Anda di halaman 1dari 46

KARYA ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH PADA PASIEN CONGESTIF HEART FAILURE
(CHF) DENGAN INTOLERANSI AKTIFITAS ENGGUNAKAN LEMBAR BALIK
DI WILAYAH KERJA LAPAS GUNUNG SUGIH 2023

Karya Ilmiah Akhir-Ners

Oleh :
SURYANTO, S.Kep
NIM : 2023207209474

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU (UMPRI) LAMPUNG
TAHUN 2023

i
KARYA ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA PASIEN CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)
DENGAN INTOLERANSI AKTIFITAS MENGGUNAKAN LEMBAR
BALIKDI LAPAS GUNUNG SUGIH 2023

SURYANTO
Mahasiswa Program Study Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Email: suryanto.2023207209474@student.umpri.ac.id
xvi + 60 halaman + 2 lampiran + 5 tabel

ABSTRAK

Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu
memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan tubuh ditandai
dengan tachypnea, takikardia, ronchi paru, peningkatan vena juguralis, udema paru dan
ekstremitas, dan nyeri dada sehingga menimbulkan masalah keperawatan intoleransi
aktivitas. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaan dimana tidak cukupnya energi
fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas sehari-hari yang
ingin atau harus dilakukan. Desain penelitian ini dalam karya tulis ilmiah ini adalah study
kasus dimana peneleti melakukan pengkajian secara komprehensif. Peneliti melakukan
penelitan pada klien Congestive Heart Failure (CHF) dengan masalah keperawatan
intoleransi aktivitas. Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan intervensi
menggunakan aktivitas atau protokol latihan yang spesifik untuk meningkatkan atau
memulihkan gerakan tubuh yang terkontrol. Pada kedua klien menunjukan perubahan
tanda-tanda vital kembali dalam batas normal dan mampu untuk melakukan aktivitas
secara mandiri. hal ini menunjukkan bahwa intervensi menggunakan aktivitas atau
protokol latihan yang spesifik untuk meningkatkan atau memulihkan gerakan tubuh yang
terkontrol tepat untuk menangani klien Congestive Heart Failure (CHF) dengan masalah
keperawatan intoleransi aktivitas.

Kata kunci : Congestive Heart Failure (CHF), Intoleransi Aktivitas. Daftar pustaka : 9
Buku (2006-2017), 1 Jurnal (2011-2017), 5 website

ii
SCIENTIFIC WORKS IN MEDICAL SURGICAL NURSING CARE IN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) PATIENTS
WITH INTELLERENCE IN ACTIVITIES USING RETURNS IN GUNUNG
SUGIH PRISON IN 2023

SURYANTO
Mahasiswa Program Study Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Email: suryanto.2023207209474@student.umpri.ac.id
xvi + 60 halaman + 2 lampiran + 5 tabel

ABSTRACT

Congestive Heart Failure (CHF) is a condition when the heart couldn’t inflate enough
blood to supply the tissues necessary. It seems tachypnea, tachycardia, ronchi, increase of
jugular venous, lung and extremity swelling, and chest pain so that provoke a nursing
problems, that is activity intolerance. Activity intolerance is a situation when the
physiological and psychological energy to continue and finish the daily activity that is
want to or needed to be done. This research includes a case study, where the nurse was
taking assessment comprehensively.
This research was being taken to two patient with congestive heart failures who has
activity intolerance problem. After the nursing care has been given with using the specific
exercise to increase or recover the controlled body movement. Both of patients are
showing the changes of vital signs back to normal condition and they can do their daily
activity by themselves without any helps. This result shows that the specific exercise
intervention to increase or recover the controlled body movement is compatible to solve
the activity intolerance problems on Congestive Heart Failure (CHF) patients.

Key word :Congestive Heart Failure, Activity Intolerance. References: 9 Books (2006-
2017), 1 Jourrnal (2011-2017), 5 websites

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUMPULAN KIA

Telah diperiksa dan disetujui untuk dikumpulkan

Judul KIA : KARYA ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA PASIEN CONGESTIF HEART FAILURE (CHF) DENGAN INTOLERANSI
AKTIFITAS MENGGUNAKAN LEMBAR BALIK DI WILAYAH KERJA LAPAS
GUNUNG SUGIH 2023

Nama Mahasiswa : SURYANTO


NIM : 2023207209474

MENYETUJUI
Pembimbing

Ns.Pira Prahmawati,S.Kep,.M.Kes
NIDN. 203028002

HALAMAN PENGESAHAN

iv
KARYA ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN
CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)
DENGAN INTOLERANSI AKTIFITAS MENGGUNAKAN LEMBAR BALIK
DI WILAYAH KERJA LAPAS GUNUNG SUGIH 2023

Karya Ilmiah Akhir ini telah diperiksa dan dinyatakan lulus pada tanggal .

MENGESAHKAN

Pembimbing : Ns.Pira Prahmawati,S.Kep,.M.Kes (……………………)


NIDN. 203028002

Penguji : Ns. Tri Wijayanto,S.Kep.Sp.KMB (…………………….)


NIDN. 0220109101

Ketua Program Studi

Ns. Rita Sari S.Kep, M.Kep.


NIDN. 0222087403

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Elmi Nuryati, M.Epid.


NIDN. 0215117601

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

v
A. Data Diri
1. Nama : Suryanto
2. Jenis Kelamin : laki-laki
3. Tempat tgl lahir : Purwodadi Dalam,03 Oktober 1988
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Jl Naga Desa Purwoasri Kec.Metro Utara Kota Metro

B. Riwayat Pendidikan
1. SDN 1 Purodadi dalam 1993-1999
2. SMPN 1 Tanjung Bintang 2000-2002
3. SMU Lentera Harapan tahun 2003-2006
4. D III AKPER Poltekes Depkes Prodi Kotabumi tahun 2006-2009
5. S1 Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung tahun 2021 - 2023
6. NERS Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung 2023 – Sekarang

vi
MOTTO

“ Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan,sesungguhnya beserta kesulitan


ada kemudahan “
(Q.s.Al-Insyirah [94]:5-6)

“ Apapun masalahnya, apapun impiannya Kuatin IMANnya , Tidak ada sesuatu yang
mustahil didunia ini selama kamu yakin dengan KebesaranNya “

KATA PENGANTAR

vii
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan ridho-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Inovasi Ners yang berjudul

“KARYA ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA


PASIEN CONGESTIF HEART FAILURE (CHF) DENGAN INTOLERANSI
AKTIFITAS MENGGUNAKAN LEMBAR BALIK DI WI LAYAH KERJA LAPAS
GUNUNG SUGIH 2023 ”. KIA-Ners ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan Program Profesi Ners di Universitas Muhammadiyah Pringsewu
(UMPRI) Lampung.

Dalam proses penyelesaian KIA-Ners ini, penulis banyak mendapat bantuan,


bimbingandan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Drs. Wanawir AM., MM.,M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Pringsewu
2. Elmi Nuryati, M. Epid selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung
3. Ns. Rita Sari, M.Kep selaku ketua Prodi Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung
4. Ns.Pira Prahmawati, S.Kep,. M.Kes selaku Pembimbing KIA Ners yang telah banyak
membantu dan membimbing dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan penulisan
KIA in
5. Ns. Dini Vellyana, S.Kep, M.MR selaku pembimbing yang telah memberi arahan dan
masukan dalam menyelesaikan penulisan KIA ini
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Lampung yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan
7. Teman-teman di Program Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah pringsewu atas bantuan dan semangatnya kepada penulis.
8. Semua pihak Semua pihak yang telah membantu.

Semoga Allah berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang diberikan dan KIA Ners
ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.

Pringsewu, Juni 2023


Penulis,

( SURYANTO, S.Kep)

DAFTAR ISI

viii
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ……………………………………….................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………...................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………....................................... iii
HALAMAN PERETUJUAN ……………………………................……………... iv
HALAMAN PENGEAHAN……………………………………….............………… v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………...................……….. vi
MOTO……………....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................................. viii
DAFTAR ISI………….................................................................................................. ix
DAFTAR PUTAKA LAMPIRAN GAMBAR ............................................................ x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………… xii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………................……… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………..................……. 1
C. Tujuan Penelitian………………………………………................……... 1
D. Manfaat Penelitian …………………………………...….............………. 1

BAB II TINJAUAN TEORI


A.Konsep Dasar Gagal Jantung Kongestif………………………………….. 4
B. Pathways …………………………………………………………. 14
C. Tinjauan AL Islam Ke Muhammadiyahan ………………………………. 15

BAB III LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


A.Pengkajian ……………………………………………………………….. 16
B. Analisa Data ……………………………………………………………... 19
C. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………….. 19
D. Intervensi Keperawatan ………………………………………………….. 20
E. Implementasi Keperawatan ……………………………………………… 21
F. Evaluasi ………………………………………………………………….. 23

BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambar Lokasi Penelitian ……………………………………………….. 25
B. Analsis Asuhan Keperawatan ……………………………………………. 26
C.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………….............……… 28
B. Saran………………………………………………...............………….. 29
DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan ............................................................................. 29


Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Kimia Darah ................................................................ 52
Tabel 3.2 Analisa Data ......................................................................................... 53
Tabel 3.3 Rencana Keperawatan ................................................................................ 54
Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi ........................................................................ 54

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Abstrak
Lampiran 2 SAP Senam Kaki Diabetik Lampiran 3 Leafleat Senam Kaki Diabetik
Lampiran 4 Dokumentasi Kegiatan Lampiran 5 Lembar Konsultas

xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan gangguan pada struktur dan fungsi jantung
dan pembuluh darah. Menurut American Heart Association (2017), penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia dengan angka
kejadian sekitar 17,3 juta jiwa. Penyakit kardiovaskular menjadi suatu masalah
kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Secara global ditemukan sebanyak
17,5 juta jiwa penderita penyakit kardiovaskuler. Sebanyak 58 juta angka kematian
disebabkan penyakit jantung (WHO, 2016). Berdasarkan data yang diperoleh menurut
(Riskesdas, 2018) prevalensi gagal jantung kongestif mengalami peningkatan setiap
lima tahun sekali di tingkat Indonesia dari 0,11% menjadi 0,19% dengan peningkatan
sebesar 1,37%. Peningkatan penyakit kardiovaskular lima tahun sekali ditingkat Jawa
Timur dari 0,19% menjadi 1,7% dengan peningkatan sebesar 1,51%.
Menurut Smeltzer dan Bare, 2010, Congestive Heart Failure (CHF) merupakan
ketidakmampuan jantung memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi ke jaringan tubuh. Gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure /
CHF) didefinisikan sebagai suatu kumpulan gejala kompleks yang diakibatkan adanya
gangguan pada proses kerja jantung, baik itu secara struktural maupun fungsional
(Metra & Teerlink, 2017; PERKI, 2015). Penyebab awal gagal jantung kongestif
adalah adanya gangguan pada dinding-dinding otot jantung yang melemah yang
berdampak pada kegagalan jantung dalam memompa dan mencukupi pasokan darah
yang dibutuhkan oleh tubuh (Purbianto & Agustanti, 2015; Yancy et al, 2011).
Manifestasi klinis pada pasien gagal jantung kongestif ditandai dengan adanya
dispnea,ortopnea,kelelahan,intoleransi aktivitas, peningkatan tekanan venajugular,
kongesti paru dan edema perifer yang disebabkan oleh gangguan fungsi dan struktur
jantung sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung (PonikowskiP, VoorsAA,
AnkerSD, BuenoH, ClelandJGF, CoatsAJS., etal., 2016).
Gagal jantung kongestif merupakan penyakit dengan penatalaksanaan yang
kompleks. Salah satu upaya yang diperlukan untuk menurunkan prevalensi dan
menekan lajunya rehospitalisasi pada pasien CHF tersebut adalah dengan cara
mengoptimalkan status kesehatan, dengan merubah gaya hidup dan melakukan
rehabilitasi (latihan fisik) jantung yakni mobilisasi (Arovah, 2010). Pasien yang
kesehariannya aktif secara fisik ditemukan memilik peningkatan kapasitas latihan,
menurunnya frekuensi masuk rumah sakit dan memiliki prognosis yang lebih baik
(Piepoli M, Davos C, Francis D & Coats A., 2004; Flynn K, Pina I, Whellan D, et al.,
2009). Aktifitas fisik juga dapat menurunkan eksaserbasi akut, menstabilkan
variabilitas detak jantung, menurunkan gejala seprti sesak napas dan meningkatkan
kualitas hidup (Chien CH, Chen HM, Garet M, Wang RH. et al., 2004). American
Heart Association merekomendasikan pasien dengan gagal jantung kongestif untuk
melakukan aktivitas fisik moderat minimal 30 menit per hari, 5 hari per minggu untuk
menjaga kesehatan (Nelson ME, Rejeski WJ, Blair SN, Duncan, PW, Judge JO, King
AC. et al., 2007).
Penderita CHF sering kali mengeluh adanya keterbatasan dalam melakukan
aktifitas fisik sehingga penderita takut untuk melakukan aktifitas fisik yang pada
akhirnya memperberat kondisinya (Karyono, 2009). Hal ini tentu saja berkaitan
dengan pengetahuan pasien mengenai aktivitas fisik. Beberapa penelitian sebelumnya

