SKRIPSI
OLEH:
UNGKAS HERLAMBANG
NIM 131711123048
SKRIPSI
OLEH:
UNGKAS HERLAMBANG
NIM 131711123048
SURAT PERNYATAAN
HALAMAN PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya
saya dapat menyelcsaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PROGRESSIVE
MUSCLE RELAXATION TERHADAP STRES DAN PENURUNAN GULA
DARAH PADA PASIEN DIABETES MEITUS TIPE 2". Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program
Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa bantuan dari semua pihak yang terkait dalam
penyusunan skripsi ini sangatlah besar sehingga penyusunan skripsi dapat terwujud,
untuk itu perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
dengan hati yang tulus kepada:
1. Kedua orang tua saya, ayah saya Sudaryanto dan ibu saya Eni Sularsih dan keluarga
besar saya yang tiada pernah lelah mendoakam dan selalu mendukung dengan
penuh kesabaran dan kasih sayang.
2. Seluruh responden penelitian yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya
dalam penyelesaian penelitian ini.
3. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs., (Hons) selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas program
pembelajaran di bangku kuliah hingga dapat menyelesaikan pendidikan Program
Studi Pendidikan Ners.
4. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga sekaligus Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan
kesempatan, dorongan kepada kami untuk menyelesaikan Program Studi
Pendidikan Ners serta telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh
perhatian dan kesabaran sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan tepat
waktu.
5. Ibu Laily Hidayati, S. Kep., Ns., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran
sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan tepat waktu.
6. Dr. Ninuk Dian K, S.Kep., Ns., MANP. selaku Dosen Penguji skripsi yang telah
memberikan saran dan arahan dalam penyusunan skripsi yang lebih baik.
7. Bapak Candra Panji Asmoro, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Dosen Penguji proposal
skripsi yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyusunan skripsi yang
lebih baik.
8. Dr. Makhfudli, S.Kep., Ns., M. Ked.Trop. selaku dosen wali yang telah memberi
dukungan dalam perkuliahan.
9. Bapak dan Ibu Puskesmas Kedungdoro dan Medokan Ayu telah membantu
kelancaran dalam penelitian saya.
10. Seluruh civitas akademika Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.
11. Seluruh Angkatan B20 yang telah membantu serta memotivasi dalam
penyelesaikan penelitian ini.
12. Sahabat kos saya Fiqih Ardi Pradana, Rizal Achmad Nurdiyanto dan Aris Sucipto
yang telah membantu dan memberi saran dalam menyelesaikan penelitian ini.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebut namanya satu persatu atas bantuan dan
dukungan yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan bagi profesi
keperawatan.
Penulis
ABSTRACT
Introduction. Diabetes Mellitus is a disease that occurs because the body is unable to
produce insulin or the body cannot use insulin effectively. The purpose of this study
was to find out the effect of Progressive Muscle Relaxation (PMR) on stress and blood
glucose decrease in patients who have diabetes mellitus type 2 disease. Methodology.
The design of this study is quasi-experimental study. The population of this study were
the patients who have type 2 of diabetes mellitus disease at Puskesmas Kedungdoro
and Puskesmas Medokan Ayu. There would be 70 respondents chosen based on
inclusion and exclusion criteria. The researcher chose the purpose sampling
technique in choosing the participants in this research. The independent variable in
this study was Progressive Muscle Relaxation (PMR). The dependent variable in this
study were stress and blood glucose decrease. The data in this study were collected
using questionnaires and measurement of pre-prandial blood glucose level. Data were
analyzed using analysis of Wilcoxon and paired t-test for pre-post measurements, then
for the inter groups the researcher used Mann-Whitney analysis. Results. The results
showed that there was an effect of PMR on stress (p = 0.001) and in decreasing blood
glucose (p = 0.021). Discussion. PMR is a relaxation focused on the patient's attention
in distinguishing the group of muscle when they relaxed than while in contraction
condition. Thus, the patients are expected to be able to manage the body condition in
managing stress and blood sugar decrease. For health officers, they are expected to
use the PMR as the combination in reducing stress and blood glucose to improve the
quality of life of the patients who have diabetes type 2 disease. Suggestions for further
research, they should invite a companion of respondent in order to keep the
respondent attention and the precision of movement on the respondent.
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
Halaman Judul ........................................................................................... ii
Surat Pernyataan ........................................................................................ iii
Halaman Pernyataan .................................................................................. iv
Lembar Persetujuan Skripsi........................................................................ v
Lembar Pengujian Skripsi .......................................................................... vi
Ucapan Terimakasih .................................................................................. vii
Abstrak ...................................................................................................... ix
Daftar Isi.................................................................................................... x
Daftar Gambar ........................................................................................... xiii
Daftar Tabel............................................................................................... xiv
Daftar Lampiran......................................................................................... xv
Daftar Singkatan ........................................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
1.3.1 Tujuan umum ................................................................... 6
1.3.2 Tujuan khusus .................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 7
1.5.1 Teoritis ............................................................................ 7
1.5.2 Praktis .............................................................................. 7
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Desain Penelitian pre-post test control group design ....................... 54
Tabel 5.2 Pengaruh PMR terhadap stres pada pasien DM Tipe 2 .................... 73
Tabel 5.3 Uji Kolmogorov Smirnov pada Gula Darah pasien DM Tipe 2 ........ 74
Tabel 5.4 Pengaruh PMR terhadap Gula Darah pada Pasien DM Tipe 2 ......... 75
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
BAB 1
PENDAHULUAN
akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
oleh penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh (Wijaya, 2015).
Insulin merupakan hormon untuk mengatur kadar gula darah, akibatnya kadar
gula darah tidak dapat terkontrol dan terjadi peningkatan (Kemenkes RI, 2014).
Faktor yang mempengaruhi kadar gula darah salah satunya stres, stres dibedakan
menjadi 3 golongan yaitu stress fisik atau biologik kemudian stres psikologis serta
terjadi akibat tingginya kadar glukosa darah dan komplikasi DM tipe 2 bisa
berdampak negatif pada pasien (Smeltzer & Bare, 2008). Hal tersebut membuktikan
bahwa faktor fisik yang mendominasi terjadinya stres pada pasien DM tipe 2.
insulin dan insufisiensi sel Beta pankreas, maka cara memperbaiki kelainan dasar
dan latihan jasmani (Mashudi, 2011). Salah satu pengelolaan latihan jasmani yaitu
Ghezeljeh et al., 2017). Namun pengaruh PMR terhadap stres dan penurunan gula
walaupun sudah menjaga pola makan dan aktivitas sehari-hari, setelah ditelusuri
ternyata pasien mengalami stres baik dari masalah fisiknya maupun masalah
gula darah pasien. Kemudian penanganan stres dan penurunan gula darah yang
sudah dilakukan oleh puskesmas adalah senam seminggu sekali dan pemeriksaan
gula darah setiap bulan. Dari hal itu, peneliti peneliti tertarik untuk meneliti tentang
pengidap penyakit DM tahun 2017 sebanyak 425 juta dan diprediksi akan
mengalami peningkatan sebanyak 48% menjadi 629 juta pada tahun 2045. WHO
tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013 dengan proporsi DM 6,3 %, Toleransi
glukosa terganggu 29,9 % dan gula darah puasa terganggu 36,6 % dari jumlah
penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun. Berdasarkan data kesehatan Provinsi
Jawa Timur, jumlah penduduk yang terdiagnosis DM sejumlah 2,1% (605.974 jiwa)
dari jumlah 28.855.895 penduduk usia lebih dari 14 tahun (Kemenkes RI, 2014).
