle Relaxation (PMR) on stress and blood
glucose decrease in patients who have diabetes mellitus type 2 disease. Methodology.
The design of this study is quasi-experimental study. The population of this study were
the patients who have type 2 of diabetes mellitus disease at Puskesmas Kedungdoro
and Puskesmas Medokan Ayu. There would be 70 respondents chosen based on
inclusion and exclusion criteria. The researcher chose the purpose sampling
technique in choosing the participants in this research. The independent variable in
this study was Progressive Muscle Relaxation (PMR). The dependent variable in this
study were stress and blood glucose decrease. The data in this study were collected
using questionnaires and measurement of pre-prandial blood glucose level. Data were
analyzed using analysis of Wilcoxon and paired t-test for pre-post measurements, then
for the inter groups the researcher used Mann-Whitney analysis. Results. The results
showed that there was an effect of PMR on stress (p = 0.001) and in decreasing blood
glucose (p = 0.021). Discussion. PMR is a relaxation focused on the patient's attention
in distinguishing the group of muscle when they relaxed than while in contraction
condition. Thus, the patients are expected to be able to manage the body condition in
managing stress and blood sugar decrease. For health officers, they are expected to
use the PMR as the combination in reducing stress and blood glucose to improve the
quality of life of the patients who have diabetes type 2 disease. Suggestions for further
research, they should invite a companion of respondent in order to keep the
respondent attention and the precision of movement on the respondent.

Keywords: Progressive Muscle Relaxation, stress, blood glucose decrease, patients


who have Diabetes type 2 disease

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x

DAFTAR ISI

Halaman
COVER
Halaman Judul ........................................................................................... ii
Surat Pernyataan ........................................................................................ iii
Halaman Pernyataan .................................................................................. iv
Lembar Persetujuan Skripsi........................................................................ v
Lembar Pengujian Skripsi .......................................................................... vi
Ucapan Terimakasih .................................................................................. vii
Abstrak ...................................................................................................... ix
Daftar Isi.................................................................................................... x
Daftar Gambar ........................................................................................... xiii
Daftar Tabel............................................................................................... xiv
Daftar Lampiran......................................................................................... xv
Daftar Singkatan ........................................................................................ xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
1.3.1 Tujuan umum ................................................................... 6
1.3.2 Tujuan khusus .................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 7
1.5.1 Teoritis ............................................................................ 7
1.5.2 Praktis .............................................................................. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Diabetes Melitus Tipe 2 ............................................... 8
2.1.1 Definisi Diabetes melitus tipe 2........................................ 8
2.1.2 Manifestasi klinis ............................................................. 8
2.1.3 Patofisiologi ..................................................................... 10
2.1.4 Etiologi ............................................................................ 12
2.1.5 Faktor risiko..................................................................... 13
2.1.6 Komplikasi ...................................................................... 15
2.1.7 Diagnosis ......................................................................... 23
2.1.8 Penatalaksanaan ............................................................... 26
2.2 Konsep Glukosa Darah ............................................................. 33
2.2.1 Definisi glukosa darah ..................................................... 32
2.2.2 Mekanisme pengaturan kadar glukosa darah .................... 34
2.2.3 Pemeriksaan kadar gula darah .......................................... 35
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah .............. 36
2.3 Konsep Stres............................................................................. 36
2.3.1 Definisi stres .................................................................... 36
2.3.2 Mekanisme stres .............................................................. 37
2.3.3 Penyebab stres ................................................................. 38
2.3.4 Tanda dan gejala .............................................................. 38
2.3.4 Pengaruh stres pada DM .................................................. 39
2.3.5 Pengaruh stress pada gula darah ....................................... 40
2.4 Konsep Progressive Muscle Relaxation (PMR)......................... 40

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi

2.4.1 Definisi PMR ................................................................... 40


2.4.2 Indikasi ............................................................................ 41
2.4.3 Kontraindikasi ................................................................. 42
2.4.4 Manfaat ........................................................................... 43
2.4.5 Mekanisme PMR terhadap gula darah .............................. 44
2.4.6 Mekanisme PMR terhadap stres ....................................... 44
2.4.7 Prosedur PMR.................................................................. 44
2.5 Keaslian Penelitian ................................................................... 49

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS


3.1 Kerangka Konseptual................................................................ 52
3.2 Hipotesis .................................................................................. 53

BAB 4 METODE PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian ...................................................................... 54
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sample dan Teknik Sampling ............. 55
4.2.1 Populasi ........................................................................... 55
4.2.2 Sampel ............................................................................. 55
4.2.3 Teknik sampling .............................................................. 56
4.3 Variabel Penelitian ................................................................... 58
4.3.1 Klasifikasi variabel .......................................................... 58
4.3.2 Definisi operasional ......................................................... 58
4.4 Instrumen Penelitian ................................................................. 59
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 62
4.6 Prosedur .................................................................................. 62
4.7 Cara Analisis Data .................................................................... 64
4.8 Kerangka Kerja ........................................................................ 67
4.9 Etik Penelitian .......................................................................... 68
4.10 Keterbatasan Penelitian ........................................................... 69

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Latar Belakang Penelitian ......................................................... 70
5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian ................................... 70
5.1.2 Data umum ...................................................................... 71
5.1.3 Data khusus ..................................................................... 73
5.2 Pembahasan .............................................................................. 76

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan .............................................................................. 87
6.2 Saran ........................................................................................ 87

Daftar Pustaka ........................................................................................... 88


Lampiran ................................................................................................... 92

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian .. ............................................... 52

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian.. ............................................... 67

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa ........................................ 24

Tabel 2.2 Klasifikasi IMT (Asia Pasific) ......................................................... 29

Tabel 2.3 Keaslian Penelitian .......................................................................... 49

Tabel 4.1 Desain Penelitian pre-post test control group design ....................... 54

Tabel 4.2 Jumlah populasi berdasarkan puskesmas yang dijadikan tempat


penelitian ........................................................................................ 57

Tabel 4.3 Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 58

Tabel 4.4 Blue Print Kuisioner Stres ............................................................... 60

Tabel 5.1 Distribusi Responden dari Data Demografi ...................................... 71

Tabel 5.2 Pengaruh PMR terhadap stres pada pasien DM Tipe 2 .................... 73

Tabel 5.3 Uji Kolmogorov Smirnov pada Gula Darah pasien DM Tipe 2 ........ 74

Tabel 5.4 Pengaruh PMR terhadap Gula Darah pada Pasien DM Tipe 2 ......... 75

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian .................................................................... 92


Lampiran 2 Persetujuan Penelitian .................................................................. 94
Lampiran 3 Kuisioner DASS 42 ...................................................................... 95
Lampiran 4 Kuisioner PMR ............................................................................ 97
Lampiran 5 Surat Ijin Pengambilan Data Penelitian ....................................... 102
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian dari Bakesbangpol Kota Surabaya ............... 103
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian dari Dinkes Surabaya ................................... 104
Lampiran 8 Surat Telah Melakukan Penelitian di Puskemas Kedungdoro ....... 105
Lampiran 9 Tabulasi Data Umum .................................................................. 106
Lampiran 10 Tabulasi pre-test Kuisioner Kelompok Perlakuan ...................... 109
Lampiran 11 Tabulasi post-test Kuisioner Kelompok Perlakuan ..................... 111
Lampiran 12 Tabulasi pre-test Kuisioner Kelompok Kontrol ......................... 113
Lampiran 13 Tabulasi post-test Kuisioner Kelompok Kontrol ........................ 115
Lampiran 14 Tabulasi Data Khusus Stres ....................................................... 117
Lampiran 15 Tabulasi Data Khusus Gula Darah ............................................. 120
Lampiran 16 Hasil Uji Statistik Stres Kelompok Perlakuan dengan Wilcoxon
Signed Rank Test ....................................................................... 124
Lampiran 17 Hasil Uji Statistik Stres Kelompok Kontrol dengan Wilcoxon
Signed Rank Test ....................................................................... 125
Lampiran 18 Hasil Uji Statistik Stres Mann Whitney ...................................... 126
Lampiran 19 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ........................................ 127
Lampiran 20 Hasil Uji Statistik Gula Darah Kelompok Perlakuan dengan
Wilcoxon Signed Rank Test ...................................................... 128
Lampiran 21 Hasil Uji Statistik Gula Darah Kelompok Kontrol dengan
Wilcoxon Signed Rank Test ...................................................... 129
Lampiran 22 Hasil Uji Statistik Gula Darah Mann Whitney ............................ 130
Lampiran 23 Lembar Etik Penelitian .............................................................. 131

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xv

DAFTAR SINGKATAN

PMR : Progressive Muscle Relaxation


DM : Diabetes Melitus
WHO : World Health Organization
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
ACTH : Adrenokotikotropik Hormone
NIDDM : Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus
HHNK : Hiperglikemik Hyperosmolar Non Ketotik
DKA : Diabetes Ketoasidosis
BB : Berat Badan
IMT : Indeks Massa Tubuh
TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
GDPT : Glukosa Darah Puasa Terganggu
TTGO : Toleransi Glukosa Oral
HR : Heart Rate
OHO : Obat Hipoglikemik Oral
CRH : Corticotropin Releasing Hormone

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi

akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat

menggunakan insulin yang diproduksinya secara efektif sehingga mengakibatkan

terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah yang dikenal dengan

istilah hiperglikemi (World Health Organization, 2016). DM tipe 2 yang dahulu

disebut penyakit non-insulin-dependent adalah penyakit kronis yang disebabkan

oleh penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh (Wijaya, 2015).

Insulin merupakan hormon untuk mengatur kadar gula darah, akibatnya kadar

gula darah tidak dapat terkontrol dan terjadi peningkatan (Kemenkes RI, 2014).

Faktor yang mempengaruhi kadar gula darah salah satunya stres, stres dibedakan

menjadi 3 golongan yaitu stress fisik atau biologik kemudian stres psikologis serta

stres sosial budaya (Mashudi, 2011).

Stres fisik seperti infeksi dan pembedahan mempermudah terjadinya

hiperglikemia dan dapat mencetuskan terjadinya Diabetes Ketoasidosis (DKA) atau

Hiperglikemia Hiperosmolar Nonketotik Sindrom (HHNS). Stres psikologis yang

terjadi akibat tingginya kadar glukosa darah dan komplikasi DM tipe 2 bisa

berdampak negatif pada pasien (Smeltzer & Bare, 2008). Hal tersebut membuktikan

bahwa faktor fisik yang mendominasi terjadinya stres pada pasien DM tipe 2.

Mengingat mekanisme dasar kelainan DM tipe 2 adalah faktor genetik, resistensi

insulin dan insufisiensi sel Beta pankreas, maka cara memperbaiki kelainan dasar

tersebut harus tercermin dari langkah pengelolaan. Langkah pertama pengelolaan

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

pasien DM tipe 2 adalah pengelolaan nonfarmakologis berupa perencanaan makan

dan latihan jasmani (Mashudi, 2011). Salah satu pengelolaan latihan jasmani yaitu

dengan relaksasi diantaranya dengan progressive muscle relaxation (Najafi

Ghezeljeh et al., 2017). Namun pengaruh PMR terhadap stres dan penurunan gula

darah belum diketahui.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara dengan pasien

DM tipe 2 didapatkan bahwa beberapa pasien mengalami peningkatan gula darah

walaupun sudah menjaga pola makan dan aktivitas sehari-hari, setelah ditelusuri

ternyata pasien mengalami stres baik dari masalah fisiknya maupun masalah

dikehidupannya. Hal ini membuktikan bahwa faktor stres mempengaruhi kadar

gula darah pasien. Kemudian penanganan stres dan penurunan gula darah yang

sudah dilakukan oleh puskesmas adalah senam seminggu sekali dan pemeriksaan

gula darah setiap bulan. Dari hal itu, peneliti peneliti tertarik untuk meneliti tentang

masalah stres dan gula darah pasien DM tipe 2.

International Diabetes Federation (2017), menyebutkan bahwa jumlah

pengidap penyakit DM tahun 2017 sebanyak 425 juta dan diprediksi akan

mengalami peningkatan sebanyak 48% menjadi 629 juta pada tahun 2045. WHO

juga memastikan bahwa peningkatan penyakit DM banyak terjadi di negara

berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan data RISKESDAS (2013), terjadi

peningkatan kejadian DM yang diperoleh melalui wawancara sebesar 1,1% pada

tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013 dengan proporsi DM 6,3 %, Toleransi

glukosa terganggu 29,9 % dan gula darah puasa terganggu 36,6 % dari jumlah

penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun. Berdasarkan data kesehatan Provinsi

Jawa Timur, jumlah penduduk yang terdiagnosis DM sejumlah 2,1% (605.974 jiwa)

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

dari jumlah 28.855.895 penduduk usia lebih dari 14 tahun (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Surabaya tahun 2013, kasus DM di Kota

Surabaya tahun 2009 sebanyak 15.961 meningkat menjadi 21.729 penderita pada

tahun 2010, kemudian mengalami kenaikan lagi menjadi 26.613 pada tahun 2013

(Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2016).

DM tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik dan

lingkungan yang sama kuat dalam proses timbulnya penyakit tersebut. Pengaruh

faktor genetik terlihat dengan tingginya penderita diabetes yang berasal dari orang

tua yang memiliki riwayat DM sebelumnya. DM tipe 2 juga disebut diabetes life

style karena penyebabnya selain faktor keturunan, faktor lingkungan meliputi usia,

obesitas, resistensi insulin, makanan, aktifitas fisik, dan gaya hidup penderita yang

tidak sehat juga berperan dalam terjadinya diabetes ini (Betteng, Pangemanan &

Mayulu, 2014). Menurut Rakhmadany (2010) dalam (Manurung, 2018)

menyatakan bahwa ada 2 faktor resiko pada DM tipe 2 yaitu unchangeable risk

factor/factor resiko yang tidak dapat diubah dan changeable risk factor/factor yang

dapat diubah. Dalam unchangeable risk factor terdiri dari kelainan genetic dan usia,

lalu changeable risk factor terdiri dari pola makan yang salah, obesitas, merokok,

hipertensi, minimnya aktivitas fisik dan stress. Stress kronis cenderung membuat

seseorang mencari makan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk

meningkatkan kadar serotonin otak, dimana serotonin ini memiliki efek penenang

sementara untuk meredakan stress tapi kandungan glukosa dan lemak yang

meningkatkan resiko terkena diabetes mellitus (Manurung, 2018). Hal ini selaras

dengan penelitian Mitra (2008) dalam Sadikin and Subekti (2013) bahwa stress

dapat meningkatkan hormon adrenalin yang dapat mengubah cadangan glikogen

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

dalam hati menjadi glukosa serta meningkatkan gula darah pasien DM serta

terjadinya komplikasi diabetes. Stress juga dapat meningkatkan selera makan dan

membuat penderita lapar khususnya pada makanan kaya karbohidrat dan lemak

(Sadikin and Subekti, 2013). Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor

psikososial (tekanan mental/beban kehidupan) yang menyebabkan produksi

berlebih pada kortisol, kortisol adalah suatu hormon yang melawan efek insulin dan

menyebabkan kadar glukosa darah tinggi (Pratiwi, 2014). Glukosa/gula darah

merupakan bentuk karbohidrat paling sederhana yang diabsorbsi ke dalam cairan

darah melalui sistem pencernaan. Kadara glukosa darah meningkat setelah makan

dan turun level terendah pada bagi hari sebelum makan. ( Prince & Wilson, 2006

dalam Bare, 2008). Pada penelitian Hilliard, et al (2016) menyatakan bahwa pasien

yang mengalami DM tingkat stresnya meningkat berkisar 20 - 40%. Menurut

Sofiana, Elita & Utomo (2012), dimana dari 30 pasien DM tipe 2 yang diteliti,

pasien yang mengalami stress tingkat rendah sebanyak 12 responden (40%), stress

tingkat sedang 2 (6,7%) dan stress tingkat tinggi 16 responden (53,3).

Pada penderita DM tipe 2 yang memiliki aktivitas yang rendah juga dapat

menjadi salah satu faktor tidak terkontrolnya kadar gula darah puasanya. Aktivitas

fisik yang rendah dapat menyebabkan faktor resiko independen untuk penyakit

kronis dan diestimasikan dapat menyebabkan kematian secara global. Kadar gula

darah puasa yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa resiko penyakit

seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan gagal ginjal (Nurayati & Adriani,

2017). Salah satu aktivitas fisik yang bisa dilakukan dengan relaksasi merupakan

intervensi yang dapat dilakukan pada pasien DM (Kaviani et al., 2014). Terapi

relaksasi dapat diperoleh melalui Applied Relaxation (AR), Autogenic Training

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

(AT), Mindfulness-Based Therapy (MBT), Meditation dan Progressive Muscle

Relaxation (Kim & Kim, 2018).

Progressive Muscle Relaxation (PMR) merupakan teknik mengendurkan otot-

otot dengan ketegangan otot seluruh tubuh. Pada penatalaksanaan PMR

mengarahkan pada perhatian pasien dalam membedakan perasaan yang dialami

kelompok otot pada saat dilemaskan/relaksasi dengan kondisi saat

tegang/kontraksi, dengan demikian diharapkan klien mampu mengelola kondisi

tubuh terhadap stresnya. Kemampuan mengelola stress ini diharapkan klien dapat

mengelola stresnya yang akan berdampak pada kestabilan emosi klien (Najafi

Ghezeljeh et al., 2017). Menurut Prasetyo (2016) relaksasi dapat mengurangi

ketegangan subjektif dan berpengaruh terhadap proses fisiologis lainnya. Relaksasi

otot berjalan bersama dengan respons otonom dari saraf parasimpatis. Relaksasi

otot berjalan bersama dengan relaksasi mental. Perasaan cemas subjektif dapat

dikurangi atau dihilangkan dengan sugesti tidak langsung atau menghapus dan

menghilangkan komponen otonomik dari perasaan itu.

Menurut Smeltzer & Bare (2002) dalam Hidayati (2018) PMR dapat

memunculkan kondisi rileks. Pada kondisi ini terjadi perubahan impuls saraf pada

jalur aferen ke otak dimana aktivasi menjadi inhibisi. Perubahan impuls saraf ini

menyebabkan perasaan tenang baik fisik maupun mental seperti berkurangnya

denyut jantung, menurunkan kecepatan metabolisme tubuh dalam hal ini mencegah

peningkatan gula darah. Hipofisis anterior juga inhibisi sehingga ACTH yang

menyebabkan sekresi kortisol menurun sehingga proses gluconeogenesis,

katabolisme protein dan lemak yang berperan meningkatkan gula darah akan

menurun. Hal ini selaras menurut Dafianto (2016) dalam Simamora & Simanjuntak

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

(2017) setelah melakukan PMR, pasien akan rileks dan ada beberapa efek yang

ditimbulkan seperti kecepatan kontraksi jantung menurun dan merangsang sekresi

hormon insulin. Dominasi sistem saraf parasimpatis akan merangsang hipotalamus

untuk menurunkan sekresi corticotropin releasing hormone (CRH). Penurunan

CRH akan mempengaruhi adenohipofisis untuk mengurangi sekresi hormon

adenokortikotropik (ACTH). Keadaan ini dapat menghambat proses

glukoneogenesis dan meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel, sehingga kadar

gula darah yang tinggi akan menurun dan kembali dalam batas normal.

Penelitian sebelumnya telah memberikan intervensi pengaruh PMR terhadap

stres pada lansia dihasilkan terdapat perbedaan sebelum dan sesudah pada stres

lansia setelah diberikan PMR (Prasetyo, 2016), pengaruh PMR terhadap kecemasan

pasien pada mahasiswa keperawatan didapatkan ada penurunan kecemasan

walaupun tidak signifikan (Carver and O’Malley, 2015) dan pengaruh relaksasi

terhadap gula darah dan tekanan darah pada pasien diabetes gestasional didapatkan

hasil bahwa terdapat penurunan gula darah dan tekanan darah setelah dilakukan

relaksasi (Kaviani et al., 2014). Pengaruh PMR terhadap stress dan penurunan gula

darah belum jelas, sehingga perlu dilakukan penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh PMR terhadap stres dan penurunan gula darah pada

pasien DM tipe 2?

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menjelaskan pengaruh pengaruh PMR terhadap stres dan penurunan gula

darah pada pasien DM tipe 2

1.3.2 Tujuan khusus

1. Menganalisis pengaruh PMR terhadap stress pasien DM tipe 2.

2. Menganalisis pengaruh PMR terhadap penurunan kadar gula darah pasien DM

tipe 2.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam dunia kesehatan khususnya

keperawatan dimana PMR yang bisa digunakan sebagai intervensi dalam rangka

meningkatkan kesehatan pasien DM tipe 2.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan oleh perawat dalam pemberian asuhan

keperawatan pada pasien DM tipe 2.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk tim SOP / tim

komite keperawatan dalam meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan

pada pasien DM tipe 2.

3. Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan pasien DM tipe 2 dalam mengurangi

kadar gula darah dan stress.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep DM Tipe 2

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus Tipe 2

DM adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi akibat pankreas

tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan

insulin yang di produksinya secara efektif. Sehingga mengakibatkan

terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah yang dikenal

dengan istilah hiperglikemi (World Health Organization, 2016). DM adalah

kondisi kronis yang terjadi ketika ada peningkatan kadar glukosa dalam

darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau cukup hormon insulin

atau menggunakan insulin secara efektif (International Diabetes Federation,

2017).

DM tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat

berfungsi dengan semestinya atau yang dikenal dengan Non-Insulin

Dependent Diabetes Melitus (NIDDM).

2.1.2 Manifestasi Klinis

Menurut Agustina (2009) dalam Manurung (2018), beberapa keluhan dan

gejala yang perlu mendapat perhatian ialah :

a. Keluhan klasik

1. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif

singkat harus menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa

dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup,

sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan

otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan olot sehingga

menjadi kurus.

