Anda di halaman 1dari 73

GAMBARAN FAKTOR RESIKO PENYEBAB KEKAMBUHAN

REUMATOID ARTHRITIS DI DESA MANCASAN WILAYAH


KERJA PUSKESMAS BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I


Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:
Prihatin Dina Anggraini
J210160050

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019

i
iii
ii
PENGESAHAN SKRIPSI

Berjudul :

GAMBARAN FAKTOR RESIKO PENYEBAB KEKAMBUHAN


REUMATOID ARTHRITIS DI DESA MANCASAN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh :
PRIHATIN DINA ANGGRAINI
J210.160.055

Dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal : Februari 2020

Penguji :
1. Abi Muhlisin,SKM,M.Kep (_____________)
2. Dr. Faizah Betty Rahayuningsih, A., S.Kep., M.Kes (_____________)
3. Arum pratiwi, S.Kp.,M. Kes.,Ph,D (_____________)

Menyetuji,
Kaprodi Keperawatan

Arum pratiwi, S.Kp.,M. Kes.,Ph,D


NIK. 620

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes


NIK. 786

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha


Agung dan Maha tinggi, yang telah menjadikan saya menjadi pribadi yang berpikir,
berilmu, beriman, dan bersabar. Segala syukur saya ucapkan kepada Mu ya Rabb
karena telah menghadirkan orang-orang berarti di sekeliling saya.
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Ayah tercinta Saidi dan Ibu tersayang Sri Wahyuni. Terimakasih atas kasih sayang
yang berlimpah dari mulai saya lahir dan segenap bantuan moril dan materil serta
atas segala doa yang tak berkesudahan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
2. Keluarga besar Mbah Mariman , terutama Mbah Giyem yang selalu mendukung
saya dalam keadaan apapun.
3. Terimakasih kepada Om saya Giyarno sudah membantu di segi materil dan
mendukung saya atas segala doanya.
4. Sahabat-sahabatku Indah, Hubby, Balqis, eliyun, Zizah, Erna,Dora . Terimakasih
untuk support yang luar biasa. Maaf jika banyak salah dengan maaf yang tak
terucap.
5. Teman-teman seperbimbingan saya afifah, chindy, Lusia, Dani, Sherpa, Bela,
Noviana yang sudah mau bekerja sama pada saat mejalankan penelitian .
6. Teman-teman S1 Keperawatan Reguler angkatan 2016 yang telah memotivasi dan
saling berbagi ilmu selama kuliah. .

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan karunia,
shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Rasul Muhammad SAW. Sehingga
pada kesempatan ini dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Gambaran
Faktor Penyebab Kekambuhan Rheumatoid Arthritis di Desa Mancasan Wilayah
Kerja Puskesmas Baki”. Tersusunnya laporan skripsi ini tak lepas dari dukungan
berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Sofyan Anif, M.Si selaku rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta
2. Dr. Mutalazimah, S.KM, M.Kes selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan yang
telah memfasilitasi terlaksananya skripsi ini
3. Arum Pratiwi, S.Kp., M.Kes., PhD., selaku kepala program studi Keperawatan
yang memberi dukungan administratif hingga terselesaikannya skripsi ini
4. Dosen pembimbing Abi Muhlisin, SKM., M.Kep. yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi
ini
5. Bapak dan ibu dosen Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta yang telah mengajar dan mendidik.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih banyak kekurangan, saran
dan kritik diharapkan dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan. Semoga
laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surakarta, Februari 2020

Prihatin Dina Anggraini

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Muhammadiyah Surakarta, saya yang bertanda


tangan dibawah ini:
Nama : Prihatin Dina Anggraini
NIM : J210160055
Program Studi : Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Muhammadiyah Surakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
GAMBARAN FAKTOR RESIKO PENYEBAB KEKAMBUHAN
REUMATOID ARTHRITIS DI DESA MANCASAN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BAKI KABUPATEN SUKOHARJO
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Surakarta berhak menyimpan,
mengalih media/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasi skripsi saya selama tetap mencamtumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Surakarta
Pada tanggal :
Yang menyatakan

(Prihatin Dina Anggraini)

vi
GAMBARAN FAKTOR RESIKO PENYEBAB KEKAMBUHAN
REUMATOID ARTHRITIS DI DESA MANCASAN WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh : Prihatin Dina Anggraini

ABSTRAK
Pendahuluan Reumatoid Arthritis merupakan suatu gangguan peradangan yang
memiki sifat kronis dan sistemik dengan etologi yang tidak diketahui, yang tidak
hanya mengenai sendi namun juga organ ekstra artkular. Tanda gejala kekambuhan
Rheumatoid Arthritis yaitu Persendian terasa nyeri yang disertai kaku dipagi hari,
pembengkakan dan terasa panas berwarna merah dan lemah, Disertai penurunan
kemampuan fleksi ataupun ekstensi, kemungkinan sendi juga akan mengalami
ankilosis yang disertai dengan kehilangan kemampuan gerak total. Faktor penyebab
kekambuhan tersebut meliputi Faktor pengetahuan , Faktor pekerjaan/aktivitas,
Faktor pola makan, Faktor gaya hidup dan Faktor Obat-obatan. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui gambaran faktor penyebab kekambuhan Rheumatoid Arthritis di
Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskesmas Baki. Metode penelitian ini menggunakan
jenis penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik sampling
yang digunakan adalah total sampling. Jumlah responden dalam penelitian ini
sebanyak 91 penderitas Rheumatoid Arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja
Puskesmas Baki. Analisa data menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian Jenis
kelamin responden mayoritas wanita. Kategori umur reponden mayoritas lansia awal.
Kategori agama mayoritas islam. Kategori pendidikan mayoritas SD. Faktor
pengetahuan Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit sendi sebanyak 71 orang
mengatakan ya (78%), faktor pekerjaan/aktivitas nyeri saat beraktivitas berat
sebanyak 68 orang mengatakan ya (91,2%), Faktor pola makan mengkonsumsi jeroan
sebanyak 68 mengatakan ya (74,7%) , faktor gaya hidup kurangnya tidur sebanyak 62
orang mengatakan ya (68,1%), faktor obat-obatan konsumsi obat sebanyak 60 orang
mengatakan ya (65,9%) .Kesimpulan Faktor tertinggi dari penyebab kekambuhan
Rhuematoid Arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskesmas Baki adalah
faktor pekerjaan/aktivitas , kedua faktor pola makan , ketiga faktor gaya hidup,
keempat faktor obat-obatan dan faktor terendah yang menyebabkan kekambuhan
Rheumatoid Arthritis adalah faktor pengetahuan .

Kata Kunci : Faktor Penyebab Kekambuhan, Rheumatoid Arthritis

vii
ABSTRACT

Introduction Rheumatoid Arthritis is an inflammatory disorder that has a chronic and


systemic nature with an unknown ethology, which not only affects the joints but also
extra-articular organs. Signs of symptoms of Rheumatoid Arthritis recurrence are
joint pain accompanied by stiffness in the morning, swelling and feeling hot red and
weak, Accompanied by a decrease in flexion or extension, the joint may also
experience ankylosis accompanied by loss of total mobility. Factors causing
recurrence include knowledge factors, work / activity factors, dietary factors, lifestyle
factors and medication factors. The purpose of this study was to determine the
description of the causes of Rheumatoid Arthritis recurrence in Mancasan Village,
Baki Puskesmas Work Area. This research method uses descriptive analysis research
type with a quantitative approach. The sampling technique used is total sampling. The
number of respondents in this study were 91 people with Rheumatoid Arthritis in the
Mancasan Village, Baki Community Health Center. Data analysis uses univariate
analysis. Results of the study The majority of female respondents were sex. Age
category of respondents is the majority of early elderly. The majority religion
category is Islam. The category of majority education is elementary school.
Knowledge factors Rheumatoid Arthritis is a disease of joints as many as 71 people
say yes (78%), work / activity pain factors during heavy activity as many as 68
people say yes (91.2%), dietary factors consume offal as much as 68 say yes (74.7
%), lifestyle factors lack of sleep as many as 62 people say yes (68.1%), factors of
medicine consumption of drugs as many as 60 people say yes (65.9%). Conclusion
The highest factor of the cause of recurrence of Rhuematoid Arthritis in Mancasan
Village Area The work of Puskesmas Baki is a work / activity factor, the two dietary
factors, the three lifestyle factors, the fourth medication factor and the lowest factor
that causes Rheumatoid Arthritis recurrence is a knowledge factor.

Keywords: Factors Causing Recurrence, Rheumatoid Arthritis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iv
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................ vi
ABSTRAK............................................................................................................ vii
ABSTRACT......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI........................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 5
E. Keaslian Penelitian.................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................... 7
A. Konsep Penyakit Rheumatoid Arthritis.................................................. 7
1. Definisi Reumatoid Arthritis ............................................................. 7
2. Etiologi Reumatoid Arthritis.............................................................. 8
3. Patologi Reumatoid Arthritis.............................................................. 11
4. Tanda Gejala Reumatoid Arthritis ..................................................... 12
5. Komplikasi Reumatoid Arthritis ....................................................... 14
6. Pemeriksaan penunjang Reumatoid Arthritis .................................... 15
7. Penatalaksanaan Reumatoid Arthritis ................................................ 16

ix
B. Faktor Resiko Kekambuhan Reumatoid Arthritis................................... 17
C. Kerangka Teori........................................................................................ 20
D. Kerangka Konsep.................................................................................... 21
E. Pertanyaan Penelitian.............................................................................. 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................. 22
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 22
1. Tempat Penelitian................................................................................ 22
2. Waktu Penelitian................................................................................. 23
C. Populasi dan Sampel............................................................................... 23
1. Populasi Penelitian.............................................................................. 23
2. Sampel Penlitian.................................................................................. 23
D. Variabel Penelitian.................................................................................. 24
E. Definisi Operasional................................................................................ 24
F. Instrumen Penelitian................................................................................ 25
G. Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................................. 26
1. Uji Validitas........................................................................................ 26
2. Uji Reliabilitas..................................................................................... 28
H. Etika Penelitian....................................................................................... 28
I. Pengolahan dan Analisa Data ................................................................. 29
J. Jalanya Penelitian ................................................................................... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN................................... 33
A. Hasil........................................................................................................ 33
1. Karakteristik Responden .................................................................... 33
2. Faktor Penyebab Kekambuhan Rheumatoid Arthritis........................ 35
B. Pembahasan............................................................................................. 40
1. kareakteristik Responden.................................................................... 40
2. Faktor Penyebab Kekambuhan Rheumatoid Arthritis........................ 43

x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 54
A. Kesimpulan ............................................................................................ 54
B. Saran........................................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori.................................................................................. 20


Gambar 2.2 Kerangka Konsep.............................................................................. 21

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian................................................................................ 6


Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 25
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner .............................................................................. 26
Tabel 3.3 Data Uji Validitas.................................................................................. 27
Tabel 4.1.Distribusi Karakteristik Responden....................................................... 33
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Tingkat Pengetahuan........ 35
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pekerjaan/Aktivitas........... 36
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pola Makan........................ 37
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Gaya Hidup........................ 38
Table 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Obat-Obatan...................... 39

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat ijin validitas


Lampiran 2: Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3: Surat EC
Lampiran 4: Lembar Permintaan Menjadi Responden
Lampiran 5: Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 : Kuesioner Demografi
Lampiran 7: Kuesioner Faktor resiko kekambuhan Rheumatoid Arthritis
Lampiran 8 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 9 : Data penelitian
Lampiran 10 : Hasil Olah Data SPSS

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penderita Rheumatoid Arthritis Menurut World Health Organisation
(WHO) (2016) 335 juta penduduk di dunia yang mengalami rheumatoid
arthritis . Setiap 6 orang di dunia satu diantaranya adalah penderita
Rheumatoid Arthritis. Rheumatoid Arthritis telah berkembang dan menyerang
2,5 juta warga eropa , sekitar 75% diantaranya adalah wanita dan
kemungkinan akan mengurangi harapan hidup mereka sampai 10 tahun.
Bukan hanya di eropa, Menurut Arthritis Foundation (2015), sebanyak 22%
orang dewasa di Amerika Serikat berusia 18 tahun atau lebih didiagnosa
arthritis. Berdasarkan data tersebut, sekitar 3% mengalami Reumatoid
Arthritis dalam (Afrilia, 2019)
Kejadian penyakit ini di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan
negara maju seperti Amerika. Menurut Arthritis Foundation (2015), sebanyak
22% orang dewasa di Amerika Serikat berusia 18 tahun atau lebih didiagnosa
arthritis. Berdasarkan data tersebut, sekitar 3% mengalami Reumatoid
Arthritis (Arthritis Foundation,2015). Prevalensi Rematik tahun 2004 di
Indonesia mencapai 2 juta jiwa, dengan angka perbandingan pasien wanita
tiga kali lipatnya dari laki-laki. Di Indonesia jumlah penderita Rematik pada
tahun 2011 diperkirakan prevalensinya mencapai 29,35%, pada tahun 2012
prevalensinya sebanyak 39,47%, dan tahun 2013 prevalensinya sebanyak
45,59% (Bawarodi, 2017). Dapat dilihat bahwa angka prevalensi penderita
reumatoid di Indonesia mengalami peningkatan pada tiap tahunnya.
Sedangkan jumlah penderita reumatoid artritis di jawa tengah adalah 11,2%
menurut Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Kementrian Kesehatan RI,
2013).