Surabaya tahun 2009 sebanyak 15.961 meningkat menjadi 21.729 penderita pada
tahun 2010, kemudian mengalami kenaikan lagi menjadi 26.613 pada tahun 2013
lingkungan yang sama kuat dalam proses timbulnya penyakit tersebut. Pengaruh
faktor genetik terlihat dengan tingginya penderita diabetes yang berasal dari orang
tua yang memiliki riwayat DM sebelumnya. DM tipe 2 juga disebut diabetes life
style karena penyebabnya selain faktor keturunan, faktor lingkungan meliputi usia,
obesitas, resistensi insulin, makanan, aktifitas fisik, dan gaya hidup penderita yang
tidak sehat juga berperan dalam terjadinya diabetes ini (Betteng, Pangemanan &
menyatakan bahwa ada 2 faktor resiko pada DM tipe 2 yaitu unchangeable risk
factor/factor resiko yang tidak dapat diubah dan changeable risk factor/factor yang
dapat diubah. Dalam unchangeable risk factor terdiri dari kelainan genetic dan usia,
lalu changeable risk factor terdiri dari pola makan yang salah, obesitas, merokok,
hipertensi, minimnya aktivitas fisik dan stress. Stress kronis cenderung membuat
meningkatkan kadar serotonin otak, dimana serotonin ini memiliki efek penenang
sementara untuk meredakan stress tapi kandungan glukosa dan lemak yang
meningkatkan resiko terkena diabetes mellitus (Manurung, 2018). Hal ini selaras
dengan penelitian Mitra (2008) dalam Sadikin and Subekti (2013) bahwa stress
dalam hati menjadi glukosa serta meningkatkan gula darah pasien DM serta
terjadinya komplikasi diabetes. Stress juga dapat meningkatkan selera makan dan
membuat penderita lapar khususnya pada makanan kaya karbohidrat dan lemak
(Sadikin and Subekti, 2013). Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor
berlebih pada kortisol, kortisol adalah suatu hormon yang melawan efek insulin dan
darah melalui sistem pencernaan. Kadara glukosa darah meningkat setelah makan
dan turun level terendah pada bagi hari sebelum makan. ( Prince & Wilson, 2006
dalam Bare, 2008). Pada penelitian Hilliard, et al (2016) menyatakan bahwa pasien
Sofiana, Elita & Utomo (2012), dimana dari 30 pasien DM tipe 2 yang diteliti,
pasien yang mengalami stress tingkat rendah sebanyak 12 responden (40%), stress
Pada penderita DM tipe 2 yang memiliki aktivitas yang rendah juga dapat
menjadi salah satu faktor tidak terkontrolnya kadar gula darah puasanya. Aktivitas
fisik yang rendah dapat menyebabkan faktor resiko independen untuk penyakit
kronis dan diestimasikan dapat menyebabkan kematian secara global. Kadar gula
darah puasa yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa resiko penyakit
seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan gagal ginjal (Nurayati & Adriani,
2017). Salah satu aktivitas fisik yang bisa dilakukan dengan relaksasi merupakan
intervensi yang dapat dilakukan pada pasien DM (Kaviani et al., 2014). Terapi
tubuh terhadap stresnya. Kemampuan mengelola stress ini diharapkan klien dapat
mengelola stresnya yang akan berdampak pada kestabilan emosi klien (Najafi
otot berjalan bersama dengan respons otonom dari saraf parasimpatis. Relaksasi
otot berjalan bersama dengan relaksasi mental. Perasaan cemas subjektif dapat
dikurangi atau dihilangkan dengan sugesti tidak langsung atau menghapus dan
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dalam Hidayati (2018) PMR dapat
memunculkan kondisi rileks. Pada kondisi ini terjadi perubahan impuls saraf pada
jalur aferen ke otak dimana aktivasi menjadi inhibisi. Perubahan impuls saraf ini
denyut jantung, menurunkan kecepatan metabolisme tubuh dalam hal ini mencegah
peningkatan gula darah. Hipofisis anterior juga inhibisi sehingga ACTH yang
katabolisme protein dan lemak yang berperan meningkatkan gula darah akan
menurun. Hal ini selaras menurut Dafianto (2016) dalam Simamora & Simanjuntak
(2017) setelah melakukan PMR, pasien akan rileks dan ada beberapa efek yang
gula darah yang tinggi akan menurun dan kembali dalam batas normal.
stres pada lansia dihasilkan terdapat perbedaan sebelum dan sesudah pada stres
lansia setelah diberikan PMR (Prasetyo, 2016), pengaruh PMR terhadap kecemasan
walaupun tidak signifikan (Carver and O’Malley, 2015) dan pengaruh relaksasi
terhadap gula darah dan tekanan darah pada pasien diabetes gestasional didapatkan
hasil bahwa terdapat penurunan gula darah dan tekanan darah setelah dilakukan
relaksasi (Kaviani et al., 2014). Pengaruh PMR terhadap stress dan penurunan gula
Apakah ada pengaruh PMR terhadap stres dan penurunan gula darah pada
pasien DM tipe 2?
tipe 2.
keperawatan dimana PMR yang bisa digunakan sebagai intervensi dalam rangka
1. Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan oleh perawat dalam pemberian asuhan
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk tim SOP / tim
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
kondisi kronis yang terjadi ketika ada peningkatan kadar glukosa dalam
darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau cukup hormon insulin
2017).
a. Keluhan klasik
dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan
sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan
menjadi kurus.
2. Banyak kencing
hari.
3. Banyak minum
yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan.
Dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang
4. Banyak makan
b. Keluhan lain:
2. Gatal/Bisul
atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering
pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka
ini dapa timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu
3. Gargguan Ereksi
kejantaran seseorang.
4. Keputihan
dirasakan.
2.1.3 Patofisiologi
Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1 atau early peak yang terjadi
dalam 3-10 menit pertama setelah makan yaitu insulin yang disekresi pada
fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai) tidak dapat
menyebabkan sekresi insulin pada fase 1 tertekan, kadar insulin dalam darah
adanya hubungan antara kadar glukosa darah puasa dengan kadar insulin
puasa. Pada kadar glukosa darah puasa 80-140 mg/dl kadar insulin puasa
meningkat tajam, akan tetapi jika kadar glukosa darah puasa melebihi 140
mg/dl maka kadar insulin tidak mampu meningkat lebih tinggi lagi. Pada
tahap ini mulai terjadi kelelahan sel beta menyebabkan fungsinya menurun.
Pada saat kadar insulin puasa dalam darah mulai menurun maka efek
dapat menurunkan fungsi sel beta diduga merupakan faktor yang didapat
kandungan dan bayi, adanya deposit amilyn dalam sel beta dan efek toksik
sementara terhadap satu atau lebih kerja insulin yang lain sudah terjadi
perut, sindrom ini juga ternyata dapat terjadi pada orang yang tidak gemuk.
2.1.4 Etiologi
kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya
Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama
menurun, dan jumlah insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk
2018):
1. Kelainan genetic
2. Usia
1. Stres
dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang berisiko terkena DM.
tenagadan energi, yang biasa dilakukan atau aktivitas sehari hari sesuai
4. Obesitas
5. Merokok
1992 dan 2006, dengan sebanyak 1,2 juta peserta yang ditelusuri selama
tahan terhadap insulin, kata para peneliti tersebut. Itu berarti merokok
6. Hipertensi
2.1.6 Komplikasi
1. Komplikasi akut
jangka pendek dalam glukosa darah. Ada tiga komplikasi akut pada
setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian ini bisa dijumpai
penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo,
b. Diabetes Ketoasidosis
a) Dehidrasi
b) Kehilangan elektrolit
c) Asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula. Di samping itu produksi gula hati menjadi tidak terkendali
asam asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah
menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetic terjadi produksi
badan keton yang berlebihan sebagal akibat dari kekurangan insulin yang
secara normal akan mencegah keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam,
asidosis metabolik.
1) Manifestasi Klinik
ortostatik.
yang satu dan lainnya. Pasien dapat terlihat sadar, mengantuk atau
koma.
2) Nilai laboratorium
mEq/L) dan pH yarg rendah (6,8-7,3). Tingkat pcO2 yang rendah (10-30
metabolik.
3) Terapi
1) Patofisiologi
perubahan tingkat kesadaran. Pada saat yang sama tidak ada atau sedikit
terjadi ketosis ringan. Kelainan dasar biokimia pada sindrom ini berupa
peningkatan osmolaritas.
2) Manifestasi Klinik
3) Penatalaksanaan
2. Komplikasi kronis
a. Komplikasi Makrovaskuler
penderita. Salah satu ciri unik pada penyakit arteri loroner yang
2) Penyakit Serebrovaskuler
harus diperhatikan.
b. Komplikasi Mikrovaskuler
Ada dua tempat dimana gangguan fungsi kapiler dapat berakibat serius,
1) Retinopati Diabetik
arteri serta vena kecil, arteriol, venula dan kapiler. Ada tiga stadium
2) Nefropati
c. Neuropati Diabetes
2.1.7 Diagnosis
darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai (Shahab,2006 dalam
Manurung, 2018):
1. Pemeriksaan penyaring
d. Riwayat keluarga DM
puasa terganggu)
Tabel 2.1 kadar glukosa darah sewaktu* dan puasa* sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM (mg/dl)
*Metode Enzimatik
diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl
keluhan khas DM, hasil pemerilsaan glukosa darah yang baru satu kali
angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126 mg/d, kadar
glukosa darah sewaktu 200mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes
merokok.
b. Kadar glukosa darah puasa (plasma veina) 126 mg/dl Puasa berarti
c. Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa
Kriteria diagnostik tersebut harus dikonfirmasi ulang poda hari yang lain,
cepat. Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin diklinik
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Edukasi
Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku
a. Penyakit DM
c. Penyulit DM.
e. Hipoglikemia.
2. Perencanaan Makanan
dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan
diabetes, meski sampai saat ini tidak ada satu pun perencanaan makan
- Karbohidrat : 45-65%
- Protein : 10-20%
- Lemak : 20-25 %
diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA
Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat ± 25 g/hari,
umur, ada tidaknya stres akut kegiatan jasmani. Untuk penentuan status
gizi, dapat dipakai Indeks Massa Tubuh (IMT) dan rumus Broca.
- Hindari biskuit, cake, produk lain sebagal cemilan pada waktu makan
- Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan minuman berkalori
- Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama setiap
makan
Bb Lebih >23,0
3. Latihan Jasmani
a. Continous
b. Rhytmical
c. Interval
d. Progresive
e. Endurance
berat badan.