2. Banyak kencing

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan

menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah

banyak akan sangat menganggu penderita, terutama pada waktu malam

hari.

3. Banyak minum

Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan

yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan.

Dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang

berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.

4. Banyak makan

Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme

menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan,

penderita selalu merasa lapar.

b. Keluhan lain:

1. Gangguan saraf tepi/Kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan tenutama pada kaki

di waktu malam, sehingga mengganggu tidur. Gangguan penglihatan

pada fase awal penyakit Diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali

agar ia tetap dapat melihat dengan baik.

2. Gatal/Bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan

atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering

pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka

ini dapa timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu

atau tertusuk peniti.

3. Gargguan Ereksi

Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering

tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait

dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan

masalah hubungan badan, apalagi menyangkut kemampuan atau

kejantaran seseorang.

4. Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering

ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang

dirasakan.

2.1.3 Patofisiologi

Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1 atau early peak yang terjadi

dalam 3-10 menit pertama setelah makan yaitu insulin yang disekresi pada

fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai) tidak dapat

menurunkan glukosa darah sehingga merangsang fase 2 adalah sekresi

insulin dimulai 20 menit setelah stimulasi glukosa untuk menghasilkan

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

insulin lebih banyak, tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi

insulin sebagaimana pada orang normal. Gangguan sekresi sel beta

menyebabkan sekresi insulin pada fase 1 tertekan, kadar insulin dalam darah

turun menyebabkan produksi glukosa oleh hati meningkat, sehingga kadar

glukosa darah puasa meningkat. Secara berangsur angsur kemampuan fase

2 untuk menghasilkan insulin akan menurun. Dengan demikian perjalanan

DM tipe 2, dimulai dengan gangguan fase 1 yang menyebabkan

hiperglikemi dan selanjutnya gangguan fase 2 di mana tidak terjadi

hiperinsulinemi akan tetapi gangguan sel beta. Penelitian menunjukkan

adanya hubungan antara kadar glukosa darah puasa dengan kadar insulin

puasa. Pada kadar glukosa darah puasa 80-140 mg/dl kadar insulin puasa

meningkat tajam, akan tetapi jika kadar glukosa darah puasa melebihi 140

mg/dl maka kadar insulin tidak mampu meningkat lebih tinggi lagi. Pada

tahap ini mulai terjadi kelelahan sel beta menyebabkan fungsinya menurun.

Pada saat kadar insulin puasa dalam darah mulai menurun maka efek

penekanan insulin terhadap produksi glukosa hati khususnya

glukoneogenesis mulai berkurang sehingga produksi glukosa hati makin

meningkat dan mengakibatkan hiperglikemi pada puasa. Faktor-faktor yang

dapat menurunkan fungsi sel beta diduga merupakan faktor yang didapat

(acquired) antara lain menurunnya massa sel beta, malnutrisi masa

kandungan dan bayi, adanya deposit amilyn dalam sel beta dan efek toksik

glukosa (glucose toxicity) tidak mampu (Indraswari, 2010 dalam .

Pada sebagian orang kepekaan jaringan terhadap kerja insulin tetap

dapat dipertahankan sedangkan pada sebagian orang lain sudah terjadi

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

resistensi insulirn dalam beberapa tingkatan. Pada seorang penderita dapat

terjadi respon metabolik terhadap kerja insulin tertentu tetap normal,

sementara terhadap satu atau lebih kerja insulin yang lain sudah terjadi

gangguan. Resistensi insulin merupakan sindrom yang hetrogen, dengan

faktor genetik dan lingkungan berperan penting pada perkembangannya.

Selain resistensi insulin berkaitan dengan kegemukan, terutama gemuk di

perut, sindrom ini juga ternyata dapat terjadi pada orang yang tidak gemuk.

Faktor lain seperti kurangnya aktivitas fisik makanan mengandung lemak,

juga dinyatakan berkaitan dengan perkembangan terjadinya kegemukan dan

resistensi insulin (Indraswari, 2010 dalam Manurung, 2018).

2.1.4 Etiologi

Yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi

insulin yang progresif dan adanya resistensi insulin. Pada pasien-pasien

dengan Diabetes Melitus tak tergantung insulin (NIDDM). penyakitnya

mempunyai pola familial yang kuat. NIDDM ditandai dengan adanya

kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya

kelhatan terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.

Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan

sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular yang meningkatkan

transport glukosa menembus membrane sel. Pada pasien-pasien dengan

NIDDM terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Ini

dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang

responsive insulin pada membrane sel. Akibatnya, terjadi penggabungan

abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transport glukosa.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama

dengan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin

menurun, dan jumlah insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk

mempertahankan euglikemia. Sekitar 80% pasien NIDDM mengalami

obesitas. Karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin, maka

kemungkinan besar gangguan toleransi glukosa dan DM yang pada akhirnya

terjadi pada pasien-pasien NIDDM merupakan akibat dari obesitasnya.

Pengurangan berat badan seringkali dikaitkan dengan perbaikan dalam

sensitivitas insulin dan pemilihan toleransi glukosa (Rakhmadany,2010

dalam Manurung, 2018)

2.1.5 Faktor Risiko

Adapun Faktor risikonya yaitu (Rakhmadany, 2010 dalam Manurung,

2018):

a. Unchangeable Risk Factor

1. Kelainan genetic

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap

DM, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat

menghasilkan insulin dengan baik.

2. Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara

drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering

muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama

setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih,

sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

b. Changeable risk factor

1. Stres

Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari manis dan

berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin ini

memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stres, tetapi gula

dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang berisiko terkena DM.

2. Pola Makan yang Salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan keduanya meningkatkan risiko

terkena DM. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas,

sedangkan berat badan lebilh (obesitas) mengakibatkan gangguan kerja

insulin (resistensi insulin).

3. Minimnya Aktivitas Fisik

Setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan

tenagadan energi, yang biasa dilakukan atau aktivitas sehari hari sesuai

profesi atau pekerjaan. Sedangkan faktor risiko penderita DM adalah

mereka yang memiliki aktivitas minim, sehingga pengeluaran tenaga dan

energi hanya sedikit.

4. Obesitas

80% dari penderita NIDDM adalah obesitas/gemuk.

5. Merokok

Sebuah universitas di Swiss membuat suatu analisis 25 kajian yang

menyelidiki hubungan atara merokok dan diabetes yang disiarkan antara

1992 dan 2006, dengan sebanyak 1,2 juta peserta yang ditelusuri selama

30 tahun. Mereka mendapati risiko bahkan lebih tinggi bagi perokok

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

berat. Mereka yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari

memiliki risiko terserang diabetes 62% lebih tinggi dibandingkan dengan

orang yang tidak merokok. Merokok dapat mengakibatkan kondisi yang

tahan terhadap insulin, kata para peneliti tersebut. Itu berarti merokok

dapat mencampuri cara tubuh memanfaatkan insulin. Kekebalan tubuh

terhadap insulin biasanya mengawali terbentuknya DM tipe 2.

6. Hipertensi

Pada orang dengan DM, hipertensi berhubungan dengan resistensi

insulin dan abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan konsekuensi

metabolik yang meningkatkan morbiditas. Abnormalitas metabolik

berhubungan dengan peningkatan diabetes mellitus pada kelainan fungsi

tubuh/disfungsi endotelial. Sel endotelial mensintesis beberapa substans

bloaktif kuat yang mengatur struktur fungsi pembuluh darah.

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe diabetes digolongkan

sebagai akut dan kronis

1. Komplikasi akut

Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan

jangka pendek dalam glukosa darah. Ada tiga komplikasi akut pada

diabetes yang penting dan berhubungan dengan gangguan keseimbangan

kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga komplikasi tersebut adalah:

Hipoglikemia, ketoasidosis diabetik, dan sindrom HHNK (juga disebut

koma hiperglikemik hyperosmolar nonketotik).

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

a. Hipoglikemia terjadi kalau kadar glukosa darah turun di bawah 50-60

mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau

preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit

atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi

setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian ini bisa dijumpai

sebelum makan, khususnya jika waktu makan tertunda atau bila

pasien lupa makan camilan. Gejala hipoglikemia dapat

dikelompokkan menjadi dua kategori: Gejala adrergic dan gejala

sistem saraf pusat. Pada hipoglikemia ringan, ketika kadar glukosa

darah menurun, system saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan

adrenalin ke dalarn darah menvebabkan gejala seperti tremor,

takkardi, palpitasi, dan kegelisahan dan rasa lapar. Pada hipoglikemia

sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak

tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik.

Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakupi

ketidakmampuan konsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi,

penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo,

gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak

rasional, penglihatan ganda, dan perasaan ingin pingsan. Pada

hipoglikemia berat, fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan

yang sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain

untuk mengatasi hipoglikemia yang cideritanya. Gejala dapat

mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang,

sulit dibangunkan dari tidur, atau bahkan kehilangan kesadaran.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

Penanganan harus segera diberikan bila terjadi hipoglikemia.

Rekomendasi biasanya pemberian 10-15 gram gula yang bekerja

cepat per oral :

1) 2-4 tablet glukosa yang dapat dibeli di apotik

2) Teh yang manis

3) 6-10 butir permen

4) 2-3 sendok teh sirup atau madu

b. Diabetes Ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau

tidak cukupnya jumlah insulin yang nyala. Keadaan ini menyebabkan

gangguan pada metabolism karbohidrat, protein, dan lemak. Ada tiga

gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis :

a) Dehidrasi

b) Kehilangan elektrolit

c) Asidosis

Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan

berkurang pula. Di samping itu produksi gula hati menjadi tidak terkendali

pula. Kedua fakttor ini menimbullan hiperglikemia. Dalam upaya untuk

menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan

mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium

dan kalium). Diurasis osmotic yang ditandai oleh urinasi berleblhan

(poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Akibat

defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi

asam asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetic terjadi produksi

badan keton yang berlebihan sebagal akibat dari kekurangan insulin yang

secara normal akan mencegah keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam,

dan bila bertumpuk di sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan

asidosis metabolik.

c. Tanda dan Gejala

1) Manifestasi Klinik

a) Hiperglikemia pada keloasidosis diabetik akan menimbulkan poliuria

dan polidipsi. Di samping itu pasen juga mengalami penglihatan

kabur, kelemahan, dan sakit kepala. Pasien dangan penurunan volume

intravaskuler yang nyata mungkin juga mengalami hipotensi

ortostatik.

b) Ketosis dan asidosis yang merupaken ciri khas diabetes asidosis

mengalami gejala gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah dan

nyeri abdomen. Nyeri abdomen dan gejala gejala fisik pada

pemeriksaan dapat begitu berat sehingga tampaknya terjadi proses

intra abdominal yang memerlukan tindakan pembedahan. Nafas

pasien mungkin berbau aseton sebagai akibat meningkatnya badan

keton. Selain itu hiperventilasi dapat terjadi. Pernafasan kusmaul ini

menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis guna

melawan efek dari pembentukan badan keton.

c) Perubahan mental pada ketoasidosis diabetik bervariasi, antara pasien

yang satu dan lainnya. Pasien dapat terlihat sadar, mengantuk atau

koma.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

2) Nilai laboratorium

Kadar glukosa darah dapat bervariasi dari 300-800mg/d. Bukti adanya

ketoasidosis ditandai oleh kadar bikarbonat serum rendah (0 hingga 15

mEq/L) dan pH yarg rendah (6,8-7,3). Tingkat pcO2 yang rendah (10-30

mml Hg) mencerminkan kompensasi respiratorik terhadap asidosis

metabolik.

3) Terapi

Terapi diabetik ketoasidosis diarahkan pada perbaikan tiga permasalahan

utama: dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Dehidrasi diatasi

dengan rehidrasi untuk mempertahankan perfusi jaringan. Disamping itu

penggantian cairan akan menggalakkan ekskresi glukosa yang berlebihan

melalui ginjal. Pasien mungkin membutuhkan 6 hingga 10 liter cairan

infuse untuk menggantikan kehilangan cairan akibat poliuria,

hiperventilasi, diare dan muntah.

d. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik

1) Patofisiologi

Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik merupakan keadaan

yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai

perubahan tingkat kesadaran. Pada saat yang sama tidak ada atau sedikit

terjadi ketosis ringan. Kelainan dasar biokimia pada sindrom ini berupa

kekurangan insulin efektif. Keadaan hiperglikemik persisten

menyebabkan dieresis osmotic sehingga terjadi kekurangan cairan dan

elektrolit. Untuk mempertahankan keseimbangan osmotic, cairan akan

berpindah dari ruang intrasel ke dalam ruang ekstrasel. Dengan adanya

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

glukosuria dan dehidrasi, akan dijumpai keadaan hipernatremia dan

peningkatan osmolaritas.

2) Manifestasi Klinik

Terdiri atas gejala hipotensi, dehidrasi berat, takikardi, dan tanda-tanda

neurologis yang bervariasi

3) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan HHNK serupa dengan DKA, yaitu: cairan dan insulin

2. Komplikasi kronis

Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua sistem

organ dalam tubuh. Kategori diabetes yang lazim digunakan adalah

a. Komplikasi Makrovaskuler

1) Penyakit arteri Koroner

Perubahan ateroskerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi

pada diabetes. Perunahan aterosklerotik dalam pembuluh arteri

coroner menyebabkan peningkatan insiden infark miokard pada

penderita. Salah satu ciri unik pada penyakit arteri loroner yang

diderita oleh pasien-pasien diabetes adalah tidak terdapatnya gejala

iskemik yang khas. Jadi pasien mungkin tidak memperlihatkan

tanda-tanda awal penurunan aliran darah koroner dan dapat

mengalami infark miokard asimptcmatik ini hanya dijumpai

melalui pemeriksaan EKG. Kurangnya gejala iskemik ini

disebabkan oleh neuropati otonon.

2) Penyakit Serebrovaskuler

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau

pembentukan embolus di tempat lain dalam sistem pembuluh darah

yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam

pembuluh darah serebral dapat menimbulkan serangan iskemia

sepintas dan stroke. Gejala penyakit serebrovaskuler ini dapat

menyenipai gejala pada komplikasi akut diabetes. Gejala tersebut

mencakup keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan,

bicara pelo dan kelemahan.

3) Penyakit Vaskuler Perifer

Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada

ekstermitas bawah merupakan penyebab meringkatnya insidens

penyakit oklusif arteri perifer pada pasien-pasien diabetes. Bentuk

penyakit oklusif arteri yang parah pada ekstermitas bawah ini

merupakan utama meningkatnya insidens gangren dan amputasi

pada pasien-pasien diabetes. Para peneliti diabetes masih terus

menyelidiki hubungan antara diabetes dan penyakit

makrovaskuler. Ada factor-faktor risiko tertentu yang berkaitan

dengan percepatan ateroslerosis. Faktor-faktor ini mencakup

kenaikan kadar lemak darah, hipertensi, kebiasaan merokok,

obesitas, kurangnya latihan dan riwayat keturunan. Diet

merupakan terapi penting dalam menangari obesitas, hipertensi dan

hiperlipidemia. Latihan teratur merupakan terapi yang sangat

penting pula. Disamping itu pengendalian kadar glukosa darah juga

harus diperhatikan.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

b. Komplikasi Mikrovaskuler

Penyakit mikroangiopati ditandal oleh penebalan membrane basalis

pebuluh kapiler. Membrane basalis mengelilingi sel-sel endotel kapiler.

Ada dua tempat dimana gangguan fungsi kapiler dapat berakibat serius,

kedua tempat tersebut adalah mikrosirkulasi retina mata dan ginjal.

Retinopali diabetik yang diakibatkan oleh mikroangiopati merupakan

penyebab kebutaan yang utama pada individu yang berusia antara 20

hingga 74 tahun di Amerka Serikat.

1) Retinopati Diabetik

Kelainan patologis mata yang disebut retinopai diabetic

disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh pembuluh darah kecil

disekitar retina. Retina merupakan bagian mata yang menerima

bayangan dan mengirimkan informasi tentang bayangan tersebut

ke otak. Bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh darah

arteri serta vena kecil, arteriol, venula dan kapiler. Ada tiga stadium

utama retinopati diabetik : retinopati nonproliferatif, retinopati

praproliferatif, dan retinopati proliferative. Komplikasi

oftalmologi lain yang dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus

edalah katarak, glaucoma, dan perubahan lensa

2) Nefropati

Bukti menunjukkan bahwa segera sesudah terkena diabetes,

khususnya bila kadar glukosa darah meninggi, maka mekanisme

filtrasi ginjal akan mengalami stres yang menyebabkan kebocoran

protein darah ke dalam urine. Sebagai akibatnya, tekanan dalam

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

pembuluh darah ginjal meningkat. Kenaikan tersebut diperkirakan

berperan sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati.

c. Neuropati Diabetes

Neuropati pada diabetes mengacu kepada sekelompok penyakit yang

menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer, otonom dan

spinal. Kelainan tersebut tampak beragam secara klinis dan

bergantung pada lokasi sel saraf yang terkena. Patogenesis neuropati

dalam diabetes dapat dikaitkan dengan mekanisme vaskuler atau

metabolik atau keduanya, meskipun perannya yang berhubungan

mekanisme ini masih belum berhasil ditentukan. Penebalan membran

basalis kapiler dan penutupan kapiler dapat dijumpai. Di samping itu

mungkin terdapat demielinisasi saraf yanig diperkirakan berhubungan

dengan hiperglikemia. Hantaran saraf akan terganggu apabila terdapat

kelainan pada selubung myelin.

2.1.7 Diagnosis

Dalam menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan

darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai (Shahab,2006 dalam

Manurung, 2018):

1. Pemeriksaan penyaring

Pemenksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah

satu faktor risiko untuk DM, yaitu

a. Kelompok usia dewasa tua (45 tahun)

b. Kegemukan (BB(kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2 )

c. Tekanan darah tinggi ( 140/90 mmhg).

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

d. Riwayat keluarga DM

e. Riwayat kehamilan dengan bb lahir bayi > 4000 gram.

f. Riwayat DM pada kehamilan

g. Dislipidemia HDL 35 mg/dl dan atau trigliserida> 250 mg/dl

h. Pernah TGT (toleransi glukosa terganggu) atau GDPT (glukosa darah

puasa terganggu)

Tabel 2.1 kadar glukosa darah sewaktu* dan puasa* sebagai patokan penyaring dan diagnosis

DM (mg/dl)

Kadar Glukosa Darah Sewaktu

Bukan DM Belum Pasti DM DM

Plasma Vena < 110 110 – 199 ≥ 200

Darah Kapiler < 90 90 – 199 ≥ 200

Kadar Glukosa Darah Puasa

Bukan DM Belum Pasti DM DM

Plasma Vena < 110 110 – 125 ≥ 126

Darah Kapiler < 90 90 – 109 ≥ 110

*Metode Enzimatik

2. Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis Diabetes Mellitus

Diagnosis kinis DM unumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM

berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat badan

yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin

dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, pada pasien pria, serta

pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan

glukosa darah sewalktu 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakan

diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa

keluhan khas DM, hasil pemerilsaan glukosa darah yang baru satu kali

saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis klinis

DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapatkan sekali lagi

angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126 mg/d, kadar

glukosa darah sewaktu 200mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes

toleransi glukosa oral (TTGO yang abnormal).

Cara pelaksanaan TTGO imenurut WHO 1985

a. 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti biasa.

b. Kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan

c. Puasa semalam, selama 10-12 jam.

d. Kadar glukosa darah puasa diperiksa.

e. Diberikan glukosa 75 grain atau 1,75 gram/kgbb, dilarutkan dalam air

250ml dan diminum selama/dalam waktu 5 menit.

f. Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa:

selama pemeriksaan subyek yang diperiksa telah istirahat dan tidak

merokok.

Kriteria diagnostik Diabetes Mellitus

a. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) 200 mg/dl.

b. Kadar glukosa darah puasa (plasma veina) 126 mg/dl Puasa berarti

tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir).

c. Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa

75 gram pada TTGO.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

Kriteria diagnostik tersebut harus dikonfirmasi ulang poda hari yang lain,

kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi

metabolic akut, seperti ketoasidosis atau berat badan yang menurun

cepat. Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin diklinik

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien DM menurut Pilar Pengelolaan DM

(Perkeni, 2006 dalam Manurung, 2018) yaitu :

1. Edukasi

Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku

telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes

mandiri membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat.

Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam menuju perubahan

perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan

edukasi yang komprehensií, pengembangan keterampilan dan motivasi.

Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang :

a. Penyakit DM

b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM.

c. Penyulit DM.

d. Intervensi farmakologis dan non farmakologis.

e. Hipoglikemia.

f. Masalah khusus yang dihadapi.

g. Perawatan kaki pada diabetes

h. Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan

i. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian

masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan

perilaku hampir sama dengan proses edukasi yang memerlukan

penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi, dari evaluasi.

2. Perencanaan Makanan

Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk dapat

dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan

dan teratur. Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolan

diabetes, meski sampai saat ini tidak ada satu pun perencanaan makan

yang sesuai untuk semua pasien. Perencanaan makan harus disesuaikan

menurut kebiasaan masing-masing individu. Yang dimaksud dengan

kerbohidrat adalah gula, tepung, serat.

Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara

memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makan serta komposisi

makanan (karbohidrat, lemak, dan protein). Jumlah masukan kalori

makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting daripada sumber

atau macam karbohidratnya. Gula pasir sebagai bumbu masakan tetap

dijinkan. Pada keadaan glukosa darah terkendali, masih diperbolehkan

untuk mengkonsumsi sukrosa (gula pasir) sampai 5 % kebutuhan kalori.