1
2

Menurut Widayati & Hayati,(2017) Proses peradangan yang terjadi


dapat mengakibatkan gangguan persendian. Salah satu gangguan persendian
adalah Rheumatoid Artritis yang merupakan penyakit kronis, sistemik, secara
khas berkembang perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering
kambuh pada persendian). Penyakit ini terutama mengenai otot-otot skelet,
tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada pria maupun wanita dengan
segala usia (Tedampa dkk., 2016). Menurut (Bawarodi dkk., 2017)
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit yang secara simetris mengalami
peradangan sehingga akan terjadi pembengkakan, nyeri dan akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi dan akan mengganggu aktivitas
sehari hari .
Penyakit peradangan sendi, hampir selalu terdapat gejala nyeri dan
kaku terutama pada persendian. Nyeri merupakan sensasi subjektif dengan
intensitas atau lokasi yang kadang kala sulit digambarkan. Arthritis kronis
menimbulkan rasa nyeri jika persendiannya digerakkan, berbeda dengan rasa
nyeri tajam pada penyakit saraf, yang tidak bergantung pada gerakan. Pada
penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau 2 jam. Kadang-
kadang kaku merupakan tanda awal penyakit ini. Perandangan sendi lain
dapat berupa nyeri dan keletihan yang semakin berat (Agoes, 2011).
Kebanyakan penyakit Reumatoid Arthritis berlangsung kronis yaitu
sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan
kerusakan sendi secara menetap. Reumatoid Arthritis dapat mengancam jiwa
pasien atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan. Masalah yang
disebabkan oleh penyakit Reumatoid Arthritis tidak hanya berupa
keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari- hari
tetapi juga ef ek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan
organ. Reumatoid Arthritis dapat mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri,
keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. (Afrilia, 2019)
3

Reumatoid Arthritis dapat di jelaskan suatu penyakit yang menyerang


sendi, dan dapat menyerang siapa saja yang rentan terkena penyakit rematik.
Oleh karena itu, perlu kiranya mendapatkan perhatian yang serius karena
penyakit ini merupakan penyakit persendian sehingga akan mengganggu
aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari- hari. Rematik paling banyak
ditemui dan biasanya dari faktor, genetik, jenis kelamin, infeksi, berat
badan/obesitas, usia, selain ini faktor lain yang mempengaruhi terhadap
penyakit Rematik adalah tingkat pengetahuan penyakit Rematik sendiri
memang masih sangat kurang, baik pada masyarakat awam maupun kalangan
medis (Bawarodi, 2017).
Sedangkan untuk kekambuhan itu sendiri yaitu kejadian berulang yang
dialami oleh penderita melebihi satu kali dengan kualitas yang sering terjadi
dan biasanya bersifat tidak menyenangkan. Setelah dilakukan diagnosa
rematik dapat ditegakan bahwa pendekatan pertama yang harus dilakukan
adalah untuk pencegahan terulangnya rasa nyeri rematik (Putri, 2012). Dalam
mencegah kekambuhan, maka perlu dilakukan pencegahan Faktor Resiko
kekambuhannya terlebih dahulu , hal ini sejalan dengan penelitian Fera
Bawarodi,dkk ( 2017 ) bahwa tingkat pengetahuan yang baik , aktivitas, dan
pola makan yang sehat dapat menurun kan faktor resiko kekambuhan
Rheumatoid Arthritis .(Bawarodi, 2017)
Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti di Puskesmas Baki pada
tanggal 18 september 2019 dengan jumlah penderita reumatoid arthritis ,
diwilayah kerja Puskesmas Baki terdapat 14 desa dan dari 14 desa tersebut
didapatkan data dalam tahun 2018 yaitu Ngrombo 7,88%, Mancasan 17,5% ,
Gedongan 10,1%, Jetis 12,3% , Bentakan 6,1% , Kudu 5,1% , Kadilangu
2,88% ,Baki Padeyan 3,6% , Menuran 13,6% , Gentan 3,07% , Purbayan
1,9% , Siwal 11,3% , Duwet 3,26% , Waru 0,96% . Dari data tersebut dalam
1 tahun terakhir ini tertinggi terdapat di Desa Mancasan sebanyak 91
penderita dan Jetis 64 penderita dari jumlah kesuluruhan 520 penderita di
4

sekitar wilayah kerja Puskesmas Baki. Berdasarkan dari data tersebut


menunjukan bahwa penyakit Reumatoid Arthritis di wilayah kerja Puskesmas
Baki dalam 1 tahun terakhir ini cukup tinggi. Oleh karena itu, perlu kiranya
mendapatkan perhatian yang serius karena penyakit ini merupakan penyakit
persendian sehingga akan mengganggu aktivitas seseorang dalam kehidupan
sehari- hari.
Hasil dari wawancara pada 10 orang penderita Reumatoid Arthritis, 7
orang diantaranya penderita rheumatoid arthritis mengatakan sering
mengalami kekambuhan bahkan tidak mengetahui apa penyebab kekambuhan
penyakit rheumatoid Arthritis tersebut, oleh karena itu penulis tertarik
meneliti gambaran faktor resiko penyebab kekambuhan pada penyakit
Rheumatoid Arthritis di Desa Mancasan Baki kabupaten sukoharjo tahun
(2019).

B. Rumusan Masalah
Penyebab pasti penyakit kronis Rheumatoid Arthritis (RA) yaitu
autoimun , sehingga tubuh individu diserang oleh sistem imun sendiri .Tetapi
penyakit ini banyak faktor resiko yang bisa memunculkan terjadinya
kekambuhan penyakit Rheumatoid Arthritis ( RA) ini, dimana setiap individu
berbeda dari satu dengan yang lain , oleh sebab itu penting untuk diteliti
Bagaimana Gambaran faktor resiko penyebab kekambuhan pada penyakit
Rheumatoid Arthritis di desa Mancasan wilayah Puskesmas Baki Kabupaten
Sukoharjo .

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran faktor resiko penyebab kekambuhan pada penyakit
Rheumatoid Arthritis di Desa Mancasan Baki Kabupaten Sukoharjo
5

2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik responden
b. Mendeskripsikan gambaran faktor resiko penyebab kekambuhan
penyakit Rheumatoid Arthritis pada responden

D. Manfaat Penelitian
1. Keilmuan dan teori
Memperluas wawasan dibidang kesehatan khususnya keperawatan terkait
dengan gambaran faktor resiko kekambuhan pada penyakit Rheumatoid
Arthritis .
2. Bagi instansi pendidikan
Ilmu keperawatan sebagai wawasan dan referensi bagi mahasiswa ,
khususnya dalam bidang keperawatan dalam keterkaitan faktor resiko
kekambuhan pada penyakit Rheumatoid Arthritis .
3. Bagi Puskesmas
Memberikan bahan pertimbangan untuk puskesmas terkait faktor resiko
kekambuhan kekambuhan pada penyakit Rheumatoid Arthritis , sehingga
pihak puskesmas bisa melakukan upaya preventif dan promotif .
6

E. Keaslian Penelitian
Table 1.1
Keaslian Penelitian

N Peneliti (tahun), Jenis penetian & Analisis Variable Hasil


O judul penelitian Metode
penelitian
1 Fera Penelitian ini Chi-Square test Variabel bebas Terdapat
Bawarodi,dkk menggunakan dengan tingkat nya resiko dan hubungan tingkat
( 2017 ) dengan metode survei kepercayaan 95% variabel terikat pengetahuan,
judul Faktor analitik, dengan (a = 0,05) dan nya akibat pekerjaan/aktivitas
Faktor yang pendekatan cross diperoleh p value dan pola makan
Berhubungan sectional dan 0,002 < 0,05 dan dengan
dengan menggunakan uji 0,004 < 0,05 dan p kekambuhan
Kekambuhan chi-square value 0,017 < 0,05 penyakit rematik
Penyakit Rematik di Wilayah
di Wilayah Puskesmas Beo
Puskesmas Beo Kabupaten
Kabupaten Talaud.
Talaud
2. Budiana Yazid Penelitian ini Penelitian yang Variabel bebas Kesimpulan dari
(2015) Faktor- bersifat deskriptif dilakukan nya faktor penelitian ini
Faktor yang dengan terhadap 35 orang faktor yang bahwa yang
Mempengaruhi menggunakan mayoritas terjadi mempengaruhi mengalami artritis
Terjadinya data sekunder . atritis sedangkan rheumatoid pada
Arthritis Teknik rheumatoid variable lansia disebabkan
Rheumatoid di pengambilan possible sebanyak terikatnya oleh umur dan
Ruang Cempaka sampel dengan 10 orang. akibat jenis kelamin
di RS. Methodist menggunakan Berdasarkan umur rheumatoid
Medan total sampling 60-74 tahun arthritis
mayoritas terjadi tersebut
artritis rheumatoid
klasik sebanyak 8
orang, berdasarkan
gaya hidup buruk
mayoritas terjadi
dengan arthritis
rheumatoid
possible sebanyak
5 orang
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit Reumatoid Arthritis


1. Definisi Reumatoid Arthritis
Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO, 2017) Rheumatoid
arthritis yaitu penyakit sistemik kronis yang dapat mempengaruhi sendi,
jaringan ikat, otot, tendon, dan jaringan fibrosa. Reumatoid Arthritis
merupakan suatu gangguan peradangan yang memiki sifat kronis dan sistemik
dengan etologi yang tidak diketahui, yang tidak hanya mengenai sendi namun
juga organ ekstra artkular (Antono dkk, 2017). Reumatoid Arthritis
berlangsung secara simetris, yang awalnya mempengaruhi sendi kecil,
berkembang menjadi sendi yang lebih besar, dan akhirnya kulit, mata,
jantung, ginjal, dan paru-paru. Seringkali, tulang dan tulang rawan sendi
hancur, dan tendon dan ligamen melemah. (Bullock,dkk 2018).
Rheumatoid Arhtritis dapat menyebabkan rasa sakit dan kaku pada
sendi, secara patologis penyakit ini ditandai dengan peradangan pada sendi .
Tanpa perawatan yang tepat, hal itu akan menyebabkan deformitas sendi yang
mengakibatkan hilangnya fungsi secara signifikan. Penyakit ekstra artikular
juga bisa terjadi, yang dapat memperburuk morbiditas dan mortalitas yang
terkait dengan penyakit ini. Penyakit ini sering menyebabkan kerusakan sendi,
kecacatan dan banyak mengenai penduduk pada usia produktif sehingga
memberi dampak sosial dan ekonomi yang besar. Diagnosis dini sering
menghadapai kendala karena pada masa dini sering belum didapatkan
gambaran karakteristik yang baru akan berkembang sejalan dengan waktu
dimana sering sudah terlambat untuk memulai pengobatan yang adekuat
(Febriana,2015).
Berdasarkan definisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa
penyakit Reumatoid Arthritis adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh

7
8

peradangan pada persendian sehingga tulang sendi mengalami destruksi dan


deformitas serta menyebabkan jaringan ikat akan mengalami degenerasi yang
akhirnya semakin lama akan semakin parah.

2. Etiologi Rhematoid Arthritis


Etiologi Rhematoid Arthritis belum diketahui secara pasti. Namun,
kejadiannya dihubungkan dengan interaksi yang kompleks antara faktor
genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009).
a. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1, faktor ini memiliki
angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% .
b. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk
(host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul
timbulnya penyakit Rheumatoid Arhtritis
c. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai
respon terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam
amino homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana
antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host.
Sehingga bisa menyebabkan terjadinya reaksi silang Limfosit dengan sel
Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis .
d. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok .
Dalam ( Ayu & Masyeni, 2018) etiologi yang berhubungan
dengan peningkatan kasus Reumatoid Arthritis dibedakan menjadi dua
yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang
dapat dimodifikasi:
a. Tidak Dapat Dimodifikasi
1) Faktor genetik
Faktor genetik berperan 50% hingga 60% dalam
perkembangan RA. Gen yang berkaitan kuat adalah HLA-DRB1.
Selain itu juga ada gen tirosin fosfatase PTPN 22 di kromosom 1.
9

Perbedaan substansial pada faktor genetik RA terdapat diantara


populasi Eropa dan Asia. HLA- DRB1 terdapat di seluruh populasi
penelitian, sedangkan polimorfisme PTPN22 teridentifikasi di
populasi Eropa dan jarang pada populasi Asia. Selain itu ada
kaitannya juga antara riwayat dalam keluarga dengan kejadian RA
pada keturunan selanjutnya.
2) Usia
Reumatoid Arthritis biasanya timbul antara usia 40 tahun
sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa
tua dan anak-anak (Rheumatoid Arthritis Juvenil). Dari semua faktor
risiko untuk timbulnya RA, faktor ketuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya RA semakin meningkat dengan
bertambahnya usia. RA hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada usia dibawah 40 tahun dan sering pada usia diatas 60 tahun.
3) Jenis kelamin
Reumatoid Arthritis jauh lebih sering pada perempuan
dibanding laki-laki dengan rasio 3:1. Meskipun mekanisme yang
terkait jenis kelamin masih belum jelas. Perbedaan pada hormon seks
kemungkinan memiliki pengaruh.
b. Dapat Dimodifikasi
1) Gaya hidup
Status sosial ekonomi Penelitian di Inggris dan Norwegia
menyatakan tidak terdapat kaitan antara faktor sosial ekonomi
dengan RA, berbeda dengan penelitian di Swedia yang menyatakan
terdapat kaitan antara tingkat pendidikan dan perbedaan paparan saat
bekerja dengan risiko RA.
Merokok Sejumlah studi cohort dan case-control
menunjukkan bahwa rokok tembakau berhubungan dengan
peningkatan risiko RA. Merokok berhubungan dengan produksi dari
10

rheumatoid factor(RF) yang akan berkembang setelah 10 hingga 20


tahun. Merokok juga berhubungan dengan gen ACPA-positif RA
dimana perokok menjadi 10 hingga 40 kali lebih tinggi dibandingkan
bukan perokok. Penelitian pada perokok pasif masih belum terjawab
namun kemungkinan peningkatan risiko tetap ada .
Diet Banyaknya isu terkait faktor risiko Reumatoid Arthritis
salah satunya adalah makanan yang mempengaruhi perjalanan
Reumatoid Arthritis. Dalam penelitian Pattison dkk, isu mengenai
faktor diet ini masih banyak ketidakpastian dan jangkauan yang
terlalu lebar mengenai jenis makanannya. Penelitian tersebut
menyebutkan daging merah dapat meningkatkan risiko Reumatoid
Arthritis sedangkan buah-buahan dan minyak ikan memproteksi
kejadian Reumatoid Arthritis . Selain itu penelitian lain menyebutkan
konsumsi kopi juga sebagai faktor risiko namun masih belum jelas
bagaimana hubungannya.
Infeksi Banyaknya penelitian mengaitkan adanya infeksi
Epstein Barr virus (EBV) karena virus tersebut sering ditemukan
dalam jaringan synovial pada pasien RA. Selain itu juga adanya
parvovirus B19, Mycoplasma pneumoniae, Proteus, Bartonella, dan
Chlamydia juga memingkatkan risiko Reumatoid Arthritis.
Pekerjaan Jenis pekerjaan yang meningkatkan risiko
Reumatoid Arthritis adalah petani, pertambangan, dan yang terpapar
dengan banyak zat kimia namun risiko pekerjaan tertinggi terdapat
pada orang yang bekerja dengan paparan silica.
2) Faktor hormonal
Hanya faktor reproduksi yang meningkatkan risiko
Reumatoid Arthritis yaitu pada perempuan dengan sindrom polikistik
ovari, siklus menstruasi ireguler, dan menarche usia sangat muda.
11

3) Bentuk tubuh
Risiko Reumatoid Arthritis meningkat pada obesitas atau
yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 30.