1
mengatakan bahwa karakteristik demografik dan gaya hidup seperti jenis kelamin,
status perkawinan, edukasi dan status fungsional berhubungan dengan aktivitas fisik
(Ke HH., 2006; Landi. et al., 2007; Stanley, et al., 2014). Hal ini tidak menutup
kemungkinan bahwa tingkat pengetahuan tentang aktivitas fisik, dengan kata lain
kesadaran dan pemahaman tentang cara melakukan aktivitas fisik yang sesuai,
berdampak pada partisipasi individu dalam melakukan aktivitas fisik.
Solusi perawat dalam menangani masalah intoleransi aktivitas pada penderita
gagal jantung kongestif tersebut yaitu dengan mengajarkan pemberian aktivitas secara
bertahap yang berbasis home based exercise training dengan melatih aktivitas seperti
berjalan dan duduk sesuai kebutuhan untuk mengatasi intoleransi aktivitas,
memberikan penyuluhan pada pasien dan keluarga mengenai pembatasan aktivitas
yang berat untuk membantu mengurangi beban pada jantung, memberi bantuan dalam
aktivitas perawatan diri atau ADL sesuai dengan indikasi.
Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Chf Pada Tn “E” Dengan Inovasi Aktivitas Fisik
Menggunakan Lembar Balik Di Lapas Kelas Iib Gunung Sugih”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan
pertanyaan sebagai berikut “Bagaimana Intervensi tingkat pengetahuan aktivitas
fisikDalam Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penderita Gagal Jantung Kongestif
Dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan laporan hasil asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien
dengan penderita gagal jantung kongetif dengan keperawatan intolerasi aktifitas di
wilayah kerja lapas klas IIB gunung sugih.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian pasien penderita gagal jantung kongetif
dengan keperawatan intolerasi aktifitas di wilayah kerja lapas klas IIB gunung
sugih
b. Menggambarkan perumusan diagnosa keperawatan pada pasien penderita gagal
jantung kongetif dengan keperawatan intolerasi aktifitas di wilayah kerja Lapas
Klas IIB gunung sugih
c. Menggambarkan rencana keperawatan pada pasien penderita gagal jantung
kongetif dengan keperawatan intolerasi aktifitas di wilayah kerja lapas klas IIB
gunung sugih
d. Menggambarkan implementasi keperawatan pada pasien penderita gagal
jantung kongetif dengan keperawatan intolerasi aktifitas di wilayah kerja lapas
klas IIB gunung sugih
e. Menggambarkan evaluasi atas tindakan keperawatan pada pasien
penderita gagal jantung kongetif dengan keperawatan intolerasi aktifitas di
wilayah kerja lapas klas IIB gunung sugih
f. Menggambarkan hasil analisis inovasi lembar balik aktifitas fisik pada pasien
penderita gagal jantung kongetif dengan keperawatan intolerasi aktifitas di
wilayah kerja lapas klas IIB gunung sugih

2
D. Manfaat
1. Teoritis
Meningkatkan pengetahuan pembaca tentang gagal jantung kongetif dan sebagai
wacana untuk mengetahui pelaksanaan proses asuhan keperawatan pada pasien
dengan diabetes melitus.

2. Praktis
a. Bagi Puskesmas
Manfaat karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan
mutu pelayanan klinik rawat jalan lapas klas IIB Gunung Sugih dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus.
b. Bagi Tim Kesehatan
Manfaat karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tim kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam upaya
peningkatan asuhan keperawatan serta pencegahan komplikasi pada pasien
dengan gagal jantung kongestif.
c. Bagi Instansi Akademik
Manfaat karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi
pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikannya di masa yang akan datang.
d. Bagi Pasien dan Keluarga
Manfaat karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
tentang gambaran umum penyakit diabetes melitus sehingga dapat
menumbuhkan kesadaran untuk meningkatkan kesehatannya serta mampu
melakukan perawatan yang tepat bagi keluarganya.
e. Bagi Pembaca
Manfaat karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai referensi serta informasi
terkait gambaran umum diabetes melitus dan proses asuhan keperawatannya.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Gagal Jantung Kongestif


1. Pengertian
Gagal Jantung Kongestif merupakan suatu keadaan patologis yaitu kelainan fungsi
jantung yang menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan jaringan
dengan meningkatkan tekanan pengisian (Muttaqin,2012). Gagal Jantung
Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah
cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh
jaringan (Smeltzert & Bare, 2011).
Menurut J. Charles Reeves (2001) dalam Wijaya & Yessi (2011), Gagal Jantung
Kongestif adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai pemompa untuk
mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi
keperluan-keperluan tubuh.

2. Etiologi
Menurut Alldredge et al. (2011), penyebab gagal jantung terdiri atas :
a. Output rendah, disfungsi sistolik (dilatasi kardiomipati) dapat disebabkan
iskemik koroner, Infark miokard, regurgitasi, konsumsi alkohol, kekurangan
gizi, kekurangan kalsium dan kalium, induksi obat, 8 idiopatik. Juga dapat
disebabkan hipertensi, stenosis aorta dan volume overload.
b. Disfungsi diastolik dapat disebabkan iskemik koroner, infark miokard,
hipertensi, stenosis aorta dan regurgitasi, perikarditis, pembesaran septum
ventrikel kiri.
c. High-output failure disebabkan oleh anemia dan hipertiroid.

3. Manifestasi Klinik
Menurut NHFA (2011) gagal jantung kongestif sebagai berikut :
a. Sesak nafas saat beraktifitas muncul pada sebagian besar pasien, awalnya sesak
dengan aktifitas berat, tetapi kemudian berkembang pada tingkat berjalan dan
akhirnya saat istirahat.
b. Ortopnea, pasien menopang diri dengan sejumlah bantal untuk tidur. Hal ini
menunjukkan bahwa gejala lebih cenderung disebabkan oleh gagal jantung,
tetapi terjadi pada tahap berikutnya.
c. Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND) juga menunjukkan bahwa gejala lebih
cenderung disebabkan oleh gagal jantung, tetapi sebagian besar pasien dengan
gagal jantung tidak memiliki PND.
d. Batuk kering dapat terjadi, terutama pada malam hari.
e. Kelelahan dan kelemahan mungkin jelas terlihat, tetapi umum pada kondisi
yang lain.
f. Pusing atau palpitasi dapat menginduksi aritmia.

4. Patifisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung kongestif meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih dari
curah jantung normal. Konsep curah jantung yang baik dijelaskan dengan

4
persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac Output) dalah
fungsi frekuensi jantung (HR : Heart Rate) X volume sekuncup (SV : Stroke
Volume). Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup
jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung
(Smeltzer & Bare, 2011).
Pada gagal jantung kongestif dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan
serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih
dapat dipertahankan. Volume sekuncup jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi tergantung pada tiga faktor; preload; kontraktilitas dan afterload. Preload
adalah sinonim dengan hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa
jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung. Kontraktilitas mengacu
pada perubahan kekuatan kontraktilitas yang terjadi pada tingkat sel dan
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan
arteriole (Brunner & Suddarth, 2011).
Ketika jantung mulai gagal, tubuh mengaktifkan beberapa kompleks mekanisme
kompensasi dalam upaya untuk mempertahankan cardiac output dan oksigenasi
organ vital. Hal ini termasuk peningkatan simpatik, aktivasi Renin Angiotensin
Aldosteron System (RAAS), natrium dan retensi air dan neurohormonal adaptasi,
yang menyebabkan jantung remodeling (dilatasi ventrikular, hipertrofi jantung dan
perubahan bentuk lumen ventrikel kiri (Dipiro, 2015).

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang Pada pasien gagal jantung kongestif dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang antara lain:
a. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial.
Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokard
menunjukkan adanya aneurisme ventricular.
b. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventricular.
c. Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan
dinding.
d. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosis katup atau
insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan
kedalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan
kontraktilitas (Udjianti, 2010).

6. Penatalaksanaan
Terdapat dua jenis penatalaksanaan gagal jantung yaitu terapi non- farmakologi dan
terapi farmakologi.
a. Terapi Farmakologi
1) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI). ACE inhibitor
mengurangi produksi angiotensin II dan mengerahkan efek biologis yang