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi

- Karbohidrat : 45-65%

- Protein : 10-20%

- Lemak : 20-25 %

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

Makanan dengan komposisi sampai 70-75% masih memberikan hasil

yang baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari,

diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA

(Mono Unsurated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poli Unsaturated

Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat ± 25 g/hari,

diutamakan serat larut. Jumlah kalori disesuaikan dengan status gizi,

umur, ada tidaknya stres akut kegiatan jasmani. Untuk penentuan status

gizi, dapat dipakai Indeks Massa Tubuh (IMT) dan rumus Broca.

Petunjuk Umum untuk Asupan Diet bagi Diabetes:

- Hindari biskuit, cake, produk lain sebagal cemilan pada waktu makan

- Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan minuman berkalori

rendah lainnya pada waktu makan.

- Makanlah dengan waktu yang teratur

- Hindari makan makanan manis dan gorengan

- Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan.

- Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama setiap

makan

- Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus

- Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil

- Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

Tabel 2.2 Klasifikasi IMT (Asia Pasific)

Klasifikasi Imt ( Asia Pasific) Lingkar Perut

<90 Cm (Pria) >90 Cm (Pria)

<80 Cm (Wanita) >80 Cm (Wanita)

Bb Kurang <18,5 Rendah Rata-Rata

Bb Normal 18 22,9 Rata-Rata Meningkat

Bb Lebih >23,0

- Dengan Risiko : 23,0 – 24,9 Meningkat Sedang

- Obes I : 25,0 – 29,9 Sedang Berat

- Obes Ii : ≥ 30 Berat Sangat Berat

3. Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar

dalam pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan

berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan

memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud

ialah jalan, bersepeda, santai, jogging, berenang.

Prinsip latihan jasmani yang dilakukan

a. Continous

Latihan jasmani harus berkesinambungan dan dilakukan terus

menerus tanpa berhenti. Contoh: jogging 30 menit, maka pasien harus

melakukannya selama 30 menit tanpa henti.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

b. Rhytmical

Latihan olahraga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi

dan relaksasi secara teratur, contoh berlari, berenang, jalan kaki.

c. Interval

Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat. Contoh

jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselangi jalan.

d. Progresive

Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari intensitas

ringan sampai sedang selama mencapai 30-60 menit. Sasaran HR-75-

85% dari maksimal HR. Maksimal HR 220 - (umur).

e. Endurance

Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi

seperti jalan jogging dan sebagainya Latihan dengan prinsip seperti

diatas minimal dilakukan 3 hari dalam seminggu, sedang 2 hari yang

lain dapat digunakan untuk melakukan olahraga kesenangannya.

Olahraga yang teratur memainkan peran yang sangat penting dalam

menangani diabetes, manfaat-manfaat utamanya sebagai berikut :

- Olahraga membantu membakar kalori karena dapat mengurangi

berat badan.

- Olahraga teratur dapat meningkatkan jumlah reseptor pada dinding

sel tempat insulin bisa melekatkan diri.

- Olahraga memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan otot jantung.

- Olahraga meningkatkan kadar kolesterol "baik” dan mengurangi

kadar kolesterol "jahat".

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

- Olahraga teratur bisa membantu melepaskan kecemasan stres, dan

ketegangan, sehingga memberikan rasa sehal dan bugar.

Petunjuk Berolahraga Untuk Diabetes Tidak Bergantung Insulin.

- Gula darah rendah jarang terjadi selama berolaraga dan arena itu

tidak perlu untuk memakan karbohidrat ekstra.

- Olahraga untuk menurunkan berat badan perlu didukung dengan

pengurangan asupan kalori.

- Olahraga sedang perlu dilakukan setiap hari. Olahraga berat

mungkin bisa dilakukan tiga kali seminggu.

- Sangat penting untuk melakukan latihan ringan guna pemanasan dan

pendinginan sebelum dan sesudah berolahraga.

- Pilihlah olahraga yang paling sesuai dengan kesehatan dan gaya

hidup anda secara umum.

- Manfaat olahraga akan hilang jika tidak berolahraga selama tiga hari

berturut-turut.

- Olahraga bisa meningkatkan nafsu makan dan berarti juga asupan

kalori bertambah. Karena itu sangat penting bagi anda untuk meng

hindari makan makanan ekstra setelah berolahraga

- Dosis obat telan untuk ciabetes murgkin perlu cikurangi selama olah

raga teratur

Menurut Kim and Kim (2018) menyatakan terapi relaksasi adalah

intervensi keperawatan, yang menimbulkan masalah kepercayaan

terapeutik antara pasien dan perawat, sesederhana itu pelatihan tanpa

obat atau alat khusus apa pun. Terapi relaksasi dapat diperoleh melalui

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

Applied Relaxation (AR), Autogenic Training (AT), Mindfulness-Based

Therapy (MBT), Meditation dan Progressive Muscle Relaxation.

4. Intervensi Farmakologis

a. Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan

diet dan gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemik oral. Di

Indonesia umumnya OHO yang dipakai ialah Metformin 2-3 X 500

mg sehari. Pada pasien yang mempunyai berat badan sedang

dipertimbangkan pemberian sulfonylurea.

b. Pedoman pemberian sulfonilurea pada DM usia lanjut :

- Harus waspada akan timbulnya hipoglikemia. Ini disebabkan karena

metabolisme sulfonilurea lebih lambat pada usia lanjut, dan

seringkali pasien kurang nafsu makan, sering adanya gangguan

fungsi ginjal dan hati serta pengaruh interaksi sulfonilurea dengan

obat-obatan lain.

- Sebaiknva digunakan digunakan sulfonyl urea generasi II yang

mempunyai waktu paruh pendek dan metabolisme lebih cepat.

- Jangan mempergunakan klorpropamid karena waktu paruhnya

sangat panjang serta sering ditemukan retensi air dan hiponatremi

pada penggunaan klorpropamid. Begitu pula bila ada komplikasi

ginjal, klorpropamid yang kerjanya 24-36 jam tidak boleh diberikan,

oleh karena ekskresi obat sangat berkaian dengan fungsi ginjal.

Hipoglikemia akibat klorpamid dapat berlangsung lama, berbeda

dengan hipoglikemi karena tolbutamid.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

- Sulfonilurea dengan kerja sedang (seperti glibenklamid, glikasid),

biasanya dosis awal setengah tablet sehari, kalau perlu dapat

dinaikkan 1-2 kali sehari.

- Dosis oral pada umumnya bila dianggap perlu dapat dinaikkan tiap

1- 2 minggu. Untuk mencegah hipoglikemia pada pasien tua lebih

baik tidak memberikan dosis maksimum.

- Kegagalan sekunder dapat terjadi setelah penggunan OHO beberapa

lama. Pada kasus seperti ini biasanya dapat dicoba kombinasi OHO

dengan insulin atau langsung diberikan insulin saja.

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit

kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis

yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat

adanya gangguan system metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas

tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.

Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang

bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan

insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan

protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin

berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah. Tanda awal yang dapat

diketahui bahwa seseorang menderita DM melalui kencing manis yaitu

dilhat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan

kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine)

penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine

sering dilebung atau dikerubuti semut.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

2.2 Konsep Glukosa Darah

2.2.1 Definisi Glukosa Darah

Glukosa adalah pusat dari semua metabolisme. Glukosa juga disebut

sebagai bahan bakar universal bagi sel manusia yang digunakan sebagai

sumber karbon untuk sintesis senyawa lain di tubuh (Marks, dll, 2000).

Glukosa merupakan bentuk karbohidrat paling sederhana yang diabsorbsi

ke dalam cairan darah melalui sistem pencernaan. Kadara glukosa darah

meningkat setelah makan dan turun level terendah pada bagi hari sebelum

makan. ( Prince & Wilson, 2006 dalam Bare, 2008).

2.2.1 Mekanisme Pengaturan Kadar Glukosa Darah

Fungsi insulin dan glukagon sama pentingnya dengan sistem

pengatur umpan balik untuk mempertahankan konsentrasi gula darah

normal. Bila konsentrasi gula darah meningkat sangat tinggi, maka timbul

sekresi insulin, insulin selanjutnya akan mengurangi konsentrasi gula darah

kembali ke nilai normalnya. Sebaliknya, penurunan kadar gula darah akan

merangsang timbulnya sekresi glukagon, selanjutnya glukagon ini akan

berfungsi berlawanan, yakni akan meningkatkan kadar gula darah agar

kembali ke nilai normalnya. Konsentrasi gula darah perlu dijaga agar tidak

meningkat terlalu tinggi karena dua alasan berikut: pertama, gula darah

sangat berpengaruh terhadap tekanan osmotik dalam cairan ekstraseluler,

dan bila konsentrasi gula meningkat sangat berlebihan, akan dapat

mengakibatkan timbulnya dehidrasi selular. Kedua, sangat tingginya

kosentrasi gula darah menyebabkan keluarnya gula dalam air seni (Guyton

and John, 2008).

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

Glukosa tercipta dari karbohidrat dalam santapan dan ditaruh

sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Hormon somatostatin adalah

hormon peptida yang mengendalikan sistem endokrin dan berpengaruh

terhadap transmisi sinyal syaraf serta perkembangan tubuh dihasilkan oleh

sel-sel ∆ (Delta), membatasi sekresi glukagon dan insulin, hormon

somatostatin membatasi hormon perkembangan dan hormon-hormon

hipofisis yang mendesak sekresi tiroid dan adrenal. Kemudian hormon

epinefrin adalah hormon fight or flight yang dikeluarkan dari medula

adrenal sebagai respon terhadap sinyal saraf yang mencerminkan

peningkatan kebutuhan akan glukosa. Untuk menyelematkan diri dari

situasi bahaya, otot rangka menggunakan glukosa darah dalam jumlah besar

untuk menghasilkan energi. Akibatnya, glikogenolisis hati harus dirangsang

melalui reseptor agonis-α dan reseptor agonis-β (Marks, dll, 2000).

2.2.2 Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Pemeriksaan kadar glukosa darah terbagi menjadi 2 jenis. Pertama,

darah diambil setelah puasa selama 8 jam atau gula darah puasa. Pada

pemeriksaan gula darah puasa, kadar normalnya adalah 80-100 mg/dl.

Kedua, darah diambil 2 jam setelah makan. Kadar normalnya pada 2 jam

setelah makan adalah 80-140 mg/dl (Siagian, 2016).

Menurut Tandra (2007), cara untuk melakukan pemeriksaan

glukosa darah adalah sebagai berikut:

a. Pada tahap persiapan pasang lancet pada alat pena coblos accu check

soft click. Atur sesuai kedalaman yang diinginkan.

b. Usap jari tengah menggunakan alkohol swab.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

c. Pasang strip. Ambil satu strip dari tabung kemudian dipasang ke slot

tempat strip. Nyalakan alatnya.

d. Check nomor kode kalibrasi. Bandingkan no. kode kalibrasi yang

muncul di layar dengan yang tertera di tabung harus sama.

e. Ambil sampling darah dengan menggunakan pena soft click.

f. Masukkan darah ke dalam bantalan strip sampai terisi penuh.

g. Tunggu proses pemeriksaan lalu hasilnya akan muncul.

h. Baca hasil pemeriksaan.

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah

Aktivitas fisik mempengaruhi kadar glukosa darah. Ketika aktivitas

tubuh tinggi, penggunaan glukosa oleh otot akan ikut meningkat. Sintesis

glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar glukosa darah

tetap seimbang. Pada keadaan normal, keadaan homeostatis ini dapat

dicapai oleh berbagai mekanisme dari sistem hormonal, saraf, dan regulasi

glukosa (Kronenberg et. al., 2008). Ketika tubuh tidak dapat

mengkompensasi kebutuhan glukosa yang tinggi akibat aktivitas fisik yang

berlebihan, maka kadar glukosa darah melebihi kemampuan tubuh untuk

menyimpannya disertai dengan aktivitas fisik yang kurang, maka kadar

glukosa darah menjadi lebih tinggi dari normal (hiperglikemia) (ADA,

2010). Lalu pada penelitian Mitra (2008) dalam (Sadikin and Subekti, 2013)

bahwa stress dapat meningkatkan hormon adrenalin yang dapat mengubah

cadangan glikogen dalam hati menjadi glukosa serta meningkatkan gula

darah pasien DM serta terjadinya komplikasi diabetes. Stress juga dapat

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

meningkatkan selera makan dan membuat penderita lapar khususnya pada

makanan kaya karbohidrat dan lemak (Sadikin and Subekti, 2013).

2.3 Konsep Stres

2.3.1 Definisi Stres

Stres adalah suatu perasaan yang menganggu perasaan dan

menimbulkan ketegangan pada tubuh dan pikiran (The OHIO State

University, 2016). Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor

psikososial (tekanan mental/beban kehidupan) yang menyebabkan produksi

berlebih pada kortisol, kortisol adalah suatu hormon yang melawan efek

insulin dan menyebabkan kadar glukosa darah tinggi (Pratiwi, 2014). Stres

dan cemas adalah respon yang natural yang dapat terjadi karena reaksi

terhadap situasi yang dirasa berbahaya, yaitu penyakit, kematian seseorang

yang disayang dan terlibat kecelakaan (Nash, 2014).

2.3.2 Mekanisme Stress

Respon terhadap stres dapat dibagi menjadi tiga fase yang disebut

General Adaption Syndrome yaitu alarm stage, resistance stage dan

exaustion stage (Hall, 2014):

a. Alarm reaction

Fase ini memiliki dua subfase yaitu

1) Fase syok : penurunan suhu tubuh, tekanan darah dan kehilangan

cairan dari tubuh.

2) Fase counter syok : meningkatnya hormon yang meningkatkan

munculnya reaksi pertahanan diri seperti reaksi fight/flight. Apabila

hormon yang muncul akibat stres dapat menangani tekanan atau

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

ancaman yang menjadi penyebab stres hal ini dinamakan fight/flight

response, sehingga semuanya akan kembali normal dan stres tdak

muncul. Tetapi apabila seseorang mengalami stes secara terus

menerus dan tubuh tidak bisa menanganinya akan menimbulkan

munculnya stres pada seseorang (Nash, 2014). Pada pasien DM akan

tejadi peningkatan kadar glukosa darah

b. Resistance stage

Fase ini disebut juga dengan Adaption stage:

1) Stabilitas tingkat psikologis meningkat, dengan kata lain tubuh berada

dalam siaga tinggi seolah sedang melakukan pertempuran.

2) Sebagai contoh: Stres akan meningkatkan kadar gula darah, kadar

gula darah yang tinggi akan mempengaruhi proses penyembuhan luka.

c. Exhaustion stage

Fase ini disebut juga “Break Down”

1. Adaptasi tubuh yang dibuat untuk menahan stres semakin lama

menjadi semakin kacau.

2. Hal tersebut ditandai oleh: gangguan tidur, mudah marah, kehilangan

konsentrasi, gelisah, kelelahan, gemetar, mudah takut, cemas, depresi

dan menangis.

2.3.3 Penyebab Stres

Penyebab stres antara lain adalah penyakit, kematian orang yang

disayang serta terlibat dalam kecelakaan. Hal ini menunjukkan bahwa

penyakit memiliki keterkaitan dengan munculya stres pada seseorang.

Sehingga seseorang yang didiagnosa penyakit diabetes mellitus (DM)

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk mengalami stres. Penyebab

spesifik stres pada pasien DM adalah takut pada komplikasi jangka panjang,

khawatir pada terjadinya hipoglikemia, takut pada jarum dan kekhawatiran

tentang pengaruh DM pada keluarga (Nash, 2014).

2.3.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala stres secara umum adalah sakit kepala, gangguan

tidur seperti insomnia, masalah pencernaan seperti diare, cemas, marah,

depresi, lemah, kesulitan berkonsentrasi, meningkatnya tekanan darah,

melemahnya sistem kekebalan tubuh (Australian Psycological Society,

2012). Sedangkan, tanda stres pada penderita diabetes mellitus menurut

Sullivan (2016) adalah sakit kepala, nyeri otot, tidur terlalu banyak atau

terlalu sedikit, lelah, merasa tidak termotivasi, depresi dan cemas.

2.3.5 Pengaruh Stress pada DM

Penderita DM harus mengalami banyak perubahan dalam hidupnya,

mulai dari olahraga, kontrol gula darah, minum obat dan pembatasan diet

yang harus dilakukan secara rutin sepanjang hidupnya (Maghfirah, 2015).

Hal tersebut mulai dirasakan oleh penderita DM sejak pasien didiagnosa

penyakit DM. Pada penderita DM stres akan memeperburuk keadaan dan

kesehatan, hal ini disebabkan karena stres akan mempengaruhi kadar gula

darah. Stres menyebabkan produksi berlebih pada kortisol dimana kortisol

adalah suatu hormon yang melawan efek insulin dan menyebabkan kadar

glukosa tinggi (Pratiwi, 2014). Stres emosional dapat memberi dampak

negatif terhadap pengendalian diabetes. Selain memberi dampak

peningkatan kadar gula darah, pada saat terjadi stres emosional, penderita

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

diabetes dapat mengubah pola makan, latihan dan penggunaan obat yang

biasanya dipatuhi. Keadaan ini dapat menimbulkan hiperglikemia atau

bahkan hipoglikemia (Smeltzer & Bare, 2015). Stres dapat dengan mudah

mempengaruhi keseimbangan dari obat-obatan, diet dan aktivitas yang

dilakukan untuk mengontrol diabetes (The OHIO State University, 2016).

2.3.6 Pengaruh Stress pada gula darah

Menurut Mitra (2008) dalam Sadikin and Subekti (2013) bahwa

stress dapat meningkatkan hormon adrenalin yang dapat mengubah

cadangan glikogen dalam hati menjadi glukosa serta meningkatkan gula

darah pasien DM serta terjadinya komplikasi diabetes. Stress juga dapat

meningkatkan selera makan dan membuat penderita lapar khususnya pada

makanan kaya karbohidrat dan lemak.

2.4 Konsep Progressive Muscle Relaxation (PMR)

2.4.1 Definisi PMR

PMR adalah suatu teknik dengan mengendurkan otot-otot oleh

ketegangan otot untuk mengatur seluruh tubuh ( Ghezeljeh et al., 2017).

Lalu PMR menurut Carver & O’Malley (2015) adalah suatu pilihan atau

altenatif dengan melibatkan ketegangan dan relaksasi pada kelompok otot

tubuh dan mudah untuk mengajari, murah, aman dan efektif.

PMR merupakan salah satu intervensi yang bisa berikan untuk pasien

DM karena memiliki efek relaksasi dan kemampuan pengelolaan diri.

Latihan PMR ini mampu mengurangi ketegangan otot, stress, menurunkan

tekanan darah, meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari,

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41

meningkatkan imunitas sehingga kualitas hidup pasien DM meningkat

(Smeltzer & Bare, 2008).

Progressive Muscle Relaxation adalah terapi relaksasi dengan gerakan

mengencangkan dan melemaskan otot – otot pada satu bagian tubuh pada

satu waktu untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Gerakan

mengencangkan dan melemaskan secara progresif kelompok otot ini

dilakukan secara berturut-turut. Pada saat melakukan PMR perhatian pasien

diarahkan untuk membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot

dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang.

(Molassiotis et al. 2002; Smeltzer et al. 2013 dalam Nuwa, Kusnanto &

Utami, 2018). Menurut Greenberg (2002) dalam Mashudi (2011)

mengatakan bahwa relaksasi akan memberikan hasil setelah dilakukan

sebanyak 3 kali latihan dengan waktu selama 25-30 menit pada pagi dan

sore hari.

2.4.2 Indikasi

Indikasi PMR menurut Nuwa, Kusnanto & Utami (2018) yaitu :

1) Teknik relaksasi otot dilaporkan efektif dalam mengurangi ketegangan

otot di tubuh, perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik, termasuk

penurunan denyut nadi, tekanan darah, dan fungsi neuroendokrin pada

orang yang mengalami kecemasan. Beberapa peneliti telah

menyarankan bahwa PMR dapat berfungsi sebagai metode relaksasi

bagi pasien yang menjalani kemoterapi (Helen 2015)

2) Penelitian Molassiotis et al. (2002) merekomendasikan PMR sebagai

terapi pelengkap sebagai antiemetik pada pasien kanker yang

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

mengalami efek samping kemoterapi. Dalam penelitiannya juga

dijeaskan bahwa PMR dapat mengurangi distress akibat kemoterapi.

3) Penelitian Isa et al. (2013) PMR direkomendasikan sebagai intervensi

untuk perbaikan pada kualitas hidup pasien kanker prostat.

4) Penelitian Dayapo (2015) menunjukan PMR dapat meningkatkan

kualitas tidur dan menurunkan level kelelahan pada pasien penyakit paru

obstruktif.

5) Penelitian Zhou et al. (2015) diketahui PMR dapat mengurangi depresi,

kecemaasan dan lama perawatan pada pasien kanker payudara setelah

menjalani radikal mastectomy.

6) Penelitian Tsitsi et al. (2017) diketahui bahwa kombinasi PMR dan

Guided Imagery dapat menurunkan kecemasan dan memperbaiki mood

orang tua pada orang tua yang anaknya dirawat dengan kanker di rumah

sakit.

2.4.3 Kontraindikasi

Snyder & Linquist (2002) dalam Nuwa, Kusnanto & Utami (2018)

menjelaskan bahwa selama melakukan latihan PMR terdapat hal-hal yang

perlu diperhatikan antara lain : jika pasien mengalami distres emosional

selama melakukan PMR maka dianjurkan untuk menghentikan dan

mengkonsultasikannya kepada perawat atau dokter. Perlu juga menjadi

perhatian dalam memberikan terapi pada pasien kanker terhadap aspek

kelelahanya, pasien sebaiknya jangan dipaksakan. Adapun beberapa hal

yang dapat menjadi kontraindikasi PMR antara lain : cedera akut atau

ketidaknyamanan muskuloskeletal, infeksi atau inflamasi, dan penyakit

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

jantung berat atau akut. Latihan PMR juga tidak dilakukan pada sisi otot

yang sakit (Program Magister dan Ners Spesialis Keperawatan Jiwa, 2016).