3. Patologi Rheumatoid Arthritis


Rheumatoid arthritis sebagian besar perubahan patologis berkaitan
dengan jaringan synovial. Biasanya sinovium terdiri dari 2 lapis sel sinoviosit
yang menyelubungi jaringan ikat. Membran ini memiliki fungsi primer yaitu
sekresi viskos dan melumasi cairan synovial yang berada disekitar sendi.
Menurut (Kneale dan Davis, 2011) perubahan patologis rheumatoid
arthritis melalui tiga fase:
a. Fase 1 perubahan selular.
Pada fase ini terjadi penebalan membrane synovial dan edema
karena agregat sel limfosit dan plasma membentuk folikel. Folike
menyintesis faktror rheumatoid dan prortaglandin inflamasi yang kemudian
bereaksi dengan immunoglobulin, mengakibatkan pembentukan kompleks
imun didalam sendi.
b. Fase 2 respon inflamasi.
Pada fase ini kompleks imlu mengaktivasi komplemen. Komplemen
merupakan suatu protein yang membantu pertahanan tubuh melawan
antigen yng menginvasi dengan menarik neutrofil ke dalam cairan
synovial. Kompleks imun akan difagosit oleh nuetrofil, selama proses ini
mediator kimia proses inflamasi dilepaskan.
c. Fase 3 fase destruksi.
Fase ini diakibatkan oleh respons inflamasi yang berlanjut.
Kerusakan ireversibel pada kartilago hialin di picu oleh tingginya
konsentrasi enzim lisosom pada cairan synovial. Akumulasi fibrin pada
permukaan synovial membentuk jaringan granulasi vascular yang disebut
sebagai panus. Pada akhirnya panus menginvasi permukaan artikular yang
12

berdekatan dengan sinovium, mensekresi prostaglandin dan proteaseyang


mengikis tepi kartilago yang telah rusak. Sehingga sebagian besar kartilago
dirusak dan terjadi erosi tulang.
Sinovitis dan efusi sendi kronis menyebabkan distensi kapsul
sendi,terjadinya melemah dan mengendurnya ligamen. Kedaan ini, bersama
dengan kerusakan sendi dan kelemahan otot penyangga, menyebabkan
ketidakstabilan sendi. Ketidakstabilan ini mengakibatkan deformitas sendi
yang khas pada artritis reumatoid.

4. Tanda Gejala Reumatoid Arthritis


Tanda dan Gejala Rheumatoid Arthritis Menurut M. Asikin dkk (2016)
rheumatoid arthritis memiliki tanda dan gejala yang dibagi menjadi 2 yaitu
tanda dan gejala setempat dan tanda dan gejala sistemik.
Tanda dan gejala setempat :
a. Persendian terasa nyeri yang disertai kaku dipagi hari (morning stiffness)
dan gerakan yang terbatas, kekakuan yang berlangsung selama sekitar 30
menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam .
b. Bagian yang terkena akan mengalami pembengkakan, terasa panas,
berwarna merah dan lemah.
c. Pembengkakan pada sendi yang meluas dan simetris
d. Poliartrinitis simetris sendi perifer: yang dapat terserang adaah semua
sendi, sendi pada panggul, lutut, siku, pergelangan tangan, bahu dan
rahang. Paling sering terjadi mengenai sendi baik pada tangan maupun
kaki, namun sendi yang lebih besar juga sering terjadi.
e. Artrutis erosife. Erosi pada tepi tulang yang disebabkan oleh peradangan
sendi yang kronis.
f. Deformitas, pergeseran ulnar, deviasi jari, subluksasi metacarpophalangeal
joint (MCP), deformitas boutoniere dan leher angsa. Disertai penurunan
kemampuan fleksi ataupun ekstensi, kemungkinan sendi juga akan
13

mengalami ankilosis yang disertai dengan kehilangan kemampuan gerak


total.
g. Massa subkutan (nodul rheumatoid). Berbentuk oval atau bulat dan padat,
seringkali menyerang nagian siku atau sepanjang ekstensor lengan bawah.
h. Bersifat kronis.
Tanda dan gejala sistemik menurut (Asikin dkk, 2016)
a. Lemas, demam, berat badan menurun, terjadi anoreksia, anemia, serta
badan terasa nyeri dan kaku.
b. Terdapat tiga staium pada Rheumatoid arthritis
1) Stadium sinovitis
Stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan synovial yang
ditandai dengan pembengkakan pada sendi dan nyeri saat bergerak.
2) Stadium destruksi
Stadium ini adanya kerusakan pada jaringan synovial, namun
terjadi juga kerusakan pada jaringan disekitarnya yang ditandai
3) Stadium deformitas
Stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas, gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi
diawali dengan sinovitis, yang kemudian lanjut pada pembentuka
plannus, ankilosis fibrosa dan ankilosis tulang.
Kriteria yang ditemukan pada Reumatoid Arthritis :
a. Kaku dipagi hari dipagi (terjadi Kekakuan pada area dan disekitar
sendi degan durasi lebih dari 6 minggu)
b. Arthritis pada tiga atau lebih area sendi (Terdapat minimal tiga sendi
yang dirasakan nyeri yang disertai pembengkakan atau efusi jaringan
lunak. Apabila hanya terdapat pertumbuhan tulang yang berlebih
tidak menjadi kteria yang signifikan Pembengkakan)
14

c. Arthritis pada area sendi tangan (Pembengkakan minimal pada satu


sendi tangan: pergelangan tangan, metakarpofalangeal (MPC) atau
interfalangeal proksimal dengan durasi lebih dari 6 minggu
d. Arthritis simetris (Keterlibatan area sendi yang yang sama simultan,
pada kedua sisi, keterlibatan bilateral sendi PIP, MCP atau
metatarsofalangeal (MTP) dapat diterima tanpa simetri absolute)
e. Nodul rheumatoid (Nodul subkutan pada tonjolan tulang permukaan
ekstensor atau pada daerah jukstaartikular)
f. Factor rematoid serum (Menunjukkan jumlah factor rematoid serum
yang abnormal, dengan metode yang positif pada kurang dari 5%
subjek control yang normal )
g. Perubahan radiologis interfalangeal (Terlihat Perubahan radiologis
yang khas pada foto tangan postero anterior serta pergelangan tangan
yang harus meliputi erosi dan dekalsifikasi tulang particular definit).

5. Komplikasi
Rheumatoid arthritis bukan suatu yang fatal, namun komplikasi
Rheumatoid Arthritis yang dapat mempersingkat hidup beberapa penderita
dari Rheumatoid Arthritis. Secara umur, rheumatoid arthritis dan tidak dapat
disembuhkan. Secara bertahap dalam beberapa waktu penyakit ini menjadi
kurang agresif. Namun apabila tulang dan ligament mengalami kehancuran
perubahan bentuk apapun dapat menimbulkan efek yang permanen. Sendi
yang terkena bisa menjadi cacat dan mempengaruhi kinerja sehari-hari yang
menjadi sulit atau bahkan tidak bisa dilakukan, rheumatoid arthritis
menghambat produktivitas (Helmi, 2012).
Kelainan tubuh yang dipengaruhi oleh Reumatoid Artritis menurut
(Helmi, 2012), seperti berikut ini :
a. Neuropati perifer mempengaruhi saraf ditangan dan kaki, yang
mengakibatkan kesemutan, mati rasa, atau rasa terbakar.
15

b. Anemia
c. Skleritis yaitu peradangan pada pembuluh darah di mata ng dapat
menimbulkan kerusakan kornea, skleromalaisa dan dalam kasus yang parah
skleritis nodular atau perforasi.
d. Infeksi. Pasien dengan rheumatoid arthritis lebih tinggi mengalami infeksi.
Perlu dipertimbangkan penggunaan obat imunosupresif.
e. Masalah Gastrointestinal. Kemungkinan mengalami gangguan perut atu
bahkan kanker lambung dan kolorektal.
f. Osteoporosis. Osteoporosis lebih umum terjadi pada wanita postmenopause
dengan riwayat rheumatoid arthritis. Namun juga beresiko pada laki-laki
yang meiliki riwayat rheumatoid arthritis yang berusia lebih dari 60 tahun.
g. Penyakit jantung. Rheumatoid arthritis mempengaruhi pembuluh darah dan
independen meningkatkan resiko penyakit jatung koroner iskemik
h. Sindrom sjogren. Sicca keratokonjungtivitiscmerupakan komplikasi umun
sari rheumatoid arthritis. Selain itu, pada umumnya pembesaran kelenjar
ludah juga berkurang.
i. Limfoma dan kanker lainnya. System kekebalan tubuh yang berubah dari
rheumatoid arthritis memiliki resiko yng ebih tinggi untuk limfoma.
Kanker prostat dan kanker paru mungkin terjadi pada pasien dengan
rheumatoid arthritis.
j. Sindrom aktivasi makrofag. Merupakan komplikasi yang mengancam
nyawa dari rheumatoid arthritis. Penderita rheumatoid arthritis harus
menyadari adanya gejala seperti demam terus menerus, kelemahan,
mengantuk dan kelesuan.

6. Pemeriksaan Penunjang Rheumatoid Arthritis Pemeriksaan


Pemeriksaan penunjang pada klien dengan rheumatoid arthritis
menurut (Asikin dkk, 2016) meliputi:
16

a. Pemeriksaan laboratorium
Didapatkan hasil: laju endap darah meningkat, protein C-reaktif
meningkat, terjadi anemia dan leukositosis, pada tes serologi didapatkan
factor rheumatoid positif (80% penderita).
b. Pemeriksaan radiologi
Ciri sinovitis yaitu pembengkakan pada jaringan lunak dan
osteoporosis peri-atrikular Gambaran lanjutan didapatkan penyemitan
ruang artrikular dan erosi tulang marginal hingga kerusakan artikular serta
terjadi deformitas sendi.
c. Aspirasi cairan synovial
Cairan synovial dapat menunjukan adanya proses inflamasi yaitu
(jumlah sel darah putih >2000/µL). pemeriksaan cairan sendi ini meliputi
pewarnaan gram, pemeriksaan jumlah sel darah, kultur, dan gambaran
makroskopis.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Rheumatoid arthritis Terapi, dengan tujuan utama
meliputi (Asikin dkk, 2016) :
a. Mengontrol peradangan dengan secepat mungkin dan meringankan rasa
nyeri
b. Mempertahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal dari
klien.
c. Mencegah serta memperbaiki deformitas.
Program terapi dasar yang dapat membantu untuk mencapai tujuan
tersebut, sebagai berikut :
a. Terapi non farmakologi meliputi: istirahat, latihan fisik, nutrisi(pola makan
untuk penurunan berat badan yang berlebih).
17

b. Terapi farmakologi meliputi: obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS),


diease- modifying antirheumatic drug (DMARD), kortikosteroid, dan terapi
biologi

B. Faktor Resiko kekambuhan Reumatoid Arhtritis


Kekambuhan adalah kejadian berulang yang dialami oleh penderita
melebihi satu kali dengan kualitas yang sering terjadi dan biasanya bersifat tidak
menyenangkan. Pendapat ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Ismiadi,2004), bahwa dalam mencegah kekambuhan, maka harus mencegah
kekambuhannya dengan pendidikan pada pasien mengenai penyakit Reumatoid
Arthritis seperti, istirahat, dan latihan spesifik yang bermanfaat dalam
mempertahankan fungsi sendi, dan menjaga pola makan yang baik dengan
mengurangi asupan purin yang tinggi.
Menurut penelitian ( Bawarodi, 2017) faktor-faktor yang berhubungan
dengan kekambuhan penyakit rheumatoid arthritis antara lain :
1. Faktor Tingkat Pengetahuan Dengan Kekambuhan Penyakit Reumatoid
Arthritis
Hasil penelitian (Bawarodi,2017) ini didukung karena adanya faktor
lain seperti sikap pasien yang cenderung lebih acuh tak acuh dengan
penyakitnya karena terlalu sibuk bekerja.
2. Faktor pekerjaan/aktivitas Dengan Kekambuhan Penyakit Reumatoid Arthritis
Berbagai aktivitas dengan beban pekerja dan daya tekanannya yang
dapat memperberat sendi dan pekerjaan yang banyak menggunakan tangan
dalam jangka waktu yang lama, sering yang menjadi keluhan-keluhan yang
dapat dirasakan pada setiap penderita penyakit rematik .
3. Faktor Pola Makan dengan Kekambuhan Reumatoid Arthritis
Hal ini disebabkan karena adanya kebiasaan mengomsumsi makanan
yaitu yang dapat memicu terjadinya kekambuhan rematik, karena makanan
merupakan faktor penting dalam memicu kekambuhan penyakit rematik
18