- Gula darah rendah jarang terjadi selama berolaraga dan arena itu
- Manfaat olahraga akan hilang jika tidak berolahraga selama tiga hari
berturut-turut.
kalori bertambah. Karena itu sangat penting bagi anda untuk meng
- Dosis obat telan untuk ciabetes murgkin perlu cikurangi selama olah
raga teratur
obat atau alat khusus apa pun. Terapi relaksasi dapat diperoleh melalui
4. Intervensi Farmakologis
obat-obatan lain.
- Dosis oral pada umumnya bila dianggap perlu dapat dinaikkan tiap
lama. Pada kasus seperti ini biasanya dapat dicoba kombinasi OHO
kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis
yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat
Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang
berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah. Tanda awal yang dapat
dilhat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan
kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine)
sebagai bahan bakar universal bagi sel manusia yang digunakan sebagai
sumber karbon untuk sintesis senyawa lain di tubuh (Marks, dll, 2000).
meningkat setelah makan dan turun level terendah pada bagi hari sebelum
normal. Bila konsentrasi gula darah meningkat sangat tinggi, maka timbul
kembali ke nilai normalnya. Konsentrasi gula darah perlu dijaga agar tidak
meningkat terlalu tinggi karena dua alasan berikut: pertama, gula darah
kosentrasi gula darah menyebabkan keluarnya gula dalam air seni (Guyton
sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Hormon somatostatin adalah
situasi bahaya, otot rangka menggunakan glukosa darah dalam jumlah besar
darah diambil setelah puasa selama 8 jam atau gula darah puasa. Pada
Kedua, darah diambil 2 jam setelah makan. Kadar normalnya pada 2 jam
a. Pada tahap persiapan pasang lancet pada alat pena coblos accu check
c. Pasang strip. Ambil satu strip dari tabung kemudian dipasang ke slot
tubuh tinggi, penggunaan glukosa oleh otot akan ikut meningkat. Sintesis
glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar glukosa darah
dicapai oleh berbagai mekanisme dari sistem hormonal, saraf, dan regulasi
2010). Lalu pada penelitian Mitra (2008) dalam (Sadikin and Subekti, 2013)
University, 2016). Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor
berlebih pada kortisol, kortisol adalah suatu hormon yang melawan efek
insulin dan menyebabkan kadar glukosa darah tinggi (Pratiwi, 2014). Stres
dan cemas adalah respon yang natural yang dapat terjadi karena reaksi
Respon terhadap stres dapat dibagi menjadi tiga fase yang disebut
a. Alarm reaction
b. Resistance stage
c. Exhaustion stage
dan menangis.
spesifik stres pada pasien DM adalah takut pada komplikasi jangka panjang,
Tanda dan gejala stres secara umum adalah sakit kepala, gangguan
Sullivan (2016) adalah sakit kepala, nyeri otot, tidur terlalu banyak atau
mulai dari olahraga, kontrol gula darah, minum obat dan pembatasan diet
kesehatan, hal ini disebabkan karena stres akan mempengaruhi kadar gula
adalah suatu hormon yang melawan efek insulin dan menyebabkan kadar
peningkatan kadar gula darah, pada saat terjadi stres emosional, penderita
diabetes dapat mengubah pola makan, latihan dan penggunaan obat yang
bahkan hipoglikemia (Smeltzer & Bare, 2015). Stres dapat dengan mudah
Lalu PMR menurut Carver & O’Malley (2015) adalah suatu pilihan atau
PMR merupakan salah satu intervensi yang bisa berikan untuk pasien
mengencangkan dan melemaskan otot – otot pada satu bagian tubuh pada
(Molassiotis et al. 2002; Smeltzer et al. 2013 dalam Nuwa, Kusnanto &
sebanyak 3 kali latihan dengan waktu selama 25-30 menit pada pagi dan
sore hari.
2.4.2 Indikasi
kualitas tidur dan menurunkan level kelelahan pada pasien penyakit paru
obstruktif.
orang tua pada orang tua yang anaknya dirawat dengan kanker di rumah
sakit.
2.4.3 Kontraindikasi
Snyder & Linquist (2002) dalam Nuwa, Kusnanto & Utami (2018)
yang dapat menjadi kontraindikasi PMR antara lain : cedera akut atau
jantung berat atau akut. Latihan PMR juga tidak dilakukan pada sisi otot
yang sakit (Program Magister dan Ners Spesialis Keperawatan Jiwa, 2016).
2.4.4 Manfaat
Stuart & Laraia (2005) dalam Nuwa, Kusnanto & Utami (2018)
gangguan pola makan, pola tidur dan adanya ketegangan otot. Kecemasan
fungsi digestif. Ketegangan otot merupakan salah satu tanda yang sering
terjadi pada kondisi stress dan ansietas yang merupakan persiapan tubuh
Jiwa, 2016). Jacobson (1938) dalam Nuwa, Kusnanto & Utami (2018)
ventricular prematur dan tekanan darah sistolik serta gelombang alpha otak
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dalam Hidayati (2018) PMR dapat
rileks. Pada kondisi ini terjadi perubahan impuls saraf pada jalur aferen ke
dalam hal ini mencegah peningkatan gula darah. Hipofisis anterior juga
berperan meningkatkan gula darah akan menurun. Hal ini selaras menurut
PMR, pasien akan rileks dan ada beberapa efek yang ditimbulkan seperti
oleh sel, sehingga kadar gula darah yang tinggi akan menurun dan kembali
Minta klien untuk melepaskan kacamata dan jam tangan serta melonggarkan
ikat pinggang (jika klien menggunakan ikat pinggang) Atur posisi klien
pada tempat duduk atau ditempat tidur yang nyaman. Anjurkan klien
menarik nafas dalam hembuskan secara perlahan (3‐5 kali) dan katakan
kontraksi dan relaksasi otot diiringi tarik nafas dan hembuskan secara
perlahan meliputi :
1. Gerakan 1 : Gerakan pertama ditujukan untuk otot dahi dan mata yang
dirasakan ketegangan disekitar dahi, alis dan mata. Lemaskan dahi, alis
dan mata secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi.
cara meniup secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi.
terasa tegang di mulut. Lemaskan mulut dan bibir secara perlahan hingga
yang dialami oleh otot‐otot rahang dan mulut dengan cara mengatupkan
lagi.
rupa sehingga terasa tegang pada otot leher bagian belakang. Lemaskan
depan. Gerakan ini dilakukan dengan cara tekuk atau turunkan dagu
klien untuk mengingat gerakan 1 sampai dengan 6 dalam terapi PMR ini.
proses kontraksi dan relaksasi otot diiringi tarik nafas dan hembuskan
Gerakan pada tangan kiri dilakukan dua kali sehingga pasien dapat
10. Gerakan 10: Gerakan kesepuluh adalah untuk melatih otot‐otot lengan
atau biseps. Otot biseps adalah otot besar yang terdapat di bagian atas
sekali lagi
hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi. Pada saat rileks, letakkan
12. Gerakan 12: Gerakan dua belas bertujuan untuk melatih otot‐otot perut.
Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik perut kearah dalam atau
13. Gerakan 13: Gerakan tigabelas ditujukan untuk otot‐otot betis. Gerakan
ini dilakukan dengan cara menarik kedua telapak kaki kearah dalam
terasa tegang di kedua betis selama 10 detik. Lemaskan kedua kaki secara
PMR ini.
10 The effect of D : Simple random sampling The mean of fasting blood sugar was
relaxation on blood S : 58 patient with gestasional 94.79 and 103 mg/dl in the
sugar and blood diabetes at hafez hospital shiraz intervention and control groups,
pressure changes of V: respectively (p<0.001). besides, the
women with independen : Relaxation mean of 2-hour postprandial blood
gestasional diabetes : dependen : Blood sugar and sugas was 107 mg/dl in the
a randomized control blood pressure intervention group and 118 mg/dl in
trial ( kaviani et al, A : Chi-squire and independent thse control group (p<0.001). in
2014) t-test addition, the mean of systolic blood
I : Benson’s relaxation pressure was 120 and 127 mg/dl in
the intervention and control groups,
respectively (p=0.006). effectiveness
of relaxation training in fasting blood
sugar, 2 hour postprandial blood
sugar and systolic blood pressure.
BAB 3
1. Edukasi
2. Perencanaan Makan
3. Latihan Jasmani
- Aerobik
- Non Aerobik
- Relaksasi
4. Intervensi farmakologi
Gerakan penegangan dan peregangan otot yang rutin berdampak pada Akan merangsang sistem saraf
peningkatan elastisitas pembuluh darah, menurunkan resistensi perifer parasimpatis dimana menghambat
dan peningkatan transport glukosa ke dalam membran sel dimana kelenjar adrenal dalam
membuat penggunaan kadar glukosa menjadi efektif sehingga kadaranya memproduksi homon stres seperti
dapat mendekati normal/stabil. Memunculkan kondisi rileks, kortisol dan adrenal sehingga
berkurangnya denyut jantung, merangsang sekresi hormon insulin, Saat memunculkan kondisi rileks dan
kondisi rileksasi, tubuh akan menekan pengeluaran hormon-hormon terjadinya penurunan stres.
yang dapat meningkatkan kadar gula darah yaitu epineprin, kortisol,
glukagon, adrenocorticotopic hormone (ACTH), kortikosteroid dan
Stres
tiroid.