2.4.4 Manfaat

Stuart & Laraia (2005) dalam Nuwa, Kusnanto & Utami (2018)

menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami ansietas akan mengalami

ketidakseimbangan secara fisik seperti perubahan pada tanda-tanda vital,

gangguan pola makan, pola tidur dan adanya ketegangan otot. Kecemasan

mencetuskan beberapa sensasi dan perubahan fisik, meliputi peningkatan

aliran darah menuju otot, ketegangan otot, mempercepat atau

memperlambat pernapasan, meningkatkan denyut jantung dan menurunkan

fungsi digestif. Ketegangan otot merupakan salah satu tanda yang sering

terjadi pada kondisi stress dan ansietas yang merupakan persiapan tubuh

terhadap potensial kejadian berbahaya. Dalam hal ini dapat dikatakan

bahwa pada kondisi ansietas, individu akan memerlukan banyak energi

untuk mengembalikan ketidakseimbangan yang terjadi akibat respon

ansietas yang dialami (Program Magister dan Ners Spesialis Keperawatan

Jiwa, 2016). Jacobson (1938) dalam Nuwa, Kusnanto & Utami (2018)

mengatakan manfaat PMR adalah untuk mengurangi komsumsi oksigen

tubuh, laju metabolisme tubuh, laju pernapasan, ketegangan otot, kontraksi

ventricular prematur dan tekanan darah sistolik serta gelombang alpha otak

serta dapat meningkatkan beta endorphin dan berfungsi meningkatkan imun

seluler. Relaksasi dapat digunakan sebagai keterampilan koping yang aktif

jika digunakan untuk mengatasi kecemasan.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

2.4.5 Mekanisme PMR terhadap Gula Darah

Menurut Smeltzer & Bare (2002) dalam Hidayati (2018) PMR dapat

menurukan gula darah pada pasien DM. Dengan memunculkan kondisi

rileks. Pada kondisi ini terjadi perubahan impuls saraf pada jalur aferen ke

otak dimana aktivasi menjadi inhibisi. Perubahan impuls saraf ini

menyebabkan perasaan tenang baik fisik maupun mental seperti

berkurangnya denyut jantung, menurunkan kecepatan metabolisme tubuh

dalam hal ini mencegah peningkatan gula darah. Hipofisis anterior juga

inhibisi sehingga ACTH yang menyebabkan sekresi kortisol menurun

sehingga proses gluconeogenesis, katabolisme protein dan lemak yang

berperan meningkatkan gula darah akan menurun. Hal ini selaras menurut

Dafianto (2016) dalam Simamora & Simanjuntak (2017) setelah melakukan

PMR, pasien akan rileks dan ada beberapa efek yang ditimbulkan seperti

kecepatan kontraksi jantung menurun dan merangsang sekresi hormon

insulin. Dominasi sistem saraf parasimpatis akan merangsang hipotalamus

untuk menurunkan sekresi corticotropin releasing hormone (CRH).

Penurunan CRH akan mempengaruhi adenohipofisis untuk mengurangi

sekresi hormon adenokortikotropik (ACTH). Keadaan ini dapat

menghambat proses glukoneogenesis dan meningkatkan pemakaian glukosa

oleh sel, sehingga kadar gula darah yang tinggi akan menurun dan kembali

dalam batas normal.

2.4.6 Mekanisme PMR terhadap Stres

Pada penatalaksanaan PMR mengarahkan pada perhatian pasien

dalam membedakan perasaan yang dialami kelompok otot pada saat

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

dilemaskan/relaksasi dengan kondisi saat tegang/kontraksi, dengan

demikian diharapkan klien mampu mengelola kondisi tubuh terhadap

stresnya. Kemampuan mengelola stress ini diharapkan klien dapat

mengelola stresnya yang akan berdampak pada kestabilan emosi klien

(Ghezeljeh et al., 2017). Menurut (Prasetyo, 2016) relaksasi dapat

mengurangi ketegangan subjektif dan berpengaruh terhadap proses

fisiologis lainnya. Relaksasi otot berjalan bersama dengan respons otonom

dari saraf parasimpatis. Relaksasi otot berjalan bersama dengan relaksasi

mental. Perasaan cemas subjektif dapat dikurangi atau dihilangkan dengan

sugesti tidak langsung atau menghapus dan menghilangkan komponen

otonomik dari perasaan itu.

2.4.7 Prosedur PMR

Prosedur dalam penatalaksanaan PMR menurut Program magister dan Ners

Spesialis Keperawatan Jiwa (2015) yaitu :

Minta klien untuk melepaskan kacamata dan jam tangan serta melonggarkan

ikat pinggang (jika klien menggunakan ikat pinggang) Atur posisi klien

pada tempat duduk atau ditempat tidur yang nyaman. Anjurkan klien

menarik nafas dalam hembuskan secara perlahan (3‐5 kali) dan katakan

rileks (saat menginstruksikan pertahankan nada suara lembut) Terapis

mendemonstrasikan gerakan 1 sampai dengan 6 yaitu mulai proses

kontraksi dan relaksasi otot diiringi tarik nafas dan hembuskan secara

perlahan meliputi :

1. Gerakan 1 : Gerakan pertama ditujukan untuk otot dahi dan mata yang

dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis sekeras‐kerasnya,

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46

memejamkan mata sekuat‐kuatnya hingga kulit terasa mengerut dan

dirasakan ketegangan disekitar dahi, alis dan mata. Lemaskan dahi, alis

dan mata secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi.

2. Gerakan 2 : Gerakan kedua bertujuan untuk mengendurkan ketegangan

yang dialami oleh otot‐otot pipi dengan cara mengembungkan pipi

sehingga terasa ketegangan di sekitar otot‐otot pipi. Lemaskan dengan

cara meniup secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi.

3. Gerakan 3: Gerakan ketiga ini dilakukan untuk mengendurkan otot‐otot

sekitar mulut. Moncongkan bibir ke depan sekeras‐kerasnya hingga

terasa tegang di mulut. Lemaskan mulut dan bibir secara perlahan hingga

10 detik lakukan kembali sekali lagi.

4. Gerakan 4: Gerakan keempat bertujuan untuk mengendurkan ketegangan

yang dialami oleh otot‐otot rahang dan mulut dengan cara mengatupkan

mulut sambil menggigit gigi sekuat‐kuatnya sambil tarik lidah ke

belakang sehingga terasa ketegangan di sekitar otot‐otot rahang.

Lemaskan mulut secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali sekali

lagi.

5. Gerakan 5: Gerakan kelima ditujukan untuk otot‐otot leher belakang.

Klien dipandu untuk menekankan kepala kearah punggung sedemikian

rupa sehingga terasa tegang pada otot leher bagian belakang. Lemaskan

leher secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi.

6. Gerakan 6: Gerakan keenam bertujuan untuk melatih otot leher bagian

depan. Gerakan ini dilakukan dengan cara tekuk atau turunkan dagu

hingga menyentuh dada, kemudian pasien diminta untuk membenamkan

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

dagu ke dadanya sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher

bagian depan. Lemaskan dan angkat dagu secara perlahan hingga 10

detik lakukan kembali sekali lagi. e. Minta klien meredemonstrasikan

kembali gerakan 1 sampai dengan 6 f. Terapis memberikan umpan balik

dan pujian terhadap kemampuan yang telah dilakukan klien g. Minta

klien untuk mengingat gerakan 1 sampai dengan 6 dalam terapi PMR ini.

Terapis mendemonstrasikan gerakan 7 sampai dengan 13 yaitu mulai

proses kontraksi dan relaksasi otot diiringi tarik nafas dan hembuskan

secara perlahan meliputi :

7. Gerakan 7 :Gerakan ketujuh ditujukan untuk melatih otot‐otot bahu.

Relaksasi untuk mengendurkan bagian otot‐otot bahu dapat dilakukan

dengan cara mengangkat kedua bahu kearah telinga setinggi. Lemaskan

atau turunkan kedua bahu secara perlahan hingga 10 detik lakukan

kembali sekali lagi. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras

ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas dan leher

8. Gerakan 8: Gerakan ketujuh ditujukan untuk melatih otot tangan yang

dilakukan dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu

kepalan. Selanjutnya pasien diminta membuat kepalan ini semakin kuat

sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan

dilepaskan, pasien dipandu untuk merasakan rileks selama 10 detik.

Gerakan pada tangan kiri dilakukan dua kali sehingga pasien dapat

membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks yang

dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

9. Gerakan 9: Gerakan kesembilan adalah gerakan untuk melatih otot

tangan bagian belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk

kedua pergelangan tangan ke belakang secara perlahan hingga otot‐otot

tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari‐jari

menghadap ke langit‐langit. Lemaskan atau turunkan kedua tangan

secara perlahan hingga 10 detik. Lakukan kembali sekali

10. Gerakan 10: Gerakan kesepuluh adalah untuk melatih otot‐otot lengan

atau biseps. Otot biseps adalah otot besar yang terdapat di bagian atas

pangkal lengan. Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua tangan

sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak

sehingga otot‐otot lengan bagian dalam menegang. Lemaskan atau

turunkan kedua tangan secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali

sekali lagi

11. Gerakan 11: Gerakan sebelas bertujuan untuk melatih otot‐otot

punggung. Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh

dari sandaran kursi, lalu busungkan dada dan lengkungkan punggung ke

belakang dan dipertahankan selama 10 detik. Lemaskan punggung

hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi. Pada saat rileks, letakkan

tubuh kembali ke kursi, sambil membiarkan otot‐otot menjadi lemas.

12. Gerakan 12: Gerakan dua belas bertujuan untuk melatih otot‐otot perut.

Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik perut kearah dalam atau

mengempiskan sekuat‐kuatnya. Tahan selama 10 detik hingga perut

terasa kencang dan tegang. Lemaskan perut secara perlahan hingga 10

detik, lakukan kembali sekali lagi

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49

13. Gerakan 13: Gerakan tigabelas ditujukan untuk otot‐otot betis. Gerakan

ini dilakukan dengan cara menarik kedua telapak kaki kearah dalam

sekuat‐kuatnya dan kedua tangan berusaha menggapai ibu jari hingga

terasa tegang di kedua betis selama 10 detik. Lemaskan kedua kaki secara

perlahan hingga 10 detik, lakukan kembali sekali lagi

Minta klien meredemonstrasikan kembali gerakan 7 sampai dengan 13

Terapis memberikan umpan balik dan memberikan pujian terhadap

kemampuan yang telah dilakukan klien

Minta klien untuk mengingat gerakan 1 sampai dengan 6 dalam terapi

PMR ini.

2.5 Keaslian penelitian

Tabel 2.3 Keaslian penelitian


NO JUDUL METODE HASIL
1 The effects of D : Quasi Experiment 2 of the 4 sample showed a
progressive S : 4 male diabetics in Medical significant decrease in blood glucose
relaxation on stress Center Sepilveda during treatment periods as
and diabetic control . V: compared to baseline measures.
(Lammers, Naliboff Dependen : Stress and Diabetic
&Straatmeyer , 1984) control
Independen : Progressive
relaxation
A : ANOVA and the binomial
test
I : Questionnaires state-trait
anxiety, Questionnaires scale of
tension dan chemstrips bg
R=0.50, P<0.001
2 Effect of progressive D : Experimental study There was significant reduction in
muscle relaxation S : 40 sample hipertensive blood pressure to normal value after
combined with deep patient coming to department of giving progressive muscle relaxation
breathing technique sharee B.G patel College of and deep breathing technique which
immediately after Phsycotherapy, Anand is not possible for hypertensive
aerobic exercises on V: subjects only with medication after
essential hypertension Independen : Progressive exertion.
( Gupta, 2014 ) muscle relaxation, Deep Significant higher reduction in systol
breathing technique BP was found after Progressive
immediately dan Aerobic Muscle Relaxation and Deep
exercies Breathing Technique (day2) came to
Dependen : Hypertension normal value as compared to that of
A : Paired t-test pre and post resting (day1).

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50

NO JUDUL METODE HASIL


I : Sphigmomanometer used for
measurement for BP,
stethoscope and stop watch
3 The effect of D : Quasy experiment design Adanya penurunan signifikan
progressive muscle S : 43 subject african-american terhadap rata-rata supress marah, trait
relaxation on anger, women dam state marah dan skore psikologi
personal strain, blood V: strain
presure and heart Independen : Progressive Tidak terjadi penurunan signifikan
rate in employed muscle relaxation terhadap vocational strain, tekanan
african-american Dependen : Anger, personal darah dan heart rate
women ( Webb , strain, blood presure and heart
1993) rate
A : Independent t-test
I : Questionnaires State-trait
anger expression inventory, p <
0.05 and power of 0.90
4 The effect of two types D : Quasi eksperiment design Adanya penurunan signifikan pada
of relaxation training S : 55 subject in eighty-eight kecemasan pada kelompok intervensi
on student levels of high school student daripada yang tidak diberi intervensi
anxiety ( Rasid & V:
Parish, 1998 ) Independen : Relaxation
training
Dependen : Anxiety
A : Independent t-test
I : Questionnaires State anxiety
scores and progressive muscle
relaxation
5 Effect of progressive D : Randomized controlled trial Progressive muscle relaxation is
muscle relaxation on S : Sixty-four out of 88 eligible highly effective in reducing acute
state anxiety and patients with schizophrenia. feelings of stress and
subjective well-being V: anxiety in patients with
in people with Independen : Progressive schizophrenia. A reduction in stress
schizophrenia : a muscle relaxation and state anxiety is associated with
randomized Dependen : Anxiety and well- an
controlled trial being increase in subjective well-being
(Vancampfort et al, A : ANOVA significance level p<0,05 (two tailed) in anxiety p<-
2011) 0.05 0,47, stres p>-0,51 and well being
I : Progressive muscle p<1,00
relaxation, Questionnaires state
anxiety inventory, subjective
exercise experiences scale and
psychosis evaluation tool for
common use by caregivers
6 Effect of progressive D : Experiment study Adanya pengaruh terhadap perhatian,
muscle relaxation and S : 67 normal male subject relaksasi dan respon stres
classical music on V:
measurements of Independen : Progressive
attention, relaxation, muscle relaxation dan Classical
and stress responses music
(Scheufele , 1999) Dependen : Attention,
relaxation, and stress responses
A : ANOVA
I : The digit vigilance test, the
behavioral relaxation scale, and
visual analog scale
7 Progressive muscle D : Quasy experiment No significant differences in post-test
relaxation to decrease scores, there was a significant

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51

NO JUDUL METODE HASIL


anxiety in clinical S : Nursing students in their decrease in anxiety from the
simulations (Carver & final semester at the University experimental group pre-test to their
O’Malley , 2015) Alaska Anchorage post-test (p < 0.1)
V:
Independen :Progressive
muscle relaxation
Dependen : Anxiety
A : Independent t-test, p<0.01
I : Progressive muscle
relaxation and the state trait
anxiety inventory
8 The effect pf D : Randomized controlled PMR had no significant impact on
progressive muscle S : 70 patients with type 2 DM HbA1c levels andHRQoL in patients
relaxation on at Institute of Firoozgar with type 2DM. Further studies with
glycated hemoglobin Hospital, Tehran, Iran larger sample size and longer follow-
and health-related V: up are needed to improve QoL in
quality of life in Independen : Progressive patients with type 2 DM.
patient with type 2 muscle relaxation The results showed that there were
diebetes melitus Dependen : Glycated no significant differences in terms of
(Ghezeljeh et al, hemoglobin and health-related HbA1c levels and HRQoL scores
2017) quality of life between the PMR and control groups
A : Independent t-test 12 weeks after intervention.
I : Progressive muscle However, in the PMR group, the
relaxation, glycated hemoglobin intervention led to a significant
and helath-related quality of life reduction in HbA1c levels (P=0.04)
A chronbach’s alpha of 0.77 and a significant increase in
totalHRQoL score (P=0.045) and its
psychosocial dimension (P=0.019).
9 Hubungan aktivitas D : Cross-sectional Hasil penelitian sebanyak 62,9 %
fisik dengan kadar S : 62 subject with DM type 2 responden memiliki aktivitas fisik
gula darah puasa in Puskesmas Mulyorejo rendah dan sebanyak 58,0 %
penderita diabetes V: responden memiliki kadar gula darah
melitus type 2 Independen : Aktivitas fisik puasa dalam kategori tinggi. Hasil
(Nuryati & Adriani, Dependen : Kadar gula darah penelitian menunjukkan ada
2017) puasa hubungan antara aktivitas fisik
A : Spearman’s Rho, α= 0.01 dengan kadar gula darah puasa
I : International physical penderita Diabetes Melitus tipe 2
activity quistionnare (p=0,000).

10 The effect of D : Simple random sampling The mean of fasting blood sugar was
relaxation on blood S : 58 patient with gestasional 94.79 and 103 mg/dl in the
sugar and blood diabetes at hafez hospital shiraz intervention and control groups,
pressure changes of V: respectively (p<0.001). besides, the
women with independen : Relaxation mean of 2-hour postprandial blood
gestasional diabetes : dependen : Blood sugar and sugas was 107 mg/dl in the
a randomized control blood pressure intervention group and 118 mg/dl in
trial ( kaviani et al, A : Chi-squire and independent thse control group (p<0.001). in
2014) t-test addition, the mean of systolic blood
I : Benson’s relaxation pressure was 120 and 127 mg/dl in
the intervention and control groups,
respectively (p=0.006). effectiveness
of relaxation training in fasting blood
sugar, 2 hour postprandial blood
sugar and systolic blood pressure.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual


Pilar Pengelolaan DM

1. Edukasi
2. Perencanaan Makan
3. Latihan Jasmani
- Aerobik
- Non Aerobik
- Relaksasi
4. Intervensi farmakologi

AR (Applied AT (Autogenic PMR (Progressive MBT (Mindfulness-


Relaxation) Training) Muscle Relaxation) Based Therapy)

Gerakan mengencangkan dan melemaskan otot


– otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu

Gerakan penegangan dan peregangan otot yang rutin berdampak pada Akan merangsang sistem saraf
peningkatan elastisitas pembuluh darah, menurunkan resistensi perifer parasimpatis dimana menghambat
dan peningkatan transport glukosa ke dalam membran sel dimana kelenjar adrenal dalam
membuat penggunaan kadar glukosa menjadi efektif sehingga kadaranya memproduksi homon stres seperti
dapat mendekati normal/stabil. Memunculkan kondisi rileks, kortisol dan adrenal sehingga
berkurangnya denyut jantung, merangsang sekresi hormon insulin, Saat memunculkan kondisi rileks dan
kondisi rileksasi, tubuh akan menekan pengeluaran hormon-hormon terjadinya penurunan stres.
yang dapat meningkatkan kadar gula darah yaitu epineprin, kortisol,
glukagon, adrenocorticotopic hormone (ACTH), kortikosteroid dan
Stres
tiroid.
1. Sulit untuk santai
2. Memunculkan
Gula darah kegugupan
3. Mudah marah /
gelisah
4. Mengganggu /
lebih reaktif
5. Tidak sabar

= Diukur

= Tidak diukur

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53

Gambar 3.1 Kerangka konsep pengaruh PMR

Pasien dengan DM tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin. Resistensi insulin adalah suatu keadaan terjadinya gangguan

metabolik terhadap kerja insulin, akibatnya kadar glukosa plasma tertentu

dibutuhkan kadar insulin yang lebih banyak dari normal untuk mempertahankan

keadaan normoglikemik (euglikemik). Gangguan sekresi insulin adalah suatu

keadaan dimana terjadi penurunan respon glukosa / gangguan toleransi glukosa

yang disebabkan penurunan sekresi insulin yang jangka panjangnya menyebabkan

meningkatnya kadar glukosa oleh hati .

Dalam pengelolaan DM, terdapat 4 pilar yaitu edukasi saat pasien diberi

pendidikan kesehatan khususnya tentang DM, perencanaan makanan untuk

mengatur pola makan/diet pasien DM, intervensi farmakologi dengan pemberian

obat-obatan kepada pasien DM dan latihan jasmani saat penderita olahraga/latihan

fisik salah satunya dengan relaksasi seperti progressive muscle relaxation.

Penatalaksanan terapi relaksasi dengan progressive muscle relaxation yaitu gerakan

mengencangkan dan melemaskan otot – otot pada satu bagian tubuh pada satu

waktu, diharapkan memberikan relaksasi pada otot yang berefek pada penurunan

gula darah dan stres.

3.2 Hipotesis

Hipotesis yang ditetapkan adalah

1. Ada pengaruh PMR terhadap stres pada pasien DM tipe 2


2. Ada pengaruh PMR terhadap penurunan gula darah pada pasien DM tipe 2

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Pada penelitian menggunakan pre-post control group design. Kelompok

eksperimental diberi perlakuan berupa progressive muscle relaxation sedangkan

kelompok kontrol mendapatkan perlakuan seperti biasa/konvensional. Pada kedua

kelompok diawali dengan pre-test dan setelah pemberian perlakuan diadakan

pengukuran kembali post test (Nursalam, 2017).