seperti, menghindari produk susu, buah jeruk, tomat, jeroan, dan makanan
tertentu lainnya (Smeitzer 2001).
Sedangkan menurut penelitian (Meliny,2018) mengatakan beberapa
faktor yang menjadi faktor resiko kekambuhan rheumatoid arthritis itu sendiri
meliputi :
1. Gaya hidup sebagai faktor risiko kekambuhan Reumatoid Arhtritis
Gaya hidup tercermin dari aktivitas fisik, kebiasaan makan dan
kebiasaan istirahat, serta perilaku yang akan berinteraksi dengan
lingkungan sehingga berdampak pada kondisi kesehatan individu. Kondisi
gaya hidup yang kurang baik akhirnya akan berdampak pada disabilitas
seperti adanya nyeri dan ketidakmampuan, kehilangan fungsi atau
keterbatasan aktifitas. Hal ini terlihat dari adanya pola risiko yang bersifat
negative yaitu semakin kurang baik gaya hidup maka semakin sering
dirasakan kekambuhan tersebut.
2. Pengetahuan Sebagai Faktor Risiko kekambuhan rheumatoid arthritis
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek. Pengetahuan dapat
diperoleh dengan berbagai cara , baik inisiatif sendiri atau melalui orang
lain,dengan melihat atau mendengar sendiri tentang kenyataan atau melalui
alat komunikasi. selain itu pengetahuan juga dapat diperoleh melalui
pengalaman dan proses belajar yang baik bersifat forma maupun informa.
Jadi pengetahuan mencangkup akan ingatan yang pernah dipelajari . baik
langsung maupun tidak langsung dan disimpan di ingatan. Pengetahuan
misalnya mengenai faktor apa saja yang menyebabkan kekambuhan pada
penderitas Reumatoid Arthritis.
3. Pola makan sebagai faktor risiko kekambuhan Reumatoid Arthritis
Pola makan normal biasanya mengandung 600-1000 mg purin
perhari. Seseorang akan susah menghilangkan sama sekali asupan purin ke
dalam tubuh karena hampir semua bahan pangan terutama sumber protein
19

mengandung purin. Namun , mereka bisa mengontrol asupan purin dengan


cara memilih bahan pangan yang rendah kandungan purinnya atau
membatasi diri dalam mengonsumsi bahan makanan sumber protein.
4. Faktor Obat-obatan
Menurut penelitian (Hasanah&Widowati,2015) Terdapat 6 pasien
yang diberikan jamu sebagai alternatif menggunakan jamu, dengan
perbaikan gejala neurologis dan muskuloskeletal. Ramuan jamu tersebut
adalah: 1. Ramuan pegagan, sambiloto, tapak cina; 2. Ramuan temulawak,
meniran, kunyit; 3. Ramuan jahe, temulawak; 4. Ramuan jinten hitam,
sambiloto; 5. Kapsul X (produk industri obat tradisional) serta 6. Ramuan
yang berasal dari B2P2TO2T (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional), Tawangmangu (temulawak, kunyit,
pegagan, rumput bolong, kumis kucing, meniran, adas). Secara generik,
obat konvensional untuk artritis merupakan obat analgetika, antiinflamasi,
antipiretika. Untuk menilai kerasionalan komponen jamu yang digunakan,
dilakukan dengan pendekatan khasiat obat konvensional.
Untuk terapi konvensional sudah sesuai dengan buku saku rematoid
artritis dari Dirjen Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI, yaitu bertujuan menghentikan serangan akut,
mencegah serangan kembali dari gout artritis, serta mencegah komplikasi
yang berkaitan dengan deposit kristal asam urat kronis di jaringan. Pilihan
terapi untuk artritis gout akut terbagi dalam 3 lini yaitu, 1. NSAID:
naproksen, ibuprofen, indometasin, celecoxib, parasetamol, parasetamol +
kodein 30 mg, kantong es, bidai, istirahat di tempat tidur hindari latihan
fisik; 2. Kortikosteroid: prednisone triamsinolon, metilprednisolon dan 3.
Kolkhisin.14 Jenis NSAID (Nonsteroida Antiinflamatory Drugs) yaitu
asetil salisilat (aspirin), asam asetat (etodolac, diklofenak, indometasin,
ketorolak, nabumeton), asam propionate (ibuprofen, ketoprofen, naproxen,
20

fenamat (asam mefenamat), oxikam (piroksikam) (Hasanah & Widowati,


2015).

C. Kerangka Teori

Reumatoid Arthritis Faktor resiko kekambuhan


A. Konsep Reumatoid Arthritis
1. Definisi 1. Tingkat Pengetahuan
2. Etiologi 2. Pekerjaan/aktivitas
3. Patologi
3. Pola Makan
4. Tanda Gejala
5. Komplikasi 4. Gaya Hidup
6. Pemeriksaan 5. Obat-obatan
penunjang
7. Penanganan
B. Faktor resiko
kekambuhan
Reumatoid Arhtritis Tanda gejala kekambuhan
Reumatoid Arthritis
1. Tanda gejala setempat
2. Tanda gejala sistemik.

Gambar 2.1. Kerangka Teori


Sumber (Bullock, 2008, Masyeni, 2018 ,M. Asikin dkk ,2016, dan Kneale dkk 2011)
21

D. Kerangka Konsep

Faktor resiko kekambuhan


Reumatoid Arthritis
1. Tingkat Pengetahuan Reumatoid Arthritis
2. Pekerjaan/aktivitas
3. Pola Makan
4. Gaya Hidup
5. Obat-obatan
6.
Gambar 2.2 Kerangka konsep

E. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran faktor resiko kekambuhan penyakit Reumatoid
Arthritis di Desa Mancasan Baki Kabupaten Sukoharjo ?
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian Kuantitatif menggunakan
desain deskriptif dengan pendekatan survey . Penelitian dengan desain
deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran atau deskriptif mengenai
suatu masalah kesehatan (Riyanto, 2011). Fungsi penelitian deskriptif antara
lain memberikan berbagai informasi sebagai bahan perencanaan serta sebagai
informasi awal dalam menyusun hipotesis peneltitian (Azrul &Joedo,2014).
Sedangkan pengertian pendekatan kuantitatif yaitu jenis penelitian
yang menggunakan prosedur-prosedur statistik dan jenis penelitian yang
menemukan data penemuan dengan prosedur statistik secara terukur, dimana
selama proses penelitian kuantitatif peneliti memusatkan pada permasalahan
yang memiliki karakteristik tertentu pada variabel. Penelitian kuantitatif
identik dengan data numerik, yang bersifat objektif. Kuantitatif memiliki
realitas objek yang dapat diukur. Sedangkan untuk pendekatan survey sendiri
menurut (Sugiyono,2009) bahwa metode survey digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi
peneliti melakukan perlakukan dalam pengumpulan data , misalnya dengan
mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstuktur dan sebagainya
(perlakukan tidak seperti pada eksperimen). Penggunaan metode survey
memudahkan peneliti untuk memperoleh data untuk diolah dengan tujuan
memecahkan masalah yang menjadi tujuan akhir suatu penelitian .

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan di Desa Mancasan Baki Kabupaten
Sukoharjo

22
23

2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 –
Januari 2020.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan jumlah yang terdiri dari objek
atau subjek yang memiliki karkteristik serta kualitas tertentu yang telah
ditetapkan peneliti untuk diteliti serta diambil kesimpulannya dikemudian
hari (Sujarweni, 2012). Populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas serta karakteristik tertentu
yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian diambil
kesimpulan (Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah
individu yang menderita rheumatoid Arthritis yang hidup di Desa
Mancasan Kabupaten Sukoharjo . Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 91 penderita Reumatoid Arhtritis di Desa Mancasan tahun 2018
(Dinas Kesehatan dan puskesmas Baki, 2018)
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang telah dipilih
menggunakan cara tertentu hingga dianggap mampu mewakili populasinya
(Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
a. Besar Sample
Besaran sampel berisikan jumlah anggota sampel.
Diharapkan 100% sampel dapat mewakili populasi yaitu semua
jumlah anggota populasi tersebut. Semakin tinggi jumlah sampel
dengan mendekati jumlah populasi, tingkat kesalahan generalisasi
dapat diminimalkan. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil jumlah
sampel semakin tinggi tingkat kesalahan generalisasi.
b. Teknik Pengambilan Sample
Penelitian ini menggunakan total sampling ( sample jenuh )
yaitu pengambilan sample yang mengambil seluruh jumlah sampel
24

(Sugiyono,2010). Jumlah penderita Rheumatoid Arthritis di Desa


Mancasan sebanyak 91 penderita , maka digunakan total sampling.
c. Kriteria Sampel
Dalam penelitian ini, peneliti telah menetapkan beberapa kriteria
menjadi sampel. Kriteria dalam sampel penelitian ini meliputi:
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau yang diteliti. Pertimbangan
ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi
(Setiadi,2013). Dalam penelitian yang termasuk Kriteria Inklusi
adalah :
1) Penderita Reumatoid Arthritis yang berada di desa Mancasan
Kriteri Ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan
subyek tidak memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai
sebab (Setiadi,2013). Dalam penelitian ini kriteria yang termasuk
kriteria ekslusi adalah :
1) Seseorang yang dirawat di RS selama penelitian berlangsung .
2) Memiliki gangguan lain seperti, kejiwaan dan kognitif

D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah variable tunggal yaitu Faktor
Resiko Kekambuhan Reumatoid Arthritis . Variabel sebagai perlambang yng
diulas untuk diolah , variable merupakan konstruk yang mempelajari variasi
nilai. Dapat disimpulkan Variabel adalah segala bentuk data atau informasi
yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dilakukan analisi data atau
kesimpulan . Variable merupakan apa yang dijadikan perhatian yang ada di
penelitian .

E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi variabel-variabel yang akan
digunakan sebagai penelitian secara operasional di lapangan, yang bermanfaat
25

dalam mengarahkan pada pengukuran maupun pengamatan terhadap variabel


yang akan diteliti sebagai pengembangan instrument (Riyanto, 2011).
Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Penelitian Operasional
Faktor resiko Faktor faktor Kuisoner 1. Presentase Nominal
penyebab yang tentang 2. Data
Kekambuhan menyebabkan faktor resiko Deskriptif :
Rheumatoid kekambuhan kekambuhan - Faktor Tingkat
arthritis dimana gejala pada Pengetahuan
kekambuhan rheumatoid - Faktor
tersebut arthrtitis pekerjaan/akti
diantaranya yang vitas
persendian berjumlah 20 - Faktor Pola
terasa nyeri pertanyaan Makan
yang disertai - Faktor gaya
kaku dipagi hidup
hari dan bagian - Faktor Obat-
yang terkena obatan
akan
mengalami
pembengkakan

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
Data responden atau tabel jumlah penderita RA di Desa Mancasan . Data
demografi responden atau karakteristik responden. Serta menggunakan
kuesioner semi struktur open ended question mengenai tanda dan gejala
kekambuhan Reumatoid Arthritis. Kuesioner open ended question atau
kuesioner semi terbuka adalah pertanyaan yang dibuat dengan terdapat
pilihan jawaban sesuai dengan pengetahuan responden (Sani,2016). Kusioner
adalah teknik pengumpulan data menggunakan pernyataan atau pertanyaan
yang tertulis dan diberikan kepada responden untuk dijawab (Sugiyono,
2017). Kuesioner ini dikembangkan dari BAB 2 teori mengenai faktor
apa saja yang mempengaruhi kekambuhan dari RA. Kuesioner. Instrumen
dalam penelitian adalah kuesioner, yaitu :
26

1. Lembar kuesioner yaitu kuisioner yang berisi mengenai Faktor resiko apa
saja yang menyebabkan kekambuhan dari penyakit Reumatoid Arthritis
yang dirasakan oleh penderita Reumatoid Arthritis di desa Mancasan.,
meliputi apa penyebab kekambuhan diantaranya Faktor tingkat
pengetahuan, faktor pekerjaan/ aktivitas , faktor pola makan dan faktor
gaya hidup ( Bawarodi, 2017) . Dalam penelitian ini cara menyimpulkan
kuesioner menggunakan: dengan metode deskriptif Survey .
Tabel. 3.2
Kisi Kisi Kuesioner Faktor Resiko penyebab Kekambuhan Reumatoid
Arthritis
Jumlah
Indikator Nomor Pertanyaan
Pertanyaan
Informasi faktor resiko
penyebab Kekambuhan
1. Faktor tingkat 1,2,3, 3
pengetahuan
2. Faktor pekerjaan / 4,5,6,7,8 5
aktivitas
3. Faktor pola makan 9,10,11,12 4
4. Faktor gaya hidup 13,14,15,16 4
5. Faktor obat obatan 17,18,19,20,21 5
Jumlah 21

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur ketepatan dan kecermatan
dari sebuah data yang diteliti. Analisis uji validitas instrumen dengan
menggunakan analisis korelasi product moment.
Menurut Donsu (2019) validitas merupakan instrumen
penelitian yang dipakai peneliti untuk mengukur ketepatan dan kecermatan
dari sebuah data yang diteliti. Validitas dapat diartikan sebagai aspek
kecermatan pengukuran. Validitas bukan hanya menghasilkan data yang
tepat, tetapi validitas juga dapat memberi gambaran dimana alat ukur yang
digunakan sesuai dengan kasusnya. Validitas merupakan keadaan yang
27

menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur


apa yang akan diukur. Hasil uji validitas harus memenuhi nilai r hitung > r
tabel. Uji validitas dilakukan pada 30 responden Rheumatoid Arthritis di
Desa Jetis Wilayah Kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo dengan
jumlah pertanyaan sebanyak 25 soal, uji validitas dilakukan pada bulan
desember . Hasil uji validitas menunjukkan 21 soal valid dan 4 soal tidak
valid . Data uji validitas ditampilkan pada tabel 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3
Data Uji Validitas

No. soal R hitung R tabel Keterangan


1 0,552 0,361 Valid
2 0,512 0,361 Valid
3 0,349 0,361 Tidak Valid
4 0,427 0,361 Valid
5 0,210 0,361 Tidak Valid
6 0,253 0,361 Tidak Valid
7 0,542 0,361 Valid
8 0,648 0,361 Valid
9 0,682 0,361 Valid
10 0,542 0,361 Valid
11 0,690 0,361 Valid
12 0,376 0,361 Valid
13 0,595 0,361 Valid
14 0,757 0,361 Valid
15 0,650 0,361 Valid
16 0,642 0,361 Valid
17 0,621 0,361 Valid
18 0,683 0,361 Valid
19 0,341 0,361 Tidak Valid
20 0,363 0,361 Valid
21 0,691 0,361 Valid
22 0,399 0,361 Valid
23 0,446 0,361 Valid
24 0,553 0,361 Valid
25 0,572 0,361 Valid

2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana
intsrumen yang digunakan dapat dipercaya dan diandalkan. Menurut
28

(Singgih, 2010) reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika


memiliki hasil uji Cronbach Alpha >0,60
Hasil uji reliabilitas yang peneliti lakukan menunjukkan nilai
Cronbach Alpha 0,745, nilai tersebut lebih besar dari 0,60 sehingga dapat
dikatakan bahwa instrumen yang peneliti gunakan adalah reliabel.