1. Sulit untuk santai
2. Memunculkan
Gula darah kegugupan
3. Mudah marah /
gelisah
4. Mengganggu /
lebih reaktif
5. Tidak sabar
= Diukur
= Tidak diukur
dibutuhkan kadar insulin yang lebih banyak dari normal untuk mempertahankan
Dalam pengelolaan DM, terdapat 4 pilar yaitu edukasi saat pasien diberi
mengencangkan dan melemaskan otot – otot pada satu bagian tubuh pada satu
waktu, diharapkan memberikan relaksasi pada otot yang berefek pada penurunan
3.2 Hipotesis
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.2 Populasi, Sampel (kriteria inklusi, eksklusi), Besar Sampel (sample size) dan
4.2.1 Populasi
benda yang dijadikan objek penelitian (Suryani & Hendryadi, 2016). Menurut
(Nursalam, 2017) populasi adalah semua subjek penelitian yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan. Populasi dibagi menjadi dua yaitu, populasi terjangkau dan
populasi target.
1. Populasi target
Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi
sasaran akhir penelitian (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini adalah penderita
1. Kriteria inklusi
2. Kriteria eksklusi
sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang
populasi penderita DM di wilayah Surabaya yang terdiri dari dua puskesmas yaitu
Puskesmas
2. Kedungdoro Tegalsari Surabaya Pusat 135 50
penelitian. Menurut Fraenkel & Wallen (1993) dalam (Amirullah, 2015) jika
yang mengalami drop out dari sampel penelitian. Kriteria drop out digunakan
sebagai antisipasi apabila ada data yang tidak sesuai dan responden mengundurkan
diri dari penelitian. Kriteria drop out diambil 20% dari besar sampel yang dihitung.
Jumlah 20% dari sampel adalah 5 orang perkelompok, maka jumlah sampel
Keterangan:
n1 = Besar sampel tiap puskesmas
n = Besar populasi inklusi penderita DM di setiap puskesmas
N = Besar seluruh populasi penderita DM
N1 = Besar sampel yang ditarik dari populasi
1. Puskesmas Asemrowo
53
n1 = 103 × 70 = 36 orang
2. Puskesmas Kedungdoro
50
n1 = 103 × 70 = 34 orang
Variable dependen adalah kadar gula darah dan stress pasien diabetes mellitus
tipe 2
Variable
Dependen
Kadar gula Ukuran/konsentrasi Kadar gula darah Glukometer Rasio Gula darah
darah gula darah yang puasa (glukosa puasa
merupakan sumber darah yang
energi dalam tubuh. diperiksa setelah
puasa 6 jam)
3 = Stres
Sedang = 19-
25
4 = Stres Berat
= 26-33
5 = Stres
Sangat Berat≥
34
darah stik, jarum (blood lancet), kapas alkohol, hanscoen bersih dan lembar
1. Stres
kuisioner DASS 42 oleh Lovibond & Lovibond (1995) dalam Crawford et al.,
validitas dan reabilitas karena memiliki nilai validitas dan reabilitas dengan
nilai 0,91 yang dilakukan oleh Crawford and Henry (2003). Untuk mengetahui
item khusus untuk pengukuran tingkat stress. Pengukuran dengan kuesioner ini
a) Normal : 0-14
2. Tindakan
penelitian berlangsung dan hasil pengukuran gula darah sebelum dan setelah
Alat :
1) Lancet
2) Alat glukosameter
Bahan :
2) Jarum
3) Strip
4) Kapas alkohol
5) Handschoen
4) Darah kapiler diambil dengan lancet yang ditusuk jarum pada jari
telunjuk/tengah/manis pasien.
7) Strip dicabut dari alat glukosa meter dan buang jarum dari lancet.
sebagai berikut, peneliti pertama kali mengurus surat ini permohonan survei data
ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Peneliti mendapatkan surat ijin
Medokan Ayu dan Puskesmas Kedungdoro, peneliti mendapatkan surat ijin dari
permohonan ijin melakukan penelitian dan mendata populasi yang sesuai sehingga
persetujuan responden. Peneliti dibantu 3 fasilitator yang sudah dilatih PMR untuk
Peneliti juga menjelaskan ada 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok
prosedur penelitian. Responden dilakukan cek gula darah puasa dan pemberian
menggunakan darah kapiler dan pengisian kuisioner dibantu oleh peneliti serta
fasilitator. Peneliti menjelaskan agar responden melakukan latihan PMR selama 25-
30 menit dan dalam sehari dilakukan sebanyak 2 kali pada pagi dan sore hari selama
3 hari berturut-turut. Hal ini selaras menurut Mashudi (2011) bahwa untuk
mendapatkan hasil maksimal dianjurkan untuk melakukan PMR pada jam yang
sama 2 kali sehari selama 25-30 menit pada pagi dan sore hari serta memberikan
peneliti memberikan pelatihan PMR dilakukan sebanyak 6 kali latihan agar bisa
kembali untuk datang pada saat post pengecekan gula darah puasa dan pengisian
kuisioner DASS 42. Pada kelompok kontrol dijelaskan tujuan serta prosedur
penelitian, kemudian di cek gula darah puasa serta pengisian kuisioner DASS 42
tanpa diberikan pelatihan PMR. Peneliti melakukan kontrak dengan responden agar
datang lagi setelah 3 hari untuk dilakukan post cek gula darah puasa dan pemberian
kuisioner DASS 42. Data gula darah serta kuisioner dikumpulkan untuk dianalisis.
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan melalui tahap sebagai berikut :
1. Editing, yaitu melihat kelengkapan data yang sudah terkumpul meliputi data
demografi responden, hasil data pre post gula darah dan tingkat stres pasien DM
tipe 2.
untuk mengukur tingkat stres serta demografi responden dan mengukur kadar
3. Analisis, ada dua macam yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa
1) Analisis univariat
setiap variabel. Analisis univariat dilakukan terhadap variable yang ikut dalam
penelitian :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Status pernikahan
d. Pendidikan
e. Pekerjaan
f. Penghasilan
2) Analisis bivariat
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh PMR terhadap penurunan
Purpose Sampling
Inform Consent
Variabel stres pada data berpasangan diuji dengan uji Wilcoxon dan pada antar
kelompok di uji dengan uji Mann Whitney.
Variabel gula darah pada data berpasangan diuji dengan uji Paired T-Test dan pada
antar kelompok diuji dengan uji Independen T-Test apabila data berdistribusi normal.
Setelah diuji Kolmogorov Smirnov didapatkan data tidak berdistribusi normal sehingga
pada data berpasangan diuji dengan uji Wilcoxon dan pada antar kelompok diuji
dengan uji Mann Whitney.
meliputi :
mungkin timbul.
3. Keadilan (Justice)
benar, memberikan apa yang menjadi haknya dan tidak membebani dengan yang
kesediaan subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian.
BAB 5
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil pengumpulan data dari kuisioner
DASS dan kadar gula darah tentang Pengaruh Progressive Muscle Relaxation
Terhadap Stres Dan Penurunan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
dalam pengumpulan data sebanyak 70 orang dan semuanya bersedia untuk menjadi
responden.
dengan penyajian data khusus yang meliputi pre-test dan post-test dengan kuisioner
DASS serta kadar gula darah di Puskesmas Kedungdoro dan Puskesmas Medokan
Ayu.
Gang Pompa No. 79-81, Tegalsari, Surabaya. Puskemas ini merupakan salah satu
memiliki program unggulan yaitu puskesmas sore dan posyandu remaja. Jumlah
KK. Puskesmas Kedungdoro memiliki fasilitas poli umum, poli gigi, poli KIA KB,
poli psikologi, unit laboratorium, kamar obat, pojok gizi, klinik sanitasi, poli IMS
HIV, poli paliatif dan mobile clinic. Program yang sudah dilakukan oleh Puskesmas
Kedungdoro terhadap pasien DM adalah periksa gula darah sekali tiap bulan dan
senam pagi setiap jumat serta penyuluhan kesehatan pada prolanis salah satunya
Rungkut, Surabaya. Puskemas ini merupakan salah satu puskesmas yang berada di
rawat inap persalinan, spesialis anak, puskesmas santun lansia, poli batra, poli KIA
KB, poli gigi, posyandu remaja, puskesmas perawatan (PONED), puskesmas sore
dan UGD. Program yang sudah dilakukan oleh Puskesmas Medokan Ayu terhadap
periksa gula darah sekali rutin tiap bulan dan senam pagi setiap jumat serta
penyuluhan kesehatan pada prolanis salah satunya pada pasien yang mengidap DM.
perlakuan yaitu 50-60 tahun sebesar 62,8%, sedangkan pada kelompok kontol yaitu
50-60 tahun sebesar 71,4%. Mayoritas jenis kelamin pada kelompok perlakuan
yaitu perempuan sebanyak 65,7% dan laki-laki sebanyak 34,2%, sedangkan pada
kelompok kontrol yaitu perempuan sebanyak 68,5% dan laki-laki sebanyak 31,4%.