Tabel 4.1 Desain penelitian pre-post test control group design

Subjek Pre-test Intervensi Post-


test
K-A O I O1-
A
K-B O - O1-
B
Time 1 Time 2 Time
3
Keterangan :
K-A : Subyek (pasien dm tipe 2) perlakuan
K-B : Subyek (pasien dm tipe 2) kontrol
- : Perlakuan seperti biasa
O : Observasi stress dan kadar gula darah sebelum PMR
I : Intervensi (PMR)
O1-A : Observasi stress dan kadar gula darah setelah diberikan
PMRmg/dl
O1-B : Observasi stress dan kadar gula darah tidak diberikan PMR

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55

4.2 Populasi, Sampel (kriteria inklusi, eksklusi), Besar Sampel (sample size) dan

Teknik Pengambilan Sampel (sampling)

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian merupakan sekelompok orang, kejadian, atau

benda yang dijadikan objek penelitian (Suryani & Hendryadi, 2016). Menurut

(Nursalam, 2017) populasi adalah semua subjek penelitian yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan. Populasi dibagi menjadi dua yaitu, populasi terjangkau dan

populasi target.

1. Populasi target

Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi

sasaran akhir penelitian (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini adalah penderita

DM yang sedang menjalani pengobatan ke puskesmas di Surabaya.

2. Populasi terjangkau (Accessible Population)

Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan

biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya (Nursalam, 2017).

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien DM di puskesmas

Kedungdoro sebanyak 135 penderita dan di puskesmas Medokan Ayu sebanyak

367 penderita pada periode bulan Januari-Maret 2018.

4.2.2 Sampel Penelitian

Menurut (Nursalam, 2017) sampel adalah bagian dari populasi terjangkau

yang dapat digunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling. Dalam

pemilihan sample, peneliti menetapkan kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

Dalam penelitian ini, kriteria inklusi adalah

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56

1) Pasien DM tipe 2 tanpa penyakit penyerta kronis/berat.

2) Belum pernah melakukan relaksasi PMR.

3) Bersedia mengikuti program pengobatan yang dijalankan dibawah observasi

peneliti selama penelitian.

2. Kriteria eksklusi

Dalam penelitian ini, kriteria eksklusi adalah

1) Pasien mengalami gangguan kesadaran.

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

Penelitian ini menggunakan purpose sampling yaitu suatu teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

populasi penderita DM di wilayah Surabaya yang terdiri dari dua puskesmas yaitu

Puskesmas Kedungdoro dan Puskesmas Medokan Ayu.

Peneliti memilih dan mengambil 2 puskesmas yang homogen dari

karakteristik usia dan pelayanan yang diberikan di puskesmas. Berikut adalah

Jumlah responden berdasarkan puskesmas yang dijadikan tempat penelitian.

Tabel 4.2 Jumlah responden berdasarkan puskesmas yang dijadikan tempat


penelitian
No. Nama Kecamatan Wilayah Jumlah Jumlah
Penderita
Puskesmas Penderita DM
DM Sesuai
Kriteria
Inklusi

1. Puskesmas Rungkut Surabaya Barat 367 53


Medokan Ayu

Puskesmas
2. Kedungdoro Tegalsari Surabaya Pusat 135 50

Total 502 103

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57

Peneliti menentukan puskesmas yang dijadikan sebagai tempat penelitian,

kemudian menentukan jumlah responden klien DM yang digunakan untuk

penelitian. Menurut Fraenkel & Wallen (1993) dalam (Amirullah, 2015) jika

peneliti melakukan penelitian eksperimental, peneliti dapat menentukan jumlah

sampel minimum sebanyak 30 responden perkelompok.

Peneliti juga melakukan penghitungan untuk antisipasi adanya responden

yang mengalami drop out dari sampel penelitian. Kriteria drop out digunakan

sebagai antisipasi apabila ada data yang tidak sesuai dan responden mengundurkan

diri dari penelitian. Kriteria drop out diambil 20% dari besar sampel yang dihitung.

Jumlah 20% dari sampel adalah 5 orang perkelompok, maka jumlah sampel

menjadi 70 orang responden.

Pembagian besar sampel untuk masing-masing puskesmas dibagi dengan

menggunakan rumus menurut (Sugiyono, 2010).


𝑛
n1 = × 𝑁1
𝑁

Keterangan:
n1 = Besar sampel tiap puskesmas
n = Besar populasi inklusi penderita DM di setiap puskesmas
N = Besar seluruh populasi penderita DM
N1 = Besar sampel yang ditarik dari populasi

1. Puskesmas Asemrowo

53
n1 = 103 × 70 = 36 orang

2. Puskesmas Kedungdoro

50
n1 = 103 × 70 = 34 orang

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58

4.3 Variable Penelitian

4.3.1 Klasifikasi Variabel

a. Variable Independen ( Variabel bebas)

Variable independen adalah Progressive Muscle Relaxation (PMR)

b. Variabel Dependen ( Variabel terikat)

Variable dependen adalah kadar gula darah dan stress pasien diabetes mellitus

tipe 2

4.3.2 Definisi Operasional

Tabel 4.3 Definisi Operasional

Variable Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor


Operasional Data

Variable Suatu prosedur Observasi 1: Nominal -


Independen untuk mendapatkan pelaksanaan Melakukan

Progressive relaksasi dengan relaksasi PMR PMR

Muscle memberikan selama 25-30 0: Tidak


Relaxation tegangan dan menit sebanyak 6 melakukan
relaksasi pada kali latihan, sehari PMR
kelompok otot 2 kali latihan pada
ditubuh pagi dan sore hari.

Variable
Dependen

Kadar gula Ukuran/konsentrasi Kadar gula darah Glukometer Rasio Gula darah
darah gula darah yang puasa (glukosa puasa
merupakan sumber darah yang
energi dalam tubuh. diperiksa setelah
puasa 6 jam)

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59

Variable Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor


Operasional Data

Stress Suatu respon tubuh 1. Sulit untuk Kuisioner Ordinal Penilaian


setelah menerima santai (8,22,29) DASS 42 3=Selalu
tekanan yang 2. Memunculkan dari 2=Sering
menimbulkan kegugupan Lovibond 1=Jarang
ketegangan tubuh (12,33) (1995) 0=Tidak
dan pikiran. 3. Mudah pernah
marah/gelisah Pemberian
(1,11,39) skor dan kode
4. Mengganggu/l 1 = Normal =
ebih reaktif 0-14
(6,18,27)
2 = Stres
5. Tidak sabar
Ringan = 15-
(14,32,35)
18

3 = Stres
Sedang = 19-
25

4 = Stres Berat
= 26-33

5 = Stres
Sangat Berat≥
34

4.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan kuisioner DASS 42, glukometer, gula

darah stik, jarum (blood lancet), kapas alkohol, hanscoen bersih dan lembar

pemantauan gula darah.

1. Stres

Instrumen yang dipergunakan untuk mengetahui stress menggunakan

kuisioner DASS 42 oleh Lovibond & Lovibond (1995) dalam Crawford et al.,

(2003). DASS 42 sudah tervalidasi sehingga tidak perlu dilakukan uji

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60

validitas dan reabilitas karena memiliki nilai validitas dan reabilitas dengan

nilai 0,91 yang dilakukan oleh Crawford and Henry (2003). Untuk mengetahui

tingkat stress, instrumen yang digunakan adalah kuisioner yang diambil 14

item khusus untuk pengukuran tingkat stress. Pengukuran dengan kuesioner ini

peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab

pertanyaan secara tertulis.

Tabel 4.4 Blue Print Kuisioner Stres

Faktor Indikator Item Jumlah Total

Stres a. Sulit untuk santai (Difficulty relaxing) 8, 22, 29 3 14


b. Memunculkan kegugupan (Nervous arousal) 12, 33 2
c. Mudah marah/gelisah (Easily upset/agigated) 1, 11, 39 3
d. Mengganggu/lebih reaktif (Irritable/over- 6, 18, 27 3
reactive)
e. Tidak sabar (Impatient) 14, 32, 35 3
Kecemasan a. Automanomic arousal 2, 4, 19, 23, 25 5 14
b. Efek-efek otot (Skeletal musculature effects) 7, 41 2
c. Situasional kecemasan (Situasional anxiety) 40, 9, 30 3
d. Pengalaman subjektif mempengaruhi 28, 36, 20, 15 4
kecemasan (Subjective experience of anxious
affect)
Depresi a. Disporia 13, 26 2 14
b. Putus asa (Hopelessness) 10, 37 2
c. Devaluasi kehidupan (Devaluation of life) 21, 38 2
d. Mencela diri (Self-deprecation) 17, 34 2
e. Kurang ketertarikan/ keterlibatan (Lack of 16, 31 2
interest/ involvement)
f. Anhedonia 3, 24 2
g. Inersia 5, 42 2

Skor yang disesuaikan dengan keparahan-rating indeks di bawah :

a) Normal : 0-14

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61

b) Stres Ringan : 15-18

c) Stres Sedang : 19-25

d) Stres Berat : 26-33

e) Stres Sangat Berat : ≥ 34

2. Tindakan

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tindakan menggunakan lembar

observasi pelaksanaan PMR sesuai pedoman yang dibuat peneliti selama

penelitian berlangsung dan hasil pengukuran gula darah sebelum dan setelah

dilakukan intervensi PMR.

Alat dan bahan :

Alat :

1) Lancet

2) Alat glukosameter

Bahan :

1) Sample whole blood (darah kapiler)

2) Jarum

3) Strip

4) Kapas alkohol

5) Handschoen

6) Wadah limbah infeksius

Prosedur pengukuran glukosa :

1) Siapkan alat glukosameter dan pasang strip pada glukosameter.

2) Jarum dimasukan ke dalam lancet.

3) Jari telunjuk/tengah/manis pasien dibersihkan dengan kapas alkohol.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62

4) Darah kapiler diambil dengan lancet yang ditusuk jarum pada jari

telunjuk/tengah/manis pasien.

5) Sampel darah kapiler pasien dimasukan ke dalam strip dengan cara

ditempelkan pada bagian khusus pada strip yang menyerap darah.

6) Hasil pengukuran kadar glukosa akan ditampilkan layar glukosameter.

7) Strip dicabut dari alat glukosa meter dan buang jarum dari lancet.

Skor yang disesuaikan dengan keparahan (Perkeni, 2006) :

1. <100 gr/dL = baik

2. 100-125 gr/dL = sedang

3. ≥ 126 gr/dL = buruk

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di puskesmas wilayah Surabaya Timur adalah

Puskesmas Medokan Ayu dan wilayah Surabaya Pusat adalah Puskesmas

Kedungdoro. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2018.

4.6 Prosedur Penelitian

Peneliti melakukan pengambilan dan pengumpulan data dengan prosedur

sebagai berikut, peneliti pertama kali mengurus surat ini permohonan survei data

awal ke bagian akademik Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang

ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Peneliti mendapatkan surat ijin

dari bagian akademik dengan nomer 3696/UN3.1.13/PPd/2018 pada tanggal 3

Desember 2018. Selanjutnya melakukan survei data ke Bakesbangpol Kota

Surabaya untuk mendata sekaligus ijin penelitian penderta DM di Puskesmas

Medokan Ayu dan Puskesmas Kedungdoro, peneliti mendapatkan surat ijin dari

Bakesbang Kota Surabaya dengan nomor 070/9406/436.8.5/2018 pada tanggal 4

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63

Desember 2018 untuk dilanjutkan ke Dinas Kesehatan Surabaya. Kemudian

peneliti mengurus surat ke Dinas Kesehatan untuk mendata populasi penderita DM

di Puskesmas Medokan Ayu dan Puskesmas Kedungdoro, peneliti mendapatkan

surat ijin dari Dinas Kesehatan Surabaya dengan nomor 072/33675/436.7.2/2018

pada tanggal 4 Desember 2018. Tahap selanjutnya peneliti melakukan studi

pendahuluan ke Puskesmas Medokan Ayu dan Puskesmas Kedungdoro. Untuk

permohonan ijin melakukan penelitian dan mendata populasi yang sesuai sehingga

didapatkan kriteria responden untuk studi penelitian.

Calon responden yang memenuhi kriteria peneliti serta tujuan peneliti

dikumpulkan di puskesmas kemudian diberikan inform concent atau lembar

persetujuan responden. Peneliti dibantu 3 fasilitator yang sudah dilatih PMR untuk

membantu peneliti dalam mendampingi responden melakukan latihan PMR.

Peneliti juga menjelaskan ada 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok

kontrol. Pada kelompok intervensi, peneliti menjelaskan tentang tujuan serta

prosedur penelitian. Responden dilakukan cek gula darah puasa dan pemberian

kuisioner DASS 42 kemudian diberi pelatihan PMR. Untuk pengambilan darah

menggunakan darah kapiler dan pengisian kuisioner dibantu oleh peneliti serta

fasilitator. Peneliti menjelaskan agar responden melakukan latihan PMR selama 25-

30 menit dan dalam sehari dilakukan sebanyak 2 kali pada pagi dan sore hari selama

3 hari berturut-turut. Hal ini selaras menurut Mashudi (2011) bahwa untuk

mendapatkan hasil maksimal dianjurkan untuk melakukan PMR pada jam yang

sama 2 kali sehari selama 25-30 menit pada pagi dan sore hari serta memberikan

hasil setelah dilakukan sebanyak 3 kali latihan. Berdasarkan pendapat diatas,

peneliti memberikan pelatihan PMR dilakukan sebanyak 6 kali latihan agar bisa

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64

mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Reponden diberikan lembar observasi

pelaksanaan PMR untuk mengontrol pelaksanaan 6 kali latihan, kemudian kontrak

kembali untuk datang pada saat post pengecekan gula darah puasa dan pengisian

kuisioner DASS 42. Pada kelompok kontrol dijelaskan tujuan serta prosedur

penelitian, kemudian di cek gula darah puasa serta pengisian kuisioner DASS 42

tanpa diberikan pelatihan PMR. Peneliti melakukan kontrak dengan responden agar

datang lagi setelah 3 hari untuk dilakukan post cek gula darah puasa dan pemberian

kuisioner DASS 42. Data gula darah serta kuisioner dikumpulkan untuk dianalisis.

4.7 Cara Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan melalui tahap sebagai berikut :

1. Editing, yaitu melihat kelengkapan data yang sudah terkumpul meliputi data

demografi responden, hasil data pre post gula darah dan tingkat stres pasien DM

tipe 2.

2. Coding, yaitu klarifikasi jawaban dari responden menurut macamnya dengan

memberi kode pada masing-masing jawaban menggunakan kuisioner DASS 42

untuk mengukur tingkat stres serta demografi responden dan mengukur kadar

gula darah dengan glukometer pada pre post penelitian.

3. Analisis, ada dua macam yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa

univariat dengan menggunakan tabel distribusi dan dikonfirmasi dalam bentuk

prosentasi dan narasi. Analisis bivariat diolah dengan perangkat komputer.

Analisis disajikan dalam presentase, mean, modus, median serta analisis

menggunakan aplikasi SPSS dalam penelitian.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65

1) Analisis univariat

Tujuan analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk

menganalisis setiap variable penulis. Tujuannya untuk melihat sebaran data

setiap variabel. Analisis univariat dilakukan terhadap variable yang ikut dalam

penelitian :

a. Umur

b. Jenis kelamin

c. Status pernikahan

d. Pendidikan

e. Pekerjaan

f. Penghasilan

2) Analisis bivariat

Analisis bivariat adalah analisis untuk menguji hubungan antara dua

variable. Analisis bivariate dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh PMR terhadap penurunan

stress dan gula darah pasien DMT2.

1. Pengaruh PMR terhadap variabel stres menggunakan uji nonparametrik

Wilcoxon (untuk data berpasangan) dan Mann-Whitney (untuk melihat

perbedaan diantara 2 kelompok).

2. Pengaruh PMR terhadap variabel gula darah menggunakan uji parametrik

Paired T-Test (untuk data berpasangan) dan Independen T-Test (untuk

melihat perbedaan diantara 2 kelompok). Syarat uji ini adalah data

berdistribusi normal dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pada

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66

penelitian ini, data tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan

uji nonparametrik seperti langkah 1.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67

4.8 Kerangka Operasional/Kerja

4.1 Populasi penderita DM di puskesmas wilayah Surabaya Barat dan


Surabaya Pusat.

Purpose Sampling

Sampel : Puskesmas Medokan Ayu dan Puskesmas Kedungdoro

Inform Consent

Kelompok perlakuan Kelompok pembanding

Pengumpulan data awal Pengumpulan data awal

Intervensi Tidak Intervensi


Diberikan PMR sebanyak 2 kali pada Perlakuan standar sesuai SOP
pagi dan sore hari selama 3 hari puskesmas
berturut-tuirut

Pengumpulan data akhir Pengumpulan data akhir

Variabel stres pada data berpasangan diuji dengan uji Wilcoxon dan pada antar
kelompok di uji dengan uji Mann Whitney.
Variabel gula darah pada data berpasangan diuji dengan uji Paired T-Test dan pada
antar kelompok diuji dengan uji Independen T-Test apabila data berdistribusi normal.
Setelah diuji Kolmogorov Smirnov didapatkan data tidak berdistribusi normal sehingga
pada data berpasangan diuji dengan uji Wilcoxon dan pada antar kelompok diuji
dengan uji Mann Whitney.

Penyajian hasil penelitian


Gambar 4.1 Kerangka Operasional Pengaruh PMR terhadap penurunan stres
dan gula darah pada penderita DM tipe 2

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68

4.9 Etik penelitian

Peneliti momohon ijin kepada Akademik Fakultas Keperawatan Universitas

Airlangga sebelum penelitian dilakukan dimulai dengan melakukan beberapa

prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian yang melibatkan manusia

sebagai subjek penelitian yang dilakukan di Komisi Etik Penelitian Kesehatan

(KEPK) Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dengan no. 1213-KEPK

meliputi :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect For Persons)

Respect for persons merupakan bentuk penghormatan terhadap martabat

manusia sebagai pribadi yang memiliki kebebasam berkehendak atau memilih

sekaligus bertanggung jawab secara pribadi terhadap leputusannya sendiri.

2. Berbuat baik (Beneficence) dan tidak merugikan (Non Maleficence)

Beneficence dan Non Maleficence untuk meningkatkan kesejahteraan manusia

dan untuk tidak mencelakakannya. Menyangkut kewajiban membantu orang lain

dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan meminimalisir kerugian yang

mungkin timbul.

3. Keadilan (Justice)

Keadilan merupakan kewajiban memperlakukan manusia dengan baik dan

benar, memberikan apa yang menjadi haknya dan tidak membebani dengan yang

bukan menjadi kewajibannya serta adil dalam pemberian/tindakan.

4. Lembar persetujuan responden (Inform Concent)

Inform concent merupakan masalah kunci dalam penelitian yang

mengikutsertakan manusia sebagai subjek penelitian, karena berisi pernyataan

kesediaan subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69

4.10 Keterbatasan penelitian

1. Usia responden mayoritas menjelang usia lansia sehingga banyak kesulitan

berkonsentrasi saat melakukan latihan PMR.

2. Meskipun peneliti telah melatih PMR, dikhawatirkan terjadi variasi

intervensi PMR yang disebabkan penurunan kognitif responden saat

melakukan PMR di rumah.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil pengumpulan data dari kuisioner

DASS dan kadar gula darah tentang Pengaruh Progressive Muscle Relaxation

Terhadap Stres Dan Penurunan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

yang diperoleh tanggal 21 – 28 Desember 2018. Jumlah responden yang terlibat

dalam pengumpulan data sebanyak 70 orang dan semuanya bersedia untuk menjadi

responden.

Pembahasan dimulai dari gambaran umum Puskesmas Kedungdoro dan

Puskesmas Medokan Ayu. Karakteristik responden didapatkan dari data demografi

yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, pendidikan,

pekerjaan serta penghasilan. Kemudian dilanjutkan dengan penyajian data khusus

dengan penyajian data khusus yang meliputi pre-test dan post-test dengan kuisioner

DASS serta kadar gula darah di Puskesmas Kedungdoro dan Puskesmas Medokan

Ayu.

5.1 Latar Belakang

5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian

Tempat pengambilan data untuk penelitian ini adalah Puskesmas Kedungdoro

dan Puskesmas Medokan Ayu. Puskesmas Kedungdoro terletak di Jalan Kaliasin

Gang Pompa No. 79-81, Tegalsari, Surabaya. Puskemas ini merupakan salah satu

puskesmas yang berada di wilayah Surabaya Pusat. Puskesmas Kedungdoro

memiliki program unggulan yaitu puskesmas sore dan posyandu remaja. Jumlah

Kepala Keluarga (KK) di wilayah kerja Puskesmas Kedungdoro sebanyak 13.777

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71

KK. Puskesmas Kedungdoro memiliki fasilitas poli umum, poli gigi, poli KIA KB,

poli psikologi, unit laboratorium, kamar obat, pojok gizi, klinik sanitasi, poli IMS

HIV, poli paliatif dan mobile clinic. Program yang sudah dilakukan oleh Puskesmas

Kedungdoro terhadap pasien DM adalah periksa gula darah sekali tiap bulan dan

senam pagi setiap jumat serta penyuluhan kesehatan pada prolanis salah satunya

pada pasien yang mengidap DM.

Puskesmas Medokan Ayu terletak di Jalan Medokan Asri Utara IV/31

Rungkut, Surabaya. Puskemas ini merupakan salah satu puskesmas yang berada di

wilayah Surabaya Barat. Puskesmas Kedungdoro memiliki program unggulan yaitu

rawat inap persalinan, spesialis anak, puskesmas santun lansia, poli batra, poli KIA

KB, poli gigi, posyandu remaja, puskesmas perawatan (PONED), puskesmas sore

dan UGD. Program yang sudah dilakukan oleh Puskesmas Medokan Ayu terhadap

pasien DM sama seperti yang dilaksanakan seperti Puskesmas Kedungdoro adalah

periksa gula darah sekali rutin tiap bulan dan senam pagi setiap jumat serta

penyuluhan kesehatan pada prolanis salah satunya pada pasien yang mengidap DM.