5
meningkatkan gejala, mengurangi rawat inap, dan memperpanjang
kelangsungan hidup. ACE inhibitor direkomendasikan untuk semua pasien
dengan gagal jantung dengan penurunan fungsi sistolik (Figueroa, 2006).
2) Diuretik, diindikasikan pada pasien gagal jantung dengan kongesti pulmonal,
edema perifer dan dilatasi jantung (Alldredge et al., 2011). Diuretik bekerja
dengan menghambat reabsorpsi natrium klorida pada tempat tertentu di
tubulus ginjal (Yancy et al, 2011).
3) Angiotensin Reseptor Blocker (ARB), bekerja dengan mengeblok reseptor
angiotensin II subtipe I (AT1). Pengeblokan reseptor AT1 secara langsung
memungkinkan stimulasi reseptor AT2, menyebabkan vasodilatasi dan
penghambatan remodeling ventrikel (Dipiro, 2015).
4) Beta-bloker, dapat memperlambat perkembangan penyakit, mengurangi
rawat inap dan mengurangi angka kematian pada pasien gagal jantung
sistolik (Dipiro, 2015).
5) Digoksin, melemahkan aktivasi sistem saraf simpatik yang berlebihan pada
pasien gagal jantung, mungkin dengan mengurangi aliran simpatis pusat dan
meningkatkan fungsi baroreseptor yang terganggu (Dipiro, 2009).
b. Terapi Non Farmakologi
1) Pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga
penting untuk dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan jangka panjang
terhadap strategi manajemen. Penjelasan sederhana mengenai tanda dan
gejala gagal jantung, rincian tentang obat, aktivitas fisik, manajemen cairan
dan nutrisi, serta strategi pengobatan lainnya memberikan pengaruh terhadap
kondisi pasien. Penekanan dilakukan pada perawatan diri agar pasien dapat
memanajemen penyakitnya secara mandiri.
2) Aktifitas fisik. Aktivitas fisik secara teratur sekarang sangat disarankan
untuk pasien dengan gagal jantung. Aktifitas fisik harus disesuaikan dengan
kapasitas fungsi pasien seperti berjalan, bersepeda, angkat beban ringan dan
latihan peregagan. Pasien dianjurkan untuk berjalan dirumah selama 10-30
menit perhari sebanyak 5-7 hari perminggu. Semua pasien gagal jantung
yang stabil harus didorong untuk berpartisipasi dalam program latihan
sederhana yang diawasi. Imobilitas kronis dapat mengakibatkan hilangnya
massa otot dan menyebabkan penurunan kondisi fisik yang akan membuat
kapasitas latihan semakin menurun serta menjadi predisposisi tromboemboli.
Olahraga teratur hanya dianjurkan pada pasien stabil yang memiliki potensi
peningkatan toleransi aktivitas dan kualitas hidup, tanpa efek merusak fungsi
ventrikel kiri.
3) Nutrisi. Pasien dengan gagal jantung kronis mengalami peningkatan risiko
malnutrisi dikarenakan (a) penurunan asupan akibat nafsu yang buruk terkait
terapi obat (aspirin dan digoxin), gangguan metabolik (hiponatremia atau
gagal ginjal), kongesti hepatik; (b) malabsorpsi, terutapa pada pasien dengan
gagal jantung berat; dan (c) peningkatan kebutuhan nutrisi (pasien yang
mengalami gagal jantung kongestif mengalami peningkatan BMR (Basal
metabolic Rate) sebanyak 20%. Nutrisi sebaiknya dimonitor secara berkala
untuk mengurangi resiko gizi buruk. Berat badan berlebih dapat
meningkatkan kerja jantung baik selama aktifitas fisik maupun kehidupan
sehari-hari. Penurunan berat badan dapat meningkatkan toleransi aktifitas
fisik dan kualitas hidup.
4) Asupan cair. Pembatasan cairan (1,5-2 liter/hari) harus dipertimbangkan
pada pasien yang memiliki gejala berat, pasien yang mengkonsumsi diuretik

6
dosis tinggi dan pasien yang cenderung mengkonsumsi cairan berlebih.
Asupan berlebih meniadakan efek positif dari diuretik dan dapat
menyebabkan hiponatremia.
5) Perubahan gaya hidup
a) Merokok, pasien penderita gagal jantung harus segera berhenti merokok
karena merokok memiliki efek hemodinamik yang merugikan pasien.
Merokok cenderung mengurangi curah jantung, meningkatkan denyut
jantung, tekanan darah sistemik, tekanan arteri pulmonal, tekanan
pengisian ventrikel dan resistensi vaskular sistemik. Vasokonstriksi
perifer berkontribusi terhadap pengurangan ringan pada stroke volume.
Merokok mengurangi suplai oksigen miokard karena berkurangnya
waktu pengisian diastolik (detak jantung lebih cepat) dan peningkatan
konsentrasi carboxyhemoglobin.
b) Alkohol memiliki efek toksik langsung pada miokardium maka dari itu
konsumsi alkohol pasien gagal jantung harus dibatasi. Selain itu, asupan
alkohol yang tinggi menjadi predisposisi aritmia (terutama fibrilasi
atrium) dan hipertensi serta dapat menyebabkan perubahan keseimbangan
cairan. Penghentian konsumsi alkohol memberikan manfaat klinis yaitu
perbaikan fungsi ventrikel kiri, sedangkan melanjutkan konsumsi alhokol
hanya akan memperburuk gagal jantung.

B. Aktivitas Fisik
1. Pengertian
Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang dihasilkan dari kontraksi otot
– otot. Aktivitas fisik memerlukan energi serta dapat meningkatkan kesehatan
tubuh. Sedangkan latihan merupakan pergerakan tubuh yang terstruktur, terencana
dan berulang yang dilakukan untuk memperbaiki dan menjaga kebugaran fisik
(Roveny, 2017)..

2. Manfaat
Latihan fisik rutin mempunyai banyak manfaat bagi penderita gagal jantung jika
dilaksanakan dengan benar. Menurut National Heart Foundation Australia (2015)
manfaat yang paling signifikan dari latihan fisik yaitu:
a. Mengurangi frekuensi rawat inap;
b. Meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot;
c. Memperbaiki tekanan darah;
d. Meningkatkan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik yang lebih dari
sebelumnya;
e. Memperbaiki mood dan harga diri;
f. Mengurangi gejala yang dirasakan dari gagal jantung;
g. Meningkatkan kualitas tidur;
h. Membuat interaksi sosial menjadi lebih baik;
i. Dapat mengurangi dan mengontrol berat badan;
j. Memperbaiki kadar kolesterol.

3. Tipe
Tipe-tipe aktivitas fisik menurut Physical Activity Guidelines Advisory
Committee, 2018 meliputi:
a. Aktivitas Fisik Aerobik (Aerobic)

7
Aktivitas fisik aerobik merupakan bentuk aktivitas yang intens dan dilakukan
cukup lama untuk mempertahankan atau meningkatkan kebugaran
kardiorespirasi seseorang. Contoh aktivitas fisik aerobik adalah berjalan kaki,
bermain bola basket, sepak bola, atau menari. Umumnya aktivitas fisik jenis ini
membutuhkan penggunaan kelompok otot besar. Secara teknis, aktivitas fisik
aerobik mencakup aktivitas apa pun yang dapat dipertahankan hanya dengan
menggunakan energi metabolik yang didukung oksigen dan dapat dilanjutkan
selama lebih dari beberapa menit.
b. Aktivitas Fisik Anaerobik (Anaerobic)
Aktivitas fisik anaerobik merupakan aktivitas berintensitas tinggi yang melebihi
kemampuan sistem kardiovaskular untuk menyediakan oksigen ke sel otot
melalui jalur metabolisme yang mengonsumsi oksigen. Aktivitas anaerobik
dapat dipertahankan hanya sekitar 2 hingga 3 menit. Sprinting dan power lifting
adalah contoh aktivitas fisik anaerobik.
c. Aktivitas Ketahanan otot (Muscle-strengthning activities)
Aktivitas ketahanan otot merupakan aktivitas yang mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan otot (berapa banyak resistensi yang dapat diatasi), daya
tahan (berapa kali atau berapa lama resistensi dapat diatasi), atau kekuatan
(seberapa cepat resistensi dapat diatasi). Aktivitas yang memperkuat otot
mencakup kegiatan sehari-hari, seperti membawa barang belanjaan berat,
menyekop tanah, mengangkat anak-anak, naik tangga, serta penggunaan
peralatan olahraga, seperti mesin berat, beban bebas, atau pita elastic.
d. Aktivitas Ketahanan Tulang (Bone-strengthening activities)
Aktivitas ketahanan tulang adalah gerakan yang menciptakan beban pada
tulang. Gaya-gaya ini menekankan tulang sehingga tulang beradaptasi dengan
memodifikasi struktur (bentuk) atau massa (kandungan mineral), sehingga
meningkatkan ketahanannya terhadap fraktur. Melompat-lompat, dan menari
adalah kegiatan yang bagus untuk memperkuat tulang, begitu juga aktivitas
ketahanan otot.
e. Keseimbangan
Aktivitas latihan keseimbangan adalah gerakan yang dengan aman menantang
kontrol postural. Jika dipraktekkan secara teratur, dapat meningkatkan
kemampuan untuk menahan kekuatan intrinsik atau lingkungan yang
menyebabkan jatuh saat berjalan, berdiri, atau duduk. Berdiri dengan satu kaki
dan berjalan dengan jari-jari kaki merupakan contoh aktivitas fisik
keseimbangan.
f. Fleksibilitas
Fleksibilitas disebut juga peregangan, aktivitas jenis ini meningkatkan
jangkauan dan kemudahan gerakan di sekitar sendi. Peregangan dinamis, seperti
gerakan tai chi, qigong, dan yoga, dan peregangan statis adalah contoh dari
pelatihan fleksibilitas.
4. Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah sesi dari aktivitas fisik (sedang hingga tinggi) yang
dilakukan per hari atau per minggu. Frekuensi aktivitas fisik disesuaikan dengan
kemampuan fungsional setiap individu. Pasien yang lebih lemah harus
berolahraga dengan durasi yang lebih pendek namun lebih sering. Hal ini
dilakukan untuk memberikan waktu pemulihan. Rekomendasi saat ini
menyarankan frekuensi minimum aktivitas fisik 3-5 hari per minggu meskipun
terdapat bukti yang mendukung bahwa latihan dua kali seminggu mungkin

8
cukup untuk mempertahankan atau meningkatan kapasitas fungsi (Adsett J. &
Robbie M., 2010).

5. Durasi
Aktivitas fisik dilakukan secara bertahap dimulai dari jangka waktu pendek (10-
20 menit) dan berlanjut ke jangka waktu yang lebih lama (30-40 menit) (Adsett
J. & Robbie M., 2010).

6. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik pada CHF


a. Tingkat pengetahuan
Pada penelititian yang dilakukan oleh Stanley SCH, Grace PSH, Yao JX,
tahun 2014 ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
pengetahuan aktivitas fisik. Peserta dengan tingkat pengetahuan aktivitas
yang tinggi memiliki tingkat aktivitas yang tinggi dibandingkan dengan
peserta yang mempunyai tingkat pengetahuan aktivitas fisik yang sedang
atau rendah. Hal ini juga didukung oleh penelitian Chien HC, et al (2014).
Kita dapat menarik kesimpulan bahwa orang yang lebih mengetahui tentang
bagaimana cara melakukan aktivitas fisik yang benar dan sesuai melakukan
aktivitas fisik yang lebih tinggi.
b. Efikasi diri
Karakteristik pribadi juga memberi pengaruh terhadap aktivitas fisik, dan
efikasi diri berhubungan erat dengan keterlibatan individu dalam melakukan
aktivitas fisik (Bandura A, 1997). Menurut penelitian, pasien gagal jantung
dengan efikasi diri yang tinggi melakukan aktivitas yang tinggi (Pozehl B,
Duncan K, Hertzog M, et al., 2007; Arnold R, Ranchor AV, DeJongste MJ, et
al., 2005). Pada penelitian Chien, et al (2014) ditemukan bahwa pasien gagal
jantung dengan efikasi diri kehidupan sehari-hari yang tinggi mempunyai
pengeluaran energi harian lebih tinggi.
c. Jenis kelamin
Pada penelitian yang dilakukan Chien, et al pada tahun 2014 melaporkan
bahwa pria memiliki pengeluaran energy harian total lebih tinggi secara
signifikan. Namun wanita melakukan aktivitas fisik dengan intensitas tinggi
lebih banyak dibandingkan pria karena wanita lebih sering melakukan
pekerjaan rumah. Penelitian Ke HH (2006) juga mendukung hal ini).
Menurut hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin
memberikan pengaruh terhadap perilaku aktivitas fisik seseorang.
d. Status perkawinan
Sejalan dengan penelitian Landi F, Onder G, Carpenter I, et al (2007), Chien,
et al (2014) melaporkan bahwa individu yang mempunyai pasangan
cenderung kurang melakukan aktivitas fisik yang intensif. Hal ini
dikarenakan pasangan penderita gagal jantung membantu pasien untuk
melakukan aktivitas sehari-hari disebabkan oleh kekhawatiran akan
keselamatan pasien jika melakukan aktivitas fisik.
e. Edukasi
Edukasi diketahui membuat individu menjadi lebih produktif dan efisien
dalam memanajemen kesehatan (Grossman, 2006). Edukasi juga
berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik (Ke HH, 2006). Dalam penelitian
Chien (2014), pasien dengan tingkat edukasi yang tinggi mempunyai
pengeluaran aktivitas harian yang tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian
Hui, et al (2014) dimana peserta dengan tingkat pendidikan tersier atau lebih