H. Etika Penelitian
Masalah mengenai etika dalam penelitian merupakan suatu masalah
yang sangat pebting dalam suatu penelitian, terlebih dalam penelitian
keperawatan yang karena hampir 90% dari subyek yang dilakukan adaah
manusia serta penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan
manusia. Sehingga dalam penelitian ini peneliti harus memperhatikan hak
asasi manusia yang menjadi anggota dalam penelitian ini (Husna, 2017).
Dalam melaksanakan penelitian menurut (Hidayat,2008) perlu
memperhatikan beberapa hal seperti berikut:
1. Informend Consent
Informed Consent merupakan persetujuan responden berupa yang
berupa lembar persetujuan dari peneliti yang diberikan kepada responden
sebelum dilaksanakan penelitian. Informed consent bertujuan memberikan
informasi secara jelas mengenai maksud dan tujuan adanya penelitian ini
kepada responden. Responden yang menyetujui serta bersedia menjadi
responden, maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.
2. Annonimity (Tanpa Nama)
Peneliti memberikan perlindungan dan jaminan terhadap respon
pada penelitian, yaitu subjek dalam penelitian tidak dicantumkan nama
namun hanya mencantumkan inisial maupun kode pada lembar data yang
disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti melindungi serta memberian jaminan kerahasiaan bagi
subjek penelitian , dalam hasil penelitian maupun semua informasi yang
29

telah dikumpulkan kepada peneliti. Peneliti tidak akan melaporkan data


mengenai subjek penelitian tanpa izin dari reponden.

I. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Dalam pengolahan data peneliti akan menggunakan komputer
dengan program statistic SPSS versi 23. Pengolahan data merupakan hal
yang sangat penting. Sehingga harus dilakukan dengan baik dan benar.
Kegiatan dalam proses pengolahan data menurut (Imron, 2011) meliputi:
a. Editing : peneliti melakukan pengecekan perlengkapan data,
kesinambungan data serta keseragaman data.
b. Koding : peneliti memberikan kode dari hasil jawaban kuesioner
responden.
c. Pemindahan data : peneliti memindahkan data kuesioner menjadi data
kuantitatif yang akan diolah menggunakan SPSS versi 20.
d. Tabulasi : data distribusi dan data yang lain diolah dan kemudian akan
dianalisa.
2. Analisa Data
Analisa data merupakan kegiatan yang diakukan setelah data dari
seleuruh responden sudah terkumpul. Peneliti akan melakukan analisa
pada penelitian ini. Data yang sudah didapatkan dianalisis dengan
menggunakan teknik statistik kuantitatif dengan menggunakan analisis
univariat.
a. Analisis univariat
Merupakan suatu langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam
melakukan analisis. Dari Langkah ini akan didapatkan gambaran umum
dari data yang diperoleh dari responden (Imron, 2011). Dalam analisa
ini terdiri dari frekuensi dan presentase .Sehingga nanti didapatkan
manfaat dari analisa ini. Dalam penelitian ini analisa data yang
digunakan adalah analisa univariat perhitungan presentase tersebut
diatas.
30

J. Jalannya Penelitian
Pada penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan meliputi:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan peneliti mengawali pada bulan Desember
2019. Peneliti mencari masalah dan fenomena untuk dapat dijadikan
sebagai penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mencari sumber yang
berkaitan dengan serta mendukung masalah yang diteliti sebagai landasan
teori. Setelah judul disetujui kemudian peneliti meminta surat ijin dari
fakultas yang ditujukan kepada dinas kesehatan Sukoharjo untuk mencari
data penderita Rheumatoid arthritis di Puskesmas Baki. Peneliti
mengambil data yang sudah didiagnosis menderita rheumatoid arthritis
dari Puskesmas Baki. Setelah mendapatkan data penderita Rheumatoid
arthritis yang ada di Kecamatan Baki, peneliti melakukan wawancara studi
pendahuluan kepada 10 penderita Rheumatoid arthritis yang ada di desa
Mancasan untuk mengetahui kondisi yang ada dilapangan. Kemudian
peneliti menyusun proposal penelitian, dengan beberapa kali konsultasi
kepada pembimbing. Kemudian proposal yang disetujui pembimbing
kemudian dilanjutkan untuk pengujian proposal penelitian. Setelah selesai
ujian proposal peneliti megerjakan revisi proposal yang berlanjut
melakukan perizinan untuk melakukan penelitian. Peneliti membuat surat
ijin penelitian dari Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ilmu
Kesehatan yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Sukoharjo untuk
meminta perijinan untuk melakukan penelitian di Desa Mancasan Baki
Kabupaten Sukoharjo.
2. Tahap pelaksanaan
Peneliti mendapatkan data penderita Rheumatoid arthritis di Desa
Mancasan dari Puskesmas Baki sebanyak 91 penderita RA. Peneliti
mengambil sampel penelitian ini menggunakan Total Sampling .
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2019 sampai Januari 2020 di
Desa Mancasan Baki Sukoharjo. Peneliti melihat secara jelas data
31

penderita Rheumatoid yang ada di Desa Mancasan . Data penderita


rheumatoid ini didapatkan dari puskesmas Baki. Peneliti tidak melakukan
pemeriksaan atau mendiagnosa sendiri penderita rheumatoid namun
menggunakan data yang didapatkan dari Puskesmas Baki . Peneliti
membawa satu asisten untuk membantu dalam penelitian. Peneliti
kemudian melakukan persamaan persepsi dengan asisten peneliti. Setelah
dirasa siap terjun kemasyarakat, dan kemudian mendatangi rumah
kerumah penderita rheumatoid arthritis atau responden yang ada di Desa
Mancasan. Kemudian peneliti membentuk hubungan saling percaya dan
menjelaskan maksud serta tujuan peneliti kemudian dilanjutkan penelitian.
Penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden.
Bagi responden yang kesulitan dalam pengisian kuesioner, responden
dibantu oleh asisten peneliti atau dalam pengisian kuesioner dilakukan
dengan wawancara dalam pengisian kuesioner. Mengenai tanda gejala
kekambuhan yang nampak dilihat peneliti melakukn observasi dan juga
menyentuh untuk memastikannya. Peneliti kemudian melanjutkan dengan
mengolah data yang diperoleh.
3. Tahap penyelesaian akhir
Peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan
computer dengan program SPSS versi 20, kemudian melakukan
penyusunan laporan penelitian dan menginterpretasikan hasil analisis
dengan membuat laporan hasil analisis beserta pembahasannya Peneliti
melakukan beberapa konsultasi kepada pembimbing yang selanjutnya
Peneliti mempresentasikan hasil penelitian, diselesaikan dengan Peneliti
merevisi hasil penelitian serta Peneliti melakukan penggandaan hasil
penelitian.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan faktor penyebab kekambuhan Rheumatoid Arthritis yang
meliputi Tingkat Pengetahuan , Pekerjaan/aktivitas, Pola Makan, Gaya Hidup
dan Obat-obatan pada penderita Rheumatoid Arthritis di desa Mancasan
Kabupaten Baki . Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 27 desember 2019
sampai dengan 14 januari 2020 terhadap 91 pada penderita Rheumatoid
Arthritis di desa Mancasan Kabupaten Baki . Penelitian ini dilakukan dengan
pengisian kuesioner terhadap penderita rheumatoid arthritis di komunitas
dengan menggunakan analisis univariat.. Hasil penelitian dijabarkan sebagai
berikut:
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden ini akan dibahas berbagai macam
karakteristik meliputi jenis kelamin, umur, agama, pendidikan pada
penderita Rheumatoid arthritis yang ada di Desa Mancasan wilayah kerja
Puskesmas Baki .
Tabel 4.1.
Distribusi Karakteristik Responden

Variabel Frekuensi (f) Persentase(%)


Jenis kelamin:
Perempuan 79 86,8%
Laki-laki 12 13,2%
Total 91 100.0%
Umur :
35-45 15 16,5%
46-55 34 37,5%
56-65 32 35,2%
66-90 10 11,0%
Total 91 100%
Agama
Islam 90 98,9%

33
34

Katolik 1 1,1%
Total 91 100.0%
Pendidikan
Tidak sekolah 19 20,9%
SD 62 68,1%
SMP 4 4,4%
SMA 4 4.4%
Sarjana 2 2.2%
Total 91 100%

a. Jenis Kelamin
Hasil analisis dari tabel 4.1 pada 91 responden didapatkan
distribusi jenis kelamin pada penderita Rheumatoid arthritis di Desa
Mancasan wilayah kerja Puskesmas Baki dapat diketahui bahwa
mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar (86,8%).
b. Umur
Hasil analisis dari tabel 4.1 pada 91 responden didapatkan
distribusi responden mengenai umur penderita Rheumatoid arthritis di
Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas Baki didapatkan bahwa
mayoritas penderita rheumatoid arthritis di Desa Mancasan Wilayah
Kerja Puskemas Baki adalah pada usia lansia awal (46-55 tahun) yaitu
sebesar 37,5% dan diikuti oleh usia lansia akhir (56-65) yaitu sebesar
35,2%.
c. Agama
Hasil analisis dari tabel 4.1 pada 91 responden didapatkan
distribusi mengenai Agama penderita Rheumatoid arthritis di Desa
Mancasan Wilayah Kerja Puskemas Baki dapat diketahui bahwa 98,9%
beragama islam.
d. Pendidikan
Hasil analisis dari tabel 4.1 pada 91 responden didapatkan
distribusi responden mengenai pendidikan penderita Rheumatoid
arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas Baki dapat
diketahui bahwa mayoritas pendidikan terakhirnya adalah SD (sekolah
35

dasar) yaitu sebesar (68,1%) untuk yang kedua sebesar (20.9%) yaitu
tidak sekolah atau tidak lulus SD
2. Faktor Penyebab Kekambuhan Reumatoid Arthritis .
Uji univariat penelitian ini mengolah data deskritif dengan mencari
frekuensi dn presentase sebagai cara pengolahan beberapa variabel yang
meliputi faktor Tingkat Pengetahuan , Pekerjaan/aktivitas, Pola Makan,
Gaya Hidup dan Obat-obatan pada penderita Rheumatoid Arthritis di desa
Mancasan Kabupaten Baki.
a. Faktor Tingkat Pengetahuan
Tabel 4.2.
Distribusi responden berdasarkan faktor tingkat pengetahuan
Subvaribel Frekuensi (f) Presentase(%)
Rheumatoid Arthritis merupakan
penyakit sendi
Ya 71 78,0%
Tidak 20 22,0%
Total 91 100%
Gejala Rheumatoid Arthritis
nyeri dipagi hari
Ya 62 68,1%
Tidak 29 31,9%
Total 91 100%
Pekerjaan mempengaruhi
Rheumatoid Arthritis
Ya 53 58,2%
Tidak 38 41,8%
Total 91 100%

Hasil analisis dari tabel 4.2.1 pada 91 responden didapatkan


distribusi responden mengenai tingkat pengetahuan penderita
Rheumatoid arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas Baki
sebanyak 78% penderita Rheumatid Arthritis mengetahui bahwa
Rheumatoid Arthritis tersebut merupakan penyakit persendian dan
sebanyak 22% tidak mengetahui bahwa rheumatoid arthritis merupakan
penyakit persendian
36

Hasil analisa sesuai tabel 4.2.1 nomer 2 sebanyak 62%


mengetahui bahwa gejala Rheumatoid Athritis adalah nyeri di pagi hari
dan sebanyak 38% tidak mengetahuinya .
Hasil analisa sesuai tabel 4.2.1 nomer 3 sebanyak 58,2%
mengetahui bahwa pekerjaan mempengarhi Rheumatoid Arthritis dan
sebanyak 41,8% tidak mengetahuinya .
b. Faktor pekerjaan/Aktivitas
Table 4.3
Distribusi responden berdasarkan faktor pekerjaan/aktivitas

Subvaribel Frekuensi (f) Presentase(%)


Nyeri saat beraktivitas berat
Ya 83 91,2%
Tidak 8 8,8%
Total 91 100%
Nyeri setelah beraktifitas
Ya 73 80,2%
Tidak 18 19,8%
Total 91 100%
Nyeri saat bekerja menggunakan
tangan lama
Ya 68 74,7%
Tidak 23 25,3%
Total 91 100%
Nyeri apabila naik turun tangga
Ya 53 58,2%
Tidak 38 41,8%
Total 91 100%
Nyeri apabila mengerjakan
pekerjaan rumah sendiri
Ya 66 72,5%
Tidak 35 27,5%
total 91 100%

Hasil analisis dari tabel 4.3 pada 91 responden didapatkan


distribusi responden mengenai faktor pekerjaan/aktivitas penderita
Rheumatoid arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas Baki
sebanyak 91,2% mengatakan mengalami nyeri apabila beraktiftas berat
dan sebanyak 8,8% tidak mengeluh nyeri.
37