5.1.2 Data umum

Pada bagian ini akan diuraikan karakteristik responden berdasarkan umur,

jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Tabel 5.1 Distribusi responden dari data demografi

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Karakteristik
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Umur
<50 tahun 4 11,4% 5 14,2%
50-60 tahun 22 62,8% 25 71,4%
>60 tahun 9 25,7% 5 14,2%
Jumlah 35 100% 35 100%
Jenis Kelamin
Laki-laki 12 34,2% 11 31,4%

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Karakteristik
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Perempuan 23 65,7% 24 68,5%
Jumlah 35 100% 35 100%
Status Pernikahan
Menikah 34 97,1% 35 100%
Belum menikah 1 2,8% 0 0%
Jumlah 35 100% 35 100%
Pendidikan
Tidak lulus SD 0 0% 0 0%
Pendidikan dasar 17 48,5% 21 60%
SMA/Sederajat 12 34,2% 14 40%
Perguruan Tinggi 1 2,8% 0 0%
Jumlah 35 100% 35 100%
Pekerjaan
Tidak Bekerja 21 60% 25 71,4%
Buruh 0 0% 0 0%
Wiraswasta 14 40% 10 28,5%
PNS/Pensiunan 0 0% 0 0%
Lainnya 0 0% 0 0%
Jumlah 35 100% 35 100%
Penghasilan
0-1 Juta 8 22,8% 6 17,1%
1-3 Juta 21 60% 23 65,7%
3-5 Juta 4 11,4% 6 17,1%
>5 Juta 2 5,7% 0 0%
Jumlah 35 100% 35 100%

Tabel diatas menggambarkan bahwa mayoritas umur pada kelompok

perlakuan yaitu 50-60 tahun sebesar 62,8%, sedangkan pada kelompok kontol yaitu

50-60 tahun sebesar 71,4%. Mayoritas jenis kelamin pada kelompok perlakuan

yaitu perempuan sebanyak 65,7% dan laki-laki sebanyak 34,2%, sedangkan pada

kelompok kontrol yaitu perempuan sebanyak 68,5% dan laki-laki sebanyak 31,4%.

Mayoritas status pernikahan pada kelompok perlakuan yaitu menikah sebanyak

97,1% dan belum menikah sebanyak 32,8%, sedangkan pada kelompok kontrol

yaitu menikah sebanyak 100%. Mayoritas pendidikan pada kelompok perlakuan

yaitu pendidikan dasar sebanyak 48,5%, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu

pendidikan dasar sebanyak 60%. Mayoritas pekerjaan pada kelompok perlakuan

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73

yaitu tidak bekerja sebanyak 60%, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu tidak

bekerja sebanyak 71,4%. Mayoritas penghasilan pada kelompok perlakuan yaitu 1-

3 juta sebanyak 60%, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu 1-3 juta sebanyak

65,7%.

5.1.3 Data khusus

Data khusus pada penelitian ini didapatkan melalui pengaruh progressive

muscle relaxation terhadap stres dan penurunan darah pada pasien diabetes melitus

tipe 2 di Puskemas Kedungdoro dan Puskesmas Medokan Ayu.

1. Pengaruh progressive muscle relaxation terhadap stres pada pasien DM tipe 2

Tabel 5.2 Pengaruh PMR terhadap stres pada pasien DM tipe 2

Perlakuan Kontrol
Stres Pre intervensi Post intervensi Pre intervensi Post interv
f % f % f % f
Normal 1 2,8% 6 17,1% 0 0% 0
Ringan 9 25,7% 12 34,2% 9 25,7% 10 2
Sedang 25 71,4% 17 48,5% 26 74,2% 25 7
Parah 0 0% 0 0% 0 0% 0
Sangat
0 0% 0 0% 0 0% 0
parah
Total 35 100% 35 100% 35 100% 35
Wilcoxon
signed p=0,001 p=0,404
rank test
Mann
whitney p=0,001
test

Dari tabel 5.2 menunjukan bahwa terjadi perbedaan pada hasil pre test dan

post test pada masing-masing kelompok. Hasil pre test dan post test pada kelompok

perlakuan serta kontrol didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan stres.

Berdasarkan hasil uji statistik Wicoxon Signed Rank Test (dengan signifikansi

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74

p=0,05) ditemukan adanya penurunan stres dengan signifikan baik pada kelompok

perlakuan, hal ini ditunjukan dengan p=0,001 untuk kelompok perlakuan,

sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan p=0,404, sehingga penurunan stres

tidak signifikan. Dari data tersebut, pada kelompok perlakuan ada penurunan stres

sebelum dan sesudah diberikan intervensi progressive muscle relaxation pada

pasien DM tipe 2.

Hasil uji Mann Whitney Test digunakan untuk mengetahui perbedaan skor

stres antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah mendapatkan

intervensi progressive muscle relaxation pada pasien DM tipe 2. Hal ini ditunjukan

dengan p=0,001, berarti ada perbedaan skor yang signifikan antara kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol.

2. Pengaruh progressive muscle relaxation terhadap penurunan gula darah pada

pasien DM tipe 2.

Tabel 5.3 Uji Kolmogorov Smirnov pada gula darah pasien DM tipe 2

Kolmogorov Smirnov
Kelompok Statistik df Sig.

Pre perlakuan 0,156 35 0,031

Post perlakuan 0,258 35 0,000

Pre kontrol 0,136 35 0,099

Post kontrol 0,123 35 0,200

Dari tabel 5.3 berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov hasil menunjukan bahwa data

variabel gula darah pada kelompok pre dan post perlakuan didapatkan berdistribusi

tidak normal sehingga dilakukan uji Wilcoxon Sign Test. Pada kelompok pre dan

post kontrol didapatkan berdistribusi normal sehingga dilakukan uji Paired T-Test.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75

Sedangkan untuk melihat perbedaan diantara 2 kelompok menggunakan uji Mann-

Whitney.

Tabel 5.4 Pengaruh PMR terhadap penurunan gula darah pada pasien DM tipe 2

Perlakuan Kontrol
Gula
Pre intervensi Post intervensi Pre intervensi Post interve
darah
f % f % f % F
Baik 0 0% 0 0% 0 0% 0
Sedang 13 37,1% 23 65,7% 11 31,4% 11 3
Buruk 22 62,8% 12 34,2% 24 68,5% 24 6
Jumlah 35 100% 35 100% 35 0% 35 1
Mean 146 131,69 135,51 135,57
SD 33,636 33,342 14,904 17,841
Uji
data Wilcoxon signed rank test Paired T-Test
pre- p=0,001 p=0,979
post
Mann
whitney p=0,021
test
Dari tabel 5.4 menunjukan bahwa terjadi perbedaan pada hasil pre test dan

post test pada masing-masing kelompok. Hasil pre test dan post test pada kelompok

perlakuan serta kontrol didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan gula darah.

Berdasarkan hasil uji statistik Wicoxon Signed Rank Test (dengan signifikansi

p=0,05) ditemukan adanya penurunan gula darah dengan signifikan baik pada

kelompok perlakuan, hal ini ditunjukan dengan p=0,001 untuk kelompok

perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol diuji dengan uji Paired T-test

didapatkan p=0,979, sehingga penurunan gula darah tidak signifikan. Dari data

tersebut, pada kelompok perlakuan ada penurunan gula darah sebelum dan sesudah

diberikan intervensi progressive muscle relaxation pada pasien DM tipe 2

Hasil uji Mann Whitney Test digunakan untuk mengetahui perbedaan skor

gula darah antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah mendapatkan

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76

intervensi progressive muscle relaxation pada pasien DM tipe 2. Hal ini ditunjukan

dengan p=0,021, berarti ada perbedaan skor yang signifikan antara kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengaruh progressive muscle relaxation terhadap stres pada pasien DM tipe

2 di Puskesmas Medokan Ayu dan Puskesmas Kedungdoro

Hasil penelitian menunjukan pengaruh progressive muscle relaxation

terhadap stres pasien DM tipe 2 memiliki pengaruh yang signifikan. PMR adalah

terapi relaksasi dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan otot – otot pada

satu bagian tubuh pada satu waktu untuk memberikan perasaan relaksasi secara

fisik. Gerakan mengencangkan dan melemaskan secara progresif kelompok otot ini

dilakukan secara berturut-turut. Pada saat melakukan PMR perhatian pasien

diarahkan untuk membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot

dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang (Molassiotis et

al. 2002; Smeltzer et al. 2013 dalam Nuwa, Kusnanto & Utami, 2018). PMR

memiliki efek relaksasi dan kemampuan pengelolaan diri serta mampu mengurangi

ketegangan otot, stress, menurunkan tekanan darah, meningkatkan toleransi

terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan imunitas sehingga kualitas hidup

pasien DM meningkat (Smeltzer & Bare, 2008).

Hasil pre test dengan menggunakan kuisioner DASS 42 tentang stres pasien

DM tipe 2 pada kelompok perlakuan dalam penelitian hampir sepenuhnya memiliki

stres sedang sebanyak 25 orang, stres ringan sebanyak 9 orang dan tidak stres

sebanyak 1 orang. Pada kelompok kontrol 26 orang dengan stres sedang dan 9

dengan stres ringan. Hasil penelitian ini menunjukan tidak terdapat perbedaan yang

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77

bermakna pada tingkat stres baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok

kontrol sebelum diberikan latihan progressive muscle relaxation. Hasil dari pre test

kelompok intervensi maupun kelompok kontrol menunjukan nilai rata-rata stres

pada tingkat sedang.

Mayoritas responden pada kedua kelompok menyatakan tentang sulit untuk

istirahat dan kesulitan untuk berelaksasi/bersantai memiliki nilai tertinggi/masalah

terbesar dari semua pernyataan kuisioner DASS 42, kemudian pada kelompok

perlakuan menyatakan tentang mudah tersinggung dan mudah marah menjadi nilai

terendah, sedangkan pada kelompok kontrol pernyataan tentang mudah tersinggung

dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi anda untuk

menyelesaikan hal yang sedang anda lakukan menjadi nilai terendah. Pada

kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol, nilai yang mengalami penurunan

tertinggi pada pernyataan tentang kesulitan untuk relaksasi/bersantai dan sulit untuk

beristirahat. Nilai yang mengalami kenaikan nilai tertinggi pada kelompok

perlakuan maupun kelompok kontrol pernyataan tentang sulit mentoleransi

gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan.

Tanda stres yang dialami responden kebanyakan disebabkan oleh sulit

memulai tidur, sering terbangun pada malam hari untuk kencing dan tidak bisa tidur

lagi, kekhawatiran komplikasi jangka panjang serta kekhawatiran terjadinya

peningkatan kadar gula darahnya yang menyebabkan responden mersa terganggu

dalam aktifitas sehari-harinya. Hal ini selaras menurut Nash (2014) menyatakan

bahwa penyebab spesifik stres yang dialami pada pasien DM adalah takut pada

komplikasi jangka panjang, khawatir pada terjadinya hipoglikemia, takut pada

jarum dan kekhawatiran tentang pengaruh DM pada keluarga. Hal ini juga sesuai

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78

menurut Sullivan (2016) bahwa pasien DM memiliki tanda stres seperti sakit

kepala, nyeri otot, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, lelah, merasa tidak

termotivasi, depresi dan cemas. Dari hasil data diatas didapatkan alasan bahwa

pengaruh PMR yang paling signifikan dalam mengurangi kadar stres pasien DM

tipe 2 adalah mengurangi kesulitan untuk relaksasi dan kesulitan untuk beristirahat.

Sedangkan yang tidak ada pengaruh setelah dilakukan PMR bahkan kadar stresnya

naik adalah kesulitan untuk mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang

sedang dilakukan.

Hasil post test setelah diberikan intervensi progresive muscle relaxation, pada

kelompok perlakuan didapatkan responden dengan stres sedang 17 reponden, stres

ringan 12 responden dan stres normal 6 orang. Pada kelompok kontrol didapatkan

responden dengan stres sedang sebanyak 25 responden dan stres ringan sebanyak

10 responden. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukan tingkat stres

pada kelompok perlakuan mengalami penurunan.

Hal ini selaras menurut Ghezeljeh et al. (2017) dimana setelah melakukan

PMR diharapkan klien mampu mengelola kondisi tubuh terhadap stresnya.

Kemampuan mengelola stress ini diharapkan klien dapat mengelola stresnya yang

akan berdampak pada kestabilan emosi klien. Hal ini juga sesuai menurut Prasetyo

(2016) relaksasi dapat mengurangi ketegangan subjektif dan berpengaruh terhadap

proses fisiologis lainnya. Relaksasi otot berjalan bersama dengan respons otonom

dari saraf parasimpatis. Relaksasi otot berjalan bersama dengan relaksasi mental.

Perasaan cemas subjektif dapat dikurangi atau dihilangkan dengan sugesti tidak

langsung atau menghapus dan menghilangkan komponen otonomik dari perasaan

itu.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79

Dari hasil statistik menujukan tingkat stres pada kelompok perlakuan

mayoritas mengalami stres ringan dari sebelumnya stres sedang. Pada penelitian ini

responden melakukan latihan progressive muscle relaxation (PMR) secara rutin

yaitu 2 kali pada pagi dan sore hari selama 3 hari. Dimana hasil yang didapat adalah

respoden merasa lebih rileks, badan menjadi tidak kaku dan mudah untuk memulai

tidur. Responden merasakan terjadinya penurunan gejala stres yang dialami

sebelumnya sehingga kualitas hidup responden menjadi meningkat serta tidak

terganggu lagi. Hal ini terjadi karena saat melakukan saat melakukan PMR

perhatian pasien diarahkan untuk membedakan perasaan yang dialami saat

kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang

perhatian pasien diarahkan untuk membedakan perasaan yang dialami saat

kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang

sehingga memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Saat melakukan PMR pasien

Hasil penelitian ini diolah dan dianalisis menggunakan uji Wilcoxon sign rank

test didapatkan hasil bahwa intervensi progressive muscle relaxation terhadap stres

pasien DM tipe 2 didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tingkat stres pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Penurunan stres dengan signifikan

pada kelompok perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan

penurunan stres tidak signifikan. Dari data tersebut, pada kelompok perlakuan ada

penurunan stres sebelum dan sesudah diberikan intervensi progressive muscle

relaxation pada pasien DM tipe 2. Hasil uji Mann Whitney Test didapatkan bahwa

ada perbedaan skor yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Scheufele

(1999) yang menyatakan bahwa ada penurunan kadar stres setelah diberikan

progresive relaxation dimana terjadi pengurangan dalam gairah fisiologis ditandai

dengan penurunan denyut jantung kemudian terjadi peningkatan relaksasi.

Penelitian lain yang mendukung adalah dari Lammers, Naliboff and Straatmeyer

(1984) menyebutkan bahwa efek progressive relaxation bisa menurunkan kadar

stres secara signifikan. Menurut Helen (2015) dalam Nuwa, Kusnanto & Utami

(2018) bahwa teknik relaksasi otot efektif dalam mengurangi ketegangan otot di

tubuh, perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik, termasuk penurunan denyut nadi,

tekanan darah, dan fungsi neuroendokrin pada orang yang mengalami kecemasan.

Lalu peneliti telah menyarankan bahwa PMR dapat berfungsi sebagai metode

relaksasi bagi pasien yang menjalani kemoterapi dalam mengurangi kecemasan.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Zhou et al. (2015) bahwa PMR dapat

mengurangi depresi, kecemaasan dan lama perawatan pada pasien kanker payudara

setelah menjalani radikal mastectomy. Penelitian lainnya oleh Carver and O’Malley

(2015) memberikan latihan PMR kepada mahasiswa semeter akhir dapat

mengurangi tingkat kecemasan dalam menghadapi tugas akhir. Penelitian tentang

PMR itu sendiri juga dilakukan oleh Vancampfort et al. (2011) pada reponden

dengan skizofrenia didapatkan hasil penurunan angka kecemasan dan peningkatan

kualitas hidup. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2015) bahwa

latihan PMR mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap status fungsional dari

fisik, psikologi dan sosial pada pasien kanker yang sedang menjalankan

kemoterapi, sehingga PMR sangat membantu sebagai terapi komplementer dalam

mengurangi masalah fisik maupun psikologis dari pasien itu sendiri.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81

5.2.2 Pengaruh progressive muscle relaxation terhadap penurunan gula darah pada

pasien DM tipe 2 di Puskesmas Medokan Ayu dan Puskesmas Kedungdoro

Hasil penelitian pengaruh progressive muscle relaxation terhadap gula darah

pasien DM tipe 2 memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil pre test tentang kadar

gula darah pasien DM tipe 2 pada kelompok perlakuan dalam penelitian mayoritas

buruk sebanyak 22 responden dan sedang sebanyak 13 responden. Sedangkan pada

kelompok kontrol mayoritas buruk sebanyak 24 responden dan sedang sebanyak 11

responden. Hasil penelitian ini menunjukan tidak terdapat perbedaan yang

bermakna pada tingkat gula darah baik pada kelompok perlakuan maupun

kelompok kontrol sebelum diberikan latihan progressive muscle relaxation.

PMR dapat menurukan gula darah pada pasien DM. Dengan memunculkan

kondisi rileks. Pada kondisi ini terjadi perubahan impuls saraf pada jalur aferen ke

otak dimana aktivasi menjadi inhibisi. Perubahan impuls saraf ini menyebabkan

perasaan tenang baik fisik maupun mental seperti berkurangnya denyut jantung,

menurunkan kecepatan metabolisme tubuh dalam hal ini mencegah peningkatan

gula darah. Hipofisis anterior juga inhibisi sehingga ACTH yang menyebabkan

sekresi kortisol menurun sehingga proses gluconeogenesis, katabolisme protein dan

lemak yang berperan meningkatkan gula darah akan menurun (Smeltzer & Bare

(2002) dalam Hidayati (2018)). Lalu menurut Dafianto (2016) dalam Simamora &

Simanjuntak (2017) setelah melakukan PMR, pasien akan rileks dan ada beberapa

efek yang ditimbulkan seperti kecepatan kontraksi jantung menurun dan

merangsang sekresi hormon insulin. Dominasi sistem saraf parasimpatis akan

merangsang hipotalamus untuk menurunkan sekresi corticotropin releasing

hormone (CRH). Penurunan CRH akan mempengaruhi adenohipofisis untuk

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82

mengurangi sekresi hormon adenokortikotropik (ACTH). Keadaan ini dapat

menghambat proses glukoneogenesis dan meningkatkan pemakaian glukosa oleh

sel, sehingga kadar gula darah yang tinggi akan menurun dan kembali dalam batas

normal.

Tanda yang dialami responden DM kebanyakan seperti poliuri atau sering

buang air kecil terlebih lagi pada malam hari, polidipsi atau banyak minum serta

polifagi atau sering merasa lapar sehingga banyak makan. Hal ini selaras menurut

(Manurung, 2018) menyatakan bahwa keluhan klasik yang dialami pasien DM tipe

2 antara lain penurunan berat badan, banyak kencing, banyak minum serta banyak

makan. Hal ini juga sesuai menurut Bare and Smeltzer (2008) dalam Mashudi

(2011) bahwa pasien DM memiliki tanda seperti peningkatan pengeluaran urin

(poliyri), banyak minum (polidipsi), banyak makan(polifagi), kelemahan,

keletihan, tiba-tiba perubahan pandangan, kebas tangan atau kaki, kulit kering, luka

yang sulit sembuh serta sering muncul infeksi.

Hasil post test setelah diberikan intervensi progresive muscle relaxation, pada

kelompok perlakuan didapatkan hampir semua responden mengalami penurunan

gula darah sebanyak 34 orang dan 1 responden yang gula darahnya naik. Responden

yang mengalami kenaikan gula darah berjenis kelamin perempuan dan tidak

bekerja. Menurut Sukardji (2009) dalam Isnaini & Ratnasari (2018) bahwa

pekerjaan sebagai ibu rumah tangga termasuk dalam akitiftas ringan. Sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujaya (2009) bahwa orang yang aktifitas

fisiknya ringan memiliki resiko 4,36 kali lebih besar untuk menderita DM tipe dua

dibandingkan dengan orang yang memiliki aktifitas sedang dan berat. Dari

beberapa pendapat bisa disimpukan bahwa ibu rumah tangga yang memiliki

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83

aktifitas fisik ringan bisa mempengaruhi nilai kadar gula darah menjadi meningkat

walaupun sudah melakukan intervensi. Pada kelompok kontrol didapatkan

responden yang mengalami penurunan darah sebanyak 21 orang dan 14 responden

yang gula darahnya naik. Responden pada kelompok kontrol mengalami penurunan

darah kemungkinan karena setiap jumat pagi mengikuti senam rutin yang diadakan

oleh puskesmas. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukan pada tiap

kelompok mengalami penurunan gula darah, tetapi dari hasil statistik menujukan

penurunan gula darah pada kelompok perlakuan menunjukan penurunan gula darah

lebih signifikan daripada kelompok kontrol. Pada penelitian ini responden

melakukan latihan progressive muscle relaxation (PMR) secara rutin yaitu 2 kali

setiap hari pada pagi dan sore hari selama 3 hari. Setelah melakukan intervensi

responden merasakan penurunan keluhan/gejala DM secara klinis yang diperoleh

dari wawancara data tambahan seperti badannya lebih enak, tidak kaku, otot jadi

tidak tegang serta denyut jantung lebih tenang. Hal ini sejalan menurut Smeltzer &

Bare (2008) bahwa PMR memiliki efek relaksasi dan kemampuan pengelolaan diri

serta mampu mengurangi ketegangan otot, stress, menurunkan tekanan darah,

meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan imunitas

sehingga kualitas hidup pasien DM meningkat.