97,1% dan belum menikah sebanyak 32,8%, sedangkan pada kelompok kontrol
yaitu pendidikan dasar sebanyak 48,5%, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu
yaitu tidak bekerja sebanyak 60%, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu tidak
3 juta sebanyak 60%, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu 1-3 juta sebanyak
65,7%.
muscle relaxation terhadap stres dan penurunan darah pada pasien diabetes melitus
Perlakuan Kontrol
Stres Pre intervensi Post intervensi Pre intervensi Post interv
f % f % f % f
Normal 1 2,8% 6 17,1% 0 0% 0
Ringan 9 25,7% 12 34,2% 9 25,7% 10 2
Sedang 25 71,4% 17 48,5% 26 74,2% 25 7
Parah 0 0% 0 0% 0 0% 0
Sangat
0 0% 0 0% 0 0% 0
parah
Total 35 100% 35 100% 35 100% 35
Wilcoxon
signed p=0,001 p=0,404
rank test
Mann
whitney p=0,001
test
Dari tabel 5.2 menunjukan bahwa terjadi perbedaan pada hasil pre test dan
post test pada masing-masing kelompok. Hasil pre test dan post test pada kelompok
Berdasarkan hasil uji statistik Wicoxon Signed Rank Test (dengan signifikansi
p=0,05) ditemukan adanya penurunan stres dengan signifikan baik pada kelompok
tidak signifikan. Dari data tersebut, pada kelompok perlakuan ada penurunan stres
pasien DM tipe 2.
Hasil uji Mann Whitney Test digunakan untuk mengetahui perbedaan skor
intervensi progressive muscle relaxation pada pasien DM tipe 2. Hal ini ditunjukan
dengan p=0,001, berarti ada perbedaan skor yang signifikan antara kelompok
pasien DM tipe 2.
Tabel 5.3 Uji Kolmogorov Smirnov pada gula darah pasien DM tipe 2
Kolmogorov Smirnov
Kelompok Statistik df Sig.
Dari tabel 5.3 berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov hasil menunjukan bahwa data
variabel gula darah pada kelompok pre dan post perlakuan didapatkan berdistribusi
tidak normal sehingga dilakukan uji Wilcoxon Sign Test. Pada kelompok pre dan
post kontrol didapatkan berdistribusi normal sehingga dilakukan uji Paired T-Test.
Whitney.
Tabel 5.4 Pengaruh PMR terhadap penurunan gula darah pada pasien DM tipe 2
Perlakuan Kontrol
Gula
Pre intervensi Post intervensi Pre intervensi Post interve
darah
f % f % f % F
Baik 0 0% 0 0% 0 0% 0
Sedang 13 37,1% 23 65,7% 11 31,4% 11 3
Buruk 22 62,8% 12 34,2% 24 68,5% 24 6
Jumlah 35 100% 35 100% 35 0% 35 1
Mean 146 131,69 135,51 135,57
SD 33,636 33,342 14,904 17,841
Uji
data Wilcoxon signed rank test Paired T-Test
pre- p=0,001 p=0,979
post
Mann
whitney p=0,021
test
Dari tabel 5.4 menunjukan bahwa terjadi perbedaan pada hasil pre test dan
post test pada masing-masing kelompok. Hasil pre test dan post test pada kelompok
perlakuan serta kontrol didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan gula darah.
Berdasarkan hasil uji statistik Wicoxon Signed Rank Test (dengan signifikansi
p=0,05) ditemukan adanya penurunan gula darah dengan signifikan baik pada
perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol diuji dengan uji Paired T-test
didapatkan p=0,979, sehingga penurunan gula darah tidak signifikan. Dari data
tersebut, pada kelompok perlakuan ada penurunan gula darah sebelum dan sesudah
Hasil uji Mann Whitney Test digunakan untuk mengetahui perbedaan skor
gula darah antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah mendapatkan
intervensi progressive muscle relaxation pada pasien DM tipe 2. Hal ini ditunjukan
dengan p=0,021, berarti ada perbedaan skor yang signifikan antara kelompok
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pengaruh progressive muscle relaxation terhadap stres pada pasien DM tipe
terhadap stres pasien DM tipe 2 memiliki pengaruh yang signifikan. PMR adalah
terapi relaksasi dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan otot – otot pada
satu bagian tubuh pada satu waktu untuk memberikan perasaan relaksasi secara
fisik. Gerakan mengencangkan dan melemaskan secara progresif kelompok otot ini
al. 2002; Smeltzer et al. 2013 dalam Nuwa, Kusnanto & Utami, 2018). PMR
memiliki efek relaksasi dan kemampuan pengelolaan diri serta mampu mengurangi
Hasil pre test dengan menggunakan kuisioner DASS 42 tentang stres pasien
stres sedang sebanyak 25 orang, stres ringan sebanyak 9 orang dan tidak stres
sebanyak 1 orang. Pada kelompok kontrol 26 orang dengan stres sedang dan 9
dengan stres ringan. Hasil penelitian ini menunjukan tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada tingkat stres baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok
kontrol sebelum diberikan latihan progressive muscle relaxation. Hasil dari pre test
terbesar dari semua pernyataan kuisioner DASS 42, kemudian pada kelompok
perlakuan menyatakan tentang mudah tersinggung dan mudah marah menjadi nilai
dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi anda untuk
menyelesaikan hal yang sedang anda lakukan menjadi nilai terendah. Pada
tertinggi pada pernyataan tentang kesulitan untuk relaksasi/bersantai dan sulit untuk
memulai tidur, sering terbangun pada malam hari untuk kencing dan tidak bisa tidur
dalam aktifitas sehari-harinya. Hal ini selaras menurut Nash (2014) menyatakan
bahwa penyebab spesifik stres yang dialami pada pasien DM adalah takut pada
jarum dan kekhawatiran tentang pengaruh DM pada keluarga. Hal ini juga sesuai
menurut Sullivan (2016) bahwa pasien DM memiliki tanda stres seperti sakit
kepala, nyeri otot, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, lelah, merasa tidak
termotivasi, depresi dan cemas. Dari hasil data diatas didapatkan alasan bahwa
pengaruh PMR yang paling signifikan dalam mengurangi kadar stres pasien DM
tipe 2 adalah mengurangi kesulitan untuk relaksasi dan kesulitan untuk beristirahat.
Sedangkan yang tidak ada pengaruh setelah dilakukan PMR bahkan kadar stresnya
sedang dilakukan.
Hasil post test setelah diberikan intervensi progresive muscle relaxation, pada
ringan 12 responden dan stres normal 6 orang. Pada kelompok kontrol didapatkan
responden dengan stres sedang sebanyak 25 responden dan stres ringan sebanyak
10 responden. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukan tingkat stres
Hal ini selaras menurut Ghezeljeh et al. (2017) dimana setelah melakukan
Kemampuan mengelola stress ini diharapkan klien dapat mengelola stresnya yang
akan berdampak pada kestabilan emosi klien. Hal ini juga sesuai menurut Prasetyo
proses fisiologis lainnya. Relaksasi otot berjalan bersama dengan respons otonom
dari saraf parasimpatis. Relaksasi otot berjalan bersama dengan relaksasi mental.
Perasaan cemas subjektif dapat dikurangi atau dihilangkan dengan sugesti tidak
itu.
mayoritas mengalami stres ringan dari sebelumnya stres sedang. Pada penelitian ini
yaitu 2 kali pada pagi dan sore hari selama 3 hari. Dimana hasil yang didapat adalah
respoden merasa lebih rileks, badan menjadi tidak kaku dan mudah untuk memulai
terganggu lagi. Hal ini terjadi karena saat melakukan saat melakukan PMR
kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang
kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang
sehingga memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Saat melakukan PMR pasien
Hasil penelitian ini diolah dan dianalisis menggunakan uji Wilcoxon sign rank
test didapatkan hasil bahwa intervensi progressive muscle relaxation terhadap stres
pasien DM tipe 2 didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tingkat stres pada
penurunan stres tidak signifikan. Dari data tersebut, pada kelompok perlakuan ada
relaxation pada pasien DM tipe 2. Hasil uji Mann Whitney Test didapatkan bahwa
ada perbedaan skor yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol.
(1999) yang menyatakan bahwa ada penurunan kadar stres setelah diberikan
Penelitian lain yang mendukung adalah dari Lammers, Naliboff and Straatmeyer
stres secara signifikan. Menurut Helen (2015) dalam Nuwa, Kusnanto & Utami
(2018) bahwa teknik relaksasi otot efektif dalam mengurangi ketegangan otot di
tubuh, perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik, termasuk penurunan denyut nadi,
tekanan darah, dan fungsi neuroendokrin pada orang yang mengalami kecemasan.