9
menunjukan kemungkinan lebih tinggi untuk melakukan aktivitas fisik yang
disarankan (tingkat sedang atau tinggi) dibandingkan peserta dengan tingkat
pendidikan yang lebih rendah. Hal ini mengimplikasikan bahwa orang yang
berpendidikan tinggi lebih mampu untuk merubah perilaku saat diberi
informasi yang bermanfaat.
f. Status fungsional
Pasien dengan kelas NYHA yang buruk memiliki banyak gejala yang
menghambat pasien untuk melakukan aktivitas fisik yang intensif. Chien, et
al (2014) melaporkan bahwa pasien dengan kelas NYHA yang buruk kurang
melakukan aktivitas fisik yang intensive. Pasien gagal jantung yang
memiliki nilai LVEFs yang buruk kurang melakukan aktivitas fisik intensif
pada penelitian ini.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan tanggal 09 Mei 2023pukul10.45WIB
1. DataUmum
a. Nama : Tn. E
b. Usia : 40 tahun
c. Pendidikan terakhir: SMA
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Alamat : Jl. Pahlawan Gg. Naga No.336 Rt.02/06 Kel. Tanjung
Aman Kec. Kotabumi Selatan Kab. Lampung Utara
f. Jeniskelamin : Laki-Laki
g. Agama : Islam
h. Sukubangsa : Lampung/Indonesia.
2. Keluhanutama
Pasien mengatakan sesaknapas,batuk,dan pusing kepala.
a. Keluhan utama
Pasien gagal jantung kongestif biasanya mengeluhkan kelemahan dan sesak
napas saat melakukan aktivitas sehari-hari, serta mudah lelah, nyeri dada,
dan sesak napas (Wijaya & Putri, 2011).
b. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Aktifitas dan istirahat
Gejala : nyeri dada, kesulitan bernapas saat istirahat atau selama aktivitas,
kelelahan, sulit tidur, lesu, dan lekas marah.
2) Sirkulasi
Tanda : peningkatan JVP, sianosis, pucat, asites, anemia, syok septik,
fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel prematur, dan riwayat hipertensi.
3) Respirasi
Gejala : sesak nafas saat berolahraga, sesak nafas secara keseluruhan, dan
riwayat penyakit paru.
4) Pola makan dan cairan
Gejala : anoreksia, mual dan muntah.
5) Eliminasi
Gejala : nokturia, sembelit, diare, atau penurunan aliran urine.
6) Neuorosensori
Tanda : kepala terasa ringan, tidak sadar, dan kebingungan.

10
7) Interaksi social
Gejala : interaksi sosial menurun.
8) Rasa aman
Gejala : rasa aman Tanda dan gejala: Dermatitis dan perubahan mental.

2. Diagnosa keperawatan
Evaluasi klinis terhadap reaksi pasien terhadap suatu masalah kesehatan
merupakan diagnosa keperawatan (PPNI, 2016). Berikut ini adalah diagnosa
berdasarkan SDKI :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya jalan napas
b. Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring

3. Intervensi keperawatan
Tergantung pada pengetahuan dan penilaian klinis mereka, perawat
menggunakan berbagai intervensi perawatan untuk membantu pasien mencapai
tujuan mereka (PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan SIKI adalah:
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya jalan napas
Tujuan dan karakteristik :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan pola napas
membaik.
Dengan kriteria hasil :
1) Dispnea menurun
2) Penggunaan otot bantu napas menurun
3) Ortopnea menurun
4) Frekuensi napas membaik Intervensi :
1) Observasi
a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b) Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2) Terapeutik
a) Posisikan semi-Fowler atau Fowler
b) Berikan minuman hangat
c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
d) Berikan oksigen, jika perlu
3) Edukasi
a) Ajarkan Teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
b. Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan jalan
napas meningkat.
Dengan kriteria hasil :
1) Batuk efektif meningkat

11
2) Dispnea menurun
3) Ortopnea menurun
4) Gelisah menurun
5) Frekuensi napas membaik
6) Pola napas membaik Intervensi :
1) Observasi
a) Identitas kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum
c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
2) Terapeutik
a) Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
b) Buang sekret pada tempat sputum
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
c) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika
perlu.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan nyeri
menurun
Dengan kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
4) Pola tidur membaik Intervensi :
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
2) Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis, TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback. Terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b) Fasilitasi istirahat dan tidur
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, durasi, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi analgesic
c) Mengajarkan teknik non-farmakologis untuk analgesia

12
4) Kolaborasi
a) Pemberian analgesic secara bersamaan sesuai kebutuhan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan aktivitas
setiap hari membaik
Dengan kriteria hasil :
1) Meningkatkan saturasi oksigen
2) Membuat aktivitas sehari-hari lebih mudah
3) Keluhan lelah menurun
4) Dispnea saat aktivitas menurun
5) Dispnea setelah hipoaktivitas Intervensi :
1) Observasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional
c) Monitor pola dan jam tidur
2) Terapeutik
a) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
b) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
3) Edukasi
a) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
b) Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.

13
B. Pathways

Peradangan pada jantung

Kerusakan miokard

Iskemi (infark) Hipertrofi

Kehilangan kardiomiosit Pompa ventrikel turun

Kegagalan sistolik Kegagalan diastolik

Penurunan denyut jantung Pengisian ventrikel terganggu

Gagal jantung

Kegalan pompa ventrikel kiri

Cardiac output turun Peningkatan tekanan vena pulmonalis Ventrikel kiri naik

Akumulasi cairan dalam paru


Keletihan (edema paru)

Intoleransi aktifitas Dispnea

Pertukaran gas turun Ronkhi


Pola napas tidak
efektif
Hipoksemia Bersihan jalan
napas tidak
efektif
Nyeri akut

(Black & Hawks, 2011), (PPNI, 2016)

14
D. Tinjauan Al Islam Kemuhammadiyahan
Imam Nawawi dalam kitabnya al-Majmû’ menuturkan, para sahabatnya dan yang
lainnya mengatakan bahwa orang yang sedang sakit disunahkan untuk bersabar. Ada
banyak dalil dari Al-Qur’an dan hadits yang menuturkan tentang keutamaan bersabar.
Allah subhânahû wa ta’âlâ berfirman di dalam Surat Az-Zumar ayat 10: ‫ِإ‬
‫ب‬ٍ ‫نَّ َما يُ َوفَّى الصَّابِرُونَ َأجْ َرهُ ْم بِ َغي ِْر ِح َسا‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan dipenuhi pahala mereka
tanpa hitungan.” Sebuah hadits riwayat Imam Muslim menuturkan sabda Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam:
‫ُط ال َّش َج َرةُ َو َرقَهَا‬ ُّ ‫ َك َما تَح‬،‫ فَ َما ِس َواهُ ِإاَّل َحطَّ هللاُ بِ ِه َسيَِّئاتِ ِه‬،‫ض‬ ٍ ‫ُصيبُهُ َأ ًذى ِم ْن َم َر‬ ِ ‫َما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم ي‬
Artinya: “Tidaklah seorang muslim terkena suatu penyakit dan lainnya kecuali
karenanya Allah menggugurkan kejelekan-kejelekannya sebagaimana sebuah pihon
menggugurkan daunnya.” Imam Nawawi memberikan penjelasan bahwa di dalam
hadits tersebut ada pelajaran bahwa kesalahan-kesalahan akan dilebur dengan berbagai
penyakit di dunia meskipun hanya sedikit kesusahannya.
Imam Muslim juga meriwayatkan dari ‘Atho bin Abi Robah yang mengatakan:
‫ص •لَّى هللاُ َعلَ ْي• ِه‬َ ‫ي‬ َّ ِ‫ت النَّب‬ ِ َ‫ َأت‬،‫الس •وْ دَا ُء‬
َّ ُ‫ هَ ِذ ِه ْال َم••رْ َأة‬:‫ال‬َ َ‫ ق‬،‫ بَلَى‬:‫ت‬ ُ ‫ َأاَل ُأ ِريكَ ا ْم َرَأةً ِم ْن َأ ْه ِل ْال َجنَّ ِة؟ قُ ْل‬:‫س‬
ٍ ‫ال لِي ابْنُ َعبَّا‬ َ َ‫ق‬
‫ت هللاَ َأ ْن‬ ُ ْ‫ت َدعَ•و‬ ِ ‫ وَِإ ْن ِش•ْئ‬،ُ‫•ك ْال َجنَّة‬ ِ •َ‫ت َول‬ ِ ْ‫ص•بَر‬ َ ‫ت‬ ِ ‫ ِإ ْن ِش•ْئ‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،‫ع هللاَ لِي‬ ُ ‫ فَا ْد‬، ُ‫ع َوِإنِّي َأتَ َك َّشف‬ ُ ‫ ِإنِّي ُأصْ َر‬:‫ت‬ْ َ‫ قَال‬،‫َو َسلَّ َم‬
‫ع هللاَ َأ ْن اَل َأتَ َك َّشفَ فَ َدعَا لَهَا‬ ُ ‫ فَِإنِّي َأتَ َك َّشفُ فَا ْد‬:‫ت‬ ْ َ‫ قَال‬،ُ‫ َأصْ بِر‬:‫ت‬ْ َ‫ك قَال‬ِ َ‫يُ َعافِي‬
Artinya: “Ibnu Abas berkata kepadaku, ‘Maukah kau kuperlihatkan seorang
perempuan ahli surga?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Ia berkata, “Perempuan hitam ini telah
datang kepada Nabi dan berkata, ‘Sesungguhnya aku mengidap penyakit ayan dan
auratku sering tersingkap karenanya. Maka berdoalah kepada Allah untuk
kesembuhanku.” Nabi bersabda, “Kalau kau mau bersabar bagimu surga. Dan bila kau
mau aku mau mendoakanmu agar Allah menyembuhkanmu.” Perempuan itu berkata,
“Aku mau bersabar saja.” Ia berkata lagi, “Auratku sering terungkap, maka mohonlah
kepada Allah agar auratku tak terungkap lagi.” Maka Nabi mendoakannya.” Dari
hadits di atas dapat diambil satu pelajaran bahwa kesabaran yang dilakukan seseorang
atas penyakit yang sedang diderita bisa menjadi jalan baginya untuk mendapatkan
surga.