Hasil analisis dari tabel 4.3 nomer 2 Sebanyak 80,2%


mengalami nyeri apabila setelah melakukan aktivitas dan Sebanyak
19,8% mengalami tidak mengalami nyeri.
Hasil analisis dari tabel 4.3 nomer 3 Sebanyak 74,7%
mengalami nyeri apabila bekerja menggunakan tangan dalam jangka
waktu lama dan sebanyak 25,3% tidak mengalaminya .
Hasil analisis dari tabel 4.3 nomer 4 sebanyak 58,2%
mengatakan nyeri apabila jalan naik turun tangga dan sebanyak 41,8%
tidak mengalaminya .
Hasil analisis dari tabel 4.3 nomer 5 sebanyak 72,5%
mengatakan nyeri apabila mengerjakan pekerjaan rumah sendirian.
c. Faktor Pola Makan
Table 4.4
Distribusi responden berdasarkan faktor pola makan
Subvaribel Frekuensi (f) Presentase(%)
Konsumsi jeroan
Ya 68 74,7%
Tidak 23 25,3%
Total 91 100%
Konsumsi susu
Ya 40 44,0%
Tidak 51 56,0%
Total 91 100%
Konsumsi tomat
Ya 22 24,2%
Tidak 69 75,8%
Total 91 100%
Konsumsi Daging
Ya 33 36,7%
Tidak 58 63,3%
Total 91 100%

Hasil analisis dari tabel 4.4 pada 91 responden didapatkan


distribusi responden mengenai faktor pekerjaan/aktivitas penderita
Rheumatoid arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas Baki
sebanyak 74,7% mengatakan apabila mengkonsumsi jeroan akan
38

menyebabkan kekambuhan dan sebanyak 25,3% mengatakan jeroan


tidak mempengaruhi kekambuhan .
Hasil analisis dari tabel 4.4 nomer 2 dimana sebanyak 56,0%
mengatakan tidak mengalami kekambuhan ketika minum susu dan
sebanyak 44,0% mengatakan mengalami kekambuhan apabila minum
susu.
Hasil analisis dari tabel 4.4 nomer 3 dimana sebanyak 75,8%
mengatakan tidak mengalami kekambuhan ketika mengkonsumsi tomat
dan sebanyak 24,2% mengalami kekambuhan apabila mengkonsumsi
tomat .
Hasil analisis dari tabel 4.4 nomer 4 dimana sebanyak 63,3%
mengatakan tidak mengalami kekamuhan ketika mengkonsumsi daging
dan sebanyak 36,7% mengalami kekambuhan apabila mengkonsumsi
daging .
d. Faktor Gaya hidup
Tabel 4.5
Distribusi responden berdasarkan faktor Gaya Hidup
Subvaribel Frekuensi (f) Presentase(%)
Sulit istirahat
Ya 57 62,6%
Tidak 34 37,4%
Total 91 100%
Kurang Tidur
Ya 62 68,1%
Tidak 29 31,9%
Total 91 100%
Sering berolahraga
Ya 49 53,8%
Tidak 42 46,2%
Total 91 100%
Merokok
Ya 8 8,8%
Tidak 83 91,2%
Total 91 100%
39

Hasil analisis dari tabel 4.5 pada 91 responden didapatkan


distribusi responden mengenai faktor gaya hidup penderita Rheumatoid
arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas Baki sebanyak
62,6% mengalami kekambuhan Rheumatoid Arhtritis ketika kurangnya
istirahat dan sebanyak 37,4% tidak mengalami kekambuhan ketika
kurangnya istirahat.
Hasil analisis dari tabel 4.5 nomer 2 tentang pola tidur dimana
sebanyak 68,1% mengalami kekambuhan ketika responden mengalami
gangguan pola tidur dan sebanyak 31,9% tidak merasakan kekamuhan
ketika mengalami gangguan pola tidur.
Hasil analisis dari tabel 4.5 nomer 3 mengenai olahraga ,
sebanyak 53,8% mengaku sering berolahraga dan sebanyak 46,2%
mengaku tidak pernah olahraga.
Hasil analisis dari tabel 4.5 nomer 4 mengenai perihal merokok
dimana mayoritas responden tidak merokok dimana sebanyak 91,%
mengaku tidak merokok dan hanya sebanyak 8,8% yang merokok .
e. Faktor Obat-obat an
Tabel 4.6
Distribusi responden berdasarkan faktor obat-obatan
Subvaribel Frekuensi (f) Presentase(%)
Konsumsi jamu
Ya 47 51,6%
Tidak 44 48,8%
Total 91 100%
Jamu bisa mengurangi
nyeri
Ya 37 40,7%
Tidak 54 59,3%
Total 91 100%
Konsumsi obat
Ya 60 65,9%
Tidak 31 34,1%
Total 91 100%
Obat mengurangi nyeri
Ya 57 62,6%
Tidak 34 37,4%
Total 91 100%
40

Melakukan pijatan
Ya 21 23,1%
Tidak 70 76,9%
total 91 100%
Hasil analisis dari tabel 4.2.5 pada 91 responden didapatkan
distribusi responden mengenai faktor gaya hidup penderita Rheumatoid
arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas Baki sebanyak
51,6% responden mengkonsumsi jamu untuk mengurangi nyeri sendi
dan sebanyak 48,8% responden tidak mengkonsumsi jamu . Dimana
untuk respon jamu tersebut sebanyak 40,7% mengatakan adanya
pengaruh jamu bagi nyeri sendi responden dan sebanyak 59,3% yang
tidak ada pengaruh apabila meminum jamu untuk mengurangi nyeri
sendi .
Hasil analisis dari tabel 4.2.4 nomer 3 dan 4 dimana sebanyak
65,9% responden mengkonsumsi obat dari dokter dan sebanyak 34,1%
tidak komsumsi obat. Dimana untuk pengaruh obat tersebut dimana
sebanyak 62,6% responden mengatakan ada pengaruh terhadap obat
dari dokter terhadap nyeri sendi dimana nyeri sendi berkurang dan
sebanyak 37,3% mengatakan tidak ada perubahan apabila
mengkomsumsi obat .
Hasil analisis dari tabel 4.2.4 nomer 5 dimana sebanyak 76,9%
tidak melakukan pijatan diarea sendi dan sebanyak 23,1% responden
melakukan pijatan.

B. Pembahasan
1. Karakteritik Responden
a. Jenis Kelamin
Hasil analisis dari tabel 4.1 pada 91 responden didapatkan
distribusi jenis kelamin pada penderita Rheumatoid arthritis di Desa
Mancasan wilayah kerja Puskesmas Baki dapat diketahui bahwa
mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar (86,8%).
Menurut data kunjungan penderita rheumatoid arthritis di Puskesmas
41

Baki dalam 1 tahun terakhir yaitu pada tahun 2018 terbanyak pada
perempuan dibandingkan dengan laki- laki Hal ini sejalan dengan
penelitian (Andriyani&Muhlisin2018) tentang Wanita lebih sering
terkena osteoartritis lutut dan sendi, dan lelaki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki
dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak
pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis. Mengapa perempuan lebih
banyak terkena rematik, disebutkan belum diketahui secara pasti,
namun diduga karena adanya kaitannya dengan faktor genetik
(Dugowson, 2009). Perempuan lebih rentan terkena penyakit
rheumatoid arthritis dibandingkan laki- laki, penyakit mungkin juga
akan semakin bertambah parah apabila perempuan sedang hamil atau
menyusui. Alat kontrasepsi yang digunakan perempuan juga akan
mengubah kemungkinan sedang berkembangnya suatu penyakit
(Utami, 2013)
b. Umur
Hasil analisis dari tabel 4.1 pada 91 responden didapatkan
distribusi responden mengenai umur penderita Rheumatoid arthritis
di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas Baki didapatkan bahwa
mayoritas penderita rheumatoid arthritis di Desa Mancasan Wilayah
Kerja Puskemas Baki adalah pada usia lansia awal (46-55 tahun)
yaitu sebesar 37,5% dan diikuti oleh usia lansia akhir (56-65) yaitu
sebesar 35,2%. Hal ini dikarenakan adanya proses penuaan yang
dapat menurunkan fungsi tubuh. Penuaan penduduk telah
berkembang secara pesat. Pada lansia proses penuaan merupakan hal
yang alami dengan konsekuensi yang mempengaruhi atau
munculnya masalah baik fisik, psikis maupun social dari lansia.
Salah satunya muncul masalah pada system musculoskeletal atau
gangguan pada sendi (Sunaryo, 2015). Hal ini sejalan dengan
42

penelitian (Nugraha&Muhlisin,2017) bahwa Rematik adalah salah


satu jenis penyakit yang bisa dipicu oleh faktor pertambahan usia.
Setiap persendia memiliki lapisan pelindung sendi yang
menghalangi terjadinya gesekan antara tulang dan di datam sendi
terdapat cairan yang berfrurgsi sebagai pelumas sehingga tulang
dapat digerakkan dengan leluasa. Pada mereka yang sudah berusia
lanjut lapisan pelindung persendian mulai menipis dan cairan hrlang
mulai mengental, menyebabkan tubuh menjadi kaku dan sakit saat
digerakkan (Driskel, 2016).
c. Agama
Hasil analisis dari tabel 4.1 pada 91 responden didapatkan
distribusi mengenai Agama penderita Rheumatoid arthritis di Desa
Mancasan Wilayah Kerja Puskemas Baki dapat diketahui bahwa
98,9% beragama islam . Dikarenakan Menurut peraturan daerah
rencana pembangunan Sukoharjo (2010), dalam laporan tersebut
didapatkan bahwa mayoritas masyarakat Sukoharjo beragama islam
yaitu sebesar 94,77%. Agama Kristen 3,62%, katolik 1,47%, hindu
0,05%, budha 0,072% dan khong hucu sebesar 0,004%.
d. Pendidikan
Hasil analisis dari tabel 4.1.4 pada 91 responden didapatkan
distribusi responden mengenai pendidikan penderita Rheumatoid
arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas Baki dapat
diketahui bahwa mayoritas pendidikan terakhirnya adalah SD
(sekolah dasar) yaitu sebesar (68,1%) untuk yang kedua sebesar
(20.9%) yaitu tidak sekolah atau tidak lulus SD. Dikarenakan di
Desa Mancasan mayoritas berekonomi rendah dan rata-rata lansia di
zaman dulu tidak terlalu mementingkan pendidikan . Menurut
(Notoatmodjo,2012) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
akan semakin mudah dalam menerima segala informasi yang
dibutuhkan, sehingga pengetahuan seseorang juga akan semakin
baik. Namun pendidikan bukanlah suatu hal yang mutlak dalam
43

mempengaruhi pengetahuan, pengalaman serta informasi dari teman


sebaya juga dapat mempengaruhi pengetahuan. Umur tertentu
menjelang usia lanjut akan mempengaruhi penerimaan dalam
mengingat pengetahuan.

2. Faktor Penyebab Kekambuhan Reumatoid Arthritis .


a. Faktor Pengetahuan
Hasil analisis dari tabel 4.2. pada 91 responden didapatkan
distribusi responden mengenai tingkat pengetahuan penderita
Rheumatoid arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas
Baki sebanyak 78% penderita Rheumatid Arthritis mengetahui
bahwa Rheumatoid Arthritis tersebut merupakan penyakit
persendian dan sebanyak 22% tidak mengetahui bahwa rheumatoid
arthritis merupakan penyakit persendian . Hal ini dikarenakan
mayoritas responden di Desa Mancasan paham dan sadar mengenai
Rheumatoid Arthritis itu merupakan nyeri sendi. Hal ini didukung
oleh pendapat (Asikin dkk, 2016) yang menyatakan bahwa
Rheumatoid arthritis menjadi penyebab utama dari penyakit radang
sendi kronis.
Hasil analisa sesuai tabel 4.2 nomer 2 sebanyak 62%
mengetahui bahwa gejala Rheumatoid Athritis adalah nyeri di pagi
hari dan sebanyak 38% tidak mengetahuinya . Hal ini dikarenakan
banyak responden yang mengatakan apabila Rheumatoid Arthritis
kambuh mereka akan mengalami nyeri dipagi hari saat bangun tidur.
Hal ini didukung oleh pendapat (Asikin dkk ,2016) Rheumatoid
Arthritis memiliki tanda dan gejala yaitu Persendian terasa nyeri
yang disertai kaku dipagi hari (morning stiffness) dan gerakan yang
terbatas, kekakuan yang berlangsung selama sekitar 30 menit dan
dapat berlanjut sampai berjam-jam .
Hasil analisa sesuai tabel 4.2. nomer 3 sebanyak 58,2%
mengetahui bahwa pekerjaan mempengarhi Rheumatoid Arthritis
44

dan sebanyak 41,8% tidak mengetahuinya . Hal ini dikarenakan


reponden di Desa Mancasan mengatakan pada saat setelah atau saat
bekerja mengatakan nyeri sendinya kambuh. Hal ini dikarenakan
saat bekerja ataupun saat bersih bersih rumah responden mengeluh
nyeri sendi . Pekerjaan yang banyak menggunakan tangan dalam
jangka waktu yang lama sering yang menjadi keluhan-keluhan yang
dapat dirasakan pada setiap penderita penyakit Rheumatoid Artritis
(Putri, 2012).
Pada subvaribel tingkat pengetahuan didukung oleh
penelitian (Bawarodi,2017) bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kekambuhan rematik
di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Tetapi dalam
penelitian ini juga terdapat responden yang memiliki tingkat
pengetahuan yang tidak baik tapi tidak sering mengalami
kekambuhan penyakit rematik yaitu sebanyak 3 responden (12,5%),
begitupun sebaliknya ada responden yang tingkat pengetahuannya
baik tetapi tetap sering mengalami kekambuhan penyakit rematik
yaitu sebanyak 21 responden (87,5%). Hasil penelitian ini didukung
karena adanya faktor lain seperti sikap pasien yang cenderung lebih
acuh tak acuh dengan penyakitnya karena terlalu sibuk bekerja.
b. Faktor Pekerjaan/aktivitas
Hasil analisis dari tabel 4.3 pada 91 responden didapatkan
distribusi responden mengenai faktor pekerjaan/aktivitas penderita
Rheumatoid arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas
Baki sebanyak 91,2% mengatakan mengalami nyeri apabila
beraktiftas berat dan sebanyak 8,8% tidak mengeluh nyeri. Hal ini
dikarenakan reponden di Desa Mancasan mengatakan pada saat
setelah atau saat bekerja mengatakan nyeri sendinya kambuh. Hal
ini dikarenakan saat bekerja ataupun saat bersih bersih rumah
responden mengeluh nyeri sendi . Dimana hal ini sejalan dengan
penelitian (Mandiangin,2012) yang menyebutkan sikap badan yang
45