Lalu peneliti telah menyarankan bahwa PMR dapat berfungsi sebagai metode
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Zhou et al. (2015) bahwa PMR dapat
mengurangi depresi, kecemaasan dan lama perawatan pada pasien kanker payudara
setelah menjalani radikal mastectomy. Penelitian lainnya oleh Carver and O’Malley
PMR itu sendiri juga dilakukan oleh Vancampfort et al. (2011) pada reponden
kualitas hidup. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2015) bahwa
latihan PMR mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap status fungsional dari
fisik, psikologi dan sosial pada pasien kanker yang sedang menjalankan
5.2.2 Pengaruh progressive muscle relaxation terhadap penurunan gula darah pada
pasien DM tipe 2 memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil pre test tentang kadar
gula darah pasien DM tipe 2 pada kelompok perlakuan dalam penelitian mayoritas
bermakna pada tingkat gula darah baik pada kelompok perlakuan maupun
PMR dapat menurukan gula darah pada pasien DM. Dengan memunculkan
kondisi rileks. Pada kondisi ini terjadi perubahan impuls saraf pada jalur aferen ke
otak dimana aktivasi menjadi inhibisi. Perubahan impuls saraf ini menyebabkan
perasaan tenang baik fisik maupun mental seperti berkurangnya denyut jantung,
gula darah. Hipofisis anterior juga inhibisi sehingga ACTH yang menyebabkan
lemak yang berperan meningkatkan gula darah akan menurun (Smeltzer & Bare
(2002) dalam Hidayati (2018)). Lalu menurut Dafianto (2016) dalam Simamora &
Simanjuntak (2017) setelah melakukan PMR, pasien akan rileks dan ada beberapa
sel, sehingga kadar gula darah yang tinggi akan menurun dan kembali dalam batas
normal.
buang air kecil terlebih lagi pada malam hari, polidipsi atau banyak minum serta
polifagi atau sering merasa lapar sehingga banyak makan. Hal ini selaras menurut
(Manurung, 2018) menyatakan bahwa keluhan klasik yang dialami pasien DM tipe
2 antara lain penurunan berat badan, banyak kencing, banyak minum serta banyak
makan. Hal ini juga sesuai menurut Bare and Smeltzer (2008) dalam Mashudi
keletihan, tiba-tiba perubahan pandangan, kebas tangan atau kaki, kulit kering, luka
Hasil post test setelah diberikan intervensi progresive muscle relaxation, pada
gula darah sebanyak 34 orang dan 1 responden yang gula darahnya naik. Responden
yang mengalami kenaikan gula darah berjenis kelamin perempuan dan tidak
bekerja. Menurut Sukardji (2009) dalam Isnaini & Ratnasari (2018) bahwa
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga termasuk dalam akitiftas ringan. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujaya (2009) bahwa orang yang aktifitas
fisiknya ringan memiliki resiko 4,36 kali lebih besar untuk menderita DM tipe dua
dibandingkan dengan orang yang memiliki aktifitas sedang dan berat. Dari
beberapa pendapat bisa disimpukan bahwa ibu rumah tangga yang memiliki
aktifitas fisik ringan bisa mempengaruhi nilai kadar gula darah menjadi meningkat
yang gula darahnya naik. Responden pada kelompok kontrol mengalami penurunan
darah kemungkinan karena setiap jumat pagi mengikuti senam rutin yang diadakan
oleh puskesmas. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukan pada tiap
kelompok mengalami penurunan gula darah, tetapi dari hasil statistik menujukan
penurunan gula darah pada kelompok perlakuan menunjukan penurunan gula darah
melakukan latihan progressive muscle relaxation (PMR) secara rutin yaitu 2 kali
setiap hari pada pagi dan sore hari selama 3 hari. Setelah melakukan intervensi
dari wawancara data tambahan seperti badannya lebih enak, tidak kaku, otot jadi
tidak tegang serta denyut jantung lebih tenang. Hal ini sejalan menurut Smeltzer &
Bare (2008) bahwa PMR memiliki efek relaksasi dan kemampuan pengelolaan diri
Hasil penelitian ini diolah dan dianalisis menggunakan uji Wilcoxon sign rank
penurunan gula darah pada pasien DM tipe 2 didapatkan hasil bahwa terjadi
penurunan gula darah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Penurunan
gula darah dengan signifikan pada kelompok perlakuan, sedangkan pada kelompok
kontrol didapatkan penurunan tidak signifikan. Hasil uji Mann Whitney Test
didapatkan ada perbedaan skor yang signifikan antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
kadar gula darah pada 4 responden laki-laki penderita DM setelah diberikan selama
4 hari. Penelitian lain yang mendukung adalah dari Najafi Ghezeljeh et al. (2017)
meningkatkan kualitas hidup penderita DM tipe 2. Hasil dari penelitian ini juga
didukung oleh Webb & Greenwald (1993) bahwa PMR menurunkan rata-rata kadar
berumur 50-60 tahun seperti yang terlihat pada tabel 5.1. sebanyak 67,1% (47
orang). Dari data tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi umur, semakin rentan
terkena DM. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Manurung (2018)
dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang
memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang
berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.
Penelitian lain yang dilakukan Mashudi (2011) menyatakan bahwa proses menua
fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel berlanjut ke tingkat
jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang mempengaruhi fungsi homeostatis.
Komponen yang berubah adalah sel beta pankreas penghasil insulin, sel-sel jaringan
target yang menghasilkan glukosa, sistem saraf dan hormon lain yang
dimana 67,1% (47 responden) adalah perempuan dan sisanya 32,9% (23 responden)
berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sejalan dengan data Kemenkes RI (2014) bahwa
pekerjaan pada responden adalah tidak bekerja sebanyak 65,7% (46 responden).
tidak bekerja. Hal ini selaras dengan penelitian (Rondonuwu, Rompas and Bataha,
Menurut Sukardji (2009) dalam Isnaini & Ratnasari (2018) bahwa pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga termasuk dalam akitiftas ringan. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sujaya (2009) bahwa orang yang aktifitas fisiknya
ringan memiliki resiko 4,36 kali lebih besar untuk menderita DM tipe dua
dibandingkan dengan orang yang memiliki aktifitas sedang dan berat. Dari
beberapa pendapat bisa disimpukan bahwa ibu rumah tangga yang memiliki
aktifitas fisik ringan bisa mempengaruhi nilai kadar gula darah menjadi meningkat
penyakit DM lebih cenderung memiliki pendidikan lebih rendah. Hal ini selaras
menurut penelitian Berkat, Dian Saraswati & Muniroh (2018) bahwa sebagian besar
dapat disimpulkan bahwa semakin rendah pendidikan, semakin rentan terkena DM.
BAB 6
6.1 Simpulan
signifikan yang menyebabkan penurunan gula darah dari level buruk menjadi
sedang.
6.2 Saran
kegiatan prolanis dalam mengurangi kadar stres serta gula darah pada pasien
2. Bagi peneliti selanjutnya PMR tidak hanya mengukur variabel stres dan gula
diukur.
4. Dari hasil penelitian PMR terbukti menurunkan stres dan gula darah, diharapkan
bisa dimodifikasi dengan relaksasi khususnya untuk psikologis agar hasil yang
DAFTAR PUSTAKA
Crawford, J., Henry, J. and Lovibond. (2003) ‘Depression , Anxiety and Stress
Scales ( DASS-42 )’, British Journal of Clinical Psychology, 42(0), pp.
111–131. doi: 10.1097/HTR.0000000000000250.
Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2016) ‘Profil Kesehatan Kota Surabaya’, p. 194.
Guyton and John (2008) ‘Buku Ajar Fisiologi Kedokteran’, in Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. 11th edn. Jakarta: EGC.
Hilliard, M. E., Yi Frazer, J., Hessler, D., Butler, A., Anderson, B. and Jaser, S .
(2016) ‘Stress and A1c Among People with Diabetes Across the Lifespan’,
Current Diabetes Reports. Current Diabetes Reports, 16(8). doi:
10.1007/s11892-016-0761-3.
International Diabetes Federation (2017) ‘IDF Diabetes Atlas 8th Edition’, 8th
editio, p. 155. doi: 10.1016/j.diabres.2009.10.007.
Kaviani, M., Bahhosh, N., Azima, S., Asadi, N., Sharif, F., and Sayadi, M . (2014)
‘The Effect of Relaxation on Blood Sugar and Blood Pressure Changes of
Kemenkes RI (2014) ‘Situasi dan Analisis Diabetes’, Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, p. 2. doi: 24427659.
Marks, D., Marks, A. and Smith, C. (2000) ‘Biokimia Kedokteran Dasar Sebuah
Pendekatan Klinis’, in U. Pendit (ed.) Biokimia Kedokteran Dasar Sebuah
Pendekatan Klinis. Jakarta: EGC.
Najafi Ghezeljeh, T., Kohandany, M., Oskouei, F., and Malek, M . (2017) ‘The
Effect of Progressive Muscle Relaxation on Glycated Hemoglobin and
Health-related Quality of Life in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus’,
Applied Nursing Research, 33, pp. 142–148. doi:
10.1016/j.apnr.2016.11.008.