Hasil penelitian ini diolah dan dianalisis menggunakan uji Wilcoxon sign rank

test didapatkan hasil bahwa intervensi progressive muscle relaxation terhadap

penurunan gula darah pada pasien DM tipe 2 didapatkan hasil bahwa terjadi

penurunan gula darah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Penurunan

gula darah dengan signifikan pada kelompok perlakuan, sedangkan pada kelompok

kontrol didapatkan penurunan tidak signifikan. Hasil uji Mann Whitney Test

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84

didapatkan ada perbedaan skor yang signifikan antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lammers,

Naliboff and Straatmeyer (1984) bahwa progressive relaxation dapat mengontrol

kadar gula darah pada 4 responden laki-laki penderita DM setelah diberikan selama

4 hari. Penelitian lain yang mendukung adalah dari Najafi Ghezeljeh et al. (2017)

menyebutkan bahwa PMR secara signifikan mengurangi kadar HBA1c dan

meningkatkan kualitas hidup penderita DM tipe 2. Hasil dari penelitian ini juga

didukung oleh Webb & Greenwald (1993) bahwa PMR menurunkan rata-rata kadar

marah, tekanan darah serta denyut jantung pada wanita afrika-amerika.

Data umum mengenai responden menunjukan bahwa mayoritas responden

berumur 50-60 tahun seperti yang terlihat pada tabel 5.1. sebanyak 67,1% (47

orang). Dari data tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi umur, semakin rentan

terkena DM. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Manurung (2018)

bahwa manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun

dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang

memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang

berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.

Penelitian lain yang dilakukan Mashudi (2011) menyatakan bahwa proses menua

yang berlangsung setelah umur 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis,

fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel berlanjut ke tingkat

jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang mempengaruhi fungsi homeostatis.

Komponen yang berubah adalah sel beta pankreas penghasil insulin, sel-sel jaringan

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85

target yang menghasilkan glukosa, sistem saraf dan hormon lain yang

mempengaruhi kadar glukosa darah.

Mayoritas reponden berjenis kelamin perempuan sesuai dengan tabel 5.1

dimana 67,1% (47 responden) adalah perempuan dan sisanya 32,9% (23 responden)

berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sejalan dengan data Kemenkes RI (2014) bahwa

proporsi penderita DM pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Mayoritas

pekerjaan pada responden adalah tidak bekerja sebanyak 65,7% (46 responden).

Menurut Kemenkes RI (2014) bahwa urutan meningkat orang terkena DM dimulai

dari pekerjaan sebagai pegawai, petani/nelayan/buruh, wiraswasta dan tertinggi

tidak bekerja. Hal ini selaras dengan penelitian (Rondonuwu, Rompas and Bataha,

2016) bahwa mayoritas penderita DM adalah responden yang tidak bekerja.

Menurut Sukardji (2009) dalam Isnaini & Ratnasari (2018) bahwa pekerjaan

sebagai ibu rumah tangga termasuk dalam akitiftas ringan. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sujaya (2009) bahwa orang yang aktifitas fisiknya

ringan memiliki resiko 4,36 kali lebih besar untuk menderita DM tipe dua

dibandingkan dengan orang yang memiliki aktifitas sedang dan berat. Dari

beberapa pendapat bisa disimpukan bahwa ibu rumah tangga yang memiliki

aktifitas fisik ringan bisa mempengaruhi nilai kadar gula darah menjadi meningkat

walaupun sudah melakukan intervensi.

Mayoritas pendidikan responden, mayoritas pendidikan dasar sebanyak

54,2% (38 responden). Menurut Kemenkes RI (2014) menyatakan bahwa penderita

penyakit DM lebih cenderung memiliki pendidikan lebih rendah. Hal ini selaras

menurut penelitian Berkat, Dian Saraswati & Muniroh (2018) bahwa sebagian besar

responden DM memiliki frekuensi pada tingkat pendidikan yang rendah, sehingga

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86

dapat disimpulkan bahwa semakin rendah pendidikan, semakin rentan terkena DM.

Pendidikan yang rendah yang dialami responden akan mempersulit dalam

menyerap informasi tentang penyakitnya sehingga pasti akan sulit melakukan

program perawatan DM yang disarankan.

Mayoritas penghasilan responden adalah 1-3 juta sebanyak 62,8% (44

responden). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurkamilah and Widayati

(2018) bahwa penghasilan seseorang mempengaruhi seseorang untuk melakukan

perawatan DM. Keterbatasan finansial akan membatasi seseorang untuk mencari

informasi, perawatan serta pengobatan untuk dirinya.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 21-28

Desember 2018 di wilayah kerja Puskesmas Kedungdoro dan Puskesmas Medokan

Ayu, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. PMR mempengaruhi penurunan stres pada pasien DM tipe 2 secara signifikan.

Latihan PMR yang dilakukan 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut

menyebabkan penurunan stres dari level sedang menjadi ringan.

2. PMR mempengaruhi penurunan gula darah pada pasien DM tipe 2 secara

signifikan yang menyebabkan penurunan gula darah dari level buruk menjadi

sedang.

6.2 Saran

1. Bagi petugas kesehatan agar menggunakan PMR sebagai alternatif dalam

kegiatan prolanis dalam mengurangi kadar stres serta gula darah pada pasien

diabetes tipe 2 dalam menjaga kondisi kesehatannya secara stabil.

2. Bagi peneliti selanjutnya PMR tidak hanya mengukur variabel stres dan gula

darah puasa, mungkin dengan HbA1C minimal 3 bulan dilakukan kemudian

diukur.

3. Bagi peneliti selanjutnya untuk untuk membawa pendamping responden dalam

menjaga konsentrasi serta ketepatan gerakan pada responden.

4. Dari hasil penelitian PMR terbukti menurunkan stres dan gula darah, diharapkan

bisa dimodifikasi dengan relaksasi khususnya untuk psikologis agar hasil yang

didapatkan lebih maksimal.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

ADA (2010) ‘Standards of Medical Care in Diabetes--2010’, Diabetes Care,


33(Supplement_1), pp. S11–S61. doi: 10.2337/dc10-S011.

Amirullah (2015) Populasi dan sampel. Malang: Bayumedia Publishing Malang.

Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Revisi.


Jakarta: Rineka Cipta.

Bare and Smeltzer (2008) ‘Keperawatan Medikal Bedah’, in Keperawatan


Medikal Bedah.

Betteng, R., Pangemanan, D. and Mayulu, N. (2014) ‘Analisis faktor resiko


penyebab terjadinya dm tipe 2 pada wanita usia produktif di Puskesmas
Wawonasa’, Jurnal e-Biomedik (eBM), 2(2).

Carver, M. L. and O’Malley, M. (2015) ‘Progressive muscle relaxation to


decrease anxiety in clinical simulations’, Teaching and Learning in
Nursing. Organization for Associate Degree Nursing, 10(2), pp. 57–62.
doi: 10.1016/j.teln.2015.01.002.

Crawford, J., Henry, J. and Lovibond. (2003) ‘Depression , Anxiety and Stress
Scales ( DASS-42 )’, British Journal of Clinical Psychology, 42(0), pp.
111–131. doi: 10.1097/HTR.0000000000000250.

Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2016) ‘Profil Kesehatan Kota Surabaya’, p. 194.

Guyton and John (2008) ‘Buku Ajar Fisiologi Kedokteran’, in Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. 11th edn. Jakarta: EGC.

Hall, D. (2014) ‘3 STAGES OF STRESS : GENERAL ADAPTION


SYNDROME’, p. 16666. Available at: www.summermatters.net.

Hilliard, M. E., Yi Frazer, J., Hessler, D., Butler, A., Anderson, B. and Jaser, S .
(2016) ‘Stress and A1c Among People with Diabetes Across the Lifespan’,
Current Diabetes Reports. Current Diabetes Reports, 16(8). doi:
10.1007/s11892-016-0761-3.

International Diabetes Federation (2017) ‘IDF Diabetes Atlas 8th Edition’, 8th
editio, p. 155. doi: 10.1016/j.diabres.2009.10.007.

JIwa, P. M. dan N. S. K. (2015) ‘Program Studi Ners Spesialis I Keperawatan


Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia’, Mental Health
Nursing.

Kaviani, M., Bahhosh, N., Azima, S., Asadi, N., Sharif, F., and Sayadi, M . (2014)
‘The Effect of Relaxation on Blood Sugar and Blood Pressure Changes of

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89

Women with Gestational Diabetes: a Randomized Control Trial’, 6(1).

Kemenkes (2017) ‘Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan’, in Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI (2014) ‘Situasi dan Analisis Diabetes’, Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, p. 2. doi: 24427659.

Kim, H. sil and Kim, E. J. (2018) ‘Effects of Relaxation Therapy on Anxiety


Disorders: A Systematic Review and Meta-analysis’, Archives of
Psychiatric Nursing. Elsevier, 32(2), pp. 278–284. doi:
10.1016/j.apnu.2017.11.015.

Kronenberg (2008) ‘Obesity In : Williams Texkbook of Endocrinology’, in


Obesity In : Williams Texkbook of Endocrinology. Philadelphia: Saunders
Elservier Publishing.

Nursalam (2017) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 4th edn. Edited by


Peni Puji Lestasi. Surabaya: Salemba Medika.

Maghfirah, S. (2015) ‘Relaksasi Otot Progresif Terhadap Stres Psikologis Dan


Perilaku Perawatan Diri Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2’, Kesmas
UNNES, 10(10), pp. 137–146. doi: ISSN 1858-1196.

Manurung, N. (2018) ‘Keperawatan Medikal Bedah’, in Keperawatan Medikal


Bedah. 1st edn. Jakarta: Trans Indo Media.

Marks, D., Marks, A. and Smith, C. (2000) ‘Biokimia Kedokteran Dasar Sebuah
Pendekatan Klinis’, in U. Pendit (ed.) Biokimia Kedokteran Dasar Sebuah
Pendekatan Klinis. Jakarta: EGC.

Mashudi (2011) ‘Pengaruh progressive muscle relaxation terhadap kadar glukosa


darah pasien diabetes miletus tipe 2’, Ui, F I K, pp. 1–120. doi:
10.1007/978-1-61779-005-8.

Najafi Ghezeljeh, T., Kohandany, M., Oskouei, F., and Malek, M . (2017) ‘The
Effect of Progressive Muscle Relaxation on Glycated Hemoglobin and
Health-related Quality of Life in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus’,
Applied Nursing Research, 33, pp. 142–148. doi:
10.1016/j.apnr.2016.11.008.

Nash, J. (2014) ‘Stress and Diabetes: The use of “worry time” as a way of
managing stress. Journal of Diabetes Nursing’, Journal of Diabetes
Nursing, 18(8). Available at: www.thejournalofdiabetesnursing.co.uk.

Nurayati, L. and Adriani, M. (2017) ‘Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar


Gula Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Association Between
Physical Activity and Fasting Blood Glucose Among Type 2 Diabetes
Mellitus patients’, pp. 80–87. doi: 10.20473/amnt.v1.i2.2017.80-87.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90

Nuwa, M. S., Kusnanto and Utami, S. (2018) ‘MODUL KOMBINASI TERAPI


PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION DENGAN SPIRITUAL
GUIDED IMAGERY AND MUSIC ( Panduan Buat Perawat )’, Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga, (January).

Prasetyo, T. (2016) ‘Pengaruh Terapi Progressive Muscle Relaxation ( Pmr )


Dengan Musik Terhadap Tingkat Stres Pada Lansia’.

Pratiwi, E. F., Amroisa, N. and Setiawati, O. . (2014) ‘Hubungan antara Stres,


Hiperglikemia dan lama menderita Diabetes dengan Nyeri Neuropati
Diabetik di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek’, Jurnal Medika Malahayati,
1(1). Available at: ejournal.malahayati.ac.id/journal=jurmm.

Program Magister dan Ners Spesialis Keperawatan JIwa (2016) ‘Modul


keperawatan jiwa’, Mental Health Nursing, p. 1180.

RISKESDAS (2013) ‘Penyakit yang ditularkan melalui udara’, Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, (Penyakit Menular), p. 103. doi: 10.1007/s13398-014-
0173-7.2.

Sadikin, L. and Subekti, E. (2013) ‘Coping stres pada penderita diabetes melitus
pasca amputasi’, Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 2(3), pp.
17–23.

Siagian, E. (2016) ‘Pengaruh Penerapan Modifikasi Perilaku Sehat Terhadap


Faktor Resiko DM Tipe II’, SKOLASTIK Keperawatan, 2(1), pp. 86–96.

Simamora, M. and Simanjuntak, G. V. (2017) ‘Ankle Brachial Index (Abi)’,


Review Article International Journal of Basic and Applied Physiology INT.
Int. J Basic Appl. Physiol, 5(1), p. 2016.

Smeltzer, S. C. and Bare (2015) ‘Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah’, in


Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.

Society, T. A. P. (2012) ‘Under-standing and Managing Stress’, The Australian


Psychological Society. Available at: https://www.psychology.org.au.

Sofiana, L. I., Elita, V. and Utomo, W. (2012) ‘Hubungan Antara Stress Dengan
Konsep Diabetes Mellitus Tipe 2’, Jurnal Ners Indonesia, 2(2 Maret
2012), pp. 167–176.

Sugiyono (2010) Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suryani and Hendryadi (2016) Metodologi Penelitian Kuantitatif : Teori dan


Aplikasi pada Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta:
Prenadamedia Group.

Tandra, H. (2007) ‘Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes’, in

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91

Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes. Jakarta: EGC.

The OHIO State University Wexner Medical Center (2016) ‘Stress and Diabetes’,
Stress and Diabetes. Available at: https://patienteducation.osumc.edu
/Pages/Home.aspx.

Wijaya, I. (2015) ‘Tuberkulosis paru pada penderita diabetes melitus’, Cdk-229,


42(6), pp. 412–417. Available at:
http://www.kalbemed.com/Portals/6/06_229CMETuberkulosis Paru pada
Penderita Diabetes Melitus.pdf.

World Health Organization (2016) ‘Global Report on Diabetes’, Isbn, 978, p. 88.
doi: ISBN 978 92 4 156525 7.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 1

PROGRAM KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama Peneliti : Ungkas Herlambang

Asal Institusi : S1 Keperawatan Universitas Airlangga


Pembimbing : 1. Dr. H. Kusnanto, S. Kp., M.Kes
2. Laily Hidayati, S. Kep., M.Kes

Akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Progressive Muscle


Relaxation terhadap Stres dan Penurunan Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2” sebagai syarat menyelesaikan tugas akhir skripsi pendidikan S1 Keperawatan
Universitas Airlangga. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pemberian
relaksasi progressive muscle relaxation dan kuisioner yang berisikan pertanyaan
sejumlah 14 nomer.
Bapak/Ibu/Saudara telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Partisipan ini sesungguhnya bersifat sukarela. Bapak/Ibu/Saudara berhak memilih
untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi atau mengajukan keberatan atas
penelitian ini. Tidak ada konsekuensi atau dampak negatif jika Bapak/Ibu/Saudara
membatalkan untuk ikut berpartisipasi. Sebelum Bapak/Ibu/Sadura memutuskan
untuk berpartisipasi, maka saya akan menjelaskan beberapa hal sebagai berikut:

1. Judul Penelitian
Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Stres dan Penurunan Gula
Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Menjelaskan pengaruh progressive muscle relaxation terhadap stres dan
penurunan gula darah pasien diabetes melitus tipe 2.
b. Tujuan khusus
1) Menganalisis pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap stres.
2) Menganalisis pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap penurunan
gula darah.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93

3. Manfaat Penelitian Bagi Subyek Penelitian


Responden akan mendapatkan tambahan ilmu tentang keperawatan medikal
bedah khususnya pengaruh progressive msucle relaxation terhadap stres dan
penurunan gula darah.
4. Perlakuan Terhadap Subyek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasy experiment dengan memberikan
intervensi serta membagikan kuesioner kepada responden.
5. Masalah Etik Yang Mungkin Akan Dihadapi Subyek Penelitian
Penelitian ini tidak mengganggu aktivitas responden dalam memberikan
pengobatan rutin di puskesmas. Selain itu, penelitian ini tidak menimbulkan
kerugian ekonomi, fisik, dll serta tidak bertentangan dengan nilai, norma, adat
istiadat, dan hukum yang berlaku.
6. Bahaya potensial
Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan subyek dalam
penelitian ini karena penelitian hanya pemberian relaksasi dan pengisian
kuesioner oleh subyek.
7. Kesediaan Subyek Penelitian
Keikutsertaan responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden
berhak untuk tidak mengikuti penelitian ini.
8. Jaminan Kerahasiaan Data
Dalam penelitian ini, semua data dan informasi identitas subyek penelitian dijaga
kerahasiaannya yaitu dengan tidak mencantumkan identitas subyek penelitian
secara jelas dan pada laporan penelitian nama subyek penelitian dibuat kode.
9. Insentif Dan Ganti Rugi
Seluruh subyek penelitian tidak mendapatkan insentif berupa uang atau lainnya
tetapi akan mendapatkan konsumsi. Selain itu, peneliti tidak memberikan ganti
rugi berupa uang atau lainnya dan tidak memberikan jaminan asuransi kepada
seluruh subyek penelitian.
10. Informasi Tambahan
Subyek penelitian bisa menanyakan semua hal yang berkaitan dengan penelitian
ini dengan menghubungi penelliti:
Ungkas Herlambang (mahasiswa Pendidikan Ners FKp UNAIR)
Telp : 085726454434
WhatsApp : 085726454434

Surabaya, 9 November 2018


Peneliti
.

Ungkas Herlambang
NIM. 131711123048

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94

Lampiran 2

Kode Partisipan

PROGRAM KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis kelamin : L/P
Status pernikahan : menikah/belum
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Penghasilan :
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai:
1. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap
Stres dan Penurunan Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2”.
2. Manfaat bersedia sebagai partisipan penelitian
3. Prosedur penelitian
Berdasarkan penjelasan yang telah saya terima dari peneliti, maka dengan ini saya
menyatakan bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi partisipan dalam
penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.

Surabaya, 9 November 2018


Peneliti Responden Saksi

(Ungkas Herlambang) ( ) ( )

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95

Lampiran 3

Kuisioner

Depression Anxiety Stress Scales (DASS 42)

Nama Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Status Perkawinan :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Penghasilan :

Keterangan :

0 : Tidak ada atau tidak pernah

1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang

2 : Sering

3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat

Berilah tanda centang ( √ ) yang sesuai dengan anda

No Aspek Penilaian 0 1 2 3

1 Kesulitan untuk relaksasi/bersantai

2 Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas

3 Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele

4 Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi

5 Tidak sabaran

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96

6 Sulit untuk beristirahat

7 Berada pada keadaan tegang

8 Mudah merasa kesal

9 Mudah tersinggung

10 Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap

hal yang sedang dilakukan

11 Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang

mengganggu

12 Mudah gelisah

13 Mudah marah

14 Tidak dapat memaklumi hal apapun yang

menghalangi anda untuk menyelesaikan hal yang

sedang anda lakukan

Pemberian skor dan kode tingkat stres

Kode Tingkat Stres Skor

1 Normal 0 – 14

2 Ringan 15 – 18

3 Sedang 19 – 25

4 Parah 26 – 33

5 Sangat parah > 34

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97

Lampiran 4

Kuisioner

Progressive Muscle Relaxation (PMR)

Nama Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Status Perkawinan :

Keterangan :

Tidak : Tidak Melakukan

Ya : Melakukan

Berilah tanda centang ( √ ) yang sesuai dengan anda

NO Latihan ke Ya Tidak

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

Prosedur dalam penatalaksanaan PMR yaitu :

Minta klien untuk melepaskan kacamata dan jam tangan serta melonggarkan ikat

pinggang (jika klien menggunakan ikat pinggang) Atur posisi klien pada tempat duduk

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98

atau ditempat tidur yang nyaman. Anjurkan klien menarik nafas dalam hembuskan

secara perlahan (3-5 kali) dan katakan rileks (saat menginstruksikan pertahankan nada

suara lembut) Terapis mendemonstrasikan gerakan 1 sampai dengan 6 yaitu mulai

proses kontraksi dan relaksasi otot diiringi tarik nafas dan hembuskan secara perlahan

meliputi :

14. Gerakan 1 : Gerakan pertama ditujukan untuk otot dahi dan mata yang dilakukan

dengan cara mengerutkan dahi dan alis sekeras-kerasnya, memejamkan mata

sekuat-kuatnya hingga kulit terasa mengerut dan dirasakan ketegangan disekitar

dahi, alis dan mata. Lemaskan dahi, alis dan mata secara perlahan hingga 10 detik

lakukan kembali sekali lagi.

15. Gerakan 2 : Gerakan kedua bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang

dialami oleh otot-otot pipi dengan cara mengembungkan pipi sehingga terasa

ketegangan di sekitar otot-otot pipi. Lemaskan dengan cara meniup secara

perlahan hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi.

16. Gerakan 3: Gerakan ketiga ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar

mulut. Moncongkan bibir ke depan sekeras-kerasnya hingga terasa tegang di

mulut. Lemaskan mulut dan bibir secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali

sekali lagi.

17. Gerakan 4: Gerakan keempat bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang

dialami oleh otot-otot rahang dan mulut dengan cara mengatupkan mulut sambil

menggigit gigi sekuat-kuatnya sambil tarik lidah ke belakang sehingga terasa

ketegangan di sekitar otototot rahang. Lemaskan mulut secara perlahan hingga 10

detik lakukan kembali sekali lagi.

18. Gerakan 5: Gerakan kelima ditujukan untuk otot-otot leher belakang. Klien

dipandu untuk menekankan kepala kearah punggung sedemikian rupa sehingga

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99

terasa tegang pada otot leher bagian belakang. Lemaskan leher secara perlahan

hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi.

19. Gerakan 6: Gerakan keenam bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan.

Gerakan ini dilakukan dengan cara tekuk atau turunkan dagu hingga menyentuh

dada, kemudian pasien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya sehingga

dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian depan. Lemaskan dan angkat

dagu secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi.