salah saat melakukan aktivitas ( pekerjaan ) terutama pada pekerjaan


yang mengangkat benda berat, stres yang disertai dengan kelelahan
juga mempengaruhi terjadinya Rheumatoid Arthritis. Hal ini sejalan
dengan penelitian (Hidayati&Muhlisin,2018) yang mengatakan kemunculan
rasa nyeri pada (responden) penderita Rheumatoid arthritis di
wilayah kerja Puskesmas Kartasura dapat diketahui bahwa
kemunculan rasa nyeri terbagi dalam dua hal, yaitu saat diam atau
saat tidak melakukan aktivitas berat seperti bekerja dan saat
beraktivitas yaitu munculnya nyeri saat bekerja.
Hasil analisis dari tabel 4.3 nomer 2 Sebanyak 80,2%
mengalami nyeri apabila setelah melakukan aktivitas dan Sebanyak
19,8% mengalami tidak mengalami nyeri. Hal ini dikarenakan
banyak responden wanita di Desa Mancasan yang bekerja buruh
seperti memulung dan banyak responden juga mengatakan nyeri saat
digunakan beraktivitas seperti bersih-bersih rumah. Hal ini
menunjukan aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya kekambuhan
Rheumatoid Arthritis sejalan dengan pendapat (Junaidi, 2013)
dimana mengatakan kelelahan (aktivitas tidak terkontrol) atau
kurang gerak (aktivitas kurang teratur). Jika kedua faktor tersebut
dapat dikontrol maka tentunya kekambuhan rheumatic dapat
diminimalkan .
Hasil analisis dari tabel 4.3 nomer 3 Sebanyak 74,7%
mengalami nyeri apabila bekerja menggunakan tangan dalam jangka
waktu lama dan sebanyak 25,3% tidak mengalaminya . Hal ini
dikarenakan banyak responden wanita di Desa Mancasan yang
bekerja buruh seperti memulung dan banyak responden juga
mengatakan nyeri saat digunakan beraktivitas seperti bersih-bersih
rumah Hal ini sejalan dengan penelitian (Bawarodi,2017) yang
Menunjukan bahwa terdapat hubungan pekerjaan/aktivitas dengan
kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
Pekerjaan/aktivitas merupakan salah satu faktor munculnya penyakit
46

rematik . berbagai aktivitas dengan beban pekerja dan daya


tekanannya yang dapat memperberat sendi dan pekerjaan yang
banyak menggunakan tangan dalam jangka waktu yang lama, sering
yang menjadi keluhan-keluhan yang dapat dirasakan pada setiap
penderita penyakit rematik (Putri, 2012).
Hasil analisis dari tabel 4.3 nomer 4 sebanyak 58,2%
mengatakan nyeri apabila jalan naik turun tangga dan sebanyak
41,8% tidak mengalaminya . Hal ini dikarenakan banyak responden
lansia yang mengeluh saat menaiki tangga maupun turun tangga,
mereka mengeluh persendian mengalami nyeri sehingga disaat naik
turun tangga tersebut responden mengatakan berpegangan sesuatu
yang ada disekitar. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Ismaningsih,2018) yang mengatakan pada penderita osteoarthritis
biasanya mengalami keluhan nyeri sendiri yang mengakibatkan
menurunan kekuatan otot sehingga tidak dapat melakukan aktivitas
sehari hari seperti sulit jongkok dan naik turun tangga. Sehingga
apabila penderita naik turun tangga yang terlalu lama akan
menyebabkan munculnya nyeri pada lutut.
Hasil analisis dari tabel 4.2.2 nomer 5 sebanyak 72,5%
mengatakan nyeri apabila mengerjakan pekerjaan rumah sendirian.
Hal ini dikarenakan banyak responden yang mengatakan bahwa
dirumah sendirian hanya sama cucu , dan ada juga yang mengatakan
mereka hidup sendiri karena tempat tinggal anak-anaknya jauh dari
rumah. Hal ini sejalan dengan penelitian (bawarodi,2017) yang
Menunjukan bahwa terdapat hubungan pekerjaan/aktivitas dengan
kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
Pekerjaan/aktivitas merupakan salah satu faktor munculnya penyakit
rematik . berbagai aktivitas dengan beban pekerja dan daya
tekanannya yang dapat memperberat sendi dan pekerjaan yang
banyak menggunakan tangan dalam jangka waktu yang lama, sering
47

yang menjadi keluhan-keluhan yang dapat dirasakan pada setiap


penderita penyakit rematik (Putri, 2012).
c. Faktor Pola Makan
Hasil analisis dari tabel 4.4 pada 91 responden didapatkan
distribusi responden mengenai faktor pekerjaan/aktivitas penderita
Rheumatoid arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas
Baki sebanyak 74,7% mengatakan apabila mengkonsumsi jeroan
akan menyebabkan kekambuhan dan sebanyak 25,3% mengatakan
jeroan tidak mempengaruhi kekambuhan . Dimana hal ini
menandakan sebanyak 68 responden dari 91 responden mengalami
kekambuhan apabila banyak mengkonsumsi jeroan. Hal ini
disebabkan karena adanya kebiasaan mengomsumsi makanan yaitu
yang dapat memicu terjadinya kekambuhan Rheumatoid Arthritis.
Makanan merupakan faktor penting dalam memicu kekambuhan
penyakit rematik seperti, menghindari produk susu, buah jeruk,
tomat, jeroan, dan makanan tertentu lainnya (Bawarodi,2017) .
Hasil analisis dari tabel 4.4 nomer 2 dimana sebanyak 56,0%
mengatakan tidak mengalami kekambuhan ketika minum susu dan
sebanyak 44,0% mengatakan mengalami kekambuhan apabila
minum susu. Hal ini dikarenakan sebagian responden di Desa
Mancasan mengatakan tidak terbiasa meminum susu sehingga tidak
mengetahui apa susu termasuk faktor penyebab kekambuhan
Rheumatoid Arthritis . Penelitian Choi dkk.(2005) juga menemukan
hal yang sejalan dengan hasil penelitian ini. Dalam penelitiannya
terhadap 47,150 laki-laki dengan riwayat ghout rheumatic di Inggris
menemukan adanya hubungan antara konsumsi lemak, purin dan
produk turunan susu dengan resiko gout rheumatic. Semakin tinggi
konsumsi lemak dan purin, semakin tinggi pula resiko kekambuhan
gout rheumatic (OR=1,07-1,86). Sementara itu konsumsi produk
turunan susu justru menurunkan resiko kekambuhan gout rheumatic
(OR=0,42-0,74).
48

Hasil analisis dari tabel 4.4 nomer 3 dimana sebanyak 75,8%


mengatakan tidak mengalami kekambuhan ketika mengkonsumsi
tomat dan sebanyak 24,2% mengalami kekambuhan apabila
mengkonsumsi tomat . Dengan demikian dapat dikatakan sebanyak
69 dari responden 91 tidak mengalami kekambuhan apabila
mengkonsumsi tomat . Hal dikarenakan banyak responden di Desa
Mancasan mengatakan tomat tersebut tidak menyebabkan nyeri
sendi. Karena responden di Desa Mancasan mengaku sering
mengkonsumsi tomat tetapi tidak merasakan kekambuhan
Rheumatoid Arthritis. Makanan merupakan faktor penting dalam
memicu kekambuhan penyakit rematik seperti, menghindari produk
susu, buah jeruk, tomat, jeroan, dan makanan tertentu lainnya
(Bawarodi,2017) .
Hasil analisis dari tabel 4.3 nomer 4 dimana sebanyak 63,3%
mengatakan tidak mengalami kekamuhan ketika mengkonsumsi
daging dan sebanyak 36,7% mengalami kekambuhan apabila
mengkonsumsi daging . Hal ini dikarenakan banyak responden di
Desa Mancasan memiliki ekonomi yang rendah sehingga tidak
sering mengkomsumsi daging , tetapi sebagian responden
mengatakan saat mengkomsumsi daging mereka mengeluh nyeri
sendi. Dimana sesuai pendapat (Weaver,2008) bahwa Konsumsi
tinggi alkohol dan daging serta makanan laut (terutama kerang dan
beberapa ikan laut lain) meningkatkan resiko Rheumatoid Arthritis.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Bawarodi,2017)
dimana adanya kebiasaan mengomsumsi makanan yaitu yang dapat
memicu terjadinya kekambuhan Rheumatoid Arthritis, karena
makanan merupakan faktor penting dalam memicu kekambuhan
penyakit rematik seperti, menghindari produk susu, buah jeruk,
tomat, jeroan, dan makanan tertentu lainnya. Hasil penelitian sejalan
dengan teori yang dikemukakan oleh Susanto (2008) bahwa pola
konsumsi makanan merupakan indikator bagi perilaku hidup sehat
49

dapat menentukan resiko kekambuhan Rheumatoid Arthritis pada


lansia. Ditinjau dari indikator pola konsumsi makanan, Susanto
(2008) mengemukakan bahwa konsumsi makanan yang banyak
mengandung purin dapat menyebabkan terjadinya pengkristalisasian
dalam sendi yang memacu Rheumatoid Arthritis.
d. Faktor Gaya Hidup
Hasil analisis dari tabel 4.5 pada 91 responden didapatkan
distribusi responden mengenai faktor gaya hidup penderita
Rheumatoid arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas
Baki sebanyak 62,6% mengalami kekambuhan Rheumatoid Arhtritis
ketika kurangnya istirahat dan sebanyak 37,4% tidak mengalami
kekambuhan ketika kurangnya istirahat. Dikarenakan banyak
responden yang mengatakan apabila kelelahan mereka akan
mengalami kekambuhan . Hal ini dengan penelitian (Meliny,2018)
yang mengatakan Gaya hidup tercermin dari kebiasaan istirahat,
serta perilaku yang akan berinteraksi dengan lingkungan sehingga
berdampak pada kondisi kesehatan individu. Kondisi gaya hidup
yang kurang baik akhirnya akan berdampak pada disabilitas seperti
adanya nyeri dan ketidakmampuan, kehilangan fungsi atau
keterbatasan aktifitas. Hal ini terlihat dari adanya pola risiko yang
bersifat negative yaitu semakin kurang baik gaya hidup maka
semakin sering dirasakan kekambuhan tersebut.
Hasil analisis dari tabel 4.5 nomer 2 tentang pola tidur
dimana sebanyak 68,1% mengalami kekambuhan ketika responden
mengalami gangguan pola tidur dan sebanyak 31,9% tidak
merasakan kekambuhan ketika mengalami gangguan pola tidur. Hal
ini dikarenakan responden mengeluh nyeri sendi disaat responden
mengalami gangguan pola tidur seperti terbangun di tengah malam
lalu tidak bisa tidur lagi . Hal ini sejalan dengan pendapat. Hal ini
dengan penelitian (Meliny,2018) yang mengatakan Gaya hidup
tercermin dari kebiasaan istirahat, serta perilaku yang akan
50

berinteraksi dengan lingkungan sehingga berdampak pada kondisi


kesehatan individu. Kondisi gaya hidup yang kurang baik akhirnya
akan berdampak pada disabilitas seperti adanya nyeri dan
ketidakmampuan, kehilangan fungsi atau keterbatasan aktifitas. Hal
ini terlihat dari adanya pola risiko yang bersifat negative yaitu
semakin kurang baik gaya hidup maka semakin sering dirasakan
kekambuhan tersebut.
Hasil analisis dari tabel 4.5 nomer 3 mengenai olahraga ,
sebanyak 53,8% mengaku sering berolahraga dan sebanyak 46,2%
mengaku tidak pernah olahraga. Hal ini dikarenakan responden di
Desa Mancasan mengaku hanya olahraga seperti jalan jalan dipagi
hari , mereka tidak berani olahraga yang berat karena mereka
mengaku apabila olahraga secara berat mereka mengeluh nyeri
sendi. Menurut pendapat (Susanto,2008) mengemukakan bahwa
olahraga yang berlebihan dapat menyebabkan kekakuan pada otot
dan sendi. Akan tetapi aktifitas fisik berupa olahraga teratur dan
terkendali tetap dibutuhkan untuk memelihara dan membantu kerja
otot tubuh dalam menahan suatu beban yang diterima, tulang tetap
kuat dan mempertahankanbentuk tubuh serta memperlancar
peredaran darah.
Hasil analisis dari tabel 4.5 nomer 4 mengenai perihal
merokok dimana mayoritas responden tidak merokok dimana
sebanyak 91,% mengaku tidak merokok dan hanya sebanyak 8,8%
yang merokok . Penelitian ini berjumlah 12 laki-laki dan 79 wanita,
dimana sebanyak 12 laki-laki mengaku merokok semua dan mereka
mengalami nyeri sendi. Bahkan Baru-baru ini terungkap juga faktor
penyebab dari Reumatoid Arthritis ini, bahwa 1 dari 3 kasus artritis
reumatoid parah merupakan dampak dari kebiasaan merokok selama
bertahun-tahun. Sebuah penelitian oleh para ahli dari Karolinska
Institute di Stockholm yang dipublikasikan dalam jurnal online
Annals of the Rheumatic Diseases mengungkap, pembentukan
51

ACPA bisa meningkat jika seseorang punya kebiasan merokok.