Nash, J. (2014) ‘Stress and Diabetes: The use of “worry time” as a way of
managing stress. Journal of Diabetes Nursing’, Journal of Diabetes
Nursing, 18(8). Available at: www.thejournalofdiabetesnursing.co.uk.
Sadikin, L. and Subekti, E. (2013) ‘Coping stres pada penderita diabetes melitus
pasca amputasi’, Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 2(3), pp.
17–23.
Sofiana, L. I., Elita, V. and Utomo, W. (2012) ‘Hubungan Antara Stress Dengan
Konsep Diabetes Mellitus Tipe 2’, Jurnal Ners Indonesia, 2(2 Maret
2012), pp. 167–176.
Tandra, H. (2007) ‘Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes’, in
Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes. Jakarta: EGC.
The OHIO State University Wexner Medical Center (2016) ‘Stress and Diabetes’,
Stress and Diabetes. Available at: https://patienteducation.osumc.edu
/Pages/Home.aspx.
World Health Organization (2016) ‘Global Report on Diabetes’, Isbn, 978, p. 88.
doi: ISBN 978 92 4 156525 7.
Lampiran 1
PROGRAM KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
PENJELASAN PENELITIAN
1. Judul Penelitian
Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Stres dan Penurunan Gula
Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Menjelaskan pengaruh progressive muscle relaxation terhadap stres dan
penurunan gula darah pasien diabetes melitus tipe 2.
b. Tujuan khusus
1) Menganalisis pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap stres.
2) Menganalisis pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap penurunan
gula darah.
Ungkas Herlambang
NIM. 131711123048
Lampiran 2
Kode Partisipan
PROGRAM KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
LEMBAR PERSETUJUAN
(Ungkas Herlambang) ( ) ( )
Lampiran 3
Kuisioner
Nama Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Penghasilan :
Keterangan :
2 : Sering
No Aspek Penilaian 0 1 2 3
5 Tidak sabaran
9 Mudah tersinggung
mengganggu
12 Mudah gelisah
13 Mudah marah
1 Normal 0 – 14
2 Ringan 15 – 18
3 Sedang 19 – 25
4 Parah 26 – 33
Lampiran 4
Kuisioner
Nama Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Keterangan :
Ya : Melakukan
NO Latihan ke Ya Tidak
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
Minta klien untuk melepaskan kacamata dan jam tangan serta melonggarkan ikat
pinggang (jika klien menggunakan ikat pinggang) Atur posisi klien pada tempat duduk
atau ditempat tidur yang nyaman. Anjurkan klien menarik nafas dalam hembuskan
secara perlahan (3-5 kali) dan katakan rileks (saat menginstruksikan pertahankan nada
proses kontraksi dan relaksasi otot diiringi tarik nafas dan hembuskan secara perlahan
meliputi :
14. Gerakan 1 : Gerakan pertama ditujukan untuk otot dahi dan mata yang dilakukan
dahi, alis dan mata. Lemaskan dahi, alis dan mata secara perlahan hingga 10 detik
dialami oleh otot-otot pipi dengan cara mengembungkan pipi sehingga terasa
16. Gerakan 3: Gerakan ketiga ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar
mulut. Lemaskan mulut dan bibir secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali
sekali lagi.
dialami oleh otot-otot rahang dan mulut dengan cara mengatupkan mulut sambil
18. Gerakan 5: Gerakan kelima ditujukan untuk otot-otot leher belakang. Klien
terasa tegang pada otot leher bagian belakang. Lemaskan leher secara perlahan
19. Gerakan 6: Gerakan keenam bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan.
Gerakan ini dilakukan dengan cara tekuk atau turunkan dagu hingga menyentuh
dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian depan. Lemaskan dan angkat
Gerakan 7 sampai dengan 13 yaitu mulai proses kontraksi dan relaksasi otot diiringi
20. Gerakan 7 :Gerakan ketujuh ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi
mengangkat kedua bahu kearah telinga setinggi. Lemaskan atau turunkan kedua
bahu secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi. Fokus perhatian
gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas dan
leher
21. Gerakan 8: Gerakan ketujuh ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan
Selanjutnya pasien diminta membuat kepalan ini semakin kuat sambil merasakan
sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan, pasien dipandu
untuk merasakan rileks selama 10 detik. Gerakan pada tangan kiri dilakukan dua
kali sehingga pasien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan
22. Gerakan 9: Gerakan kesembilan adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian
belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua pergelangan tangan
ke belakang secara perlahan hingga otot-otot tangan bagian belakang dan lengan
23. Gerakan 10: Gerakan kesepuluh adalah untuk melatih otot-otot lengan atau biseps.
Otot biseps adalah otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan. Gerakan
dalam menegang. Lemaskan atau turunkan kedua tangan secara perlahan hingga
24. Gerakan 11: Gerakan sebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung.
Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi,
selama 10 detik. Lemaskan punggung hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi.
Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot
menjadi lemas.
25. Gerakan 12: Gerakan dua belas bertujuan untuk melatih otot-otot perut. Gerakan
ini dilakukan dengan cara menarik perut kearah dalam atau mengempiskan sekuat-
kuatnya. Tahan selama 10 detik hingga perut terasa kencang dan tegang.
Lemaskan perut secara perlahan hingga 10 detik, lakukan kembali sekali lagi
26. Gerakan 13: Gerakan tigabelas ditujukan untuk otot‐otot betis. Gerakan ini
dilakukan dengan cara menarik kedua telapak kaki kearah dalam sekuat-kuatnya
dan kedua tangan berusaha menggapai ibu jari hingga terasa tegang di kedua betis
selama 10 detik. Lemaskan kedua kaki secara perlahan hingga 10 detik, lakukan
Lampiran 9
41 2 2 1 3 1 2
42 2 2 1 3 1 2
43 1 2 1 2 1 2
44 3 2 1 2 1 1
45 3 2 1 2 1 2
46 2 2 1 2 1 2
47 3 2 1 2 1 2
48 2 2 1 3 1 2
49 3 2 1 2 1 1
50 2 2 1 2 1 2
51 2 2 1 2 1 2
52 2 2 1 3 3 3
53 2 2 1 2 1 2
54 2 2 1 3 1 2
55 2 2 1 2 1 2
56 2 2 1 3 1 2
57 2 2 1 2 1 2
58 1 2 1 3 1 2
59 2 2 1 2 1 1
60 2 2 1 2 1 2
61 1 1 1 3 3 2
62 1 1 1 2 3 2
63 2 2 1 3 1 3
64 2 2 1 2 1 3
65 2 2 1 2 1 2
66 3 1 1 2 3 3
67 3 1 1 3 3 2
68 3 2 1 3 1 2
69 3 2 1 2 1 1
70 3 2 1 2 1 1
Keterangan :
Kode Umur
1 <50
2 50-60
3 >60
Kode Pendidikan
1 Tidak lulus SD
2 Pendidikan dasar
3 SMA/Sederajat
4 Perguruan Tinggi
Pekerjaan
1 Tidak bekerja
2 Buruh
3 Wiraswasta
4 PNS/Pensiunan
5 Lainnya
Kode Penghasilan
1 0-1 juta
2 1-3 juta
3 3-5 juta
4 >5 juta
Lampiran 10
Soal
Kode Test Skor Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Pre 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 21 Sedang
2 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 22 Sedang
3 Pre 3 2 1 2 1 3 2 1 1 1 1 2 1 2 23 Sedang
4 Pre 3 2 1 2 2 3 2 2 1 0 1 1 2 0 22 Sedang
5 Pre 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 2 15 Ringan
6 Pre 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Normal
7 Pre 2 2 1 2 0 2 3 1 1 1 1 1 0 0 17 Ringan
8 Pre 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 18 Ringan
9 Pre 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 0 2 1 1 17 Ringan
10 Pre 3 2 1 2 1 3 3 1 1 1 2 2 1 1 24 Sedang
11 Pre 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 20 Sedang
12 Pre 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 18 Ringan
13 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 20 Sedang
14 Pre 3 2 1 2 2 3 2 1 1 1 1 2 2 2 25 Sedang
15 Pre 3 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 2 1 2 24 Sedang
16 Pre 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 17 Ringan
17 Pre 3 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 2 1 2 24 Sedang
18 Pre 3 2 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 23 Sedang
19 Pre 2 1 1 2 1 3 2 2 1 2 2 2 1 1 23 Sedang
20 Pre 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Ringan
21 Pre 3 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 2 1 1 23 Sedang
22 Pre 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
23 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 20 Sedang
24 Pre 3 2 1 2 2 3 3 1 1 1 1 2 2 1 25 Sedang
25 Pre 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
26 Pre 3 2 1 1 2 3 3 1 1 1 1 2 2 1 24 Sedang
27 Pre 3 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 21 Sedang
28 Pre 3 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 22 Sedang
29 Pre 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 21 Sedang
30 Pre 3 1 1 1 1 3 3 1 1 1 2 2 1 1 22 Sedang
31 Pre 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 20 Sedang
32 Pre 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 20 Sedang
33 Pre 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 21 Sedang
34 Pre 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 0 1 18 Ringan
35 Pre 2 2 1 2 0 2 2 1 1 1 1 1 0 0 16 Ringan
Keterangan :
2 : Sering
Lampiran 11
Soal
Kode Test Skor Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Post 0 0 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 16 Ringan
2 Post 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 20 Sedang
3 Post 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 19 Sedang
4 Post 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 20 Sedang
5 Post 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 14 Normal
6 Post 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Normal
7 Post 1 2 1 2 0 2 0 1 1 1 1 1 0 1 14 Normal
8 Post 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 0 1 1 16 Ringan
9 Post 0 1 1 2 1 0 2 1 1 1 0 2 1 1 14 Normal
10 Post 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 21 Sedang