15
BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan tanggal 09 Mei pukul 10.45 WIB
1. Data Umum
a. Identitas
Nama pasien adalah Ny. K dengan usia 40 tahun, pendidikan terakhir SMP,
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan bertempat tinggal di Jl. Kakap Kp
Darat Nipah 3/184 RW 06/RT 01, Dadapsari, Lampung. Ny. K berjenis kelamin
perempuan dan beragama Islam, suku bangsa Jawa/Indonesia. Identitas
penanggung jawab Tn. K dengan usia 52 tahun, berjenis kelamin laki-laki,
beragama Islam, pendidikan terakhir SMA, suka bangsa Jawa/ Indonesia, dan
pekerjaan buruh. Tn. K bertempat tinggal di Jl. Kakap Kp Darat Nipah 3/184
RW 06/RT 01, Dadapsari, Lampung. Hubungan dengan pasien adalah Suami
dan Istri.
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak napas, batuk, dan pusing kepala.
c. Status kesehatan saat ini
Pasien mengatakan merasa sesak napas kurang lebih 2 hari dan batuk berdahak
yang disertai lendir berwarna darah. Pasien juga mengatakan apabila dahaknya
belum bisa dikeluarkan, pasien lalu merasa sesak napas. Akhirnya suami pasien
membawa pasien ke Rumah Sakit. Pasien mengatakan sesak nafasnya sudah
berlangsung sealama 4 tahun yang lalu. Dan ketika kambuh, pasien memilih
untuk istirahat, dan jika merasa sesak nafas segera memeriksanya.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sesak napas sebelumnya. Namun,
semenjak 4 tahun yang lalu pasien mengalami sesak napas.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit
sesak napas seperti pasien.
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien mengatakan bertempat tinggal diperkampungan yang dimana jarak
rumah dengan jalan raya lumayan jauh. Paien juga mengatakan bahwa
rumahnya dekat dengan pabrik peralatan industri, pabrik tekstil bengkel, dan
dekat dengan pasar. Rumah pasien yang berdekatan dengan pabrik yang dimana
memungkinkan menyebabkan polusi udara.
2. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan sebelum masuk Rumah Sakit makan 3 kali sehari dengan
porsi cukup yaitu seporsi penuh piring. Namun saat masuk Rumah Sakit pasien
mengatakan tetap makan 3 kali sehari dengan porsi sedang yaitu setengah porsi
dari biasanya.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3 kali sehari dengan porsi cukup yaitu
seporsi piring penuh. Namun pada saat sakit pasien masih tetap makan 3 kali
sehari dengan porsi setengah piring. Pasien juga mentakan untuk pola minum
tidak mempengaruhi, hanya saja pada saat satu hari pertama kali sakit pola

16
makan pasien sedikit ada keluhan. Untuk pantangan makanan pasien tidak ada.
c. Pola eliminasi
Pasien mengatakan BAB setiap harinya 1-2 kali sehari dengan waktu setiap
pagi, bau khas, konsistensi padat, tidak ada lendir dan darah, tidak ada keluhan
diare disaat BAB, dan tidak juga mengkonsumsi obat/minuman pencahar perut.
Pada BAK pasien mengatakan setiap harinya BAK 6-7 kali sehari dengan
jumlah 1500 cc, dengan waktu tidak tertentu, bau khas, warna kuning, dan tidak
terdapat keluhan nyeri saat BAK.
d. Pola aktivitas dan Latihan
Pasien mengatakan dulunya jualan nasi kucing diangkringan sekitar stasiun.
Namun, semenjak PPKM pasien sudah tidak berjualan lagi dan mengatakan
perannya untuk sekarang sebagai ibu rumah tangga yang setiap harinya
kegiatannya membereskan rumah, masak, dan mengurus anak serta suaminya.
Dalam aktivitasnya pasien tidak mengalami kesulitan/keluhan dalam aktivitas,
dan perawatan diri hanya sedikit malas dalam pergerakan tubuh. Pasien
mengatakan mempunyai keluhan sesak napas dan merasa lelah jika terlalu
banyak melakukan aktivitas, dan disaat kumat pasien memilih untuk bed rest.
e. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan dahulu pada saat masih berjualan biasanya tidur jam 12
malam. Dan pasien menatakan jam tidur pada saat itu selalu tidak pasti. Namun,
sekarang pasien sudak tidak berjualan lagi dan untuk tidur mengatakan bahwa
jam tidurnya dibawah pukul 10 malam. Dan untuk bangun pasien mengatakan
bangun jam setengah 5 pagi. Dan untuk kesulitan tidur saat sehat tidak ada,
hanya saat sesak napas kambuh pasien mengalami kesulitan tidur.
f. Pola kognitif – perseptual sensori
Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada pendengaran maupun penglihatan.
Semuanya normal. Pasien juga mampu berbicara dengan baik dan jelas,
kooperatif, dan mampu memahami saat berbicara maupun diajukan pertanyaan.
Pasien juga tidak mengalami kesulitan apapun. Selama sakit pasien merasa
nyeri saat bangun dari tempat tidur karna terlalu lama bedrest. Nyeri yang
dirasakan kenyut-kenyut, dan lokasi nyeri dibagian kepala atas. Nyeri skala
yaitu 5 dan dirasakan pada saat dipakai untuk tidur terus-menerus.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien mengatakan setelah dilakukan perawatan berharap bisa sembuh dan
dapat melakukan aktivitas kembali sebagai ibu rumah tangga agar bisa merawat
suami dan anak-anaknya. Pasien juga mengatakan pada saat sakit sempat
merasa cemas dan khawatir. Namun, pasien mengatakan saat sakit berusaha
tetap sabar dan ikhlas, karema sakit yang dirasakan merupakan ujian dari Allah
SWT untuk dapat menghapus dosa-dosanya.
h. Pola mekanisme koping
Pasien mengatakan dalam mengambil keputusan bersifat musyawarah dengan
anggota keluarga. Dan apabila menghadapi masalah kecil, pasien mengatakan
hanya berdiskusi kecil dengan suaminya.
i. Pola seksual – reproduksi
Pasien mengatakan bahwa sudah lama tidak terlalu sering melakukan hubungan
seksual karena jika terlalu banyak beraktifitas merasa lelah dan berujung sesak
napas. Pasien juga mengatakan memahami fungsi reproduksi dan tidak
mengalami gangguan saat berhubungan seksual. Dan pasien mengatakan tidak
ada masalah dalam reproduksi.
j. Pola peran – berhubungan dengan orang lain

17
Pasien dapat berbicara dengan baik, jelas, dan dapat dipahami. Saat diberikan
pertanyaan orang terdekat dan yang lebih berpengaruh pada pasien, pasien
mampu menjawab yaitu suami dan anak-anaknya. Pasien mampu berinteraksi
dengan normal dan baik.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan bahwa beragama Islam, dan menjalankan sholat 5 waktu
disaat sehat maupun sakit.
l. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : composmentis, penampilan : pasien terbaring ditempat tidur dan
dipasangkan kanul oksigen, lemas, rambut pasien tidak begitu acak- acakan, dan
masih terlihat rapi, tanda-tanda vital : 1. Tekanan darah : 110/80 mmhg, 2. Suhu
tubuh 36,2 C, 3. Respirasi : 24 x/menit, 4. Nadi : 90 x/menit, 5. Tinggi badan :
162 cm, 6. Berat badan : 80 kg. Kepala : mesochepal, warna rambut hitam
putih, tidak adanya rambut rontok, bersih, dan tidak ada ketombe. Mata : pupil
isosor, tidak anemis, dan tidak ada ikterik pada sklera. Hidung : simetris, bersih,
tidak ada lesi, terpasang kanul oksigen dengan 3 lpm. Telinga : simetris kanan
dan kiri, pendengaran baik, dan tidak memakai alat bantu pendengaran, bersih,
tidak ada serumen, dan tidak terdapat infeksi. Mulut dan tenggorokan : mulut
bersih, gusi tidak berdarah, mukosa pucat, tidak terdapat pembengkakan pada
kelenjar. Dada : jantung : inpeksi : iktus tidak terlihat, palpasi : iktus teraba di
SIV 5, perkusi : redup, auskultasi : regular. Paru-paru : inpeksi : simetris kiri
dan kanan, palpasi : fremitus kiri dan kanan soma, perkusi : terdengar sonor,
auskultasi : bronkoveskuler. Abdomen : inpeksi : tidak ada lesi, tidak ada
pembengkakan, maupun bekas operasi, palpasi : tidak ada nyeri tekan, perkusi :
tympani, auskultasi : bising usus 10 x/ menit. Genetalia : tidak terpasang
kateter, bersih, tidak ada tanda infeksi maupun lesi. Ekstermitas atas dan
bawah : ekstermitas atas : simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada
odema, ekstermitas bawah : simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, capillary
refill : normal dan baik, kurang dari 2 detik. Kulit : warna sawo matang merata,
bersih, turgo kulit normal, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan.
m. Data Penunjang
1) Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik pada tanggal 11 Mei 2023.
Hematologi Darah Rutin 1
a) Hemoglobin : 12.7, nilai rujukan 11.7 – 15.5 g/dL
b) Hematokrit : 37.4, nilai rujukan 33.0 – 45.0 
c) Leukosit : 19.95 H, nilai rujukan 36.0 – 11.0 ribu/µL
d) Trombosit : 189, nilai rujukan 150 – 440 ribu/µL
e) Golongan Darah / Rh : A / Positif Kimia Klinik
a) Ureum : 17, nilai rujukan : 10 – 50 mg/dL
b) Creatinin : 0,84, nilai rujukan : 0,60 – 1.10 mg/dL
Elektrolit (Na, K, Cl)
a) Natrium (Na) : 110.0 L, nilai rujukan : 115 – 147 mmol/L
b) Kalium (K) : 3.70, nilai rujukan : 3.5 – 5.0 mmol/L
c) Klorida (Cl) : 106.0 H, nilai rujukan : 95 – 105 mmol/L
2) Hasil Pemeriksaan EKG pada tanggal 11 Mei 2023. KESAN :
a) Aritmia
b) AF Rapid Ventrikal Respon
3) Hasil Pemeriksaan Instalasi Radiologi pada tanggal 11 Mei 2023.

18
1. Thorax Besar (Non Kontras) X Foto Thorax
Cor : Apeks bergeser ke lateral kauda. Pinggang jantung mendatar. Elevasi
main bronkus kiri.
Pulmo :
Corakan bronkovascular meningkat, disertai blurring vascular Tampak
bercak pada perihilar kanan kiri dan paracardial kanan. Diafragma dan sinus
kostofrenikus baik.
Kesan :
Cor : Kardiomegali (LV, LA).
Pulmo : Edem Pulmo, masih mungkin disertai bronkopneumonia.
4) Diit : Nasi Jantung
5) Therapy
Infuse : RL 20 tpm
Obat Injeksi : Furosemide Inj 20 mg/2 mL 1 A 2x1
Ceftriaxone Serbuk Inj 2 gr 1x1 Obat Oral : Isosorbid Dinitrat Tab 5 mg 1x1
Paracetamol Tab 500 mg 3x1 Acetylcysteine Caps 200 mg 3x1 Notisil 2 mg 2x1
Candesartan 8 mg 1x1 Bisoprolol 5 mg 1x1 Spironolactone 25 mg 1x1
Sucralfate syrup 3x1 Symbicort 2x1 Nebul : Pulmicort 1 mg 2x1 Ventolin 2,5
mg 2x1

B. Analisa Data
Data fokus pada tanggal 9 Mei 2023 pukul 10. 00 WIB dilakukan pengkajian data
pada pasien didapatkan data subjektif pasien mengatakan batuk berdahak yang disertai
keluarnya lendir darah dan sesak napas, batuk sedikit susah, dan data obkjektif
kesadaran pasien composmentis, pasien terpasang kanul oksigen dengan 3L/menit,
terdapat sekret 1 cc, pasien tampak lemas, GCS
: 15, tekanan darah : 110/80 mmhg, suhu : 36,2 C, RR : 24 x/menit, nadi : 90
x/menit, SpO2 : 99 . Dari data fokus tersebut, penulis mengambil masalah bersihan
jalan napas tidak efektif dengan etiologi hipersekresi jalan napas.
Data fokus pada pukul 10.05 WIB didapatkan data subjektif pasien mengatakan
kepalanya pusing yang didapatkan P : saat bangun dari tempat tidur, Q : pusing
kenyut-kenyut, R : kepala bagian atas, S : 5, T : saaat dipakai tidur/berbaring terus-
menerus, data objektif pasien tampak meringis dan gelisah, nadi : 90 x/menit, RR : 24
x/menit. Dari data fokus tersebut, penulis mengambil masalah nyeri akut dengan
etiologi agen pencenderaan fisiologis.
Data fokus pada pukul 10.10 WIB didapatkan data subjektif pasien mengatakan
saat banyak tidur kepalanya merasa pusing dan engap, data objektif pasien tampak
gelisah dan kurang nyaman, nadi : 90 x/menit, RR : 24 x/menit, SpO2 : 99 . Dari
data fokus tersebut, penulis mengambil masalah intoleransi aktivitas dengan etiologi
tirah baring.

C. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 9 Mei 2023 penulis menganalisa
data dan didapatkan masalah keperawatan yaitu Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
berhubungan dengan Hipersekresi Jalan Napas. Masalah tersebut ditandai dengan
adanya data subjektif pasien mengatakan batuk berdahak yang disertai keluar darah
dan sesak napas, dan data objektif pasien tampak lemas dan terpasang kanul oksigen

19
dengan 3L/menit.
Masalah keperawatan kedua yaitu Nyeri Akut berhubungan dengan Agen
Pencederaan Fisik. Masalah tersebut ditandai dengan adanya data subjektif pasien
mengatakan P : pasien mengeluh pusing saat bangun dari tempat tidur, Q : pasien
mengatakan nyeri yang dirasakan kenyut-kenyut, R : pasien mengatakan pusing yang
dirasakan kepala bagian atas, S : skala 5, T : pasien mengatakan nyeri yang dirasaat
saat dipakai tidur/ tirah baring terus menerus.
Masalah keperawatan ketiga yaitu Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan
Tirah Baring. Masalah tersebut ditandai dengan adanya data subjektif pasien
mengatakan saat banyak tidur kepalanya merasa pusing dan engap dan data objektif
pasien tampak berbaring ditempat tidur terus-menerus.

D. Intervensi Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada tanggal 9 Mei 2023selanjutnya disusun
intervensi sebagai Tindakan asuhan keperawatan pada Ny. K dengan diagnose :
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berubungan dengan Hipersekresi Jalan
Napas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 8 jam diharapkan jalan
napas meningkat dengan kriteria hasil : batuk efektif meningkat, dispnea menurun,
ortopnea menurun, gelisah menurun, frekuensi napas membaik, pola napas membaik.
Intervensi : Observasi : mengidentifikasi kemampuan batuk, memonitor adanya
retensi sputum, memonitor tanda dan gejala infeksi saluran napas. Terapeutik :
mengatur posisi semi-Fowler atau Fowler, membuang sekret pada tempat sputum.
Edukasi : menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif, menganjurkan tarik napas
dalam melalui hidung selama 4 detik ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik, menganjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga 3 kali, menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke- 3. Kolaborasi : mengkolaborasikan pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika diperlukan.
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencederaan Fisik setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 8 jam diharapkan nyeri menurun dengan kriteria
hasil : keluhan nyeri menurun, meringis menurun, gelisah menurun. Intervensi :
Observasi : mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
instensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri. Terapeutik : memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, memfasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi : menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, menjelaskan strategi
meredakan nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis (tarik napas dalam) untuk
mengurangi rasa nyeri. Kolaborasi : mengkolaborasi pemberian analgetik, jika
diperlukan.
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Tirah Baring setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 8 jam diharapkan aktivitas setiap hati membaik
dengan kriteria hasil : saturasi oksigen meningkat, kemudahan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari meningkat, keluhan lelah menurun, dispnea saat aktivitas
menurun.
Intervensi : Observasi : mengidentifikasi gangguan funsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan, memonitor kelelahan fisik dan emosional, memonitor pola
dan jam tidur. Terapeutik : memberikan aktivitas distraksi yang menenangkan,

20
memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan.
Edukasi : menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap, menganjurkan strategi
koping untuk mengurangi kelelahan. Kolaborasi : megkolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan makanan.

E. Implementasi Keperawatan
Intervensi telah disusun berdasarkan masalah, kemudian dilakukan dengan
implementasi sebagai tindak lanjut dari asuhan keperawatan pada Ny. K. Implementasi
yang dilakukan sebagai berikut :
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Hipersekresi Jalan
Napas implementasi pada tanggal 09 Mei 2023 pukul 10.45 : mengidentifikasi
kemampuan batuk dengan respon subjektif pasien mengatakan sudah kurang lebih 2
hari batuk yang disertai lendir dan sesak napas dan data objektif pasien tampak batuk
berdahak menerus, terlihat tampak engap dan lemas, pasien terpasang kanul oksigen
dengan 3L/menit. Implementasi jam 10.50 memonitor adanya retensi sputum dengan
respon subjektif pasien mengatakan bahwa saat batuk mengeluarkan lendir darah dan
data objektif secret tampak kental, warna darah, aroma dahak (-), jumlah 1 cc.
Implementasi pukul 11.20 menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif dengan
respon subjektif pasien mengatakan bahwa saat batuk tidak menerapkan cara batuk
efektif, dan hanya mengandalkan dengan menutup menggunakan telapak tangan dan
data objektif saat diajarkan cara batuk efektif pasien tampak ikut mengikuti langkah-
langkahnya. Implementasi pukul 11.30 menganjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu selama 8 detik dengan respon subjektif pasien mengatakan akan melakukan
dan data objektif pasien melakukan anjuran tarik napas sesuai dengan prosedur.
Pada tanggal 10 Mei 2023 implementasi pada jam 10.00 : mengidentifikasi
kemampuan batuk dengan respon subjektif pasien mengatakan masih batuk berdahak
dan mengeluarkan lendir dan masih sedikit sesak napas, dan data objektif pasien
masih tampak batuk berdahak, masih tampak engap, dan lemas, pasien terpasang
kanul oksigen dengan 3L/menit. Implementasi pada jam 10.05 memonitor adanya
sputum dengan respon subjektif pasien mengatakan masih mengeluarkan lendir
dengan warna coklat dan data objektif saat batuk mengeluarkan lendir warna coklat,
tampak kental, lendir sebanyak 1 cc. Implementasi pada jam 10.30 mengatur posisi
semi- Fowler atau fowler dengan respon subjektif pasien mengatakan lebih nyaman
dengan posisi tersebut karena sesak napas nya agak teratasi dan data objektif pasien
tampak nyaman. Implementasi pada jam 10.35 menganjurkan mengulangi tarik napas
dalam dengan respon subjektif pasien mengatakn masih ingat dengan teknik tersebut
dan melakukan sesuai langkah dan data objektif pasien tampak memperagakan.
Pada tanggal 12 Mei 2023 implementasi pada jam 11.00 : mengidentifikasi
kemampuan batuk dengan respon subjektif pasien mengatakan masih batuk berdahak
dan mengeluarkan lendir hijau kekuningan, sesak napas sedikit berkurang, dan pasien
mengatakan bahwa malam telah dilakukan nebulizer, pasien terpasang kanul oksigen
dengan 3L/menit dan data objektif pasien masih tampak batuk berdahak. Implementasi
pada jam 11.05 mengatur posisi semi-Fowler atau Fowler dengan respon subjektif
pasien mengatakan setelah dilakukan posisi semi-Fowler rasa sesak napas yang
dirasakan sedikit berkurang dan data objektif pasien tampak nyaman. Implementasi
pada jam 11.15 menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3 dengan respon subjektif pasien mengatakan bahwa sedikit enakan saat
setelah melakukan batuk kuat dan ditambah cara batuk efektif dan data objektif pasien
tampak mampu melakukan batuk kuat serta batuk efektif.

21
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencederaan Fisik implemntasi pada
tanggal 09 Mei 2023 pada jam 11.40 : mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dengan respon subjektif pasien mengatakan
kepalanya terasa pusing, P : saat bangun dari tempat tidur, Q : terasa kenyut-kenyut,
R : kepala bagian atas, S : skala 5, T : saat dipakai tidur terlalu lama dan data objektif
pasien tampak meringis. Implementasi pada jam 11.50 memberikan teknik
nonfarmakologi (tarik napas dalam) dengan respon subjektif pasien mengatakan untuk
menghilangkan nyeri memilih tidur agar tidak merasakan nyeri dan data objektif
pasien tampak memperagakan cara teknik napas dalam. Implementasi pada jam 11.55
memfasilitasi istirahat dan tidur dengan respon subjektif pasien mengatakan nyaman
dengan posisi tidur semi-Fowler, namun jika dipakai untuk tidur terus menerus akan
terasa pusing dan data objektif pasien tampak gelisah.
Pada tanggal 11 Mei 2023 implementasi pada jam 10.40 : mengidentifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dengan respon
subjektif pasien mengatakan kepalanya masih sedikit merasa pusing, P : saat bangun
dari tempat tidur, Q : kenyut-kenyut, R : kepala bagian atas, S : skala 2, T : hilang
timbul dan data objektif pasien tampak masih gelisah. Implementasi pada jam 10.45
memberikan teknik nonfarmakologi (tarik napas dalam) dengan respon subjektif
pasien mengatakan setelah melakukan cara teknik napas dalam sakit yang dirasakan
sudah mendingan dan data objektif pasien tampak bisa melakukan teknik napas dalam,
pasien tidak meringis seperti sebelumnya. Implementasi pada jam 10.55 menjelaskan
strategi meredakan nyeri dengan respon subjektif pasien mengatakan akan melakukan
teknik tarik napas dalam untuk menurangi rasa nyeri dan data objektif pasien tampak
kooperatif.
Pada tanggal 12 Mei 2023 implementasi pada jam 11.20 : mengidentifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dengan respon
subjektif pasien mengatakan kepalanya sudah tidak merasa pusing dan data objektif
pasien kooperatif.
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Tirah Baring implementasi pada
tanggal 9 Mei 2023 implementasi pada jam 11.45 : memonitor kelelahan fisik dan
emosional dengan respon subjektif pasien mengatakan apabila dipakai jalan bolak-
balik kamar mandi dan sering ditempat tidur merasa lelah dan data objektif pasien
tampak engap dan menjelaskan. Implementasi pada jam 11.50 memonitor pola dan
jam tidur dengan respon subjektif pasien mengatakan untuk jam tidur tidak pasti,
terkadang jam 10 terkadang mundur sampai jam 11 malam dan data objektif pasien
tampak lelah dan antusias menjelaskan. Implementasi pada jam 11.55 memfasilitasi
duduk disisi tempat tidur dnegan respon subjektif pasien mengatakan akan melakukan
dan setelah dilakukan pasien mengatakan nyaman dan data objektif pasien tampak
melakukan anjuran.
Pada tanggal 10 Mei 2023 implementasi pada jam 12.00 : memonitor kelelahan
fisik dan emosional dengan respon subjektif pasien mengatakan merasa lelah jika terus
menerus berbaring dan engap jadi memilih duduk dan data objektif pasien tampak
engap. Implementasi pada jam 12.05 memberikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan dengan respon subjektif pasien mengatakan akan melakukan anjuran
dari perawat untuk mendengarkan murotal sebagai pengalihan rasa lelah dan engap
dan data objektif pasien tampak kooperatif.
Pada tanggal 12 Mei 2023 implementasi pada jam 12.30 : memonitor kelelahan
fisik dan emosional dengan respon subjektif pasien mengatakan untuk sesak napas
sedikit berkurang dan untuk menghilangkan rasa lelah pasien terkadang duduk

22
dipinggir sebagai pengganti aktivitas dan data objektif pasien kooperatif.
Implementasi pada jam 12.35 memonitor pola dan jam tidur dengan respon subjektif
pasien mengatakan untuk jam tidur sudah mulai bisa diatur dengan jam 10 sudah tidur
dan untuk bangun sudah terbiasa bangun jam setengah 5 pagi dan data objektif
keluhan pasien mulai berkurang.

F. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses yang digunakan untuk menilai
keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang telah diberikan.
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Hipersekresi
Jalan Napas pada tanggal 11 mei 2023 evaluasi data subjektif : pasien mengatakan
masih batuk berdahak mengeluarkan sekret berwarna merah darah kental dan pasien
mengatakan masih merasa sedikit sesak napas saat dahak belum bisa dikeluarkan dan
data objektif pasien masih terpasang kanul oksigen dengan 3L/menit, masih tampak
batuk berdahak. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas belum teratasi dan penulis tetap
melanjutkan intervensi yaitu memonitor adanya retensi sputum, mengatur posisi semi-
Fowler atau Fowler, menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3, kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspekoran.
Pada tanggal 12 mei 2023 evaluasi data subjektif : pasien mengatakan masih
batuk berdahak, namun sekret kental berwarna coklat kental, pasien mengatakan
masih merasa sesak napas sedikit dan data objektif pasien tampak batuk berdahak,
masih terpasang kanul oksigen. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas belum teratasi
dan penulis merencanakan melanjutkan intervensi memonitor adanya retensi sputum,
mengatur posisi semi-Fowler atau Fowler, menganjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke-3.
Pada tanggal 11 mei 2023 evaluasi data subjektif : pasien mengatakan masih
batuk dan secret berwarna kuning hijau kental, untuk sesak napas sudah berkurang dan
data objektif kanul oksigen pasien dilepas, nebulizer pertama. Maka dapat
disimpulkan bahwa masalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
hipersekresi jalan napas belum teratasi dan penulis merencanakan melanjutkan
intervensi memonitor adanya retensi sputum, menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam yang ke- 3.
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencederaan Fisik pada tanggal 11
mei 2023 evaluasi data subjektif : pasien mengatakan masih merasa pusing, P : saat
bangun dari tempat tidur, Q : terasa kenyut-kenyut, R : kepala bagian atas, S : skala 5,
T : saat dipakai tidur terlalu lama dan data objektif pasien tampak meringis. Maka
dapat disimpulkan bahwa masalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan
fisik belum teratasi dan penulis merencanakan melanjutkan intervensi
mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, instensitas nyeri,
skala nyeri, memberikan teknik tarik napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri.
Pada tanggal 12 mei 2023 evaluasi data subjektif : pasien mengatakan pasien
masih merasakan pusing sedikit, P : saat bangun dari tempat tidur, Q : kenyut-kenyut,
R : kepala bagian atas, S : skala 2, T : hilang timbul dan data objektif pasien sedikit
tampak gelisah. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah nyeri akut berhubungan
dengan agen pencederaan fisik belum teratasi dan penulis merencanakan melanjutkan
intervensi mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, instensitas
nyeri, skala nyeri, memberikan teknik tarik napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri.

23
Pada tanggal 11 mei 2023 evaluasi data subjektif : pasien mengatakan sudah tidak
merasa pusing dan data objektif TD : 110/80 mmhg, N : 80 x/menit, S : 36,0 C, RR :
24 x/menit. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah nyeri akut berhubungan dengan
agen pencederaan fisik sudah teratasi dan penulis menghentikan intervensi.
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Tirah Baring pada tanggal 11 mei
2023 evaluasi data subjektif : pasien mengatakan rasa lelah mulai menghilang, namun
untuk tidur masih belum nyaman, pasien masih mengeluh sesak napas dan data
objektif pasien tampak gelisah dan mengeluh engap. Maka dapat disimpulkan bahwa
masalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring belum teratasi dan
penulis merencakan melanjutkan intervensi memonitor pola dan jam tidur,
menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
Pada tanggal 12 mei 2023 evaluasi data subjektif : pasien mengatakan posisi tidur
masih kurang nyaman dan jam tidur sudah mulai teratur dan data objektif pasien
tampak lelah. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah intoleransi aktivitas
berhubungan dengan tirah baring belum teratasi dan penulis merencanakan
melanjutkan intervensi memonitor mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan, menganjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan.
Pada tanggal 11 mei 2023 evaluasi data subjektif : pasien mengatakan sudah tidak
merasa engap dan lelah, pasien juga mengatakan tempat tidur sudah mulai nyaman,
dan sudah beraktivitas ke kamar mandi dan duduk, dan data objektif pasien kooperatif.
Maka dapat disimpulkan bahwa masalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan
tirah baring suda teratasi dan penulis menghentikan intervensi.

24
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Gunung Sugih merupakan Unit Pelaksana


Teknis Pemasyarakatan yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
pokok Kementerian Hukum dan HAM RI di bidang pembinaan dan Perawatan
narapidana/ tahanan. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Gunung Sugih telah
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan
VISI:
“Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang Andal, Profesional, Inovatif,
dan Berintegritas dalam Pelayanan Kepada Presiden dan Wakil Presiden untuk
Mewujudkan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden “Indonesia Maju yang
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”
MISI :
Sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban, Kementerian Hukum dan HAM
melaksanakan Misi Presiden dan Wakil Presiden sebagai berikut :
Misi ke-6 :
Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
Misi ke-7 :
Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada setiap warga.
Misi ke-8
: Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya.
MOTTO
“ Lapas Gunung Sugih PASTI BETIK
(BERIMAN,ENERGIK,TERTIB,INSPIRATIF,KONDUSIF ”

25
B. Analisis Asuhan Keperawatan

Mengenai asuhan keperawatan pada Ny. K dengan CHF (Congestive Heart Failure)
di Poli klinik lapas Gunung Sugih, dilakukan mulai tanggal 9 Mei 2023. Penulis akan
membahas dalam bab ini sebagai argumen penulis untuk keperawatan. Dengan
memusatkan perhatian pada semua aspek proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis
keperawatan, intervensi, implementasi, dan pengkajian keperawatan, penulis akan
membahas implementasi serta memberikan asuhan pada Tn E.
Judul yang penulis usulkan sebagai judul artikel dengan kerjasama dan
keterusterangan pasien dalam memberikan informasi kepada penulis, penulis tidak
mengalami kendala atau kesulitan dalam mengevaluasi pasien.
Penulis mengkaji data di pengkajian dengan masih kurang lengkap yaitu pada
pengkajian riwayat kesehatan lingkungan penulis masih ada yang kurang pada
penjelasannya, seharusnya penulis menjelaskan pabrik apa yang terdapat pada rumah
pasien yang sehingga dapat menyebabkan pasien mengalami sesak napas.
Pada saat menegakkan diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan agen pencenderaan
fisik, penulis kurang tepat dalam menegakkan etiologi pada diagnosa. Sehingga etiologi
yang tepat dengan data yang didapatkan dari pengkajian adalah Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencederaan fisiologis, karena ditemukan data yang berupa pasien
mengatakan bahwa sakit kepala yang dirasakan akibat sering berbaring.
Penulis kemudian membahas diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi.

A. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
Berdasarkan pengkajian yang diperoleh, penulis menegakkan diagnosa utama
yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas.
Besihan jalan napas merupakan ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi
jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten (PPNI, 2016) yang
meliputi batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebihan, mengi, wheezing
atau ronkhi kering.
Informasi berikut ditemukan oleh penulis dalam penyelidikan ini, yang mengarah
pada diagnosis bersihan jalan napas tidak efektif karena pada pengkajian penulis
menemukan data-data sebagai berikut : data subjektif pasien mengatakan batuk
berdahak yang disertai keluarnya darah dan sesak napas, dan data objektif pasien
terpasang kanul oksigen dengan 3L/menit, pasien tampak lemas, tekanan darah :
110/80 mmhg, RR : 24 x/menit, suhu : 36 C, nadi : 90 x/menit, SpO2 : 99 .
Akibatnya, diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif dapat ditegakkan menjadi
diagnosa pertama.
Intervensi digunakan dalam meninjau kemampuan batuk, mengajarkan teknik
batuk efektif, menganjurkan tarik napas dalam, mengatur posisi semi fowler. Penulis
menyusun intervensi keperawatan bertujuan setelah dilakukan tindakan 3 x 8 jam
diharapkan batuk efektif meningkat, sesak napas berkurang. Implementasi yang
dilakukan oleh penulis sudah sesuai dengan intervensi yang diberikan selama 3 hari
dari tanggal 11 mei sampai 11 mei 2023, tindakan yang dilakukan penulis dengan
diberikan semi fowler atau fowler. Posisi semi fowler diberikan dikarenakan pasien
mengalami sesak napas. Dengan setelah pemberian posisi semi fowler selama 3 x 8
jam pasien mampu mengatakan batuk dahak yang disertai keluarnya sekret sudah
berkurang dan sesak napas berkurang. Selama tiga hari, dari tanggal 11 Mei hingga 11
Mei 2023, penulis melakukan evaluasi. Intervensi keperawatan penulis dalam
diagnosis ini dilakukan sesuai dengan ulasan sebelumnya dalam upaya mengurangi

26
sesak napas. Menerapkan asuhan yang dipelajari pasien dilakukan pada proses asuhan
sebelumnya. Dan setelah 3x8 jam menyusui, ditetapkan masalah belum teratasi karena
pasien masih batuk berdahak dan ada ekskresi berwarna hijau, untuk sesak napas
sudah mulai berkurang. Untuk mengatasi batuk berdahak harus melanjutkan intervensi
keperawatan yaitu mengidentifikasi kemampuan batuk efektif, memonitor adanya
retensi sputum.

B. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencenderaan fisiologis


Diagnosa kedua yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencenderaan fisik.
Nyeri akut sendiri termasuk gangguan rasa aman dan nyaman, yang ditemukan adanya
tanda dan gejala dalam buku (PPNI, 2016) meliputi tampak meringis, gelisah,
mengeluh nyeri.
Diagnosa nyeri akut ditegakkan oleh penulis karena saat dilakukan pengkajian
penulis menemukan data subjektif pasien mengatakan kepalanya pusing yang
didapatkan P : saat bangun dari tempat tidur, Q : pusing kenyut- kenyut, R : kepala
bagian atas, S : 5, T : saat dipakai tidur/berbaring terus- menerus, dan data objektif
pasien tampak meringis dan gelisah.
Intervensi penulis meliputi penentuan lokasi, karakter, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas, skala, dan memberikan teknik relaksasi (nafas dalam). Penulis memberikan
intervensi keperawatan bertujuan setelah dilakukan tindakan 3 x 8 jam diharapkan
nyeri berkurang.
Implementasi akan berlangsung selama periode tiga hari dari 11 Mei hingga 11
Mei 2023, menurut penulis. Penulis terlibat dalam tindakan untuk memberikan teknik
relaksasi dan respons kepada pembaca, yang merupakan pembicara dan duduk di
meja.
Penulis melakukan penilaian selama tiga hari, dari 11 Mei sampai 11 Mei 2023.
Dalam diagnosis ini, dokter menggunakan setiap tindakan perawatan yang tersedia
dan mengoptimalkannya dengan tujuan menyelesaikan masalah nyeri. Proses asuhan
yang sebelumnya dilakukan dijelaskan kepada pasien selama ini. Selain itu, evaluasi 3
x 8 jam terhadap situasi saat ini yang merupakan krisis teratasi sedang dilakukan.
Karena pasien melaporkan bahwa krisis tidak mendesak, mandat penulis adalah untuk
merekomendasikan intervensi.

C. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring


Diagnosa ketiga adalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
Intoleransi aktifitas adalah tidak memiliki cukup energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari (PPNI, 2016) meliputi mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat.
Diagnosa intoleransi aktivitas ini ditegakkan penulis karena saat dilakukan
pengkajian menemukan data subjektif pasien mengatakan saat banyak tidur kepalanya
merasa pusing dan engap, dan data objektif pasien tampak meninggikan bantalnya dan
kurang nyaman. Dari data tersebut penulis mengambil masalah intoleransi aktivitas
dengan etiologi tirah baring.
Intervensi yang diberikan penulis yaitu memonitor kelelahan fisik dan emosional,
memonitor pola dan jam tidur, menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
Penulis memberikan intervensi keperawatan bertujuan setelah dilakukan tindakan 3 x
8 jam diharapkan dispnea saat aktivitas menurun.
Implementasi yang dilakukan oleh penulis sudah sesuai dengan intervensi yang
diberikan selama 3 hari dari tanggal 9 Mei 2023 sampai 12 Mei 2023. Tindakan yang
dilakukan penulis adalah memberikan menganjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap. Pelaksanaan melakukan aktivitas secara bertahap bertujuan agar pasien

27
mampu melakukan aktivitas setiap harinya kembali tanpa merasa engap seperti saat
sakit.
Pada 9-12 Mei 2023, penulis melakukan evaluasi selama tiga hari. Dalam
diagnosis ini, penulis meningkatkan asuhan keperawatan berdasarkan penelitian
sebelumnya dalam upaya mengurangi masalah nyeri. Menerapkan asuhan yang
dipelajari pasien dilakukan pada proses asuhan sebelumnya. Selain itu, pasien
melaporkan merasa tertekan setelah mengurangi aktivitas dan kemudian menghentikan
intervensi, yang menyebabkan evaluasi keperawatan dari masalah perawatan 3 x 8 jam
teratasi.

28
29

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari peneliti ini yaitu :
1. Konsep dasar penyakit
Congestive Heart Failure (CHF), atau gagal jantung kongestif, merupakan keadaan
di mana struktur jantung gagal memasok semua jaringan dengan oksigen, bahkan
ketika tekanan oksigen normal. Kerusakan jantung dan pembuluh darah, yang
dapat menyebabkan sejumlah masalah kardiovaskular, adalah penyebab penyakit
jantung. Sesak napas (kesulitan bernapas), batuk atau mengi, nyeri dada, dan
kelelahan merupakan tanda- tanda gagal jantung kongestif.
2. Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan penulis terhadap Ny. K dengan CHF (Congestive
Heart Failure) menerapkan asuhan yang dipelajari pasien dilakukan pada proses
asuhan sebelumnya. Selain itu, pasien melaporkan merasa tertekan setelah
mengurangi aktivitas dan kemudian menghentikan intervensi, yang menyebabkan
evaluasi keperawatan dari masalah perawatan 3 x 8 jam teratasi. Penulis mampu
membuat tiga diagnosis keperawatan berkat data subjektif dan objektif yang telah
mereka kumpulkan: pembersihan jalan napas yang tidak memadai karena
hipersekresi saluran napas, ketidaknyamanan akut karena iritasi fisik, dan
intoleransi aktivitas karena tirah baring.
3. Prioritas masalah dan diagnosa keperawatan
Keluhan pasien gagal jantung kongestif dan hasil pengkajian digunakan untuk
membuat diagnosa keperawatan, dan analisis data dilakukan dengan memanfaatkan
data pengkajian. Diagnostik keperawatan bersihan jalan napas yang buruk terkait
dengan hipersekresi jalan napas, nyeri akut terkait dengan penghilang rasa sakit
fisik, dan intoleransi aktivitas yang terkait dengan tirah baring oleh karena itu
ditetapkan oleh penulis setelah analisis data.
4. Intervensi
Bersihan jalan napas tidak efektif, Nyeri akut, dan Intoleransi aktivitas yang
diberikan kepada pasien Tn.E disusun sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien
serta Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI).
5. Implementasi
Pemberian asuhan didasarkan pada intervensi atau rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, operasi keperawatan
melibatkan kolaborasi yang efektif antara perawat, pasien, keluarga klien, dan tim
medis lainnya.
6. Evaluasi
Evaluasi diagnosa keperawatan yang dilakukan penulis adalah dengan melanjutkan
intervensi yang pertama yaitu bersihan jalan napas tidak efektif melakukan batuk
efektif, memposisikan semi fowler. Kedua, melanjutkan intervensi nyeri akut yaitu
meredakan rasa nyeri dengan teknik farmakologi maupun nonfarmakologi. Ketiga,
melanjutkan intervensi intoleransi aktivitas dengan memberikan menganjurkan
melakukan aktivitas secara bertahap.

B. Saran

29
30

1. Bagi Rumah Sakit


Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan kehidupan masyarakat, rumah
sakit merupakan tempat dimana pelayanan kesehatan ditawarkan. Mereka
diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas layanan tersebut.
2. Bagi Perawat
Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan kehidupan masyarakat, rumah
sakit merupakan tempat dimana pelayanan kesehatan ditawarkan. Mereka
diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas layanan tersebut.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Kerjasama antara rumah sakit dan institusi pendidikan diharapkan dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran.

30
31

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, F. D., & Nafi’ah, R. H. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Congestive
Heart Failure Di IGD RSUD Simo Boyolali.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2011). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Buku 2.

Lei, M., Li, J., Li, M., Zou, L., & Yu, H. (2021). An Improved UNet++ Model for
Congestive Heart Failure Diagnosis Using Short-Term RR Intervals.

Diagnostics, 11(3), 1–14. https://doi.org/10.3390/diagnostics11030534

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. In Jakarta : Penerbitan Buku Kedokteran EGC.

Ningsih, A., & Zesi. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita Gagal
Jantung Kongestif Dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas. In
Universitas Muhammadiyah Ponorogo. http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/6201

Nurkhalis, & Adista, R. J. (2020). Manifestasi Klinis dan Tatalaksana Gagal Jantung.
Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 3(3), 36–46.

PERKI. (2020). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Perhimpunan Dokter Spesialis


Kardiovaskular Indonesia 2020, 6(11), 951–952.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik. In Edisi 1 Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Indonesia : Definisi dan Tindakann Keperawatan. In


Edisi 1 Jakarta : DPP PPNI.

Riskamala, Grahinda, & Hudiyawati, D. (2020). Gambaran Self-Efficacy Pada Pasien


Gagal Jantung. In Universitas Muhammadiyah Surakarta (1st ed.). Universitas
Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/82976

Sinurat, S., Barus, M., & Siregar, B. A. (2019). Hubungan Self Care Dengan Kualitas
Hidup Pada Pasien Dengan Penyakit Gagal Jantung. Mitra Raflesia (Journal of
Health Science), 11(1), 116–144. https://doi.org/10.51712/mitraraflesia.v11i1.14

Syaftriani, A. M., Dedi, D., & Ningtias, P. (2021). Self Care Berhubungan dengan
Kualitas Hidup Pasien Congestive Heart Failure. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 3(3), 585–596. https://doi.org/10.37287/jppp.v3i3.548

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2011). Keperawatan Medikal Bedah. In Nuha Medika

DAFTAR LAMPIRAN LEMBAR BALIK

31
32

APA SIH TUJUANNYA MENGIKUTI PENDIDIKAN KESEHATAN

Tujuan Secara Umum


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan keluarga pasien diharapkan dapat
mengertitentang penyakit gagal jantung kongestif dan tindakan pengobatan di Rumah
Sakit.

Tujuan secara Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan selama 25 menit diharapkan mampu:1.Mengetahui tentang
penyakit gagal jantung kongestif 2.Mengetahui tentang etiologi/Penyebab penyakit gagal
jantung kongestif .Mengetahui tindakan pengobatan pada penyakit gagal jantung
kongestif diRumah Sakit.

PENGANTAR

Gagal jantung atau payah jantung adalah sindrom klinis(sekumpulan tanda dan gejala)
ditandai oleh sesak napas(dispneu) dan mudah lelah (fatigue), baik pada saatistirahat atau
saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainanstruktur atau fungsi jantung, yang
mengganggu kemampuanventrikel (bilik jantung) untuk mengisi dan mengeluarkandarah
ke sirkulasi.

APAKAH GAGAL JANTUNG KONGESTIF ITU????

Gagal Jantung Konggestif Adalah kondisi dimana jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

32
33

GAGAL JANTUNG DAPAT DIEBABKAN OLEH???

1. DARAH TINGGI
2. PENEBALAN PADA PEMBULU DARAH JANTUNG
3. INFEKSI PADA JANTUNG
4. GAYA HIDUP YANG TIDAK SEHAT
5. KEKURANGAN SEL DARAH MERAH (ANEMIA)

BAGAIMANA PENGOBATAN PADA GAGAL JANTUNG KONGESTIF ???

TUJUAN PENGOBATAN : MEMPERLAMBAT PERKEMBANGAN PENYAKIT


DAN PERKEMBANGAN GAGAL JANTUNG

3. DIBERIKAN OKSIGEN
4. ISTIRAHAT YANG CUKUP DAN AKTIFITAS DI BATASI
5. DIBERIKAN OBAT UNTUK MENGUATKAN KERJA OTOT JANTUNG
6. DIBERIKAN MAKAN YANG RENDAH GARAM
7. DIBERIKAN OBAT UNTUK MEMPERLANCAR AIR KENCING AGAR MIAL
NYA LASIX

SEKIAN TERIMAKAIH DAN EMOGA BERMANFAAT

33
34

DAFTARPUSTAKA

Agustin, F. D., & Nafi’ah, R. H. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Congestive
Heart Failure Di IGD RSUD Simo Boyolali.

Black,J.M., &Hawks,J. H.(2011).KeperawatanMedikalBedah Edisi8Buku2.

Lei, M., Li, J., Li, M., Zou, L., & Yu, H. (2021). An Improved UNet++ Model for
Congestive Heart Failure Diagnosis Using Short-Term RR Intervals.
Diagnostics,11(3),1–14.https://doi.org/10.3390/diagnostics11030534

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.InJakarta :Penerbitan BukuKedokteran EGC.

Ningsih,A.,&Zesi.(2020).AsuhanKeperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita Gagal


Jantung Kongestif Dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas. In
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/6201

Nurkhalis, & Adista, R. J. (2020). Manifestasi Klinis dan Tatalaksana GagalJantung.


Jurnal Kedokteran NanggroeMedika, 3(3),36–46.

PERKI. (2020). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Perhimpunan Dokter Spesialis


Kardiovaskular Indonesia 2020, 6(11), 951–952.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan


IndikatorDiagnostik.In Edisi 1 Jakarta : DPPPPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Indonesia : Definisi dan TindakannKeperawatan. In


Edisi 1Jakarta : DPPPPNI.

Riskamala, Grahinda, & Hudiyawati, D. (2020). Gambaran Self-Efficacy PadaPasien


Gagal Jantung. In Universitas Muhammadiyah Surakarta (1st ed.).Universitas
Muhammadiyah Surakarta.http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/82976

Sinurat,S.,Barus,M.,& Siregar,B.A.(2019).HubunganSelfCare Dengan Kualitas Hidup


Pada Pasien Dengan Penyakit Gagal Jantung. Mitra Raflesia(Journal of Health
Science), 11(1), 116–144.https://doi.org/10.51712/mitraraflesia.v11i1.14

Syaftriani, A. M., Dedi, D., & Ningtias, P. (2021). Self Care Berhubungan denganKualitas
Hidup Pasien Congestive Heart Failure. Jurnal Penelitian Perawat Profesional,
3(3), 585–596. https://doi.org/10.37287/jppp.v3i3.548

Wijaya,A.S.,&Putri,Y.M.(2011). Keperawatan Medikal Bedah.InNuha Medika

34

Anda mungkin juga menyukai