Peningkatan risikonya mencapai 35 persen dibandingkan yang sama-
sama memiliki faktor risiko tersebut namun tidak merokok. Artinya
35 persen, atau kurang lebih 1 dari 3 kasus, artritis reumatoid yang
dipicu oleh ACPA terjadi akibat kebiasaan merokok. Dalam
penelitian tersebut, partisipan rata-rata memiliki kebiasaan merokok
sebanyak 20 batang sehari selama lebih dari 20 tahun.
(Padmaningrum,2012)
e. Faktor Obat-obatan
Hasil analisis dari tabel 4.6 pada 91 responden didapatkan
distribusi responden mengenai faktor gaya hidup penderita
Rheumatoid arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskemas
Baki sebanyak 51,6% responden mengkonsumsi jamu untuk
mengurangi nyeri sendi dan sebanyak 48,8% responden tidak
mengkonsumsi jamu . Dimana untuk respon jamu tersebut sebanyak
40,7% mengatakan adanya pengaruh jamu bagi nyeri sendi
responden dan sebanyak 59,3% yang tidak ada pengaruh apabila
meminum jamu untuk mengurangi nyeri sendi. Hal ini dikarenakan
banyak responden di Desa Mancasan yang mengkonsumsi jamu,
tetapi tidak semua nya mengatakan kalau meminum jamu tersebut
nyeri sendi berkurang bahkan banyak responden juga yang
meminum jamu tetapi nyeri sendinya tidak berkurang oleh karena itu
mereka stop mengkomsumsi jamu . Hasil analisa tersebut Sejalan
dengan penelitian (Hasanah & widowati,2015) yang berujudul
“Model Analisis Terapi Jamu Sebagai Komplementer Terhadap
Perbaikan Keluhan pada Pasien Arthritis”. Dimana Terdapat 6
pasien yang diberikan jamu sebagai alternatif menggunakan jamu,
dengan perbaikan gejala neurologis dan muskuloskeletal. Ramuan
jamu tersebut adalah: 1. Ramuan pegagan, sambiloto, tapak cina; 2.
Ramuan temulawak, meniran, kunyit; 3. Ramuan jahe, temulawak;
4. Ramuan jinten hitam, sambiloto; 5. Kapsul X (produk industri
52

obat tradisional) serta 6. Ramuan yang berasal dari B2P2TO2T


(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional), Tawangmangu (temulawak, kunyit, pegagan, rumput
bolong, kumis kucing, meniran, adas). Secara generik, obat
konvensional untuk artritis merupakan obat analgetika, antiinflamasi,
antipiretika. Untuk menilai kerasionalan komponen jamu yang
digunakan, dilakukan dengan pendekatan khasiat obat konvensional.
Hasil analisis dari tabel 4.6 nomer 3 dan 4 dimana sebanyak
65,9% responden mengkonsumsi obat dari dokter dan sebanyak
34,1% tidak komsumsi obat. Dimana untuk pengaruh obat tersebut
dimana sebanyak 62,6% responden mengatakan ada pengaruh
terhadap obat dari dokter terhadap nyeri sendi dimana nyeri sendi
berkurang dan sebanyak 37,3% mengatakan tidak ada perubahan
apabila mengkomsumsi obat . Hal ini dikarenakan banyak responden
di Desa Mancasan yang rutin memeriksakan terkait nyeri sendi
terebut ke Puskesmas Baki maupun ke klinik terdekat dimana akan
diberi obat oleh dokter , mereka juga mengatakan apabila
mengkonsumsi obat tersebut nyeri sendinya berkurang. Hasil analisa
tersebut Sejalan dengan penelitian ( Hasanah & widowati, 2015)
yang berujudul “Model Analisis Terapi Jamu Sebagai
Komplementer Terhadap Perbaikan Keluhan pada Pasien Arthritis”
Secara umum, terapi konvensional yang digunakan pada penelitian
ini sudah sesuai dengan buku saku rematoid artritis dari Dirjen Bina
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, KementerianKesehatan
RI, yaitu bertujuan menghentikan serangan akut, mencegah serangan
kembali dari gout artritis, serta mencegah komplikasi yang berkaitan
dengan deposit kristal asam urat kronis di jaringan. Pilihan terapi
untuk artritis gout akut terbagi dalam 3 lini yaitu, 1. NSAID:
naproksen, ibuprofen, indometasin, celecoxib, parasetamol,
parasetamol + kodein 30 mg, kantong es, bidai, istirahat di tempat
tidur hindari latihan fisik; 2. Kortikosteroid: prednisone,
53

triamsinolon, metilprednisolon dan 3. Kolkhisin.14 Jenis NSAID


(Nonsteroidal Antiinflamatory Drugs) yaitu asetil salisilat (aspirin),
asam asetat (etodolac, diklofenak, indometasin, ketorolak,
nabumeton), asam propionate (ibuprofen, ketoprofen, naproxen,
fenamat (asam mefenamat), oxikam (piroksikam).
Hasil analisis dari tabel 4.2.4 nomer 5 dimana sebanyak
76,9% tidak melakukan pijatan diarea sendi dan sebanyak 23,1%
responden melakukan pijatan. Hasil analisa tersebut sejalan dengan
penelitian (Marlena&juniarti,2019) yang berjudul “Pengaruh Pijat
(Massage) Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Rematik Pada
Lansia Di Desa Kertapati Puskesmas Dusun Curup Bengkulu Utara”
dengan hasil nilai rata-rata nyeri rematik sebelum dilakukan
pijat/massage pada lansia adalah 5,2 dengan standar deviasi 0,789
dan nilai rata-rata nyeri rematik sesudah dilakukan pijat/massage
pada lansia adalah 3,4 dengan standar deviasi 1,075. Artinya terjadi
penurunan skala nyeri rematik pada lansia yakni dari 5,2 menjadi
3,4. Hasil uji statistic uji t- dependen didapatkan nilai ρ value 0,000
(α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara
signifikan pijat (massage) terhadap intensitas nyeri rematik pada
lansia di Desa Kertapati Puskesmas Dusun Curup Bengkulu Utara.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran faktor penyebab
kekambuhan Rheumatoid Arthritis di desa Mancasan wilayah kerja
Puskesmas Baki dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden
Jenis kelamin penderita rheumatoid arthritis di Desa Mancasan
wilayah kerja Puskesmas Baki mayoritas berjenis kelamin perempuan.
Umur penderita Rheumatoid arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja
Puskemas Baki didapatkan bahwa mayoritas penderita rheumatoid
berumur 46-55 tahun. Agama dari penderita Rheumatoid Arthritis di
wilayah kerja Puskesmas Kartasura mayoritas atau 98,9% beragama islam.
Pendidikan terakhir dari penderita Rheumatoid Arthritis di Desa Mancasan
wilayah kerja Puskesmas Baki sebagian besar adalah berpendidikan
terakhir sekolah dasar (SD).
2. Faktor Penyebab Kekambuhan Reumatoid Arthritis .
Didapat faktor tertinggi dari penyebab kekambuhan Rhuematoid
Arthritis di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskesmas Baki adalah faktor
pekerjaan/aktivitas , kedua faktor pola makan , ketiga faktor gaya hidup,
keempat faktor obat-obatan dan faktor terendah yang menyebabkan
kekambuhan Rheumatoid Arthritis adalah faktor pengetahuan .

B. Saran
Penelitian ini dengan berbagai keterbatasan, maka penulis
memberikan sedikit saran seperti berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan dengan berbagai cara untuk mendapatkan
suatu informasi mengenai penyakit Rheumatoid arthritis supaya mampu
melakukan pencegahan penyakit Rheumatoid arthritis serta mengupayakan
peningkatan pola hidup sehat yang lebih sehingga tidak mudah terkena

54
55

berbagai penyakit, terutama untuk lansia yang sudah mengalami


penurunan fungsi tubuh.
2. Perlu untuk dilakukan petugas Puskesmas wilayah kerja Puskesmas Baki
dalam memberikan informasi mengenai penyakit ini, yang berisikan
bagaimana pencegahan, factor penyebab, akibatnya dan yang lainnya.
Diharapkan kader lebih aktif dalam peningkatan kemauan masyarakat
dalam menjaga kesehatan masyarakat.
3. Penting dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterbatasan aktivitas
akibat adanya gangguan pada sendi. Untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai akibat yang ditimbulkan dari penyakit Rheumatoid arthritis.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, N. A., Abi Muhlisin, S. K. M., & Kep, M. (2018). Gambaran Faktor


Predisposisi dan Presipitasi Kejadian Rheumatoid Arthritis pada Individu
yang Hidup di Komunitas (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).Antono, D., dkk. (2017). Korelasi antara Lama
Sakit, Derajat Aktivitas Penyakit, dan Skor Disabilitas dengan Disfungsi
Diastolik pada Pasien Artritis Reumatoid Wanita Di RS Dr. Cipto
Mangunkusumo. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 4, No. 2 , 2.
Asikin, M., Nasir, M., Podding, T., dan Susaldi. (2016). Keperawatan Medikal
Bedah: Bedah: Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Erlangga.
Afrilia, W. S. (2019). Rheumatoid Factor ( Rf ) Pada Lanjut Usia Rheumatoid
Factor ( Rf ) Pada Lanjut Usia. 19, 93–99.
Agoes, A, dkk, 2011. Penyakit di Usia Tua. EGC, Jakarta.
Arthritis Foundation, 2015, Arthritis Foundation Scientific Strategy 2015-2020,
Diakses pada tanggal 8 Februari 2018.
Ayu, K., & Masyeni, M. (2018). Rheumatoid arthritis. (1102005157).
Azwar, A., & Prihartono, J. (2014). Metodologi Penelitian Kedokteran &
Kesehatan Masyarakat. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.
Bawarodi, F. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan
Penyakit Rematik. International Journal of Online Pedagogy and Course
Design, 3(2), 96–98. https://doi.org/10.4018/ijopcd.2013040106
Bullock, J., Rizvi, A. A., Saleh, A. M., & Ahmed, S. (2018). Rheumatoid
Arthritis : A Brief Overview of the Treatment. 33328, 501–507.
https://doi.org/10.1159/000493390
Choi, H.K., Atkinson, K., Karlson, E.W., Willett, W., Curhan, M.D. (2005)
Purine Rich Foods, Dairy and Protein Intake and the Risk of Gout in
Men.Jurnal N Engl J Med 350: 1093-1103.
Dugowson. 2009. Arthritis and Allied Condition: Texbook of Rhemathology.
Pennsylvania: A Waverly Company.

56
57

Donsu, J. D. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka


Baru
Driskel, J. A. (2016). Pangan, Gizi, dan Pertanian; Penerjemah, Suhardjo.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press). Fatmah.
Febriana. (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Rheumatoid Arhritis
Ankle Billateral Di RSUD Saras Husada Purworejo. Naskah Publikasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hasanah&Widowati,2015(2015). Model analisis terapi jamu sebagai
komplementer terhadap perbaikan keluhan pada pasien artritis. 177–184.
Helmi, Z. N. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika.
Hidayat, A. A. (2014). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayati, D. P., Muhlisin, H. A., & Yulian, V. (2016). Gambaran Respon
Fisiologis Penderita Rheumatoid Arthritis di Komunitas, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Husna, U. Y. (2017). Evaluasi Terapi OAINS dan DMARD pada Pasien
Rheumatoid Arthritis di Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten Tahun 2015-2016. 2.
Imron, M. (2011). Statistika Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.
Ismaningsih dan Selviani, I. 2018. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus
Osteoarthritis Genue Bilateral Dengan Intervensi Neuromuskuler
Taping Dan Strengthening Exercise Untuk Meningkatkan Kapasitas
Fungsional.Jurnal ilmiah fisioterapi. Pekanbaru : Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab. 1 (2)., 39-41.
Junaidi, Iskandar. (2013). Rematik dan Asam Urat. Jakarta : PT Bhuana Ilmu
Populer
Kneale, J., & Davis, P. (2011). Keperawatan Ortopedik & Trauma Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Mandiangin, P. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Rematik Pada Factors That Deals With Gen Rheumatism On Elderly In The
58

Work Area Health Center Mandiangin 2014. 3(2), 17–26.


Marlena. F & juniarti. R .(2019). Pengaruh Pijat (Massage) Terhadap
Perubahan Intensitas Nyeri Rematik Pada Lansia Di Desa Kertapati
Puskesmas Dusun Curup Bengkulu Utara. 7, 568–571.
Meliny, D. (2018). Analisis Faktor Risiko Rematik Usia 45-54 Tahun di Wilayah
Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.
Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Nugroho, A. S., Muhlisin, H. A., & Yulian, V. (2016). Hubungan antara
pengetahuan penderita Tuberculosis dan dukungan keluarga dengan
kepatuhan minum obat di Wilayah kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten
Kudus (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Padmaningrum, R. T., & Kimia, J. (2012). Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik
Kimia, UNY PPM. (November 2007), 1–7.
Putri, M.I, (2012) Hubungan Aktivitas,Jenis Kelamin Dan Pola Diet Dengan
Frekuensi Kekambuhan Artritis Reumatoid di Puskesmas Nuasa Indah
Bengkulu, http://VI.stikesdehasen.ac.id/d owlot.pht?file=memi% zoika
%20puti,%20S.kep.docx. diakses tanggal 16 september 2016
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Medical Book.
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodelogi Penelitian
Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Sani, F. (2016). Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan Eksperimental.
Yogyakarta: Deepublish.
Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan (Ed.2)
Yogyakarta: Graha Ilmu
Smeltzer, S. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). (vol.3).
Jakarta: EGC
Suarjana I.N., 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V, Interna Publishing,
Jakarta.
59

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantiatif, Kualitatif, dan RdanD. Bandung:


Alfabeta
Sujarweni, W. (2012). SPSS untuk Paramedis. Yogyakarta: Gava Media.
Susanto.(2008). Penanggulangan Penyakit Rematik. Salemba Medika: Jakarta.
Widayati, D., & Hayati, F. (2017). Peningkatan Kenyamanan Lansia Dengan
Nyeri Rheumatoid Arthritis Melalui model Comfort Food For The Soul.
Jurnal Ilmu Keperawatan
Tedampa, & dkk. (2016). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Artritis
Reumatoid di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Luwuk Kabupaten
Banggai. E-Journal Keperawatan
Utami, S.H., Desmiwati.,dan Endrinaldi. 2013. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan unmet Need KB pasca salin IUD post placenta di
Kamar Rawat Pasca Bersalin RSUP Dr. Djamil Periode Januari-Maret.
Jurnal Kesehatan Andalas2(3): 158-163.
Weaver, AL 2008, Epidemiology of Gout, Cleveland Clinic Journal of Medicine,
Vol. 75, No. 5, pp. S9-S10

Anda mungkin juga menyukai