11 Post 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 18 Ringan
12 Post 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 16 Ringan
13 Post 0 1 1 2 1 0 2 1 1 1 2 1 1 1 15 Ringan
14 Post 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 22 Sedang
15 Post 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 20 Sedang
16 Post 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 15 Ringan
17 Post 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 21 Sedang
18 Post 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 19 Sedang
19 Post 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 21 Sedang
20 Post 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Ringan
21 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 21 Sedang
22 Post 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 18 Ringan
23 Post 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 17 Ringan
24 Post 0 1 1 1 2 0 0 1 1 1 1 2 2 1 14 Normal
25 Post 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 18 Ringan
26 Post 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 20 Sedang
27 Post 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 19 Sedang
28 Post 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 20 Sedang
29 Post 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 19 Sedang
30 Post 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 20 Sedang
31 Post 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 18 Ringan
32 Post 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 19 Ringan
33 Post 1 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
34 Post 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 0 1 17 Ringan
35 Post 1 2 1 2 0 1 2 1 1 1 1 1 0 0 14 Ringan
Keterangan :
2 : Sering
Lampiran 12
Soal
Kode Test Skor Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Pre 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 19 Sedang
2 Pre 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 18 Ringan
3 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 19 Sedang
4 Pre 2 1 1 1 2 2 2 2 1 0 1 1 1 0 17 Ringan
5 Pre 2 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 2 1 2 20 Sedang
6 Pre 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 18 Ringan
7 Pre 2 2 1 2 0 2 3 1 1 1 1 1 0 0 17 Ringan
8 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 19 Sedang
9 Pre 2 1 1 2 1 3 2 1 1 1 1 2 1 1 20 Sedang
10 Pre 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 18 Ringan
11 Pre 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 17 Ringan
12 Pre 3 1 1 2 1 3 2 1 1 2 2 3 1 1 24 Sedang
13 Pre 3 2 2 2 1 3 2 2 1 1 2 2 1 1 25 Sedang
14 Pre 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 23 Sedang
15 Pre 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 20 Sedang
16 Pre 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 21 Sedang
17 Pre 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 21 Sedang
18 Pre 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 21 Sedang
19 Pre 2 1 1 3 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 22 Sedang
20 Pre 3 1 2 2 1 3 2 2 1 1 2 2 1 1 24 Sedang
21 Pre 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 18 Ringan
22 Pre 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
23 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 19 Sedang
24 Pre 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 20 Sedang
25 Pre 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 21 Sedang
26 Pre 2 2 1 1 2 3 2 1 1 1 1 2 2 1 22 Sedang
27 Pre 3 2 1 2 1 3 2 1 1 2 2 2 1 1 24 Sedang
28 Pre 3 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 22 Sedang
29 Pre 3 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 22 Sedang
30 Pre 3 2 1 1 1 3 3 1 1 2 2 2 1 1 24 Sedang
31 Pre 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 0 0 17 Ringan
32 Pre 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 18 Ringan
33 Pre 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 20 Sedang
34 Pre 2 2 1 2 1 2 3 1 1 1 2 1 1 1 21 Sedang
35 Pre 2 2 1 2 1 3 2 2 1 2 1 1 1 1 22 Sedang
Keterangan :
2 : Sering
Lampiran 13
Soal
Kode Test Skor Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Post 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 18 Ringan
2 Post 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 17 Ringan
3 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 21 Sedang
4 Post 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 0 16 Ringan
5 Post 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 19 Sedang
6 Post 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 18 Ringan
7 Post 2 2 1 2 0 2 3 1 1 1 1 1 0 0 17 Ringan
8 Post 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 18 Ringan
9 Post 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 19 Sedang
10 Post 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 19 Sedang
11 Post 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 16 Ringan
12 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 21 Sedang
13 Post 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 23 Sedang
14 Post 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 1 2 1 1 22 Sedang
15 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 22 Sedang
16 Post 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 22 Sedang
17 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 22 Sedang
18 Post 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 22 Sedang
19 Post 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
20 Post 3 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 22 Sedang
21 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 21 Sedang
22 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 21 Sedang
23 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 21 Sedang
24 Post 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 17 Ringan
25 Post 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
26 Post 3 2 1 1 2 3 3 1 1 1 1 2 2 1 24 Sedang
27 Post 3 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 22 Sedang
28 Post 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 21 Sedang
29 Post 2 2 1 2 1 3 2 1 1 2 2 2 1 1 23 Sedang
30 Post 3 2 1 1 1 3 3 1 1 1 2 2 1 1 23 Sedang
31 Post 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 0 0 18 Ringan
32 Post 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 0 1 1 18 Ringan
33 Post 3 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 21 Sedang
34 Post 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 20 Sedang
35 Post 3 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 21 Sedang
Keterangan :
2 : Sering
Lampiran 14
A. Kelompok Perlakuan
B. Kelompok Kontrol
SKRIPSI PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE ….. UNGKAS HERLAMBANG
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
118
Keterangan
1 = Normal (0-14)
Lampiran 15
A. Kelompok Perlakuan
Keterangan
B. Kelompok Kontrol
Keterangan
Lampiran 16
Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Pre_kontrol 35 14 25 20.43 2.993
Post_kontrol 35 13 22 17.80 2.599
Valid N 35
(listwise)
Ranks
Mean Sum of
N Rank Ranks
Post_kontrol - Negative 34a 17.50 595.00
Pre_kontrol Ranks
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 1c
Total 35
a. Post_kontrol < Pre_kontrol
b. Post_kontrol > Pre_kontrol
c. Post_kontrol = Pre_kontrol
Test Statisticsa
Post_kontrol
- Pre_kontrol
Z -5.157b
Asymp. Sig. (2- .000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Lampiran 17
Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Pre_kontrol 35 17 25 20.37 2.289
Post_kontrol 35 16 24 20.14 2.171
Valid N 35
(listwise)
Ranks
Mean Sum of
N Rank Ranks
Post_kontrol - Negative 19a 16.16 307.00
Pre_kontrol Ranks
Positive Ranks 13b 17.00 221.00
Ties 3c
Total 35
a. Post_kontrol < Pre_kontrol
b. Post_kontrol > Pre_kontrol
c. Post_kontrol = Pre_kontrol
Test Statisticsa
Post_kontrol
- Pre_kontrol
Z -.834b
Asymp. Sig. (2- .404
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Lampiran 18
MANN-WHITNEY TEST
Ranks
Kelompok_stre Mean Sum of
s N Rank Ranks
Nilai_stres 1 35 26.76 936.50
2 35 44.24 1548.50
Total 70
Test Statisticsa
Nilai_stres
Mann-Whitney U 306.500
Wilcoxon W 936.500
Z -3.620
Asymp. Sig. (2- .000
tailed)
a. Grouping Variable:
Kelompok_stres
Lampiran 19
KOLMOGOROV SMIRNOV
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti Statisti
kelompok c df Sig. c df Sig.
Data_prete Pre_perlakua .156 35 .031 .834 35 .000
st n
Post_perlaku .258 35 .000 .654 35 .000
an
Pre_kontrol .136 35 .099 .946 35 .086
Post_kontrol .123 35 .200* .944 35 .076
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 20
Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Pre_Prelakuan 35 112 274 146.00 33.636
Post_Perlakuan 35 110 250 131.69 33.342
Valid N 35
(listwise)
Ranks
Mean Sum of
N Rank Ranks
Post_Perlakuan - Negative 34a 17.53 596.00
Pre_Prelakuan Ranks
Positive Ranks 1b 34.00 34.00
Ties 0c
Total 35
a. Post_Perlakuan < Pre_Prelakuan
b. Post_Perlakuan > Pre_Prelakuan
c. Post_Perlakuan = Pre_Prelakuan
Test Statisticsa
Post_Perlaku
an -
Pre_Prelakua
n
Z -4.605b
Asymp. Sig. (2- .000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Lampiran 21
PAIRED T-TEST
Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Pre_kontrol 35 114 168 135.51 14.904
Post_kontrol 35 111 174 135.57 17.841
Valid N 35
(listwise)
Lampiran 22
MANN-WHITNEY TEST
Ranks
Mean Sum of
kelompok N Rank Ranks
Data_pretest Pre_perlakuan 35 29.90 1046.50
Post_perlakuan 35 41.10 1438.50
Total 70
Test Statisticsa
Data_pretest
Mann-Whitney U 416.500
Wilcoxon W 1046.500
Z -2.305
Asymp. Sig. (2- .021
tailed)
a. Grouping Variable: kelompok