Demonstrasikan kembali gerakan 1 sampai dengan 6. Ingat gerakan 1 sampai

dengan 6 dalam terapi PMR ini.

Gerakan 7 sampai dengan 13 yaitu mulai proses kontraksi dan relaksasi otot diiringi

tarik nafas dan hembuskan secara perlahan meliputi :

20. Gerakan 7 :Gerakan ketujuh ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi

untuk mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara

mengangkat kedua bahu kearah telinga setinggi. Lemaskan atau turunkan kedua

bahu secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi. Fokus perhatian

gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas dan

leher

21. Gerakan 8: Gerakan ketujuh ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan

dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.

Selanjutnya pasien diminta membuat kepalan ini semakin kuat sambil merasakan

sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan, pasien dipandu

untuk merasakan rileks selama 10 detik. Gerakan pada tangan kiri dilakukan dua

kali sehingga pasien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan

keadaan rileks yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100

22. Gerakan 9: Gerakan kesembilan adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian

belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua pergelangan tangan

ke belakang secara perlahan hingga otot-otot tangan bagian belakang dan lengan

bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Lemaskan atau turunkan

kedua tangan secara perlahan hingga 10 detik. Lakukan kembali sekali

23. Gerakan 10: Gerakan kesepuluh adalah untuk melatih otot-otot lengan atau biseps.

Otot biseps adalah otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan. Gerakan

ini diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan

kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot‐otot lengan bagian

dalam menegang. Lemaskan atau turunkan kedua tangan secara perlahan hingga

10 detik lakukan kembali sekali lagi

24. Gerakan 11: Gerakan sebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung.

Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi,

lalu busungkan dada dan lengkungkan punggung ke belakang dan dipertahankan

selama 10 detik. Lemaskan punggung hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi.

Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot

menjadi lemas.

25. Gerakan 12: Gerakan dua belas bertujuan untuk melatih otot-otot perut. Gerakan

ini dilakukan dengan cara menarik perut kearah dalam atau mengempiskan sekuat-

kuatnya. Tahan selama 10 detik hingga perut terasa kencang dan tegang.

Lemaskan perut secara perlahan hingga 10 detik, lakukan kembali sekali lagi

26. Gerakan 13: Gerakan tigabelas ditujukan untuk otot‐otot betis. Gerakan ini

dilakukan dengan cara menarik kedua telapak kaki kearah dalam sekuat-kuatnya

dan kedua tangan berusaha menggapai ibu jari hingga terasa tegang di kedua betis

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101

selama 10 detik. Lemaskan kedua kaki secara perlahan hingga 10 detik, lakukan

kembali sekali lagi

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
102

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
103

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
105

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
106

Lampiran 9

TABULASI DATA UMUM

RESPONDEN UMUR JENIS KELAMIN PERNIKAHAN PENDIDIKAN PEKERJAAN PENGHASILAN


1 2 2 1 2 1 2
2 2 2 1 2 1 1
3 2 2 1 2 1 1
4 2 2 1 3 1 2
5 3 1 1 3 3 4
6 2 2 1 2 1 2
7 2 2 1 2 3 4
8 3 2 1 2 1 2
9 3 2 1 2 1 3
10 3 1 1 2 3 1
11 2 2 1 2 1 2
12 2 2 1 4 1 2
13 1 2 1 3 1 2
14 2 2 1 3 1 1
15 2 2 1 3 1 1
16 1 2 1 3 1 2
17 2 2 1 3 1 1
18 2 2 2 2 1 2
19 2 2 1 2 1 2
20 1 1 1 3 3 2
21 2 2 1 3 1 2
22 2 2 1 3 3 1
23 3 1 1 2 3 2
24 2 1 1 3 3 2
25 1 2 1 3 3 2
26 2 2 1 3 1 2
27 2 1 1 3 3 2
28 2 1 1 2 3 3
29 2 1 1 2 3 1
30 1 1 1 3 3 2
31 3 1 1 2 3 3
32 2 1 1 3 3 2
33 2 1 1 3 3 3
34 3 1 1 2 3 1
35 2 1 1 3 3 2
36 3 1 1 3 1 2
37 3 1 1 2 1 2
38 2 1 1 3 3 3
39 3 1 1 2 1 2
40 2 1 1 2 3 3

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
107

41 2 2 1 3 1 2
42 2 2 1 3 1 2
43 1 2 1 2 1 2
44 3 2 1 2 1 1
45 3 2 1 2 1 2
46 2 2 1 2 1 2
47 3 2 1 2 1 2
48 2 2 1 3 1 2
49 3 2 1 2 1 1
50 2 2 1 2 1 2
51 2 2 1 2 1 2
52 2 2 1 3 3 3
53 2 2 1 2 1 2
54 2 2 1 3 1 2
55 2 2 1 2 1 2
56 2 2 1 3 1 2
57 2 2 1 2 1 2
58 1 2 1 3 1 2
59 2 2 1 2 1 1
60 2 2 1 2 1 2
61 1 1 1 3 3 2
62 1 1 1 2 3 2
63 2 2 1 3 1 3
64 2 2 1 2 1 3
65 2 2 1 2 1 2
66 3 1 1 2 3 3
67 3 1 1 3 3 2
68 3 2 1 3 1 2
69 3 2 1 2 1 1
70 3 2 1 2 1 1

Keterangan :

Kode Umur
1 <50
2 50-60
3 >60

Kode Jenis Kelamin


1 Laki-laki
2 Perempuan

Kode Status Pernikahan


1 Menikah
2 Belum Menikah

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
108

Kode Pendidikan
1 Tidak lulus SD
2 Pendidikan dasar
3 SMA/Sederajat
4 Perguruan Tinggi

Pekerjaan
1 Tidak bekerja
2 Buruh
3 Wiraswasta
4 PNS/Pensiunan
5 Lainnya

Kode Penghasilan
1 0-1 juta
2 1-3 juta
3 3-5 juta
4 >5 juta

Lampiran 10

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
109

TABULASI PRE-TEST KUISIONER KELOMPOK PERLAKUAN

Soal
Kode Test Skor Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Pre 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 21 Sedang
2 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 22 Sedang
3 Pre 3 2 1 2 1 3 2 1 1 1 1 2 1 2 23 Sedang
4 Pre 3 2 1 2 2 3 2 2 1 0 1 1 2 0 22 Sedang
5 Pre 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 2 15 Ringan
6 Pre 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Normal
7 Pre 2 2 1 2 0 2 3 1 1 1 1 1 0 0 17 Ringan
8 Pre 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 18 Ringan
9 Pre 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 0 2 1 1 17 Ringan
10 Pre 3 2 1 2 1 3 3 1 1 1 2 2 1 1 24 Sedang
11 Pre 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 20 Sedang
12 Pre 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 18 Ringan
13 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 20 Sedang
14 Pre 3 2 1 2 2 3 2 1 1 1 1 2 2 2 25 Sedang
15 Pre 3 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 2 1 2 24 Sedang
16 Pre 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 17 Ringan
17 Pre 3 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 2 1 2 24 Sedang
18 Pre 3 2 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 23 Sedang
19 Pre 2 1 1 2 1 3 2 2 1 2 2 2 1 1 23 Sedang
20 Pre 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Ringan
21 Pre 3 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 2 1 1 23 Sedang
22 Pre 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
23 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 20 Sedang
24 Pre 3 2 1 2 2 3 3 1 1 1 1 2 2 1 25 Sedang
25 Pre 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
26 Pre 3 2 1 1 2 3 3 1 1 1 1 2 2 1 24 Sedang
27 Pre 3 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 21 Sedang
28 Pre 3 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 22 Sedang
29 Pre 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 21 Sedang
30 Pre 3 1 1 1 1 3 3 1 1 1 2 2 1 1 22 Sedang
31 Pre 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 20 Sedang
32 Pre 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 20 Sedang
33 Pre 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 21 Sedang
34 Pre 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 0 1 18 Ringan
35 Pre 2 2 1 2 0 2 2 1 1 1 1 1 0 0 16 Ringan

Keterangan :

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
110

0 : Tidak ada atau tidak pernah

1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang

2 : Sering

3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
111

Lampiran 11

TABULASI POST-TEST KUISIONER KELOMPOK PERLAKUAN

Soal
Kode Test Skor Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Post 0 0 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 16 Ringan
2 Post 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 20 Sedang
3 Post 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 19 Sedang
4 Post 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 20 Sedang
5 Post 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 14 Normal
6 Post 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Normal
7 Post 1 2 1 2 0 2 0 1 1 1 1 1 0 1 14 Normal
8 Post 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 0 1 1 16 Ringan
9 Post 0 1 1 2 1 0 2 1 1 1 0 2 1 1 14 Normal
10 Post 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 21 Sedang
11 Post 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 18 Ringan
12 Post 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 16 Ringan
13 Post 0 1 1 2 1 0 2 1 1 1 2 1 1 1 15 Ringan
14 Post 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 22 Sedang
15 Post 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 20 Sedang
16 Post 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 15 Ringan
17 Post 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 21 Sedang
18 Post 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 19 Sedang
19 Post 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 21 Sedang
20 Post 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Ringan
21 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 21 Sedang
22 Post 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 18 Ringan
23 Post 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 17 Ringan
24 Post 0 1 1 1 2 0 0 1 1 1 1 2 2 1 14 Normal
25 Post 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 18 Ringan
26 Post 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 20 Sedang
27 Post 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 19 Sedang
28 Post 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 20 Sedang
29 Post 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 19 Sedang
30 Post 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 20 Sedang
31 Post 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 18 Ringan
32 Post 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 19 Ringan
33 Post 1 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
34 Post 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 0 1 17 Ringan
35 Post 1 2 1 2 0 1 2 1 1 1 1 1 0 0 14 Ringan

Keterangan :

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
112

0 : Tidak ada atau tidak pernah

1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang

2 : Sering

3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat

Lampiran 12

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
113

TABULASI PRE-TEST KUISIONER KELOMPOK KONTROL

Soal
Kode Test Skor Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Pre 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 19 Sedang
2 Pre 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 18 Ringan
3 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 19 Sedang
4 Pre 2 1 1 1 2 2 2 2 1 0 1 1 1 0 17 Ringan
5 Pre 2 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 2 1 2 20 Sedang
6 Pre 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 18 Ringan
7 Pre 2 2 1 2 0 2 3 1 1 1 1 1 0 0 17 Ringan
8 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 19 Sedang
9 Pre 2 1 1 2 1 3 2 1 1 1 1 2 1 1 20 Sedang
10 Pre 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 18 Ringan
11 Pre 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 17 Ringan
12 Pre 3 1 1 2 1 3 2 1 1 2 2 3 1 1 24 Sedang
13 Pre 3 2 2 2 1 3 2 2 1 1 2 2 1 1 25 Sedang
14 Pre 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 23 Sedang
15 Pre 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 20 Sedang
16 Pre 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 21 Sedang
17 Pre 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 21 Sedang
18 Pre 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 21 Sedang
19 Pre 2 1 1 3 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 22 Sedang
20 Pre 3 1 2 2 1 3 2 2 1 1 2 2 1 1 24 Sedang
21 Pre 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 18 Ringan
22 Pre 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
23 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 19 Sedang
24 Pre 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 20 Sedang
25 Pre 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 21 Sedang
26 Pre 2 2 1 1 2 3 2 1 1 1 1 2 2 1 22 Sedang
27 Pre 3 2 1 2 1 3 2 1 1 2 2 2 1 1 24 Sedang
28 Pre 3 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 22 Sedang
29 Pre 3 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 22 Sedang
30 Pre 3 2 1 1 1 3 3 1 1 2 2 2 1 1 24 Sedang
31 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 0 0 17 Ringan
32 Pre 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 18 Ringan
33 Pre 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 20 Sedang
34 Pre 2 2 1 2 1 2 3 1 1 1 2 1 1 1 21 Sedang
35 Pre 2 2 1 2 1 3 2 2 1 2 1 1 1 1 22 Sedang

Keterangan :

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
114

0 : Tidak ada atau tidak pernah

1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang

2 : Sering

3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat

Lampiran 13

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
115

TABULASI POST-TEST KUISIONER KELOMPOK KONTROL

Soal
Kode Test Skor Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Post 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 18 Ringan
2 Post 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 17 Ringan
3 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 21 Sedang
4 Post 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 0 16 Ringan
5 Post 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 19 Sedang
6 Post 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 18 Ringan
7 Post 2 2 1 2 0 2 3 1 1 1 1 1 0 0 17 Ringan
8 Post 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 18 Ringan
9 Post 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 19 Sedang
10 Post 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 19 Sedang
11 Post 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 16 Ringan
12 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 21 Sedang
13 Post 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 23 Sedang
14 Post 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 1 2 1 1 22 Sedang
15 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 22 Sedang
16 Post 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 22 Sedang
17 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 22 Sedang
18 Post 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 22 Sedang
19 Post 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
20 Post 3 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 22 Sedang
21 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 21 Sedang
22 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 21 Sedang
23 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 21 Sedang
24 Post 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 17 Ringan
25 Post 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
26 Post 3 2 1 1 2 3 3 1 1 1 1 2 2 1 24 Sedang
27 Post 3 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 22 Sedang
28 Post 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 21 Sedang
29 Post 2 2 1 2 1 3 2 1 1 2 2 2 1 1 23 Sedang
30 Post 3 2 1 1 1 3 3 1 1 1 2 2 1 1 23 Sedang
31 Post 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 0 0 18 Ringan
32 Post 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 0 1 1 18 Ringan
33 Post 3 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 21 Sedang
34 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
35 Post 3 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 21 Sedang

Keterangan :

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
116

0 : Tidak ada atau tidak pernah

1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang

2 : Sering

3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat

Lampiran 14

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
117

TABULASI DATA KHUSUS STRES

A. Kelompok Perlakuan

No. Responden Pre-Test Post-Test


1 3 2
2 3 3
3 3 3
4 3 3
5 2 1
6 1 1
7 2 1
8 2 2
9 2 1
10 3 3
11 3 2
12 2 2
13 3 2
14 3 3
15 3 3
16 2 2
17 3 3
18 3 3
19 3 3
20 2 2
21 3 3
22 3 2
23 3 2
24 3 1
25 3 2
26 3 3
27 3 3
28 3 3
29 3 3
30 3 3
31 3 2
32 3 3
33 3 3
34 2 2
35 2 1

B. Kelompok Kontrol
SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
118

No. Responden Pre-Test Post-Test


1 3 2
2 2 2
3 3 3
4 2 2
5 3 3
6 2 2
7 2 2
8 3 2
9 3 3
10 2 3
11 2 2
12 3 3
13 3 3
14 3 3
15 3 3
16 3 3
17 3 3
18 3 3
19 3 3
20 3 3
21 2 3
22 3 3
23 3 3
24 3 2
25 3 3
26 3 3
27 3 3
28 3 3
29 3 3
30 3 3
31 2 2
32 2 2
33 3 3
34 3 3
35 3 3

Keterangan

1 = Normal (0-14)

2 = Stres Ringan (15-18)

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
119

3 = Stres Sedang (19-25)

4 = Stres Berat (26-33)

5 = Stres Sangat Berat (≥ 34)

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
120

Lampiran 15

TABULASI DATA KHUSUS GULA DARAH

A. Kelompok Perlakuan

No. Responden Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test


1 120 110 2 2
2 123 113 2 2
3 274 240 3 3
4 204 250 3 3
5 115 111 2 2
6 176 122 3 2
7 113 110 2 2
8 137 111 3 2
9 118 112 2 2
10 159 135 3 3
11 120 110 2 2
12 113 111 2 2
13 113 112 2 2
14 193 170 3 3
15 157 113 3 2
16 112 111 2 2
17 193 182 3 3
18 157 120 3 2
19 167 145 3 3
20 135 124 3 2
21 150 136 3 3
22 123 112 2 2
23 119 113 2 2
24 178 155 3 3
25 134 114 3 2
26 147 145 3 3
27 123 117 2 2
28 140 120 3 2
29 138 125 3 2
30 149 135 3 3
31 150 130 3 3
32 165 143 3 3
33 130 115 3 2
34 122 114 2 2
35 143 123 3 2

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
121

Keterangan

1 = Baik (<100 gr/dL)

2 = Sedang (100-125 gr/dL)

3 = Buruk ( ≥ 126 gr/dL)

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
122

B. Kelompok Kontrol

No. Responden Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test


1 120 115 2 2
2 114 111 2 2
3 120 118 2 2
4 122 120 2 2
5 132 115 3 2
6 115 111 2 2
7 120 114 2 2
8 125 115 2 2
9 117 113 2 2
10 124 130 2 3
11 118 115 2 2
12 139 130 3 3
13 167 154 3 3
14 140 132 3 3
15 129 130 3 3
16 130 134 3 3
17 126 135 3 3
18 132 134 3 3
19 142 120 3 2
20 153 143 3 2
21 138 153 3 3
22 130 139 3 3
23 128 142 3 3
24 143 130 3 3
25 143 138 3 3
26 154 163 3 3
27 158 143 3 3
28 147 139 3 3
29 146 156 3 3
30 168 157 3 3
31 139 167 3 3
32 163 174 3 3
33 132 165 3 3
34 125 150 2 3
35 144 140 3 3

Keterangan

1 = Baik (<100 gr/dL)

2 = Sedang (100-125 gr/dL)


SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
123

3 = Buruk ( ≥ 126 gr/dL)

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
124

Lampiran 16

HASIL UJI STATISTIK STRES KELOMPOK PERLAKUAN

WILCOXON SIGNED RANKS TEST

Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Pre_kontrol 35 14 25 20.43 2.993
Post_kontrol 35 13 22 17.80 2.599
Valid N 35
(listwise)

Ranks
Mean Sum of
N Rank Ranks
Post_kontrol - Negative 34a 17.50 595.00
Pre_kontrol Ranks
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 1c
Total 35
a. Post_kontrol < Pre_kontrol
b. Post_kontrol > Pre_kontrol
c. Post_kontrol = Pre_kontrol

Test Statisticsa
Post_kontrol
- Pre_kontrol
Z -5.157b
Asymp. Sig. (2- .000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
125

Lampiran 17

HASIL UJI STATISTIK STRES KELOMPOK KONTROL

WILCOXON SIGNED RANKS TEST

Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Pre_kontrol 35 17 25 20.37 2.289
Post_kontrol 35 16 24 20.14 2.171
Valid N 35
(listwise)

Ranks
Mean Sum of
N Rank Ranks
Post_kontrol - Negative 19a 16.16 307.00
Pre_kontrol Ranks
Positive Ranks 13b 17.00 221.00
Ties 3c
Total 35
a. Post_kontrol < Pre_kontrol
b. Post_kontrol > Pre_kontrol
c. Post_kontrol = Pre_kontrol

Test Statisticsa
Post_kontrol
- Pre_kontrol
Z -.834b
Asymp. Sig. (2- .404
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
126

Lampiran 18

HASIL UJI STATISTIK STRES 2 KELOMPOK

MANN-WHITNEY TEST

Ranks
Kelompok_stre Mean Sum of
s N Rank Ranks
Nilai_stres 1 35 26.76 936.50
2 35 44.24 1548.50
Total 70

Test Statisticsa
Nilai_stres
Mann-Whitney U 306.500
Wilcoxon W 936.500
Z -3.620
Asymp. Sig. (2- .000
tailed)
a. Grouping Variable:
Kelompok_stres

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
127

Lampiran 19

HASIL UJI STATISTIK GULA DARAH

KOLMOGOROV SMIRNOV

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti Statisti
kelompok c df Sig. c df Sig.
Data_prete Pre_perlakua .156 35 .031 .834 35 .000
st n
Post_perlaku .258 35 .000 .654 35 .000
an
Pre_kontrol .136 35 .099 .946 35 .086
Post_kontrol .123 35 .200* .944 35 .076
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
128

Lampiran 20

HASIL UJI STATISTIK GULA DARAH KELOMPOK PERLAKUAN

WILCOXON SIGNED RANKS TEST

Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Pre_Prelakuan 35 112 274 146.00 33.636
Post_Perlakuan 35 110 250 131.69 33.342
Valid N 35
(listwise)

Ranks
Mean Sum of
N Rank Ranks
Post_Perlakuan - Negative 34a 17.53 596.00
Pre_Prelakuan Ranks
Positive Ranks 1b 34.00 34.00
Ties 0c
Total 35
a. Post_Perlakuan < Pre_Prelakuan
b. Post_Perlakuan > Pre_Prelakuan
c. Post_Perlakuan = Pre_Prelakuan

Test Statisticsa
Post_Perlaku
an -
Pre_Prelakua
n
Z -4.605b
Asymp. Sig. (2- .000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
129

Lampiran 21

HASIL UJI STATISTIK GULA DARAH KELOMPOK KONTROL

PAIRED T-TEST

Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Pre_kontrol 35 114 168 135.51 14.904
Post_kontrol 35 111 174 135.57 17.841
Valid N 35
(listwise)

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Std. Interval of the
Mea Deviati Error Difference Sig. (2-
n on Mean Lower Upper t df tailed)
Pai Pre_kontrol - -.057 12.679 2.143 -4.413 4.298 - 34 .979
r 1 Post_kontrol .027

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
130

Lampiran 22

HASIL UJI STATISTIK STRES 2 KELOMPOK

MANN-WHITNEY TEST

Ranks
Mean Sum of
kelompok N Rank Ranks
Data_pretest Pre_perlakuan 35 29.90 1046.50
Post_perlakuan 35 41.10 1438.50
Total 70

Test Statisticsa
Data_pretest
Mann-Whitney U 416.500
Wilcoxon W 1046.500
Z -2.305
Asymp. Sig. (2- .021
tailed)
a. Grouping Variable: kelompok

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
131

SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG

Anda mungkin juga menyukai